8
PENGERTIAN CVP merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke dalam vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena sentral. Ujung dari kateter berada pada superior vena cava. Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. INDIKASI Indikasi Pemasangan CVP : 1. Klien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok. 2. Klien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi. 3. Klien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria). 4. Klien dengan gagal jantung. 5. Klien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin). 6. Klien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif). TUJUAN Tujuan pemasangan CVP : 1. Terapi pada klien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan. 2. Sebagai pedoman penggantian cairan pada kasus hipovolemi.

SOP CVP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hl

Citation preview

Page 1: SOP CVP

PENGERTIAN

CVP merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke dalam

vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena sentral. Ujung dari kateter

berada pada superior vena cava. Tekanan vena central (central venous pressure) adalah

tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga

parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular.

INDIKASI

Indikasi Pemasangan CVP :

1.   Klien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat

menimbulkan syok.

2.   Klien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.

3.   Klien  dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).

4.   Klien dengan gagal jantung.

5.   Klien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).

6.   Klien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif).

TUJUAN

Tujuan pemasangan CVP :

1.   Terapi pada klien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan.

2.   Sebagai pedoman penggantian cairan pada kasus hipovolemi.

3.   Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada kasus-kasus overload cairan.

4.   Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam volume yang banyak.

Tujuan Perawatan klien dengan CVP :

Perawatan akan menangani atau mengurangi komplikasi dari emboli darah.

KOMPLIKASI

Komplikasi dari pemasangan CVP antara lain :

1.   Perdarahan.

2.   Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).

3.   Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.

4.   Pericardial effusion.

5.   Aritmia

Page 2: SOP CVP

6.   Infeksi.

7.   Perubahan posisi jalur.

PENGKAJIAN

1.    Mengkaji kempali program/instruksi medik.

2.   Mengkaji kebutuhan klien akan perlunya pemasangan CVP.

3.   Mengkaji tanda-tanda vital sebelum pemasangan atau operawtan CVP.

4.   Mengkaji area pemasangan CVP.

5.   Mengkaji adanya komplikasi akibat pemasangan CVP.

INTERVENSI

A.   Persiapan Alat :

1.    Kateter CVP sesuai ukuran, dan sesuai dengan jenis lumen (single, double, atau triple,

tergantung dari kondisi klien).

2.   Handsoen steril.

3.    Set jahit luka.

4.    Set rawat luka.

5.    Needle intriducer.

6.    Syringe.

7.    Mandrin (guidewire).

8.    Duk steril

B.  Persiapan Klien :

1.    Menjelaskan prosedur kepada klien untuk mengurangi kecemasan dan mengharapkan

kerjasama dari klien.

2.    Mengatur posisi klien, yaitu posisi trendelenburg, yang mungkin akan sangat membuat

klien merasa tidak nyaman.

3.   Menjaga prinvacy klien dengan menutup sampiran.

IMPLEMENTASI

Page 3: SOP CVP

Teknik pemasangan yang sering digunakan adalah teknik Seldinger, caranya adalah

dengan menggunakan mandrain yang dimasukkan melalui jarum, jarum kemudian

dilepaskan, dan kateter CVP dimasukkan melalui mandarin tersebut. Jika kateter sudah

mencapai atrium kanan, mandrain ditarik, dan terakhir kateter disambungkan pada IV set

yang telah disiapkan dan lakukan penjahitan daerah insersi.

Langkah Pemasangan :

1.   Mendekatkan peralatan disamping tempat tidur klien (mudah dijangkau).

2.   Mencuci tangan dengan teknik steril.

3.   Memakai handscoen steril.

4.   Menentukan daerah yang akan dipasang : Vena subklavia atau Vena jugularis interna.

Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat pemasangan CVP adalah vena

femoralis dan vena fossa antecubiti.

5.   Mengatur posisi klien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena jugularis interna

maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk mempermudah pemasangan.

6.   Melakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan antiseptic.

7.   Memasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.

8.   Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya emboli udara, anjurkan

pasien untuk bernafas dalam dan menahan nafas.

9.   Dokter memasukkan jarum / kateter secara perlahan dan pasti, ujung dari kateter harus

tetap berada pada vena cava, jangan sampai masuk ke dalam jantung.

10. Menghubungkan dengan IV set dan selang untuk mengukur tekanan CVP.

11. Dokter melakukan fiksasi / dressing pada daerah pemasangan, agar posisi kateter terjaga

dengan baik.

12. Merapikan peralatan.

13. Mencuci tangan.

Perawatan Klien dengan CVP :

1.   CVP digunakan untuk mengukur tekanan pengisian jantung bagian kanan. Tekanan CVP

normal berkisar antara 2 – 5 mmHg atau 3 – 8 cmH20.

2.   Bila hasil pengukuran CVP dibawah normal, biasanya terjadi pada kasus hipovolemi,

menandakan tidak adekuatnya volume darah di ventrikel pada saat akhir diastolic untuk

menghasilkan stroke volume yang adekuat. Untuk mengkompensasinya guna

Page 4: SOP CVP

meningkatkan cardiac output, maka jantung meningkatkan heart ratenya, meyebabkan

tachycardi, dan akhirnya juga akan meningkatkan konsumsi 02 miokard.

3.   Bila hasil pengukuran CVP diatas normal, biasanya terjadi pada kasus overload, untuk

mengkompensasinya jantung harus lebih kuat berkontraksi yang juga akan meningkatkan

konsumsi O2 miokard.

4.   Standar pengukuran CVP bisa menggunakan ukuran mmHg atau cmH2O, dimana 1

mmHg = 1,36 cmH2O.

5.   Pengkajian :

Mengkaji adanya tanda-tanda komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat :

a.  Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman

b.  Frekuensi napas, suara napas.

c.  Tanda kemerahan / pus pada lokasi punksi.

d.  Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter.

e.  Kesesuaian posisi jalur infus set.

f.  Tanda-tanda vital, perfusi.

g.  Tekanan CVP.

h.  Intake dan out put.

6.   Rencana Keperawatan :

a.  Mengkonsultasikan dengan dokter untuk pemberian obat heparin dosis rendah bagi

klien yang beresiko tinggi sampai ia ambulasi,(terapi heparin dosis rendah akan

mengakibatkan viskositas darah dan daya ikat trombosis menurun dan memungkinkan

resiko terjadinya embolisme).

b. Mengobservasi tanda-tanda dan gejala embolisme pulmonal, antara lain :

1)   Nyeri dada akut dan jelas.

2)   Dispnea, kelelahan, sianosis.

3)   Penurunan saturasi oksigen.

4)   Takikardia.

5)   Distensi vena jugularis.

6)   Hipotensi.

7)   Dilatasi ventrikel kanan akut tanpa penyakit parenkim (pada rontgen dada).

8)   Kekacauan mental.

9)    Disritmia jantung (oklusi arteri pulmonal mengganggu aliran darah ke paru-paru

bagian distal mengakibatkan hipoksia).

Page 5: SOP CVP

Jika manifestasi ini terjadi, lakukan protokol pada syok :

a)    Pertahankan kateter IV (untuk pemberian cairan dan obat-obatan).

b)    Berikan pengobatan pemberian cairan sesuai dengan protocol.

c)    Pasang kateter indwelling (foley) (untuk memantau volume sirkulasi melalui haluaran

urine).

d)    Lakukan pemantauan EKG dan pemantauan invasif hemodinamik (untuk mendeteksi

disritmia dan pedoman pengobatan).

e)    Berikan vasopressor untuk meningkatkan ketahanan perifer dan meningkatkan tekanan

darah.

f)    Berikan natrium bikarbonat sesuai indikasi (untuk mengoreksi asidosis metabolik).

g)    Berikan obat-obat digitalis, diuretik IV dan agen aritmia sesuai indikasi.

h)    Berikan morfin dosis rendah secara IV (menurunkan ansietas dan menurunkan kebutuhan

metabolisme ).

i)    Siapkan klien untuk prosedur angiografi dan/ atau skaning perfusi paru-paru (untuk

memastikan diagnosis dan mendeteksi luasnya atelektasis). (Karena kematian akibat

embolisme pulmonal masif terjadi dalam 2 jam pertama setelah awitan, intervensi segera

adalah sangat penting).

j)    Berikan terapi oksigen melalui kateter nasal dan pantau saturasi oksigen. (dengan

tindakan ini akan meningkatan sirkulasi oksigen secara cepat).

k)   Pantau nilai elektrolit, GDA, BUN, DL (pemeriksaan laboratorium ini membantu

menentukan status perfusi dan volume).

l)    Lakukan pengobatan trombolisis, mis : urokinase, streptokinase sesuai dengan program

dokter (trombolisis dapat menyebabkan lisisnya emboli dan meningkatkan perfusi

kapiler pulmonal).

m)  Setelah pemberian infus trombolisis, lakukan pemberian pengobatan dengan heparin. (IV

secara terus menerus atau intermitten). (Heparin dapat menghambat atau memperlambat

proses terbentuknya trombus dan membantu mencegah pembentukan dan berulangnya

pembekuan.

EVALUASI

1.   Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto rontgent dadauntuk memastikan posisi ujung

kateter yang dimasukkan, serta memastikan tidak adanya hemothorax atau pneumothorax

sebagai akibat dari pemasangan.

Page 6: SOP CVP

2.   Mengobservasi respon klien sebelum, selama, dan sesudah pemasangan CVP.

3.   Mengobservasi kepatenan fiksasi secara periodik.

4.   Mengukur tekanan CVP secara periodik.

DOKUMENTASI

1.    Mencatat laporan pemasangan, termasuk respon klien (tanda-tanda vital, kesadaran, dll),

lokasi pemasangan, petugas yang memasang, dan hasil pengukuran CVP serta cairan

yang digunakan.

2.   Mencatat jenis dan ukuran set CVP yang digunakan.

3.   Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur.

4.   Mencatat respon an toleransi klien selama prosedur.