Upload
dahlisasoleman
View
2
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
juujjuujjuujjiikknnhhg
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, Negara Indonesia tengah dilanda cuaca yang tidak menentu, perubahan
udara dan temperatur sedikit banyak berpengaruh pada tubuh kita, untuk menyesuaikan
dengan perubahan cuaca, otomatis tubuh kita akan berusaha untuk menyesuaikan dengan
suhu sekitar, saat itu pula imunitas (daya tahan tubuh terhadap penyebab penyakit) mulai
menurun sehingga sering menyebablan anak–anak terserang penyakit disaat terjadi perubahan
cuaca. Selain itu, temperatur dan cuaca yang relatif berubah–ubah adalah salah satu kondisi
yang memacu virus atau bakteri untuk lebih cepat berkembang biak, jadi tidak heran bila
banyak anak–anak terserang penyakit dimusim yang cuaca dan temperaturnya cenderung
tidak stabil.
Infeksi virus ( bakteri ) dapat terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme
lainnya, ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh berbagai jenis sel darah saling
melepaskan, infeksi virus ini sering terjadi pada anak ditandai dengan pilek, batuk, maupun
diare serta gangguan lainnya. Ciri khas infeksi virus demam tinggi terjadi dalam 1 – 2 hari
pertama, saat hari ke 3 – 5 turun atau kadang untuk hari ke 4 – 5 naik lagi tetapi tidak setinggi
hari ke 1 - 2 dan hal itu yang dapat menyebabkan demam.
Demam pada anak merupakan hal yang sering terjadi dan dikeluhkan oleh semua
orang tua.karena peningkatan suhu tubuh diatas normal sehari – hari mengakibatkan daya
tubuh anak menjadi menurun yang menimbulkan efek panas, lemas, pucat, dan biasannya
disertai dengan menggigil.
Demam dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor infeksi maupun faktor non
infeksi, demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh bakteri (kuman) sedangkan non infeksi
disebabkan oleh faktor lingkungan dan biasannya faktor lingkungan ini yang berpengaruh
besar terhadap tumbuhnya penyakit demam yang terjadi khususnya pada anak – anak yang
cenderung memiliki kekebalan tubuh yang relatif mudah terinfeksi.
Karena demam sering terjadi pada anak–anak maka kemungkinan besar dapat
dibuat sediaan obat dalam bentuk Sirup. Hal ini dilihat karena tingkat kesulitan menelan obat
pada anak–anak yang relatif besar selain itu untuk mempermudah anak–anak dalam
meminum obat. Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya
ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan
maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkan
kelarutan obat (Anonim, 1978).
Pada kenyataannya hal yang terpenting dalam pembuataan sediaan sirup adalah
kejernihan serta kelarutan dan tidak meninggalkan rasa. Produk sirup pada saat ini sudah
banyak yang beredar di pasaran akan tetapi pangsa pasar yang besar tidak menutup
kemungkinan untuk membuat sediaan formula sirup dengan inovasi yang baru.
Dalam memproduksi sirup hal yang harus diperhatikan adalah rasa dan kejernihan
serta kelarutan, untuk itu dalam pembuatan sirup ini akan dibuat suatu sirup dengan Rasa
buah–buahan seperti misalnya Rasa Jeruk, dengan tekstur atau bentuk yang menarik dan
gambar desain yang menarik.
Dari hal tersebut dapat digunakan Paracetamol sebagai bahan aktif yang
digunakan dalam sediaan pembuatan sirup demam pada anak – anak. Parasetamol merupakan
obat tunggal atau zat aktif yang paling besar digunakan untuk penanganan demam, disamping
itu parasetamol mempunyai efek samping yang paling aman dan ringan untuk anak–anak. Hal
ini dibuktikan karena proses resorpsinya dari usus yang praktis tuntas dan cepat.
Parasetamol atau acetaminophenum adalan termasuk obat antipiretik (meredakan
demam) yang paling utama untuk menangani demam yang terjadi pada anak–anak selain
aman juga tidak mengiritasikan lambung hal ini disebabkan karena obat ini sifatnya dapat
meredakan gejala–gejala penyakit seperti flu, sakit kepala, rasa tak nyaman karena masuk
angin, karena imunisasi, dan yang paling penting adalah demam.
Parasetamol berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5ml.
Selain itu Parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun
cairan. Dosis Parasetamol untuk dewasa 300mg-1g per kali, dengan maksimum 4g per hari,
untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun:
60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari.
Dengan cara menentukan formulasi yang benar dalam pembuatan sirup untuk
mengatasi batuk pada anak – anak sebagai ahli madya farmasis berharap agar masyarakat
mampu menerima dengan baik dan dapat memberika efek terapi yang sesuai dalam mengatasi
batuk pada anak – anak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum:
Tujuan umum dari pembuatan portofolio adalah mampu membuat sediaan sirup
dengan baik dan benar sehingga mampu diaplikasikan dengan baik saat melakukan
praktikum.
1.2.2 Tujuan Khusus:
Tujuan khusus dari pembuatan portipolio ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui proses dan mampu membuat formulasi sediaan sirup Parasetamol
untuk mengatasi sakit demam.
b. Mengetahui proses dan mampu membuat praformulasi sediaan sirup Parasetamol
untuk mengatasi sakit demam.
c. Mengetahui proses dan mampu melakukan evaluasi sediaan sirup Parasetamol
untuk mengatasi sakit demam.
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat bagi masyarakat
Agar masyarakat lebih mudah mengobati penyakit demam khususnya di kalangan
anak-anak.
1.3.2. Manfaat bagi mahasiswa
Mahasiswa lebih memahami proses pembuatan sediaan sirup Parasetamol untuk
mengatasi sakit demam.
1.3.3. Manfaat bagi institusi
Institusi menjadi lebih dikenal oleh masyarakat karena memiliki mahasiswa-
mahasiswa yang berkompeten di bidangnya
1.3.4. Manfaat Bagi Industri
Agar industri bisa mengembangkan dan memproduksi sediaan sirup untuk penyakit
demam di kalangan anak-anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penyakit
2.1.1 Definisi Penyakit
Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal, bila diukur pada rektal >38°C
(100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F).
(Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse)
disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38° C. Pada anak
umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3° C.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan
tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya
terhadap toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin
pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan
menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu
maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh
ini belum diketahui. (Sherwood, 2001).
2.1.2 Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal tubuh
terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh.
Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Kebanyakan
demam disebabkan oleh infeksi virus. Demam bisa juga disebabkan oleh paparan panas yang
berlebihan (overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan
gangguan sistem imun (Lubis, 2009).
Sebagian besar demam disebabkan oleh infeksi atau penyakit lainnya. Demam itu
sendiri sebenarnya berguna untuk membantu tubuh melawan infeksi dengan merangsang
sistem kekebalan tubuh ( pertahanan alami tubuh terhadap infeksi dan penyakit ). Dengan
meningkatnya suhu tubuh, maka akan membuat bakteri dan virus menjadi susah untuk
bertahan hidup dalam tubuh manusia.Secara garis besar penyakit infeksi penyebab demam
pada anak antara lain:
a. Infeksi virus
Infeksi virus merupakan penyebab demam terbanyak, virus ini menyebabkan
banyak penyakit seperti pilek, batuk, flu, diare,dan lain- lain, namun terkadang
infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius.
b. Infeksi bakteri
Infeksi bakteri lebih jarang dibandingkan dengan infeksi virus tetapi juga
dapat menyebabkan demam dan biasannya lebih serius.
2.1.3 Gejala dan Akibat Demam
2.1.3.1 Gejala Demam
Berbagai penyebab demam atau panas pada anak biasannya ketika suhu tubuhnya 38
C atau lebih, demam in i terjadi sebagai hasil respon kekebalan tubuh terhadap penjajah.
Penjajah tersebut termasuk virus, bakteri, jamur, obat – obatan atau racun lainnya.
Reaksi tersebut menghasilkan zat yang disebut pirogen yang memicu respon
kekebalan tubuh. Pirogen memberitahu hipotalamus untuk meningkatkan set point suhu
dalam rangka untuk membantu tubuh melawan infeksi.
Demam merupakan gejala umum dari infeksi. Pada anak- anak, imunisasi atau
tumbuh gigi dapat menyebabkan demam ringan. Gangguan autoimun, reaksi obat, kejang,
atau kanker juga dapat menyebabkan demam atau panas.
Demam biasannya disertai dengan gejala–gejala sebagai berikut :
a. Menggigil, gemetar
Dikarenakan peningkatan aktivitas simpatis yang menimbulkan piloe sehingga
dapat menyebabkan panas.Peningkatan aktivitas simpatis juga akan menimbulkan
piloerection. Jika penyesuaian ini tidak cukup menyelamatkan panas dengan
mencocokkan titik suhu yang baru, maka akan timbul menggigil yang dipicu melalui
spinal dan supraspinal motor system, yang bertujuan agar tubuh mencapai titik suhu
yang baru.
b. Berkeringat
Demam yang tinggi karena adanya proses infeksi juga akan menyebabkan bayi
berkeringat lebih banyak. Logikanya, saat demam terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berujung pada keluarnya peluh yang bercucuran. Obat pereda demam yang diberikan
umumnya memainkan fungsi sebagai pencegah pengeluaran panas yang berlebihan dari
dalam tubuh. Di anjuran yang paling tepat adalah banyak beristirahat dengan tetap
mengupayakan pemberian banyak cairan guna mencegah dehidrasi akibat penguapan
yang berlebihan dari dalam akibat suhu tubuh yang tinggi.
c. Jantung berdetak kencang atau palpitas ( berdebar )
Palpitasi saat demam atau pada gangguan kelebihan hormon tiroid. Pada kedua
kondisi ini, palpitasi disertai denyut jantung yang cepat saat istirahat. Hal ini antara lain
dikarenakan peningkatan metabolisme tubuh. Pada demam umumnya akan mereda
seiring meredanya demam, pada gangguan tiroid biasanya disertai dengan
ketidakmampuan mentolerir udara panas, dan saat pemeriksaan sering dijumpai
pembesaran tiroid.
d. Kulit memerah
Kulit memerah biasa disebut dengan Roseola infantum dalah penyakit demam
tinggi sekitar 39-40' celsius yang biasanya menimpa pada anak usia 6 hingga 3 tahun.
Penyakit ini akibat virus herpes tipe 6 dan 7. Sang anak biasanya akan demam tinggi
selama kurang lebih 3 hingga 4 hari dan setelah panasnya turun akan diikuti dengan
timbulnya bintik-bintik merah pada seluruh tubuhnya. Dan bintik-bintik merah ini akan
hilang dengan sendirinya selama kurang lebih dua hari.
e. Merasa pingsan, pusing
Pingsan diakibatkan kurang keseimbangan pada tubuh. Sedangka pusing,
disebabkan karena keadaan yang ditentukan atas dasar adanya kelainan, baik itu secara
etiologi/penyebab( bakteri, virus dan kuman lainnya), lokasi/organ yang terkena jelas,
dan diikuti gejala/keluhan/symptom lain yang mendukung penegakkan diagnosis
penyakit tersebut (gejala klinik).
f. Kejang
Kejang diakibatkan oleh semua jenis aktivitas listrik yang tiba-tiba atau tidak
teratur pada otak.
2.1.3.2 Akibat Demam
Akibat dari demam adalah sebagai berikut :
1. Dampak Positif Demam
Keberadaan demam berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit. Fungsi
pertahanan tubuh manusia bekerja lebih baik pada temperatur tinggi/demam dibandingkan
suhu normal. Komponen-komponen sistem kekebalan tubuh, seperti sel darah putih
(leucocyt) dan lymphocyt (salah satu jenis sel darah) akan bekerja lebih baik melawan kuman
dalam keadaan suhu tubuh yang meningkat ketimbang suhu tubuh normal. Selain itu, jumlah
interferon, yang merupakan salah satu substansi antivirus dan antikanker dalam darah, juga
akan meningkat dengan adanya demam. Jadi tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
menurunkan suhu tubuh ketika anak demam terlalu cepat lewat pemberian obat penurun
panas justru akan melemahkan sistem kekebalan tubuhnya.
Terjadinya demam memiliki tujuan untuk membunuh virus, bakteri atau kuman yang
menyerang.Demam menjadi sebuah reaksi alamiah tubuh terhadap adanya infeksi.Sehingga
ketika seorang anak mengalami infeksi, keberadaan demam sangat bermanfaat demi
kesembuhannya. Selain itu, demam yang terjadi karena infeksi bakteri atau virus, pada
umumnya tidak akan menyebabkan kerusakan otak atau kerusakan fisik permanen seperti
anggapan yang telah dianut selama ini. Hanya demam di atas 42,2 derajat Celcius yang telah
diketahui dapat menyebabkan kerusakan otak.
Namun yang jadi masalah sekarang adalah paradigma atau pemahaman negatif orang
tua terhadap demam yang sudah terlanjur ada dan turun-temurun.Demam anak menimbulkan
fobia bagi banyak orang tua.Pemahaman bahwa demam harus segera diturunkan sudah
tertanam di benak orang tua, demam diartikan sebagai penyakit, penyebab kerusakan otak,
mempengaruhi kecerdasan anak, dan lain-lain.Kegelisahan orang tua inilah yang bisa menjadi
penyebab kesalahan dalam menangani demam pada anak.Anak yang panas badannya
langsung dicekoki obat penurun panas tanpa memastikannya terlebih dulu.Padahal,
berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya jelas bahwa demam bukanlah musuh yang
harus diperangi.Karena itu penggunaan obat penurun panas sebaiknya betul-betul diberikan
secara rasional.Bahkan beberapa negara sudah membuat peraturan agar para dokter tidak
gampang meresepkan obat untuk anak-anak yang sedang demam. Penggunaan obat penurun
panas diberikan ketika demam mencapai 40,5 derajat Celcius atau lebih.
Merubah paradigma dan pemahaman tentang demam ini bukanlah hal yang mudah,
karena pemahaman tersebut sudah terlanjur mendarah daging dalam masyarakat.Akan tetapi,
penjelasan tentang manfaat dari demam itu sendiri tetap harus diberikan kepada para orang
tua, juga tentang dampak negatif pemberian obat penurun panas pada anak.Dengan begitu,
diharapkan demam tidak lagi menjadi momok yang menyebabkan fobia bagi orang tua.
2. Dampak Negatif Demam
Segala sesuatu pasti memiliki sisi positif dan negatif, begitupun dengan terjadinya
demam.Meskipun demam adalah mekanisme pertahanan yang dibutuhkan sebagai salah satu
bentuk perlawanan tubuh terhadap infeksi, tetapi terjadinya demam juga disertai dengan hal-
hal yang negatif.Dampak negatif demam meliputi hal-hal yang signifikan, diperlukan
perhatian tinggi dari orang tua yang menanganinya. Di antaranya adalah:
a. Meningkatkan resiko dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Terjadinya dehidrasi
disebabkan oleh peningkatan penguapan cairan tubuh saat anak demam, sehingga anak
bisa kekurangan cairan. Untuk mengetahui anak mengalami dehidrasi yang paling mudah
adalah dengan melihat intensitas kencing anak. Berkurangnya kencing anak dan air
kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya adalah tanda anak mengalami dehidrasi.
Penanganan utama pada anak demam adalah dengan memberikan asupan cairan dalam
jumlah yang memadai. Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak
memaksa anak untuk makan. Untuk bayi yang demam, pemberian ASI dilakukan lebih
banyak atau sering. Selain minum, orang tua juga bisa memberikan sup atau buah-buahan
yang banyak mengandung air kepada anak.
b. Adanya kemungkinan kekurangan oksigen. Hal ini terjadi pada anak yang demam dengan
penyakit paru-paru atau penyakit jantung.
c. Menyebabkan kerusakan neurologis (syaraf). Kerusakan otak karena demam bisa terjadi
ketika demam mencapai lebih dari 42 derajat Celsius. Akan tetapi hal ini sangat jarang
terjadi. Sampai saat ini belum ada bukti penelitian yang menunjukkan bahwa demam di
bawah 42 derajat Celsius bisa menyebabkan kerusakan otak.
d. Kejang demam. Kejang demam umumnya terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun
(balita), terutama pada umur di antara 6 bulan dan 3 tahun, khususnya pada temperatur
rektal di atas 40 derajat selsius. Selanjutnya kejang demam biasanya hilang dengan
sendirinya, dan tidak menyebabkan gangguan neurologis (kerusakan saraf).
2.1.4 Penanganan Demam
Demam bisa membuat anak merasa tidak nyaman sehingga akan rewel. Oleh karena
itu untuk membantu menurunkan panas pada anak, maka dapat dilakukan hal – hal berikut
ini:
1. Beri Pakaian.
Jika ruangan hangat atau panas maka jagalah anak agar tetap sejuk dengan
memberikan pakaian tipis, jangan memberi selimut tebal atau pakaian tebal dan rapat.
Hala ini bertujuan untuk mencegah panas yang berlebihan ( overheating )
2. Kompres
Jangan menggunakan kompres dingin pada anak demam, karena dapat menyebabkan
pembuluh darah dibawah kulit menjadi sempit ( konstriksi ) sehingga akan mengurangi
hilangnya panas dan bukannya mengatasi demam malah dapat menimbulkan panas akan
terperangkap dibagian – bagian yang lebih dalam dari tubuh.
3. Berikan Obat
Berikan obat penurun panas untuk mengatasi demam pada anak.
2.2 Tinjauan Zat Aktif
2.2.1 Definisi Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol
digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai
analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui
resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002)
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah
digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya
kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan
iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993).
Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid
sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek
anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang,
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011)
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal,
meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai
daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat
antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol.
Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang paling
ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya
digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter. Dari penelitian
pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi Asetosal dengan Parasetamol bekerja
lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri. (Sartono 1996)
2.2.2 Mekanisme
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan.
Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi), namun
parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa
parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga
menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi. Sebagaimana diketahui
bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi
prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai
senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada
kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini
oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi.
Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat
inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan temperatur tubuh,
dimana kondisinya tidak oksidatif .
Metabolisme parasetamol terjadi di hati.Metabolit utamanya meliputi senyawa sulfat
yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal.Hanya sedikit
jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan
oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p-benzo-kuinon imina).
Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI
ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui
ginjal .Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi
metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati.
2.2.3 Dosis Parasetamol
Parasetamol tersedi sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500mg atau sirup yang
mengandung 120mg/5ml. Selain itu Parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap,
dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis Parasetamol untuk dewasa 300mg-1g per kali,
dengan maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum
1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6 kali
sehari. .(Mahar Mardjono 1971).
2.2.4 Efek Samping
Efek samping parasetamol antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada
penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g
mengakibatkan nekrose hati yang reversible.Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-
metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan
–SH).Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit
mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan
irreversible.Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa
menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia.
Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam
amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah
intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan
aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu.
2.2.5 Interaksi
Interaksi parasetamol dengan obat lain antara lain:
1. Kombinasi dengan obat penyakit AIDS zidovudin meningkatkan resiko neutropenia.
2. Parasetamol/asetaminofen dilarang dikonsumsi dengan alcohol (tape ketan dan beras)
karena akan mengakibatkan resiko pendarahan dilambung dan kerusakan hati.
3. Parasetamol diduga dapat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin.
4. Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk mengatasi rasa nyeri pada
rematik sebab paracetamol tidak mempunyai efek anti inflamasi seperti aspirin sehingga
bila kedua obat ini digabung maka akan didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada
penyakit rematik.
5. Parasetamol diduga dapat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin.
2.3 Tinjauan Sediaan
2.3.1 Definisi
Dalam Farmakope Indonesia edisi III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa,C12H22O11,tidak kurang dari
64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau
perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989)
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar
tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam
sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirop adalah larutan pekat
gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi,
merupakan larutan jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol
yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan
hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat (Anonim, 1978).
2.3.2 Sejarah Sediaan Sirup
Perkembangan ilmu pengetahuan tentu juga sangat memengaruhi dalam
perkembangan di dunia farmasi. Ilmu farmasi sudah diterapkan sejak zaman dahulu kala,
namun pengembangan yang dilakukan tidak sepesat sekarang. Dulu penerapan ilmu farmasi
hanya terfokus pada bahan-bahan alam yang sudah tersedia dan juga pengolahan yang masih
sangat sederhana. Dimulai dari penggunaan bahan alam yang sangat sederhana, misalnya
menempelkan daun Dadap Serep pada dahi pasien yang menderita demam dapat membantu
menurunkan suhu tubuh, sampai dengan pembuatan tapel untuk pegal linu.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, sediaan farmasi semakin banyak, mulai dari
munculnya serbuk, kemudian, tablet, hingga sediaan liquid seperti sirup. Sirup dibuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang sulit untuk menelan obat dalam bentuk tablet dan kapsul.
Sirup pun sangat diminati oleh masyarakat.
2.3.3 Keuntungan dan Kerugian
2.3.3.1 Keuntungan
a. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak - anak).
b. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak - anak karena
rasanya lebih enak dan warna lebih menarik.
c. Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent.
2.3.3.2 Kerugian
a. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
b. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi
beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien.
Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk
pasien.
c. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit
(sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).
d. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau
eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol,
suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent yang
digunakan.
e. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi
yang mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying
agent yang digunakan).
f. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat
sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah
dilarutkan haInya beberapa hari).
g. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus
pula.
2.2.4 Persyaratan Sediaan Sirup
a. Jernih
b. Tidak ada endapan.
c. Semua bahan aktif larut sempura.
2.3.5 Penggolongan Sediaan Sirup
a. Sirup Simpleks, mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v
b. Sirup Obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan
c. Sirup Pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau
zat penyedap lain.
2.4 Studi Formulasi
2.4.1 Zat Aktif
Zat aktif merupakan zat yang memang terbukti memberikan efek farmakologis pada
tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga dikenal sebagai drug, active
ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API). Suatu proses penemuan obat (drug
discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat aktif yang dibutuhkan, baik dari bahan
alam, semisintesis maupun sintesis penuh. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam
menemukan suatu senyawa aktif farmakologis tersebut adalah terbuktinya keamanan dan
khasiatnya. Perlu dipertimbangkan benefit to risk ratio dari senyawa aktif yang baru tersebut.
2.4.2 Zat Tambahan
2.4.2.1 Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk
keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan. Menurut
peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan
tambahan kimia, selain zat yang lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan
lain sebagainya. Pemanis alternatif umum digunakan sebagai pengganti gula jenis sukrosa,
glukosa atau fruktosa. Ketiga jenis gula tersebut merupakan pemanis utama yang sering
digunakan dalam berbagai industri. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan
aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, dan untuk memperbaiki sifat-sifat
kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh. Contohnya seperti Sakarin Na.
2.4.2.2 Pengawet
Yang dimaksud Zat Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh
fungi, bakteria dan mikroba lainnya. Contohnya seperti Na Benzoat.
2.4.2.3 Pelarut
Pelarut ialah zat yang melarutkan zat lain untuk membentuk suatu larutan. Larutan
adalah campuran homogen dalam tingkat molekul. Bila kedua zat itu dapat campur pada
semua perbandingan, maka zat yang lebih banyak disebut pelarut dan yang lain disebut zat
terlarut. Pelarut dapat berupa gas atau zat padat, tetapi paling lazim adalah cairan. Air
merupakan pelarut yang paling lazim. Selanjutnya juga alkohol dan aseton. Contohnya
seperti Sorbitol.
2.4.2.4 Pewarna
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut corigen coloris.
Pewarna ditambahkan jika diperlukan. Penambahan pewarna biasanya agar sediaan menjadi
lebih menarik dan tidak berwarna pucat. ewarna yang digunakan umumnya larut dalam air
dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH
selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa.
2.4.2.5 Perasa
Perasa ialah penambahan perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan
sirup yang akan di berikan pada pasien kurang enak atau terlalu pahit.
2.5 Praformulasi
2.5.1 Definisi Praformulasi
Adalah bagian dari kegiatan formulasi, dimana menitik beratkan pada kegiatan
investigasi karakteristik bahan yang menjadi keunggulan bahan untuk kemudian dijadikan
dasar dalam pemilihan bahan tersebut dalam suatu formula.
Studi praformulasi adalah tahap pertama dalam pengembangan bentuk sediaan obat
yang rasional, serta investigasi sifat-sifat fisik dan kimia zat aktif tunggal atau di gabung
dengan eksipien dengan sasaran pemilihan formulasi sediaan dalam komposisi yang optimal.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan informasi bagi formulator dalam mengembangkan
bentuk sediaan yang stabil dan ketersediaan hayati yang dapat diproduksi dalam skala besar,
serta untuk menetapkan formula akhir yang sebenarnya dan arah kerja untuk pembuatan
produk.
Praformulasi merupakan langkah awal dalam proses pembuatan sediaan farmasi
dengan mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang sifat kimia fisika dari zat aktif
bila dikombinasikan dengan zat atau bahan tambahan menjadi suatu bentuk sediaan farmasi
yang stabil, efektif dan aman. Penelitian atau pemeriksaan sifat-sifat fisika dan kimia zat aktif
tersendiri dan jika dikombinasikan dengan zat lain merupakan data-data studi praformulasi.
Data-data tersebut meliputi:
1. Sifat Fisika
a. Uraian Fisik
Uraian fisik dari suatu obat sebelum pengembangan bentuk sediaan penting
untuk dipahami, kebanyakan zat obat yang digunakan sekarang adalah bahan padat.
Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni yang berbentuk amorf
atau kristal. Obat cairan digunakan dalam jumlah yang lebih kecil, gas bahkan lebih
jarang lagi.
b. Pengujian Mikroskopik.
Pengujian mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu tahap
penting dalam kerja (penelitian) praformulasi. Pengujian ini memberikan indikasi atau
petunjuk tentang ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal.
c. Ukuran Partikel.
Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi
ukuran partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavailabilitas, keseragaman isi, rasa,
tekstur, warna dan kestabilan.Sifat-sifat seperti karateristik aliran dan laju sedimentasi
juga merupakan faktor-faktor penting yang berhubungan dengan ukuran
partikel.Ukuran partikel dari zat murni dapat mempengaruhi formulasi
produk.Khususnya efek ukuran partikel terhadap absorpsi obat. Keseragaman isi
dalam bentuk sediaan padat sangat tergantung kepada ukuran partikel dan distribusi
bahan aktif pada seluruh formulasi yang sama.
d. Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi.
Untuk memproduksi suatu respon biologis molekul obat pertama-tama harus
melewati suatu membrane biologis yang bertindak sebagai pembatas lemak.
Kebanyakan obat yang larut lemak akan lewat dengan proses difusi pasif sedangakn
yang tidak larut lemak akan melewati pembatas lemak dengan transport aktif. Karena
hal ini maka perlu mengetahui koefisien partisi dari suatu obat.Khusus untuk obat
yang bersifat larut air maka perlu pula diketahui konstanta disosiasi agar diketahui
bentuknya molekul atau ion.Bentuk molekul lebih muda terabsorpsi daripada bentuk
ion.
e. Polimerfisme.
Suatu formulasi yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk amorf dari zat
obat tersebut. Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan sifat fisika kimia
yang berbeda termasuk titik leleh dan kelarutan.Bentuk polimorfisme ditunjukkan
oleh paling sedikit sepertiga dari senua senyawa-senyawa organik.
f. Kelarutan.
Suatu sifat kimia fisika yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air.Suatu obat harus memiliki kelarutan dalam air
agar manjur dalam terapi.Agar suatu obat masuk kedalam sistem sirkulasi dan
menghasilkan suatu efek terapeutik, obat pertama-tema harus berada dalam bentuk
larutan.Senyawa-senyawa yang relative tidak larut seringkali menunjukkan absorpsi
yang tidak sempurna atau tidak menentu.
g. Disolusi.
Perbedaan aktivitas biologis dari suatu zat obat mungkin diakibatkan oleh laju
disolusi.Laju disolusi adalah waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut dalam
cairan pada tempat absorpsi.Untuk obat yang diberikan secara oral dalam bentuk
padatan, laju disolusi adalah tahap yang menentukan laju absorpsi.Akibatnya laju
disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas dan lama respon serta bioavailabilitas.
h. Kestabilan.
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam praformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dari zat obat murni.Pengkajian awal dimulai dengan menggunakan
sampel obat dengan kemurnian yang diketahui. Adanya pengotoran akan
menyebabkan kesimpulan yang salah dalam evaluasi tersebut.
2. Sifat Kimia
i. Kestabilan.
Pengkajian praformulasi yang dihubungkan dengan fase praformulasi
termasuk kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan padat, kestabilan fase larutan dan
kestabilan dengan adanya bahan penambah.
Ketidak stabilan kimia dari zat obat dapat mengambil banyak bentuk, karena
obat-obat yang digunakan sekarang adalah dari konstituen kimia yang beraneka
ragam.Secara kimia, zat obat adalah alcohol, fenol, aldehid, keton, ester-ester, asam-
asam, garam-garam, alkaloid, glikosida, dan lain-lain.Masing-masingdengan gugus
kimia relative yang mempunyai kecenderungan berbeda terhadap ketidak stabilan
kimia. Secara kimia proses kerusakan yang paling sering meliputi hidrolisis dan
oksidasi.
Studi praformulasi pada dasarnya berguna untuk menyiapkan dasar yang
rasional untuk pendekatan formulasi, Untuk memaksimalkan kesempatan
keberhasilan memformulasi produk yang dapat diterima oleh pasien dan akhirnya
menyiapkan dasar untuk mengoptimalkan produksi obat dari segi kualitas dan
penampilan.
2.5.2 Karakteristik Bahan
2.5.2.1 Paracetamol (Zat Aktif)
Karakteristik bahan :
a. Fungsi : Analgrtik, antipiretik
b. Densitas : 1,263 g/cm3
c. Titik lebur : 1690 C (3360 F)
d. Massa molar : 151,17 g/mol
e. Ksp : 1,4 g/100 ml or 14 mg/ml (200 C)
f. Higroskopisitas : tidak higroskopis
g. Inkompatibilitas : ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan oleh
karena itu parasetamol dihubungkan dengan permukaan dari nilon dan rayon
h. Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95%, dalam 13
bagian aseton. Dalam 40 bagian gliserol dan dalam 9 bagian propilenglikol
i. Alasan : hanya ada 1 bentuk paracetamol
2.5.2.2 Sakarin Na (Pemanis)
Karakteristik bahan :
a. Fungsi : pemanis
b. ADI : 5 mg / kgBB
c. Rentang : 0,02-0,50%
d. Inkompatibilitas : sakarin dapat bereaksi dengan molekul yang besar sehingga
terjadi endapan.
e. Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol 95%
f. Berat molekul : 183,19 – 241,19
g. Titik leleh : 230°C
h. Titik didih : 299°C
i. Alasan : memiliki rasa yang lebih manis dari sukrosa (300x), mudah larut
dalam air
2.5.2.3 Na Benzoat (Pengawet)
Karakteristik bahan :
a. Fungsi : pengawet
b. Rentang : 0,02-0,5%
c. ADI : 5 mg / kgBB
d. Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin, garam
besi, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk perak, timah, merkuri.
Kegiatan pengawet dapat dikurangi dengan interaksi dengan kaolin atau
surfaktan nonionik
e. Kelarutan : larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol 95%
f. Alasan : mudah didapat, efisien, cocok digunakan sebagai pengawet untuk
sediaan oral
2.5.2.4 Oleum Citri
Karakteristik bahan :
a. Fungsi : coloris, odoris, saporis
b. Alasan : dengan sedikit penambahan sudah dapat memberikan warna kuning,
rasa yang manis, bau yang segar
2.5.2.5 Propilenglikol (Pelarut + Pengawet)
Karakteristik bahan :
a. Fungsi : pelarut, pengawet
b. Rentang : pelarut = 10-25%, pengawet = 15-30%
c. ADI : 25 mg / kgBB
d. Inkompatibilitas : pelarut oksidasi, seperti KmnO4
e. Kelarutan : larut dalam etanol 95%, kloroform P, 6 bagian eter P
f. Berat molekul : 90,14
g. Densitas : 0,962 g/cm3 @ 20°C
h. Titik didih : 118-118,5°C
i. Titik leleh : -96,7°C
j. Tekanan uap : 11,8 torr @ 25°C
k. Alasan : propilenglikol bersifat multifungsi selain sebagai pelarut dapat pula
sebagai pengawet.
2.6 Tinjauan Produksi
2.6.1 Definisi ProduksiProduksi adalah proses dan metode yang digunakan dalam transformasi yang nyata
input ( bahan baku , setengah jadi barang , atau subassemblies ) dan tidak berwujud masukan
( ide ,informasi , tahu bagaimana ) menjadi barang atau jasa, merupakan suatu kegiatan yang
dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga
lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda
tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya
guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang.
Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhanmanusia untuk mencapai kemakmuran.
Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
2.6.2 Tujuan Produksi
Tujuan dilakukannya produksi adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan pasien
Adanya produksi sediaan farmasi tentu untuk menjawab kebutuhan masyarakat
mengenai obat-obatan. Tanpa adanya minat dan permintaan dari masyarakat, tentu
saja produksi sediaan farmasi tidak akan dilakukan.
b. Aplikasi gagasan baru
Dengan adanya produksi diharapkan bahwa akan muncul pengaplikasian dari
gagasan-gagasan yang ada. Dengan dilakukannya produksi maka akan terlihat
pengaplikasiaan dari suatu formula dan akan menambah beraneka ragam
alternative pilihan masyarakat terhadap sediaan farmasi.
c. Upgrade sediaan
Dengan adanya produksi, tentu akan ada pengembangan-pengembangan baru
terhadap sediaan farmasi. Setiap diadakan produksi pasti juga akan dibarengi
dengan praformulasi baru atau membuat pembaharuan terhadap sediaan yang
sudah ada.
d. Upgrade teknologi farmasi
Saat melakukan produksi tentu saja kita membutuhkan alat untuk mempermudah
kita melakukan proses produksi. Dengan adanya produksi, maka kita akan lebih
tau tentang perkembangan teknologi farmasi.
e. Sarana evaluasi langsung
Sarana evaluasi langsung maksudnya, kita dapat langsung menguji atau
mengevaluasi sediaan kita. Dengan adanya produksi kita bisa langsung
mengetahui bentuk jadi sediaan kita, setelah proses produksi selesai kita bisa
langsung mengevaluasi sediaan yang kita buat secara real atau langsung, bukan
hanya secara teori ataupun perkiraan. Dengan demikian, jika kita melakukan
kesalahan atau ada kekurangan pada sediaan kita, bisa kita pahami letak
kesalahannya dan bisa melakukan perbaikan di lain waktu.
2.5.3 Komponen Produksi
2.5.3.1 Ruang Produksi
Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai tempat
dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi berbagai macam
kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan spesifikasi khusus.
Ruang produksi untuk pembuatan sediaan farmasi memiliki beberapa karakteristik
yaitu sebagai berikut:
a. Kontruksi bangunan tahan terencana
Maksudnya adalah sejak awal sudah ditentukan konsep awal untuk pembuatan
bangunan yang akan digunakan untuk pembuatan sediaan farmasi. Kontruksi untuk
bangunan ini harus bisa tahan gempa dan ditempatkan ditempat yang aman, sehingga
tidak akan mengganggu produksi. Jadi kontruksi bangunan harus di rencanakan sejak
awal secara matang dan juga terencana sehingga tidak akan mengganggu proses
produksi kelak.
b. Mendukung alur produksi one way
Maksud dari alur one way adalah ruang produksi harus memiliki alur produksi secara
berurutan tanpa ada pemutaran kembali sediaan ke tahap awal. Misalnya dalam ruang
produksi pencampuran bahan dilakukan dari sebelah barat ke sebelah timur ruangan,
ruangan harus memiliki tempat yang cukup mulai dari pencampuran bahan disebelah
barat kemudian berurutan hingga proses akhir produksi berada di paling timur
ruangan.
c. Terdapat pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas
Pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas sangat penting untuk ruangan
produksi. Hal ini dikarenakan untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme dalam
ruangan tersebut. Selain itu juga ada sediaan yang dalam proses produksinya harus
dalam suhu dan tekanan tertentu. Jadi memang penting jika ruang produksi memiliki
pengatur suhu, cahaya, tekanan dan higienitas.
d. Ruang tidak bersudut
Ruang yang tidak bersudut akan lebih mudah dibersihkan sehingga tidak akan ada
debu, kotoran atau mikroorganisme yang akan bersarang disana. Dengan tidak adanya
debu, kotoran dan mikroorganisme maka proses produksi akan lebih higienis.
e. Berlapiskan epoksi
Pori-pori dinding adalah tempat yang biasanya terdapat banyak bakteri atu
mikroorganisme. Epoksi adalah sejenis cat yang digunakan untuk menutupi pori-pori
permukaan dinding. Dengan memberikan epoksi pada dinding, berarti tidak akan ada
pori-pori di lubang tembok dan tidak ada tempat lagi untuk bakteri atau
mikroorganisme.
f. Terdapat interlock door
Maksud dari interlock door adalah jika pintu masuk dibuka, maka pintu keluar akan
terkunci secara otomatis sehingga tidak bisa dibuka. Hal ini dilakukan agar sirkulasi
udara dalam ruangan dapat terjaga sehingga tidak mudah terkontaminasi oleh bakteri
yang terbawa dari luar.
2.5.3.1.1 Penggolongan Ruang Produksi
Macam-macam ruang produksi yang biasa digunakan untuk membuat sediaan
farmasi adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan Kelas
1. Ruang kelas I
Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan steril yang memiliki
tingkatan kelas tertinggi. Terdapat empat ruang filter yaitu prefilter, medium
filter, hipofilter dan LAF.
2. Ruang kelas II
Biasanya ruangan digunakan untuk penyiapan peralatan yang akan digunakan
di ruang kelas I.
3. Ruang kelas III
Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan semi solid yang mudah
terkontaminasi dengan bakteri atau mikroorganisme.
4. Ruang kelas IV
Biasanya ruangan yang digunakan untuk pembuatan sediaan serbuk dan
kapsul.
b. Berdasarkan Label Warna
1. Ruang kelas White
Ruangan kelas White biasanya diberikan untuk ruang kelas I.
2. Ruang Kelas Grey
Ruangan kelas Grey biasanya diberikan untuk ruang kelas II dan III.
3. Ruangan kelas Black
Ruangan kelas Black biasanya diberikan untuk ruang kelas IV.
c. Berdasarkan Nomor Area
1. Ruang kelas 100
Ruang kelas 100 diartikan bahwa hanya boleh ada 100 mikroorganisme non
patogen dan 10 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruang
kelas 100 diberikan untuk ruang kelas I.
2. Ruang kelas 1.000
Ruang kelas 1.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 1.000 mikroorganisme
non patogen dan 100 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya
ruang kelas 1.000 diberikan untuk ruang kelas II.
3. Ruang kelas 10.000
Ruang kelas 10.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 10.000 mikroorganisme
non patogen dan 1.000 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya
ruangan kelas 10.000 diberikan untuk kelas III.
4. Ruang kelas 100.000
Ruang kelas 100.000 diartikan bahwa hanya ada boleh 10.000 mikroorganisme
non patogen dan lebih dari 100.000 mikroorganisme patogen dalam ruangan
itu. Biasanya ruangan kelas 100.000 diberikan untuk kelas IV.
2.5.3.2 Alat Produksi
Alat prosuksi adalah seperangkat instrument yang digunakan untuk membuat,
mengolah ataupun memodifikasi suatu bahan awal menjadi sediaan ruahan maupun sediaan
jadi dengan fungsi dan standar tertentu.
Alat produksi memiliki beberapa spesifikasi yaitu sebagai berikut:
a. Inert atau netral
Maksuda dari inert dan netral adalah alat produksi yang digunakan tidak
memengaruhi sediaan. Misalnya alat produksi yang berasal dari plastik yang
dapat melepaskan zat-zat berbahaya penyusun plastik yang dapat bereaksi
dengan sediaan yang kita buat. Hal-hal seperti iniharus dihindari agar kualitas
sediaan yang diproduksi tetap terjaga dengan baik.
b. Fungsi tetap (stabil)
Alat denga fungsi tetap (stabil) adalah alat produksi yang walaupun digunakan
sampai 3 tahun tidak akan berubah atau berkurang dalam segi fungsi. Misalnya
alat pencetak tablet yang mampu mencetak 2000 tablet perhari, akan tetap
mampu mencetak 2000 tablet perhari dalam kurun waktu 3 tahun yang akan
datang.
c. Mudah dalam pengoperasian
Tujuan utama dari penggunaan alat-alat produksi adalah memudahkan kita
dalam pembuatan suatu sediaan. Alat yang digunakan pun harus mudah dalam
pengoperasiaan karena bukan hanya satu atau dua orang yang akan
menggunakannya melainkan beberapa orang dengan kemampuan yang berbeda-
beda. Sehingga untuk pengoperasiaanya alat produksi diusahan semudah
mungkin.
d. Terstandar dan terkalibrasi (menyertakan fungsi sesuai dengan bahan baku)
Alat produksi yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi haruslah
sesuai dengan standar yang sudah ditentukan karena obat nantinya akan bereaksi
dalam tubuh. Jika dalam proses pembuatannya tidak menggunakan alat yang
terstandar maka akan menurunkan kualitas dari obat yang akan dihasilkan pula.
e. Maintenence (perawatan)
Alat produksi harus memiliki panduan perawatan karena perawatan adalah hal
yang sangat penting. Ketahanan suatu alat juga bergantung dari cara perawatan
alat itu sendiri, sehingga alat produksi pun harus dirawat dengan baik agar
fungsinya tetap terjaga.
2.5.3.2.1 Penggolongan Alat Produksi
Alat produksi juga memiliki macam-macam pengelompokan. Macam-macam
alat produksi yaitu sebagai berikut:
a. Berdasarkan Kinerja Alat
1. Alat manual
Alat manual yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala
kecil misalnya adalah mortir. Namun alat manual jarang digunakan dalam
produksi sediaan farmasi dalam skala industri. Mungkin alat manual hanya
digunakan untuk melakukan uji-uji pada sediaan.
2. Alat otomatis
Alat otomatis yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi dalam skala
industri.
b. Berdasarkan Ukuran alat
1. Alat ringan
Alat ringan yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala
kecil, misalnya labu ukur. Namun alat ringan jarang digunakan dalam produksi
sediaan farmasi dalam skala industri. Mungkin alat ringan hanya digunakan
untuk melakukan uji-uji pada sediaan.
2. Alat berat
Alat berat yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala
industri seperti mixer untuk mencampurkan bahan.
c. Berdasarkan Bahan
1. Alat kaca
Alat yang terbuat dari kaca seperti labu ukur, tabung reaaksi dan pipet tetes.
2. Alat logam
Alat yang terbuat dari logam seperti timbangan dan anak timbang.
3. Alat porselin
Alat yang terbuat dari poeselin misalnya adalah cawan porselin.
2.5.3.3 Personal Produksi
Personal produksi adalah praktisi produksi yang mengerjakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
tujuan akhir membuat suatu sediaan farmasi yang terstandar. Karena tanggung jawab seorang
praktisi, maka seorang praktisi harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. Sehat jasmani dan rohani
Seorang praktisi haruslah sehat secara jasmani dan rohani, hal ini karena
kebersihan dan kehigienisan ruangan saja sangat dijaga, apalagi untuk personal
yang akan terjun langsung dalm pembuatan sediaan. Jika personal tidak memiliki
kesehatan jasmani maupun rohani itu justru akan membahayakan orang lain baik
dalam lingkup industri maupun masyarakat.
b. Lebih diutamakan pria
Untuk praktisi dibidang farmasi, lebih diutamakan pria karena mayoritas wanita
memakai berbagai macam kosmetik. Pemakaian kosmetik seperti bedak di
wajah, tentu saja akan memengaruhi kualitas obat karena bedak juga
mengandung zat-zat kimia yang mampu bereaksi dengan bahan yang digunakan
untuk pembuatan obat. Sehingga lebih di utamakan pria sebagai seorang praktisi
personal produksi.
c. Kompeten (menguasai ilmu)
Karena proses produksi sangat menentukan hasil ari sediaan yang akan
dihasilkan, maka praktisi atau personal produksi pun harus berkompeten. Jika
personal produksi tidak memiliki kompetensi yang baik, tentu saja akan
membahayakan masyarakat dan juga akan menyebabkan banyak kerugian.
d. Menggunakan alat pelindung diri
Dalam proses produksi, tentu kita akan berhadapan dengan berbagai bahan-
bahan berbahaya dan terkena resiko kecelakaan kerja. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, tentu kita harus menggunakan alat pelindung diri
sehingga resiko untuk terkena bahan kimia atau kecelakaan kerja bisa
dinetralisir.
e. Menguasai Grade Laboratori Practice (GLP), Grade Manufactoring Practice
(GMP) dan Grade Selling Practice (GSP)
Seorang personal produksi bukan hanya harus menguasai satu bidang, namun
juga semua bidang produksi. Untuk standar industri, minimal personal produksi
memiliki 2 keterampilan yaitu GLP dan GMP. Hal ini difungsikan agar personal
produksi mampu mengkondisionalkan diri saat mereka berada di laboratorium
maupun mengawasi secara langsung proses produksi.
f. Memiliki sikap yang baik
Sikap merupakan hal yang tidak boleh disepelekan oleh setiap personal produksi.
Rasa tanggung jawab dan disiplin tinggi harus dimiliki oleh personal produksi.
Hal ini dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang besar atas hasil dari
produksi.
2.5.3.4 Metode Produksi
Metode produksi adalah serangkaian tahap dan alur kerja pembuatan sediaan mulai
dari bahan awal untuk diolah menjadi sediaan ruahan maupun sediaan jadi dengan
mengacu pada proses evaluasi setiap tahap produksi.
Metode produksi yang biasa digunakna dalam pembuatan sediaan sirup adalah
sebagai berikut:
2.6 Evaluasi
2.6.1 Definisi
Suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan dan yang
akan digunakan untuk memperhitungkan dan mngendalikan pelaksanaan kegiatan
kedepannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat kedepan dari pada melihat
kesalahan-kesalahan dan ditujukan untuk peningkatan kesempatan demi keberhasilan
kegiatan. Dengan demikian evaluasi adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa
mendatang atas suatu kegiatan.
2.6.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya evaluasi pada sediaan adalah sebagai berikut:
a. Pemastian mutu sediaan
Evaluasi bertujuan untuk memastikan mutu dari sediaan yang diproduksi, baik itu
dimulai dari pemilihan bahan sampai dengan hasil jadi sediaan tersebut. Dengan
melakukan evaluasi kita dapat mengetahui kualitas mutu dari sediaan yang kita buat. Jika
kita memiliki sediaan yang memiliki kualitas baik, maka kita kemungkinan besar sediaan
kita akan diterima dengan baik dipasaran.
b. Estimasi efek terapi bisa diketahui
Dengan melakukan evaluasi, biasanya ddengan melakukan evaluasi sediaan yang sudah
diprosuksi, kita akan mengetahui seberapa besar efek terapi yang akan dihasilkan oleh
sediaan kita terhadap tubuh pasien. Kita akan mengetahui bahwa sediaan kita sudah
memenuhi dosis yang tepat atau belum. Jika kita tidak melakukan evaluasi terhadap
sediaan, dikhawatirkan obat akan memberikan efek samping yang berbahaya akibat
ketidaktahuan akan efek terapi yang diberikan.
c. Dasar tindakan reformulasi
Dengan dilakukan evaluasi, kita akn mengetahui kekurangan-kekurangan sediaan yang
kita buat. Sehingga kita akan bisa melakuka reformulasi untuk memperbaiki sediaan kita.
Jika kita tidak melakukan evaluasi, kita tidak akan tahu letak kesalahan kita dan kita tidak
tahu solusi untuk memperbaiki sediaan kita.
d. Dasar pengembangan produk
Bukan hanya kekrangan yang akan kita ketahui saat melakukan evaluasi, kelebihan dari
suatu sediaan pun akan kita ketahui. Dengan mengetahui kelebihan dari sediaan kita,
misalnya saat pemilihan bahan, kita bisa mengaplikasikan kelebihan itu kepada sediaan
lainnya, sehingga kita dapat melakukan pengembangan produk farmasi menjadi lebih baik
lagi.
2.6.3 Penggolongan Evaluasi
Secara umum, penggolongan evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu:
2.6.3.1 Berdasarkan tahapan produksi
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan tahapan produksi adalah evaluasi yang
menekankan pada tahapan atau proses yang dilakukan sebelum produksi, saat produksi dan
setelah produksi.
a. Pre produksi
Evaluasi pada tahap pre produksi adalah evaluasi yang dilakukan pada bahan yang
akan dibuat. Biasanya meliputi identifikasi bahan, interaksi bahan terhadapa bahan lain
dan stabilitas fisik dari bahan. Misalnya pada tahap praformulasi terdapat kendala-
kendala untuk pemilihan bahan sehingga kita harus mengevaluasi karakteristik bahan.
b. In Process Control
Evaluasi pada saat proses produksi adalah evaluasi yang lebih menekankan pada saat
pembuatan sediaan. Jadi kita mengevaluasi dari cara-cara atau prosedur saat melakukan
produksi. Misalnya keakuratan penimbangan bahan dan kinerja alat produksi.
c. Post produksi
Evaluasi ini adalah evaluasi yang menekankan evaluasi pada sediaan yang sudah jadi.
Misalnya pada uji organolepttis, keseragaman bobot dan kekentalan.
2.6.3.2 Berdasarkan objek sediaan
Berdasarkan pada objek sediaan, maka evaluasi dibagi menjadi tiga yaitu sebagai
berikut:
a. Bahan awal
Evaluasi yang dilakukan pada bahan awal adalah evaluasi yang menekankan pada objek
bahan yang digunakan, mulai dari karakteristik bahan sampai dengan tingkat kelarutan dan
titik didih bahan yang akan digunakan. Hal ini untuk mencegah adanya bahan yang rusak
karena memiliki karakteristik yang tidak sesuai dengan sediaan yang akan dibuat.
b. Ruahan
Evaluasi pada objek sediaan ruahan adalah evaluasi bahan saat sedang dibuat menjadi
bentuk sediaan setengah jadi. Untuk sediaan suspensi, evaluasi pada tahap ruahan atau
sediaan setengah jadi adalah saat bahan-bahan obat bercampur membentuk mucilago. Saat
dalam fase mucilago inilah dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian terhadap syarat-syarat
mucilago yang baik.
c. Sediaan jadi
Evaluasi pada tahap ini adalah evaluasi yang ditekankan pada bentuk sediaan jadinya,
seperti pada suspensi evaluasi sediaan jadi yang dilakukan adalah homogenitas, viskositas
dan juga kecepatan terdispersi kembali.
2.6.3.3 Berdasarkan tujuan evaluasi
Berdasarkan tujuan evaluasinya, evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
a. Efektivitas
Evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas adalah evaluasi yang dilakukan
dengan berfokus pada efektivitas atau kemampuan obat untuk memberikan efek terapi
terhadap tubuh.
b. Mutu fisik
Mutu fisik menjadi penggolongan evaluasi karena dalam evaluasi mutu fisik kita bisa
mengetahui kualitas sediaan kita secara langsung, mulai dari homogenitas sampai
kekentalan sediaan.
c. Sterilitas
Evaluasi terhadap sterilitas berguna untuk mengetahui tingkat sterilitas sediaan yang
sudah dibuat. Hal ini untuk mengetahui sampai berapa lama obat mampu bertahan tanpa
ditumbuhi oleh mikroorganisme.
d. Kimia
Evaluasi kimia meliputi interaksi antara satu bahan dengan bahan. Dengan melakukan
evaluasi kimia, kita dapat mengertahui rencana kerja obat dalam tubuhh manusia
nantinya. Dengan mengetahui evaluasi ini juga kita bisa menghindari reaksi-reaksi kimia
antara obat satu dengan obat yang lain.
2.6.4 Uji Kualitas Mutu
2.6.4.1 Uji Organoleptis
Program studi praformulasi harus di awali dengan pemerian zat aktif, meliputi warna,
aroma, rasa dan bentuk.Hal ini bertujuan untuk menghindari kebingungan dari karakteristik
bahan.
2.6.4.2 Viskositas
Viskositas adalah gaya yang diperlukan untuk menggerakan secara berkesinambungan
suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila
ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalanya.
Prinsip evalusi :Sebuah spindle dicelupkan kedalam sediaan yang akan diukur
viskositasnya. Gaya gesek antar permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat
viskositas sediaan.
2.6.4.3 Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi
dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah
Uji Homogenitas Variansi dan Uji Bartlett. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak.
2.6.4.4 Uji penetapan pH
Uji penetapan ini bertujuan untuk menetapakan pH sesuai sedian agar sesuai dengan
monografi. Prinsip Evaluasi uji penetapan pH Berdasarkan perubahan warna pada kertas pH
indikator yang kemudian dibandingkan dengan warna standar pada berbagai pH
2.6.4.5 Uji volume terpindahkan
Volume terpindahkan, uji berikut dimaksudkan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu, dengan volume yang ditentukan. Jika dipindahkan dari wadah asli maka akan memberikan volume seperti yang tertera pada etiket.
2.6.4.6 Uji Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara terhadap air dengan volume yang
sama dan pada suhu yang sama.
2.6.4.7 Uji Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh
penilaian subjektif dari pengamat. Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk
mengetahui kejernihan dari sediaan yang dibuat. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan
(kecuali suspense dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Formula
Paracetamol 200 mg
Sakarin Na 1%
Na Benzoat 75 mg
Oleum Citri 3 tetes
Propilenglikol 8 ml
Aquadest ad 60 ml
3.2 Perhitungan Dosis Efektif
Diketahui : t ½ = 1 jam
Do = 200 mg
Ditanya : Def ?
Jawab :
Dosis efektif = (DO x12 )1/2
t 1/2
100
x 100%
= (200 x12 )1/2
1
100
x 100%
= (100) 1
2100
x 100%
= 50
100 x 100%
= 50%
Rentang 50% < x < 100%
Karena dosis efektif yang dimiliki adalah 50 % maka dosis obat memenuhi dosis
efektif. Sehingga obat diperkirakan mampu memberikn efek terapi yang baik tanpa
menimbulkan efek samping.
3.3 Perhitungan Bahan
Perhitungan untuk bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
a. Paracetamol
Paracetamol = 200 mg
b. Sakarin Na
1100
= x60
60 = 100x
X = 0,6 gram
c. Na Benzoat
Na Benzoat = 75 mg
d. Propilenglikol
Propilenglikol = 8 ml
3.4 Perincian alat dan bahan
3.4.1 Alat yang digunakan
a. Beaker glass
b. Mortir dan stamper
c. Gelas arloji
d. Pipet tetes
e. Gelas ukur
f. Sudip
g. Timbangan
h. Batang pengaduk
i. Botol
3.4.2 Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
a. Paracetamol
b. Sorbitol
c. Sakarin Na
d. Na Benzoat
e. Oleum citri
f. Propilenglikol
3.5 Prosedur Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Disetarakan timbangan.
c. Dikalibrasi botol.
d. Ambil Paracetamol , masukkan ke dalam mortir gerus sampai halus
e. Timbang Sakarin Na , masukkan ke dalam mortir, aduk sampai homogen
f. Timbang Na Benzoat , masukkan ke dalam mortir, aduk sampai homogen
g. Ukur Sorbitol di gelas ukur , masukkan ke dalam mortir, aduk sampai
homogen
h. Ukur Aquadest di gelas ukur 60 ml, masukkan ke dalam mortir sedikit, aduk
sampai homogen
i. Ukur Propilenglikol di gelas ukur , masukkan ke dalam mortir, aduk sampai
homogen
j. Masukkan sedikit Aquadest ke dalam mortir, aduk sampai homogen
k. Masukkan sirup yang telah jadi ke dalam botol 60 ml
l. Bilas mortir dengan sisa Aquadest, masukkan ke dalam botol dan tambahkan 3
tetes Oleum citri
3.6 Prosedur Kerja Evaluasi
3.6.1 Uji Viskositas
a. Diisi tabung ostwald dengan sampel
b. Dengan bantuan atau penghisapan, atur miniskus cairan dalam tabung kapiler
hingga garis graduasi teratas
c. Buka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir bebas ke
dalam wadah melawan tekanan atmosfir
d. Catat waktu, dalam detik yang diperlukan cairan uantuk mengalir dari batas atas
hingga batas bawah dalam tabung kapiler.
3.6.2 Uji Organoleptis
a. Masukkan sediaan sirup yang sudah jadi kedalam baker glass.
b. Amati warna, kekentalan dan endapan zat.
c. Ambil satu sendok sediaan sirup kemudian cium aroma dan juga cicipi sedikit
untuk mengetahui rasa dari sediaan tersebut.
d. Catat hasil sebagai data evaluasi.
3.6.3 Uji pH
a. Masukkan sediaan sirup yang sudah jadi kedalam baker glass.
b. Celupkan indikator pH kedalam sirup.
c. Bandingkan warna yang terjadi dengan tabel perubahan warna.
d. Catat hasil sebagai data evaluasi.
3.6.4 Uji Homogenitas
a. Masukkan sediaan sirup yang sudah jadi kedalam botol kaca.
b. Kocok botol kaca sampai semua zat terdispersi sempurna.
c. Amati jika ada zat yang tetap mengendap atau tidak terdispersi maupun zat yang
menempel di dinding-dinding botol.
d. Semakin sedikit zat yang menempel pada dinding-dinding botol, maka
homogenitas semakin rendah.
3.6.5 Uji Bobot Jenis
a. Menggunakan piknometer yang kering dan bersih.
b. Menimbang piknometer kosong di timbangan analitik.
c. Aquadest dimasukkan kedalam pikometer dan ditimbang.
d. Zat cair (sirup) dimasukkan ke dalam piknometer.
e. Kelebihan zat uji ditimbang dan dibuang.
f. Bobot piknometer kosong dikurangkan dari bobot piknometer yang telah diisi.
3.6.6 Uji Volume Terpindahkan
a. Tuang sediaan dalam gelas ukur
b. Dilihat apakah sesuai volume yang diminta atau tidak
c. Catat hasil
3.6.7 Uji Kejernihan
a. Wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik
b. Terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya
c. Berlatar belakang hitam dan putih
d. Dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar
e. Harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata