Sak Jiwa Resiko

Embed Size (px)

Citation preview

STANDAR ASUHAN KEPERAWATANDIAGNOSA PSIKOSOSIAL

DISUSUN OLEH:Nur ChayatiNIM : 30901301810STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITASPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG2013/2014I. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

1. Pengertian

Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman

2. Tanda dan gejala

Respons fisik:a. Sering napas pendek

b. Nadi dan tekanan darah naik

c. Mulut kering

d. Anoreksia

e. Diare/konstipasi

f. Gelisahg. Berkeringath. Tremori. Sakit kepalaj. Sulit tidurRespons kognitif:a. Lapang persepsi menyempit

b. Tidak mampu menerima informasi dari luar

c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannyaRespons perilaku dan emosi:a. Gerakan meremas tanganb. Bicara berlebihan dan cepat

c. Perasaan tidak aman dan menangis3. Intervensi Generalis Pada Pasien

a. Tujuan:

1) Pasien mampu mengenal ansietas

2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi

3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk mengatasi ansietas

b. Tindakan keperawatan:

1) Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat

2) Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran & emosi

SP1: asesmen ansietas dan latihan relaksasi:1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukaib) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses penyembuhan lebih cepat2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas

3) Bantu pasien mengenal ansietas:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

b) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas

c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas

4) Latih teknik relaksasi:a) Tarik napas dalam

b) Mengerutkan dan mengendurkan otot-ototSP2: evaluasi asesmen ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual1) Pertahankan rasa percaya pasien

a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi

b) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan teknik relaksasi

2) Membuat kontrak ulang: latihan pengendalian ansietas

3) Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual

4. Intervensi Generalis pada Keluarga

a. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya

2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas

3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ansietas b. Tindakan keperawatan pada keluarga1) Mendiskusikan kondisi pasien: ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat

2) Melatih keluarga merawat ansietas pasien 3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 keluarga: penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:

4) Bina hubungan saling percayaa) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ansietas pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat ansietas pasien3) Bantu keluarga mengenal ansietas:c) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya d) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak menambah masalah (stres) dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yg telah dilatih perawat pada pasiene) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta untuk memotivasi pasien melakukannyaSP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat & follow up1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up

3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual

4) Diskusikan dengan keluarga follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi, tanda-tanda fisik semakin meningkat) dan cara merujuk pasien

II. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

KEPUTUSASAAN

1. Pengertian

Keputusaasan merupakan perasaan seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternatif atau pilihan dalam menyelesaikan masalahnya.2. Tanda dan Gejala

a. Ungkapan kliententang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (Saya tidak dapat melakukan sesuatu)

b. Sering mengeluh dan nampak murungc. Kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekalid. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.e. Menarik diri dari lingkunganf. Kontak mata kurang

g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh

h. Nampak selalu murung atau blue moodi. Menurun atau tidak adanya selera makan

j. Peningkatan waktu tidur

k. Penurunan keterlibatan dalam perawatan

l. Bersikap pasif dalam menerima perawatan

m. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna

n. Dapat merupakan lanjutan ansietas

3. Intervensi Generalis Pada Pasien:

a. Tujuan: 1) Mampu mengenal masalah keputusasaannya

2) Mampu memberdayakan diri dalam aktivitas

3) Mampu menggunakan keluarga sebagai sumber dayab. Tindakan Keperawatan

1) Diskusi tentang kejadian yang membuat putus asa, perasaan/pikiran/perilaku yang berubah

2) Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup 3) Latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup SP I : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup

1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai

b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian perasaan putis asa agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian perasaan putus asa3) Bantu pasien mengenal keputusasaan:a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan sedih/ kesendirian/ keputusasaannya.b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asac) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan pikiran klien terhadap kondisinya dengan kondisi real kondisi klien

d) Bantu pasien menyadari perilaku akibat putus asae) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran, perasaan dan perilaku positif

4) Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif dengan mengidentifikasi harapan dan penemuan makna hidupSP 2 Pasien : Evaluasi assesmen keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup1) Pertahankan rasa percaya pasien

a) Mengucapkan salam dan memberi motivasib) Asesmen ulang keputusasaan dan kemampuan melakukan restrukturisasi pikiran2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi keputusaaan3) Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga, dan lingkungan4) Diskusikan kemampuan positif diri sendiri5) Latih satu kemampuan positif6) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup 4. Intervensi Generalis Pada Keluargaa. Tujuan

1) Keluarga mampu mengenal masalah keputusasaan pada anggota keluarganya

2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami keputusasaan

3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami keputusasaanb. Tindakan Keperawatan1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat

2) Melatih keluarga merawat pasien dengan ansietas

3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 keluarga: penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:

1) Bina hubungan saling percayaa) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat pasien dengan keputusasaan3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:a) Menjelaskan keputusasaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan putus asa: menumbuhkan harapan positif melalui restrukturisasi pikiran melalui penemuan harapan dan makna hidup serta melatih kemampuan positif

c) Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi pikiran dan latihan kemampuan positif SP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat & follow upa. Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien

b. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow upc. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif d. Diskusikan dengan keluarga follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (muncul ide bunuh diri atau perilaku pengabaian diri) dan cara merujuk pasien

III. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

1. Pengertian

Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).

2. Tanda dan Gejala

a. Mengungkapkan rasa malu/bersalahb. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diric. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan)d. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positife. Kesulitan dalam membuat keputusan3. Intervensi Generalis Pada Pasiena. Tujuan

1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif

2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga diri

3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik yang efektif

4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan fisik

b. Tindakan Keperawatan

1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya masalah, tanda dan gejala dan akibat2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif

3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui melalui kegiatan positif

SP1: Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif:

1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai

b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas3) Bantu pasien mengenal harga diri rendah:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.b) Bantu pasien mengenal penyebab harga diri rendah

c) Bantu klien menyadari perilaku akibat harga diri rendahd) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang positif yang terdahulu

4) Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang lalu, kekuatan, keterbatasan serta potensi yang dimiliki5) Jelaskan pada pasien hubungan antara harga diri dan kemampuan pemecahan masalah yang efektif6) Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan

7) Latih satu kemampuan positif yang dimiliki8) Latih satu kemampuan positif9) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harga diri positif

SP 2 Pasien : Evaluasi assesmen harga diri rendah, manfaat latihan melakukan kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2

1) Pertahankan rasa percaya pasien

a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi

b) Asesmen ulang harga diri rendah dan kemampuan melakukan kegiatan positif2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi harga diri rendah3) Latih satu kemampuan positif ke 24) Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan harga diri5) Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harga diri4. Intervensi Generalis Pada Keluarga

a. Tujuan

1) Keluarga mampu mengenal masalah harga diri rendah pada anggota keluarganya

2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami harga diri rendah

3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami harga diri rendahb. Tindakan Keperawatan1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat

2) Melatih keluarga merawat pasien dengan harga diri rendah

3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 keluarga: penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:

1) Bina hubungan saling percayaa) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:a) Menjelaskan harga diri rendah, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya

b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harag diri rendah: menumbuhkan harga diri positif melalui melakukan kegiatan positif

c) Sertakan keluarga saat melatih latihan kemampuan positif SP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat & follow upa) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien

b) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up

c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif ke 2 d) Diskusikan dengan keluarga follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (kondisi pengabaian diri dan perawatan dirinya) dan cara merujuk pasien

IV. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

KETIDAKBERDAYAAN

a. Pengertian

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna ; suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2005).

b. Tanda dan Gejala

1) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.

2) Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu

3) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.

4) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.

5) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri6) Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan

7) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan8) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya9) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.10) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan11) Apatis dan pasif12) Ekspresi muka murung13) Bicara dan gerakan lambat14) Tidur berlebihan15) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan16) Menghindari orang lain2) Intervensi Generalis Pada Pasiena. Tujuan Umum1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya

2) Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya.

3) Pasien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatif

4) Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatannya sendiri.

5) Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis.b. Tindakan KeperawatanSP1: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif

1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukaib) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ketidakberdayaan3) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

b) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan

c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ketidakberdayaand) Bantu Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrole) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketidak berdayaannyaf) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkang) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau subtitusi h) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif

i) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien

j) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional

4) Latih mengembangkan harapan positif (afirmasi positif)SP2: evaluasi asesmen ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan1) Pertahankan rasa percaya pasien

a) Mengucapkan salam dan memberi motivasib) Asesmen ulang ketidakberdayaan dan kemampuan mengembangkan pikiran postif2) Membuat kontrak ulang: latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan

3) Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien (Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan kekuatan diri yang dapat di identifikasi oleh klien) misalnya klien masih mampu menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedang sakit.4. Intervensi Generalis pada Keluarga

a. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota keluarganya

2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan b. Tindakan keperawatan pada keluarga

1) Mendiskusikan kondisi pasien: ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat

2) Melatih keluarga merawat ketidakberdayaan pasien

3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 keluarga: penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:

1) Bina hubungan saling percayaa) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat ketidakberdayaan pasien

3) Bantu keluarga mengenal ketidakberdayaan:a) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b) Menjelaskan cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu mengembangkan motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan situasi dan memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih perawat pada pasien3) Sertakan keluarga saat melatih afirmasi positifSP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien

2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan mengontrol perasaan tidak berdaya

4) Diskusikan dengan keluarga follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (klien tidak mau terlibat dalam perawatan di Rumah Sakit) dan cara merujuk pasien

V. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN CITRA TUBUH

1. Pengertian

Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, termaksud persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.

2. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada gangguan citra tubuh adalah

a. Hilangnya bagian tubuh

b. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi

c. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu

d. Menolak melihat bagian tubuhe. Menolak menyentuh bagian tubuh f. Aktifitas sosial menurun.

Sedangkan data yang bisa didapatkan saat wawancara adalah pasien :

a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi

b. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.

c. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.

d. Menolak berinteraksi dengan orang lain.

e. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.

f. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.

g. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

3. Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan

1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya

2) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya

3) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh

4) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh

5) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu

b. Tindakan keperawatan1) Asesmen gangguan citra tubuh dan menerima keadaan tubuh saat ini2) Evaluasi asesmen gangguan citra tubuh, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan

SP 1 Pasien : Assesmen gangguan citra tubuh dan menerima keadaan tubuh saat ini1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukaib) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan agar proses penyembuhan lebih cepat2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian gangguan citra tubuh

3) Bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya:

a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.b) Bantu pasien mengenal penyebab gangguan citra tubuhc) Bantu klien menyadari perilaku akibat gangguan citra tubuhnya4) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini. 5) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain. 6) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.7) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :a) Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru (jika diperlukan)b) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.

c) Bantu pasienmelihat, menyentuh bagian tubuh yang tergangguSP2: evaluasi asesmen gangguan citra tubuh, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan1) Pertahankan rasa percaya pasien

c) Mengucapkan salam dan memberi motivasi

d) Asesmen ulang ketidakberdayaan dan kemampuan mengembangkan pikiran postif2) Membuat kontrak ulang: latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan

3) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal 4) akukan interaksi secara bertahap dengan cara :

1. Susun jadual kegiatan sehari-hari

2. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas dalam keluarga dan sosial

3. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran penting baginya.

4. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi

4. Intervensi Generalis pada Keluarga

a. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah gangguan citra tubuh pada anggota keluarganya

2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan citra tubuh

3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan b. Tindakan keperawatan pada keluarga

1) Mendiskusikan kondisi pasien gangguan citra tubuh, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat

2) Melatih keluarga merawat gangguan citra tubuh pasien

3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 keluarga: penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:

1) Bina hubungan saling percayaa) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan gangguan citra tubuh pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat gangguan citra tubuh pasien

3) Bantu keluarga mengenal gangguan citra tubuh:a) Menjelaskan gangguan citra tubuh, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b) Menjelaskan cara merawat gangguan citra tubuh pasien: membantu mengembangkan motivasi bahwa pasien untuk menerima kondisi tubuhnya yang telah dilatih perawat pada pasien

4) Sertakan keluarga saat melatih pasien menggunakan proteseSP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga merawat pasien, mengatasi gangguan citra tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal dan follow up

1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien

2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up

3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien mengatasi gangguan citra tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal 4) Diskusikan dengan keluarga follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (penolakan terhadap perubahan diri bersifat menetap dan tidak mau terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk pasien

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

NoKemampuanPenilaian

123456789

APasien

SP Ip

Assesmen ansietas dan latihan relaksasi

SP IIp evaluasi asesmen ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual

BKeluarga

SP Ik

Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat

SP Iik

Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN

NoKemampuanPenilaian

123456789

APasien

SP Ip

Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup

SP IIp Evaluasi assesmen keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup

BKeluarga

SP Ik

Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat

SP Iik

Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONALNoKemampuanPenilaian

123456789

APasien

SP Ip

Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif

SP IIp Evaluasi assesmen harga diri rendah, manfaat latihan melakukan kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2

BKeluarga

SP Ik

Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat

SP IIk

Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN

NoKemampuanPenilaian

123456789

APasien

SP Ip

Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif

SP IIp Evaluasi asesmen ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan

BKeluarga

SP Ik

Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat

SP IIk

Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH

NoKemampuanPenilaian

123456789

APasien

SP Ip

Assesmen gangguan citra tubuh dan menerima keadaan tubuh saat ini

SP IIp Evaluasi asesmen gangguan citra tubuh, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdyaan

BKeluarga

SP Ik

Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat

SP Iik

Evaluasi peran keluarga merawat pasien, mengatasi gangguan citra tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal dan follow up

DAFTAR PUSTAKA

Kelliat, B. A. (2011). Standar Asuhan Keperawatan Resiko. FIK-UI. Jakarta

Potter, Patricia A. and Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing concept, process, and practice. St. Louis : The C.V. Mosby Company

Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008). Draft Standar Asuhan Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Program Magister Keperawatan Jiwa FIK UI

Wilkinson J.M. and Merlin (2007). Nursing Care Plans : Nursing Diagnoses and intervention. Elsevierhealth company

RS PGI CIKINI

Profesi Ners FIK UNISSULA