36
Self Medication Batuk Berdahak Disertai Demam Disusun oleh: Vanessa (FA/08539) Dinda Kusuma Hardini (FA/08542) Yuda Arif Kusuma (FA/08545) Theresia Yolanda (FA/08548) Anggarini Dwi Putri (FA/08551) Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

Shelf Medication Batuk Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

j xj p;s

Citation preview

Page 1: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Self Medication

Batuk Berdahak Disertai Demam

Disusun oleh:

Vanessa (FA/08539)

Dinda Kusuma Hardini (FA/08542)

Yuda Arif Kusuma (FA/08545)

Theresia Yolanda (FA/08548)

Anggarini Dwi Putri (FA/08551)

Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

2012

Page 2: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Self Medication Batuk Berdahak Disertai Demam

A. Tujuan

Memberikan informasi mengenai batuk dan demam serta swamedikasi tentang gejala batuk

disertai demam yang diderita anak berusia 3 tahun.

B. Pendahuluan

a. Swamedikasi (Self Medication)

Selfmedication atau swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut World Health

Organization (WHO) didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan

(termasuk produk herbal dan tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau

gejala yang dapat dikenali sendiri. Swamedikasi juga diartikan sebagai penggunaan

obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif penderita (pasien).

Swamedikasi menempatkan masyarakat sebagai subyek, bukan obyek yang hanya

menerima pengupayaan kesehatan oleh orang lain, tetapi mengupayakan kesehatannya

sendiri. Swamedikasi sendiri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan secara tepat, aman,

dan rasional.

Swamedikasi menjadi pilihan bagi masyarakat masa kini karena memiliki nilai

kepraktisan yang tinggi serta mampu menghemat biaya dalam pengobatan. Namun tidak

semua penyakit dapat diobati dengan swamedikasi, ada syarat-sayarat tertentu yaitu

khusus untuk penyakit ringan seperti pusing, flu, sakit perut, dan lain-lain. Swamedikasi

hanya digunakan untuk menghilangkan simptomnya bukan ke pusat sakit, karena itu

terkadang swamedikasi justru menutupi gejala penyakit yang sebenarnya.

Di Indonesia sendiri, penggunaan Swamedikasi cukup tinggi karena itu dari

pemerintah juga berusaha melindungi pelaku-pelaku swamedikasi yaitu dengan

dikeluarkannya peraturan- peraturan peraturan dimulai dari Peraturan Menteri

Kesehatan, Peraturan Pemerintah hingga Undang-undang untuk mengatur penyerahan

obat yang dapat diserahkan tanpa resep. Peraturan Menteri Kesehatan No:

919/MENKES/PER/X/1993 tentang obat yang dapat diserahkan tanpa resep. Dalam

Peraturan tersebut jelas disebutkan pada pasal 2, kriteria obat yang dapat diserahkan

tanpa resep diantaranya; tidak dikontraindikasikan penggunaanya pada wanita hamil,

anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun, pengobatan sendiri dengan

obat yang dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit, penggunaanya

tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan, penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

indonesia dan obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Page 3: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Untuk memantapkan dan menegaskan pelayanan swamedikasi, pemerintah juga

menetapkan jenis obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dengan membuat

beberapa SK diantaranya: SK Menteri No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang obat

wajib apotek. Obat-obat yang terdaftar pada lampiran SK tersebut digolongkan menjadi

obat wajib apotek No. 1 yang selanjutnya disebut OWA No. 1. Karena perkembangan

bidang farmasi yang menyangkut khasiat dan keamanan obat maka dipandang perlu

untuk ditetapkan daftar OWA No.2 sebagai revisi dari daftar OWA sebelumnya. Daftar

OWA No. 2 ini kemudian dilampirkan pada keputusan menteri kesehatan No.

924/MENKES/PER/X/1993. Dari peraturan di atas dengan jelas diterangkan bahwa

seorang apoteker hanya bisa menyerahkan obat keras tanpa resep dokter atau

swamedikasi obat keras apabila obat yang diserahkan merupakan obat keras yang

termasuk dalam OWA.

Sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan

tanggungjawab yang besar pada swamedikasi. Peran dan tanggungjawab apoteker ini

didasarkan pada filosofi Pharmaceutical Care, dimana kegiatan apoteker yang

sebelumnya berorientasi pada obat menjadi berorientasi pada pasien. Didasarkan pada

filosofi ini, maka tanggungjawab apoteker adalah mengidentifikasi, memecahkan, dan

mencegah terjadinya masalah yang berhubungan dengan obat (drug–related problems),

sehingga dapat tercapai keluaran terapi yang optimal.

Tanggung jawab apoteker dalam swamedikasi adalah memberikan saran dan

mendampingi pasien dalam pemilihan obat, menginformasikan efek samping yang

muncul kepada industri farmasi, menyarankan rujukan kepada dokter, dan

memberitahukan cara penyimpanan obat yang benar (FIP, 1999). Sedangkan menurut

WHO, fungsi atau tanggung jawab apoteker dalam swamedikasi adalah sebagai

komunikator (communicator), penyedia obat yang berkualitas (quality drug supplier),

pengawas dan pelatih (trainer and supervisor), kolaborator (collaborator), dan

promotor kesehatan (health promoter) (WHO, 1998).

Sebagai komunikator, salah satu tugas yang harus dilakukan oleh apoteker adalah

memberikan informasi yang obyektif tentang obat kepada pasien agar pasien dapat

menggunakan obat secara rasional (WHO, 1998). Informasi yang seharusnya diberikan

oleh apoteker meliputi informasi mengenai bentuk sediaan obat, efek terapi, cara

penggunaan, dosis, frekuensi penggunaan, dosis maksimum, lama penggunaan, efek

samping yang mungkin timbul dan memerlukan penanganan dokter, obat lain, makanan

dan aktivitas yang harus dihindari selama penggunaan obat, penyimpanan obat, hal-hal

yang harus dilakukan apabila lupa meminum obat, pembuangan obat yang telah

kadaluarsa, dan tujuan penggunaan obat (WHO, 1998; Jepson, 1990; Rudd, 1983).

Peran dan Tanggung jawab itulah yang membuat apoteker memegang peran

penting dalam swamedikasi. Di dalam swamedikasi itu sendiri apoteker berhak

Page 4: Shelf Medication Batuk Pada Anak

memberikan penilaian kepada pasien apakah pasien itu cukup hanya diberikan

swamedikasi atau harus dirujuk ke dokter. Seandainya cukup diberikan swamedikasi

maka apoteker dapat memberikan obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang

meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB).

Apabila peran dan tanggungjawab ini dijalankan dengan benar oleh apoteker,

maka akan membentuk suatu penilaian di mata masyarakat. Penilaian tersebut salah

satunya ada dalam bentuk kepuasan. Tingkat kepuasan dapat pula dijadikan sebagai

indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, seperti yang tercantum

pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/ 2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Anonim, 2004).

b. Demam

Definisi

Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38°C

(100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F).

(Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse)

disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38° C. Pada

anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3° C.

Mekanisme demam

Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel

Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-

1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF

(interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan

patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan

bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan

menjadi 38,9° C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37° C

terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk

meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002).

Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh

berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi

berbagai rangsang. Ransangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi

leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1

dan TNFα, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf

pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis) yang dikelilingi oleh

bagian medial dan lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum

palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis

prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur

Page 5: Shelf Medication Batuk Pada Anak

COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh terutama demam

(Nelwan dalam Sudoyo, 2006).

Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal

aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage

inflammatory protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam

Sudoyo, 2006).

Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara

vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran

panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian,

pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu

yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi

(Sherwood, 2001)

Penyebab Demam

Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal tubuh

terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme kedalam

tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur.

Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi virus. Demam bisa juga disebabkan oleh

paparan panas yang berlebihan (overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi

maupun dikarenakan gangguan sistem imun (Lubis, 2009)

Tipe demam

Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:

Tabel 2.1. Tipe-tipe demam Jenis demam Penjelasan

Demam septik Pada demam ini, suhu badan berangsur

naik ke tingkat yang tinggi sekali pada

malam hari dan turun kembali ke tingkat

di atas normal pada pagi hari.

Demam hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur

naik ke tingkat yang tinggi sekali pada

malam hari dan turun kembali ke tingkat

yang normal pada pagi hari

Demam remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun

setiap hari tetapi tidak pernah mencapai

suhu normal

Demam intermiten Pada demam ini, suhu badan turun ke

tingkat yang normal selama beberapa jam

dalam satu hari.

Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu

sepanjang hari yang tidak berbeda lebih

Page 6: Shelf Medication Batuk Pada Anak

dari satu derajat.

Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan

selama beberapa hari yang diikuti oleh

periode bebas demam untuk beberapa

hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan

suhu seperti semula.

Terapi

Non Farmakologi

Meskipun demam merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi, terkadang

demam dirasakan sangat mengganggu aktivitas sehingga perlu pengobatan.

Pengobatan tidak identik dengan mengkonsumsi obat-obatan tetapi juga dengan

asupan makanan maupun istirahat yang cukup.

Menurut Ismoedijanto (2000), tindakan umum penurunan demam adalah diusahakan

agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi cairan agar

kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik

misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke

tempat lain sehingga demam turun. Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi

radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit

dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang

bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit

disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Lagipula, pengompresan

dengan alkohol akan diserap oleh kulit dan dihirup pernafasan, dapat menyebabkan

koma (Soedjatmiko, 2005).

Pemberian obat-obat tradisional juga dipercaya dapat meredakan demam. Obat-

obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat (herbalis) ini tak kalah ampuhnya

sebagai pengusir demam. Malah, obat-obatan tradisional memiliki kelebihan, yaitu

toksisitasnya relatif lebih rendah dibanding obat-obatan kimia (Rahayu, 2008).

Dalam pengobatan tradisional semua bahan-bahan yang dipergunakan berasal dari

bahan yang biasa digunakan di dapur keluarga dan tumbuh-tumbuhan yang mudah

didapatkan yang tumbuh di sekitar tempat tinggal, seperti di halaman, di pinggir-

pinggir jalan dan di kebun. Bahan atau ramuan yang berupa tanaman dari bahan

tersebut secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman (Dwiyatmoko, 2001).

Menurut Dalimartha (2008), ramuan pengobatan herbal yang dapat menurunkan

demam:

a. Kunyit

Cuci bersih 10 gram umbi kunyit

Page 7: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata

Setelah dingin, peras, ambil sarinya.

Tambahkan dengan perasan 1/2 buah jeruk nipis

Campur dengan 2 sendok makan madu bunga kapuk, aduk rata.

Bagi menjadi 3 bagian campuran madu dan kunyit ini, kemudian berikan 3

kali sehari

b. Temulawak

Cuci bersih 10 gram rimpang temulawak

Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata

Campur dengan 2 sendok makan madu bunga kapuk, aduk rata

Bagi menjadi 3 campuran madu dan temulawak, kemudian berikan 3 kali

sehari

c. Meniran

Rebus 1 genggam meniran segar dengan 2 gelas air hingga mendidih dan

airnya tinggal 1 gelas.

Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

d. Kelapa

Air kelapa muda banyak mengandung mineral, antara lain kalium. Untuk

menurunkan demam, minum air kelapa pada pagi dan sore hari, masing-masing

1 buah.

e. Daun sirih

Daun sirih 1 genggam dilumatkan tanpa air.

Kemudian dilumurkan pada kepala dan pinggang kiri-kanan

Farmakologi

Demam <39°C pada anak yang sebelumnya sehat pada umumnya tidak memerlukan

pengobatan. Bila suhu naik >39°C, anak cenderung tidak nyaman dan pemberian

obat-obatan penurun panas sering membuat anak merasa lebih baik (Plipat et al,

2002). Menurut Soetjatmiko (2005), obat antipiretik tidak diberikan jika suhu

dibawah 38,3° C kecuali ada riwayat kejang demam. Pada dasarnya menurunkan

demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun kombinasi

keduanya.

Cara kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat

pembuluh darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Beberapa

golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun tidak

menyebabkan hipotermia bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen, asetosal,

ibuprofen (Ismoedijanto, 2000).

1. Asetaminofen

Page 8: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek

antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek anti inflamasi

parasetamol hampir tidak ada. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan

nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas, misalnya Panadol®, Bodrex®,

INZA®, dan Termorex® (Wilmana dan Gan, 2007).

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau

mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Parasetamol menurunkan suhu tubuh

dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral.Parasetamol

merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.Efek iritasi, erosi, dan

perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan

pernafasan dan keseimbangan asam basa (Wilmana dan Gan, 2007).

Sedian di pasaran :

2. Ibuprofen

Ibuprofen adalah turunan sederhana dari asam fenilpropionat.Obat ini bersifat

analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya

sama seperti aspirin. Efek antiinflamasinya terlihat dengan dosis 1200-2400 mg

sehari (Katzung, 2002).

Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat sebagai

antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik.Efek antiinflamasi dan analgetiknya

melalui mekanisme pengurangan sintesis prostaglandin.Efek ibuprofen terhadap

saluran cerna lebih ringan dibandingkan aspirin, indometasin atau naproksen.Efek

lainnya yang jarang seperti eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, dan

ambliopia toksik yang reversibel.Penggunaan ibuprofen bersama-sama dengan

salah satu obat seperti hidralazin, kaptopril, atau beta-bloker dapat mengurangi

khasiat dari obat-obat tersebut.Sedangkan penggunaan bersama dengan obat

furosemid atau tiazid dapat meningkatkan efek diuresis dari kedua obat tersebut

(Wilmana dan Gan, 2007).

Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya dosis optimal pada

tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh

wanita hamil dan menyusui. Dengan alasan bahwa ibuprofen relatif lebih lama

dikenal dan tidak menimbulkan efek samping yang serius pada dosis analgesik,

maka ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara antara lain

Amerika Serikat dan Inggris. Ibuprofen tersedia di toko obat dalam dosis lebih

Page 9: Shelf Medication Batuk Pada Anak

rendah dengan berbagai merek, salah satunya ialah Proris® (Wilmana dan Gan,

2007)

Sedian di pasaran:

3. Asetosal

Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang

sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri), antipiretik

(terhadap demam), dan antiinflamasi.Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan

digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan

jantung.Beberapa contoh aspirin yang beredar di Indonesia ialah Bodrexin® dan

Inzana® (Wilmana dan Gan, 2007).

Efek-efek antipiretik dari aspirin adalah menurunkan suhu yang meningkat, hal ini

diperantarai oleh hambatan kedua COX (cyclooxygenase) dalam sistem saraf

pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama proses

inflamasi).Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang

karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan atau superfisial dan disertai

keluarnya keringat yang banyak (Katzung, 2002).

Aspirin merupakan obat yang efektif untuk mengurangi demam, namun tidak

direkomendasikan pada anak.Aspirin, karena efek sampingnya merangsang

lambung dan dapat mengakibatkan perdarahan usus maka tidak dianjurkan untuk

demam ringan (Soedjatmiko, 2005). Efek samping seperti rasa tidak enak di perut,

mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari

lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid atau antagonis H2 dapat

mengurangi efek tersebut (Wilmana dan Gan, 2007). Pemberian aspirin pada anak

dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye (Katzung,

2002).

Sediaan di pasaran:

c. Batuk

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk

adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Tentu saja bila batuk itu berlebihan,

ia akan menjadi amat mengganggu. Penelitian menunjukkan bahwa pada penderita

Page 10: Shelf Medication Batuk Pada Anak

batuk kronik didapat 628 sampai 761 kali batuk/ hari. Penderita TB paru jumlah

batuknya sekitar 327 kali/hari dan penderita influenza bahkan sampai 154.4 kali/hari.

Batuk merupakan gejala penyakit pernapasan yang paling umum, berfungsi, terutama

untuk pertahanan paru terhadap masuknya benda asing. Baik orang sehat maupun orang

sakit, batuk dapat dengan disadari (volunteer) maupun tak disadari (involunter). Batuk

yang disadari merupakan respon terhadap perasaan adanya sesuatu dalam saluran napas.

Batuk yang tak disadari terjadi akibat reflex yang dipacu oleh perangsangan laring,

trakea, atau bronchi yang besar atau hilangnya compliance paru. Batuk dikatakan

abnormal jika jumlahnya sangat banyak dan tidak sesuai atau terbentuk sputum. (Stark,

1990)

Definisi

Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara tiba-tiba

dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran

pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi

secara sukarela maupun tanpa disengaja.

Batuk merupakan suatu tindakan refleks pada saluran pernafasan yang digunakan untuk

membersihkan saluran udara atas. Batuk kronis berlangsung lebih dari 8 minggu yang

umum di masyarakat. Penyebab termasuk merokok, paparan asap rokok, dan paparan

polusi lingkungan, terutama partikulat.-

Penyebab Batuk

Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang reseptor batuk.

Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan psikogenik tertentu. Tentunya

diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk mendeteksi keadaan-keadaan tersebut.

Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin

juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks, tes fungsi

paru dan lain-lain.

Tabel 2. Beberapa penyebab batuk

Iritan :

Rokok

Asap

SO2

Gas di tempat kerja

Mekanik :

Retensi sekret bronkopulmoner

Benda asing dalam saluran nafas

Postnasal drip

Aspirasi

Penyakit paru obstruktif :

Penyakit paru restriktif :

Pnemokoniosis

Penyakit kolagen

Penyakit granulomatosa

Infeksi :

Laringitis akut

Bronkitis akut

Pneumonia

Pleuritis

Perikarditis

Tumor :

Page 11: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Bronkitis kronis

Asma

Emfisema

Fibrosis kistik

Bronkiektasis

Tumor laring

Tumor paru

Psikogenik

-

Mekanisme Batuk

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase

kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase batuk menjadi 4 fase yaitu fase

iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi). Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah

udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang

akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara

dalam kecepatan tertentu.

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara,

pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat

bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu

fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50%

dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya

sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi

nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat

kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga

pengeluaran sekret akan lebih mudah.

Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan tekanan subglotis

selama, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi batuk

Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup

selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai

50 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya

dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda.

Page 12: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar

daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa

penutupan glotis.

Gambar 2. Fase Batuk

-Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara

akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga

menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan

tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan

arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai

24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea

sampai 80%.

-Penatalaksanaan

Non Farmakologi

a. Memperbanyak minum air putih untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi

iritasi dan rasa gatal.

b. Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan

seperti makanan yang berminyak dan minuman dingin.

c. Menghindari paparan udara dingin.

d. Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat mengiritasi tenggorokan

sehingga dapat memperparah batuk.

e. Menggunakan zat – zat Emoliensia seperti kembang gula, madu, atau permen hisap

pelega tenggorokan. Ini berfungsi untuk melunakkan rangsangan batuk, dan

mengurangi iritasi pada tenggorokan dan selaput lendir.

f. Air madu dan jeruk nipis

1 sendok madu

3 sendok jeruk nipis

5 sendok air

Aduk madu, jeruk nipis, dan air sampai rata, lalu tim/kukus selama 30 menit.

Untuk anak 1-3 tahun : minumkan sehari tiga kali setengah sendok teh

Untuk anak >3 tahun : minumkan sehari tiga kali satu sendok teh

Page 13: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Resep ini TIDAK BOLEH untuk bayi di bawah 1 tahun, karena mengandung madu.

(http://apotekf21.com/obat/pengobatan-batuk/)

Farmakologi

Pengobatan simptomatik diberikan apabila, penyebab batuk yang pasti tidak diketahui,

sehingga pengobatan spesifik tidak dapat diberikan. Batuk tidak berfungsi baik dan

komplikasinya membahayakan. Pengobatan simptomatik diberikan apabila penyebab

batuk yang pasti tidak diketahui, sehingga pengobatan spesifik tidak dapat diberikan

batuk tidak berfungsi baik.

Obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik ada dua jenis yaitu antitusif, dan

mukokinesis:

1. Antitussif

Antitusif adalah obat yang menekan refleks batuk, digunakan pada gangguan

saluran nafas yang tidak produktif dan batuk akibat teriritasi.Secara umum

berdasarkan tempat kerja obat antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer

dan antitusif yang berkerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas

golongan narkotik dan non-narkotik.

a. Antitusif yang bekerja di perifer.

Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran

nafas, yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara anastesi langsung atau secara

tidak langsung mempengaruhi lendir saluran nafas

Demulcent

Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir.

Obat ini digunakan sebagai pelarut antitusif lain atau sebagai lozenges yang

mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur. Secara objektif tidak ada data

yang menunjukkan obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi

karena aman dan memberikan perbaikan subjektif obat ini banyak dipakai.

b. Antitusif yang bekerja sentral

Obat ini berkerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsangan yang

dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk dibagi atas golongan narkotik dan non-

narkotik.

b.1 Golongan narkotik

Opiat dan derivatnya mempunyai berbagai macam efek farmakologi sehingga

digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal

jantung dan anti diare. Diantara alkaloid ini morfin dan kodein sering digunakan.

Efek samping obat ini adalah penekanan pusat nafas, konstipasi, kadang-kadang

mual dan muntah, serta efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya

Page 14: Shelf Medication Batuk Pada Anak

brokospasme karena pelepasan histamin. Tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis

terapi untuk antitusif.

Kodein merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu obat yang

paling sering diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal 20-60 mg atau 40-160

mg per hari biasanya efektif. Kodein ditolerir dengan baik dan sedikit sekali

menimbulkan ketergantungan. Disamping itu obat ini sangat sedikit sekali

menyebabkan penekanan pusat nafas dan pembersihan mukosiliar

b.2 Antitusif Non-Narkotik

Dekstrometorfan

Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan. Obat ini efektif

bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam, dosis dewasa 10-20 mg setiap

4 jam. Anak-anak umur 6-11 tahun 5-10 mg. Sedangkan anak umur 2-6 tahun

dosisnya 2,5 – 5 mg setiap 4 jam.

Butamirat sitrat

Obat ini bekerja pada sentral dan perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat

refleks dan di perifer melalui aktifitas bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi.

Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan tidak menimbulkan efek

samping konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan saraf pusat. Butamirat

sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan dalam jangka panjang

tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu meningkatkan kapasitas

vital dan aman digunakan pada anak. Dosis dewasa adalah 3x15 ml dan untuk

anak-anak umur 6-8 tahun 2x10 ml sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun

dosisnya 2x15 ml.

Difenhidramin

Obat ini tergolong obat antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk

kronik pada bronkitis. Efek samping yang dapat ditimbulkan ialah mengantuk,

kekeringan mulut dan hidung, kadang-kadang menimbulkan perangsangan

susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai efek antikolinergik karena itu harus

digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan gangguan

fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg setiap 4 jam,

tidak melebihi 100 mg/ hari untuk dewasa. Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun

ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/ hari. Sendangkan untuk

anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 25 mg / hari.

2. Golongan Thiol (Mukolitik)

Obat ini memecah rantai disulfida mukoprotein, dengan akibat lisisnya mukus.

Salah satu obat yang termasuk golongan ini adalah asetilsistein.

Asetilsistein

Asetilsistein adalah derivat H-Asetil dari asam amino L-sistein, digunakan dalam

Page 15: Shelf Medication Batuk Pada Anak

bentuk larutan atau aerosol. Pemberian langsung ke dalam saluran napas melalui

kateter atau bronkoskop memberikan efek segera, yaitu meningkatkan jumlah

sekret bronkus secara nyata. Efek samping berupa stomatitis, mual, muntah,

pusing, demam, dan menggigil jarang ditemukan.

Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per oral. Pemberian secara inhalasi

dosisnya adalah 1-10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan 10% setiap 2-6 jam.

Pemberian langsung ke dalam saluran napas menggunakan larutan 10-20%

sebanyak 1-2 ml setiap jam. Bila diberikan sebagai aerosol harus dicampur

dengan bronkodilator oleh karena mempunyai efek bronkokonstriksi.

3. Ekspektoran

Kalium yodida

Obat ini adalah ekspektoran yang sangat tua dan telah digunakan pada asma dan

bronkitis kronik. Selain sebagi ekspektoran obat ini mempunyai efek menurunkan

elastisitas mukus dan secara tidak langsung menurunkan viskositas mukus.

Mempunyai efek samping angioderma, serum sickness, urtikaria, purpura

trombotik trombositopenik dan periarteritis yang fatal. Merupakan kontraindikasi

pada wanita hamil, masa laktasi dan pubertas. Dosis yang dianjurkan pada orang

dewasa 300 - 650 mg, 3-4 kali sehari dan 60-250 mg, 4 kali sehari untuk anak-

anak.

Guaifenesin ( gliseril guaiakolat )

Selain berfungsi sebagai ekspektoran obat ini juga memperbaiki pembersihan

mukosilia. Obat ini jarang menunjukkan efek samping. Pada dosis besar dapat

terjadi mual, muntah dan pusing. Dosis untuk dewasa biasanya adalah 200-400

mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 2-4 gram per hari. Anak-anak 6-11 tahun, 100-

200 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 1-2 gram per hari, sedangkan untuk anak

2-5 tahun, 50-100 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 600 mg sehari.

Bromheksin

Bromheksin adalah komponen alkaloid dari vasisin dan ambroksol adalah

metaboliknya. Obat ini meningkatkan jumlah sputum dan menurunkan

viskositasnya. Juga ia merangsang produksi surfaktan dan mungkin bermanfaat

pada sindrom gawat napas neonatus. Kedua obat ini ditoleransi dengan baik, tetapi

dapat menyebabkan rasa tidak enak di epigastrium dan mual. Harus hati-hati pada

penderita tukak lambung. Dosis bromheksin biasanya 8-16 mg 3 kali sehari,

sedangkan ambroksol 45-60 mg sehari.

S-karboksi metil sistein

Obat ini adalah derivat sistein yang lain, juga bermanfaat menurunkan viskositas

mukus. Dosis obat ini biasanya 750 mg 3 kali sehari. Obat ini memberikan efek

setelah diberikan 10-14 hari.

Page 16: Shelf Medication Batuk Pada Anak

(Yunus F, 1993)

C. Kasus

Seorang ibu B datang ke apotek anda ingin membeli obat batuk untuk anaknya yang berusia

3 tahun. Ibu B menyampaikan informasi bahwa anaknya batuk berdahak disertai demam.

Sakit anak dari ibu B ini sudah dirasakan selama 2 hari. Ibu B menyampaikan bahwa

anaknya sudah diberikan paracetamol, tetapi belum sembuh-sembuh. Anda sebagai apoteker,

pilihkan obat untuk anak ibu B tadi serta informasi yang tepat untuk kepada ibu B tadi!

a. Analisis dann Pembahasan Kasus

Who?

Dalam kasus yang diberikan diketahui bahwa subjek yang mengalami sakit adalah

seorang anak berusia 3 tahun. Dalam kasus tidak disebutkan apakah si anak memiliki

alergi terhadap obat atau riwayat penyakit lain, sehingga dianggap bahwa si anak

tidak memiliki riwayat penyakit dan alergi apapun terhadap obat. Kasus tersebut juga

tidak menyebutkan penyebab sakit dari si anak. Tetapi secara umum dapat

disebabkan karena alergi, perubahan suhu di malam hari, atau yang paling umum

terjadi infeksi saluran pernapasan bagian atas Saat anak menderita batuk ini,

napasnya akan terasa berat/sesak. Pada anak-anak di bawah 3 tahun, kecenderungan

akan croup atau inflamasi semakin besar karena trakea sempit.

What is the symptoms?

Gejala dari penyakit yang dikeluhkan adalah batuk berdahak yang disertai dengan

demam. Batuk berdahak biasanya disebabkan oleh terjadinya inflamasi / swelling

pada bagian atas tenggorokan. Croup atau Inflamasi yang terjadi lebih tepatnya di

daerah larink (bagian yang menghasilkan suara) dan trake (saluran udara).Pada

umumnya demam merupakan pertanda terjadinya infeksi yang disebabkan oleh

bakteri atau virus. Kemungkinan penyakit anak tersrbut yaitu jika si kecil batuk

dengan demam sedang serta hidung berair maka kemungkinan dia hanya menderita

flu biasa (common cold). Tapi kalau batuknya disertai demam 102 F atau 39 C atau

lebih tinggi maka kemungkinan pneumonia, apalagi bila si anak kelelahan dan

napasnya tersengal. Apabila batuk disertai demam ringan dan sakit saat menelan

kemungkinan anak menderita faringitis (radang tenggorokan).

How long?

Dalam kasus disebutkan bahwa gejala tersebut sudah dirasakan selama dua hari.

Gejala yang dialami baru dua hari sehingga tidak bisa dipastikan penyakit apa yang

diderita si anak. Bila di hari ketiga anak masih demam dan belum tahu apa

penyebabnya, maka dia harus diperiksa oleh dokter. Selain flu, penyebab demam

Page 17: Shelf Medication Batuk Pada Anak

biasanya adalah infeksi pada telinga bagian tengah, paru-paru atau saluran kemihnya.

Untuk anak-anak di daerah tropis, penyebab demam lain yang harus diwaspadai

adalah demam berdarah.

Action?

Kasus tersebut tidak memberikan informasi apapunn tentang tindakan apa yang

sudah ibunya berikan, misalnya pengkompresan untuk enurunkan demam, sehingga

dapat dianggap bahwa si anak belum mendapat tindakan khusus.

Medication?

Pengobatan yang sudah diusahakan adalah pemberian paracetamol. Tetapi si ibu

mengeluhkan bahwa demam anaknya tidak kunjung turun dalam kurun waktu dua

hari tersebut. Untuk mengatasi batuk berdahak, belum disebutkan adanya pengobatan

tertentu yang diberikan.

b. Terapi Swamedikasi

Algoritma terapi :

Sebagai apoteker, kami menganjurkan terapi swamedikasi untuk meringankan

gejalanya. Tujuan dari pengobatan batuk adalah untuk  mengurangi frekuensi,

keparahan dan komplikasi lebih lanjut dari batuk. Tujuan dari pengobatan demam pada

anak adalah untuk mengembalikan suhu tubuh anak menjadi normal dan mencegah

timbulnya kejang. Jika si anak hanya mengalami batuk berdahak dan demam yang tidak

terlalu tinggi, bisa diasumsikan hanya batuk berdahak dan demam biasa. Untuk

Anak batuk berdahak dan demam 2 hari

Apakah gejala disertai dengan bersin atau pilek?

Apakah ada sakit pada daerah tenggorokan atau adakah kesulitan dalam menelan?

Apakah tonsil anak membesar atau tidak?

iya

iya

Tidak

iya

Batuk berdahak dan demam biasa

Kemungkinan influenza

Radang tenggorokan akut akibat infeksi bakteri atau virus

Page 18: Shelf Medication Batuk Pada Anak

mengobati batuk bisa diberikan ekspektoran untuk mengeluarkan batuk berdahak. Pada

anak sebenarnya tidak dianjurkan penggunaan mukolitik, obat batuk yang berguna

untuk mengencerkan dahak karena akan menyebabkan batuk terus menerus pada anak

sehingga badan anak akan merasa lemas dan menyebabkan kecemasan pada orangtua

anak. Obat batuk ekspektoran yang bisa diberikan adalah Guaiafenesin dalam sediaan

sirup. Penggunaan parasetamol sebagai antipiretik tidak menunjukkan perbaikkan

kondisi mungkin disebabkan karena penggunaan parasetamol yang tidak tepat seperti

waktu penggunaan, skala penggunaan, dan dosis yang digunakan. Terapi suportif non

farmakologik yang bisa diberikan adalah pemberian rebusan jahe dengan madu yang

berfungsi sebagai ekspektoran.

Karena batuk biasanya bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dari suatu

penyakit, dapat diberikan terapi non farmakologik, seperti istirahat yang cukup, makan

makanan yang bergizi, makanan ringan seperti kerupuk atau biskuit sebaiknya dihindari,

dan minum air yang cukup. Jika dalam 4-5 hari belum sembuh dan masih demam,

sebaiknya diperiksakan ke dokter.

Batuk

Batuk berdahak pada anak dapat diobati dengan kombinasi mukolitik dan

ekspektoran. Mukolitik berfungsi untuk memecah dahak, contoh obat mukolitik

adalah bromheksin. Ekspektoran merupakan obat yg berfungsi untuk mengencerkan

dan mengeluarkan dahak, kombinasi keduanya sangat cocok untuk batuk berdahak,

msalnya guaiafenesin. Keduanya dapat bekerja secara sinergis untuk mengobati

batuk berdahak. Produk yang kita sarankan untuk terapi batuk anak adalah Bisolvon

Extra. Obat ini merupakan obat bebas terbatas, sehingga masuk dalam wewenang

apoteker untuk memberikan terapi swamedikasi.

Komposisi :Per 5 mL sir Bromhexine HCI 4 mg, guaifenesin 100 mg.

Khasiat :BISOLVON bekerja dengan mengencerkan sekret pada

saluran  pernafasan dengan jalan menghilangkan serat-serat mukoprotein dan

mukopolisakaridayangterdapat pada sputum/dahaksehingga lebih mudah

dikeluarkan.

Indikasi : terapi sekretolitik dan ekspektoran untuk meredakan batuk

dan mengencerkan sekresi mukus.

Page 19: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Efek Samping : Dapat terjadi efek samping sebagai berikut : mual, diare,

gangguan pencemaan, perasaan penuh di perut, tetapi biasanya ringan. Pernah

dilaporkan efek samping: sakit kepala, vertigo, berkeringat banyakdan ruam kulit,

juga dapat terjadi kenaikan transaminase.

Kontraindikasi :Penderita yang hipersensitif terhadap Bromhexine HCI.

Aturan Pakai : Anak usia 2 sampai 6 tahun : 3 kali sehari 2,5 mL.

Interaksi : Pemberian bersamaan dengan antibiotika (amoksisilin,

sefuroksim, doksisiklin) akan meningkatkan konsentrasi antibiotika pada jaringan

paru.

Diproduksi oleh :PT. Boehringer Ingelheim Indonesia Bogor, Indonesia

Dengan lisensi dari :Boehringer Ingelheim International GmbH.Ingelheim am

RheinJerman

Simpan pada suhu 25 - 30°C, dalam botol tertutup rapat.

(Anonim, 2012)

Demam

Pengobatan demam dapat menggunakan aspirin, paracetamol atau ibuprofen.

Namun penggunaan aspirin dalam kasus ini sebaiknya kita hindari sebab, Indonesia

merupakan daerah tropis, sangat mungkin gejala demam yang tidak kunjung turun

adalah akibat dari demam berdarah. Selain memiliki efek antipiretik analgetik,

aspirin memiliki efek antikoagulan, dan ini akan berbahaya jika ternyata gejala

demam tersebut merupakan demam berdarah. Pilihan pertama dan hampir

digunakan dimana saja, adalah paracetamol, alasan utama adalah obat paracetamol

ditemukan jauh sebelum ibuprofen dan memiliki data hasil penelitian yang jauh

lebih banyak mengenai kemananan paracetamol untuk anak, jika digunakan sesuai

dengan dosisnya, efek samping yang muncul akan sangat minimal. Obat ibuprofen,

adalah new comer , walupun banyak penelitian mengatakan mampu menurunkan

panas lebih cepat, yang perlu diingat adalah lebih cepat, bukan lebih baik, tapi

mengingat ibuprofen adalah golongan AINS yang memiliki segudang efek samping

seperti gangguan saluran cerna, sehingga penggunaan ibuprofen selalu menjadi

kontroversial. Sehingga ada beberapa negara yang mengatakan ibuprofen dilarang

untuk anak dibawah 6 tahun, dan ada beberapa negara yang anak kita memilih

menggunakan paracetamol. Produk yang kita sarankan untuk dipakai adalah Dumin

Paracetamol Syrup produksi Actavis. Obat ini merupakan obat bebas, sehingga

memungkinkan apoteker dalam meberikan swamedikasi.

Page 20: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Nama Generik :Parasetamol

Komposisi Dumin tablet : Setiap tablet mengandung 500 mg Parasetamol

Komposisi Dumin sirup : Setiap 5 ml sirup mengandung 120 mg Parasetamol

Grup :OTC

Kode ATC :OTC

Aturan pakai : 2-6 tahun 1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali sehari

Dumin sirup : Tersedia dalam botol berisi 60 ml

No.Reg.: DBL8505505137A1

Cara kerja Obat : Analgesik - antipiretik

Sebagai analgesik, bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa

sakit.Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di

hipotalamus.

Indikasi : Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit

gigi dan menurunkan demam.

Kontra indikasi

- Penderita gangguan fungsi hati yang berat.

- Penderita hipersensitif terhadap obat ini.

Efek samping

- Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.

- Reaksi hipersensitivitas.

(www.actavis.co.id)

Sediaan alternatif

Page 21: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Terkadang anak akan sulit minum obat jika obat yangharus diminum terlalu

banyak. Oleh karena itu kita dapat memberikan sediaan alternatif yang mengandung

obat demam dan batuk sekaligus dalam satu sediaan. Untuk itu kami dapat

menyarankan Pinkid’s Cough produksi PT Graha Farma. Obat ini mengandung

Parasetamol sebagai analgetik antipiretik yang menurunkan demam, Gliseril

guaiakolat sebagai ekspektoran, dan CTM sebagai antihistamin, yang

memungkinkan menyembuhkan gejala demam dan batuk yang disebabkan alergi

dan memiliki efek samping mengantuk sehingga memungkinkan anak untuk

beristirahat. Pinkid’s Cough merupakan obat bebas terbatas dan memungkinkan

apoteker untuk memberikan dalam terapi swamedikasi.

(Anonim, 2012)

Komposisi :Tiap sendok takar 5 ml mengandung Parasetamol 120 mg,

Gliseril guaiakolat 50 mg, CTM 1 mg

Indikasi :Pinkid's® Cough Suspensi meredakan batuk berdahak karena

alergi yang disertai demam.

Kontra Indikasi :Penderita gangguan fungsi hati yang berat. Penderita yang

hipersensitif terhadap komponen obat

Efek Samping :Mulut kering, mengantuk, pandangan kabur. Penggunaan dalam

dosis besar dan jangka panjang menyebabkan keru- sakan fungsi hati.

Peringatan :Hati - hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal.

Penggunaan pada anak usia di bawah 2 tahun hams di bawah penga-wasan dokter.

Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui. Penggunaan pada

penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat me-ningkatkan resiko kerusakan

fungsi hati. Dapat menyebabkan kantuk.

Aturan Pakai :Anak-Anak 2 - 6 tahun3 X sehari 1 sendok takar

Cara Penyimpanan:Simpan ditempat yang sejuk (15 - 25)°C dan kering.

Kemasan :Botol 60 ml. No. Reg : DTL 0531108633 A1

(www.grahafarma.com)

c. KIE

Page 22: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Pemakaian obat dipilih sesuai kondisi anak, apabila tidak memungkinkan anak untuk

meminum dua obat maka dipilih sediaan alternatif yaitu Pinkid’s Cough. Semua obat

yang kami sarankan diminum tiga kali sehari yaitu dalam selang waktu 8 jam, setelah

makan, sebanyak satu sendok takar. Sendok takar sudah tersedia di dalam kemasan

obat.

Untuk terapi suportif demam dilakukan dengan kompres air hangat agar terjadi

dilatasi pembuluh darah dan panas dapat teralihkan, tidak boleh dikompres dengan

air dingin karena akan menyempitkan pembuuh darah dan panas tidak teralihkan.

Terapi suportif untuk batuk, pasien diharapkan mengindari udara dingin dan banyak

minum air putih. Secara umum pasien harus banyak beristirahat untuk memulihkan

kondisi kesehatan pasien.

Jika kondisi anak memburuk setelah tiga hari pengobatan atau memiliki gejala

seperti dibawah, segera bawa anak ke dokter:

* Saat anak susah bernapas atau ada masalah saat bernapas

* Bernapas lebih cepat dari biasanya dan pendek

* Kebiruan atau gelap pada bibir, wajah atau lidah

* Demam tinggi sampai kejang

* Bayi (kurang dari 3 bulan) batuk selama beberapa jam

* Saat batuk, si kecil bersuara ‘whooping’

* Batuk darah

* Menarik napas sangat panjang

* Saat menghela napas disertai bunyi

* Kelelahan

D. Kesimpulan

1. Self medication atau swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut World Health

Organization (WHO) didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan

(termasuk produk herbal dan tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau

gejala yang dapat dikenali sendiri.

2. Sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan

tanggungjawab yang besar pada swamedikasi.

3. Demam dan batuk merupakan suatu indikasi yang dapat diobati dengan swamedikasi.

4. Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal tubuh

terhadap adanya infeksi.

5. Terapi pada demam dapat dilakukan secara non-farmakologik maupun farmakologik

disesuaikan dengan tipe demam dan kebutuhan penanganan.

6. Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada dan

merupakan refleks normal yang melindungi tubuh kita.

Page 23: Shelf Medication Batuk Pada Anak

7. Pengobatan simptomatik diberikan apabila, penyebab batuk yang pasti tidak diketahui,

sehingga pengobatan spesifik tidak dapat diberikan.

8. Pada kasus, anak 3 tahun batuk berdahak yang disertai dengan demam selama 2 hari,

swamedikasi yang diberikan adalah pemberian ekspektoran sebagai terapi

farmakologik batuk dan rebusan jahe sebagai terapi non farmakologik serta pemberian

paracetamol untuk mengatasi demam sebagai terapi farmakologik.

9. Tujuan dari pengobatan batuk adalah untuk  mengurangi frekuensi, keparahan dan

komplikasi lebih lanjut dari batuk. Tujuan dari pengobatan demam pada anak adalah

untuk mengembalikan suhu tubuh anak menjadi normal dan mencegah timbulnya

kejang.

10. Terapi suportif demam dilakukan dengan kompres air hangat. Terapi suportif untuk

batuk seperti mengindari udara dingin dan banyak minum air putih dan secara umum

pasien harus banyak beristirahat untuk memulihkan kondisi kesehatannya.

E. Daftar Pustaka

Anonim, 2012, http://www.actavis.co.id/id/products/Dumin+%28Tablet+Syr%29.htm,

diakses pada 8 Desember 2012 pukul 12.34

Anonim, 2012, http://www.grahafarma.com/productdetail.php?XA=0041, diakses pada 8

Desember 2012 pukul 12.44

Anonim, 2012, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 11 2011/2012, PT. Bhuana Ilmu

Populer,Jakarta

Anonim, 2004, Keputusan MenKes RI No 1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang standar

Pelayanan Farmasi di Apotek, DepKes RI, Jakarta

Dalimartha, S., 2008,Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, Pustaka Bunda, Jakarta

FIP, 1999,Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation and The World

Self-Medication Industry: Responsible Self-Medication, FIP & WSMI, p.1-2

Ganong, William, 2002,Fisiologi Kedokteran,EGC, Jakarta

Jepson, M.H., 1990, Patient Compliance and Counselling. In: D.M. Collett and M.E. Aulton

(Eds.),Pharmaceutical Practice, Edinburgh: Churchill Livingstone, p.339-341

Katzung, Bertram G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika,Jakarta

Lubis, M.B., 2009,Demam pada Bayi Baru Lahir, Dalam: Tjipta, G.D., Ali, M., dan Lubis,

M.B., Editor. Ragam Pediatrik Praktis, USU Press,Medan

Plipat N., Hakim S., & Ahrens W., 2002,The Febrile Child, In: Strange G., Ahrens W.,

Lelyveld S., & Schafermeger R., Ed. Pediatric Emergency Medicine. 2nd Ed,

McGraw-Hill,New York

Rudd, C.C., 1983, Teaching and Counseling Patient about Drugs. In: Ray, M.D., Basic Skill

in Clinical Pharmacy Practice, Universal Printing and Publishing, North Carolina

Page 24: Shelf Medication Batuk Pada Anak

Sherwoodlauralee,2001,Fisiologi manusia dari sel ke sistem, Penerbit buku kedokteran

EGC, Jakarta

Soedjatmiko, 2005,Penanganan Demam Pada Anak Secara Profesional, Dalam:

Tumbelaka, et al, Editor. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak

XLVII.Cetakan pertama. Jakarta: FKUI-RSCM, 32-41

Stark, John, 1990,Manual Ilmu Penyakit Paru, Bina Rupa Aksara,Jakarta

WHO, 1998,The Role of The Pharmacist in Self-Care and Self-Medication, The Hague, The

Netherlands: WHO, p.1-11.

Wilmana, P.F., dan Gan, S.G., 2007,Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti- Inflamasi

Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Dalam: Gan, S.G., Editor.

Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Jakarta: Gaya Baru, 230- 240.

Yunus, F, 1990,Proyek Pneumobile Indonesia Paru,FKUI,Jakarta

Yogyakarta, 10 Desember 2012

Praktikan,

Vanessa (FA/08539)

Dinda Kusuma Hardini (FA/08542)

Yuda Arif Kusuma (FA/08545)

Theresia Yolanda (FA/08548)

Anggarini Dwi Putri (FA/08551)