Click here to load reader
Upload
yurin-bangun
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 1/14
Seni Rupa
“Ikat Celup”
Nama Anggota : Euis Novita .HRosi Annisa Fitri
Kelas : XI-MIA 1
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 2/14
Sejarah ikat celup
Teknik ikat celup dalam bahasa Afrika adalah adire, dalam
bahasa India bandhana, dan dalam bahasa Jepang shibiro.
Istilah tersebut sudah digunakan selama berabad-abad untuk
menggambarkan cara membuat desain pada kain, yang
disebut seni ubar ikat/ikat celup/jumputan/tie dye. Pada
proses pembuatan motif ini, kain dijumput pada beberapa
bagian tertentu, kemudian diikat dengan karet atau tali laludi celup. Kain akan menyerap warna kecuali bagian-bagian
yang diikat. Dengan demikian terbentuklah pola-pola pada
kain. Seni ikat celup/jumputan merupakan salah satu cara
untuk mencegah terserapnya zat warna oleh bagian-bagian
yang diikat.
Benua Asia merupakan sumber sejarah darikebudayaan kain dan tenun di dunia. Salah satunya ialah kain
ikat-celup. Dibeberapa negara Asia Timur, seperti; India, Cina,
dan Jepang, kain tradisional dengan motif ikat-celup sudah
dikenal beberapa abad yang lampau, sebagai kain yang
mempunyai makna dan symbol tradisi. Kain dengan teknik
ikat-celup diperkirakan berkembang di Cina dan Persia yangdibuktikan oleh adanya jalur sutera dan penggalian kuburan
Kerajaan. Pada jaman dinasti Tang, tahun 618-906 M, telah
dikenal teknik ikat-celup sebagai bagian dari cara-cara
menciptakan ragam hias dan motif di atas permukaan kain.
Dari daratan Cina, budaya ikat-celup atau jumputan
menyebar ke Jepang sebagai bahan busana. Busana kaftan
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 3/14
dan sari yang menjadi pakaian adat di India memerlukan
kain-kain berukuran panjang serta warna-warna untuk
meningkatkan keindahannya.
Dari beberapa sumber yang diyakini, proses teknik jumputan
ternyata merupakan tradisi tertua yang berasal dari Peru
yang kemudian menyebar ke Mexico hingga bagian barat
daya Amerika Serikat. Hasil penernuan dari bebrapa ilmuwan
ternyata teknik ikat-selup asal Peru lebih banyak ragamnya
dibanding Asia Timur terutama dari segi material, simbol,
serta kualitas kain dan teknik pewarnaannya.
Seni ikat celup berasal dari timur Jauh, diperkirakan sejak
3000 tahun sebelum Masehi, terdapat orang Roma yaitu
salah satu bangsa pertama yang mengimpor kain dari daerah
Timur. Karena terpesona oleh cara mewarnai kain katun India
dan kain sutera halus China. Meskipun teknik ikat celup itutampaknya rumit, namun lambat laun kemudian teknik ikat
celup ini digunakan dan menyebar di negara China dan Peru.
Beberapa ahli berpendapat bahwa seni ikat celup ditemukan
secara terpisah di berbagai bagian dunia. Di India, china,
Jepang, Amerika Selatan, dan Afrika banyak orang desa yang
masih mempunyai tempat lingi bak-bak untuk pencelupan,yang besarnya mencapai dua meter persegi yang berisi zat
pewarna berwarnawarni. Beberapa kain yang sudah diikat
dan dicelup kemudian di bilas di dalam air sungai, kemudian
dibentangkan sampai kering. Ada kain yang diikat dan dicelup
sampai delapan kali, hal ini tergantung pada rumitnya pola
yang ingin dibuat.
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 4/14
Pengertian ikat celupBerdasarkan apa yang dikemukakan diatas maka kain
jumputan (istilah Sewan Susanto) dapat pula dikatakansebagai batik celup ikat atau “string resist dyed”.
Batik celup ikat adalah batik yang dibuat tanpa menggunakan
malam sebagai bahan perintang akan tetapi menggunakan
tali yang diikatkan pada kain yang berfungsi merintangi
warna masuk keserat kain. Tali dibuka setelah pencelupan
selesai. Karena ikatan tali pada kain akan timbul motif
tertentu. Bentuk motif yang terjadi terbatas pada
kemungkinan bentuk ikatan tali tersebut.
Bahan dan Alat
a. Kain putih (Mori)
Kata mori mungkin berasal dari “Bombyx mori” yaitu suatu
jenis ulat sutera yang menghasilkan sutera putih dan halus.
Jenis-jenis mori adalah:
• Mori Primissima
Adalah mori yang paling halus dari keempat jenis moritersebut. Jenis mori ini berasal dari belanda, Jepang, dan
Indonesia. Mori primissima ini sudah diproduksi di Indonesia
sejak tahun 1970, yang dibuat oleh pabrik PT.Primissima mori
primissima ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan.
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 5/14
• Mori Prima
Adalah mori yang kualitasnya dibawah moro primissima.
Mori ini diimpor dari Belanda dan Jepang.
• Mori Biru
Adalah mori yang mempunyai ketiga dari mori primissima
dan prima. Oleh karena itu jenis mori ini termasuk mori yang
kasar.
• Mori Blaco
Adalah jenis mori yang paling kasar.dengan kata lain kain ini
berkualitas nomor empat. Mori blaco lebih tebal
dibandingkan dengan jenis mori primissima, prima, dan biru
dan warnanya putih kecoklat-coklatan.
b. Wantek d. Garam f. Kompor
c. Air e. Panci
Macam-Macam Ikatan
1. Ikatan Mawar
Untuk membuat lingkaran, jumputlah kain dan ikatlah bagian
dasar jumputan itu dengan tali karet. Garis tengah lingkaran
yang terbentuk adalah dua kali .tinggijumputan kain.
2. Ikatan Mawar Berbellit
Untuk membuat pola ledakan matahari, mulailah seperti
ikatan mawar. Ikatlah dasarnya, lalu buatlah ikatan spiral
menuju puncak jumputan. Dengan tali yang lebih banyak lagi,
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 6/14
Anda dapat membentuk pola yang lebih rumit lagi.
3. Ikatan Mawar Ganda (Ikatan Donat)
Untuk membentuk pola lingkaran konsentris,jumputlah kain
seperti membuat ikatan mawar. Peganglah bagian puncaknya
dengan ibujari danjari telunjuk, kemudian tekan kain diantara
keduajari itu ke bawah dan ikatlah.
4. Garis
Untuk membuat pola garis, gunakan kapur dan penggaris.
Lipatlah kain menurut garis itu dalam bentuk akordion.
Ikatlah kua-kuat pada garis tadi. Untuk membuat beberapa
garis, tariklah beberapa garis pedoman. Untuk membuat
lajur, ikatan harus berbentuk lajur.
5. Garis ganda
Untuk mengerjakan kain yang ukurannya tidak beraturan,
atau untuk menciptakan garis yang tidak teratur, buatlah
lipatan dan tekuklah bagian tersebut sebelum diikat
6. Pengerutan Teknik mengerutkan kain secara tidak teratur dengan satu
tangan sementara tangan yang lainnya memegangi berkas
kerutan akan menghasilkan pola/ bentuk marmer. Kemudian
ikat kuat-kuat pada bagian pangkalnya dengan kuat. Apabila
ikatannya kuat maka akan menghasilkan pola/bentuk
ceplokan putih. Pada proses pencelupan, celupkan kain
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 7/14
dalam panci yang berisi larutan pewarna sampai batas di
bawah ikatan. Tuangkan warna tambahan pada bagian atas
yang diikat itu, sementara bagian bawah tetap dalam
celupan.
7. Penggumpalan
Teknik penggumpalan ini sangat cocok diterapkan untuk
mewarnai kain sempitdan berpola sembarangan. Jumputlah
kain sampai menjadi gumpalan kernudian ikatlah dengan tali.
Makin kuat ikatannya dan makin basah kainnya, makin
sedikitlah warna yang akan terserap kain.
8. Mengikat benda
Siapkan benda yang akan diikatkan pada kain, misalnyakelereng yang memiliki ukuran yang sama. Jumputlah kain
dan masukkan kelereng ke dalamnya kemudian ikat pada
bagian bawahnya dengan ikatan mawar. Ikatan mawar berisi
kelereng ini akan menghasilkan pola lingkaran yang
sempurna.
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 8/14
Jenis – jenis ikat celup
Ikat Celup/jumputan di Indonesia
Di Indonesia ikat celup ini lebih dikenal dengan istilah
jumputan. Kain Jumputan terdapat di daerah Jawa, Bali, Palembang,
Kalimantan, dan Toraja. Pembuatan kain dengan teknik ikat celup ini
sudah menjadi bagian dari tradisi penduduk setempat, terutama bagi
kaum wanita.
Umumnya teknik yang dilakukan di tiap daerah dan negara memiliki
kesamaan, yaitu menggunakan alat-alat seperti; tali rafia, jarum,benang, dan zat pewarna. Bahan yang digunakan untuk ikat celup ini
antara lain: mori, katun, rayon, sutera, atau sintetis. Pada umumnya
motif yang ada pada kain Jumputan berupa gelang, lingkaran-
lingkaran kecil, kotak-kotak, geometris, bergelombang, garis lurus
dan zigzag.
Kain Pelangi dari Palembang
Ragam hias yang terdapat pada kain celup ikat pelangi
terbentuk melalui proses jelujur sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Umumnya ragam hias pelangi berupa aneka corak bunga-
bungaan, Sulur atau paisley (corak dari Persia), wajit, serta titik-titik
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 9/14
kecil sebagai pelengkap. Tidak jarang corak celup ikat Palembang ini
diperkaya lagi dengan aneka sulaman dengan tambahan arguci
(payet), manik-manik atau juga dengan prada (warna emas). Nuansa
pelangi memiliki deretan warna kemerah-merahan, seperti merahros, merah jingga, merah cabai, atau merah coklat. Di samping itu,
terdapat pula nada-nada warna ke arah ungu, seperti violet , ungu
kemerahan, ungu kebiruan, dan ungu muda yang dipadukan dengan
merah ros. Warna kehijauan dan kecoklatan menjadi pilihan ketiga
dan keempat bagi para pembuat kain celup ikat dari daerah sungai
Musi ini.
Kain Sasirangan dari Banjarmasin
Kain Sasirangan adalah kain adat khas Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, dan sudah dikenal sejak abad 16. Sasirangan berasal dari
kata sirang, artinya jahit jelulur. Corak-corak tertentu pada kain
dibentuk dengan cara menjelujurnya terlebih dahulu. Secara
tradisional bahan pewarna untuk kain sasirangan dihasilkan dari
beberapa bagian tanaman, seperti daun, bunga dan akar. Warna
kuning berasal dari kunir (kunyit), warna hitam dari buah labu, warna
coklat dari kulit kayu damar, warna merah dari buah kesumba, dan
banyak lagi warna-warna dari tetumbuhan lainnya. Ragam hias khassasirangan berbentuk jalur dan garis berkelokkelok
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 10/14
dengan berbagai warna seperti pelangi. Proses pembuatannya
memerlukan
ketekunan dan kesabaran yang tinggi. Karena itu, di masa lampau
para pembuat kain sasirangan selalu menyelenggarakan selamatan
sebelum mulai bekerja. Selain menampakkan citra artistik, ragam
hias sasirangan juga mencuatkan kesan misteri. Kesan ini muncul
karena bentuk coraknya yang seolah tidak jelas dan penuh nuansa.
Bahkan kadang-kadang muncul efek tak terduga akibat ikatan atau
jahitan yang tercelup warna berbeda. Warna dasar kain asirangan
biasanya lebih dominan daripada warna-warna coraknya.
Corak kain sasirangan pada dasarnya merupakan gambaran alam,
tetumbuhan dan binatang. Ciri khas corak ini adalah garisgarisberliku-liku memanjang yang kaya warna dan nuansa. Corak ini
berbeda dengan ragam hias lainnya yang umumnya lebih besar
dalam bentuk wajit dan belah ketupat. Nama-nama ragam hiasnya
adalah, antara lain naga balimbur , bintang bertabur, kembang
cengkeh, daun kangkung, kembang tapuk manggis, awan beriring
dan masih banyak lagi. Hal ini mengisyaratkan bahwa gagasan
mencipta ragam hias pada kain sasirangan ditimba dari alam seperti
jugaproses kreatif karya-karya tradisional, khususnya di Nusantara.
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 11/14
Jumputan dari Jawa Tengah
Jumputan adalah nama yang diberikan pada kain celup ikat yang
dihasilkan di daerah-daerah yang tersebar di pedalaman Jawa
Tengah dan Yogyakarta. Bahkan tidak jarang daerah-daerah di luar
kedua propinsi ini mulai mengerjakan jenis kain-kain ini dengan
keunikannyamasing-masing. Perkembangan ini lahir atas dasar
kebutuhan pasar terhadap produk tersebut, sehingga
membangkitkanSemangat berwirausaha. Jumputan sudah sejak lama menjadi salah
Satu produk kerajinan masyarakat secara turun temurun. Jenis kain
celup ikat ini juga dibuat dengan memanfaatkan berbagai alat bantu,
sehingga menghasilkan kain dengan ragam hias khas dalam aneka
warna yang menarik. Bahan dasar yang digunakan adalah kain katun,
blacu, mori, sutera dan akhir-akhir ini juga beberapa jenis kain dari
benang serat sintetis. Pengikatan bagian-bagian kain disebut nali dan
prosespembuatan selanjutnya sama seperti yang dilakukan pada pelangi
dan sasirangan. Bagian-bagian yang memerlukan jumlah pewarnaan
yang sedikit, dilakukan dengan cara colet . Colet adalah
membubuhkan warna pada sebagian bidang saja tanpa mencelup
seluruh kain. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu dalam
menghasilkan aneka warna tambahan. Bagian yang sudah dicolet
kemu- dian diikat hingga kedap zat air dan barulah seluruh kain
dicelup. Pencoletan adakalanya dilakukan setelah seluruh proses
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 12/14
pencelupan selesai, yaitu setelah ikatan dibuka. Bagian-bagian yang
masih berwarna putih karena pada awalnya terikat, kemudian
dicoleti warnawarna sesuai selera. Taburan warna-warni tersebut
memberikan penampilan khas jumputan.
Ikat Celup/jumputan berbagai negara
Tiap negara mempunyai motif dan teknik tie dye, hanya
penyebutannya saja yang berbeda. Di Jepang, tie dye diaplikasikan
pada pakaian tradisional Kimono. Teknik pewarnannya dikenal
dengan sebutan Shibori yang merupakan teknik tua karena telah
ditemukan ribuan tahun lalu
Tetapi Tie dye paling tua diyakini berasal dari Peru sekitar tahun 500-
800 Masehi. Baik desain maupun warna-warna yang digunakan
identik dengan tie dye masa kini. Motifnya berupa bulat-bulat kecil
dan bergaris dengan warna cerah seperti merah, kuning, biru, dan
hijau. Di negara-negara Afrika Barat teknik tie dye disebut Indigo dyeyang dimodikasi dengan sulam tradisional Afrika. Teknik semacam ini
terdapat di sekitar Kano dan Nigeria. Di India, tie dye dikenal dengan
sebutan Bandha. Negeri gajah putih Thailand juga punya istilah
tersendiri. Mudmee tie dye namanya. Corak tradisional Thailand ini
dibuat dari sutra mudmee dengan motif dan pola yang unik. Ciri khas
busana ini adalah pengunaan warna hitam sebagai warna dasar.
Dalam hal bentuk, Mudmee tie dye cenderung berukuran besar.
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 13/14
Jepang (shibori)
Shibori merupakan teknik tie dye yang sangat tua, telah
ditemukan ribuan tahun yang lalu di Jepang. Persebaran shibori
membagi periodesasi persebaran asal-usul kebudayaan Jepang.
Shibori adalah istilah di Jepang untuk berbagai cara untuk
menghiasi bahan tekstil dengan cara membuat pola pada
bahannya dan menutup bagian tertentu sebelum dicelup. Kata
shibori berasal dari kata kerja shiboru, memeras, menekan.
Meskipun shibori termasuk kedalam golongan khusus dalam
teknik pencelupan tekstil, tetapi peluasan kata kerjanya lebih
menekankan pada pekerjaan yang dilakukan pada bahan, proses
untuk memanipulasi bahan. Biasanya teknik lain menghasilkan
permukaan dua dimensi, shibori dapat menghasilkan bentuk tiga
dimensi dengan cara dilipat, dikisutkan, dijahit, dijalin, atau ditarik
dan dipelintir. Bentuk akhir bahan dengan menggunakan metode
ini didapat dengan beberapa cara lain, yaitu dengan cara mengikat
dan membuat simpul.
Shibori seperti juga celup ikat di Indonesia pun mempunyai
keistimewaan, dapat menghasilkan unsur warna dan motif yang
tidak terduga sekaligus menampilkan unsur-unsur tiga dimensi
8/10/2019 Sejarah_ikat_celup
http://slidepdf.com/reader/full/sejarahikatcelup 14/14
pada tekstur kainnya. Maka dari itu upaya pemaksimalan potensi
teknik shibori dengan hasilnya yang cenderung tidak terduga
tersebut harus dikembangkan, dipertahankan dan yang lebih
utama direncanakan garis desain dan sejauh mana hasil tidakterduga itu harus diarahkan karena sebuah produk tekstil yang
baik biasanya ditunjang oleh keserasian bentuk, warna, teknik dan
pemilihan material yang digunakan yang kesemuanya itu
memerlukan unsur perencanaan yang matang.