Sakramentalia

Embed Size (px)

Citation preview

SAKRAMEN

DAN S A K R A M E N T ALI

I. S A K R A M E NSakramen dari akar kata Latin sacrum, artinya yang kudus. Dikalangan umat katolik dimengerti sebagai tanda yang menguduskan. Dalam arti luas, Kristus dan Gere juga disebut sakramen. Dalam arti sempit sakramen adalah tanda atau ucapan xuci. Kristus dan Gerejanya menguduskan umat beriman dalam tahap-tahap penting hidup-Nya dari lahir sampai pada kematian. Dalam Konsili Trente (1545-1563) Gereja mengajukan adanya tujuh sakremen, yaini Baptis atau permandian, Krisma atau penguatan, Ekaristi, Tobat, Imamat, Perkawinan dan Perminyakan Terakhir. (1. Enciklopidi Nasional, hlm. 339) Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandalkan iman, melainkan juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan benda. Maka disebut juga sakramen iman. Memang sakramen memperolehkan rahmat, tetapi perayaan sakramen itu sendiri juga dengan amat baik menyiapkan kaum beriman untuk menerima rahmat itu yang membuahkan hasil nyata, untuk menyembah Allah secara benar dan untuk mengamalkan cinta kasih. (2. SC. No.59). Adapun Gereja sebagai sakramen induk bukanlah barang mati dan statis. Sebaliknya jemaah Kristen merupakan suatu masyarakat manusia yang dinamis. Ia mempertahankan, mewujudkan dan memperluas dirinya dengan bergagai kegiatan dan tindakan. Tentu saja tidak semua tindakan yang dengannya Gereja merealilsasikan dirinya dalam Gereje sebagai "sakramen penyelamatan" (sakramen induk), meskipun barangkali, ditinjau dari segi lain, sama penting dan perlu, supaya Gereja direalisasikan secara menyeluruh. Dengan lain perkataan "sakramentalitas" Gereja dapat menjadi terwujud dengan pelbagai tingkat. Meskipun semua "sakramental", namun tidak semua menjadi "sakramen", yang menurut tradisi Katolik berjumlah tujuh saja. Dan hal itu pun mengaburkan paham "sakramen" dalam teologi dewasa ini. (2. Sakramentologi: Ciri, hlm. 13). Kan.840. Sakramen-sakramen Perjanjian Baru, yang diadakan oleh Kristus Tuhan dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai perbuatan-perbuatan Kristus dan Gereja, meupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman, mempersembahkan peghiomatan kepada Allah serta menghasilakan pengudusan manusia. Dan karena itu sangat membantu untuk menciptakan, memperkokoh dan menampakkan kesauan gerejawi. Oleh karena itu baik para pelayan rohani maupun umat beriman kristiani lainnya haruslah merayakannya dengan sangat khidmat dan sermat seperti semestinya.

Kan. 841. Karena sakramen-sakramen adlah sama untuk seluruh Gereja serta termasuk hhazanah ilahi, maka hanya otoritas tertinggi Gereja yang berwewenang untuk menyetutjui atau meneetapkan hal-hal yang dituntut demi sahnya sakramen-sakramen itu; pun pula adlah hal dari otoritas itu atau dari otoritas lain yang berwenang menurut hnorma kan. 838(3) dan (4), utuk memutuskan hal-hal yang menyangkut perayaan, pelayanan dan penyambutnnya secara halal, dan juga tata-perayaan yang harus ditepati. Kan.842 (1). Orang yanag belum dibaptis tidak dapat dengan sah menyambut sakramensakramen lainnya. (2). Sakramen-sakramen baptis, penguatan, dan Ekareisti mahakudus terjalin satu sama lain sedemikian rupa, sehingga dituntut untuk inisiasi kristiani yang penuh. Kan.843. (1). Pelayan rohani tidak boleh menolak pelayanan sakramen-sakramen kepada orang yang memintanya secara wajar, berdisposisi baik, serta tidak terhalang oleh huku untuk menerimanya. (2). Para gembala umat dan kaum beriman kristiani lainnya, seturut tugas gerejawi masing-masing, berwajib untuk mengusahakan agar mereka yang meminta sakramen-sakramen dipersiapkan lewat pewrtaan injil serta katekese untuk menerimanya, dengn mengindahkan norma-norma yang dikeluarkan oleh otorits yang berwenang. Kan.844. (1). Para pelayan katolik boleh menerimakan sakramtn-sakramen hanya kepada orang-orang beriman katolik, yang memang juga hanya boleh menerimanya dari pelaya katolik, dengan tetp berlaku ketentuan 2,3, dan 4 kanon ini dan kan.861 (2). (2). Setiap kali keadaan mendesak atau manfaat rohani benar-benar menganjurkan, dan asl tercegah bahaya kesesatan atau pun indeferentisme, orang beriman kristiani yang secara fisik atau moril tidak mungkin menghadap pelayan katolik, diperbolehkan menerima sakramen tobat, Ekaristi serta pengurapan orang sakit dari pelayan-pelayan tidak katolik, jika dalam Gereja mereka sakrmen-sakramen itu adalah sah. (3). Pelayan-pelayan katolikdapat menerimakan sakramen-sakramen tobat, Ekaristi dan pengurapan orang sakit kepada anggota-anggota Gereja timur yang tidak memiliki kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, jika mereka memintanya dengan sukarela dan berdisposisi baik; hal itu berlaku juga untuk anggota Gereja-gereja lainnya, yang menurut pandangan Takhta Apostolik, sejauh menyangkut hal sakramen-sakramen, berada dalam kedudukan yang sama dengan Gereja-gereja timur tersebut di atas. (4). Jia ada bahaya mati atau menurut pandangan Uskup diosesan atau pun konferensi Waligereja ada keperluan berat lain yang mendesak, pelayan-pelayan katolik boleh menerimakan sakramen-sakramen tadi juga kepada orang-orang kristen lain yang tidak mempunyaki kesatuan penuh dengan Gereja katolilk, dan tidak dapt menghadap pelayan jemaatnyua sendiri serta secara sukarela memintanya, aslkan mengenai sakramen-sakramen itu mereka memperlihatkan iman katolik serta berdisposisi baik. (5). Untuk kasus-kasus yang disebut dalam (2), (3) dan (4), Uskup diosesan atau konferensi Waligereja jangan mengeluarkan norma-norma umum, kesuali setelah mengadakan konsultasi dengan otoritas yang berwenang, sekurang-kurangnya otoritas setempat dari Gereja atau jemaat tidak katolik yang bersangkutan. Kan.845. (1). Sakramen-sakramen baptis, penguatan dan imamat, karena memberikan meterai, tidak dapa diulang.

(2). Jika setelah dilakukkan penyelidikan seksama, dengan arif masih diragukan apakan sakramen-sakramen yang disebut dalam (1) sungguh-sungguh telah diberikan atau telah diberikan secara sah, hendaknya diberikan dengan bersyarat. Kan.846. (1). Dalam merayakan sakramen-sakramen hendaknya ditemapti dengan setia buku-buku liturgi yang telah disetujui oleh otoritas yang berwenang; karena itu tak seorang pun boleh menambahkan, menghapus atau merubah sesuatu dalam hal itu atas kehendaknya sendiri. (2). Pelayan hendaknya merayakan sakramen-sakramen menurut ritusnya sendiri. Kan.847 (1). Dalam menerimakan sakramen-sakramen yang menggunakan menyak suci, pelayan harus mempergunakan minyak zaitun atau minyak lain yang diperas dari tetumbuhan serta telah dikonsekrasi atau diberkati oleh Uskup dan lagi masih baru, dengan tetap berlaku ketentuan kan. 999 (2); yang lama jangan digunakan, kecuali bila terpaksa. (2). Pastor-paroki hendaknya minta minyak suci dari Uskupnya sendiri, serta menyimpannya baik-baik dengan pantas. Kan 848. Pelayan sakramen tidak boleh menuntut apa-apa bagi pelayanannya selain pemberian yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, tetapi selalu harus dijaga agar orang yang miskin jangan sampai tidak mendapat bantuan sakramen-sakramen karena kemiskinannya. 1113. Seluruh kehidupan liturgi Gereja berkisar di sekililing kurban Ekaristi dan Sakramen-sakramen1. Di dalam Gereja ada tujuh Sakramen: Pembaptisan, Penguatan atau Krisma, Ekaristi, Pengakuan, Urapan Orang Sakit, Tahbisan, dan Perkawinan2. Dalam artikel ini dibicarakan tentang apa yang dimiliki bersama oleh ketujuh Sakramen itu dalam hubungannya dengan ajaran iman. 1>.* Sakramen-Sakramen Kristus 1114. "Berdasarkan ajaran Kitab Suci, tradisi apostolik dan pendapat yang serasi para bapa", kami mengakui, bahwa "Sakramen-sakramen Perjanjian Barusemuanya ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus" (Konsili Trente : DS 1600-1601). 1115. Perkataan dan perbuatan Yesus selama hidup-Nya yang tersembunyi dan pelayanan-Nya di muka umum sudah membawa keselamatan. Mereka mendahului daya guna misteri Paska-Nya. Mereka menyatakan dan menyapkan apa yang akan dIa berikan kepada Gereja, kalau segala sesuatu sudah diselesaikan. Misteri-misteri kehidupan Kristus adalah dasar untuk apa yang sekarang Kristus bagi-bagikan melalui pejabatpejabat Gereja-aNya dlam Sakramen-sakramen, sebab "apa yang nampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam misteri-misteri_nya" (Leo Agung, serm.74,2). 1116. Sakramen-sakramen adalah "kekuatan-kekuatan" yang datang dari Tubuh Kristus3, yang tetap hidup dan menghidupkan. Mereka adalah tindakan-tindakan Roh Kudus yang bekerja di dalam Tubuh-Nya, Gereja. Mereka adalah "karya-karya agung Allah" dalam perjanjian baru dan kekal.

1 2

Bdk. SC6 Bdk. DS 860; 1310;1601. 3 Bdk. Luk 5:17;6:19;8:46

II> *Sakramen-Sakramen Gereja 1117. Oleh Roh, yang memimpin dia ke "dalam seluruh kebenaran" (Yoh16:13), Gereja lambat laun mengenal warisan bernilai yang diterimanya dari Krsitus dan lebih saksama menentukan "cara penggunaannya", seperti yang ia lakukan sebagai wali misteri-misteri Allah4 yang setia dalam hubungan dengan kanon Kitab Suci dan ajaran iman. Dengan demikian, dlam peredaran sejarah Gereja mengetahui bahwa di antara perayaan liturgi ada tujuh yang sesungguhnya ditetapkan Tuhan sebagai Sakramen. 1118. Sakramen-sakramen adalah Sakramen"Gereja" dalam arti ganda, karena Gereja adalah Sakramen karya Kristus, yang bekerja di dalamnya berkat perutusan Roh Kudus. Dan mereka itu"untuk Gereja"; mereka adalah "Sakramen-sakramen, yang olehnya Gereja didirikan" (Agustinuys, civ.22,17)5, karena mereka memberikan dan membagibagikan keada manusia, terutama dalam Ekaristi, misteri persekutuan dengan Allah, Dia yang adalah cinta kasih, Dia yang esa dalam tiga Pribadi. 1119. Oleh karena Gereja membentuk bersama Kristu, Kepalanya, "hanya satu pribadi mistik yang ttunggal: (Pius XII, Ens.:Mystici Corporis"), maka di dalam Sakramensakramen ia bertindak sebagai "persekutuan imam" yang "tersusun secara organis" (LG.11). Oleh pembaptisan dan Penguatan, umat imami dimungkinkan merayakan liturgi; tetapi beberapa warga beriman ditetapkan melalui Tahbisan suci "untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda dan rahmat Allah" (LG !!). 1121. Jabatan tertahbis atau "imamat jabatan atau hierarkis" (LG 10) melayani iamamat bersama, yang diberikan oleh Pembaptisan. Ia menjamin bahwa di dalam Sakramensakramen, Kristus sungguh bekerja untuk Gereja melalui Roh Kudus. Perutusan keselamatan yang Bapa percayakan kepada Putera-Nya yang menjadi manusia, dipercayakan oleh-Nya kepada para Rasul dan oleh mereka kepada para penggantinya; mereka menerima Roh Yesus, suupaya dapat bertindak atas nama-Nya dan atas pribadiNya6. Dengan demikian jabatan tertahbis membentuk ikatan sakramental, yang mengubungkan tindakan liturgi dengan apa yang para Rasul katakan dan kerjakan dan melalui mereka kepada kata-kata dan perbuatan-perbuatan Kristus, sumber dan dasar dari Sakramen-sakramen. 1121. Tiga sakramen-Pembaptisan, Penguatan dan Tahbisan- sebagai tambahan pada rahmat memberikan satu meterai sakramental, satu "meterai" yang olehnya warga Kristen mengambil bagian dlam imamat Kristus dan terhitung dalam golongan dan fungsi Gereja yang berbeda-beda. Keserupaan dengan Kristus dan Gereja yang dihasilkan oleh Roh itu tidak terhapus7; ia tinggal di dlam warga Kristen untuk selama-lamanya sebagai kepekaan untuk rahmat, sebagai janji dan jaminan perlindungan ilahi dan sebagai panggilan kepada ibadat dan pelayanan Gereja. Sebagai akibanya, Sakramen-sakramen ini tidak boleh diulangi. III> * Sakrmamen-Sakramen Iman: 1122 Kristus tleh mengutus para Rasul-Nya, supaya atas nama-Nya memberitakan "kepada segala bangsa tentang pertobatan dan pengampunan dosa" (Luk 24:47). "Jadikanalh semua bangsa murid_ku dan baptislah mereka dlam nama Bapa dan Anak4 5

Bdk. Mat 13:52; I Kor 4:1 Bdk. Toma Aqu., s.fh.3,64,2,ad.3. 6 Bdk. Yoh 20:21-23; Luk 24:47; Mat 28:18-20 7 Bdk. Konsili Trente:DS1609.

dan RohKudus" (Mat 28:19). Perutusan untuk membaptis - dan dengan demikian perutusan sakramental - sudah termaktub dalam perutusan untuk mewartakan Injil, karena Sakremen dipersiapkan oleh Sabda Allah dan oleh iman, yang menyetujui Sabda ini. "Umat allah pertama-tama dihimpun oleh Sbda Allah yang hidup Diperlukan pewartaan Sabdauntuk pelayanan Sakramen-sakramen, sebab itu merupakan Sakramen-sakramen iman, yang timbul dari Sabda dan dipupuk dengannya" (PO) 4).

1123. Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda, Sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandakan iman, melainkan juga memupuk, menegukan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan tindakan. Maka juga disebut Sakramen iman: (SC.59). 1124. Iman Gereja mendahului iman perorangan, yang diajak supaya menyetujuinya. Kalau Gereja merayakan Sakramen-sakramen, ia mengakui iman yang diterima dari para Rasul. Oleh karena itu berlakulah prisnsip tua: "lex orandi, lex dredendi" (atau sebagaimana Prosper dari Aquitania dalam abad ke-5 mengatakan: "legem credendi lex statuat supplicandi")8. Dara doa adlah cara iman; Gereja percaya, seperti yang ia doakan. Liturgi adlah unsur dasar tradisi yang suci dan hidup9 1125. Oleh karena itu, ritus sakramental tidak boleh diubah atau dimanipulasi sesuai dengan kehendak pejabat atau jemaat. Malahan otoritas tertinggi di dalam Gereja tidak dapat mengubah liturgi sesuka hati, tetapi hanya dalam ketaatan iman dan dlam penghormatan terhadap misteri liturgi. 1126. Karena Sakramen-sakramen menyatakan dan mengembangkan di dlam Gereja persekutuan dlam iman, maka "lex orandi" adalah salah satu kriteria yang hakiki dlam dialog, yang berusaha memulihkan kembali kesauan umat Kristen10 IV. * Sakramen-Sakramen Keselamatan 1127. Sakramen-sakramen yang dirayakan dengn pantas dalam iman, memberikan rahmat yang mereka nyatakan11. Mereka berdaya guna, karena Kristus sendiri bekerja di dalamnya; Ia sendiri membaptis, Ia sendiri bertindak dalam Sakramen-sakramen-Nya, untukmembagi-bagikan rahmat, yang dinyatakan oleh Sakramen. Bapa telah mengabulkan doa Gereka Putera-Nya, yang menyatakan imannya akan kekuasaan RohKudus dalam epiklese setiap Sakramen. Seperti api mengubah bahan bakar menjadi api, demikian Roh Kudus mengubah apa yang takluk kepada kekuasaanya, ke dalam kehidupan ilahi. 1128. Inilah arti dari ungkapan Gereja12, bahwa Sakramen-sakramen bekerja ex opere operato (secara harafiah:"atas dasar kegiatan yang dilakukan"). Artinya mereka berdaya berkat karya keselamatan Kristus yang dilaksanakan satu kali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak dilaksanakan satu kali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak dilaksankan oleh kesucian manusia yang memberi atau menerima [Sakramen], tetapi oleh kekuasaan Allah" (Tomas Aqu, s.th. 3,68,8). Pada saat Sakramen8 9

"Peraturan doa harus menentukan peraturan iman:: auct.ep.8. Bdk.DV 8. 10 Bdk. Konsili Trente: DS 1605 dab 1606. 11 Bdk. Konsili Trente:DS 1605 dan 1606. 12 Bdk. Konsili Trente:DS 1608.

dirayakan sesuai dengan maksud Gereja, bekerjalah di dalam dia dan oleh dia kekuasaan Kristus dan Roh-Nya, tidak bergantung pada kekudusan pribadi pemberi. Buah-buah Sakramen juga bergantung pada sikap hati orang yang menerimanya. 1129. Gereja mengatakan bahwa Sakramen-sakramen Perjanjian baru perlu untuk keselamatan umat beriman 13 . "Rahmat sakramental" adlah rahmat Roh Kudus yang diberikan oleh Krsitus kepada tiap Sakramen secara khusus. Roh itu menuembuhkan dan mengubah semua mereka yang meneriman-Nya, dengan menjadikan mereka serupa Putera Allah. Buah kehidupan sakramental ialah Roh Anak. Allah memberi kepada orang beriman bagian pada kodrat ilah14, dengagn mempersatukan mereka dengan daya kehidupan Putera tunggal, sang Penerbus. V. * Sakramen-Sakramen Kekal 1130. Gereja mereyakan misteri Tuhannya, :sampai Ia datang" (I Kor 11:26) dan "Allah menjadi semua dalam semua" (I Kor 15:28). Sejak para Rasul, liturgi diarahkan kepada tujuannya oleh hembusan Roh di dalam Gereja: "Marana tha" (I Kor 16:22). Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerayaan Allah" (Luk 22:15-16). Dalama Sakramen-sakramen Krsitus, Gereja sekarang ini sudah menerima panjar warisannya. Ia sudah mengambil bagian dalam kehidupan abadi, "dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyatan kemuliaan Allah Mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus" (Tit 2:13P. "Roh dan pengantin perempuan itu berkata: Marilahdatanglah, Tuhan Yesus" (Why 22: 1.20).Santo Tomas meangkumkan pelbagai arti dari tanda sakramental sebagai berikut: Sakrmen adalah tanda yang mengingatkan apa yang sudah terjadi ialah kesengsaraan Krsitus; juga tanda yang menungjukkan apa yang dilaksankan di dalam kita oleh kesengsaraan Kristus ialah rahmat: demikian juga tanda yang mengantisipasi apa yang penderitaan itu sudah nyatakan lebih dahulu yakni kemuliaan yang akan datang" (s.th. 3,60,3).

TEKS-TEKS SINGKAT 1131 Sakramen-sakramen ditetapkan Kristus dan dipercayakan kepada Gereja sebagai tanda berdaya guna yang menghasilkan rahmat dan memberikan kehidupan ilahi kepada kita. Ritus yang tampak, dengan mana Sakramen-sakramen itu dirayakan, menyatakan dan menghasilkan rahmat, yang dimiliki setiap Sakramen. Bagi umat beriman yang menerimanya dengan sikap batin yang wajar; mereka menghasilkan buah. 1132. Gereja merayakan Sakramen-sakramen itu sebagai persekutuan imami yang dibagikan atas imamat yang diterima dalam Pembaptisan, dan imamat para pejabat tertahbis. 1133. Roh Kudus mempersiapkan umat beriman tuntuk Sakramen-sakramen. Ia melakukan itu dengan perantaraan Sabda Allah dan dengan perantaraan iman, yang menerima Sabda dengan hati terbuka. Dengan demikian Sakramen-sakramen memperkuat iman dan menyatakannya. 1134. Kehidupan sakramental menghasilkan buah, baik untuk perorangan maupun untuk Gereja. Untuk setiap waga beriman buah ini berarti bahwa ia hidup untuk Allah dalam13 14

Bdk. Konsili Trente:DS 1604. Bdk. 2 Ptr 1:4.

Yesus Kristus, sedangkan untuk Gereja, bahwa ia bertumbuh dalam cinta dan dalam perutusannya demi kesaksian.

SAKRAMENTALIBunda kudus Gereja telah mengadakan sakramentali, yaini tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakremen. Sakramentali itu menandakan kurniakurnia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permononan Gereja. Melalui sakramentali itu hati manudia dipersiapkan untuk menerima buah utama sakramen-sakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan (2. SC NO.60) Kan.1166. Sakramental ialah tanda suci yang dengan cara yang mirip sakramen menandakan hasil-hasil, terlebih yang rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Kan.1167. (1). Hanya Takhta Apostolik dapat mengadakan sakramentali baru, memberi tafsirana otentik atas sakrmaentali yang ada, serta menghapus atau mengubah beberapa dari sakrementali itu. (2). Dalam melaksanakan atau melayani sakermentali hendaknya dituruti dengan seksama ritus dan rumus yang disetujui oleh otoritas Gereja. Kan 1168. Pelayan sakramentali ialah klerikus yang mempunyai kuasa yang perlu untuk itu; beberapa sakramentali, seturut norma buku-buku liturgi, menurut pandangan Ordinaris wilayan dapat juga dilayani oleh orang awam yang memiliki sifat-sifat yang cocok. Kan.1169. (1). Konsekrasi dan pengudusan dapat dilaksanakan secara sah oleh mereka yang memiliki meterai Uskup, serta juga oleh imam-imam yang diizinkan untuk itu oleh hukum atau penugasan yang legitim. (2). Pemberkatan dapat diberikan oleh setiap imam, kecuali pemberkatan yang direservasi bagi Paus atau Uskup. (3). Diakon hanya dapat memberikan pemberkatan yang dalam hukus secara tegas diizinkan baginya. Kan 1170. Pemberkatan-pemberkatan yang terutama dimaksudkan bagi orang-orang katolik, dapat diberikan pula kepada para katekumen, bahkan pula kepada mereka yang bukan katolik, kecuali jika hal itu dilarang oleh Gereja. Kan. 1171. Hendaknya benda-benda suci yang diperuntukkan bagi ibadat ilahi dengan pengudusan atau pemberkatan diperlakukan dengan hormat dan jangan dipergunakan untuk pemakaian profan atau bagi maksud lain, kendatipun benda-benda suci itu milik pribadi. Kan 1172. (1). Tida seorangpun dapat dengan legitim melakukan eksorsisme terhadap orang yang kerasukan, kecuali jika telah memperoleh izin khusus dan tegas dari Ordinaris wilayah. (2). Izin itu oleh Ordinaris wilayah hendaknya hanya diberikan kepada orang yang saleh, ahli, aris serta tak tercela hidupnya.

1667. "Selain itu Bunda Gereja kudus telah mengadakan sramentali, yakni tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan Sakramen-skramen. Sakramentali itu menandakan karunia-karuni, terutama yang berdifat rohani, dan yand diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Melalui sakramentali hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama Sakramen-kakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan" (SC 60)15 Ciri-Ciri Sakramentali 1668. Gereja mengadakan sakramentaliuntuk menguduskan jabatan-jabatan gerejani tertentu, status hidup tertentu, aneka ragam keadaan hidup Kristus serta penggunaan benda-benda yang bermanfaat bagi manusia. Sesuai dengan keputusan pastoral para Uskup, mereka juga dapt disesuaikan dengan kebutuhan dan kebudayaan serta sejarah khusus umat Krsiten suatu wilayah atau zaman. Mereka selalu mempunyai doa yang sering diiringi dengan tanda tertentu, misalnya penumpangan tangan, tanda salib atau pemercikan dengan air berkat, yang mengingatkan kepada Pembaptisan. 1669. Sakramentali termasuk wewenang imamat semua orang yang dibaptis; setiap orang yang dibptis diipanggil untuk menjadi "berkat"16 dan untuk memberkati 17. Karena itu, kaum awam dapat melayani pemberkatan-pemberkatan tertentu.18 Semakin satu permberkatan menyangkut kehidupan Gereja dan sakramental, semakin pelaksanaannya dikhususkan untuk jabatan tertahbis (Uskup, imam, dan diaken).19 1670. Sakramentali tidak memberi rahmat Roh Kudus seperti dibuat Sakramen, tetapi hanya mempersiapkan oleh doa Gereja, supaya menerima rahmat dan bekerja sama dengannya. "Dengan demikian berkat liturgi Sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaum beriman yang hatinya sungguh siap hampir setiap peristiwa hidup dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir dari Misteri Paska sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dari misteri itulah semua Sakramen dan sakramentali menerima daya kekuatannya. Dan bila manusia menggunakan benda-benda dengan pantas, boleh dikatakan tidak ada satupun yang tak dapt dimanfaatkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah" (SS 61). Aneka Ragem Bentuk Sakramentali 1671. Yang termasuk sakramentali pada tempat pertama ialah pemberkatan (orang, benda, tempat atau makanan). Tiap pemberkatan adalah pujian kepada Allah dan doa meminta anugerah-anugerah-Nya. Di dalam Kristus, orang-orang Kristen "telah dikaruniai dengan segala berkat rohani" (Ef 1:3). Karena itu Gereja, apabila ia memberi berkat, menyerukan nama Yesus dan sementara itu b iasanya membuat tanda salib Kristus. 1672. Pemberkatan tertentu mempunyai arti tetap, yaitu menahbiskan pribadi-pribadi untuk Allah dan mengkhususkan benda atau tempat untuk keperluan liturgi. Dalam permberkatan yang diberikan kepada rpibadi-pribadi - yang tidak boleh dicampur-adukan dengah tahbisan sakramental - termasuk permberkatan abbas pria atau wanita dari sebuah biasa, pemberkatan para perawan, ritus, ritus kaul kebiaraan, dan pemberkatan pribadi15 16

Bdk. CIC, dan. 1166; CCEO, dan. 867. Bdk. Kej 12:12. 17 Bdk. Luk 6:28; Rm 12:14; I Ptr 3:9. 18 Bdk. SD 79; CIC, dan. 1168 19 Bdk Mrk 1: 25-26.

pribadi yang melaksanakan pelayanan khusus di dalam Gereja (sperti lektor, akilit, dan katekis). Contoh untuk pemberkatan yang menyangkut benda-benda adalah tahbisan atau pemberkatan gereja atau altar, pemberkatan minyak-minyak suci, bejana dan pakaian sakral, serta lonceng. 1672. Kalau Gereja secara resmi dan otoritatif berdoa atas nama Yesus Kristus, supaya seorang atau satu benda dilindungi terhadap kekuatan musuh yang jahat dan dibebaskan dari kekuasaanya, orang lalu berbidara tentang eksorsisme. Yesus telah melakukan doadoa semacam itu20; Gereja menerima dari Dia kekuasaan dan tugas untuk melaksanakan eksorsisme.21 Dalam bentuk sederhana eksorsisme dilakukan dalam upacara Pembaptisan. Eksorsisme resmi atau yang dinamakan eksorsisme besar hanya dapat dilakukan oleh imam dan hanya dengan persetujuan Uskup. Orang harus melakukannya dengan bijaksana dan harus memegang teguh peraturan-peraturan yang disusun Gereja. Eksorsisme itu digunakan untuk mengusir setan atau untuk membebaskan dari pengaruh setan, berkat otoritas rohani yang Yesus percayakan kepada Gereja-Nya. Lain sekali dengan penyakit-penyakit, terutama yang bersifat psikis; unti menangani hal semacam itu adalah bidang kesehatan. Maka penting bahwa sebelum seorang merayakan eksorsisme, ia harus mendapat kepastian bagi dirinya bahwa yang dipersoalkan di sini adalah sungguh kehadiran musuh yang jahat, dan bukan suatu penyakit.22 Kesalehan Rakyat. 1174. Katekese tidak boleh hanya memperhatikan liturgi sakramental dan sakramentali, tetapi juga bentuk-bentuk kesalehan umat beriman dan religiositas rakyat. Semangat religius umtat Krsiten sejak dulu kala telah dinyatakan dalam pelbagai bentuk kesalehan, yang menyertai kehidupan Gereja seperti penghormatan relikwi, kunjungan tempattempat kudus, ziarah dan prosesi, jalan salib, tarian-tarian religius, rosario, dan medali.23 1675. Bentuk-bentuk pernyataan ini melanjutkan kehidupan liturgi Gereja, tetapi tidak menggantikannya. "Sambil mengindahkan masa-masa liturgi, ulah kesalehan itu perlu diatur sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan liturgi suci; sedikit banyak harus bersumber pada liturgi, dan mengantar umat kepadanya; sebab menurut hakikatnya liturgi memang jauh lebih unggul dari semua ulah kesalehan itu" (SC 13). 1676. Diperlukan suatu kemampuan untuk menilai secara pastoral guna menunjang atau memajukan kesalehan rakyat, dan kalau perlu, menjernihkan dan meluruskan semangat religius yang menjadi dasar devosi-devosi itu semakin mengembangkan pengetahuan mengenai misteri Krsitus. Perayaannya berada di bawah pengawasan dan keputusan para Uskup dan kaidah-kaidah umum Gereja24."Religiositas populer pada intinya adalah satu himpunan nilai, yang dengan kebijaksanaan Kristen menjawab pertanyaan-pertanyaan besar mengenai eksistensi. Kebijaksanaan umat Katolik mempunyai kemampuan untuk membuat sistesis kehidupan; demikianlah ia menggabungkan atas cara penuh daya cipta, Yang Ilahi dan yang manusiawi, Kristus dan Maria roh dan tubuh, persekutuan dan institusi, pribadi dan persekutuan, iman dan tanah air, akal budi dan perasaan. Kebijaksanaan ini adalah satu humanisme Krsiten, yang pada akal budi dan perasaan. Kebijaksanaan ini adalah satu humanisme Krsiten, yang pada dasarnya mengakui martabat setiap pribadi sebagai anak Allah, yang membuktikan dan mengajarkan satu persaudaraan yang sangat20 21

Bdk. Mrk 1: 25-26. Bdk. Mrk 3:15; 6:7.13; 16:17. 22 Bdk. CIC, can 1172. 23 Bdk. Konsili Nicea:DS 601; 603; Konsili Trente : DS 1882. 24 Bdk. CT 54.

mendasar untuk menemui alam dan mengerti pekerjaan, dan memberi alasan-alasan untuk kegembiraan dan untuk homor, juga di tengah kehidupan yang sangat kejam. Kebijaksanaan itu juga bagi umat adalah satu prisip dasar supaya mampu membeda-bedakan, satu naluri yang didukung oleh Injil, dan atas dasar itu ia mengerti secara spontan, bilamana di dalam Gereja Injil dilayani dan bilamana ia dirongrong dan dimatilemaskan oleh kepentingan-kepentingan lain" (Dokumen Puebla 448).25

TEKS-TEKS SINGKAT 1677. Sakramentali adalah tanda-tanda khusus yang diadakan oleh Gereja, yang ditentukan untuk mempersiapkan manusia supaya menerima buah-buah Sakramen dan supaya menguduskan berbagai keadaan hidup. 1678. Di antara sakramentali, pemberkatan-pemberkatan memainkan peranan penting. Mereka serentak merupakan pujian kepada Allah untuk karya dan anugerah-Nya dan permohonan Gereja untuk manusia, supaya mereka dapt mempergunakan anugerahanugerah Allah dalam semangat Injil. 1679. Hidup Krsiten tidak hanya dipupuk oleh litrugi, tetapi juga oleh aneka ragam bentuk kesalehan populer yang berakar dalam berbagai kebudayaan. Gereja berusah untuk menjelaskan kesalehan populer ini melalui terang iman; ia memajukan bentukbentuk itu, yang di dalamnya terlibat satu naluri dan satu kebijaksanaan manusia yang sesuai dengan Injil dan memperkaya kehidupan Kristem.

SUMBER-SUMBER1. Ensiklopedi Nasional Indonesis, Jilid 14 QRS-SE. PT Sipta Adi Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 339. 2. SC 3. Sakramentologi: Ciri Sakrmental Karya Penyelamatan allah Sejarah, wujud, Struktur, DR. C. Groenem OFM. 4. KHK, Obor: 1991. 5. Katekismus Gereja Katolik, diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru, SVD (Judul asli: Libreria Editrice Vaticana), Para Waligereja Regio Nusa Tenggara, 1995.

25

Bdk. EN 48.

SAKRAMEN

DAN S A K R A M E N T ALI

I. S A K R A M E NSakramen dari akar kata Latin sacrum, artinya yang kudus. Dikalangan umat katolik dimengerti sebagai tanda yang menguduskan. Dalam arti luas, Kristus dan Gere juga disebut sakramen. Dalam arti sempit sakramen adalah tanda atau ucapan xuci. Kristus dan Gerejanya menguduskan umat beriman dalam tahap-tahap penting hidup-Nya dari lahir sampai pada kematian. Dalam Konsili Trente (1545-1563) Gereja mengajukan adanya tujuh sakremen, yaini Baptis atau permandian, Krisma atau penguatan, Ekaristi, Tobat, Imamat, Perkawinan dan Perminyakan Terakhir. (1. Enciklopidi Nasional, hlm. 339) Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandalkan iman, melainkan juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan benda. Maka disebut juga sakramen iman. Memang sakramen memperolehkan rahmat, tetapi perayaan sakramen itu sendiri juga dengan amat baik menyiapkan kaum beriman untuk menerima rahmat itu yang membuahkan hasil nyata, untuk menyembah Allah secara benar dan untuk mengamalkan cinta kasih. (2. SC. No.59). Adapun Gereja sebagai sakramen induk bukanlah barang mati dan statis. Sebaliknya jemaah Kristen merupakan suatu masyarakat manusia yang dinamis. Ia mempertahankan, mewujudkan dan memperluas dirinya dengan bergagai kegiatan dan tindakan. Tentu saja tidak semua tindakan yang dengannya Gereja merealilsasikan dirinya dalam Gereje sebagai "sakramen penyelamatan" (sakramen induk), meskipun barangkali, ditinjau dari segi lain, sama penting dan perlu, supaya Gereja direalisasikan secara menyeluruh. Dengan lain perkataan "sakramentalitas" Gereja dapat menjadi terwujud dengan pelbagai tingkat. Meskipun semua "sakramental", namun tidak semua menjadi "sakramen", yang menurut tradisi Katolik berjumlah tujuh saja. Dan hal itu pun mengaburkan paham "sakramen" dalam teologi dewasa ini. (2. Sakramentologi: Ciri, hlm. 13). Kan.840. Sakramen-sakramen Perjanjian Baru, yang diadakan oleh Kristus Tuhan dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai perbuatan-perbuatan Kristus dan Gereja, meupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman, mempersembahkan peghiomatan kepada Allah serta menghasilakan pengudusan manusia. Dan karena itu sangat membantu untuk menciptakan, memperkokoh dan menampakkan kesauan gerejawi. Oleh karena itu baik para pelayan rohani maupun umat beriman kristiani lainnya haruslah merayakannya dengan sangat khidmat dan sermat seperti semestinya.

Kan. 841. Karena sakramen-sakramen adlah sama untuk seluruh Gereja serta termasuk hhazanah ilahi, maka hanya otoritas tertinggi Gereja yang berwewenang untuk menyetutjui atau meneetapkan hal-hal yang dituntut demi sahnya sakramen-sakramen itu; pun pula adlah hal dari otoritas itu atau dari otoritas lain yang berwenang menurut hnorma kan. 838(3) dan (4), utuk memutuskan hal-hal yang menyangkut perayaan, pelayanan dan penyambutnnya secara halal, dan juga tata-perayaan yang harus ditepati. Kan.842 (1). Orang yanag belum dibaptis tidak dapat dengan sah menyambut sakramensakramen lainnya. (2). Sakramen-sakramen baptis, penguatan, dan Ekareisti mahakudus terjalin satu sama lain sedemikian rupa, sehingga dituntut untuk inisiasi kristiani yang penuh. Kan.843. (1). Pelayan rohani tidak boleh menolak pelayanan sakramen-sakramen kepada orang yang memintanya secara wajar, berdisposisi baik, serta tidak terhalang oleh huku untuk menerimanya. (2). Para gembala umat dan kaum beriman kristiani lainnya, seturut tugas gerejawi masing-masing, berwajib untuk mengusahakan agar mereka yang meminta sakramen-sakramen dipersiapkan lewat pewrtaan injil serta katekese untuk menerimanya, dengn mengindahkan norma-norma yang dikeluarkan oleh otorits yang berwenang. Kan.844. (1). Para pelayan katolik boleh menerimakan sakramtn-sakramen hanya kepada orang-orang beriman katolik, yang memang juga hanya boleh menerimanya dari pelaya katolik, dengan tetp berlaku ketentuan 2,3, dan 4 kanon ini dan kan.861 (2). (2). Setiap kali keadaan mendesak atau manfaat rohani benar-benar menganjurkan, dan asl tercegah bahaya kesesatan atau pun indeferentisme, orang beriman kristiani yang secara fisik atau moril tidak mungkin menghadap pelayan katolik, diperbolehkan menerima sakramen tobat, Ekaristi serta pengurapan orang sakit dari pelayan-pelayan tidak katolik, jika dalam Gereja mereka sakrmen-sakramen itu adalah sah. (3). Pelayan-pelayan katolikdapat menerimakan sakramen-sakramen tobat, Ekaristi dan pengurapan orang sakit kepada anggota-anggota Gereja timur yang tidak memiliki kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, jika mereka memintanya dengan sukarela dan berdisposisi baik; hal itu berlaku juga untuk anggota Gereja-gereja lainnya, yang menurut pandangan Takhta Apostolik, sejauh menyangkut hal sakramen-sakramen, berada dalam kedudukan yang sama dengan Gereja-gereja timur tersebut di atas. (4). Jia ada bahaya mati atau menurut pandangan Uskup diosesan atau pun konferensi Waligereja ada keperluan berat lain yang mendesak, pelayan-pelayan katolik boleh menerimakan sakramen-sakramen tadi juga kepada orang-orang kristen lain yang tidak mempunyaki kesatuan penuh dengan Gereja katolilk, dan tidak dapt menghadap pelayan jemaatnyua sendiri serta secara sukarela memintanya, aslkan mengenai sakramen-sakramen itu mereka memperlihatkan iman katolik serta berdisposisi baik. (5). Untuk kasus-kasus yang disebut dalam (2), (3) dan (4), Uskup diosesan atau konferensi Waligereja jangan mengeluarkan norma-norma umum, kesuali setelah mengadakan konsultasi dengan otoritas yang berwenang, sekurang-kurangnya otoritas setempat dari Gereja atau jemaat tidak katolik yang bersangkutan. Kan.845. (1). Sakramen-sakramen baptis, penguatan dan imamat, karena memberikan meterai, tidak dapa diulang.

(2). Jika setelah dilakukkan penyelidikan seksama, dengan arif masih diragukan apakan sakramen-sakramen yang disebut dalam (1) sungguh-sungguh telah diberikan atau telah diberikan secara sah, hendaknya diberikan dengan bersyarat. Kan.846. (1). Dalam merayakan sakramen-sakramen hendaknya ditemapti dengan setia buku-buku liturgi yang telah disetujui oleh otoritas yang berwenang; karena itu tak seorang pun boleh menambahkan, menghapus atau merubah sesuatu dalam hal itu atas kehendaknya sendiri. (2). Pelayan hendaknya merayakan sakramen-sakramen menurut ritusnya sendiri. Kan.847 (1). Dalam menerimakan sakramen-sakramen yang menggunakan menyak suci, pelayan harus mempergunakan minyak zaitun atau minyak lain yang diperas dari tetumbuhan serta telah dikonsekrasi atau diberkati oleh Uskup dan lagi masih baru, dengan tetap berlaku ketentuan kan. 999 (2); yang lama jangan digunakan, kecuali bila terpaksa. (2). Pastor-paroki hendaknya minta minyak suci dari Uskupnya sendiri, serta menyimpannya baik-baik dengan pantas. Kan 848. Pelayan sakramen tidak boleh menuntut apa-apa bagi pelayanannya selain pemberian yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, tetapi selalu harus dijaga agar orang yang miskin jangan sampai tidak mendapat bantuan sakramen-sakramen karena kemiskinannya. 1113. Seluruh kehidupan liturgi Gereja berkisar di sekililing kurban Ekaristi dan Sakramen-sakramen1. Di dalam Gereja ada tujuh Sakramen: Pembaptisan, Penguatan atau Krisma, Ekaristi, Pengakuan, Urapan Orang Sakit, Tahbisan, dan Perkawinan2. Dalam artikel ini dibicarakan tentang apa yang dimiliki bersama oleh ketujuh Sakramen itu dalam hubungannya dengan ajaran iman. 1>.* Sakramen-Sakramen Kristus 1114. "Berdasarkan ajaran Kitab Suci, tradisi apostolik dan pendapat yang serasi para bapa", kami mengakui, bahwa "Sakramen-sakramen Perjanjian Barusemuanya ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus" (Konsili Trente : DS 1600-1601). 1115. Perkataan dan perbuatan Yesus selama hidup-Nya yang tersembunyi dan pelayanan-Nya di muka umum sudah membawa keselamatan. Mereka mendahului daya guna misteri Paska-Nya. Mereka menyatakan dan menyapkan apa yang akan dIa berikan kepada Gereja, kalau segala sesuatu sudah diselesaikan. Misteri-misteri kehidupan Kristus adalah dasar untuk apa yang sekarang Kristus bagi-bagikan melalui pejabatpejabat Gereja-aNya dlam Sakramen-sakramen, sebab "apa yang nampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam misteri-misteri_nya" (Leo Agung, serm.74,2). 1116. Sakramen-sakramen adalah "kekuatan-kekuatan" yang datang dari Tubuh Kristus3, yang tetap hidup dan menghidupkan. Mereka adalah tindakan-tindakan Roh Kudus yang bekerja di dalam Tubuh-Nya, Gereja. Mereka adalah "karya-karya agung Allah" dalam perjanjian baru dan kekal.

1 2

Bdk. SC6 Bdk. DS 860; 1310;1601. 3 Bdk. Luk 5:17;6:19;8:46

II> *Sakramen-Sakramen Gereja 1117. Oleh Roh, yang memimpin dia ke "dalam seluruh kebenaran" (Yoh16:13), Gereja lambat laun mengenal warisan bernilai yang diterimanya dari Krsitus dan lebih saksama menentukan "cara penggunaannya", seperti yang ia lakukan sebagai wali misteri-misteri Allah4 yang setia dalam hubungan dengan kanon Kitab Suci dan ajaran iman. Dengan demikian, dlam peredaran sejarah Gereja mengetahui bahwa di antara perayaan liturgi ada tujuh yang sesungguhnya ditetapkan Tuhan sebagai Sakramen. 1118. Sakramen-sakramen adalah Sakramen"Gereja" dalam arti ganda, karena Gereja adalah Sakramen karya Kristus, yang bekerja di dalamnya berkat perutusan Roh Kudus. Dan mereka itu"untuk Gereja"; mereka adalah "Sakramen-sakramen, yang olehnya Gereja didirikan" (Agustinuys, civ.22,17)5, karena mereka memberikan dan membagibagikan keada manusia, terutama dalam Ekaristi, misteri persekutuan dengan Allah, Dia yang adalah cinta kasih, Dia yang esa dalam tiga Pribadi. 1119. Oleh karena Gereja membentuk bersama Kristu, Kepalanya, "hanya satu pribadi mistik yang ttunggal: (Pius XII, Ens.:Mystici Corporis"), maka di dalam Sakramensakramen ia bertindak sebagai "persekutuan imam" yang "tersusun secara organis" (LG.11). Oleh pembaptisan dan Penguatan, umat imami dimungkinkan merayakan liturgi; tetapi beberapa warga beriman ditetapkan melalui Tahbisan suci "untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda dan rahmat Allah" (LG !!). 1121. Jabatan tertahbis atau "imamat jabatan atau hierarkis" (LG 10) melayani iamamat bersama, yang diberikan oleh Pembaptisan. Ia menjamin bahwa di dalam Sakramensakramen, Kristus sungguh bekerja untuk Gereja melalui Roh Kudus. Perutusan keselamatan yang Bapa percayakan kepada Putera-Nya yang menjadi manusia, dipercayakan oleh-Nya kepada para Rasul dan oleh mereka kepada para penggantinya; mereka menerima Roh Yesus, suupaya dapat bertindak atas nama-Nya dan atas pribadiNya6. Dengan demikian jabatan tertahbis membentuk ikatan sakramental, yang mengubungkan tindakan liturgi dengan apa yang para Rasul katakan dan kerjakan dan melalui mereka kepada kata-kata dan perbuatan-perbuatan Kristus, sumber dan dasar dari Sakramen-sakramen. 1121. Tiga sakramen-Pembaptisan, Penguatan dan Tahbisan- sebagai tambahan pada rahmat memberikan satu meterai sakramental, satu "meterai" yang olehnya warga Kristen mengambil bagian dlam imamat Kristus dan terhitung dalam golongan dan fungsi Gereja yang berbeda-beda. Keserupaan dengan Kristus dan Gereja yang dihasilkan oleh Roh itu tidak terhapus7; ia tinggal di dlam warga Kristen untuk selama-lamanya sebagai kepekaan untuk rahmat, sebagai janji dan jaminan perlindungan ilahi dan sebagai panggilan kepada ibadat dan pelayanan Gereja. Sebagai akibanya, Sakramen-sakramen ini tidak boleh diulangi. III> * Sakrmamen-Sakramen Iman: 1122 Kristus tleh mengutus para Rasul-Nya, supaya atas nama-Nya memberitakan "kepada segala bangsa tentang pertobatan dan pengampunan dosa" (Luk 24:47). "Jadikanalh semua bangsa murid_ku dan baptislah mereka dlam nama Bapa dan Anak4 5

Bdk. Mat 13:52; I Kor 4:1 Bdk. Toma Aqu., s.fh.3,64,2,ad.3. 6 Bdk. Yoh 20:21-23; Luk 24:47; Mat 28:18-20 7 Bdk. Konsili Trente:DS1609.

dan RohKudus" (Mat 28:19). Perutusan untuk membaptis - dan dengan demikian perutusan sakramental - sudah termaktub dalam perutusan untuk mewartakan Injil, karena Sakremen dipersiapkan oleh Sabda Allah dan oleh iman, yang menyetujui Sabda ini. "Umat allah pertama-tama dihimpun oleh Sbda Allah yang hidup Diperlukan pewartaan Sabdauntuk pelayanan Sakramen-sakramen, sebab itu merupakan Sakramen-sakramen iman, yang timbul dari Sabda dan dipupuk dengannya" (PO) 4).

1123. Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda, Sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandakan iman, melainkan juga memupuk, menegukan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan tindakan. Maka juga disebut Sakramen iman: (SC.59). 1124. Iman Gereja mendahului iman perorangan, yang diajak supaya menyetujuinya. Kalau Gereja merayakan Sakramen-sakramen, ia mengakui iman yang diterima dari para Rasul. Oleh karena itu berlakulah prisnsip tua: "lex orandi, lex dredendi" (atau sebagaimana Prosper dari Aquitania dalam abad ke-5 mengatakan: "legem credendi lex statuat supplicandi")8. Dara doa adlah cara iman; Gereja percaya, seperti yang ia doakan. Liturgi adlah unsur dasar tradisi yang suci dan hidup9 1125. Oleh karena itu, ritus sakramental tidak boleh diubah atau dimanipulasi sesuai dengan kehendak pejabat atau jemaat. Malahan otoritas tertinggi di dalam Gereja tidak dapat mengubah liturgi sesuka hati, tetapi hanya dalam ketaatan iman dan dlam penghormatan terhadap misteri liturgi. 1126. Karena Sakramen-sakramen menyatakan dan mengembangkan di dlam Gereja persekutuan dlam iman, maka "lex orandi" adalah salah satu kriteria yang hakiki dlam dialog, yang berusaha memulihkan kembali kesauan umat Kristen10 IV. * Sakramen-Sakramen Keselamatan 1127. Sakramen-sakramen yang dirayakan dengn pantas dalam iman, memberikan rahmat yang mereka nyatakan11. Mereka berdaya guna, karena Kristus sendiri bekerja di dalamnya; Ia sendiri membaptis, Ia sendiri bertindak dalam Sakramen-sakramen-Nya, untukmembagi-bagikan rahmat, yang dinyatakan oleh Sakramen. Bapa telah mengabulkan doa Gereka Putera-Nya, yang menyatakan imannya akan kekuasaan RohKudus dalam epiklese setiap Sakramen. Seperti api mengubah bahan bakar menjadi api, demikian Roh Kudus mengubah apa yang takluk kepada kekuasaanya, ke dalam kehidupan ilahi. 1128. Inilah arti dari ungkapan Gereja12, bahwa Sakramen-sakramen bekerja ex opere operato (secara harafiah:"atas dasar kegiatan yang dilakukan"). Artinya mereka berdaya berkat karya keselamatan Kristus yang dilaksanakan satu kali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak dilaksanakan satu kali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak dilaksankan oleh kesucian manusia yang memberi atau menerima [Sakramen], tetapi oleh kekuasaan Allah" (Tomas Aqu, s.th. 3,68,8). Pada saat Sakramen8 9

"Peraturan doa harus menentukan peraturan iman:: auct.ep.8. Bdk.DV 8. 10 Bdk. Konsili Trente: DS 1605 dab 1606. 11 Bdk. Konsili Trente:DS 1605 dan 1606. 12 Bdk. Konsili Trente:DS 1608.

dirayakan sesuai dengan maksud Gereja, bekerjalah di dalam dia dan oleh dia kekuasaan Kristus dan Roh-Nya, tidak bergantung pada kekudusan pribadi pemberi. Buah-buah Sakramen juga bergantung pada sikap hati orang yang menerimanya. 1129. Gereja mengatakan bahwa Sakramen-sakramen Perjanjian baru perlu untuk keselamatan umat beriman 13 . "Rahmat sakramental" adlah rahmat Roh Kudus yang diberikan oleh Krsitus kepada tiap Sakramen secara khusus. Roh itu menuembuhkan dan mengubah semua mereka yang meneriman-Nya, dengan menjadikan mereka serupa Putera Allah. Buah kehidupan sakramental ialah Roh Anak. Allah memberi kepada orang beriman bagian pada kodrat ilah14, dengagn mempersatukan mereka dengan daya kehidupan Putera tunggal, sang Penerbus. V. * Sakramen-Sakramen Kekal 1130. Gereja mereyakan misteri Tuhannya, :sampai Ia datang" (I Kor 11:26) dan "Allah menjadi semua dalam semua" (I Kor 15:28). Sejak para Rasul, liturgi diarahkan kepada tujuannya oleh hembusan Roh di dalam Gereja: "Marana tha" (I Kor 16:22). Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerayaan Allah" (Luk 22:15-16). Dalama Sakramen-sakramen Krsitus, Gereja sekarang ini sudah menerima panjar warisannya. Ia sudah mengambil bagian dalam kehidupan abadi, "dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyatan kemuliaan Allah Mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus" (Tit 2:13P. "Roh dan pengantin perempuan itu berkata: Marilahdatanglah, Tuhan Yesus" (Why 22: 1.20).Santo Tomas meangkumkan pelbagai arti dari tanda sakramental sebagai berikut: Sakrmen adalah tanda yang mengingatkan apa yang sudah terjadi ialah kesengsaraan Krsitus; juga tanda yang menungjukkan apa yang dilaksankan di dalam kita oleh kesengsaraan Kristus ialah rahmat: demikian juga tanda yang mengantisipasi apa yang penderitaan itu sudah nyatakan lebih dahulu yakni kemuliaan yang akan datang" (s.th. 3,60,3).

TEKS-TEKS SINGKAT 1131 Sakramen-sakramen ditetapkan Kristus dan dipercayakan kepada Gereja sebagai tanda berdaya guna yang menghasilkan rahmat dan memberikan kehidupan ilahi kepada kita. Ritus yang tampak, dengan mana Sakramen-sakramen itu dirayakan, menyatakan dan menghasilkan rahmat, yang dimiliki setiap Sakramen. Bagi umat beriman yang menerimanya dengan sikap batin yang wajar; mereka menghasilkan buah. 1132. Gereja merayakan Sakramen-sakramen itu sebagai persekutuan imami yang dibagikan atas imamat yang diterima dalam Pembaptisan, dan imamat para pejabat tertahbis. 1133. Roh Kudus mempersiapkan umat beriman tuntuk Sakramen-sakramen. Ia melakukan itu dengan perantaraan Sabda Allah dan dengan perantaraan iman, yang menerima Sabda dengan hati terbuka. Dengan demikian Sakramen-sakramen memperkuat iman dan menyatakannya. 1134. Kehidupan sakramental menghasilkan buah, baik untuk perorangan maupun untuk Gereja. Untuk setiap waga beriman buah ini berarti bahwa ia hidup untuk Allah dalam13 14

Bdk. Konsili Trente:DS 1604. Bdk. 2 Ptr 1:4.

Yesus Kristus, sedangkan untuk Gereja, bahwa ia bertumbuh dalam cinta dan dalam perutusannya demi kesaksian.

SAKRAMENTALIBunda kudus Gereja telah mengadakan sakramentali, yaini tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakremen. Sakramentali itu menandakan kurniakurnia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permononan Gereja. Melalui sakramentali itu hati manudia dipersiapkan untuk menerima buah utama sakramen-sakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan (2. SC NO.60) Kan.1166. Sakramental ialah tanda suci yang dengan cara yang mirip sakramen menandakan hasil-hasil, terlebih yang rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Kan.1167. (1). Hanya Takhta Apostolik dapat mengadakan sakramentali baru, memberi tafsirana otentik atas sakrmaentali yang ada, serta menghapus atau mengubah beberapa dari sakrementali itu. (2). Dalam melaksanakan atau melayani sakermentali hendaknya dituruti dengan seksama ritus dan rumus yang disetujui oleh otoritas Gereja. Kan 1168. Pelayan sakramentali ialah klerikus yang mempunyai kuasa yang perlu untuk itu; beberapa sakramentali, seturut norma buku-buku liturgi, menurut pandangan Ordinaris wilayan dapat juga dilayani oleh orang awam yang memiliki sifat-sifat yang cocok. Kan.1169. (1). Konsekrasi dan pengudusan dapat dilaksanakan secara sah oleh mereka yang memiliki meterai Uskup, serta juga oleh imam-imam yang diizinkan untuk itu oleh hukum atau penugasan yang legitim. (2). Pemberkatan dapat diberikan oleh setiap imam, kecuali pemberkatan yang direservasi bagi Paus atau Uskup. (3). Diakon hanya dapat memberikan pemberkatan yang dalam hukus secara tegas diizinkan baginya. Kan 1170. Pemberkatan-pemberkatan yang terutama dimaksudkan bagi orang-orang katolik, dapat diberikan pula kepada para katekumen, bahkan pula kepada mereka yang bukan katolik, kecuali jika hal itu dilarang oleh Gereja. Kan. 1171. Hendaknya benda-benda suci yang diperuntukkan bagi ibadat ilahi dengan pengudusan atau pemberkatan diperlakukan dengan hormat dan jangan dipergunakan untuk pemakaian profan atau bagi maksud lain, kendatipun benda-benda suci itu milik pribadi. Kan 1172. (1). Tida seorangpun dapat dengan legitim melakukan eksorsisme terhadap orang yang kerasukan, kecuali jika telah memperoleh izin khusus dan tegas dari Ordinaris wilayah. (2). Izin itu oleh Ordinaris wilayah hendaknya hanya diberikan kepada orang yang saleh, ahli, aris serta tak tercela hidupnya.

1667. "Selain itu Bunda Gereja kudus telah mengadakan sramentali, yakni tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan Sakramen-skramen. Sakramentali itu menandakan karunia-karuni, terutama yang berdifat rohani, dan yand diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Melalui sakramentali hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama Sakramen-kakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan" (SC 60)15 Ciri-Ciri Sakramentali 1668. Gereja mengadakan sakramentaliuntuk menguduskan jabatan-jabatan gerejani tertentu, status hidup tertentu, aneka ragam keadaan hidup Kristus serta penggunaan benda-benda yang bermanfaat bagi manusia. Sesuai dengan keputusan pastoral para Uskup, mereka juga dapt disesuaikan dengan kebutuhan dan kebudayaan serta sejarah khusus umat Krsiten suatu wilayah atau zaman. Mereka selalu mempunyai doa yang sering diiringi dengan tanda tertentu, misalnya penumpangan tangan, tanda salib atau pemercikan dengan air berkat, yang mengingatkan kepada Pembaptisan. 1669. Sakramentali termasuk wewenang imamat semua orang yang dibaptis; setiap orang yang dibptis diipanggil untuk menjadi "berkat"16 dan untuk memberkati 17. Karena itu, kaum awam dapat melayani pemberkatan-pemberkatan tertentu.18 Semakin satu permberkatan menyangkut kehidupan Gereja dan sakramental, semakin pelaksanaannya dikhususkan untuk jabatan tertahbis (Uskup, imam, dan diaken).19 1670. Sakramentali tidak memberi rahmat Roh Kudus seperti dibuat Sakramen, tetapi hanya mempersiapkan oleh doa Gereja, supaya menerima rahmat dan bekerja sama dengannya. "Dengan demikian berkat liturgi Sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaum beriman yang hatinya sungguh siap hampir setiap peristiwa hidup dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir dari Misteri Paska sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dari misteri itulah semua Sakramen dan sakramentali menerima daya kekuatannya. Dan bila manusia menggunakan benda-benda dengan pantas, boleh dikatakan tidak ada satupun yang tak dapt dimanfaatkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah" (SS 61). Aneka Ragem Bentuk Sakramentali 1671. Yang termasuk sakramentali pada tempat pertama ialah pemberkatan (orang, benda, tempat atau makanan). Tiap pemberkatan adalah pujian kepada Allah dan doa meminta anugerah-anugerah-Nya. Di dalam Kristus, orang-orang Kristen "telah dikaruniai dengan segala berkat rohani" (Ef 1:3). Karena itu Gereja, apabila ia memberi berkat, menyerukan nama Yesus dan sementara itu b iasanya membuat tanda salib Kristus. 1672. Pemberkatan tertentu mempunyai arti tetap, yaitu menahbiskan pribadi-pribadi untuk Allah dan mengkhususkan benda atau tempat untuk keperluan liturgi. Dalam permberkatan yang diberikan kepada rpibadi-pribadi - yang tidak boleh dicampur-adukan dengah tahbisan sakramental - termasuk permberkatan abbas pria atau wanita dari sebuah biasa, pemberkatan para perawan, ritus, ritus kaul kebiaraan, dan pemberkatan pribadi15 16

Bdk. CIC, dan. 1166; CCEO, dan. 867. Bdk. Kej 12:12. 17 Bdk. Luk 6:28; Rm 12:14; I Ptr 3:9. 18 Bdk. SD 79; CIC, dan. 1168 19 Bdk Mrk 1: 25-26.

pribadi yang melaksanakan pelayanan khusus di dalam Gereja (sperti lektor, akilit, dan katekis). Contoh untuk pemberkatan yang menyangkut benda-benda adalah tahbisan atau pemberkatan gereja atau altar, pemberkatan minyak-minyak suci, bejana dan pakaian sakral, serta lonceng. 1672. Kalau Gereja secara resmi dan otoritatif berdoa atas nama Yesus Kristus, supaya seorang atau satu benda dilindungi terhadap kekuatan musuh yang jahat dan dibebaskan dari kekuasaanya, orang lalu berbidara tentang eksorsisme. Yesus telah melakukan doadoa semacam itu20; Gereja menerima dari Dia kekuasaan dan tugas untuk melaksanakan eksorsisme.21 Dalam bentuk sederhana eksorsisme dilakukan dalam upacara Pembaptisan. Eksorsisme resmi atau yang dinamakan eksorsisme besar hanya dapat dilakukan oleh imam dan hanya dengan persetujuan Uskup. Orang harus melakukannya dengan bijaksana dan harus memegang teguh peraturan-peraturan yang disusun Gereja. Eksorsisme itu digunakan untuk mengusir setan atau untuk membebaskan dari pengaruh setan, berkat otoritas rohani yang Yesus percayakan kepada Gereja-Nya. Lain sekali dengan penyakit-penyakit, terutama yang bersifat psikis; unti menangani hal semacam itu adalah bidang kesehatan. Maka penting bahwa sebelum seorang merayakan eksorsisme, ia harus mendapat kepastian bagi dirinya bahwa yang dipersoalkan di sini adalah sungguh kehadiran musuh yang jahat, dan bukan suatu penyakit.22 Kesalehan Rakyat. 1174. Katekese tidak boleh hanya memperhatikan liturgi sakramental dan sakramentali, tetapi juga bentuk-bentuk kesalehan umat beriman dan religiositas rakyat. Semangat religius umtat Krsiten sejak dulu kala telah dinyatakan dalam pelbagai bentuk kesalehan, yang menyertai kehidupan Gereja seperti penghormatan relikwi, kunjungan tempattempat kudus, ziarah dan prosesi, jalan salib, tarian-tarian religius, rosario, dan medali.23 1675. Bentuk-bentuk pernyataan ini melanjutkan kehidupan liturgi Gereja, tetapi tidak menggantikannya. "Sambil mengindahkan masa-masa liturgi, ulah kesalehan itu perlu diatur sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan liturgi suci; sedikit banyak harus bersumber pada liturgi, dan mengantar umat kepadanya; sebab menurut hakikatnya liturgi memang jauh lebih unggul dari semua ulah kesalehan itu" (SC 13). 1676. Diperlukan suatu kemampuan untuk menilai secara pastoral guna menunjang atau memajukan kesalehan rakyat, dan kalau perlu, menjernihkan dan meluruskan semangat religius yang menjadi dasar devosi-devosi itu semakin mengembangkan pengetahuan mengenai misteri Krsitus. Perayaannya berada di bawah pengawasan dan keputusan para Uskup dan kaidah-kaidah umum Gereja24."Religiositas populer pada intinya adalah satu himpunan nilai, yang dengan kebijaksanaan Kristen menjawab pertanyaan-pertanyaan besar mengenai eksistensi. Kebijaksanaan umat Katolik mempunyai kemampuan untuk membuat sistesis kehidupan; demikianlah ia menggabungkan atas cara penuh daya cipta, Yang Ilahi dan yang manusiawi, Kristus dan Maria roh dan tubuh, persekutuan dan institusi, pribadi dan persekutuan, iman dan tanah air, akal budi dan perasaan. Kebijaksanaan ini adalah satu humanisme Krsiten, yang pada akal budi dan perasaan. Kebijaksanaan ini adalah satu humanisme Krsiten, yang pada dasarnya mengakui martabat setiap pribadi sebagai anak Allah, yang membuktikan dan mengajarkan satu persaudaraan yang sangat20 21

Bdk. Mrk 1: 25-26. Bdk. Mrk 3:15; 6:7.13; 16:17. 22 Bdk. CIC, can 1172. 23 Bdk. Konsili Nicea:DS 601; 603; Konsili Trente : DS 1882. 24 Bdk. CT 54.

mendasar untuk menemui alam dan mengerti pekerjaan, dan memberi alasan-alasan untuk kegembiraan dan untuk homor, juga di tengah kehidupan yang sangat kejam. Kebijaksanaan itu juga bagi umat adalah satu prisip dasar supaya mampu membeda-bedakan, satu naluri yang didukung oleh Injil, dan atas dasar itu ia mengerti secara spontan, bilamana di dalam Gereja Injil dilayani dan bilamana ia dirongrong dan dimatilemaskan oleh kepentingan-kepentingan lain" (Dokumen Puebla 448).25

TEKS-TEKS SINGKAT 1677. Sakramentali adalah tanda-tanda khusus yang diadakan oleh Gereja, yang ditentukan untuk mempersiapkan manusia supaya menerima buah-buah Sakramen dan supaya menguduskan berbagai keadaan hidup. 1678. Di antara sakramentali, pemberkatan-pemberkatan memainkan peranan penting. Mereka serentak merupakan pujian kepada Allah untuk karya dan anugerah-Nya dan permohonan Gereja untuk manusia, supaya mereka dapt mempergunakan anugerahanugerah Allah dalam semangat Injil. 1679. Hidup Krsiten tidak hanya dipupuk oleh litrugi, tetapi juga oleh aneka ragam bentuk kesalehan populer yang berakar dalam berbagai kebudayaan. Gereja berusah untuk menjelaskan kesalehan populer ini melalui terang iman; ia memajukan bentukbentuk itu, yang di dalamnya terlibat satu naluri dan satu kebijaksanaan manusia yang sesuai dengan Injil dan memperkaya kehidupan Kristem.

SUMBER-SUMBER1. Ensiklopedi Nasional Indonesis, Jilid 14 QRS-SE. PT Sipta Adi Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 339. 2. SC 3. Sakramentologi: Ciri Sakrmental Karya Penyelamatan allah Sejarah, wujud, Struktur, DR. C. Groenem OFM. 4. KHK, Obor: 1991. 5. Katekismus Gereja Katolik, diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru, SVD (Judul asli: Libreria Editrice Vaticana), Para Waligereja Regio Nusa Tenggara, 1995.

25

Bdk. EN 48.

SAKRAMEN

DAN S A K R A M E N T ALI

I. S A K R A M E NSakramen dari akar kata Latin sacrum, artinya yang kudus. Dikalangan umat katolik dimengerti sebagai tanda yang menguduskan. Dalam arti luas, Kristus dan Gere juga disebut sakramen. Dalam arti sempit sakramen adalah tanda atau ucapan xuci. Kristus dan Gerejanya menguduskan umat beriman dalam tahap-tahap penting hidup-Nya dari lahir sampai pada kematian. Dalam Konsili Trente (1545-1563) Gereja mengajukan adanya tujuh sakremen, yaini Baptis atau permandian, Krisma atau penguatan, Ekaristi, Tobat, Imamat, Perkawinan dan Perminyakan Terakhir. (1. Enciklopidi Nasional, hlm. 339) Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandalkan iman, melainkan juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan benda. Maka disebut juga sakramen iman. Memang sakramen memperolehkan rahmat, tetapi perayaan sakramen itu sendiri juga dengan amat baik menyiapkan kaum beriman untuk menerima rahmat itu yang membuahkan hasil nyata, untuk menyembah Allah secara benar dan untuk mengamalkan cinta kasih. (2. SC. No.59). Adapun Gereja sebagai sakramen induk bukanlah barang mati dan statis. Sebaliknya jemaah Kristen merupakan suatu masyarakat manusia yang dinamis. Ia mempertahankan, mewujudkan dan memperluas dirinya dengan bergagai kegiatan dan tindakan. Tentu saja tidak semua tindakan yang dengannya Gereja merealilsasikan dirinya dalam Gereje sebagai "sakramen penyelamatan" (sakramen induk), meskipun barangkali, ditinjau dari segi lain, sama penting dan perlu, supaya Gereja direalisasikan secara menyeluruh. Dengan lain perkataan "sakramentalitas" Gereja dapat menjadi terwujud dengan pelbagai tingkat. Meskipun semua "sakramental", namun tidak semua menjadi "sakramen", yang menurut tradisi Katolik berjumlah tujuh saja. Dan hal itu pun mengaburkan paham "sakramen" dalam teologi dewasa ini. (2. Sakramentologi: Ciri, hlm. 13). Kan.840. Sakramen-sakramen Perjanjian Baru, yang diadakan oleh Kristus Tuhan dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai perbuatan-perbuatan Kristus dan Gereja, meupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman, mempersembahkan peghiomatan kepada Allah serta menghasilakan pengudusan manusia. Dan karena itu sangat membantu untuk menciptakan, memperkokoh dan menampakkan kesauan gerejawi. Oleh karena itu baik para pelayan rohani maupun umat beriman kristiani lainnya haruslah merayakannya dengan sangat khidmat dan sermat seperti semestinya.

Kan. 841. Karena sakramen-sakramen adlah sama untuk seluruh Gereja serta termasuk hhazanah ilahi, maka hanya otoritas tertinggi Gereja yang berwewenang untuk menyetutjui atau meneetapkan hal-hal yang dituntut demi sahnya sakramen-sakramen itu; pun pula adlah hal dari otoritas itu atau dari otoritas lain yang berwenang menurut hnorma kan. 838(3) dan (4), utuk memutuskan hal-hal yang menyangkut perayaan, pelayanan dan penyambutnnya secara halal, dan juga tata-perayaan yang harus ditepati. Kan.842 (1). Orang yanag belum dibaptis tidak dapat dengan sah menyambut sakramensakramen lainnya. (2). Sakramen-sakramen baptis, penguatan, dan Ekareisti mahakudus terjalin satu sama lain sedemikian rupa, sehingga dituntut untuk inisiasi kristiani yang penuh. Kan.843. (1). Pelayan rohani tidak boleh menolak pelayanan sakramen-sakramen kepada orang yang memintanya secara wajar, berdisposisi baik, serta tidak terhalang oleh huku untuk menerimanya. (2). Para gembala umat dan kaum beriman kristiani lainnya, seturut tugas gerejawi masing-masing, berwajib untuk mengusahakan agar mereka yang meminta sakramen-sakramen dipersiapkan lewat pewrtaan injil serta katekese untuk menerimanya, dengn mengindahkan norma-norma yang dikeluarkan oleh otorits yang berwenang. Kan.844. (1). Para pelayan katolik boleh menerimakan sakramtn-sakramen hanya kepada orang-orang beriman katolik, yang memang juga hanya boleh menerimanya dari pelaya katolik, dengan tetp berlaku ketentuan 2,3, dan 4 kanon ini dan kan.861 (2). (2). Setiap kali keadaan mendesak atau manfaat rohani benar-benar menganjurkan, dan asl tercegah bahaya kesesatan atau pun indeferentisme, orang beriman kristiani yang secara fisik atau moril tidak mungkin menghadap pelayan katolik, diperbolehkan menerima sakramen tobat, Ekaristi serta pengurapan orang sakit dari pelayan-pelayan tidak katolik, jika dalam Gereja mereka sakrmen-sakramen itu adalah sah. (3). Pelayan-pelayan katolikdapat menerimakan sakramen-sakramen tobat, Ekaristi dan pengurapan orang sakit kepada anggota-anggota Gereja timur yang tidak memiliki kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, jika mereka memintanya dengan sukarela dan berdisposisi baik; hal itu berlaku juga untuk anggota Gereja-gereja lainnya, yang menurut pandangan Takhta Apostolik, sejauh menyangkut hal sakramen-sakramen, berada dalam kedudukan yang sama dengan Gereja-gereja timur tersebut di atas. (4). Jia ada bahaya mati atau menurut pandangan Uskup diosesan atau pun konferensi Waligereja ada keperluan berat lain yang mendesak, pelayan-pelayan katolik boleh menerimakan sakramen-sakramen tadi juga kepada orang-orang kristen lain yang tidak mempunyaki kesatuan penuh dengan Gereja katolilk, dan tidak dapt menghadap pelayan jemaatnyua sendiri serta secara sukarela memintanya, aslkan mengenai sakramen-sakramen itu mereka memperlihatkan iman katolik serta berdisposisi baik. (5). Untuk kasus-kasus yang disebut dalam (2), (3) dan (4), Uskup diosesan atau konferensi Waligereja jangan mengeluarkan norma-norma umum, kesuali setelah mengadakan konsultasi dengan otoritas yang berwenang, sekurang-kurangnya otoritas setempat dari Gereja atau jemaat tidak katolik yang bersangkutan. Kan.845. (1). Sakramen-sakramen baptis, penguatan dan imamat, karena memberikan meterai, tidak dapa diulang.

(2). Jika setelah dilakukkan penyelidikan seksama, dengan arif masih diragukan apakan sakramen-sakramen yang disebut dalam (1) sungguh-sungguh telah diberikan atau telah diberikan secara sah, hendaknya diberikan dengan bersyarat. Kan.846. (1). Dalam merayakan sakramen-sakramen hendaknya ditemapti dengan setia buku-buku liturgi yang telah disetujui oleh otoritas yang berwenang; karena itu tak seorang pun boleh menambahkan, menghapus atau merubah sesuatu dalam hal itu atas kehendaknya sendiri. (2). Pelayan hendaknya merayakan sakramen-sakramen menurut ritusnya sendiri. Kan.847 (1). Dalam menerimakan sakramen-sakramen yang menggunakan menyak suci, pelayan harus mempergunakan minyak zaitun atau minyak lain yang diperas dari tetumbuhan serta telah dikonsekrasi atau diberkati oleh Uskup dan lagi masih baru, dengan tetap berlaku ketentuan kan. 999 (2); yang lama jangan digunakan, kecuali bila terpaksa. (2). Pastor-paroki hendaknya minta minyak suci dari Uskupnya sendiri, serta menyimpannya baik-baik dengan pantas. Kan 848. Pelayan sakramen tidak boleh menuntut apa-apa bagi pelayanannya selain pemberian yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, tetapi selalu harus dijaga agar orang yang miskin jangan sampai tidak mendapat bantuan sakramen-sakramen karena kemiskinannya. 1113. Seluruh kehidupan liturgi Gereja berkisar di sekililing kurban Ekaristi dan Sakramen-sakramen1. Di dalam Gereja ada tujuh Sakramen: Pembaptisan, Penguatan atau Krisma, Ekaristi, Pengakuan, Urapan Orang Sakit, Tahbisan, dan Perkawinan2. Dalam artikel ini dibicarakan tentang apa yang dimiliki bersama oleh ketujuh Sakramen itu dalam hubungannya dengan ajaran iman. 1>.* Sakramen-Sakramen Kristus 1114. "Berdasarkan ajaran Kitab Suci, tradisi apostolik dan pendapat yang serasi para bapa", kami mengakui, bahwa "Sakramen-sakramen Perjanjian Barusemuanya ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus" (Konsili Trente : DS 1600-1601). 1115. Perkataan dan perbuatan Yesus selama hidup-Nya yang tersembunyi dan pelayanan-Nya di muka umum sudah membawa keselamatan. Mereka mendahului daya guna misteri Paska-Nya. Mereka menyatakan dan menyapkan apa yang akan dIa berikan kepada Gereja, kalau segala sesuatu sudah diselesaikan. Misteri-misteri kehidupan Kristus adalah dasar untuk apa yang sekarang Kristus bagi-bagikan melalui pejabatpejabat Gereja-aNya dlam Sakramen-sakramen, sebab "apa yang nampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam misteri-misteri_nya" (Leo Agung, serm.74,2). 1116. Sakramen-sakramen adalah "kekuatan-kekuatan" yang datang dari Tubuh Kristus3, yang tetap hidup dan menghidupkan. Mereka adalah tindakan-tindakan Roh Kudus yang bekerja di dalam Tubuh-Nya, Gereja. Mereka adalah "karya-karya agung Allah" dalam perjanjian baru dan kekal.

1 2

Bdk. SC6 Bdk. DS 860; 1310;1601. 3 Bdk. Luk 5:17;6:19;8:46

II> *Sakramen-Sakramen Gereja 1117. Oleh Roh, yang memimpin dia ke "dalam seluruh kebenaran" (Yoh16:13), Gereja lambat laun mengenal warisan bernilai yang diterimanya dari Krsitus dan lebih saksama menentukan "cara penggunaannya", seperti yang ia lakukan sebagai wali misteri-misteri Allah4 yang setia dalam hubungan dengan kanon Kitab Suci dan ajaran iman. Dengan demikian, dlam peredaran sejarah Gereja mengetahui bahwa di antara perayaan liturgi ada tujuh yang sesungguhnya ditetapkan Tuhan sebagai Sakramen. 1118. Sakramen-sakramen adalah Sakramen"Gereja" dalam arti ganda, karena Gereja adalah Sakramen karya Kristus, yang bekerja di dalamnya berkat perutusan Roh Kudus. Dan mereka itu"untuk Gereja"; mereka adalah "Sakramen-sakramen, yang olehnya Gereja didirikan" (Agustinuys, civ.22,17)5, karena mereka memberikan dan membagibagikan keada manusia, terutama dalam Ekaristi, misteri persekutuan dengan Allah, Dia yang adalah cinta kasih, Dia yang esa dalam tiga Pribadi. 1119. Oleh karena Gereja membentuk bersama Kristu, Kepalanya, "hanya satu pribadi mistik yang ttunggal: (Pius XII, Ens.:Mystici Corporis"), maka di dalam Sakramensakramen ia bertindak sebagai "persekutuan imam" yang "tersusun secara organis" (LG.11). Oleh pembaptisan dan Penguatan, umat imami dimungkinkan merayakan liturgi; tetapi beberapa warga beriman ditetapkan melalui Tahbisan suci "untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda dan rahmat Allah" (LG !!). 1121. Jabatan tertahbis atau "imamat jabatan atau hierarkis" (LG 10) melayani iamamat bersama, yang diberikan oleh Pembaptisan. Ia menjamin bahwa di dalam Sakramensakramen, Kristus sungguh bekerja untuk Gereja melalui Roh Kudus. Perutusan keselamatan yang Bapa percayakan kepada Putera-Nya yang menjadi manusia, dipercayakan oleh-Nya kepada para Rasul dan oleh mereka kepada para penggantinya; mereka menerima Roh Yesus, suupaya dapat bertindak atas nama-Nya dan atas pribadiNya6. Dengan demikian jabatan tertahbis membentuk ikatan sakramental, yang mengubungkan tindakan liturgi dengan apa yang para Rasul katakan dan kerjakan dan melalui mereka kepada kata-kata dan perbuatan-perbuatan Kristus, sumber dan dasar dari Sakramen-sakramen. 1121. Tiga sakramen-Pembaptisan, Penguatan dan Tahbisan- sebagai tambahan pada rahmat memberikan satu meterai sakramental, satu "meterai" yang olehnya warga Kristen mengambil bagian dlam imamat Kristus dan terhitung dalam golongan dan fungsi Gereja yang berbeda-beda. Keserupaan dengan Kristus dan Gereja yang dihasilkan oleh Roh itu tidak terhapus7; ia tinggal di dlam warga Kristen untuk selama-lamanya sebagai kepekaan untuk rahmat, sebagai janji dan jaminan perlindungan ilahi dan sebagai panggilan kepada ibadat dan pelayanan Gereja. Sebagai akibanya, Sakramen-sakramen ini tidak boleh diulangi. III> * Sakrmamen-Sakramen Iman: 1122 Kristus tleh mengutus para Rasul-Nya, supaya atas nama-Nya memberitakan "kepada segala bangsa tentang pertobatan dan pengampunan dosa" (Luk 24:47). "Jadikanalh semua bangsa murid_ku dan baptislah mereka dlam nama Bapa dan Anak4 5

Bdk. Mat 13:52; I Kor 4:1 Bdk. Toma Aqu., s.fh.3,64,2,ad.3. 6 Bdk. Yoh 20:21-23; Luk 24:47; Mat 28:18-20 7 Bdk. Konsili Trente:DS1609.

dan RohKudus" (Mat 28:19). Perutusan untuk membaptis - dan dengan demikian perutusan sakramental - sudah termaktub dalam perutusan untuk mewartakan Injil, karena Sakremen dipersiapkan oleh Sabda Allah dan oleh iman, yang menyetujui Sabda ini. "Umat allah pertama-tama dihimpun oleh Sbda Allah yang hidup Diperlukan pewartaan Sabdauntuk pelayanan Sakramen-sakramen, sebab itu merupakan Sakramen-sakramen iman, yang timbul dari Sabda dan dipupuk dengannya" (PO) 4).

1123. Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda, Sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandakan iman, melainkan juga memupuk, menegukan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan tindakan. Maka juga disebut Sakramen iman: (SC.59). 1124. Iman Gereja mendahului iman perorangan, yang diajak supaya menyetujuinya. Kalau Gereja merayakan Sakramen-sakramen, ia mengakui iman yang diterima dari para Rasul. Oleh karena itu berlakulah prisnsip tua: "lex orandi, lex dredendi" (atau sebagaimana Prosper dari Aquitania dalam abad ke-5 mengatakan: "legem credendi lex statuat supplicandi")8. Dara doa adlah cara iman; Gereja percaya, seperti yang ia doakan. Liturgi adlah unsur dasar tradisi yang suci dan hidup9 1125. Oleh karena itu, ritus sakramental tidak boleh diubah atau dimanipulasi sesuai dengan kehendak pejabat atau jemaat. Malahan otoritas tertinggi di dalam Gereja tidak dapat mengubah liturgi sesuka hati, tetapi hanya dalam ketaatan iman dan dlam penghormatan terhadap misteri liturgi. 1126. Karena Sakramen-sakramen menyatakan dan mengembangkan di dlam Gereja persekutuan dlam iman, maka "lex orandi" adalah salah satu kriteria yang hakiki dlam dialog, yang berusaha memulihkan kembali kesauan umat Kristen10 IV. * Sakramen-Sakramen Keselamatan 1127. Sakramen-sakramen yang dirayakan dengn pantas dalam iman, memberikan rahmat yang mereka nyatakan11. Mereka berdaya guna, karena Kristus sendiri bekerja di dalamnya; Ia sendiri membaptis, Ia sendiri bertindak dalam Sakramen-sakramen-Nya, untukmembagi-bagikan rahmat, yang dinyatakan oleh Sakramen. Bapa telah mengabulkan doa Gereka Putera-Nya, yang menyatakan imannya akan kekuasaan RohKudus dalam epiklese setiap Sakramen. Seperti api mengubah bahan bakar menjadi api, demikian Roh Kudus mengubah apa yang takluk kepada kekuasaanya, ke dalam kehidupan ilahi. 1128. Inilah arti dari ungkapan Gereja12, bahwa Sakramen-sakramen bekerja ex opere operato (secara harafiah:"atas dasar kegiatan yang dilakukan"). Artinya mereka berdaya berkat karya keselamatan Kristus yang dilaksanakan satu kali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak dilaksanakan satu kali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak dilaksankan oleh kesucian manusia yang memberi atau menerima [Sakramen], tetapi oleh kekuasaan Allah" (Tomas Aqu, s.th. 3,68,8). Pada saat Sakramen8 9

"Peraturan doa harus menentukan peraturan iman:: auct.ep.8. Bdk.DV 8. 10 Bdk. Konsili Trente: DS 1605 dab 1606. 11 Bdk. Konsili Trente:DS 1605 dan 1606. 12 Bdk. Konsili Trente:DS 1608.

dirayakan sesuai dengan maksud Gereja, bekerjalah di dalam dia dan oleh dia kekuasaan Kristus dan Roh-Nya, tidak bergantung pada kekudusan pribadi pemberi. Buah-buah Sakramen juga bergantung pada sikap hati orang yang menerimanya. 1129. Gereja mengatakan bahwa Sakramen-sakramen Perjanjian baru perlu untuk keselamatan umat beriman 13 . "Rahmat sakramental" adlah rahmat Roh Kudus yang diberikan oleh Krsitus kepada tiap Sakramen secara khusus. Roh itu menuembuhkan dan mengubah semua mereka yang meneriman-Nya, dengan menjadikan mereka serupa Putera Allah. Buah kehidupan sakramental ialah Roh Anak. Allah memberi kepada orang beriman bagian pada kodrat ilah14, dengagn mempersatukan mereka dengan daya kehidupan Putera tunggal, sang Penerbus. V. * Sakramen-Sakramen Kekal 1130. Gereja mereyakan misteri Tuhannya, :sampai Ia datang" (I Kor 11:26) dan "Allah menjadi semua dalam semua" (I Kor 15:28). Sejak para Rasul, liturgi diarahkan kepada tujuannya oleh hembusan Roh di dalam Gereja: "Marana tha" (I Kor 16:22). Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerayaan Allah" (Luk 22:15-16). Dalama Sakramen-sakramen Krsitus, Gereja sekarang ini sudah menerima panjar warisannya. Ia sudah mengambil bagian dalam kehidupan abadi, "dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyatan kemuliaan Allah Mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus" (Tit 2:13P. "Roh dan pengantin perempuan itu berkata: Marilahdatanglah, Tuhan Yesus" (Why 22: 1.20).Santo Tomas meangkumkan pelbagai arti dari tanda sakramental sebagai berikut: Sakrmen adalah tanda yang mengingatkan apa yang sudah terjadi ialah kesengsaraan Krsitus; juga tanda yang menungjukkan apa yang dilaksankan di dalam kita oleh kesengsaraan Kristus ialah rahmat: demikian juga tanda yang mengantisipasi apa yang penderitaan itu sudah nyatakan lebih dahulu yakni kemuliaan yang akan datang" (s.th. 3,60,3).

TEKS-TEKS SINGKAT 1131 Sakramen-sakramen ditetapkan Kristus dan dipercayakan kepada Gereja sebagai tanda berdaya guna yang menghasilkan rahmat dan memberikan kehidupan ilahi kepada kita. Ritus yang tampak, dengan mana Sakramen-sakramen itu dirayakan, menyatakan dan menghasilkan rahmat, yang dimiliki setiap Sakramen. Bagi umat beriman yang menerimanya dengan sikap batin yang wajar; mereka menghasilkan buah. 1132. Gereja merayakan Sakramen-sakramen itu sebagai persekutuan imami yang dibagikan atas imamat yang diterima dalam Pembaptisan, dan imamat para pejabat tertahbis. 1133. Roh Kudus mempersiapkan umat beriman tuntuk Sakramen-sakramen. Ia melakukan itu dengan perantaraan Sabda Allah dan dengan perantaraan iman, yang menerima Sabda dengan hati terbuka. Dengan demikian Sakramen-sakramen memperkuat iman dan menyatakannya. 1134. Kehidupan sakramental menghasilkan buah, baik untuk perorangan maupun untuk Gereja. Untuk setiap waga beriman buah ini berarti bahwa ia hidup untuk Allah dalam13 14

Bdk. Konsili Trente:DS 1604. Bdk. 2 Ptr 1:4.

Yesus Kristus, sedangkan untuk Gereja, bahwa ia bertumbuh dalam cinta dan dalam perutusannya demi kesaksian.

SAKRAMENTALIBunda kudus Gereja telah mengadakan sakramentali, yaini tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakremen. Sakramentali itu menandakan kurniakurnia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permononan Gereja. Melalui sakramentali itu hati manudia dipersiapkan untuk menerima buah utama sakramen-sakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan (2. SC NO.60) Kan.1166. Sakramental ialah tanda suci yang dengan cara yang mirip sakramen menandakan hasil-hasil, terlebih yang rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Kan.1167. (1). Hanya Takhta Apostolik dapat mengadakan sakramentali baru, memberi tafsirana otentik atas sakrmaentali yang ada, serta menghapus atau mengubah beberapa dari sakrementali itu. (2). Dalam melaksanakan atau melayani sakermentali hendaknya dituruti dengan seksama ritus dan rumus yang disetujui oleh otoritas Gereja. Kan 1168. Pelayan sakramentali ialah klerikus yang mempunyai kuasa yang perlu untuk itu; beberapa sakramentali, seturut norma buku-buku liturgi, menurut pandangan Ordinaris wilayan dapat juga dilayani oleh orang awam yang memiliki sifat-sifat yang cocok. Kan.1169. (1). Konsekrasi dan pengudusan dapat dilaksanakan secara sah oleh mereka yang memiliki meterai Uskup, serta juga oleh imam-imam yang diizinkan untuk itu oleh hukum atau penugasan yang legitim. (2). Pemberkatan dapat diberikan oleh setiap imam, kecuali pemberkatan yang direservasi bagi Paus atau Uskup. (3). Diakon hanya dapat memberikan pemberkatan yang dalam hukus secara tegas diizinkan baginya. Kan 1170. Pemberkatan-pemberkatan yang terutama dimaksudkan bagi orang-orang katolik, dapat diberikan pula kepada para katekumen, bahkan pula kepada mereka yang bukan katolik, kecuali jika hal itu dilarang oleh Gereja. Kan. 1171. Hendaknya benda-benda suci yang diperuntukkan bagi ibadat ilahi dengan pengudusan atau pemberkatan diperlakukan dengan hormat dan jangan dipergunakan untuk pemakaian profan atau bagi maksud lain, kendatipun benda-benda suci itu milik pribadi.

Kan 1172. (1). Tida seorangpun dapat dengan legitim melakukan eksorsisme terhadap orang yang kerasukan, kecuali jika telah memperoleh izin khusus dan tegas dari Ordinaris wilayah. (2). Izin itu oleh Ordinaris wilayah hendaknya hanya diberikan kepada orang yang saleh, ahli, aris serta tak tercela hidupnya.

1667. "Selain itu Bunda Gereja kudus telah mengadakan sramentali, yakni tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan Sakramen-skramen. Sakramentali itu menandakan karunia-karuni, terutama yang berdifat rohani, dan yand diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Melalui sakramentali hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama Sakramen-kakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan" (SC 60)15 Ciri-Ciri Sakramentali 1668. Gereja mengadakan sakramentaliuntuk menguduskan jabatan-jabatan gerejani tertentu, status hidup tertentu, aneka ragam keadaan hidup Kristus serta penggunaan benda-benda yang bermanfaat bagi manusia. Sesuai dengan keputusan pastoral para Uskup, mereka juga dapt disesuaikan dengan kebutuhan dan kebudayaan serta sejarah khusus umat Krsiten suatu wilayah atau zaman. Mereka selalu mempunyai doa yang sering diiringi dengan tanda tertentu, misalnya penumpangan tangan, tanda salib atau pemercikan dengan air berkat, yang mengingatkan kepada Pembaptisan. 1669. Sakramentali termasuk wewenang imamat semua orang yang dibaptis; setiap orang yang dibptis diipanggil untuk menjadi "berkat"16 dan untuk memberkati 17. Karena itu, kaum awam dapat melayani pemberkatan-pemberkatan tertentu.18 Semakin satu permberkatan menyangkut kehidupan Gereja dan sakramental, semakin pelaksanaannya dikhususkan untuk jabatan tertahbis (Uskup, imam, dan diaken).19 1670. Sakramentali tidak memberi rahmat Roh Kudus seperti dibuat Sakramen, tetapi hanya mempersiapkan oleh doa Gereja, supaya menerima rahmat dan bekerja sama dengannya. "Dengan demikian berkat liturgi Sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaum beriman yang hatinya sungguh siap hampir setiap peristiwa hidup dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir dari Misteri Paska sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dari misteri itulah semua Sakramen dan sakramentali menerima daya kekuatannya. Dan bila manusia menggunakan benda-benda dengan pantas, boleh dikatakan tidak ada satupun yang tak dapt dimanfaatkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah" (SS 61). Aneka Ragem Bentuk Sakramentali 1671. Yang termasuk sakramentali pada tempat pertama ialah pemberkatan (orang, benda, tempat atau makanan). Tiap pemberkatan adalah pujian kepada Allah dan doa meminta anugerah-anugerah-Nya. Di dalam Kristus, orang-orang Kristen "telah dikaruniai dengan segala berkat rohani" (Ef 1:3). Karena itu Gereja, apabila ia memberi15 16

Bdk. CIC, dan. 1166; CCEO, dan. 867. Bdk. Kej 12:12. 17 Bdk. Luk 6:28; Rm 12:14; I Ptr 3:9. 18 Bdk. SD 79; CIC, dan. 1168 19 Bdk Mrk 1: 25-26.

berkat, menyerukan nama Yesus dan sementara itu b iasanya membuat tanda salib Kristus. 1672. Pemberkatan tertentu mempunyai arti tetap, yaitu menahbiskan pribadi-pribadi untuk Allah dan mengkhususkan benda atau tempat untuk keperluan liturgi. Dalam permberkatan yang diberikan kepada rpibadi-pribadi - yang tidak boleh dicampur-adukan dengah tahbisan sakramental - termasuk permberkatan abbas pria atau wanita dari sebuah biasa, pemberkatan para perawan, ritus, ritus kaul kebiaraan, dan pemberkatan pribadipribadi yang melaksanakan pelayanan khusus di dalam Gereja (sperti lektor, akilit, dan katekis). Contoh untuk pemberkatan yang menyangkut benda-benda adalah tahbisan atau pemberkatan gereja atau altar, pemberkatan minyak-minyak suci, bejana dan pakaian sakral, serta lonceng. 1672. Kalau Gereja secara resmi dan otoritatif berdoa atas nama Yesus Kristus, supaya seorang atau satu benda dilindungi terhadap kekuatan musuh yang jahat dan dibebaskan dari kekuasaanya, orang lalu berbidara tentang eksorsisme. Yesus telah melakukan doadoa semacam itu20; Gereja menerima dari Dia kekuasaan dan tugas untuk melaksanakan eksorsisme.21 Dalam bentuk sederhana eksorsisme dilakukan dalam upacara Pembaptisan. Eksorsisme resmi atau yang dinamakan eksorsisme besar hanya dapat dilakukan oleh imam dan hanya dengan persetujuan Uskup. Orang harus melakukannya dengan bijaksana dan harus memegang teguh peraturan-peraturan yang disusun Gereja. Eksorsisme itu digunakan untuk mengusir setan atau untuk membebaskan dari pengaruh setan, berkat otoritas rohani yang Yesus percayakan kepada Gereja-Nya. Lain sekali dengan penyakit-penyakit, terutama yang bersifat psikis; unti menangani hal semacam itu adalah bidang kesehatan. Maka penting bahwa sebelum seorang merayakan eksorsisme, ia harus mendapat kepastian bagi dirinya bahwa yang dipersoalkan di sini adalah sungguh kehadiran musuh yang jahat, dan bukan suatu penyakit.22 Kesalehan Rakyat. 1174. Katekese tidak boleh hanya memperhatikan liturgi sakramental dan sakramentali, tetapi juga bentuk-bentuk kesalehan umat beriman dan religiositas rakyat. Semangat religius umtat Krsiten sejak dulu kala telah dinyatakan dalam pelbagai bentuk kesalehan, yang menyertai kehidupan Gereja seperti penghormatan relikwi, kunjungan tempattempat kudus, ziarah dan prosesi, jalan salib, tarian-tarian religius, rosario, dan medali.23 1675. Bentuk-bentuk pernyataan ini melanjutkan kehidupan liturgi Gereja, tetapi tidak menggantikannya. "Sambil mengindahkan masa-masa liturgi, ulah kesalehan itu perlu diatur sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan liturgi suci; sedikit banyak harus bersumber pada liturgi, dan mengantar umat kepadanya; sebab menurut hakikatnya liturgi memang jauh lebih unggul dari semua ulah kesalehan itu" (SC 13). 1676. Diperlukan suatu kemampuan untuk menilai secara pastoral guna menunjang atau memajukan kesalehan rakyat, dan kalau perlu, menjernihkan dan meluruskan semangat religius yang menjadi dasar devosi-devosi itu semakin mengembangkan pengetahuan

20 21

Bdk. Mrk 1: 25-26. Bdk. Mrk 3:15; 6:7.13; 16:17. 22 Bdk. CIC, can 1172. 23 Bdk. Konsili Nicea:DS 601; 603; Konsili Trente : DS 1882.

mengenai misteri Krsitus. Perayaannya berada di bawah pengawasan dan keputusan para Uskup dan kaidah-kaidah umum Gereja24."Religiositas populer pada intinya adalah satu himpunan nilai, yang dengan kebijaksanaan Kristen menjawab pertanyaan-pertanyaan besar mengenai eksistensi. Kebijaksanaan umat Katolik mempunyai kemampuan untuk membuat sistesis kehidupan; demikianlah ia menggabungkan atas cara penuh daya cipta, Yang Ilahi dan yang manusiawi, Kristus dan Maria roh dan tubuh, persekutuan dan institusi, pribadi dan persekutuan, iman dan tanah air, akal budi dan perasaan. Kebijaksanaan ini adalah satu humanisme Krsiten, yang pada akal budi dan perasaan. Kebijaksanaan ini adalah satu humanisme Krsiten, yang pada dasarnya mengakui martabat setiap pribadi sebagai anak Allah, yang membuktikan dan mengajarkan satu persaudaraan yang sangat mendasar untuk menemui alam dan mengerti pekerjaan, dan memberi alasan-alasan untuk kegembiraan dan untuk homor, juga di tengah kehidupan yang sangat kejam. Kebijaksanaan itu juga bagi umat adalah satu prisip dasar supaya mampu membeda-bedakan, satu naluri yang didukung oleh Injil, dan atas dasar itu ia mengerti secara spontan, bilamana di dalam Gereja Injil dilayani dan bilamana ia dirongrong dan dimatilemaskan oleh kepentingan-kepentingan lain" (Dokumen Puebla 448).25

TEKS-TEKS SINGKAT 1677. Sakramentali adalah tanda-tanda khusus yang diadakan oleh Gereja, yang ditentukan untuk mempersiapkan manusia supaya menerima buah-buah Sakramen dan supaya menguduskan berbagai keadaan hidup. 1678. Di antara sakramentali, pemberkatan-pemberkatan memainkan peranan penting. Mereka serentak merupakan pujian kepada Allah untuk karya dan anugerah-Nya dan permohonan Gereja untuk manusia, supaya mereka dapt mempergunakan anugerahanugerah Allah dalam semangat Injil. 1679. Hidup Krsiten tidak hanya dipupuk oleh litrugi, tetapi juga oleh aneka ragam bentuk kesalehan populer yang berakar dalam berbagai kebudayaan. Gereja berusah untuk menjelaskan kesalehan populer ini melalui terang iman; ia memajukan bentukbentuk itu, yang di dalamnya terlibat satu naluri dan satu kebijaksanaan manusia yang sesuai dengan Injil dan memperkaya kehidupan Kristem.

SUMBER-SUMBER1. Ensiklopedi Nasional Indonesis, Jilid 14 QRS-SE. PT Sipta Adi Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 339. 2. SC 3. Sakramentologi: Ciri Sakrmental Karya Penyelamatan allah Sejarah, wujud, Struktur, DR. C. Groenem OFM. 4. KHK, Obor: 1991. 5. Katekismus Gereja Katolik, diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru, SVD (Judul asli: Libreria Editrice Vaticana), Para Waligereja Regio Nusa Tenggara, 1995.24 25

Bdk. CT 54. Bdk. EN 48.