Upload
septianayu
View
27
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kk
Citation preview
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Maksudnya adalah setiap warga Negara berhak untuk memeluk agama atau
kepercayaan masing-masing, tanpa harus mengganggu agama lainnya.
Karena pada dasarnya, agama atau kepercayaan mempunyai nilai penting
untuk mengatur suatu tatanan sistem yang elah terbentuk. Dengan
berpedoman kepada sila ini, sudah tidak ada pemaksakan suatu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak
boleh memaksakan orang lain memeluk agama kita atau memaksakan
seseorang untuk berpindah dari agama satu ke agama yang lain. Negara
memberikan jaminan kebebasan kepada warga Negara untuk memeluk
salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan masing masing.
Kasus yang bertentangan dengan adanya sila pertama adalah :
· 3 Gereja dibakar di Awal Ramadhan
“Ritual” bakar gereja kembali terjadi Kabupaten Kuantan Singingi,
provinsi Riau. Di hari pertama umat Muslim menjalankan ibadah puasa,
tiga gereja di kabupaten tersebut di bakar. Yaitu, gereja Pentakosta di
Indonesia (GPdI), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), dan Gereja
Methodist Indonesia (GMI). Motifnya relatif sama, ratusan massa
mendatangi gereja, menyiramnya dengan bensin lalu membakarnya.
Berdasarkan informasi, pembakaran yang dilakukan tersebut diduga karena
bangunan belum mengantongi izin, dan aktivitasnya menganggu ibadah
puasa.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Maksudnya adalah setiap warga Negara berhak untuk memeluk agama atau
kepercayaan masing-masing, tanpa harus mengganggu agama lainnya.
Karena pada dasarnya, agama atau kepercayaan mempunyai nilai penting
untuk mengatur suatu tatanan sistem yang elah terbentuk. Dengan
berpedoman kepada sila ini, sudah tidak ada pemaksakan suatu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak
boleh memaksakan orang lain memeluk agama kita atau memaksakan
seseorang untuk berpindah dari agama satu ke agama yang lain. Negara
memberikan jaminan kebebasan kepada warga Negara untuk memeluk
salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan masing masing.
Kasus yang bertentangan dengan adanya sila pertama adalah :
· 3 Gereja dibakar di Awal Ramadhan
“Ritual” bakar gereja kembali terjadi Kabupaten Kuantan Singingi,
provinsi Riau. Di hari pertama umat Muslim menjalankan ibadah puasa,
tiga gereja di kabupaten tersebut di bakar. Yaitu, gereja Pentakosta di
Indonesia (GPdI), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), dan Gereja
Methodist Indonesia (GMI). Motifnya relatif sama, ratusan massa
mendatangi gereja, menyiramnya dengan bensin lalu membakarnya.
Berdasarkan informasi, pembakaran yang dilakukan tersebut diduga karena
bangunan belum mengantongi izin, dan aktivitasnya menganggu ibadah
puasa. Pembakaran gerena mengatasnamakan rakyat bukan pertama
kalinya di kabupaten ini. Lagi-lagi perizinan menjadi alasan pembenar
mereka menghalangi orang untuk berbakti kepada Tuhannya. Surat
Keputusan Bersama Meneri Agama dan Menteri Dalam Negri yang
mengatur cara mendirian rumah ibadah lebih berperan sebagai alat
pemaksa disbanding memberi jalan untuk umat agama tersebut
mendekatkan diri kepada Tuhannya. Hal ini sangat ironis, mengingat
hubungan manusia dengan Tuhannya itu sangat penting, seperti dasar
Negara di awal sila yaitu, Ketuhan Yang Maha Esa. Seolah-olah, peraturan
yang dibuat manusia itu mempunyai kuasa yang lebih penting daripada
hubungan umat dengan Tuhannya. Bahkan seakan dipandang melebihi
kuasa dari Sang Khalik itu sendiri.Sangat amat menyedihkan sekali bangsa
ini, dimana bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai segala
perbedaan yang ada. Dan ini adalah sebuah renungan atau pukulan berat
bagi setiap insan yang ada di bumi Pertiwi ini. Jelas, hukum sangat
disalahgunakan dalam kasus ini. Pancasila dalam sila pertama tidak lagi
menjadi pedoman utuh bagi pengikutnya, yaitu warga Indonesia.
Seharusnya, dalam Negara yang luas dan besar ini, harus memiliki hati
yang besar juga dalam menghargai segala jenis perbedaan. Setiap warga
berhak beribadah dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Toleransi beragama sangat diperlukan dlam jiwa masing-masing individu.
Tidak bergerak atas nama kelompok golongan, namun atas bangsa dan
Negara Indonesia.
Contoh kasus : Bekasi (ANTARA) – Kasus penistaan agama Islam melalui
situs internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang diduga milik Yayasan
Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus
memantau perkembangannya.
Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH Iskandar Ghazali di Bekasi,
Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah ditangani bagian kejahatan
teknologi informasi Polda Metro Jaya, sementara dua orang yang dicurigai,
F dan J telah telah ditangani aparat Polres Metro Bekasi. Penistaan yang
dilakukan oleh oknum tersebut berupa pelecehan terhadap kitab suci Al
Quran dan Nabi Muhammad SAW, katanya.
Contoh kasus : Bekasi (ANTARA) – Kasus penistaan agama Islam melalui
situs internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang diduga milik Yayasan
Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus
memantau perkembangannya.
Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH Iskandar Ghazali di Bekasi,
Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah ditangani bagian kejahatan
teknologi informasi Polda Metro Jaya, sementara dua orang yang dicurigai,
F dan J telah telah ditangani aparat Polres Metro Bekasi. Penistaan yang
dilakukan oleh oknum tersebut berupa pelecehan terhadap kitab suci Al
Quran dan Nabi Muhammad SAW, katanya.
Analisis : Menurut saya kasus ini merupakan penyimpangan terhadap sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sebab penistaan yang dilakukan
di media internet ini sangat tidak terpuji. Pasalnya setiap individu pasti
memiliki keyakinannya masing-masing, dan oleh sebab itu dibutuhkannya
sikap toleransi dalam beragama ataupun berkeyakinan. Meskipun berbeda
keyakinan tidak sepantasnya menghina atau mencaci agama lain. Atas
tindakan yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab
tersebut harus ditindaklanjuti oleh pihak yang berwajib, agar memberikan
efek jera pada si pelaku tersebut dan memblokir situs media yang
digunakan si pelaku.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Positif
Contoh kasus : Jakarta, CNN Indonesia - Gereja Katedral dan Masjid
Istiqlal, jadi dua simbol agama, Islam dan Katolik di Indonesia. Kedua
tempat tersebut terletak saling berseberangan, Gereja Katedral di Jalan
Katedral nomor 7B dan Masjid Isiqlal di Jalam Taman Wijaya Kusuma,
keduanya di pusat Jakarta,memiliki sejarah toleransi beragama yang
panjang. Salah satu bentuk kecil dari toleransi beragama yang muncul dari
kehadiran Katedral dan Istiqlal adalah soal berbagi lahan parkir. Seperti
diketahui, akhir pekan ini umat Katolik, dan Kristen tentunya, sedang
merayakan hari besar yang mereka namakan Paskah.
Sumber : http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150403153140-20-
44065/berbagi-parkir-sekelumit-cerita-toleransi-istiqlal-katedral/
Analisis : Menurut saya prilaku ini mencerminkan sikap seperti sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana setiap individu pasti
memiliki kepercayaan dan keyakinannya masing-masing. Seperti yang
ditunjukan oleh contoh diatas, dimana Masjid Istiqlal dengan Gereja
Katedral merupakan dua tempat ibadah yang berebeda. Letak kedua tempat
ibadah ini saling berhadapan, meskipun demikian mereka memiliki sikap
toleransi dan peduli satu sama lain. Seperti saat hari raya Idul Fitri atau hari
besar lainnya, bila lahan parkir di daerah Masjid Istiqlal penuh mereka para
pengunjung dapat menitipkan kendaraannya di Gereja Katedral, begitu pula
sebaliknya.
Negatif
Contoh kasus : Bekasi (ANTARA) – Kasus penistaan agama Islam melalui
situs internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang diduga milik Yayasan
Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus
memantau perkembangannya.
Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH Iskandar Ghazali di Bekasi,
Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah ditangani bagian kejahatan
teknologi informasi Polda Metro Jaya, sementara dua orang yang dicurigai,
F dan J telah telah ditangani aparat Polres Metro Bekasi. Penistaan yang
dilakukan oleh oknum tersebut berupa pelecehan terhadap kitab suci Al
Quran dan Nabi Muhammad SAW, katanya.
Analisis : Menurut saya kasus ini merupakan penyimpangan terhadap sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sebab penistaan yang dilakukan
di media internet ini sangat tidak terpuji. Pasalnya setiap individu pasti
memiliki keyakinannya masing-masing, dan oleh sebab itu dibutuhkannya
sikap toleransi dalam beragama ataupun berkeyakinan. Meskipun berbeda
keyakinan tidak sepantasnya menghina atau mencaci agama lain. Atas
tindakan yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab
tersebut harus ditindaklanjuti oleh pihak yang berwajib, agar memberikan
efek jera pada si pelaku tersebut dan memblokir situs media yang
digunakan si pelaku.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
Positif
Contoh kasus : Masyarakat di Kec. Serawai adalah kelompok orang Dayak
yang hidup dalam persahabatan dengan alam, budaya, sesama, dan Tuhan.
Mereka hidup di pinggiran sungai di pedalaman Kalimantan Barat. Suku
mayoritas di sana adalah suku Uud Danum. Rasa kekeluargaan di antara
mereka tumbuh secara alamiah karena ikatan kesukuan dan alam mereka.
Mereka semakin merasa senasib dan sepenanggungan karena sedikit demi
sedikit komunitas ini mulai tersingkir oleh modernisasi dari kota. Karena
itu, pendekatan yang paling cocok untuk pengamalan sila kedua Pancasila
di tempat ini adalah pendekatan budaya. Nilai-nilai Pancasila akan lebih
tepat dan efektif jika masuk melalui budaya mereka, karena pada dasarnya
Pancasila pun berasal dari budaya. Di sinilah letak adaptasi nilai-nilai
Pancasila terhadap locus kontekstual masyarakat di Serawai.
Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/29/pengamalan-sila-
kedua-pancasila-pada-masyarakat-di-kecamatan-serawai-kab-sintang-kal-
bar-512022.html
Anlisis : Menurut saya sikap masyarakat Serawai mecerminkan sila kedua,
sebab dalam kesehariannya mereka hidup saling berdampingan dan juga
saling membanbantu tanpa memandang suku, keturunan maupun
agamanya. Hal inilah yang patut untuk ditiru oleh masyarakat kita.
Negatif
Contoh kasus : Jakarta, CNN Indonesia - Kepala Satuan Reserse dan
Kriminal Polres Kota Tangerang Komisaris Aris Tri Yunarko mengatakan
bahwa Kota Tangerang Selatan adalah kawasan rawan pembegalan sepeda
motor. Kasus pembegalan yang berakhir dengan tewasnya salah satu
pelaku dengan cara dibakar warga adalah salah satu contoh kejadian
perampokan di daerah pemekaran Kabupaten Tangerang tersebut.
"Untuk pencurian kendaraan bermotor Tangsel masuk kategori rawan
karena berbatasan dengan Jakarta," kata Aris kepada CNN Indonesia,
Selasa (24/2).
Sumber: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150224155512-12-
34482/begal-dibakar-warga-polisi-tangsel-rawan-pembegalan/
Analisis : Menurut saya, prilaku ini merupakan penyimpangan dari sila
kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sebab pembegalan yang
dilakukan oleh beberapa kelompok dibeberapa daerah tidak memiliki rasa
kemanusiaan. Hal ini ditunjukan dengan cara pelaku melakukan aksinya
yang mana korban langsung dibunuh dengan cara sadis. Untuk itu perlunya
peran pemerintah dalam menindaklanjuti sikap para pembegal ini, dan
perlunya diberi sanksi yang tegas setara dengan apa yang mereka perbuat.
3. Sila Persatuan Indonesia
Positif
Contoh Kasus : Jurnal Patroli News Bitung – Ditahun 2015 PNS jajaran
Pemkot bakal diwajibkan untuk menggunakan pakaian batik selama dua
hari berturut-turut, yakni hari Rabu dan Kamis. Penggunaan batik itu sesuai
dengan peraturan Walikota Bitung Nomor 15 Tahun 2008 tentang pakaian
dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Bitung.
“Serta guna meningkatkan disiplin dan motivasi kerja, telah diterbitkan
surat edaran Nomor 800/WK/01/I/2015 Tanggal 2 Januari 2015 tentang
penggunaan pakaiaan dan ketentuan jam kerja,” kata Kepala BKD-PP Kota
Bitung, Jossy Kawengian, Senin (5/1/2015).
Sumber : http://jurnalpatrolinews.com/2015/01/05/rabu-dan-kamis-pns-
diwajibkan-gunakan-batik/
Analisis : Menurut saya sikap yang diambil oleh Pemkot Bitung
mencerminkan sila ketiga, dimana busana batik merupakan budaya asli dari
Indonesia. Mengenakan pakaian batik pada hari Rabu dan Kamis di kota
Bitung menunjukkan sebagian kecil sikap positif persatuan untuk
melestarikan budaya Indonesia. Untuk itu sudah sepatutnya kita warga
negara Indonesia harus ikut melestarikan budaya bangsa.
Negatif
Contoh Kasus : Pengakuan atau klaim budaya indonesia oleh bangsa lain
bukan hanya terjadi satu kali. Tercatat ada lebih dari 20 budaya indonesia
yang di klaim oleh bangsa lain, angka yang menakjubkan bukan? Tidak
berhenti di situ, yang lebih fantastik adalah keanergaman budaya yang di
klaim. Tidak tanggung-tanggung pengeklamiannya yang terjadi, dari
naskah kuno sampai motif batik, dari alat musik angklung sampai tarian
pendet, yang notabene adalah tarian kebanggaan masyarakat pulau Bali.
Sumber : http://g341100009.blogspot.com/2012/06/klaim-budaya-
indonesia-oleh-bangsa-lain.html
Analisis : Menurut saya kurangnya perhatian serta rendahnya inisiatif
pemerintah dalam mempertahankan dan mematenkan budaya Indonesia
adalah salahsatu faktor penyebab pengklaiman budaya Indonesia oleh
bangsa lain. Keterlambatan pemerintah dalam menindaklanjuti ini akan
berdampak buruk yaitu kehilangan indetitas diri suatu bangsa. Tapi bukan
hanya pemerintah yang berperan dalam melestarikan budaya Indonesia,
tetapi semua warga negara khususnya remaja yang kini lebih menyukai
budaya asing daripada budaya lokal. Kita sebagai warga negara Indonesia
sudah sepatutnya bangga akan budaya yang dimiliki negara ini, dan sudah
seharusnya juga kita menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Positif
Contoh Kasus : JAKARTA-Calon presiden nomor urut dua, Joko Widodo,
hari ini menyalurkan hak pilihnya di TPS 18 Taman Suropati, Menteng,
Jakarta Pusat. Jokowi yang didampingi sang istri, Iriana Widodo tiba di
lokasi TPS pukul 10 lelewat 15 menit. Usai melakukan pencoblosan,
Jokowi beserta istri meninggalkan lokasi pemungutan suara, untuk menuju
kediaman Megawati Soekarno putri, di Kebagusan, Jakarta. Sementara itu,
calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto menyalurkan hak
pilihnya di kediamanya di hambalang Bogor.
Sumber : http://www.voaindonesia.com/content/warga-indonesia-antusias-
berikan-suara-dalam-pilpres-2014/1953919.html
Analisis : Menurut saya kasus pemilu ini mencerminkan sila keempat sebab
Indonesia membutuhkan pemimpin untuk memajukan kesejahteraan rakyat.
Antusias yang dimiliki masyarakat dalam memilih Presiden untuk periode
selanjutnya adalah bentuk cita-cita masyarakat Indonesia untuk hidup yang
lebih baik.
Negatif
Contoh Kasus : TEMPO.CO, Brebes - Baru dua bulan bekerja sebagai
pembantu rumah tangga di Singapura, Kunainah, 30 tahun, pulang dengan
luka di sekujur tubuhnya. Tragisnya, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal
Desa Cikuya, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, itu
telantar saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa, 3 Juni 2014.
"Dari bandara, Kunainah dipulangkan dengan bus. Dia diturunkan di Desa
Pejagan, Kecamatan Losari, Brebes," kata Ramuji, 48 tahun, sepupu
Kunainah, di Rumah Sakit Umum Daerah Brebes, Ahad siang, 8 Juni 2014.
Herman beserta sejumlah keluarganya mengantar Kunainah ke Instalasi
Gawat Darurat RSUD Brebes.
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/06/08/063583399/TKI-
Asal-Brebes-Disiksa-Majikan-di-Singapura
Analisis : Menurut saya kasus ini tidak mencerminkan sila keempat, sebab
kurangnya keseriusan pemerintah Indonesia dalam menangani
permasalahan TKI diluar negeri. Akibatnya banyak TKI yang merasakan
penderitaan akibat penyiksaan oleh majikannya. Untuk itu perlunya
dilakukan pembenahan dan diberlakukannya kebijakan yang dapat
melindungi para TKI diluar negeri.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Positif
Contoh Kasus : Merdeka.com - Seorang guru honorer di Tegal, Siti
Saerullah, menyampaikan keluhannya kepada calon presiden Joko Widodo
(Jokowi). Dia mengatakan sudah menjadi guru selama sepuluh tahun,
namun belum juga menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dia mengungkapkan, dia belum menjadi PNS padahal kawan-kawannya
yang juga sebagai guru honorer sudah diangkat menjadi PNS. Siti pun
mengeluh lantaran penghasilannya hanya sekitar seratus ribu tiap bulannya.
"Saya sudah jadi honorer K2 sejak tahun 2004. Padahal kawan saya sudah
ada yang lolos, tapi saya ndak lolos. Penghasilan saya sekitar seratus ribu
per bulan. Kami dari honorer guru dan guru bantu minta diangkat," kata
Siti di kawasan Tegal, Jawa Tengah, Kamis (19/6).
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/jokowi-janji-bantu-semua-
guru-honorer-agar-diangkat-jadi-pns.html
Analisis : Menurut saya contoh kasus ini mencerminkan sila kelima, sebab
guru honorer juga manusia yang memiliki banyak kebutuhan untuk
keluarganya. Hal ini ditunjukkan oleh sekelompok guru honorer yang
menceritakan keluh kesahnya langsung kepada Bapak Jokowi. Permohonan
keadilan yang dituntut oleh para guru honorer dikawasan Tegal inipun
segera ditindaklanjuti dengan mengangkat semua guru honorer menjadi
PNS meskipun akan ada prosedur dan proses yang harus dijalani.
Negatif
Contoh Kasus : KOMPAS.com - Inilah ironi di negeri ini. Koruptor yang
makan uang rakyat bermiliar-miliar banyak yang lolos dari jeratan hukum.
Tapi nenek Minah dari Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan
Ajibarang, Kabupaten Banyumas ini harus menghadapi masalah hukum
hanya karena tiga biji kakao yang nilainya Rp 2.000.
Memang, sampai saat ini Minah (55) tidak harus mendekam di ruang
tahanan. Sehari-hari ia masih bisa menghitung jejak kakinya sepanjang 3
km lebih dari rumahnya ke kebun untuk bekerja.
Ketika ditemui sepulang dari kebun, Rabu (18/11) kemarin, nenek tujuh
cucu itu seolah tak gelisah, meskipun ancaman hukuman enam bulan
penjara terus membayangi. "Tidak menyerah, tapi pasrah saja," katanya.
"Saya memang memetik buah kakao itu," tambahnya.
Terhitung sejak 19 Oktober lalu, kasus pencurian kakao yang membelit
nenek Minah itu telah ditangani pihak Kejaksaan Negeri Purwokerto. Dia
didakwa telah mengambil barang milik orang lain tanpa izin. Yakni
memetik tiga buah kakao seberat 3 kg dari kebun milik PT Rumpun Sari
Antan 4. Berapa kerugian atas pencurian itu? Rp 30.000 menurut jaksa,
atau Rp 2.000 di pasaran!
Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2009/11/19/07410723/duh....tiga.buah.kak
ao.menyeret.minah.ke.meja.hijau..
Analisis : Menurut saya hukuman yang diberikan kepada Nenek Minah
tidak menerminkan sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sebab nenek yang berusia 55 tahun ini dijerat pasal 362 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana dan terancam hukuman enam bulan
penjara. Hal ini terlalu berlebihan, bayangkan saja, hanya sebuah kasus
sepele yaitu memetik tiga buah kakao tetapi sudah terjerat hukum pidana,
bagaimana dengan koruptor yang memakan uang rakyat hingga bermilyar-
milyar banyaknya tetapi masih bisa lolos dari jeratan hukum dengan
mudahnya. Menurut saya ini sangat tidak adil dan hukum yang ada di
Indonesia masih harus dipertanyakan.