skenario 1 IPT.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    1/14

    Mashitta Safira Putri

    1102015127

    1. MM Demam

    1.1 Suhu tubuh normal

    Peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat disebabkan oleh stres

    fisiologik, eperti pada oulasi, sekresi hormon tiroid berlebihan, atau olahraga berat, oleh

    lesi sistem saraf pusat atau infeksi mikroorganisme, atau oleh se!umlah proses non"infeksi,

    misaln#a radang atau pelepasan bahan tertentu, seperti pada leukemia. Disebut !uga

     p#re$ia. %Dorland, 2010&

    Demam adalah peningkatan abnormal suhu badan rektal minimal '(0). demam

    merupakan tanda adan#a masalah #ang men!adi pen#ebab, bukan suatu pen#akit dan tidak

    ter!adi dengan sendirin#a. %Mus*ari M+, 2005&

    Demam adalah suhu rektal #ang lebih dari '(0) %100,0-&. suhu normal dapat

     berfluktuasi sepan!ang hari, berkisar antara ',10)/'(0) %70-/100,0-&. mumn#a tubuh

     pada anak"anak lebih tinggi, kemudian menurun hingga pada tingkat deasa pada usia 1'/ 

    1 tahun pada anak perempuan, dan 1( tahun pada anak laki"laki. %Dral"3lein dan

    Phelps&

    1.2 Pola demam

    Penilaian pola demam meliputi tipe aitan %perlahan"lahan atau tiba"tiba&, ariasi

    dera!at suhu selama periode 2 !am dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan

    respons terapi. 4ambaran pola demam klasik meliputi

    a Demam kontin#u %4ambar 1.& atau sustained fever  ditandai oleh peningkatan suhu

    tubuh #ang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,o) selama periode 2 !am.

    -luktuasi diurnal suhu normal biasan#a tidak ter!adi atau tidak signifikan.

    4ambar 1. Pola demam pada demam tifoid %memperlihatkan bradikardi relatif&

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    2/14

     b Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak men*apai normal

    dengan fluktuasi melebihi 0,5o) per 2 !am. Pola ini merupakan tipe demam #ang

     paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk pen#akit

    tertentu %4ambar 2.&. 6ariasi diurnal biasan#a ter!adi, khususn#a bila demam

    disebabkan oleh proses infeksi.

    4ambar 2. Demam remiten

    * Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumn#a pada pagi hari,

    dan pun*akn#a pada siang hari %4ambar '.&. Pola ini merupakan !enis demam

    terban#ak kedua #ang ditemukan di praktek klinis.

    4ambar '. Demam intermiten

    d Demam septik atau hektik ter!adi saat demam remiten atau intermiten menun!ukkan

     perbedaan antara pun*ak dan titik terendah suhu #ang sangat besar.

    e Demam uotidian, disebabkan oleh P. 6ia$, ditandai dengan paroksisme demam #ang

    ter!adi setiap hari.

    f Demam uotidian ganda %4ambar .&memiliki dua pun*ak dalam 12 !am %siklus 12

     !am&

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    3/14

    4ambar . Demam uotidian

    g ndulant feer menggambarkan peningkatan suhu se*ara perlahan dan menetap tinggi

    selama beberapa hari, kemudian se*ara perlahan turun men!adi normal.

    h Demam lama %prolonged feer& menggambarkan satu pen#akit dengan lama demam

    melebihi #ang diharapkan untuk pen#akitn#a, *ontohn#a 8 10 hari untuk infeksisaluran nafas atas.

    i Demam rekuren adalah demam #ang timbul kembali dengan interal irregular pada

    satu pen#akit #ang melibatkan organ #ang sama %*ontohn#a traktus urinarius& atau

    sistem organ multipel.

     ! Demam bifasik menun!ukkan satu pen#akit dengan 2 episode demam #ang berbeda

    %*amelba*k feer pattern, atau saddleba*k feer&. Poliomielitis merupakan *ontoh

    klasik dari pola demam ini. 4ambaran bifasik !uga khas untuk leptospirosis, demam

    dengue, demam kuning, )olorado ti*k feer, spirillar# rat"bite feer %Spirillum minus&,

    dan 9fri*an hemorrhagi* feer %Marburg, +bola, dan demam :assa&.

    k ;elapsing feer dan demam periodik

    • Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interal regular

    atau irregular.

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    4/14

    durasi #ang hampir sama. Suhu maksimal dapat men*apai 0,o) pada tick-borne

     fever  dan ',5o) pada louse-borne. 4e!ala pen#erta meliputi m#algia, sakit

    kepala, n#eri perut, dan perubahan kesadaran. ;esolusi tiap episode demam dapat

    disertai Jarish-Herxheimer reaction %>H;& selama beberapa !am % / ( !am&, #ang

    umumn#a mengikuti pengobatan antibiotik. ;eaksi ini disebabkan oleh pelepasan

    endoto$in saat organisme dihan*urkan oleh antibiotik. >H; sangat sering

    ditemukan setelah mengobati pasien s#phillis. ;eaksi ini lebih !arang terlihat pada

    kasus leptospirosis, :#me disease, dan bru*ellosis. 4e!ala berariasi dari demam

    ringan dan fatigue sampai reaksi anafilaktik full-blown.

    1.' +tiologiDemam biasan#a ter!adi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme %irus, bakteri,

     parasit&.Demam !uga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun,

    nekrosis !aringan, neoplasma, inflamasi %peradangan& lainn#a. 3etika irus atau bakterimasuk ke dalam tubuh, berbagai !enis sel darah putih atau leukosit melepaskan ?@at

     pen#ebab demam %pirogen endogen&A #ang selan!utn#a memi*u produksi prostaglandin

    +2 di hipotalamus anterior, #ang kemudian meningkatkan nilai"ambang temperatur dan

    ter!adilah demam. %Sherood, 200&

    1 Pen#ebab infeksi

    a& infeksi piogenik 

     b& infeksi bakteri sistemik 

    *& infeksi !amur d& infeksi intraas*ular 

    e& infeksi riketsia,*hlam#dia dan mikoplasma"infeksi irus

    f& infeksi parasit"infeksi m#*oba*terium

    2 Pen#ebab non"infeksi

    a& neoplasma b& nekrosis !aringan

    *& kelainan kolagen as*ular 

    d& emboli paruBtrombosis ena dalam

    e& obat,metabolisme

    1. Patogenesis

    a. Demam menga*u pada peningkatan suhu tubuh akibat dari peradangan atau infeksi.

    Proses perubahan suhu #ang ter!adi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan

    oleh @at toksin #ang masuk kedalam tubuh.

     b. mumn#a, keadaan sakit ter!adi karena adan#a proses peradangan %inflamasi& di

    dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarn#a merupakan mekanisme

     pertahanan dasar tubuh terhadap adan#a serangan #ang mengan*am keadaan

    fisiologis tubuh. Proses peradangan diaali dengan masukn#a @at toksin

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    5/14

    %mikroorganisme& kedalam tubuh kita. Mikroorganisme %MC& #ang masuk kedalam

    tubuh umumn#a memiliki suatu @at toksin tertentu #ang dikenal sebagai pirogen

    eksogen.*. Dengan masukn#a MC tersebut, tubuh akan berusaha melaan dan men*egahn#a

    dengan pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk 

    memakann#a %fagositosit&. Dengan adan#a proses fagositosit ini, tubuh akan

    mengeluarkan sen!ata, berupa @at kimia #ang dikenal sebagai pirogen endogen

    %khususn#a :"1& #ang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen #ang keluar,

    selan!utn#a akan merangsang sel"sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu

    substansi #akni asam arakhidonat. 9sam arakhidonat dapat keluar dengan adan#a

     bantuan en@im fosfolipase 92. 9sam arakhidonat #ang dikeluarkan oleh hipotalamus

    akan pema*u pengeluaran prostaglandin %P4+2&.

    d. Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh en@im siklooksigenase %)CE&. Pengeluaran

     prostaglandin akan mempengaruhi ker!a dari termostat hipotalamus. Sebagai

    kompensasin#a, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh %di atas

    suhu normal&. 9dan#a peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh

    %hipotalamus& merasa baha suhu tubuh sekarang dibaah batas normal. 9kibatn#a

    ter!adilah respon dinginB menggigil. Selain itu asokontriksi kulit !uga berlangsung

    untuk mengurangi pengeluaran panas. 3edua mekanisme tersebut mendorong suhu

    naik. 9dan#a proses menggigil % pergerakan otot rangka& ini ditu!ukan untuk 

    menghasilkan panas tubuh #ang lebih ban#ak. Dan ter!adilah demam. %Sherood,

    200&

    2. MM Salmonella th#posa

    2.1. Morfologi dan struktur 

    Salmonella t#phiMerupakan bakteri batang gram negatif dan tidak membentuk spora, serta

    memiliki kapsul.=akteri ini Fuga bersifat fakultatif, dan sering disebut sebagai

    fakultatie intra"sellular parasites.Dinding seln#a terdiriatas murein, lipoprotein,

    fosfolipid,protein, dan lipopolisakarida %:PS& dan tersusun sebagai lapisan"lapisan

    %D@en, 200'&kuran pan!angn#a berariasi, dan sebagian besar memiliki peritri*hous flagella

    sehingga bersifat motil.S. typhi membentuk asam dan gas dari glukosa dan mannosa.

    Crganisme ini !uga menghasilkan gas H2S, namun han#a sedikit %Ginn, 200&. =akteri

    ini tahan hidup dalam air #ang membeku untuk aktu #ang lama %=rooks, 2005&.

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    6/14

    2.2. PatogenensisSalmonella t#phi adalah pen#ebab utama dari pen#akit #ang disebarkan melalui

    makanan %foodborne diseases&. Pada umumn#a, serotipe Salmonella men#ebabkan

     pen#akit pada organ pen*ernaan. Pen#akit #ang disebabkan oleh Salmonella disebutsalmonellosis. )iri"*iri orang #ang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut,

    dan demam dalam aktu ("72 !am setelah memakan makanan #ang terkontaminasi oleh

    Salmonella.4e!ala lainn#a adalah demam,sakit kepala, mual dan muntah"muntah.

    Salmonella t#phi men#ebabkan pen#akit demam tifus %

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    7/14

    '. MM Demam

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    8/14

    Salmonella

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    9/14

    '.. Manifestasi 3linik 

    Masa inkubasi rata"rata 10"20 hari. Jang tersingkat hari !ika infeksi ter!adi

    melalui makanan, sedangkan #ang terlama sampai '0 hari !ika infeksi melalui minuman.

    Selama masa inkubasi mungkin ditemukan ge!ala prodroma, #aitu perasaan tidak enak

     badan, lesu, n#eri kepala, pusing, dan tidak bersemangat. 3emudian ge!ala klinis #ang

     biasa ditemukan, #aitu

    a. Demam lebih dari 7 hari

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    10/14

    Pada kasus tertentu, demam berlangsung selama ' minggu, bersifat febris remiten

    dan suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur"angsur

    meningkat setiap hari, biasan#a menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore

    dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.

    Dalam minggu ketiga, suhu badan berangsur"angsur turun dan normal kembali pada

    akhir minggu ketiga. b. 4angguan saluran pen*ernaan

    Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pe*ah"pe*ah

    %ragaden&, lidah ditutupi selaput putih kotor %*oated tongue, lidah tifoid&, u!ung dan

    tepin#a kemerahan, !arang disertai tremor. Pada abdomen ter!adi splenomegali dan

    hepatomegali dengan disertai n#eri tekan. =iasan#a didapatkan kondisi konstipasi,

    kadang diare, mual, muntah, tapi kembung !arang.

    *. 4angguan kesadaran

    mumn#a kesadaran penderita menurun alaupun tidak seberapa dalam, #aitu

    apatis sampai somnolen. >arang ter!adi sopor, koma atau gelisah.

    d. Pada punggung terdapat roseola %bintik kemerahan karena emboli basil dalamkapiler kulit. =iasan#a ditemukan pada minggu pertama demam&.

    e. ;elaps %kambuh& ialah berulangn#a ge!ala pen#akit tifus abdominalis, akan tetapi

     berlangsung ringan dan lebih singkat.

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    11/14

    Medium +M=, Ma*)onke#, atau deoksikolat memungkinkan deteksi *epat

    organisme #g tidak memfermentasikan laktosa. Medium bismuth sulfit

    memungkinkan deteksi *epat salmonella #g membentuk koloni hitam karena

     produksi H2S.

    2 =iakan pada medium selektif 

    Spesimen diletakkan pada agar salmonella-shigella %SS&, agar Hektoen, E:D, atauagar deoksikolat"sitrat, #g membantu pertumbuhan  salmonella dan  shigella

    melebihi !nterobacteriaceae lain.

    ' =iakan pada medium #ang diperka#aSpesimen %feses& !uga diletakkan didalam selenit - atau kaldu tetraionat, keduan#a

    menghambat replikasi bakteri normal usus dan memungkinkan multiplikasi

    salmonella, lalu inkubasi 1"2 hari, dan diletakkan pada medium diferensial dan

    medium selekstif.

    dentifikasi akhir 

    3oloni #g di*urigai pada medium padat diidentifikasi dengan pola reaksi biokimia

    dan u!i aglutinasi slide dengan serum spesifik.

    ) Metode Serologi

    1 !i aglutinasiSerum dan biakan di*ampur diatas  slide, lihat dalam beberapa menit apakah ada

    gumpalan.

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    12/14

    a Pengobatan dini dengan antibiotik 

     b 4angguan pembentukan dengan antibodi, dan pemberian korikosteroid

    * Gaktu pengambilan darahd Daerah endemik atau non"endemik 

    e ;ia#at aksinasi

    f ;eaksi anamnesik, #aitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demamtifoidakibat masa lalu atau aksinasi.

    g -aktor teknik pemeriksaan antar laboratorium

    ' !i

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    13/14

    ' 3otrimoksa@ol (0 mg, 2 $ 2 tablet selama 1 hari.

    Sefalosporin generasi dan %*iproflo$a*in 2 $ 500 mg selama hariL oflo$a*in

    00 mgBhari selama 7 hariL *eftria$one gramBhari selama ' hari&.

    = stirahat dan peraatan

    :angkah ini dimaksudkan untuk men*egah ter!adin#a komplikasi. Penderita

    sebalikn#a beristirahat total di tempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari

    demam. Mobilisasi dilakukan se*ara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita.

    Mengingat mekanisme penularan pen#akit ini, kebersihan perorangan perlu di!aga

    karena ketidakberda#aan pasien untuk buang air besar dan buang air ke*il.

    )

  • 8/18/2019 skenario 1 IPT.docx

    14/14

    Prognosis demam tifoid tergantung pada ketepatan terapi, usia penderita, keadaan

    kesehatan sebelumn#a, serotip Salmonella pen#ebab ada dan tidakn#a komplikasi. Di

    negara ma!u denga terapi antibiotik #ang adekuat, angka mortalitasn#a O1. Di negara

     berkembang, angka mortalitasn#a 810, biasan#a karena keterlambatan diagnosis,

     peraatan dan pengobatan. Mun*uln#a komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau

     perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan

    mortalitas #ang tinggi.

    ;elaps sesudah respon klinis aal ter!adi pada "( penderita #ang tidak diobati

    dengan antibiotik. Pada penderita #ang telah mendapat terapi antimikroba #ang tepat,

    manifestasi klinis relaps men!adi n#ata sekitar 2 minggu sesudah penghentian antibiotik 

    dan men#erupai pen#akit akut namun biasan#a lebih ringan dan lebih pendek. ndiidu

    #ang mengeksresi S.t#phi ≥  ' bulan setelah infeksi umumn#a men!adi karier kronis.

    ;esiko men!adi karier pada anak"anak rendah dan meningkat sesuai usia. 3arier kronis

    ter!adi pada 1"5 dari seluruh pasien demam tifoid. nsiden pen#akit saluran empedu

    %traktus biliaris& lebih tinggi pada karrier kronis dibandingkan dengan populasi umum.

    9ngka kematian pada anak"anak 2, dan pada orang deasa 7,, rata"rata

    5,7. Prognosis demam tifoid umumn#a baik asal penderita *epat berobat. Mortalitas pada

     penderita #ang diraat adalah . Prognosis men!adi kurang baik atau buruk bila terdapat

    ge!ala klinis #ang berat seperti

    • Panas tinggi %hiperpireksia& atau febris *ontinual.

    • 3esadaran menurun sekali.