89
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU INDONESIA PINTAR (KIP) DI KAMPUNG LEBAK MANIS KELURAHAN SUKAJAWA BARU KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh TRIANA DESITA SARI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATANKARTU INDONESIA PINTAR (KIP) DI KAMPUNG

LEBAK MANIS KELURAHAN SUKAJAWABARU KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

TRIANA DESITA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 2: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

ABSTRAK

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATANKARTU INDONESIA PINTAR (KIP) DI KAMPUNG

LEBAK MANIS KELURAHAN SUKAJAWABARU KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Triana Desita Sari

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana sikap masyarakatterhadap pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar (KIP) di kampung Lebak Maniskelurahan Sukajawa Baru Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan adalahdeskriptif, subyek yang diteliti merupakan kepala keluarga penerima KIP dikampung Lebak Manis, yang berjumlah 36 KK. Teknik pengumpulan datamenggunakan angket tertutup dan angket skala likert, observasi, dan dokumentasi.Analisis data menggunakan rumus interval dan persentase.

Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telahdiuraikan, bahwa sikap masyarakat terhadap pemanfaatan KIP adalah mendukungyaitu masyarakat telah menggunakan dana KIP sesuai prosedur, yakni untukmembiayai iuran sekolah, transportasi sekolah, membeli pakaian danperlengkapan sekolah seperti tas dan sepatu sekolah, untuk membiaya biayatambahan praktik pembelajaran seperti ujian kompetensi dan latihan ujian, untukmembiayai les atau bimbingan belajar. Kecenderungan tindakan masyarakat jugapositif atau mendukung karena dana KIP yang diberikan tepat sasaran atau dalamhal ini benar diberikan kepada masyarakat yang lemah secara ekonomi.

Kata kunci : sikap masyarakat, pemanfaatan, KIP.

Page 3: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATANKARTU INDONESIA PINTAR (KIP) DI KAMPUNG

LEBAK MANIS KELURAHAN SUKAJAWABARU KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Triana Desita Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

PadaProgram Studi PPKn

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialFakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 4: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi
Page 5: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi
Page 6: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi
Page 7: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 20 Desember

1995. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, buah hati

dari pasangan Almarhum Bapak Suryadi dan Ibu Jumiati.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu TK

AISYIYAH pada tahun 2001, kemudian menyelesaikan pendidikan di Sekolah

Dasar Negeri 03 Sukajawa, Bandar Lampung pada tahun 2007, lalu Madrasah

Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Tanjung Karang Bandar Lampung pada tahun 2010,

Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama Tanjung Karang Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2013.

Pada Tahun 2013, penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program

Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi Bersama

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tertulis. Penulis pernah menjadi

bendahara Osis di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama Tanjung Karang Bandar

Lampung. Penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan di

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (BEM

FKIP) Unila sebagai anggota, kemudian Himpunan Mahasiswa Pendidika IPS

(HIMAPIS) sebagai anggota serta Forum Pendidikan Kewarganegaraan (Fordika)

FKIP Unila. Kemudian pada bulan Juli 2016, penulis mengikuti Kuliah Kerja

Page 8: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

Nyata (KKN) di Desa Kutowinangun, Lampung Tengah dan Praktik Pengalaman

Kependidikan (PPK) di SMP N 01 Sendang Agung, Lampung Tengah.

Page 9: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT,

Kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda baktiku kepada:

Kedua Orang Tuaku tersayang, Ayahanda Suryadi dan Ibunda

Jumiati yang telah membesarkanku dengan penuh cinta kasih

sayang, membimbing, memberikan semangat, motivasi serta selalu

mendoakanku demi kesuksesanku

Kakakku tersayang Eka Novia dan Dwi Susanti, Abang Adi

Wijaya serta Adikku Tersayang Tiara Suryani dan Sonia

Apriyani yang selalu memberi semangat serta motivasi dalam

menyongsong kesuksesanku

Almamater tercinta, Universitas Lampung

Page 10: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

MOTTO

Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia(Nelson Mandela)

Pendidikan adalah hal yang penting, pemerintah Indonesia terusberkomitmen membebaskan masyarakat dari tuna aksara

(Susilo Bambang Yudhoyono)

Bermimpilah, tuliskan semua mimpimu. Karena siapapun bolehmemiliki mimpi, raihlah mimpimu. Jangan biarkan alasan ekonomi

membuatmu patah arang, bukalah matamu lihatlah dunia yang luas,sesungguhnya dibalik masalah yang besar ada ALLAH yang maha

besar. (Triana Desita Sari)

Page 11: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad serta hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

kepada Rasulullah SAW, yang selalu dinantikan syafaatnya di Yaumul Qiyamah

kelak.

Skripsi dengan judul “Sikap Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kartu Indonesia

Pintar (KIP) di Kampung Lebak Manis Kelurahan Sukajawa Baru Kota Bandar

Lampung ” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Selama Penulisan Skripsi ini, Penulis banyak memperoleh saran maupun kritikan

yang bersifat membangun sekaligus merupakan sebuah pembelajaran baik dalam

menambah ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan penulis sendiri. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hermi Yanzi, S.Pd.,

M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung sekaligus sebagai

Pembimbing I dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., Selaku Pembimbing

Akademik sekaligus sebagai pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada :

Page 12: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan

Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lampung;

6. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku pembahas I yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi;

7. Bapak Edi Siswanto, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi;

8. Bapak M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd., Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd., serta

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas

segala ilmu yang telah diberikan, motivasi, saran, masukan serta segala

bantuan yang diberikan;

Page 13: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

9. Bapak Gusrizal, S.Ag. Selaku Lurah Sukajawa Baru yang telah membantu

dan mengizinkan penulis mengumpulkan data penelitian.

10. Kak Muklas Nurahman, S.Pd. selaku staff prodi PPKn, Kak Elisa

Septriana S.Pd, Kak Sri Rahayu, Kak Yuliana, serta kakak tingkat 2012

yang telah membantu dan memberi semangat.

11. Sahabat-sahabat terhebatku Shinta Ronauli Sitinjak, Reni Andriyani, Yesi

Suryanti, Endang Sri Lestari, Ersa Susanti serta Elin Eliawati yang selalu

meluangkan waktu, memberikan ide, saran serta cita inspirasi.

12. Sahabat-sahabat terbaikku, Atika Dwi Lestari, Wiji Riyani, Intan Bimbing

Rakasiwi, Uswatun Khasanah, Siti Khotijah, Yesi Surya Resita, Nur Anita

Sari, Aina Fayanti, Atika Febtiana Sari, Heni Istiani, Nur Anggraini serta

Prayitno yang telah meluangkan waktunya dan memberikan semangat,

cerita, cita dan canda tawa dalam segala hal.

13. Sahabat seperjuangan Azmi Fikron, M. Ardhiansyah, Artika Yasinda,

Meliansari serta seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang

tidak bisa disebutkan satu-persatu.

14. Adik tingkat Mia, Anggi, dan Desi yang selalu setia dilaboratorium

pembelajaran PPKn untuk membantu dan memberi semangat.

15. Teman-teman KKN-PPK SMPN 01 Sendang Agung, Lampung Tengah.

16. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Bandar Lampung, 10 Februari 2017Penulis

Triana Desita Sari

Page 14: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL ................................................................................................ iABSTRAK ................................................................................................................ iiHALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ iiiHALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ivSURAT PERNYATAAN ......................................................................................... vRIWAYAT HIDUP .................................................................................................. viPERSEMBAHAN..................................................................................................... viiiMOTTO .................................................................................................................... ixSANWACANA ......................................................................................................... xDAFTAR ISI............................................................................................................. xiiiDAFTAR TABEL .................................................................................................... xviDAFTAR GAMBAR................................................................................................ xviiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xviii

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 10C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 11D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 11E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 12

a). Tujuan Penelitian..................................................................................... 12b).Kegunaan Penelitian................................................................................ 12

1.Kegunaan Teoritis ................................................................................ 122.Kegunaan Praktis.................................................................................. 12

F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 131. Ruang Lingkup Ilmu ................................................................................... 132. Subyek Penelitian........................................................................................ 133.Obyek Penelitian.......................................................................................... 134 Tempat Penelitian ....................................................................................... 135. Waktu Penelitian ......................................................................................... 14

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Deskripsi Teori ................................................................................................. 15

1. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat.............................................................. 15a. Pengertian Sikap......................................................................................... 15b. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap................................................ 16c. Teori Sikap ................................................................................................. 18d. Karakteristik Sikap..................................................................................... 22

Page 15: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

e. Komponen Sikap ....................................................................................... 24f. Fungsi Sikap ............................................................................................... 25g.Pengukuran Sikap ....................................................................................... 25h.Pengertian Masyarakat .............................................................................. 29

2. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik, Pendidikan dan Progam IndonesiaPintar ............................................................................................................... 31

a. Kebijakan Publik....................................................................................... 311). Pengertian Kebijakan Publik................................................................ 322). Ciri-ciri Kebijakan Publik.................................................................... 333). Teori Pembuatan Keputusan ................................................................ 34

b. Kebijakan Sosial ...................................................................................... 39c. Pendidikan................................................................................................ 40

1. Pengertian Pendidikan .......................................................................... 402. Unsur-unsur Pendidikan ....................................................................... 423. Pentingnya Pendidikan ......................................................................... 43

d. Program Indonesia Pintar......................................................................... 451). Tujuan Program Indonesia Pintar ........................................................ 482). Sasaran dan Kriteria Penerima Manfaat Program Indonesia Pintar .... 483). Penggunaan Manfaat............................................................................ 504). Besaran Manfaat .................................................................................. 515). Mekanisme Pengusulan ....................................................................... 516). Pengambilan Dana ............................................................................... 52

B. Penelitian yang Relevan ..................................................................................... 55C. Kerangka Pikir.................................................................................................... 57

III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian................................................................................................... 58B. Subyek Penilitian................................................................................................ 58C. Variabel Penelitian ............................................................................................. 59

1. Variabel Bebas (X)........................................................................................... 592. Variabel Terikat (Y)......................................................................................... 60

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional................................................... 601. Definisi Konseptual.......................................................................................... 602. Definisi Operasional......................................................................................... 60

E. Pengukuran Variabel .......................................................................................... 61F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................. 61

1. Teknik Pokok .................................................................................................. 612. Teknik Penunjang............................................................................................ 62

G. Uji Kelayakan instrumen.................................................................................... 631. Uji Validitas ................................................................................................... 632. Uji Reliabilitas ............................................................................................... 63

H. Teknik Analisis Data.......................................................................................... 64

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Langkah-langkah Penelitian................................................................................66

1. Persiapan Pengajuan Judul .............................................................................662. Penelitian Pendahuluan ..................................................................................67

Page 16: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

3. Pengajuan Rencana Penelitian .......................................................................684. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................68

a. Persiapan Administrasi ..............................................................................68b. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ........................................................68c. Penelitian Dilapangan................................................................................69

5. Pelaksanaan Uji Coba Angket........................................................................70a. Analisis Uji Coba Angket..........................................................................70b. Analisis Uji Coba Reliabilitas ...................................................................70

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................................741. Luas dan Batas Wilayah Kampung Lebak Manis ..........................................742. Gambaran Umum Masyarakat Kampung Lebak Manis.................................753. Skruktur Pemerintahan Kampung Lebak Manis ............................................75

C. Deskripsi Data.....................................................................................................761. Pengumpulan Data .........................................................................................762. Penyajian Data................................................................................................76

a. Indikator Pemahaman Masyarakat Terhadap Pemanfaatan KIP ...............77b. Indikator Perasaan atau Tanggapan Masyarakat Terhadap

Pemanfaatan KIP .......................................................................................80c. Indikator Kecenderungan Bertindak Masyarakat Terhadap

Pemanfaatan KIP .......................................................................................83D. Pembahasan ........................................................................................................86

1. Pemahaman Masyarakat Terhadap Pemanfaatan KIP ....................................862. Perasaan atau Tanggapan Masyarakat Terhadap Pemanfaatan KIP ...............893. Kecenderungan Bertindak Masyarakat Terhadap Pemanfaatan KIP ..............93

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan .............................................................................................................99B. Saran....................................................................................................................100

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 17: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Penduduk berdasarkan Jenis Mata Pencaharian di KelurahanSukajawa Baru Tahun 2013-2016......................................................................5

1.2 Data anak putus sekolah di kampung Lebak Manis kelurahanSukajawa Baru ................................................................................................... 6

1.3 Data Penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) di kampung LebakManis kelurahan Sukajawa Baru........................................................................ 9

3.1 Sebaran Subyek Penelitian Berdasarkan RT....................................................59

4.1 Hasil Uji Coba Angket 10 Orang Diluar Responden Terkait SikapMasyarakat Terhadap Pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar (KIP)di Kampung Lebak Manis Kelurahan Sukajawa Baru Kota BandarLampung Untuk Item Ganjil (X) ......................................................................71

4.2 Hasil Uji Coba Angket 10 Orang Diluar Responden TerkaitSikap Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kartu IndonesiaPintar (KIP) di Kampung Lebak Manis Kelurahan SukajawaBaru Kota Bandar Lampung Untuk ItemGenap (Y) ........................................71

4.3 Distribusi antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) denganItem Genap (Y) ................................................................................................72

4.4 Distribusi Skor Angket Dari Indikator PemahamanMasyarakat Terhadap Pemanfaatan KIP..........................................................77

4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Pemahaman MasyarakatTerhadap Pemanfaatan KIP ..............................................................................79

4.6 Distribusi Skor angket dari indikator Tentang PerasaanAtau Tanggapan MasyarakatTerhadap Pemanfaatan KIP ..............................80

4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Perasaan/TanggapanMasyarakat Terhadap Pemanfaatan KIP .........................................................82

4.8 Distribusi Frekuensi Indikator Kecenderungan BertindakMasyarakat Terhadap Pemanfaatan KIP .........................................................85

Page 18: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir ....................................................................................... 57

Page 19: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Judul dari Wakil Dekan III FKIP UNILA ......................................101

2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ...............................................................................102

3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Pendahuluan .....................................103

4. Surat Izin Penelitian .....................................................................................................104

5. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .......................................................105

6. Kisi-kisi Angket ...........................................................................................................106

7. Angket Penelitian .........................................................................................................107

8. Distribusi Skor angket dari indikator Kecenderungan BertindakMasyarakat Terhadap Pemanfaatan KIP ......................................................................108

Page 20: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan serangkaian usaha untuk mencapai kemajuan

bangsa. Kemajuan bangsa akan dapat terwujud secara nyata dengan

usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita

bangsa. Oleh karena itu, maka pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan

keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan

pengembangan kualitas serta aspek lahiriah dan aspek rohaniah manusia. Itulah

sebabnya pendidikan nasional dirumuskan sebagai usaha sadar untuk

membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan merupakan kebutuhan

dasar dalam pembangunan bangsa. Melalui pendidikan kehidupan bangsa

menjadi lebih baik.

Pendidikan penting bagi manusia karena setiap manusia dilahirkan memiliki

berbagai potensi atau sumber daya agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya,

potensi tersebut memerlukan arahan dan bimbingan agar dapat membawa

kualitas manusia menjadi lebih baik. Melalui pendidikan potensi manusia dapat

tersalur, berkembang dan mendapatkan arahan. Pendidikan merupakan

perangkat penting dalam meningkatkan kesejahteraan warga melalui

penguasaan pengetahuan, informasi dan teknologi sebagai prasyarat

Page 21: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

2

masyarakat modern. Pengetahuan yang dimiliki manusia bermanfaat dalam

menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan sehari-hari. Selain itu

pendidikan juga sangat penting bagi kemajuan manusia, melalui pendidikan

nilai-nilai dapat ditanamkan, sehingga terwujud manusia yang beradab.

Kualitas pendidikan yang baik merupakan hal yang penting bagi proses

peningkatan daya saing suatu bangsa dimata dunia. Keterbelakangan

pendidikan menjadi faktor penghambat bagi pembangunan suatu negara.

Bahkan dalam tujuan negara Indonesia tersurat untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Begitu pentingnya pendidikan dalam memajukan suatu bangsa, namun dalam

menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas bukan merupakan hal yang

mudah, terdapat berbagai permasalahan yang mampu menghambat pendidikan.

Keadaan pendidikan di Indonesia yang masih memperihatinkan, mulai dari

mutu pendiikan yang masih rendah yang dibuktikan oleh banyaknya guru yang

mengajar bukan pada bidangnya serta tingkat kejujuran peserta didik yang

masih rendah, kemudian fasilitas untuk menunjang penyelenggaraan

pendidikan yang kurang memadai, hingga pemerataan pendidikan yang

didasari oleh alasan ekonomi. Banyak anak yang tak dapat mengenyam

pendidikan karena biaya yang sangat tinggi. Kemiskinan masih menjadi salah

satu alasan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia.

Hingga saat ini disparitas angka partisipasi sekolah sangat tinggi. Angka

partisipasi pendidikan keluarga yang mampu secara ekonomi lebih tinggi

dibandingkan angka partisipasi pendidikan keluarga yang ekonominya kurang

Page 22: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

3

mampu. Salah satu alasannya adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya

langsung maupun tidak langsung yang ditanggung oleh peserta didik. Biaya

langsung yang ditansggung peserta didik antara lain iuran sekolah, buku,

seragam dan alat tulis, sedangkan biaya tidak langsung yang ditanggung oleh

peserta didik antara lain biaya transportasi, uang saku, kursus dan biaya lain.

Tingginya biaya pendidikan tersebut menyebabkan tingginya angka tidak

melanjutkan pendidikan atau putus sekolah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2015 penduduk

miskin Indonesia berjumlah 28 513.57 ribu jiwa dan tahun 2016 berjumlah

28.005.41 sedangkan di provinsi lampung jumlah penduduk miskin 2015

berjumlah 1.100.68 ribu jiwa naik menjadi 1.169.60 ribu jiwa. Namun

bagaimanapun juga, pendidikan tetap harus dinomorsatukan, sebab jika tak ada

ilmu tidak akan kita dapati perbaikan kemiskinan.

Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 disebutkan bahwa “Fakir miskin dan anak-

anak yang terlantar dipelihara oleh negara” serta dalam pasal 34 ayat 2 UUD

1945 juga dijelaskan bahwa “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial

bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu sesuai dengan martabat manusia”. Untuk mengimplementasikan pasal

34 ayat 2 UUD 1945, berbagai upaya sudah banyak dilakukan pemerintah

untuk memutus mata rantai kemiskinan yang mengancam anak-anak. Dengan

mengeluarkan berbagai program-program, diantaranya Program Keluarga

Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pada PKH, rumah tangga

miskin diberi uang tunai sama dengan program BLT, tapi dalam PKH ada

Page 23: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

4

persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uang tunai tersebut hanya diberikan jika

anak-anak usia sekolah dalam keluarga tersebut benar-benar masih bersekolah.

Sasaran PKH cukup jelas, yaitu agar anak-anak usia sekolah dari keluarga

miskin terjamin haknya untuk memperoleh pendidikan sampai sekolah

menengah atas. Dengan pendidikan yang memadai diharapkan dapat memutus

mata rantai kemiskinan yang terjadi pada orang tua dan keluarganya sehingga

tidak berlanjut ke anak-anak generasi berikutnya.

Kemudian pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), meski dana

BOS diharapkan dapat meningkatkan jumlah keikutsertaan siswa/peserta

didik, tetapi masih banyak anak–anak yang tidak dapat bersekolah, putus

sekolah dan tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang

pendidikan berikutnya. Salah satu penyebab hal tersebut adalah kesulitan

orangtua atau keluarga dalam memenuhi kebutuhan pendidikan yang lain

seperti baju seragam, buku tulis, sepatu, biaya transportasi maupun biaya

pendidikan lainnya yang tidak ditanggung oleh dana BOS. Hal inilah yang

melatar belakangi dikembangkannya Program Bantuan Siswa Miskin (BSM).

Sikap masyarakat Indonesia terhadap progam bantuan pemerintah dalam

bidang pendidikan sangat disayangkan, terbukti pada progam Bantuan Siswa

Miskin, menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(TNP2K), menunjukkan akurasi dari penetapan sasaran penerima Program

BSM masih lemah dimana ditemukan banyak penerima BSM yang bukan

berasal dari keluarga atau rumah tangga miskin dan banyak siswa dari keluarga

atau rumah tangga miskin tidak menerima manfaat BSM.

Page 24: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

5

Sikap masyarakat terhadap progam PKH terlihat mendukung, hal ini

dibuktikan bahwa nurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(TNP2K), terjadinya kenaikan rata-rata banyak indikator di bidang kesehatan

(misalnya kunjungan ke Posyandu naik 3 persen, pemantauan pertumbuhan

anak naik 5 persen, dan kegiatan imunisasi naik 0,3 persen) dan indikator

pendidikan (misalnya kehadiran di kelas naik 0,2 persen). PKH juga berhasil

meningkatkan pengeluaran rumah tangga per bulan per kapita untuk

pendidikan dan kesehatan.

Adanya progam pemerintah tersebut ditujukan sebagai upaya peningkatan taraf

hidup masyarakat melalui bekal pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang

kurang mampu agar dapat menempuh pendidikan dengan mudah. Berikut data

penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di kelurahan Sukajawa Baru

Kota Bandar Lampung.

Tabel 1.1 Data Penduduk berdasarkan Jenis Mata Pencaharian diKelurahan Sukajawa Baru Tahun 2013-2016

No Jenis MataPencaharian

Jumlah Pertahun2013 2014 2015 2016

1. Pegawai Negeri Sipil 346 346 346 3462. ABRI 12 12 12 123. Pedagang 1836 1867 1846 17384. Buruh dan Tukang 1601 1624 1664 16695. Pensiunan 122 122 122 122

Sumber : Data Sekunder Kelurahan Sukajawa Kota Bandar Lampung

Berdasarkan data penduduk menurut jenis mata pencaharian di Kelurahan

Sukajawa Baru pada Tahun 2013-2016, penduduk yang berstatus PNS dan

ABRI dari tahun ke tahun tetap sama dan tidak mengalami perubahan. Hal ini

Page 25: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

6

menunjukkan bahwa tidak adanya peningkatan pendidikan di kelurahan

sukajawa baru, belum adanya regenerasi baru yang mampu menembus profesi

sebagai PNS dan ABRI.

Pada jenis pekerjaan sebagai pedagang mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke

tahun 2014 kemudian ketahun 2016 hal ini disebabkan karena kelurahan

Sukajawa Baru berada dekat dengan pasar Bambu Kuning, Pasir Gintung dan

Pasar SMEP. Kemudian pada jenis mata pencaharian sebagai buruh dan tukang

mengalami kenaikan tiap tahunnya, dari tahun 2013 sampai pada tahun 2016.

Hal ini menyebabkan masih banyak warga kelurahan Sukajawa Baru yang

tergolong pada status ekonomi tidak mampu yang bekerja sebagai buruh pasar,

dan tukang bangunan. Sehingga sukar apabila harus membiayai pendidikan.

Berikut data anak putus sekolah di kampung Lebak Manis kelurahan Sukajawa

Baru

Tabel 1.2 Data anak putus sekolah di kampung Lebak Manis kelurahanSukajawa Baru

No Nama (L/P) Usia RT1. Wirna Ambarsari P 16 Tahun 012 Lia Lufita P 16 Tahun 013 Sari Luana P 17 Tahun 014 Riski L 12 Tahun 025. Jefri L 14 Tahun 036. Risa Mutiara P 14 Tahun 037. Maulana L 13 Tahun 038. Wawan L 13 Tahun 039. M. Edo Hariawan L 14 tahun 03

Sumber : Data Primer RT Kampung Lebak Manis

Berdasarkan data putus sekolah di kampung Lebak Manis, mayoritas anak

putus sekolah berada pada jenjang SMP dan SMA, jumlah anak putus sekolah

yang paling banyak ialah pada RT 03 yaitu berjumlah 5 orang. Hal ini terjadi

Page 26: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

7

karena kurangnya biaya mereka untuk bersekolah sebab biaya pendidikan pada

jenjang SMP dan SMA cukup tinggi. Oleh karena itu pemerintah

mengeluarkan bantuan yang ditujukan kepada masyarakat kurang mampu agar

dapat mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan anak yang berasal dari keluarga

tidak mampu untuk bersekolah.

Selain progam PKH, BLT, BOS dan BSM upaya pemerintah untuk mengatasi

masalah kemiskinan yang menghalangi penyelenggaraan pendidikan adalah

dengan mengeluarkan Progam Indonesia Pintar yang diwujudkan dengan

pendistribusian Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Progam Indonesia Pintar merupakan salah satu progam nasional yang

tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2015-2019 yang salah satu tujuanya adalah untuk meningkatkan angka

partisipasi pendidikan dasar dan menengah. Adanya Progam Indonesia Pintar

mempunyai maksud untuk dapat memutus rantai angka putus sekolah yang

masih tinggi di Indonesia. Progam Indonesia Pintar ini diwujudkan dengan

pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada anak yang telah terdaftar

mengikuti Progam Indonesia Pintar atau sebagai penanda anak usia sekolah (6-

21 tahun) dari keluarga tidak mampu mendapat manfaat dari Progam Indonesia

Pintar.

Progam Indonesia Pintar merupakan penyempurnaan progam Bantuan Siswa

Miskin (BSM) yang ditujukan kepada anak usia sekolah untuk membantu biaya

keperluan sekolah. Sehingga peserta didik yang berasal dari keluarga tidak

Page 27: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

8

mampu dapat tercukupi kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang proses

pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan tugas dan

kewenangannya melaksanakan Program Indonesia Pintar dengan tujuan untuk

meningkatkan akses bagi anak usia 6 sampai dengan 21 tahun untuk mendapat

layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah dan mencegah

anak putus sekolah.

Kartu Indonesia Pintar (KIP) diberikan kepada anak usia sekolah yang berasal

dari keluarga pemilik Kartu Perlindungan Sosial (KPS) atau mereka yang

memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Mereka yang memperoleh KIP

berasal dari tingkat SD sampai SMA dan sederajat. Menurut Tim Nasional

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) berdasarkan sumber data

dan pagu nasional penerima kartu indonesia pintar (KIP) Tahun 2016

berjumlah 19.547.510 anak.

Kelurahan Sukajawa Baru penerima KIP berjumlah 383 anak yang terdiri dari

siswa jenjang pendidikan SD sampai dengan SMK. Kelurahan Sukajawa Baru

sendiri terdiri dari 2 LK dan LK I terdiri dari 13 RT, sedangkan LK II terdiri

dari 5 RT. Berikut data mengenai penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) di

kampung lebak manis kelurahan Sukajawa Baru

Page 28: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

9

Tabel 1.3 Data Penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Lebak ManisKelurahan Sukajawa Baru

No. RT/LK Tingkat Pendidikan JumlahPenerima KIPSD SMP SMA/SMK

1. RT 01 LK I 7 orang 11 orang 1 orang 19 orang2. RT 02 LK I 5 orang 2 orang 5 orang 12 orang3. RT 03 LK I 9 orang 7 orang 10 orang 26 orang

Jumlah 57 orangSumber : Data Sekunder Kelurahan Sukajawa Kota Bandar Lampung

Berdasarkan data penerima Kartu Indonesia Pintar di Kelurahan Sukajawa

Baru berjumlah 383 orang, yang tersebar yang tersebar di 18 RT. Penerima

KIP di kampung Lebak Manis berjumlah 57 orang yang terdiri dari 3 RT yaitu

RT 01 berjumlah 19 orang, RT 02 12 orang, dan RT 03 berjumlah 26 orang.

Adanya Progam Indonesia Pintar yang diwujudkan dengan pendistribusian

Kartu Indonesia Pintar (KIP) diharapkan mampu membantu masyarakat yang

tidak mampu dalam membiayai pendidikan anak-anak mereka. Kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah tentu akan berjalan baik apabila ada dukungan dari

masyarakat. Bagaimana masyarakat memanfaatkan fasilitas yang telah

diberikan pemerintah. Begitu juga dengan dikeluarkannya KIP, sikap

masyarakat merupakan faktor yang penting agar dapat terlaksana peningkatan

pendidikan pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Ada tiga

macam sikap masyarakat dalam menanggapi kebijakan yakni mendukung,

netral dan menolak, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan

salah satu warga kampung Lebak Manis Kelurahan sukajawa Baru,

kebanyakan masyarakat bersikap kurang mendukung Progam Indonesia Pintar

karena kebanyakan masyarakat menggunakan KIP tidak sebagaimana

mestinya, dengan menggunakan KIP bukan untuk membiayai keberlangsungan

Page 29: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

10

pendidikan anak, melainkan menggunakannya untuk kepentingan lain seperti

untuk membayar cicilan motor, membayar iuran listrik dan sebagainya.

Apa yang menjadi tujuan Program Indonesia Pintar, dan apa yang diginginkan

pemerintah terhadap pemanfaatan KIP belum termanifestasikan di masyarakat,

seharusnya pemanfaatan dana KIP adalah untuk pembelian buku dan alat tulis,

pembelian pakaian atau seragam dan perlengkapan sekolah, pembayaran

transportasi ke madrasah atau sekolah dan keperluan lain yang berkaitan

dengan pembelajaran siswa di madrasah atau sekolah seperti biaya untuk

membeli media pembelajaran LKS, biaya yang dikeluarkan saat pembelajaran

praktik misalnya saat pembelajaran portofolio dan sebagainya.

Berdasarkan data dan fakta tersebut maka penelitian ini sangat penting

mengingat banyaknya anak yang membutuhkan bantuan guna menempuh

pendidikan, tetapi justru bantuan tersebut disalahgunakan. Bagaimana suatu

daerah akan maju bila sumber daya manusianya tidak memiliki kualitas

pendidikan yang baik.

Maka berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Sikap Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar

(KIP) di kampung Lebak Manis Kelurahan Sukajawa Baru Kota Bandar

Lampung.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang diutarakan, dapat didefinisikan berbagai masalah

yaitu sebagai berikut:

Page 30: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

11

1. Kemiskinan masih menjadi salah satu faktor penghambat anak untuk

menempuh pendidikan di Indonesia.

2. Tingginya angka penduduk miskin di lampung.

3. Masih adanya anak yang putus sekolah di kampung Lebak Manis sehingga

KIP penting bagi keberlangsungan pendidikan.

4. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam mengatasi masalah

pendidikan anak yang kurang mampu.

5. Banyak masyarakat di kampung lebak manis yang bekerja sebagai buruh

pasar dan tukang sehingga sulit dalam membiayai pendidikan untuk

anaknya.

6. Sikap masyarakat yang kurang peduli terhadap pendidikan.

7. Pemanfaatan KIP belum termanifestasikan dimasyarakat.

8. Penggunaan dana KIP tidak sebagaimana mestinya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang dipaparkan,

maka penelitian ini akan dibatasi pada sikap masyarakat terhadap pemanfaatan

Kartu Indonesia Pintar (KIP) di kampung Lebak Manis Kelurahan Sukajawa

Baru Kota Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat

dikemukakan rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah sikap

masyarakat terhadap pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar (KIP) di kampung

Lebak Manis kelurahan Sukajawa Baru Kota Bandar Lampung?

Page 31: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

12

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

a). Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana sikap

masyarakat terhadap pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar (KIP) di kampung

Lebak Manis kelurahan Sukajawa Baru Kota Bandar Lampung.

b). Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk:

1).Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bagaimana usaha

Pemerintah dalam mengupayakan pemenuhan kebutuhan pendidikan dan

taraf hidup masyarakat di kampung Lebak Manis kelurahan Sukajawa

Baru.

2).Penelitian ini memperkaya konsep-konsep dalam ilmu pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang pendidikan

politik karena berkaitan dengan hak warga negara untuk mendapatkan

pelayanan publik.

2. Kegunaan Praktis

1).Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan

masukan bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang ekonominya

kurang mampu dan kurang memiliki kepedulian terhadap pendidikan

agar berperan aktif dan mendukung kebijakan pemerintah sehingga

tercipta peningkatan pendidikan yang dapat membangun daerahnya agar

menjadi penduduk yang berkualitas dan lebih baik.

Page 32: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

13

2).Kegunaan penelitian ini bagi Sekolah dapat memberi informasi mengenai

efisiensi pemanfaatan KIP oleh masyarakat belum termanifestasikan

dengan baik.

3).Kegunaan penelitian ini bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan, bahwa fakta dilapangan mengenai

pemanfaatan KIP belum terlaksana dengan baik, masyarakat belum

memanfaatkan KIP dengan sebagai mana mestinya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan kajian

politik dan kenegaraan mengenai kebijakan pemerintah karena membahas

tentang sikap masyarakat terhadap pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar

(KIP) di kampung Lebak Manis.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah sikap masyarakat terhadap pemanfaatan KIP di

kampung Lebak Manis.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah masyarakat penerima KIP di kampung Lebak

Manis yaitu RT 01, RT 02 dan RT 03 LK I kelurahan Sukajawa Baru.

4. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kampung Lebak Manis kelurahan Sukajawa

Baru

Page 33: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

14

5. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkan surat izin penelitian

pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung tanggal 30 September 2016 dengan nomor

5776/UN26/3/PL/2016 sampai dengan 18 Desember 2016 dengan nomor

474/29/VI.174/2016.

Page 34: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat

a. Pengertian Sikap

Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” adalah istilah yang

mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja

(netral) dari seseorang terhadap sesuatu (Sarwono, 2012:201).

Herbert Spencer dalam Ahmadi (2002:161) yang menggunakan kata ini

menunjuk suatu status mental seseorang. Bagi para ahli psikologi, perhatian

terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual. Mengapa individu

yang berbeda memperlihatkan tingkah laku yang berbeda dalam situasi yang

sebagian besar gejala ini diterangkan oleh adanya perbedaan sikap.

Menurut GW Allport dalam Widiastuti (2014:57) “sikap adalah keadaan

mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang

memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada

semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya”.

Thustone dalam Ahmadi (2002:163), mengatakan “sikap adalah

kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan

obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi : simbol, kata-kata, slogan,

orang, lembaga, ide dan sebagainya”. “Orang dikatakan memiliki sikap

Page 35: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

16

positif terhadap suatu obyek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki

sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negatif

terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya

unfavorable terhadap obyek psikologi” (Kurt dalam Ahmadi, 2002:163).

Menurut Gerungan dalam Ahmadi (2002:164), “pengertian attitude dapat

diterjemahkan dengan kata sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat

merupakan sikap, pandangan, atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai

oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek”.

Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesedian beraksi

terhadap suatu hal.

Berdasarkan pendapat ahli maka menurut peneliti sikap adalah keadaan

mental dan saraf seseorang melalui pengalaman sehingga menimbulkan

kecenderungan terhadap obyek tertentu yang bersifat positif atau negatif.

b. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu bawaan, melainkan hasil

interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis.

Pembentukan sikap sebagian dipengaruhi oleh pengalaman. Sikap dapat pula

dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami

perubahan. Sebagai hasil balajar sikap senantiasa akan berlangsung dalam

interaksi manusia berkenaan dengan obyek tertentu.

Menurut Bimo Walgito dalam Widyastuti (2014:68), pembentukan dan

perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor yaitu:

Page 36: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

17

a). Faktor Internal (Individu) yaitu cara individu dalam menanggapi dunia

luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima

atau ditolak.

b).Faktor Eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang

merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

Sedangkan, menurut Sarlito (2012: 203), sikap dapat terbentuk atau berubah

melalui empat macam cara :

a). Adopsi, kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan

terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri

individu dan memengaruhi terbentuknya sikap.

b).Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya

pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang

terjadi yang didanggap sejenis sekarang dipandang tersendiri dan lepas

dari jenisnya. Misalkan seorang anak kecil yang mula-mula takut kepada

setiap orang dewasa kecuali ibunya, tetapi lama kelamaan ia dapat

membeda-bedakan antara ayah, paman yang disukai dengan orang asing

yang tidak disukai.

c). Integrasi, pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai

dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu

sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

d).Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang

meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

Berdasarkan pendapat kedua ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa proses

pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor

Page 37: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

18

internal dan faktor eksternal dan melalui empat cara yaitu adopsi, diferensiasi,

integrasi dan trauma.

c. Teori Sikap

a). Teori Keseimbangan

Teori keseimbangan dikemukakan oleh Heider (1958). Prinsip dasar teori

keseimbangan bahwa sikap individu harus selalu berada dalam kondisi yang

seimbang. Keseimbangan akan tetap terjadi apabila individu dalam

hidupnya tetap konsisten dalam bersikap terhadap suatu obyek tertentu.

Teori keseimbangan dalam bentuk sederhana melibatkan hubungan-

hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap.

Keseimbangan sikap terhadap suatu obyek terkait dengan kesesuaian

(favorable) dan ketidaksesuaian (unfavorable). Suatu obyek yang

menurutnya baik, disukai dan diianggapnya positif, menimbulkan

kesesuaian dengan dirinya, karena dianggap menyenangkan. Maka individu

itu bersikap favorable. Sebaliknya suatu obyek yang menurutnya tidak baik,

tidak disukai, dan dianggapnya negatif, maka menimbulkan ketidaksesuaian

dengan dirinya. Karena dianggap tidak menyenangkan (unfavorable). Teori

ini lebih memfokuskan pada sikap konsisten. Hubungan afeksi dapat

menghasilkan sistem yang tidak seimbang menjadi seimbang (Hadiwinarto,

2009:118).

Berdasarkan pendapat ahli, maka menurut peneliti sikap dalam teori

keseimbangan ialah seseorang yang apabila menganggap baik atau positif

suatu objek maka akan menimbulkan kesesuaian atau positif terhadap

Page 38: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

19

dirinya. Kemudian diwujudkan melalui konsisten dalam bersikap.

b).Teori ketidaksesuaian (dissonance theory)

Teori ketidaksesuaian mengenai sikap, dikemukakan oleh Festinger (dalam

Hadiwinarto, 2009:118) adanya teori ketidaksesuaian tentang sikap karena

berkaitan dengan perilaku individu. Ada dua konsep yang dilawankan

dalam teori ini, yakni teori konsonansi (conssonance) yang berarti selaras

daan disonansi (dissonance) yang berarti ketidakselarasan. Teori ini

menekankan pada individu untuk menyelaraskan elemen-elemen kognisi

dan pemikiran, sebagai akibat adanya ketidakselarasan yaitu pikiran yang

menekan dan memotivasi untuk memperbaikinya.

Menurut festinger “yang dimaksud dengan elemen kognitif ialah mencakup

pengetahuan, pandangan dan kepercayaan tentang lingkungan, seseorang

atau tentang tindakan”. Pengertian disonansi adalah “tidak cocoknya antara

dua atau tiga elemen-elemen kognitif” (Walgito, 2003:138).

Dalam teori ini terdapat dua elemen kognitif yang saling bertentangan, dan

kalau dibiarkan, akan menimbulkan sikap ambivalensi. Karena keberadaan

kedua elemen yang saling bertentangan (dissonance) itu menganggu logika

dalam berpikir. sebagai contoh, misalnya: “ elemen kognitif “KIP penting

bagi keberlangsungan pendidikan siswa tidak mampu”. Kalau dirinya “saya

siswa kurang mampu”, maka terjadi konsonansi atau keselarasan. Akan

tetapi kalau ternyata “saya tidak tergolong siswa yang kurang mampu”,

maka terjadi ketidakselarasan. Cara mengurangi atau menghilangkan

disonansi adalah dengan merubah salah satu elemen kognitif, yaitu dengan

Page 39: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

20

mengubah sikap agar sesuai dengan perilakunya. (Hadiwinarto, 2009:118-

119).

Berdasarkan pengertian ahli, maka menurut peneliti sikap dalam teori

ketidaksesuaian adalah apabila terjadi ketidak cocokan seseorang terhadap

pengetahuan, pandangan dan kepercayaan mengenai suatu objek maka akan

menimbulkan sikap ambivalent yaitu keadaan dan perasaan bertentangan

dengan seseorang.

c). Teori Konsistensi Kognitif-Afektif

Teori ini dikembangkan oleh Ressenberg. Teori ini memfokuskan pada

suatu proses bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka

konsisten dengan afeksinya. Penilaian seseorang terhadap suatu kejadian

akan mempengaruhi keyakinanya, karena kognisi dan afeksinya sudah

dibentuk. penilaian itu tidak diawali dari suatu pembuktian. Karena sudah

terjadi kesamaan dalam dirinya antara kognitif atau pengetahuan dengan

afektif atau perasaan. Dalam kondisi seperti itu, maka konasi atau kemauan

dapat terkalahkan.

Suatu hal penting dalam pengetrapan teori ini adalah dalam kaitanya dengan

perubahan sikap. Karena hubungan komponen afektif dengan komponen

koginifnya konsisten, maka bila komponen afektifnya berubah maka

komponen kognitifnya juga berubah (Walgito, 2003:173).

Sebagai contoh, seseorang membatalkan kemauannya untuk makan

direstoran “X” karena temannya memberitahu bahwa restoran tersebut tidak

halal, padahal dia belum pernah makan di restoran tersebut. Di sini jelas

Page 40: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

21

bahwa telah terjadi dialog antara kognitif dan afektif hingga mencapai

konsistensi pada tingkat tertentu (Hadiwinarto, 2009:119).

Berdasarkan pendapat ahli, maka sikap dalam teori konsistensi koginitif-

afektif ialah penilaian seseorang terhadap objek akan mempengaruhi sikap

dalam bertindak.

d).Teori Atribusi

Teori atribusi dalam psikologi sosial terkait dengan persoalan prososial atau

penerimaan sosial. Penekanan teori ini bahwa individu menerima kehadiran

orang lain setelah mengetahui perilaku dan penampilan nyata. Kesimpulan

yang diambinya itu (menerima atau menolak), terkait dengan perilakunya

sendiri dan persepsinya tentang situasi. Dalam teori ketertarikan sosial,

orang tertarik kepada orang lain karena penampilannya, bukan karena faktor

lain. Orang yang sama, berada dalam dua situasi berbeda dengan

penampilan berbeda, menurut teori ini dapat menyebabkan penerimaan

orang lain menjadi berbeda (Hadiwinarto, 2009:120).

Berdasarkan pendapat ahli, maka menurut peneliti sikap dalam teori atribusi

ialah dalam menerima atau menolak suatu obyek, seseorang akan melihat

kenyataan yang disesuaikan dengan persepsinya

e). Teori Belajar dan Reinforcement

Sikap dipelajari dengan cara yang sama seperti kebiasaan yang lainnya.

orang memperoleh informasi dan fakta-fakta, mereka juga mempelajari

perasaan-perasaan dan nilai-nilai berkaitan dengan fakta tersebut. Proses-

proses dasar terjadinya belajar dapat diterapkan pada pembentukan sikap.

Page 41: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

22

Individu dapat memperoleh informasi dan perasaan melalui proses asosiasi.

Asosiasi terbentuk bila stimulus muncul pada saat dan tempat yang sama

(Widyastuti, 2014:62).

Berdasarkan pendapat ahli, maka menurut peneliti sikap dalam teori belajar

dan Reinforcement ialah karena proses mempelajari perasaan-perasaan atau

nilai-nilai berdasarkan kenyataan.

f). Teori Intensif

Teori ini memandang pembentukan sikap sebagai proses menimbang baik

buruknya berbagai kemungkinan posisi dan kemudian mengambil alternatif

yang terbaik. Teori intensif mengabaikan asal-usul sikap dan hanya

mempertimbangkan intensif yang terjadi. Selain itu teori intensif

menekankan keuntungan atau kerugian yang akan dialami seseorang dengan

mengambil posisi tertentu.

Berdasarkan pendapat ahli, maka menurut peneliti sikap dalam teori Intensif

proses dimana seseorang menimbang baik atau buruk dari suatu kondisi

untuk mengambil keputusan terbaik.

d. Karatkeristik Sikap

Menurut widyastuti (2014:58) karakteristik sikap adalah:

a). Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

b).Sikap ditujukan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori dalam

hal ini skema yang dimiliki orang menentukan bagaimana mereka

mengkategorisasikan target obyek dimana sikap diarahkan.

c). Sikap dipelajari.

Page 42: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

23

d).Sikap memengaruhi perilaku. Pengukuran sikap yang mengarah pada suatu

obyek memberikan alasan untuk berperilaku mengarah pada obyek itu

dengan suatu cara tertentu.

Sedangkan menurut Ahmadi (2002:178) ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

1).Sikap itu dipelajari (learnability)

Mempelajari sikap dengan sengaja bila individu itu mengerti bahwa hal itu

akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan

kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

2).Memiliki kestabilan (Stabiity)

Sikap dimulai dari dipelajari kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil,

melalui pengalaman.

3).Personal-societal significance

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga

antara orang dan barang atau situasi.

4).Berisi Cognisi dan affeksi

Komponen cognisi dari pada sikap adalah berisi informasi yang faktual,

misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5).Approach-avoidance directionality

Bila seseorang memiliki sikap yang fovarable terhadap sesuatu obyek,

mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang

memiliki sikap unfovarable, mereka akan menghindarinya.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri sikap

yaitu sikap itu dipelajari, ditujukan kepada obyek dan memengaruhi tingkah

laku.

Page 43: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

24

e. Komponen Sikap

Komponen sikap menurut Sears dalam Widyastuti (2014:59), terdiri atas:

1).Komponen kognitif dalam suatu sikap terdiri dari keyakinan seseorang

mengenenai obyek tersebut bersifat evaluatif yang melibatkan

diberikannya kualitas disukai atau tidak disukai, diperlukan atau tidak

diperlukan, baik atau buruk terhadap obyek.

2).Komponen Perasaan dalam suatu sikap berkenaan dengan emosi yang

berkaitan dengan obyek tersebut. Obyek tersebut dirasakan sebagai hal

yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai.

Beban emosional inilah yang memberikan watak tertentu terhadap sikap

yaitu watak mantap, tergerak dan termotivasi.

3).Komponen Kecenderungan Tindakan dalam suatu sikap mencakup semua

kesiapan perilaku yang berkaitaan dengan sikap. Jika seseorang individu

bersikap positif pada obyek tertentu, maka ia akan cenderung membantu

atau memuji/ mendukung obyek tersebut. Jika bersikap negatif ia akan

cenderung mengganggu atau menghukum atau merusak obyek tersebut.

Sedangkan menurut Travers, Gagne dan Cronbach dalam Ahmadi (2002:164)

sikap melibatkan tiga komponen yng saling berhubungan yaitu:

1).Komponen Cognitive : berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran

yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek.

2).Komponen affective : menunjuk pada dimensi emosional dari sikap yaitu

berhubungan dengan obyek. Obyek disini dirasakan sebagai

menyenangkan atau tidak menyenangkan.

3).Komponen behavior atau conative : melibatkan salah satu disposisi untuk

Page 44: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

25

bertindak terhadap obyek.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa komponen sikap

terdiri atas komponen kognitif, afektif dan behavior.

f. Fungsi Sikap

Menurut katz dalam Widyastuti (2014:58), fungsi sikap antara lain adalah :

1).Utilitarian Function dimana sikap memungkinkan untuk memperoleh atau

memaksimalkan ganjaran (reward) atau persetujuan dan meminimalkan

hukuman. Misalnya, seseorang dapat memperbaiki ekspresi atau sikapnya

terhadap suatu obyek tertentu untuk mendapatkan persetujuan atau

dukungan.

2).Knowledge Function, yaitu bahwa sikap membantu dalam memahami

lingkungan (sebagai skema) dengan melengkapi ringkasan evaluasi

tentang obyek dan kelompok obyek atau segala sesuatu yang dijumpai di

dunia ini.

3).Value-Expressive Function yaitu sikap kadang-kadang

mengomunikasikan nilai dan identitas yang dimiliki seseorang terhadap

orang lain.

4).Ego-Defensive Function yaitu sikap melindungi diri, menutupi kesalahan,

agresi dan sebagainya dalam rangka mempertahankan diri.

g. Pengukuran Sikap

Menurut beberapa ahli, sikap dapat diukur dengan menggunakan suatu alat

yang dinamakan skala sikap. Di antara banyak skala sikap yang dikenal, ada

dua skala sikap yang cukup banyak digunakan, yaitu skala sikap dari R.

Page 45: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

26

Likert (1932) dan L.L Thurstone (1934). Bentuk kedua skala itu hampir

serupa, hanya proses pembuatannya yang berbeda. Jika pembuatan skala

Likert, daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan dijadikan pengukur diujikan

dahulu kepada sejumlah responden yang ciri-cirnya mirip dengan sampel

yang akan diselidiki responden. Pada skala Thurstone rencana pernyataan-

pernyataan itu diujikan kepada sejumlah pakar yang mengetahui betul

permasalahan yang sedang diselidiki (Sarwono Sarlito, 2012:207).

1). Skala Likert

Likert menggunakan sejumlah pertanyaan untuk mengukur sikap yang

mendasarkan pada rata-rata jawaban. Namun memiliki perbedaan di sana

sini. Likert didalam pernyataannya menggambarkan pandangan yang

ekstrem pada masalahnya. Setelah pernyataannya dirumuskan, Likert

membagikan kepada sejumlah responden yang akan diteliti. Kepada

responden diminta untuk menunjukkan tingkatan di mana mereka setuju

atau tidak setuju pada setiap pernyataan dengan 5 (lima) pilihan skala :

sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju (Ahmadi,

2002:186).

Sangat setuju setuju netral tidak setuju sangat tidak setuju

5 4 3 2 1

Demikianlah, skor 5 diberikan kepada yang menjawab sangat setuju, skor

1 diberikan kepada yang menjawab sangat tidak setuju. Dengan cara ini

setiap pernyataan memberikan nilai skala 1 sampai dengan 5.

Page 46: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

27

2). Skala Thurstone

L.L Thurstone percaya bahwa sikap dapat diukur dengan skala pendapat.

Mula-mula usaha mengukur sikap ini terdiri atas sejumlah daftar

pertanyaan yang diduga berhubungan dengan sikap.

Metode Thurstone terdiri atas kumpulan pendapat yang memiliki

rentangan dari sangat positif ke arah sangat negatif terhadap obyek sikap.

Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan sekelompok individu

yang diminta untuk menentukan pendapatnya pada suatu rentangan

sampai 11 di mana angka 1 mencerminkan paling positif

(menyenangkan) dan angka 11 mencerminkan paling negatif (tidak

menyenangkan) prosedur Thurstone untuk menciptakan sejumlah

langkah pertanyaan ini cukup kompleks (Ahmadi, 2002:184).

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a). Langkah pertama Thurstone memilih dan mendefinisikan setepat

mungkin “sikap” yang akan diukur.

b).Kemudian merumuskan sejumlah pernyataan tentang obyek sikap.

Dalam hal ini perlu diadakan perbaikan serta editing untuk

penyempurnaan pernyataan itu.

Dalam proses editing ini Thurstone mengemukkan 5 kriteria, yaitu:

1).Pernyataan harus pendek.

2).Pernyataan harus merumuskan sedemikian rupa sehingga

responden dapat membenarkan atau menolak.

3).Pernyataan harus relevan dengan masalahnnya.

4).Pernyataan harus tidak mengandung pengertian ganda.

Page 47: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

28

5).Pernyataan harus dapat menggambarkan semua kemungkinan

secara lengkap suatu pendapat terhadap masalah.

c). Langkah berikutnya Thurstone membagikan daftar pernyataan itu

kepada sejumlah responden yang secara obyektif dan bebas akan

mengatakan pendapatnya baik postif maupun negatif.

Setelah mengevaluasi pernyataan-pernyataan, setiap responden

kemudian ditempatkan dalam angka antara 1 dan 11 yang

menggambarkan suatu continum atau skala. Pernyataan pada posisi

positif yang kuat akan ditempatkan pada angka 1, pernyataan positif

yang kurang berikutnya ditempatkan pada angka kedua dan

seterusnya, sampai pada angka 11 yang menunjukkan pernyataan

negatif yang kuat. Sedangkan angka 6 yang menunjukkan

pertengahan skala, ditempatkan pernyataan netral yaitu tidak positif

dan tidak negatif.

d).Kemudian, nilai skala menunjukkan tingkat kepositifan atau

kenegatifan terhadap obyek, yang dihitung untuk setiap pernyataan.

Cara ini dilakukan untuk mengambil rata-rata/ mean score dari

semua responden untuk setiap pernyataan (item).

3).Skala Bogardus

Menurut Bogardus mengatakan bahwa dalam suatu kelompok ada

intensitas hubungan yang berbeda satu dengan yang lain di antara para

anggotanya, demikian pula terdapat intensitas hubungan antara kelompok

satu dengan kelompok lainnya. Borgadus melakukan pengukuran

Page 48: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

29

terhadap jarak antara entnik group lain dengan meminta responden

menjawab 7 (tujuh) pertanyaan dengan pilihan jawaban ya atau tidak

(Walgito,2009:158).

4).Skala Perbedaaan Semantik

Skala ini dikembangkan oleh Osgood, Suci dan Tannerbaum (1957) yang

meminta responden untuk menentukan suatu ukuran skala yang bersifat

berlawanan yaitu positif atau negatif, yaitu: baik-buruk, aktif-pasif,

bijaksana-bodoh dan sebagainya. Skala ini terbagi atas tujuh ukuran dan

angka empat menunjukan ukuran yang secara relatif netral (Ahmadi,

2002:188).

h. Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan sistem adaptif, karena masyarakat merupakan wadah

untuk memenuhi berbagai kepentingan dan kebutuhan untuk memenuhi

berbagai kepentingan dan kebutuhan untuk dapat bertahan. Mengenai arti

masyarakat beberapa ahli memberikan definisi, menurut J.L. Gillin dan J.P

Gillin dalam Ahmadi (2009: 225), mengatakan bahwa “masyarakat adalah

kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap,

dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-

pengelompokan yang lebih kecil”.

Sedangkan, Soerjono Soekanto dalam Ismawati (2012:51), menjelaskan

bahwa “masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang

ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Dasar-dasar masyarakat

adalah lokalitas dan perasaan”.

Page 49: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

30

Selanjutnya seorang sosiolog bangsa Belanda S.R. Steinmetz dalam Ahmadi

(2009:226), mengatakan bahwa “masyarakat adalah kelompok manusia yang

terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih

kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat dan teratur”.

Dari ketiga definisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa masyarakat adalah

sekelompok manusia yang hidup di suatu wilayah yang ditandai dengan

adanya hubungan sosial yang erat dan kesamaan perasaan.

Menurut Ismawati (2012:50), Setiap masyarakat memiliki komponen

dibawah ini:

1).Populasi, yakni warga suatu masyarakat yang dilihat dari sudut pandang

kolektif.

2).Kebudayaan, yakni hasil karsa, cipta dan rasa dari kehidupan bersama,

yang mencakup: sistem lambang-lambang, informasi.

3).Hasil-hasil kebudayaan material, berupa benda-benda, baik yang bisa

bergerak seperti pesawat, maupun yang tidak bisa bergerak seperti candi.

4).Organisasi sosial, yakni jaringan hubungan antara warga masyarakat yang

bersangkutan, antara lain mencakup : warga masyarakat secara individual,

peranan-peranan, kelompok-kelompok sosial, kelas-kelas sosial.

5).Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya.

Ciri-ciri masayarakat menurut Setiadi (2012:84) yakni:

1).Sekumpulan orang

2).Sudah terbentuk dengan lama

Page 50: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

31

3).Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri

4).Memiliki kepercayaan (nilai), sikap dan prilaku yang dimiliki bersama

5).Adanya kesinambungan dan pertahanan diri.

6).Memiliki kebudayaan.

Berdasarkan definisi para ahli maka menurut peneliti sikap masyarakat

adalah kecenderungan yang bersifat negatif atau positif dari sekelompok

manusia yang hidup di suatu wilayah yang ditandai dengan adanya

hubungan sosial yang erat dan kesamaan perasaan.

2. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik, Pendidikan dan Progam IndonesiaPintar

a. Kebijakan Publik

Kebijakan selalu mencakup struktur yang mendua. Di satu sisi kebijakan

mempunyai dimensi instrumental dalam menghasilkan keputusan, program

dan hasil lainnya dengan nilai-nilai yang diyakini oleh para aktor pengambil

kebijakan yang merupakan jalur komunikasi norma-norma etika dan moral,

proses membangun jalinan kepercayaan (trust) dan solidaritas antar aktor.

Sedangkan di sisi lain kebijakan dapat menghasilkan nilai-nilai yang anti-nilai

seperti dominasi dan proses non-developmental.

Kebijakan merupakan alat atau instrumen untuk mengatur penduduk dari atas

ke bawah, dengan cara memberi rewards dan sanctions. Secara intrinsik,

“kebijakan ialah instrumen teknis, rasional, dan action-oriented untuk

menyelesaikan masalah” (Shore dan Wright, 1997 dalam Marzali 2012:20).

Page 51: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

32

1). Pengertian Kebijakan Publik

Secara terminologi “kebijakan disebut sebagai serangkaian tindakan sebagai

suatu arahan untuk mencapai tujuan” (Irianto, 2011:34). Definisi kebijakan

menurut Robert dalam Agustino (2008:6) kebijakan publik sebagai

“hubungan antara unit pemerintah dengan lingkunganya”.

Menurut Thomas R Dye dalam Agustino (2008:7) mendefinisikan “kebijakan

publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak

dikerjakan”.

Lain dari Dye, Carl Friedrich dalam Agustino (2008:7) mendefinisikankebijakan publik adalah tindakan atau kegiatan yang diusulkan olehseseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentudimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dankemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakantersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapaitujuan yang dimaksud.

Berdasarkan tiga pendapat ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan

publik adalah tindakan atau keputusan yang dilakukan oleh seseorang,

kelompok, atau pemerintah untuk tujuan tertentu.

Menurut Ervin dalam Marzali (2012:20) “kebijakan adalah cetak biru bagi

tindakan yang akan mengarahkan dan memengaruhi perilaku orang banyak

yang terkena dampak keputusan tersebut”.

Kemudian menurut James Anderson dalam Agustino (2008:7) “kebijakan

publik merupakan serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan

tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok

aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang

Page 52: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

33

diperhatikan”. Konsep kebijakan ini menitikberatkan pada apa yang

sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan atau dimaksud. Dan

hal ini yang membedakan kebijakan dari suatu keputusan yang merupakan

pilihan diantara beberapa alternatif yang ada.

“Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh

badan dan pejabat pemerintah. Karena itu, karakteristik khusus dari kebijakan

publik adalah bahwa keputusan politik dirumuskan oleh otoritas” (Agustino

2008:8)

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat di tarik benang merah bahwa

kebijakan publik ialah serangkaian keputusan politik yang berhubungan

dengan suatu permasalahan yang di buat oleh sekelompok aktor untuk

mengarahkan dan memengaruhi orang banyak.

2).Ciri-ciri Kebijakan Publik

Menurut David Easton dalam Suharno (2013:14), ciri kebijakan publik terdiri

atas :

a. Kebijakan publik merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan, bukan

tindakan acak dan kebetulan. Kebijakan publik dalam sistem politik

modern merupakan suatu tindakan yang direncanakan.

b. Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling

berkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan

oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang

berdiri sendiri. Kebijakan tidak hanya berupa keputusan untuk membuat

Page 53: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

34

undang-undang, melainkan diikuti pula dengan keputusan-keputusan yang

bersangkut paut dengan implementasi dan pemaksaan pemberlakuannya.

c. Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan

pemerintah dalam bidang-bidang tertentu.

d. Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin akan berbentuk

negatif. Dalam bentuknya yang positif, mungkin akan mencakup beberapa

tindakan pemerintah yang dimaksudkan untuk mempengaruhi masalah

tertentu, sementara yang dalam bentuk negatif, kemungkinan meliputi

keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan tindakan

apapun ketika campur tangan pemerintah sebenarnya diharapkan.

3). Teori Pembuatan Keputusan

Menurut Agustino (2008:12), Ilmuwan sosial dan politik telah

mengembangkan banyak model, teori, pendekatan, konsep, serta skema

untuk menganalisis pembuatan keputusan dalam rangka pembuatan

kebijakan publik.

Teori pengambilan keputusan meliputi bagaimana pilihan alternatif itu

dibuat. Tiga teori pengambilan keputusan yang menitikberatkan pada

langkah atau kegiatan yang terlibat dalam pembuatan keputusan yakni:

a. Teori Rasional-Komprehensif (the Rational-Comprehensif Theory)

Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal, dan yang paling banyak

diterima mungkin adalah teori Rasional Komprehensif. Biasanya

didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

Page 54: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

35

1. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu permasalahan tertentu

yang dapat dipisahkan dari masalah-masalah lainnya atau paling tidak

dipertimbangkan secara mendalam kalau dibandingkan dengan

masalah lainnya.

2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang menjadi pedoman

pengambil keputusan dijelaskan dan diranking menurut

kepentingannya.

3. Bermacam-macam alternatif yang berhubungan dengan masalahnya

diteliti secara seksama.

4. Konsekuensi (biaya dan manfaatnya) yang akan ditimbulkan oleh

setiap alternatif diteliti.

5. Masing-masing alternatif dan akibat-akibat yang menyertainya

dibandingkan dengan alternatif lain.

6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif, dan konsekuensinya yang

mendorong pencapaian tujuan, nilai, atau objeknya.

Teori Rasional-Komprehensif didalamnya telah mempunyai kritik yang

substansial. Charles E. Lindblom, misalnya berpendapat bahwa pengambil

keputusan seringkali tidak menghadapi masalah konkrit yang mampu

didefinisikan secara jelas.

Kritik kedua mengatakan bahwa Teori Rasional-Komprehensif tidak

realistis sesuai dengan permintaan yang dibuat oleh pengambil keputusan.

Penganut teori Rasional-Komprehensif dianggap mempunyai cukup

informasi mengenai alternatif yang berhubungan dengan permasalahannya,

dimana dia dapat memperkirakan konsekuensinya dengan ketelitian

Page 55: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

36

tertentu, dan dia akan mampu membut perbandingan untung rugi dari

alternatif secara benar. Padahal sebenarnya kekomplitan data dan

ketepatan waktu berdampingan dengan upaya pengumpulan informasi

menunjukkan kesulitan dalam pendekatan teori Rasional-Komprehensif,

maka kendala waktu akan menjadi permasalahan yang tak pernah

berujung.

b. Teori Inkremental (The Incremental Theory)

Teori inkremental atau teori perevisian pada pengambilan keputusan,

dibuat sebagai upaya menyederhanakan teori keputusan yang mengabaikan

banyak masalah teori rasional-komprehensif, dan dalam waktu yang sama,

lebih bersifat deskriptif dimana sesungguhnya pejabat publik yang

membuat keputusan, teori inkremental dapat dirunut, sebagai berikut:

1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis empiris dari tindakan yang

diperlukan untuk mencapainya lebih bersifat saling menjalin daripada

terpisah-pisah satu dengan lainnya.

2. Pembuat keputusan hanya mempertimbangkan beberapa alternatif

yang berhubungan dengan permasalahannya, dan hal ini akan

dibedakan hanya yang bersifat menambah dari kebijakan yang ada.

3. Untuk masing-masing alternatif hanya akibat (konsekuensi) yang

penting akan dievaluasi.

4. Permasalahan yang dihadapi pembuat keputusan secara kontinyu

didefinisikan kembali.

5. Tidak akan terdapat keputusan tunggal atau pemecahan yang benar

untuk suatu masalah. Tes pada keputusan yang baik adalah bahwa

Page 56: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

37

bermacam-macam analisis ternyata langsung menyetujuinya, tanpa

menyetujui bahwa keputusan merupakan alat yang paling cocok pada

suatu objek yang telah disetujui.

6. Pembuat keputusan yang bersifat menambahkan sesungguhnya

merupakan perbaikan dan lebih sesuai untuk kemajuan saat ini, lebih

menunjukkan ketidaksempurnaan sosial yang konkret daripada untuk

peningkatan tujuan sosial dimasa mendatang.

Incrementalisme secara politik dapat dikatakan sebagai hal yang bijaksana

karena lebih mempermudah upaya pencapaian kesepakatan dengan cara

merevisi dari progam yang ada, daripada kebijakan yang bersifat “semua

atau tidak sama sekali”. Apabila pembuat keputusan bertindak dalam

kondisi yang tidak pasti disertai dengan konsekuensinya di masa

mendatang, maka keputusan yang bersifat menambah dapat mengurangi

resiko dan biaya dari ketidakpastian. Ini salah satu keuntungan dari

incrementalisme, selain juga, ia bersifat realistis, karena dapat

memperlihatkan secara jelas bagaimana pada dasarnya bahwa para

pembuat keputusan sering kali kekurangan waktu untuk membuat

kebijakan yang komprehensif dan kekurangan sumber-sumber daya lain

yang diperlukan untuk memasuki analisis dan menyeluruh dari semua

alternatif pemecahan masalah yang ada. Lebih jauh lagi, orang-orang pada

dasarnya pragmatis, tidak selalu mencari cara tunggal ketika berhubungan

dengan permasalahan. Secara singkat, incrementalisme menampilkan

keputusan yag dapat diterima, dapat dipraktikkan, dan dalam segala

keterbatasan.

Page 57: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

38

c. Mixed-Scanning Theory

Amitai Etzioni dalam Agustino (2008:15), memberikan solusi yang

kemudian disebut mixed-scanning theory sebagai suatu pendekatan untuk

membuat keputusan yang relatif berbeda dengan teori-teori pembuatan

keputusan sebelumnya. Mixed-scanning theory memperhitungkan baik

keputusan fundamental (Teori Rasional-Komprehensif) maupun

incremental.

Dalam mixed-scanning theory pengambiil keputusan dimungkinkan

menggunakan baik teori rasional-komprehensif maupun teori incremental

dalam keadaan yang berbeda. Dalam beberapa contoh dengan

incrementalisme cukup, dalam kasus lainnya diperlukan pendekatan

rasional-komprehensif yang lebih cermat. Mixed-scanning theory juga

memperhatikan kemampuan pembuat keputusan yang berbeda-beda.

Biasanya semakin tinggi kemampuan pembuat keputusan dalam

memberikan kekuasaan untuk melaksanakan keputusannya, maka

semakin banyak scanning yang secara realisitis diikutsertakan, dan

semakin banyak cakupan yang di-scanning, maka pembuat keputusan akan

semakin efektif.

Bila demikian pemahamannya, maka mixed-scanning theory dapat saja

dikatakan semacam pendekatan “kompromi” yang menggunakan

kombinasi dari incrementalisme dan rasionalisme.

Page 58: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

39

b. Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan

sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu

yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi

kebutuhan masyarakat banyak. Bessant, Watts, Dalton dan Smith dalam

Suharto (2008:11) mengatakan: “kebijakan sosial menunjuk pada apa yang

dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia melalui pemberian beragam tunjangan pendapatan, pelayanan

kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial lainnya”.

Sebagai kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi preventif

(pencegahan), kuratif (penyembuhan) dan pengembangan (developmental).

Menurut Suharto (2008:11), “kebijakan sosial adalah ketetapan yang didesain

secara kolektif untuk mencegah terjadinya masalah sosial (fungsi preventif),

mengatasi masalah sosial (fungsi kuratif) dan mempromosikan kesejahteraan

(fungsi pengembangan) sebagai wujud kewajiban negara (state obligation)

dalam memenuhi hak-hak sosial warganya”.

Salah satu kebijakan sosial adalah program pelayanan sosial. Pelayanan sosial

adalah aksi atau tindakan untuk mengatasi masalah sosial. Pelayanan sosial

dapat diartikan sebagai seperangkat program yang ditujukan untuk membantu

individu atau kelompok yang mengalami hambatan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Menurut Suharto (2008:14-18) jenis dan cakupan

pelayanan sosial ialah :

Page 59: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

40

a). Jaminan sosial ialah sistem atau skema pemberian tunjangan yang

menyangkut pemeliharaan penghasilan. Contohnya pemberian premi

asuransi kecelakaan kerja, bantuan uang atau barang jasa yang diberikan

kepada kelompok misikin dan sebagainya.

b). Perumahan atau tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia.

Negara memiliki kewajiban azasi untuk menyediakan perumahan bagi

warganya, khusunya mereka yang tergolong kurang mampu.

c). Pelayanan Kesehatan, kesehatan ialah faktor penentu kesejahteraan

sosial. Peran pemerintah dalam kesehatan ialah penyediaan rumah sakit

dan para medis yang siap membantu.

d). Pendidikan, negara memiliki tiga kewajiban penting dalam bidang

pendidikan pertama, sebagai penyedia utama lembaga-lembaga

pendidikan, seperti sekolah, akademi dan universitas. Kedua, sebagai

regulator atau pengatur penyelenggara pendidikan, baik pendidikan negri

atau swasta maupun lembaga-lembaga non-formal. Ketiga, fasilitator

dalam penyediaan infrastruktur pendidikan, termasuk di dalamnya

penyedia skema-skema beasiswa dan tunjangan-tunjangan pendidikan

bagi siswa-siswa yang berprestasi dan atau tidak mampu.

c. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal

dari kata “didik” (mendidik). Prof. Brodjonegoro dalam Purwanto (2014:20)

menerjemahkan “pendidikan sebagai tuntunan kepada pertumbuhan

manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan secara jasmani dan

Page 60: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

41

rohani agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya”.

Secara etimologis dijelaskan oleh Carter V. Good dalam Dictionary of

Education yang dikutip oleh Purwanto (2014:20), pendidikan dapat

didefinisikan “(1) sebagai suatu ilmu yang tersusun atas prinsip dan metode,

yang tersusun secara sistematis (terorganisasi) digunakan untuk mengajar

murid secara tidak langsung mengarahkan pada definisi pendidikan sekolah,

(2) sebagai sebuah proses yang terjadi di lingkungan pendidikan (keluarga,

sekolah dan masyarakat)”.

Menurut Brubacher dalam Purwanto (2014:22) mengartikan “pendidikan

sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian

dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta”. Pendidikan

merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari

semua potensi manusiawi, moral intelektual dan jasmani (panca indera),

oleh dan untuk kepribdian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang

diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan tuntunan dari

proses timbal balik yang terjadi dalam lingkungan sebagai proses

penyesuaian diri manusia dengan alam.

Pendidikan sebagai kewajiban yang harus ditempuh, bukan sebagai

kebutuhan dan pada akhirnya kegiatan pendidikan menjadi rutinitas.

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Purwanto (2014:23), dijelaskan

bahwa “pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan perkembangan

Page 61: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

42

budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak”.

Kemudian, menurut pendapat M.J Langeveld dan Prof. Idrak Jassin dalam

Purwanto (2014:23):

mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengajakepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhanmenuju ke arah kedewasaan dalam artian dapat berdiri sendiri danbertanggung jawab susila atas segala tindakannya menurut pilihanyasendiri.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,

dipaparkan bahwa:

pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Jadi pendidikan adalah usaha sadar berupa pembinaan (pengajaran) pikiran

dan jasmani anak didik berlangsung sepanjang hayat untuk meningkatkan

kepribadiannya, agar dapat berperan dalam berbagai lingkungan hidup

secara tepat.

2. Unsur-unsur Pendidikan

Menurut Tirtarahardja dan La Sulo dalam Purwanto (2014:24), semua jenis

pendidikan mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Peserta didik. Peserta didik berstatus sebagai subjek didik karena ia

pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya, yang ingin

mengembangkan diri secara terus menerus guna memecahkan masalah-

Page 62: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

43

masalah dalam kehidupannya.

b. Pendidik. Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peran pendidik

pada umumnya ditujukan untuk orang tua, guru dan pelatih.

c. Interaktif edukatif. Interaktif edukatif adalah adanya interaksi atau

komunikasi secara timbal balik antara peserta didik dengan pendidik

yang terarah kepada tujuan pendidikan.

d. Tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan secara umum adalah tujuan dari

keseluruhan jenis kegiatan selama berlangsungnya peristiwa-peristiwa

pendidikan.

e. Materi pendidikan. Materi pendidikan berperan sebagai sarana

pencapaian tujuan pendidikan.

f. Metode pendidikan.

g. Lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan ikut mempengaruhi

bagaimana anak akan terbentuk. Lingkungan pendidikan di bagi menjadi

tiga tempat dan biasa disebut tri pusat pendidikan, yaitu keluarga,

sekolah dan masyarakat.

3. Pentingnya Pendidikan

Pentingnya pendidikan bagi masyarakat awam atau pembaca pada uumnya

langsung mengaitkan dengan sekolah dalam arti pertemuan guru dan siswa.

Sehingga orang tua merasa berkewajiban untuk mendidik anaknya baik

secara langsung maupun tidak langsung lewat sekolah. Pentingnya

pendidikan dapat disoroti dalam hal berikut ini (Ahmadi dan Nur:74):

Page 63: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

44

1. Segi anak

Anak adalah makhluk yang sedang tumbuh, oleh karena itu pendidikan

penting sekali karena mulai sejak bayi belum dapat berbuat sesuatu untuk

kepentingan dirinya, baik untuk mempertahankan hidup maupun

merawat diri, semua kebutuhan tergantung pada ibu/orang tua. Oleh

sebab itu anak memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari

orang lain demi mempertahankan hidup dengan mendalami belajar

setahap demi tahap untuk memperoleh kepandaian, keterampilan dan

pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri

sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.

2. Segi orang tua

Pendidikan adalah karena dorongan orang tua yaitu hati nuraninya yang

terdalam yang mempunyai sifat kordrati untuk mendidik anaknya baik

segi fisik, sosial, emosi maupun intelegensinya agar memperoleh

keselamatan, kepandaian agar mendapat kebahagian hidup yang mereka

idam-idamkan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak

tersebut yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dipelihara

dengan sebaik-baiknya.

Menurut Langeveld dalam (Amadi dan Nur:74) pendidikan dapat dimulai

sejak anak didik mengenal kewibawaan, anak ini kira-kira 3 tahun.

Sebelum ini, anak hanya dapat diberikan dressur (pembiasaan). Setelah

dewasa (baik jasmani maupun rohaninya), pendidikan itu dapat diakhiri.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu dimulai sejak anak

dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal dunia. Jadi pendidikan itu

Page 64: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

45

berlangsung seumur hidup.

3. Kemungkinan pendidikan

Mengenai kemungkinan-kemungkinan pendidikan, ada empat pendapat,

antara lain:

a. Aliran naturalisme (kodrat) berpendapat bahwa pendidikan itu tidak

perlu, sebab perkembangan anak itu tergantung kodrat yang

dibawanya atau sejak ia belum dilahirkan.

b. Aliran empirisme berpendapat bahwa anak itu seperti kertas putih

bersih. orang dapat menuliskan apapun pada kertas itu. Jadi

pendidikan itu maha kuasa. Pendidikan dapat membentuk anak sesuai

dengan seleranya.

c. Aliran convergerensi, aliran ini berpendapat bahwa kodrat atau

pembawaan maupun pengalaman lingkungan, kedua-duanya

merupakan kesatuan mutlak didalam perkembangan anak didik. Jadi

pendidikan itu tidak maha kuasa, juga tergantung pada kodrat atau

pembawaan anak didik. Di samping itu, unsur aktivitas dan

kematangan dari anak didik juga turut menentukan keberhasilan

pendidikan.

d. Progam Indonesia Pintar

Untuk meningkatkan pendidikan bagi masyarakat tidak mampu pemerintah

membuat Progam Indonesia Pintar sebagaimana tertuang dalam Instruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang pelaksanaan

Progam Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan

Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produktif.

Page 65: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

46

Penyelenggaraan Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan komitmen

pemerintah dalam hal mewujudkan pendidikan tanpa diskriminasi dan

pendidikan untuk semua. Hal ini sejalan dengan 9 agenda perioritas (nawa

cita) pemerintah presiden Jokowi yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia

Indonesia dan melakukan revolusi karakter bangsa.

Hal ini selaras dengan yang dikatakan Irianto (2011:8), bahwa:

“investasi dalam bidang pendidikan secara dini akan menjaminterwujudnya pemenuhan hak asasi manusia, meningkatkan kualitas SDM,pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, terwujudnya masyarakatsejahtera, mempunyai kemampuan mengelola teknologi, mempunyaikeunggulan kompettif yang tinggi dan menjamin kelangsungan hidupmasyarakat, berbangsa dan bernegara”.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 12 Tahun 2015 Pasal 1, “ Program

Indonesia Pintar (PIP) adalah pemberian bantuan berupa uang tunai dari

pemerintah yang diberikan kepada peserta didik yang orang tuanya tidak dan/

atau kurang mampu membiayai pendidikannya, sebagai kelanjutan dan

perluasan sasaran dari progam Bantua Siswa Misikin (BSM) ”

Kartu Indonesia Pintar,yang selanjutnya disebut KIP adalah “kartu yang

diberikan kepada anak usia sekolah yang berasal dari keluarga pemegang

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dengan maksud untuk menjamin seluruh

anak usia sekolah dapat menempuh pendidikan sampai lulus ke jenjang

pendidikan menengah”. Penerima manfaat progam indonesia pintar pada

kementrian pendidikan dan kebudayaan meliputi siswa Sekolah Dasar (SD)

siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), Siswa Sekolah Menengah Atas

(SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), hingga warga belajar atau

Page 66: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

47

peserta yang berada di Kelompok Belajar (paket A/B/C)” (Permendikbud

No. 12 Tahun 2015).

Berdasarkan Permendikbud No 12 Tahun 2015 pasal 4, penerima KIP adalah

anak usia 6 - 21 tahun yang bersekolah maupun tidak bersekolah, yang

berasal dari keluarga penerima KKS atau yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan. Selanjutnya anak–anak usia sekolah dari rumah tangga miskin dan

rentan kemiskinan melaporkan KIP tersebut ke sekolah/madrasah untuk

diusulkan sebagai penerima manfaat program tersebut. Kartu Indonesia Pintar

(KIP) diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki ketepatan sasaran

penerima program agar menjangkau anak-anak usia sekolah yang berasal dari

rumah tangga miskin dan rentan kemiskinan sesuai kuota dan pagu anggaran

yang tersedia.

Berdasarkan Petunjuk Teknis (Juknis) PIP penyaluran manfaat Program

Indonesia Pintar dilaksanakan dua kali didalam satu tahun anggaran, yaitu

periode Januari-Juni Tahun 2016 untuk semester II Tahun Pelajaran

2015/2016 yang dapat dicairkan mulai bulan Januari, dan periode Juli–

Desember Tahun 2016 untuk semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 yang

dapat dicairkan mulai bulan Juli. Dengan penyaluran manfaat Program

Indonesia Pintar dua kali dalam setahun diharapkan dapat membantu

mengurangi kemungkinan siswa tidak dapat melanjutkan sekolah (drop-out)

karena ketidaktersediaan biaya. Disamping itu juga untuk memastikan agar

siswa dari keluarga miskin dan rentan kemiskinan yang berada pada periode

transisi (antar jenjang kelas dan jenjang pendidikan seperti dari SD/MI ke

Page 67: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

48

SMP/MTs atau dari SMP/MTs ke SMA/MA) dapat terus melanjutkan sekolah

ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

1).Tujuan Program Indonesia Pintar

Berdasarkan Permendikbud No. 12 Tahun 2015, Program Indonesia Pintar

adalah salah satu program perlindungan sosial nasional (tercantum dalam

RPJMN 2015-2019) yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah.

2) Meningkatkan angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan

menurunnya angka putus sekolah dan angka melanjutkan.

3) Menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok

masyarakat, terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara wilayah perkotaan

dan perdesaan, dan antar daerah.

4) Meningkatkan kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki

pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

2).Sasaran dan Kriteria Penerima Manfaat Program Indonesia Pintar

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1022

Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis (Juknis) PIP Sasaran dan Kriteria

Penerima Manfaat Program Indonesia Pintar adalah:

1).Sasaran Penerima Manfaat Program Indonesia Pintar :

a. Peserta didik/siswa pada SD/MI

b. Peserta didik/siswa pada SMP/MTS, dan

c. Peserta didik/siswa pada SMA/MA.

Page 68: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

49

2). Kriteria:

a. Siswa pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan atau siswa yang

berasal dari keluarga pemegang Kartu Keluarga Perlindungan

Sosial/Kartu Keluarga Sejahtera (KPS/KKS) dan atau peserta Program

Keluarga Harapan (PKH);

b. Selain kriteria diatas, apabila kuota masih tersedia, Kepala

Sekolah/Kepala Madrasah bersama dengan Komite Madrasah dapat

mengusulkan siswa lain yang dianggap pantas dan berhak

mendapatkan manfaat Program Indonesia Pintar melalui Format

Usulan Madrasah (FUM) dengan memenuhi salah satu kriteria

berikut:

a) Siswa dari keluarga kurang mampu dan atau telah ditetapkan

sebagai penerima manfaat BSM/PIP tahun 2015 yang memiliki

Surat Keterangan Rumah Tangga Miskin (SKRTM) atau Surat

Keterangan Tidak Mampu (SKTM) atau Surat Keterangan

Keluarga Miskin (SKKM) dari Kelurahan/Desa dan;

b) Siswa yang berasal dari Panti Sosial/Panti Asuhan/ yang dikelola

oleh Kementerian Sosial dibuktikan dengan Surat Keterangan dari

Panti Sosial/Asuhan;

c) Siswa yang menjadi korban musibah bencana alam dibuktikan

dengan Surat Keterangan Terkena Musibah dari kelurahan

/desa/madrasah;

d) Pertimbangan lain: siswa aktif berasal dari keluarga tidak mampu

yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari

Page 69: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

50

kelurahan/desa/madrasah/pimpinan pondok pesantren dengan

kriteria;

1. Berada di ma’had/pesantren/asrama,

2. Mengalami kelainan fisik,

3. Yatim dan atau piatu,

4. Siswa dari keluarga tidak mampu yang berasal dari provinsi

Papua dan Papua Barat dapat diprioritaskan menerima manfaat

PIP tanpa memiliki KIP/KKS/KPS atau peserta

program PKH dibuktikan dengan SKRTM/SKTM/SKMM dari

Kelurahan/desa/madrasah.

5. Berada pada usia sekolah yakni 6 – 21 tahun Bagi anak usia

sekolah (6-21 tahun) penerima KIP yang tidak terdaftar di

madrasah (putus sekolah) untuk mendapatkan manfaat Program

Indonesia Pintar harus mendaftarkan diri kembali ke madrasah

sebelum menerima manfaat.

3).Penggunaan Manfaat:

Berdasarkan Petunjuk Teknis PIP, manfaat bantuan Program Indonesia

Pintar digunakan untuk keperluan pendukung biaya pendidikan siswa yang

meliputi:

1).Pembelian buku dan alat tulis;

2).Pembelian pakaian/seragam dan perlengkapan sekolah;

3).Pembayaran transportasi ke madrasah/sekolah; dan

4).Keperluan lain yang berkaitan dengan pembelajaran siswa di

madrasah. Pihak madrasah ikut mengawasi penggunaan manfaat

Page 70: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

51

Program Indonesia Pintar sesuai peruntukannya.

4). Besaran Manfaat:

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1022

Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis (Juknis) PIP Siswa madrasah atau

sekolah yang menjadi sasaran Program Indonesia Pintar dan memenuhi

kriteria yang telah ditentukan akan diberikan dana bantuan pendidikan

dengan rincian sebagai berikut :

a). Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah : Rp.225.000,-/semester atau

Rp. 450.000,-/tahun.

b).Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah : Rp. 375.000,-

/semester atau Rp. 750.000,-/tahun.

c). Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah : Rp. 500.000,-/semester

atau Rp. 1.000.000,-/tahun.

5).Mekanisme Pengusulan

Berdasarkan Peraturan Bersama antara Dirjen Pendidksan Dasar dan

Menengah Nomor 08/D/PP/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan PIP

Tahun 2016, pengusulan penerima dana PIP dilaksanakan melalui

mekanisme sebagai berikut:

1. Peserta didik penerima KIP melaporkan kepemilikan kartunya ke

sekolah untuk di data sebagai penerima dana atau manfaat KIP.

2. Bagi anak penerima KIP yang belum/tidak berstatus sebagai peserta

didik, diharapkan melaporkan kartunya ke sekolah dan atau

SKB/PKBM atau lembaga pendidikan non formal lainnya sebagai

identitas prioritas calon peserta didik dan penerima dana/manfaat PIP.

Page 71: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

52

3. Sekolah menandai status kelayakan peserta didik sebagai penerima PIP

dengan cara mengentri atau memutakhirkan updating) data peserta

didik pemegang KIP ke dalam aplikasi dapodik secara benar dan

lengkap, terutama pada kolom berikut:

a) Nama Siswa

b) Tanggal lahir

c) Nama ibu kandung

d) Nomor KIP

Data tersebut berfungsi sebagai data usulan siswa penerima dari tingkat

sekolah ke direktorat teknis.

4. Untuk jenjang SD dan SMP, dinas kabupaten/kota mengusulkan peserta

didik pemegang KIP sebagai calon penerima dana/manfaat PIP melalui

aplikasi pengusulan PIP yang dapat di akses di laman:

data.dikdasmen.kemdikbud.go.id/pipdikdasmen.

6). Pengambilan Dana

Berdasarkan Peraturan Bersama antara Dirjen Pendidksan Dasar dan

Menengah Nomor 08/D/PP/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan PIP

Tahun 2016, pengambilan/pencairan dana PIP dilakukan oleh peserta

didik/penerima kuasa di bank penyalur dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Virtual Account

a). Pengambilan langsung oleh peserta didik dengan membawa Surat

Keterangan Kepala Sekolah/Ketua Lembaga. Untuk peserta didik

yang tidak memiliki KTP didampingi oleh guru/kepala

sekolah/orangtua/wali.

Page 72: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

53

b).Pengambilan secara kolektif oleh Kepala Sekolah/Ketua Lembaga

dengan membawa dokumen sebagai berikut:

1. surat keterangan kepala sekolah/ketua lembaga.

2. foto kopi KTP kepala sekolah/ketua lembaga.

3. Fotokopi SK Pengangkatan Kepala Sekolah/Ketua Lembaga

defenitif yang masih berlaku.

4. Surat Pertanggung jawaban Mutlak (SPTJM).

2. Rekening Tabungan

Sebelum pencairan/pengambilan dana, untuk rekening tabungan harus

dilakukan aktivasi terlebih dahulu oleh peserta didik, dengan

membawa:

a). Surat Keterangan Kepala Sekolah/Ketua Lembaga dan

b). Tanda pengenal (KIP/Kartu Pelajar/Kartu Tanda Penduduk/Kartu

Keluarga/Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah). Untuk peserta

didik SD dan SMP yang tidak memiliki KTP didampingi oleh

guru/kepala sekolah/orangtua/wali. Setelah aktivasi, dana PIP dapat

langsung diambil/dicairkan oleh peserta didik penerima.

Pengambilan dana dapat dilakukan dengan cara:

a). Pengambilan langsung oleh peserta didik dengan membawa tanda

pengenal seperti: KIP/Kartu Pelajar/Kartu Tanda Penduduk/Kartu

Keluarga/Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah dan buku

tabungan.

Page 73: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

54

b).Pengambilan secara kolektif oleh Kepala Sekolah/Ketua Lembaga

dengan membawa Surat Kuasa dari orang tua/wali (untuk SD/paket

A dan SMP/paket B) atau dari peserta didik (untuk SMA/paket C

dan SMK/Lembaga Kursus) penerima PIP, dengan melampirkan

dokumen sebagai berikut:

1. foto kopi KTP kepala sekolah/ketua Lembaga.

2. Fotokopi SK Pengangkatan Kepala Sekolah/Ketua Lembaga

defenitif yang masih berlaku.

3. Buku tabungan peserta didik yang diambil secara kolektif.

4. Surat Pertanggung jawaban Mutlak (SPTJM).

Pengambilan kolektif dapat dilakukan apabila penerima PIP berada di

daerah yang sulit untuk mengakses kebank/lembaga penyalur (tidak ada

kantor bank/lembaga penyalur di kecamatan sekolah/tempat tinggal

peserta didik), biaya transport pengambilan lebih besar/tidak seimbang

dari bantuan yang akan diterima), atau cuaca buruk/kondisi lingkungan

yang membahayakan siswa.

Dana yang sudah dicairkan oleh penerima kuasa harus segera diberikan

kepada siswa penerima yang bersangkutan paling lambat 5 (lima) hari

kerja setelah pencairan kolektif, dan pelaporan pencairan kolektif

dilakukan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah pencairan

kolektif ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Page 74: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

55

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sekar Ayu Palupi (2016) yang berjudul

“Hubungan Implementasi Program Keluarga Harapan Dinas Sosial Dengan

Peningkatan Tingkat Pendidikan Di Desa Tanjung Kesuma Kecamatan

Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara implementasi Program Keluarga Harapan

Dinas Sosial dengan peningkatan tingkat pendidikan di Desa Tanjung

Kesuma Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Peningkatan

taraf pendidikan ini dapat ditunjukkan dengan adanya anak-anak dari Rumah

Tangga Sangat Miskin yang sudah mengenyam pendidikan pada tingkat

Sekolah Dasar serta dapat melanjutkan pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar

ke tingkat Sekolah Menengah Pertama, selain itu anak-anak dari RTSM juga

memiliki tingkat kehadiran yang baik saat disekolah. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan penulis ialah sama-sama membahas

mengenai program pemerintah dalam meningkatkan taraf pendidikan pada

masyarakat kurang mampu, perbedaan penelitian ini terletak pada variabel

terikat peneliti yaitu sikap masyarakat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Amira Fazilah (Universitas Tanjungpura

Pontianak Tahun 2016) dengan judul “Pelaksanaan Program Indonesia Pintar

(Studi Kasus Di Smp Negeri 9 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya) hasil

penelitian menunjukkan Secara khusus di SMP Negeri 9 Sungai Raya

berdasarkan hasil dilapangan sasaran penerimanya banyak siswa yang

ekonominya rendah tidak mendapat manfaat PIP karena tidak memiliki Kartu

perlindungan sosial (KPS) sedangkan siswa yang tidak berasal dari keluarga

Page 75: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

56

ekonomi rendah mendapatkan dana PIP. Pengambilan dana dilakukan oleh

peserta didik bersama orang tua atau dengan cara kolektif, Pelaksanaan PIP

yang terjadi di SMP Negeri 9 Sungai Raya bermacam-macam mereka

memanfaatkan dana tersebut sesuai kebutuhan yang mereka hadapi , ada yang

memanfaatkan dengan benar dan semestinya yang telah diatur pemerintah ada

yang menggunakan tidak sebagaimana mestinya. Persamaan penelitian ini

sama-sama membahas mengenai Progam Indonesia Pintar, bedanya penulis

memfokuskan pada KIP dengan melihat pemanfaatan penggunaan dana,

sedangkan penelitian ini membahas secara umum pelaksanaan Progam

Indonesia Pintar di sekolah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Budi Widodo (UNY Tahun 2016) dengan

judul “Evaluasi Pemanfaatan Progam Indonesia Pintar di SMK Cokroaminoto

Mandak”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Aspek Antecedents

(kesiapan penerima PIP) termasuk kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan

rata-rata persentase kesiapan penerima PIP yaitu sebesar 78,75%, (2) Aspek

Transaction (pelaksanaan PIP) termasuk kategori baik. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata persentase pelaksanaan PIP yaitu sebesar 74,61%, (3) Aspek

Outcomes (pemanfaatan PIP) termasuk kategori sangat baik. Hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata persentase pemanfaatan PIP yaitu sebesar

86,51%. Faktor pendukung pemanfaatan PIP antara lain: (1) Adanya

pendataan awal siswa miskin, (2) Tim pelaksana PIP selalu sama, (3)

Kebijakan sekolah mengelola dana PIP. Faktor Penghambat pemanfaatan PIP:

(1) Kurangnya sosialisasi tentang PIP, (2) Pemberitahuan informasi yang

selalu mundur, (3) Waktu pencairan tidak sesuai dengan kebutuhan, (4) Tidak

Page 76: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

57

ada monitoring dari dinas terkait. Persamaan penelitian ini sama-sama

membahas mengenai Progam Indonesia Pintar, bedanya penulis

memfokuskan pada KIP yang merupakan wujud pelaksanaan Progam

Indonesia Pintar, sedangkan penelitian ini membahas secara umum Progam

Indonesia Pintar dan implementasinya disuatu sekolah.

C. Kerangka Pikir

Kartu Indonesia Pintar adalah kartu yang diberikan kepada anak usia sekolah

yang berasal dari keluarga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dengan

maksud untuk menjamin seluruh anak usia sekolah dapat menempuh

pendidikan sampai lulus ke jenjang pendidikan menengah, sebagai tanda

penerima manfaat progam indonesia pintar.

Namun implikasi kebijakan ini pada kenyataan tidak sesuai dengan tujuan

pemerintah, kebanyakan sikap masyarakat tidak bijak dalam menggunakan

KIP. Berdasarkan hal itu maka sikap masyarakat terhadap pemanfaatan Kartu

Indonesia Pintar di Kampung Lebak Manis Kelurahan Sukajawa Baru Kota

Bandar Lampung dapat dilihat dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Sikap Masyarakat (X)

Indikator:1. Kognitif (Pemahaman)2. Afektif (Perasaan)3. Konatif (Tindakan)

Pemanfaatan KIP (Y)

Indikator:1. Pembelian buku dan

alat tulis2. Pembelian

pakaian/seragam danperlengkapan sekolah

3. Transportasi4. Keperluan lain yang

berkaitan denganpembelajaran.

Page 77: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, menurut F.Hair dkk

dalam Sangadji dan Sopiah (2010:21) “penelitian deskriptif adalah penelitian

terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang

meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi,

keadaan atau prosedur. Penelitian deskriptif merupakan metode yang berusaha

menggambarkan dan menginpretasikan objek apa adanya”. Sedangkan menurut

Carmines dalam Sangadji dan Sopiah (2010:26), “penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan teknik

statistik”.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dapat di defenisikan yaitu sesuatu, baik orang, benda

ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan

diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian merupakan sesuatu yang di dalam

dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Subjek penelitian adalah

subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek

penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang

menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2010:188). Pada

Page 78: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

59

penelitian ini penulis mengartikan subjek penelitian adalah masyarakat yang

menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kampung Lebak Manis Sukajawa

Baru Kota Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut

ini:

Tabel 3.1 Sebaran Subyek Penelitian Berdasarkan RT

No RT/LK Jumlah PenerimaKIP (Orang)

Jumlah PenerimaKIP (KK)

1. RT 01 LK I 19 orang 13 KK2. RT 02 LK I 12 orang 9 KK3. RT 03 LK I 26 orang 16 KK

57 orang 36 KKSumber: Data Sekunder Kelurahan Sukajawa Baru Kota Bandar Lampung

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:120), “apabila subjek kurang dari 100 lebih

baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,

selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15%

atau 20-25% atau lebih”.

Berdasarkan pendapat di atas, karena subyek penelitian ini kurang dari seratus,

maka diambil sebanyak 100% yaitu 36 orang yang merupakan KK dari

penerima Kartu Indonesia Pintar di Kampung Lebak Manis.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membedakan dua variabel yaitu variabel bebas

sebagai variabel yang mempengaruhi (X) dan variabel terikat sebagai variabel

yang dipengaruhi (Y) yaitu:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat

Page 79: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

60

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Kartu Indonesia

Pintar (KIP).

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

a. Sikap masyarakat adalah kecenderungan yang bersifat negatif atau positif

dari sekelompok manusia yang hidup di suatu wilayah yang ditandai

dengan adanya hubungan sosial yang erat dan kesamaan perasaan.

b. Pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah penggunaan dana KIP

untuk pembelian buku, seragam atau perlengkapan sekolah, transportasi

dan keperluan lain yang berhubungan dengan pendidikan seperti

pembelian LKPd dan biaya untuk pembelajaran praktek.

2. Definisi Operasional

a. Sikap masyarakat adalah pemahaman, tanggapan dan kecenderungan

bersikap yaitu positif atau negatif yang bersumber dari pengetahuan,

pemahaman dan kecenderungan untuk bertindak.

b. Pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah penggunaan bantuan

dana KIP di Kampung Lebak Manis dengan indikator:

1).Pembelian buku dan alat tulis

2).Pembelian pakaian/seragam dan perlengkapan sekolah

3).Untuk keperluan/biaya transportasi kesekolah

4).Keperluan lain yang berkaitan dengan pembelajaran.

Page 80: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

61

E. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah:

1).Sikap masyarakat dapat diukur berdasarkan 5 skala (sangat tidak setuju,

tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju) dengan indikator:

a). Komponen Cognitive

b).Komponen affective

c). Komponen behavior atau conative

2).Pemanfaatan KIP dapat diukur melalui penilaian terhadap penggunaan

dana dalam waktu 3 bulan, dengan melihat frekuensi:

1).Pembelian buku dan alat tulis

2).Pembelian pakaian/seragam dan perlengkapan sekolah

3).Untuk keperluan/biaya transportasi kesekolah

4).Keperluan lain yang berkaitan dengan pembelajaran

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau

keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen

populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu teknik

pokok dan teknik penunjang.

1. Teknik Pokok

a. Angket

Untuk mengumpulkan data mengenai sikap masyarakat terhadap

pemanfaatan KIP menggunakan angket tertutup dan angket skala likert.

Page 81: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

62

Angket sendiri yaitu pengumpulan data dengan cara membagi daftar

pertanyaan kepada responden agar ia menjawabnya” (Sangadji, 2010:193).

Pada angket tertup peneliti telah menyediakan jawaban yang harus dipilih

oleh responden. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap responden

diminta untuk menunjukkan tingkatan di mana mereka setuju atau tidak

setuju pada setiap pernyataan dengan 5 (lima) pilihan skala (Ahmadi,

2002:186) :

1). sangat setuju

2). setuju

3). netral

4). tidak setuju

5). sangat tidak setuju

Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel yang kemudian dijadikan titik tolak untuk menyusun

item-item instrumen yang berupa pernyataan.

2. Teknik Penunjang

a. Observasi

Teknik observasi ini diambil untuk mendapatkan informasi penunjang data

penelitian.

b. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-data penunjang dari objek

penelitian.

Page 82: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

63

G. Uji Kelayakan Instrumen

1). Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2010:222). Untuk mengetahui tingkat validitas soal angket, peneliti

melakukan dengan cara kontrol langsung terhadap teori-teori yang

melahirkan indikator-indikator.

2). Uji Reliabilitas

“Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data

karena instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto, 2010:170). Penelitian

yang mengguanakan uji coba angket, memerlukan alat pengumpulan data

yaitu uji reabilitas. Langkah-langkah yang ditempuh ialah:

1. Menguji coba angket kepada 10 orang diluar responden

2. Mengkorelasikan item ganjil genap dengan rumus Product Moment

sebagai berikut:

=∑ (∑ )(∑ )

∑ (∑ ) ∑ (∑ )Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara gejala x dan y

X : Variabel bebas

Y : Variabel terikat

N : Jumlah sampel

Page 83: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

64

(Suharsimi Arikunto, 2010:213)

Kemudian dicari reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Spearman

Brown menurut Suharsimi Arikunto (2010 :223), yaitu :

gg

ggxy r

rr

1

2

Keterangan :

rxy : Koefisien reliabilitas seluruh tes

rgg : Koefisien korelasi item x dan y

kriteria besarnya reabilitas menurut Arikunto (2008:75):

0,80 – 1,00 = Sangat tinggi

0,60 – 0,80 = Tinggi

0,40 – 0,60 = Cukup

0,20 - 0, 40 = Rendah

0,00 – 0,20 = Sangat rendah

H. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan kedalam bentuk yang lebih

mudah dipahami dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini menggunakan

analisis data kuantitatif yaitu menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka

secara sistematis.

Selanjutnya disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1989:12) untuk

menentukan klasifikasi skor dengan menggunakan rumus interval, yaitu:

I=

Page 84: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

65

Keterangan:

I : Interval

NT : Nilai tertinggi

NR : Nilai terendah

K : Kategori

Kemudian untuk mengetahui tingkat persentase digunakan rumus presentase

sebagai berikut:

P = x100%

Keterangan:

P : Besarnya persentase

F : Jumlah skor yang diperoleh diseluruh item

N : Jumlah perkalian seluruh item dengan responden

Untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh digunakan kriteria

sebagai berikut (Suharsimi, 2002:196):

76% - 100% = Baik

56% - 75% = Cukup

40% - 55% = Tidak Baik

Page 85: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa sikap masyarakat terhadap pemanfaatan

KIP adalah mendukung hal ini berdasarkan hasil penelitian yaitu masyarakat

telah menggunakan dana KIP sesuai prosedur, yakni untuk membiayai iuran

sekolah, transportasi sekolah, membeli pakaian dan perlengkapan sekolah

seperti tas dan sepatu sekolah, untuk membiaya biaya tambahan praktik

pembelajaran seperti ujian kompetensi dan latihan ujian, untuk membiayai les

atau bimbingan belajar. Kecenderungan tindakan masyarakat juga positif atau

mendukung karena dana KIP yang diberikan tepat sasaran atau dalam hal ini

benar diberikan kepada masyarakat yang lemah secara ekonomi.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan

mengambil kesimpulan dari hasil penelitian kemudian saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Karena penerima KIP sudah mendukung, maka pemanfaatan KIP harus

terus digunakan hanya untuk keperluan pendidikan seperti pada jenjang

pendidikan SD untuk keperluan membeli seragam sekolah, buku tulis,

buku pelajaran dan buku tambahan pelajaran seperti atlas, kamus dan

Page 86: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

100

sebagainya serta untuk membiayai bimbingan belajar, kemudian pada

jenjang pendidikan SMP dan SMA dapat digunakan untuk membeli

perlengkapan sekolah, LKPd, buku pelajaran, buku pemantapan ujian

nasional, untuk membiaya ujian komptensi dan biaya lainnya. sehingga

apa yang diharapkan pemerintah, agar tidak ada lagi anak yang putus

sekolah karena tidak ada biaya.

2. Agar penggunaan dana KIP sesuai prosedur perlu adanya pengawasan

melalui sekolah, dengan benar-benar mengawasi pemanfaatan KIP

dengan cara menyesuaikan kebutuhan peserta didik, misalnya saja saat

peserta didik membutuhkan buku untuk menunjang pembelajaran, hal

ini dapat dikomunikasikan oleh guru kepada orang tua untuk

membelikan buku tersebut dengan menggunakan dana KIP.

Page 87: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

------------------. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Nur. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ayu Palupi, Sekar. 2016. Hubungan Implementasi Program Keluarga HarapanDinas Sosial Dengan Peningkatan Tingkat Pendidikan Di Desa TanjungKesuma Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur [skripsi].Bandar Lampung Universitas Lampung: tidak diterbitkan.

Amin, Kamaruddin. 2016. Petunjuk Teknis Program Indonesia Pintar Untuk SiswaMadrasah. Jakarta: DirJen Pendidikan Islam RI.

Fazirah, Amira. 2016. Pelaksanaan Program Indonesia Pintar (Studi Kasus Di SMPNegeri 9 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya). Jurmafis.Untan.. Volume V.Nomor 2 (Diakses pada 24 Januari 2017).

Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbit FakultasPsikologi UGM.

Hadiwinarto. 2009. Psikologi (Teori dan Pengukuran). Bengkulu: Penerbit RahmanRahim.

Irianto, Yoyon Bahtiar. 2011. Kebijakan Pembaruan Pendidikan: Konsep, Teoridan Model. Jakarta: Rajawali Pers.

Ismawati, Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Kasubag Hukum Ditjen Dikdasemen. 2016. Peraturan Bersama antara DirjenPendidkan Dasar dan Menengah Nomor 08/D/PP/2016 tentang PetunjukPelaksanaan PIP Tahun 2016. Jakarta: Kasubag Hukum DitjenDikdasemen.

Page 88: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kemendikbud. 2015. Permendikbud No 12Tahun 2015 tentang Program Indonesia Pintar. Jakarta: Kepala BiroHukum dan Organisasi Kemendikbud.

Marzali,Amri. 2012. Antropologi dan Kebijakan Publik. Jakarta: Kencana PrenandaMedia Group.

Mallo, Manase. 1985. Metode Penelitian. Rajawali. Jakarta :Rajawali Kurnia

Purwanto, Nanang. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sangadji dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalamPenelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sekertaris Kabinet RI. 2014. Instruksi Presiden RI No 17 Tahun 2014 tentangPelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program IndonesiaPintar, Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif.Jakarta: Sekertaris Kabinet RI.

Setiadi, Elly M. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Suahasil dan Sri Kusumawati. 2013. PKH: Progam Bantuan Dana Tunai Bersyaratdi Indonesia, diakses dari http://www.tnp2k.go.id/id/ progam bantuan-dana-tunai-bersyarat-di indonesia.html. diakses pada 09 Oktober 2016.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta.

Suharno. 2013. Dasar-Dasar Kebijakan Publik dan Analisis Kebijakan.Yogyakarta: Ombak.

Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Indonesia, diakses darihttps://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1. diakses pada 09 November 2016.

Statistik Lampung. Badan Pusat Statistik Lampung, diakses darihttp://lampung.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/57. diakses pada 09November 2016.

Page 89: SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN KARTU …digilib.unila.ac.id/25828/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Progam MembangunKeluarga Produktif, diakses dari http://www.tnp2k.go.id/id/program/progam-membangun-keluarga-produktif/kartu-indonesia-pintar/.diakses pada 22September 2016.

Triyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Ombak.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).Yogyakarta: PenerbitAndi.

Widodo, Budi. 2016. Evaluasi Pemanfaatan Progam Indonesia Pintar di SMKCokroaminoto Mandak [skripsi]. Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta:tidak diterbitkan.

Widyastuti, Yeni. 2014. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu.