Upload
mamen-geoll
View
258
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
responsi
Citation preview
RESPONSI ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIKA WIDYA MANDALA – RSAL DR. RAMELAN SURABAYA
Penyusun : Calica Aghata Laksmana
NRP : 1523011005
Pembimbing : Dr. dr. Tuti Herwini, Sp. KJ
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Rahayu Kusumaningtiyas
Umur : 43 tahun
TTL : Surabaya, 5-07-1970
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Ayah : Jawa
Ibu : Jawa
Bangsa : Indonesia
Bahasa : Indonesia, Jawa
Alamat : Jl. Perum candi blok F VII/ 22 Sidoarjo
Tanggal Periksa: 30 Juli 2015
Jam Periksa : 13.30 WIB
Autoanamnesa
Autoanamnesa dilakukan pada hari Kamis, 30 Juli 2015 pukul 13.30 WIB di
paviliun VI di bagian B tempat penderita dirawat.
1
Heteroanamnesa
Heteroanamnesa dilakukan pada hari Sabtu, 1 Agustus 2015 pukul 12.00 WIB
via telepon karena suami dari penderita sedang berhalangan karena ke luar kota
dan ada jaga sehingga dokter muda tidak bisa menemui langsung beliau.
2. RIWAYAT PSIKIATRI
2.1 Keluhan Utama
Penderita dibawa ke rumah sakit karena marah marah.
2.2 Keluhan tambahan
Suami dari penderita bilang bahwa selain marah-marah penderita juga suka
semaunya sendiri dan tidak bisa diberi tahu.
2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita dibawa ke paviliun 6 dengan marah-marah. Ketika diantarkan ke
ruangannya penderita mengatakan sudah saya mau di disini saja, sampai mati saya
mau disini saja. Penderita diantarkan oleh suaminya pada waktu itu. Penderita
sempat tenang sejenak sambil terlentang di bed penderita. Kemudian tidak lama
penderita mulai tidak tenang kemudian menarik narik gorden kemudian berontak
dan turun dari ranjangnya. Suami penderita berusaha menahan penderita dibantu
oleh perawat. Setelah beberapa waktu penderita kembali tenang dan minta ke toilet.
Di kamar mandi penderita berada didalam cukup lama dan akhirnya oleh perawat
dilihat ke dalam kamar mandi ternyata penderita sedang berendam.di bak kamar
mandi dengan berpakaian lengkap.
Penderita diminta oleh perawat untuk segera keluar tetapi tidak mau sehingga
harus dipaksa, penderita ditaruh di lantai dan pakainnya dilepas karena basah.
Penderita terlihat lemas tetapi tetap sadar. Setelah cukup tenang penderita
dinaikkan di bed dan beristirahat. Pemeriksa datang sesudah penderita cukup
tenang dan sudah tiduran di ranjang. Pemeriksa menanyakan alasan penderita
marah dan berusaha melawan tadi, penderita mengaku bahwa suaminya berkata
bahwa dia diajak ke RSAL hanya untuk mengambil obatnya tetapi malah disuruh
menginap lagi di RSAL. Penderita seketika merasa marah dan dirinya sadar atas
perbuatannya. Penderita mengatakan sadar bahwa dirinya sempat ditelanjangi dan
merasa malu. Penderita juga mengatakan bahwa ia sudah berpikir cukup lama dan
2
merasa suaminya benar, suaminya tidak salah apa-apa. Penderita mengungkapkan
berkali-kali bahwa tidak ada masalah dengan keluarganya.
Pemeriksa menanyakan alasan suami membawa dirinya ke rumah sakit, apakah
penderita sempat marah-marah mungkin, dan penderita menyangkal, dirinya
mengaku tidak pernah marah-marah dan mengatakan tidak ada masalah apa-apa
dengan suaminya. Pemeriksa menanyakan kegiatan sehari-hari penderita di rumah,
penderita mengatakan bahwa dirinya menganggur dan tidak bekerja, hanya
dirumah saja. Penderita mengungkapkan bahwa dirinya agak “kuper” ( singkatan
dari kurang pergaulan) sehingga malu bertemu dengan orang lain. Pemeriksa
menanyakan ketika dirumah apakah mendengar suara atau melihat sesuatu.
Penderita mengatakan bahwa dirinya mendengar bahwa Tuhan mengatakan bahwa
dirinya terpilih dan menyuruh ini dan itu. Pemeriksa menanyakan penderita disuruh
melakukan apa tetapi penderita tidak menjawab dan langsung berbicara hal lain.
Penderita mengatakan Alqur an itu masuk didalam hatinya dan ada di dalam
hatinya. Penderita juga mengatakan dekat dengan Tuhan dan selalu berbicara
dengan Tuhan.
Pemeriksa menanyakan apakah penderita setiap hari sholat, penderita
menjawab dengan tidak jelas mengatakan bahwa penderita belum siap sholat dan
belum sempat, jawaban penderita berputar-putar sehingga pemeriksa
menyimpulkan bahwa penderita tidak rutin sholat. Penderita mengatakan bahwa
dirinya dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat akan Alquran, penderita
mengatakan hal tersebut berkali-kali.
Pemeriksa kemudian menanyakan apakah penderita mendengar bisikan tentang
suaminya, penderita menjawab bahwa orang-orang disekitarnya mengatakan untuk
menjauhi suaminya. Pemeriksa menanyakan siapa orang-orang tersebut, penderita
mengatakan orang-orang sekitar dan tetangga mengatakan pada penderita untuk
menjauhi suaminya. Penderita mengatakan bahwa orang-orang tersebut mungkin iri
kepada dia dan suaminya karena akur, penderita mengaku tidak pernah bertengkar
dengan suami dan selalu baik-baik saja.
Pemeriksa menanyakan nama dari orang-orang yang mengatakan untuk
menjauhi suaminya, penderita terdiam dan tampak bingung ketika mau menjawab
dan akhirnya menjawab pokoknya orang-orang sekitar itu dan tetangga berkata
3
seperti itu dan penderita merasa bahwa mereka iri dengan dirinya dan suami.
Pemeriksa menanyakan keluarga penderita dan anak-anaknya. Penderita menjawab
bahwa dirinya punya dua anak dan sudah besar semua. Di rumah penderita hanya
tinggal dengan suaminya saja. Suami bekerja dari pagi sampai jam 4 sore
sementara dirinya dirumah sendirian. Pemeriksa menanyakan apakah dirumah tidak
ada kegiatan atau mungkin mengobrol dengan tetangga. Penderita mengatakan
tidak mengobrol dengan tetangga di rumah tidak melakukan apa-apa karena tidak
boleh sama suami. Pemeriksa menanyakan apakah tidak masak dan melakukan
pekerjaan rumah. Penderita mengatakan tidak boleh memasak oleh suami karena
takut dirinya kecapekan sehingga makanan di rumah beli diluar setiap harinya.
Penderita mengaku tidak melakukan kegiatan apa-apa dirumah hanya berputar-
putar dirumah dan tidak menonton televisi.
Pemeriksa menanyakan apa dulu pernah masuk dan dirawat di rumah sakit
seperti ini. Penderita menjawab pernah dan sudah bolak balik masuk kesini.
Penderita mengungkapkan bahwa dulu pernah menderita epilepsi sudah sejak lama.
Penderita bercerita dulu pernah menggoreng kerupuk tiba tiba ada rasa aneh dari
dalam tubuhnya dan tahu-tahu sudah ada di rumah sakit.
Penderita tidak sadar bahwa dirinya terjatuh dan tangannya masuk dalam
penggorengan sehingga beberapa jari tangan kanannya tidak berbentuk. Pemeriksa
menanyakan rasa aneh seperti apa tetapi penderita tidak dapat menjelaskan dengan
baik hanya mengatakan ada rasa aneh keluar dari dalam tubuhnya.
Kemudian pemeriksa menanyakan mengapa gigi penderita ada yang tidak
lengkap seperti habis terhantam sesuatu. Penderita mengatakan bahwa dirinya
waktu itu sedang ngobrol dengan orang-orang, penderita mengungkapkan bahwa
orang- orang itu tidak sesuai dengan saya. Penderita mengatakan orang –orang itu
tidak cocok dengan saya lalu tiba-tiba saja gigi saya terjatuh. Pemeriksa agak
bingung dengan pernyataan penderita, tetapi menyimpulkan mungkin pada saat itu
penderita mengalami epilepsi dan terjatuh kemudian ketika bangun tidak sadar
bahwa dirinya mengalami epilepsi.
Selama percakapan dengan penderita, ada kontak mata dengan penderita
dengan pemeriksa. Penderita diajak bicara juga menjawab dengan baik meskipun
ada bagian-bagian pertanyaan yang tidak dijawab penderita dengan baik. Selama
4
percakapan penderita juga cukup ceria, menjawab semuanya dengan senyum
diwajah. Ketika waktu makan siang pemeriksa mempersilahkan penderita untuk
mengambil makanan, penderita mengatakan nanti saja dengan ekspresi kaku.
Pemeriksa menanyakan apakah mungkin malu dengan yang lain karena sempat
bertelanjang tadi. Penderita mengatakan iya malu karena kejadian tadi, dan
sungkan karena dilihat orang.
Heteroanamnesa dilakukan pada hari Sabtu, 1 Agustus 2015 pukul 12.00 WIB via
telepon karena suami dari penderita sedang berhalangan karena ke luar kota dan
ada jaga sehingga dokter muda tidak bisa menemui langsung beliau.
Setelah mewawancarai penderita, pemeriksa kemudian menelepon keluarga
dari penderita. Penderita ternyata hanya tinggal berdua dengan suaminya. Suami
bekerja dengan sebagai TNI Angkatan Laut dan pulangnya sore sementara
penderita hanya diam di rumah dan tidak melakukan aktivitas apapun. Pemeriksa
tidak dapat menemui keluarga penderita disebabkan karena suami dari penderita
sedang berada di luar kota sehingga wawancara dilakukan via telepon.
Pemeriksa bertanya kepada suami apa memang sudah sering penderita
dimasukkan ke RSAL. Suami penderita menjawab memang sudah berkali-kali
masuk ke RSAL. Pemeriksa menanyakan yang sekarang dibawa ke RSAL karena
apa. Suami penderita menjawab bahwa istrinya marah-marah tanpa ada alasan yang
jelas. Kemudian suaminya membawa penderita ke RSAL dengan alasan mengambil
obat karena istri pasti akan marah bila tahu bahwa dirinya mau dimasukkan ke
RSAL.
Pemeriksa menanyakan selain marah-marah, adakah gejala lain yang timbul.
Suami penderita menjawab bahwa penderita dari dulu memang sering marah-marah
dan bahkan membanting barang-barang, penderita sering mencurigai suaminya
selingkuh tanpa alasan yang jelas. Padahal suami cuma keluar sebentar untuk
membeli makanan misalnya. Suami mengatakan penderita tidak boleh memasak
karena dulu pernah punya riwayat epilepsi. Pemeriksa meminta suami
menceritakan tentang kejadian epilepsi tersebut. Suami penderita mengatakan
bahwa dulu istrinya sedang memasak sesuatu dan suami duduk diruang tamu.
5
Kemudian tiba tiba terdengar bunyi jatuh, ternyata istrinya mengalami epilepsi,
menyebabkan jari kanannya sempat masuk kedalam penggorengan dan jarinya
mengalami kecacatan.
Suami penderita mengatakan sejak kejadian epilepsi tersebut, istrinya tidak
diperbolehkan melakukan aktifitas yang berat takut memicu timbul epilepsi
tersebut. Pemeriksa menanyakan tentang gigi penderita yang bagian depan terlihat
banyak yang lepas. Suami penderita mengatakan dulu sempat juga epilepsi dan
penderita terjatuh ke depan sehingga gigi bagian depan rontok.
Pemeriksa menanyakan sejak kapan penderita didiagnosa epilepsi, suami
penderita mengatakan sudah sejak lama. Suami penderita sudah lupa kapan, kira-
kira tahun 1998. Pemeriksa menanyakan sejak kapan dirawat di paviliun 6 RSAL,
suami penderita mengatakan bahwa dulunya sebelum di paviliun 6 penderita konsul
rutin di poli jiwa setelah didiagnosa menderita epilepsi. Pemeriksa menanyakan
apakah gejala yang timbul seperti marah- marah mulai muncul sesudah atau
sebelum didiagnosa epilepsi. Suami penderita menjawab bahwa sesudah epilepsi
istrinya mulai sering marah-marah dan kadang melantur, juga suka semaunya
sendiri. Pemeriksa menanyakan apakah kepribadian penderita sejak kecil seperti
itu, Suami penderita mengatakan bahwa sejak kecil istrinya biasa saja, memang
sedikit pendiam dan pemalu dengan orang baru. Tetapi tidak pernah marah-marah
seperti ini.
Pemeriksa menanyakan selain kecurigaan berlebihan terhadap suami apakah
ada gejala lain seperti penderita mendengar atau melihat sesuatu. Suami penderita
menjawab setahu suaminya istrinya tidak pernah bercerita mendengar atau melihat
sesuatu. Pemeriksa juga menanyakan apakah benar tetangga penderita memberi
tahu istrinya untuk tidak dekat-dekat dengan suaminya seperti yang penderita
ceritakan kepada pemeriksa, suami penderita menjawab bahwa istrinya merupakan
orang pendiam dan tidak mau mengobrol keluar rumah dengan tetangga.
Pemeriksa menanyakan apakah di rumah tidak rutin meminum obat sehingga
gejala timbul. Suami penderita menjawab bahwa penderita sering susah disuruh
minum obat karena merasa dirinya sudah sembuh, apalagi suami penderita bekerja
dan kadang bepergian ke luar kota sehingga tidak bisa mengawasi istrinya.
6
2.4 Riwayat Gangguan Sebelumnya
A. Riwayat Gangguan Psikiatri
Penderita berkali-kali berobat di poli jiwa RSAL sejak tahun 2000 dengan
epilepsi, kemudian dikonsulkan ke jiwa ditetapkan sebagai Skizofrenia paranoid.
B. Riwayat gangguan Medik
Hipertensi : (-)
Diabetes Mellitus : (-)
Trauma kepala, penyakit SSP, dan kejang : (+)
Asma : (-)
Gastritis : (-)
Alergi : (-)
C. Riwayat Penggunaan Obat-Obatan Terlarang dan Alkohol
Penderita mengaku tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang maupun
mengkonsumsi minuman beralkohol.
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
A. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada yang mengalami gangguan yang sama dengan penderita.
B. Riwayat gangguan Medik
Hipertensi : disangkal
Diabetes Militus : disangkal
Asma : disangkal
Gastritis : disangkal
Alergi : disangkal
2.6 Riwayat Sosial dan Riwayat Hidup
a. Prenatal dan Perinatal
- Persalinan ditolong oleh dukun bayi. Lahir normal, tidak ada cedera lahir, tidak
ada kelainan kongenital, berat badan lahir normal dan dalam kondisi sehat.
b. Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)
- Diasuh oleh orang tua penderita.
- Hubungan penderita dengan orang tua dan saudara-saudaranya cukup baik.
- Tidak terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
7
c. Masa Kanak Pertengahan (usia 3-6 tahun)
- Penderita masuk sekolah dengan sewajarnya.
- Penderita punya teman sepermainan.
d. Masa Kanak Akhir (usia 6-11 tahun)
- Penderita bersekolah di SD.
- Hubungan penderita dengan teman cukup baik.
- Hubungan penderita dengan orang tua baik.
- Penderita anak yang pendiam dan pemalu
- Penderita tidak pernah tinggal kelas dan tidak bolos sekolah.
e. Masa Remaja
- Penderita tidak melanjutkan ke SMP
- Penderita tidak bekerja
f. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
SD = 6 tahun
2. Riwayat Pekerjaan
- Tidak pernah bekerja dan langsung menikah.
3. Riwayat Pernikahan
Penderita menikah pada saat usia 19 tahun. Penderita dan suami
dikaruniai 2 anak 1 laki-laki dan 1 anak perempuan. Anak pertama adalah
laki-laki, kedua perempuan.. Hubungan penderita dengan suami dan dengan
anak-anaknya baik.
4. Riwayat Agama
Penderita beragama Islam. Penderita tidak shalat tiap harinya.
5. Riwayat Psikososial
Penderita selalu mematuhi peraturan yang ada.
6. Aktivitas Sosial
Hubungan penderita suami, anak dan saudara berlangsung baik
walaupun terpisah tinggalnya dengan anak. Penderita tidak bergaul dengan
tetangga. Kedua orang tua penderita sudah meninggal.
8
7. Situasi Kehidupan Sekarang
Penderita tinggal bersama suaminya saja di rumah. Anak pertama dan
keduanya tinggal bersama neneknya di luar sidoarja dan tidak serumah
dengan penderita dan suaminya. Tidak pernah bertemu dengan kedua
anaknya. Penghasilan keluarga hanya dari suami yang bekerja sebagai TNI.
8. Riwayat Keluarga
Penderita lahir di Surabaya pada 05 juli 1970. Penderita merupakan
anak pertama dari empat bersaudara. Penderita dibesarkan oleh kedua orang
tuanya dari kecil. Keluarga penderita tergolong harmonis dan tidak ada
permasalahan yang berarti. Penderita merupakan anak yang pemalu. Kedua
orang penderita sudah meninggal sejak lama. Saudara-saudaranya semua
bekerja.
Adik penderita yang kedua berumur 41 tahun bekerja sebagai guru sd,
Adik penderita yang ketiga berumur 39 tahun bekerja sebagai pedagang
Adik penderita yang keempat berumur 36 tahun bekejra sebagai bidan.
Kedua anak penderita dirawat oleh nenek dari suaminya, anak pertama baru
lulus kuliah dan sudah bekerja, anaknya yang kedua masih kelas 1 sma.
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
3.1 Status Interna
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Vital Sign
- Tensi : 120/80 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36.2 oC
- RR : 21 x/menit
d. Kepala/Leher:
- A/I/C/D : -/-/-/-
- Pembesaran KGB : (-)
- Pembesaran Thyroid : (-)
- Gigi seri bagian atas tanggal
9
e. Thoraks:
- Jantung : S1 S2 tunggal
- Paru : gerak napas simetris, vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-).
f. Abdomen
Inspeksi : datar simetris
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar, lien, ren tidak teraba
Perkusi : tympani
Auskultasi : suara bising usus dalam batas normal
g. Ekstremitas
Deformitas pada jari ke 2, 3, dan 4 tangan kanan
Akral hangat pada keempat ekstremitas
+ +
+ +
Oedema pada keempat ekstremitas
_ _
_ _
3.2 STATUS NEUROLOGIS
a. Kesadaran : GCS 4-5-6
b. Refleks fisiologis : dalam batas normal
c. Refleks patologis : ekstremitas atas (-)
ekstremitas bawah (-)
d. Motorik : normotonus, turgor baik, koordinasi baik
e. Meningeal sign : (-)
f. Mata : Gerakan mata normal, pupil isokor
Refleks pupil : +/+
Refleks kornea : +/+
3.3 STATUS PSIKIATRI
- Kesan umum
Penampilan : wajah tampak sesuai umur, berpakaian rapi
Kontak : mata (+), verbal (+), relevan, lancar
10
Perilaku : penderita cenderung diam
Sikap terhdapa pemeriksa: kooperatif terhadap pemeriksa.
- Kesadaran : berubah
- Disorientasi : waktu (-), tempat (-), orang (-)
- Emosi
Mood : baik
Afek : dangkal
Keserasian antara mood dan afek: tidak serasi
- Proses berpikir : Bentuk: non realistik
Arus : koheren
Isi : waham dikendalikan, preokupasi, PTM +
- Persepsi : riwayat halusinasi dengar (+), depersonalisasi
- Kemauan : Pekerjaan : menurun
Sosial : menurun
Perawatan diri: dalam batas normal.
- Psikomotor : meningkat
- Intelegensia : kesan cukup
- Daya Ingat : kesan cukup
4. INTISARI YANG BERMAKNA
Ny. Rahayu, 45 tahun, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia
mempunyai suami dan 2 orang anak. Ia sering marah marah dan membanting barang,
marah kepada suami dengan alasan tidak jelas, suka semaunya sendiri tidak
mendengarkan suaminya dan mendengar tetangga mengatakan untuk menjauhi
suaminya padahal kenyataanya penderita tidak pernah berbicara dengan
tetangga. Status interna dan neurologi dalam batas normal. Status psikiatri didapatkan
afek/emosi yaitu dangkal, bentuk pikiran yaitu non realistik, isi pikiran yaitu waham
dikendalikan dan preokupasi, pikiran tidak memadai positif, persepsi yaitu riwayat
halusinasi dengar, kemauan sosial dan pekerjaan menurun, psikomotor
meningkat.
- Faktor Pencetus : masalah psikososial, dirumah hanya bersama suami dan suami
kerja, tidak pernah bertemu dengan anaknya, tidak mau minum obat
11
- Faktor Penyebab
Premorbid: pendiam, tertutup, penurut, jarang bergaul.
RTTGJ : anak pertama dari 4 bersaudara
Keturunan: tidak ada
- Faktor Organik : Epilepsi
5. DIAGNOSIS
5.1 Formulasi Diagnostik
Pada penderita ini ditemukan adanya pola psikologis yang secara klinis
bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan
perubahan dalam kehidupan dan dapat mengakibatkan penderitaan dan hendaya
dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat
disampaikan bahwa penderita mengalami suatu “Gangguan Jiwa”.
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap penderita, didapatkan adanya
gangguan pada penghayatan akan realitas (sense of reality) dan kemampuan menilai
realitasnya (reality testing ability). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penderita mengalami gangguan jiwa Psikosa.
Pada penderita didapatkan adanya tough insertion (isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya), delusion of control (waham tentang dirinya
dikendalikan kekuatan dari luar, halusinasi auditorik yang menetap, gejala negatif
(hilangnya minat, tidak berbuat sesuatu, penarikan diri secara sosial, hidup tak
bertujuan. Pada penderita ini terdapat halusinasi dengar yang memberi perintah
penderita dan waham dikendalikan sehingga penderita didiagnosa “ Skizofrenia
Paranoid ” pada Axis I. Skizofrenia pada penderita ini terjadi pada usia muda,
namun data penderita kurang tergali dengan baik tentang perjalanan penyakit
penderita saat masih muda sehingga diagnosis bandingnya adalah Skizofrenia
Hebrefrenik.
Pada Axis II Penderita memiliki ciri kepribadian yang tertutup, pendiam, dan
suka memendam masalah.
Pada Axis III terdapat riwayat epilepsi
12
Pada Axis IV kedua anaknya tinggal terpisah darinya sudah sejak lama.
Dirumah hanya dengan suami saja. Suami kerja dan pulang sore hari dan tidak mau
minum obatnya.
Pada Axis V dilakukan penilaian terhadap penyesuaian diri dengan
menggunakan skala Global Assessment of Functioning Scale (GAF Scale) 50-41
(gejala berat, disabilitas berat)
5.2 Formulasi Psikodinamika
Menurut BF Skinner, kepribadian berintegrasi baik adalah kepribadian dengan:
Menerima diri sendiri: harga diri, percaya diri, memahami diri, tahu
kekurangan dan kelebihan diri.
Diterima oleh orang lain: orang tua, teman
Efisiensi dalam pekerjaan atau studi: konsentrasi baik tenang, tanggung
jawab dapat dipercaya.
Bebas dari konflik dalam diri sendiri. Senang dengan pekerjaan, realistis,
matur, dapat menikmati hiburan, menguasai emosi.
Berdasarkan kriteria diatas, penderita yang memiliki sikap tertutup,
pendiam, suka memendam masalah, dan jarang bergaul dapat dikatakan
memiliki kepribadian yang berintegrasi kurang baik/immature. Seorang dengan
kepribadian immature sangat mudah timbul gangguan jiwa bila terpapar
terhadap stressor ringan dalam waktu yang lama atau stressor ringan tapi
spesifik.
Ada 3 fase (General Adaptation Syndrome oleh Hans Selye) yang dapat
diidentifikasi bila seseorang terpapar oleh stress, yaitu:
1. Alarm reaction (reaksi tanda bahaya) : terjadinya kepekaan dan
kewaspadaan meningkat, pembangkitan emosi dan ketegangan, usaha
mengawasi diri, berbagai mekanisme pembelaan secara intensif.
2. Fase resistensi (Pertahanan): pada fase ini timbul pemakaian mekanisme
pembelaan baru yang berlebihan dan menyimpang. Apabila sesorang
terpapar suatu stressor, maka integritas diri individu akan merespon
dengan dua cara, yaitu “Task Oriented“ ataupun “Mekanisme Pembelaan
Ego”. Mekanisme pembelaan ego yang digunakan yaitu represi
13
(mendorong pikiran yang menyakitkan ke alam tak sadar) menyebabkan
timbulnya pola-pola neurotik. Bila tindakan pembelaan yang berlebihan
dan abnormal ini masih tidak berhasil, maka berlanjut ke fase kepayahan.
3. Fase kepayahan: pada fase ini terjadi disintegrasi kepribadian (psikosa)
atau stupor yang hebat dan terus menerus serta tidak terkontrol sehingga
terjadi kepayahan, kehabisan energi fisik, dan akhirnya kematian.
Beberapa individu mampu mempertahankan pembelaan yang efektif pada
tingkat neurotik dalam keadaan stres yang ekstrem. Namun, individu lain
rupanya tidak mampu menggunakan pembelaan neurotik dan langsung dari
normal menuju ke psikotik. Hal tersebut dikarenakan individu itu memiliki daya
tahan stress yang rendah (terdapat pada kepribadian immature).
5.3 Diagnosis Multiaksial
Axis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Axis II : ciri kepribadia yang tertutup, pendiam, suka memendam masalah, tidak
mau minum obat
Axis III : Epilepsi
Axis IV : Masalah keluarga
Axis V : GAF scale 50-41
6. PROGNOSIS
a. Kepribadian premorbid : tertutup, pendiam, memendam masalah (jelek)
b. Onset usia : tahun 2000 an (jelek)
c. Jenis : Skizofrenia paranoid (baik)
d. Onset timbul : Kronis (jelek)
e. Faktor pencetus : Organik (baik)
f. Faktor keturunan : Tidak Ada (baik)
g. Pengobatan : dini, tidak teratur minum obat (jelek)
Kesimpulan prognosa : Dubia ad malam
Prognosis Ad vitam : Dubia ad malam
Prognosis Ad fuctionam : Dubia ad malam
14
Prognosis Ad sanationam : Dubia ad malam
7. TERAPI
A. Farmakoterapi
Risperidone (Nodiril 2x2 mg) pagi dan malam hari
- Nama dagang : Risperdal, persidal, nodiril, rizodal
- Derivat dari : Benzixosazole
- Dosis yang dianjurkan : 2-6 mg/hari
- Dosis maksimal : 9 mg/hari
- Sediaan : Tab. Oral 1-3mg
- Bentuk sediaan : Tablet dan injeksi
- Mekanisme kerja :
Risperidone termasuk anti psikotik turunan benzixosazole.
Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan
afinitas tinggi terhadap receptor serotonergik 5-HT2 dan
dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan receptor α-1-
adrenergik. Risperidone tidak memiliki afinitas terhadap receptor
kolinergik. Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat,
dimana dapat memperbaiki gejala positif Skizofrenia, hal tersebut
menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi
katalepsi dibanding neuroleptik klasik.
Antagonisme serotonin dan dopamin central yang seimbang dapat
mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping ekstrapiramidal,
dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan
afektif dari Skizofrenia.
- Efek sedasi : (+)
- Gangguan sistem saraf otonom : (+)
- Sindrom ekstrapiramidal : (+),
- Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap risperidone
- Alasan pemilihan obat
15
Risperidone merupakan antipsikosis atipikal, yang terapinya
untuk gejala positif dan negatif. Pada penderita ini selain gejala positif
seperti adanya waham, halusinasi, dan terdapat gejala negatif seperti
penderita malas melakukan kegiatan sehari-hari dan penarikan diri. Efek
ekstrapiramidal pada risperidone minimal.
Dilantin (untuk anti epilepsi)
- 100 mg dengan pemberian 3 kali sehari.
B. Psikoterapi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok dapat membantu
mengembalikan fungsi sosial penderita. Terapi kerja (permainan atau pelatihan
bersama) adalah terapi yang baik untuk mendorong penderita bergaul dengan
orang lain.
Terapi keluarga. Lingkungan sekitar yang tidak stabil dapat
menyebabkan kekambuhan penderita. Untuk itu, keluarga perlu dipersiapkan
dalam menciptakan kondisi yang kondusif untuk penderita.
Memberi tahu suami penderita untuk apabila bepergian keluar dan
penderita sendirian dirumah minta tetangga atau anggota keluarga lain
menemani penderita dan mengingatkan untuk minum obat.
8. MONITORING DAN USUL
A. MONITORING
Perkembangan status psikiatri penderita pada masa pengobatan
Efek samping obat
Vital sign
B. USUL
Konseling terkait stressor
Karena terdapat ketidakteraturan berobat maka obat maka perlu
mengingatkan keluarganya, dalam hal ini suaminya untuk lebih memantau
kepatuhan penderita dalam minum obat.
Injeksi suksonoate long acting, tetapi perlu dilakukan desenstisasi dahulu.
16
9. LAMPIRAN
A. Denah Rumah dan Lokasi Rumah Penderita
17
Dapur Tempat Cucian
B. Foto Pemeriksa dengan Penderita
18
Kamar Tidur
Kamar Mandi Tempat Sholat
Ruang Tamu
TerasTempat Barang
Taman
Jalan TWP candi
Silsilah Keluarga
19