Upload
ramadhiannugraha
View
63
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan asuransi sebagai lembaga keuangan bergerak di bidang
penjualan jasa-jasa pertanggungan mempunyai peranan penting dalam usaha
pengumpulan dana masyarakat serta mendukung kesinambungan pembangunan
nasional dalam negeri, dalam arti memperkecil resiko yang dapat menghambat
jalannya pembangunan. Di samping sebagai alat yang menghimpun dana
pembangunan, usaha perasuransian itu dapat juga dilihat manfaatnya sebagai
salah satu alat yang memberikan jaminan bagi kelangsungan usaha-usaha besar
yang suatu ketika mengalami kerugian sebagai akibat dari suatu peristiwa yang
menimpa perusahaan atau orang tersebut. Banyak orang dan perusahaan
khawatir dengan ketidakpastian kondisi perekonomian pada tahun-tahun
mendatang, salah satunya adalah kemungkinan melemahnya pertumbuhan
ekonomi yang biasanya berujung pada pengurangan karyawan di banyak
perusahaan. Belum lagi jika memperhitungkan dampak memburuknya kondisi
perekonomian yang bisa mengakibatkan menurunnya kemampuan financial
seseorang. Di tengah kekhawatiran ini, orang akan mengandalkan asuransi untuk
melindungi perusahaan dan anggota keluarga mereka dari kerugian.
Djojosoedarso (2000: 72) menyatakan bahwa asuransi adalah persetujuan
dengan mana satu pihak penanggung mengikatkan diri terhadap orang lain atau
tertanggung untuk mengganti kerugian yang dapat diderita oleh tertanggung
1
karena terjadinya sesuatu peristiwa yang telah di tunjuk dan yang belum tentu
serta kebetulan, dengan mana pula tertanggung berjanji untuk membayar premi.
Peran penting asuransi adalah pembayaran klaimnya. Pembayaran klaim akan
menolong seseorang yang dalam merencanakan keuangan di masa yang akan
datang diantaranya terutama mengenai pendidikan anggota keluarga.
Mangkunegara (2003: 23) menyatakan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu
proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir,
yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan
teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Pendidikan merupakan hal yang fundamental
untuk membentuk kemampuan manusia untuk menganalisa serta pengambilan
keputusan yang baik dan lebih bermanfaat terutama dalam pelaksanaan
pembangunan yang seutuhnya. Tingkat Pendidikan merupakan indikator utama
dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap
teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan
serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2010: 34).
Pendidikan itu tidak mengenal usia, hal ini dapat diketahui sekarang ini
bahwa setiap orang berusaha untuk meningkatkan kemampuannya baik secara
formal atau non formal, dengan tujuan agar mampu bersaing untuk mengatasi
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Karena pendidikan merupakan
bagian yang terutama bagi setiap orang, maka diharapkan kepada setiap orang tua
dalam membiayai pendidikan anaknya yang relatif mahal, harus membuat
perencanaan yang matang dengan menggunakan fasilitas yang ada pada
perusahaan yang mendukung terhadap perkembangan pendidikan, seperti
2
perusahaan asuransi, karena setiap orang tua tentunya menginginkan masa depan
yang lebih baik bagi anaknya agar mampu bersaing di masa mendatang. Resiko
kegagalan dalam pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diantisipasi
oleh perusahaan perasuransian karena asuransi sangat erat hubungannya dengan
jaminan pelaksanaan pendidikan, karena asuransi berfungsi untuk memberikan
perlindungan dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesulitan
pembiayaan dalam pendidikan di mana untuk peningkatan pendidikan akan
membutuhkan pembiayaan yang relatif mahal. Dengan demikian untuk mengatasi
pembiayaan dalam kelangsungan pendidikan, maka seharusnya para orang tua
harus menjadi nasabah asuransi pendidikan.
Untuk mencapai pendidikan yang lebih baik diharapkan kepada para
orang tua agar dapat merencanakan pembiayaan untuk keperluan pendidikan sejak
dini supaya kelangsungan pendidikan tidak terganggu oleh kekurangan biaya
pendidikan. Dengan mengikuti asuransi pendidikan ini, diharapkan dapat
mengatasi kekurangan biaya yang dibutuhkan untuk pendidikan ke tahap yang
lebih tinggi. Asuransi pendidikan merupakan bagian dari asuransi jiwa yang
mempertanggungkan jaminan pendidikan terhadap nasabah yang
dipertanggungkan. PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 adalah
perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi yang salah satu produknya
adalah asuransi beasiswa berencana. Program asuransi ini menjamin biaya
pendidikan untuk anak, mulai Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi,
dengan jaminan proteksi sebesar 100% Uang Pertanggungan sebagai warisan
3
untuk orang yang dicintai apabila orang tua sekaligus tertanggung ditakdirkan
meninggal dunia.
Asuransi pendidikan mengajak masyarakat untuk mewujudkan masa
depan anak melalui kepastian atas jaminan terhadap pendidikan. Fenomena yang
ada menunjukkan bawa masih banyak anak yang putus sekolah akibat kekurangan
biaya yang seharusnya dapat diatasi dengan memanfaatkan fasilitas yang
disediakan oleh lembaga perasuransian. Potensi asuransi pendidikan sangat besar
manfaatnya terhadap masyarakat, khususnya untuk meningkatkan kapasitas
pendidikan masyarakat, di mana salah satu indikator utama pembangunan adalah
tingkat pendidikan yang telah dimiliki oleh masyarakat. Semakin tinggi
pendidikan masyarakat maka kegiatan pelaksanaan pembangunan akan semakin
bagus. Jadi peranan pendidikan dalam pembangunan sangat penting, oleh karena
itu dukungan dan upaya agar pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik adalah
melalui asuransi pendidikan. Wijaya (1998: 99) secara umum dilihat dari
pemintaan secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan antara
lain :
1. Selera atau preferensi konsumen.
2. Banyaknya konsumen.
3. Pendapatan konsumen.
4. Harga.
5. Ekspektasi atau Ramalan Mengenai Masa Datang.
4
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (2005: 143 - 145) ada tiga faktor
yang mempengaruhi permintaan konsumen, antara lain:
1. Pengaruh Individu, dibagi menjadi lima kategori, yaitu:
a. Sumber daya yang dimiliki konsumen.
b. Pengetahuan atau pendidikan.
c. Sikap.
d. Motivasi.
e. Personality.
2. Pengaruh lingkungan yang mencakup :
a. Budaya.
b. Kelas sosial.
c. Pengaruh personal.
d. Keluarga.
e. Situasi
3. Pengaruh psikologi
Gambaran umum potensi asuransi pendidikan di Sumsel dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
5
Tabel 1Perkembangan Jumlah Nasabah dan Pendapatan
Asuransi Pendidikan Mitra BerencanaSumsel
JumlahPotensi
2007 2008 2009 2010
Jumlah Nasabah 560.245 565.763 584.922 600.152Jumlah Penduduk Usia >5 th ke atas
3.207.245 4.210.800 4.782.300 4.872.900
Jumlah Keluarga 409.595 413.629 427.636 438.771
Pendapatan Premi (Rp Juta)
1.008.000 1.042.441 1.077.742 1.105.804
Asuransi Pendidikan(Rp Juta)
342.720.000.000
445.122.530.655 462.243.872.689
416.224.876.407
Sumber : AJB Bumiputera dan Data Statistik Indonesia
Berdasarkan tabel 1.1 di atas diketahui bahwa potensi jumlah penduduk
usia sekolah yang cukup banyak belum dimanfaatkan secara optimal oleh
perusahaan asuransi yang jumlahnya cukup banyak, jadi persentase penduduk
yang masuk ke dalam asuransi pendidikan belum banyak dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang ada. Dari tahun 2007 sampai 2010 secara kuantiítas jumlah
nasabah asuransi pendidikan naik, tetapi secara potensial Turun. Jumlah premi
dari tahun 2007 sampai 2010 yang diperoleh oleh AJB Bumiputera selalu
mengalami peningkatan.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa asuransi pendidikan memiliki potensi
pengembangan cukup besar dengan adanya kebutuhan masyarakat dan dukungan
kebijakan pengembangan yang kuat. Oleh karena itu penulis mengambil judul:
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN ASURANSI PENDIDIKAN PADA ASURANSI JIWA
BERSAMA BUMIPUTERA 1912 SUMATERA SELATAN ”.
1.2. Perumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah pendapatan, usia, jumlah keluarga, pendidikan dan besarnya premi
berpengaruh secara simultan terhadap permintaan asuransi pendidikan di
Sumatera Selatan ?
2. Apakah pendapatan, usia, jumlah keluarga, pendidikan dan besarnya premi
berpengaruh secara parsial terhadap permintaan asuransi pendidikan di
Sumatera Selatan?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui manfaat suatu kegiatan, maka kegiatan tersebut harus
mempunyai tujuan yang jelas. Demikian juga dalam suatu penelitian harus
mempunyai arah dan tujuan yang jelas, dalam penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan, usia, jumlah keluarga,
pendidikan dan besarnya premi secara simultan terhadap permintaan
asuransi pendidikan di Sumatera Selatan.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan, usia, jumlah keluarga,
pendidikan dan besarnya premi secara parsial terhadap permintaan
asuransi pendidikan di Sumatera Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian
7
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh ke dalam praktek di lapangan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan asuransi
pendidikan.
2. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi
perusahaan asuransi khususnya asuransi pendidikan untuk bahan
perencanaan dalam pengambilan keputusan asuransi.
3. Penelitian Selanjutnya
Dapat memberikan alternatif dan referensi bagi peneliti yang akan
datang.
BAB II
8
LANDASAN TEORI
2.1. Fungsi dan Peranan Asuransi
Salah satu penanggulangan resiko melalui pembiayaan adalah dengan
mengasuransikan suatu resiko kepada perusahaan asuransi. Cara ini dianggap
sebagai metode yang efektif dalam upaya penanggulangan resiko yang
diakibatkan oleh ketidakpastian dalam suatu perencanaan. Dalam bahasa Belanda
kata asuransi disebut ”Assurantie” yang terdiri dari kata ”Assurandeur” yang
berarti penanggung dan ”Geassurreerde” yang berarti tertanggung. Kemudian
dalam bahasa Prancis disebut ”Assurance” yang berarti menanggung sesuatu
yang pasti terjadi. Sedangkan dalam bahasa Latin disebut ”Assecurare” yang
berarti meyakinkan orang. Selanjutnya bahasa Inggris kata asuransi berarti
”Insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin terjadi dan
”Assurance” yang berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Sesuai dengan
arti - arti kata tersebut, usaha asuransi merupakan usaha pertanggungan /
pengalihan resiko. Dengan adanya usaha ini orang dapat mengalihkan
pertanggungan yang sedapat mungkin memperkecil resiko atas peristiwa yang
mungkin akan dialami kepada perusahaan asuransi , dengan cara memberikan
jaminan dan ganti rugi atas peristiwa tersebut.
Di Indonesia pengertian Asuransi menurut Undang-undang Nomor 1
Tahun 1992 Tentang usaha asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
9
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung yang mungkin timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atu hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan. Molengraaff memberi pengertian tentang
asuransi yang dikutip oleh Soeisno Djojosoedarso (2000: 72) asuransi kerugian
adalah persetujuan dengan mana satu pihak penanggung mengikatkan diri
terhadap orang lain atau tertanggung untuk mengganti kerugian yang dapat
diderita oleh tertanggung karena terjadinya sesuatu peristiwa yang telah di tunjuk
dan yang belum tentu serta kebetulan, dengan mana pula tertanggung berjanji
untuk membayar premi.
Asuransi menurut Simorangkir (2000: 175) yaitu suatu kemauan untuk
menetapkan kerugian-kerugian kecil ( sedikit ) yang pasti sebagai pengganti
( substitusi ) kerugian-kerugian besar yang belum pasti.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa ada empat unsur
yang terlibat dalam asuransi yaitu :
1. Penanggung atau insurer adalah yang
memberikan proteksi.
2. Tertanggung atau insured adalah si
penerima proteksi.
3. Peristiwa atau accident yang tidak
diduga atau tidak diketahui sebelumnya atau peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian oleh peristiwa itu.
10
4. Kepentingan atau interest yang
diasuransikan yang mungkin akan mengalami kerugian disebabkan oleh
peristiwa tersebut.
Dari pengertian – pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang
bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa yang sekarang agar bisa
menghadapi kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang.
2.2. Manfaat Asuransi
Asuransi sangat memberikan manfaat / fungsi bagi kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dan negara. Selain itu manfaat asuransi bagi kehidupan
sosial dan dalam memproduktifkan kegiatan ekonomi menurut Simorangkir
(2000: 38) adalah sebagai berikut :
1. Memberikan rasa aman .
Salah satu yang mendorong lahirnya asuransi adalah dorongan naluriah
yang ada pada diri setiap orang, yaitu keinginan akan rasa aman. Hal mana
dalam aspek psikologis mungkin diwujudkan dalam bentuk sikap atau
mungkin pula menimbulkan sikap baru, karena mereka menghendaki
adanya alat pemenuhan terhadap keinginannya (rasa aman).
2. Mengeleminir Ketergantungan
Perkembangan yang tidak menguntungkan mungkin akan dialami oleh
seseorang yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi atau keuangan
yang dialami oleh orang lain, kepada siapa orang yang bersangkutan
tersebut bergantung.
3. Kontribusi Terhadap Pendidikan
11
Perusahaan asuransi jiwa telah jauh memberikan perhatian khusus dalam
masalah penyediaan dana bagi kelangsungan pendidikan anak-anak setelah
orang tua yang bertanggung jawab membiayainya meninggal dunia /
menurun kemampuannya.
4. Kontribusi Terhadap Lembaga Sosial
Sebagian besar kebutuhan dana operasional lembaga-lembaga sosial
menggantungkan dari sumbangan para donatur. Dalam kondisi
perekonomian yang penuh dengan ketidakpastian, mungkin akan
mengakibatkan timbulnya keragu-raguan bagi para donatur untuk tetap
memberikan sumbangan karena ketakutan akan kehilangan harta kekayaan
atau tidak terjamin hari tuanya.
5. Stimulasi Menabung
Secara sempit dapat dikatakan bahwa asuransi berhubungan dengan
masalah ganti rugi, tetapi mengingat dalam asuransi jiwa telah
ditambahkan klausul dimana unsur penabungan lebih ditonjolkan, maka
unsur ini tidak dapat diabaikan begitu saja dalam membahas peranan
asuransi. Disamping itu juga telah mulai diperkenalkan penggabungan /
pengkombinasian program asuransi dengan tabungan.
6. Menyediakan Dana Yang Dibutuhkan Untuk Investasi
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi telah
berkembang sedemikian rupa, sehingga memegang peranan yang cukup
penting dalam menyediakan dana yang dibutuhkan dalam berbagai
kegiatan maupun perkembangan ekonomi. Disamping itu, individu yang
12
tidak bersedia atau tidak mampu menangani sendiri pemanfaatan dana
yang dimilikinya, ia dapat memanfaatkan dana tersebut dengan cara
menyalurkan dananya dengan ikut serta dalam program asuransi, yang
selanjutnya dana-dana tersebut oleh perusahaan asuransi disalurkan
kedalam berbagai bentuk proyek investasi.
7. Melengkapi Persyaratan Kredit
Apabila seseorang / pengusaha tertentu membutuhkan dana dari bank,
maka biasanya kreditur akan mensyaratkan adanya asuransi bagi barang-
barang yang dipakai bagi jaminan atau ada asuransi untuk kreditnya itu
sendiri.
8. Mempercepat Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kontrak-kontrak dalam asuransi umum/ kerugian biasanya mensyaratkan
agar premi dibayar dimuka dan dana tersebut menjadi milik perusahaan
asuransi. Dalam perjalanan hidupnya perusahaan-perusahaan asuransi
tidak mampu mengakumulir dana dalam jumlah yang tidak kecil, dana
yang berhasil dikumpulkan tersebut biasanya ditanamkan dalam berbagai
bidang usaha, baik mendapatkan sumber biaya untuk pengoperasian
kegiatan asuransi maupun untuk menambah pendapatan.
9. Mengurangi Biaya Modal
Dalam rangka untuk dapat menarik modal untuk membiayai bidang –
bidang usaha yang beresiko besar, maka tingkat pendapatan / bunga yang
akan diberikan kepada pemilik modal harus tinggi pula.
10. Menjamin Kestabilan Organisasi atau Perusahaan
13
Apabila suatu perusahaan mengikutsertakan karyawannya dalam program
asuransi, maka akan membawa dampak psikologis yang sangat berarti bagi
karyawannya, yang selanjutnya akan berdampak positif terhadap perilaku
mereka yang akan menguntungkan bagi perusahaan terutama yang
berkaitan dengan masalah pengelolaan SDM dan pencapaian efisiensi atau
efektivitas kerja mereka.
11. Mendorong Usaha Pencegahan
Perusahaan asuransi melakukan usaha-usaha yang sifatnya mendorong
perusahaan atau individu yang menjadi tertanggung, untuk meningkatkan
upaya – upaya pencegahan atau melindungi diri dari bahaya yang dapat
menimbulkan kerugian.
12. Membantu Upaya Peningkatan Konservasi Kesehatan
Usaha lain yang dilakukan untuk menghindari atau memperkecil penyebab
timbulnya kerugian adalah kampanye – kampanye yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi jiwa kepada pada masyarakat umumnya, yang
berkaitan dengan upaya pencegahan kematian atau pemeliharaan
kesehatan.
13. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk
memperoleh kredit.
14. Alat Penyebaran Resiko
Resiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga
pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang
didasarkan atas nilai pertanggungan.
14
2.3. Produk Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
2.3.1. Asuransi Perorangan
Produk asuransi perorangan yang ditawarkan oleh Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera yaitu :
a. Mitra Beasiswa
Asuransi jiwa yang memberikan proteksi biaya pendidikan bagi putra-putri
tercinta mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, baik
tertanggung masih hidup maupun meninggal asalkan premi dibayar lancar.
b. Mitra Permata
Asuransi yang menggabungkan unsur tabungan dan proteksi meninggal dunia.
Anda yang menentukan besarnya warisan untuk orang yang anda cintai.
Dengan system pembayaran premi tunggal yang anda tentukan sendiri
besarnya. Untuk meningkatkan nilai proteksi, anda leluasa menambah premi.
Anda juga yang menentukan pengambilan manfaat asuransi.
c. Ekawaktu Ideal
Program asuransi ini dirancang untuk penanggulangan resiko keuangan
sebagai akibat meninggalnya tertanggung dan untuk penyediaan dana
tabungan berupa pengembalian premi.
d. Mitra Oetama
15
Asuransi jiwa ini dirancang untuk proteksi, disamping berfungsi sebagai
tabungan sekaligus memberikan biaya rawat inap di rumah sakit. Dengan
pembayaran premi tunggal yang fleksibel, anda leluasa menambah premi
sesuai keinginan. Anda pula yang menentukan besarnya warisan untuk orang
yang anda cintai.
e. Mitra Poesaka
Asuransi jiwa yang merupakan gabungan unsur tabungan dan proteksi
meninggal dunia. Anda yang menentukan besarnya warisan untuk orang yang
anda cintai. Dengan sistem pembayaran premi tunggal yang anda tentukan
sendiri besarnya. Untuk meningkatkan nilai proteksi anda leluasa menambah
premi.
f. Mitra Abadi
Asuransi jiwa yang memproteksi tertanggung seumur hidup, menyediakan
warisan untuk orang yang anda cintai, serta tentu saja menyediakan dana di
hari tua jika tertanggung mencapai usia 99 tahun.
g. Mitra Prima
Asuransi yang memproteksi diri tertanggung selama masa asuransi.
Menyertakan unsur tabungan karena di akhir masa asuransi pemegang polis
akan menerima manfaat asuransi.
h. Mitra Sejati
Asuransi yang memberikan proteksi khusus selama masa asuransi, premi yang
jauh lebih rendah dibanding manfaat asuransi yang akan diterima ahli waris
jika tertangung meninggal dunia
16
2.3.2. Asuransi Kumpulan
Produk asuransi kumpulan yang ditawarkan oleh Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera yaitu :
1. Asuransi Kredit
Asuransi kredit kumpulan adalah asuransi kumpulan untuk para debitur dari
suatu lembaga keuangan ( kreditur ), terdiri dari :
a. Asuransi Kredit Ekawaktu
Benefit berupa pelunasan pinjaman awal kepada kreditur apabila peserta
meninggal dunia.
b. Asuransi Kredit Cicilan /
Tahunan Benefit berupa pelunasan sisa pinjaman kepada kreditur apabila
peserta meninggal dunia.
c. Asuransi Kredit Annuitas
2. Asuransi Ekawarsa
Bersifat non saving, masa asuransi 1 tahun, memberikan benefit berupa uang
pertanggungan kepada pemegang polis apabila peserta meninggal dunia.
3. Asuransi Ekawaktu
Bersifat non saving, masa asuransi sesuai kebutuhan ( bisa lebih atau kurang
dari 1 tahun), memberikan benefit berupa uang pertanggungan kepada
pemegang polis apabila peserta meninggal dunia.
17
4. Asuransi Kecelakaan
Memberikan benefit kepada peserta melalui pemegang polis akibat terjadinya
risiko kecelakaan pada diri peserta dalam masa asuransi.
5. Asuransi Rawat Inap Dan Pembedahan
Memberikan benefit kepada peserta berupa penggantian biaya rawat inap dan
atau pembedahan di rumah sakit dalam masa asuransi karena suatu penyakit
atau kecelakaan. Jangka waktu asuransi ini berlaku 1 tahun dan dapat
diperpanjang. Macam penggantian rawat inap dan pembedahan dalam
program ini disajikan dalam 2 paket yaitu paket basic dan paket lengkap.
6. Asuransi Program Kesejahteraan Karyawan
Program asuransi jiwa ini dirancang dengan memberikan benefit bagi peserta/
karyawan mengalami cacat total / tidak mampu bekerja sehingga tidak dapat
menjalankan fungsinya / tugasnya lagi atau peserta / karyawan meninggal
dunia.
7. Asuransi Iuran Dana Mantap (IDAMAN)
Program asuransi jiwa ini memberikan benefit / manfaat berupa proteksi jika
terjadi resiko sebesar uang pertanggungan dan nilai tunai. Dan jika peserta
berhenti dari kepesertaannya akan dibayarkan sebesar nilai tunai.
8. Asuransi Rakyat Indonesia ( ASRI )
Program asuransi jiwa ini dirancang untuk seluruh anggota keluarga dengan
memberikan santunan sebesar uang pertanggungan jika ada anggota keluarga
18
yang menjadi peserta / tertanggung meninggal dunia atau mengalami cacat
tetap karena kecelakaan.
2.3.3. Asuransi Syariah
Produk asuransi syariah yang ditawarkan oleh Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera yaitu:
1. Asuransi Jiwa Mitra Mabrur
Asuransi yang merupakan gabungan antara unsur tabungan dan tolong
menolong dalam menanggulangi musibah kematian.
2. Asuransi Jiwa Mitra Iqra'
Asuransi yang memberikan dana pendidikan untuk anak, merupakan
gabungan antara tabungan dan tolong menolong dalam menanggulangi
musibah kematian.
3. Asuransi Jiwa Mitra Sakinah
Asuransi yang merupakan gabungan antara unsur tabungan dan tolong
menolong dalam menanggulangi musibah kematian, dengan masa pembayaran
premi 3 (tiga) tahun lebih pendek dari masa asuransinya.
2.4. Layanan Asuransi Bumiputera
2.4.1. Mekanisme Pembayaran Premi
Pembayaran Premi
19
a. Premi dari asuransi ini adalah premi tahunan dan dengan persetujuan
Bumiputera dapat diangsur secara triwulanan, setengah tahunan, premi
tunggal atau premi sekaligus berdasarkan premi tahunan.
b. Premi sekaligus berdasarkan Premi Tahunan adalah premi yang dibayar
berdasarkan Premi Tahunan yang akan diperhitungkan untuk membayar
Premi Tahunan pada saat jatuh tempo.
Penghentian Pembayaran Premi
a. Manfaat asuransi tidak berlaku apabila pembayaran premi dihentikan atau
tunggakan premi tidak dilunasi dalam masa leluasa.
b. Apabila pembayaran premi dihentikan atau tunggakan premi tidak dilunasi
dalam masa leluasa sedangkan polis telah mempunyai Nilai Tunai, maka
polis akan menjadi Polis Bebas Premi dengan jumlah Uang Pertanggungan
yang ditentukan oleh Bumiputera dan disebut Uang Pertanggungan Bebas
Premi.
c. Uang Pertanggungan Bebas Premi akan dibayarkan pada saat Tertanggung
meninggal dunia atau pada akhir masa asuransi.
Masa Leluasa
Masa leluasa pembayaran premi adalah 30 (tiga puluh hari) terhitung
sejak tanggal jatuh tempo, atau 1 (satu) bulan kalender.
2.4.2. Mekanisme Klaim
Tata Cara Pengajuan Klaim
1. Secara Umum
20
Klaim adalah suatu tuntutan atas suatu hak, yang timbul karena persyaratan
dalam perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi.
2. Secara Khusus
Klaim Asuransi Jiwa adalah suatu tuntutan dari pihak pemegang polis/ yang
ditunjuk kepada pihak Asuransi, atas sejumlah pembayaran Uang
Pertanggungan (UP) atau Nilai Tunai yang timbul karena syarat-syarat dalam
perjanjian asuransinya telah dipenuhi.
2.4.3.Penyebab Terjadinya Klaim
1. Tertanggung meninggal dunia
2. Tertanggung mendapat kecelakaan
3. Pemegang polis menghentikan pembayaran preminya dan memutuskan
perjanjian asuransinya pada saat polisnya sudah mempunyai nilai tunai.
4. Perjanjian asuransi sudah berakhir sesuai dengan jangka waktu yang tercantum
dalam polis dan kewajiban pemegang polis telah terpenuhi atau polis dalam
keadaan lapse tetapi telah mempunyai nilai tunai (habis kontrak bebas premi)
5. Tertanggung karena suatu penyakit perlu diopname atau rawat jalan.
2.4.4.Macam-Macam Klaim
1. Klaim Meninggal Dunia, timbul jika tertanggung atau peserta yang
tercantum dalam polis meninggal dunia, sedang polisnya dalam keadaan
berlaku.
21
2. Klaim Penebusan, timbul jika polis sudah mempunyai nilai tunai, sedang
pemegang polis memutuskan perjanjian asuransinya.
3. Klaim Habis Kontrak, timbul jika jangka waktu perjanjian asuransi sudah
berakhir, sedang polisnya dalam keadaan inforce (premi telah dibayar
sampai jangka waktu kontrak).
4. Klaim Kecelakaan, timbul akibat peserta mendapatkan kecelakaan dan
polisnya masih inforce.
5. Klaim (Asuransi Rawat Inap dan Pembedahan) + Rawat jalan, timbul
akibat peserta menderita suatu penyakit dan perlu diopname atau cukup
hanya dengan rawat jalan saja.
2.4.5. Mekanisme Pinjaman Polis Asuransi Perorangan
1. Syarat Fisik
a. Polis masih berlaku, telah mempunyai Nilai Tunai polis dapat
dijadikan jaminan pinjaman.
b. Pemegang polis menyerahkan:
1. Polis asli atau duplikatnya.
2. Fotocopy KTP/SIM (2 lembar) dan memperlihatkan aslinya.
3. Fotocopy kuitansi premi terakhir (2 lembar) dan membawa aslinya.
4. Mengisi / menandatangani surat permintaan peminjaman polis
(disediakan Bumiputera).
2. Syarat-Syarat Perjanjian
a. Mata uang pinjaman polis sama dengan mata uang polis jaminan.
b. Besarnya pinjaman 60% dari Nilai Tunai.
22
1. Nilai Tunai dihitung berdasar umur polis.
2. Umur polis dihitung berdasar banyaknya jumlah pembayaran
premi, maksimum sampai dengan saat perhitungan Nilai Tunai.
3. Suku bunga ditentukan oleh perusahaan Pembayaran / pemungutan
bunga pinjaman.
4. Didahulukan daripada angsurannya.
5. Tidak dapat dikurangi atau dibebaskan jika karena suatu hal Agen
berhalangan melayani penagihan atau pembayaran angsuran
pinjaman polis dan bunga.
6. Jika pada saat terjadi pembayaran santunan atau Nilai Tunai masih
terdapat sisa pinjaman polis, maka sisa pinjaman beserta bunganya
akan dikurangkan dari pembayaran tersebut.
7. Jika karena pemegang polis gagal membayar angsuran dan atau
bunga pinjaman menyebabkan pinjaman plus bunga terutang
menjadi sama atau lebih besar dibanding Nilai Tunai maka polis
jaminan menjadi batal. Jika polis batal, Bumiputera berhak
melakukan kompensasi atas pinjaman polis dan bunga.
8. Jika polis jaminan telah habis kontrak lewat 3 (tiga) bulan belum
diurus oleh pemegang polis atau pihak yang berhak, Bumiputera
dapat melakukan penyelesaian polis jaminan habis kontrak.
2.5. Teori Permintaan
2.5.1. Pengertian Permintaan
23
Pada dasarnya permintaan adalah keinginan yang disertai dengan
kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi,
2005). Sedangkan menurut Gaspersz, permintaan (demand) dapat didefinisikan
sebagai kuantitas barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen
selama periode waktu tertentu berdasarkan kondisi-kondisi tertentu (Gaspersz:
2010).
Faried Wijaya (2004: 93) mendefinisikan permintaan sebagai skedul,
kurva atau fungsi yang menunjukkan berbagai jumlah suatu produk yang dibeli
konsumen pada berbagai tingkat harga dalam periode waktu tertentu. Definisi
permintaan yang lain yaitu berbagai kombinasi harga dan jumlah yang
menunjukkan jumlah sesuatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen
pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu (Nopirin, 2004: 32).
Jadi secara umum pengertian permintaan dapat disimpulkan sebagai
kombinasi berbagai jenis barang yang akan dibeli konsumen pada berbagai tingkat
harga tertentu. Dalam teori permintaan, harga merupakan analisis pokok mengenai
besar kecilnya jumlah permintaan konsumen.
Menurut Sugiarto (2002: 34) teori permintaan menerangkan sifat dari
permintaan pembeli pada suatu komoditas (barang dan jasa), dan juga
menerangkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dan harga, serta
pembentukan kurva permintaan. Secara pokok, perubahan harga memiliki
pengaruh langsung terhadap perubahan permintaan. Setelah harga dianalisis,
kemudian akan dianalisis bagaimana pengaruh faktor-faktor lain terhadap
24
permintaan barang itu. Faktor yang dimaksud antara lain selera, jumlah penduduk,
dan ekspektasi atau ramalan keadaan dimasa yang akan datang.
Sadono (2006: 76) menyatakan bahwa teori permintaan adalah teori yang
menerangkan tentang ciri hubungan diantara jumlah permintaan dan harga.
2.5.2. Fungsi dan Hukum Permintaan
1. Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan konsumen pada umumnya memberikan jumlah
barang yang akan dibeli konsumen sebagai fungsi dari harga-harga barang dan
pendapatannya. Dua sifat penting pada fungsi permintaan (Iswardono, 2001: 38 -
39) antara lain:
1) Permintaan untuk setiap barang adalah fungsi yang tunggal dari harga dan
pendapatannya.
2) Fungsi permintaan adalah homogen pada derajat nol dalam harga dan
pendapatannya. Jika seluruh harga dan pendapatan berubah dalam proporsi
yang sama, jumlah barang yang diminta akan tidak berubah.
Permintaan suatu barang dapat dipengaruhi oleh banyak variabel.
Pemikiran baru yang lebih umum ini dikemukakan oleh Leon Walraf yang konsep
pemikirannya dirumuskan dalam fungsi permintaan sebagai berikut (Sudarsono,
2001: 9):
( , , , , ) 1 2 Qd f P P P Y E X X Xn =
Dimana:
PX1 = harga barang yang bersangkutan
PX2 = harga barang substitusi
25
PXn = harga barang komplementer
Y = pendapatan konsumen yang siap dibelanjakan
E = selera atau faktor lain yang tidak diamati
Secara umum perubahan harga pada tingkat tertentu mengakibatkan
perubahan jumlah barang yang diminati pada tingkat tertentu. Perubahan
semacam ini menimbulkan 2 (dua) efek:
1) Efek Pengganti (Substitution Effect), suatu efek dimana konsumen
mengganti barang semula dengan barangbarang lain jika harga barang
semula berubah.
2) Efek Pendapatan (Income Effect), suatu efek dimana reaksi konsumen
terhadap pembelian barang berubah dengan perubahan pendapatan,
dimana harga-harga tetap sama.
2. Hukum Permintaan
Hukum permintaan menerangkan sifat hubungan antara permintaan suatu
barang dengan harganya. Menurut Boediono (1992: 17), hukum permintaan
merupakan penjelasan konsumen yang paling sederhana. Boediono menuturkan
bahwa apabila harga sesuatu barang naik maka ceteris paribus jumlah yang
diminta akan turun, begitu pula sebaliknya. Ceteris paribus yang dimaksud disini
bahwa semua faktor-faktor lain yang diminta dianggap tetap atau tidak berubah.
Mankiw (2000: 77) menyatakan bahwa hukum permintaan merupakan
pernyataan dengan menganggap hal lainnya sama atau konstan, dimana kuantitas
yang diminta menurun ketika harga suatu barang meningkat. Faried Wijaya
(1998: 96) menuturkan bahwa dalam hukum permintaan terdapat hubungan yang
26
terbalik antara barang dan jumlah barang yang diminta. Konsumen akan membeli
dalam kuantitas yang lebih banyak pada harga yang lebih rendah.
2.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Dalam teori ekonomi, permintaan suatu komoditas terutama dipengaruhi
oleh harga komoditas itu sendiri dengan asumsi faktor-faktor yang lain tidak
mengalami perubahan (ceteris paribus). Hal ini telah dijabarkan pada hukum
permintaan, yaitu semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak
jumlah barang yang diminta dan begitu pula sebaliknya. Perubahan permintaan
suatu komoditas yang dipengaruhi oleh harga komoditas didasarkan pada (Kelana,
2002: 38 - 39):
1) Harga komoditas turun, orang akan membeli barang tersebut dan mengurangi
pembelian komoditas lain. Harga yang lebih rendah memungkinkan pembeli
yang sebelumnya tidak membeli, mulai membeli komoditas tersebut.
Pendapatan riil pembeli meningkat sehingga mendorong konsumen yang sudah
membeli untuk membeli lebih banyak lagi.
2) Harga komoditas naik, konsumen akan mencari komoditas lain untuk
mengganti komoditas tersebut. Pendapatan riil menurun memaksa para pembeli
mengurangi pembeliannya terhadap berbagai komoditas, terutama komoditas
yang mengalami kenaikan harga.
Menurut Faried Wijaya (1998: 99), faktor-faktor yang menentukan
permintaan konsumen individual selain harga barang itu sendiri juga dipengaruhi
oleh:
27
1) Selera atau Preferensi Konsumen, selera atau preferensi konsumen terhadap
suatu produk dapat berubah, misalnya karena pengaruh iklan. Antara selera
konsumen dengan permintaan memiliki hubungan yang positif. Apabila selera
konsumen meningkat maka kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Begitu
pula sebaliknya, apabila selera konsumen menurun maka kurva permintaan
akan bergeser ke kiri. Selera sebagai sesuatu yang ada begitu saja dan relatif
stabil. Setiap orang mungkin saja mempunyai seleranya sendiri, tetapi selera
individual tidak dalam keadaan berubah yang terus menerus. Selera yang
dimiliki konsumen dapat menjelaskan hubungan permintaan barang dengan
tingkat harga.
2) Banyaknya Konsumen Pembeli. Seperti halnya pada selera konsumen,
banyaknya konsumen pembeli dengan jumlah barang yang diminta memiliki
hubungan yang positif. Jika volume pembelian oleh masing-masing konsumen
adalah sama maka kenaikan jumlah konsumen dipasar karena perbaikan
transport, komunikasi atau pertambahan penduduk menyebabkan kenaikan
permintaan (kurva ke kanan). Begitu pula sebaliknya.
3) Pendapatan Konsumen. Dalam hubungan antara pendapatan konsumen dengan
permintaan, Faried Wijaya mengklasifikasikan ada dua jenis barang yaitu
barang superior atau barang normal yang memiliki hubungan positif dan
barang inferior yang memiliki hubungan negatif.
4) Harga barang lain yang bersangkutan.
a) Memiliki hubungan yang positif, hubungan ini berlaku untuk Barang
Substitusi atau Barang Pengganti. Jika harga barang substitusi naik maka
28
permintaan terhapad barang X (semula) akan naik. Sebab terdapat
penurunan harga barang X yang turun secara relatif.
b) Memiliki hubungan yang negatif, hubungan ini berlaku untuk Barang
Komplementer atau Barang Pelengkap. Jika harga barang komplementer
naik maka permintaan terhadap barang X (semula) akan turun.
5) Ekspektasi atau Ramalan Mengenai Masa Datang, terdapat dua kemungkinan:
a) Memiliki hubungan positif, hubungan ini berlaku untuk ekspektasi harga
barang yang akan datang. Apabila harga barang dimasa yang akan datang
diramalkan mengalami kenaikan, menyebabkan permintaan akan barang
saat ini mengalami kenaikan. Begitu pula sebaliknya.
b) Memiliki hubungan negatif, hubungan ini berlaku untuk ekspektasi
pendapatan dimasa datang. Apabila ekspektasi pendapatan dimasa yang
akan datang mengalami kenaikan, menyebabkan permintaan barang saat ini
mengalami penurunan. Begitu pula sebaliknya.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (2005: 143 - 145) ada tiga faktor
yang mempengaruhi pembuatan keputusan konsumen, antara lain:
1) Pengaruh Individu, dibagi menjadi lima kategori, yaitu:
a) Sumber daya yang dimiliki konsumen. Setiap individu membawa tiga
sumber daya yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan. Antara lain
waktu, uang, dan persepsi informasi dan kemampuan memproses. Pada
umumnya terdapat batasan yang jelas di setiap sumber daya yang
membutuhkan perhatian secara hati-hati di setiap alokasi.
29
b) Pengetahuan merupakan informasi yang terdapat pada memori manusia
yang berupa karakteristik dan keberadaan sebuah produk dan jasa.
Kesemuanya menyangkut dimana dan kapan akan dibeli, dan bagaimana
cara menggunakan produk tersebut.
c) Sikap. Perilaku konsumen biasanya secara kuat dipengaruhi oleh sikap yang
diberikan oleh merek atau produk. Statu sikap secara mudah merupakan
evaluasi keseluruhan antara sebuah alternatif dan pertimbangan produk
tersebut.
d)Motivasi. Kebutuhan dan motivasi seorang konsumen disetiap perilaku
merupakan pengaruh yang utama dalam proses pengambilan keputusan.
e) Personality, nilai, dan gaya hidup. Pengaruh individu dipengaruhi oleh
berbagai hal yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses
pengambilan keputusan dan pembelian.
2) Pengaruh Lingkungan. Proses keputusan membeli pada konsumen juga
dipengaruhi oleh lingkungan, antara lain:
a) Budaya, pengaruh budaya merujuk pada nilai, ide, artefak, dan simbol-
simbol berarti lainnya yang membantu komunikasi individual,
mengintrepetasi dan mengevaluasi sebagai salah satu kelompok sosial.
b) Kelas Sosial, kelas sosial merupakan bagian dari sebuah kelompok sosial
yang secara individu berupa nilai, kesukaan dan perilaku. Biasanya
dibedakan oleh status sosial ekonomi yang membedakan antara kelas bawah
dengan kelas atas.
30
c) Pengaruh personal, sebagai seorang konsumen perilaku kita biasanya
dipengaruhi oleh siapa yang dekat secara sosial. Konsumen biasanya
merespon tekanan persepsi yang terpengaruh oleh norma dan expectation
provide orang lain.
d) Keluarga, pengaruh utama para konsumen dalam mengambil suatu
keputusan yang diikuti oleh pola kompleksitas dan variasi dari peraturan
dan fungsi.
e) Situasi, perubahan perilaku tentu saja seiring dengan perubahan situasi.
Terkadang perubahan situasi tidak dapat diprediksi. Situasi dapat
diprediksikan dengan penelitian dan capitalized on in strategy.
3) Pengaruh Psikologi, perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga hal yaitu:
a) Informasi, proses informasi dapat memberikan pengaruh kepada konsumen
bagaimana mereka dapat menerima dan mendapatkan sebuah produk.
b) Pembelajaran, proses ini memiliki relevansi yang besar dalam kehidupan
sehari-hari. Terutama untuk barang dan jasa yang memiliki.
c) Sikap dan Perubahan Perilaku, proses ini biasanya dipengaruhi oleh
psikologi konsumen sebagai subyek pemasaran.
2.6. Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya.
Masyarakat, bangsa dan negara (UUD RI; 6).
31
Mangkunegara (2003) menyatakan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu
proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir,
yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan
teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Demikian pula Hariandja (2002) menyatakan
bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing
perusahaan dan memperbaiki produktivitas perusahaan.
Dengan demikian, orang berpendidikan rendah tetapi mendapat pelatihan
(yang memakan periode jauh lebih pendek dan sifatnya nonformal) akan memiliki
produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi dan formal.
Argumen ini diformalkan dalam suatu teori yang dikenal dengan teori alokasi atau
persaingan status yang mendapat dukungan dari Lester Thurow, 1974, John
Meyer, 1977 dan Randall Collins, 1979 (Tobing dalm Haro: 19: 2010).
Teori pertumbuhan kelas atau strata sosial berargumen bahwa fungsi
utama pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan ketidakseimbangan
sosial. Pendidikan pada kelompok elit lebih menekankan studi-studi tentang hal-
hal klasik, kemanusiaan dan pengetahuan lain yang tidak relevan dalam
pembangunan ekonomi masyarakat.
Secara implisit, pendidikan sangat bermanfaat dalam menyumbang
penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena dari pendidikan akan
diperoleh pengembangan sumber daya manusia melalui penelitian dan
pengembangan informasi yang ada, karena pada hakikatnya, pengetahuan yang
sama sekali tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia akan
mubazir.
32
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi,
politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga
bangsa secara keseluruhan. Dalam proses pembangunan
tersebut peranan pendidikan amatlah strategis. John C. Bock, dalam Education
and Development: A Conflict Meaning (1992: 65 - 74), mengidentifikasi peran
pendidikan tersebut sebagai :
1. memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa,
2. mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan,
dan mendorong perubahan sosial, dan
3. untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama
merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan
fungsi ekonomi.
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional
muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam
pengembangan kebijakan pendidikan: Paradigma Fungsional dan paradigma
Sosialisasi. Paradigma fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan
dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki
pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di
Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama
mengembangkan pengetahuan, melatih kemampuan dan keahlian, dan
menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses
pembangunan. Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan yang erat antara
33
pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan.
Perkembangan lebih lanjut muncul, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri
manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate of return yang lebih
tinggi dibandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.
Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma Sosialisasi melihat
peranan pendidikan dalam pembangunan adalah :
a) Mengembangkan kompetensi individu
b) Kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas.
c) Secara umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin
banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan
meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu,
berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus diperluas secara
besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan
kemajuan.
Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi telah melahirkan
pengaruh besar dalam dunia pendidikan paling tidak dalam dua hal.
1. Telah melahirkan paradigma pendidikan yang bersifat analis-mekanistis
dengan mendasarkan pada doktrin reduksionisme dan mekanistik.
Reduksionisme melihat pendidikan sebagai barang yang dapat dipecah-
pecah dan dipisah-pisah satu dengan yang lain. Pecahan-pecahan atau
bagian-bagian tersebut memiliki keterkaitan linier fungsional, satu bagian
menentukan bagian yang lain secara langsung. Akibatnya, pendidikan
34
telah direduksi sedemikian rupa ke dalam serpihan-serpihan kecil yang
satu dengan yang lain menjadi terpisah tiada hubungan, seperti, kurikulum,
kredit SKS, pokok bahasan, program pengayaan, seragam, pekerjaan
rumah dan latihan-latihan. Suatu sistem penilaian telah dikembangkan
untuk menyesuaikan dengan serpihan-serpihan tersebut: nilai, indeks
prestasi, ranking, rata-rata nilai, kepatuhan, ijazah.
Paradigma pendidikan lnput-Proses-Output, telah menjadikan
sekolah bagaikan proses produksi. Murid diperlakukan bagaikan raw-input
dalam suatu pabrik. Guru, kurikulum, dan fasilitas diperlakukan sebagai
instrumental input. Jika raw-input dan instrumental input baik, maka akan
menghasilkan proses yang baik dan akhirnya baik pula produk yang
dihasilkan. Kelemahan paradigma pendidikan tersebut nampak jelas, yakni
dunia pendidikan diperlakukan sebagai sistem yang bersifat mekanik yang
perbaikannya bisa bersifat partial, bagian mana yang dianggap tidak baik.
Sudah barang tentu asumsi tersebut jauh dari realitas dan salah.
Implikasinya, sistem dan praktek pendidikan yang mendasarkan pada
paradigma pendidikan yang keliru cenderung tidak akan sesuai dengan
realitas. Paradigma pendidikan tersebut di atas tidak pernah melihat
pendidikan sebagai suatu proses yang utuh dan bersifat organik yang
merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat secara totalitas.
2. Para pengambil kebijakan pemerintah menjadikan pendidikan sebagai
engine of growth, penggerak dan loko pembangunan. Sebagai penggerak
pembangunan maka pendidikan harus mampu menghasilkan invention dan
35
innovation, yang merupakan inti kekuatan pembangunan. Agar berhasil
melaksanakan fungsinya, maka pendidikan harus diorganisir dalam suatu
lembaga pendidikan formal sistem persekolahan, yang bersifat terpisah
dan berada di atas dunia yang lain, khususnya dunia ekonomi. Bahkan
pendidikan harus menjadi panutan dan penentu perkembangan dunia yang
lain, khususnya, dan bukan sebaliknya perkembangan ekonomi
menentukan perkembangan pendidikan. Dalam lembaga pendidikan
formal inilah berbagai ide dan gagasan akan dikaji, berbagai teori akan
dluji, berbagai teknik dan metode akan dikembangkan, dan tenaga kerja
dengan berbagai jenis kemampuan akan dilatih.
Sesuai dengan peran pendidikan sebagai engine of growth, dan
penentu bagi perkembangan masyarakat, maka bentuk sistem pendidikan
yang paling tepat adalah single track dan diorganisir secara terpusat
sehingga mudah diarahkan untuk kepentingan pembangunan nasional.
Lewat jalur tunggal inilah lembaga pendidikan akan mampu menghasilkan
berbagai tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Agar proses
pendidikan efisien dan etektif, pendidikan harus disusun dalam struktur
yang bersifat rigid, manajemen (bersifat sentralistis, kurikulum penuh
dengan pengetahuan dan teori-teori (text bookish).
Namun, pengalaman selama ini menunjukkan, pendidikan nasional
sistem persekolahan tidak bisa berperan sebagai penggerak dan loko
pembangunan, bahkan Gass (1984: 89) lewat tulisannya berjudul
Education versus Qualifications menyatakan pendidikan telah menjadi
36
penghambat pembangunan ekonomi dan teknologi, dengan munculnya
berbagai kesenjangan: kultural, sosial, dan khususnya kesenjangan
vokasional dalam bentuk melimpahnya pengangguran terdidik.
Berbagai problem pendidikan yang muncul tersebut di atas
bersumber pada kelemahan pendidikan nasional sistem persekolahan yang
sangat mendasar, sehingga tidak mungkin disempurnakan hanya lewat
pembaharuan yang bersifat tambal sulam (Erratic). Pembaharuan
pendidikan nasional sistem persekolahan yang mendasar dan menyeluruh
harus dimulai dari mencari penjelasan baru atas paradigma peran
pendidikan dalam pembangunan.
Penjelasan paradigma peranan pendidikan dalam pembangunan
yang diikuti oleh para penentu kebijakan kita dewasa ini memiliki
kelemahan, baik teoritis maupun metodologis.
1. Tidak dapat diketemukan secara tepat dan pasti bagaimana proses
pendidikan menyumbang pada peningkatan kemampuan individu.
Memang secara mudah dapat dikatakan bahwa pendidikan formal
akan mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki
sistem teknologi produksi yang semakin kompleks. Tetapi, dalam
kenyataannya, kemampuan teknologis yang diterima dari lembaga
pendidikan formal tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Di
samping itu, adanya perubahan di bidang teknologi yang cepat, justru
melahirkan apa yang disebut dengan de-skilled process, yakni dunia
37
industri memerlukan tenaga kerja dengan keahlian yang lebih
sederhana dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit.
2. Kedua, paradigma fungsional dan sosialisasi memiliki asumsi bahwa
pendidikan sebagai penyebab dan pertumbuhan ekonomi sebagai
akibat. Investasi di bidang pendidikan formal sistem persekolahan
akan menentukan pembangunan ekonomi di masa mendatang. Tetapi
realitas menunjukkan sebaliknya. Bukannya pendidikan muncul
terlebih dahulu, kemudian akan muncul pembangunan ekonomi,
melainkan bisa sebaliknya, tuntutan perluasan pendidikan terjadi
sebagai akibat adanya pembangunan ekonomi dan politik. Dengan
kata lain, pendidikan sistem persekolahan bukannya engine of growth,
melainkan gerbong dalam pembangunan. Perkemkembangan
pendidikan tergantung pada pembangunan ekonomi. Sebagai bukti,
karena hasil pembangunan ekonomi tidak bisa dibagi secara merata,
maka konsekuensinya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
tidak juga bisa sama di antara berbagai kelompok masyarakat,
sebagaimana terjadi dewasa ini.
3. Ketiga, paradigma fungsional dan sosialisasi juga memiliki asumsi
bahwa pendapatan individu mencerminkan produktivitas yang
bersangkutan. Secara makro upah tenaga kerja erat kaitannya dengan
produktivitas. Dalam realitas asumsi ini tidak pernah terbukti. Upah
dan produktivitas tidak selalu sering. Implikasinya adalah bahwa
kesimpulan kajian selama ini yang selalu menunjukkan bahwa
38
economic rate of return dan pendidikan di negara kita adalah sangat
tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di bidang lain,
adalah tidak tepat, sehingga perlu dikaji kembali.
4. Keempat, paradigma sosialisasi hanya berhasil menjelaskan bahwa
pendidikan memiliki peran mengembangkan kompetensi individual,
tetapi gagal menjelaskan bagaimana pendidikan dapat meningkatkan
kompetensi yang lebih tinggi untuk meningkatkan produktivitas.
Secara riil pendidikan formal berhasil meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan individual yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam
kehidupan ekonomi modern. Semakin lama waktu bersekolah
semakin tinggi pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
2.7. Penelitian Sebelumnya
Lenten J.A, Rulli N (2006) dengan judul “A Time-Series Analysis of the
Demand for Life Insurance Companies in Australia: An Unobserved Components
Approach” dengan menggambarkan perilaku struktur permintaan asuransi jiwa di
Australia permintaan asuransi dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan tertentu.
Bahwa tingkat harga, pendapatan, pengangguran dan populasi variabel semua
memiliki kecenderungan dan siklus umum untuk orang-orang dari permintaan
asuransi. Hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pendapatan dan
pengangguran berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi.
Sen subir, Madheswaran S. Dr (2007) dengan judul “Are Life Insurance
Demand Determinants valid for Selected Asian Economies and India?” Secara
keseluruhan, bahwa mempertimbangkan pendapatan yang menjadi faktor penting
39
dalam menjelaskan konsumsi asuransi, variabel ekonomi penting akan tabungan
domestik bruto, tingkat perkembangan sektor keuangan dan inflasi. Hasil
pembahasan dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan faktor yang
berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi.
Jin Houzhong, Xuan, Hongquan (2011) “An Analysis on Supply and
Demand of Athletes’ Accidental Injury Commercial Insurance in China” Melalui
pembentukan kurva penawaran dan permintaan dan keseimbangannya, kita akan
menganalisis penawaran dan permintaan. Hasil dari pembahasan bahwa
permintaan pasar mempengaruhi permintaan asuransi.
Ekaputhra Stephanus “Analisis Strategi Pemasaran Asuransi Jiwa untuk
Link PT. AXA Life Indonesia” menerapkan strategi pemasaran yang
mengandalkan perluasan pasar modal atau distribusi yang luas dan tenaga personl
yng terlatih. Dan para konsumen mau menginvestasikan uangnya dengan maksud
mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Hasil dari pembahasan diatas
bahwa para konsumen mencari alternatif cara menabung dengan dengan maksud
mendapatkan tingkat keamanan dan bunga yang lebih tinggi dari bank.
Mulyanto Djoko “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Asuransi Mitra Beasiswa pada AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Operasional
Yogyakarta Gondomanan. Bahwa variabel pendapatan, usia yang secara individu
berpengaruh secara signifikan positif terhadap permintaan asuransi dan jumlah
anak yang secara individu berpengaruh secara signifikan negatif. Dari hasil
pembahasan bahwa pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi.
40
2.8. Kerangka Berpikir
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya serta hasil pengamatan
di lapangan, nasabah dengan tingkat pendapatan yang tinggi cenderung memilih
program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi dengan demikian variable
pendapatan mempunyai hubungan yang positif dengan permintaan asuransi/uang
pertanggungan, artinya jika tingkat pendapatan nasabah tinggi maka permintaan
asuransi akan tinggi.
Nasabah dengan tingkat usia yang tinggi cenderung mengambil program
asuransi yang uang pertanggungannya tinggi. Tingkat usia yang tinggi
mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tingkat
usianya lebih rendah, sehingga variabel usia mempunyai hubungan yang positif
dengan permintaan asuransi/uang pertanggungan, artinya semakin tinggi tingkat
usia maka semakin tinggi pula permintaan asuransinya.
Nasabah dengan jumlah anak yang lebih banyak cenderung mengambil
program asuransi yang uang pertanggungannya rendah. Dengan jumlah anak yang
banyak, pemenuhan kebutuhan hidup akan semakin besar jika dibandingkan
dengan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Dengan demikian variabel jumlah
anak mempunyai hubungan yang negatif dengan variabel permintaan
asuransi/uang pertanggungan, artinya semakin banyak jumlah anak dalam
keluarga semakin kecil permintaan asuransinya.
Nasabah yang tingkat pendidikannya lebih tinggi cenderung memilih
program asuransi yang uang pertanggungannya tinggi. Kesadaran akan
41
pentingnya asuransi dalam menanggulangi ketidakpastian akan adanya suatu
resiko. Dengan demikian variabel pendidikan mempunyai hubungan yang positif
dengan variabel permintaan asuransi/uang pertanggungan.
Jumlah premi asuransi yang tinggi akan mengurangi keinginan nasabah
untuk masuk ke asuransi pendidikan. Jadi besarnya premi berhubungan negatif
dengan permintaan asuransi pendidikan.
Konsep kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.8. Kerangka Berfikir Penelitian
2.9. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya, maka
hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Jumlah anak nasabah berpengaruh negatif terhadap permintaan asuransi
pendidikan di Sumatera Selatan.
42
PENDIDIKAN
USIA
JUMLAH ANAK
PENDAPATAN
BESAR PREMI
PERMINTAAN ASURANSI
PENDIDIKAN (NILAI PERTANGGUNGAN)
2. Pendidikan nasabah berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi
pendidikan di Sumatera Selatan.
3. Pendapatan nasabah berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi
pendidikan di Sumatera Selatan.
4. Besar premi asuransi nasabah berpengaruh negatif terhadap permintaan
asuransi pendidikan di Sumatera Selatan.
5. Usia nasabah berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi pendidikan di
Sumatera Selatan.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Objek dan ruang lingkup penelitian disini dimaksudkan untuk mencari
hubungan/pengaruh antara variabel dependen asuransi pendidikan dengan variabel
independen, yaitu; pendapatan, usia, jumlah keluarga, pendidikan dan premi,
berdasarkan sampel 50 peserta nasabah asuransi pendidikan pada AJB Bumiputera
1912 Palembang dalam periode Januari – Mei 2011. Ini dilakukan dengan terlebih
dahulu perlu membuat rancangan penelitian yang berupa penentuan langkah-
langkah dan pertanyaan yang terkait agar diperoleh data yang cukup
respresentatif.
Jenis penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yang bersifat ex post facto yakni mempelajari fakta-fakta yang sudah
ada. Prosesnya berupa mendiskripsikan dengan cara menginterpretasi data yang
telah diolah . Menurut Puspowarsito (2008:17) tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui variabel yang menjadi penyebab atau pengaruh
(variabel independen) dan variabel yang menjadi akibat dan variabel
berpengaruh (variabel dependen).
2. Mengetahui hubungan budaya atau keterkaitan antar
variabel-variabel tersebut.
44
3.2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series
(runtut waktu) selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Jenis dari sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis secara langsung
melalui obyeknya. Pada penelitian ini data primer meliputi data hasil
penyebaran kuesioner kepada responden.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
pihak lain, atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip yang
dipublikasikan atau tidak. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berupa studi kepustakaan, jurnal, literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan, dan informasi dokumentasi lain yang dicatat oleh perusahaan.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini
adalah Nasabah AJB Bumiputera 1912. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampling nonprobabilitas (convinience sampling) dimana
sampling nonprobabilitas merupakan teknik yang memberikan kebebasan kepada
peneliti untuk menentukan anggota populasi yang masuk dalam sampel.
Convinience sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kelayakan anggota
45
sampel yang memadai memberikan informasi dan dilakukan dengan cara memilih
sampel dari orang yang paling mudah dijumpai.
Penentuan jumlah minimal sampel dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut (Ferdinand, 2006) :
n = {10 × jumlah variabel}
= 10 × 5 indikator
= 50 sampel
Dari hasil perhitungan rumus di atas dapat diperoleh jumlah sampel minimal yang
dapat digunakan adalah sebesar 50 responden.
3.4. Definisi Operasional
a. Asuransi adalah: suatu perjanjian dalam hal penanggung membebankan
premi dan mengikatkan diri terhadap suatu tertanggung untuk
membebaskannya dari kerugian.
b. Asuransi Pendidikan (Y) adalah Jaminan pendidikan yang untuk jangka
waktu tertentu dengan nilai pertanggungan yang telah disepakati.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi asuransi pendidikanterdiri dari :
1. Pendapatan (X1) yaitu jumlah satuan moneter yang diperoleh
seseorang setiap bulannya dari hasil pekerjaannya.
2. Usia (X2) yaitu umur kehidupan seseorang pada saat menjadi nasabah AJB
Bumiputera.
3. Jumlah keluarga (X3) yaitu jumlah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan kepala keluarga.
46
4. Pendidikan (X4) yaitu tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh
seseorang pada saat menjadi nasabah AJB Bumiputera.
5. Premi (X5) yaitu jumlah nilai uang yang harus dibayar setiap periode
tertentu sesuai dengan perjanjian.
3.5. Teknik Analisis
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini maka metode analisis yang digunakan untuk menjawab
permasalahan penelitian ini adalah metode kuantitatif melalui pembentukan model
ekonometrika. Untuk mengetahui adanya hubungan yang mempengaruhi antar
variabel, maka digunakan metode regresi linear berganda dengan rumus :
NP = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4+b5X5 + e
Dimana:
NP = Nilai Pertanggungan (Asuransi Pendidikan)
a = konstanta
b = koefisien regresi
X1 = Pendapatan
X2 = Usia
X3 = Jumlah keluarga
X4 = Pendidikan
X5 = Premi
e = error term
47
2.Analisis Secara Statistik
Pengujian secara statistik dilakukan dengan cara, yaitu :
a. Uji t-Statistik
Pada penelitian ini dilakukan Uji T untuk menguji signifikansi atau
pengaruh dari kredit modal kerja terhadap ekspor di Indonesia dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau α (level of significant) sebesar 5%
(0,05).
Hipotesis :
Ho : Koefisien regresi tidak significant
H1 : Koefisien regresi significant
Pengambil keputusan (berdasarkan probabilitas )
- Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
- Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Selain itu pengujian secara parsial menggunakan Uji T juga dapat
dilakukan melalui uji dua sisi dengan tetap menggunakan tingkat kepercayaan
95% atau α = 5% (0,05) dan derajat kebebasan (df) sebesar n – k sehingga akan
didapat nilai t-tabel. Nilai t-tabel diperoleh dengan menentukan derajat kebebasan
sebesar n – k, dimana n adalah banyak tahun observasi, k ialah banyaknya
koefisien yang terdapat dalam persamaan (tidak termasuk intersept) pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut :
- Apabila t hit > t table maka Ho ditolak, artinya variable bebas berpengarh
terhadap variable terikat (significant)
48
- Apabila t hit < t table maka Ho diterima, artinya variable bebas tidak
berpengaruh terhadap variable terikat (tidak signifikan).
b. Uji R2 dan Adjusted R2
Koefisien determinan R2 sebagai ukuran ketetapan penaksiran (goodes
of fit) yang menunjukkan proporsi variasi yang diterangkan oleh regresi.
Koefisien determinasi R2 juga menjelaskan proporsi atau presentasi sumbangan
variable independent terhadap naik turunya variable dependen.
Jika variable bebas yang digunakan lebih dari satu, maka R2 harus
disesuaikan guna memperhitungkan derajat kebebasan karena penaksiran variabel
bebas yang lebih dari satu memakai adjusted R2 (koefisien determinasi yang
disesuaikan). Semakin mendekati nol maka tingkat kemampuan menerangkan
hasil estimasi semakin tinggi.
3. Pengujian secara ekonometrika dilakukan dengan cara yakni :
a. Uji Multikolineritas
Mutikolineritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel
independen dapat dinyatakan dari variabel dependen lainnya atau menunjukkan
derajat kolineritas yang tinggi diantara varabel-variabel bebas. Akibat adanya
multikolineritas adalah:
1) Dugaan parameter sangat sensitif terhadap perubahan observasi.
2) Interval koefisien terjadi sangat besar.
3) Standar deviasi (error) dengan koefisien sangat tinggi, ada
kecenderungan hipotesis nol untuk selalu diterima walaupun
49
sesungguhnya harus ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa
penguji tidak sah.
Deteksi adanya multikolineritas dapat dilihat dari :
Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance Pedoman suatu
model regresi yang bebas multikolineritas adalah :
- Mempunyai nilai VIF sekitar angka 1
- Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1
Besaran kolerasi antar variable independen Pedoman suatu model regresi
yang bebas multikolineritas adalah koefisien korelasi antar variable independent
haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasi kuat maka terjadi problem
multikolineritas.
b. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua
pengamat. Dengan adanya heterokedastisitas maka penaksiran (estimator) yang
diperoleh menjadi tidak efisien dan kesalahan baku koefisien regresi akan
terpengaruh, sehingga memberikan indikasi yang salah dan koefisien determinasi
memperlihatkan daya penjelasan yang terlalu besar. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
Deteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik (scatter plot) dari penguji model regresi. Jika ada pola
tertentu, seperti titik e (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi
50
heterokedastisitas. Namun jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Penguji gejala heterokedastisitas pada model regesi awal regersi berganda
pada penelitian ini menunjukkan grafik (scatter plot) dengan pola yang jelas
membentuk seperti kurva maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
model ini ada problem tersebut, langkah yang dapat dilakukan antara lain dengan
mengeluarkan salah satu variabel bebas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode
tertentu berkorelasi dengan gangguan pada periode yang lain. Untuk pengujian
autokorelasi ini digunakan Uji Durbin Watson (DW), dengan hipotesis nol tidak
ada autokorelasi pada model baik autokorelasi positif maupun negatif.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. GAMBARAN UMUM VARIABEL PENELITIAN
4.1.1. Sejarah Singkat Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
Perusahaan AJB Bumiputera 1912 didirikan pada tanggal 12 Februari
1912 di Magelang oleh suatu perkumpulan guru-guru Hindia Belanda (PGHB).
Usaha asuransi jiwa tersebut dinamakan ONDERLINGE
LEVENSVERZEKERING MAATSCHAPPIJ atau O.L.MIJ PGHB. Para pendiri
Bumiputera 1912 merasa bahwa bentuk perusahaan bersama (mutual) adalah
bentuk usaha yang paling tepat karena hal ini sesuai dengan asas gotong royong
yang telah lama menjadi kebudayaan bangsa kita. Keberadaan AJB Bumiputera
1912 sebagai usaha bersama atau Mutual Company telah dikukuhkan Pemerintah
melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1250/KMK.013/ 1988
tanggal 20 Desember 1989, kemudian oleh Pemerintah Indonesia ditegaskan lagi
dalam UU No 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yaitu pada Pasal 7 ayat
(2) sub d, dan sekarang di Indonesia Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 ini adalah satusatunya usaha asuransi jiwa yang berbentuk
mutual.
52
4.1.2. Falsafah, Visi dan Misi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
1. Falsafah
Sebagai perusahaan perjuangan, Bumiputera memiliki falsafah sebagai berikut :
1. Idealisme
Senantiasa memelihara nilai-nilai kejuangan dalam mengangkat kemartabatan
anak bangsa sesuai sejarah pendirian Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan
2. Kebersamaan
Mengedepankan sistem kebersamaan dalam pengelolaan perusahaan dengan
memberdayakan potensi komunitas Bumiputera dari, oleh dan untuk komunitas
Bumiputera sebagai manifestasi perusahaan rakyat.
3. Profesionalisme
Memiliki komitmen dalam pengelolaan perusahaan dengan mengedepankan tata
kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan senantiasa berusaha
menyesuaikan diri terhadap tuntutan perubahan lingkungan.
2. Visi
Bumiputera ingin menjadi asuransinya bangsa Indonesia.
3. Misi
Menjadikan Bumiputera senantiasa berada di benak dan di hati masyarakat
Indonesia, dengan:
1. Memelihara keberadaan Bumiputera sebagai perusahaan perjuangan bangsa
Indonesia.
2. Mengembangkan korporasi dan kooperasi yang menerapkan prinsip dasar
gotong-royong.
53
3. Menciptakan berbagai produk dan layanan yang memberikan manfaat optimal
bagi komunitas Bumiputera.
4. Mewujudkan perusahaan yang berhasil baik secara ekonomi dan sosial.
4.1.3. Gambaran Perkembangan Asuransi Pendidikan AJB Bumiputera
Pada tahun 2001 jumlah nasabah mengalami peningkatan sebesar 18.004
jiwa dengan peningkatan premi sebesar Rp. 33.174 juta hal ini disebabkan dengan
meningkatnya potensi jumlah penduduk yang berusia 5 tahun ke atas. Sedangkan
tahun 2002 terjadi penurunan jumlah nasabah sebanyak 41.350 jiwa dan diiringi
dengan penurunan jumlah premi sebesar Rp. 76.189 juta, hal ini disebabkan
karena menurunnya potensi jumlah penduduk yang berusia lima tahun ke atas,
dimana tahun 2001 berjumlah 2.538.781 jiwa menjadi 2.203.038 jiwa tahun 2002.
Tahun 2003 jumlah nasabah mengalami peningkatan sebesar 116.697
jiwa dengan peningkatan premi sebesar Rp. 198.208 juta hal ini disebabkan
dengan meningkatnya potensi jumlah penduduk yang berusia 5 tahun ke atas
sebesar 18.300 jiwa. Tahun 2004 juga terjadi peningkatan jumlah nasabah
sebanyak 19.889 jiwa dan diiringi dengan peningkatan jumlah premi sebesar Rp.
53.456, hal ini disebabkan karena meningkatnya potensi jumlah penduduk yang
berusia lima tahun ke atas, dimana tahun 2003 berjumlah 2.221.338 jiwa menjadi
3.035.987 jiwa tahun 2004.
Tahun 2005 jumlah nasabah mengalami peningkatan sebesar 49.026 jiwa
dengan peningkatan premi sebesar Rp. 90.332 juta hal ini disebabkan dengan
meningkatnya potensi jumlah penduduk yang berusia 5 tahun ke atas sebesar
699.946 jiwa. Tahun 2006 juga terjadi peningkatan jumlah nasabah sebanyak
54
24.381 jiwa dan diiringi dengan peningkatan jumlah premi sebesar Rp. 44.923,
hal ini disebabkan karena meningkatnya potensi jumlah penduduk yang berusia
lima tahun ke atas, dimana tahun 2005 berjumlah 3.735.933 jiwa menjadi
3.908.066 jiwa tahun 2006.
Tahun 2007 jumlah nasabah mengalami peningkatan sebesar 78.923 jiwa
dengan peningkatan premi sebesar Rp. 121.148 juta. Tahun 2008 juga terjadi
peningkatan jumlah nasabah sebanyak 5.518 jiwa dan diiringi dengan peningkatan
jumlah premi sebesar Rp. 34.437, hal ini disebabkan karena meningkatnya potensi
jumlah penduduk yang berusia lima tahun ke atas, dimana tahun 2007 berjumlah
3.207.245 jiwa menjadi 4.210.800 jiwa tahun 2008.
Tahun 2009 jumlah nasabah mengalami peningkatan sebesar 19.159 jiwa
dengan peningkatan premi sebesar Rp. 35.301 juta hal ini disebabkan dengan
meningkatnya potensi jumlah penduduk yang berusia 5 tahun ke atas sebesar
90.600 jiwa. Tahun 2010 juga terjadi peningkatan jumlah nasabah sebanyak
15.230 jiwa dan diiringi dengan peningkatan jumlah premi sebesar Rp. 28.063,
hal ini disebabkan karena meningkatnya potensi jumlah penduduk yang berusia
lima tahun ke atas, dimana tahun 2009 berjumlah 4.782.300 jiwa menjadi
4.872.900 jiwa tahun 2010.
55
Tabel 4.1Perkembangan & Karakteristik Peserta Asuransi Pendidikan
Mitra Berencana Tahun 2000-2010 Di daerah Provinsi Sumatera Selatan
TahunJumlah Nasabah
(jiwa)Usia 5 TH
Keatas (jiwa)Premi(Rp) Pendapatan (Rp.) KK (jiwa)
Tanggungan (jiwa)
2000 294.675 2.392.594 542.948 828.831 215.437 333.6012001 312.679 2.538.781 576.122 879.472 228.600 353.9842002 352.289 2.860.392 649.105 990.883 257.559 398.8272003 388.026 2.221.338 698.141 982.791 291.407 434.5892004 407.915 3.035.987 751.597 1.095.292 290.525 494.4752005 456.941 3.735.933 841.929 1.275.825 375.149 514.8362006 481.322 3.908.066 886.852 1.353.814 351.894 544.9052007 560.245 3.207.245 1.008.000 1.575.801 409.595 634.2532008 565.763 4.210.800 1.042.437 1.591.321 413.629 640.5002009 584.922 4.782.300 1.077.738 1.645.210 427.636 662.1902010 600.152 4.872.900 1.105.801 1.688.047 438.771 679.432
Sumber : AJB Bumiputera
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa jumlah nasabah PT. AJB
Bumiputera tahun 2000 sampai tahun 2010 selalu mengalami peningkatan,
demikian juga dengan perkembangan penduduk yang berusia 5 tahun keatas
hanya pada tahun 2003 mengalami penurunan menjadi 2.221.338 jiwa dari
2.860.392 jiwa pada tahun 2002, dan tahun 2007 sebesar 3.207.245 jiwa dari
3.908.066 jiwa tahun 2006. Perkembangan premi asuransi dari tahun 2000 sampai
tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang posisif karena selalu mengalami
kenaikan, demikian juga dengan jumlah pendapatan mengalami pertumbuhan
yang positif. Perkembangan jumlah Kepala Keluarga yang menjadi nasabah AJB
cenderung mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2004 mengalami penurunan
menjadi 290.525 jiwa dari 291.407 jiwa tahun 2003, dan tahun 2006 turun
menjadi 351.894 jiwa dari 375.149 jiwa tahun 2005.
56
Tabel 4.2. Perkembangan & Karakteristik Peserta Asuransi Pendidikan
Mitra Berencana Per DATI II Kab/Kota di Provinsi Sumatera SelatanTahun 2000 s/d 2010
DATI II KAB / KOTANasabah
Usia
Premi
PendapatanKeluarga
Tanggungan
2000 2010 2000 2010 2000 2010 2000 2010 2000 2010 2000 20101. PALEMBANG 73.669 150.038 598.148 1.218.225 135.737 276.451
264.470 538.636 53.859 109.693 83.400 169.8582.OKU 17.68 36.009 143.556 292.374 35.577 66.384
43.317 88.222 12.926 26.326 20.016 40.7663.OKI 23.574 48.012 191.408 389.832 43.436 88.464
60.820 123.871 17.235 35.102 26.688 54.3554.MUARA ENIM 35.361 72.018 287.111 584.748 65.154 132.696
85.573 174.284 25.852 52.653 40.032 81.5325.LAHAT 26.521 54.014 215.333 438.561 48.865 99.522
63.384 129.092 19.389 39.489 30.024 61.1496.MUSI RAWAS 14.734 30.008 119.63 243.645 27.147 55.29
38.455 78.319 10.772 21.939 16.680 33.9727.BANYUASIN 20.627 42.011 167.482 341.103 38.006 77.406
54.043 110.067 15.081 30.714 23.352 47.5608.PRABUMULIH 44.201 90.023 358.889 730.935 81.442 165.87
118.017 240.360 32.315 65.816 50.040 101.9159. LUBUK LINGGAU 23.574 48.012 191.408 389.832 43.436 88.464
63.178 128.672 17.235 35.102 26.688 54.35510. PAGAR ALAM 14.734 30.008 119.63 243.645 27.147 55.29
37.571 76.519 10.772 21.939 16.680 33.972SUMSEL 294.675 600.153 2392.6 3.654.675 545.947 1105.84
828.828 1.688.042 215.437 438.771 333.601 679.432Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dalam 10 tahun terakhir
perkembangan di jumlah nasabah di Kota Palembang mengalami peningkatan
sebesar 76.369 jiwa, usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar
620.077 jiwa, premi mengalami peningkatan sebesar Rp. 140.714 juta, pendapatan
mengalami peningkatan sebesar Rp. 274.166 juta, kepada keluarga mengalami
peningkatan sebesar 55.834 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan
sebesar 86.458 jiwa.
Sementara itu perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10
tahun terakhir di Kabupaten OKU untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar
18.329 jiwa, usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 148.818
jiwa, premi mengalami peningkatan sebesar Rp. 30.807 juta, pendapatan
mengalami peningkatan sebesar Rp. 44.905 juta, kepada keluarga mengalami
peningkatan sebesar 13.400 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan
sebesar 20.750 jiwa.
57
Perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
di Kabupaten OKI untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar 23.438 jiwa,
usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 198.424 jiwa, premi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 45.028 juta, pendapatan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 63.051 juta, kepada keluarga mengalami peningkatan
sebesar 17.867 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan sebesar
27.666 jiwa.
Perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
di Kabupaten Muara Enim untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar 36.657
jiwa, usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 297.637 jiwa, premi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 67.542 juta, pendapatan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 88.711 juta, kepada keluarga mengalami peningkatan
sebesar 26.800 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan sebesar
41.500 jiwa.
Perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
di Kabupaten Lahat untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar 27.493 jiwa,
usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 223.228 jiwa, premi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 50.657 juta, pendapatan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 65.708 juta, kepada keluarga mengalami peningkatan
sebesar 20.100 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan sebesar
31.125 jiwa.
Perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
di Kabupaten Musi Rawas untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar 15.274
58
jiwa, usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 124.015 jiwa, premi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 28.143 juta, pendapatan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 39.864 juta, kepada keluarga mengalami peningkatan
sebesar 11.167 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan sebesar
17.292 jiwa.
Perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
di Kabupaten Banyuasin untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar 21.384
jiwa, usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 173.621 jiwa, premi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 39.400 juta, pendapatan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 56.024 juta, kepada keluarga mengalami peningkatan
sebesar 15.633 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan sebesar
24.208 jiwa.
Perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
di Kotamadya Prabumulih untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar 45.822
jiwa, usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 372.046 jiwa, premi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 84.428 juta, pendapatan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 122.343 juta, kepada keluarga mengalami peningkatan
sebesar 33.500 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan sebesar
51.875 jiwa.
Perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
di Kota Lubuk Linggau untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar 24.438
jiwa, usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 198.424 jiwa, premi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 45.028 juta, pendapatan mengalami
59
peningkatan sebesar Rp. 65.494 juta, kepada keluarga mengalami peningkatan
sebesar 17.867 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan sebesar
27.666 jiwa.
Perkembangan asuransi pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
di Kabupaten Pagaralam untuk nasabah mengalami peningkatan sebesar 15.274
jiwa, usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan sebesar 124.015 jiwa, premi
mengalami peningkatan sebesar Rp. 28.143 juta, pendapatan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 38.948 juta, kepada keluarga mengalami peningkatan
sebesar 11.167 jiwa dan jumlah tanggungan mengalami peningkatan sebesar
17.292 jiwa.
4.1.4. Berbagai Karakteristik Variabel Penelitian
1. Karakteristik Nasabah Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.1Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik Nasabah Berdasarkan Pekerjaan
RespondenJumlah Persentase
SMPSLTADIII S1
S2
149
2610
2 8
18 52 20
Jumlah 50 100 % Sumber : Kuisioner
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui:
1. Nasabah Mitra Beasiswa AJB Bumiputera kantor operasional Sumsel
didominasi oleh nasabah yang berpendidikan S1 yaitu 26 responden atau 52%.
60
2. Jumlah nasabah yang pendidikannya SMP, yaitu sebanyak 1 nasabah dengan
prosentase sebesar 2%.
3. Jumlah nasabah yang pendidikannya SLTA, yaitu sebanyak 4 nasabah dengan
prosentase sebesar 8%.
4. Jumlah nasabah yang berpendidikan DIII, yaitu sebanyak 9 nasabah dengan
prosentase sebesar 18 %.
5. Jumlah nasabah yang pendidikannya S2, yaitu sebanyak 10 nasabah dengan
prosentase sebesar 20%.
2. Karakteristik Nasabah Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.2. Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik Nasabah Berdasarkan Pekerjaan
RespondenJumlah Persentase
PNS Dosen Karyawan Swasta Wiraswasta/Pedagang Ibu Rumah Tangga
172
255 1
34 % 4 %50 % 10 % 2 %
Jumlah 50 100 % Sumber : Kuisioner
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui:
1. Nasabah Mitra Beasiswa AJB Bumiputera kantor operasional Sumsel
didominasi oleh nasabah yang pekerjaannya sebagai Karyawan Swasta, yaitu
sebanyak 25 nasabah dengan prosentase sebesar 50 %.
2. Jumlah nasabah yang pekerjaannya sebagai PNS, yaitu sebanyak 17 nasabah
dengan prosentase sebesar 34 %.
61
3. Jumlah nasabah yang pekerjaannya sebagai wiraswasta/pedagang, yaitu
sebanyak 5 nasabah dengan prosentase sebesar 10 %.
4. Jumlah nasabah yang pekerjaannya sebagai dosen, yaitu sebanyak 2 nasabah
dengan prosentase sebesar 4%.
5. Jumlah nasabah yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebanyak
1 nasabah dengan prosentase sebesar 2 %.
3. Karakteristik Nasabah Berdasarkan Pendapatan
Tabel 4.3. Berdasarkan Pendapatan
Karakteristik Nasabah Berdasarkan Pendapatan
RespondenJumlah Persentase
< 1.000.000 1.000.000 – 2.000.000 2.100.000 – 3.000.000 3.100.000 – 4.000.000
> 4.000.000
02
15 2013
0% 4 % 30% 40% 26%
Jumlah 50 100 % Sumber : Kuisioner
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui:
1. Nasabah Mitra Beasiswa AJB Bumiputera kantor operasional Sumsel
didominasi oleh nasabah pada kelompok pendapatan 3.100.000 – 4.000.000,
yaitu sebanyak 20 nasabah dengan prosentase sebesar 40 %.
2. Jumlah nasabah pada kelompok pendapatan 2.100.000 – 3.000.000 yaitu
sebanyak 15 nasabah dengan prosentase sebesar 30 %.
3. Jumlah nasabah pada kelompok pendapatan 1.000.000 – 2.000.000 yaitu
sebanyak 2 nasabah dengan prosentase sebesar 4 %.
62
4. Jumlah nasabah pada kelompok pendapatan > 4.000.000 yaitu sebanyak 13
nasabah dengan prosentase sebesar 26 %.
4. Karakteristik Nasabah Berdasarkan Usia
Tabel 4.4Berdasarkan Usia
Karakteristik Nasabah Berdasarkan Usia
Responden
Jumlah Persentase
20 – 25 th 26 – 30 th 31 – 35 th36 – 40 th> 40 th
6812177
1216243414
Jumlah 50 100 % Sumber: Kuisioner
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui:
1. Nasabah Mitra Beasiswa Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera kantor
operasional di Sumatera Selatan didominasi oleh nasabah pada kelompok usia 36
– 40 tahun, yaitu sebanyak 17 nasabah dengan prosentase sebesar 34 %.
2. Jumlah nasabah pada kelompok usia 20 – 25 tahun yaitu sebanyak 6 nasabah
dengan prosentase sebesar 12 %.
3. Jumlah nasabah pada kelompok usia 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 8 nasabah
dengan prosentase sebesar 16 %.
4. Jumlah nasabah pada kelompok usia 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 12 nasabah
dengan prosentase sebesar 24 %.
5. Jumlah nasabah pada kelompok usia > 40 tahun yaitu sebanyak 7 nasabah
dengan prosentase sebesar 14 %.
63
5. Karakteristik Nasabah Berdasarkan Jumlah Keluarga
Tabel 4.5 Jumlah Keluarga
Karakteristik Nasabah Berdasarkan Jumlah Keluarga
RespondenJumlah Persentase
1234
> 4
3172721
6345442
Jumlah 50 100 % Sumber : Kuisoner (Sampel 50)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui:
1. Nasabah Mitra Beasiswa Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera kantor
operasional Sumsel didominasi oleh nasabah yang mempunyai tanggungan
sebanyak 3 oarang, yaitu sebanyak 27 nasabah dengan persentase sebesar 54
%.
2. Jumlah nasabah yang mempunyai tanggungan sebanyak 1 orang berjumlah 3
responden atau 6%
3. Jumlah nasabah yang mempunyai tanggungan sebanyak 2 orang berjumlah 17
responden atau 34%.
4. Jumlah nasabah yang mempunyai tanggungan sebanyak 4 orang berjumlah 2
responden atau 4%.
5. Jumlah nasabah yang mempunyai tanggungan sebanyak 4 orang lebih
berjumlah 1 responden atau 2%.
64
6. Karakteristik Nasabah Berdasarkan Premi
Tabel 4.6Berdasarkan Premi
Karakteristik Nasabah Berdasarkan Premi Bulanan
RespondenJumlah Persentase
< 500.000 500.000 – 1.000.000
1.000.000 – 2.000.000 3.000.000 – 4.000.000
> 4.000.000
2815 520
56 30 10 4 0
Jumlah 50 100 % Sumber : Kuisioner
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui:
1. Nasabah Mitra Beasiswa AJB Bumiputera kantor operasional Sumsel
didominasi oleh nasabah pada premi < Rp. 500.000 perbulan, yaitu sebanyak
28 nasabah dengan prosentase sebesar 56 %.
2. Jumlah nasabah pada premi bulanan Rp. 500.000 – 1.000.000 yaitu sebanyak
15 nasabah dengan prosentase sebesar 30 %.
3. Jumlah nasabah pada premi bulanan Rp. 1.000.000 – 2.000.000 yaitu
sebanyak 5 nasabah dengan prosentase sebesar 10 %.
4. Jumlah nasabah pada premi bulanan Rp. 3.000.000 - 4.000.000 yaitu sebanyak
2 nasabah dengan prosentase sebesar 4 %.
65
7. Karakteristik Nasabah Berdasarkan Nilai Pertanggungan
Tabel 4.7Berdasarkan Nilai Pertanggungan
Karakteristik Nasabah Berdasarkan Nilai Pertanggungan
RespondenJumlah Persentase
< 25.000.00025.000.000 – 50.000.000 50.000.000 – 100.000.000
100.000.000 – 125.000.000 > 125.000.000
1412 2022
2824 40 44
Jumlah 50 100 % Sumber : Kuisioner
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui:
1. Nasabah Mitra Beasiswa AJB Bumiputera kantor operasional Sumsel didominasi
oleh nasabah dengan nilai pertanggungan Rp. 50.000.000 – 100.000.000 , yaitu
sebanyak 20 nasabah dengan prosentase sebesar 40 %.
2. Jumlah nasabah pada nilai pertanggungan < Rp. 25.000.000 yaitu sebanyak 14
nasabah dengan prosentase sebesar 28 %.
3. Jumlah nasabah pada nilai pertanggungan Rp. 25.000.000 – 50.000.000 yaitu
sebanyak 12 nasabah dengan prosentase sebesar 24 %.
4. Jumlah nasabah pada nilai pertanggungan Rp. 100.000.000 - 125.000.000 yaitu
sebanyak 2 nasabah dengan prosentase sebesar 4 %.
5. Jumlah nasabah pada nilai pertanggungan > 125.000.000 yaitu sebanyak 2
nasabah dengan prosentase sebesar 4 %.
66
Dari tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.7 dapat disimpulkan secara umum
bahwa ciri – ciri/karakteristik peserta peserta/nasabah Mitra Beasiswa Asuransi
Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera Palembang adalah ;
1. Karakteristik Pendidikan : Dari 50 peserta / nasabah Asuransi Jiwa AJB Bumiputera tersebut ternyata 90 % dari mereka berpendidikan DIII , S1 dan S2,dimana 52 % nya berpendidikan S1.
2. Karakteristik Pekerjaan : Nasabah peserta asuransi pendidikan tersebut 84 % nya merupakan pegawai negeri dan dosen dan karyawan swasta (50 % karyawan swasta dan 34 % PNS / dosen) dan 10 % nya adalah wiraswasta.
3. Karakteristik Pendapatan : Dalam karakteristik pendapatan terdapat sebanyak 70 % merupakan peserta yang memiliki pendapatan < 2.100.000 sampai dengan 4.000.000, dan pendapatan diatas >4.000.000 terdapat 26 %.. Selebihnya 4 % memiliki pendapatan diantara 1.000.000 sampai 2.000.000.
4. Karakteristik Usia : Pada karakteristik usia nasabah, terdapat sebanyak 34 % usia diantara 36 s/d 40 th,sedangkan 24% usia diantara 31 s/d 35 th. Dan lainnya 16 % usia diantara 26 s/d 30 th.
5. Karakteristik Jumlah Keluarga : Dalam hal ini terdapat sebanyak 88 % jumlah keluarga 2 orang dan 3 orang (54 % dengan tanggungan sebanyak 3 orang dan 34 % tanggungan sebanyak 2 orang), dan lainnya 6% memiliki tanggungan 1 orang.
6. Karakteristik Premi : Khusus karakteristik ini 86 % peserta / nasabah rata – rata memiliki pendapatan diatas Rp. 2.000.000 dan 86 % dari mereka memilih pembayaran premi dibawah Rp. 1.000.000 (dimana 56 % nya dibawah Rp. 500.000)
7. Karakteristik Nilai Pertanggungan : Nasabah yang memiliki nilai pertanggungan sebesar 40 % yaitu 50.000.000 – 100.000.000 sedangkan dengan persentase 28 % yaitu sebesar >25.000.000
67
4.2. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian data dengan menggunakan
analisa regresi berganda untuk mengetahui besarnya tingkat premi, tingkat usia,
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah keluarga secara bersama-sama
(simultan) dan terpisah (parsial) terhadap permintaa asuransi pendidikan AJB
Bumiputera.
Berikut disajikan tabel data variabel dependen dan independent yang
akan digunakan dalam perhitungan regresi linier berganda dengan menggunakan
SPSS 17 :
68
69
4.2.2. Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh X1 (pendapatan) ),
variabel X2 (usia) , X3 (keluarga), X4 (pendidikan) dan X5 (keluarga) terhadap
Asuransi pendidikan (Y) secara simultan dan parsial. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini ádalah regresi berganda untuk pengujian secara
simultan dan regresi sederhana digunakan untuk pengujian parsial.
Model umum persamaan regresi yang akan diuji adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana :
Y = Permintaan asuransi pendidikan
a = Konstanta
b = koefisien regresi masing-masing variabel
Pengujian dilakukan secara simultan dan parsial dengan statistik uji F dan uji t.
Pengujian secara simultan dimaksudkan untuk melihat adanya pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji yang dilakukan
untuk hipotesis ini adalah uji F. Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : β1 = β2 = 0 artinya variabel pendapatan, usia, jumlah keluarga, pendidikan dan
premi secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap permintaan asuransi pendidikan.
Ho : β1 ≠ β2 ≠ 0 artinya variabel pendapatan, usia, jumlah keluarga, pendidikan dan
premi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
permintaan asuransi pendidikan..
70
Pengambilan keputusan terhadap hipotesis di atas dilakukan dengan
membandingkan dengan nilai Fhitung dengan Ftabel atau nilai p (sig) dengan α (alpha) yang
telah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,05 atau 5%. Kriteria ujinya adalah
tolak Ho jika Fhitung > Ftabel atau nilai p (sig) < α (alpha) dan sebaliknya.
Tabel 4.21Hasil Pembentukan Model Regresi Linear Berganda
R 0,702 R2 0,493Adjusted R2 0,435Fhitung 8,554Sig 0,000
Unstandardized CoefficientsModel B
1 (Constant) 2,061Pendapatan 0,096
Usia 1,40 Keluarga 1,329
Pendidikan 3,316Premi -44,43
Keterangan :
X1 : Pendapatan (Variabel indenpenden)
X2 : Usia (Variabel independen)
X3 : Keluarga (Variabel independen)
X4 : Pendidikan (Variabel independen)
X5 : Premi (Variabel independen)
Y : Permintaan asuransi pendidikan (Variabel dependen)
Berdasarkan Tabel 4.21 di atas diperoleh dapat diketahui sebagai berikut :
Y = 2,061 + 0,096X1 + 1,40X2 + 1,329X3+ 3,316X4- 44,43X5
71
Model persamaan di atas menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu
pendapatan, usia, keluarga, pendidikan mempunyai pengaruh yang positif,
sedangkan variable premi mempunyai pengaruh yang negatif.
Dilihat dari nilai koefisien korelasi (R) diperolah sebesar 0,702, artinya
bahwa perubahan pendapatan, usia, keluarga, pendidikan dan premi secara
bersama-sama (simultan) memiliki hubungan yang cukup erat dengan permintaan
asuransi sebesar 70,2%. Sementara itu, untuk melihat pengaruh pendapatan, usia,
keluarga, pendidikan serta premi terhadap permintaan asuransi secara bersama-
sama (simultan) dapat dilihatdari R2 yaitu sebesar 0,493 atau 49,3%. Hal ini
berarti bahwa, naik turunnya permintaan asuransi di Sumsel dipengaruhi oleh
pendapatan, usia, keluarga, pendidikan dan premi secara bersama-sama (simultan)
sebesar 49,3%, sedangkan sisanya 51,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti.
Selain itu untuk melihat kecocokan model, dapat dilihat dengan
membandingkan koefisien determinasi (R2 adjusted) dengan R. Hasil analisis
menunjukkan bahwa koefisien R2 adjusted sebesar 0,435 lebih kecil dan tidak jauh
berbeda dengan koefisien determinasi yaitu R2 = 0,493. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa model yang digunakan cocok dan mendekati keadaan
yang sebenarnya.
Koefisien regresi linear berganda bertanda positif menunjukkan bahwa
perubahan searah antara perubahan pendapatan, usia, jumlah keluarga dan
pendidikan terhadap permintaan asuransi, kecuali variable premi asuransi.
72
Nilai koefisien variabel pendapatan (X1) sebesar 1% (0,01) atau Rp.
1,maka akan meningkatkan permintaan nilai pertanggungan asuransi sebesar
0,096 (9,6%) atau Rp. 9,6. Koefisien regresi untuk variabel usia (X2) sebesar 1,40
hal ini berarti setiap penambahan usia satu tahun akan meningkatkan permintaan
asuransi sebesar Rp. 140. Koefisien regresi untuk variabel keluarga (X3) sebesar
1,329 yang artinya setiap penambahan satu anggota keluarga akan meningkatkan
permintaan asuransi sebesar Rp. 132,9. Koefisien regresi untuk variabel
pendidikan (X4) sebesar 3,316 yang artinya setiap peningkatan satu tingkat
pendidikan akan meningkatan permintaan nilai pertanggungan asuransi sebesar
Rp. 31,6. Sedangkan untuk koefisien regresi variabel premi (X5) sebesar – 44,43
yang artinya setiap tingkat atau batasan besarnya premi yang ditetapkan akan
menurunkan permintaan nilai pertanggungan asuransi sebesar Rp. 4443.
Hubungan antara besarnya premi yang akan dibayarkan dengan permintaan
asuransi (besarnya nilai pertanggungan) sangat ditentukan juga oleh besarnya
potensi atau kemampuan pendapatan para nasabah peserta asuransi. Hal ini sesuai
dengan karakteristik hasil penelitian yang menunjukkan dimana sebanyak 86 %
nasabah dengan pendapatan yang relatif lebih tinggi diatas > Rp. 2.100.000 justru
lebih memilih nilai premi < Rp. 1.100.000 yang tercatat sebanyak 86 % (dimana
52 % nya memilih < Rp. 500.000). Tidak mengherankan mengapa hubungan
antara besarnya premi yang dibayarkan terkesan berlawanan arah (negatif) dengan
besarnya permintaan asuransi (besarnya nilai pertanggungan).
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipótesis yang telah ditetapkan
sebelumnya, maka akan dilakukan terlebih dahulu pengujian terhadap regresinya.
73
1. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam regersi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Teknik ini dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Gambar 4.1Scatter Plot
Grafik di atas merupakan diagram pencar residual yaitu selisih antara
nilai Y prediksi dengan Y observasi. Jika diagram pencar yang ada membentuk
pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengamali gangguan
heteroskedastisitas, dan jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak
maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas (Pratisto, 2004).
74
Karena diagram di atas tidak membentuk suatu pola tertentu atau acak, maka
dapat disimpulkan bahwa regresi tidak mengalami heteroskedastisitas.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau
mendekati normal (Ghozali, 2002). Berikut akan disajikan hasil uji normalitas :
Gambar 4.2Histogram
Gambar 4.3
Normal P-P Plot Regression
75
Berdasarkan gambar 4.2 di atas diperoleh histogram yang membentuk
pola distribusi normal. Sedangkan pada gambar 4.3 terlihat gambaran normal plot
titik-titik menyebar disekitar garis diagonal yang penyebarannya mengikuti arah
garis diagonal tersebut. Kedua diagram tersebut menunjukkan bahwa model
regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
3. Uji Hipotesis
Sesuai dengan persamaan regresi yang diperoleh, maka model regresi
dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Pengujian secara simultan
Pengujian secara simultan ini untuk menguji secara bersama-sama
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,seperti yang terlihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.22
76
ANOVAb
ModelSum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 2,435E+1
65 4,870E+15 8,554 .000a
Residual 2,505E+16
44 5,693E+14
Total 4,940E+16
49
Sumber : Data yang diolah, SPSS
Berdasarkan tabel 4.22 di atas menerangkan nilai sig yang digunakan
untuk menguji hipotesis yang teleh ditetapkan sebelumnya, jika Sighitung < Sigtabel
maka Ha diterima dan sebaliknya.
- Hipotesis yang ditetapkan ;
Ho : Pendapatan (X1), Usia, (X2), Jumlah keluarga (X3), pendidikan (X4)
dan Premi (X5) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Permintaan asuransi pendidikan (Y).
Ha : Pendapatan (X1), Usia, (X2), Jumlah keluarga (X3), pendidikan (X4)
dan Premi (X5) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Permintaan asuransi pendidikan (Y).
- α = 5% (0,05)
- Sighitung = 0,000
Oleh karena nilai Sighitung (0,046) < α (0,05) maka maka Ho ditolak dan Ha
yang diterima Pendapatan (X1), Usia, (X2), Jumlah keluarga (X3), pendidikan (X4)
dan Premi (X5) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Permintaan asuransi pendidikan (Y).
Atau dengan membandingkan dengan nilai Fhitung dengan Ftabel :
77
- Nilai F hitung = 8,554
- F tabel = α 5 % dan sampel 50 = 2,37
Karena nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
Pendapatan (X1), Usia, (X2), Jumlah keluarga (X3), pendidikan (X4) dan Premi
(X5) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Permintaan asuransi pendidikan (Y).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nauli
Sari dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan Asuransi pada
asuransi PT. PRUDENTIAL Life Assurance Cabang Yogyakarta diman hasil
penelitiannya adalah Dari hasil pengujian secara bersama-sama (uji F), nilai F
hitung sebesar 91,89 > F tabel sebesar 4,31. Hal ini menunjukan bahwa variabel
independen secara bersama-sama mampu mempengaruhi perubahan variabel
dependen.
b. Pengujian secara parsial
Hipotesis yang ditetapkan ;
Ho : Pendapatan (X1) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap permintaan asuransi pendidikan (Y).
Ha : Pendapatan (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
permintaan asuransi pendidikan (Y).
Ho : Usia (X2) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
permintaan asuransi pendidikan (Y).
78
Ha : Usia (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan
asuransi pendidikan (Y).
Ho : Jumlah keluarga (X3) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap permintaan asuransi pendidikan (Y).
Ha : Jumlah keluarga (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
permintaan asuransi pendidikan (Y).
Ho : Pendidikan (X4) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap permintaan asuransi pendidikan (Y).
Ha : Pendidikan (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
permintaan asuransi pendidikan (Y).
Ho : Premi (X5) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
permintaan asuransi pendidikan (Y).
Ha : Premi (X5) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
permintaan asuransi pendidikan (Y).
Pengambilan keputusan :
Jika nilai sig t hitung lebih kecil dari nilai α (alpha) yang ditetapkan maka
Ha diterima dan Ho di tolak dan sebaliknya.
Tabel 4.23
Uji Parsial
Variabel α Sig t hitung Keputusan
79
Pendapatan (X1) 5% (0,05) 0,866 Ho diterima
Usia (X2) 5% (0,05) 0,038 Ha diterima
Jumlah keluarga (X3) 5% (0,05) 0,785 Ho diterima
Pendidikan (X4) 5% (0,05) 0,440 Ho diterima
Premi (X5) 5% (0,05) 0,001 Ha diterima
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.23 diatas diketahui bahwa nilai sig t hitung yang
dihasilkan untuk variabel X2, dan X5 lebih kecil dari nilai α (alpha) yang
ditetapkan, sehingga kesimpulannya adalah menerima Ha dan menolak Ho,
sedangkan variabel X1, X3, X4 nilai sig t > alpha artinya Ho diterima dan Ha
ditolak.
Pendapatan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan
asuransi pendidikan (Y) dikarenakan nilai sig t (0,866) > 0,05, karena nasabah
dengan tingkat pendapatan yang tinggi cenderung memilih program asuransi yang
uang pertanggungannya tinggi dengan demikian variabel pendapatan mempunyai
hubungan yang positif namun jumlahnya tidak besar. Usia (X2) berpengaruh
signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan (Y) dikarenakan nilai sig t
(0,038) < 0,05. Bertambahnya usia seseorang umumnya menyebabkan
bertambahnya pengetahuan dan kebijakannya sehingga memandang perlu untuk
memproteksi jaminan pendidikan keluarganya dimasa yang akan datang dengan
program asuransi. Jumlah keluarga (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap
permintaan asuransi pendidikan (Y) dikarenakan nilai sig t (0,0,785) > 0,05, hal
ini disebabkan karena pertambahan anggota keluarga menyebabkan bertambah
besarnya pengeluaran rutin sehari hari sedangkan tingkat pendapatan terbatas
80
sehingga asuransi pendidikan terabaikan. Pendidikan (X4) tidak berpengaruh
signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan (Y) dikarenakan nilai sig t
(0,440) > 0,05 hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan tinggi yang tidak
diiringi dengan kesadaran berinvestasi (asuransi) akan menyebabkan orang tidak
tertarik pada asuransi. Premi (X5) berpengaruh signifikan terhadap permintaan
asuransi pendidikan (Y) dikarenakan nilai sig t (0,001) < 0,05 hal ini disebabkan
karena saat ini banyak perusahaan asuransi menawarkan asuransi pendidikan
dengan tingkat premi yang rendah dengan sehingga dapat dijangkau oleh banyak
lapisan dan dengan jangka waktu yang fleksibel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
8. Nilai koefisien korelasi (R) diperolah sebesar 0,702, artinya bahwa perubahan
pendapatan, usia, keluarga, pendidikan dan premi secara bersama-sama
(simultan) memiliki hubungan yang cukup erat dengan permintaan asuransi
81
sebesar 70,2%. Sementara itu, untuk melihat pengaruh pendapatan, usia,
keluarga, pendidikan serta premi terhadap permintaan asuransi secara
bersama-sama (simultan) dapat dilihatdari R2 yaitu sebesar 0,493 atau 49,3%.
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien R2 adjusted sebesar 0,435 lebih
kecil dan tidak jauh berbeda dengan koefisien determinasi yaitu R2 = 0,493.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa model yang digunakan cocok dan
mendekati keadaan yang sebenarnya. Y = 2,061 + 0,096X1 + 1,40X2 +
1,329X3+ 3,316X4- 44,43X5. Model persamaan tersebut menunjukkan bahwa
variabel bebas yaitu pendapatan, usia, keluarga, pendidikan mempunyai
pengaruh yang positif, sedangkan variable premi mempunyai pengaruh yang
negatif.
9. Nilai Fhitung (8,554) > Ftabel (2,37) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya Pendapatan (X1), Usia, (X2), Jumlah keluarga (X3), pendidikan (X4)
dan Premi (X5) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Permintaan asuransi pendidikan (Y).
10. Pendapatan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan asuransi
pendidikan (Y) dikarenakan nilai sig t (0,866) > 0,05. Usia (X2)
berpengaruh signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan (Y)
dikarenakan nilai sig t (0,038) < 0,05. Jumlah keluarga (X3) tidak
berpengaruh signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan (Y)
82
dikarenakan nilai sig t (0,0,785) > 0,05. Pendidikan (X4) tidak berpengaruh
signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan (Y) dikarenakan nilai
sig t (0,440) > 0,05. Premi (X5) berpengaruh signifikan terhadap permintaan
asuransi pendidikan (Y) dikarenakan nilai sig t (0,001) < 0,05.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas berikut penulis sampaikan beberapa saran :
1. Dari hasil penelitian terbukti bahwa pendapatan nasabah, usia nasabah dan
jumlah anak memiliki peranan penting terhadap permintaan asuransi/uang
pertanggungan pada AJB Bumiputera program Mitra Beasiswa. Hal ini
dibuktikan dari nilai koefisien variabel pendapatan, usia dan jumlah anak yang
signifikan berpengaruh terhadap permintaan asuransi/uang pertanggungan.
Sehingga dapat menjadi pedoman bagi pihak AJB Bumiputera dalam
mengembangkan produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik nasabah serta dapat memperluas pangsa pasar bagi produk
asuransinya di masa mendatang.
2. Peranan asuransi sangat penting dalam menanggulangi resiko ketidakpastian
dimasa yang akan datang. Progran Mitra Beasiswa merupakan salah satu cara
guna mengantisipasi ketidakpastian dalam hal pendidikan. Akan tetapi banyak
dari masyarakat yang kurang paham mengenai prosedur asuransi. Oleh karena
itu pihak AJB Bumiputera perlu meningkatkan kegiatan promosi kepada
masyarakat tentang keuntungan dan manfaat asuransi pendidikan bagi
kelangsungan pendidikan putra-putri mereka di masa datang. Dalam
83
melakukan kegiatan promosi dibutuhkan orang-orang yang berpengalaman,
sehingga pihak AJB Bumiputera perlu memberikan pelatihan-pelatihan kepada
karyawannya.
84