12
Central Nervous System Aktifitas system saraf pusat merefleksikan keseimbangan Antara eksitasi dan inhibisi mempengaruhi yang secara normal dijaga dalam batas norma yang sempit. Tiga komponen pada system saraf pusat ialah hemisfer cerebri (korteks cerebri, system limbic, hipotalamu), batang otak (nuclei nervus kranial, system aktifasi reticular, cerebellum), dan medulla spinalis (medulla oblongata hingga vertebra lumbalis). HEMISFER CEREBRI Untuk tiap area pada korteks cerrebri, terdapat area korespondensi dan penghubung ke thalamus, sehingga stimulant pada porsi kecil thalamus mengaktifkan korespondensi dan porsi yang lebih besar pada korteks cerebri. Bagian fungsional pada korteks cerebri terdiri utamanya oleh 2-5 mm lapisan neuron menutup semua permukaan lekukan cerebri (korteks tersusun dari 50-100 milyar neuron) Cerebral Korteks Somesthetic Cortex Area korteks cerebri yang mana sinyal sensori perifer diproyeksikan dari thalamus. Dalam korteks motor, beragam area topografik disajikan, dari otot skelet dalam bagian berbeda pada tubuh dapat diaktifkan. Korteks motor Secara umum, besarnya area dalam korteks motor sebanding dengan ketepatan gerakan otot skelet yang dibutuhkan (jari, bibir, lidah, dan plika vokalis memiliki representasi besar di manusia). Korteks motor seringkali rusak oleh kehilangan suplai dari, sebagaimana terjadi selama stroke. Korpus kallosum Dua hemisfer pada korteks cerebri, dengan pengecualian porsi anterior pada lobus temporal, dihubungka oleh serabut dalam korpus kallosum. Dominan versus Hemisfere Nondominant Bahasa Fungsi Bahasa dan interpretasi bergantung pada satu hemisfer (hemisfer dominan) disbanding hemisfer lain, sementara hubunga spatiotemporal (kemapuan untuk mengenali wajah bergantung pada hemisfer yang lain (nondominan) Dominasi Berdasar determinasi genetic, 90% individu bertangan kanan dan hemisfer kiri dominan. Demikian juga, hemisfer kiri dominan pada 70% orang kidal. Memori Korteks cerebral, khususnya lobus temporal, berperan sebagai tempat penyimpanan informasi yang sering dikarakterkan sebagai memori. Memori jangka pendek Memori jangka pendek melibatkan keberadaan reverberating circuits (sirkuit gema). Bukti adanya teori reverberating pada memori jangka pendek adalah kemampuan otak untuk menghapus gangguan umum (frigh, loud noise) dengan segera. Penjelasan alternatif untuk memori jangka pendek adalah fenomena post tetanic potentiation. Memori Jangka Panjang

sistem saraf pusat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

terjemahan dari stoelting handbook of pharmacology and physiology

Citation preview

  • Central Nervous System

    Aktifitas system saraf pusat merefleksikan keseimbangan Antara eksitasi dan inhibisi

    mempengaruhi yang secara normal dijaga dalam batas norma yang sempit. Tiga komponen

    pada system saraf pusat ialah hemisfer cerebri (korteks cerebri, system limbic, hipotalamu),

    batang otak (nuclei nervus kranial, system aktifasi reticular, cerebellum), dan medulla

    spinalis (medulla oblongata hingga vertebra lumbalis).

    HEMISFER CEREBRI

    Untuk tiap area pada korteks cerrebri, terdapat area korespondensi dan penghubung ke

    thalamus, sehingga stimulant pada porsi kecil thalamus mengaktifkan korespondensi dan

    porsi yang lebih besar pada korteks cerebri. Bagian fungsional pada korteks cerebri terdiri

    utamanya oleh 2-5 mm lapisan neuron menutup semua permukaan lekukan cerebri (korteks

    tersusun dari 50-100 milyar neuron)

    Cerebral Korteks

    Somesthetic Cortex

    Area korteks cerebri yang mana sinyal sensori perifer diproyeksikan dari thalamus.

    Dalam korteks motor, beragam area topografik disajikan, dari otot skelet dalam bagian

    berbeda pada tubuh dapat diaktifkan.

    Korteks motor

    Secara umum, besarnya area dalam korteks motor sebanding dengan ketepatan gerakan otot

    skelet yang dibutuhkan (jari, bibir, lidah, dan plika vokalis memiliki representasi besar di

    manusia). Korteks motor seringkali rusak oleh kehilangan suplai dari, sebagaimana terjadi

    selama stroke.

    Korpus kallosum

    Dua hemisfer pada korteks cerebri, dengan pengecualian porsi anterior pada lobus temporal,

    dihubungka oleh serabut dalam korpus kallosum.

    Dominan versus Hemisfere Nondominant

    Bahasa

    Fungsi Bahasa dan interpretasi bergantung pada satu hemisfer (hemisfer dominan) disbanding

    hemisfer lain, sementara hubunga spatiotemporal (kemapuan untuk mengenali wajah

    bergantung pada hemisfer yang lain (nondominan)

    Dominasi

    Berdasar determinasi genetic, 90% individu bertangan kanan dan hemisfer kiri dominan.

    Demikian juga, hemisfer kiri dominan pada 70% orang kidal.

    Memori

    Korteks cerebral, khususnya lobus temporal, berperan sebagai tempat penyimpanan informasi

    yang sering dikarakterkan sebagai memori.

    Memori jangka pendek

    Memori jangka pendek melibatkan keberadaan reverberating circuits (sirkuit gema). Bukti

    adanya teori reverberating pada memori jangka pendek adalah kemampuan otak untuk

    menghapus gangguan umum (frigh, loud noise) dengan segera. Penjelasan alternatif untuk

    memori jangka pendek adalah fenomena post tetanic potentiation.

    Memori Jangka Panjang

  • Memori jangka panjang tidak bergantung pada aktifitas berkelanjutan system saraf, sebagai

    bukti saat tidak aktifnya otak secara total yaitu pada keadaan hipotermia atau anestesi tidak

    mengakibatkan kehilangan memori jangka panjang signifikan.

    Hal ini diasumsikan bahwa memori jangka panjang menghasilkan perubahan fisik maupun

    kimiawi dalam hal ukuran dan konduktifitas dendrit.

    Konsolidasi maksimum membutuhkan sedikitnya satu jam, digambarkan, pasien dengan

    anestesi ringan yang bereaksi dengan maksud tertentu oleh rangsangan nyeri tapi kemudian

    tidak lagi muncul jika kedalaman anestesi ditingkatkan.

    Rangsangan sensori diperbolehkan menetap selama 5-10 menit bisa menghasilkan sedikitnya

    pembentukan sebagian bekas memori. Jika rangsangan sensori dibiarkan selama 60 menit,

    sangat mungkin memori akan sepenuhnya menjadi terkonsolidasi. Ulangan informasi serupa

    mempercepat dan menguatkan proses konsolidasi, sehingga mengubah memori jangka

    pendek menjadi jangka panjang.

    Perhatian Selama Anestesi

    Perhatian selama anestesi (diartikan sebagai memori sadar saat selama general anesthesia

    diperikerikan sebesar 0,13%. Insidensi yang lebih tinggi pernah ditunjukkan pada kasus

    trauma mayor (11%-14%). Sebagian besar kasus keadaan sadar selama pembedahan

    dihubungkan dengan kesalahan dokter atau kurang berfungsinya alat-alat.

    Dosis Subanestesi

    Dosis subanestesi anestesi inhalasi anestesi (0,45 hingga 0,6 MAC isoflurane) memiliki efek

    penghambatan pada memori jangka pendek, dan penurunan transfer informasi dari perifer ke

    korteks cerebri terkait dengan general anestesi mencegah adanya ingatan kejadian selama

    pemebedahan.

    Kesadaran pengenalan

    Monitoring pasien selama general anestesi untuk pengenalan kesadaran adalah tantangan.

    Indicator fisiologi (nadi, tekanan darah) dan gerakan otot skelet seringkali tertutup oleh

    anestesi dan obat adjuvant (-adrenergic blockers) dan /atau obat pengeblok neuromuscular Metode-metode untuk mengenali kesadaran yang kurang terpengaruh oleh obat-obat

    termasuk monitor gelombang otak, seperti Bispectral Index (BIS). Berdasar studi Food and

    Drug Administration (FDA) menemukan bahwa penggunaan monitoring BIS untuk memandu

    adiministrasi obat anestesi terkait dengan berkurangnya insidensi kesadaran dengan ingatan

    pada pasien dewasa selama general anesthesia dan sedasi.

  • Traktus Piramidal dan Ekstrapiramidal

    Jalur mayor untuk transmisi sinyal motoric dari korteks cerebri ke neuron motor anterior

    medulla spinalis adalah melalui traktus pyramidal (korticospinal).

    Fungsi

    Traktus pyramidal menyebabkan fasilitasi kontinyu dan sehingga bertendensi untuk

    menhasilkan peningkatan tonus otot skelet, selain itu traktus ektrapiramidal mentransmisikan

    sinyal inhibisi melalui ganglia basalis dengan hasil akhir inhibisi tonus otot skelet. Kerusakan

    selektif maupun predominan pada salah satu traktus memanifestasikan kekakuan atau

    kelumpuhan.

    Babinski Sign

    Babinski sing positif merefleksikan kerusakan pada traktus pyramidal dan dikarakterkan oleh

    ekstensi keatas (superior) pada ibu jari dan ouward fanning jari-jari lain akibat respon

    rangsangan taktil halus pada punggung telapak kaki (dorsum plantar).

    Sistem Talamokortikal

    System talamokortikal memberi peran jalur semua impuls aferen dari cerebellum; ganglia

    basalis; dan visual, auditori, pengecap, dan reseptor nyeri yang mana melintas melalui

    thalamus saat berjalan ke korteks cerebri; hal ini mengontrol aktifitas tingkat korteks cerebri.

    The pyramidal tracts are major pathways for

    transmission of motor signals from the cerebral

    cortex to the spinal cord. (From Guyton AC,

    Hall JE. Textbook of Medical Physiology, 10th

    ed. Philadelphia. Saunders, 2000; with

    permission.)

  • BRAINSTEM

    Aktifitas bawah sadar dalam tubuh (proses hidup intrinsic termasuk bernafas, tekanan darah)

    dikontrol oleh batang otak. Thalamus bekerja sebagai stasiun relay untuk sebagian besar

    impuls aferen sebelum mereka ditransmiskan oleh korteks cerebri.

    System Limbik dan Hipotalamus

    Perilaku terkait emosi adalah fungsi utama dari struktur system limbic (hipokampus, basal

    ganglia). Fungsi hipotalamus dalam banyak hal memiliki kesamaan peran dengan system

    limbic dan juga mengontrol banyak kondisi internal tubu (temperatur inti tubuh, rasa haus,

    nafsu makan).

    Ganglia basalis

    Ganglia basalis (nucleus kaudatus, putamen, globus pallidus, substantia nigra, subthalamus)

    sering menyediakan impuls inhibisi (neurotransmitter inhibis ialah dopamine dan -asam amino butirat [GABA]). Destruksi ganglia basalis terjadi, berhubungan dengan kejadian

    rigiditas otot skelet (chorea, parkinsons disease). System aktivasi reticular

    System aktivasi reticular adalah jalur polisinaps yang sangat konsen dengan aktifitas elektrik

    korteks cerebral. Hal ini sangat mungkin bahwa banyak secara klinis anestesi injeksi dan

    inhalasi yang dipakai menggunakan depresan mempengaruhi system aktivasi reticular

    Tidur dan terjaga

    Tidur adalah keadaan ketidaksadaran seorang individu yang mana tidak terbangun oleh

    rangsangan sensori. Depresi system aktivasi reticular oleh anestesi atau keadaan koma

    individu tidak bisa diartikan sebagai Tidur.

    Tidur gelombang-pelan

    Sebagian besar Tidur yang terjadi setiap malam adalah Tidur gelombang-pelan.

    Electroencephalogram (EEG) dikarakterkan munculnya gelombang delta votage tinggi pada

    frekuensi

  • Medulla spinalis memanjang dari medulla oblongata hingga batas bawah vertebra lumbal

    pertama atau kedua. Dibawah medulla spinalis, kanalis vertebra berisi oleh roots nervus

    lumbar dan sacral, yang mana secara kolektif disebut kauda equine.

    Substantia Grisea Medulla Spinalis

    Substantia grisea medulla spinalis dibagi menjadi tanduk anterior, lateral, dan dorsal

    mengandung sembilan lamina terpisah berbentuk H dilihat dari cross-section.

    Sel neuron intermediet berlokasi di porsi tanduk dorsal medulla spinal disebut substantia

    gelatinosa (lamina II hingga III) menstransmisikan impuls taktil aferen, suhu, dan nyeri ke

    traktus spinotalamikus. Tanduk dorsal menyediakan gerbang dimana impuls dalam serabut

    saraf sensor ditranslasikan dalam impuls traktus ascending.

    Substantia Alba Medulla Spinal

    Substantia alba medulla spinalis dibagi menjadi kolum dorsal, lateral dan ventral (lihat

    gambar 41.3) Kolumna dorsalis medulla spinalis disusun traktus spinotalamikus yang

    mentransmisikan impuls sentuhan dan nyeri ke otak.

    Imaging Sistem Saraf

    Magnetic resonance imaging (MRI)

    Komparatif studi menunjukkan bahwa MRI superior disbanding computed tomography (CT)

    dalam mengevaluasi hampir seluruh lesi parenkim cerebral. Namun demikian, CT lebih

    menjadi pilihan untuk pasien dengan trauma akut yang disertai peralatan dukungan hidup

    atau pasien yang tidak bisa diminta diam tidak bergerak (tidak kooperatif, movement

    disorder, anak-anak), sebagimana dibutuhkan untuk pemeriksaan MRI.

    Figure 41-3. diagram skemati cross-section medulla spinalis menggambarkan anamtomi

    lamina I hingga IX medulla spinalis, substantia grisea dan kolumna sensori dorsal, lateral,

    dan ventral ascending medulla spinalis substantia alba.

    Computed Tomography

    Computed tomography (CT) adalah prosedur imaging pilihan paska trauma kepala atau

    tulang belakang karena kecepatanya. CT berguna dalam visualisasi darah intracranial yang

    ada di pasien dengan hematoma subdural atau perdarahan cerebral.

    Nervus Spinalis

  • Sepasang nervus spinal menjulur dari tiap 31 segmen medulla spinalis. Tiap nervus spinal

    menginervasi satu segmen area kulit, dermatom, dan otot skelet, myotome.

    Membran Pelindung

    Medulla spinalis dibungkus oleh membrane (dura, arachnoid, pia) yang langsung berlanjut

    berkoresponden dengan membran pembungkus otak. Obat-obat seperti local anestesi atau

    opioid tidak dapat menembus cephalad ke dalam spasium epidural melewati foramen

    magnum.

    Lapisan dalam dura berlanjut sebagai dural cuff yang bercampur dengan perineum nervus

    spinalis. Arachnoid cerebral berlanjut sebagai arachnoid spinalis, berakhir pada vertebrae

    sacral kedua. Pia berkontak erat dengan medulla spinalis.

    CT menampilkan terkadang adanya pita jaringan ikat (dorsomedian pita jaringan ikat atau

    plika mediana dorsalis) yang membagi spasium epidural tepat pada midline dorsalis; pita ini

    membuat kita sulit untuk merasakan loss of resistance selama identifikasi midline dilakukan

    pada spasium epidural. Pita dapat juga menjelaskan kejadian yang jarang pada analgesi

    unilateral setelah injeksi cairan local anestesi kedalam spasium epidural.

    JALUR UNTUK IMPULS SENSORI PERIFER

    Informasi sensori dari segmen somatic tubuh masuk kedalam substantia grisea medulla

    spinalis via radix nervus dorsalis. Setelah memasuki medulla spinalis, neuron ini memberi

    traktus serabut panjang, ascending yang mentransmisikan informasi sensori ke otak. Impuls

    dalam jalur kolumna dorsalis menyilang dalam medulla spinalis ke sisi kontralateral sebelum

    melewati naik ke thalamus.

    Sinaps di thalamus diikuti obleh neuron yang berlanjut kedalam area sensori somatic korteks

    cerebral. Semua informasi sensori yang masuk korteks cerebral, dengan pengecualian system

    olfactory, berjalan melalui thalamus.

    Figure 41-4. Dermatome map that may be used to evaluate the level of sensory anesthesia

    produced by regional anesthesia. (From Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical

    Physiology, 10th ed. Philadelphia. Saunders, 2000; with permission.)

  • Figure 41-5. Sensory signals are transmitted to the brain by the dorsal column pathways and

    spinocervical tracts of the dorsal-lemniscal system. (From Guyton AC, Hall JE. Textbook of

    Medical Physiology, 10th ed. Philadelphia. Saunders, 2000; with permission.)

    P.754

    Figure 41-6. antero lateral serabut system spinotalamikus menyilang di komisura anterior

    medulla spinalis sebelum naik ke otak. Serabut system ini mentransmisikan sinyal melalu

    traktus spinothalamikus venral dan lateral.

    JALUR UNTUK RESPON MOTOR PERIFER

    Informasi sensori terintegrasi pada semua level system nervous dan menyebabkan respon

    motor yang tepat. Neuron motor anterio di tanduk anterior medulla spinalis substantia grisea

    memberi juluran serabut A-, yang mana meninggalkan medulla spinalis oleh jalan radix nervus anterior dan menginervasi otot skelet.

  • Upper and Lower Motor Neurons

    Sistem motor sering dibagi ke dalam neuron motor atas dan bawah. Lesi neuron motor bawah

    yang mana dari medulla spinalis yang secara langsung menginervasi otot skelet. Lesi neuron

    motor bawah berasosiasi dengan flaccid paralysis, atropi otot skelet, dan ketiadaan respon

    reflek regangan.

    Spastics paralysis dengan menonjolnya reflex regangan dengan ketiadaan paralisis otot skelet

    disebabkan oleh destruksi neruron motor atas di otak.

    Reflex Autonom

    Reflex autonomy segmental terjadi dalam medulla spinal dan termasuk perubahan tonus

    vascular, diaphoresis, dan reflex dari kandung kemih dan kolon.

    Eksitasi bersamaan semua reflex segmental adalah reflex massa (denervation hypersensivity

    atau autonomic hyperreflexia). Reflex massa secara khas terjadi pada transeksi medulla

    spinalis atau distensi hollow viscus, sebagaimana di kandung kemih atau traktus

    gastrointerstinal( analog pada kejang yang melibatkan system saraf pusat).

    Manifestasi prinsip pada reflek massa adalah sitem hipertensi disebabkan oleh vasokontriksi

    perifer intens, merefleksikan ketidakmampuan impuls inhibis vasodilatasi dari SSP untuk

    berjalan melewati transeksi medulla spinalis.

    Syok Spinalis

    Syok spinalis adalah manifestasi kehilangan mendadak reflex spinalis yang terjadi segera

    setelah transeksi medulla spinalis. Hal ini bermanifestasi sebagai hipertensi disebagkan oleh

    tonus vasokontriksi dan absennya reflex otot skelet.

    ANATOMI SERABUT SARAF

    Serabut saraf adalah aferen jika ia mentransmisikan impuls dari reseptor perifer ke medulla

    spinal dan eferen jika me-relay sinyal dari medulla spinal dan SSP ke perifer.

    Neuron

    Neuron tersusu atas badan sel atau soma, dendrit, dan serabut saraf atau axon. (gbr. 417-).

    Transmisi dari impuls Antara neuron responsive pada sinaps dimediasi oleh pelepasan

    presinap pada mediator kimia (neurotransmitter), seperti norepinephrine atau asetilkolin.

    Klasifikasi Serabut Saraf Aferen (table 41-1)

    Myelin

    Myielin yang mengelilini serabut saraf tipe A dan B bekerja sebagai penyekat yang

    mencegah aliran ion menyilang membrane saraf. Selaput myelin diinterupsi oleh nodus

    Ranvier. Eksitasi suksesif pada nodus Ranvier oleh impuls yang melompat Antara nodus

    suksesif diistilahkan sebagai eksitasi salutatory. Konduksi saltatori sangat meningkatkan

    kecepatan transmisi serabut bermielin.

    Evaluasi Fungsi Saraf Perifer

    Nervus perifer bisa terluka oleh iskemi pada vasa nervorum intraneural yang bersamaan

    regangan saraf atau kompresi ekstrerna saraf.

    Studi konduksi saraf

    Studi konduksi saraf bermanfaat dalam lokalisasi dan penilaian disfungsi saraf perifer.

    Demielinisasi focus pada serabut saraf mengakibatkan perlambatan konduksi dan

    menurunkan amplitude compound muscle dan potensial aksi sensori.

    Electromyography

  • Studi electromyografi adalah tambahan studi konduksi saraf. keberadaan potensial denervasi

    otot skelet mengindikasikan kehilangan akson atau sel kornu anterior. Tanda-tanda potensial

    denervasi pada electromyogram setelah injuri saraf akut membutuhkan 18-21 hari untuk

    berkembang kembali.

    Tabel 41-1. Klasifikasi serabut saraf perifer

    Bermielin

    Diameter

    serabut (mm)

    Kecepatan

    konduksi (m/s) Fungsi

    Sensivitas anestesi lokal

    (prochaine subarachnoid,

    1%)

    A- Yes 12-20 70-120 Innervasi of otot skelet

    1

    Propriocepsi

    A- Ya 5-12 30-70 Sentuhan 1

    Tekanan

    A- Ya 3-6 15-30 Tonus otot skelet 1 A- Ya 2-5 12-30 Nyeri cepat 0.5

    Sentuhan

    Temperatur

    B Ya 3 3-15 Serabut autonom

    Preganglionic

    0.25

    C Tidak 0.4-1.2 0.5-2.0 Nyeri lambat 0.5

    Sentuhan

    Temperatur

    Serabut autonom

    Preganglionic

    NEUROTRANSMITTERS

    Neurotransmitters adalah mediator kimia yang dilepaskan kedalam celah sinaptik dalam

    respon pada kedatangan suatu potensial aksi pada nerve ending. Pelepasan neurotransmitter

    bergantung pada voltase dan membutuhkan influx ion kalsium kedalam terminal presinaps.

    Neurotransmitter bisa merupakan eksitasi atau inhibisi, tergantung perubahan konfigurasi

    yang dihasilkan pada respetor protein oleh interaksi dengan neurotransmitter.

    Tipe neurotransmitter (table 41-2)

    KEJADIAN ELEKTRIK SELAMA EKSITASI NEURONAL

    Potensial Transmembran Istirahat

    Potensial transmembrane istirahat pada neuoran dalam SSP berkisar -70 mV, yang mana

    kurang disbanding -90 mV pada serabut saraf perifer besar dan juga otot skelet.

    Sinaps Inhibisi

    Pada sinaps inhibisi neurotransmitter meningkatkan permeabilitas reseptor post sinaps pada

    ion kalium dan klorida. Reseptor berespon pada inhibisi neurotransmitter terkait dengan

    channel protein yang terlalu kecil untuk dilewati ion natrium hidrat yang besar.

    Difusi keluar predominan pada ion kalium meningkatkan negativitas potensial

    transmembrane, dan neuron terhiperpolarisasi (fungsi sebagai neuron inhibisi).

    Tabel 41-2. TIPE NEUROTRANSMITER

    Glutamate (neurotransmitter asam amino eksitasi mayor di SSP ; glutamate receptors

  • [termasuk reseptor N-methyl-D-aspartate] adalah canel ion gerbang ligan.)

    -Aminobutyric acid (neurotransmitter inhibisi mayor di SSP; ketika dua molekul GABA berikatan dengan reseptor,channel ion kloride membuka dan mengijinkan ion klorida

    mengalir kedalam neuron membuat neuron menjadi hiperpolarized.)

    Acetylcholine (neurotransmitter eksitatori yang berinterkasi dengan reseptor muscarinic dan

    nicotinicdi SSP; berkebalikan dengan efek inhibis [meningkatkan permeabilitas kalium] pada

    system saraf parasimpatis perifer.)

    Dopamine (konsentrasi tinggi, khususnya di ganglia basalis; kemungkinan ini merupakan

    neurotransmitter ihnhibisi.)

    Norepinephrine (neuron berespn pada norepinephrine mengirim impuls inhibisi)

    Epinephrine

    Glycine (neurotransmitter inhibisi utama pada medulla spinalis.)

    Substance P (neurotransmitter eksitatori dilepaskan pada akhir neuron P yang

    bersinapsdengan substansia gelatinosa medulla spinalis.)

    Endorphins (neurotransmitters eksitatori untuk jalur descending yang menghambat transmisi

    nyeri.)

    Serotonin (neurotransmitter inhibisi menggunakan pengaruh yang dalam pada mood and

    perilaku.)

    Histamine

    Permeabilitas

    The permeabilitas mengubah bangkitan oleh neurtransmiter ekstatori menurunkan negatifitas

    potensial transmembrane istirahat, membuat lebih dekat pada potensial threshold sebagai

    hasilnya, fungsi neuron dalam mode eksitasi.

    Delay Sinaps

    Delay Sinaps adalah 0,3-0,5 detik penting untuk transmisi impuls dari synaptic varicosity ke

    neuron postsinaps.

    Kelelahan Sinaps

    Kelelahan sinap adalah penurunan jumlah discharges oleh membrane postsinaps ketika

    sinaps eksitatori secara berulang dan cepat terstimulasi (simpanan neurotransmitter habis

    terpakai)

    Fasilitas Posttetanic

    Fasilitas Posttetanic adalah peningkatan responsifitas pada neuron postsinaps pada simulasi

    setelah periode istirahat diawalioleh simulasi sinaps eksitasi.

    Factor yang Mempengaruhi Responsif Neuron

    Neuron sangat sensitive pada perubahan PH cairan intersisial sekitar (alkalosis meningkatkan

    dan asidosis menekan eksitabilitas neuron). Anestesi inhalasi dapat meningkatkan membrane

    sell threshold untuk eksitasi dan sehingga menurunkan aktifitas neuron di tubuh.

    ALIRAN DARAH CEREBRAL

    ELECROENCHEPHALOGRAM

    Penggunaan Klinis

    EEG berguna dalam mendiagnosis tipe epilepsy yang berbeda untuk menentukan focus

    penyebab seizure di otak . Monitoring EEG selama endarterctomy karotis, cardiopulmonary

    bypass, atau hipotensi terkontrol dapat memberi tanda awal ketidakcukupan aliran darah otak.

    Monitor Gelombang Otak

    Indeks Bispectral

    Indek Bispectral adalah variabel

    Bispectral Index adalah variabel berasal dari EEG yang mana adalah ukuran kuantitatif

    pengaruh hipnotis dan sedative obat anestesi pada SSP (diekspresikan sebagai indeks numeric

    dimensionless dari 0-100). Penurunan nilai numeric berkorelasi dengan sedasi dan

  • memprediksi respon pasien pada rangsalang bedah (nilai
  • Anestesi volatile menghasilkan depresi bergantung dosis pada potensial bangkitan visual

    CEREBROSPINAL FLUID

    Cerebrospinal fluid (CSF) ada di (a) ventrikel otak, (b) cisterna disekeliling otak, dan (c)

    spasial subarachnoid disekitar otak dan medulla spinalis. Fungsi utama CSF adalah untuk

    bantalan otak dalam kavitas kranial.

    Pembentukan

    Tempat utama pembentukan CSF adalah di pleksus koroidea, di ventrikel keempat

    (cauliflower-like growths of blood vessels covered by a thin layer of epithelial cells). pH CSF

    diregulasi ketat dan dijaga pada 7,32. Perubahan PaCO2, tapi tidak tapi bukan pH arteri,

    secara tepat mengubah pH CSF, merefleksikan kemampuan karbondioksida, tapi bukan ion

    hydrogen, untuk melewat blood-brain barrier dengan mudah. Sebagai hasil, asidosis

    respiratori akut atau alkalosis menghasilkan perubahan koresponding pH CSF. Transport

    aktif ion bikarbonant pada akhirnya mengembalikan pH CSF di 7,32, meskipun perubahan

    pH arteri menetap.

    Reabsorpsi

    Hampir semua CSF dibentuk setiap hari diserap kembali ke sirkulasi vena melalui struktur

    special disebut granulasi atau vili arachnoidea.

    Sirkulasi (gbr. 41-9)

    Hidrocephalus

    Obstruksi ke sirkulasi bebas CSF pada neonates mengakibatkan hydrocephalus.

    Tekanan Intrakranial

    Tekanan intracranial normal (ICP) adalah