Click here to load reader
Upload
black-shine
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RESPONSI KASUS NICU
HIPERBILIRUBINEMIA
CEPHALHEMATOM
Oleh
A A Wijaya
H1A003005
Pembimbing :
dr. Hj. Artsini Manfaati, Sp.A
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK
DI SMF ANAK RSUP NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2012
STATUS DI RUANG NICU
DOKTER MUDA SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUP NTB
Tanggal masuk rumah sakit/jam: 08/10/2012 (18.00 WITA)
Nama Dokter Muda : Andri Agustaria Wijaya (H1A003005)
IDENTITAS
Identitas Anak
Nama : By.N
Tgl/jam lahir : 03-10-2012/18.30 WITA
Jenis kelamin : Laki-laki
Cara persalinan : Spontan
A-S : 7-9
BBL : 2.800 gr
Alamat : Lendang Jae - Sekotong
Identitas Keluarga:
Ibu Bapak
Nama Ny. N Tn. S
Umur 17 tahun 19 tahun
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh
Alamat Lendang Jae - Sekotong Lendang Jae - Sekotong
ANAMNESA : (10-10-2012/11.00 wita)
Keluhan utama : kulit bayi berwarna kekuningan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi dikeluhkan kulit berwarna kekuningan yang disadari sejak 2 hari sebelum masuk
ruang NICU (saat umur bayi 3 hari). Awalnya hanya sekitar muka namun akhirnya semakin
turun ke badan.
Saat berumur 2 hari pertama bayi masih dapat langsung menyusu, ketika umur 3 hari
(06/10/12) sore harinya bayi mulai tidak mau menyusu dan baru disadarai oleh orang tua kulit
wajah bayi berwarna kuning dan keesokan harinya warna kuning tampak diseluruh tubuh bayi.
Bayi juga dikeluhkan terdapat benjolan pada belakang kepala sejak lahir, benjolan kira-kira
sebesar kepalan tangan orang dewasa, benjolan lunak dan terfiksir. Sejak baru lahir, ibu
mengaku tidak pernah menjemur bayinya di bawah sinar matahari. Riwayat demam (-), muntah
(-). sesak (-), kebiruan (-), kejang (-), maupun trauma persalinan (-). BAB/BAK (+) normal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak terdapat riwayat kuning dalam keluarga, penyakit jantung (-), tekanan darah tinggi
(-), ginjal (-), asma (-) serta penyakit kuning pada keluarga disangkal.
Riwayat Kehamilan:
Riwayat Kehamilan
GPA : G2P2A0
HPHT : -
Periksa hamil : dengan bidan
Kebiasaan ibu sebelum/selama kehamilan
Minum alkohol : Tidak pernah
Merokok : Tidak pernah
Makan obat-obatan tertentu : Tidak pernah
Penyakit atau komplikasi kehamilan : Tidak ada
Riwayat Persalinan
Persentasi : Kepala
Cara persalinan : Pervaginam
Tindakan : -
Obat yang diberikan pada ibu : Tidak ada
Riwayat demam dalam kehamilan : Tidak ada
Riwayat ketuban kental, hijau, bau : Tidak ada
Tempat lahir : Polindes, ditolong oleh bidan
Keadaan bayi saat lahir
Jenis kelamin : Laki-laki
Kelahiran : Tunggal
Kondisi saat lahir : Hidup
PEMERIKSAAN FISIK (Tgl 10 Oktober 2012)
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : waspada
1. Tanda Vital :
Suhu : 37.3 C
DJJ : 140 x/menit
Respirasi : 36 x/menit
Tek. Darah : Tidak dievaluasi
CRT : < 2 detik
2. Menilai Pertumbuhan :
Berat Badan : 2500 gram
Panjang Badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
3. Penampakan Umum :
Aktivitas : baik
Warna Kulit : kekuningan
Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)
4. Kepala
Bentuk kepala : unsimetris, lecet (-), ubun2 besar terpisah, ubun-ubun cembung (-),
sutura melebar (-), craniosynostosis (-), caput sucendaneum (-), dan cephalhematom (+)
pada regio temporal kanan.
Mata: pupil: reflex cahaya +/+, isokor (+), miosis (-), midriasis (-)
Sekret mata: -/-, sclera: ikterus +/+
Konjungtiva: anemis (-), edema palpebra (-)
Telinga: dbn
Hidung: dbn
Mulut: sianosis (-)
5. Leher
Pembesaran kelenjar (-), hematoma pada m. SCM (-), pembesaran kel. Tiroid (-), leher
pendek (-). Rooting refleks (+).
6. Thoraks
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Gerakan diding dada simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Cor: S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-),
Paru: vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
9. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), organomegali (-),kelainan congenital (-)
Auskultasi : Bising usus Normal
Palpasi : Massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani (+) diseluruh lapang abdomen
10. Umbilicus
Umbilicus mengering, tanda-tanda radang (-)
11. Anggota Gerak :
Kelainan bentuk : (-)
Tonus otot : normal
Edema : (-)
12. Kulit :
Ikterus (+) pada seluruh tubuh dan ekstremitas (derajat kramer IV), pustula (-), ruam (-),
petechie (-)
Turgor kulit : normal
kelainan kulit lainnya (-)
13. Uro-genital
Kelainan bawaan : (-)
RESUME
Bayi laki-laki, umur 8 hari, lahir spontan, AS:7-9 dengan berat badan lahir 2.800 gr
dikeluhkan kulit berwarna kuning sejak umur 3 hari. Bayi dapat langsung menyusu pada ibu.
Sejak lahir,dan mulai tidak mau menyusu sejak umur 3 hari hingga esok harinya bayi berwarna
kekuningan pada seluruh tubuhnya. Sejak baru lahir, ibu mengaku tidak pernah menjemur
bayinya di bawah sinar matahari. Riwayat demam (-). Saat hamil ibu bayi mengaku tidak pernah
menderita penyakit berat. Riwayat minum jamu-jamuan atau obat-obatan yang dijual bebas
selama hamil (-). Riwayat ketuban pecah dini (-). Ibu bayi bergolongan darah O.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap tanggal 8 Oktober 2012:
Hemoglobin : 14,9 gr%
Leukosit : 18,33/mm3
Trombosit : 96.000/mm3
Hematokrit : 44,9%
Gol darah/Rh : O/+
Bilirubin tanggal 8 Oktober 2012
Bilirubin total: 43.35
Bilirubin Direk: 0,93
DIAGNOSIS
Ikterus Neonatorum
Cephal hematome
RENCANA TINDAKAN
Observasi KU dan TTV serta berat badan setiap hari.
Fototerapi
Cek lab : DL, GDS, Bilirubin total, Bilirubin direk, HbsAg, albumin total, urinalisis.
KIE ibu untuk menyusui lebih sering minimal 2 jam sekali
ANALISIS KASUS
1. Ikterus neonatorum
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin indirek yang berlebih. Ikterus
secara klinis akan mulai tampak pada neonatus bila kadar bilirubin darah lebih dari 5
mg/dl.1 Pada pasien ini nampak kekuningan hampir diseluruh tubuh, yaitu wajah, dada,
perut, ekstremitas atas mapun bawah, kecuali bagian tangan dan kaki. Pemeriksaan fisik
secara khusus yaitu dengan metode Kramer.2 Pasien ini didapatkan sesuai dengan
pembagian derajat Kramer IV.
Proses fisiologis terjadinya hiperbilirubinemia antara lain karena tingginya kadar
eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum
matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2 – 3 dan
mencapai puncaknya pada hari ke 5 – 7, kemudian akan menurun kembali pada hari ke
10 – 14. Kadar bilirubinpun biasanya tidak > 10 mg/dL (171 μmol/L) pada bayi kurang
bulan dan < 12 mg/dL (205 μmol/L) pada bayi cukup bulan. Masalah timbul apabila
produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjungasi hepar menurun sehingga terjadi
kumulasi di dalam darah. Karena itu bayi ikterus sebaiknya baru dianggap fisiologis
apabila telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologis.1Bayi baru lahir dapat mengalami
hiperbilirubinemia pada minggu pertama kehidupannya berkaitan dengan: (1)
meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis) (2), kurangnya albumin sebagai alat
pengangkut (3) penurunan uptake oleh hati, (4) penurunan konjugasi bilirubin oleh hati,
(5) penurunan ekskresi bilirubin, dan, (6) peningkatan sirkulasi enterohepatik.3
Untuk mengantisipasi kompilkasi yang mungkin timbul, maka perlu diketahui
daerah letak kadar bilirubin serum total beserta faktor resiko terjadinya
hiperbilirubinemia yang berat.
Gambar 1. Nomogram untuk penentuan risiko berdasarkan kadar bilirubin serum spesifik berdasarkan waktu, pada
saat bayi pulang (diambil dari kepustakaan nomor 4)
Faktor resiko hiperbilirubinemia berat bayi usia kehamilan > 35 mg dibagi menjadi :4
a. Faktor resiko mayor
- Sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak pada
daerah resiko tinggi (gambar 1)
- Ikterus yang muncul dalam 24 jam pertama kehidupan
- Inkompabilitas golongan darah atau penyakit hemolitik lainnya
- Umur kehamilan 35-36 minggu
- Riwayat anak sebelumnya yang mendapat fototerapi
- Sefalhematom atau memar yang bermakna
- ASI ekslusif dengan cara perawatan tidak baik dan kehilangan berat badan yang
berlebihan
- Ras Asia Timur
b. Faktor resiko minor
- Sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak pada
daerah resiko sedang (gambar 1)
- Umur kehamilan 37-38 minggu
- Sebelum pulang, bayi tampak kuning
- Bayi makrosomia dari ibu DM
- Umur ibu ≥ 25 tahun
- Jenis kelamin laki-laki
c. Faktor resiko kurang (besar resiko sesuai dengan urutan yang tertulis, makin ke bawah resiko
makin rendah)
- Sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak pada
daerah resiko rendah (gambar 1)
- Umur kehamilan ≥ 41 minggu
- Bayi mendapat susu formula penuh
- Kulit hitam
- Bayi dipulangkan setelah 72 jam
Pada pasien ini, didapatkan kadar bilirubin sebesar 43,35 pada usia 5 hari, namun
menurut pengakuan ibu pasien, pasien sudah mulai tampak kuning pada kepala pasien saat
berumur 3 hari ketika pasien mulai tidak mau menyusu sehingga menurut normogram terletak
pada zone resiko tinggi. Pada pasien ini juga terdapat beberapa faktor resiko terjadinya
hiperbilirubinemia berat, yaitu kadar bilirubin yang terletak pada zone resiko tinggi dan
terdapatnyanya sefalhematom. Berdasarkan hal di atas, maka pada bayi ini merupakan ikterus
non fisiologis karena masih didapatkan suatu keadaan yang patologis, walaupun onset
munculnya kuning lebih dari 24 jam.
Berbagai cara telah digunakan untuk mengelola bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia
indirek, strategi tersebut meliputi pencegahan, farmakoterapi, fototerapi, dan transfusi tukar.4
Pada pasien ini dilakukan fototerapi dengan hasil sudah tidak tampaknya tubuh pasien yang
berwarna kuning, walaupun sebenarnya harus dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin setelah
fototerapi.
2. Cephalhematom
Cephalhematoma adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan
periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura
garis tengah. Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas
dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin,
hematokrik, dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan 5.
Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas
tegas pada tulang yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Tulang
tengkorak yang sering terkena ialah tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada 0,5-2%
dari kelahiran hidup. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada
persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstra cunam atau
ekstraktor vakum. Faktor Predisposisi antara lain tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada
kepala saat persalinan, moulage terlalu keras, partus dengan tindakan seperti forcep, vacum
ekstraksi.
Salah satu komplikasi cephalhematom adalah ikterus sepeti yang terjadi pda kasus ini.
Cefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada
ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan,
namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan
drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Etika, Risa. Et al. Hiperbilirubinemia pada Neonatus.Divisi Neonatologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya. 2012. P1-14
2. Damanik, Sylviati M. Hiperbilirubinemia. Available from www.pediatrik.com Accessed
Oktober 8, 2012.
3. Rohsiswatmo, Rinawati. Indikasi Terapi Sinar pada Bayi Menyusui yang Kuning.
Available from www.idai.com Accessed Oktober 8, 2012.
4. Sukadi, Abdulrahman. Hiperbilirubinemia dalam Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. P 147-69
5. Wiknjosastro H. Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2005