Upload
agung-bhaktiyar
View
22
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
terjemahan dari stoelting handbook of pharmacology and physiology
Citation preview
Central Nervous System
Aktifitas system saraf pusat merefleksikan keseimbangan Antara eksitasi dan inhibisi
mempengaruhi yang secara normal dijaga dalam batas norma yang sempit. Tiga komponen
pada system saraf pusat ialah hemisfer cerebri (korteks cerebri, system limbic, hipotalamu),
batang otak (nuclei nervus kranial, system aktifasi reticular, cerebellum), dan medulla
spinalis (medulla oblongata hingga vertebra lumbalis).
HEMISFER CEREBRI
Untuk tiap area pada korteks cerrebri, terdapat area korespondensi dan penghubung ke
thalamus, sehingga stimulant pada porsi kecil thalamus mengaktifkan korespondensi dan
porsi yang lebih besar pada korteks cerebri. Bagian fungsional pada korteks cerebri terdiri
utamanya oleh 2-5 mm lapisan neuron menutup semua permukaan lekukan cerebri (korteks
tersusun dari 50-100 milyar neuron)
Cerebral Korteks
Somesthetic Cortex
Area korteks cerebri yang mana sinyal sensori perifer diproyeksikan dari thalamus.
Dalam korteks motor, beragam area topografik disajikan, dari otot skelet dalam bagian
berbeda pada tubuh dapat diaktifkan.
Korteks motor
Secara umum, besarnya area dalam korteks motor sebanding dengan ketepatan gerakan otot
skelet yang dibutuhkan (jari, bibir, lidah, dan plika vokalis memiliki representasi besar di
manusia). Korteks motor seringkali rusak oleh kehilangan suplai dari, sebagaimana terjadi
selama stroke.
Korpus kallosum
Dua hemisfer pada korteks cerebri, dengan pengecualian porsi anterior pada lobus temporal,
dihubungka oleh serabut dalam korpus kallosum.
Dominan versus Hemisfere Nondominant
Bahasa
Fungsi Bahasa dan interpretasi bergantung pada satu hemisfer (hemisfer dominan) disbanding
hemisfer lain, sementara hubunga spatiotemporal (kemapuan untuk mengenali wajah
bergantung pada hemisfer yang lain (nondominan)
Dominasi
Berdasar determinasi genetic, 90% individu bertangan kanan dan hemisfer kiri dominan.
Demikian juga, hemisfer kiri dominan pada 70% orang kidal.
Memori
Korteks cerebral, khususnya lobus temporal, berperan sebagai tempat penyimpanan informasi
yang sering dikarakterkan sebagai memori.
Memori jangka pendek
Memori jangka pendek melibatkan keberadaan reverberating circuits (sirkuit gema). Bukti
adanya teori reverberating pada memori jangka pendek adalah kemampuan otak untuk
menghapus gangguan umum (frigh, loud noise) dengan segera. Penjelasan alternatif untuk
memori jangka pendek adalah fenomena post tetanic potentiation.
Memori Jangka Panjang
Memori jangka panjang tidak bergantung pada aktifitas berkelanjutan system saraf, sebagai
bukti saat tidak aktifnya otak secara total yaitu pada keadaan hipotermia atau anestesi tidak
mengakibatkan kehilangan memori jangka panjang signifikan.
Hal ini diasumsikan bahwa memori jangka panjang menghasilkan perubahan fisik maupun
kimiawi dalam hal ukuran dan konduktifitas dendrit.
Konsolidasi maksimum membutuhkan sedikitnya satu jam, digambarkan, pasien dengan
anestesi ringan yang bereaksi dengan maksud tertentu oleh rangsangan nyeri tapi kemudian
tidak lagi muncul jika kedalaman anestesi ditingkatkan.
Rangsangan sensori diperbolehkan menetap selama 5-10 menit bisa menghasilkan sedikitnya
pembentukan sebagian bekas memori. Jika rangsangan sensori dibiarkan selama 60 menit,
sangat mungkin memori akan sepenuhnya menjadi terkonsolidasi. Ulangan informasi serupa
mempercepat dan menguatkan proses konsolidasi, sehingga mengubah memori jangka
pendek menjadi jangka panjang.
Perhatian Selama Anestesi
Perhatian selama anestesi (diartikan sebagai memori sadar saat selama general anesthesia
diperikerikan sebesar 0,13%. Insidensi yang lebih tinggi pernah ditunjukkan pada kasus
trauma mayor (11%-14%). Sebagian besar kasus keadaan sadar selama pembedahan
dihubungkan dengan kesalahan dokter atau kurang berfungsinya alat-alat.
Dosis Subanestesi
Dosis subanestesi anestesi inhalasi anestesi (0,45 hingga 0,6 MAC isoflurane) memiliki efek
penghambatan pada memori jangka pendek, dan penurunan transfer informasi dari perifer ke
korteks cerebri terkait dengan general anestesi mencegah adanya ingatan kejadian selama
pemebedahan.
Kesadaran pengenalan
Monitoring pasien selama general anestesi untuk pengenalan kesadaran adalah tantangan.
Indicator fisiologi (nadi, tekanan darah) dan gerakan otot skelet seringkali tertutup oleh
anestesi dan obat adjuvant (-adrenergic blockers) dan /atau obat pengeblok neuromuscular Metode-metode untuk mengenali kesadaran yang kurang terpengaruh oleh obat-obat
termasuk monitor gelombang otak, seperti Bispectral Index (BIS). Berdasar studi Food and
Drug Administration (FDA) menemukan bahwa penggunaan monitoring BIS untuk memandu
adiministrasi obat anestesi terkait dengan berkurangnya insidensi kesadaran dengan ingatan
pada pasien dewasa selama general anesthesia dan sedasi.
Traktus Piramidal dan Ekstrapiramidal
Jalur mayor untuk transmisi sinyal motoric dari korteks cerebri ke neuron motor anterior
medulla spinalis adalah melalui traktus pyramidal (korticospinal).
Fungsi
Traktus pyramidal menyebabkan fasilitasi kontinyu dan sehingga bertendensi untuk
menhasilkan peningkatan tonus otot skelet, selain itu traktus ektrapiramidal mentransmisikan
sinyal inhibisi melalui ganglia basalis dengan hasil akhir inhibisi tonus otot skelet. Kerusakan
selektif maupun predominan pada salah satu traktus memanifestasikan kekakuan atau
kelumpuhan.
Babinski Sign
Babinski sing positif merefleksikan kerusakan pada traktus pyramidal dan dikarakterkan oleh
ekstensi keatas (superior) pada ibu jari dan ouward fanning jari-jari lain akibat respon
rangsangan taktil halus pada punggung telapak kaki (dorsum plantar).
Sistem Talamokortikal
System talamokortikal memberi peran jalur semua impuls aferen dari cerebellum; ganglia
basalis; dan visual, auditori, pengecap, dan reseptor nyeri yang mana melintas melalui
thalamus saat berjalan ke korteks cerebri; hal ini mengontrol aktifitas tingkat korteks cerebri.
The pyramidal tracts are major pathways for
transmission of motor signals from the cerebral
cortex to the spinal cord. (From Guyton AC,
Hall JE. Textbook of Medical Physiology, 10th
ed. Philadelphia. Saunders, 2000; with
permission.)
BRAINSTEM
Aktifitas bawah sadar dalam tubuh (proses hidup intrinsic termasuk bernafas, tekanan darah)
dikontrol oleh batang otak. Thalamus bekerja sebagai stasiun relay untuk sebagian besar
impuls aferen sebelum mereka ditransmiskan oleh korteks cerebri.
System Limbik dan Hipotalamus
Perilaku terkait emosi adalah fungsi utama dari struktur system limbic (hipokampus, basal
ganglia). Fungsi hipotalamus dalam banyak hal memiliki kesamaan peran dengan system
limbic dan juga mengontrol banyak kondisi internal tubu (temperatur inti tubuh, rasa haus,
nafsu makan).
Ganglia basalis
Ganglia basalis (nucleus kaudatus, putamen, globus pallidus, substantia nigra, subthalamus)
sering menyediakan impuls inhibisi (neurotransmitter inhibis ialah dopamine dan -asam amino butirat [GABA]). Destruksi ganglia basalis terjadi, berhubungan dengan kejadian
rigiditas otot skelet (chorea, parkinsons disease). System aktivasi reticular
System aktivasi reticular adalah jalur polisinaps yang sangat konsen dengan aktifitas elektrik
korteks cerebral. Hal ini sangat mungkin bahwa banyak secara klinis anestesi injeksi dan
inhalasi yang dipakai menggunakan depresan mempengaruhi system aktivasi reticular
Tidur dan terjaga
Tidur adalah keadaan ketidaksadaran seorang individu yang mana tidak terbangun oleh
rangsangan sensori. Depresi system aktivasi reticular oleh anestesi atau keadaan koma
individu tidak bisa diartikan sebagai Tidur.
Tidur gelombang-pelan
Sebagian besar Tidur yang terjadi setiap malam adalah Tidur gelombang-pelan.
Electroencephalogram (EEG) dikarakterkan munculnya gelombang delta votage tinggi pada
frekuensi
Medulla spinalis memanjang dari medulla oblongata hingga batas bawah vertebra lumbal
pertama atau kedua. Dibawah medulla spinalis, kanalis vertebra berisi oleh roots nervus
lumbar dan sacral, yang mana secara kolektif disebut kauda equine.
Substantia Grisea Medulla Spinalis
Substantia grisea medulla spinalis dibagi menjadi tanduk anterior, lateral, dan dorsal
mengandung sembilan lamina terpisah berbentuk H dilihat dari cross-section.
Sel neuron intermediet berlokasi di porsi tanduk dorsal medulla spinal disebut substantia
gelatinosa (lamina II hingga III) menstransmisikan impuls taktil aferen, suhu, dan nyeri ke
traktus spinotalamikus. Tanduk dorsal menyediakan gerbang dimana impuls dalam serabut
saraf sensor ditranslasikan dalam impuls traktus ascending.
Substantia Alba Medulla Spinal
Substantia alba medulla spinalis dibagi menjadi kolum dorsal, lateral dan ventral (lihat
gambar 41.3) Kolumna dorsalis medulla spinalis disusun traktus spinotalamikus yang
mentransmisikan impuls sentuhan dan nyeri ke otak.
Imaging Sistem Saraf
Magnetic resonance imaging (MRI)
Komparatif studi menunjukkan bahwa MRI superior disbanding computed tomography (CT)
dalam mengevaluasi hampir seluruh lesi parenkim cerebral. Namun demikian, CT lebih
menjadi pilihan untuk pasien dengan trauma akut yang disertai peralatan dukungan hidup
atau pasien yang tidak bisa diminta diam tidak bergerak (tidak kooperatif, movement
disorder, anak-anak), sebagimana dibutuhkan untuk pemeriksaan MRI.
Figure 41-3. diagram skemati cross-section medulla spinalis menggambarkan anamtomi
lamina I hingga IX medulla spinalis, substantia grisea dan kolumna sensori dorsal, lateral,
dan ventral ascending medulla spinalis substantia alba.
Computed Tomography
Computed tomography (CT) adalah prosedur imaging pilihan paska trauma kepala atau
tulang belakang karena kecepatanya. CT berguna dalam visualisasi darah intracranial yang
ada di pasien dengan hematoma subdural atau perdarahan cerebral.
Nervus Spinalis
Sepasang nervus spinal menjulur dari tiap 31 segmen medulla spinalis. Tiap nervus spinal
menginervasi satu segmen area kulit, dermatom, dan otot skelet, myotome.
Membran Pelindung
Medulla spinalis dibungkus oleh membrane (dura, arachnoid, pia) yang langsung berlanjut
berkoresponden dengan membran pembungkus otak. Obat-obat seperti local anestesi atau
opioid tidak dapat menembus cephalad ke dalam spasium epidural melewati foramen
magnum.
Lapisan dalam dura berlanjut sebagai dural cuff yang bercampur dengan perineum nervus
spinalis. Arachnoid cerebral berlanjut sebagai arachnoid spinalis, berakhir pada vertebrae
sacral kedua. Pia berkontak erat dengan medulla spinalis.
CT menampilkan terkadang adanya pita jaringan ikat (dorsomedian pita jaringan ikat atau
plika mediana dorsalis) yang membagi spasium epidural tepat pada midline dorsalis; pita ini
membuat kita sulit untuk merasakan loss of resistance selama identifikasi midline dilakukan
pada spasium epidural. Pita dapat juga menjelaskan kejadian yang jarang pada analgesi
unilateral setelah injeksi cairan local anestesi kedalam spasium epidural.
JALUR UNTUK IMPULS SENSORI PERIFER
Informasi sensori dari segmen somatic tubuh masuk kedalam substantia grisea medulla
spinalis via radix nervus dorsalis. Setelah memasuki medulla spinalis, neuron ini memberi
traktus serabut panjang, ascending yang mentransmisikan informasi sensori ke otak. Impuls
dalam jalur kolumna dorsalis menyilang dalam medulla spinalis ke sisi kontralateral sebelum
melewati naik ke thalamus.
Sinaps di thalamus diikuti obleh neuron yang berlanjut kedalam area sensori somatic korteks
cerebral. Semua informasi sensori yang masuk korteks cerebral, dengan pengecualian system
olfactory, berjalan melalui thalamus.
Figure 41-4. Dermatome map that may be used to evaluate the level of sensory anesthesia
produced by regional anesthesia. (From Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical
Physiology, 10th ed. Philadelphia. Saunders, 2000; with permission.)
Figure 41-5. Sensory signals are transmitted to the brain by the dorsal column pathways and
spinocervical tracts of the dorsal-lemniscal system. (From Guyton AC, Hall JE. Textbook of
Medical Physiology, 10th ed. Philadelphia. Saunders, 2000; with permission.)
P.754
Figure 41-6. antero lateral serabut system spinotalamikus menyilang di komisura anterior
medulla spinalis sebelum naik ke otak. Serabut system ini mentransmisikan sinyal melalu
traktus spinothalamikus venral dan lateral.
JALUR UNTUK RESPON MOTOR PERIFER
Informasi sensori terintegrasi pada semua level system nervous dan menyebabkan respon
motor yang tepat. Neuron motor anterio di tanduk anterior medulla spinalis substantia grisea
memberi juluran serabut A-, yang mana meninggalkan medulla spinalis oleh jalan radix nervus anterior dan menginervasi otot skelet.
Upper and Lower Motor Neurons
Sistem motor sering dibagi ke dalam neuron motor atas dan bawah. Lesi neuron motor bawah
yang mana dari medulla spinalis yang secara langsung menginervasi otot skelet. Lesi neuron
motor bawah berasosiasi dengan flaccid paralysis, atropi otot skelet, dan ketiadaan respon
reflek regangan.
Spastics paralysis dengan menonjolnya reflex regangan dengan ketiadaan paralisis otot skelet
disebabkan oleh destruksi neruron motor atas di otak.
Reflex Autonom
Reflex autonomy segmental terjadi dalam medulla spinal dan termasuk perubahan tonus
vascular, diaphoresis, dan reflex dari kandung kemih dan kolon.
Eksitasi bersamaan semua reflex segmental adalah reflex massa (denervation hypersensivity
atau autonomic hyperreflexia). Reflex massa secara khas terjadi pada transeksi medulla
spinalis atau distensi hollow viscus, sebagaimana di kandung kemih atau traktus
gastrointerstinal( analog pada kejang yang melibatkan system saraf pusat).
Manifestasi prinsip pada reflek massa adalah sitem hipertensi disebabkan oleh vasokontriksi
perifer intens, merefleksikan ketidakmampuan impuls inhibis vasodilatasi dari SSP untuk
berjalan melewati transeksi medulla spinalis.
Syok Spinalis
Syok spinalis adalah manifestasi kehilangan mendadak reflex spinalis yang terjadi segera
setelah transeksi medulla spinalis. Hal ini bermanifestasi sebagai hipertensi disebagkan oleh
tonus vasokontriksi dan absennya reflex otot skelet.
ANATOMI SERABUT SARAF
Serabut saraf adalah aferen jika ia mentransmisikan impuls dari reseptor perifer ke medulla
spinal dan eferen jika me-relay sinyal dari medulla spinal dan SSP ke perifer.
Neuron
Neuron tersusu atas badan sel atau soma, dendrit, dan serabut saraf atau axon. (gbr. 417-).
Transmisi dari impuls Antara neuron responsive pada sinaps dimediasi oleh pelepasan
presinap pada mediator kimia (neurotransmitter), seperti norepinephrine atau asetilkolin.
Klasifikasi Serabut Saraf Aferen (table 41-1)
Myelin
Myielin yang mengelilini serabut saraf tipe A dan B bekerja sebagai penyekat yang
mencegah aliran ion menyilang membrane saraf. Selaput myelin diinterupsi oleh nodus
Ranvier. Eksitasi suksesif pada nodus Ranvier oleh impuls yang melompat Antara nodus
suksesif diistilahkan sebagai eksitasi salutatory. Konduksi saltatori sangat meningkatkan
kecepatan transmisi serabut bermielin.
Evaluasi Fungsi Saraf Perifer
Nervus perifer bisa terluka oleh iskemi pada vasa nervorum intraneural yang bersamaan
regangan saraf atau kompresi ekstrerna saraf.
Studi konduksi saraf
Studi konduksi saraf bermanfaat dalam lokalisasi dan penilaian disfungsi saraf perifer.
Demielinisasi focus pada serabut saraf mengakibatkan perlambatan konduksi dan
menurunkan amplitude compound muscle dan potensial aksi sensori.
Electromyography
Studi electromyografi adalah tambahan studi konduksi saraf. keberadaan potensial denervasi
otot skelet mengindikasikan kehilangan akson atau sel kornu anterior. Tanda-tanda potensial
denervasi pada electromyogram setelah injuri saraf akut membutuhkan 18-21 hari untuk
berkembang kembali.
Tabel 41-1. Klasifikasi serabut saraf perifer
Bermielin
Diameter
serabut (mm)
Kecepatan
konduksi (m/s) Fungsi
Sensivitas anestesi lokal
(prochaine subarachnoid,
1%)
A- Yes 12-20 70-120 Innervasi of otot skelet
1
Propriocepsi
A- Ya 5-12 30-70 Sentuhan 1
Tekanan
A- Ya 3-6 15-30 Tonus otot skelet 1 A- Ya 2-5 12-30 Nyeri cepat 0.5
Sentuhan
Temperatur
B Ya 3 3-15 Serabut autonom
Preganglionic
0.25
C Tidak 0.4-1.2 0.5-2.0 Nyeri lambat 0.5
Sentuhan
Temperatur
Serabut autonom
Preganglionic
NEUROTRANSMITTERS
Neurotransmitters adalah mediator kimia yang dilepaskan kedalam celah sinaptik dalam
respon pada kedatangan suatu potensial aksi pada nerve ending. Pelepasan neurotransmitter
bergantung pada voltase dan membutuhkan influx ion kalsium kedalam terminal presinaps.
Neurotransmitter bisa merupakan eksitasi atau inhibisi, tergantung perubahan konfigurasi
yang dihasilkan pada respetor protein oleh interaksi dengan neurotransmitter.
Tipe neurotransmitter (table 41-2)
KEJADIAN ELEKTRIK SELAMA EKSITASI NEURONAL
Potensial Transmembran Istirahat
Potensial transmembrane istirahat pada neuoran dalam SSP berkisar -70 mV, yang mana
kurang disbanding -90 mV pada serabut saraf perifer besar dan juga otot skelet.
Sinaps Inhibisi
Pada sinaps inhibisi neurotransmitter meningkatkan permeabilitas reseptor post sinaps pada
ion kalium dan klorida. Reseptor berespon pada inhibisi neurotransmitter terkait dengan
channel protein yang terlalu kecil untuk dilewati ion natrium hidrat yang besar.
Difusi keluar predominan pada ion kalium meningkatkan negativitas potensial
transmembrane, dan neuron terhiperpolarisasi (fungsi sebagai neuron inhibisi).
Tabel 41-2. TIPE NEUROTRANSMITER
Glutamate (neurotransmitter asam amino eksitasi mayor di SSP ; glutamate receptors
[termasuk reseptor N-methyl-D-aspartate] adalah canel ion gerbang ligan.)
-Aminobutyric acid (neurotransmitter inhibisi mayor di SSP; ketika dua molekul GABA berikatan dengan reseptor,channel ion kloride membuka dan mengijinkan ion klorida
mengalir kedalam neuron membuat neuron menjadi hiperpolarized.)
Acetylcholine (neurotransmitter eksitatori yang berinterkasi dengan reseptor muscarinic dan
nicotinicdi SSP; berkebalikan dengan efek inhibis [meningkatkan permeabilitas kalium] pada
system saraf parasimpatis perifer.)
Dopamine (konsentrasi tinggi, khususnya di ganglia basalis; kemungkinan ini merupakan
neurotransmitter ihnhibisi.)
Norepinephrine (neuron berespn pada norepinephrine mengirim impuls inhibisi)
Epinephrine
Glycine (neurotransmitter inhibisi utama pada medulla spinalis.)
Substance P (neurotransmitter eksitatori dilepaskan pada akhir neuron P yang
bersinapsdengan substansia gelatinosa medulla spinalis.)
Endorphins (neurotransmitters eksitatori untuk jalur descending yang menghambat transmisi
nyeri.)
Serotonin (neurotransmitter inhibisi menggunakan pengaruh yang dalam pada mood and
perilaku.)
Histamine
Permeabilitas
The permeabilitas mengubah bangkitan oleh neurtransmiter ekstatori menurunkan negatifitas
potensial transmembrane istirahat, membuat lebih dekat pada potensial threshold sebagai
hasilnya, fungsi neuron dalam mode eksitasi.
Delay Sinaps
Delay Sinaps adalah 0,3-0,5 detik penting untuk transmisi impuls dari synaptic varicosity ke
neuron postsinaps.
Kelelahan Sinaps
Kelelahan sinap adalah penurunan jumlah discharges oleh membrane postsinaps ketika
sinaps eksitatori secara berulang dan cepat terstimulasi (simpanan neurotransmitter habis
terpakai)
Fasilitas Posttetanic
Fasilitas Posttetanic adalah peningkatan responsifitas pada neuron postsinaps pada simulasi
setelah periode istirahat diawalioleh simulasi sinaps eksitasi.
Factor yang Mempengaruhi Responsif Neuron
Neuron sangat sensitive pada perubahan PH cairan intersisial sekitar (alkalosis meningkatkan
dan asidosis menekan eksitabilitas neuron). Anestesi inhalasi dapat meningkatkan membrane
sell threshold untuk eksitasi dan sehingga menurunkan aktifitas neuron di tubuh.
ALIRAN DARAH CEREBRAL
ELECROENCHEPHALOGRAM
Penggunaan Klinis
EEG berguna dalam mendiagnosis tipe epilepsy yang berbeda untuk menentukan focus
penyebab seizure di otak . Monitoring EEG selama endarterctomy karotis, cardiopulmonary
bypass, atau hipotensi terkontrol dapat memberi tanda awal ketidakcukupan aliran darah otak.
Monitor Gelombang Otak
Indeks Bispectral
Indek Bispectral adalah variabel
Bispectral Index adalah variabel berasal dari EEG yang mana adalah ukuran kuantitatif
pengaruh hipnotis dan sedative obat anestesi pada SSP (diekspresikan sebagai indeks numeric
dimensionless dari 0-100). Penurunan nilai numeric berkorelasi dengan sedasi dan
Anestesi volatile menghasilkan depresi bergantung dosis pada potensial bangkitan visual
CEREBROSPINAL FLUID
Cerebrospinal fluid (CSF) ada di (a) ventrikel otak, (b) cisterna disekeliling otak, dan (c)
spasial subarachnoid disekitar otak dan medulla spinalis. Fungsi utama CSF adalah untuk
bantalan otak dalam kavitas kranial.
Pembentukan
Tempat utama pembentukan CSF adalah di pleksus koroidea, di ventrikel keempat
(cauliflower-like growths of blood vessels covered by a thin layer of epithelial cells). pH CSF
diregulasi ketat dan dijaga pada 7,32. Perubahan PaCO2, tapi tidak tapi bukan pH arteri,
secara tepat mengubah pH CSF, merefleksikan kemampuan karbondioksida, tapi bukan ion
hydrogen, untuk melewat blood-brain barrier dengan mudah. Sebagai hasil, asidosis
respiratori akut atau alkalosis menghasilkan perubahan koresponding pH CSF. Transport
aktif ion bikarbonant pada akhirnya mengembalikan pH CSF di 7,32, meskipun perubahan
pH arteri menetap.
Reabsorpsi
Hampir semua CSF dibentuk setiap hari diserap kembali ke sirkulasi vena melalui struktur
special disebut granulasi atau vili arachnoidea.
Sirkulasi (gbr. 41-9)
Hidrocephalus
Obstruksi ke sirkulasi bebas CSF pada neonates mengakibatkan hydrocephalus.
Tekanan Intrakranial
Tekanan intracranial normal (ICP) adalah