35
BAB I STATUS PASIEN I. PASIEN 1. Identitas Pasien a. Nama/Kelamin/Umur :An.Z/ Perempuan/ 3 tahun 2 bulan b. Pendidikan :Belum sekolah c. Alamat :RT. 25 Kel. Telanaipura 2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga a. Jumlah Saudara : - b. Status Ekonomi Keluarga : Menengah kebawah c. Kondisi Rumah : Pasien tinggal disebuah rumah kontrakkan yang merupakan rumah permanen dengan luas ± 8 x 5 m yang dihuni oleh 3 orang yaitu pasien beserta ibu dan ayah pasien. Terdiri dari 1 teras, 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 ruang makan beserta dapur, 1 kamar mandi. Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan rumah, lantai dan dinding rumah terbuat dari semen. Pencahayaan alamiah cukup dan pencahayaan buatan untuk penerangan malam hari digunakan 1

Serumen Prop

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aaa

Citation preview

Page 1: Serumen Prop

BAB I

STATUS PASIEN

I. PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur :An.Z/ Perempuan/ 3 tahun 2 bulan

b. Pendidikan :Belum sekolah

c. Alamat :RT. 25 Kel. Telanaipura

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

a. Jumlah Saudara : -

b. Status Ekonomi Keluarga : Menengah kebawah

c. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal disebuah rumah kontrakkan yang merupakan

rumah permanen dengan luas ± 8 x 5 m yang dihuni oleh 3 orang

yaitu pasien beserta ibu dan ayah pasien. Terdiri dari 1 teras, 1 ruang

tamu, 1 kamar tidur, 1 ruang makan beserta dapur, 1 kamar mandi.

Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan rumah, lantai dan

dinding rumah terbuat dari semen.

Pencahayaan alamiah cukup dan pencahayaan buatan untuk

penerangan malam hari digunakan lampu pijar. Penyediaan air bersih

untuk keperluan sehari-hari seperti masak dan mandi dari air PDAM,

air yang digunakan bersih, jernih dan tidak berbau. Sedangkan untuk

minum berasal dari air galon isi ulang.

Jamban yang digunakan pasien dan suaminya adalah 1 jamban

yang ada di dalam kamar mandi. Terdapat selokan di depan rumah,

dan untuk pembuangan air limbah langsung ke dalam septic tank.

Sampah biasanya dibuang di tempat pembuangan sampah umum.

Kondisi rumah di sekitar tempat tinggal pasien terlihat cukup

sehat. Di sebelah kanan dan kiri rumah adalah rumah kontrakkan

tetangga yang langsung menyatu dengan tembok rumah pasien. Pasien

1

Page 2: Serumen Prop

tinggal di lingkungan rumah yang cukup padat, dan jauh dari jalan

raya. Halaman depan rumah terawat dengan baik. Tidak ada pabrik di

sekitar lingkungan rumah pasien.

d. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan :

Secara keseluruhan kondisi lingkungan keluarga baik. Ibu

pasien, memiliki kebiasaan membersihkan telinga anaknya sekitar 1

kali seminggu.

3. Aspek Psikologis di Keluarga :

Pasien merupakan anak satu-satunya di rumah. Pasien merupakan

anak yang cukup aktif dan sangat dekat dengan ibu pasien.

4. Riwayat Penyakit Dahulu atau Keluarga

a. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya pada

telinganya.

b. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama

seperti pasien sebelumnya.

5. Riwayat Penyakit Sekarang

a. Anamnesis

Keluhan Utama : Kedua telinga terasa penuh sejak 3 hari sebelum

datang ke puskesmas.

Perjalanan Penyakit Sekarang : (Alloanamnesis)

Pasien datang ke Puskesmas Simpang Kawat dengan

keluhan kedua telinganya terasa penuh dan mengganjal sejak 3

hari yang lalu. Pasien juga mengeluh telinga terasa gatal sehingga

ibu pasien mencoba mengorek telinga pasien dengan

menggunakan cotton bud tetapi rasa penuh di telinga tidak

2

Page 3: Serumen Prop

berkurang, nyeri (-), keluar cairan (-), berdengung (-), bengap (+),

pendengaran sedikit berkurang (+), riwayat kemasukan

air/berenang (-), riwayat dikorek sendiri (+) 1 kali seminggu

dengan cotton bud, demam (-), pusing (-).

6. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

IMT : BB 12 kg di persentil 25 (normal),TB 92 di

persentil 25 (normal)

Tanda vital : Nadi 75x/i, RR 20x/i, suhu 36,7ºC

Kepala : Normocepal

Mata : Anemis -/-, ikterik -/-, reflek cahaya +/+, reflek

kornea +/+

Telinga : Daun telinga: DBN, liang telinga: serumen +/+

menutupi liang, membrane timpani: tidak tampak.

Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-

Mulut : DBN

Tenggorok : T1-T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorak :

Pulmo :

Pemeriksaan Kanan KiriInspeksi Statis & dinamis:

simetrisStatis & dinamis: simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normalPerkusi Sonor

Batas paru-hepar:ICS VI kanan

Sonor

Auskultasi Vesikuler (+)Wheezing (-), Rhonki (-)

Vesikuler (+)Wheezing (-), Rhonki (-)

Jantung :

3

Page 4: Serumen Prop

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak

kuat angkat.

Perkusi Batas-batas jantung :

Atas : ICS II kiri

Kanan : Linea sternalis kanan

Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi Datar, jaringan parut (-), bekas operasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),

splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ektremitas : Akral hangat, edema -/-

7. Pemeriksaan Penunjang : -

8. Usulan Pemeriksaan :

- Pemeriksaan KOH 20%

9. Diagnosis Kerja :

Serumen Prop Aurikula Dextra Sinistra

10. Diagnosis Banding :

- Epidermis Prop

- Corpus Alineum

- Otomikosis

11. Manajemen

a. Promotif

4

Page 5: Serumen Prop

- Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit yang

diderita anaknya, memberitahu bahwa penyakit pasien ini akan

berulang lagi dikarenakan jenis korotan telinga pasien adalah tipe

yang mudah mengeras.

- Menjelaskan kepada orang tua pasien untuk tidak mengorek atau

membersihkan telinga pasien sendiri dengan cotton bud karena

akan membuat kotoran telinga semakin terdorong kedalam

gendang telinga.

- Menganjurkan orang tua pasien untuk membawa anaknya minimal

6 bulan sekali ke puskesmas untuk membersihkan telinga.

b. Preventif

- Tidak mengorek telinga sendiri, jika ingin dibersihkan hanya

pada bagian luar dari liang telinga saja menggunakan ujung

tissue yang dipeluntir.

c. Kuratif/Terapi

Non farmakologis :

- Jika serumen lunak, bisa dilakukan ear toilet atau pembersihan

telinga.

- Jika serumen keras harus diberikan obat tetes telinga terlebih

dahulu untuk melunakkan serumen, selama 2-5 hari.

F a rmakologis :

- R/ Phenol Glyserol 10% tetes telinga

d. Rehabilitatif

Usahakan untuk datang ke pelayanan kesehatan atau puskesmas

minimal 6 bulan sekali untuk membersihkan telinga.

Jika ingin membersihkan telinga hanya pada bagian luar dari

liang telinga saja.

Untuk orang tua, perhatikan anak jangan sampai mengorek

telinganya sendiri karena takut mendorong kotoran telinganya

5

Page 6: Serumen Prop

atau melukai dendang telinga, serta memasukkan barang kedalam

telinganya sendiri.

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI

PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN

dr. Venty Novita Sari

SIP: No. 437/SIK/2015

10 Desember 2015

R/ Phenol Glyserol 10% ear drop fls.No. I

S3dd gtt 3 ADS

Pro : An.Z,3 tahun 2 bulan

Alamat : RT 25 Kel. Telanaipura

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

6

Page 7: Serumen Prop

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi Telinga

Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan sepertiga bagian luar sedangkan

dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3

cm.1

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar

serumen (modifikasi kelenjar keringat dengan kelenjar serumen) dan rambut.

Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga

bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1

Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari:

Membran timpani, yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu

mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga

dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi

7

Page 8: Serumen Prop

atas dua bagian yaitu bagian atas yang disebut pars flaksida (membran

shrapnell) dan bagian bawah yang disebut pars tensa (membran propria).

Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel

kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti

epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di

tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat

elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian

dalam.

Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus, dan stapes. Tulang

pendengaran ini di dalam telinga tengah saling berhubungan.

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan

daerah nasofaring dengan telinga tengah.1

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung

atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani

dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak

lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.1

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli di sebelah atas, skala

timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala

vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi

endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut

sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media

adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung

organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.1

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut

membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut luar dan kanalis

corti, yang membentuk organ corti.1

8

Page 9: Serumen Prop

2.2 Serumen

2.2.1 Definisi Serumen

Serumen merupakan substansi normal yang ditemukan di bagian

kartilaginosa liang telinga. Serumen ini diproduksi dari sekret kelenjar sebasea

dan kelenjar serumen yang ada di kulit sepertiga luar liang telinga. Serumen ini

berfungsi sebagai pertahanan penting dalam upaya mencegah terjadinya infeksi.

Selain itu, serumen juga berfungsi sebagai elumas dan dapat mencegah terjadinya

kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis.1,2

2.2.2 Komposisi dan Produksi Serumen

Kelenjar serumen terdapat di dinding superior bagian kartilaginosa liang

telinga. Hasil sekresi dari kelenjar serumen bercampur dengan sekret berminyak

kelenjar sebasea dari bagian atas folikel rambut membentuk serumen yang

dihasilkan oleh telinga. Serumen membentuk lapisan pada kulit kanalis akustikus

eksternus bergabung dengan lapisan keratin yang bermigrasi untuk membuat

lapisan pelindung pada permukaan yang mempunyai sifat antibakteri. Terdapat

perbedaan besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi serumen. Pada beberapa

orang mempunyai jumlah serumen sedikit sedangkan lainnya cenderung terbentuk

massa serumen yang secara periodik menyumbat liang telinga.3

9

Page 10: Serumen Prop

Serumen mengandung asam amino, asam lemak, asam neurostearik, asam

serotik, trigliserida, hexone, lisozim, immunoglobulin, glikopeptida, dan

komponen lainnya, walaupun komposisinya berbeda tergantung dari tipe serumen

juga ditemukan. Lemak serumen dan asam amino tampaknya berbeda tergantung

dari stratum korneum. Sebagai contoh, stratum korneum yang tidak

terkontaminasi tidak menyebabkan penumpukan serumen. Serumen yang basah

dilihat dari tingginya tingkat lemak dan pigmen granula, serumen kering lebih

dilihat dari rendahnya komponen ini. Serumen yang mengandung 20% lemak,

dibandingkan dengan serumen basah mengandung lemak 50%.4

Serumen dibagi menjadi dua tipe dasar yaitu tipe basah dan tipe kering.

Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.

1. Serumen Tipe Basah

Serumen tipe basah adalah serumen bersifat dominan, pada ras kaukasia

memiliki kemungkinan lebih dari 80% untuk menghasilkan kotoran telinga

yang basah, lengket dan berwarna madu, yang dapat berubah menjadi

gelap bila terpapar debu, benda asing dan partikel-partikel lainnya.5

2. Serumen Tipe Kering

Serumen tipe kering sering ditemukan pada ras Mongoloid termasuk

Indian Amerika, serumen ini bersisik seperti beras. Serumen tipe kering

dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.5

Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe

lunak dan serumen tipe keras:

a. Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih

sering pada orang dewasa.

b. Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan

bersisik.

c. Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe

keras.

d. Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering

ditemukan.

10

Page 11: Serumen Prop

2.2.3 Fisiologi Serumen

Serumen umumnya diproduksi oleh dua kelenjar yaitu kelenjar sebasea

dan kelenjar serumen yang terletak di sepertiga bagian luar liang telinga. Serumen

juga merupakan campuran dari hasil deskuamasi sel epitel, sel rambut, debu dan

benda asing. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin

dengan produksi serumen. Serumen dikenal dengan sifat antimikroba yang

bersifat signifikan karena adanya lisozim.3

Serumen dapat membantu menurunkan risiko otitis eksterna akut difusa.

Pada keadaan ini pasien mengalami kerusakan epidermis pada kanalis akustikus

eksternus, sering disebabkan oleh cara pembersihan telinga yang tidak tepat

seperti menggunakan batang korek api, tissue, benda-benda kecil dari logam,

cotton bud, dan sebagainya. Bila tidak ada serumen yang menjaga dan melapisi

robeknya epidermis maka organisme dapat menginfeksi daerah tersebut.3

Organisme yang sering menginfeksi antara lain Pseudomonas aeruginosa

dan Staphylococci. Bila suhu dan kondisi tubuh kondusif untuk pertumbuhan,

kerusakan epidermis ini akan berkembang menjadi otitis eksterna akut, yang juga

disebut swimmwer’s ear. Bakteri lain yang dapat menginfeksi antara lain

Tturicella otitidis, Alloiococcus otitis dan golongan jamur yaitu Candida albicans

namun jumlahnya tidak banyak. Serumen yang berlebihan dapat menyebabkan

tinitus, vertigo, gatal, nyeri, otitis eksterna dan gangguan pendengaran.3

Pada keadaan normal serumen ridak akan tertumpuk di liang telinga.

Serumen ini akan keluar sendiri pada waktu mengunyah, dan setelah sampai di

luar liang telinga akan menguap oleh panas. Misalnya sebuah titik, bila

ditempatkan pada bagian tengah gendang telinga, akan bergerak, semakin ke

pinggir gendang telinga dalam waktu 3 minggu dan diantara 6-12 minggu titik itu

akan berpindah ke luar kulit meatus dan bergabung dengan kotoran pada bagian

lubang telinga. Karena itu pembersihan dari liang telinga sebenarnya tidak

dibutuhkan. Sudah dibuktikan bahwa perpindahan epitel selalu terjadi dari

membran timpani ke dinding kanal telinga dan membran timpani dinyatakan

sebagai titik tengah dari perpindahan, sementara umbo sebagai titik pusatnya.4

11

Page 12: Serumen Prop

Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen

ini harus dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan,

bila konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan paengait dan bila

berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset, jika serumen

ini sangat keras dan menyumbat seluruh liang telinga maka lebih baik dilunakka

dulu dengan minyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat

dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih. Pembersihan dengan

irigasi (penyemprotan) sebaiknya dihindari pada pasien perforasi membran

timpani, pasien dengan riwayat perforasi yang sudah lama sembuh, karena akan

menyebabkan daerah perforasi menjadi lebih lemah dan mudah rusak.1

2.2.4 Fungsi Serumen

1. Membersihkan

Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses

yang disebut conyevor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan

gerakan rahang (jaw movement). Sel-sel terbentuk di tengah membran timpani

yang bermigrasi ke arah luar dari umbo ke dinding kanalis akustikus eksternus

dan bergerak ke luar dari kanalis akustikus eksternus. Serumen pada kanalis

akustikus eksternus juga membawa kotoran, debu dan partikel-partikel yang dapat

ikut ke luar. Gerakan rahang membantu proses ini dengan menempatkan kotoran

yang menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan

pengeluaran kotoran.6

2. Lubrikasi

Lubrikasi mencegah terjadinya pengeringan, gatal, dan rasa terbakarnya

kulit kanalis akustikus eksternus disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari

kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada

serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam

lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak dan alkohol.6

12

Page 13: Serumen Prop

3. Antibakteri dan Antifungal

Fungsi antibakterial telah dipelajari sejak 2960-an, dan banyak studi yang

menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain bakteri.

Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan kemampuan hidup bakteri

antara lain haemophilus influenzae, staphylococcus aureus, danescherichia colli.

Pertumbuhan jamur yang bisa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat

secara signifikan oleh serumen. Kemampuan antimikroba ini dikarenakan adanya

asam lemak yang tersaturasi, lisosim dan khususnya pH yang relatif rendah pada

serumen, biasanya 6 pada manusia normal.6

2.2.5 Penyebab Akumulasi Serumen

Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus, namun

terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus.

Penyebab utama serumen terakumulasi dalam saluran telinga meliputi:

1. Penyakit Obstruksi Saluran Telinga :

Penyakit saluran telinga dapat terjadi di dalam tulang, jaringan lunak, atau

kulit saluran telinga. Hambatan tulang bisa bawaan atau diperoleh dan mungkin

berhubungan dengan kelainan kepala dan leher. Hambatan tulang akibat penyakit

Paget atau Displasia Fibrosa adalah contoh penyakit yang diperoleh. Pertumbuhan

tulang dalam sebuah kanal yang tidak normal (satu osteoma tunggal atau beberapa

exostoses). Penyakit infeksi dan dermatologi (misalnya eksterna eksim, otitis)

dapat ditemukan di saluran telinga, serta manifestasi kulit dari penyakit sistemik

(misalnya lupus eritematus sistemik, penyakit Crohn, sindrom Sjogren).

Gangguan ini cenderung menyebabkan pengelupasan kulit kanal dan atrofi atau

hipertrofi dari kelenjar sebasea dan seruminosa.7

2. Penyempitan Saluran Telinga

Setiap individu memiliki bentuk telinga yang berbeda-beda. Di dalam

bagian telinga dalam terdapat sebuah saluran yang disebut kanal yang bentuknya

berkelok-kelok dan sempit. Kanal ini berfungsi sebagai jalan dari hantaran suara

dan juga aliran untuk keluarnya serumen. Dengan kondisi anatomi yang berkelok-

13

Page 14: Serumen Prop

kelok dan sempit cenderung mengakibatkan penumpukan serumen. Tumor

jaringan yang berada di dalam atau di sekitar saluran telinga juga menyebabkan

terjadinya penyempitan saluran telinga. Selain itu rambut telinga yang berlebihan

juga dapat menjebak serumen di meatus telinga. Sumber lain dari obstruksi adalah

runtuhnya tulang rawan yang membentuk lateral sepertiga dari saluran telinga

(misalnya trauma). 7

3. Kegagalan Migrasi Epitel

Sebagai bagian dari proses penuaan, kelenjar pada kulit saluran telinga

cenderung atrofi, menghasilakn serumen lebih keras, kurang cairan yang

bermigrasi jauh lebih lambat keluar dari saluran telinga. Selain itu, perubahan

kronis kulit saluran telinga dapat menyebabkan hilangnya pola migrasi normal

dari epitel. Migrasi epitel dan penghapusan serumen dalam saluran telinga juga

bisa terjadi sebagai akibat dari benda asing yang ditempatkan di liang telinga

(misalnya kapas). Kapas tipped-aplicator (misalnya Q-tips, cotton buds)

cenderung mendorong serumen lebih ke dalam saluran telinga dan dari waktu ke

waktu dapat menyebabkan obstruksi lengkap pada beberapa individu. Alat bantu

dengar dengan penggunaan jangka panjang juga merupakan salah satu penyebab

akumulasi serumen.7

4. Over Produksi

Beberapa individu menghasilkan volume serumen yang berlebihan

sehingga akan membatasi kemampuan telinga untuk mendengar.7

2.2.6 Gejala Serumen Prop

Serumen atau yang sering disebut dengan kotoran telinga tidak memiliki

efek negatif terhadap kesehatan telinga dan tidak perlu dibersihkan secara rutin.

Tetapi jika serumen yang dihasilkan oleh telinga berlebihan sehingga

menimbulkan gejala seperti nyeri, berdenging, gatal, rasa penuh, vertigo dan

gangguan pendengaran perlu dilakukannya tindakan pengobatan seperti

serumenolitik, irigasi dan kuretase yang dilakukan oleh ahlinya.7

14

Page 15: Serumen Prop

Serumen yang sudah menyumbat atau serumen obturans ini dapat

menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri akibat serumen obturans timbul apabila

serumen keras dan menekan saraf sensoris yang ada di dinding liang telinga.

Persarafan sensoris untuk aurikula dan kanalis akustikus eksternus berasal dari

persarafan kranialis dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang aurikulotemporal

N. Trigeminus (V), N. Fasialis (VII), dan N. Vagus (X) dan juga N. Aurikularis

magna dari pleksus servikalis (C 2-3).1

Telinga berdenging (tinitus) terjadi aktivitas elektrik pada area auditorius

yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal

dari bunyi eksternal yang ditranformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls

abnormal di dalam tubuh penderita sendiri. Impuls abnormal itu dapat

ditimbulkan oleh berbagai kelainan pada telinga. Tinitus dapat terjadi dalam

berbagai intensitas seperti tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau

tinitus dengan nada tinggi seperti berdengung. Tinitus biasanya dihubungkan

dengan tuli sensorineural dan gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh

gangguan konduksi biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Tinitus dengan

nada rendah terjadi akibat sumbatan serumen pada liang telinga, tumot, tuba katar,

otitis media dan otosklerosis.1

Serumen juga bisa menyebabkan vertigo. Vertigo terjadi karena ada

gangguan pada nervus vestibuler, dimana terjadi iritasi pada alat keseimbangan

danga hubungan-hubungan dengan sentralnya akan menimbulkan vertigo, yang

selanjutnya akan mengakibatkan gangguan keseimbangan pada posisi berjalan

atau berdiri, serta kecendrungan untuk jatuh. Keluahn vertigo dapt disebabkan

oleh berbagai gangguan seperti pada sistem okuler (gangguan otot mata, diplopia,

oftalmoplegia), sistem akustik (obstruksi telinga, infeksi labirin, perilabirin, otitis

media, mastoiditis, perdarahan di dalam labirin, dan kolesteatoma), sistemik

(penyakit jantung, arteriosklerosis, hipertensi, anemia, diabetes), dan neurologis

(tumor neurinoma akustikus, aneurisma, arakhnoiditis).

Pada proses mendengar, ada proses dimana suara terdebut dihantarkan

lewat udara dan lewat tulang-tulang pendengaran, dan melalui saraf rangsangan

suara ini dihantarkan ke otak. Pada kasus serumen obturans terjadi hambatan pada

15

Page 16: Serumen Prop

hantaran suara (conductive hearing loss)yang berakibat pada penurunan

pendengaran. Selain itu, penurunan pendengaran bisa juga disebabkan karena

adanya edema kulit liang telinga, sekret yang purulen atau serous, penebalan kulit

yang progresif pada otitis eksterna yang lama, adanya keratin yang deskuamasi,

rambut telinga berlebihan, serumen, debris dan obat-obatan yang digunakan ke

dalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara

yang disebut dengan tuli konduktif.3,4

Untuk mengetahui penurunan pendengaran dapat dilakukan tes

pendengaran dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan dapat

diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli sensorineural (perseptif).

Pada pemeriksaan ini pasien diminta duduk dengan posisi badan condong sedikit

ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk

memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani. Tes penala yang

dilakukan sehari-hari adalah uji pendengaran Rinne, Weber, dan Schwabach.

1. Tes Rinne adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan

hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa.

2. Tes weber adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang

telinga kiri dengan tulang telinga kanan.

3. Tes schwabach adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran

tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya

normal.

Cara pemeriksaan tes garputala:

Tes Rinne dilakukan dengan menggetarkan garputala 512 Hz dengan jari

atau mengetukkannya pada siku atau lutut pemeriksa dan kaki garputala tersebut

diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan

telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut rinne (+), bila tidak

terdengar disebut rinne (-).

Tes Weber dilakukan dengan meletakkan kaku penala yang telah

digetarkan pada garis tengah wajah atau kepala, dahi, pangkal hidung, di tengah-

tengah gigi seri atau di dagu. Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada

salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat

16

Page 17: Serumen Prop

dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut weber tidak

ada lateralisasi.

Tes Schwabach dilakukan dengan cara menggetarkan tangkai penala

kemudian diletakkan pada mastoid sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian

tangkai penala segera dipindahkan pada mastoid pemeriksa terlebih dahulu. Bila

pasien masih dapat mendengar bunyi disebut schwabach memanjang dan bila

pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut schwabach

sama dengan pemeriksa.1

2.2.7 Penatalaksanaan Serumen

Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:

serumenolitik, irigasi, atau kuretase. Pada metode irigasi dan kuretase sebaiknya

menggunakan lampu kepala dan spekulum sederhana.

1. Cerumenolytics Agents

Cerumenolytics merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan untuk

menghancurkan serumen dengan menggunakan tetes telinga. Tetes telinga yang

dapat digunakan antara lain minyak mineral, hidrogen peroksida dan cerumenex.

Jika tetes telinga ini digunakan dalam jangka waktu lama atau tidak tepat dapat

menimbulkan iritasi kulit atau bahkan dermatitis kontak. Zat serumenolitik ini

biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum pengangkatan serumen.

Pada pasien penderita serumen tipe basah biasanya diperlukan tindakan

serumenolitik yang bertujuan untuk melembutkan serumen sebelum dikeluarkan,

proses ini akan tercapai dengan menggunakan larutan yang bersifat serumenolitik

agen yang digunakan pada liang telinga.8

Terdapat 2 jenis bahan yang sering digunakan dalam proses serumenolitik

yaitu aqueos dan organic.

a. Solutio aqueos tersusun atas air yang dapat dengan baik memperbaiki

masalah sumbatan serumen dengan melunakkan serumen.

Komposisi solutio aqueos terdiri dari:

- 10% sodium bikarbonat B.P.C (sodium bicarbonate dan glycerine)

- 3% hidrogen peroksida

17

Page 18: Serumen Prop

- 2% asam asetat

- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium chloride

b. Solusio organic berfungsi sebagai lubrikan, dan tidak berefek mengubah

integritas keratin skuamosa.

Komposisi dari solutio organic adalah:

- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine.

- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral oil,

baby oil, olive oil)

- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)

- Cerumenex (triethanolamine polypeptides, dan oleate-condensate)

- Docusate, sebagai active ingridient ditentukan pada laxatives

Tindakan serumenolitik dengan menggunakan bahan solusio organik dapat

menimbulkan reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Proses pembersihan

serumen yang tidak tuntas dapat menyebabkan timbulnya infeksi jamur, dan akan

timbul komplikasi seperti perforasi bila terdapat otoksisitas.

2. Irigasi (Syringing)

Irigasi merupakan cara yang halus untuk membersihkan liang telinga luar

yaitu dengan cara memasukkan air ke dalam liang telinga, tindakan ini hanya

boleh dilakukan bila membran timpani dalam keadaan utuh dan pernah diperiksa

sebelumnya. Perforasi membran timpani memungkinkan masuknya larutan yang

terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan

air yang terlalu keras ke arah membran timpani yang atrofi dapat menyebabkan

perforasi.

Pada metode irigasi, larutan irigasi dialirkan di kanalis telinga yang sejajar

dengan lantai, kemudian mngambil serumen dan debris dengan larutan irigasi

menggunakan air hangat (37oC), larutan sodium bikarbonat atau cuka bisa

digunakan untuk mencegah infeksi sekunder. Irigasi air dengan menggunakan

spuit logam khusus juga sering dilakukan. Akhir-akhir ini sebagian dokter lebih

memilih suatu alat irigasi yang biasa digunakan pada kedokteran gigi. Dengan

cara liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang

18

Page 19: Serumen Prop

dengan pandangan langsung, arus air diarahkan sepanjang dinding superior liang

telinga luar sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang.

Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati agar tidak merusak membran

timpani.2,6

Namun, pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali

dilakukan, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada

pemeriksaan masih terdapat sumbatan yang besar. Pada kasus demikian, kadang-

kadang perlu dilakukan tindakan penghisapan. Penghisapan untuk mengeluarkan

serumen yang basah dan untuk mengeringkan liang telinga.2

3. Kuretase

Metode kuretase ini paling sering dilakukan pada orang Asia Timur karena

sebagian besar orang Asia Timur memiliki kotoran telinga jenis kering. Alat-alat

yang membantu dalam membersihkan kanalis akustikus eksternus adalah jerat

kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang halus. Yang penting

pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan lembut karena liang telinga sangat

sensitif terhadap alat-alat. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau

kuret, apabila dengan cara ini kotoran telinga sulit dikeluarkan, dapat diberikan

karbogliserim 10% terlebih dahulu selama 3 hari untuk melunakkannya.6,8

Selain itu, bisa juga dengan menggunakan aplikator logam berujung kapas.

Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum pengangkatan

untuk menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan adalah gliserit peroksida

dan dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer serumen harus

digunakan hati-hati karena enzim atau bahan kimianya sering dapat mengiritasi

liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.

Pada penderita serumen obturans dianjurkan untuk memeriksakan keadaan

telinganya setiap 6 bulan sekali. Kotoran telinga yang berlebihan harus

dibersihkan dengan beberapa metode dan metode tersebut harus dilakukan oleh

ahlinya karena pembersihan kotoran telinga merupakan prosedur yang rumit.

Apabila prosedur pembersihan tidak benar maka akan mengakibatkan

konsekuensi serius.6

19

Page 20: Serumen Prop

BAB III

ANALISIS KASUS

Serumen secara umum dapat ditemukan di kanalis akustikus eksternus.

Serumen adalah campuran sekresi (sekret kelenjar sebasea dan kelenjar serumen)

yang ada di kulit sepertiga liang telinga. Bila serumen tidak berhasil dikeluarkan

makan akan menimbulkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus atau

sumbatan yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga. Hal ini disebut dengan

serumen prop (serumen obturans).

Penumpukan serumen sering disebabkan oleh produksi kotoran telinga

yang berlebihan sehingga akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri karena

terjadi penekanan pada kulit liang telinga, berdenging, rasa penuh, gatal dan

penurunan pendengaran. Serumen dapat menghambat penghantaran suara dari

liang telinga luar ke liang telinga dalam sehingga menyebabkan gangguan

pendengaran yaitu tuli konduktif.

Sumbatan serumen ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi di dunia.

Berdasarkan laporan Karlsmose B dalam penelitian ACTA

Otorhinolaryngologica Italica tahun 2009 mengatakan bahwa dari 1.507 pasien

yang diskrining mengalami gangguan pendengaran memperlihatkan hubungan

dengan serumen sekitar 2,1%.

Kesehatan telinga merupakan hal yang penting, namun sering dilupakan

dan kurang disadari oleh masyarakat. Pada penelitian ACTA

Otorhinolaryngologica Italica tahun 2009 mengatakan pasien yang sering

menggunakan cotton bud (kapas pembersih telinga) untuk membersihkan

telinganya, akan menekan serumen ke arah membran timpani sehingga membuat

pengeluarannya semakin sulit, akibatnya serumen akan terjebak dan terakumulasi

hingga akhirnya menyebabkan sumbatan pada telinga.

Untuk mengeluarkan serumen telinga yang berlebihan perlu dilakukan

pembersihan dengan menggunakan alat. Pada keadaan serumen yang keras dapat

diperlunak dengan memberikan obat tetes yang mengandung minyak.

20

Page 21: Serumen Prop

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar :

Dari pengamatan keadaan rumah dan lingkungan sekitar dapat

disimpulkan bahwa keluhan yang dialami pasien ini tidak mempunyai

hubungan dengan keadaan rumah.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga :

Diagnosis pasien tidak ada hubungan dengan keadaan keluarga dan

hubungan keluarga.

Hubungan diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan

sekitar :

Pada kasus ini ada hubungannya dengan perilaku kesehatan dan

lingkungan sekitar. Dalam keluarga ini, Ibu pasien memiliki kebiasaan

mengorek telinga anaknya menggunakan cotton bud. Hal ini dapat

membuat kotoran telinga terdorong kedalam gendang telinga dan

menumpuk, sehingga terbentuk serumen yang padat didalam telinga.

Analisis kemungkinan faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien :

Dari anamnesa yang dilakukan terhadap berbagai faktor yang bisa

menyebabkan terjadinya kasus ini didapatkan kesimpulan kemungkinan

faktor yang menjadi pencetus terjadinya serumen prop adalah kebiasan

mengorek telinga sendiri.

Analisis untuk mengurangi paparandengan factor risiko atau etiologi :

Pasien dan orang tuanya di edukasi dalam cara membersihkan telinga yang

baik dan benar.

Jaga kebersihan telinga, jangan memasukkan benda asing kedalam liang

telinga.

21

Page 22: Serumen Prop

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA., Iskandar N., Bashiruddin R., Restuti RD. Editor. Buku ajar

ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi

keenam. Cetakan keempat. Jakarta: Balai Pustaka FKUI;2010.

2. George LA., Lawrence RB., Peter AH. Boies buku ajar penyakit THT

(boeis fundamentals of otolaringology). Edisi keenam. Jakarta: EGC;1997.

3. Guest MJ., et al. Impacted cerumen; compotition, production,

epidemiology and management. Diunduh dari URL:

http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477

4. Beatrice FS., Bucolo RC. Earwax, clinical practice. Acta

Otorhinolaryngology Italica;2009.

5. Hawkw M. Update on cerumen and ceruminolytics. 2002 Jan;8. Diunduh

dari URL: http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-90869479.html

6. Shah YR., et al. Pharmacie globale (international journal of

comprehensive pharmacy). Cerumen: a waste of human but guard of

auditory. 2011.

7. Dinces EA. Cerumen. Externa otitis. 2011 Mei.

8. Earwax: review and clinical update March 26, 2008. Diunduh dari URL:

http://en.wikipedia.org/wiki/Earwax

22

Page 23: Serumen Prop

DOKUMENTASI

Pasien An. Z bersama ibunya

Keadaan samping, dapur, dan toilet rumah pasien

23