2
MENYELAMI CINTA YANG SESUNGGUHNYA, “HARI-HARI CINTA TIARA” Oleh Selvi Nafisa Shahab (XII IA1) Judul : Hari-Hari Cinta Tiara Pengarang : Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa Penerbit : DAR Mizan Tebal buku : 132 halaman Harga buku : Rp 9.900,00 Tak seperti kumpulan cerpen remaja pada umumnya yang berisi kisah cinta anak SMA yang mengejar lelaki pujaan, kumpulan cerita yang disajikan pada buku ini mengajak para pembaca—khususnya dari kalangan remaja—untuk lebih mencintai sang pencipta. Kumpulan cerita dalam buku ini seolah mengajari kita apa itu cinta yang hakiki dan cara untuk mencintai karena Allah. Tengok saja “Sang Arjuna”. Berkisah tentang Ajeng, wanita yang tak kunjung mendapat suami di umur yang tak muda lagi. Walaupun begitu, Ajeng tetap bersikeras mencari suami yang memang mencintainya karena Allah. Cara Asma Nadia mengisahkannya sungguh membuat hati tersentuh, terlebih pada bagian surat yang ditulis Ajeng untuk sang calon suami yang tak kunjung datang. Lain halnya dengan “Episode Ulang Tahun” oleh Helvy Tiana Rosa. Cerita ini berkisah tentang gadis tomboy yang merasakan kehampaan pada hari ulang tahunnya. Ani, teman sang gadis lalu mengajaknya mendengar ceramah dari kakak Ani, Bang Didi. Setelah mendengar penjelasan Bang Didi dan menbaca Al-Quran terjemahan bersama Ani, Dewi tak kuasa menahan tangis. Hatinya pun tergugah untuk mengenakan jilbab dan menjalani Islam yang sesungguhnya. Cara Helvy bercerita dapat membuat kita berfikir apa inti dari bertambahnya umur. Tentu saja, cerita ini

Resensi Hari-hari Cinta Tiara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Resensi Hari-hari Cinta Tiara

MENYELAMI CINTA YANG SESUNGGUHNYA,“HARI-HARI CINTA TIARA”

Oleh Selvi Nafisa Shahab (XII IA1)

Judul : Hari-Hari Cinta TiaraPengarang : Asma Nadia dan Helvy Tiana RosaPenerbit : DAR MizanTebal buku : 132 halamanHarga buku : Rp 9.900,00

Tak seperti kumpulan cerpen remaja pada umumnya yang berisi kisah cinta anak SMA yang mengejar lelaki pujaan, kumpulan cerita yang disajikan pada buku ini mengajak para pembaca—khususnya dari kalangan remaja—untuk lebih mencintai sang pencipta. Kumpulan cerita dalam buku ini seolah mengajari kita apa itu cinta yang hakiki dan cara untuk mencintai karena Allah. Tengok saja “Sang Arjuna”. Berkisah tentang Ajeng, wanita yang tak kunjung mendapat suami di umur yang tak muda lagi. Walaupun begitu, Ajeng tetap bersikeras mencari suami yang memang mencintainya karena Allah. Cara Asma Nadia mengisahkannya sungguh membuat hati tersentuh, terlebih pada bagian surat yang ditulis Ajeng untuk sang calon suami yang tak kunjung datang.

Lain halnya dengan “Episode Ulang Tahun” oleh Helvy Tiana Rosa. Cerita ini berkisah tentang gadis tomboy yang merasakan kehampaan pada hari ulang tahunnya. Ani, teman sang gadis lalu mengajaknya mendengar ceramah dari kakak Ani, Bang Didi. Setelah mendengar penjelasan Bang Didi dan menbaca Al-Quran terjemahan bersama Ani, Dewi tak kuasa menahan tangis. Hatinya pun tergugah untuk mengenakan jilbab dan menjalani Islam yang sesungguhnya. Cara Helvy bercerita dapat membuat kita berfikir apa inti dari bertambahnya umur. Tentu saja, cerita ini mengajari kita ulang tahun bukan sekedar bersuka ria merayakan atau sekedar makan-makan bersama teman.

“Hari-Hari Cinta Tiara” karangan Asma Nadia mungkin akan menampar sebagian besar siswi SMA. Pembaca diajak “mengintip” buku harian Tiara yang pada awalnya menyelami hidup sebagai cewek populer di sekolah, dikejar “Raja Basket” yang mantan ketua OSIS sampai diincar Pierce Brosnan made in Sukabumi dari SMA 8. Masa mahasiswanya yang diisi dengan berbagai kegiatan Islami membuat ia lebih mengenal dan mencintai Islam. Ia akhirnya menikah dengan Ikhlas walaupun sebelumnya sempat tidak disetujui karena Ikhlas hanya memiliki satu kaki. Jawaban yang diberikan Tiara atas ketidaksetujuan itu sangat indah dan berbekas, “Bukankah kita tak butuh dua kaki untuk ke surga?”

Page 2: Resensi Hari-hari Cinta Tiara

Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia merupakan dua nama yang sudah tak asing dalam dunia kepengarangan cerita remaja Islami. Sebelumnya, dua penulis ini juga sudah pernah berduet dalam menulis novel pada tahun 1999, Lentera. Mereka juga telah melahirkan ratusan cerita pendek, baik yang diterbitkan maupun tidak. Dua orang ibu yang menulis cerita cinta sepertinya merupakan kombinasi unik yang pas. Mereka melihat remaja dari kacamata orang tua tetapi menggunakan bahasa ringan dan masalah umum remaja sehingga dapat mengajak remaja ikut menengok sudut pandang itu. Asma Nadia yang merupakan jebolan IPB sedikit banyak menuangkan kisah tentang kampus itu dalam karyanya.

Walaupun ada beberapa cerita yang memang agak berat dan terlalu Islami, buku ini sangat cocok dibaca oleh remaja dan orang tua. Remaja dapat mempelajari cara tokoh menyelesaikan masalah tanpa meninggalkan masalah keislaman, sedangkan orang tua dapat ikut melihat dunia remaja zaman sekarang sehingga dapat lebih memahami kondisi anak mereka. Harganya yang relatif murah membuat buku ini menjadi lebih wajib dibeli.