Upload
bambang-triatmoko
View
202
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Perjanjian LamaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[sembunyikan]
Bagian dari seri artikel tentang
Kekristenan
Yesus Kristus
Kelahiran · Kematian · Kebangkitan ·
Natal · Jumat Agung · Paskah
Dasar
Gereja · Injil · Kerajaan ·
Rasul: Paulus · Petrus
Alkitab
Perjanjian Baru · Perjanjian Lama ·Kanon · Deuterokanonika
Teologi
Allah Bapa · Allah Putra · Allah Roh Kudus
Trinitas · Keselamatan · Baptisan ·Maria ·
Ajaran
Sepuluh Perintah Allah · Hukum Kasih ·Amanat Agung ·
Kotbah di Bukit: Ucapan Berbahagia ·Doa Bapa Kami
Sejarah Kekristenan
Gereja mula-mula · Konsili ·
Pengakuan iman · Misi · Skisma Timur-Barat ·
Perang Salib · Reformasi · Kontra Reformasi
Denominasi Kristen
[tampilkan]Katolik
[tampilkan]Protestan
[tampilkan]Ortodoks
Topik terkait
Khotbah · Doa · Ekumenisme · Gerakan ·
Seni · Musik · Liturgi · Kalender · Simbol ·Kritik
Portal Kristen
Kotak ini: lihat • bicara • sunting
Perjanjian Lama adalah bagian pertama dalam Alkitab Kristen yang dibagi dalam dua bagian. Bagian keduanya
disebut Perjanjian Baru. Perjanjian Lama yang terdiri dari 39 kitab itu dapat dibagi dalam kategori hukum, sejarah, puisi
dan nubuatan. Semua kitab tersebut ditulis sebelum kelahiran Yesus, dimana 97% isinya ditulis dalam Bahasa
Ibrani dan sisanya dalam Bahasa Aram.
Isi Perjanjian Lama identik dengan kanon Alkitab Ibrani, yaitu kitab suci Yahudi yang juga disebut Tanakh, tetapi
dengan urutan yang berbeda. Susunan urutan kanon Tanakh berakhir dengan Kitab Tawarikh, sedangkan Perjanjian
Lama berakhir dengan Kitab Maleakhi.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Teks-teks Perjanjian Lama
o 1.1 Teks Masoret
o 1.2 Teks Pentateukh atau Taurat Samaria
o 1.3 Teks Qumran
o 1.4 Teks Yunani
o 1.5 Targum
o 1.6 Pesyitta
o 1.7 Terjemahan-terjemahan dalam Bahasa Latin
2 Kanonisasi Perjanjian Lama
3 Bahasa Kitab Perjanjian Lama
4 Komposisi Perjanjian Lama
5 Lihat pula
6 Pranala luar
[sunting]Teks-teks Perjanjian Lama
[sunting]Teks Masoret
Teks tulisan tangan Perjanjian Lama kuno yang utuh sekarang ini adalah Kodeks B19 yang saat ini berada di
Perpustakaan di St. Petersburg. Teks ini dikenal dengan nama KodeksLeningradensis, yang juga dikenal dengan nama
Kodeks Petropolitanus, ditulis pada tahun 1008 di Kairo dan merupakan teks tulisan tangan terbaik, sehingga para
ilmuan Alkitab banyak mengacu kepada teks ini.
Kodeks Leningradensis berasal dari tradisi penulisan teks Alkitab Ibrani yang sangat rumit, yaitu berasal dari para
Masoret dari abad ke-8 sampai ke-10 M di Tiberias di pantai danauGenesaret. Oleh karena itu orang menyebut teks
yang berasal dari tradisi penulisan ini sebagai teks Masoret. Terdapat dua keluarga Yahudi dalam tradisi penulisan ini,
yaitu Ben Asyer dan Ben Naftali. Pada dasarnya huruf-huruf Ibrani adalah konsonan semua. Hal ini juga berlaku kepada
teks Perjanjian Lama. Teks Perjanjian Lama yang ditulis dengan huruf konsonan semua disebut teks konsonan.
Pembacaan teks konsonan ini didasarkan pada tradisi pembacaan kitab suci yang turun temurun. Kodeks Aleppo, yang
merupakan teks konsonan, yang menjadi teks dasar, diberi tanda vokal (vokalisasi) oleh Harun ben Asyer, lalu hasil dari
vokalisasi yang dilakukan oleh Harun ben Asyer disalin lagi oleh Samuel ben Yakub. Kodeks Leningradensis yang telah
disebutkan di atas adalah hasil salinan yang dikerjakan oleh Samuel ben Yakub.
Yang menjadi pendorong pemberian tanda vokal pada teks konsonan Ibrani yang dilakukan oleh Ben Asyer dan Ben
Naftali adalah Sekte Kareer ("Para Pengikut Kitab Suci"), yang pada abad ke-8 berkembang di daerah Babilonia. Sekte
ini mengabaikan penafsiran rabi-rabi Yahudi yang didasarkan pada tradisi Talmud, dan mereka lebih mengarahkan
pengajaran mereka hanya pada Kitab Suci. Sehingga pada waktu itu berkembang pemikiran, bahwa jika tradisi
pembacaan ini terputus dan hilang, maka anak-cucu mereka tidak dapat membaca Kitab Suci lagi serta tidak dapat
memahaminya, karena teks Kitab Sucinya adalah berbentuk konsonan. Kebutuhan yang mendesak ini juga dipikirkan
oleh para Masoret yang adalah para rabi (bukan berasal dari Sekte Kareer!), sehingga dua keluarga yang telah
disebutkan di atas mengerjakan vokalisasi teks konsonan.
[sunting]Teks Pentateukh atau Taurat Samaria
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Taurat Samaria
Tradisi penyalinan teks kitab suci yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi tersebut di atas yang biasa disebut teks
masoret bukanlah satu-satunya tradisi penyalinan teks kitab suci Ibrani. Di samping tradisi penyalinan ini terdapat juga
tradisi penyalinan yang dilakukan oleh orang-orang Samaria. Tradisi penyalinan yang dilakukan oleh orang-orang
Samaria ini dimulai sejak keterpisahan (skisma) jemaat Yahudi dan Samaria pada tahun yang tidak diketahui lagi, tetapi
yang pasti pada zaman setelah pembuangan suku-suku Israel. Orang-orang Samaria adalah penduduk yang tinggal di
wilayah Israel utara setelah pada tahun 722 SM ditaklukkan oleh bangsa Asyur. Mereka adalah campuran antara Israel
dan bangsa-bangsa lain yang tinggal di daerah tersebut. Mereka hanya mengakui Pentateukh atau Taurat sebagai
Kitab Suci mereka. Teks tulisan tangan yang tertua dari tradisi ini yang masih ada berasal dari abad ke-12 M yang
sekarang ini berada di Perpustakaan Universitas Leipzig.
[sunting]Teks Qumran
Antara tahun 1947 dan 1956 ditemukan fragmen-fragmen teks Perjanjian Lama dalam bentuk lebih dari 190 gulungan
dari dalam 11 gua di Qumran, yang terletak di pantai Laut Mati, yaitu sekitar 15 km sebelah selatan dari kota Yerikho.
Dimulai dari ketidak sengajaan pada tahun 1947, yaitu ketika seorang gembala muda dari suku Badui, yang mencoba
untuk mencari dombanya yang hilang di sekitar gua-gua di Qumran, dan ketika dia mencoba untuk mencari dombanya
di sebuah gua, dia secara tidak sengaja menemukan gulungan-gulungan kitab. Penemuan ini merupakan penemuan
pertama gulungan-gulungan kitab Qumran, dan sejak saat itu para arkeologmeneliti di Qumran dan menemukan
gulungan-gulungan kitab yang lainnya. Sebagian besar fragmen tersebut berasal dari abad ke-2 SM dan ke-1 SM,
namun ada juga sebagian kecil yang berasal dari abad ke-3 SM. Setiap bagian dari kitab-kitab Perjanjian Lama (kecuali
kitab Ester) ditemukan di Qumran. (Lihat Naskah Laut Mati) Gambar 1: Qumran
[sunting]Teks Yunani
Tradisi penerjemahan Alkitab Ibrani ke Yunani juga merupakan sumber yang sangat penting, yang disebut Septuaginta.
Nama ini berasal dari bahasa Latin yang berarti "tujuh puluh" dan biasanya disingkat dengan
huruf romawi LXX. Legenda tentang Septuaginta ini didasarkan pada Surat Aristeas pada abad ke-1
SM: Demetrius dari Phaleron, ketua Perpustakaan di Alexandria, mengusulkan kepada Raja Ptolemaios II
Philadelphos (285-246 SM) untuk memasukkan kitab Taurat Yahudi ke dalam Perpustakaan Alexandria. Untuk
melaksanakan proyek ini, maka 72 tua-tua Yahudi (enam dari masing-masing suku Israel/ 6 x 12 = 72), dikirim oleh
Imam BesarEliezer ke Alexandria untuk menerjemahkan kitab Taurat, dan penerjemahan itu memakan waktu selama
72 hari dan hasil dari penerjemahan ini digunakan oleh jemaat Yahudi yang saat itu berada di Diaspora Mesir. Legenda
ini didasarkan pada motif mujizat munculnya Septuaginta. Namun dari legenda ini kita dapat memperoleh informasi,
bahwa kitab Taurat dalam bahasa Yunani pada awalnya dipergunakan oleh jemaat Yahudi yang berada
di Diaspora Mesir yang tidak bisa berbahasa Ibrani lagi, yaitu pada pertengahan abad ke-3 SM. Satu abad setelah itu,
yaitu sekitar pertengahan abad ke-2 SM, seluruh Alkitab telah diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Hal ini didasarkan
pada Prolog kitab Sirakh (sekitar 132 SM), bahwa "Taurat, para Nabi, dan kitab-kitab lain" (mengacu kepada tiga bagian
dari kitab Ibrani, yaitu Torah, Nebi'im dan Ketubim) telah diterjemahkan dalam "bahasa lain" (tentunya dalam hal ini
bahasa Yunani).
Tradisi Septuaginta sangat berbeda dengan tradisi Masoret, baik dari sisi bahasa maupun teksnya. Nampaknya teks
Ibrani yang digunakan oleh para penerjemah adalah teks yang berbeda dengan teks dari tradisi Masoret. Hal ini
didasarkan pada bukti: bahwa (1) Septuaginta memuat beberapa kitab di luar kitab Ibrani, (2) bahwa
kitab Daniel dan Ester di Septuaginta lebih panjang dari versi kitab Ibrani, dan juga kitab Yeremia versi Septuaginta
lebih pendek dari versi kitab Ibrani, secara khusus perbedaan bentuk teks antara teks Ibrani yang digunakan oleh
Septuaginta dan teks Ibrani Masoret akan nampak jika kita membandingkannya secara mendetail dari kitabDaniel.
Pada awalnya tradisi Septuaginta menjadi teks yang sangat penting bagi orang Yahudi pada waktu itu. Namun
setelah konsili Yamnia(sekitar 95 M) tradisi ini menduduki peranan yang tidak penting lagi. Hal ini mungkin karena teks
Septuaginta menjadi pegangan penting bagi orang Kristen mula-mula, dan teks ini mendapat tandingan dari terjemahan
Yunani yang baru, yaitu Aquila (130 M),Theodotion (abad ke-2 M) dan Symmakus (abad ke-3 M). Namun tradisi ini
mendapat tempat yang sangat penting dalam tradisi Kristen. Kemudian Septuaginta direvisi oleh para ahli Kristen:
1. oleh Origenes (antara 232-254 di Kaisarea dalam edisi teks kritik Septuaginta),
2. oleh Uskup Mesir Hesikhius (meninggal sekitar 310),
3. oleh Tua-Tua Lukian di Antiokhia (meninggal sekitar 311).
Menurut keterangan Hieronimus, orang Kristen di Alexandria dan Mesir menggunakan Septuaginta versi Hesikhius;
sedangkan orang Kristen di Konstantinopel sampai Antiokhia menggunakan Septuaginta versi Lukian Sang Martir; dan
di samping itu orang Kristen diPalestina menggunakan Septuaginta versi Origenes.
Kemudian berdasarkan Septuaginta diterjemahan Alkitab Perjanjian Lama dalam beberapa bahasa lain, yaitu pada
abad ke-3 M ke dalam bahasa Koptik, salah satu dialek bahasa Mesir; lalu pada abad ke-4 M ke dalam bahasa
Ethiopia; di samping itu pada abad ke-4 M ke dalam bahasa Gotik oleh Uskup Gotik Ulfias. Berdasarkan versi Origenes
Alkitab Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia pada sekitar tahun 440 M.
[sunting]Targum
Ketika bahasa Ibrani bukan lagi menjadi bahasa pengantar di Palestina, banyak orang yang tidak mengerti isi kitab suci,
karena kitab suci tertulis dalam bahasa Ibrani. Oleh karena itu diambil inisiatif, bahwa dalam ibadah di Sinagoga,
setelah dibacakannya kitab suci dalam bahasa Ibrani, teks Ibrani tersebut diterjemahkan (dalam tradisi lisan) ke dalam
bahasa Aram. Terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Aram dalam tradisi lisan tersebut (targum, jamak: targumim)
baru mulai sekitar tahun 300 M ditulis oleh ahli-ahli kitab suci. Oleh karena itu banyak terjadi kesalahan penerjemahan
dan ketidak-tentuan, karena penerjemahannya sendiri lebih berdasarkan interpretasi. Namun di sisi lain, dalam kritik
teks, Targum kadang juga menjadi penting untuk diperhatikan, karena dia merupakan terjemahan dari teks yang lebih
tua dari teks Masoret. Terdapat dua Targum yang terkenal dan penting, yaitu Targum Palestina dan Targum Babilonia.
[sunting]Pesyitta
Pesyitta merupakan terjemahan Perjanjian Lama dalam tradisi Kristen. Penerjemahannya sangat bergantung dengan
Targum, sehingga kedudukannya dalam kritik teks tidaklah menduduki tempat yang penting. Selain bergantung dengan
Targum, Pesyitta juga menggunakan LXX.
[sunting]Terjemahan-terjemahan dalam Bahasa Latin
Sampai sekitar tahun 250 M bahasa Yunani merupakan bahasa pengantar resmi di seluruh kerajaan Romawi. Namun
di beberapa provinsi, misalnya di Afrika Utara, bahasa Latin masih menjadi bahasa pergaulan masyarakat, sehingga
dibutuhkan penerjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin untuk masyarakat yang berdiam di provinsi-provinsi
tersebut. Terjemahan-terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin tersebut mulai muncul pada awal abad ke-2 M.
Tradisi penerjemahan yang tertua adalah terjemahan dari Afrika, dan yang lebih muda adalah terjemahan dari
bahasa Italia. Terjemahan-terjemahan Latin ini disebut dengan nama "Vetus Latina" atau oleh orang Galia-Selatan
disebut dengan nama "Itala" (versio Itala). Penerjemahan-penerjemahan ini berdasarkan teks LXX.
Paus Damasus (366-384) memutuskan untuk merevisi Alkitab latin dan hasil dari perevisian ini akan menjadi teks resmi
gereja Katolik. Untuk mewujudkannya, dia memerintahkan kepa-da Sophronius Eusebius Hieronimus (347-419) untuk
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa latin atau sedikitnya merevisi teks-teks latin yang sudah ada. Hieronimus
menyelesaikan penerjemahannya pada tahun 406. Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa latin tersebut disebut Vulgata.
Pada tahun 801 Vulgata kembali direvisi oleh Abt Alkuin.
Melalui keputusan pada Konsili Vatikan II, Vulgata direvisi kembali dan revisi tersebut selesai pada tahun 1979. Hasil
revisi Vulgata tersebut disebut Nova Vulgata.
[sunting]Kanonisasi Perjanjian Lama
Umat Yahudi mengakui 39 kitab (atau menurut mereka 22 kitab, karena kedua kitab Samuel (1 Samuel dan 2 Samuel);
kedua kitab Raja-raja (1 Raja-raja dan 2 Raja-raja); kedua kitab Tawarikh (1 Tawarikh dan 2 Tawarikh); kitab Ezra dan
kitab Nehemia; dan 12 kitab nabi-nabi kecil: masing-masing dihitung satu kitab; dan kitab Rut digabungkan dengan
kitab Hakim-Hakim; dan kitab Ratapandigabungkan dengan kitab Yeremia) yang ditulis dalam bahasa Ibrani (veritas
hebraica) sebagai kanon.
Penetapan ke-39 kitab tersebut sebagai kanon terjadi pada sekitar tahun 95 M dalam sebuah konsili yang diadakan
di Yamnia(sekarang ini bernama Yabne, terletak di dekat pantai Laut Tengah, di sebelah barat daya Israel. Setelah
Yerusalem dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70 M, kota ini menjadi pusat umat Yahudi yang sangat penting).
Penetapan ini memberikan legitimasi, bahwa 39 kitab ini tergolong Kitab Suci. Orang-orang Yahudi dewasa ini masih
tetap mengakui kanonisasi berdasarkan penetapan di konsili Yamnia. Tradisi Protestan juga menganut tradisi ini.
Di samping tradisi kanonisasi Ibrani terdapat juga di kalangan Yahudi kuno kanonisasi yang didasarkan pada kitab-kitab
Yunani yang terdapat dalam Septuaginta. Kitab-kitab Yunani tersebut di kalangan Yahudi kuno (juga pada zaman
Yesus dan jemaat Kristen perdana) diakui sebagai kanonis. Tradisi kanonisasi Yunani pada awalnya mempunyai
wibawa di kalangan umat Yahudi, tetapi setelah tradisi ini dipegang oleh jemaat Kristen perdana dan setelah kanonisasi
di Yamnia, maka tradisi kanonisasi Yunani tidak lagi diakui oleh umat Yahudi.
Tradisi kanonisasi ini kemudian diambil alih atau diteruskan oleh Hieronimus dalam menyusun Vulgata. Gereja
Katolik mengakui tradisi ini. Jumlah kitab yang diakui sebagai kanonik adalah 46 kitab. Jumlah ini 7 kitab lebih banyak
dari tradisi Protestan, yaitu: Kitab Tobit,Yudit, 1 dan 2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Yesus Sirakh, Surat Barukh,
dan Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Daniel, danTawarikh). Tujuh kitab ini disebut dalam tradisi Katolik sebagai
“Deuterokanonika”, sementara ke-39 kitab Ibrani disebut sebagaiProtokanonika. Kitab-kitab ini oleh kalangan Protestan
dahulu disebut “Apokrif”. Menurut Luther kitab-kitab ini baik dan berguna untuk dibaca, tetapi tidak dapat dianggap
sebagai kitab suci.
[sunting]Bahasa Kitab Perjanjian Lama
Kitab Perjanjian Lama sebagian besar ditulis dalam bahasa Ibrani dan ada beberapa bagian ditulis dalam bahasa Aram.
Sebagian kecil yang ditulis dalam bahasa Aram tersebut terdapat dalam kitab Daniel dan Ezra.
[sunting]Komposisi Perjanjian Lama
1. Eneateukh
Tetrateukh
Karya Sejarah Deuteronomis
Pentateukh & Kitab Nabi-Nabi Awal
2. Kitab Nabi-Nabi Akhir
3. Kitab-Kitab
[sunting]Lihat pula
Alkitab
Alkitab Ibrani
Deuterokanonika
Perjanjian Baru
Timur Tengah Kuno
Eneateukh
Tetrateukh
Pentateukh
[sunting]Pranala luar
Taurat SamariaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Imam Besar Samaria dan Taurat Samaria tua, 1905
Taurat Samaria (bahasa Inggris: Samaritan Pentateuch atauSamaritan Torah; bahasa Ibrani: תורה שומרונית, torah
shomroniyt) adalah versi ke-5 kitab Taurat dalam bahasa Ibrani tetapi dengan aksara Samaria, yang digunakan oleh
orang-orang Samaria. Taurat Samaria mengandung sejumlah perbedaan dengan Teks Masoret, yaitu sumber
utama Alkitab Ibrani, maupun terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, Septuaginta.
Ada tambahan bagian yang disebut gulungan Abisha (Abisha Scroll), yang dipakai di sinagoge Samaria di Nablus.
Orang-orang Samaria percaya gulungan itu ditulis oleh Abisua bin Pinehas, cicit dari Imam Besar Harun (1 Tawarikh
6:50), 13 tahun setelah orang-orang Israel masuk ke tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua bin Nun.[1] Pakar Alkitab
modern mengamati bahwa gulungan itu berisi sejumlah karya berbagai penulis dari abad-abad berbeda, yang paling tua
sekitar abad ke-12 Masehi.[2]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Asal usul
2 Perbedaan dengan teks Masoret
3 Referensi
4 Pustaka
5 Pranala luar
[sunting]Asal usul
Orang Samaria dan Taurat Samaria
Orang-orang Samaria percaya mereka adalah keturunan orang-orang dari Kerajaan Israel Utara yang memisahkan diri
dari Kerajaan Yehuda setelah kematian raja Salomo (1 Raja-raja 12). Setelah Kerajaan Israel Utara direbut oleh
Kerajaan Asyur, penduduknya dibuang dan tersebar. Orang-orang Yahudi tidak menerima pendapat ini, dan lebih
percaya kepada catatan di 2 Raja-raja 17:24-41.
Orang-orang Samaria menolak Talmud dan memakai tradisi mereka sendiri yang diturunkan dari berbagai generasi
serta dipercayai merupakan praktek asli yang diajarkan Musa kepadabangsa Israel di gunung Sinai. Terjadi sejumlah
konflik antara orang-orang Yahudi dan Samaria sepanjang sejarah.
[sunting]Perbedaan dengan teks Masoret
Detail Taurat Samaria
Taurat Samaria ditulis dalam bahasa Ibrani tetapi tidak dengan aksara Ibrani, melainkanaksara Samaria yang berbeda
bentuknya, dan diperkirakan berasal dari zaman sebelumPembuangan ke Babel, namun Frank Moore Cross (1966)
berpendapat bentuk kuno ini berasal dari zaman setelah Makabe (abad ke-1 SM).[3]
Perbedaan dengan Teks Masoret terhitung sebanyak 6000 dalam pembacaannya. Dari segi makna perbedaan itu
umumnya kecil, dengan perkecualian misalnya: umur orang-orang yang dicatat dalam silsilah di Kitab Kejadian pasal
5 dan 11, tempat berbakti yang menurut Taurat Samaria adalah di gunung Gerizim, perintah untuk beristri hanya satu
yang hanya ada di Taurat Samaria (bandingkan dengan Imamat 8:18). Sebanyak 2000 perbedaan itu, Taurat Samaria
sama dengan Septuaginta. Misalnya:
Keluaran 12:40
Dalam Taurat Samaritan and Septuaginta:
"Lamanya orang Israel dan leluhur mereka diam di tanah Kanaan dan Mesir adalah 430 tahun."
Dalam teks Masoret tertulis:
"Lamanya orang Israel diam di Mesir adalah 430 tahun."
Versi Sepuluh Perintah Allah dalam Taurat Samaria menyuruh mereka mendirikan altar korban di gunung
Gerizim.[4]
Di antara Naskah Laut Mati ditemukan sejumlah naskah yang mirip sekali dengan Taurat Samaria, tetapi tidak
mencatat bahwa altar korban di gunung Gerizim. Nampaknya saat itu perbedaan antara Taurat Samaria dan
Taurat Yahudi tidak sejelas yang diduga. Fragmen 4Q41(981) dari gulungan Laut Mati yang berisi Ulangan
5:1-25 tidak menyebut gunung Gerizim, tetapi sama dengan Teks Masoret.
Perjanjian Baru setuju dengan Teks Masoret bahwa Yerusalem adalah tempat terpilih.[5]
[sunting]Referensi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Gulungan Laut Mati )
Potongan-potongan naskah Laut Mati dipamerkan di Museum Arkeologi, Amman
Naskah Laut Mati terdiri dari lebih kurang 900 dokumen, termasuk teks-teks dari Kitab Suci Ibrani , yang
ditemukan antara tahun 1947 dan 1956 dalam 11 gua di Wadi Qumran dan sekitarnya (dekat reruntuhan
pemukiman kuno Khirbet Qumran, di sebelah barat daya pantaiLaut Mati ) . Teks-teks ini memiliki makna
keagamaan dan sejarah yang penting, karena mereka praktis merupakan satu-satunya dokumen-dokumen
Alkitab yang berumur antara tahun 150 SM dan 70 M.
Daftar isi
[ sembunyikan ]
1 Waktu penulisan dan isinya
2 Penafsiran
o 2.1 Eseni
o 2.2 Saduki
o 2.3 Perpustakaan Bait Suci
o 2.4 Hubungan dengan pihak Kristen
o 2.5 Teori-teori lainnya
3 Frekuensi kitab-kitab yang ditemukan
4 Maknanya
5 Penemuan
o 5.1 Gua 1
o 5.2 Gua 2
o 5.3 Gua 3
o 5.4 Gua 4
o 5.5 Gua 5 dan 6
o 5.6 Gua 7-10
o 5.7 Gua 11
6 Publikasi
o 6.1 Teori permufakatan Vatikan
7 Lihat pula
8 Referensi
o 8.1 Sumber-sumber lain
9 Pranala luar
[ sunting ]Waktu penulisan dan isinya
Menurut perhitungan tanggal karbon dan analisis teks , dokumen-dokumen ini ditulis pada berbagai masa sejak
pertengahan abad ke-2 SM sampai abad pertama M . Setidaknya satu dokumen, berdasarkan perhitungan
tanggal karbon berasal dari tahun 21 SM - 61 M .papirus Nash dari Mesir , yang mengandung salinan Dasa
Titah , adalah satu-satunya dokumen berbahasa Ibrani lainnya yang sangat kuno. Bahan-bahan tertulis serupa
lainnya telah ditemukan dari situs-situs di dekatnya, termasuk benteng Masada . Sebagian dari naskah ini ditulis
di atas papirus , namun cukup banyak pula yang ditulis di kulit binatang yang berwarna kecoklatan, yang
tampaknyagevil .
Potongan-potongan ini terdiri dari setidaknya 800 teks yang mewakili pandangan-pandangan yang berbeda-beda,
dari keyakinan orang-orang Esene hingga sekte-sekte yang lain. Sekitar 30% nya adalah potongan-potongan dari
Kitab Suci Ibrani, dari semua kitab kecualiKitab Ester . Sekitar 25% merupakan teks-teks keagamaan israel
tradisional yang tidak ada di dalam Kitab Suci Ibrani yang kanonik, seperti misalnya Kitab Henokh , Kitab Yobel ,
dan Perjanjian Lewi . Sekitar 30% lagi mengandung tafsiran-tafsiran Alkitab dan teks-teks lainnya seperti
misalnya "Manual Disiplin" (1QS, yang dikenal pula sebagai "Naskah Disiplin" atau "Aturan Komunitas")
danAturan Peperangan (1QM, juga dikenal sebagai "Naskah Peperangan" ) yang terkait dengan kepercayaan,
peraturan, dan tuntutan keanggotaan dari sebuah sekte kecil Yahudi, yang dipercaya banyak peneliti hidup di
wilayah Qumran. Sisanya (sekitar 15%) dari potongan-potongan ini belum dapat diidentifikasikan. Kebanyakan
dari mereka ditulis dalam bahasa Ibrani , namun sebagian juga ditulis dalam bahasa Aram dan beberapa
dalam bahasa Yunani .
Teks-teks penting mencakup Gulungan Yesaya (yang ditemukan pada 1947 ), sebuah tafsiran Habakuk ( 1947 );
Peraturan Komunitas (1QS), yang memberikan banyak informasi mengenai struktur dan teologi sekte ini; dan
versi yang paling awal dari Dokumen Damaskus . Apa yang disebut Gulungan Tembaga ( 1952 ), yang
mendaftarkan tempat-tempat penyimpanan emas, naskah, dan senjata yang tersembunyi barangkali adalah yang
paling terkenal.
[ sunting ]Penafsiran
[ sunting ]Eseni
Menurut sebuah pandangan yang hampir secara universal diterima hingga tahun 1990-an , dokumen-dokumen ini
ditulis dan disembunyikan oleh sebuah komunitas orang Eseni yang hidup di daerah Qumran . Ini dikenal sebagai
Hipotesis Esene. Orang-orang Yahudi memberontak melawan orang-orang Romawi pada 66 M. Sebelum mereka
dibantai oleh para tentara Romawi, orang-orang Eseni menyembunyikan kitab-kitab suci mereka di gua-gua dan
baru ditemukan kembali pada 1947.
[ sunting ]Saduki
Sebuah teori lainnya, yang kini semakin populer, ialah bahwa komunitas itu dipimpin oleh para imam Zadok
( Saduki ). Dokumen terpenting yang mendukung pandangan ini adalah "Miqsat Ma'ase haTorah" (Iblis, 4Q394-),
yang menyebutkan hukum-hukum kesucian yang sama dengan yang apa disebutkan berasal dari kaum Saduki
dalam tulisan-tulisan rabinik (seperti misalnya tentang perpindahan kenajisan). Dokumen ini juga
mereproduksikan sebuah kalender festival yang mengikuti prinsip-prinsip kaum Saduki sejak penetapan tanggal-
tanggal festival tertentu. Bukti yang lainnya ditemukan dalam 4QMMT yang setuju dengan posisi kaum Saduki
bahwa air yang tidak mengalir secara ritual najis. Pandangan ini bertentangan dengan keyakinan orang-orang
Farisi. Kebanyakan sarjana merasa bahwa meskipun terdapat kesamaan-kesamaan dalam hukum-hukum
kesucian, sebagian masalah teologis yang besar dan tidak terjembatani membuat hal ini tidak mungkin. Misalnya,
Yosefus mengatakan bahwa kaum Saduki dan kaum Esene memegang pandangan yang berlawanan
mengenai predestinasi . Kaum Esene mengatakan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh takdir, sementara kaum
Saduki sama sekali menolak adanya takdir. Demikian pula, banyak naskah yang memperlihatkan bukti bahwa
para penulis naskah itu percaya bahwa jiwa akan tetap hidup sesudah kematian (termasuk kebangkitan) yang
berlawanan dengan kaum Saduki yang berpendapat bahwa kebangkitan, malaikat, atau roh itu tidak ada.
[ sunting ]Perpustakaan Bait Suci
Pada 1963 Karl Heinrich Rengstorf dari Universitas Münster mengajukan teori bahwa naskah-naskah Laut Mati
berasal dari perpustakaan Bait Suci Yerusalem . Teori ini ditolak oleh kebanyakan pakar pada tahun 1960-an ,
yang berpendapat bahwa naskah-naskah itu ditulis di Qumran dan bukan dipindahkan dari sebuah lokasi lain
(posisi yang didukung oleh identifikasi de Vaux tentang sebuah kemungkinan perpustakaan di reruntuhan
Qumran). Namun, teori itu dihidupkan kembali oleh Norman Golb dan para ahli lainnya pada tahun 1990-an ,
yang menambahkan bahwa naskah-naskah itu kemungkinan juga berasal dari sejumlah perpustakaan lain, selain
dari perpustakaan Bait Suci.
[ sunting ]Hubungan dengan pihak Kristen
Seorang Yesuit Spanyol , José O'Callaghan , berpendapat bahwa salah satu sandiwaranya ( 7Q5 ) adalah
sebuah teks Perjanjian Barudari Injil Markus , pasal 6, ayat 52-53. Pada tahun-tahun belakangan pernyataan
kontroversial ini telah diangkat lagi oleh Carsten Peter Thiede , seorang sarjana Jerman. Bila fragmen ini berhasil
diidentifikasikan sebagai sebuah nas dari Markus, hal itu akan menjadikannya dokumen tertua Perjanjian
Baru yang masih ada, dan diperkirakan berasal dari masa antara 30 dan 60 M. Mereka yang menentang
pendapat ini berpendapat bahwa fragmen ini sangat kecil dan membutuhkan begitu banyak rekonstruksi (satu-
satunya kata yang utuh adalah kata bahasa Yunani "και" = "dan") sehingga fragmen ini bisa saja berasal dari
sebuah teks lain selain Markus.
Robert Eisenman mengajukan teori bahwa sejumlah gulungan sesungguhnya menggambarkan kehidupan
komunitas Kristen , yang digambarkan lebih fundamentalis dan kaku daripada apa yang digambarkan Perjanjian
Baru . Eisenman juga berusaha menghubungkan karier Yakobus yang Adil dan Paulus dari Tarsus dengan
sebagian dari dokumen-dokumen ini.
[ sunting ]Teori-teori lainnya
Karena seringkali dikatakan penting bagi sejarah Alkitab , naskah-naskah ini dikelilingi oleh berbagai teori
persekongkolan : salah satu contohnya adalah klaim bahwa naskah-naskah ini sama sekali rekaan belaka atau
diletakkan oleh makhluk-makhluk angkasa luar .Ada pula tulisan tentang Nefilim yang terkait dengan Kitab
Henokh .
[ sunting ]Frekuensi kitab-kitab yang ditemukan
Potongan-potongan dari 38 kitab di Perjanjian Lama atau Alkitab Ibrani telah ditemukan. Hanya kitab Ester yang
tidak ditemukan. Ada sejumlah potongan kecil bahasa Yunani dari gua 7 dilaporkan berisi sejumlah ayat-ayat
dalam Injil Markus (4 fragmen), Kisah Para Rasul, Surat Roma, 1 Timotius, dan Yakobus, masing-masing 1
fragmen.
Kitab-kitab disusun menurut jumlah manuskrip yang ditemukan (11 kitab terbanyak)
Nama kitab Jumlah ditemukan
Mazmur 39
Ulangan 33
1 Henokh 25
Kejadian 24
Yesaya 22
Yobel 21
Keluaran 18
Imamat 17
Jumlah 11
Nabi-nabi kecil 10
Daniel 8
Yeremia 6
Yehezkiel 6
Ayub 6
1 & 2 Samuel 4
[ sunting ]Maknanya
Makna naskah-naskah ini masih diganggu oleh ketidakpastian mengenai waktu penulisan dan asal-usulnya.
Meskipun terdapat keterbatasan ini, naskah-naskah ini sudah cukup berharga untuk teks kritik . Sebelum
ditemukannya Naskah laut Mati, manuskrip Alkitab tertua dalam bahasa Ibrani adalah sejumlah teks
Masoret yang berasal dari abad ke-9 . Manuskrip-manuskrip Alkitab yang ditemukan di antara naskah-naskah
Laut Mati mendorong tanggal itu menjadi lebih tua, yaitu abad ke-2 SM . Sebagian dari naskah Alkitab yang
ditemukan di Qumran mengandung perbedaan dengan teks Masoret, tetapi kebanyakan ternyata sama. Jadi,
naskah-naskah itu memberikan varian-varian baru dan kemampuan untuk lebih percaya terhadap bacaan-bacaan
itu apabila manuskrip-manuskrip Laut Mati itu sepakat dengan teks Masoret.
Lebih jauh, teks-teks sektarian dari Naskah Laut Mati, yang kebanyakan sebelumnya tidak diketahui, memberikan
terang baru terhadap suatu bentuk Yudaisme yang dipraktekkan pada masa Bait Allah kedua .
[sunting]Penemuan
Perjalanan modern naskah Laut Mati dari tangan orang-orang Beduin yang menemukannya ke Tim Internasional
yang belakangan menyusunnya untuk memulai rekonstruksi dan penerjemahannya barangkali sama misterius
dan luar biasanya dengan naskah-naskah itu sendiri. Semuanya dimulai, mungkin dengan tidak disangka-sangka,
dengan seekor domba.
Datanya tidak jelas, dan berbagai pendapat telah dikemukakan selama tahun 1930-an dan 1940-an sebagai
alternatif bagi waktu yang lebih banyak diterima yaitu tahun 1947. Barangkali pada awal 1947, Mohammed
Ahmed el-Hamed (nama julukan edh-Dhib, "serigala"), seorang gembala Beduin, pergi untuk mencari dombanya
yang hilang. Ketika memeriksa gua-gua di lereng bukit yang terjal, ia melemparkan sebutir batu ke dalam gua itu
dengan harapan menakut-nakuti dombanya hingga keluar. Dombanya tidak ditemukan, namun apa yang
didengarnya menuntut penelitian lebih jauh — dentingan keramik yang pecah. Ia masuk ke gua itu dan
menemukan sejumlah bejana kuno yang berisikan naskah-naskah yang digulung dengan kain lenan.
Setidak-tidaknya demikianlah versi resmi yang diterima (berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh John C.
Trever). Rinciannya tidak jelas; mungkin kambing dan bukan domba. Mungkin ada dua orang Beduin dan bukan
hanya satu orang. Mungkin mereka langsung mengambil gulungan-gulungan itu, atau kembali lagi pada hari
berikutnya, atau beberapa hari kemudian. Usaha-usaha untuk menjelaskannya ternyata sia-sia, dan para pakar
telah mewawancarai lebih banyak orang yang mengaku bernama Mohammed edh-Dhib daripada jumlah
naskah-naskah yang diambil dari tempat persembunyian yang pertama, masing-masing dengan versi kejadiannya
sendiri.
Kisahnya tetap kabur. Gulungan itu pertama-tama dibawa ke sebuah penjual barang antik Betlehem yang
bernama Ibrahim 'Ijha, yang langsung mengembalikannya karena diberitahukan bahwa naskah-naskah itu
kemungkinan telah dicuri dari sebuah sinagoga. Gulungan-gulungan itu segera jatuh ke tangan seorang tukang
reparasi sepatu yang kemudian beralih menjadi pedagang barang antik, Khalil Eskander Shahin, yang lebih
dikenal sebagai Kando. Sekali lagi kita menghadapi misteri yang terselubung. Menurut sebagian besar laporan,
kaum Beduin ini hanya mengambil tiga gulungan naskah bersama mereka setelah pertama kali menemukannya
dan kemudian kemungkinan mereka kembali karena disuruh Kando dan mengunjungi tempat itu untuk menggali
lebih banyak naskah atau mungkin Kando sendiri terlibat dalam penggaliannya sendiri yang berlawanan hukum.
Yang pasti ialah Kando sendiri kemudian memiliki setidaknya empat gulungan.
Urusan dengan kaum Beduin ini akhirnya menyebabkan naskah-naskah itu jatuh ke tangan pihak ketiga sebelum
dilakukan tawar-menawar. Pihak ketiga itu, George Isha'ya, adalah seorang anggota Gereja Ortodoks Suriah,
yang segera menghubungi Biara St. Markus dengan harapan akan mendapatkan penilaian harga untuk teks-teks
itu. Berita tentang penemuan ini tiba di tangan Metropolitan Athanasius Yeshue Samuel, yang lebih sering
disapa Mar Samuel.
Setelah meneliti gulungan-gulungan tersebut dan yakin bahwa mereka memang sangat tua, Mar Samuel
menyatakan niatnya untuk membelinya. Keempat naskah itu jatuh ke tangannya, yaitu Naskah Yesaya,
the Aturan Komunitas, Peshar Habakuk (Penafsiran Habakuk), dan Apokrifon Kejadian (Naskah apokrif Kejadian).
Lewat pasar barang antik, lebih banyak gulungan yang bermunculan, danEleazer Sukenik kemudian memiliki tiga
gulungan naskah: Naskah Peperangan, Nyanyian Pengucapan Syukur, dan sejumlah potongan-potongan
gulungan Yesaya lainnya.
Pada akhir 1947, Sukenik, secara sangat kebetulan, mendapat berita tentang naskah-naskah yang dimiliki oleh
Mar Samuel dan berusaha membelinya. Mereka tidak berhasil mencapai kesepakatan, dan sebaliknya, naskah-
naskah itu malah menarik perhatian John C. Trever, dari Sekolah Penelitian Oriental Amerika (ASOR). Trever
menemukan kesamaan antara tulisan-tulisan dalam gulungan-gulungan itu dengan tulisan-tulisan pada Papirus
Nash, yang pada saat itu merupakan manuskrip Alkitab tertua.
Suatu kebetulan yang aneh, Trever, selain seorang sarjana Alkitab yang berbakat, juga seorang fotografer amatir
yang sangat baik. Ia mengatur pertemuan dengan Mar Samuel pada 21 Februari 1948, dan di situ ia memotret
naskah-naskah itu. Setelah bertahun-tahun kualitas foto-fotonya seringkali jauh lebih baik daripada gulungan-
gulungan itu sendiri, karena teks-teks itu segera menjadi rusak begitu mereka dikeluarkan dari tempat
perlindungannya yang cukup aman berupa bungkusan kain lenan.
Bulan Maret tahun yang sama, pecahlah kekerasan antara orang-orang Arab dan Yahudi di Palestina, yang
menyebabkan diamankannya naskah-naskah itu dari negara tersebut. Meskipun sesungguhnya pengamanan
benda-benda kuno dengan cara itu melanggar hukum, gulungan-gulungan tersebut akhirnya tiba di Beirut.
[sunting]Gua 1
Baru pada 1949, hampir dua tahun setelah penemuan ini, para sarjana mengetahui di mana letak gua tempat
gulungan-gulungan ini ditemukan. Sebuah penggalian di gua itu dimulai pada Februari tahun itu, dipimpin oleh G.
L. Harding, Roland de Vaux, dan Ibrahim El-Assouli, yang menangani Museum Rockefeller. Orang-orang Beduin
sudah mendahului para arkeolog itu dalam mengambil manuskrip-manuskrip dan potongan-potongan yang lebih
besar, namun demikian sekitar 600 potongan berhasil dikumpulkan. Begitu pula potongan-potongan kayu, kain,
dan pecahan-pecahan tembikar. Foto-foto infra-merah diambil terhadap fragmen-fragmen itu, yang kelak ternyata
merupakan sarana berharga untuk membaca teks-teks itu di kemudian hari.
Setelah jelas bahwa lebih banyak gulungan yang diperoleh Sukenik dan Mar Samuel telah dicuri, diadakanlah
tawar-menawar dengan Kando, yang bertindak atas nama orang-orang Beduin. Sejumlah 1000 pound Yordania
dibayarkan kepada Kando untuk fragmen-fragmen yang masih tersisa. Berurusan dengan pedagang barang antik
dan perampok, meskipun pada umumnya bukan sesuatu yang menyenangkan, adalah langkah yang perlu
dilakukan untuk mendapatkan gulungan-gulungan itu untuk dipelajari lebih lanjut.
[sunting]Gua 2
Tiga tahun kemudian pada 1952, kaum Beduin kembali menemukan harta karun di sebuah gua yang berdekatan
(Gua 2). Meskipun tidak sepenting gudang manuskrip dari Gua 1, berbagai fragmen ditemukan oleh orang-orang
Beduin yang, kembali bekerja melalui Kendo, menjualnya kepada Museum Arkeologi Palestina dan École
Biblique (Sekolah Alkitab).
[sunting]Gua 3
Pada 14 Maret tahun yang sama, nasib akhirnya berpihak kepada para sarjana dan ekspedisi mereka, karena
mereka menemukan gua ketiga yang berisi fragmen-fragmen manuskrip. Selain itu, mungkin yang paling
misterius dari semua gulungan, yaitu Gulungan Tembaga jelas memuat sebuah daftar dan petunjuk ke tempat-
tempat harta karun yang mengandung harta yang menakjubkan.
[sunting]Gua 4
Pada Agustus 1952 orang-orang Beduin kembali melakukan penemuan yang penting, kali ini dalam Gua 4.
Fragmen-fragmen gulungan dalam jumlah besar (meskipun bukan gulungan yang lengkap) segera bermunculan
di pasar barang antik. Harding segera menemukan situs ini, mengejar kaum Beduin yang sedang mengambili
barang-barang itu. Lebih dari setengah dari tempat penyimpanan yang besar ini telah dikumpulkan oleh kaum
Beduin yang mencari harta karun. Penggalian arkeologis dimulai pada akhir September tahun itu, dan
menghasilkan lebih banyak lagi fragmen dari lebih banyak lagi teks, serta kamar kedua dari gua ini.
Pemerintah Yordania yang sedang menghadapi kesulitan keuangan segera menyadari bahwa dirinya tidak
mampu mendanai pembelian-pembelian lebih lanjut, dan karena itu menawarkan kesempatan kepada lembaga-
lembaga asing untuk melakukan investasi dengan membeli gulungan-gulungan itu, dan untuk itu mereka akan
dikompensasikan dengan fragmen-fragmennya. Beberapa lembaga menanggapi, namun mereka dilarang
membeli dan uang mereka dikembalikan ketika pemerintah Yordania mengubah pendiriannya, dan memutuskan
untuk mempertahankan teks-teks itu di Yordania.
[sunting]Gua 5 dan 6
Penggalian-penggalian di Gua 4 segera memimpin mereka kepada penemuan Gua 5, dan menghasilkan
fragmen-fragmen dalam jumlah yang agak lumayan. Tak lama sesudah itu, orang-orang Beduin, menemukan Gua
6, dan menghasilkan sisa-sisa dari hampir tiga lusin gulungan lagi. Anehnya, kebanyakan dari gulungan-gulungan
ini terbuat dari papirus dan bukan kulit seperti yang umumnya ditemukan di gua-gua yang lain.
Sementara itu, Mar Samuel berangkat ke Amerika. Di sana ia berusaha dengan sia-sia untuk menjual teks-teks
yan ada di tangannya, bahkan ia pernah memamerkannya sekali di Perpustakaan Kongres. Akhirnya, karena
putus asa, ia memasang iklan di Wall Street Journal yang kini menjadi iklan yang terkenal. Pada 1 Juni 1954,
sebuah iklan di Wall Street Journal mengumumkan, "Empat Naskah Laut Mati: Manuskrip-manuskrip Alkitab [sic]
yang berasal sekurang-kurangnya dari tahun 200 SM [sic], ditawarkan untuk dijual. Ini akan menjadi pemberian
yang ideal kepada suatu lembaga pendidikan atau keagamaan oleh seorang individu atau kelompok. Iklan ini
menarik perhatian Yigael Yadin, yang, melalui seorang pertantara, berhasil membeli gulungan-gulungan itu
seharga $250.000.
[sunting]Gua 7–10
Pada 1955 para arkeolog menemukan empat gua lagi, Gua 7 hingga 10. Penemuan ini hanya menghasilkan
sedikit fragmen, namun tetap penting. Gua 7 menghasilkan sembilan fragmen berbahasa Yunani (termasuk 7Q5)
dan menimbulkan banyak perdebatan pada dekade-dekade berikutya. Gua 8 hanya memuat lima fragmen,
meskipun ditemukan banyak bahan yang digunakan dalam membandingkan gulungan-gulungan itu. Gua 9 hanya
mengandung satu fragmen dan Gua 10 tidak mengandung apa-apa kecuali sebuah ostracon (potongan kerambah
bertulisan).
[sunting]Gua 11
Orang-orang Beduin adalah orang terakhir yang menemukan Gua 11, yang menghasilkan lebih dari dua lusin
teks, termasuk Gulungan Bait Suci, yang kelak disita oleh tentara Israel atas perintah Yigael Yadin. Dua gulungan
lengkap lainnya muncul dari Gua 11, sebuah salinan dari Kitab Imamat dan sebuah kitab Mazmur, termasuk
sejumlah nyanyian yang sebelumnya tidak dikenal. Banyak orang berspekulasi bahwa lebih banyak gulungan dari
Gua 11 yang mungkin telah jatuh ke tangan seorang kolektor pribadi.
[sunting]Penerbitan
Sebagian dari dokumen-dokumen ini segera diterbitkan: semua tulisan yang ditemukan dalam Gua 1 muncul
dalam bentuk tertulis antara 1950 dan 1956; temuan-temuan dari 8 gua diterbitkan dalam satu buku pada 1963;
dan pada 1965 diterbitkanlah Gulungan Mazmur dari Gua 11. Terjemahan dari bahan-bahan ini segera menyusul.
Yang terkecuali dari penerbitan kilat ini adalah dokumen-dokumen dari Gua 4, yang merupakan 40% dari
keseluruhan bahan. Penerbitan bahan-bahan ini dipercayakan kepada suatu tim internasionalyang dipimpin oleh
Pater Roland de Vaux, seorang anggotaOrdo Dominikan di Yerusalem. Kelompok ini menerbitkan jilid pertama
dari bahan-bahan yang dipercayakan kepada mereka pada 1968, namun mereka banyak sekali menghabiskan
energi mereka untuk membela teori-teori mereka tentang bahan-bahan itu, ketimbang menerbitkannya. Geza
Vermes, yang telah terlibat sejak permulaan dalam menyunting dan penerbitan bahan-bahan ini,
mempersalahkan penundaan —dan akhirnya kegagalannya— pada pemilihan timnya oleh de Vaux karena
dianggap tidak cocok dengan kualitas pekerjaan yang telah diharapkannya. Juga dikatakan bahwa ia terlalu
mengandalkan "otoritas pribadinya yang agak patriarkhal" untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan ini.
Akibatnya, temuan-temuan dari Gua 4 tidak diumumkan selama bertahun-tahun. Akses kepada naskah-naskah ini
diatur oleh suatu "aturan kerahasiaan" yang membolehkan hanya Tim Internasional yang asli atau mereka yang
ditunjuk Tim ini untuk melihat bahan-bahan aslinya. Setelah kematina de Vaux pada 1971, para penggantinya
berulang-ulang menolak untuk bahkan mengizinkan penerbitan foto-foto dari bahan-bahan ini sehingga para
sarjana lain sekurang-kurangnya dapat membuat penilaian mereka. Aturan ini akhirnya dilanggar: pertama oleh
penerbitan pada musim gugur tahun 1991 atas 17 dokumen yang direkonstruksikan dari sebuah konkordansi
yang telah dibuat pada 1988 dan telah jatuh ke tangan para ahli di luar Tim Internasional. Berikutnya, pada bulan
yang sama, oleh penemuan dan penerbitan dari serangkaian lengkap foto-foto dari bahan-bahan Gua 4
di Perpustakaan Huntington di San Marino, California, yang tidak terkena "aturan kerahasiaan". Setelah
penundaan beberapa kali foto-foto ini diterbitkan oleh Robert Eisenman danJames Robinson (A Facsimile Edition
of the Dead Sea Scrolls, dua jilid, Washington, D.C., 1991). Akibatnya, "aturan kerahasiaan" itu dicabut, dan
penerbitan dari dokumen-dokumen Gua 4 segera menyusul, dengan lima jilid bahan yang dicetak pada 1995.
[sunting]Teori permufakatan Vatikan
Tuduhan-tuduhan bahwa Vatikan menghalangi penerbitan naskah-naskah ini diterbitkan pada tahun 1990-an.
Khususnya buku The Dead Sea Scrolls Deception karya Michael Baigent dan Richard Leigh mengklaim bahwa
sejumlah gulungan penting dengan sengaja disimpan selama beberapa puluh tahun untuk menghalangi teori-teori
yang negatif tentang sejarah Kekristenan perdana. Khususnya, spekulasi Eisenman bahwa
kehidupan Yesus dengan sengaja dimitoskan oleh Paulus, yang kemunginan adalah seorang agen Romawi yang
memalsukan "pertobatannya" dari Saulus guna menggerogoti pengaruh penyembahan mesianik anti Romawi ini
di wilayah tersebut. Penerbitan lengkap dan penyebaran terjemahan-terjemahan dari naskah-naskah ini pada
akhir tahun 1990-an dan awal tahu2000-an telah sangat mengurangi kredibilitas argumen mereka di antara
keilmuan arus utama. Sekarang kebanyakan ahli, baik sekular maupun religius, merasa bahwa dokumen-
dokumen ini sangat Yahudi, dan bukan Kristen. Walaupun demikian dokumen tersebut berbicara mengenai Tuhan
sesembahan agama Yahudi dan Kristen yaitu Yahwe.
[sunting]Lihat pula