111
SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI DESA KETANDAN KECAMATAN DAGANGAN KABUPATEN MADIUN Oleh : I’IN EBTANASARI NIM : 201402022 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

SKRIPSI

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI DESA KETANDAN

KECAMATAN DAGANGAN KABUPATEN MADIUN

Oleh :

I’IN EBTANASARI

NIM : 201402022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI DESA KETANDAN

KECAMATAN DAGANGAN KABUPATEN MADIUN

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

I’IN EBTANASARI

NIM : 201402022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

iii

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

iv

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

v

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunianya

hingga terselesaikan skripsi ini, Kupersembahkan untuk :

1. ALLAH SWT yang telah memberikan anugrah dihidupku dan senantiasa

mencurahkan nikmat serta hidayahnya

2. Alm. Bapak (Muchlasin) dan Almh ibu (Siti Zaenab) tercinta yang

sebelumnya telah memberikan semuanya, Do’a, Cinta, Kasih sayang,

pengorbanan dan dukungannya, semoga dapat menjadi Ahli surganya

ALLAH SWT Amin

3. Kakak-kakakku tercinta Tutik Wahyuni, Agus Mas Huda dan dua

keponakankku Helga Belinda dan Aninda hendralia Putri, yang selalu

memberikan motivasi selamat,do’a dukungannya.

4. Sahabatku Nindia Ilma fitri, Linda Kusuma Dewi, Dan juga Teman-Teman

Seperjuanganku Dhiyah Ayu Romadhoni, Desi Nurhayati, Fitrotin T wira,

Reni Windarti, Shielda Novita, Andika tri Anita, Vriska Anjarsari yang

telah memberikan dukungan setiap saat.

5. Almamater STIKES BHM Tercinta.

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

vi

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : I’in Ebtanasari

Tempat/tgl lahir : Ngawi, 17 Mei 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dsn.Kedungwaru, Ds.Katikan, Kec.Kedunggalar,

Kab.Ngawi

Email : [email protected]

No. Hp : 081326915496

Latar Belakang Pendidikan

1. Madrasah Ibtidaiyah Islamiah Kedungwaru Tahun 2002-2008

2. Madrasah Tsanawiyah Negri 2 paron Tahun 2008-2011

3. Madrasah Aliyah Negri 2 Madiun Tahun2011-2014

4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-

sekarang

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

viii

Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

ABSTRAK

I’in Ebtanasari

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN

KEJADIAN STUNTING PADA ANAK 1-5 TAHUN DI DESA KETANDAN

DAGANGAN MADIUN.

92 halaman + 12 tabel + 3 gambar + 14 lampiran

Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu

rendah. Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang

diibawah minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child

growth standard (WHO, 2012). Tujuan ini untuk mengetahui adanya Hubungan

berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting di Desa Ketandan

Dagangan Madiun.

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan case

control study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Desa

Ketandan sebanyak 287 balita. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan

simple random samling, dengan jumlah sampel sebanyak 74 balita, dengan 38

balita kasus dan 38 balita kontrol. Pengumpulan data dengan menggunakan

lembar observasi. Analisa data menggunakan uji Chi square dengan ɑ=0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai berat badan lahir rendah

(BBLR) kasus 22 (57,9%) dan yang tidak menderita BBLR adalah 16 (42,1%).

Sedangkan nilai berat badan lahir rendah (BBLR) kontrol adalah 6 (15,8%) yang

BBLR dan yang tidak BBLR sejumlah 32 responden (84,2%).

Analisis uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p

value 0,00 < = 0,05 dan OR 7,333 yang menunjukan bahwa adanya hubungan

berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5

tahun di Desa Ketandan Dagangan Madiun.

Kesimpulan Balita yang menderita berat badan lahir rendah (BBLR)

memiliki resiko 7,333 lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan balita

yang mengalami BBLR. Disarankan kepada ibu untuk memberikan asupan nutrisi

yang bergizi kepada balita.

Kata kunci : Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Stunting, Balita

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

ix

Nursing Study Program STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

ABSTRACT

I’in Ebtanasari

LOW BIRTH WEIGHT RELATIONSHIP (LBW) WITH STUNTING EVENTS IN

CHILDREN 1-5 YEARS IN KETANDAN DAGANGAN MADIUN VILLAGE.

92 pages + 12 tables + 3 pictures + 14 attachments

Stunting is a condition where the child's height is too low. Stunting or too

short by age is the height underdeveloped minus two standard deviations (<-2SD)

from the WHO child growth standard nutritional status table (WHO, 2012). This

goal is to know the existence of low birth weight relationship (BBLR) with the

incidence of stunting in Ketandan Dagangan Village Madiun.

The research design used was analytical with case control study approach.

Population in this research is all toddler in Ketandan Village as many as 287

balita. The sampling technique used is simple random samling, with 74 sapel

sibling number, 38 cases and 38 infant control. Data collection using observation

sheets. Data analysis using Chi square test with ɑ = 0,05.

The results of this study indicate that the value of low birth weight (BBLR)

case 22 (57.9%) and who did not suffer from low birth weight was 16 (42.1%).

While the low birth weight (LBW) control score was 6 (15.8%) of LBW and not

BBLR of 32 respondents (84.2%).

Analysis of statistical tests using chi-square obtained p value of 0.00 <=

0.05 and OR 7.333 which showed that there was a low birth weight relationship

(LBW) with the incidence of stunting in children aged 1-5 years in Ketandan

Dagangan Madiun Village .

Conclusion Toddlers who suffer from low birth weight (LBW) have a risk of

7.333 greater for experiencing stunting than infants who experience LBW. It is

recommended to mothers to provide nutritious nutrition to toddlers.

Keywords: Low Birth Weight (LBW), Stunting, Toddler

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

x

DAFTAR ISI

Sampul Luar ....................................................................................................... i

Sampul Dalam ..................................................................................................... ii

Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii

Pengesahan .......................................................................................................... iv

Persembahan ...................................................................................................... v

Halaman Pernyataan............................................................................................ vi

Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vii

Abstrak ................................................................................................................ viii

Abstract ............................................................................................................... ix

Daftar Isi ............................................................................................................. x

Daftar Tabel ........................................................................................................ xii

Daftar Gambar ..................................................................................................... xiii

Daftar Lampiran .................................................................................................. xiv

Daftar Istilah........................................................................................................ xv

Daftar Singkatan.................................................................................................. xvi

Kata Pengantar .................................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting

2.1.1 Pengertian Stunting ....................................................... 8

2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Stunting ................................... 8

2.1.3 Dampak Stunting ........................................................... 18

2.1.4 Metode Pengukuran ....................................................... 19

2.1.5 Pencegahan .................................................................... 23

2.2 Konsep Dasar Balita

2.2.1 Pengertian Balita ........................................................... 23

2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Balita ............... 24

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Balita ............................................................................. 24

2.2.4 Ciri-ciri Tumbuh Kembang Pada Balita ........................ 27

2.2.5 Tahap Tumbuh Kembang Balita ................................... 28

2.3 Konsep Dasar BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

2.3.1 Pengertian BBLR .......................................................... 37

2.3.2 Manifestasi Klinis BBLR .............................................. 38

2.3.3 Tanda-tanda BBLR ....................................................... 40

2.3.4 Klasifikasi BBLR .......................................................... 41

2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya BBLR ... 42

2.3.6 Penatalaksanaan BBLR ................................................. 45

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

xi

2.4 Hubungan BBLR dengan Kejadian Stunting ............................ 47

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 48

3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................... 49

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ....................................................................... 50

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian ....................................................... 50

4.2.2 Sampel .......................................................................... 51

4.2.3 Kriteria Kasus dan Kontrol .......................................... 52

4.3 Teknik Pengambilan Sampling ................................................. 52

4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................ 53

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Indentifikasi Variabel .................................................... 54

4.5.2 Definisi Operasional ...................................................... 55

4.6 Instrumen Penelitian.................................................................. 56

4.7 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 56

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 56

4.9 Analisa Data .............................................................................. 57

4.10 Etika Penelitian ......................................................................... 59

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum ...................................................................... 60

5.2 Hasil Penelitian ......................................................................... 60

5.2.1 Data Umum ...................................................................... 60

5.2.2 Data Khusus ..................................................................... 63

5.3 Pembahasan

5.3.1 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Ketandan

Dagangan Madiun ......................................................... 65

5.3.2 Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di Desa

Ketandan Dagangan Madiun ........................................ 67

5.3.3 Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan

Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di Desa

Ketandan Dagangan Madiun ......................................... 69

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ............................................................................... 71

6.2 Saran .......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73

Lampiran-lampiran ............................................................................................. 76

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Berdasarkan Indeks .......................................................... 19

Tabel 2.2 Standart Tinggi Badan Menurut Umur (PB/U) Anak

Laki-laki Umur 12-24 Bulan ............................................ 20

Tabel 2.3 Standart Tinggi Badan Menurut Umur (PB/U) Anak

Perempuan Umur 12-24 Bulan ......................................... 20

Tabel 2.4 Standart Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Anak

Laki-laki Umur 24-60 Bulan ............................................ 21

Tabel 2.5 Standart Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Anak

Perempuan Umur 24-60 Bulan .......................................... 22

Tabel 4.3 Definisi Operasional .......................................................... 55

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Umur Balita di Desa Ketandan

Dagangan Madiun ............................................................. 61

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di Desa Ketandan

Dagangan Madiun ............................................................. 61

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Tinggi Badan Balita di Desa Ketandan

Dagangan Madiun ............................................................ 62

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) di Desa Ketandan Dagangan Madiun .................. 63

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Stunting di Desa Ketandan

Dagangan Madiun ............................................................. 64

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan BBLR dengan

Kejadian stunting Pada Balita di Desa Ketandan

Dagangan Madiun ............................................................. 62

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................. 48

Gambar 4.1 Skema Rancangan Studi Kasus Kontrol ............................ 50

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ................................................. 53

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan ........................................... 76

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .......................................................... 77

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................. 78

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian ........................................... 79

Lampiran 5 Persetujuan Menjadi Responden ...................................... 80

Lampiran 6 SOP Pengukuran Tinggi Badan ........................................ 81

Lampiran 7 Lembar Observasi .............................................................. 83

Lampiran 8 Tabulasi Data Kasus ......................................................... 84

Lampiran 9 Tabulasi Data Kontrol ...................................................... 85

Lampiran 10 Hasil Data Demografi ....................................................... 86

Lampiran 11 Hasil Uji Chi Square ......................................................... 87

Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian .................................................... 89

Lampiran 13 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................... 90

Lampiran 14 Lembar Konsultasi Bimbingan ......................................... 91

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

xv

DAFTAR ISTILAH

Anonymity : Tanpa Nama

Case Control : Kasus Kontrol

Confidence Interval : Derajat Kepercayaan

Confidentiality : Kerahasiaan

Development : Perkembangan

Fe : Tablet Besi

Growth : Pertumbuhan

Host : Manusia

Informed consent : lembar persetujuan menjadi responden

Malnutrisi : Kurang Gizi

Microtoise : Alat Ukur

Milieu : Lingkungan Hidup

Probality Sampling : Teknik Pengambilan Sampel

Simpel Random Sampling : Teknik Pengambilan Sampel

Stunting : Pendek

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

xvi

DAFTAR SINGKATAN

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BBLSR : Berat Badan Lahir Sangat Rendah

BBLER : Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut

ASI : Air Susu Ibu

PUS : Pasangan Usia Subur

WUS : Wanita Usia Subur

KEK : Kekurangan Energi Kronis

TB/U : Tinggi Badan Menurut Umur

MPA-SI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

WHO : World Health Organization

WHO-NCHS : World Health Organization – National Center for Health

Statistic

UNICEF : United Nation Children’s Fund

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

KIA : Kesehatan Ibu Anak

KMS : Kartu Menuju Sehat

IMD : Insisi Menyusui Dini

AKG : Angka kecakupan Gizi

Hb : Hemoglobin

LILA : Lingkar Lengan Atas

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

xvii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

karuninya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Kejadian Sunting Pada

Anak Usia 1-5 Tahun di Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten

Madiun” skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam penyelesaian

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada

Mulia Madiun.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan

penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,

arahan dan motivasi kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Kusairi selaku Kepala Desa Ketandan yang telah memberikan izin unruk

melakukan penelitian di posyandu di Desa Ketandan Kecamatan

Dagangan Kabupaten Madiun.

2. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun yang telah memberikan izin.

3. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku ketua program studi S1

keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1

Keperawatan.

4. Dian Anisia Widyaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku pembimbing 1

yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk

memberikan kerjasamnya selaku menyusun skripsi ini.

5. Eulis Liawati, S.Kp., Ns., M.Kes. Selaku pembimbing 2 yang dengan

kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing, sehingga Skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

xviii

6. Alm. Bapak dan Almarhumah Ibu yang sebelumnya telah memberikan

cinta, kasih sayang, dan pengorbanannya. Semoga dapat menjadi ahli

surganya Allah SWT. Amin

7. Mbak tutik, Mas agus, Dek helga, Dek ninda yang telah memberikan

semangat, dukungan serta motivasinya.

8. Teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2014 atas

kerjasama dan motivasinya.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan

yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan peneliti ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan kita semua.

Madiun, 03 Agustus 2018

Penulis,

I’in Ebtanasari

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk

yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan

menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan

batita (2-3 tahun), dan golongan pra sekolah (>3-5 tahun). Adapun

menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan (Andriani dan

Wirjadmadi, 2012).

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi

yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang

tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. WHO mengartikan stunting adalah

keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD

dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi

referensi internasional. Keadaan ini terjadi akibat dari faktor lingkungan

dan faktor manusia (host) yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat

gizi (Rudert, 2014).

Hasil Riskesdas tahun 2013 di provinsi Jawa Timur mencatat

prevalensi stunting sebesar 26,1%. Laporan tahunan Dinas Kesehatan

Kabupaten Madiun pada tahun 2016 tercatat prevalensi stunting sebesar

28,3%. Kecamatan Dagangan pada tahun 2016 merupakan kecamatan

yang memiliki kasus tertinggi untuk kategori sangat pendek dari pada

kecamatan lain yang ada di Kabupaten Madiun yaitu sebanyak 77 orang

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

2

atau 6,50%. Kecamatan Dagangan terdiri dari 5 posyandu dan 1

puskesmas induk yaitu Puskesmas Dagangan. Pada tahun 2017, terjadi

peningkatan kasus stunting pada balita di Puskesmas Dagangan yang

sebelumnya 338 kasus menjadi 342 kasus (Dinkes Kab Madiun, 2016).

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan

berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan

ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) akan

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ini akan

berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan ke usia anak sekolah

dengan berbagai konsekuensinya. Kekurangan gizi/ stunting terhadap

perkembangan otak sangat merugikan performance anak. Perkembangan

otak anak di masa golden period (0 – 3 tahun), akan menyebabkan sel otak

tidak tumbuh sempurna. Hal ini disebabkan karena 90% jumlah sel otak

terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Apabila

gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes

IQ sebesar 10-13 point. Penurunan perkembangan IQ tersebut akan

mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya anak-anak tersebut akan

menjadi beban masyarakat dan pemerintah, karena terbukti keluarga dan

pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat

warganya mudah sakit (Supariasa, 2002).

Kejadian stunting secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor sosial

ekonomi, seperti tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan

ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan merupakan kemampua keluarga

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

3

untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cukup baik segi kuantitas dan

kualitas dan keamanannya. Kurang tersedianya pangan dalam suatu

keluarga secara terus-menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit

akibat kurang gizi pada keluarga. Status ekonomi keluarga dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan

orang tua dan jumlah anggota keluarga. Status ekonomi keluarga akan

mempengaruhi kemampuan pemenuhan gizi keluarga maupun kemampuan

mendapatkan layanan kesehatan. Anak pada keluarga dengan tingkat

ekonomi rendah lebih berisiko mengalami stunting karena kemampuan

pemenuhan gizi yang rendah, meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi

(Fernald dan Neufeld, 2007).

Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada

anak balita adalah riwayat berat badan lahir rendah (BBLR). Menurut

Proverawati dan Isnawati (2010) Bayi BBLR (berat badan lahir rendah)

adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa

memandang masa kehamilan. bayi dengan BBLR akan tumbuh dan

berkembang lebih lambat karena pada bayi dengan BBLR sejak dalam

kandungan telah mengalami retardasi pertumbuhan intera uterin dan akan

berlanjut sampai usia selanjutnya setelah dilahirkan yaitu mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dari bayi yang

dilahirkan normal, dan sering gagal menyusul tingkat pertumbuhan yang

seharusnya dia capai pada usianya setelah lahir. Bayi BBLR juga

mengalami gangguan saluran pencernaan, karena saluran pencernaan

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

4

belum berfungsi, seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna

protein sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi dalam

tubuh. Akibatnya pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu, bila keadaan

ini berlanjut dengan pemberian makanan yang tidak mencukupi, sering

mengalami infeksi dan perawatan kesehatan yang tidak baik dapat

menyebabkan anak stunting (Supariasa, 2012).

Gizi kurang yang terjadi pada anak-anak remaja dan saat kehamilan

mempunyai dampak buruk terhadap berat badan lahir bayi. Berat badan

lahir rendah (BBLR) (<2.500 gram) dengan kehamilan genap bulan (intra

uterine growth retardation) mempunyai risiko kematian yang lebih besar

dibandingkan bayi dengan berat badan lahir normal (> atau = 2.500 gram)

pada masa neonatal maupun pada masa bayi selanjutya (Kemenkes R1,

2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di beberapa posyandu di Desa

Ketandan yang mempengaruhi faktor BBLR setelah saya mengikuti dalam

acara di 3 posyandu rata-rata faktor yang mempengaruhi BBLR ada 2

yaitu yang pertama ada faktor ibu antara lain umur ibu yang <20 tahun

atau >35 tahun, jarak kelahiran, Riwayat BBLR sebelumnya, mempunyai

penyakit kronis seperti anemia, hipertensi, diabetes militus. Untuk faktor

yang kedua adalah Faktor sosial ekonomi antara lain pendapatan rendah,

pekerjaan fisik yang berat, kurangnya pemeriksaan kehamilan.

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan, peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

5

stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan Kecamatan Dagangan

Kabupaten Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah adakah hubungan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan

kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan Kecamatan

Dagangan Kabupaten Madiun.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Menganalisis hubungan berat badan lahir rendah (BBLR)

dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan

Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi berat badan lahir rendah di Desa Ketandan

Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

2. Mengidentifikasi kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa

Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

3. Menganalisis hubungan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan

kejadian stunting anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan Kecamatan

Dagangan Kabupaten Madiun.

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas Dagangan Kabupaten Madiun

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi maupun

kajian lebih lanjut bagi pemegang program gizi khususnya dalam

kejadian stunting dalam mengetahui faktor lain yang berhubungan

dengan kejadian stunting.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan lebih

lanjut bagi Puskesmas Dagangan dalam perencanaan strategi

pengembangan program.

1.4.2 Manfaat Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun khususnya pada

Prodi S1 Keperawatan untuk menambah pengetahuan mengenai

pendekatan sistem dalam pelayanan kesehatan yang berpengaruh

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

2. Diharapkan hasil dari peneltian ini dapat dijadikan bahan materi

kuliah untuk menciptakan lulusan tenaga kerja yang profesional dalam

rangka memenuhi kebutuhan pasien.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

bagi peneliti dalam penyusunan tugas akhir kuliah sebagai syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan.

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

7

2. Peneliti mampu mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah di dapat dari

proses pendidikan maupun hasil penelitian ini nantinya untuk di

implementasikan dalam dunia kerja.

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting

2.1.1 Pengertian Stunting

Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang

terlalu rendah. Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi

badan yang diibawah minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status

gizi WHO child growth standard (WHO, 2012).

Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat utama dinegara-

negara berpenghasilan rendah dan menengah karena hubungannya dengan

peningkatan risiko kematian selama masa anak-anak (Yasmin et al, 2014).

2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Stunting

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada

anak. Faktor-faktor dapat berhasil dari diri anak itu sendiri maupun dari

luar diri anak tersebut. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh

faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian

stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan

penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan,

ketersediaan pangan, faktor budaya,ekonomi dan masih banyak lagi faktor

lainnya (Bappenas R.I, 2013).

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

9

1. Faktor langsung

a. Asupan gizi balita

Saat ini indonesia menghadapi masalah gizi ganda,

permasalahan gizi ganda tersebut adalah adanya masalah kurang

gizi dilain pihak masalah kegemukan atau gizi lebih telah

meningkat. Keadaan gizi dibagi menjadi 3 berdasarkan

pemenuhan asupan yaitu :

1) Kelebihan gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat

pemenuhan asupan zat gizi yang lebih banyak dari kebutuhan

seperti gizi lebih, obesitas atau kegemukan.

2) Gizi baik adalah suatu keadaan yang muncul akibat

pemenuhan asupan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan

3) Kurang gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat

pemenuhan asupan zat gizi yang lebih sedikit dari kebutuhan

seperti gizi kurang dan buruk,pendek kurus dan sangat kurus

(Depkes R.I, 2009).

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini

merupakan masa saat balita akan mengalami tumbuh kembang

dan tumbuh kejar. Balita yang mengalami kekurangan gizi

sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik

sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan

perkembangannya. Namun apabila intervensinya terlambat balita

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

10

tidak akan dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya yang

disebut dengan ggal tumbuh. Begitu pula dengan balita yang

normal kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan bila asupan

yang diterima tidak mencukupi. Dalam penelitian yang

menganalisis hasil riskesdas menyatakan bahwa konsumsi energi

balita berpengaruh terhadap kejadian balita pendek, selain itu

pada level rumah tangga konsumsi energi rumah tangga dibawah

rata-rata merupakan penyebab terjadinya anak balita pendek

(Sihadi dan Djaiman, 2011).

Dalam upaya penanganan masalah stunting ini, khusus untuk

bayi dan anak telah dikembangkan standar emas makanan bayi

dalam pemenuhan kebutuhan gizinya yaitu :

1) Insisi menyusui dini (IMD) yang harus dilakukan sesegera

mungkin setelah melahirkan

2) Memberikan ASI ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan tanpa

pemberian makanan dan minuman lainnya

3) Pemberian makanan pendamping ASI yang berasal dari

makanan keluarga, diberikan tepat waktu mulai berusia 6

bulan

4) Pemberian asi diteruskan sampai anak berusia 2 tahun

(Bappenas R.I, 2011).

Asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan akan membantu

pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya asupan gizi

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

11

yang kurang dapat menyebabkan kekurangan gizi salah satunya

dapat menyebabkan stunting.

b. Penyakit infeksi

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab

langsung stunting, kaitan antara penyakit infeksi dengan

pemenuhan asupan gizi tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit

infeksi akan memperburuk keadaan bila terjadi kekurangan

asupan gizi. Anak balita dengan kekurangan gizi akan lebih

mudah terkena penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan ikut

menambah kebutuhan akan zat gizi untuk membantu perlawanan

terhadappenyakit ini sendiri. Pemenuhan zat gizi yang sudak

sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita

tidak ditangani akan tidak dapat memperbaiki status kesehatan

dan status gizi anak balita. Untuk itu penanganan terhdap

penyakit infeksi yang diderita sedini mungkin akan membantu

perbaikan gizi dengan diimbangi pemenuhan asupan yang sesuai

dengan kebutuhan anak balita.

Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan,

infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya

sangat erat hubungannya dengan status mutu pelayanan kesehatan

dasar khususnya imuniasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku

sehat (Bappenas R.I, 2013). Ada beberapa penelitian uang

meneliti tentang hubungan penyakit infeksi dengan stunting yang

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

12

menyatakan bahwa diare merupakan salah satu faktor resiko

kejadian stunting pada anak usia dibawah 5 tahun (Bappenas R.I,

2013).

2. Faktor tidak langsung

a. Ketersediaan pangan

Akses pangan pada rumah tangga menurut Bappenas adalah

kondisi penguasaan sumberdaya (sosial, teknoogi, finansial/

keuangan, alam dan manusia) yang cakup untuk memperoleh dan

atau ditukarkan untuk memenuhi kecukupan pangan, termasuk

kecukupan pangan dirumah tangga. Masalah ketersediaan ini

tidak hanya terkait masalah daya beli namun juga pada

pendistribusian dan keberadaaan pangan itu sendiri, sedangkan

pola konsumsi pangan merupakan susunan makanan yang biasa

dimakan mencakup jenis dan jumlah dan frekuensi jangka waktu

tertentu. Aksesibilitas pangan yang rendah berakibat pada

kurangnya pemenuhan konsumsi yang beragam, bergizi,

seimbang dan nyaman ditingkat keluarga yang mempengaruhi

pola konsumsi pangan dalam keluarga sehingga berdampak pada

semakin beratnya masalah kurang gizi masyarakat (Bappenas R.I,

2011).

Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibatt pada

kurangnya pemenuhan asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri.

Rata-rata asupan kalori dan protein anak balita diindonesia masih

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

13

dibawah angka kecukupan gizi (AKG) yang dapat mengakibatkan

anak balita perempuan dan anak balita laki-laki indonesia

mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3

lebih pendek dari pada standart rujukan WHO 2005 (Bappenas

R.I, 2011). Oleh karena itu penanganan masalah gizi ini tidak

hanya melibatkan sektor kesehatan saja namun juga melibatkan

lintas sektor lainnya.

Ketersediaan pangan merupakan faktor penyebab terjadinya

stunting, ketersediaan pangan dirumah tangga dipengaruhi oleh

pendapatan keluarga, pendapatan keluarga yang lebih rendah dan

biaya yang digunakan untuk pengeluaran pangan yang lebih

rendah merupakan ciri beberapa rumah tangga dengan anak

pendek (Sihadi dan Djaiman, 2011). Penelitian disemarang jawa

timur juga menyatakan bahwa pendapatan perkapita yang rendah

merupakan faktor resiko kejadian stunting (Nasikah dan

Margawati, 2012). Selain itu penelitian yang dilakukan dimaluku

utara dan dinepal menyatakan bahwa stunting dipengaruhi oleh

beberapa faktor salah satunya adalah faktor sosial ekonomi yaitu

defisit pangan dalam keluarga (Ramli et al, 2009).

b. Status gizi ibu saat hamil

Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor,

faktor tersebut dapat terjadi sebelum kehamilan maupun selama

kehamilan. Beberapa indikator pengukuran seperti :

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

14

1) Kadar hemoglobin (Hb) yang menunjukkan gambaran kadar

Hb dalam daarah untuk menentukan anemia atau tidak

2) Lingkar lengan atas (LILA) yaitu gambaran pemenuhan gizi

masa lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau tidak

3) Hasil pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan

berat badan selama hamil yang dibandingkan dengan IMT

ibu sebelum hamil (Yongki, 2012).

c. Berat badan lahir

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram,

bayi dengan berat badan lahir rendah akan mengalami hambatan

pada pertumbuhan dan perkembangannya serta kemungkinan

terjadi kemunduran fungsi intelektualnya selain itu bayi lebih

rentan terkena infeksi dan terjadi hipotermi (Direktorat bina gizi

dan KIA, 2012).

Banyak peneliti yang telah meneliti tentang hubungan antara

BBLR dengan kejadian stunting diantaranya yaitu penelitian

diklungkung dan yogyakarta menyatakan hal yang sama bahwa

ada hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian stunting.

Selain itu, penelitian yang dilakukan di malawi juga menyatakan

predikator terkuat terjadinya stunting adalah BBLR (Direktorat

bina gizi dan KIA, 2012).

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

15

d. Panjang badan lahir

Asupan gizi ibu yang kurang adekuat sebelum masa

kehamilan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin

sehingga dapat menyebabkan bayi lahir dengan panjng badan

lahir pendek. Bayi yang dilahirkan memiliki panjang badan lahir

normal bila panjang badan lahir bayi tersebut berada pada

panjang 48-52 cm (Kemenkes R.I, 2010).

Penentuan asupan yang baik sangat penting untuk mengejar

panjang badan yang seharusnya. Berat badan lahir, panjang badan

lahir, usia kehamilan dan pola asuh merupakan beberapa faktor

yang mempengaruhi kejadian stunting. Panjang badan lahir

merupakan salah satu faktor resiko kejadian stunting pada balita

(Meilyasari dan Isnawati, 2014).

Menurut Riskesdas tahun 2013 kategori panjang badan lahir

dikelompokkan menjadi 3 yaitu <48 cm, 48-52 cm, dan >52 cm,

panjang badan lahir pendek adalah bayi yang lahir dengan

panjang <48 cm (Kemenkes R.I, 2013).

e. ASI Eklusif

Asi Eklusif menurut peraturan pemerintah republik indonesia

nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu Eklusif dan

pemberian air susu ibu (ASI) tanpa menambahkan dan atau

mengganti dengan makanan atau minuman yang lain diberikan

pada bayi sejak baru lahir selama 6 bulan (Kemenkes R.I, 2012).

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

16

Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi

dengan pemberian ASI saja. Menyusui eksklusif juga penting

karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna

oleh enzim-enzim yang ada didalam usus selain itu pengeluaran

sisa pembakaran makanan belum bisa dilakukan dengan baik

karena ginjal belum sempurna (Kemenkes R.I, 2012).

Penelitian yang dilakukan diibukota aceh menyatakan bahwa

kejadian stunting disebabkan oleh rendahnya pendapatan

keluarga, pemberian ASI yang tidak ekslusif, pemberian MP-ASI

yang kurang baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor

yang paling dominan pengaruhnya adalah pemberian asi yang

tidak Eksklusif. Hal serupa dinyatakan pula oleh arifin pada tahun

2012 dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kejadian

stunting dipengaruhi oleh berat badan saat lahir, asupan gizi

balita, pemberian ASI (Arifin dkk, 2013).

f. MP-ASI

Kebutuhan anak balita akan pemenuhan nutrisi bertambah

seiring bertambah umurnya. ASI Ekslusif hanya dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi balita sampai usia 6 bulan, selanjutnya ASI

hanya mampu memenuhi kebutuhan energi sekitar 60-70% dan

sangat sedikit mengandung mikronutrien sehingga memerlukan

tambahan makanan lain yang biasa disebut makanan pendamping

ASI (MP-ASI). Pengertian dari MP-ASI menurut WHO adalah

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

17

makanan/minuman selain ASI yang mengandung zat gizi yang

diberikan selama pemberian makanan peralihan yaitu pada saat

makanan/minuman lain yang diberikan bersamaan dengan

pemberian ASI kepada bayi (Arifin dkk, 2013).

Pemberian MP-ASI merupakan proses transisi dimulainya

pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis,

jumlah, frekuensi maupun tekstur dan konsistensinya sampai

seluruh kebutuhan gizi anak dipenuhi oleh makanan keluarga.

Jenis MP-ASI ada dua yaitu MP-ASI yang dibuat secara khusus

baik buatan rumah tangga ataupabrik dan makanan biasa dimakan

keluarga yang dimodifikasi agar mudah dimakan oleh bayi. MP-

ASI yang tepat diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak

baik jenis maupun jumlahnya. Resiko terkena penyakit infeksi

akibat pemberian MP-ASI terlalu dini disebabkan karena usu

yang belum siap menerima makanan serta kebersihan yang

kurang (Mailyasari dan Isnawati, 2014). Menurut global strategy

for infant and young child feeding ada 4 persyaratan pemberian

MP-ASI yaitu :

1) Tepat waktu yaitu pemberian MP-ASI dimulai saat

kebutuhan energi gizi melebihi yang didapat dari ASI yaitu

pada umur 6 bulan.

2) Adekuat yaitu pemberian MP-ASI dimulai saat kebutuhan

energi, protein dan mikronutrien sesuai dengan kebutuhan

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

18

3) Tepat cara pemberian yaitu pemberian MP-ASI sejalan

dengan tanda lapar dan nafsu makan yang ditunjukkan serta

frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan umur

4) Aman yaitu pemberian MP-ASI harus diawasi baik dari

penyimpanan, persiapan, dan saat diberikan MP-ASI harus

higienis (Arifin dkk, 2013).

Penelitian yang dilakukan di purwokerto, menyatakan bahwa

usia makan pertama merupakan faktor resiko terhadap kejadian

stunting pada balita (Meilyasari dan isnawati, 2014). Pemberian

MP-ASI terlalu dini dapat meningkatkan resiko penyakit infeksi

seperti diare hal ini terjadi karena MP-ASI yang diberikan tidak

sebersih dan mudah dicerna seperti ASI. Zat gizi seperti zink dan

tembaga serta air yang hilang selama diare jika tidak diganti akan

terjadi malabsorbsi zat gizi selama diare yang dapat menimbulkan

dehidrasi parah, malnutrisi, gagal tumbuh bahkan kematian

(Mailyasari dan Isnawati, 2014).

2.1.3 Dampak Stunting

Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak.

WHO (2013) membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menhadi

dua yang terdiri dari jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka

pendek dari stunting adalah dibidang kesehatan yang dapat meningkatkan

mortalitas dan mortabilitas dibidang perkembangan berupa penurunan

perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa, dan dibidang kesehatan

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

19

berupa perawakan yang pendek, peningkatan resiko untuk obesitas dan

komorbidnya, dan penurunan kesehatan reproduksi, dibidang

perkembangan berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan

dibidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja.

Menurut penelitian Hoddinot et al, (2013) menunjukkan bahwa

stunting pada usia 2 tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai

sekolah yang lebih rendah, berhenti sekolah, akan memiliki tinggi badan

yang lebih pendek, dan berkurangnya kekuatan genggaman tangan sebesar

22%. Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak ketika dewasa

berupa pendapatan perkapita yang rendah dan juga meningkatnya

probabilitas untuk menjadi miskin. Stunting juga berhubungan terhadap

meningkatnya jumlah kehamilan dan aanak dikemudian hari, sehingga

hoddinot menyimpulkn bahwa pertumbuhan yang terlambat dikehidupan

awal dapat memberikan dampak buruk terhadap kehidupan, sosial dan

ekonomi seseorang.

2.1.4 Metode Pengukuran

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan

Indeks

Indeks Kategori

Status Gizi

Ambang Batas

(Z-Score)

Panjang Badan menurut Umur

(PB/U) atau

Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U)

Anak Umur (0-60 Bulan)

Sangat Pendek <-3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi

Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

20

Tabel 2.2 Standar Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)

Anak Laki-laki Umur 12-24 Bulan

Umur/bulan Panjang Badan (cm)

-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD

12 68.6 71.0 73.4 75.7 78.1 80.5 82.9

13 69.6 72.1 74.5 76.9 79.3 81.8 84.2

14 70.6 73.1 75.6 78.0 80.5 83.0 85.5

15 71.6 74.1 76.6 79.1 81.7 84.2 86.7

16 72.5 75.0 77.6 80.2 82.8 85.4 88.0

17 73.3 76.0 78.6 81.2 83.9 86.5 89.2

18 74.32 76.9 79.6 82.3 85.0 87.7 90.4

19 75.0 77.7 80.5 83.2 86.0 88.8 91.5

20 75.8 78.6 81.4 84.2 87.0 89.8 92.6

21 76.5 79.4 82.3 85.1 88.0 90.9 93.8

22 77.2 80.2 83.1 86.0 89.0 91.9 94.9

23 78.0 81.0 83.9 86.9 89.9 92.9 95.9

24 78.7 81.7 84.8 87.8 90.9 93.9 97.0

Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011

Tabel 2.3 Standar Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)

Anak Perempuan Umur 12-24 Bulan

Umur/bulan Panjang Badan (cm)

-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD

12 66.3 68.9 71.4 74.0 76.6 79.2 81.7

13 67.3 70.0 72.6 75.2 77.8 80.5 83.1

14 68.3 71.0 73.7 76.4 79.1 81.7 84.4

15 69.3 72.0 74.8 77.5 80.2 83.0 85.7

16 70.2 73.0 75.8 78.6 81.4 84.2 87.0

17 71.1 74.0 76.8 79.7 82.5 85.4 88.2

18 72.0 74.9 77.8 80.7 83.6 86.5 89.4

19 72.8 75.8 78.8 81.7 84.7 87.6 90.6

20 73.3 76.7 79.7 82.7 85.7 88.7 91.7

21 74.5 77.5 80.6 83.7 86.7 89.8 92.9

22 75.2 78.4 81.5 84.6 87.7 90.8 94.7

23 78.4 79.2 82.3 85.5 88.7 91.9 95.0

24 76.7 80.0 83.2 86.4 89.6 92.9 96.1

Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

21

Tabel 2.4 Standart Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Anak Laki-laki Umur 24-60 Bulan

Umur

(Bulan)

Tinggi badan (cm)

-3SD -2SD -1SD Median 1 SD 2SD 3SD

24 78,0 81,0 84,1 87,1 90,2 93,2 96,3

25 78,6 81,7 84,9 88,0 91,1 94,2 97,3

26 79,3 82,5 85,6 88,8 92,0 95,2 98,3

27 79,9 83,1 86,4 89,6 92,9 96,1 99,3

28 80,5 83,8 87,1 90,4 93,7 97,0 100,3

29 81,1 84,5 87,8 91,2 94,5 97,9 101,2

30 81,7 85,1 88,5 91,9 95,3 98,7 102,1

31 82,3 85,7 89,2 92,7 96,1 99,6 103,0

32 82,8 86,4 89,9 93,4 96,9 100,4 103,9

33 83,4 86,9 90,5 94,1 97,6 101,2 104,8

34 83,9 87,5 91,1 94,8 98,4 102,0 105,6

35 84,4 88,1 91,8 95,4 99,1 102,7 106,4

36 85,0 88,7 92,4 96,1 99,8 103,5 107,2

37 85,5 89,2 93,0 96,7 100,5 104,2 108,0

38 86,0 89,8 93,6 97,4 101,2 105,0 108,8

39 86,5 90,3 94,2 98,0 101,8 105,7 109,5

40 87,0 90,9 94,7 98,6 102,5 106,4 110,3

41 87,5 91,4 95,3 99,2 103,2 107,1 111,0

42 88,0 91,9 95,9 99,9 103,8 107,8 111,7

43 88,4 92,4 96,4 100,4 104,5 108,5 112,5

44 88,9 93,0 97,0 101,0 105,1 109,1 113,2

45 89,4 93,5 97,5 101,6 105,7 109,8 113,9

46 89,8 94,0 98,1 102,2 106,3 110,4 114,6

47 90,3 94,4 98,6 102,8 106,9 111,1 115,2

48 90,7 94,9 99,1 103,3 107,5 111,7 115,9

49 91,2 95,4 99,7 103,9 108,1 112,4 116,6

50 91,5 95,9 100,2 104,4 108,7 113,0 117,3

51 92,1 96,4 100,7 105,0 109,3 113,6 117,9

52 92,5 96,9 101,2 105,6 109,9 114,2 118,6

53 93,0 97,4 101,7 106,1 110,5 114,9 119,2

54 93,4 97,8 102,3 106,7 111,1 115,5 119,9

55 93,9 98,3 102,8 107,2 111,7 116,1 120,6

56 94,3 98,8 103,3 107,8 112,3 116,7 121,2

57 94,7 99,3 103,8 108,3 112,8 117,4 121,9

58 95,2 99,7 104,3 108,9 113,4 118,0 122,6

59 95,6 100,2 104,8 109,4 114,0 118,6 123,2

60 96,1 100,7 105,3 110,0 114,6 119,2 123,9

Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2011

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

22

Tabel 2.5 Standart Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Anak Perempuan Umur 24-60 Bulan

Umur

(Bulan)

Tinggi badan (cm)

-3SD -2SD -1SD Median 1 SD 2SD 3SD

24 76,0 79,3 82,5 85,7 88,9 92,2 95,4

25 76,8 80,0 83,3 86,6 89,9 93,1 96,4

26 77,5 80,8 84,1 87,4 90,8 94,1 97,4

27 78,1 81,5 84,9 88,3 91,7 95,0 98,4

28 78,8 82,2 85,7 89,1 92,5 96,0 99,4

29 79,5 82,9 86,4 89,9 93,4 96,9 100,3

30 80,1 83,6 87,1 90,7 94,2 97,7 101,3

31 80,7 84,3 87,9 91,4 95,0 98,6 102,2

32 81,3 84,9 88,6 92,2 95,8 99,4 103,1

33 81,9 85,6 89,3 92,9 96,6 100,3 103,9

34 82,5 86,2 89,9 93,6 97,4 101,1 104,8

35 83,1 86,8 90,6 94,4 98,1 101,9 105,6

36 83,6 87,4 91,2 95,1 98,9 102,7 106,5

37 84,2 88,0 91,9 95,7 99,6 103,4 107,3

38 84,7 88,6 92,5 96,4 100.3 104,2 108,1

39 85,3 89,2 93,1 97,1 101,0 105,0 108,9

40 85,8 89,8 93,8 97,7 101,7 105,7 109,7

41 86,3 90,4 94,4 98,4 102,4 106,4 110,5

42 86,8 90,9 95,0 99,0 103,1 107,2 111,2

43 87,4 91,5 95,6 99,7 103,8 107,9 112,0

44 87,9 92,0 96,2 100.3 104,5 108,6 112,7

45 88,4 92,5 96,7 100,9 105,1 109,3 113,5

46 88,9 93,1 97,3 101,5 105,8 110,0 114,2

47 89,3 93,6 97,9 102,1 106,4 110,7 114,9

48 89,8 94,1 98,4 102,7 107,0 111,3 115,7

49 90,3 94,6 99,0 103,3 107,7 112,0 116,4

50 90,7 95,1 99,5 103,9 108,3 112,7 117,1

51 91,2 95,6 100,1 104,5 108,9 113,3 117,7

52 91,7 96,1 100,6 105,0 109,5 114,0 118,4

53 92,1 96,6 101,1 105,6 110,1 114,6 119,1

54 92,6 97,1 101,6 106,2 110,7 115,2 119,8

55 93,0 97,6 102,2 106,7 111,3 115,9 120,4

56 93,4 98,1 102,7 107,3 111,9 116,6 121,1

57 93,9 98,5 103,2 107,8 112,5 117,1 121,8

58 94,3 99,0 103,7 108,4 113,0 117,7 122,4

59 94,7 99,5 104,2 108,9 113,6 118,3 123,1

60 95,2 99,9 104,7 109,4 114,2 118,9 123,7

Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2011

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

23

2.1.5 Pencegahan

Untuk menjaga agar anak tumbuh secara wajar, maka pemantauan

pertumbuhan khususnya tinggi dan berat badan anak harus diulakukan

sejak dini untuk menilai normal ataukah tidaknya pertumbuhan nya.

Deteksi dini atas penyimpangan pertumbuhan perlukan secepatnya

diketahui untuk pemberian tindakan lebih awal agar dicapai hasil yang

lebih baik. Pengukuran tinggi badan, berat badan harus diukur dan

dipantau berkala, sesuai dengan umurnya, yaitu pada waktu-waktu berikut:

1. Umur < 1 tahun : di saat lahir, di umur 1,2,4,6,9,12 bulan

2. Umur 1 – 2 tahun : setiap 3 bulan

3. Umur > 3 – 21 tahun: setiap 6 bulan

Penyimpangan dari ukuran yang seharusnya menurut umur dan jenis

kelaminnya harus digunakan sebagai pedoman untuk tindakan lanjutnya

(Amin, 2013).

2.2 Konsep Dasar Balita

2.2.1 Pengertian Balita

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk

yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan

menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan

batita (2-3 tahun), dan golongan pra sekolah (>3-5 tahun). Adapun

menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan (Andriani dan

Wirjadmadi, 2012).

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

24

2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Balita

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel, serta

jaringan interseluler atau bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh

bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. pertumbuhan sebagai

adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan pembentukan

protein baru, sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh

bagian tubuh (Mahayu, 2016).

Sementara itu, perkembangan anak adalah bertambah sempurnanya

fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tingkat kematangan dan

belajar. Perkembangan pada anak bisa terjadi pada perubahan bentuk dan

fungsi pematangan organ, mulai dari aspek sosial, emosional, hingga

intelektual (Mahayu, 2016).

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita

Secara umum terdapat dua faktor umum yang berpengaruh proses

tumbuh kembang anak, yaitu:

1. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor

bawaan anak yaitunpotensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui

genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat

ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan

intensitas dan kecepatan pembelahan, drajat sensitivitas jaringan

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

25

terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan

tulang (Mahayu, 2016).

2. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau

tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga mileumerupakan

tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan

dasar anak.lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan

tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan

menghambatnya. Anak yang memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan normal merupakan hasil interaksi banyak faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Lingkungan

secara garis besar, faktor lingkungan dibagi menjadi:

a. Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh

kembang anak, antara lain:

1) Gizi ibu pada awal hamil

2) Mekanis (trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi

janin dalam uterus dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi

panggul,tortikalis kongenitaldll

3) Toksin/zat kimia

4) Endokrin (kondisi hormon-hormon yang mungkinberperan

pada pertumbuhan janin, seperti somatotropin, tiroid, insulin

hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas

mirip insulin)

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

26

5) Radiasi

6) Infeksi

7) Stress

8) Kelainan imunitas

9) Anoreksia embrio

b. Lingkungan postnatal

Adapun lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan biologis (ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur,

gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,

penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon).

2) Faktor fisik (cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah,

sanitasi, keadaan rumah, baik dari struktur bangunan,

ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi).

3) Faktor psikososial

4) Faktor keluarga dan adat istiadat (pekerjaan/pendapatan

keluarga, pendidikan ayah/ibu, jenis kelamin dalam keluarga,

kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi

preoritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain) (Mahayu,

2016).

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

27

2.2.4 Ciri-ciri Tumbuh Kembang pada Balita

Ciri-ciri tumbuh kembang anak ialah:

1. Perkembangan anak menyebabkan terjadinya perubahan, yaitu

perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai perubahan fungsi (misalnya, perkembangan

intelegensi anak menyertai pertumbuhan otak dan fungsinya).

2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahapan awal menentukan

perkembangan selanjutnya. Dalam hal ini, setiap anak tidak dapat

melewati satu tahapan perkembangan sebelum ia melewati tahapan

sebelumnya (anak tidak bisa berjalan sebelum berdiri).

3. Biasanya, proses pertumbu8han dan perkembangan anak memiliki

kecepatan yang berbeda. Artinya, pertumbuhan fisik dan

perkembangan fungsi organ setiap anak mempunyai kecepatan yang

tidak sama.

4. Perkembangan selalu berkorelasi dengan pertumbuhan. Ketika

pertumbuhan berlangsung cepat, maka perkembangan terjadi pada

peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.

5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Dalam hal ini,

perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, sebagaimana berikut:

a. Perkembangan terjadi lebih dulu didaerah kepala, kemudian

menuju arah kaudal/anggota tubuh (pola, seflokaudal)

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

28

b. Perkembangan terjadi lebih dulu didaerah proksimal (gerak

kasar), lalu berkembang dibagian distal, seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola prosimalidital).

6. Dalam prosesnya, perkembangan melalui tahapan berurutan. Tahapan

ini tidak bisa terbalik. Misalnya, anak mampu membuat lingkaran

sebelum ia membuat gambaran kotak (Mahayu, 2016).

Adapun prinsip-prinsip dalam tumbuh kembang anak ialah sebagai

berikut:

1. Perkembangan anak merupakan hasil proses kematangan dan belajar.

Sedangkan, kematangan adalah proses intrinsik yang terjadi dengan

sendirinya sesuai potensin yang ada pada anak. Sementara itu, belajar

ialah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.

2. Menurut Depkes dan IDAI, pola perkembangan dapat diramalkan,

yaitu adanya persamaan pola perkembangan bagi semua anak,

sehingga perkembangan bisa diramalkan. Perkembangan ini

berlangsung dari tahapan umum ke spesifik dengan

berkesinambungan (Mahayu, 2016).

2.2.5 Tahap Tumbuh Kembang Balita

Orang tua tidak boleh mengabaikan monitoring atau deteksi terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Sebab, banyak

gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi setelah usia 6

bulan. Gangguan pertumbuhan biasanya juga disertai oleh gangguan

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

29

kekurangan zat gizi nutrisi lainnya, seperti kekurangan zat besi, kalsium,

mineral, dan vitamin lainnya.

Ada beberapa hal yang harus dicermati oleh orang tua dalam

memonitor proses tumbuh kembang anak. Diantaranya ialah sebagai

berikut:

1. Tinggi badan

Tinggi badan anak akan tumbuh seiring bertambahnya usia. Pada

umunya, ketika baru dilahirkan, bayi yang normal memiliki berat

badan sekitar 2.500-3.000 g, dengan panjang badan 48-50 cm ketika

dilahirkan. Selanjutnya, pertumbuhan tinggi dan berat badan setiap

bayi tidak akan sama, tergantung pada banyak faktor yang

melingkupinya.

Berikut tahapan pertumbuhan tinggi badan anak:

a. 0-3 tahun

1) Tahun pertama, pertumbuhan tinggi badan mencapai 1,5 kali

panjang lahir.

2) Usia 2 tahun, rata-rata anak tumbuh sebanyak 6-10 cm per

tahun.

b. Usia 6-12 bulan

1) Penambahan tinggi badan anak mencapai 5-7cm per tahun.

2) Tinggi badan anak mulai kelihatan memanjang, mengurus,

dan perutnya tidak buncit lagi.

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

30

c. 12-18 bulan

1) Ditandai dengan percepatan dalam pertumbuhan karena

pengaruh hormon seksual.

2) Pertumbuhan tinggi badan cepat, kemudian perlahan

berhenti.

3) Terlihat perbedaan yang mencolok antara anak laki-laki

dengan perempuan.

4) Pada anak perempuan, tinggi badannya bisa mencapai 8 cm

per tahun.

5) Pada anak laki-laki mencapai 10 cm per tahun.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi badan anak:

a. Faktor genetik (apabila mereka kedua orang tuanya memiliki

perawakan yang tinggi, maka secara genetis, seseorang anak

cenderung berperawakan tinggi pila).

b. Faktor gizi (protein, lemak, vitamin dan mineral).

c. Faktor hormon (pertumbuhan, tiroid, dan seks).

d. Faktor lingkungan (imunisasi yang tepat, kasih sayang yang

cukup, serta pemenuhan kebutuhan ekonomi yang memadai

menjadi beragam faktor yang juga sangat mendukung

pertumbuhan tinggi seorang anak) (Mahayu, 2016).

2. Lingkar kepala

Monitoring terhadap pertumbuhan lingkar kepala anak sangat

penting diperhatikan guna untuk mendeteksi gangguan perkembangan

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

31

otak dan gangguan lainnya sejak dini. Jika kita terlambat

mendeteksinya, maka ini bisa memperburuk kelainan yang sudah ada.

Menurut skala nellhaus, ukuran lingkar kepala normal sekitar 30-

37 cm.ketika anak berusia 0-3 bulan, pertumbuhan lingkar kepala bisa

bertambah 2 cm. Lalu pada4-6 bulan bertambah sekitar 1 cm per

bulan. Pada usia 6-12 bulan, pertumbuhan ukuran kepala berkisar 0,5

cm per bulan. Saat anak berusia 5 tahun, biasanya ukuran kepala

bertambah sekitar 50 cm. Dan, ketika usianya memasuki 5-12 tahun,

pertumbuhannya hanya naik sekitar 52-53 cm. Pertumbuhan tersebut

mulai menetap dan tidak membesar lagi setelah anak berusia 12 tahun.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran besar atau

kecilnya pertumbuhan atau ukuran lingkar kepala anak. Faktor yang

paling sering terjadi ialah:

a. Keturunan

b. Gangguan pada saat dalam kandungan (infeksi kehamilan,

kelainan kromosom, atau kelainan genetik).

3. Organ penglihatan

Mata anak mempunyai jadwal pertumbuhannya sendiri, sehingga

jika sudah mencapai tahapan tertentu, maka gangguan mata sangat

sulit dikoreksi. Selain pemeriksaan langsung oleh ahlinya, (dokter

anak atau dokter mata), para orang tua jiga memiliki peran peting

untuk mendeteksi kelainan mata pada anak mereka juga mengalami

tanda-tandanya.

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

32

Beberapa pertahapan perkembangan anak:

a. Ketika baru dilahirkan (sudah mampu melihat pola terang dan

gelap, namun fokusnya masih kabur). Anak juga sudah mampu

merespon wajah orang, khusunya wajah ibunya, yang menatapnya

dari jarak dekat.

b. Memasuki 4-6 bulan (mulai mampu menggerakkan kepalanya.ia

tidak hanya mengikuti objek bergerak, melainkan juga ketika

melihat kearah objek lain).

c. Memasuki 6-8 bulan (penglihatan mulai mantap dan lurus. Sudah

bisa melihat warna secara lengkap, merai objek, dan kedua

matanya sudah berkoordinasi dengan baik, sehingga gerakan

matanya mulai terkontrol).

d. Usia 8-12 bulan (mulain menggunakan kedua tangannya secara

bersamaan untuk menilai jarak sekaligus mengembangkan

persepsi kedalamannya).

e. Usia 1-3 tahun (koordinasi tangan dan mata anak meningkat dan

mulai lebih memahami lingkungannya).

4. Organ pendengaran

Ketika seseorang anak masih didalam kandungan, proses

pendengarannya sudah mulai. Hal ini terlihat dengan terbentuknya alat

pendengaran atau daun telinga dan telinga bagian dalam lainnya.

Setelah lahir, pendengaran bayi semakin sempurna. Dalam masa ini,

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

33

anak sudah bereaksi terhadap suara-suara yang adadiseelilingnya

(Mahayu, 2016).

Setelah anak memasuki usia sekitar 7 bulan, ia mulai mampu

mengetahui dan membedakan suara-suara yang didengarnya. Selain

itu, ia juga bisa membedakan suara bernada marah dan sayang.

Meskipun belum dapat memahami maksud pembicaraan seseorang,

dalam fase ini, ia mulai mengerti arti dari suara-suara tersebut

(Mahayu, 2016).

5. Perkembangan motorik

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi

sistem susunan saraf pusat atau otak, sistem susunan saraf pusat yang

sangat berperan dalam kemampuan motorik dan mengoordinasi setiap

gerakan yang dilakukan oleh anak (Mahayu, 2016).

Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua sebagaimana

uraian berikut:

a. Motorik halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus

atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh

kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Berikut perkembangan motorik halus berdasarkan tahapan

usianya:

1) Usia 1-2 tahun

a) Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

34

b) Membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan

c) Menyusun menara dari balok

d) Memindahkan air dari gelas satu kegelas yang lain

e) Belajar memakai kaos kaki berdiri dll.

2) Usia 2-3 tahun

a) Mencorat coret dengan satu tangan

b) Menggambar garis tidak beraturan

c) Memegang pensil

d) Belajar menggunting

e) Mengancingkan baju dan memakai baju sendiri

3) Usia 3-4 tahun

a) Menggambar manusia

b) Mencuci tangan sendiri

c) Membentuk benda dari plastisin

d) Membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi

e) Menggambar mengikuti bentuk dll

4) Usia 5-6 tahun

a) Menggunting dengan cukup baik

b) Melipat amplop

c) Membawa gelas tanpa menumpahkan isinya

d) Menyusun mainan kontruksi bangunan

e) Memasukkan benang kelubang besar

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

35

b. Motorik kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot

besar atau sebagian besar maupun seluruh anggota tubuh yang

dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendir. Perkembangan

motorik ini beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis

atau kematangan fidiknya.

Berikut perkembangan motorik kasar anak sesuai dengan tahapan

pertumbuhan usianya:

1) Usia 1-2 tahun

a) Meraangkak

b) Berdiri dan berjalan beberapa langkah

c) Berjalan cepat

d) Cepat-cepat duduk agar tidak jatuh

e) Merangkak ditangga

2) Usia 3-4 tahun

a) Berbalik atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat

b) Melompat dengan lompatan sekitar 37-60 cm

c) Naik tangga tanpa dibantu orang lain dan lompat dianak

tangga terakhir

d) Berjalan mundur dan jinjit

e) Memanjat meja atau tempat tidur

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

36

3) Usia 5-6 tahun

a) Maampu melakukan gerakan dengan konstan dan waktu

istirahat yang pendek

b) Berjalan digaris lurus kedepan atau belakang

c) Lompat ditempat dengan satu kaki

d) Menuruni tangga secara cepat

e) Melompati rintangan

6. Perkembangan perilaku

Berdasarkan perkembangan perilaku pada tahapan tumbuh kembang

anak berdasarkan usia yang harus diketahui oleh orang tua:

a. Usia 0-28 hari

1) Tersenyum

2) Mulai menatap muka untuk mengenali seseorang

b. Usia 1-4 bulan

1) Mulai bisa mengamati tangan

2) Tersenyum sepontan dan membalas senyum bila diajak

tersenyum

3) Mengenal sang ibu dengan cara penglihatan, penciuman,

pendengaran dan kontak

4) Tersenyum saat melihat wajah orang lain

5) Membentuk siklus-tidur bangun

c. Usia 4-8 bulan

1) Merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

37

2) Mulai bermain dengan mainan

3) Mudah frustasi

4) Memukul mukul lengan dan kaki jika sedang kesal

d. Usia 8-12 bulan

1) Kemampuan bertepuk tangan

2) Menatakan keinginan

3) Sudah mulai minum dengan cangkir

4) Menirukan kegiatan orang lain

5) Bermain bola atau mainan lainnya dengan orang lain.

e. Masa kanak-kanak (1-2 tahun)

1) Membantu kegiatan orang lain dirumah

2) Menyuapi boneka

3) Mulai menggosok gigi

4) Mencoba mengenakan baju sendiri

f. Masa prasekolah

1) Bermain dengan permainan sederhana

2) Menangis jika dimarahi

3) Mengenali anggota keluarga

2.3 Konsep Dasar BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

2.3.1 Pengertian BBLR

Bayi BBLR (berat badan lahir rendah) adalah bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.

Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

38

kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500

gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur.pembagian berat

badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun

diketahui bahwa tingkat mordibitas dan mortalitas pada neonatus tidak

hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas

bayi itu sendiri (Proverawati, 2010).

2.3.2 Manifestasi Klinis BBLR

Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :

1. Berat badan kurang dari 2500 gram

2. Panjang kurang dari 45 cm

3. Lingkar dada kurang dari 30 cm

4. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

5. Kepala lebih besar

6. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

7. Otot hipotonik lemah

8. Pernapasan tak teratur dapat terjadi upnea

9. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus

10. Kepala tidak mampu tegak

11. Pernapasan 40-50 kali / menit

12. Nadi 100-140 kali/menit.

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

39

BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan

keadaannya lema, yaitu sebagai berikut :

1. Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB) :

a. Kulit tipis dan mengkilap

b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk

dengan sempurna

c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama

punggung

d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik

e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora

f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadang

belum turun

g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk

h. Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur

i. Aktivitas dan tangisnya lemah

j. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah

(Proverawati, 2010).

2. Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)

a. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya

kurang dari 2500 gram

b. Geraknya cukup aktif, tangis cukup kuat

c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

40

d. Bilaa kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila

cukup bulan, payudara dan puting cukup sesuai masa kehamilan

e. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia

minora

f. Bayi laki-laki mungkin testis telah turun

g. Rajah telapakkaki lebih dari 1/3 bagian

h. Menghisap cukup kuat (Proverawati, 2010).

2.3.3 Tanda-tanda BBLR

Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendahmempunyai ciri-ciri :

1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46cm lingkar kepala

sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau

kurang dari 30 cm

4. Rambut lanugo masih banyak

5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

6. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

7. Tumit mengkilap, telapak kaki halus

8. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

mayora, klitoris menonjol ( pada bayi perempuan), tesis belum turun

ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada

bayi laki-laki)

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

41

9. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya

lemah

10. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang

11. Verniks kaseosamtidak ada atau sedikit bila ada (Proverawati, 2010).

2.3.4 Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :

1. Menurut harapan hidupnya:

a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500

gram

b. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-

1500 gram

c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari

1000gram.

2. Menurut masa gestasinya:

a. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan

berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi

berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa

kehamilan (NKB-SMK).

b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami

retradaksi pertumbuhan itrauterin dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehamilannya (KMK) (Proverawati, 2010).

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

42

2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR

Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktoral,

sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan

pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah

kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko

jangka pendek dan jangka panjang yang terjadi (Proverawati, 2010).

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara

umum yaitu sebagai berikut :

1. Faktor ibu

a. Penyakit

1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel

berat,perdarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat,

eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandungan

kemih dan ginjal)

2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

HIV/AIDS, malaria, TORCH

b. Ibu

1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada

usia <20 tahun atau lebih dari 35 tahun

2) Kehamilan ganda (multi gravida)

3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1

tahun)

4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

43

c. Keadaan sosial ekonomi

1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi

rendah.

2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat

3) Keadaan gizi yang kurang baik

4) Pengawasan antenatal yang kurang

5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan

yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan

dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

d. Sebab lain

1) Ibu perokok

2) Ibu preminum alkohol

3) Ibu pecandu obat narkotik

4) Penggunaan obat ati metabolik

2. Faktor janin

a. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

b. Infeksi janin kronik (inklusi sitomogali, rubella bawaan)

c. Disauntonomia familial

d. Radiasi

e. Kehamilan ganda atau kembar (gemeli)

f. Aplasea pancreas

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

44

3. Faktor plasenta

a. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

(hidramnion)

b. Luas permukaan berkurang

c. Plasentitis vilus (bakteri, virus, dan parasite)

d. Infark

e. Tumor

f. Plasenta yang lepas

g. Sindrome transfusi bayi kembar (sindrome parabiotik)

4. Faktor lingkungan

a. Bertempat tinggal didaratan tinggi

b. Terkena radiasi

c. Terpapar zat racun

Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat

digolongkan sebagai berikut :

1. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :

a. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

b. Ibu memiliki hipertensi,preeklamsia, atau anemia

c. Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

d. Malaria kronik, penyakit kronik

e. Ibu hamil merokok

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

45

2. BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :

a. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,

kehamilan kembar.

b. Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya

c. Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak

mampu menahan berat bayi dalam rahim).

d. Perdarahan sebelum atau sesudah persalinan (anterpartum

homorrhage).

e. Ibu hamil yang sedang sakit.

f. Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya (Proverawati, 2010).

2.3.6 Penatalaksanaan BBLR

1. Pengaturan suhu

Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup

hangat. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi

dengan BB 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg

adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan

dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang

telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak didekat tidur

bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakai popok untuk memudahkan

pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan,

kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini

mungkin.

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

46

2. Pengaturan makanan/nutrisi

Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah

sedikit demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati pemberian

makanan ibi berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko

hipoglikemia, dehidrasi. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit

berat dapat dicobadiminum melalui mulut. Umunya bayi dengan berat

kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama kurang dari 1500

gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena

belum ada koordinasi antara gerakan menghisab dengan menelan.

Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa

5% yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2-4

gram untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml

untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram.

Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak

mengalamikesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam

waktu 12-48 jam.

3. Mencegah infeksi

Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena

daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum

terbentuk dan daya fegositosisserta reaksi terhadap peradangan belum

baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangan sampai kesiku dengan sabun dan air mengalir

selama 2 menit sebelum masuk keruang rawat bayi.

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

47

b. Mencuci tangan dengan zat anti septic/sabun sebelum dan

sesudah memegang bayi

c. Mengurangi kontaminasi padamakanan bayi dan semua benda

yang berhubungan dengan bayi

d. Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan

e. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk keruang rawat

bayi (Lestari, 2016).

2.4 Hubungan BBLR dengan Kejadian Stunting

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) bayi dengan BBLR akan

tumbuh dan berkembang lebih lambat karena pada bayi dengan BBLR

sejak dalam kandungan telah mengalami retardasi pertumbuhan intera

uterin dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya setelah dilahirkan yaitu

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dari bayi

yang dilahirkan normal, dan sering gagal menyusul tingkat pertumbuhan

yang seharusnya dia capai pada usianya setelah lahir. Bayi BBLR juga

mengalami gangguan saluran pencernaan, karena saluran pencernaan

belum berfungsi, seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna

protein sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi dalam

tubuh. Akibatnya pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu, bila keadaan

ini berlanjut dengan pemberian makanan yang tidak mencukupi, sering

mengalami infeksi dan perawatan kesehatan yang tidak baik dapat

menyebabkan anak stunting.

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

48

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Tahap yang paling penting dalam suatu penelitian yaitu kerangka

konsep. Kerangka konsep adalah abstaksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun variabel

yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti

menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2013). Dalam

penelitian ini kerangka konsep digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

Pengaruh

Hubungan

Faktor yang tidak diteliti

Faktor yang diteliti

Faktortidaklangsung

1. Ketersediaan pangan

2. Status gizi ibu saa thamil

3. Berat badan lahir rendah

4. Panjang badan lahir

5. ASI eklusif

6. MP-ASI

Kejadian Stunting

FaktorLangsung

1. Asupan Gizi

2. Penyakit Infeksi

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

49

Gambar 3.1 Menjelaskan bahwa ada 2 faktor yang menyebabkan

terjadinya stunting pada anak usia 1-5 tahun yaitu faktor langsung dan

faktor tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari asupan gizi dan

penyakit infeksi sedangkan faktor tidak langsung terdiri dari kesedian

pangan, status gizi ibu, berat badan lahir rendah, Panjang badan lahir, ASI

eklusif dan MPP-ASI. Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi

kejadian stunting pada anak balita adalah riwayat berat badan lahir rendah

(BBLR). Bayi dengan BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat

karena pada bayi dengan BBLR sejak dalam kandungan telah mengalami

retardasi pertumbuhan intera uterin. Atas dasar tersebut, maka peneliti

ingin meneliti apakah ada hubungan berat badan lahir rendah (BBLR)

dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan

Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian, patokan dugaan,

atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dari penelitian ini

adalah:

H1 : Ada hubungan berat badan lahir rendah (BBLR) terhadap kejadian

stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan Kecamatan

Dagangan Kabupaten Madiun.

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

50

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu penelitian

dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang

diangkakan (Sugiyono, 2013). Desain penelitian ini menggunakan case

control bahwa penelitian ini akan menghubungkan kasus stunting pada

balita apa ada riwayat BBLR atau tidak. Dengan skema studi kasus kontrol

di bawah ini:

Gambar 4.1 Skema Rancangan Studi Kasus Kontrol

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah balita stunting di 5 posyandu di Desa

Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun yaitu Posyandu

Ketandan, Sidodadi, Kenet, Nguren dan Ndeles sebanyak 287 balita.

Kasus:

Stunting (+)

Kontrol:

Stunting (-)

Riwayat BBLR (+)

Riwayat BBLR (-)

Riwayat BBLR (+)

Riwayat BBLR (-)

Balita

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

51

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini sebagian balita di Desa Ketandan

Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun sebanyak 78 anak. Sampel

penelitian di dapat dari rumus slovin (Nursalam, 2013) sebagai berikut:

n= 𝑁

1+𝑁(𝑑)²

n= 42

1+42(0,05)2

n= 42

1,1

n= 38

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

e : Tingkat kepercayaan 0,1

d : tingkat signifikansi (ρ)

(Nursalam, 2013).

Hasil perhitungan dengan rumus diatas diperoleh sampel minimum

untuk penilitian ini adalah 38 sampel. Jadi, jumlah sampel kasus dalam

penelitian ini adalah 38 balita. Rasio kasus dan kontrol adalah 1:1. Jadi,

total sampel menjadi 76 responden, yang terdiridari 38 kasus dan 38

kontrol.

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

52

4.2.3 Kriteria Kasus dan Kontrol

Kriteria kasus dan kontrol :

1. Kriteria kasus

a. Kriteria inklusi

Responden adalah balita yang tidak stunting ditentukan oleh TB/U

tercatat di register KIA di Desa Ketandan Dagangan Madiun

b. Kriteria ekslusi

Responden tidak berada di tempat sewaktu penelitian

2. Kriteria kontrol

a. Kriteria inklusi

Responden adalah balita yang memiliki status gizi yang norml yang

tercatat dalam register KIA di di Desa Ketandan Dagangan

Madiun.

b. Kriteria eksklusi

Responden tidak berada di tempat sewaktu penelitian.

4.3 Teknik Pengambilan Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penlitian ini adalah probality

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan

peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2013). Metode yang digunakan

dalam pengambilan sampel yaitu menggunakan metode simple random

sampling.

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

53

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Adapun kerangka kerja dari penelitian ini adalah

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian “Hubungan berat badan lahir rendah

(BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di

Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.”

Populasi

Seluruh balita stunting di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun

sebanyak 42 anak

Sampling

Simple random sampling

Sampel

Sebagian balita pada kelompok kasus sebanyak 38 balita, dan kelompok kontrol

sebanyak 38 balita di Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun

sebanyak 76 anak

Desain Penelitian

analitik dengan pendekatan Case control

study

Pengumpulan Data

Buku KIA untuk berat badan lahir rendah dan stunting menggunakan alat

ukur tinggi badan

Pengolahan Data

Uji Chi-Square dengan SPSS for windows vers 16

Kesimpulan

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

54

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Berat Badan Lahir

Rendah

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kejadian stunting pada

balita,

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

55

4.5.2 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 4.3 Definisi Operasional Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5

tahun di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat

Ukur Skala Hasil Ukur

Berat Badan

Lahir Rendah

Bayi yang lahir

dengan berat badan

kurang dari 2500

gram tanpa

Memandang status

kehamilan

dikecamatan

dagangan

1. Berat badan lahir rendah yaitu

bayi lahir dengan berat 1500-2500

gram.

2. Berat badan lahir sangat rendah

yaitu <1500 gram.

3. Berat badan ekstrem rendah <

1000 gram (Saifudin, 2009).

Buku

KIA

Nominal 0=BBLR jika BB

<2500gr

1= Normal ≥ 2500gr

Kejadian

Stunting

Tinggi balita menurut

umur (TB/U) ≤ -2 SD

sehingga lebih pendek

dari pada tinggi yang

seharusnya.

Retardasi pertumbuhan linier dengan

defisit pada tinggi badan sebesar < -2 z

score (WHO, 2012).

Alat ukur

tinggi

badan

Nominal 0= Stunting ( ≤ -2 SD)

1= Tidak stunting (≥-

2SD)

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

56

4.6 Instrumen Penelitian

1. Riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Dalam pengukuran tidak menggunakan lembar kuesioner tetapi

Menggunakan buku KIA yang digunakan untuk mengetahui berat

badan bayi saat lahir.

2. Pengukuran stunting

Dalam pengukuran stunting yang digunakan yaitu alat pengukur

tinggi badan.

4.7 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.7.1 Waktu

Waktu penelitian pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember

2017–Juni2018 di desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten

Madiun.

4.7.2 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Desa ketandan Kecamatan Dagangan

Kabupaten Madiun.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data yang ditetapkan

adalah sebagai berikut :

1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun, kemudian ditujukan kepada

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

57

BANKESBANGPOL Madiun, setelah diijinkan dilanjutkan ke Dinas

Kesehatan Madiun.

2. Setelah mendapat ijin dari Dinas Kesehatan Madiun, surat ijin

ditujukan kepada Kepala Puskesmas Dagangan dan kemudian di

arahkan ke Desa Ketandan.

3. Peneliti bekerjasama dengan bidan Desa Ketandan.

4. Setelah semua surat izin penelitian sudah didapatkan, peneliti datang

secara langsung ke Posyandu Ketandan, Sidodadi, Njeles, Kenet dan

Nguren

5. Selanjutnya peneliti memilih responden sesuai kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi.

6. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang

tujuan penelitian, manfaat dan prosedur peneliti.

7. Bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani

lembar persetujuan (Lembar Inform Consent).

4.9 Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden

mentabulasikan data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti dan melakukan perhitungan

untuk menjawab rumusan masalah (Sugiyono, 2013). Analisis data

kuantitatif dilakukan dengan metode tertentu yaitu:

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

58

1. Analisis Univariat

Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil

pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono dan Mekar,

2013). Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi terhadap masing masing

variabel yaitu BBLR dan kejadian stunting.

2. Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan berat badan lahir rendah (BBLR) terhadap

kejadian stunting pada balita di Desa Ketandan Kecamatan

Dagangan Kabupaten Madiun. Pengolahan analisis bivariat

dilakukan dengan menggunakan bantuan komputerisasi. Uji statistik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-square. Chi-

square adalah mencari hubungan atau pengaruh variabel bebas (X)

dengan Variabel terikat (Y) dan data berbentuk nominal dan ordinal.

Untuk mengetahui terdapat pengaruh atau tidak dapat dilihat dari

nilai signifikan (Sujarweni, 2015).

a. Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima, tidak ada hubungan berat

badan lahir rendah (BBLR) terhadap kejadian stunting pada

balita di Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten

Madiun.

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

59

b. Jika Sig < 0,05 maka H0 ditolak, ada hubungan berat badan lahir

rendah (BBLR) terhadap kejadian stunting pada balita di Desa

Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

4.10 Etika Penelitian

1. Informed Concent (Lembar persetujuan responden)

Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden.

Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

serta manfaat penelitian. Jika subjek bersedia maka harus

menandatangani lembar persetujuan (Hidayat, 2011).

2. Anonimity (Tanpa nama)

Menggunakan subjek penelitian dengan tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan

(Hidayat, 2011).

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah lainnya, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset (Hidayat, 2011).

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

60

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang

hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa

Ketandan Dagangan Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni

2018 penelitian ini dilakukan di desa ketandan yang terdiri dari 5 posyandu yaitu

ketandan, nguren, njeles, kenet dan sidodadi dengan jumlah responden sebanyak

76 responden. Dimana terdapat dua kelompok, yang pertama kelompok kasus

sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol sebanyak 38 responden.

5.1 Gambaran Umum

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Desa Ketandan

Dagangan Madiun yang menaungi 5 desa yaitu Ketandan, Nguren, Njeles,

Kenet dan Sidodadi. Populasi balita di desa ketandan sebanyak 287 balita

yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

Data umum akan menyajikan karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin, karakteristik responden berdasarkan umur.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Balita

Karakteristik responden berdasarkan usia balita di Desa Ketandan

Dagangan Madiun dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini :

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

61

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur Balita di Desa Ketandan Dagangan Madiun Pada

Bulan Mei- Juni 2018.

Umur

(Bulan)

Stunting Tidak

Stunting Jumlah %

F % F %

12-24 bulan 11 28.9 12 31,6 2 30.3

25-36 bulan 12 31.6 10 26.3 22 28.9

37-48 bulan 9 23.7 11 28.9 20 26.3

49-60 bulan 6 15.8 5 13.2 11 14.5

Jumlah 38 100.0 38 100.0 76 100.0

(Sumber : Lembar observasi identitas responden di Desa Ketandan Dagangan

Madiun bulan Mei-Juni 2018)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 76 responden

dapat diketahui bahwa dari kelompok kasus usia anak terbanyak yang

menderita stunting dalam penelitian ini yaitu umur 25-36 bulan

sebanyak 12 balita (31,6%) dan sebagian kecil terjadi pada umur 49-

60 bulan sebesar 6 balita (15,8%). Sedangkan untuk kelompok kontrol

usia anak terbanyak dalam penelitian ini yaitu umur 25-36 Bulan

sebanyak 12 balita (31,6%) dan usia anak terkecil pada umur 49-60

Bulan sebeanyak 5 Balita (13,2%).

2. Karakteristik Balita Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Desa

Ketandan Dagangan Madiun dapat di lihat pada tabel 5.2 dibawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin Balita di Desa Ketandan Dagangan Madiun

Pada Bulan Mei-Juni 2018.

Jenis Kelamin

Variabel

Jumlah % Kasus Kontrol

Jumlah % Jumlah %

Laki-laki 16 42,1 20 52,6 38 50,0

Perempuan 22 57,9 18 47,8 38 50,0

Jumlah 38 100,0 38 100,0 76 100,0

(Sumber : Lembar observasi identitas responden di Desa Ketandan Dagangan

Madiun bulan Mei-Juni 2018)

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

62

Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa dari

kelompok kasus terbanyak pada balita perempuan sebanyak 22

(57,9%), dan sebagian kecil adalah terjadi pada balita Laki-laki

sebanyak 16 (42,1%). Sedangkan untuk kelompok kontrol terbanyak

terjadi pada balita laki-laki sebanyak 20 (52,6%) dan sebagian kecil

terjadi pada balita perempuan sebanyak 18 (47,8%).

3. Karakteristik Balita Berdasarkan Tinggi Badan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Tinggi Badan Balita di Desa Ketandan Dagangan Madiun

Pada Bulan Mei-Juni 2018

Tinggi Badan

(Cm)

Stunting Tidak Stunting Jumlah %

F % F %

60-70 Cm 2 5,3 0 0 2 2,6

71-80 Cm 10 26,3 3 7,9 13 17,1

81-90 Cm 18 47,4 10 26,3 28 36,8

91-100 Cm 8 21,1 20 52,6 28 36,8

101-110 Cm 0 0 5 13,2 5 6,6

Jumlah 38 100,0 38 100,0 76 100,0

(Sumber : Lembar observasi identitas responden di Desa Ketandan Dagangan

Madiun bulan Mei-Juni 2018)

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa dari

kelompok kasus terbanyak terjadi pada Tinggi badan 81-90 cm

sebanyak 18 (47,4%) balita, dan sebagian kecil adalah terjadi pada

tinggi badan 101-110 cm yaitu sebesar 0 (0%). Sedangkan untuk

kelompok kontrol sebagian besar terjadi pada tinggi badan 91-100 cm

sebanyak 20 (52,6%) balita dan sebagian kecil terjadi pada tinggi

badan 60-70 cm adalah sejumlah 0 (0%).

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

63

5.2.2 Data Khusus

Setelah mengetahui data umum atau karakteristik responden dalam

penelitian ini, maka berikut ini ditampilkan data hasil penelitian yang

terkait dengan data khusus yang meliputi Berat bayi lahir, kejadian

stunting pada balita dan hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada

balita dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabulasi silang tentang

variabel independen dan dependen.

1. Frekuensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Ketandan

Dangangan Madiun.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi BBLR di Desa Ketandan Dagangan

Madiun Pada Bulan Mei-Juni 2018.

BBLR Kelompok Kasus Kelompok Kontrol

Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)

BBLR 22 57,9 6 15,8

TIDAK

BBLR 16 42,1 32 84,2

Jumlah 38 100,0 38 100,0

(Sumber : Lembar observasi BBLR di Desa Ketandan Dagangan Madiun bulan

Mei-Juni 2018).

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari kelompok kasus

sebagian besar ada 22 balita (57,9%) mengalami BBLR dan sebagian

kecil ada 16 balita (42,1%) tidak mengalami BBLR. Sedangkan

kelompok kontrol yang tidak BBLR sebagian besar ada 32 balita

(84,2%) dan sebagian kecil yang mengalami BBLR sebesar 6 balita

(15,8%).

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

64

2. Frekuensi Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di Desa

Ketandan Dagangan Madiun.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Stunting di Desa Ketandan Dagangan

Madiun pada Bulan Mei- Juni 2018.

BBLR Kelompok Kasus Kelompok Kontrol

Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)

BBLR 38 100 % 0 0

Tidak

BBLR 0 0 38 100%

Total 38 100,0 38 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari kelompok kasus

terbanyak ada 38 (100%). Sedangkan dalam kelompok kontrol

terbanyak 38 (100%) dan sebagian kecil sebanyak 0 (0%).

3. Hubungan BBLR dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5

Tahun

Karakteristik dari hasil tabulasi silang antara BBLR dengan

kejadian stunting akan disajikan dalam tabel 5.6 yang ada di bawah

ini:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan BBLR dengan Kejadian

Stunting Pada Balita di Desa Ketandan Dagangan Madiun.

BBLR

Kejadian Stunting

Jumlah % Stunting Tidak Stunting

Jumlah % Jumlah %

BBLR 22 57,9 6 15,8 28 36,8

TIDAK

BBLR 16 42,1 32 84,2 48 63,2

Jumlah 38 100,0 38 100,0 76 100,0

OR 7.333

CI 2.480-21.680

P 0.00

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagisn besar yang

mengalami BBLR dan juga stunting sebanyak 22 (57,9%) dan

sebagian kecil yang mengalami BBLR tetapi tidak stunting ada 6

(15,8%). Sedangkan sebagian besar yang tidak mengalami BBLR

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

65

tetapi stunting sebanyak 16 (42,1%) dan sebagian kecil yang tidak

mengalami BBLR dan juga tidak stunting sebanyak 32 (84,2%).

Pengolahan data untuk mengetahui hubungan BBLR dengan

kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun adalah menggunakan Uji

Chi Square. Uji ini digunakan untuk membuktikan hipotisis yaitu ada

tidaknya hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 1-

5 tahun di Desa Ketandan Dagangan Madiun. Berdasarkan hasil uji

Chi Square dengan nilai continuity correction didapatkan nilai p= 0,00

< α= 0,05, maka dapat dikatan ada hubungan BBLR dengan kejadian

stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan Dagangan

Madiun. Sesuai hasil tabel diatas, hasil nilai OR sebesar 7.333 maka

dapat disimpulkan bahwa riwayat BBLR memiliki resiko 7.333 lebih

besar untuk mengalami stunting dibanding balita yang mengalami

BBLR.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Ketandan Dagangan

Madiun

Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan pada 76 responden di

Desa Ketandan Dagangan Madiun, pada kelompok kasus stunting

sejumlah 22 responden (57,9%) yang BBLR dan yang tidak BBLR

sejumlah 16 responden (42,1%). Sedangkan pada kelompok kontrol

sebanyak 6 responden (15,8%) yang BBLR dan yang tidak BBLR

sejumlah 32 responden (84,2%).

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

66

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristanti di

Wonosobo yang mendapatkan bahwa BBLR memiliki hubungan yang

signifikan terhadap kejadian stunting. Penelitian lainnya yang

mendapatkan hasil yang sama dengan ini yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Sirajudin tahun 2011 menyatakan bahwa anak pendek 3 kali lebih

besar di banding non BBLR, pertumbuhan terganggu, penyebab wasting,

dan risiko malnutrisi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian di Nepal yang dilakukan oleh

Paudel, et.al (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat

berat badan lahir rendah dengan kejadian stunting. Berat badan lahir yang

rendah memiliki risiko stunting 4,47 kali lebih besar dari pada balita

dengan berat lahir normal.

Berat lahir merupakan prediktor kuat terhadap penentuan ukuran

tubuh di kemudian hari. Hal ini karena pada umumnya bayi yang

mengalami Intra Uterine Growth Rsetardation (IUGR) tidak dapat

mengejar pertumbuhan ke bentuk normal selama masa kanak-kanak

(Barker, 2008).

Berat lahir pada umumnya sangat terkait dengan pertumbuhan dan

perkembangan jangka panjang. Sehingga, dampak lanjutan dari BBLR

dapat berupa gagal tumbuh (grouth faltering). Seseorang bayi yang lahir

dengan BBLR akan sulit dalam mengejar ketertinggalan pertumbuhan

awal. Pertumbuhan yang tertinggal dari yang normal akan menyebabkan

anak tersebut menjadi stunting.

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

67

Kesimpulan menurut peneliti Dalam upaya memperbaiki status gizi

dan kesehatan anak maka perlu adanya pola asuhan nutrisi yang baik bagi

ibu sejak masa hamil, masa bayi, masa balita, dan anak-anak agar

terpenuhi kebutuhan gizi dan tercapainya pertumbuhan yang optimal.

5.3.2 Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di Desa Ketandan

Dagangan Madiun

Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan pada 76 responden di

Desa Ketandan Dagangan Madiun, pada kelompok kasus atau stunting

sejumlah 38 responden (50%). Sedangkan pada kelompok kontrol atau

tidak stunting sebanyak 38 Responden (50%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Meilyasari dan Ismawati (2014), dan penelitian Anugraheni (2012) di Pati

yang menunjukkan bahwa risiko stunting lebih tinggi dialami oleh balita

dengan panjang lahir rendah (< 48 cm). Risiko untuk terjadi gangguan

tumbuh (growth faltering) lebih besar pada bayi yang telah mengalami

falter sebelumnya yaitu keadaan pada masa kehamilan dan prematuritas.

Artinya, panjang badan yang jauh di bawah rata-rata lahir disebabkan

karena sudah mengalami retardasi pertumbuhan saat dalam kandungan.

Retardasi pertumbuhan saat masih dalam kandungan menunjukkan

kurangnya status gizi dan kesehatan ibu pada saat hamil sehingga

menyebabkan anak lahir dengan panjang badan yang kurang

(Kusharisupeni, 2002). Pemberian makanan pada bayi dan anak

merupakan landasan yang penting dalam proses pertumbuhan. Di seluruh

dunia sekitar 30% anak dibawah lima tahun yang mengalami stunted

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

68

merupakan konsekuensi dari praktek pemberian makan yang buruk dan

infeksi berulang. (WHO, 2011; UNICEF, 2008 dalam Wijogowati, 2010).

Anak yang stunting mengalami pertumbuhan rangka yang lambat dan

pendek. Kondisi ini diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan makanan

dan meningkatnya kesakitan dalam masa waktu yang lama. Prevalensi

anak stunting dan kurus banyak terjadi pada tahun ke-2 dan ke-3 dalam

kehidupan. Pengaruh perbedaan genetik dan suku menjadi pertimbangan

ketika melakukan evaluasi tinggi badan terhadap usia (Alina Hizni, 2010)..

Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik diperlukan nutrisi yang

adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas akan

menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan dan perkembangan, khusus pada perkembangan

dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi otak. Otak manusia

mengalami perubahan struktural dan fungsional yang luar biasa antara

minggu ke-24 sampai minggu ke-42 setelah konsepsi. Perkembangan ini

berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia

6 bulan pertama kehidupan. Dengan demikian pertumbuhan sel otak

berlangsung sampai usia 3 tahun (Gladys, 2011).

Kesimpulan menurut peneliti adalah Bahwa kejadian stunting

merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang

kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan gizi. Maka dari itu ibu dianjurkan memberikan

makanan yang bergizi kepada balita agar balita mendapatkan status gizi

yang baik dan tidak beresiko stunting.

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

69

5.3.3 Hubungan BBLR dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5

Tahun di Desa Ketandan Dagangan Madiun

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji analisis Chi Square

didapatkan nilai p = 0,00 < α=0,05. Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak H1 di

terima, maka ada hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada anak

usia 1-5 tahun di Desa Ketandan Dagangan Madiun.

Empat kelompok rawan masalah gizi adalah bayi, anak usia bawah

lima tahun, ibu hamil dan para usia lanjut. Ibu hamil yang merupakan

salah satu kelompok rawan gizi perlu mendapatkan pelayanan kesehatan

yang baik dan berkualitas agar ibu tersebut dapat menjalani kehamilannya

dengan sehat (Kemenkes RI, 2012).

Kondisi kesehatan dan status gizi ibu saat hamil dapat mempengaruhi

pertumbuha dan perkembangan janin. Ibu yang mengalami kekurangan

energi kronis atau anemia selama kehamilan akan melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR lahir rendah banyak dihubungkan

dengan tinggi badan yang kurang atau stunting. Oleh karena itu

diperlukannya upaya pencegahan dengan menetapkan atau memperkuat

kebijakan untuk meningkatkan intervensi gizi ibu dan kesehatan mulai dari

masa remaja (WHO, 2014).

Hasil penelitian asupan energi yang dikonsumsi lebih sering makan

makanan nasi 50 gram dengan frekuensi 3 kali sehari, ikan goreng 50 gram

dengan frekuensi 3 kali sehari, dan sayur kangkung cah 10-20 gram sehari

sekali. Asupan tersebut belum terpenuhi jika tidak minum susu, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Hidayati menunjukkan bahwa kurangnya

asupan energi pada anak tersebut dikarenakan kurangnya asupan nasi dan

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

70

susu. Susu sebenarnya mengandung energi yang cukup baik, dianjurkan

pada anak-anak untuk mengkonsumsi sedikit namun sering (Hidayati dkk,

2010).

Asupan energi kurang yang terjadi pada anak-anak usia 13-36 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Tuminting karena faktor-faktor yang

mempengaruhi pilihan makanan anak yaitu kebiasaan menerima makanan,

dan pengaruh dari orangtua yaitu ketersediaan makanan dan pengetahuan

gizi dari orangtua tersebut (Almatsier, 2011). Asupan energi kurang lebih

banyak terjadi pada usia 13-24 bulan, hal itu disebabkan oleh perilaku

makan anak tersebut yang susah/rewel makan, makanan yang dikemut

dimulut dan meminta makanan yang sama setiap makan (Soetardjo, 2011).

Susu selain mengandung energi, juga mengandung zink dan kalsium

yang bisa memicu pertumbuhan fisik anak terutama tinggi badan seperti

hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dkk (2010) dengan judul

Kekurangan Energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian

Stunted pada Anak Usia 1-3 tahun yang Tinggal di Wilayah Kumuh

Perkotaan Surakarta yang mengungkapkan bahwa asupan energi kurang

dikarenakan tidak mengkonsumsi susu, sehingga asupan energi yang

rendah memiliki risiko terhadap kejadian anak stunting 2,52 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan yang asupan energinya baik atau normal.

Kesimpulan pada penelitian didapatkan nilai p = 0,00 >α=0,05. Jika

sig > 0,05 maka H0 ditolak H1 di terima, maka ada hubungan BBLR

dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan

Dagangan Madiun.

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

71

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Berat badan lahir rendah (BBLR) di Desa Ketandan Dagangan Madiun

sebagian besar ada 22 (57,9%) balita.

2. Kejadian stunting di Desa Ketandan Dagangan Madiun sebagian besar

adalah 38 (100%) balita.

3. Ada hubungan BBLR dengan Kejadian stunting pada balita di Desa

Ketandan Dagangan Madiun dengan nilai ρ value 0,00 Nilai OR sebesar

7,333.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Dagangan

Bagi Puskesmas Dagangan Kota Madiun untuk lebih

mengoptimalkan program sosialisas terhadap ibu hamil untuk

mencegah terjadinya BBLR dan stunting sehingga setiap anggota

keluarga memiliki status gizi yang baik termasuk anak, agar supaya

status gizi stunting yang terjadi pada anak usia 12-60 bulan bisa

berubah dan semakin baik pada usia selanjutnya.

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

72

2. Bagi Ibu Hamil

Bagi ibu hamil dapat memberikan informasi tentang cara

pencegahan BBLR dan stanting.

3. Bagi Mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan

digunakan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian

selanjutnya, sehingga mahasiswa akan mampu mengetahui mengenai

pembelajaran pemberian BBLR dengan kejadian stanting pada balita.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian

serupa dengan pengembangan penelitian lebih lanjut seperti dengan

menggunakan metode kesehatan yang berbeda.

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

73

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Dedi zaenal, Indasari, Sri yusnita, Sukandar, Hadyana. 2013. Analisis

Sebaran dan Faktor Resiko Stunting Pada Balita di Kabupaten Purwakarta.

Epidemologi Komunitas FKUP. Diakses dari http://pustaka.unpad.uc.id/wp

contenc/uploads/2013/07/pustaka_unpad_analisis_sebaran_dan_faktor

_resiko_stunting. PDF.

Almatsier, S.2011. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Andriani, Marryana, Wiratmadji. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.

Jakarta: Kencana.

Anugraheni, HS. 2011. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36

Bulan di Kecamatan Pati. Artikel Penelitian Program Studi Ilmu Gizi

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Amin, A.M. 2013. Hubungan Pola Asuh dan Asupan Gizi terhadap Status Gizi

Anak Usia 6-12 Bulan Pada Daerah Pesisir Pantai di Kelurahan

Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten Barru, Tesis. UGM:

Yogyakarta.

Andriani M, dan wirjatmadi B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Bappenas RI. (2013). Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka

1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). BAPPENAS.

Depkes RI. 2009. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dasar.

Barker. 2008. Cultur Studyes Theory dan Praktik (diIndonesiakan nurhadi).

Yogyakarta: Kreasi Wacan.

Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2012. Keputusan Menteri

Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI: 2011.

Depertement of Making Pregnancy Saver. WHO. 2013. Complementary feeding.

Diakses dari

http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/.

Dinkes Kabupaten Madiun. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Madiun.

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

74

Fernald LC, Neufeld LM. 2007.Overweight With Concurrent Stunting in Very

Young Children from Rural Mexico: Prevalence and Associatedfactors.

European journal of clinical Nutrition. 61: 623-632.[accessed february 29,

2013]. Dapat diakses di: URL:

Http://www.nature.com/ejnc/journal/v61/n5/pdf/1602558a.pdf/

Gladys. 2011. Food Seventh Editiomn Houghton Miffin Bostom.

Hoddinot, John, Alderman, Harold, Jere R, Hadded laurence, and Horton, Susan.

2013. The Economic Renonale for Investing in Stunting Reduction. Grand

Chailenges Canada Economic. Returns to Mitigating. Early Life Risks

Project.8. diakses dari http://repository.upenn.edv/gcc.economic_returns/8.

Hizni, A. 2010. Status Tunted dan Hubungan dengan Perkembangan Anak Balita

di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemah Wungkuk Kota Cirebon.

Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 6 (3). 131-137.

Hidayati, Sri. 2010. Hubungan Pengasuhan Ibu Bekerja Terhadap Perkembangan

Anak Usia Pra Sekolah Ditaman Kanak-kanak Kecamatan Danurejan

Jogjakarta (Tesis). Universitas Gajah Mada.

Kemenkes RI. 2012. Pokok-pokok Peraturan Pemerintah no.33 tahun 2012:

Pemberian Air Susu Ibu Eklusif. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik

Indonesia.

Kemenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

482/menkes/sk/iv Tahun 2010: Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional

Universal Child. Immunization 2010-2014 (Gain uci 2010-2014). Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.41

Tahun 2014: Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik

Indonesia.

Lestari titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Nuha Medika: Yogyakarta.

Meilyasari F, dan Isnawati M. 2014. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Balita

Usia 12 Bulan di Desa Purwokerto, Kecamatan Katebon Kabupaten

Kendal. Tesis. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro. Journal of Nutrition College, 3 (2): 16-25.

Mahayu P. 2016. Imunisasi dan Nutrisi. Yogyakarta: Buku Biru.

Nashikah R, dan Margawati A. 2012. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada

Balita Usia 24-36 Bulan di Kecamatan Semarang Timur. Journal of

Nutrition College, 1 (1): 176-184.

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

75

Proverawati dan Isnawati. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha

medika. Yogyakarta.

Paudel R, Pradan B, Wagle R, Pahari. 2012. Risk Rektors for Stunting Among

Children a Comunity Based Case Control Study in Nepal. Kitamandu

University Medical Journal, 10 (3) 18-24.

Ramli, Agho KE, Inder Kj, Bowe SJ, Jacobs j, Dibley MJ. 2009. Prevalance and

Risk Factors for Stunting and Savere Stunting Among Underfives in Nort

Maluku Provice of Indonesia. Research Article BMC Pediatrics, 9: 64

Rudert C. 2014. Malnutrition in Asia. Vientiane : UNICEF East Asia pacific.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta CV.

Sihadi, Djaiman SP. 2011. Faktor Resiko untuk Mencegah Stunted Berdasarkan

Perubahan Status Panjang/ Tinggi Badan untuk Usia 6-11 Bulan ke Usia 3-

4 Tahun. Buletin Penelitian Kesehatan.

Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Supariasa. 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC.

Soetarjo. 2011. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumiaksara

WHO. 2012. Iron and Folate Suplementation Integrated Management of

Pregnancy And Childbird (IMPAC). Standarts for Maternal and Neonatal

Care.

WHO. 2014. Maternal Mortality: Word Health Organization.

Yongki. 2012. Asuhan dan Pertumbuhan Neonatus Kehamilan. Persalinan Bayi

dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yasmin G, Kustiah L, Dwiriani. 2014. Risk Factors of Stunting Among School-

Aged Children from Eight Provinces in Indonesia. Pakistan Journal of

Nutrition. 13 (10): 557-556.

Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari
Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

76

LAMPIRAN 1

Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

77

LAMPIRAN 2

SURAT IJIN PENELITIAN

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

78

LAMPIRAN 3

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

79

LAMPIRAN 4

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN

KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI 3 POSYANDU

DI DESA KETANDAN KECAMATAN DAGANGAN KABUPATEN

MADIUN

Oleh:

IIN EBTANASARI

Penulis adalah mahasiswa sarjana keperawatan STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun, Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan sarjana keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Tujuan penulisan ini untuk mempelajari Hubungan Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Kecamatan

Dagangan Kabupaten Madiun. Partisipasi saudara dalam penulisan ini akan

membawa dampak positif dalam upaya mencari keterkaitan dalam adanya

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan kejadian stunting. Peneliti

mengharap informasi yang anda berikan nanti sesuai dengan keadaan yang

sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi orang lain. Peneliti menjamin kerahasiaan

pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan

digunakan untuk membangun ilmu pendidikan dan tidak akan dipergunakan untuk

maksud-maksud lain.

Partisipasi anda dalam penulisan ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut

atau tidak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden

peneliti ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.

Madiun, ..... - ......... 2018

Peneliti

I’in Ebtanasari

Nim. 201402022

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

80

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Bersedia/Tidak bersedia

Dengan Hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun :

Nama : I’in Ebtanasari

NIM : 201402022

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) dengan Kejadian stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di

Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun”

Adapun informasi Ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya dan saya

bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan Ibu. Sehubungan

dengan hal tersebut, apabila Ibu setuju ikut serta dalam penelitian ini dimohon

untuk menandatangan kolom yang disediakan.

Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Madiun, ..... - .......... 2018

Peneliti,

Iin Ebtanasari

Nim. 201402022

Responden,

( )

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

81

LAMPIRAN 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGUKURAN TINGGI BADAN

Standart Operasional Prosedur

Pengukuran Tinggi Badan

Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk mengetahui tinggi

badan anak

Tujuan Untuk mengetahui tinggi badan anak sehingga bisa

mendeteksi faktor resiko

Referensi Sulistyawati A. 2014. Buku deteksi tumbuh kembang

anak. Salemba medika: Jakarta.

Prosedur/

Langkah-langkah

A. Persiapan

1. Persiapan alat

• alat ukur tinggi badan

• alat tulis

2. Persiapan pasien dan lingkungan

• beri informasi maksud dan tujuan tindakan

yang akan dilakukan

• menentukan tempat yang datar untuk

meletakkan alat pengukur tinggi badan

B. Langkah-langkah

1. Cara mengukur dengan posisi berbaring

a. sebaiknya dilakukan untuk dua orang

b. bayi dibaringkan telentang pada alas yang

datar

c. kepala bayi menempel pada pembatas angka

0 (nol)

d. petugas 1 : kedua tangan memegang kepala

bayi agar tetap menempel pada pembatas

angka 0 (pembatas kepala)

e. petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi

agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki

ketelapak kaki.

f. Petugas 2: membaca angka ditepi luar

pengukur

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

82

2. Cara mengukur dengan posisi berdiri

a. Anak tidak memakai sandal atau sepatu

b. Berdiri tegak menghadap kedepan

c. Punggung, pantat, dan tumit menempel pada

tiang pengukur.

d. Turunkan batas atas pengukur sampai

menempel di ubun-ubun .

e. Baca angka pada batas tersebut.

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

83

LAMPIRAN 7

LEMBAR OBSERVASI

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN

DI DESA KETANDAN KECAMATAN DAGANGAN

KABUPATEN MADIUN

A. Identitas Responden

1. No. Responden :

2. Nama Responden :

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Umur :

5. Riwayat kelahiran : Normal Caesar

B. Observasi BBLR

No Nama

Responden

Jenis

Kelamin Umur BB

Lahir

BBLR

LK PR YA TIDAK

1.

2.

3.

dst

C. Observasi Stunting

No Nama Responden

Jenis

Kelamin Umur TB Stunting

LK PR Ya Tidak

1.

2.

3.

dst

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

84

LAMPIRAN 8

TABULASI DATA KASUS

No Nama

Responden

Jenis Umur

(Bulan)

BBL

(gram) BBLR TB (cm)

Standart

deviasi STUNTING

Kelamin

1 An. A Lk 43 2600 1 89,2 -3 0

2 An.W Lk 52 1900 0 88,2 -4 0

3 An.F Pr 59 3100 1 88,1 -4 0

4 An.H Lk 22 2900 1 78,1 -3 0

5 An.A Lk 23 2400 0 78,2 -3 0

6 An.A Pr 45 2100 0 88,4 -3 0

7 An.D Pr 58 1900 0 95,1 -2 0

8 An.L Lk 53 2700 1 97,2 -2 0

9 An.F Pr 41 2700 1 90,2 -2 0

10 An.R Pr 28 3200 1 82,1 -2 0

11 An.M Pr 25 2500 0 80,2 -2 0

12 An.E Pr 14 2600 1 70,2 -3 0

13 An.P Pr 16 2600 1 72,2 -2 0

14 An.R Pr 37 2900 1 83,2 -4 0

15 An.M Lk 39 1500 0 88,8 -3 0

16 An.A Lk 21 2000 0 75,4 -4 0

17 An.A Pr 27 2600 1 80 -2 0

18 An.D Pr 34 3100 1 86 -2 0

19 An.N Pr 20 2200 0 75,6 -2 0

20 An.K Lk 20 2600 1 75,9 -3 0

21 An.H Pr 19 2900 1 75,9 -2 0

22 An.A Lk 47 2700 1 88,9 -4 0

23 An.E Pr 35 3100 1 86,2 -2 0

24 An.R Pr 35 2500 0 83,3 -3 0

25 An.J Lk 33 2700 1 83,1 -3 0

26 An.A Lk 34 2900 1 86,2 -2 0

27 An.A Lk 13 1700 0 66,1 -4 0

28 An.G Lk 26 2600 1 78,2 -4 0

29 An.A Lk 48 1400 0 94,2 -2 0

30 An.A Pr 23 2400 0 69,2 -4 0

31 An.A Pr 49 3200 1 95,1 -2 0

32 An.F Lk 31 1900 0 83,2 -2 0

33 An.Z Pr 42 3000 1 90,2 -2 0

34 An.O Pr 44 2400 0 91,2 -2 0

35 An.K Lk 33 2900 1 84,2 -2 0

36 An.K Lk 58 3200 1 92,2 -4 0

37 An.R Pr 21 1800 0 75 -3 0

38 An.S Pr 27 2900 1 81 -2 0

Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

85

LAMPIRAN 9

TABULASI DATA KONTROL

No Nama

Responden

Jenis Umur BBL BBLR TB

Standart

deviasi STUNTING

Kelamin

1 An. R Pr 13 2900 1 74,4 -1 1

2 An.A Lk 27 3100 1 94,3 -1 1

3 An.S Pr 41 2700 1 97,2 1 1

4 An.Y Lk 21 2800 1 82,1 -1 1

5 An.M Lk 44 3400 1 97 -1 1

6 An.D Pr 29 2800 1 90 1 1

7 An.A Lk 23 2600 1 88,8 2 1

8 An.N Pr 23 3300 1 84,2 1 1

9 An.K Pr 18 2400 0 81,2 1 1

10 An.S Lk 20 3500 1 80,2 1 1

11 An.B Lk 17 2600 1 81,2 1 1

12 An.I Pr 16 2900 1 83,1 1 1

13 An.N Pr 55 3200 1 99,1 1 1

14 An.I Pr 47 1600 0 99,1 -1 1

15 An.N Lk 41 2900 1 94,1 1 1

16 An.A Pr 43 2300 0 99,1 1 1

17 An.R Lk 41 2900 1 98,1 1 1

18 An.D Lk 53 3100 1 101,8 -1 1

19 An.A Pr 33 2700 1 94,1 1 1

20 An.S Lk 29 2900 1 91,1 1 1

21 An.A Pr 45 1900 0 98,1 -1 1

22 An.K Lk 25 2700 1 87,1 1 1

23 An.N Lk 22 3200 1 88,2 1 1

24 An.V Lk 18 2200 0 87,1 2 1

25 An.T Pr 38 2900 1 95,2 -1 1

26 An.I Pr 59 3300 1 109,1 1 1

27 An.W Pr 44 2800 1 100,2 1 1

28 An.N Lk 57 2200 0 101,1 -1 1

29 An.K Pr 48 3100 1 102,1 1 1

30 An.F Pr 42 3400 1 103,2 2 1

31 An.T Lk 40 2900 1 96,2 1 1

32 An.N Lk 54 2600 1 105,2 1 1

33 An.Z Lk 35 2800 1 90,2 -1 1

34 An.E Lk 34 2600 1 98,1 1 1

35 An.A Lk 26 3100 1 87,1 1 1

36 An.R Pr 34 2900 1 98,1 1 1

37 An.A Pr 60 2600 1 104,9 -1 1

38 An.A Lk 35 2600 1 99,1 1 1

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

86

LAMPIRAN 10

HASIL DATA DEMOGRAFI

Jenis kelamin balita kasus

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 16 42.1 42.1 42.1

Perempuan 22 57.9 57.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

Jenis kelamin balita kontrol

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 20 52.6 52.6 52.6

Perempuan 18 47.4 47.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

Umur balita

Umur * Stunting Crosstabulation

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Umur 12-24 Bulan Count 11 12 23

% within Stunting 28.9% 31.6% 30.3%

25-36 Bulan Count 12 10 22

% within Stunting 31.6% 26.3% 28.9%

37-48 Bulan Count 9 11 20

% within Stunting 23.7% 28.9% 26.3%

49-60 Bulan Count 6 5 11

% within Stunting 15.8% 13.2% 14.5%

Total Count 38 38 76

% within Stunting 100.0% 100.0% 100.0%

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

87

LAMPIRAN 11

HASIL UJI CHI SQUARE

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

BBLR * Stunting 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

BBLR * Stunting Crosstabulation

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

BBLR BBLR Count 22 6 28

% within Stunting 57.9% 15.8% 36.8%

TIDAK BBLR Count 16 32 48

% within Stunting 42.1% 84.2% 63.2%

Total Count 38 38 76

% within Stunting 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 14.476a 1 .000

Continuity Correctionb 12.723 1 .000

Likelihood Ratio 15.157 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 14.286 1 .000

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .400 .000

N of Valid Cases 76

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

88

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for BBLR (BBLR / TIDAK BBLR)

7.333 2.480 21.680

For cohort Stunting = Stunting

2.357 1.511 3.676

For cohort Stunting = Tidak stunting

.321 .154 .672

N of Valid Cases 76

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .400 .000

N of Valid Cases 76

Page 108: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

89

LAMPIRAN 12

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 109: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

90

LAMPIRAN 13

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan Bulan

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1. Pengajuan dan konsul judul

2. Penyusunan proposal

3. Bimbingan Proposal

4. Ujian proposal

5. Revisi proposal

6. Pengambilan data (Penelitian)

7. Penyusunan dan bimbingan skipsi

8. Ujian skripsi

Page 110: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

91

LAMPIRAN 14

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Page 111: SKRIPSI HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) …repository.stikes-bhm.ac.id/120/1/11.pdfProgram Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 ABSTRAK I’in Ebtanasari

92