Upload
hatuong
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RIVIEW MEDICAL SURGICAL NURSING TEST _I Gede Purnawinadi, S.Kep, CWCCA_ Faculty of Nursing, Klabat University
A. Levels of Structural Organization
1. ion
2. molekul
3. makromolekul
4. organel
5. sel
6. jaringan
7. organ
8. system organ
9. organisme
B. Body Planes and Sections
C. Anatomical Position and Directional Terms
D. Body Regional Terms
E. Positions
F. Body Cavity
G. Skeletal System
H. Endocrine Glands
I. Urinary System
J. Heart Anatomy
K.
L. Nervous System
Cranial Nervous system
Glasgow Coma Scale
Scoring
1. Eye Opening 1. Spontaneous: 4 2. To speech: 3 3. To pain: 2 4. No Response: 1
2. Best Verbal Response 1. Oriented (Infant coos or babbles): 5 2. Confused (Infant irritable cries): 4 3. Inappropriate words (Infant Cries to pain): 3 4. Incomprehensible sounds (Infant Moans to pain): 2 5. No Response: 1
3. Best Motor Response 1. Obeys (Infant moves spontaneous/purposefully): 6 2. Localizes (infant withdraws to touch): 5 3. Withdraws to pain: 4
4. Abnormal Flexion to pain (Decorticate): 3 5. Extensor Response to pain (Decerebrate): 2 6. No Response: 1
Interpretation
1. Total: 3-15 2. Minor Head Injury: 13-15 3. Moderate Head Injury: 9-12 4. Severe Head Injury (Coma): <= 8
1. Confers Significant Mortality Risk <= 8
M. Pulse Site
N. Abdominopelvic Regions
O. Abdominopelvic Quadrants
P. Fractures
Q. Types of Shock
Patofisiologi Syok
Tiga faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah normal:
a. Pompa jantung. Jantung harus berkontraksi secara efisien.
b. Volume sirkulasi darah. Darah akan dipompa oleh jantung ke dalam arteri dan kapiler-kapiler jaringan.
Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh jaringan, sistem vena akan mengumpulkan darah dari jaringan
dan mengalirkan kembali ke jantung. Apabila volume sirkulasi berkurang maka dapat terjadi syok.
c. Tahanan pembuluh darah perifer. Yang dimaksud adalah pembuluh darah kecil, yaitu arteriole-arteriole
dan kapiler-kapiler. Bila tahanan pembuluh darah perifer meningkat, artinya terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah kecil. Bila tahanan pembuluh darah perifer rendah, berarti terjadi vasodilatasi. Rendahnya
tahanan pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah akan berkumpul
pada pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran darah balik ke jantung menjadi berkurang
dan tekanan darah akan turun.
Penyebab syok dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Syok kardiogenik (kegagalan kerja jantungnya sendiri): (a) Penyakit jantung iskemik, seperti infark; (b)
Obat-obat yang mendepresi jantung; dan (c) Gangguan irama jantung.
b. Syok hipovolemik (berkurangnya volume sirkulasi darah): (a) Kehilangan darah, misalnya perdarahan; (b)
Kehilangan plasma, misalnya luka bakar; dan (c) Dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa
lama), cairan keluar yang banyak (misalnya diare, muntah-muntah, fistula, obstruksi usus dengan
penumpukan cairan di lumen usus).
c. Syok obstruktif (gangguan kontraksi jantung akibat di luar jantung): (a) Tamponade jantung; (b)
Pneumotorak; dan (c) Emboli paru.
d. Syok distributif (berkurangnya tahanan pembuluh darah perifer): (a) Syok neurogenik; (b) Cedera medula
spinalis atau batang otak; (c) Syok anafilaksis; (d) Obat-obatan; (e) Syok septik; serta (f) Kombinasi,
misalnya pada sepsis bisa gagal jantung, hipovolemia, dan rendahnya tahanan pembuluh darah perifer.
Tanda dan Gejala Syok
Sistem Kardiovaskuler - Gangguan sirkulasi perifer – pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna
dibandingkan penurunan tekanan darah.
- Nadi cepat dan halus.
- Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai
terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
- Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik.
- CVP rendah.
Sistem Respirasi - Pernapasan cepat dan dangkal.
Sistem saraf pusat - Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak,
pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa
gelisahnya pasien memang karena kesakitan.
Sistem Saluran Cerna - Bisa terjadi mual dan muntah.
Sistem Saluran Kencing - Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah 60 ml/jam (1/5–1 ml/kg/jam).
Penanggulangan Syok
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan;
memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab
syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus bebas
kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan
memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada
syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi
dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi
jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer.
Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan
penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam menghadapi syok:
Posisi Tubuh
1. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi penderita dibaringkan
telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
2. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan sampai persiapan
transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan
pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
3. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak sadar, harus
dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga
mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat
penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
4. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak ditinggikan. Tidak
dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
5. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita dibaringkan dengan posisi telentang
datar.
6. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm
sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila
penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
Pertahankan Respirasi
1. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
2. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas (Gudel/oropharingeal airway).
3. Berikan oksigen 6 liter/menit
4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena,
produksi urin, dan (CVP).
R. Body Movement
S. Medications
SINGKATAN ARTI SINGKATAN ARTI
1. ac (ante cibum) 2. pc (post cibum) 3. qd (quaque die) 4. bid (bis in die) 5. tid (ter in die) 6. qid (quater in die) 7. qh (quaque hora) 8. hs (hora somni) 9. qn (quaque nocte) 10. stat (statim) 11. qod (quaque otra die) 12. prn (pro re nata) 13. tiw (ter in vicis) 14. biw (bis in vicis) 15. q2h/q2ͦ ,... 16. sc (intra-
subcutaneously) 17. im (intra-muscularly) 18. iv (intra-venously) 19. ivpb (intravenously-
piggyback) 20. ngt (naso-gastric-tube) 21. od (oculus dextra) 22. os (oculus sinister)
23. Sebelum makan 24. Setelah makan 25. Setiap hari, harian 26. Dua kali sehari 27. Tiga kali sehari 28. Empat kali sehari 29. Setiap jam 30. Waktu tidur 31. Setiap malam 32. Segera 33. Setiap selang sehari 34. Bila perlu 35. Tiga kali seminggu 36. Dua kali seminggu 37. Setiap 2 jam,... 38. Pada subkutan 39. Pada otot 40. Pada vena 41. Pada vena secara
piggyback 42. Selang NGT 43. Pada mata kanan 44. Pada mata kiri
23. ou (oculus utrique) 24. po (per os) 25. pr (per rektum) 26. sl (sublingual) 27. s&s (swish &
swallow) 28. gtt (guttae) 29. sdm/tbsp/C 30. sdt/tsp/cth 31. cap 32. sol 33. supp 34. susp 35. syr 36. tab 37. kvo/ko 38. D/c 39. ad lib 40. NPO (nathing per os)
41. Pada kedua mata
42. Melalui mulut 43. Dalam rektum 44. Di bawah lidah 45. Dengan lidah
& otot pipi membasahi mulut
46. Tetes 47. Sendok
makan/15ml 48. Sendok
teh/5ml 49. Kapsul 50. Larutan 51. Supositoria 52. Suspensi 53. Sirup 54. Tablet 55. Biarkan vena
tetap terbuka 56. Stop, hentikan 57. Add libitum,
tambahan seperlunya
58. Puasa
Singkatan Arti
cc Sentimeter kubik
G (gm, Gm) Gram
Kg (Kg) Kilogram
L Liter
µg (mcg) Mikrogram
mg Miligram
Ml (mL) Mililiter
Contoh 1: Bp. R membutuhkan 400 mg antibiotic sesuai dengan resep yang ada, tablet antibiotic yang tersedia adalah 200 mg. Berapa tablet antibiotic yang perawat harus berikan pada Bp. R ? Jawab : Jika tablet yang harus diberikan = X Tablet. Diketahui: 1 tablet = 200 mg Maka: X = 400 mg/tablet X= 400 mg /200 mg X = 2 tablet Rasio selalu diartikan dalam sistem metrik sebagai gram per mililiter. 1 g per 1000 ml 1 g = 1000 ml 1g/1000 ml Misalkan satu ampul beretiket 2 ml epinefrin 1:1000. 1:1000 berarti 1 g dalam 1000 ml, 1g = 1000mg 1000 mg =1000 ml, maka 1 mg = 1 ml Karena ampul 2 ml, maka berisi 2 mg obat Contoh 2: Order dokter: epinefrin 1 mg SC stat Etiket: ampul bertanda 1:1000 Padanan: 1:1000 berarti 1 g dalam 1000 ml Sehingga 1000 mg =1000 ml Berikan 1 cc SC
Contoh 3:
Order dokter: isoproteranol HCL 0,2 mg IM stat Sediaan: ampul beretiket 1:5000 Padanan: 1:5000 berarti 1 g dalam 5000 ml 1 g = 1000 mg Jadi, 1000 mg/5000 ml J=P/M x S 0,2/1000 x 5000 = 1 ml IM yang diberikan
• Persen (%) berarti bagian perseratus • Persentase selalu diartikan dalam sistem metrik sebagai gram per 100 ml
Contoh, • Lidokain 2% ………. (2 gram dalam 100 ml) • 2 g per 100 ml • 2 g = 100 ml • 2g/100 ml
Contoh 4:
• Order dokter: Lidokain 30 mg untuk suntikan sebelum menjahit luka. • Sediaan: ampul beretiket 2% • Padanan 2% berarti 2 g dalam 100 ml • 1 g = 1000 ml, jadi 2000 mg dalam 100 ml • 30/2000 x 100 = 3/2 = 1,5 ml
Selesaikan soal-soal perhitungan obat suntikan berikut, kemudian tarik garis pada spuit/syringe sesuai dengan jumlah (ml) jawaban anda!
Status kesehatan Kelas Obat Kerja Obat dalam Tubuh
Aktivitas dan Latihan Antihipertensi Antiaritmia Inotropik Antiangina Antikoagulan Bronkodilator
Menurunkan tekanan darah Mengatur irama jantung Menguatkan kontraksi jantung Meningkatkan aliran darah koroner Menghancurkan gumpalan darah Membersihkan jalan nafas
Nutrisi dan Metabolisme Antibiotik Antiemetik Antasid Insulin Kortikosteroid Tiroid Vitamin & Mineral
Mencegah dan menghilangkan infeksi Menurunkan rasa mual / nausea Menurunkan asam lambung Menurunkan kadar gula darah Menurunkan reaksi peradangan / inflamasi Mengatur laju metabolisme Suplemen untuk intake nutrisi inadekuat
Eliminasi Laksative Antidiare Diuretik
Memperlancar pengeluaran feses Menyembuhkan diare Meningkatkan produksi urine dan pengeluaran urine
Tidur dan Istirahat Kognisi dan Persepsi
Sedative, Hipnosis Analgesik Antipsikotik
Meningkatkan tidur Menurunkan nyeri Menurunkan gejala psikotik (halusinasi)
Koping dan Stress adaptasi Seksualitas dan Reproduksi
Antiansietas Antidepresan Hormon ovarium
Menurunkan ansietas Menurunkan depresi Menghasilkan pengganti hormon Menghasilkan pengendalian kelahiran (KB)
T. Steps in The Nursing Process
1 Assessment Systematic collection of data to determine the patient's health status and to identify any actual or potential health problems.
2 Nursing diagnosis Identification of actual or potential health problems that are amenable to resolution by nursing actions.
3 Planning Development of goals and a care plan designed to assist the patient in resolving the nursing diagnoses
4 Implementation Actualization of the care plan through nursing interventions or supervision of others to do the same.
5 Evaluation Determination of the patient's responses to the nursing interventions and of the extent to which the goals have been achieved.
U. Unipolar chest lead (ECG) Location:
• Rekaman potensial (pada bidang horizontal) dari satu titik di permukaan dada V1 : SIC 4 garis sternal kanan V2 : SIC 4 garis sternal kiri V3 : antara V2 dan V4 V4 : SIC 5 garis midclavicular kiri V5 : SIC 5 garis aksilaris anterior kiri V6 : SIC 5 garis aksilaris media kiri
V. Level of Consciousness
Compos Mentis (conscious) kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis, keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium, gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal. Somnolen (Obtundasi, Letargi) kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Stupor (soporo koma),keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. Coma (comatose), tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
W. Immunization BCG
Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC. Jika bayi sudah berumur lebih dari tiga bulan,
harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.
Hepatitis B
Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1
bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.
Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah karena telah memakan korban cukup banyak.
Target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia dari penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama
setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini dulang pada
usia 18 bulan dan 5 tahun.
DTP
DTP diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Tetanus, dan Pertusis. Vaksin ini diberikan
pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur
18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI.
Campak
Campak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan pada program BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun.
5 jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah, dalam hal ini masih mendapat subsidi dari pemerintah
sehingga biayanya relatif lebih murah
1. Imunisasi BCG, Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus
tubercle bacii yang hidup didalam darah. Itulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan jenis
basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin)
2. Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB, yaitu
virus penyebab penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan sirosis atau pengerutan hati, bahkan
lebih buruk lagi mengakibatkan kanker hati.
3. Imunisasi Polio, Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. Penyakit
akibat virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan.
4. Imunisasi DTP, Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pentusis,
menyingkir jauh dari tubuh si kecil.
5. Imunisasi Campak, Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring
bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat
pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus Morbili.
X. The Subclasses of Antibodies
The five subclasses of antibodies are:
1. Immunoglobulin A (IgA), which is found in high concentrations in the mucous membranes, particularly
those lining the respiratory passages and gastrointestinal tract, as well as in saliva and tears.
2. Immunoglobulin G (IgG), the most abundant type of antibody, is found in all body fluids and protects
against bacterial and viral infections.
3. Immunoglobulin M (IgM), which is found mainly in the blood and lymph fluid, is the first to be made by
the body to fight a new infection.
4. Immunoglobulin E (IgE), which is associated mainly with allergic reactions (when the immune system
overreacts to environmental antigens such as pollen or pet dander). It is found in the lungs, skin, and
mucous membranes.
5. Immunoglobulin D (IgD), which exists in minute amounts in the blood, is the least understood antibody.
IgA, IgG, and IgM are frequently measured simultaneously. Evaluated together, they can give doctors important
information about immune system functioning, especially relating to infection or autoimmune disease.
Y. Pitting Edema Measurement
1+ Trace Barely detectable impression when finger is presssed into skin.
2+ Mild Slight indentation. 15 seconds to rebound
3+ Moderate Deeper indentation. 30 seconds to rebound.
4+ Severe > 30 seconds to rebound.
O’Sullivan, S.B. and Schmitz T.J. (Eds.). (2007). Physical rehabilitation: assessment and treatment (5th ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company. p.659
Alternate method:
1. Press on skin over tibia. Then run pads of fingers over the area pressed and note if there is an indentation. If indentation is noted, repeat, further up the tibia.
2. Document the point at which swelling is no longer present (distance above malleolus).
Brunner L. (1982).The Lippincott Manual of Nursing Practice. (3rd ed.). Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia. p.36
Z. Sinuses & Numeric Pain Scale
AA. Rule of Nines For Calculating Total Burn Surface Area
BB.
S I K A P P O S I S I /A R A H
Superior bagian atas
Inferior bagian bawah
Anterior bagian depan
Posterior bagian belakang
Internal bagian dalam
Eksternal bagian luar
Dekstra bagian kanan
Sinistra bagian kiri
Lateral bagian samping
Medial bagian tengah
Sentral bagian pusat
Perifer bagian tepi
Profunda dalam
Superfisial dangkal/permukaan
Asendens bagian yang naik
Desendens bagian yang turun
Kranial bagian kepala
Kaudal bagian ekor
Ventral bagian depan ruas tulang belakang
Dorsal bagian belakang ruas tulang belakang
Viseral selaput bagian dalam
Parietal selaput bagian luar
Transversal melintang
Longitudinal membujur
Proksimal mendekati batang tubuh
Distal menjauhi batang tubuh
Palmar kearah palmaris manus (gerak atas)
Plantar kearah plantar pedis (gerak bawah)
Ulnar kearah ulna (hasta)
Radial kearah radius (pengumpil)
Tibbial kearah tibia (kering)
Fibular kearah fibula (betis)
Fleksi membengkok
Ekstensi meluruskan kembali
Abduksi menjauhi badan
Adduksi mendekati badan
Rotasi memutar
Sirkumduksi gerakan sirkuler (gabungan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi)