4
Sewa Guna Usaha Menurut Perpajakan Sewa Guna Usaha Menurut Perpajakan A. Jenis Sewa Guna Usaha Secara fiskal kegiatan Sewa Guna Usaha diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991. Kegiatan sewa-guna-usaha dapat dilakukan secara sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) dan sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease). 1. Sewa-guna-usaha tanpa hak opsi Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna- usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut : a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa- guna-usaha pertama tak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan yang diperhitung-kan oleh lessor; b. perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. Penggolongan jenis barang modal yang disewa-guna-usaha ditetapkan berdasarkan ketentuan Pasal 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan perubahannya 2. Sewa-guna-usaha dengan hak opsi Kegiatan sewa-guna-usaha dengan hak opsi ini ditetapkan sebagai kegiatan lembaga keuangan lainnya. Kegiatan sewa- guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut : a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa- guna-usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;

Sewa Guna Usaha Menurut Perpajakan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perhitungan sewa guna usaha menurut pajak yang berlaku di Indonesia; UU Perpajakan, kemenkeu 1169

Citation preview

Sewa Guna Usaha Menurut Perpajakan

Sewa Guna Usaha Menurut Perpajakan

A. Jenis Sewa Guna Usaha

Secara fiskal kegiatan Sewa Guna Usaha diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991. Kegiatan sewa-guna-usaha dapat dilakukan secara sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) dan sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease).

1. Sewa-guna-usaha tanpa hak opsi

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama tak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan yang diperhitung-kan oleh lessor;

b. perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Penggolongan jenis barang modal yang disewa-guna-usaha ditetapkan berdasarkan ketentuan Pasal 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan perubahannya

2. Sewa-guna-usaha dengan hak opsi

Kegiatan sewa-guna-usaha dengan hak opsi ini ditetapkan sebagai kegiatan lembaga keuangan lainnya. Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;

b. masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan;

c. perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

B. Sewa-guna-usaha Tanpa Hak Opsi

Bagi lessorBagi lessee

a.seluruh pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang diterima atau diperoleh lessor merupakan obyek Pajak Penghasilan.

b.lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usahakan tanpa hak opsi, sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 beserta peraturan pelaksanaannya.a.pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

b.lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.

c.Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee, terhutang Pajak Pertambahan Nilai.

C. Sewa-guna-usaha Dengan Hak Opsi

Bagi lessorBagi lessee

a.penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha;

b.lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa-guna-usahakan dengan hak opsi;

c.dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor;

d.lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi.

e.kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyata-nyata tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan;

f.dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan bruto.

g.Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi dari lessor kepada lessee, dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.a.selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli;

b.setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan;

c.pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut memenuhi ketentuan capital lease;

d.dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa-guna-usaha.

e.Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha dengan hak opsi.

Sebagai ilustrasi sederhana, dimisalkan PT ABC membeli mobil operasi dengan cara capital lease.

Harga perolehan awal tahun 2004 senilai Rp 100 juta.

Masa leasing 3 tahun.

Uang muka (UM) senilai Rp 30 juta sebagai refundable deposit;

Cicilan per bulan Rp 2,3 juta dengan pokok Rp 2 juta dan bunga Rp 0,3 juta (perhitungan NPV diabaikan).

Pada akhir periode leasing, PT ABC menggunakan hak opsi untuk membeli dengan cara mengonversi UM di atas.

Secara akuntansi kendaraan tersebut memiliki manfaat ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu (penyusutan garis lurus/Straight Line Method atau SLM)

Secara fiskal kendaraan tersebut termasuk kelompok 2 (8 tahun; SLM).

AkuntansiDKPajakDK

1. Untuk mengakui pembelian AT

AT (Leasing) 100.000 Tidak ada pengakuan

Hutang Leasing 100.000

2. Untuk mengakui cicilan leasing setiap bulan (35 bulan)

Refundable deposit 30.000 Refundable deposit 30.000

Bank 30.000 Bank 30.000

Hutang leasing 2.000 Biaya pembayaran leasing (DE) 2.300

Biaya bunga leasing (DE) 300 Bank 2.300

Bank 2.300

3. Untuk mengakui penyusutan akuntansi setiap tahun / dalam periode leasing

Biaya penyusutan (NDE) 20.000 Tidak ada pengakuan

Akum penyusutan AT (leasing) 20.000

4. Untuk mengakui penggunaan hak opsi

Hutang leasing 30.000 AT 30.000

Refundable deposit 30.000 Refundable deposit 30.000

5. Untuk mengakui penyusutan akuntansi setelah periode leasing

Biaya penyusutan 20.000 Biaya penyusutan 3.750

Akum penyusutan AT 20.000 Akum penyusutan AT 3.750