42
1 SKENARIO SESAK LAMA Tn. Raafi, 45 tahun mengeluh sering sesak nafas, sesak sering timbul setiap hari senin atau setelah hari libur kerja. Sesak semakin bertambah berat saat cuaca sedang dingin. Telah bekerja di perusahaan tebu pada bagian pemanenan selama 10 tahun. Sudah 3 bulan terakhir mengeluh sering sesak nafas yang disertai mengi. Padahal sebelumnya Tn. Raafi tidak pernah mengalami penyakit seperti ini. Setelah dianamnesa lebih jauh oleh dokter perusahaan tempatnya bekerja tentang riwayat pekerjaannya, pasien bekerja di perusahaan tersebut selama 15 tahun, dengan waktu kerja 8 jam sehari dan 6 hari dalam seminggu. Pasien juga pernah bekerja di pabrik gandum selama 5 tahun sebelum bekerja di tempatnya sekarang. Selama bekerja tidak mau memakai masker yang telah disediakan perusahaan baik saat bekerja di pabrik gandum maupun di tempatnya sekarang. Tidak ada pengawasan dari manajemen tentang penggunaan masker tersebut. riwayat batuk lama (-), memiliki kebiasaan merokok sejak SMP. Selain keluhan sesaknya, Tn. Raafi juga mengeluh gatal-gatal pada lengannya jika terkena debu padi-padian.

Skenario IV

Embed Size (px)

Citation preview

30

SKENARIO

SESAK LAMA

Tn. Raafi, 45 tahun mengeluh sering sesak nafas, sesak sering timbul setiap hari senin atau setelah hari libur kerja. Sesak semakin bertambah berat saat cuaca sedang dingin. Telah bekerja di perusahaan tebu pada bagian pemanenan selama 10 tahun. Sudah 3 bulan terakhir mengeluh sering sesak nafas yang disertai mengi. Padahal sebelumnya Tn. Raafi tidak pernah mengalami penyakit seperti ini. Setelah dianamnesa lebih jauh oleh dokter perusahaan tempatnya bekerja tentang riwayat pekerjaannya, pasien bekerja di perusahaan tersebut selama 15 tahun, dengan waktu kerja 8 jam sehari dan 6 hari dalam seminggu. Pasien juga pernah bekerja di pabrik gandum selama 5 tahun sebelum bekerja di tempatnya sekarang. Selama bekerja tidak mau memakai masker yang telah disediakan perusahaan baik saat bekerja di pabrik gandum maupun di tempatnya sekarang. Tidak ada pengawasan dari manajemen tentang penggunaan masker tersebut. riwayat batuk lama (-), memiliki kebiasaan merokok sejak SMP. Selain keluhan sesaknya, Tn. Raafi juga mengeluh gatal-gatal pada lengannya jika terkena debu padi-padian.

STEP 1

STEP 21. Bagaimana hubungan pajanan dengan penyakit di skenario?2. Bagaimana mekanisme/patofisiologi keluhan di skenario?3. Adakah hubungan riwayat merokok dengan penyakit sekarang? 4. Apa saja yang menjadi diagnosis banding dari kasus yang ada di skenario?5. Bagaimana cara penegakan diagnosis kasus di skenario?6. Bagaimana tata laksana kasus?

STEP 31. Ada kemungkinan terdapat hubungan pajanan terhadap penyakit yang dialami Tn. Raafi sekarang, dimana keluhan yang timbul merupakan akibat dari paparan debu yang terjadi karena proses pekerjaan tuan tersebut. Selain itu riwayat pekerjaan Tn. Raafi yang sekarang bekerja di perusahaan tebu dan riwayat pekerjaannya dulu yang bekerja di pabrik gandum, pekerjaan-pekerjaan tersebut beresiko tinggi terhadap timbulnya penyakit seperti yang dialami Tn. Raafi sekarang akibat paparan jangka panjang yang terjadi. Keluhan-keluhan yang ada di skenario seperti sesak yang timbul setiap hari Senin atau setelah libur kerja mendukung ke arah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan paparan debu yang diperoleh melalui pekerjaannya.

2. Patofisiologi keluhan:Paparan debu menimbulkan reaksi hipersensitivitas, debu yang merupakan allergen terhirup saluran pernafasan kemudian memicu timbulnya reaksi fagosit dan sel-sel lain untuk memfagosit, namun reaksi tersebut tidak cukup berarti sehingga kompleks debu dan sel-sel fagosit tersebut merangsang reaksi hipersensitivitas terutama di saluran nafas. Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC. Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru).

3. Hubungan merokok dengan keluhan yang ada di skenario mungkin dapat terjadi. Rokok beresiko tinggi untuk menimbulkan penyakit-penyakit saluran pernafasan bahkan rokok dapat memperburuk keadaan atau keluhan yang dialami.

4. Diagnosis banding dari kasus di skenario, adalah: Farmer Lungs disease Bagasossis Penyakit ashma akibat kerja Panyakit-penyakit saluran nafas lain yang merupakan penyakit akibat kerja Penyakit kulit akibat kerja

5. Penegakan diagnosis dari kasus di skenario, adalah:a. Anamnesis: keluhan/gejala yang timbul, riwayat pekerjaan dan riwayat perjalanan penyakitb. Pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusis dan auskultasi salauran pernafasan. Apakah terdapat suara bising nafas atau tanda-tanda lain yang mengarah kepada penyakit karena paparan debu karena pekerjaan.c. Pemeriksaan penunjang: foto rontgen, tes antibody, dan lain-lain.

6. Tata laksana: Umumnya bersifat suportif. Pemberian kortikosteroid selama serangan akut mempercepat resolusi dan pada periode kronis dapat mengurangi atau menghilangkan gejala.

STEP 41. Asma Akibat KerjaAsma akibat kerja adalah asma karena paparan zat di tempat kerja. Secara klinis asma akibat kerja sama dengan asma yang bukan karena kerja. Beberapa penelitian menemukan bahwa lamanya paparan setelah gejala timbul dan beratnya asma saat diagnosa ditegakkan sangat menentukan prognosis.Asma Akibat Kerja (AAK) ditandai dengan obstruksi saluran napas yang variabel dan bronkus hiperesponsif yang disebabkan oleh inflamasi bronkial akut dan kronis. Hal tersebut bermula dari inhalasi debu, uap, gas yang diproduksi atau digunakan karyawan atau secara tidak sengaja ditemukan dalam lingkungan kerja. Ciri dari semua asma kronis adalah iritabilitas berlebihan terhadap berbagai rangsangan/factor dalam lingkungan kerja Asma yang timbul dalam lingkungan kerja dibedakan dalam dua kategori. Pertama adalah asma yang disebabkan bahan/faktor dalam lingkungan kerja dan kedua asma yang sudah ada sebelum bekerja dan dipicu (eksaserbasi) oleh bahan/ faktor dalam lingkungan kerja.5 Pada karyawan yang sudah menderita asma sebelum bekerja, 15% akan memburuk akibat pajanan terhadap bahan/ faktor dalam lingkungan kerja.Asma akibat kerja yang menjadi permanen, menyebabkan penderita memiliki disabilitas, harus pindah bekerja di bidang lain, bertambahnya biaya pengobatan, dan turunnya kualitas hidup. Karenanya, perusahaan tempat ia berkerja dan mendapat asma seharusnya memberikan kompensasi. Ironisnya banyak perusahaan malah memecat pekerja tersebut. Untuk itu, perlu undang-undang yang mengatur kompensasi bagi penderita penyakit alergi akibat kerja.Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut:Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor genetik dan faktor lingkungan:1. Faktor genetik a. Hipereaktivitasb. Atopi/alergi bronkusc. Faktor yang memodifikasi penyakit genetikd. Jenis kelamine. Ras/etnik2. Faktor lingkungan a. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur dll)b. Alergen diluar ruangan (alternaria, tepung sari)c. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur)d. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, bloker dll)e. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dan lain-lain)f. Ekpresi emosi berlebihg. Asap rokok dari perokok aktif dan pasifh. Polusi udara di luar dan di dalam ruangani. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktifitas tertentuj. Perubahan cuacaKlasifikasi AsmaBerat-ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi -2 agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat). Tidak ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya suatu penyakit. Dengan adanya pemeriksaan klinis termasuk uji faal paru dapat menentukan klasifikasi menurut berat-ringannya asma yang sangat penting dalam penatalaksanaannya.Asma diklasifikasikan atas asma saat, tanpa serangan dan asma saat serangan (akut).1. Asma saat tanpa serangan Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari: 1) Intermitten; 2)Persisten ringan; 3) Persisten sedang; dan 4) Persisten berat Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang dewasaDerajat asmaGejalaGejala malamFaal paru

IntermittenBulananAPE80%

-Gejala1x/minggu tetapi2 kali sebulan- VEP180% nilai prediksi APE80% nilai terbaik.- Variabiliti APE 20-30%.

Persisten sedangHarianAPE 60-80%

-Gejala setiap hari.-Serangan mengganggu aktifitas dan tidur.-Membutuhkan bronkodilator setiap hari.>2 kali sebulan-VEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik.- Variabiliti APE>30%.

Persisten beratKontinyuAPE 60%

- Gejala terus menerus- Sering kambuh- Aktifitas fisik terbatasSering- VEP160% nilai prediksiAPE60% nilai terbaik- Variabiliti APE>30%

2. Asma saat seranganKlasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan sedang dan asma serangan berat.Perlu dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan serangan asma (aspek akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma persisten berat dapat mengalami serangan ringan saja, tetapi ada kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik jarang mengalami serangan asma berat, bahkan serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkan kematian.Dalam melakukan penilaian berat-ringannya serangan asma, tidak harus lengkap untuk setiap pasien. Penggolongannya harus diartikan sebagai prediksi dalam menangani pasien asma yang datang ke fasilitas kesehatan dengan keterbatasan yang ada. Penilaian tingkat serangan yang lebih tinggi harus diberikan jika pasien memberikan respon yang kurang terhadap terapi awal, atau serangan memburuk dengan cepat, atau pasien berisiko tinggi.Penegakan diagnosisUntuk menegakkan diagnosis AAK, perlu diketahui riwayat atopi, penilaian pajanan, imunologi (molekular dan selular), foto paru dan fisiologi seperti hipereaktivitas bronkus, fungsi paru serial, uji inhalasi spesifik yang merupakan gold standard.Diagnosis asma akibat kerja pada prinsipnya adalah menghubungkan gejala klinis asma dengan lingkungan kerja; oleh karenanya dibutuhkan suatu anamnesis yang baik dan pemeriksaan penunjang yang tepat. Anamnesis teliti mengenai apa yang terjadi di lingkungan kerjanya merupakan hal penting; seperti : kapan mulai bekerja di tempat saat ini, apa pekerjaan sebelum di tempat kerja saat ini, apa yang dikerjakan setiap hari, proses apa yang terjadi di tempat kerja, bahan-bahan yang dipakai dalam proses produksi serta data bahan tersebut. Dan yang tak kalah penting adalah peninjauan lapangan oleh pemeriksa (dokter) untuk lebih memahami situasi lapangan.Selain anamnesis mengenai tempat kerja, yang perlu juga diketahui adalah mengenai klinis yang terjadi. Kapan mulai timbulnya keluhan, sejak mulai masuk tempat tersebut atau yang dikenal sebagai masa laten. Masa laten dapat beberapa minggu sampai beberapa tahun, umumnya 1-2 tahun.Klinis sesak, batuk, mengi dapat timbul sewaktu kerja, setelah kerja (sore maupun malam) atau keduanya. Bila frekuensi serangan lebih sering/memburuk sewaktu hari kerja dibandingkan hari libur atau akhir minggu maka dapat diduga asma yang timbul berhubungan dengan tempat kerja.Pemeriksaan penunjang Spirometri (pemeriksaan FEV1) sebelum dan sesudah shift. Dikatakan positif bila terjadi penurunan FEV1 sebesar lebih dari 5% antara sebelum dan sesudah kerja; pada orang normal variabel tersebut kurang dari 3%. Pemeriksaan ini oleh banyak ahli diragukan sensitivitasnya karena pada suatu penelitian hanya 20% penderita asma disebabkan colophony yang turun FEV1nya selama workshift; sedangkan penurunan FEV1 juga dijumpai pada 10% kelompok orang yang tidak asma (kontrol).Tata laksanaPengobatan medikamentosa pada pasien asma akibat kerja sama seperti asma bronkial pada umumnya: Teofilin, merupakan bronkodilator dan dapat menekan neutrophil chemotactic factor . Efektifitas kedua fungsi di atas tergantung dari kadar serum teofilin. Agonis beta, merupakan bronkodilator yang paling baik untuk pengobatan asma akibat kerja dibandingkan dengan antagonis kolinergik (ipratropium bromid). Kombinasi agonis beta dengan ipratropium bromid memperbaiki fungsi paru lebih baik dibanding hanya beta agonist saja. Kortikosteroid, dari berbagai penelitian diketahui dapat mencegah bronkokonstriksi yang disebabkan oleh provokasi bronkus menggunakan alergen. Selain itu juga akan memperbaiki fungsi paru, menurunkan eksaserbasi dan hiperesponsivitas saluran nafas dan pada akhirnya akan memperbaiki kualitas hidup.2. Farmer Lungs Disease dan BagassosisPenyakit paru pada petani disini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: farmers' lung dan bagassosis. Farmers' Lung disease adalah suatu penyakit paru pada petani padi dan gandum, akibat paparan debu jerami. Penyebabnya adalah jamur Thermophilic actinomycetes vulgaris yang terdapat pada jerami yang sedang membusuk. Bagassosis adalah suatu penyakit paru yang dialami oleh para petani, pekerja pabrik tebu, atau pabrik kertas yang terpapar sisa atau debu batang tebu (bagasse). Penyebabnya adalah jamur Thermophilic actinomycetes sacchari yang hidup subur pada alas batang tebu.Kedua penyakit ini termasuk pneumonitis hipersensitif akibat inhalasi debu organis (yakni jerami padi, gandum, dan sisa batang tebu).Gambaran KlinisGejala muncul 4-8 jam setelah terpapar, timbul gejala seperti infeksi paru akut: batuk, sesak nafas tanpa mengi, demam, menggigil, diaforesis (berkeringat), malaise, mual, sakit kepala

Pemeriksaan Fisik1. Takikardi2. Takipnea3. Sianosis4. Ronki basah di basal kedua paru.Gejala di atas umumnya menetap selama 12-18 jam dan menghilang spontan bila tidak lagi terpapar.Gambaran Radiologis1. Pada penyakit yang ringan, gambaran foto thorax masih normal.2. Pada penyakit yang berat, ada dua bentuk:a. Tampak gambaran nodul-nodul kecil terpencar di kedua lapangan paru dan agak berkurang pada bagian apek dan basal. Nodul-nodul kecil tersebut ukurannya bervariasi dari satu sampai beberapa milimeter, dengan batas tidak tegas.b. Tampak bayangan berawan di interstitial kedua paru. Bila paparan debu jerami telah terhenti, kelainan foto thorax dapat kembali normal dalam beberapa minggu.Penatalaksanaan1. Umumnya bersifat suportif.2. Pemberian kortikosteroid selama serangan akut mempercepat resolusi dan pada periode kronis dapat mengurangi atau menghilangkan gejala.Pencegahan (Preventif)1. Menghindari paparan debu2. Bila tidak mungkin menghindari debu atau bahan yang berbahaya, penderita dipindahkan kerjanya di tempat yang tidak terpapar debu.Prognosis 1. Penyakit akut: baik.2. Penyakit kronis: kurang baik.

3. Penyakit kulit akibat kerjaLebih dari 90 % PAK merupakan jenis PAK eksematosa, sedang sisanya kira-kira 10 % berupa PAK non-eksematosa. Termasuk di dalam PAK eksematosa adalah Dermatitis Kontak Iritan (DKI), Dermatitis Kontak Alergi, serta Urtikaria. Di antara ketiga jenis ini, umumnya DKI lebih sering terjadi.Secara tidak disadari, sebenarnya di lingkungan kerja kita mungkin ada bahan, barang atau unsur yang dapat bersifat melukai kulit, mengiritasi kulit, menyebabkan alergi kulit, menyebabkan infeksi kulit, maupun menyebabkan perubahan pigmen kulit jika menempel pada kulit. Bahkan, masih ada bahan atau unsur yang bersifat memicu terjadinya keganasan pada kulit (kanker kulit).Terjadinya PAK dipengaruhi oleh jenis PAK dan faktor individual pekerja, seperti kulit terang, jenis kulit kering, kulit berminyak, mudah berkeringat, kebersihan diri yang kurang, penyakit kulit yang sudah ada, serta kemungkinan trauma kulit yang sudah ada sebelumnya. Sedang untuk kejadian luar biasa (KLB) PAK, jarang terjadi.Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK, terbanyak bersifat nonalergi atau iritan. Sekitar 90.000 jenis bahan sudah diketahui dapat menimbulkan dermatitis. DKI merupakan jenis PAK yang paling sering terjadi di antara para pekerja, dibandingkan dengan Dermatitis Kontak Alergika (DKA). Dermatitis kontak secara umum merupakan penyakit spesifik-lingkungan, yaitu suatu peradangan kulit akibat bahan yang berasal dari lingkungan. Terdapat dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dematitis kontak alergik (DKA). Kedua jenis tersebut kadang-kadang sangat sukar dibedakan secara klinis, meskipun keduanya berbeda dalam patogenesis yang mendasarinya. Insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi dibandingkan dengan dermatitis kontak alergik.Dermatitis kontak iritan merupakan kelainan sebagai akibat pajanan dengan bahan toksik non-spesifik yang merusak epidermis dan atau dermis. Umumnya setiap orang dapat terkena, bergantung pada kapasitas toleransi kulitnya. Penyakit tersebut mempunyai pola monofasik, yaitu kerusakan diikuti dengan penyembuhan.Dermatitis kontak iritan dapat terjadi melalui dua jalur: efek langsung iritan terhadap keratinosit dan kerusakan sawar kulit (seperti terlihat pada gambar). Efek langsung iritan pada keratinosit, pada DKI akut, penetrasi iritan melewati sawar kulit akan merusak keratinosit dan merangsang pengeluaran mediator inflamasi diikuti dengan aktivasi sel T. Selanjutnya terjadi akumulasi sel T dengan aktivasi tidak lagi bergantung pada penyebab. Hal tersebut dapat menerangkan kesamaan jenis infiltrat dan sitokin yang berperan antara DKI dan DKA. Peradangan hanya merupakan salah satu aspek sindrom DKI. Apabila terjadi pajanan dengan konsentrasi suboptimal maka reaksi yang terjadi langsung kronik.DKI terjadi karena kerusakan organ kulit secara langsung (bukan suatu proses imunologis) akibat efek toksik bahan yang bersifat kimiawi ataupun fisik yang menempel pada permukaan kulit. DKI kronis terjadi karena bahan penyebab, seperti sabun, pelarut, air, deterjen, minyak sintetis, kerosen, formalin, merkuri anorganik, terpentin, photographic developer, dan lain-lain menempel pada kulit dalam jangka waktu panjang. Kelainan yang ditimbulkan adalah dalam beberapa hari bahkan sampai beberapa bulan setelah terkena bahan penyebab, kulit terasa gatal, tampak kering, kasar, bersisik halus, kemerahan, menebal, kadang kulit pecah-pecah.Pada kondisi tertentu di tempat kerja, yakni udara panas dan pengap, atau suhu ruang yang amat dingin, berpakaian nilon dan lain-lain dapat meningkatkan kepekaan kulit atau memudahkan kulit pekerja terkena DKI. DKI itu sendiri adalah penyakit kulit yang terjadi akibat menempelnya sesuatu bahan atau unsur yang disebut sensitizer pada permukaan kulit. Proses terjadinya penyakit tergantung sistem kekebalan seseorang yang ditandai dengan kulit gatal kemerahan, mungkin bengkak, terdapat bintil merah, bintil berair berjumlah banyak yang tampak tidak hanya terbatas pada area kulit yang terkena bahan penyebab, tetapi dapat meluas di luar area kulit yang terkena bahan penyebab, bahkan dapat ke seluruh permukaan kulit.Untuk mengantisipasi hal ini perlu pembersih kulit yang tidak bersifat iritatif atau melukai permukaan kulit. Untuk pencegahannya, perlu alat pelindung yang tepat di tempat kerja, setelah dilakukan pengamatan oleh petugas yang berkompeten.Dermatitis kontak alergi dapat terjadi bila bahan LMW seperti lateks dan nickel, sebagai hapten berikatan dengan protein pembawa di kulit dan menimbulkan dermatitis kontak alergi Tipe IV.Urtikaria dapat terjadi akibat kontak dengan bahan dalam lingkungan kerja yang menimbulkan urtikaria alergi Tipe I (lateks) atau urtikaria nonalergi. Faktor fisik lingkungan kerja seperti tekanan, panas, dingin dan lainnya dapat juga menimbulkan urtikaria nonalergi (urtikaria fisik).Dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) paling sering, yakni sekitar 90 persen, menyerang tangan. Ini berpengaruh pada gejala dan perasaan seseorang. Misalnya, rasa gatal dan sakit pada waktu melaksanaan pekerjaan, serta rasa kurang nyaman pada waktu melayani seseorang ketika menggunakan tangan. Sedangkan eksim lebih banyak berlokasi di daerah muka dan bagian tubuh lain. Ini berdampak pada perasaan malu sehingga akan lebih besar pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari, kinerja, dan hubungan dengan orang lain. DKAK paling sering disebabkan oleh logam. Pada perempuan DKAK disebabkan oleh nikel, sedangkan pada laki-laki oleh kromat.Dermatitis akibat kerja (DAK) umumnya mempunyai prognosis buruk. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap pekerja logam dan pekerja konstruksi menemukan 70 persen tetap menderita dermatitis meskipun telah dilakukan upaya penghindaraan terhadap alergen penyebab dan perubahan jenis pekerjaan.Meski dermatitis akibat kerja tidak memerlukan rawat inap, ringan, dan umumnya dianggap sebagai risiko yang perlu diterima, pengaruh terhadap pekerjaan dan status sosial psikologi harus diperhitungkan. Dampak dermatitis kontan akibat kerja (DKAK) terhadap ekonomi sangat besar. Ini meliputi biaya langsung atas pengobatan, kompensasi kecacatan dan biaya tidak langsung yang meliputi kehilangan hari kerja dan produktivitas, biaya pelatihan ulang serta biaya yang menyangkut efek terhadap kualitas hidup.

STEP 51. Apa dan bagaimana isi undang-undang yang mengatur tentang jam kerja dan kompensasinya?2. Apa saja contoh-contoh debu berdasarkan klasifikasi ukurannya?3. Apa saja jenis-jenis masker?4. Bagaimana tata laksana bagassosis?5. Bagaimana dengan penyakit pneumokoniosis yang meliputi silikosis dan asbestosis?

STEP 6Belajar Mandiri

STEP 71. UU tentang jam kerja dibicarakan dalam Paragraf 4 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK), khususnya Pasal 77 s/d Pasal 85 UUK. Pasal 77 ayat (1) UUK mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur oleh pemerintah yaitu:a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; ataub. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima hari kerja dalam 1 (satu) minggu.Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu seperti misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau penebangan hutan (lihat Penjelasan Pasal 77 ayat [3] UUK).Di sisi lain, ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus dijalankan terus-menerus, termasuk pada hari libur resmi (lihat Pasal 85 ayat [2] UUK). Pekerjaan yang terus-menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-233/Men/2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus. Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift.Sebelum berlakunya UUK, ada ketentuan yang mengatur bahwa pejabat yang berwenang juga mengarahkan perusahaan untuk menambah jumlah tenaga kerja atau menggunakan sistem kerja shift (Pasal 5 Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. INS-03/M/BW/1991 tentang Pelaksanaan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Lebih Dari 9 Jam Sehari dan 54 Jam Seminggu). Lebih jauh, simak Waktu Kerja Lembur Lebih Dari 54 Jam Seminggu.Dengan berlakunya UUK, ketentuan tersebut sudah tidak berlaku lagi sehingga ketentuan mengenai jam kerja saat ini mengacu pada UUK. Karena tidak diatur secara spesifik mengenai berapa jam seharusnya 1 (satu) shift dilakukan, maka pimpinan (management) perusahaan dapat mengatur jam kerja (baik melalui Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja maupun Perjanjian Kerja Bersama). Pengaturan jam kerja tersebut harus disesuaikan dengan ketentuan:a. Jika jam kerja di lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya (selanjutnya disebut perusahaan) ditentukan 3 (tiga) shift, pembagian setiap shift adalah maksimum 8 (delapan) jam per-hari, termasuk istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat [2] huruf a UUK)b. Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 (empat puluh) jam per minggu (Pasal 77 ayat [2] UUK).c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 (delapan) jam/hari per-shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 (empat puluh) jam per minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah (tertulis) dari pimpinan (management) perusahaan yang diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur (Pasal 78 ayat [2] UUK).Upah Kerja Lembur adalah upah yang diterima pekerja atas pekerjaannya sesuai dengan jumlah waktu kerja lembur yang dilakukannya.Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004). Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.Ketentuan tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur diatur dalam Undang Undang no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 78 ayat (2),(4), pasal 85 dan lebih lengkapnya diatur dalam Kepmenakertrans no.102/MEN/VI/2004 mengenai Waktu dan Upah Kerja Lembur.Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung upah sejam adalah 1/173 upah sebulan.Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 Rumus perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:

a) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari KerjaPERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA

Jam LemburRumusKeterangan

Jam Pertama1,5 X 1/173 x Upah SebulanUpah Sebulan adalah 100% Upah bila upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.

Jam Ke-2 & 32 X 1/173 x Upah SebulanAtau 75% Upah bila Upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Dengan ketentuan Upah sebulan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum

Contoh:Jam kerja Manda adalah 8 jam sehari/40 jam seminggu. Ia harus melakukan kerja lembur selama 2 jam/hari selama 2 hari. Gaji yang didapat Manda adalah Rp. 2.000.000/bulan termasuk gaji pokok dan tunjangan tetap. Berapa upah lembur yang didapat Manda?Manda hanya melakukan kerja lembur total adalah 4 jam. Take home pay Manda berupa Gaji pokok dan tunjangan tetap berarti Upah sebulan = 100% upahSesuai dengan rumus maka Upah Lembur Manda :Lembur jam pertama :2 jam x 1,5 x 1/173 x Rp. 2.000.000 =Rp. 34.682Lembur jam selanjutnya :2 jam x 2 x 1/173 x Rp. 2.000.000 = Rp. 46.243Total uang lembur yang didapat Manda adalahRp. 34.682 + Rp. 46.243 = Rp. 80.925

b) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Libur/IstirahatPERHITUGAN UPAH LEMBUR PADA HARI LIBUR/ISTIRAHAT

JAM LEMBURKETENTUAN UPAH LEMBURRUMUS

6 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)

7 Jam pertama2 Kali Upah/Jam7 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam Ke 83 Kali Upah/jam1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam Ke-9 s/d Jam ke-104 Kali Upah/Jam1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan

Hari Libur Resmi Jatuh Pada Hari Kerja Terpendek misal Jumat

5 Jam pertama2 X Upah/jam5 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam ke-63 X Upah/jam1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam Ke-7 & 84 X Upah/jam1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan

5 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)

8 Jam pertama2 Kali Upah/Jam8 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam ke-93 Kali Upah/jam1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam ke-10 s/d Jam ke-114 Kali Upah/Jam1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan

Contoh :Andi biasa bekerja selama 8 jam kerja/hari atau 40 jam/minggu. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari istirahat Andi. Akan tetapi perusahaan Andi memintanya untuk masuk di hari Sabtu selama 6 jam kerja. Gaji Andi sebesar Rp. 2.800.000/bulan yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Lalu, berapa uang lembur yang patut didapat Andi yang bekerja selama 6 jam di hari liburnya?Andi melakukan kerja lembur di hari liburnya total 6 jam. Take home pay Andi berupa Gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap berarti Upah sebulan = 75% upah sebulan = 75% x Rp. 2.800.000 = Rp. 2.100.000.Apabila waktu kerja lembur jatuh pada hari libur/istirahat, upah lembur dihitung 2 kali upah/jam untuk 8 jam pertama kerja.Sesuai dengan rumus maka Upah Lembur Andi :6 jam kerja x 2 x 1/173 x Rp. 2.100.000 = Rp. 145. 665

2. Ukuran partikela. Debu ukuran besar : > 10 mikron, tidak menimbulkan penyakit karena tidak mudah mengendap di paru-paru karena pengaruh gravitasi.b. Debu ukuran kecil : < 5 mikron, menimbulkan penyakit dan mengganggu kesehatan karena bersifat respirable (bisa masuk ke dalam paru dan menimbulkan penyakit)

Konsentrasi debu Yaitu nilai NAB dari tiap masing-masing debu (setiap debu mempunyai NAB yang berbeda-beda). Sedangkan karakteristik debu di saluran pernafasan yaitu:a. Debu-debu berukuran 5-10 mikron : ditahan saluran nafas bagian atas (gangguan paryngitis)b. Debu-debu berukuran 3-5 mikron : ditahan saluran nafas bagian tengah (asma bronchitis)c. Debu-debu berukuran 1-3 mikron : akan mengendap di permukaan alveoli paru-paru (pneumokoniosis)d. Debu-debu berukuran 0,1-1 mikron : tidak mudah mengendap jadi hanya hinggap di permukaan alveoli.e. Debu-debu berukuran < 0,1 mikron : tidak hinggap di permukaan alveoli atau selaput lendir, oleh karena gerakan Brown, yang menyebabkan debu bisa keluar masuk alveoli.

Debu-debu yang ikut masuk bersama udara pernafasan yang sampai di alveoli akan mengalami beberapa kemungkinan yaitu :a. Menyusup di permukaan alveoli dan setelah berada dekat batas bronchioli tertangkap oleh cilia, yang lalu dikembalikan kejalan pernafasan tengah dan atas, lalu keluar. Kalau bahan-bahan kimia penyusun debu mudah larut dalam air, maka bahan-bahan itu akan larut dan langsung masuk pembuluh-pembuluh darah kapiler alveoli. Apabila bahan-bahan tersebut tidak mudah larut, tetapi ukurannya kecil, maka partikel-partikel itu dapat memasuki dinding alveoli, lalu kesaluran limfa atau ke ruang peribronchial.b. Debu tersebut ditelan oleh phagocyt, yang biasanya histiocyt atau inti atau sel-sel mesenchym yang tidak berdifferensiasi. Sel-sel phagocyt ini mungkin masuk ke dalam saluran limfa, atau melalui dinding alveoli ke ruang peribronchial, atau ke luar dari tempat itu ke bronchioli lalu oleh rambut-rambut getar dikembalikan ke atas.

3. Jenis-jenis MaskerAlat pelindung diri pernapasan yang digunakan di tempat kerja adalah masker danrespirator. Masker dan respirator memainkan peranan sangat penting dalam perlindungan pekerja dan intinya adalah pekerja harus memahami penggunaannya secara benar. Semua masker dan respirator harus disetujui oleh US National lnstitute for Ocupational Safety and Health (NIOSH). Respirator dibagi menjadi 2 kategori yaitu pemurni udara dan pemasok udara. Respirator biasa digunakan bersama masker, contoh-contoh yang biasa digunakan adalah:a. Masker debu (Half-Face Mask): jenis ini banyak digunakan dengan respirator pemurni udara dan beberapa dengan system pemasok udarab. Masker penuh (Full FaceMask); biasa digunakan dengan pemurni udara dan respirator pemasok udara, menutup seluruh wajah dan memberikan perlindungan lebih menyeluruh dibanding masker lainc. Respirator pemurni udara (Air-PurifyngRespirators), menggunakan filter, catridges atau canister untuk memindahkan partikel, uap air dan/atau gas yang terkandung dalam udara. Jenis respirator ini dilengkapi dengan masker separuh atau penuh wajah atau helm.d. Respirator pemasok udara (Supplied Air Respirators), seperti namanya, memberikan udara bersih dari sumber bebas baik yang dibawa pengguna (self-containing breathing apparatus/ScuBA) atau dihantarkan ke pengguna melalui selang pemasok udara, biasanya juga ditambahkan daya dari baterai.Contoh masker dan respirator yang biasa digunakan di tempat kerja terlihat pada gambar-gambar di bawah ini.

4. Penanganan Bagassosisa. Umumnya bersifat suportif.b. Pemberian kortikosteroid selama serangan akut mempercepat resolusi dan pada periode kronis dapat mengurangi atau menghilangkan gejala.

5. SilikosisSilikosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru.Terdapat 3 jenis silikosis:a. Silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun). Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.b. Silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun).Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat.c. Silikosis akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal.PenyebabSilikosis terjadi pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada:- buruh tambang logam- pekerja pemotong batu dan granit- pekerja pengecoran logam- pembuat tembikar.

Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat pengampelas sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun.

Bila terhirup, serbuk silika masuk ke paru-paru dan sel pembersih (misalnya makrofag) akan mencernanya. Enzim yang dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada paru-paru.Pada awalnya, daerah parut ini hanya merupakan bungkahan bulat yang tipis (silikosis noduler simplek). Akhirnya, mereka bergabung menjadi massa yang besar (silikosis konglomerata).Daerah parut ini tidak dapat mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru-paru menjadi kurang lentur dan penderita mengalami gangguan pernafasan.

GejalaPenderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis).

Silikosis konglomerata bisa menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas.Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat.

Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja.Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal.

Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.

Gejala tambahan yang mungkin ditemukan, terutama pada silikosis akut:- demam- batuk- penurunan berat badan- gangguan pernafasan yang berat.

DiagnosaBiasanya akan ditanyakan secara terperinci mengenai jenis pekerjaan, hobi dan aktivitas lainnya yang kemungkinan besar merupakan sumber pemaparan silika.Pemeriksaan yang dilakukan:- Rontgen dada (terlihat gambaran pola nodul dan jaringan parut)- Tes fungsi paru- Tes PPD (untuk TBC).

PengobatanTidak ada pengobatan khusus untuk silikosis.Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan sumber pemaparan.

Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen.Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah:- membatasi pemaparan terhadap silika- berhenti merokok- menjalani tes kulit untuk TBC secara rutin.

Penderita silikosis memiliki resiko tinggi menderita tuberkulosis (TBC), sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. . Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab TBC.Jika hasilnya positif, diberikan obatAntiTBC.

PencegahanPengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis.Jika debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya dalam industri peledakan), maka pekerja harus memakai peralatan yang memberikan udara bersih atau sungkup

Pekerja yang terpapar silika, harus menjalani foto rontgen dada secara rutin. Untuk pekerja peledak pasir setiap 6 bulan dan untuk pekerja lainnya setiap 2-5 tahun, sehingga penyakit ini dapat diketahui secara dini.Jika foto rontgen menunjukkan silikosis, dianjurkan untuk menghindari pemaparan terhadap silika.

AsbestosisDefinisiAsbestosis adalah fibrosis interstitialis kronis yang menyebar pada parenkim paru akibat menghirup serat asbes. Contoh penyakit paru lain yang berhubungan dengan asbes adalah plak dan kalsifikasi pleura, kanker paru, dan tumor ganas mesotelioma. Penyakit ini mungkin berhubungan dengan asbes, mungkin juga tidak.

Pekerjaan BerisikoDerajat pajanan terhadap asbes yang tinggi dapat timbul pada pembuatan produk berbahan semen asbes, pertambangan, dan pemrosesan serat asbes, pembongkaran gedung dan renovasi bangunan dengan membuang bahan yang terbuat dari asbes, pekerjaan isolasi seperti pelapisan ketel uap, penggantian isolasi tungku pembakaran, dsb. Pekerja lain yang terpajan termasuk montir yang mengganti minyak rem, pekerja yang membuat gasket asbes, pekerja perbaikan dan pemeliharaan di galangan kapal, kilang minyak, stasiun tenaga listrik, dan pekerja bangunan.

Gambaran KlinisPasien dengan asbestosis biasanya datang dengan napas pendek saat beraktivitas dan batuk.Temuan klinis termasuk dispnoe, krepitasi pada basal paru, dan jari tabuh. Pemeriksaan rontgen paru menunjukkan fibrosis interstitialis yang luas, dibuktikan dengan adanya bayangan opak bergaris-garis pada lapang paru bagian tengah dan basal di kedua sisi paru. Kemungkinan terdapat plak pleura. Fungsi paru menunjukkan gambaran hambatan dan DLCO berkurang.

Flak pleura yang berhubungan dengan pajanan terhadap ashes ditemukan terutama pada pleura parietalis. Kalsifikasi, bila ada, mungkin berhubungan dengan lama terjadinva lesi. Plak tersebut dapat mengelompok atau menyebar. Kebanvakan bukti memberi kesan bahwa bila tidak ada asbestosis atau penebalan yang meluas, tidak ada hubungan antara plak pleura yang terisolasi dengan perburukan hambatan yang bermakna. Penda pat bahwa pasien dengan penebalan pleura yang luas mempunvai volume paru yang berkurang dan beberapa bukti adanva hambatan pernapasan, dapat diterima. Penebalan pleura yang luas dapat dibedakan dengan penebalan pleura yang terbatas dengan hilangnya sudut kostofrenikus pada pemeriksaan rontgen paru. Tampaknya tidak ada hubungan langsung antara plak pleura dengan berkembangnya mesotelioma.

Gangguan fungsi saluran napas kecil (SAD) mungkin dihubungkan dengan pajanan terhadap asbes. Terperangkapnya udara akibat SAD dapat menjelaskan terjadinya beberapa pengurangan kapasistas vital pada pekerja yang terpajan asbes dengan rasio FEVWFVC normal.

Perkembangan kanker bronkus pada pekerja yang terpajan asbes tampaknya berhubungan dengan dosis pajanan. Hal ini dihubungkan dengan berbagai jenis serat asbes, misalnva chrysotile, anthophylite, crocidolite, dan amosite. Terdapat peningkatan risiko kanker paru yang bermakna pada pekerja asbes yang merokok yang memberi kesan adanva efek sinergi. Kanker tersebut terutama jenis sel skuamosa atau adenokarsinoma. Asbestosis dan kanker paru sering timbul bersamaan karena keduanya berhubungan dengan dosis pajanan.

Pajanan asbes pada tempat kerja memegang peranan sebanyak 85% kasus mesotelioma ganas. Umumnya, dapat diterima bahwa pajanan terhadap crocidolite memberikan risiko yang jauh lebih besar dibandingkan pajanan terhadap chrysotile. Risiko ini tampaknya tidak berhubungan dengan kadar asbes yang terhirup karena risiko ini dapat ditemukan pada subjek dengan atau tanpa asbestosis seperti halnya pada orang yang hanya terpajan dari lingkungan saja dan tidak terpajan dari pekerjaan. Periode laten rata-rata sekitar 35 hingga 40 tahun. Asbes dapat menyebabkan mesotelioma pada pleura maupun pada peritoneum. Keluhan yang dialami pasien dengan mesotelioma pada pleura adalah nyeri dada dan sesak napas. Napas yang pendek bersifat progresif dan berhubungan dengan desakan tumor pada paru atau efusi pleura. Pasien dengan mesotelioma pada peritoneum dating dengan keluhan nyeri abdomen luas, pembengkakan, dan berat bahan yang menurun.

DiagnosisGambaran klinis, gambaran rontgen paru, dan riwayat pajanan terhadap asbes sebelumnya akan mengarahkan penegakan diagnosis asbestosis atau penyakit lain yang berhubungan dengan asbes. Biopsi diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis penyakit ganas. Kadang, sukar membeciakan mesotelioma ganas dan metastase adenokarsinoma pada gambaran histologi. Riwayat adanya pajanan terhadap asbes harus selalu dicari untuk semua kasus efusi pleura. Adanya butiran asbes dalam sputum atau jaringan paru menunjukkan adanya pajanan namun bukan penyakit akibat asbes.

TatalaksanaAsbestosis, seperti halnya silikosis, dapat berkembang walaupun sudah disingkirkan dari pajanan. Pengobatan bersifat simtomatis. Tindakan pencegahan dimulai dari tindakan substitusi asbes menggunakan bahan lain, penutupan lokasi pengolahan, pemasangan ventilasi lokal, dan proteksi respirasi. Pasien yang terpajan disarankan untuk berhenti merokok untuk memperkecil efek gabungan terhadap paru dan risiko kanker paru.