28
TUGAS MANAJEMEN RESIKO BANK SYARIAH dosen : Gita Danupranata Oleh Alvionita 20120730010 Rullya windya sari 20120730040 Inggi guna istia 20120730042

Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

TUGAS

MANAJEMEN RESIKO BANK SYARIAH

dosen : Gita Danupranata

Oleh

Alvionita 20120730010

Rullya windya sari 20120730040

Inggi guna istia 20120730042

Fakultas Agama IslamEkonomi dan Perbankan Islam

Tahun Ajaran 2014

Page 2: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

Manajemen risiko merupakan pengetahuan yang badan teorinya masih muda. Itulah sebabnya

kita menemukan banyak kontradiksi dalam pengertian tentang konsep risiko.

Istilah (risk) risiko memiliki berbagai definisi. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian

atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.Vaughan (1978)

mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut: 

•    Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian).

Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan

kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas

akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan

antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian

adalah pasti sehingga risiko tidak ada.

•    Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu.

Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.

•    Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).

Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian

individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang

bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.

•    Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan penyebaran hasil

aktual dari hasil yang diharapkan).

Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar suatu

posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.

•    Risk is the probability of any outcome different from the one expected (Risiko adalah

probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Menurut definisi di

Page 3: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

atas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa

outcome yang berbeda dari yang diharapkan.

Dari berbagai definisi diatas, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk

(kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah

menunjukkan adanya ketidakpastian.

1. Pengertian dan Tujuan Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan

kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu cerminan bahwa

sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Dalam pengertian lain, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas berbagai

aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor

permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Penilaian terhadap faktor-faktor

tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang

didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari

faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian

kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan

bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil

penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank dan saat ini Bank

Indonesia juga memiliki metode penilaian kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif

dan kuantitatif.

Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai kemampuan suatu

bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi

semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan

yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat

luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan

seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi :

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri.

b. Kemampuan mengelola dana.

Page 4: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak

lain.

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Dengan kata lain, tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan pemenuhan peraturan

perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).

Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat

melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan aspek

likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai denganUndang–

undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank dikatakan sehat apabila

bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan aspek Permodalan,

Kualitas Asset, Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek

lain yang berhubungan dengan usaha bank.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas dan profil risiko, bank perlu mengidentifikasi

permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian

kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi

usaha diwaktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai

sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.

Penilaian Tujuan kesehatan Bank adalah untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi

yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar tetap

mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati penyakitnya.

Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyampaikan laporan keuangan berkala kepada Bank

Sentral dan mempublikasikan laporan itu melalui media cetak: surat kabar dan majalah. Bentuk

dan isi laporan itu ditetapkan seragam. Laporan keuangan ini dipakai oleh Bank Sentral dan

publik untuk menilai kesehatan bank yang bersangkutan.

Page 5: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

Laporan keuangan bank terdiri:

a. Laporan inti, meliputi:

1) Neraca

2) Daftar Laba-Rugi

b. Laporan pelengkap, meliputi:

1) Laporan perhitungan kewajiban penyediaan kepital minimum

2) Laporan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan

3) Laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya

4) Laporan transaksi valuta asing dan derivatives

5) Laporan komitmen dan kontinjensi

6) Laporan pengurus dan pemilik bank.

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat

mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar bank bersangkutan menjadi sehat dan

tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Bank Indonesia dapat melakukan

tindakan agar:

a. Pemegang saham menambah modal.

b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.

c. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang macet,

dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.

d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.

e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.

f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian bank kepada pihak lain.

Page 6: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank atau pihak lain.

Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank, atau

menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan,

maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi

bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan

hukum bank dan membentuk tim likuiditas. Apabila direksi bank tidak menyelenggarakan Rapat

Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk

mengeluarkan penetapan yang berisikan pembubaran badan hukum bank tersebut, penunjukan

tim likuiditas, dan perintah pelaksanaan likuiditas sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Faktor Penilaian Kesehatan Berdasarkan Metode CAMELS

Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan dalam

perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi. Pada

krisis ekonomi global, bank-bank menengah dan kecil yang tidak menerima bantuan likuiditas

dari pemerintah mengalami penurunan dana simpanan masyarakat. Menurunnya dana simpanan

masyarakat membuat industri perbankan berusaha mempertahankan dana-dana yang mereka

miliki untuk menjaga likuiditas bank dengan cara memberikan tingkat suku bungan yang tinggi.

Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan kualitatif atas

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian

tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset quality, Management,

Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk. Kriteria sensitivity to market risk merupakan

aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu CAMEL.

CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket Februari 1991

mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan sebagai dampak kebijakan

Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988). CAMEL berkembang menjadi CAMELS

pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di Indonesia pada

akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter.

Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank

umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

Page 7: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah.

Analisis Kesehatan Bank dengan RBBR

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang sistem penilaian tingkat

kesehatan bank maka bank wajib memelihara dan atau meningkatkan tingkat kesehatan bank

dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan

usaha. Bank wajib melakukan penilaian kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko (risk

based banking rating), baik secara individual maupun secara konsolidasi. Bank wajib melakukan

penilaian sendiri (self assessment) atas tingkat kesehatan bank paling kurang setiap semester

untuk posisi bulan Juni dan Desember.

Dengan adanya aturan PBI ini, yang membuat tingkat kesehatan bank diterapkan dengan

menggunakan pendekatan risiko (RBBR), berarti secara otomatis, tingkat kesehatan bank dengan

menggunakan analisis CAMELS sudah dicabut atau tidak dipergunakan lagi sejak awal thn

2012. Faktor2-faktor penilaian tingkat kesehatan bank meliputi: Profil Risiko (risk profil), Good

Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings) dan permodalan (capital).

Untuk faktor pertama dalam RBBR adalah profil risiko yg menggambarkan eksposur risiko yg

dihadapi oleh bank sebagai konsekuensi dari kinerja dan/atau strategi bisnis bank. Berdasarkan

lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/23/DPNP tgl 25 Oktober 2011, BI

mengklasifikasikan risiko ke dalam 8 jenis risiko dan secara umum dibagi ke dalam 2 kategori

risiko, yaitu risiko yang dapat diukur (kuantitatif) dan risiko yang sulit diukur (kualitatif). Untuk

risiko yang dapat diukur terbagi 4 yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko

operasional

Untuk faktor kedua dari RBBR adalah penilaian GCG yang didasarkan pada tiga aspek utama

yaitu, governance structure, governance process, dan governance outcomes. Governance

structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi serta

kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance Process mencakup penerapan fungsi

Page 8: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern,

penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada

pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Governance outcomes mencakup

transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan

internal. Untuk faktor ketiga dan keempat dr RBBR ini yaitu earnings dan permodalan hampir

sama dgn metode analisisCAMELS yang pernah djelaskan sebelumnya.

Analisis Kesehatan Bank dengan CAMELS , RGEC dan RBBR

Dulu kita mengenal dengan adanya Analisis Kesehatan Bank dengan menggunakan sistem

penilaian CAMELS (Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity & Sensitivity to

market risk) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004. Sekarang, menurut

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011, maka sistem penilaian analisis kesehatan

bank pun diubah dari CAMELS menjadi RGEC (Risk profile, Good corporate governance,

Earnings, & Capital).

Sebenarnya sistem penilaian kesehatan bank antara CAMELS tidak berbeda jauh dengan RGEC.

Beberapa bagian tampak masih sama seperti masih digunakannya sistem penilaian Capital dan

Earnings. Adapun sistem penilaian Management pun diganti menjadi Good Corporate

Governance. Sedangkan untuk komponen Asset Quality, Liquidity dan Sensitivity to Market

Risk akhirnya dijadikan satu dalam komponen Risk Profile.

Konsep Risk Based Bank Rating (RBBR)

Diuraikan pada bagian sebelumnya, evaluasi kinerja yang dilakukan bank selama ini lebih

banyak terfokus sisi upside bisnis (pencapaian laba dan pertumbuhan), tetapi hanya sedikit

membahas sisi downside (risiko). Evaluasi yang hanya fokus pada sisi upsidecenderung bias dan

tidak berorientasi pencapaian jangka panjang sehingga penilaian tingkat kesehatan bank

(mencakup sisi upside dan downside) menjadi solusi penilaian kinerja yang lebih komprehensif.

Penilaian RBBR mencakup empat faktor yaitu : 

Page 9: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

i). Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG),

ii). Profil Risiko,

iii). Earning (pendapatan)

iv). Capital (permodalan).

 Diagram berikut mengilustrasikan hubungan antara masing-masing faktor dalam RBBR, yaitu :

Dari diagram di atas, terlihat bahwa Peringkat Komposit TKB berdasarkan RBBR adalah

dilakukan berdasarkan penilaian kualitas manajemen bank yang diukur dari penerapan GCG dan

manajemen risiko. Dengan kata lain, penilaian faktor Pendapatan dan faktor Permodalan

hanya merupakan dampak ( impact ) dari strategi yang telah dilakukan manajemen.

Pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan harus senantiasa

berlandaskan pada lima prinsip dasar. Pertama, transparansi (transparency), yaitu keterbukaan

dalam mengemukakan informasi informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam

proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas (accountability)yaitu kejelasan fungsi dan

pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank sehingga pengelolaannya berjalan secara

efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan Bank dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang

sehat. Keempat, independensi (independency)yaitu pengelolaan Bank secara profesional tanpa

pengaruh/tekanan dari pihak manapun.Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan

kesetaraan dalam memenuhi hak-hakstakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 10: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

Profil Risiko adalah proses penilaian keseluruhan proses dari identifikasi risiko, analisa risiko

dan evaluasi risiko yang dihadapi bank, yang diilustrasikan sebagai berikut :

Profil Risiko mencakup penilaian atas risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko

pada 8 jenis risiko sebagai berikut :

Inherent Risk - Risiko Inheren adalah risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank,

baik yang dapat dikuantifikasikan maupun tidak dapat dikuantifikasikan, yang berpotensi

mempengaruhi posisi keuangan bank. Inherent Risk dapat berupa parameter yang bersifat ex-

post (telah terjadi) maupun parameter yang bersifat ex-ante (belum terjadi).

Risk Control System  (RCS) - Kualitas Penerapan Manajemen Risiko merupakan

penjabaran dari penerapan Basel II Pilar 2 – Supervisory review yang telah dijabarkan di

perbankan Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Tentang Penerapan Manajemen Risiko.

Penilaian Inherent Risk dan RCS selanjutnya menghasilkan net risk per jenis risiko dan

kesimpulan risiko komposit bank secara keseluruhan.

Bisnis bank adalah bisnis risiko, sama dengan bisnis lainnya. Namun karena bank menggunakan

dana masyarakat, standar pengelolaan risiko harus lebih tinggi dari bisnis lainnya. Sama dengan

konsep manajemen risiko,  risiko bukanlah hal yang harus dihindari tapi dikelola untuk

Page 11: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

mendapatkan keuntungan sehingga manajemen risiko bukanlah hal yang membatasi bisnis

namun mendukung bisnis.

Sesuai Pilar II Basel 2, permodalan bank harus mampu menyerap semua risiko yang ada dibank.

Penilaian permodalan ini mencakup :

Kecukupan permodalan : 

i).modal dapat menyerap risiko,

ii). mendukung rencana bisnis dan

iii). Kualitas modal (komposisi tier 1)

Pengelolaan Permodalan : 

i). Efektifitas perencanaan dan penggunaan modal  untuk menghasilkan pendapatan,

ii). Pemupukan modal organik,

iii). Kemampuan akses bank kepada sumber permodalan.

Penilaian terhadap faktor pendapatan (earning) dilakukan berdasarkan aspek Kinerja Earnings,

sumber-sumber earning, diversifikasi pendapatan, earning sustainibility.

Sebenarnya sistem penilaian kesehatan bank antara CAMELS tidak berbeda jauh dengan RGEC.

1. Capital CAMELS vs Capital RGEC

Ada sedikit perbedaan antara sistem penilaian Capital pada CAMELS dan RGEC. Hal itu terkait

dengan beberapa perubahan regulasi yang turut juga merubah parameter atau indikator dalam

melakukan penilaian kesehatan bank antara CAMELS dan RGEC. Salah satunya terkait dengan

adanya perubahan regulasi dari Basel I menjadi Basel II, dimana Basel II baru mulai dibentuk

pada tahun 2004. Dampak dari adanya perubahan regulasi tersebut berkaitan dengan perhitungan

rasio kecukupan modal atau CAR (Capital Adequacy Ratio) yang merupakan salah satu

parameter atau indikator dari komponen Capital.

Page 12: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

Untuk perhitungan CAR baik untuk CAMELS maupun RGEC menggunakan rumus yang sama.

Tetapi yang membedakan adalah terletak pada perhitungan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko. Pada CAMELS, yang masih menggunakan regulasi Basel I, hanya memperhitungkan

ATMR dengan menggunakan risiko kredit dan risiko pasar saja. Sedangkan untuk perhitungan

ATMR pada RGEC, dimana regulasi Basel II sudah digunakan, selain menggunakan risiko kredit

dan risiko pasar, maka ditambah dengan menggunakan risiko operasional.

2. Asset Quality + Liquidity + Sensitifity to Market Risk = Risk Profile

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011, Risk Profile yang wajib dinilai

terdiri dari Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum,

Risiko Stratejik, Risko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi. Untuk penilaian Asset Quality memiliki

kesamaan dalam penilaian Risiko Kredit pada Risk Profile. Adapun untuk penilaian Liquidity

memiliki kesamaan dalam penilaian Risiko Likuiditas pada Risk Profile. Sedangkan untuk

penilaian Sensitifity to Market Risk memiliki kesamaan dalam penilaian Risiko Pasar pada Risk

Profile.

Dalam penilaian CAMELS, jika hasil peringkat suatu bank pada parameter atau indikator pada

Asset Quality, Liquidity, & Sensitifity to Market Risk buruk, maka dapat diprediksi bahwa bank

tersebut akan mengalami kebangkrutan. Tetapi dalam penilaian RGEC, jika hasil peringkat suatu

bank pada parameter atau indikator pada Risk Profile buruk, maka bank tersebut belum dapat

diprediksi akan mengalami kebangkrutan selama parameter penanganan risiko bank itu sangat

baik sehingga dapat mencegah atau meminimalisasi akan terjadinya kebangkrutan.

a. Kredit Asset Quality vs Kredit Risk Profile

Seperti halnya perbedaan Capital seperti penjelasan diatas, maka penilaian kredit pada Asset

Quality dan Risk Profile pun mengalami perbedaan yang terkait dengan adanya perubahan

regulasi juga yaitu adanya revisi PSAK No. 50 dan No. 55 pada tahun 2006 tentang Instrumen

Keuangan. Adanya revisi tersebut mengakibatkan adanya perubahan padanan PPAP menjadi

CKPN. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebenarnya PPAP sejenis dengan CKPN karena

sama-sama merupakan pencadangan pada kredit. Yang membedakan adalah perlakuannya,

Page 13: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

dimana pencadangan kredit pada PPAP didasarkan pada ketentuan kolektibilitasnya sedangkan

untuk pecadangan kredit pada CKPN didasarkan pada data kerugian kredit yang telah terjadi.

b. Liquidity CAMELS vs Liquidity Risk Profile

Parameter atau indikator yang digunakan untuk memperhitungkan antara Liquidity CAMELS

dengan Liquidity Risk Profile sebagian besar memiliki persamaan. Yang membedakan adalah

bahwa pada parameter Liquidity CAMELS terdapat perhitungan rasio LDR (Loan Deposits

Ratio) sedangkan pada parameter Liquidity Risk Profile tidak terdapat adanya perhitungan rasio

tersebut.

c. Market Risk CAMELS vs Market Risk Profile

Perbedaan yang signifikan antara Market Risk CAMELS dengan Market Risk Profile adalah

adanya parameter atau indikator strategi dan kebijakan bisnis setiap masing-masing bank pada

penilaian pada Market Risk Profile. Sedangkan untuk Market Risk CAMELS lebih terfokus pada

penerapan sistem manajemen risiko pasar.

3. Management CAMELS vs Good Corporate Governance RGEC

Pada Management CAMELS, selain menggunakan parameter atau indikator Good Corporate

Governance pada manajemen umum, digunakan pula penerapan sistem manajemen risikonya

serta kepatuhan bank terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, dimana pada komponen RGEC,

kepatuhan tersebut terdapat dalam penjelasan mengenai Risiko Kepatuhan pada Risk Profile.

4. Earnings CAMELS vs Earnings RGEC

Pada Earnings CAMELS, terdapat parameter atau indikator perhitungan BOPO (Beban

Operasional dibagi dengan Pendapatan Operasional), sedangkan Earnings RGEC tidak ada

perhitungan BOPO. Sebagai gantinya, pada Earnings RGEC terdapat parameter atau indikator

Beban Operasional dibagi dengan Total Aset dan Pendapatan Operasional yang juga dibagi

dengan Total Aset.

Page 14: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

Resiko Perbankan Syariah

Risio-risiko perbankan pada umumnya dibandingkan dengan bank syariah, mengacu pada Bab II

pasal 4 butir 1 PBI No. 5/8/PBI/2003 antara lain sebagai berikut :

1. Risiko Kredit (credit risk)

Adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak memenuhi kewajibannya. Pada bank

umum, pembiayaan disebut pinjaman, sementara di bank syariah disebut pembiayaan, sedangkan

untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga (interest loan atau

deposit) dalam persentase yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada bank syariah, tingkat balas

jasa terukur oleh sistem bagi hasil dari usaha. Selain itu, persyaratan pengajuan kredit pada

perbankan syariah lebih ketat dari perbankan konvensional sehingga risiko kredit dari perbankan

syariah lebih kecil dari perbankan konvensional. 

Oleh sebab itu pada sisi kredit, dalam aturan syariah, bank bertindak sebagai penjual, sementara

nasabah sebagai pembeli murabahah.

Dengan demikian debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan usahanya berjalan baik

akan mendapat prioritas. Oleh sebab itu, risiko bank syariah sebetulnya lebih kecil dibanding

bank konvensional. Bank syariah tidak akan mengalami negative spread, karena dari dana yang

dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa.

2. Risiko Pasar

Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh

bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar.

Pada perbankan syariah tidak terdapat risiko pasar dikarenakan perbankan syariah tidak

melandaskan operasionalnya berdasar risiko pasar.

3. Risiko Likuiditas

Risiko antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.

Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan liabilitas. Apabila bank

menahan aset seperti surat-surat berharga yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan dananya,

maka resiko likuiditasnya bisa lebih rendah. Sementara menahan aset dalam bentuk surat- surat

Page 15: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

berharga membatasi pendapatan, karena tidak dapat memperoleh tingkat penghasilan yang lebih

tinggi dibandingkan pembiayaan.

Faktor kuncinya adalah bank tidak dapat leluasa memaksimumkan pendapatan karena adanya

desakan kebutuhan likuiditas. Oleh karena itu bank harus memperhatikan jumlah likuiditas yang

tepat. Terlalu banyak likuiditas akan mengorbankan tingkat pendapatan dan terlalu sedikit akan

berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat diketahui sebelumnya, yang

akan berakibat meningkatnya biaya dan akhirnya menurunkan profitabilitas.

Pada bank syariah, dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan

dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan

upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan,

maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid.

Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang

membutuhkan pengendapan dana. 

Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak

memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena

konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk

memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, di dalamnya terdapat pula risiko untuk

menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik

keuntungan maupun risiko. 

4. Resiko Operasional (operational risk)

Menurut definisi Basle Committe, resiko operasional adalah resiko akibat dari kurangnya sistem

informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak

diharapkan. Resiko ini lebih dekat dengan keasalahan manusiawi (human error), adanya

ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem atau adanya

problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Tidak ada perbedaan yang cukup

signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko operasional

5. Risiko Hukum

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara

lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang

mendukung atau lemahnya perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak. Tidak ada

perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan

Page 16: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

risiko hukum.

6. Risiko Reputasi

Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan usaha bank

atau persepsi negatif terhadap bank. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank

syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko reputasi. 

7. Risiko Stratejik

Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak

tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap

perubahan eksternal. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank

konvensional terkait dengan risiko stratejik.

8. Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara

bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko kepatuhan. 

Apabila dipetakan terhadap produk-produk perbankan syariah maka risiko-risiko yang mungkin

timbul adalah sebagai berikut :

1. Tabungan: Risiko Likuiditas dan Risiko Operasional

2. Deposito: Risiko Likuiditas dan Risiko Operasional

3. Giro: Risiko Likuiditas dan Risiko Operasional

4. Pembiayaan Murabahah: Risiko Pembiayaan dan Risiko Hukum

5. Salam: Risiko Pembiayaan dan Risiko Operasional

6. Rahn: Risiko Operasional dan Risiko Pasar

7. Ishtisna: Risiko Pembiayaan dan Risiko Operasional

8. Pembiayaan Mudharabah: Risiko Pembiayaan dan Risiko Hukum

9. Pembiayaan Musyarakah: Risiko Pembiayaan dan Risiko Hukum

Adanya risiko-risiko bagi bank tersebut bukan berarti bahwa produk tersebut tidak aman

(unsecured). Bank Syariah sudah pasti telah memperhitungkan risiko-risiko ini sebelum produk

tersebut disampaikan kepada masyarakat. Masyarakat tidak perlu khawatir pula, karena dalam

pelaksanaan operasionalnya, seluruh bank syariah diawasi. Lembaga-lembaga pengawasan yang

Page 17: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

memastikan setiap bank syariah dapat mengendalikan risiko dengan baik antara lain Dewan

Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan.

Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan yang memberikan hasil tetap didapatkan dari pembiayaan yang berakad jual beli

(tijarah) dan sewa menyewa (ijarah). Sementara pembiayaan yang memberikan hasil tidak tetap

didapatkan dari pembiayaan yang berakad bagi hasil (syirkah). Berdasarkan dua hal tersebut,

maka produk pembiayaan di bank syariah akan memberikan risiko yang berbeda antara akad

yang satu dengan akad yang lainnya, sehingga dengan demikian manajemen resiko pembiayaan

dibank syariah sangat berkaitan dengan risiko karakter nasabah dan risiko proyek. Risiko

karakter berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan karakter nasabah. Sementara risiko

proyek berkaitan dengan karakter proyek yang dibiayai.

Risiko karakter nasabah dapat dilihat dari aspek : skill, reputasi, dan origin. Sementara resiko

proyek yang dibiayai dapat dilihat dari ciri-ciri atau atribut proyek. Ciri-ciri atau atribut proyek

yang harus diperhatikan untuk meminimalkan resiko adalah : sistem informasi akuntansi, tingkat

return proyek, tingkat resiko proyek, biaya pengawasan, kepastian hasil dari proyek, klausul

kesepakatan proyek, jangka waktu kontrak, arus kas perusahaan jaminan yang disediakan,

tingkat kesehatan proyek dan prospek proyek.

Peran Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syari'ah (DPS) memiliki peran penting dan strategis dalam penerapan prinsip

syariah di perbankan syariah. DPS bertanggung jawab untuk memastikan semua produk dan

prosedur bank syariah sesuai dengan prinsip syariah. Karena pentingnya peran DPS tersebut,

maka dua Undang-Undang di Indonesia mencantumkan keharusan adanya DPS tersebut di

perusahaan syariah dan lembaga perbankan syariah, yaitu Undang-Undang UU No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Dengan demikian secara yuridis, DPS di lembaga perbankan menduduki posisi yang kuat, karena

keberadaannya sangat penting dan strategis. Berdasarkan kedua Undang-Undang tersebut

kedudukan DPS sudah jelas dan mantap serta sangat menentukan pengembangan bank syariah

dan perusahaan syariah di masa kini dan masa mendatang.

Fungsi dan peran DPS di bank syariah, memiliki relevansi yang kuat dengan manajemen risiko

perbankan syariah, yakni risiko reputasi, yang selanjutnya berdampak pada risiko lainnya seperti

risiko likuiditas. Pelanggaran syariah complience yang dibiarkan atau luput dari pengawasan

Page 18: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

DPS, akan merusak citra dan kredibilitas bank syariah di mata masyarakat, sehingga dapat

menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank syariah bersangkutan. Untuk itulah peran

DPS di bank syariah harus benar-benar dioptimalkan, kualifikasi menjadi DPS harus diperketat,

dan formalisasi perannya harus diwujudkan di bank syariah tersebut.

Page 19: Web viewatas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.Dari berbagai definisi diatas

Sumber :

http://seminarakuntansi.warsidi.com/2010/06/financial-instrument-impementasi-psak.html

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011

Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2011

Totok Budi Santoso dkk, Bank dan Lembaga Keuangan lain,edisi 2, Salemba empat, Jakarta,

2006

http://jerinnurazizah.wordpress.com/2012/10/19/mengukur-kesehatan-bank-umum-dan-bpr/

http://www.slideshare.net/ariefselalutersenyum/tata-cara-penilaian-tingkat-kesehatan-bank

http://iweldolphin.blogspot.com/2012/11/penilaian-tingkat-kesehatan-dengan.html

http://jagatrian.wordpress.com/2011/04/14/analisis-perbankan-antara-bisnis-dan-intermediasi-

perbankan-antara-bisnis-dan-intermediasi/

http://dennis-mahardika.blogspot.com/2013/03/camels-vs-rbbr.html