Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SOFT SKILL MAHASISWA DALAM
MENGHADAPI DUNIA KERJA
(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Semester Delapan Universitas Negeri
Semarang Tahun 2017)
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Dewi Rosalia Indah
1511413113
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
SOFT SKILL MAHASISWA DALAM
MENGHADAPI DUNIA KERJA
(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Semester Delapan Universitas Negeri
Semarang Tahun 2017)
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Dewi Rosalia Indah
1511413113
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
iii
iv
v
MOTTO DAN PERUNTUKKAN
Motto
“Jadikan Salat dan Sabar Sebagai Penolong” (QS. Al-Baqarah :45)
Peruntukkan
Skripsi ini, penulis hadiahkan untuk
1. Ibu tercinta Sulastri, Alm. Bapak Sugino
yang kurindukan, dan Kakakku Eko
Hartanto
2. Keluarga serta sahabat semua yang sudah
menyemangati dan membersamai penulis.
3. Sahabat Kisah Klasik, Sahabatku (Nurul,
Pungki, Tria), Psikologi Rombel 3 2013,
KKN Sumberejo 2016, yang telah
memberi semangat dan senantiasa
bersama dalam menuntaskan studi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim….
Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Soft Skill Mahasiswa dalam Menghadapi
Dunia Kerja”.
Soft skill yang dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi, integritas,
bekerjasama, interpersonal, etos kerja yang baik, inisitaif, mampu beradaptasi
dengan baik, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan,
percaya diri, sopan/etika, bijaksana, kreatif, humoris serta kemampuan
berwirausaha. Peneitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kondisi
ke-16 atribut tersebut pada mahasiswa semester delapan UNNES. Hasil yang
didapatkan adalah atribut etos kerja memiliki persentase tertinggi, sedangkan yang
rendah ada atribut kemampuan berorganisasi dan kemampuan berwirausaha
sehingga masih diperlukan kegiatan untuk dapat meningkatkan kedua atribut
tersebut.
Penulis menyadari bahwa selama proses hingga terselesaikannya
penyusunan laporan ini banyak mendapat kontribusi dari berbagai pihak. Dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas segala
bantuan, dukungan serta saran yang telah diberikan. Oleh karena itu izinkan
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fakhruddin M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang
2. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.S. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
3. Bapak Drs. Sugiyarta Stanislaus, M.S. dan Ibu Binta Mu’tiya Rizki, S.Psi,
M.A., sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,
dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
vii
4. Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
yang telah membantu kelancaran dalam ujian skripsi ini.
5. Ibu Sugiariyanti, S.Psi., M.A. sebagai Dosen Wali dan seluruh dosen Jurusan
Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.
6. Ibunda tercinta Sulastri, Alm. Bapak Sugino yang kurindukan, dan Kakakku
tersayang Eko Hartanto yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan
penuh kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di
Universitas Negeri Semarang ini.
7. Seluruh mahasiswa semester delapan Universitas Negeri Semarang yang telah
meluangkan waktu menjadi responden penelitian.
8. Sahabat - sahabat terbaik yang tidak bisa penulis sebutkan satu - persatu, yang
bersama - sama saling memotivasi dan menjadi tempat berbagi selama
menempuh studi.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu pelaksanaan penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
dan dapat memberikan kontribusi dalam dunia keilmuwan khususnya ilmu
Psikologi.
Semarang, 18 Oktober 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Indah, Dewi Rosalia. 2017. Soft Skill Mahasiswa dalam Menghadapi Dunia
Kerja. Skripsi. Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I : Drs Sugiyarta Stanislaus, M.S. dan Pembimbing II :
Binta Mu’tiya Rizki, S.Psi., M.A.
Persaingan pencari kerja dengan adanya kebijakan MEA harus disikapi
dengan menguatkan hard skill dan soft skill pada mahasiswa karena tenaga kerja
membutuhkan keahlian kerja berupa 82% soft skill dan 18% hard skill supaya
lebih siap dalam menghadapi dunia kerja. Pada kenyataannya, saat ini sistem
pendidikan di Perguruan Tinggi baru memberikan 10% soft skill, dan 90% lebih
pada hard skill. Permasalahan soft skill ini pun juga terjadi pada mahasiswa
semester delapan Universitas Negeri Semarang yakni berdasarkan studi
pendahuluan terdapat 6 dari 10 mahasiswa yang memiliki soft skill dalam kategori
rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi/gambaran soft skill
mahasiswa semester delapan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam
menghadapi dunia kerja.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan populasi
seluruh mahasiswa semester delapan UNNES tahun 2017. Sampel penelitian ini
berjumlah 379 mahasiswa semester delapan dengan teknik sampling yang
digunakan adalah simple random sampling. Pengambilan data menggunakan skala
psikologi yang didasarkan pada 16 atribut soft skill dengan hasil uji validitas yakni
koefisien validitas > 0,30 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,945. Analisis data
yang digunakan adalah analisis statitik deskriptif kuantitatif dengan persentase
yang dikerjakan menggunakan software statitis pengolah data.
Berdasarkan hasil pembahasan diketahui bahwa atribut soft skill yang
paling tinggi dimiliki oleh mahasiswa semester delapan adalah etos kerja,
sedangkan yang rendah adalah kemampuan berorganisasi dan kemampuan
berwirausaha, sehingga perlu adanya program yang mampu meningkatkan kedua
atribut tersebut seperti melalui kegiatan keorganisasian, seminar dan pelatihan,
menambahkan pendidikan berbasis karakter di perkuliahan serta diberikannya
program khusus untuk mahasiswa dapat berlatih berwirausaha.
Kata kunci : soft skill, mahasiswa, dunia kerja
ix
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i.
PERNYATAAN ………………………………………………………… iii
PENGESAHAN ………………………………………………………… iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN ……………………………………….. v
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi
ABSTRAK ……………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1.Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
1.2.Rumusan Masalah ..………………………………………………… 16
1.3.Tujuan Penelitian……………………………………………………. 16
1.4.Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 17
1.4.1. Manfaat Praktis ………………………………………………. 17
1.4.2. Manfaat Teoritis ……………………………………………… 17
x
BAB 2 LANDASAN TEORI ………………………………………. 19
2.1. Soft Skill........................................................................………. 19
2.1.1. Definisi Soft Skill…………………………….…………………. 19
2.1.2. Atribut Soft Skill ........................................................................ 21
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Soft Skill ........................... 33
2.1.4. Cara Penularan Soft Skill ........................................................... 35
2.1.5. Pengukuran Soft Skill ................................................................ 37
2.2. Mahasiswa dalam Menghadapi Dunia Kerja ............................ 39
2.2.1. Mahasiswa ……………………………………………………... 39
2.2.2. Dunia Kerja ................................................................................ 42
2.3. Soft skills Mahasiswa dalam Menghadapi Dunia Kerja……...... 44
BAB 3 METODE PENELITIAN…………………………...……….. 47
3.1. Jenis Penelitian………………………………………....………… 47
3.2. Desain Penelitian…………………………………………………. 47
3.3. Identifikasi Variabel Penlitian ………………………………….. 48
3.3.1 Variabel Penelitian ...................................................................... 48
3.3.1. Definisi Operasional Varibel……………………....…………….. 49
3.4. Subjek Penelitian………………………………………………… 50
3.4.1. Populasi…………………………………………...………………. 50
3.4.2. Sampel……………………………………………...…………….. 51
3.5. Metode dan Alat Pengumpulan Data……………..……………... 52
3.6. Validitas dan Reliabilitas………………………………………… 57
xi
3.6.1. Uji Validitas Instrumen…………………………..………………. 57
3.6.2. Uji Reabilitas Instrumen………………………………………… 60
3.7. Metode Analisis Data……………………………………………. 62
3.7.1 Metode Pengolahan Data ............................................................. 62
3.7.2 Analisis Data ............................................................................... 64
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 67
4.1. Persiapan Penelitian .................................................................... 67
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ......................................................... 67
4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian ........................................................ 69
4.1.3 Penyusunan Alata Ukur ............................................................... 71
4.2. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 73
4.2.1 Pengumpulan Data Penelitian ...................................................... 73
4.2.2 Pelaksanaan Skoring .................................................................... 74
4.2.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Soft Skill Mahasiswa... 75
4.3. Hasil Penelitian ............................................................................ 76
4.3.1 Data Demografi ............................................................................ 76
4.3.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ...................................... 76
4.3.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Fakultas ............................... 78
4.3.1.3. Gambaran Subjek Berdasarkan Program Studi ...................... 79
4.3.2. Deskripsi Soft Skill Mahasiswa Semester Delapan dalam
Menghadapi Dunia Kerja............................................................ 84
4.3.2.1. Deskripsi Komunikasi Mahasiswa Semester Delapan dalam
Menghadapi Dunia Kerja ............................................................ 86
xii
4.3.2.2. Deskripsi Integritas Mahasiswa Semester Delapan dalam
Menghadapi Dunia Kerja ............................................................ 89
4.3.2.3. Deskripsi Bekerjasama Mahasiswa Semester Delapan dalam
Menghadapi Dunia Kerja ......................................................... 91
4.3.2.4. Deskripsi Kemampuan Interpersonal Mahasiswa Semester
Delapan dalam Menghadapi Dunia Kerja ................................ 94
4.3.2.5. Deskripsi Etos Kerja yang Baik Mahasiswa Semester Delapan
dalam Menghadapi Dunia Kerja .............................................. 98
4.3.2.6. Deskripsi Inisiatif Mahasiswa Semester Delapan dalam
Menghadapi Dunia Kerja ........................................................ 100
4.3.2.7. Deskripsi Mampu Beradaptasi Mahasiswa Semester Delapan
dalam Menghadapi Dunia Kerja ............................................. 103
4.3.2.8. Deskripsi Kemampuan Berorganisasi Mahasiswa Semester
Delapan dalam Menghadapi Dunia Kerja ............................. 105
4.3.2.9. Deskripsi Berorietasi pada Detail Mahasiswa Semester
Delapan dalam Menghadapi Dunia Kerja .............................. 107
4.3.2.10. Deskripsi Kepemimpinan Mahasiswa Semester Delapan
dalam Menghadapi Dunia Kerja ......................................... 110
4.3.2.11. Deskripsi Percaya Diri Mahasiswa Semester Delapan
dalam Menghadapi Dunia Kerja ......................................... 113
4.3.2.12. Deskripsi Sopan/Beretika Mahasiswa Semester Delapan
dalam Menghadapi Dunia Kerja ........................................... 115
4.3.2.13. Deskripsi Bijaksana Mahasiswa Semester Delapan
xiii
dalam Menghadapi Dunia Kerja ............................................. 118
4.3.2.14. Deskripsi Kreatif Mahasiswa Semester Delapan dalam
Menghadapi Dunia Kerja ....................................................... 120
4.3.2.15. Deskripsi Humoris Mahasiswa Semester Delapan dalam
Menghadapi Dunia Kerja ................................................... ... 123
4.3.2.16. Deskripsi Kemampuan Berwirausaha Mahasiswa Semester
Delapan dalam Menghadapi Dunia Kerja ............................ 126
4.3.3. Tabulasi Silang ........................................................................ 128
4.3.3.1.Tabulasi Silang Antara Soft Skill Dengan Program Studi .......... 128
4.3.3.2. Tabulasi Silang Antara Atribut Soft Skill Dengan
Program Studi............................................................................ 129
4.3.3.3. Tabulasi Silang Antara Soft Skill dengan Usia Subjek ............... 132
4.3.3.4. Tabulasi Silang Antara Atribut Soft Skill dengan Usia Subjek .... 133
4.4. Pembahasan ........................................................................... 139
4.4.1. Soft Skill Mahasiswa Semester Delapan dalam Menghadapi
Dunia Kerja ........................................................................... 139
4.5. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 172
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 174
5.1. Simpulan ................................................................................. 174
5.2. Saran ....................................................................................... 175
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….………….... 176
LAMPIRAN ......................................................................................... 179
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1.Daftar 19 Kemampuan yang diperlukan di Pasar Kerja .................. 30
3.1. Populasi Mahasiswa Semester Delapan UNNES 2017 ................... 57
3.2. Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologi ………..…… 60
3.3. Blue-Print Skala Soft Skill Mahasiswa .......................................... 63
3.4. Sebaran Hasil Try-Out Uji Validitas Skala Soft Skill Mahasiswa ..... 68
3.5. Hasil Uji Reliabilitas Skala Soft Skill Mahasiswa .......................... 70
3.6.Interpretasi Reliabilitas ............................................................... 71
3.7.Kategori Kecenderungan ............................................................. 77
4.1. Sebaran Item Try Out Skala Soft Skill Mahasiswa ........................ 83
4.2. Sebaran Item Skala Penelitian Soft Skill Mahasiswa ...................... 86
4.3. Sebaran Subjek Berdasarkan Jenjang Usia ................................... 88
4.4. Sebaran Subjek di Setiap Fakultas .............................................. 89
4.5. Sebaran Subjek Berdasarkan Program Studi ................................ 80
4.6. Gambaran Soft Skill Mahasiswa Dalam Menghadapi Dunia Kerja .. 91
4.7. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill
Mahasiswa dalam Menghadapi Dunia Kerja ................................ 93
4.8. Gambaran Spesifik Soft Skill mahasiswa ..................................... 94
4.9. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Komunikasi ............................................... 96
4.10. Gambaran Spesifik Komunikasi .............................................. 97
xv
4.11. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Integritas................................................. 98
4.12. Gambaran Spesifik Integritas............................................... 99
4.13. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Bekerjasama............................................ 100
4.14. Gambaran Spesifik Bekerjasama.......................................... 101
4.15. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Keterampilan Interpersonal..................... 103
4.16. Gambaran Spesifik Keterampilan Interpersonal..................... 104
4.17. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Etos Kerja ........................................... 106
4.18. Gambaran Spesifik Etos Kerja.............................................. 107
4.19. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Inisiatif ................................................ 108
4.20. Gambaran Spesifik Inisiatif.................................................... 109
4.21. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Mampu Beradaptasi................................ 111
4.22. Gambaran Spesifik Inisiatif.................................................. 112
4.23. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Keterampilan Berorganisasi.................... 113
4.24. Gambaran Spesifik Keterampilan Berorganisasi..................... 114
4.25. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Berorientasi pada Detail.......................... 116
xvi
4.26. Gambaran Spesifik Berorientasi pada Detail.......................... 117
4.27. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Kepemimpinan....................................... 118
4.28. Gambaran Spesifik Kepemimpinan....................................... 119
4.29. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Percaya Diri........................................... 119
4.30. Gambaran Spesifik Percaya Diri........................................... 120
4.31. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Sopan/Beretika....................................... 120
4.32. Gambaran Spesifik Sopan/Beretika...................................... 121
4.33. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Bijaksana................................................ 121
4.34. Gambaran Spesifik Bijaksana .............................................. 122
4.35. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Kreatif................................................... 123
4.36. Gambaran Spesifik Kreatif................................................ 123
4.37. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Humoris............................................... 124
4.38. Gambaran Spesifik Humoris................................................ 125
4.39. Statistik Deskriptif Gambaran Spesifik Soft Skill Mahasiswa
Berdasarkan Atribut Kemampuan Berwirausaha.................... 126
4.40. Gambaran Spesifik Kemampuan Berwirausaha...................... 127
4.41. Tabulasi Silang Soft Skill dengan Program Studi ................. 128
xvii
4.42. Tabulasi Silang Antara Atribut Soft Skill dengan
Program Studi ................................................................. 129
4.43. Tabulasi Silang Antara Soft Skill dengan Usia Subjek ........ 132
4.44. Tabulasi Silang Atribut Soft Skill dan Usia Subjek ............ 133
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Soft Skill yang Harus Dimiliki Mahasiswa dalam Menghadapi
Dunia Kerja ............................................................................ 53
4.1. Diagram Jenjang Usia Subjek ............................................... 79
4.2. Sebaran Subjek per Fakultas ................................................ 80
4.3. Diagram Atribut Soft Skill Mahasiswa dalam Menghadapi
Dunia Kerja ........................................................................ 83
4.4. Diagram Soft Skill Mahasiswa Dalam Menghadapi Dunia
Kerja ................................................................................. 85
4.5. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Komunikasi......................................................................... 88
4.6. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Integritas............................................................................ 90
4.7. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Bekerjasama........................................................................ 93
4.8. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Keterampilan Interpersonal................................................... 96
4.9. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut Etos
Kerja yang Baik .................................................................. 98
4.10. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Inisiatif.............................................................................. 101
4.11. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
xix
Mampu Beradaptasi ........................................................... 103
4.12. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Keterampilan Berorganisasi................................................. 106
4.13. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Berorientasi pada Detail...................................................... 109
4.14. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Kepemimpinan ................................................................. 111
4.15. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Percaya Diri...................................................................... 114
4.16. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Sopan/Beretika.................................................................. 116
4.17. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Bijaksana ..................................................................... ........... 119
4.18. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Kreatif .............................................................................. 122
4.19. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
Humoris ........................................................................... 124
4.20. Diagram Soft Skill Mahasiswa Berdasarkan Atribut
4.21. Kemampuan Berwirausaha ............................................... 127
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan ekonomi suatu bangsa.
Keberhasilan disini menuntut semua pihak dalam berbagai bidang untuk
meningkatkan mutu yang berada dalam suatu bangsa, tidak terkecuali bidang
pendidikan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Pendidikan yang baik
akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berdedikasi tinggi
dan berkualitas baik pula, yakni sumber daya manusia yang siap kerja serta
mampu mengemban amanah dalam dunia kerja.
Pelaksanaan pembangunan khususnya di bidang industri akan berjalan
lancar apabila tersedia sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang
terdidik, terampil, berkarakter serta memiliki keahlian yang mumpuni diberbagai
bidang kejuruan. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) pada awal tahun 2016 ini menuntut kualitas dan kuantitas yang
lebih pada lulusan-lulusan Indonesia terutama pada lulusan-lulusan dari Perguruan
Tinggi. MEA menuntut Perguruan Tinggi untuk dapat meluluskan sumber daya
manusia Indonesia yang tidak hanya dapat bersaing dengan sesama anak bangsa,
namun juga dengan bangsa lain baik dalam bersaing mencari pekerjaan maupun
menjadi wirausahawan sebagai upaya dalam mengurangi tingkat pengangguran
terdidik.
2
Menurut data BPS per Februari 2015 menunjukkan bahwa jumlah
pengangguran mencapai 7,4 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) sebesar 5,81 persen. TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
menempati posisi tertinggi yakni sebesar 9,05 persen, disusul oleh TPT Sekolah
Menengah Atas sebesar 8,17 persen, sedangkan TPT untuk Universitas atau
Pendidikan Tinggi per Februari 2015 mencapai 5,34 persen atau menurun 0,32
persen dari bulan Agustus 2014. Data tersebut menunjukkan bahwa Tingkat
Pengangguran Terbuka dari Perguruan Tinggi di rasa masih cenderung tinggi
yakni sebesar 5,34 persen dari 7,4 juta TPT atau sebanyak 400 ribu orang.
Banyaknya angka pengangguran tersebut menunjukkan bahwa kompetensi yang
di miliki oleh mahasiswa harus lebih diperkuat sehingga mahasiswa bukan hanya
lulus mendapatkan gelar Sarjana namun juga siap dalam menghadapi dunia kerja
dan lingkungan bermasyarakat.
Banyaknya tingkat pengangguran terdidik dapat dikarenakan oleh adanya
kesenjangan antara soft skill yang dimiliki calon pekerja dengan yang dibutuhkan
oleh pasar kerja. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di Malaysia
oleh Seetha (2014) dengan judul “Are Soft skill Important in the Workplace? A
Preliminary Investigation in Malaysia” menyatakan bahwa faktor yang
menyebabkan banyaknya pengangguran adalah kesenjangan antara soft skill yang
dimiliki calon pekerja dengan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa 83% responden mengatakan bahwa memiliki
keterampilan soft skills sangat penting untuk menunjang keberhasilan dan promosi
3
peluang di tempat kerja, 14% adalah netral dan 3% mengatakan hal itu tidak
penting.
Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan 89% menyatakan bahwa
kurikulum di pendidikan tinggi harus di perbaiki untuk menciptakan relevansi
antara soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja dengan yang dimiliki lulusan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 28% responden memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, 24% memiliki sikap postif, 17% untuk kerja tim dan
kemampuan interpersonal & sosial, 16% untuk kemampuan analisis dan
pemecahan masalah sebesar 9%, dan yang paling mengejutkan bahwa prosentase
terendah yakni 6% untuk kepemimpinan. Berdasarkan penelitian tersebut
menunjukkan bahwa masih tergolong rendah kemampuan soft skill yang dikuasai
oleh para calon pekerja.
Perguruan tinggi pastilah memiliki keinginan untuk menciptakan lulusan
terbaik serta dapat diterima di dunia kerja dan dalam masyarakat. Lulusan yang
baik dan dapat diterima di dunia kerja akan sangat sulit tercapai mengingat saat
ini banyak Perguruan Tinggi yang hanya mementingkan hard skill dan kurang
memerhatikan soft skill. Padahal soft skill menjadi syarat mutlak untuk masuk ke
dunia kerja dan sangat diperlukan mahasiswa dalam menghadapi kehidupan di
masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh National
Association of Colleges and Employes (NACE) USA pada tahun 2005
menunjukkan bahwa umumnya pengguna tenaga kerja membutuhkan keahlian
kerja berupa 82% soft skill dan 18% hard skill (Purwoastuti dan Walyani
(2015:2). Hal ini bukan berarti hard skill tidak dibutuhkan, tetapi keduanya harus
4
berjalan bersamaan. Mahasiswa yang memiliki soft skill yang baik akan terampil
dalam berkomunikasi, jujur, bekerja sama dengan orang lain, memiliki etos kerja
yang baik, memimpin, mampu membina hubungan dengan orang lain dan
mengembangkan diri. Sedangkan dengan hard skill dibutuhkan ketika mahasiswa
memasuki dunia kerja seperti memiliki kemampuan mengoperasikan komputer,
analitikal serta Indeks Prestasi > 3,00.
Kecenderungan pelajaran yang diberikan di institusi pendidikan sebagian
besar merupakan keterampilan teoritik menyebabkan para mahasiswa lebih
mementingkan hard skill dalam belajar, keterampilan tersebut yang sering tidak
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sailah
(2008:9), bahwa saat ini sistem pendidikan di Perguruan Tinggi baru memberikan
rata-rata 10% muatan soft skill di kurikulumnya, sedangkan sisanya lebih banyak
diberikan kemampuan hard skill sesuai dengan tujuan pengembangan
keilmuannya. Kurangnya soft skill pada peserta didik menyebabkan mereka
hanya pandai menghafal pelajaran serta kurang memahami kerampilan ketika
melakukan praktek. Padahal tuntutan di dunia kerja adalah apakah teori dan
keterampilan tersebut mampu di aplikasikan oleh lulusan tersebut dengan baik di
dunia kerja.
Tuntuan tersebut tampaknya belum sesuai dengan kenyataan di lapangan
para mahasiswa masih cenderung enggan mengikuti kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan soft skill mereka, hal ini terlihat pada penelitian yang
dilakukan oleh Majid, dkk (2012) dengan judul “Importance of Soft Skills for
Education and Career Success” di empat Perguruan Tinggi di Singapura
5
menunjukkan bahwa kegiatan peningkatan soft skill hanya di ikuti oleh 20% dari
total mahasiswa. Mahasiswa menyadari bahwa soft skills berguna untuk
berinteraksi social serta kemajuan karir namun mereka tidak berpikir bahwa
keterampilan ini cukup berkontribusi untuk menunjang kinerja akademis mereka.
Soft skills yang mereka anggap penting untuk dimiliki adalah kerjasama tim,
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, menajemen waktu dan kemampuan
berpikir kritis.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Mitsubishi Research Institut
(2000) dalam Elfindri, dkk (2011:74) menyebutkan bahwa, kesuksesan lulusan,
ternyata tidak ditentukan oleh kemampuan teknis dan akademis lulusan tersebut,
namun 40% disumbang oleh kematangan emosi dan sosial, 30% oleh proses
networking yang dijalin, 20% oleh kemampuan akademis, dan 10% oleh
kemampuan finansial yang dimilikinya. Lebih lanjut, Purwoastuti dan Walyani
(2015:2), menyebutkan bahwa kurangnya penguasaan soft skill para lulusan
menjadi salah satu penyebab para lulusan tidak dapat diterima di dunia kerja atau
menimbulkan kekecewaan pada user sehingga banyak terjadinya pengangguran
terdidik di masa ini.
Mahasiswa pun masih mengalami pasang surut mengenai kemampuannya
mengenai soft skill, seperti yang dapat dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hartiti dan Ernawati (2016) pada 264 Mahasiswa Sarjana Perawat di Fikkes
Universitas Muhammadiyah Semarang didapatkan bahwa soft skill mahasiswa
berada pada katagori sedang sebesar 55.7%, mahasiswa dengan soft skill yang
tinggi 32.3%, namun demikian masih ada 12% yang kemampuan soft skillnya
6
masih rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata soft skill yang dimiliki
oleh mahasiswa masih berkisar antara rendah sampai sedang.
Soft skill mahasiswa keperawatan menunjukkan trend yang meningkat dari
semester 2, 4 dan 6, namun mengalami penurunan lagi setelah memasuki semester
8 hal tersebut dikarenakan pada semester 8 mahasiswa kembali melaksanakan
kegiatan yang bersifat individu dan interaksi dengan kelompok sudah sangat
sedikit. Jadi secara keseluruhan mahasiswa semester delapan di Universitas
terebut justru menunjukkan kemampuan soft skill yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan semester sebelumnya.
Sejalan dengan penelitian tersebut, Agustin (2014) menemukan bahwa ada
14,71% dari 104 atau 15 mahasiswa PGSD Penjas UNY memiliki kemampuan
soft skill yang rendah. Kemudian terdapat 19 mahasiswa yang mempunyai soft
skill dengan kategori tinggi (18,63%), 68 mahasiswa yang mempunyai soft skill
dengan kategori sedang ( 66,67%). Soft skill yang di teliti adalah keterampilan
komunikasi, berpikir kritis dan memecahkan masalah, kerja tim, keterampilan belajar
seumur hidup dan manajemen informasi, keterampilan berwiraussaha, etika; moral
dan profesionalisme, dan keterampilan kepemimpinan.
Fakta lain di peroleh dari penelitian yang dilakukan oleh Marwanti (2006)
dengan judul “Studi tentang Soft skill dan Kesiapan Kerja sebagai Tenaga Kerja
Professional Bidang Boga Mahasiswa Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga” menunjukkan bahwa kesiapan kerja dilihat dari soft skill,
mahasiswa rata-rata berada pada kategori cukup. Apabila diperinci terdiri dari
kesadaran diri pada kategori baik, kecakapan berpikir pada kategori antara cukup
7
dan baik, kecakapan berkomunikasi pada kategori cukup, kecakapan bekerjasama
pada kategori cukup serta kecakapan akademik pada kategori baik. Kesiapan kerja
mahasiswa ditinjau sebagai tenaga profesional di bidang Boga diperinci sesuai
dengan bidang pekerjaan yang mencakup: kompetensi produksi, kompetensi
pelayanan dan kompetensi manajerial, yang ketiganya berada pada kategori
sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki mahasiswa
untuk dapat memasuki dunia kerja masih dalam kategori cukup dan perlu adanya
peningkatan agar mudah dalam bersaing dalam dunia kerja.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya soft skill
adalah praktik kerja industri, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Stevani
(2015) pada siswa administrasi perkantoran SMK Negeri 3 Padang dengan judul
“Pengaruh praktik kerja industri (Prakerin) dan ketrampilan siswa terhadap
kesiapan memasuki dunia kerja siswa administrasi perkantoran SMK N 3 Padang”
menunjukkan bahwa praktek kerja industri dan keterampilan siswa memiliki
pengaruh signifikan terhadap kesiapan memasuki dunia kerja yang dalam hal ini
kesiapan siswa dalam mengasah kemampuan hard skill dan soft skill. Apabila
pelaksanaan praktek kerja industri sudah dilakukan dengan baik dan keterampilan
siswa meningkat, siswa dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa administrasi
perkantoran SMK Negeri Bisnis dan Manajemen Kota Padang. Dengan adanya
praktik kerja industri, siswa dapat mengetahui kondisi kerja yang sebenarnya,
mereka dapat mengaplikasikan teori yang dimiliki ketika di sekolah sehingga
mereka siap dalam menyongsong dunia kerja dan bersaing untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak sesuai kompetensi yang dimilikinya. Namun sayangnya,
8
kesiapan memasuki dunia kerja masuk kedalam kategori cukup. Artinya perlu
dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesiapan siswa administrasi
perkantoran SMK Negeri Bisnis dan Manajemen Kota Padang baik itu dengan
perbaikan praktik kerja industri ataupun meningkatkan ketrampilan serta soft skill
pada siswa untuk menghadapi dunia kerja.
Soft skill merupakan segala sifat yang menyebabkan berfungsinya hard
skill yang diperoleh. Mengingat ketergantungan akan soft skill sangat besar sekali
untuk keberhasilan seorang indvidu (Elfindri, dkk, 2011:173). Soft skill
merupakan kompetensi yang bersifat nonteknis yang merujuk pada karakteristik
kepribadian. Hal tersebut dapat terlihat dari perilaku seseorang, seperti yang
tampak dari cara berinteraksi dalam situasi sosial, kemampuan berkomunikasi,
kebiasaan diri, ataupun sifat-sifat penting untuk mendukung perilaku optimis.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan soft skill dalam
menghadapi dunia kerja bagi mahasiswa sangatlah penting. Hal ini dikarenakan
setelah lulus dari Perguruan Tinggi, sebagian atau semua mahasiswa akan
menghadapi satu jenjang hidup yang lebih tinggi yaitu bekerja, dimana peran dan
tanggung jawab baru bagi mahasiswa dimulai. Ketika seorang mahasiswa untuk
pertama kali memasuki dunia kerja, sebagian diantaranya akan merasa
kebingungan karena berada pada kondisi tertentu yang belum pernah mereka
rasakan sebelumnya. Bahkan beberapa diantaranya harus menghadapi berbagai
permasalahan-permasalahan dunia kerja yang tidak mereka prediksi sebelumnya
seperti stres kerja, berpindah-pindah tempat kerja hingga tingginya burn out.
9
Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja
akhir dan dewasa awal, yaitu berkisar pada umur 18 hingga 25 tahun (Santrock
(2012:6). Mahasiswa yang nantinya menjadi seorang pekerja yang profesional
harus menempuh masa studi minimal 3,5 tahun serta melewati fase menyusun
skripsi untuk memperoleh gelar strata satunya di Perguruan Tinggi.
Santrock (2012:6) mengemukakan bahwa dalam teori perkembangan
mahasiswa termasuk dalam tahap perkembangan remaja akhir menuju dewasa
muda yang berkisar pada umur 18 hingga 25 tahun, sedangkan untuk mahasiswa
semester delapan (semester akhir S1 reguler) dalam penelitian ini berkisar antara
21-24 tahun. Pada masa ini mahasiswa sudah harus mulai mempersiapkan diri
dalam rangka menghadapi dunia kerja. Persiapan dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai karir dan dunia kerja,
sehingga ketika berada dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya mereka tidak
mengalami kebingungan.
Perguruan Tinggi sebagai wadah untuk menghasilkan lulusan yang bisa
menjadi agent of change memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
kemajuan suatu bangsa. Salah satunya dengan memiliki kemampuan yang sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Kemampuan soft skill dan hard skill
yang telah di pelajari dalam pendidikan tinggi diharapkan mampu menjadi bekal
bagi para lulusan untuk siap kerja dan bersaing dalam dunia kerja.
Lingkungan kerja yang baru menuntut para lulusan untuk membekali
dirinya dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Spencer &
Spencer (1993:9-10) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik
10
dasar seseorang atau individu yang berkaitan dengan efektivitas kinerja dan atau
kinerja superior dalam suatu pekerjaan dan keadaan tertentu. Kompetensi tersebut
dapat mencakup motive (motif), trait (karakter), selfconcept (konsep diri),
knowledge (pengetahuan), attitude (perilaku), skill (keterampilan) dan ability
(kemampuan) yang dapat dilihat maupun dilakukan di dunia. Kemampuan
tersebut tidak saja berupa kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan emosi dan
spiritual, yakni bukan hanya nilai kumulatif (IPK) yang tinggi namun juga
keterampilan yang lainnya harus ada. Kecerdasan intelektual berhubungan dengan
kemampuan (kompetensi keahlian) hard skill pada bidang tertentu yang
ditunjukkan melalui kesiapan kerja, sedangkan kecerdasan emosi dan spiritual
berhubungan dengan kemampuan soft skill yang dideskripsikan sebagai
kompetensi interpersonal dan berkaitan dengan karakteristik kepribadian. Kedua
kemampuan tersebut di dapatkan oleh mahasiswa melalui kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan extra kampus yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
seperti Universitas Negeri Semarang.
Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai salah satu Perguruan
Tinggi Negeri yang berada di Semarang, mempunyai misi untuk menyiapkan
tenaga kerja dibidang kependidikan dan non-pendidikan, oleh karena itu
diharapkan mampu menyiapkan generasi terdidik yang dapat terjun dalam dunia
pendidikan sebagai pengajar maupun lulusan sebagai ilmuan murni di berbagai
disiplin ilmu. Predikat Perguruan Tinggi Negeri yang disandang seharusnya
mampu mencetak lulusan yang lebih mampu bersaing dibandingkan Perguruan
Tinggi Swasta serta memiliki berbagai kompetensi yang di butuhkan pangsa pasar
11
industri. Namun pada kenyataannya, masih banyak mahasiswa yang belum siap
untuk menghadapi dunia kerja seperti, masih seringnya melakukan prokrastinasi
akademik, kurangnya pengetahuan mengenai dunia kerja serta masih kurangnya
berbagai kempotensi personal yang ada pada mahasiswa.
Mahasiswa yang menjadi calon pekerja akan merasakan bahwa bekerja itu
tidaklah mudah. Semua jenis pekerjaan perlu dipersiapkan terlebih dahulu.
Pekerjaan serendah apapun perlu ada persiapan untuk dapat melakukannya
sehingga menyiapkan diri dengan membekali kemampuan soft skill yang baik
dalam memasuki dunia kerja sangat penting untuk diperdalam oleh mahasiswa
ketika menempuh pendidikan. Hal tersebut dikarenakan lulusan perguruan tinggi
yang menguasai kemampuan soft skill dengan baik akan lebih mudah
memenangkan persaingan dunia kerja, lebih cepat beradaptasi dan akhirnya
sukses dalam karir.
Kemampuan soft skill yang masih tergolong rendah-sedang ini nampaknya
sejalan dengan fakta di lapangan berdasarkan studi awal pada tanggal 27
November 2016 yang telah dilakukan dengan wawancara terbatas pada sepuluh
mahasiswa semester tujuh Universitas Negeri Semarang menyatakan bahwa
kemampuan soft skill merupakan kemampuan yang dapat diperoleh dengan cara
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang berwujudkan keterampilan dalam
mengatur diri sendiri, bersosialisasi, memanejemen waktu, emosional dan
material yang semua itu bertujuan untuk mengembangkan dan memaksimalkan
kinerja. Namun sayangnya, 6 dari 10 narasumber tersebut diketahui memiliki soft
skill dalam kategori rendah.
12
Bagi mahasiswa semester tujuh Universitas Negeri Semarang yang telah
menempuh pendidikan kurang lebih empat tahun tentunya sudah memiliki
kemampuan yang telah melekat dalam diri mahasiswa seperti kemampuan hard
skill yang ditunjukkan dengan penguasaan materi dari bidang yang ditekuni
selama perkuliahan baik bidang pendidikan maupun non-pendidikan. Sedangkan
kemampuan soft skill ditunjukkan dengan mahasiswa mampu bekerja sama
dengan orang lain, mandiri, tepat waktu dalam jadwal perkuliahan, tidak
menyontek, yakin dengan kemampuan diri sendiri dan mau bekerja dalam
kelompok (bukan menitipkan nama di tugas kelompok).
Kemampuan soft skill dapat dikembangkan melalui kegiatan lain seperti
kegiatan di masyarakat, akan tetapi kegiatan yang terdapat di lingkungan kampus
sebenarnya sudah sangat tepat untuk menjadi media dalam meningkatkan
kemampuan soft skill mahasiswa seperti mengikuti kegiatan Seminar, mengikuti
organisasi kemahasiswaan serta mengikuti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) yang tidak hanya mengasah kemampuan hard skill namun juga mengasah
kemampuan soft skill seperti bekerjasama, komunikasi serta belajar untuk
beradaptasi dengan baik.
Menurut hasil wawancara tersebut, mahasiswa menyebutkan bahwa
mereka sudah berani untuk menyampaikan materi ketika presentasi di depan
mahasiswa lain maupun penyampaian serta mempraktekkan cara pengajaran siswa
ketika pembelajaran micro (micro-teaching) namun mereka mengaku masih
sering gugup, tidak fokus dan juga tidak mengerti materi yang di sampaikan.
Integritas tampaknya masih perlu untuk ditingkatkan oleh mahasiswa, karena dari
13
beberapa wawancara masih banyaknya mahasiswa yang sering terlambat kuliah,
banyak mahasiswa yang bermalas-malasan untuk belajar, sebagian mahasiswa
masih mengobrol ketika perkuliahan berlangsung, tidak mendengarkan penjelasan
dosen serta 5 dari 10 mahasiswa yang masih mencontek atau plagiat dalam
mengerjakan tugas. Kemampuan inisiatif mahasiswa juga dapat dikatakan
cenderung rendah, hal ini ditunjukkan dengan sedikit mahasiswa yang mengikuti
seminar, jika seminar itu dikatakan penting dan untuk syarat-syarat tertentu
mahasiswa baru akan datang, mengerjakan tugas dengan minim referensi, ataupun
tetap apatis dengan permasalahan yang ada dilingkungan sekitar.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa semester
delapan mengenai soft skill terlihat belum nampak dan masih bingung antara hard
skill dan soft skill, mahasiswa juga masih menunjukkan kemampuan soft skill
yang kurang baik sehingga perlu kegiatan yang dapat memperkuat kemampuan
soft skill mahasiswa untuk dapat menghadapi dunia kerja dengan baik serta
mahasiswa diharapkan dapat bersosialisasi dengan baik di masyarakat. Padahal
untuk dapat menguasai soft skill dengan baik, bukan dengan hanya mengetahui
pengertian soft skill namun juga memerlukan pemahaman yang mendalam yang
selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena ketika hanya
mengerti pengertian bentuk soft skillnya mereka akan kesulitan untuk mengasah
kemampuannya.
Mengasah kemampuan hard skill didapatkan dari pembelajaran aspek
akademik berupa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari ketika belajar di
Perguruan Tinggi, sedangkan untuk dapat mengasah kemampuan soft skill
14
diperoleh dengan mengikuti kegiatan extrakampus baik yang diadakan pihak
kampus maupun lembaga lain seperti: mengikuti organisasi kemahasiswaan,
seminar, workshop, dan pelatihan. Akan tetapi, peningkatan soft skill melalui
kegiatan extra kampus dirasa masih kurang mendapatkan perhatian dari berbagai
pihak, tidak semua mahasiswa mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Perguruan
Tinggi pun dirasa masih perlu menambah kegiatan-kegiatan yang mendukung
untuk peningkatan soft skill para mahasiswa.
Kemampuan soft skill yang akan di pelajari lebih mendalam pada
penelitian ini adalah kemampuan soft skill yang memiliki urgensi tinggi di pasar
kerja menurut hasil survey dari National Association of Colleges and Employes
(NACE, 2002) dalam Elfindri, dkk (2011:158) yakni komunikasi, integritas,
bekerjasama, keterampilan interpersonal, etos kerja yang baik, inisiatif, mampu
beradaptasi, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan,
percaya diri, sopan/beretika, bijaksana, kreatif, humoris dan kemampuan
berwirausaha. Soft skill tersebut di miliki oleh semua orang dengan kategori yang
berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan berpikir, berkata, bertindak dan bersikap.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa penguasaan soft skill
pada mahasiswa semester delapan sebagai calon pekerja sangatlah penting, namun
pada kenyataanya masih banyak kesenjangan antara soft skill yang dibutuhkan
oleh dunia kerja dengan yang telah dikuasai oleh mahasiswa dan saat ini
kemampuan soft skill mahasiswa semester delapan UNNES tahun 2017 belum
diketahui. Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sejauhmana
15
kemampuan soft skill yang dimiliki oleh mahasiswa semester delapan Universitas
Negeri Semarang tahun 2017 dalam menghadapi dunia kerja.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah beberapa
penelitian sebelumnya lebih mengungkap pada soft skill yang telah dimiliki oleh
siswa SMK, sedangkan untuk penelitian ini lebih menekankan pada soft skill yang
dimiliki oleh mahasiswa semester delapan UNNES yang diharapkan
kemampuannya lebih professional. Pemilihan semester delapan didasari pada
Permendikbud No. 49 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Tinggi Pasal 17
poin 3 (d) yang menyebutkan bahwa masa studi untuk program S1 dan D-IV
adalah 4 sampai 5 tahun sehingga diproyeksikan bahwa pada tahun keempat atau
pada semester kedelapan mahasiswa sudah dinyatakan lulus. Alasan lain yakni
mahasiswa semester delapan juga telah menempuh PPL, KKN (Kuliah Kerja
Nyata) dan Program Magang atau PKL sehingga diharapkan mahasiswa semester
delapan telah memahami mengenai gambaran dunia kerja dengan segala
tuntutannya baik dari segi kemampuan soft skill maupun keterampilan hard skill.
Perbedaan juga dapat dilihat pada penelitian sebelumnya hanya meneliti
pada satu bidang studi namun pada penelitian ini peneliti akan membahas
mengenai soft skill yang dimiliki oleh mahasiswa semester delapan pada beberapa
bidang studi yang berada pada satu Perguruan Tinggi sehingga diharapkan dapat
menjadi evaluasi dan acuan bagi pihak Perguruan Tinggi untuk lebih
memperhatikan pembinaan terhadap mahasiswanya sejak awal pembelajaran
untuk dapat mengasah kemampuan soft skillnya.
16
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan
menggambarkan soft skill yang telah dimiliki oleh mahasiswa semester delapan
dalam menghadapi dunia kerja, mahasiswa yang akan diteliti merupakan seluruh
mahasiswa semester delapan tahun angkatan 2013 baik yang mengambil program
studi ilmu kependidikan maupun non-kependidikan. Perbedaan lain juga terlihat
dari bentuk-bentuk soft skill yang diteliti, pada penelitian ini soft skill yang akan
digali lebih mendalam adalah kemampuan berkomunikasi, kejujuran/integritas,
kemampuan bekerjasama, kemampuan interpersonal, etos kerja yang baik,
memiliki motivasi dan inisiatif, kemampuan beradaptasi, kemampuan
berorganisasi, berorientasi detail, kepemimpinan, percaya diri, sopan/etika,
bijaksana, kreatif, humoris, kemampuan berwirausaha.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini sangat menarik untuk diteliti
mengingat dalam dunia kerja kemampuan soft skill sangatlah dibutuhkan
dibandingkan dengan hard skill, namun secara umum di lapangan masih
menunjukkan adanya kesenjangan soft skill yang dikuasai oleh mahasiswa
semester delapan UNNES sebagai calon pekerja dengan kualitas calon tenaga
kerja yang diinginkan oleh pasar kerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengungkap lebih mendalam mengenai “Deskripsi soft skill mahasiswa semester
delapan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam menghadapi dunia kerja
tahun 2017”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut dapat diindikasikan bahwa ada kesenjangan
antara calon tenaga kerja yang diharapkan dengan kualitas calon tenaga kerja yang
17
dihasilkan oleh lembaga pendidikan khususnya lulusan perguruan tinggi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan peneliti yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana deskripsi soft skill
mahasiswa semester delapan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam
menghadapi dunia kerja tahun 2017?”
1.3. Tujuan Penelitian
Setelah dipaparkan masalah diatas dalam rumusan masalah, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi soft skill
mahasiswa semester delapan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam
menghadapi dunia kerja tahun 2017.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis
maupun praktis:
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya kajian psikologi industri dan organisasi terkait dengan
soft skill yang di butuhkan oleh calon pekerja dalam mempersiapkan dunia kerja.
1.4.2. Manfaat Praktis
Berikut ini adalah manfaat praktis dari penelitian diantaranya sebagai
berikut:
18
a. Bagi Universitas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Universitas
untuk dapat memberikan pelatihan-pelatihan bagi mahasiswa yang sesuai dengan
soft skill yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
b. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat lebih menyiapkan kemampuan soft skill yang
harus dimilikinya dengan pelatihan maupun pengembangan sehingga
kedepannnya ia siap untuk terjun dalam menghadapi dunia kerja dengan cara
meningkatkan kompetensi yang dimiliki serta menyesuaikan dengan kebutuhan
dunia kerja.
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan bahan
acuan perbandingan ataupun literatur bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.
19
BAB 2
LANDASAN TEORI
1.1. Soft skill
1.1.1. Definisi Soft Skill
Ketatnya persaingan dalam memperoleh pekerjaan menuntut sumber daya
manusia memiliki kompetensi atau keahlian yang berkualitas, baik keahlian dalam
hard skill maupun soft skill karena prestasi akademik yang dimiliki mahasiswa
yang diperoleh di bangku perkuliahan sebagai calon pekerja tidak menjamin
kesuksesan mahasiswa dalam mencari pekerjaan yang sesuai bidang studi dan
berprestasi di pekerjaannya, sehingga memiliki kemampuan soft skill yang
mumpuni sangat penting untuk dapat bersaing dalam memasuki dunia kerja dan
diterima dalam kehidupan bermasyarakat.
Soft skill yang mumpuni sangat dibutuhkan oleh seseorang karena soft
skill merupakan segala sifat yang menyebabkan berfungsinya hard skill yang
diperoleh untuk dapat mencapai keberhasilan seorang individu (Elfindri, dkk,
2011:173). Lebih lanjut, Putra & Pratiwi (2005:5) menyatakan bahwa soft skill
merupakan kemampuan-kemampuan tak terlihat yang diperlukan untuk sukses,
misalnya kemampuan bekerja sama, integritas dan lain-lain. Sedikit atau banyak,
soft skills ini sangat diperlukan dalam pekerjaan apapun yang akan digeluti kelak.
Mudlofir (2012:150) menyebutkan bahwa soft skill merupakan kualitas
diri yang bersifat ke dalam dan keluar. Soft skill merupakan keterampilan pada
diri seseorang yang sifatnya kasat mata atau tidak dapat dilihat secara langsung.
Soft skill merujuk pada indikator kreativitas, sensitivitas, dan intuisi yang lebih
20
mengarah pada kualitas personal yang berada di balik perilaku seseorang. Lebih
lanjut, Mudlofir (2012:151) menyebutkan beberapa contoh soft skill, yaitu
kejujuran, tanggung jawab, berlaku adil, kemampuan bekerja sama kemampuan
beradaptasi, kemampuan berkomunikasi, toleran, hormat terhadap sesama,
kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan memecahkan masalah.
Sejalan dengan pernyataan tersebut Widhiarso (2009:1) menyatakan
bahwa soft skill adalah kemampuan yang dapat mempengaruhi cara seseorang
berinteraksi dengan orang lain. Soft skill memuat komunikasi efektif, berpikir
kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait
kapasitas kepribadian individu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa soft skill dapat
menentukan seseorang dalam berinteraksi pada kegiatannya baik dengan orang
lain maupun cara menanggani permasalahan yang dihadapinya. Seseorang yang
cenderung memiliki kemampuan soft skill yang baik, mereka akan cenderung
lebih mudah dalam menghadapi lingkungan barunya, menyelesaikan
permasalahan maupun lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Oleh
karenanya, seseorang yang mumpuni dalam kemampuan soft skill dapat lebih siap
untuk melaksanakan pekerjaannya.
Menurut Elfindri dkk (2011:67), menjelaskan bahwa soft skill
didefinisikan sebagai berikut:
Soft skill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk
sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta.
Dengan mempunyai soft skill membuat keberadaan seseorang akan
semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi,
keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan
berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual.
21
Lebih lanjut lagi Elfindri dkk (2011:173) berpendapat soft skill sebagai
berikut:
Semua sifat yang menyebabkan berfungsinya hard skill yang dimiliki. Soft
skill dapat menentukan arah pemanfaatan hard skill. Jika seseorang
memilikinya dengan baik, maka ilmu dan keterampilan yang dikuasainya
dapat mendatangkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi pemiliknya dan
lingkungannya. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki soft skill yang
baik, maka hard skill dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Purwoastuti dan Walyani (2015:15) menyatakan bahwa soft skill
merupakan pembentukan karakter dasar yang meliputi motivasi, watak, sikap,
konsep diri dan nilai atau values. Soft skill sebenarnya 80% telah dibentuk sejak
anak masih berumur 5 tahun, 20% dibentuk dalam lingkungan sekolah dan
pergaulan. Keluarga berperan penting dalam pembentukan soft skill karena
penanaman moral berasal dari keluarga.
Kesimpulan dari berbagai pembahasan di atas, soft merupakan
keterampilan afektif yang dimiliki seseorang untuk dapat berinteraksi dengan
orang lain, keterampilan mengatur dirinya sendiri maupun kemampuan untuk
menanggani permasalahan dalam kehidupannya.
1.1.2. Atribut Soft Skill
Atribut soft skill yang dimiliki oleh setiap orang mempunyai kadar yang
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan
bersikap (Sucipta, 2009 :1). Namun, atribut ini dapat berubah jika yang
bersangkutan mau merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan
hal-hal yang baru. Kebiasaan baru ini paling tidak dilakukan selama 90 hari
berturut-turut (Aribowo, 2005 dalam Sailah, 2008).
22
Keseimbangan antara hard skill dan soft skill sangat diperlukan untuk
dapat bersaing dalam dunia kerja maupun berinteraksi dengan masyarakat untuk
dapat bekerja dengan kualitas yang tinggi. Menurut survei yang diterbitkan
National Association of Colleges and Employers (NACE) pada tahun 2002 di
Amerika Serikat, dari hasil jajak pendapat pada 457 pengusaha, diperoleh
kesimpulan bahwa IP hanyalah nomor 16 dari 19 kualitas yang dianggap penting
dari seorang lulusan universitas. Kualitas yang berada pada peringkat atas justru
hal-hal yang kadang dianggap sekadar basa-basi ketika tertulis di iklan lowongan
kerja. Misalnya, kemampuan berkomunikasi, integritas dan kemampuan bekerja
sama dengan orang lain. Kualitas-kualitas yang tidak terlihat wujudnya
(intangible) namun sangat diperlukan ini, disebut juga soft skill (Elfindri, dkk,
2011:156). Kemampuan yang diperlukan di pasar kerja dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 2.1. Daftar 19 Kemampuan yang Diperlukan di Pasar Kerja
Kemampuan Nilai Skor Klasifikasi Skills Rangking
Urgensi
Komunikasi 4,69 Soft skill 1
Integritas 4,59 Soft skill 2
Bekerjasama 4,54 Soft skill 3
Keterampilan Interpersonal 4,5 Soft skill 4
Etos kerja yang baik 4,46 Soft skill 5
Inisiatif 4,42 Soft skill 6
Mampu beradaptasi 4,41 Soft skill 7
Analitikal 4,36 Kognistif hard
skill
8
Komputer 4,21 Psikomotor hard
skill
9
Keterampilan berorganisasi 4,05 Soft skill 10
Berorientasi pada detail 4 Soft skill 11
Kepemimpinan 3,97 Soft skill 12
Percaya diri 3,95 Soft skill 13
Sopan/beretika kerja 3,82 Soft skill 14
23
Bijaksana 3,75 Soft skill 15
Indeks prestasi >3,00 3,68 Kognitif hard skill 16
Kreatif 3,59 Soft skill 17
Humoris 3,25 Soft skill 18
Kemampuan berwirausaha 3,23 Soft skill 19
Sumber : Elfindri dkk, 2011 (skala 1-5, 5 = tertinggi)
Hal ini senada dengan yang disampaikan Sailah (2008:18) dalam bukunya
yang menyebutkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh negara-negara
Inggris, Amerika dan Kanada, ada 23 atribut soft skillyang dominan di lapangan
kerja. Ke-23 atribut tersebut diurut berdasarkan prioritas kepentingan di dunia
kerja, yaitu: (1) inisiatif, (2) manajemen diri, (3) etika/integritas, (4)
penyelesaikan persoalan, (5) berfikir kritis, (6) dapat meringkas, (7) kemauan
belajar, (8) berkoperasi, (9) komitmen, fleksibel, (10) motivasi, (11) kerja dalam
tim, (13) bersemangat , (14) mandir, (15) dapat diandalkan, (16) mendengarkan,
(17) komunikasi lisan, (18) tangguh, (19) kreatif, (20) berargumentasi logis, (21)
kemampuan analitis, (22) manajemen waktu, dan (23) dapat mengatasi stres.
Lebih lanjut, Purwoastuti dan Walyani (2015:14), mengemukakan bahwa
soft skill merupakan keterampilan nonteknis (non hard skill) yang dapat
melengkapi kemampuan akademik membentuk generic dan ransferable skills.
Soft skill memiliki beberapa bentuk seperti kejujuran, tanggung jawab, berlaku
adil, kemampuan bekerja sama, kemampuan beradaptasi, kemampuan
berkomunikasi, toleran, hormat terhadap sesama, kemampuan mengambil
keputusan, kemampuan memecahkan masalah.
Berdasarkan pendapat tersebut ada 10 bentuk soft skill yang cenderung
tinggi harus dimiliki oleh lulusan Perguruan Tinggi sehingga dapat mendukung
24
dalam bekerja. Sedangkan contoh dari soft skill dalam lingkungan kampus yaitu
tepat waktu dalam jadwal perkuliahan, tidak menyontek, yakin dengan
kemampuan diri sendiri dan mau bekerja dalam kelompok bukan hanya menitip
nama (Purwoastuti dan Walyani, 2015:15). Penularan soft skll dalam
pembelajaran juga dapat dilakukan dengan cara role mode dari dosen melalui
kejujuran, ketepatan waktu dalam mengajar, memberi contoh, inisiatif
(mengajukan pertanyaan), tersenyum dan ramah, melalui ceramah, serta diskusi
kelompok atau presentasi. Cara-cara tersebut dapat dilakukan dosen untuk dapat
melatih dan mengembangkan kemampuan soft skill yang dimiliki oleh
mahasiswanya.
Baru-baru ini, Helena dan Thomas (2016) juga melakukan penelitian pada
lima perusahaan di bawah naungan Development Corporation of Zimbabwe
Limited Group (IDCZ) yakni Chemplex Corporation, Almin Metal Industries;
Olivine Industries; Allied Insurance and Sunway City bahwa ada 10 soft skill yang
harus dimiliki oleh para pencari kerja dan pekerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan, yakni berpikir kritis, moralitas, kerjasama tim, etika, manajemen
kemarahan/ pengendalian diri, kemampuan komunikasi, integritas dan
profesionalisme, handal/ percaya, kepercayaan diri, memahami budaya kerja.
Kemampuan-kemampuan tersebut sangatlah direkomendasikan untuk
diajarkan di Perguruan Tinggi agar lulusan memenuhi keterampilan yang
diharapkan oleh industri ketika mereka bergabung dengan dunia kerja.
Diharapkan adanya kerjasama antara perusahaan dengan Perguruan Tinggi dapat
memberikan sumbangan bagi mahasiswa untuk dapat menyamakan keterampilan
25
yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja baik keterampilan yang berupa soft skill
maupun hard skill. Sebagai contoh, setiap perusahaan pasti lebih menginginkan
karyawannya untuk dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah
dibandingkan cepat dalam mengambil keputusan tanpa menganalisisnya terlebih
dahulu.
Kemampuan yang dalam hal ini hard skill dan soft skill dalam
ketenagakerjaan biasa disebut dengan istilah kompetensi kerja yakni menurut UU
No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 ayat 10 menyatakan bahwa
kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Tentunya tenaga kerja yang berkualitas serta mempunyai kemampuan
yang lebih baik akan lebih dihargai jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang
kurang mampu. Selain itu sikap dan perilaku yang baik juga harus dimiliki oleh
para tenaga kerja agar nantinya bisa berkompetensi pada pasar tenaga kerja yang
semakin kompetitif.
Berdasarkan atribut soft skill yang telah dijelaskan di atas, peneliti
mengambil 16 soft skill yang dibutuhkan oleh pasar kerja sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh National Association of Colleges and Employee
(NACE) pada tahun 2002 yakni soft skill yang memiliki urgensi tinggi dalam
kebutuhan pasar kerja. Soft skill tersebut adalah komunikasi, integritas,
bekerjasama/kerja tim, interpersonal, etos kerja yang baik, inisitaif, mampu
beradaptasi dengan baik, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail,
26
kepemimpinan, percaya diri, sopan/etika, bijaksana, kreatif, humoris serta
kemampuan berwirausaha. Berikut penjabaran mengenai 16 soft skill tersebut:
a. Komunikasi
Elfindri, dkk (2011:126) menyebutkan bahwa komunikasi adalah tindakan
untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta memberikan informasi kepada
orang lain. Informasi dan komunikasi yang efektif ditandai dengan semakin
mudah menyampaikan ide dan gagasan kepada orang lain sehingga pesan sampai
kepada orang lain yang akan menjadikan kita smart dalam situasi apapun dan
disampaikan tanpa menyinggung perasaan orang lain.
Komunikasi yang efektif memiliki ciri-ciri yakni kata-kata yang digunakan
lugas dan tidak bermakna ganda; menyampaikan fakta; informasi yang
disampaikan penting dan sistematis; peka terhadap bahasa tubuh dan intonasi
lawan bicara; dapat menggunakan alat bantu; fokus; mengikuti hasil kesepakatan;
menghargai orang lain (Putra & Pratiwi, 2005:27).
b. Integritas
Purwoastuti dan Walyani (2015:71) mengungkapkan bahwa integritas
(integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan
organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk
melakukannya. Secara sederhana, integritas menunjukkan keteguhan sikap,
menyatunya perbuatan dan nilai-nilai moral yang dianut oleh seseorang. Orang
yang memiliki integritas tidak akan tergoyahkan oleh godaan untuk mengkhianati
nilai-nilai moral yang diyakini.
27
Lebih lanjut, Purwoastuti dan Walyani (2015:72) menambahkan bahwa
karakteristik pribadi yang berintegritas adalah pribadi yang mempertahankan
tingkat kejujuran dan etika yang tinggi dalam perkataan dan tindakannya sehari-
hari. Pribadi ini adalah orang-orang yang kompeten, teliti dan handal dalam
berperilaku, dapat dipercaya oleh rekan kerjanya, bawahan dan atasannya serta
pihak luar. Mereka juga memperlakukan orang lain dengan adil serta mampu
menepati janji-janji.
c. Bekerja sama/kerja tim
Spencer dan Spencer (1993:21) mendefinisikan bahwa kerjasama tim
adalah dorongan atau kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain;
dorongan atau kemampuan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok dalam
melaksanakan suatu tugas. Karakteristik dari orang yang mampu bekerja sama
adalah meminta ide dan pendapat kepada teman sekelompok dalam mengambil
keputusan atau merencanakan sesuatu; menjaga orang lain tetap memiliki
informasi dan hal-hal baru tentang proses dalam kelompok serta membagi
informasi secara relevan; memperlihatkan harapan positif kepada orang lain;
mampu menghargai keberhasilan orang lain; mendorong orang lain dan membuat
mereka merasa penting.
d. Keterampilan Interpersonal
Putra & Pratiwi (2005:232) menjelaskan bahwa kemampuan interpersonal
adalah keterampilan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Membina hubungan
baik bukanlah hal yang mudah karena membutuhkan waktu, rasa saling percaya
dan saling menghargai. Hubungan yang baik membuat bekerja lebih efisien dan
28
juga menyenangkan. Orang yang memiliki hubungan baik dengan Anda dapat
membuka peluang-peluang baru yang tidak diduga sebelumnya. Keterampilan
interpersonal sangat dipengaruhi seberapa halus kita mampu menangkap maksud,
motivasi, suasana hati, perasaan dan gagasan orang lain dengan cara mampu peka
membaca situasi, mampu menjadi pendengar yang baik, asertif, mampu
menyelesaikan konflik serta mampu bekerjasama untuk menyelesaikan masalah.
e. Etos kerja yang baik
Elfindri, dkk (2011:164) menjelaskan bahwa etos kerja merupakan sebuah
performa individu dalam memberikan jasanya baik untuk orang lain, maupun
untuk kepentingan pengembangan karirnya sendiri secara lebih dibandingkan
dengan rekannya pada pekerjaan yang sama pula. Seseorang yang memiliki etos
kerja yang tinggi lebih cenderung menilai pekerjaan sebagai ibadah, dan pekerjaan
yang dilakukan adalah karena cocok dengan talenta dan keterampilannya.
f. Inisiatif
Inisiatif dalam pekerjaan adalah kemauan serta kemampuan diri atau
organisasi dalam menemukan ide dan menyelesaikan masalah. Selain menemukan
ide juga diperlukan langkah nyata dalam melaksanakan ide tersebut. Ide tersebut
juga harus di imbangi dengan energi positif atau rasa ikhlas dalam melaksanakan
sehingga individu 100% siap jika gagal atau berhasil (Purwoastuti & Walyani,
2015:76). Inisiatif memerlukan proes yang panjang, teladen dan harus muncul dari
dalam diri dahulu untuk dapat memetik hasil yang baik. Orang dengan inisiatif
yang tinggi juga mampu menularkan energi positif kepada orang lain untuk ikut
maju menjadi yang lebih baik.
29
g. Mampu beradaptasi/penyesuaian diri dengan baik
Lingkungan kerja pada masa yang akan datang adalah lebih mengglobal,
dalam sebuah kantor akan ada mereka yang berlainan etnis, berlainan agama, atau
bahakan berlainan ideologi sehingga kita harus bisa menerima perbedaan tersebut
dengan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Adaptasi sangat penting
dipelajari karena menunjang kesuksesan dalam bersosialisasi terutama dalam
belajar dan bekerja.
Adaptasi yang baik terhadap lingkungan sekitar, maupun penyesuaian diri
yang mempengaruhi relasi dengan orang lain dan kelancaran pekerjaan. Apabila
seseorang gagal dalam beradaptasi maka dapat mempengaruhi hubungan dengan
sekitarnya, bahkan tersingkir dari pergaulan. Pendapat lain menyatakan
penyesuaian diri/adaptasi merupakan kemampuan individu dalam menghadapi
tuntutan-tuntutan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungannya (Ghufron &
Risnawita, 2010: 49)
h. Keterampilan berorganisasi
Kemampuan berorganisasi adalah kemampuan, kesanggupan, dan
kecakapan yang dijalankan oleh seseorang dalam menjalankan sebuah organisasi
untuk mencapai suatu tujuan meliputi ikut berpartisipasi setiap kegiatan yang
dilaksanakan organisasi dan patuh menjalankan peraturan organisasi tersebut.
Orang yang sering mengikuti kegiatan organisasi cenderung memiliki pola pikir
yang dewasa dan sedikit lebih bijak dalam menghadapi suatu permasalahan (Putra
& Pratiwi, 2005).
i. Berorientasi pada detail
30
Elfindri, dkk (2011:169) menjelaskan bahwa orang yang berorientasi pada
detail adalah individu yang memiliki sikap atau kebiasaan untuk memerhatikan
hal-hal yang kecil (mikro) secara teliti, hati-hati dan mampu melihat suatu
masalah secara keseluruhan dalam detail yang jelas.
j. Kepemimpinan
Putra & Pratiwi (2005:114), kepemimpinan adalah proses dimana
seseorang mempengaruhi orang lain untuk meraih suatu tujuan dan mengarahkan
sejumlah sumber daya untuk mencapai visi dan misi tertentu. Orang yang memiiki
jiwa kepemimpinan akan aktif terlibat dalam timnya, memiliki ide-ide inovatif,
serta memiliki inisiatif untuk membuat perubahan positif. Karakteristik dari
seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang efektif adalah memiliki visi
kedepan; memiliki kecakapan teknis yang berkaitan untuk mencapai tujuan;
membuat keputusan yang tepat; berkomunikasi yang baik: memberikan
keteladanan dan contoh; mampu mempercayai orang; mampu menahan emosi,
bertanggung jawab; mengenali anggota; cekatan dan penuh inovasi. (Putra &
Pratiwi, 2005:118-120)
k. Percaya diri
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1053) menjelaskan bahwa percaya
diri diartikan mengakui atau yakin akan kemampuan atau kelebihan dari diri
sendiri/seseorang/sesuatu (bahwa akan memenuhi harapannya). Lebih lanjut,
Ghufron dan Risnawita (2010:35) menyatakan bahwa percaya diri merupakan
sikap mental seseorang dalam menilai dirinya sendiri maupun objek di sekitarnya
31
sehingga dapat memiliki keyakinan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Berdasarkan pengertian tersebut menyatakan bahwa percaya diri
merupakan sikap mental yang membuat seseorang mampu untuk melakukan
sesuatu dengan penuh keyakinan. Percaya diri akan membuat seseorang menjadi
lebih optimis dalam menjalankan visi dan misi hidupnya. Lain halnya dengan
orang yang tidak percaya diri akan berpikir tentang kegagalan dan berpikiran
negatif sehingga muncul ketakutan yang dapat membawanya pada kegagalan yang
nyata.
l. Sopan /beretika kerja
Menurut studi yang dilakukan Beach (1982 dalam Putra & Pratiwi,
2005:248), ditemukan fakta bahwa 87% orang yang kehilangan pekerjaan atau
macet karirnya karena mereka tidak memiliki etika kerja yang baik. Putra &
pratiwi (2005:248) menjelaskan bahwa etika adalah belajar membedakan yang
benar dan salah, lalu melakukan apa yang benar. Etika kerja akan membimbing
bagaimana berperilaku terutama ketika menghadapi dilema. Karakteristik orang
yang memiliki etika yang baik adalah mampu bertanggung jawab dengan tidak
mengkambing hitamkan orang lain, menghormati semua orang yakni dengan
menghargai privasi serta menerima perbedaan dan penuh toleransi, bertanggung
jawab, perhatian terhadap orang lain dan lingkungan, adil serta menaati aturan.
m. Bijaksana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), bijaksana diartikan
sebagai seseorang yang mampu menggunakan akal budinya (pengalaman dan
32
pengetahuannya) arif; tajam pikiran serta pandai dan mampu berhati-hati dalam
menghadapi kesulitan dan sebagainya. Seseorang yang bijaksana mampu
memperlakukan seseorang secara objektif, harus konsisten dalam menggunakan
tata nilai dan menghindari prasangka buruk pada orang lain (Putra & Pratiwi,
2005:251).
n. Kreatif
Putra & Pratiwi (2005:158), mengungkapkan bahwa kreatif adalah berani
mencoba gagasan-gagasan baru dan mencari alternatif jawaban atas suatu
permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya karakteristik orang kreatif adalah
memiliki rasa ingin tahu yang besar; menyukai tantagan, optimis; berpikiran
terbuka, senang berimajinasi, tidak terpaku pada asumsi yang ada, melihat
masalah sebagai peluang, serta tidak mudah menyerah.
Individu dengan daya kreatif yang tinggi memiliki daya cipta atau
memiliki kemampuan untuk menciptakan, ia memiliki rasa ingin tau yang besar,
menyukai tantangan, optimis, dan berpikiran terbuka. Berpikir kreatif adalah
proses penciptaan jalan keluar dari suatu masalah. Untuk mengembangkan
kreativitas dan daya inovasi dapat dilakukan dengan mengembangkan hobi,
mengasah otak kiri dan kanan, serta berkecimpung dalam organisasi
o. Humoris
Humoris menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah orang
yang mempunyai rasa humor. Sedangkan humor yang berasal dari kata umor yaitu
You-moors yang berarti cairan mengalir, humor merupakan sifat dari sesuatu atau
suatu situasi yang kompleks yang menimbulkan keinginan untuk tertawa
33
(Hartanti, 2002:110). Humor dapat berupa rasa, atau kesadaran di dalam diri kita
atau sense of humor yang berupa suatu gejala atau hasil cipta dari dalam maupun
luar diri kita.
Hartanti (2002:110) menjelaskan bahwa sense of humor merupakan
kemampuan seseorang untuk menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan
masalah, keterampilan menciptakan humor, kemampuan menghargai atau
menanggapi humor. Jadi orang yang dikatakan humoris adalah orang yang
mampu menciptakan dan menggunakan humor sebagai cara untuk memecahkan
suatu masalah. Orang humoris juga mengerti kapan saat yang tepat untuk
menganggap sesuatu itu lucu atau tidak lucu, perlu ditertawakan atau tidak
ditertawakan.
p. Kemampuan berwirausaha
Menurut Kasmir (2007: 16), kewirausahaan merupakan orang yang berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Seorang
yang memiliki jiwa wirausaha merupakan individu yang memiliki inisiatif
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan cara-cara yang inovatif, dan
bersedia menghadapi/menanggung resiko/ketidakpastian dalam pelaksanaannya.
1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Soft Skill
Peran pembekalan pendidikan yang semakin baik di perguruan tinggi akan
dapat mendorong peningkatan kemampuan yang terkait hard skill maupun soft
skill. Hidayati, dkk (2015:614), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
34
dapat mempengaruhi dalam tumbuhnya pembentukan soft skill, diantaranya
adalah sebagai berikut ini:
1. Strategi pembelajaran adalah rencana, metode dan tindakan menggunakan
semua sumber daya dalam proses pembelajaran secara formal. Indikator dari
strategi pembelajaran adalah materi pembelajaran, rencana pembelajaran,
metode pembelajaran dan tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran.
Semakin baik strategi pembelajaran yang diberikan oleh dosen atau guru maka
akan memunculkan kemampuan soft skill yang tinggi.
2. Keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam organisasi baik secara formal
maupun informal yang berorientasi pada profit maupun non profit. Indikator
pengalaman organisasi adalah keikutsertaan, kedudukan dalam organisasi,
lama berorganisasi, kontribusi dalam berorganisasi dan jenis organisasi.dengan
berorganisasi berarti membiasakan diri untuk bekerjasama dengan orang lain,
berkomunikasi, saling mengontrol dan saling menghormati. Oleh karena itu
pengalaman berorganisasi berpengaruh terhadap soft skill. Semakin banyak
pengalaman berorganisasi semakin tinggi penguasaan soft skill.
3. Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga
setiap orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang
bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari dan pengaruh lingkungan.
Indikator pendidikan informal adalah kehidupan keluarga, status sosial
keluarga, kehidupan keluarga dan hubungan dengan tetangga.
35
1.1.4. Cara Penularan Soft skill
Disadari atau tidak, selama ini soft skill diberikan dalam pembelajaran
dengan terintegrasi kurikulum melalui mata pelajaran. Dalam mengintegrasikan
soft skills dalam kurikulum tentunya bukanlah hal yang mudah dilakukan. Namun
dengan usaha sedikit demi sedikit untuk menyusunnya dan tentunya dengan lebih
mempraktikan atau menjadi contoh bagi mahasiswa daripada hanya memberikan
teori saja, soft skills lambat laun akan menjadi sesuatu yang wajib diberikan dan
dikembangkan dalam setiap proses pembelajaran.
Pembelajaran atau penularan secara tidak langsung ini dirasa sangat efektif
karena dosen dijadikan role model bagi mahasiswanya. Sebagai contoh apabila
dosen menginginkan mahasiswa datang tepat waktu, maka dosen harus duluan
datang ke kelas kemudian keika mahasiswa diminta untuk selalu menjaga
kebersihan kelas, maka dosen harus mampu menghapus papan tulis setelah selesai
kuliah. Hal ini bertujuan agar mahasiswa juga dapat meniru kedispilanan yang
dilakukan oleh dosen. Karena seperti tutur dalam bahasa jawa bahwa “guru iku
digugu lan ditiru”, jadi seorang guru atau pendidik harus dapat memberikan
contoh yang baik agar dapat di dengar kemudian perilakunya di aplikasikan dalam
kehidupan peserta didik.
Elfindri dkk (2011: 137), menyebutkan “sudah saatnya proses pendidikan
dari nilai-nilai universal di sekolah melalui integrasi aspek soft skills ke dalam
sebagian besar mata ajar yang diberikan”. Adapun langkah-langkah persiapan
yang mesti dilalui oleh pengasuh mata ajar adalah sebagai berikut:
36
1. Susun tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus. Dalam
kaitan ini yang menjadi kebutuhan adalah kemampuan untuk merumuskan
kompetensi, yang lazim dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Guru dan dosen mesti mampu merumuskan apa saja yang akan
dicapai, sesuai dengan ranah pendidikan yang disampaikan sebelumnya.
2. Masukan pada masing-masing sesi pelajaran soft skills apa yang akan
dihasilkan. Setelah kompetensi masing-masing sesi dirumuskan, kemudian
dapat pula memasukkan bagaimana cara pembelajaran yang menumbuhkan
masingmasing soft skills yang diharapkan.
3. Rencanakan bagaimana metoda operasional melaksanakannya, baik pada
masing-masing sesi ajar, maupun pada beberapa pertemuan.
4. Lakukan uji coba pada suatu kelas atau sekelompok anak. Lakukan
pengamatan-pengamatan terhadap anak-anak agar kemudian kita bisa melihat
antara sebelum dan sesudah dilakukan uji coba daapt menghasilkan perbedaan
yang nyata. Jika para guru ingin mempraktekan suatu kaedah penelitian
tindakan kelas, maka secara objektif mesti pula diukur seberapa berubah soft
skills anak-anak dengan adanya salah satu perlakuan treatment yang diberikan.
5. Review hasil uji coba untuk perbaikan. Sebuah proses penerapan metode
menerapkan soft skills tidaklah semudah membalik telapak tangan. Kita perlu
sabar, dan selalu memperbaiki bagaimana sebaiknya antara satu tahap ke tahap
perbaikan pembelajaran.
6. Finalisasi metode pembelajaran. Setelah dilakukan cara berulang, maka
kemudian dapat dituliskan dalam bentuk teaching manual sebuah pelajaran.
37
Berisikan secara lengkap isi bahan ajar, metode mengajarkan, aspek soft skills
dan metode mengajarkannya.
1.1.5. Pengukuran Soft skill
Widhiarso (2009:3), menjelaskan bahwa soft skill lebih didominasi oleh
komponen kepribadian individu sehingga prosedur pengukurannya sedikit
berbeda dengan pengukuran komponen abilitas individu. Pengukuran soft skill
dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni sebagai berikut:
1. Self report
Tes adalah sekumpulan sampel respon yang menunjukkan atribut ukur
pada diri individu, pengukuran soft skill juga menghasilkan sejumlah respon dari
individu yang menunjukkan tingkat soft skill yang dimiliki. Self report merupakan
sekumpulan stimulus berupa pernyataan, pertanyaan atau daftar deskripsi diri
yang direspon oleh individu. Pernyataan merupakan turunan dari domain ukur
yang sifanya teoritik konseptual setelah melalui proses operasionalisasi menjadi
indikator-indikator.
Setelah domain ukur dan indikator telah ditetapkan, Proses penyusunan
instrumen pengukuran selanjutnya adalah penulisan item (wording). Item ini
kemudian direspon dengan kontinum dari sangat setuju sampai sangat tidak
setuju. Proses penulisan item ini merupakan seni tersendiri yang membutuhkan
kepekaan dalam membahasakan indikator empirik perilaku individu.
38
Desain instrumen pengukuran soft skill dapat di aplikasikan dalam
beberapa pengukuran, seperti model skala likert, guttman atau semantik
diferensial dengan beberapa modifikasi jenis respon maupun jumlah alternatif
respon. Jenis respon pada umumnya mengarah pada persetujuan (setuju-tidak
setuju) subjek terhadap pernyataan yang diberikan, namun bisa dimodifikasi
menjadi evaluasi (baik-buruk), potensi (kuat-lemah) atau frekuensi perilaku
(sering-tidak pernah). Jumlah respon biasanya bergerak pada skala lima pilihan
dapat dimodifikasi menjadi tiga atau empat pilihan.
Jawaban dari hasil penelitian subjek dapat memberikan jawaban yang
menipu (faking) pada pengukuran self report dengan tujuan untuk memberikan
impresi yang positif (faking good) atau negatif (faking bad) mengenai dirinya.
Namun dengan menggunakan penulisan item (favorable-unfavorable) dan desain
pengukuran yang tepat serta kondisi pengukuran yang tidak menekan akan
membuat subjek memberikan respon yang sesuai dengan kondisinya.
Jenis pengukuran yang digunakan pada penelitian adalah dengan
menggunakan self report dengan model skala likert yang didasarkan pada aspek-
aspek dari 16 atribut soft skill yang diteliti.
2. Checklist
Checklist adalah jenis alat ukur afektif atau perilaku yang memuat
sejumlah indikator, biasanya kata sifat atau perilaku yang diisi oleh seorang
penilai (rater). Checklist lebih banyak dipakai untuk mengukur aspek psikologis
yang tampak (overt), misalnya perilaku.
39
3. Pengukuran performasi
Pengukuran performansi merupakan pengukuran terhadap proses atau
hasil kinerja individu terhadap tugas yang diberikan. Penyekoran dilakukan
peneliti berdasarkan rubrik yang telah dibuat sebelumnya. Rubrik merupakan
panduan penyekoran yang memuat kriteria performansi.Penyekoran dapat
dilakukan ketika subjek sedang bekerja atau hasil pekerjan yang diberikan.
1.2. Mahasiswa dalam Menghadapi Dunia Kerja
1.2.1. Mahasiswa
Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah
peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Partisipan
dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tergolong sebagai mahasiswa S1-
reguler di Universitas Negeri Semarang yang sedang menempuh pendidikan pada
semester delapan. Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan
sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam
berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan
cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap
mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.
Mahasiswa dianggap sebagai bagian dari remaja awal menuju dewasa
muda yang telah mencapai semester kedewasaan karena telah memaasuki dunia
perguruan tinggi. Santrock (2012:6) mengemukakan bahwa dalam teori
40
perkembangan mahasiswa termasuk dalam tahap perkembangan remaja akhir
menuju dewasa muda yang berkisar pada umur 18 hingga 25 tahun, sedangkan
untuk mahasiswa semester delapan (semester akhir S1 reguler) dalam penelitian
ini berkisar antara 21-24 tahun. Pada masa ini mahasiswa sudah harus mulai
mempersiapkan diri dalam rangka menghadapi dunia kerja. Persiapan dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
karir dan dunia kerja, sehingga ketika berada dalam lingkungan kerja yang
sesungguhnya mereka tidak mengalami kebingungan.
Santrock (2006: 8) mengemukakan tugas-tugas perkembangan individu
pada usia dewasa muda salah satunya adalah menyelesaikan pendidikan sampai
jenjang perguruan tinggi. Saat berada di tahap dewasa muda, seseorang dengan
jenjang pendidikan perguruan tinggi atau sejenisnya. Menyelesaikan pendidikan
di perguruan tingi merupakan kewajiban bagi dewasa muda agar memiliki bekal
untuk berkarir.
Setelah menyelesaikan pendidikan formal, pada umumnya dewasa awal
memasuki dunia kerja untuk menerapkan ilmu dan keahlian mereka. Mereka
berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta
memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Jika mereka merasa cocok
dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat
kerja. Sebaliknya, bila tidak atau belum cocok antara minat/ bakat dengan jenis
pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan
selera. Masa dewasa awal adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan
semangat yang membara dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing
41
dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi
kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu
memberi kehidupan yang makmur sejahtera bagi keluarganya.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahawa seorang mahasiswa harus
menyiapkan dirinya untuk dapat bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya serta dapat melanjutkan tugas perkembangan selanjutnya. Salah satu
caranya adalah dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
diharapkan dapat merealisasikan dan mewujudkan suatu tujuan pendidikan
nasional. Perguruan tinggi diharapkan mampu mengembangkan bakat dan minat
mahasiswa melalui pengembangan kegiatan kemahasiswaan. Melalui berbagai
kegiatan kemahasiswaan diharapkan dapat menunjang peningkatan kualitas
kemampuan intelektual dan kemampuan sikap. Hal ini tercantum dalam salah satu
tujuan dari UNNES tahun 2016 ini adalah menghasilkan tenaga akademik,
profesi, dan vokasi yang memiliki kompetensi unngul.
Universitas Negeri Semarang merupakan salah satu perguruan tinggi eks-
IKIP yang statusnya meningkat menjadi Universitas. Kampus utamanya terletak
di wilayah Sekaran, Gunung Pati, Kota Semarang. Kampus lainnya terletak di
Ngaliyan, Bendan Ngisor dan Tegal. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 278/O/1999 tentang organisasi dan tata kerja Unnes dan No.
255/O/2000 tentang statute Unnes, nama-nama fakultas dilingkunganUnnes yang
terdiri atas delapan fakultas adalah Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Bahasa
dan Seni, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
42
Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Keolahragaan, dan Program Pasca Sarjana.
Kemudian pada tanggal 29 Juni 2006 berdirilah Fakultas Ekonomi dan Fakultas
Hukum pada tanggal 14 Desember 2007.
Berdasarkan penjelasan di atas kesimpulan dari mahasiswa semester
delapan di Universitas Negeri Semarang adalah peserta didik yang terdaftar dan
belajar di Universitas Negeri Semarang yang sedang berada dalam masa
pekermbangan dewasa awal yakni pada rentang usia 20-24 tahun yang memiliki
tugas untuk menyelesaikan pendidikan dan menyiapkan diri untuk dapat bekerja
sesuai dengan bidang dan keahliannya.
1.2.2. Dunia Kerja
Kerja adalah proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu
unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada unit alat pemenuhan
kebutuhan yang ada (Taliziduhu, 1997: 4), sehingga dunia kerja adalah
lingkungan tau lapangan kegiatan seseorang untuk menyelesaikan atau
mengerjakan sesuatu yang menghasilan alat pemenuhan kebutuhan yang ada
seperti barang atau jasa dan memperoleh bayaran atau upah. Cara untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dilakukan seseorang dengan cara bekerja yang
baik dan sesuai dengan bidang kompetensiya agar dapat menikmati pekerjaannya.
Karena sering kali, seorang pekerja yang memiliki keahlian pada bidang tugasnya
belum akan efisien tugasnya jika tidak diimbangi dengan karakter diri yang
memadai. Sebagai contoh seorang Psikolog yang terampil dalam melakukan terapi
pada kliennya tetapi tidak diimbagi dengan sikap ramah pada kliennya maka hal
43
tersebut akan menghambat hubungannya dengan klien yang berdampak pada
efisiensi kerjanya. Oleh sebab itu perlu adanya kesadaran bagi para lulusan yang
akan bekerja untuk dapat meningkatkan kompetensi karakter diri/soft skill
disamping telah memiliki kompetensi keterampilan diri/hard skill. Dengan
demikian akan tecapai efisiensi dan prestasi kerja yang maksimal sebagaimana
yang diharapkan dalam dunia kerja.
Seorang mahasiswa dikatakan siap dalam menghadapi dunia kerja apabila
dalam lapangan pekerjaan yang ia tekuni sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki, baik itu hard skill maupun soft skill yang dimilikinya. Sebab dengan
keterampilan tersebut seorang mahasiswa yang nantinya menjadi seorang tenaga
kerja dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga
akan meningkatkan produktifitas kerja pada pekerjaan yang akan di geluti. Tenaga
kerja yang tidak sesuai akan merugikan organisasi atau perusahaan karena
produktifitasnya rendah. Hal tersebut dapat di antisipasi dengan cara seorang
mahasiswa sebelum kerja harus mempersiapkan diri sebab pekerjaan yang ada
dalam lapangan kerja memiliki persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi.
Ketika seorang calon pekerja yang tidak memiliki atau tidak memenuhi syarat
dalam kualifikasi suatu jabatan maka mereka akan tersingkir dari persaingan
dalam mendapatkan suatu pekerjaan sehingga perlu sekali jika mahasiswa harus
menyiapkan dirinya baik dengan hard skill maupun dengan soft skillnya.
44
1.3. Soft skill Mahasiswa dalam Menghadapi Dunia Kerja
Soft skill merupakan keterampilan afektif yang dimiliki seseorang untuk
dapat berinteraksi dengan orang lain, keterampilan mengatur dirinya sendiri
maupun kemampuan untuk menanggani permasalahan dalam kehidupannya.
Sedangkan pengertian mahasiswa semester delapan dalam menghadapi dunia
kerja adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di Universitas Negeri
Semarang yang sedang berada dalam masa pekermbangan dewasa awal yakni
pada rentang usia 20-24 tahun yang memiliki tugas untuk menyelesaikan
pendidikan serta menyiapkan diri untuk bekerja sesuai dengan bidang dan
keahliannya.
Soft skill pada dunia kerja sangatlah dibutuhkan yani sebanyak 82% dan
hardskill sebanyak 18% (NACE, 2005). Namun kenyataan di lapangan
menunjukkan adanya kesenjagaan yakni menurut Sailah (2008:9) menunjukkan
bahwa Pendidikan tinggi di Indonesia masih memberikan porsi lebih rendah
pembelajaran yang berorientasi soft skill yakni sebesar 10 % dan hard skill
sebesar 90%, selain itu fakta yang di dapatkan pada studi awal yang telah
dilakukan dengan wawancara terbatas pada 10 mahasiswa semester tujuh juga
menunjukkan bahwa soft skill yang dimiliki mahasiswa cenderung rendah dan
masih bingung antara soft skill dan hard skill, serta masih kurangnya kegiatan
extrakampus untuk peningkatan soft skill sehingga menimbulkan kesenjangan
antara soft skill yang dibutuhkan dunia kerja dengan yang dimiliki oleh
mahasiswa.
45
Atribut soft skill yang dibutuhkan oleh pasar kerja adalah komunikasi,
integritas, bekerjasama/kerja tim, interpersonal, etos kerja yang baik, inisitaif,
mampu beradaptasi dengan baik, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada
detail, kepemimpinan, percaya diri, sopan/etika, bijaksana, kreatif, humoris serta
kemampuan berwirausaha. Atribut-atribut inilah yang harus dimiliki oleh
mahasiswa semester delapan yakni mahasiswa yang dalam masa studinya
seharusnya sedang menyelesaikan tugas akhirnya dan bersiap untuk menghadapi
dunia kerja.
Kesimpulannya soft skill mahasiswa semester delapan di Universitas
Negeri Semarang adalah keterampilan afektif yang dimiliki mahasiswa yang dapat
membantu mahasiswa dalam berinteraksi dengan orang lain, keterampilan
mengatur dirinya sendiri maupun kemampuan untuk menanggani permasalahan
seperti komunikasi, integritas, bekerjasama/kerja tim, interpersonal, etos kerja
yang baik, inisitaif, mampu beradaptasi dengan baik, kemampuan berorganisasi,
berorientasi pada detail, kepemimpinan, percaya diri, sopan/etika, bijaksana,
kreatif, humoris serta kemampuan berwirausaha sehingga dapat mendatangkan
kesejahteraan dan kenyamanan bagi dirinya sendiri dan lingkungan baik di dalam
pembelajaran maupun dalam kegiatan menyiapkan diri dalam bekerja untuk
memenuhi kehidupannya. Soft skill tersebut mencakup dapat di gambarkan dalam
diagram 2.1.
46
Diagram 2.1.
Soft skill yang harus dimiliki mahasiswa
dalam mengadapi dunia kerja
Persaingan di Dunia Kerja
Dunia kerja membutuhkan kemampuan soft skill sebesar 82% dan hard skill sebesar
18% (NACE, 2005)
Permasalahan:
Pend.tinggi di Indonesia masih memberikan porsi lebih rendah pembelajaran yang
berorientasi soft skill yakni sebesar 10 % dan hard skill sebesar 90% (Sailah, 2008:9).
Mhs semester delapan masih belum memahami mengenai pentingnya
mengembangkan soft skill (Studi Pendahuluan)
Belum diketahui gambaran kemampuan soft skill mahasiswa semester delapan
UNNES dalam menghadapi dunia kerja
Masih perlunya ditambahkan kegiatan extrakampus untuk peningkatan soft skill bagi
Mahasiswa
Soft skill : komunikasi, integritas, bekerja
sama, keterampilan interpersonal, etos
kerja yang baik, inisiatif, mampu
beradaptasi, kemampuan berorganisasi,
berorientasi pada detail, kepemimpinan,
percaya diri, sopan/etika, bijaksana,
kreatif, humoris, kemampuan
berwirausaha.
Mahasiswa siap menghadapi dunia kerja
Hard skill :
Kognitif : Analitikal, Indeks
Prestasi >0,30
Psikomotor : Komputer
174
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diperoleh simpulan sebagai berikut:
Soft skill yang dimiliki oleh mahasiswa semester delapan Universitas Negeri
Semarang memiliki gambaran secara umum pada kategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa telah mampu mengatur dirinya sendiri untuk
dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat bermanfaat dalam pemecahan
masalah dalam kehidupannya. Hal tersebut juga menandakan bahwa mahasiswa
semester delapan telah siap untuk menghadapi dunia kerja serta mampu
menerapkan ilmu dan keterampilannya di masyarakat.
Soft skill yang tinggi ini didasarkan pada 16 atribut yang dimiliki oleh setiap
mahasiswa yaitu komunikasi, integritas, bekerjasama, keterampilan interpersonal,
etos kerja, inisiatif, mampu beradaptasi, keterampilan berorganisasi, berorientasi
pada detail, kepemimpinan, percaya diri, sopan/beretika, bijaksana, kreatif,
humoris dan kemampuan berwirausaha. Atribut yang paling tinggi dimiliki oleh
mahasiswa semester delapan adalah atribut etos kerja, sedangkan atribut yang
memiliki persentase terendah adalah kemampuan berorganisasi dan kemampuan
berwirausaha.
175
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, saran yang dapat peneliti diberikan
kepada univeristas adalah diharapkan untuk dapat memberikan kegiatan berupa
seminar atau pelatihan yang lebih menekankan pada peningkatan kemampuan
berorganisasi dan kemampuan berwirausaha dengan cara menambah kegiatan
pada lembaga kemahasiswaan serta diharapkan memberikan pendidikan
kewirausahaan pada mata kuliah wajib sehingga diharapkan ketika mahasiswa
telah lulus sudah memiliki bekal yang mumpumi selain penguasaan ilmu yang
sesuai program studi. Saran yang diperuntukkan pada mahasiswa diharapkan
untuk lebih menyiapkan kemampuan soft skill yang harus dimilikinya dengan
pelatihan, pengembangan ataupun dengan aktif dalam organisasi supaya
kemampuan-kemampuan dalam berorganisasi juga meningkat, selain itu mencoba
berwirausaha juga akan mendatangkan banyak manfaat sehingga kedepannnya
lebih siap untuk terjun ke dunia kerja dengan cara meningkatkan kompetensi yang
dimiliki serta menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Untuk peneliti
selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel yang
lebih beragam hingga penelitian ini akan lebih maksimal, atau lebih khusus pada
atribut kemampuan berorganisasi dan kemapuan berwirausaha agar bisa
mengetahui lebih detail sebab kedua atribut memiliki persentase yang rendah.
176
DAFTAR PUSTAKA
Agustin. (2014). Kemampuan Softskills mahasiswa program studi Pendidikan
guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani angkatan tahun 2011 FIK UNY.
Skripsi.
Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elfindri, dkk. (2011). Softskills Untuk Pendidik. Jakarta: Badouse Media.
Endang Purwoastuti, E. S. (2015). Perilaku dan Softskills Kesehatan : Panduan
Untuk Tenaga Kesehatan (Perawat dan Bidan). Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Fatrika Fahmi, H. Y. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Minat
Berwirausaha Mahasiswa dengan Teknik SEM. Jurnal Matematika, 5-12.
Hadi, S. (2004). Statistik jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Hartanti. (2002). Peran Sense of Humor dan Dukungan Sosial pada tingkat
Depresi Penderita Dewasa Pascastrroke. Anima, Indonesian Psycholgical
Journal, 107-119.
Hartanti. (2008). Apakah Selera Humor Menurunkan Stres? Sebuah Meta-analisis.
Anima, Indonesian Psychological Journal, 38-55.
Hartiti, E. (2016). Gambaran SoftSkill Mahasiswa Sarjana Perawat Di FIKKES
Universitas Muhammadiyah Semarang. 366-374.
Indonesia, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.
Johani Helena, B. T. (2016). An Investigation Into The Softskills That Emlpoyers
In Zimbabwe Expert Graduate Jobseekers To Prosess : A Study Og Five
Companies Under The Industrial Development Corporation Of Zimbabwe
(Limited) Group. 1-20.
177
Kartodrijo, S. (1994). Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Press.
Marwanti. (2006). Studi tentang Soft skill dan Kesiapan Kerja sebagai Tenaga
Kerja Professional Bidang Boga Mahasiswa Pendidikan Tata Boga Jurusan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. 1-16.
Mudlofir, A. (2012). Pendidik Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi
Putra, P. (2005). Sukses dengan Softskills : bagaimana meningkatkan kemampuan
interaksi sosial sejak kuliah. Bandung: Direktorat Pendidikan ITB.
Risnawita, M. N. (2010). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sailah, I. (2008). Pengembangan SoftSkills di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).
Jakarta: Erlangga.
Seetha, N. (2014). Are SoftSkills Important in the Workplace? A Preliminary
Investigation in Malaysia. 44-56.
Shaheen Majid, d. (2012). Importance of Softskills for Education and Craeer
Succes. 1036-1042.
Siswoyo, Dwi dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sitedi Unnes, 2017. Rekapitulasi data skripsi.
http://skripsi.unnes.ac.id/v2/primer/admin.aspx#rekapitulasi. Diakses 27
Desember 2016.
Spencer, L. S. (1993). Competence at Work For Superior Performance. Canada:
John Wiley & Sons, Inc.
Stevani. (2015). Pengaruh praktik kerja industri (Prakerin) dan ketrampilan siswa
terhadap kesiapan memasuki dunia kerja siswa administrasi perkantoran
SMK N 3 Padang. 184-193.
Sucipta, I. N. (2009). Holistik Softskills. Denpasar: Udayana University Press.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
178
Sugiyono. (2012).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Taliziduhu. (1999). Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia .
Jakarta: Rineka Cipta.
Tirtawinata, C. M. (2014). Karakter yang diperlukan dunia kerja dalam
menghadapi pasa bebas ASEAN 2015. 483-493.
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Widhiarso. (2009). SoftSkills Mahasiswa. Retrieved November 12, 2016, from
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id