Upload
novella-iona-tiffany
View
214
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Jumat,15 Mei 2015
pukul 09.00 di depan barak 2 Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I.
A.KELUHAN UTAMA
Pasien dibawa oleh Satpol PP 3 minggu sebelum wawancara saat sedang tiduran di rel
kereta siang hari dan tanpa idenditas
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien berada di panti karena ditangkap oleh petugas kurang lebih 3 minggu yang
lalu. Ini adalah penangkapan ke empat pasien yang sudah terjadi dalam 2014-2015. Pasien
tidak ingat pasti bulan apa penangkapan pertama, kedua, dan ketiga pasien. Saat
penangkapan kali ini, pasien sedang tiduran di bawah stasiun Gambir. Pasien hampir 1
bulan berada di Stasiun Gambir bersama 4 orang temannya, untuk makan sehari-hari pasien
mengatakan mencari uang yang tercecer di jalanan di daerah Monas sampai Kota Tua
sedangkan 4 temannya menjadi pemulung.
Pasien mengatakan bahwa pada saat itu dia sedang menunggu kakaknya, Presiden RI
Jokowi untuk menjemputnya. Pasien saat itu dibangunkan dan diajak ke panti oleh petugas.
Pasien mau diajak ke panti karena ia mau mengambil gaji selama kerja di panti. Alasan ini
juga yang dikatakan pasien pada penangkapan pertama, kedua, dan ketiga. Pasien
mengatakan sudah 1 tahun belakangan ini, ia bekerja di panti namun pasien tidak menerima
gaji dalam beberapa bulan terakhir. Pekerjaannya di panti adalah menjaga pasien-pasien
panti dan turun ke jalan untuk memberi tahu dan menyadarkan para gelandangan tidak
berada di jalanan, apabila mereka tetap di jalanan, mereka akan ditangkap oleh teman-
teman pasien.
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya diangkat menjadi adik oleh Bapak Joko Widodo
yang dikenalnya pasien sebagai presiden Republik Indonesia saat ini. Perkenalan terjadi
saat pasien sedang berjualan es di Tangerang, Bapak Joko Widodo mencari orang baik
untuk dijadikan adik, dan pasien memenuhi kriteria yang dimaksud. Setelah diangkat
menjadi adik, pasien melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP hingga masuk akademi polisi
Bhineka Tunggal Ika dengan biaya dari Bapak Joko Widodo. Selain itu, pasien juga
1
mengatakan ia diangkat menjadi anak oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono saat bayi,
tahun 1986.
Pasien mengatakan bahwa dia sering mendengar suara-suara yang meledek dirinya dan
mengolok-ngolok dirinya sehingga dia sering merasa kesal dan marah (halusinasi
auditorik) dan pasien juga sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk
menggampar pegawai yang meminta gaji (halusinasi auditorik). Pasien yakin bahwa baju
yang sedang dipakainya adalah pelindung dirinya dari orang-orang jahat (waham bizzare).
Pasien mengatakan bahwa baju yang sedang dipakainya bisa berubah menjadi burung
garuda (ilusi) dan baju yang dipakainya bisa mengontrol dirinya (delusion of control).
Pasien mengatakan dia pernah merasa dikendalikan oleh kekuatan dari luar yang berasal
dari anak kandungnya yang sering mengarahkannya (delusion of control). Pasien juga
mengatakan bahwa dia dilindungi oleh gurunya, perwira negara dan oleh dunia ini dari
orang-orang yang jahat kepadanya (waham bizzare).
Pasien mengatakan pernah mengalami kesulitan tidur dan meminta pertolongan
kepada ‘datuk maringgi’ untuk melindunginya, dan dia melihat sosok ‘datuk maringgi’
mengelilinginya (halusinasi visual). Pasien mengatakan pernah merasa bahwa tubuhnya itu
bukan tubuhnya, namun adalah beruang yang ada di dalam tubuhnya yang menjadi dia
(depersonalisasi). Pasien mengatakan sering merasa dijahatin dan pernah disantet sama
orang yang jahat sama dirinya (waham curiga), pasien yakin bahwa ada orang yang iri akan
dirinya karena saudaranya orang-orang terkenal dan anak SBY (waham curiga, waham
kebesaran).
Saat kelas 5 SD, ibu kandung pasien meninggal dunia karena sakit. Kemudian
ayahnya menikah lagi setelah 5 tahun ibunya meninggal, namun 5 tahun kemudiannya
ayahnya bercerai dan menikah lagi dengan ibu tirinya yang sekarang. Pasien mengatakan
tidak betah dengan suasana keluarga barunya.
Pada tahun 2012, pasien mengatakan bahwa dia merasa sangat kecewa terhadap calon
tunangannya karena pergi meninggalkan dirinya dan menikah dengan orang lain. Pasien
juga mengatakan bahwa hubungan di dalam keluarganya kurang baik karena orang tuanya
sering bertengkar sehingga pasien juga pernah merasa sedih dan putus asa dan pernah
melakukan percobaan bunuh diri dengan menusuk perutnya dengan pisau sampai dirawat di
RS. Namun saat ini sudah tidak ada pikiran untuk mengakhiri hidup maupun putus asa.
Pasien mengatakan bahwa ayah dan ibunya yang sekarang juga sedang sakit-sakitan dan
terhimpit dengan masalah ekonomi.
2
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan Psikiatri
Pasien mengatakan dirinya memiliki ilmu untuk menghilang sejak
kecil (pasien lupa kapan waktu pastinya), ilmu ini ia dapat dari gurunya
namun saat ini sudah “menjadi tungguan” (menjadi tungguan yang dimaksud
pasien adalah sudah tidak dapat digunakan lagi, kecuali pasien menghendaki
untuk dikeluarkan di waktu yang tepat). Pasien juga mengatakan memiliki
ilmu mengurut namun ilmunya hilang karena diambil oleh petugas saat berada
di panti.
Saat usia 11 tahun hingga sekarang, pasien sempat melihat ulat putih
bertanduk berukuran kecil yang keluar dari giginya yang bolong. Pasien
mengatakan ulat ini semakin banyak saat pasien tidak merokok (pasien mulai
merokok saat usia 12 tahun)..
Saat usia 14 tahun pasien pernah melihat sosok manusia, besar,
berwarna hitam, kakinya menggantung dan tidak terlihat nyata. Sosok tersebut
tidak mengeluarkan suara apapun.
Pasien pernah mencoba bunuh diri satu kali saat usia 25 tahun di
tahun 2011. Saat itu pasien baru jadian di hari Sabtu dan ingin bertemu
kekasihnya hari Senin. Namun sejak Minggu malam, ia merasa meriang
sehingga saat Senin pagi ia membuat tungku api untuk memasak air panas. Air
panas ini rencananya akan dicampur dengan air dingin sehingga menjadi air
hangat. Air hangat ini dipercaya pasien dapat menyembuhkan penyakitnya bila
digunakan sebelum matahari terbit. Namun yang terjadi, saat pasien selesai
membuat api, adiknya minta izin untuk menggunakan api yang telah pasien
buat karena adiknya buru-buru. Pasien dan adiknya sempat beradu mulut
sampai akhirnya pasien mau memberikan api kepada adiknya dengan
perjanjian bahwa adiknya akan membuatkan api untuk pasien sebagai
gantinya. Tetapi yang terjadi adiknya tidak membuatkan api untuknya di saat
matahari sudah hampir terbit. Pasien yang kecewapun mengatakan,”kalau ga
buat api nya sekarang sama saja seperti bunuh saya.” Saat itu adik pasien
mengatakan,”yaudah mati aja kalau berani”, ibu dan ayah pasien pun ikut
memanas-manasi pasien. Pasien yang sedang kalap langsung mengambil pisau
dan menggoreskannya di perut pasien. Kakak pasien yang melihat tindakan
3
pasien segera menolongnya dan membawanya ke Rumah Sakit, pasien pun
dirawat inap di Rumah Sakit untuk waktu beberapa hari.
2. Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik sebelumnya, tidak pernah mengalami
trauma kepala atau penyakit yang berkaitan dengan otak.
3. Penggunaan Zat Psikoaktif
Sejak
usia
Tahun Jenis Cara
penggunaan
Jumlah Terakhir
menggunakan
12 tahun 1998 Nikotin Dihisap Lebih dari 2
bungkus/har
i
1 hari sebelum masuk
panti
Keterangan: Bila pasien tidak memiliki uang untung membeli rokok, pasien
menggunakan puntung rokok sebagai gantinya.
Pasien menyangkal penggunaan alkohol, morfin, heroin, dan lainnya
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1997 2000 2011 2014 2015
Keterangan:
Tahun 1997 : Pasien melihat ulat putih bertanduk keluar dari gigi yang
bolong
4
Tahun 1998 : Pasien mengatakan mulai mencoba rokok dan
mengkonsumsinya setiap hari.
Tahun 2000 : Pasien melihat sosok manusia besar dan hitam
Tahun 2011 : Pasien sempat menggoreskan pisau pada perutnya
Tahun 2014-2015: pasien mengatakan bekerja di panti dan mau mengambil
gaji, pasien mengatakan dirinya adik Jokowi dan anak angkat
bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Perkembangan fisik
Kondisi ibu pasien saat mengandung pasien dalam keadaan sehat, tidak
pernah mengami penyakit fisik yang serius dan tidak mengkonsumsi obat-obatan.
Kelahiran pasien ditolong oleh dukun beranak di Lampung. Tidak ada riwayat
cacat maupun trauma lahir.
2. Riwayat perkembangan kepribadian:
Riwayat masa kanak-kanak ( 0-11 tahun ) :
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya, pasien dapat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan keluarga dan
teman-temannya. Pasien sempat masuk pesantren dilanjutkan sekolah TK dan SD.
Selama sekolah pasien selalu mendapatkan nilai yang baik dan tidak pernah tinggal
kelas.
Riwayat masa remaja ( 12-18 tahun ) :
Setelah pasien lulus SD. Pasien memutuskan untuk bekerja sebagai pedagang
es dan melanjutkan sekolah kembali dengan bantuan biaya dari kakak angkat
pasien yakni Bapak Joko Widodo. Pasien mengatakan prestasinya di sekolah
bagus, baik dalam hal pelajaran maupun olahraga, pasien tidak pernah bolos
sekolah sehingga pasien tidak pernah tinggal kelas. Interaksi pasien dengan
keluarga dan teman-temannya cukup baik.
5
Riwayat masa dewasa ( > 18 tahun ) :
Setelah pasien lulus SMA, ia melanjutkan ke sekolah polisi kepresidenan di
Bhineka Tunggal Ika. Hubungannya dengan keluarga dan teman-teman cukup baik.
Saat menginjak usia 25 tahun pasien mulai berpacaran. Ini adalah pacaran pertama
pasien. Hubungan ini terjalin selama 1 tahun hingga akhirnya putus karena mantan
pacarnya menikah dengan lelaki lain. Setelah putus pasien merasa kecewa dan
sedih.
3. Riwayat pendidikan:
Pasien bersekolah di pesantren, TK, SD, SMP, SMA, dan sekolah polisi
kepresidenan. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah siswa yang tidak pernah
bolos, tidak pernah tinggal kelas, memiliki prestasi dalam pelajaran maupun
olahraga.
4. Riwayat pekerjaan :
Pasien mengatakan bahwa dirinya pernah bekerja sebagai penjual es krim
di Tangerang setelah lulus SD namun keluar setelah bertemu dengan Bapak
Jokowi. Kemudian pasien melanjutkan sekolahnya. Selesai sekolah ia menjadi
penjaga panti.
5. Riwayat kehidupan beragama:
Pasien beragama Islam, pasien mengatakan sering lupa sholat, terkadang
pasien mengaji surat Yasin.
6. Riwayat kehidupan sosial dan perkawinan:
Pasien cukup bergaul dengan anggota keluarganya, teman-teman dan
tetangganya. Pasien mengatakan belum menikah dan saat ini tidak memiliki pacar.
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual.
6
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Pasien tidak ingat umur
masing-masing anggota keluarganya. Pasien hanya mengingat nama-namanya saja. Ibu
kandung pasien meninggal karena penyakit kuning. Kakak kedua pasien meninggal
karena sakit di usia 2 tahun, pasien tidak mengetahui jenis penyakitnya. Adik pertama
dan kedua pasien juga sudah meninggal dunia, pasien tidak tahu kapan mereka
meninggal dan penyebab meninggalnya. Ayah pasien menikah dengan seorang wanita
setelah ibu pasien meninggal.
Keterangan :
: Wanita
: Pria
: Pasien
F. RIWAYAT KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Pasien tinggal di bawah rel kereta stasiun Gambir kurang lebih sejak 1 bulan
sebelum masuk panti. Pasien tinggal bersama lima orang yang diaku temannya namun
pasien tidak mengenal nama mereka masing-masing. Pasien tidur beralaskan tikar
7
yang terbuat dari karung. Pasien tidak berusaha untuk mencari kerja yang baru, ia
memenuhi kebutuhannya dengan cara mencari uang jatuh. Bila pasien menemukan
dompet, hal yang pasien lakukan adalah mengambil uangnya dan menaruh dompetnya
kembali di jalan. Bila pasien tidak juga menemukan uang, biasanya pasien ke Masjid
Istiqlal dan mencari bekas makanan orang atau makanan yang tidak dimakan oleh
orang lain.
Pasien kurang menyukai petugas di panti karena menurutnya petugas-petugas
panti adalah teman kerjanya yang pura-pura tidak peduli dengan masalah gajinya.
Pasien juga kurang akrab dengan teman-teman di panti karena teman-teman panti
sering menyuruh petugas panti untuk menahan gaji pasien sehingga pasien lebih suka
sendiri.
III. STATUS MENTAL
A.Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang laki-laki, tampak sesuai dengan usianya, rambut
gondrong sebahu dan terurai, perawakan kurus, kulit sawo matang, pasien
menggunakan kaos warna merah dan celana panjang warna hitam.
2. Kesadaran
Kesadaran neurologis : Compos mentis
Kesadaran Psikiatrik : Tidak tampak terganggu
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
• Sebelum wawancara : Pasien sedang duduk bersama temannya di
barak 2.
• Selama wawancara : Pasien duduk tenang sambil menatap
pemeriksa
• Sesudah wawancara : Pasien bersalaman, lalu kembali ke barak 2.
4. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif.
5. Pembicaraan
8
a. Cara Berbicara: Pasien berbicara spontan, lancar, cukup keras, intonasi
baik dan artikulasi cukup jelas, beberapa kali jawaban
pasien tidak sesuai dengan pertanyaan, pasien cepat
mengatakan lupa untuk nama orang, waktu kejadian
b. Gangguan Berbicara : Tidak terdapat gangguan bicara
B.Alam Perasaan
1. Mood : Eutimia
2. Afek ekspresi afektif
Arus : biasa
Stabilitas : stabil
Kedalaman : dangkal
Skala Diferensiasi : menyempit
Keserasian : serasi
Pengendalian impuls : cukup
Ekspresi : wajar
Dramatisasi : tidak ada
Empati : kurang dapat dirasakan
C.Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi visual (melihat ulat putih ada tanduk keluar
dari giginya yang bolong, melihat sosok manusia besar
warna hitam,)
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
D.Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)
1. Taraf Pendidikan : Tamat SMA
2. Pengetahuan Umum : Cukup
3. Kecerdasan : Cukup
4. Konsentrasi : Baik
9
5. Daya Orientasi Waktu : Baik, pasien dapat membedakan pagi, siang,
dan malam
Daya Orientasi Tempat : Baik, pasien dapat menyebutkan tempat ia
berada sekarang yakni di panti
Daya Orientasi Personal : Baik, pasien dapat mengenali siapa yang
memeriksa.
6. Daya Ingat Jangka Panjang : Baik, pasien dapat mengingat kembali tempat
dan tanggal lahirnya.
Daya Ingat Jangka Pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu makan
siang
Daya Ingat Sesaat : Baik, pasien dapat mengingat 5 angka maju
dan 5 angka mundur.
7. Pikiran Abstrak : Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa
hemat pangkal kaya.
9. Visuospasial : Baik, pasien dapat menggambar sebuah jam
dengan baik
10. Bakat kreatif : Baik
11. Kemampuan menolong diri : Baik
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : asosiasi longgar (-), inkoherensi (-),
flight of ideas (-)
b. Kontinuitas Pikiran : Cukup baik
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : tidak ada
b. Waham : ada (waham kebesaran: pasien adalah adik angkat
Bapak Joko Widodo, semua orang di Monas
mengenalnya, pasien adalah anak angkat Bapak Susilo
Bambang Yudhoyono, mempunyai ilmu)
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
10
e. Gagasan Rujukan : Tidak ada
f. Gagasan Pengaruh : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Baik
G.Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial : Kurang baik (pasien terlihat kurang akrab dengan
warga bina sosial, cenderung berdiam diri)
2. Uji Daya Nilai : Kurang baik (bila menemukan dompet di jalan, pasien
akan mengambil uangnya dan dompetnya diletakannya
kembali di jalan)
3. Daya Nilai Realita : Terganggu dengan adanya halusinasi visual dan
waham kebesaran.
H.Tilikan
Tilikan derajat 3
I. Reliabilitas
Dapat dipercaya
IV. STATUS FISIK
A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 86 x/menit
c. Pernapasan : 20 x/menit
d. Suhu : 36,7˚C
Bentuk tubuh : astenikus
Sistem kardiovaskular : dalam batas normal
Sistem respiratorius : dalam batas normal
11
Sistem gastrointestinal : dalam batas normal
Sistem musculoskeletal : dalam batas normal
Sistem urogenital : dalam batas normal
B. Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks Patologis : Tidak ada
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang.
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksan seorang laki-laki usia 29 tahun, agama Islam, suku Lampung,
belum menikah. Dari anamnesis didapatkan pasien datang ke panti dibawa oleh petugas.
Pasien mau dibawa karena mau mengambil gaji selama kerja di panti. Uangnya mau
dipakai untuk biaya pengobatan bapaknya. Pasien mengatakan dirinya diangkat menjadi
adik Bapak Joko Widodo dan disekolahkan hingga menjadi polisi presiden. Semua
orang di Monas mengenalnya. Selain itu, pasien juga diangkat menjadi anak Bapak
Susilo Bambang Yudhoyono. Pasien mengatakan dirinya memiliki ilmu menghilang
dan ilmu mengurut. Sejak usia 11 tahun pasien melihat ulat putih bertanduk keluar dari
giginya yang bolong. Saat usia 14 tahun pasien melihat sosok manusia besar, hitam, dan
kaki menggantung. Pasien merokok sejak usia 12 tahun sebanyak 2 bungkus/hari, bila
pasien tidak memiliki uang untuk membeli rokok, pasien menghisap puntung rokok.
Pasien tidak lagi berusaha untuk mencari kerja, pasien cenderung berdiam diri. Dari
status mental didapatkan penampilan pasien sesuai dengan usia, rambut gondrong
sebahu dan terurai, afek menyempit, terdapat halusinasi visual, waham kebesaran, daya
nilai sosial kurang baik, uji daya nilai kurang baik, daya nilai realita terganggu, tilikan
derajat 3, realibilitas dapat dipercaya.
12
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK PASIEN
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap pasien, ditemukan adanya pola pikiran, perasaan, dan perilaku
yang secara klinis bermakna untuk menimbulkan penderitaan (ditress) dan hendaya
(disability). Sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien
ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis riwayat gangguan medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala dan penurunan kesadaran atau penyakit yang secara
fisiologis menimbulkan gangguan pada otak. Oleh karena itu, gangguan mental
organik dapat disingkirkan (F 00-09).
Pada pasien tidak didapatkan riwayat merokok, alkohol atau zat psikoaktif lain
sebelum timbul penyakit yang secara fisiologis menimbulkan gangguan pada otak.
Oleh karena itum gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
juga dapat disingkirkan (F 10-19).
Pada pasien ditemukan adanya gangguan dalam penilaian realita yang ditandai
dengan adanya waham kebesaran dan halusinasi visual yang berlangsung lebih dari 1
bulan. Selain itu didapati sikap penarikan diri dari pergaulan sosial dan berdiam diri.
Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk Aksis I adalah F
20.0 Skizofrenia paranoid. Untuk diagnosis banding diambil F21. Gangguan
Skizotipal, F22.0 gangguan waham, dan F 60.0 gangguan kepribadian paranoid.
Pada pasien tidak ditemukan ciri kepribadian dan retardasi mental sehigga
diagnosis pada aksis II tidak ada diagnosis.
Pada pasien ini juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna
maka diagnosis pada aksis III tidak ada diagnosis.
Pasien mengalami maslaah di mana pasien tidak memiliki pekerjaan, pasien
tidak memiliki rumah untuk berteduh, pasien tidak mampu memenuhi kebutuhannya
sehari-hari secara cukup, pasien cenderung menarik diri dari lingkungan sosial
sehingga diagnosis pada aksis IV adalah masalah pekerjaan, masalah perumahan,
masalah ekonomi, dan masalah psikososial.
GAF saat wawancara 60-51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F 20.0 Skizofrenia paranoid
Diagnosis banding: F 21 Skizotipal
13
F 22.0 Gangguan waham
F 60.0 Gangguan kepribadian paranoid
Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : - Masalah pekerjaan
- Masalah perumahan
- Masalah ekonomi
- Masalah psikososial
Aksis V : GAF 60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
X. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologi : Tidak ditemukan
2. Psikiatri/psikologi : Waham kebesaran, halusinasi visual
3. Lingkungan dan sosioekonomi :
- Masalah pekerjaan, pasien tidak memiliki penghasilan tetap
- Masalah perumahan, pasien tidak memiliki tempat berteduh selama
di Jakarta
- Masalah ekonomi, pasien kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
- Masalah psikososial, pasien cenderung menarik diri dari
lingkungan sosial
XI. TERAPI
Psikofarmaka:
Risperidon 2 x 2 mg
14
Psikososial:
- Terapi suportif dengan melakukan pendekatan kepada pasien, dengan harapan pasien dapat
mengungkapkan isi hatinya, keluhannya, mengatasi masalahnya, pasien dapat mengerti
dirinya sendiri secara lebih baik dan dapat menyesuaikan diri. Pasien juga harus didorong
untuk meminum obat secara teratur, mengarahkan pasien akan apa yang pasien lakukan
setelah keluar dari panti (mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dan memiliki
tempat berteduh.
- Terapi kelompok dapat mengajarkan pasien untuk berkomunikasi verbal, mengekspresikan
emosi secara sehat dan membantu meningkatkan realitas pasien, mengurangi isolasi sosial,
dan meningkatkan rasa keterikatan.
XII. LAMPIRAN
Dialog percakapan
D: Dokter
P: Pasien
D: Selamat sore Pak, perkenalkan nama saya adalah dr. Yudith. Boleh saya ajak bapak
mengobrol?
P: Boleh Bu.
D: Terima kasih Pak. Nama Bapak siapa?
P: Saya Sekadir.
D: Bapak asalnya dari mana?
P: Dari Lampung Bu. Saya dari lahir di sana.
D: Lahirnya tanggal berapa Pak?
P: 1, bulan 1, tahun 1986.
D: Bapak kenapa bisa sampai di sini?
P: Saya ditangkap petugas Bu waktu lagi tiduran di bawah rel stasiun Gambir. kira-kira 3
minggu lalu, Bu. Saya mau ikut karena mau ambil gaji. Ini udah keempat kalinya saya di sini.
Sudah dari tahun 2014 bu, tapi sampai sekarang saya belum dikasih gaji. Padahal mereka
(menunjuk petugas) kenal sama saya, tapi ga mau ngasih gaji. Akhirnya saya dikeluarin.
D: Loh Bapak memang kerja di mana?
15
P: Saya polisi lulusan presiden. Kerja di panti sini Bu sudah 1 tahun, tapi saya belum
mendapat gaji beberapa bulan. Tolongin saya Bu. Saya perlu uangnya.
D: Bapak mau pakai apa uangnya?
P: Saya mau buat Bapak saya berobat di Lampung Bu. Pas saya tinggal Bapak saya lagi sakit.
D: Apa alasan Bapak ke Jakarta?
P: Tadinya saya mau minta tolong ayah angkat saya, Pak SBY Bu. Tapi saya ga bisa tinggal
sama dia, akhirnya saya tinggal di kuburan, ga betah terus memutuskan buat ke Gambir.
Gambir sama Monas itu punya kakak angkat saya soalnya.
D: Siapa kakak angkat bapak?
P: Pak Jokowi Bu, presiden yang sekarang. Saya disekolahkan dari SMP sampe lulus jadi
polisi lulusan presiden sama dia.
D: Bapak pernah sakit apa aja sebelumnya?
P: Ga ada penyakit saya Bu. Tapi saya pernah dirawat karena mau bunuh diri pas berantem
sama keluarga.
D: Boleh tolong ceritain ga pak?
P: Waktu itu saya baru jadian sama pacar pertama dan terakhir saya bu pas hari Sabtu, hari
Minggu malamnya saya meriang padahal Seninnya mau jalan sama pacar saya Bu. Biar
sembuh saya buat api di tungku, tapi adik saya nyerobot mau make airnya. Saya suruh dia
gantiin sebelum matahari terbit karena kalau matahari udah terbit ga efek Bu air panasnya.
Tapi adik saya ga mau. Saya bilang, kalau gini kamu sama aja kaya bunuh saya. Terus adik
saya manas-manasin suruh saya mati aja, ibu sama bapak saya juga nyuruh gitu bu. Akhirnya
saya ambil pisau tapi keburu ditolong sama kakak saya. Saya langsung dibawa ke rumah
sakit.
D: Hmm. Selain itu ada lagi pak?
P: Enggak Bu, saya punya ilmu ngilang soalnya. Tapi sekarang udah jadi tungguan ilmu saya.
D: Maksudnya apa Pak?
P: Ilmunya ga bisa dipake kalau belum waktunya. Saya yang ngatur semuanya itu, Bu. Kalau
ilmu ngurut saya sudah diambil sama petugas.
D: Pak Kadir bisa lihat sosok yang ga bisa orang lain lihat atau denger yang ga bisa orang
lain denger?
P: Saya pernah liat ulat putih bertanduk keluar dari gigi saya yang bolong.
D: Kapan kejadiannya Pak?
P: Dari umur 11 tahun sampai sekarang bu. Saya juga pernah liat sosok manusia, besar,
hitam, kakinya gantung kaya setengah badan pas umur 14 tahun. Kalau denger-denger sih
16
denger temen-temen saya bilang ke petugasnya,”jangan kasih uang ke Kadir” tapi itu nyata
bu.
D: lalu tanggapan bapak terhadap teman-teman bapak gimana?
P: Saya ga suka bu. Saya mendingan sendiri aja. Ibu tolongin saya minta gaji Bu.
D: Iya Pak. Saya lanjut tanya-tanya yah. Bapak merokok?
P: Iya Bu dari umur 12 tahun.
D: Bapak minum alkohol, pakai obat-obatan juga ga Pak?
P: Tidak Bu, Saya rokok aja. 2 bungkus per hari. Kalau ga ada saya ambil puntung rokok.
D: Boleh tolong ceritain masa kecil bapak sampai sekarang?
P: Sama aja kaya yang lain Bu, cukup baik.
D: Bapak agama apa?
P: Islam, Bu.
D: Bapak rajin sholat?
P: Enggak Bu, saya lupa bacaannya. Kalau surat yasin saya inget Bu.
D: Pak Kadir sudah menikah?
P: Belum Bu.
D: Bapak, saya boleh tau Bapak anak ke berapa dan usia keluarga Bapak?
P: Saya anak ke 5 dari 8 bersaudara. Saya ga ingat Bu usianya.
D: Pak, Bapak kan bilang terakhir tinggal di bawah rel kereta api, Bapak tidurnya gimana?
P: Saya tidur di tikar yang terbuat dari karung.
D: Bapak tinggal sama siapa di sana?
P: Sama 5 orang. Tapi saya ga tau namanya.
D: kalau Bapak ga kerja, Bapak dapat makanan dari siapa?
P: Saya cari uang jatuh sama cari makan di masjid Istiqlal.
D: Bapak ini pagi, siang atau malam?
P: Malam Bu, jam 18.30
D: Bisa tolong gambar jamnya Pak?
P: Bisa Bu. (gambar pasien benar)
D: Tadi siang bapak makan apa?
P: makan nasi sama sayur terong, Bu.
D: bapak coba ikutin saya 13568
P: 13568
D: coba sekarang dibalik
P: 86531
17
D: Bapak tau istilah hemat pangkal kaya?
P: Tau Bu, kalau nabung lama-lama jadi kaya
D: Bapak sehari mandi berapa kali?
P: Tergantung air Bu, kalau ada air yah 2-4 kali/hari.
D: Ada yang mau bapak sampaikan atau tanyakan?
P: Tidak ada bu.
D: Kalau demikian ngobrol-ngobrol hari ini sampai sini dulu Pak, kapan-kapan kita sambung
lagi. Terima kasih ya.
P: Sama-sama Bu dokter.
18