5
I. PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998). Diabetes melitus mengakibatkan berbagai komplikasi akut maupun kronik yang dapat mengenai berbagai jaringan dan organ tubuh. Karena luasnya efek penyakit diabetes ini, maka perlu penanganan yang tepat. Salah satu penanganan diabetes adalah menggunakan obat anti diabetes (OAD). Sampai saat ini, terdapat 6 kelompok obat diabetes oral, yaitu : α-glucosidase inhibitors, biguanides, glinide, golongan thiazolidinediones atau glitazones, DPP-IV inhibitors, dan sulfonylurea. Pada Percobaan kali ini menggunakan obat Metformin dari golongan biguanid yang cara kerjanya meningkatkan dan merangsang sensitivitas kerja insulin. Efek utama metformin adalah menurunkan “hepatic glucose output” dan menurunkan kadar glukosa puasa . Monoterapi dengan metformin dapat menurunkan A1C sebesar ~ 1,5%. Pada umumnya metformin dapat ditolerir oleh pasien. Efek yang tidak diinginkan yang paling sering dikeluhkan adalah keluhan gastrointestinal.

sdsfdsg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bsdbsj

Citation preview

I. PENDAHULUANDiabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998). Diabetes melitus mengakibatkan berbagai komplikasi akut maupun kronik yang dapat mengenai berbagai jaringan dan organ tubuh. Karena luasnya efek penyakit diabetes ini, maka perlu penanganan yang tepat. Salah satu penanganan diabetes adalah menggunakan obat anti diabetes (OAD). Sampai saat ini, terdapat 6 kelompok obat diabetes oral, yaitu : -glucosidase inhibitors, biguanides, glinide, golongan thiazolidinediones atau glitazones, DPP-IV inhibitors, dan sulfonylurea. Pada Percobaan kali ini menggunakan obat Metformin dari golongan biguanid yang cara kerjanya meningkatkan dan merangsang sensitivitas kerja insulin. Efek utama metformin adalah menurunkan hepatic glucose output dan menurunkan kadar glukosa puasa . Monoterapi dengan metformin dapat menurunkan A1C sebesar ~ 1,5%. Pada umumnya metformin dapat ditolerir oleh pasien. Efek yang tidak diinginkan yang paling sering dikeluhkan adalah keluhan gastrointestinal. Monoterapi metformin jarang disertai dengan hipoglikemia dan metformin dapat digunakan secara aman tanpa menyebabkan hipoglikemia pada prediabetes. Efek nonglikemik yang penting dari metformin adalah tidak menyebabkan penambahan berat badan atau menyebabkan panurunan berat badan sedikit. Disfungsi ginjal merupakan kontraindikasi untuk pemakaian metformin karena akan meningkatkan risiko asidosis laktat (komplikasi ini jarang terjadi tetapi fatal). Selain itu, efek samping metformin yaitu pasien mengalami mual, muntah, diare serta kecap logam.Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat pirimidin sederhana. Substrat ini dapat digunakan untuk menginduksi diabetes pada binatang percobaan . Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada binatang percobaan. Tikus hiperglikemik dapat dihasilkan dengan menginjeksikan 120 - 150 mg/kgBB. Aloksan dapat diberikan secara intravena, intraperitoneal, atau subkutan pada binatang percobaan. Pada penelitian eksperimental, binatang percobaan yang sering digunakan adalah tikus wistar. Tikus wistar mempunyai kemampuan metabolik yang relatif cepat sehingga lebih sensitif bila digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan metabolik tubuh

II. Alat dan BahanHewan coba : tikus wistarBahan : Aloksan Aquabides steril Spuit 1 cc Timbangan mg Dekstrosa 10% Sonde Tikus Glibenklamid Blood glucose test Stick gula darah Gunting Betadin Kapas steril

I. Cara Kerja1. Tahap persiapan: Hewan coba dipuasakan terlebih dahulu selama 4 jam untuk mengosongkan lambung dan mengurangi risiko aspirasi Hitung kebutuhan dosis aloksanDosis aloksan 100 mg/kgBBKebutuhan aloksan untuk 1 ekor tikusa. Untuk BB 150 gram = 0,1 mg/gBB x 150 g= 15 gram aloksandilarutkandenganaquabides 0,15 ml = 15g / 0,15 ml.b. Untuk BB 200 gram = 0,1 mg/gBB x 200 g = 20 gram aloksandilarutkandenganaquabides 0,20 ml = 20 g / 0,2 ml

semua tikus dicek gula darah dengan cara memotog 0,5 cm pada ujung distal ekor tikus menggunakan blood glucose test, untuk mengeahui kadar glukosa darah awal. Kadar glukosa darah tikus normal < 180 mg/dL Untuk tikus normal dilakukan induksi aloksan

2. Tahap induksi Injeksikan larutan aloksan melalui intraperitoneal tikus / intravena melalui vena ekor tikus sesuai kebutuhan dosis per ekor. Induksi dilakukan sekali saja. Berikan larutan dekstrosa 10% sepanjang malam petama setelah induksi untuk menghindari sudden hypoglycemic post injection. 24 jam 48 jam setelah induksi tikus dicek gula darah dengan cara memotong 0,5 cm pada ujung distal ekor tikus menggunakan blood glucose test, untuk mengeahui kadar glukosa darah. Tikus dikatakan hiperglikemia jika kadar glukosa darah puasa > 180 mg/dL

3. Tahap perlakuan Setelah tikus mengalami hiperglikemia maka diberikan obat antidiabetes Kelompok I diberi glibenklamid per oral 1x sehari selama 2 hari

4. Tahap pengamatan 24 jam setelah perlakuan tikus dicek kembali kadar glukosa darahnya