Upload
adi-nugroho
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ujian kompetensi 2 ilmu sejarah uns
Citation preview
Resume
Peranan Anak Dalam Ekonomi Rumahtangga Desa Di Jawa
Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Sosial Ekonomi
Dosen Pengampu: Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S., M.Hum.
Disusun oleh
Hamzah Rosyidi
C0513019
JURUSAN ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
Peranan Anak dalam Ekonomi Rumah Tangga Desa di Jawa
Benjamin White
Pendahuluan
Dalam usaha mengatasi masalah kenaikan jumlah penduduk, usaha yang bisa
dilakukan setidaknya ada dua cara yaitu mensukseskan usaha membatasi jumlah
kelahiran dan usaha progam keluarga berencana usaha – usaha tersebut pertama dapat
dilakukan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga yang bersangkutan harus
menyediakan informasi, alat, atau obat-obat pencegah kehamilan bagi rakyat yang
aman, murah, dan mudah dipakai. Kedua dari rakyat harus mempunyai kesadaran
untuk membatasi jumlah anak mereka. Terdapat penelitian penelitian kuatitatif
maupun kualitatif yang menganalisa sikap-sikap dan kebiasaan orang Jawa mengenai
jumlah anak. Keinginan masyarakat Jawa untuk memiliki banyak anak hampir terjadi
di semua lapisan. Keadaan yang seperti ini oleh peneliti-peneliti sosiologi pedesaan
dianggap tidak cocok dengan kehidupan ekonomi orang Jawa. Ditilik dari segi
Ekonomi dibenarkan pandangan bahwa angka kelahiran yang tinggi akan menambah
angkatan kerja yang memang sudah berlebihan jumlahnya dan kurang produktif
sehingga mendatangkan prospek-prospek ekonomi yang semakin suram.
Akan tetapi para orang tua dan calon ayah dan ibu yang menentukan jumlah
anak dalam lingkungan ekonomi mereka yang bisa dianamakan ekonomi rumah
tangga. Didalam ekonomi rumah tangga, kelebihan penduduk dan adanya surplus
tenaga kerja di daerah pedesaan Jawa bukanlah berarti bahwa orang terpaksa
menganggur akan tetapi anak – anak mereka merupakan sumber berharga bagi setiap
keluarga sebagai tenaga kerja dalam ekonomi rumah tangga maupun ekonomi daerah
keseluruhannya. Dengan mengingat kondisi – kondisi ini dan tidak menggunakan
anggapan a priori bahwa biaya ekonomis anak –anak itu melibihi keuntungan
ekonomis bagi para ibu bapak mereka.
Konflik antara pendidikan anak – anak kebutuhan akan tenaga kerja meraka
telah dibahas oleh Buddy Prasadja di Gagesik (Jawa Barat), kebutuhan –kebutuhan
ekonomi sering memaksa petani kecil dan buruh tidak bertanah untuk mengabaikan
pendidikan anak-anak mereka, karena tenaga anak itu dibutuhkan terutama anak laki-
laki. Di jawa nilai anak –anak sebagai sumber keselamatan bagi orang tua mereka
dimasa lanjut usia. Karena anak – anak mereka akan menjaga dan merawat mereka.
Dalam tulisan ini akan mengkhususkan perhatian pada nilai anak sebagai
sumber tenaga produktif atau berguna dalam ekonomi rumah tangga. Observasi ini
dilakukan di sebuah desa di kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Untuk
membahas persoalan pentingnya anak-anak dalam ekonomi rumah tangga, perlu data-
data tentang hal-hal berikut: i. pada umur berapakah anak baik laki-laki maupun
perempuan mulai mampu melakukan kegiatan produktif dalam berbagai jenis
pekerjaan. ii bagaimanakah produktifitas anak – anak dibanding dengan orang
dewasa. iii. Bagaimanakah kemampuan anak –anak dalam kegiatan yang produktif
dan berguna serta partisipasi dalam ekonomi rumah tangga. Potensi anak –anak untuk
berbagi kegiatan produktifitas banyak tergantung dari faktor fisiologis,ekonomis serta
kebudayaan.
Ciri-ciri Ekonomi dari Daerah Penelitian
Dari sampel yang digunakan penelitian sebanyak 40 keluarga yang mana
semuanya berasal dari golongan petani sedang/kecil dan buruh tani. Dari 40 keluarga
tersebut mempunyai paling sedikit satu anak yang berumur lebih dari 6 tahun dan
ukuran rata-rata rumah tangga itu adalah lebih besar (6,3 orang) daripada besarnya
rumahtangga rata-rata dalam seluruh desa (4,5 orang). Dari 40 sample tersebut ¾
diambil dari pendapatan penghasilan dalam kegiatan di luar tanah mereka sendiri
untuk mencapai semua atau sebagian kebutuhan pokok mereka. Dibawah ini
merupakan beberapa kegiatan –kegiatan yang penting dalam usaha mencapai
kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut.
Penggarapan Tanah Milik Orang Lain dengan Sistem “Moro Hasil”.
Sistem dari moro hasil ini adalah si pemilik tanah umumnya tidak berwajib
memberikan input apa-apa(misalnya ongkos penggarapan, biaya bibit, pupuk dan
lain-lain) kecuali membayar pajak tanah. jadi imbalan yang diberikannya hanyalah
separo dari apa yang akan diterimanya andaikata ia menggarap tanah milik sendiri.
Dalam sample 40 rumah tangga kita, ada 9 penggarap tanah milik orang lain dengan
sistem Maro ini.
Kerja Tani Bayaran
Dalam pertanian sawah mengalami tiga tahapan yaitu pengolahan,
penanaman, pemanenan. Dalam tiga tahapan tersebut diperlukan tenaga kerja yang
banyak oleh sebab itu para pemilik lahan mempekerjakan tenaga bayaran untuk
tugas-tugas tersebut.
Produksi Barang-Barang Kerajinan Untuk Dijual
Untuk mendapatkan penghasilan tambahan dan mengisi waktu luang mereka
gunakan untuk membut kerajinan. Barang-barang kerajinan utama di desa sample
adalah tikar dan kepang. Hasil dari kerja mengayam tikar menghasilkan upah Rp 1 –
Rp 4 tiap jam kerja.
Usaha Dagang Kecil-kecilan
Dalam 40 rumahtangga yang diteliti, banyak wanita dan sejumlah laki-laki
melakukan usaha kecil-kecilan sebagai pekerjaan pokok atau pekerjaan musiman.
Mereka melakukan berdagang sebagai tambahan penghasilan atau sering disebut
dengan mbakul. Ke pasar – pasar dengan jarak sekitar 30 kilometer dengan hasil rata
– rata Rp 50 – Rp 100 setiap kali berjualan.
Pemeliharaan Hewan
Ke 40 rumahtangga memelihara sejumlah besar hewan. Bagi rumahtangga
yang mempunyai cukup tenaga untuk merawat hewan-hewan itu merupakan sarana
penting untuk memupuk kekayaan, sebagai sumber kekayaan tetap atau sebagai
hewan kerja. untuk keluarga yang tidak punya modal membeli seekor hewan, kadang-
kadang berusaha agar diberi hewan milik orang lain untuk dipelihara.
Produksi Pangan Untuk Dijual
Ada 12 dari 40 rumahtangga bekerja dalam usaha produksi pangan untuk
dijual. Kebanyakan mereka mengumpulkan air kelapa dan memasaknya untuk
menghasilkan gula jawa. Bahan makanan lain yang dibuat di rumah untuk dijual
adalah tempe dan dawet.
Dari keterangan diatas menunjukan dua sifat dari ekonomi pedesaan yang
penting. Yang pertama adalah kalau kita membandingkan upah atau keuntungan dari
kegiatan –kegiatan tadi dengan kebutuhan, maka kita akan melihat bahwa
penghasilan dari kebanyakan kegiatan diatas tidak dapat menutupi kebutuhan suatu
rumah tangga dengan anggota 4 sampai 6 orang. Dalam keadaan demikian semua
anggota keluarga harus mencari kesempatan kerja untuk mencukupi kebutuhan
ekonomi rumah tangga. Yang kedua adalah bahwa kegiatan produktif yang paling
menghasilkan untuk yang tidak memiliki tanah dan modal adalah kerja sebagai tani
bayaran. Akan tetapi karena kurangnya kesempatan kerja yang produktif, semua
anggota keluarga harus mencari tambahan kerja pada sektor –sektor lain yang
digambarkan diatas walau imbalannya rendah. Dan kurang produktif
Manfaat Ekonomi Daripada Anak-anak dalam Ekonomi Rumah tangga
Umur Mulai Kerja
Dari sebagian uraian diatas 146 rumah tangga dalam survey untuk usia anak
mulai bekerja, beberapa kasus anak mulai bekerja pada usia 5 atau 6 tahun namun
golongan tersebut kurang produktif. Dan untuk usia anak kategori produktif yang
mulai bekerja berkisar 7 sampai 9 tahun. Biasanya anak –anak yang berumur sekitar
13 tahun mulai teratur melakukan pekerjaan seperti mengambil air, mengurus hewan,
mengumpulkan rumput, menanam serta memetik padi bahkan mengolah sawah dan
pekarangan.
Potensi Anak-anak sebagai Pekerja Produktif
Dari observasi anggota sample 40 rumahtangga tidak ada yang dapat memberi
kepastian, akan tetapi masing-masing memberi kesimpulan yang sama: pertama
bahwa banyak pekerjaan yang secara ekonomis berguna atau perlu tetapi kurang
produktif- baik dalam pemeliharaan rumah tangga maupun dalam usaha produksi
sendiri – dimana anak laki-laki dan perempuan kadang-kadang dan umumnya dari
umur 8-9 tahun sungguh dapat seproduktif dan seefisien rekan-rekan mereka yang
dewasa. akan tetapi pekerjaan-pekerjaan itu sebagain besar tetap menjadi tugas anak-
anak kecil, jika kakak serta orang tua mereka dapat dipekerjakan secara lebih
produktif melalui cara-cara lain. Kedua, kebanyakan tugas-tugas produktif misalnya
anyaman, pengumpulan makanan ternak, penanaman dan pemetikan padi, pengolahan
tanah dapat dilakukan anak-anak usia 13-15 tahun dengan produktifitas yang hampir
sama dengan orang dewasa. Pada anak umur 8 tahun dapat menerima upah yang sama
seperti ibunya untuk waktu pekerjaan yang sama, disawah yang sama, sedangkan
anak laki – laki dalm bekerja di proyek bangunan akan mendapat upah yang lebih
besar.
Partisipasi Anak-Anak dalam Usaha Ekonomi Rumah Tangga
Setelah sedikit mengetahui potensi anak –anak untuk berprtisipasi . mereka
pada umumnya ikut melakukan pekerjaan – pekerjaan tersebut dibandingkan dengan
orang dewasa, karena potensi anak – anak berapapun besarnya dalam prakteknya
tidak mempunyai arti kecuali kalau ekonomi rumah tangga dan ekonomi daerah
lingkungannya dapat menyediakan kesempatan kerja yang penuh dengan potensi itu.
Mempunyai banyak anak bukan mengurangi produktifitas anak tersebut malah
mungkin dapat menambahnya. Jadi, untuk keluarga yang bertanah dan bermodal
terbatas yaitu harus mencari sebagian besar penghasilannya diluar sarana produksi
milik sendiri. produktifitas anak dalam keluarga tidak tergantung pada besar kecilnya
keluarga itu sendiri tetapi pada keadaan diluar keluarga. Sehingga mungkin masing-
masing “ekonomi keluarga” dapat mengambil untung relative dari pertambahan anak
buahnya, dalam pembentrokan langsung dengan ekonomi pedesaan lingkungannya
yang justru menderita sebagai akibat perlimpahan anak buahnya itu.
Penutup
Setelah sedikit mebandingkan kontribusi golongan – golongan umur dan
kelamin satu sama lain. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa anak –anak dari
rumah tangga beranak banyak, bekerja lebih banyak atau sedikit dalam kegiatan dari
pada anak – anak rumah tangga yang beranak sedikit. maslah ini memang penting
dari utung ruginya kepunyaan anak banyak maupun sedikit. Karena dalam lingkungan
ekonomi surplus tenaga kerja. Semakin sedikit anak dalam rumah tangga semakin
kecil pula sumbangan kerja dari dari setiap anak. Oleh karena rumahtangga hanya
bisa menyediakan kesempatan kerja secara terbatas pula bagi mereka. Walaupun dari
keluarga besar memng bekerja banyak, namun makin besar juga keluarganya. Makin
besar juga pengalihan kerja anak kea rah yang kurang produktif karena tidak adanya
kesempatan kerja. Sehingga makin banyak anak dalam keluarga makin kurang
produktifitas kerja mereka.