sejarah cpob

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CPOBPharmacyIndustries

Citation preview

WHO mengajukan konsep Good Practices in the Manufacture and Quality Control of Drugs Indonesia mengadopsi GMP tersebut pada tahun 1971. Indonesia ditunjuk sebagai koordinator untuk menyusun Pedoman CPOB yang berlaku bagi negara-negara ASEAN 1984 tersusun ASEAN Goods Manufacturing Practices Guidelines edisi I setelah direvisi dan diperbaiki terbit Edisi II tahun 1988. Pedoman CPOB ( Buku hijau ) merupakan pedoman resmi melalui SK Menkes RI No 43/Menkes/SK/II/1988 tanggal 2 Februari 1989 SK Dirjen POM No 05411/A/SK/XII/89 Tanggal 16 Desember 1989 tentang Penerapan CPOB pada Industri Farmasi

CPOB adalah petunjuk yang menyangkut segala aspek dalam produksi dan pengendalian mutu , meliputi seluruh rangkaian pembuatan obat yang bertujuan untuk menjamin agar produksi obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya

PDA J Pharm Sci Technol. 1995 Jul-Aug; vol. 49(4):192-195ASEAN GMP and pharmaceutical industries in Indonesia.Soesilo S1, Sitorus U.Author information AbstractIndonesia was appointed by the ASEAN Technical Cooperation in Pharmaceutical as a focal point and to coordinate the development of practical guidelines for the implementation of GMP. The ASEAN GMP Guidelines were endorsed by the ASEAN Technical Cooperation in Pharmaceutical in 1988, which among others required separation of Beta-Lactam dedicated facilities and three degrees of cleanliness for production areas. As it was realised that drug manufacturers in developing countries need more detailed guidelines to be able to implement the GMP, an Operational Manual for GMP was also prepared for providing examples of SOPs lay-outs, documentation etc. It was agreed by the technical cooperation group to leave the implementation of GMP to each member country. However, the ASEAN Manual for Inspection of GMP was drafted and endorsed by the group and training of ASEAN Drug Inspectors was organized to support the implementation. The ASEAN GMP is being implemented in Indonesia through a five-year, stepwise implementation plan, starting in 1989.

Istilah GMP diperkenalkan untuk mengatur operasi manufaktur dan pengemasan di perusahaan farmasi. Hingga pertengahan 1960-an, prosedur operasi untuk pembuatan obat terdiri dari formula dan metode dasar pembuatan produk. Prosedur tertulis sering ringkas dan sering mengandalkan keterampilan dan pengalaman individu operator. Seiring batch obat meningkat jumlah dan ukurannya, prosedur operasi yang memadai untuk menghasilkan produk yang konsisten dan dapat diandalkan. Banyak perhatian telah difokuskan pada kemurnian bahan obat. Farmakope dan undang-undang menentukan formula untuk campuran dan persiapan lainnya, tetapi memberi detail informasi yang sedikit pada metode persiapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan dan pengemasan prosedur menjadi lebih jelas dan kebutuhan untuk pedoman yang tepat nyata (Lund, 1994)

Formalisasi GMP dimulai pada tahun 1960 dan pedoman ini sekarang berlaku di lebih dari 100 negara mulai dari Afghanistan ke Zimbabwe. Meskipun banyak negara telah mengembangkan kebutuhan lokal, banyak juga bergantung pada Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan GMP (GMP WHO) untuk produk farmasi. Kebutuhan daerah juga telah muncul dengan aplikasi ke beberapa negara. Contoh Association of South-East Asia Nations (ASEAN)GMP: Pedoman umum Brunei Darussalaam, Cambodia, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand, and Vietnam (Karmarcharya, 2012).