1
7 N USANTARA SENIN, 7 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Tatung Singkawang K EORISINALAN seni berkomunikasi dengan roh leluhur, atau di- sebut tatung dalam bahasa Hakka, masih dipertahankan masyarakat peranakan Tiong- hoa di Tanah Air. Namun sebagai atraksi yang menarik perhatian orang ba- nyak, tatung berangsur punah. Bahkan di negara asalnya, China. Dua provinsi yang terkenal dalam hal kekhasan tatung yakni Singkawang, Kalimantan Barat, dan Kepulauan Bangka Belitung. Di Singkawang, kesenian itu muncul sebagai akulturasi an- tara budaya lokal dan budaya Tionghoa yang dibawa peran- tau Hakka dari China daratan, ratusan tahun lalu. Ibarat atraksi mistis reog po- norogo atau debus ala Banten, tatung singkawang memper- tontonkan sekumpulan orang kesurupan. Tubuh mereka dirasuki roh sehingga dapat melakukan berbagai hal yang tak lazim. Mereka berceloteh tentang se- suatu, yang tidak berasal dari diri mereka. Mereka juga kebal, tidak ber- darah saat tubuhnya ditembus dengan berbagai benda tajam, seperti pedang. Raga mereka dipercaya te- lah menjadi alat perantara roh leluhur atau dewa. Dengan rapalan mantra, roh dipanggil. Tak lama mereka memasuki proses tak sadarkan diri, atau setengah sadar. Pertengahan Februari, bi- asanya tatung meramaikan arak-arakan Cap Go Meh atau hari kelima belas bulan perta- ma penanggalan Imlek. Kehadiran mereka dipercaya sanggup menghalau roh-roh jahat yang gentayangan, ber- maksud mengganggu keme- riahan perayaan Cap Go Meh. (Iwa/N-3) M AHMAD YAKUB D ERETAN rak-rak bambu menghiasi hampir semua ru- angan rumah, baik di bagian samping, tengah, maupun belakang rumah. Khusus rak berukuran 4 x 5 meter, sang pemilik menem- patkannya pada bagian depan, sementara ruangan samping dijejali rak berukuran 3 x 4 meter. Ruang belakang diisi rak berukuran 6 x 4 meter. Seluruh rak pajang tersebut sarat dengan benih jamur ti- ram. Adapun di depan rumah, tampak onggokkan limbah kayu gergaji yang dikemas ke dalam plastik berkapasitas satu kilogram. Tak jauh dari situ, bertumpuk-tumpuk dedak bekatul tampak mengisi ka- rung-karung plastik. Itulah pemandangan yang ada di rumah Juwari, 42, warga Desa Kalipang, Kecamatan Ka- litidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Ia salah satu petani budi daya jamur tiram. Pembudidayaan ini mulai dilakoninya sejak dua tahun terakhir. Untuk proses pembu- didayaan, benih-benih jamur tiram ini kemudian dicampur limbah kayu dan bekatul. Setelah benih disemai, Juwari dibantu istrinya, merawat de- ngan telaten benih jamur terse- but. Setiap hari, benih disiram air tiga kali dan ditutup rapat agar tidak terpapar sinar ma- tahari secara berlebihan. Benih jamur tiram itu dibi- arkan tumbuh selama kurang lebih 40 hari dan kemudian siap dipanen. Dengan modal awal sekitar Rp2 juta, Juwari memulai usa- hanya. “Tempat ini dulunya kandang, saya ubah jadi tempat budi daya jamur tiram,” ujar Juwari di rumahnya, kemarin. Mulanya, sekitar tahun 2009, pria dua anak ini mulai mena- nam 1.000 benih jamur tiram. Benih itu dibelinya dari Ma- diun seharga Rp3.000 per bibit. Setelah ditanam, dalam kurun waktu kurang lebih dua bu- lan, jamur tiram putih tumbuh cukup besar dan mulai siap dipanen. Dalam setiap panen, Juwari bisa memanen 7 kilogram. “Harga jualnya per kilogram Rp15.000,” ungkapnya. Panen terus Kelebihan jamur jenis ini, yaitu dapat tumbuh terus hing- ga empat bulan dan dapat di- panen setiap hari karena jamur tiram tidak mengenal musim. Ia dapat hidup saat penghujan ataupun kemarau. Namun, kalau sudah tidak tumbuh lagi barulah tempat- nya diganti dan diberi benih yang baru. Agar benih jamur dapat tumbuh dan berkembang biak dengan maksimal, perawatan yang sempurna sangat diper- lukan. Kuncinya, yakni jamur dijaga untuk tetap berada pada suhu udara 40 derajat celsius, meski suhu udara di Kabupa- ten Bojonegoro sesungguhnya cukup lembab. Dari usaha ini, Juwari me- ngaku melayani banyak pesan- an dan tidak kesulitan dalam hal pemasaran. Sebab, banyak orang yang mencari jamur tiram untuk dimasak atau di- gunakan sebagai obat penurun kolesterol. Dari hasil panennya, dia baru bisa memenuhi permintaan pasar di sekitar Kalitidu dan Bojonegoro kota. Padahal, jika hasil panennya berlebih dan ada tambahan modal, ia yakin dapat me- menuhi permintaan dari luar daerah. Kini omzet Juwari dari usaha jamur tiram sudah berkembang hingga puluhan juta rupiah. Di sisi lain, berkat keberhasilan- nya, sebagian warga desa lain- nya juga mulai tertarik merintis usaha jamur tiram. (N-3) [email protected] Usaha yang tidak Kenal Musim ASAL USUL Tempat ini dulunya kandang, saya ubah jadi tempat budi daya jamur tiram” Juwari Pembudidaya jamur Keuntungannya, jamur tiram dapat tumbuh terus hingga empat bulan dan dapat dipanen setiap hari. MEMERIKSA JAMUR TIRAM: Seorang warga di Desa Kalipang, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur, sedang memeriksa jamur tiram yang dibudidayakan, beberapa waktu lalu. PERMINTAAN TINGGI: Seorang pekerja menunjukkan jamur tiram putih yang baru dipanen. Jamur jenis ini banyak dicari untuk dimasak. MI/M YAKUB MI/ARIES M ANTARA/ANIS EFIZUDIN

SENIN, 7 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Usaha yang … fileJuwari di rumahnya, kemarin. Mulanya, sekitar tahun 2009, pria dua anak ini mulai mena-nam 1.000 benih jamur tiram. Benih

Embed Size (px)

Citation preview

7NUSANTARASENIN, 7 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

Tatung Singkawang

KEORISINALAN seni berkomunikasi dengan roh leluhur, atau di-

sebut tatung dalam bahasa Hakka, masih diperta hankan masyarakat peranakan Tiong-hoa di Tanah Air.

Namun sebagai atraksi yang menarik perhatian orang ba-nyak, tatung berangsur punah. Bahkan di negara asalnya, China.

Dua provinsi yang terkenal dalam hal kekhasan tatung

yakni Singkawang, Kalimantan Barat, dan Kepulauan Bangka Belitung.

Di Singkawang, kesenian itu muncul sebagai akulturasi an-tara budaya lokal dan budaya Tionghoa yang dibawa peran-tau Hakka dari China daratan, ratusan tahun lalu.

Ibarat atraksi mistis reog po-norogo atau debus ala Banten, tatung singkawang memper-tontonkan sekumpulan orang kesurupan.

Tubuh mereka dirasuki roh sehingga dapat melakukan berbagai hal yang tak lazim. Mereka berceloteh tentang se-suatu, yang tidak berasal dari diri mereka.

Mereka juga kebal, tidak ber-darah saat tubuhnya ditembus dengan berbagai benda tajam, seperti pedang.

Raga mereka dipercaya te-lah menjadi alat perantara roh leluhur atau dewa. Dengan rapalan mantra, roh dipanggil.

Tak lama mereka memasuki proses tak sadarkan diri, atau setengah sadar.

Pertengahan Februari, bi-asanya tatung meramaikan arak-arakan Cap Go Meh atau hari kelima belas bulan perta-ma penanggalan Imlek.

Kehadiran mereka dipercaya sanggup menghalau roh-roh jahat yang gentayangan, ber-maksud mengganggu keme-riahan perayaan Cap Go Meh. (Iwa/N-3)

M AHMAD YAKUB

DERETAN rak-rak bambu menghiasi hampir semua ru-angan rumah, baik

di bagian samping, tengah, maupun belakang rumah.

Khusus rak berukuran 4 x 5 meter, sang pemilik menem-patkannya pada bagian depan, sementara ruangan samping dijejali rak berukuran 3 x 4 meter. Ruang belakang diisi rak berukuran 6 x 4 meter.

Seluruh rak pajang tersebut sarat dengan benih jamur ti-ram. Adapun di depan rumah, tampak onggokkan limbah kayu gergaji yang dikemas ke dalam plastik berkapasitas satu kilogram. Tak jauh dari situ, bertumpuk-tumpuk dedak bekatul tampak mengisi ka-rung-karung plastik.

Itulah pemandangan yang ada di rumah Juwari, 42, warga Desa Kalipang, Kecamatan Ka-litidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Ia salah satu petani budi daya jamur tiram.

Pembudidayaan ini mulai dilakoninya sejak dua tahun terakhir. Untuk proses pembu-didayaan, benih-benih jamur tiram ini kemudian dicampur limbah kayu dan bekatul.

Setelah benih disemai, Juwari dibantu istrinya, merawat de-ngan telaten benih jamur terse-but. Setiap hari, benih disiram air tiga kali dan ditutup rapat agar tidak terpapar sinar ma-tahari secara berlebihan.

Benih jamur tiram itu dibi-arkan tumbuh selama kurang lebih 40 hari dan kemudian siap dipanen.

Dengan modal awal sekitar Rp2 juta, Juwari memulai usa-hanya. “Tempat ini dulunya kandang, saya ubah jadi tempat budi daya jamur tiram,” ujar Juwari di rumahnya, kemarin.

Mulanya, sekitar tahun 2009, pria dua anak ini mulai mena-nam 1.000 benih jamur tiram. Benih itu dibelinya dari Ma-diun seharga Rp3.000 per bibit. Setelah ditanam, dalam kurun waktu kurang lebih dua bu-lan, jamur tiram putih tumbuh cukup besar dan mulai siap dipanen.

Dalam setiap panen, Juwari bisa memanen 7 kilogram. “Harga jualnya per kilogram Rp15.000,” ungkapnya.

Panen terusKelebihan jamur jenis ini,

yaitu dapat tumbuh terus hing-ga empat bulan dan dapat di-panen setiap hari karena jamur tiram tidak mengenal musim.

Ia dapat hidup saat penghujan ataupun kemarau.

Namun, kalau sudah tidak tumbuh lagi barulah tempat-nya diganti dan diberi benih yang baru.

Agar benih jamur dapat tumbuh dan berkembang biak dengan maksimal, perawatan yang sempurna sangat diper-lukan. Kuncinya, yakni jamur dijaga untuk tetap berada pada suhu udara 40 derajat celsius, meski suhu udara di Kabupa-ten Bojonegoro sesungguhnya cukup lembab.

Dari usaha ini, Juwari me-ngaku melayani banyak pesan-an dan tidak kesulitan dalam hal pemasaran. Sebab, banyak orang yang mencari jamur

tiram untuk dimasak atau di-gunakan sebagai obat penurun kolesterol.

Dari hasil panennya, dia baru bisa memenuhi permintaan pasar di sekitar Kalitidu dan Bojonegoro kota.

Padahal, jika hasil panennya berlebih dan ada tambahan modal, ia yakin dapat me-menuhi permintaan dari luar daerah.

Kini omzet Juwari dari usaha jamur tiram sudah berkembang hingga puluhan juta rupiah. Di sisi lain, berkat keberhasilan-nya, sebagian warga desa lain-nya juga mulai tertarik merintis usaha jamur tiram. (N-3)

[email protected]

Usaha yang tidak Kenal Musim

ASAL USUL

Tempat ini dulunya kandang,

saya ubah jadi tempat budi daya jamur tiram”

JuwariPembudidaya jamur

Keuntungannya, jamur tiram dapat

tumbuh terus hingga empat

bulan dan dapat dipanen

setiap hari.

MEMERIKSA JAMUR TIRAM: Seorang warga di Desa Kalipang, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur, sedang memeriksa jamur tiram yang dibudidayakan, beberapa waktu lalu.

PERMINTAAN TINGGI: Seorang pekerja menunjukkan jamur tiram putih yang baru dipanen. Jamur jenis ini banyak dicari untuk dimasak.

MI/M YAKUB

MI/ARIES M

ANTARA/ANIS EFIZUDIN