Upload
sintha-pratiwi
View
473
Download
127
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sap
Citation preview
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN
HEMODIALISIS
A. JUDUL
Satuan Acara Penyuluhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan
Hemodialisis
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan
keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang diet pada pasien
gagal ginjal kronis dengan hemodialisis
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga dapat
menjelaskan kembali:
a. Pengertian Gagal Ginjal Kronis.
b. Penyebab Gagal Ginjal Kronis.
c. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis.
d. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
e. Pencegahan Gagal Ginjal Kronis
f. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
g. Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Hemodialisis
3. TEMPAT
Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar
4. WAKTU
Jumat, 19 Juli 2013 pukul 10.00-10.25 WITA.
5. SASARAN
Keluarga pasien dengan Gagal Ginjal Kronis di ruang Angsoka 2 RSUP
Sanglah Denpasar.
6. METODE
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Demonstrasi menu makanan sehari pada GGK dengan hemodialisis
7. MEDIA
1. Lembar balik.
2. Leaflet.
8. PEMBAGIAN KELOMPOK
1. Ketua : Gede Bayu Wirantika
2. Moderator : Putu Ayumi Dewantari
3. Penyaji : Agus Eka Mayunantara
Ni Wayan Mira Rianty
4. Fasilitator : Kadek Laras Prasanti Dewi
Ni Luh Made Ari Irawati
I Wayan Agus Swastika
Putu Ika Puspita Dewi
Pande Kadek Purniwati
Luh Putu Eva Sri S
5. Observer : Luh Putri Arca Dewi
9. RENCANA PELAKSANAAN
No. Kegiatan Penyuluh Peserta Keterangan
1. Pendahuluan 1) Memberi
Salam.
2) Perkenalan.
3) Menjelaskan
1) Menjawab
salam.
2) Mendengarkan.
3) Menyimak
5 menit
maksud dan
tujuan.
4) Mengingatkan
kontrak.
penyuluh.
4) Mendengarkan.
2. Pemberian
materi
1) Penyampaian
garis besar
materi Gagal
Ginjal Kronis:
Pengertian
Gagal Ginjal
Kronis.
Penyebab
Gagal Ginjal
Kronis.
Tanda dan
Gejala Gagal
Ginjal Kronis.
Komplikasi
Gagal Ginjal
Kronis
Pencegahan
Gagal Ginjal
Kronis
Penatalaksana
an Gagal
Ginjal Kronis
Diet pada
Gagal Ginjal
Kronis dengan
HD.
1) Mendengarkan
dengan penuh
perhatian
18 menit
2) Memberi
kesempatan
peserta untuk
bertanya
3) Menjawab
pertanyaan
2) Menanyakan
hal-hal yang
belum jelas
3) Mendengarkan
dan
memperhatikan
jawaban dari
penyuluh
3. Penutup 1) Evaluasi
2) Menyimpulkan
3) Salam penutup
1) Menjawab
pertanyaan
penyuluh
2) Mendengarkan
3) Menjawab
salam
2 menit
TOTAL WAKTU 25 Menit
10. SETTING TEMPAT
1
2
3 5
4 4
Keterangan gambar:
1. Penyaji
2. Peserta
3. Moderator
4. Fasilitator
5. Observer
11. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktural:
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan yaitu:
Leaflet.
Lembar balik.
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan dibuatkan lembar balik
dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap mudah di mengerti oleh
peserta penyuluhan.
c. Persiapan Peserta
Penyuluhan mengenai diet pada gagal ginjal kronis. Peserta telah
diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses:
Peserta mengikuti acara pembelajaran kesehatan dari awal sampai selesai
dan aktif selama proses pembelajaran kesehatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil:
a. Sebanyak 60% peserta mampu mengungkapkan kembali pengertian gagal
ginjal kronis.
b. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 6 penyebab gagal
ginjal kronis.
c. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 14 tanda dan gejala
gagal ginjal kronis.
d. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 5 komplikasi gagal
ginjal kronis
e. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali pencegahan gagal
ginjal kronis.
f. Sebanyak 60 % peserta mampu menyebutkan kembali
penatalaksanaan gagal ginjal kronis.
g. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali diet pada gagal
ginjal kronis dengan hemodialisis.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier (Ed), 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Anwar. 2010. Konsep Dasar Penyakit Ginjal Kronis, (online)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16742/4/Chapter
%20II.pdf, diakses: 15 Juli 2011).
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC, Jakarta
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen Pertanian. 2010. Penganekaragaman Menu Makanan Rakyat,
(online) (pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0159.pdf, diakses: 20
Juli 2011).
Hasibuan. 2011. Daftar Komposisi Lemak, Asam Lemak, dan Kolesterol, (online)
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26959/1/Appendix.pdf, diakses
20 Juli 2011).
Himmelfarb dan Sayegh. 2010. Chronic Kidney Disease, Dialysis, and
Transplantation: A Companion to Brenner and Rector’s The Kidney. USA:
Saunders.
Price&Wilson.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Jakarta:EGC
Raka Widiana. 2007. Jurnal Penyakit Ginjal Kronis, (online)
(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/2_edited.pdf, diakses 15 Juli 2011).
Sukandar, E. 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran
UNPAD.
Suwitra K.2006.B u k u A j a r I l m u P e n y a k i t D a l a m J i l i d I E d i s i
I V . Jakarta: FKUI
Triyani Kresnawan. 2010. Diet Rendah Protein Nabati untuk Penyakit Ginjal
Kronis, (online) (gizi.depkes.go.id/makalah/download/diet_rendah_prot-
nabati.pdf, diakses 20 Juli 2011).
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian Penyakit Ginjal Kronis
Penyakit Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease menurut National
Kidney Foundation (NKF) di Amerika Serikat didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal atau laju penyaringan darah di ginjal mengalami gangguan. Jadi, penyakit
ginjal kronis adalah gangguan fungsi ginjal yang terus memberat dan menetap
yang mengakibatkan kehilangan fungsi ginjal secara bertahap biasanya
berlangsung beberapa tahun.
B. Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis
Penyebab Gagal ginjal kronik menurut ( Price,2002)
1) Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (SIK) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa
memandang usia, terutama wanita. Infeksi saluran kemih umumnya dibagi dalam
dua kategori : Infeksi saaluran kemih bagian bawah (uretritis, sistitis, prostatis)
dan infeksi saluran kencing bagian atas (pielonepritis akut). Sistitis kronik dan
pielonepritis dan infeksi saluran kencing bagian ginjal tahap akhir pada anak-anak
(Price,2002).
2) Penyakit Peradangan
Kematian yang diakibatkan oleh gagal ginjal umumnya disebabnya oleh
glomerulonepritis Kronik. Pada glomerulonepritis kronik, akan terjadi kerusakan
glomerulus secara progresif yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
gagal ginjal (Price,2002).
3) Nifrosklerosis Hipertensif
Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat. Hipertensi mungkin
merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal, sebaliknya
penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada
hipertensi melalui mekanisme retensi natrium dan air, serta pengaruh vasopresor
dari sistem renin angitensin (Price,2002).
4) Gangguan Kongenital dan Herediter
Asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik ginjal merupakan penyakit
herediter yang terutama mengenai tubulus ginjal. Keduanya dapat berakhir dengan
gagal ginjal meskipun lebih sering di jumpai pada penyakit polikistik
(Price,2002).
5) Gangguan Metabolik
Penyakit metabolik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik antara lain
diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme primer dan amiloidosis (Price, 2002).
6) Nefropati Toksik
Ginjal khusnya rentan terhadap efek toksik, obat-obatan dan bahan bahan kimia
karena alsan-alasan :
a. Ginjal menerima 25% dari curah jantung, sehingga sering dan mudah kontak
dengan zat kimia dalam jumlah yang besar.
b. Interstitium yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia dikonsentrasikan pada
daerah yang relatif hipovaskular.
c. Ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk kebanyakan obat ,sehingga
insufisiensi ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan meningkatkan konsentrasi
dalam cairan tubulus (Price,2002).
Di Indonesia, penyakit Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah
penyebab utama terjadinya penyakit ginjal kronis. Penyebab lain adalah
hipertensi, batu saluran kemih, penyakit otoimun, maupun infeksi kronis pada
ginjal yang misalkan disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Ginjal
merupakan organ penting dalam tubuh yang berfungsi untuk memfiltrasi atau
menyaring zat-zat racun yang tidak diperlukan tubuh dan menyerap kembali zat-
zat yang masih diperlukan tubuh. Karena hal ini, maka pasien dapat mengalami
bengkak pada tubuh, terutama pada daerah kaki dan tangan.
Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ureum. Ureum merupakan hasil
metabolisme atau pengolahan protein di tubuh yang harus dikeluarkan. Pada
pasien dengan penyakit ginjal, ureum tidak dapat dikeluarkan secara optimal,
sehingga ureum yang berbentuk kristal kemudian menumpuk di kulit, sehingga
menyebabkan rasa gatal. Selain filtrasi dan reabsorpsi, ginjal juga berfungsi
mengeluarkan hormon eritropoietin yang berfungsi dalam pembentukan sel darah
merah. Jika fungsi ginjal mengalami penurunan, maka produksi eritropoietin juga
mengalami gangguan. Sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah
sekaligus hemoglobin yang dapat menyebabkan anemia atau kekurangan
hemoglobin (Bare & Suzanne, 2002).
Ginjal juga amat berperan dalam meregulasi tekanan darah pada tubuh
manusia, dimana macula densa pada ginjal akan menerima sinyal yang kemudian
akan mengeluarkan renin, suatu zat yang berperan dalam vasokonstriksi atau
penyempitan pembuluh darah. Jika hal ini mengalami gangguan, maka tekanan
darah pasien dapat terganggu. Penyakit ginjal kronis akan mengakibatkan
penurunan kadar kalsium dalam darah. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu
terbentuknya hormon paratiroid sehingga terjadi demineralisasi tulang atau
pengambilan mineral (kalsium) dari tulang untuk dibawa ke darah. Hal ini
mengakibatkan tulang mudah rapuh atau osteoporosis.
Dari semua fungsi ginjal yang terdapat di atas, dapat dimengerti bahwa
jika terjadi gangguan pada ginjal kronis maka akan terjadi gejala-gejala seperti:
lemah badan, anemia, osteoporosis, dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Himmelfarb dan Sayegh (2010) menyebutkan bahwa penyebab terbanyak
PGK yaitu peradangan pada ginjal, kencing manis, dan tekanan darah tinggi.
Insiden PGK meningkat seiring meningkatnya kejadian kegemukan, kencing
manis, dan tekanan darah tinggi. (Himmelfarb dan Sayegh, 2010).
Faktor risiko penyakit ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan kencing
manis ,tekanan darah tinggi, kegemukan, perokok, berumur lebih dari 50 tahun,
dan individu dengan riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, dan
penyakit ginjal dalam keluarga (National Kidney Foundation, 2002).
C. Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal kronis
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis antara lain:
a. Gejala dini (saat mengalami penyakit ginjal kronis)
Produksi air kencing sedikit.
Nyeri pada pinggang.
Adanya rasa gatal dan bintik-bintik merah pada kulit.
Sakit kepala.
Kelemahan tubuh.
Berat badan berkurang.
Mudah tersinggung.
Depresi.
b. Gejala yang terjadi lebih lanjut
Penurunan nafsu makan.
Mual disertai muntah.
Pernapasan pendek atau sesak napas baik saat beraktivitas maupun
tidak.
Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, bisa pada tangan, kaki,
maupun perut akibat timbunan cairan tubuh yang tidak dapat
dikeluarkan melalui kencing.
Tekanan darah tinggi (>130/>85 mmHg).
Nilai kreatinin > 1,2 mg/dl
D. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain:
1) Hiperkalemia, Akibat penurunan eksresi asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diit berlebih
2) Perikarditis dan tamponade jantung
3) Hipertensi, Akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
rennin angioaldosteron
4) Anemia, Akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah,
pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi
5) Penyakit tulang, Akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah
metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium
E. Pencegahan
Pencegahan Primordial
Upaya ini dilakukan dengan cara menciptakan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit GGK tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya
hidup dan faktor risiko lainnya. Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial
yang dapat dilakukan adalah melakukan penyesuaian terhadap risiko yang ada
dalam masyarakat dengan cara membentuk pola fikir masyarakat agar
mengatur pola makan yang sehat dan minum air yang banyak (Jumlah yang
dianjurkan adalah 2 liter per hari) agar terjaga kesehatan ginjal.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang
mempunyai risiko agar tidak terjadi gagal ginjal kronik. Orang yang berisiko
tinggi untuk mengalami kerusakan ginjal adalah penderita diabetes, hipertensi,
pasien dengan proteinuria dan lainnya.
Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengatur pola konsumsi protein.
2. Sedikit mengkonsumsi garam. Pola konsumsi garam yang tinggi akan
meningkatkan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat menumpuk
dan membentuk kristal.
3. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi.
Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai
dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya
pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal
dan kardiovaskular, yaitu pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah
makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak
darah, anemia, penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan
pengendalian berat badan (National Kidney Foundation, 2009) .
F. Penatalaksanaan
Pasien perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan
derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut
Suwitra (2006), perencanaan penatalaksanaan terapi sesuai dengan derajat
penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel berikut :
Suwitra (2006) menyatakan bahwa penatalaksanaan untuk pasien CKD secara
umum terdiri dari :
1. Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah sebelum
terjadinya penurunan LFG, sehingga peningkatan fungsi ginjal tidak terjadi.
Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi, biopsi serta
pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat
terhadap terapi spesifik. Sebaliknya bila LFG sudah menurun sampai 20–30 %
dari normal terapi dari penyakit dasar sudah tidak bermanfaat.
2. Mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien CKD, hal
tersebut untuk mengetahui kondisi yang dapat memperburuk keadaan pasien.
Selain itu, perlu untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat
memperburuk keadaan pasien seperti gangguan keseimbangan cairan,
hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus
urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radio kontras, atau peningkatan
aktifitas penyakit dasarnya.
3. Pembatasan cairan dan elektrolit pada pasien CKD sangat diperlukan. Hal
tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi
kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang antara masukan dan
pengeluaran urin serta Insesible Water Loss (IWL). Dengan asumsi antara
500-800 ml/hari yang sesuai dengan luas tubuh.
Elektrolit yang harus diawasi dalam asupan pasien CKD adalah natrium dan
kalium. Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalemia dapat
mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu pembatasan obat
dan makanan yang mengandung kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi
dalam jumlah 3,5-5,5 mEg/lt. sedangkan pada natrium dibatasi untuk
menghindari terjadinya hipertensi dan edema. Jumlah garam harus
diperhatikan terutama pada pasien dengan tekanan darah dan adanya edema.
4. Penatalaksanaan lainnya yaitu dengan menghambat perburukan fungsi ginjal.
Menghambat perburukan fungsi ginjal dapat dilakukan dengan
a. Membatasi asupan protein mulai dilakukan apabila LFG<60 ml/mnt,
sedangkan diatas batasan tersebut tidak dianjurkan pembatasan protein.
Protein yang dibatasi antara 0,6-0,8/kg BB/hr, dimana 0,35-0,50 gr
diantaranya merupakan protein yang memiliki nilai biologis tinggi. Kalori
yang diberikan sebesar 30-35 kkal/kgBB/hr dalam pemberian diit.
Pembatasan protein perlu dilakukan dengan ketat karena protein akan
dipecah dan diencerkan melalui ginjal, tidak seperti karbohidrat sehingga
dapat memperberat fungsi ginjal. Namun saat terjadi malnutrisi masukan
protein dapat ditingkatkan sedikit. Selain itu pembatasan protein bertujuan
untuk membatasi asupan fosfat karena fosfat dan protein berasal dari
sumber yang sama, agar tidak terjadi hiperfosfatemia.
b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus.
Pemakaian obat anti hipertensi bermanfaat untuk memperkecil resiko
komplikasi pada kardiovaskuler serta untuk memperlambat perburukan
kerusakan nefron dengan cara mengurangi hipertensi intraglomerulus dan
hipertrofi glomerulus. Selain itu pemakaian obat hipertensi seperti
penghambat enzim konverting angiotensin (Angiotensin Converting
Enzim/ACE inhibitor) dapat memperlambat perburukan fungsi ginjal. Hal
ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti hipertensi dan anti
proteinuria.
c. Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskuler merupakan hal yang
penting, karena 40%-45% kematian pada pasien CKD disebabkan oleh
penyakit komplikasinya pada kardiovaskuler. Hal-hal yang termasuk
pencegahan dan terapi penyakit vaskuler meliputi pengendalian hipertensi,
DM, dislipidemia, anemia, dan terapi pada kelebihan cairan dan elektrolit.
Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi CKD
secara keseluruhan.
5. Apabila pasien CKD mengalami anemia, maka dapat dilakukan penambahan
atau tranfusi eritropoitin.
6. Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD derajat
empat sampai dengan lima. Terapi ini biasanya disebut dengan terapi
pengganti ginjal.
Dialisis merupakan suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui
suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair
lainnya. Hemodialisa dan dialisis peritoneal merupakan dua teknik utama yang
digunakan dalam dialisis. Pada suatu membran semipermeabel yang
diletakkan di antara darah pasien pada satu sisi dan larutan yang sudah
diketahui susunannya (dialisat) pada sisi satunya, maka substansi yang dapat
menembus membran akan bergerak dari konsentrasi yang tinggi ke
konsentrasi yang rendah (Price&Wilson, 2006).
7. Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai untuk
pasien gagal ginjal stadium akhir karena kualitas hidup pasien menjadi lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan cara pengobatan lainnya. Namun
kelemahan dari pengobatan dengan transplantasi ginjal adalah kebutuhan
transplantasi ginjal jauh melebihi jumlah ketersediaan ginjal dari kadaver
sehingga hal tersebut membatasi transplantasi ginjal sebagai pilihan
pengobatan yang dilakukan oleh pasien CKD (Price&Wilson, 2006).
G. Diet pada Penyakit Ginjal Kronis
1. Tujuan
a. Mencegah kekurangan gizi serta mempertahankan dan
memperbaiki status gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas
normal.
b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Menjaga agar sisa metabolisme tidak berlebihan
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kgBB
b. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
dan mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu 1-
1,2 g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada
CAPD
c. Karbohidrat cukup, yaitu 55-75 % dari kebutuhan energi total.
d. Lemak normal, yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total.
e. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam.
f. Kalium sesuai dengan urin yang keluar/24 jam
g. Kalsium tinggi, yaitu 1000mg/hari.
h. Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari
i. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500-750 ml.
j. Suplemen vitamin, terutama vitamin larut air seperti B6, asam
folat, dan vitamin C.
k. Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang
mengandung energi dan protein tinggi.
3. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet pada dialysis bergantung pada frekuensi dialysis, sisa fungsi
ginjal, dan ukuran badan pasien. Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis
diet dialysis :
a. Diet Dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan ±50 kg
b. Diet Dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan ± 60 kg
c. Diet Dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan ± 65 kg
4. Bahan Makanan Sehari
Bahan
Makanan
60 g protein 65 g protein 70 g protein
Berat (g) urt Berat (g) urt Berat (g) urt
Beras
Maizena
Telur ayam
Daging
Ayam
Tempe
Sayuran
Pepaya
Minyak
Gula pasir
Susu bubuk
Susu
200
15
50
50
50
75
200
300
30
50
10
100
3 gls nasi
3 sdm
1 btr
1 ptg sdg
1 ptg sdg
3 ptg sdg
1 gls
3 ptg sdg
3 sdm
5 sdm
2 sdm
½ gls
200
15
50
50
50
100
200
300
30
50
10
100
3 gls nasi
3 sdm
1 btr
1 ptg sdg
1 ptg sdg
4 ptg sdg
2 gls
3 ptg sdg
3 sdm
5 sdm
2 sdm
½ gls
220
15
50
75
50
100
200
300
30
50
10
100
3 ¼ gls nasi
3 sdm
1 btr
1 ptg bsr
1 ptg sdg
4 ptg sdg
2 gls
3 ptg sdg
3 sdm
5 sdm
2 sdm
½ gls
5. Contoh Menu Sehari (Diet : Protein 60/2000 Kalori)
PAGI (gram) SIANG (gram) SORE (gram)
Nasi/Tim/Bubur : 100/150/200
Daging : 50
Telur : -
Tempe/Tahu : -
Sayuran : 50
Buah :
Nasi/Tim/Bubur : 150/225/300
Daging : 50
Telur : -
Tempe/Tahu : 25
Sayuran : 75
Buah : 100
Nasi/Tim/Bubur : 150/225/300
Daging : 50
Telur : -
Tempe/Tahu : 25
Sayuran : 75
Buah : 100
Sumber : Almatsier (Ed), 2005.
6. Makanan yang Diperbolehkan dan Tidak Diperbolehkan
Bahan Makanan Yang
Diperbolehkan
Bahan Makanan Yang Tidak
Diperbolehkan/Dibatasi
1. Sumber Karbohidrat
Nasi, roti putih, mie, macaroni,
spageti, sagu, lontong, bihun,
makanan yang dibuat dari
tepung-tepungan, gula, madu,
sirup, jam, mentega, minyak,
margarine, permen, dll.
2. Sumber Protein
- Protein Hewani : telur, ayam,
daging, ikan, hati, keju, susu
skim, susu whole, es cream,
yogurt, kerang, kepiting,
lobster.
- Protein Nabati : tahu, tempe,
kacang-kacangan dalam
jumlah terbatas ( 50% protein
hewani dan 50% protein
nabati)
3. Sayuran
Ketimun, terung, tauge, buncis,
kangkung, kacang panjang, kol,
kembang kol, slada, wortel,
jamur, dll sesuai jumlah yang
dianjurkan
4. Buah-Buahan
Nanas, papaya, duku, jambu, biji,
sawo, pear, semangka, apel,
anggur, jeruk manis, dll dalam
jumlah sesuai anjuran
1. Umbi-umbian : ubi, singkong,
keladi, dll
2. Bahan makanan yang tinggi
natrium, seperti : garam, roti
bakar, roti susu, makanan kaleng,
mie instan, keju, margarine, sosis,
ham, ikan asin, teri, kecap, saus
tomat, dll
3. Bahan makanan tinggi kalium :
Buah, sayur dan kacang-kacangan
seperti alpokat, pisang, leci,
mangga, tomat, rebung, kilan,
daun singkong, paprika, labu
kuning, bayam, kelapa, kacang
tanah, kacang hijau, kacang
kedelai, coklat, dll.
7. Hal yang perlu diperhatikan
a. Makanan lebih baik dibuat dalam bentuk tidak berkuah, seperti
ditumis, dipanggang, dikukus, dibakar, digoreng.
b. Agar meningkatkan cita rasa, gunakanlah lebih banyak bumbu-
bumbu seperti bawang, jahe, kunyit, salam, dll
c. Cara mengurangi kalium dari bahan makanan :
- Cuci buah/sayur dan bahan makanan lain yang telah dikupas
dan dipotong-potong kemudian rendam dalam air pada suhu
50-60o C (air hangat selama 2 jam) banyaknya air 10 kali
bahan makanan.
- Air dibuang dan bahan makanan dicuci dalam air mengalir
selama beberapa menit
- Setelah itu masaklah (lebih baik direbus dengan menggunakan
air sebanyak 5 kali bahan makanan.