Status Ujian Sienny

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sq

Citation preview

Status Ujian Psikiatri

Laki-laki usia 42 tahun dengan Schizofrenia Paranoid

Penguji :dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ (K)

Disusun oleh :Michael Salim2013.061.008

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA DAN PERILAKUFAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA1 Juni 2015 4 Juli 2015Nama: Tanda TanganSienny Agustin (2014-061-011) ....................................

Penguji:dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ (K) ....................................

STATUS PSIKIATRI

I. Identitas pasien Nama : Ny. NLG Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 42 tahun Tanggal lahir : 29 September 1973 Status perkawinan : Menikah Suku bangsa : Tionghoa Tingkat Pendidikan Terakhir: SMEA Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Budha Alamat : Pontianak, Kalimantan Barat Tanggal masuk: 4 Mei 2015 Tanggal pemeriksaan: 11 Juni 2015

II. Riwayat Psikiatri (autoanamnesis)Autoanamnesis : dilakukan pada tanggal 11 Juni 2015

A. Keluhan Utama : Curiga berlebih, tidak mau makan dan mandi

B. Keluhan Tambahan :Menarik diri

C. Riwayat Gangguan SekarangPada tanggal 4 Mei 2015 pasien di bawa oleh adik pasien ke Unit Gawat Darurat Rs. St. Carolus untuk berobat, atas rujukan dari dokter yang sebelumnya merawat pasien saat di Pontianak. Pasien di rujuk dengan keluhan curiga berlebih terhdap keluarga, adik dan orang tua. Pasien di bohongi oleh keluarganya ke Jakarta, keluarga mengatakan bahwa mereka akan pergi ke Kuching, Malaysia, untuk jalan-jalan. Namun semua baju pasien telah di kemas dalam kopor milik saudaranya dan di masukkan ke bangsal Pius PK St. Carolus.2 tahun SMRS, pasien mengaku pada keluarga nya bahwa dia sedang dikejar-kejar oleh masa, yang akan mencelakai dia. Sehingga pasien mengurung diri bersama anaknya dan tidak makan, mandi maupun keluar kamar saat semua orang, termasuk keluarganya masih beraktivitas. Pasien hanya keluar kamar saat lampu telah dipadamkan dan semua orang sudah tidur.3 tahun SMRS, suami pasien meninggalkan pasien karena mengaku tidak tahan dengan sikap keras kepala dan keegoisan pasien. Pasien selalu memaksakan kehendak dan menganggap bahwa hanya pemikirannya lah yang benar. Pasien tidak mau mendengarkan penjelasan dan pemikiran dari orang lain, termasuk dari suaminya. Bila ada masalah dengan adik ke 5 nya dan suami nya membela adik pasien, maka pasien akan menganggap bahwa suaminya telah bersekongkol dengan adik nya untuk menjatuhkan dia. Sampai suatu hari, suami tidak mampu menahan kekesalannya dan menampar pasien, kemudian di teriyaki orang gila oleh pasien. Ketidakharmonisan dengan suami sebenarnya telah berlangsung selama 4-5 tahun SMRS. Saat pasien mulai mengajarkan pada anaknya untuk membenci orang yang sedang memiliki masalah dengan pasien. Termasuk menjelek-jelekkan orang tua nya (pasien) sendiri saat memiliki masalah dengan pasien. Suami merasa hal ini tidak seharusnya diajarkan oleh pasien kepada anaknya yang masih kecil. Namun saat suami memberi tahukan pendapatnya, pasien marah dan menganggap suami ikut membela lawan pasien. Dari kecil pasien memang memiliki sifat mudah curiga terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Namun sifat ini menjadi semakin parah sejak 10 tahun yang lalu. Pasien juga sebenarnya kurang dapat percaya pada orang lain dan selalu menganggap bahwa orang lain berniat buruk pada dirinya. Keluarga pasien mengaku bahwa saat pasien normal, tidak emosi dan tidak memiliki masalah, pasien suka dandan dan makan, seperti layak nya orang normal. 14 tahun SMRS, pasien mengaku lebih sering kekamar mandi setelah melahirkan anak pertamanya. Pasien mengaku, tidak selalu kencing saat ke kamar mandi, dia hanya merasakan keinginan untuk buang air kecil. Frekuensi ke kamar mandi pun akan bertambah bila dia sedang memikirkan suatu masalah. Hal ini terus berlangsung sampai saat pasien berada di bangsal Pius.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat Gangguan PsikiatriTidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya

2. Riwayat Gangguan Medik : Riwayat gangguan organik di sangkal oleh pasien

3. Riwayat merokok maupun penggunaan NAPZA disangkal oleh pasien

14

GejalaGrafik Perjalanan Penyakit (RPS dan RPD)

2001201520122010Waktu

Onset2001 (28 tahun)2010 (37 tahun)2012 (39 tahun)2015 (42 tahun)

StresorAnak dengan usia 1 tahun (1 tahun setelah melahirkan anak pertama)Bertengkar dengan suami karena menganggap suami bersekongkol dengan orang yang bermasalah dengan pasienBertengkar hebat dengan suami yang berujung pemukulan oleh suami, kemudian suami meninggalkan pasienTidak diketahui

Manifestasi klinis Cemas

Iritabel Gejala negatif (tidak mau mandi, makan, menarik diri dari lingkungan sosial) Halusinasi auditorik (comenting) Waham kejar Iritabel Gejala negatif (tidak mau mandi, makan, menarik diri dari lingkungan sosial) Halusinasi auditorik (comenting) Waham kejar Iritabel Gejala negatif (tidak mau mandi, makan, menarik diri dari lingkungan sosial)

Napza dan penyakit fisik----

Terapi-- Hexymer 2 x 2 mg Depakote ER 2 x 5oo mg Zyprexa Zydis 2 x 10 mg Sikzonoat 1 amp setiap kamis Merlopam 1 x 1 mg k/p iritabel Dulcolax 1 x 1 tab, k/p konstipasi

Efek samping obat----

Kepatuhan berobat---Pasien mengkonsumsi obat sesuai waktu yang dintentukan

Aktivitas social Interaksi sosial terganggu ADL tidak terganggu Fungsi pekerjaan baik

Interaksi sosial terganggu ADL tidak terganggu Fungsi pekerjaan baik Interaksi sosial terganggu ADL tidak terganggu Fungsi pekerjaan baik

Interaksi sosial terganggu ADL terganggu (tidak mau mandi dan makan) Fungsi pekerjaan terganggu

E. Riwayat Perkembangan Pribadi1. Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien lahir di Pontianak, data didapatkan dari penuturan pasien dan dikonfirmasi melalui kartu tanda penduduk pasien. Pasien merupakan anak ke-2 dari 7 bersaudara, dan kelahiran pasien memang diinginkan. Tidak ditemukan data mengenai prenatal dan perinatal pasien.2. Riwayat Masa Kanak AwalPasien mengaku tinggal bersama orang tua dan keenam saudaranya. Pasien rukun tinggal bersama keenam saudaranya dan dirawat oleh kedua orangtuanya. Pasien senang bermain bersama saudara-saudaranya. Saat berumur 4 tahun pasien dan keluarga pindah ke Pontianak.3. Riwayat Kanak PertengahanPasien mengaku memiliki banyak teman di sekolah, saat pasien duduk di bangku SD. Pasien dapat mengikuti semua aktivitas di sekolah. Pasien menarche pada usia 10 tahun.4. Riwayat Masa RemajaPasien mengaku saat SMP, memiliki beberapa teman dekat dan dapat mengikuti aktivitas sekolah dengan baik. Pertama kali suka dengan lawan jenis pada saat SMP. Pasien senang membaca buku. Pasien menamatkan SMP dan SMA tepat waktu.5. Riwayat Masa Dewasaa. Riwayat PendidikanSD sampai SMA tercantum di atas, interaksi sosial baik, prestasi pasien di sekolah cukup, pasien mengaku menjalani pendidikan hingga SMA dan tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

b. Riwayat PekerjaanSetelah lulus SMA, pasien sempat bekerja sebagai karyawati pada took sperpart kendaraan bermotor selama 2 tahun. Setelah itu pasien membatu di tokok bangunan milik kakaknya. Setelah menikah, pasien hanya berperan sebagai ibu rumah tangga.

c. Riwayat Perkawinan/Berpacaran/BerpasanganPasien mengaku telah menikah selama 16 tahun. Pasien menikah dengan suaminya setelah berpacaran selama 2 tahun. Namun sejak 4-5 tahun terakir hubungan dengan suami kurang harmonis dan akhirnya 3 tahun yang lalu, suami meninggalkan pasien karena tidak tahan dengan sifat keras kepala dan ke egoisan pasien.

d. Riwayat Agama/Kehidupan BeragamaPasien beragama Budha seperti kedua orangtuanya, tetapi pasien sudah tidak ke wihara lagi. Pasien biasa ikut adik ke gereja, itu pun hanya sesekali.

e. Aktivitas SosialPasien mengaku memiliki 1 orang teman dekat yang dikenal sejak SMA, dan masih sering berhubungan via telpon sampai sebelum pasien di rawat.

f. Riwayat Pelanggaran HukumPasien menyangkal pernah melakukan pelanggaran hukum

g. Riwayat MiliterPasien tidak pernah menjalani pembelajaran atau kegiatan yang berkaitan dengan militer selama hidup.

F. Situasi Kehidupan SekarangSekarang pasien sedang menjalani perawatan di bangsal Pius, di PK Sint Carolus. Pasien menghabiskan sebagian besar waktunya dengan berolahraga (sit-up, jumping jack) serta mengerjakan aktivitas sehari- hari sesuai dengan jadwal yang diberikan. Biaya pengobatan di tanggung oleh adik ke-5 pasien.

G. Riwayat PsikoseksualPasien memiliki orientasi seksual yang normal dan berhubungan dengan satu pasangan saja. Pasien pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Pasien dipukul oleh suaminya, karena sifat pasien yang mudah curiga dan keras kepala.

H. Riwayat Keluarga

Pasien

Laki-laki

Perempuan

Pasien memiliki ayah dan ibu serta 6 saudara kandung. Paman (saudara ayah) pasien mengalami gangguan jiwa, namun keluarga tidak mengetahui apakah paman tersebut mendapatkan pengobatan atau tidak.Pasien menikah dengan suami dan memiliki 3 orang anak laki-laki. Anak yang pertama berusia 15 tahun, di asuh oleh mertua pasien sejak pasien melahirkan anak kedua, anak kedua di asuh oleh adik pasien sejak pasien melahirkan anak ketiga dan yang ketiga berusia 6 tahun, di asuh oleh pasien. Anak ketiga pasien disekap oleh pasien dalam kamarnya sejak berusia 3,5 tahun. Anak hanya boleh keluar kamar saat malam hari, disaat semua anggota keluarga sudah tertidur dan lampu rumah sudah di matikan. Anak pasien tidak diberi makan dan tidak diperboleh kan untuk mandi.

I. Mimpi, Fantasi dan Nilai- nilaiPasien ingin cepat pulang, karena merindukan anak-anaknya. III. STATUS MENTAL (11 Juni 2015)A. Deskripsi Umum1. PenampilanPasien wanita berpenampilan sesuai usia, cara berpakaian rapi dan baik, menggunakan baju hangat berwarna abu dan rok sepanjang lutut. Rambut pasien pendek dan terikat rapi.2. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorPasien tampak tenang namun kurang kooperatif saat wawancara. Tidak ada gerakan yang dilakukan berulang- ulang, dan pasien melakukan kontak mata dengan pewawancara.3. Sikap terhadap PemeriksaPasien kurang bersikap kooperatif terhadap pemeriksa

B. Mood dan AfekMood: EutimikAfek: Normal dan serasi. Berdasarkan raut wajah pasien, intonasi suara, gerakan tubuh serta gerakan ekstremitas pasien terlihat serasi dengan moodKesesuaian: Pikiran, perasaan dan perilaku sesuai

C. PembicaraanPasien bicara spontan, artikulasi jelas, lancar, dan menjawab sesuai dengan pertanyaan

D. Gangguan PersepsiIlusi: Tidak ditemukanHalusinasi: Auditorik Pasien tidak mengakui secara langsung adanya halusinasi auditorik berupa komenting. Hal ini didapatkan melalui alloanamnesa dengan keluarga pasien yang mengatakan bahwa pasien pernah mengaku ada beberapa orang yang sedang menjelek-jelekkan dirinya.Depersonalisasi: tidak ditemukanDerealisasi: tidak ditemukan

E. Pikiran1. Proses pikir/ bentuk pikiran:a. Produktivitas: produktifb. Kontinuitas: koheren, tidak ada hambatan2. Isi Pikiran:a. Preokupasi: adaPasien berpikir bahwa saudara dan semua keluarganya bersekongkol untuk menjatuhkannyab. Obsesi : Tidak ditemukanc. Waham: 1. TersistematisasiPasien yakin bahwa semua tetangganya benci dan iri pada dia, karena keluarga yang harmonis, sehingga semua tetangga nya, termasuk tukang sayur, bersekongkol untuk menghasut suami nya dan juga keluarganya untuk menjatuhkan dia. Kemudian suami pasien dan keluarganya pun mulai bersekongkol dengan tetangganya dengan cara memasukkannya ke dalam bangsal jiwa.2. ReferensiPasien selalu merasa yakin bahwa klakson yang dibunyikan di jalan saat pasien berjalan adalah ditujukan untuk dirinya. Selain itu pasien juga yakin bahwa saat pasien jaga toko dan toko tidak laku, maka ada orang yang sedang mengguna-guna, sehingga toko nya sepi pengunjung.3. KejarMenurut penuturan keluarga pasien, pasien pernah mengaku bahwa dirinya sedang dikejar-kejar oleh masa yang akan menyerang dan mencelakai dia, sehingga pasien menangis dan mengurung diri dalam kamar. d. Ide bunuh diri: Tidak ditemukan

F. Sensorium dan Kognisi1. Kesiagaan dan taraf kesadaran: baik (compos mentis)2. Orientasi:a. Waktu: tidak terganggu (pasien mengetahui hari dan tanggal saat itu)b. Tempat: tidak terganggu (pasien mengetahui sedang berada dimana)c. Orang: tidak terganggu (pasien dapat mengenali nama dokter muda) 3. Ingatan:a. Jangka panjang: tidak terganggu (pasien dapat meningat masa kecilnya)b. Jangka pendek: tidak terganggu (pasien ingat apa yang dilakukan dan dimakan pada pagi hari)c. Segera : tidak terganggu (pasien ingat nama dokter muda yang sedang berkunjung setelah berkenalan)4. Konsentrasi dan perhatian:Normal (konsentrasi pasien saat wawancara tidak teralihkan saat ada pasien lain yang lewat di sekitarnya)5. Kemampuan membaca dan menulis:Tidak terganggu (pasien mampu menulis nama dan membaca yang ditulis oleh dokter muda)6. Kemampuan visuospasial:Tidak terganggu (pasien mampu membuka pintu dan menggambar jam)7. Pikiran abstrak: Tidak terganggu (pasien mampu memahami konsep, dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan jeruk dan apel)8. Intelegensi dan daya informasi:Baik (pasien mampu berhitung, membaca, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar)

G. Pengendalian ImpulsPengendalian impuls terkendali, pasien tidak melakukan tindakan membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

H. Daya Nilai dan TilikanDaya nilai realitas: terganggu, ada halusinasi auditorik dan waham.Daya nilai sosial: tidak terganggu.Uji daya nilai: tidak terganggu.Tilikan: derajat 1 (pasien menyangkal bahwa dirinya sakit)

I. Taraf Dapat DipercayaSecara keseluruhan pembicaraan pasien dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUTA. Status InternusKeadaan Umum: baik, tampak tenangKesadaran: compos mentisTekanan darah: 110/70 mm HgNadi: 72 x/menitPernafasa: 20 x/menitSuhu: 36,7 CTinggi badan: 160 cmBerat badan : 47 kgBMI: 18,36 kg/m2 (underweight)Bentuk Tubuh: AstenisKepala: Tidak terdapat deformitasMata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+Hidung : Deviasi septum -, sekret -/-Mulut: Mukosa oral basahLeher: Pembesaran KGB Thoraks:Paru: Inspeksi: Simetris dalam keadaan statis maupun dinamis Palpasi: Fremitus taktil kanan=kiri Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi: Suara nafas vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-Jantung: Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak Palpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi: Kesan kardiomegaly Auskultasi: BJ1&2 reguler, murmur -, gallop Abdomen:Inspeksi: CembungAuskultasi: BU 6 x/menitPalpasi: Supel, nyeri tekan , hepatomegaly Perkusi: Timpani pada seluruh kuadran abdomen.Kulit: Turgor baik, pucat -, cyanosis Ekstremitas : CRT < 2 detik, akral hangat, edema -/-, tremor -/-Motorik : Normotonus, koordinasi baik.Refleks : Refleks fisiologis +(pada 4 ekstremitas), refleks patologis (pada 4 ekstremitas)Kelainan khusus : Tidak ada.

B. Status NeorologisGCS : Compos mentis (GCS15)Pemeriksaan saraf cranial : Kesan dalam batas normalRangsang meningeal : Tidak adaRefleks fisiologis : +/+/+/+Refleks patologis : -/-/-/-Motorik & senosrik : Dalam batas normalOtonom : Dalam batas normal

C. Tes Psikologik. Neurologik, laboratorium sesuai indikasi (5 Mei 2015)Jenis PemeriksaanHasilSatuanNilai Normal

Hematologi

Hemoglobin 14.3g/dL14.0-16.0

Eritrosit 4.42Juta/mm34.2-6.2

Leukosit 4.81Ribu/mm34.8-10.8

Hematokrit42.7%34-52

Trombosit281Ribu/mm3150-450

MCV95fL80-100

MCH30Pg26-34

MCHC35.9g/dL32-36

Diff Count

BasofilL 0.2%0.3-1

Eosinofil2.1%0.7-7.0

Neutrofil35.9%34-71.1

Limfosit53.2%19.3-53.1

Monosit8,6%4.7-11.5

LED11mm/jam0-15

Kimia Klinik

Panel Protein

Protein Total6.63g/dL6.6 8.7

Albumin4.11g/dL3.50 5.20

Globulin2.42g/dL1.5 3.5

Bilirubin

Bilirubin total0.40mg/dL0.30 1.00

Bilirubin direk0.16mg/dL< 0.25

Bilirubin indirek0.24mg/dL0.20 0.70

SGOT (AST)15IU/L10 36

SGPT (ALT)11IU/L10 45

Gamma GT39U/L7 49

Alkali Fosfatase75IU/L35 135

Ureum Darah14mg/dL10 50

Kreatinin Darah0.7mg/dL< 1. 20

eGFR107.7mL/min/11.73 m2

Kolesterol Total153mg/dL< 200

Ratio Total Kolesterol4.0< 5

Kolesterol HDL (direk)38mg/dL> 50

Kolesterol LDL direct96mg/dL< 100

Trigliserida107mg/dL< 150

Asam Urat3.9mg/dL2.4 5.7

Glukosa Puasa85mg/dL80 100

Natrium (Na)136Mmol/L135-147

Kalium (K)3.8Mmol/L3.5-5.5

Klorida (Cl)97Mmol/L94-111

Urinalisa

Urin Rutin

Makroskopis

WarnaKuningKuning

KekeruhanJernihJernih

Berat Jenis1.010< 1.030

pH6.55.0 8.0

Kimia Urin

ProteinNegatifmg/dL(-) Negatif

Glukosa (urin)Negatifmg/dL(-) Negatif

KetonNegatifmg/dL(-) Negatif

Darah Samar (urin)Negatif(-) Negatif

BilirubinNegatif(-) Negatif

Urobilinogen3.2mol/L3.2 16.0

NitritNegatif(-) Negatif

Leukosit EsteraseNegatif(-) Negatif

Sedimen

Sel Epitel1/LPB0 1

Leukosit1/LPB0 2

Eritrosit1/LPB0 1

Silinder0/LPB0 1

BakteriaNegatifNegatif

KristalNegatif/L(-) Negatif

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAAnamnesisPasien wanita berusia 42 tahun dibawa ke PK Sint. Carolus pada tanggal 4 Mei 2015 oleh adik pasien dengan keluhan utama curiga berlebih curiga berlebih terhdap keluarga, adik dan orang tua. Pasien juga tidak mau mankan dan mandi, serta mulai menarik diri, marah-marah dan tidur terganggu. Keluarga pasien berkata bahwa pasien merasa dirinya sedang dikejar-kejar oleh masa, yang akan mencelakai dia. Sehingga pasien mengurung diri bersama anaknya dan tidak makan, mandi maupun keluar kamar saat semua orang, termasuk keluarganya masih beraktivitas. Pasien hanya keluar kamar saat lampu telah dipadamkan dan semua orang sudah tidur.Pasien telah menikah kurang lebih selama 16 tahun, namun 4-5 tahun belakangan hubungan dengan suami nya menjadi tidak harmonis dengan puncaknya suami meninggalkan pasien 3 tahun yang lalu, setelah sebelumnya sempat memukul pasien.Dari kecil pasien memang memiliki sifat mudah curiga terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Namun sifat ini menjadi semakin parah sejak 10 tahun yang lalu. Pasien juga sebenarnya kurang dapat percaya pada orang lain dan selalu menganggap bahwa orang lain berniat buruk pada dirinya. Keluarga pasien mengaku bahwa saat pasien normal, tidak emosi dan tidak memiliki masalah, pasien suka dandan dan makan, seperti layak nya orang normal. Pasien juga cenderung menjelek-jelekkan orang yang sedang memiliki masalah dengannya, dan mengajari anak untuk membenci orang yang sedang memiliki masalah dengannya. Pasien juga selalu mengingat hal-hal yang buruk pada suatu masalah.1 tahun setelah melahirkan anak pertamanya. Pasien mengaku lebih sering ke kamar kecil, walaupun tidak selalu kencing saat ke kamar mandi, dia hanya merasakan keinginan untuk buang air kecil. Frekuensi ke kamar mandi pun akan bertambah bila dia sedang memikirkan suatu masalah. Hal ini terus berlangsung sampai saat pasien berada di bangsal Pius.

Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik umum dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan.

Status MentalPada pemeriksaan status mental ditemukan : Deskripsi umum : Penampilan : Wanita, berpenampilan sesuai usia, cara berpakaian rapi, rambut rapi. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Tenang dan tidak ada gerakan yang dilakukan berulang- ulang. Pasien melakukan kontak mata dengan pewawancara. Sikap terhadap pemeriksa kurang kooperatif Pembicaraan : spontan, lancar, jelas, menjawab sesuai pertanyaan. Mood : eutimik ; afek : normal dan serasi Gangguan persepsi : halusinasi auditorik Gangguan pikir : tidak ada gangguan proses pikir, untuk isi pikir, pasien memiliki preokupasi bahwa semua orang bersekongkol untuk menjatuhkannya. Pasien juga memiliki waham tersistematisasi, waham kejar dan waham referensi. Sensorium dan kognisi : tidak ada kelainan Pengendalian impuls : baik Daya nilai realita : terganggu Tilikan : derajat 1

VI. FORMULASI DIAGNOSTIKPada pasien ditemukan sindrom atau pola perilaku atau psikologi yang bermakna secara klinis yang menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan aktivitas kehidupannya sehari-hari untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa adanya gangguan jiwa pada pasien yang sesuai dengan definisi gangguan jiwa yang tercantum dalam PPDGJ III.

a) Diagnosis aksis I Pada pemeriksaan status generalis dan neurologis didapatkan keadaan pasien yang compos mentis, tidak terdapat kelainan fisik, tidak ada riwayat trauma sehingga kita dapat menyingkirkan diagnosis Gangguan Mental Organik (F0) Pada anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan NAPZA pada pasien sehingga diagnosis Gangguan Mental Perilaku Akibat Penggunaan NAPZA (F1) dapat disingkirkan. Menurut PPDGJ III, kasus ini dapat digolongkan sebagai F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid, karena : Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia : Adanya gejala-gejala definitif skizofrenia yaitu adanya suatu halusinasi auditorik berupa suara mengomentari Selain itu, pasien juga memiliki waham tersistematisasi, waham kejar dan waham referensi Dimana gejala ini telah berlangsung lebih dari 1 bulan, gejala dimulai sejak 10 tahunn yang lalu Terjadi juga perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi yang bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial. Memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid : Dimana halusinasi auditorik yang menonjol adalah komentar yang menjelek-jelekkan dirinya dan juga adanya waham kejar Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak menonjol.b) Diagnosis aksis IIMenurut PPDGJ III, kasus ini dapat digolongkan sebagai F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid, dimana penilaian kepribadian ditegakkan pada saat pasien berumur lebih dari 18 tahun. Data didapatkan dari hasil wawancara dengan keluarga pasien maupun dengan pasien sendiri. Didapatkan hasil : Kepekaan berlebih terhadap kegagalan dan penolakan. Pasien merasa bahwa saat membantu menjaga toko dan sepi, ada seseorang yang benci padanya. Setelah kejadian ini, pasien akan menolak untuk membantu menjaga toko lagi. Pasien cenderung untuk tetap menyimpan dendam. Dalam kasus ini, pasien terus mengingat kesalahan yang pernah dilakukan orang lain pada dirinya. Kecurigaan dan kencenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan. Dalam kasus ini, pasien cenderung bersikap curiga terhadap orang sekitarnya dan selalu mengartikannya sebagai suatu persekongkolan untuk menjatuhkannya Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantive dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya. Pada kasus ini, pasien selalu beranggapan bahwa adiknya telah bersekongkol dengan ibu nya untuk menjatuhkan dia. Terdapat 4 ciri yang menunjukkan bahwa pasien memiliki gangguan kepribadian paranoid, dimana hanya diperlukan setidaknya 3 ciri untuk menegakkan diagnosis.c) Diagnosis aksis IIITidak ada penyakit sistemik yang dimiliki pasien, sehingga bisa dikatakan tidak ada diagnosis untuk axis III.d) Diagnosis aksis IVPada pasien ini ditemukan adanya masalah dengan primary support group (keluarga), karena pasien merasa bahwa ibu dan adik ke-5 nya telah bersekongkol untuk menjatuhkan dia.Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, karena perasaan curiga berlebih pasien, sehingga sering menyalah artikan niat baik dari orang lain dan sering memicu timbulnya pertengkaran.Masalah psikososial dan lingkungan lain, disini terdapat masalah dengan pasangan (suami), dimana suami memukul dan kemudian meninggalkan pasien dengan kedua anaknya (anak pertama dirawat oleh mertua pasien).e) Diagnosis aksis V Highest GAF level past yearGAF 60 51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang Current GAFGAF 50 41 gejala berat (serious), disabilitas berat

VII. EVALUASI MULTIAKSIALAksis I: Gangguan Skizofrenia Tipe Paranoid F20.0 Aksis II: Gangguan Kepribadian Paranoid F60.0Aksis III: Tidak ada diagnosis untuk aksis IIIAksis IV: Masalah dengan keluarga dan pasanganAksis V: GAF current 50 41 GAF highest level past year : GAF 60 51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

VIII. DAFTAR MASALAH1. OrganobiologikTidak ada2. Psikologik Persepsi: Halusinasi auditorik Gangguan isi pikir:Waham tersistematisasi, waham kejar dan waham referensi Tilikan derajat 13. Lingkungan dan Sosial Pasien merasa adik ke 5 telah bersekongkol dengan ibu nya untuk menjatuhkan dia, sehingga merasa perlu untuk tinggal di rumah yang terpisah bersama dengan anak ketiga nya. Hubungan dengan suami dan keluarga tidak harmonis, pasien cenderung curiga berlebihan dan marah-marah.

IX. PROGNOSISQuo ad vitam: dubia ad bonamQuo ad functionam: dubia ad bonamQuo ad sanationam: dubia ad malam

X. RENCANA PENATALAKSANAAN1. Terapi non farmakologi : Psikoterapi Suportif dan kognitif perilakuMeberikan dukungan emosional kepada pasien saat merasa semua orang bersekongkol menjatuhkan dia, serta membantu pasien mengenali masalahnya sendiri, yaitu waham referensi juga kejar yang mungkin menyebabkan pasien menjadi lebih iritabel, serta membantu pasien mengembangkan masalah yang sedang dihadapi. RehabilitasiDengan tujuan memulihkan dan meningkatkan fungsi sosial dan okupasional, membangun dan meningkatkan dukungan keluarga dan masyarakat. PsikoedukasiDengan tujuan supaya pasien serta keluarga lebih mengetahui tentang penyakit skizofrenia yang sedang di deritanya berserta dengan tatalaksananya. Selain itu juga untuk meningkatkan keterampilan pasien dalam berkomunikasi, meneyelesaikan masalah serta mengelola gejala. Latihan keterampilan sosialMelatih pasien untuk mampu memahami emosi nya sendiri, mampu mengatasi konflik, membina pertemanan, memanfaatkan waktu luang, berekreasi, meningkatkan keterampilan percakapan serta perannya dalma lingkungan sosial, yaitu sebagai ibu 3 orang anak dan anak kedua dalam keluarga. Dimana nantinya pasien diharapkan akan lebih berprilaku positif dan menjauhi perilaku negatif.

Terapi vokasionalDengan tujuan memberikan pelatihan dan pembekalan keterampilan pada pasien, sehingga nantinya ketika pasien kembali ke rumah dapat menghidupi anak-anaknya dengan mandiri, tanpa membutuhkan bantuan dana dari adiknya lagi. Intervensi keluargaDengan tujuan supaya pasien diperkuat dengan dukungan keluarga dan suami dalam proses pengobatannya. 2. Terapi farmakologi Rawat inap Olanzapine 10 mg tab, 1 x1 tab Trihexyphenidyl HCL 2 mg tab, 2 x 1 tab (bila timbul gejala ekstrapiramidal) Lorazepam 1 mg tab, 1 x 1 tab, bila pasien iritabel

XI. FOLLOW UP Pantau gejala-gejala psikis yang ada, yaitu halusinasi auditorik,waham tersistematisasi, waham kejar, waham referensi dan gejala negative Memantau kepatuhan pasien dalam meminum obat Pantau efek samping pengobatan, terutama ekstrapiramidal Pantau kesiapan keluarga untuk menerima pasien kembali dalam rumahnya

XII. DISKUSI

Skizofrenia adalah sindrom klinis dengan psikopatologi yang bervariasi, termasuk di dalamnya gangguan kognisi, emosi, persepsi, dan aspek perilaku lainnya. Manifestasi dari gangguan-gangguan ini dideskripsikan secara berbeda pada masing-masing pasien dan berbeda pula seiring perjalanan penyakit, namun efek dari gangguan ini selalu berat, dan biasanya jangka waktunya lama. Skizofrenia secara merata ditemukan pada wanita dan pria. Namun onset pada pria biasanya lebih awal pada pria dibandingkan wanita, dengan puncak onset pada usia 10-25 tahun. Pada wanita, terdapat penyebaran usia yang bimodal, yaitu puncak onset pada usia 25-35 tahun dan usia pertengahan (>40 tahun). Gangguan skizofrenia biasanya bertahan sampai seumur hidup, serta dapat menyerang orang dari berbagai kelas sosial.Penyebab dari gangguan skizofrenia tidak diketahui. Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan dalam terjadinya gangguan skizofrenia.Pada pasien ditemukan gejala klinis gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran. Sedangkan, halusinasi merupakan persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan dengan stimuli eksternal yang nyata; pengalaman perseptif yang terjadi tanpa stimulus eksternal. Untuk dikatakan sebagai halusinasi, pasien harus dalam keadaan sensorium yang jernih, tidak saat tertidur atau ketika bangun tidur. Terdapat berbagai jenis halusinasi yaitu antara lain halusinasi dengar (auditorik), halusinasi visual, halusinasi cium (olfaktoris), halusinasi kecap (gustatorik), dan halusinasi raba (taktil). Pasien mengatakan bahwa pasien dapat mendengar suara bisikan di telinganya yang mengomentari (menjelek-jelekkan pasien). Pasien juga sering terlihat bengong. Hal ini merupakan halusinasi auditorik tipe commenting. Halusinasi yang paling sering pada skizofrenia adalah halusinasi auditorik, namun tidak menutup kemungkinan juga halusinasi dapat terjadi pada modalitas sensori lainnya. Emosi adalah suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik, dan perilaku yang berhubungan dengan mood dan afek. Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain. Saat proses anamnesis, pasien mengatakan bahwa perasaannya saat itu biasa saja, begitu juga selama dalam masa perawatan di bangsal rumah sakit. Namun, saat dikonfirmasi dengan keluarga, pasien memiliki mood yang irritabel dimana pasien mudah marah jika tidak mendapat yang ia inginkan. Tilikan (insight) pada pasien ini adalah derajat 1, yaitu pasien tidak mengetahui dan menyangkal penyakit yang dideritanya. Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi (dalam konteks ini, kumpulan gejala). Dengan kata lain, tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit. Tilikan dikategorikan sebagai berikut: Tilikan derajat 1: pasien menyangkal penyakitnya sama sekali. Tilikan derajat 2: pasien agak menyadari bahwa mereka sakit dan membutuhkan bantuan, tetapi dalam waktu bersamaan pasien juga menyangkal penyakitnya (ambivalensi). Tilikan derajat 3: pasien sadar bahwa mereka sakit, tetapi mereka menyalahkan orang lain, faktor eksternal, atau faktor organik. Tilikan derajat 4: pasien sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien. Tilikan derajat 5: tilikan intelektual (pasien menerima bahwa dirinya sakit dan bahwa gejala yang dialami disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk penanganan di masa depan). Tilikan derajat 6: tilikan emosional sesungguhnya (kesadaran emosional tentang motif dan perasaan dalam diri pasien dan orang yang penting dalam kehidupannya, yang dapat menyebabkan perubahan dasar dalam perilaku).Berdasarkan PPDGJ III, diagnosis pasien ini adalah F20.0 Skizofrenia Paranoid. Pedoman diagnosis skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III yaitu:1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, yaitu : Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau- thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)- delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;c. Halusinasi auditorik Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuhd. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikitnya dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelasa. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;d. Gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adapun gejala-gejala tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna salam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.2. Sebagai tambahan : Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.Berdasarkan uraian PPDGJ III yang telah disebutkan sebelumnya dan disesuaikan dengan gejala yang dialami pasien, maka diagnosis Skizofrenia Paranoid bisa diaplikasikan kepada pasien. Gejala halusinasi auditorik yang dialami pasien (suara yang menjelek-jelekkan pasien) sudah memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia, dimana diagnosis tersebut memerlukan satu gejala di antara beberapa yang cukup jelas. Halusinasi auditorik yang dialami pasien merupakan salah satu gejala tersebut, sehingga diagnosis dapat ditegakkan.Untuk menegakkan diagnosis Paranoid dari Skizofrenia yang dialami pasien, perlu dilihat apakah pasien memiliki waham atau halusinasi yang menonjol. Halusinasi yang menunjang diagnosis Paranoid adalah halusinasi yang bersifat komentar, mengancam, atau memberi perintah pada pasien. Bisa juga tanpa bentuk verbal, seperti bunyi pluit, berdengung, atau bunyi tawa. Pada pasien, halusinasi ini tercerminkan dalam gejala mendengar suara dari orang yang menjelek-jelekkan pasien.Keluhan-keluhan pasien juga bisa membuat diagnosis banding yaitu, gangguan waham menetap. Pasien memiliki waham tersistematisasi, bahwa semua tetangganya benci dan iri pada dia, karena keluarga yang harmonis, sehingga semua tetangga nya, termasuk tukang sayur, bersekongkol untuk menghasut suami nya dan juga keluarganya untuk menjatuhkan dia. Kemudian suami pasien dan keluarganya pun mulai bersekongkol dengan tetangganya dengan cara memasukkannya ke dalam bangsal jiwa. Namun adanya halusinasi auditorik dapat digunakan untuk menggugurkan diagnosis banding dari gangguan waham menetap.

DefinisiSkizofrenia adalah suatu sindroma klinis yang beraneka macam, bersifat mengganggu, dan mempengaruhi kognisi, emosi, persepsi, dan aspek lain dari perilaku seseorang. Gejala yang ditunjukkan oleh sindroma ini sangat beraneka ragam antar orang dari waktu ke waktu, namun efeknya selalu berat dan biasanya untuk waktu yang lama. Kelainan ini biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun dan menetap seumur hidup, mempengaruhi orang tersebut secara personal dan sosial. Baik pasien maupun keluarganya mengalami penderitaan akibat penyakit ini. Diagnosis skizofrenia harus dilakukan dengan melihat sejarah psikiatrik secara keseluruhan dengan didukung pemeriksaan mental.

Epidemiologi dan faktor resikoMenurut DSM-IV-TR, insidensi per tahun terjadinya skizofrenia 0,5 sampai 5,0 per 10.000. Di US, prevalensi sekitar 1% dengan perbandingan sama antara pria dan wanita, namun memiliki perbedaan onset antara keduanya. Pada pria, onset terjadinya skizofrenia adalah 10-25 tahun, sedangkan pada wanita sekitar usia 25-35 tahun. Hanya 3-10% wanita memiliki onset skizofrenia saat usia lebih dari 40 tahun. Onset terjadinya skizofrenia dibawah 10 tahun atau lebih dari 60 tahun sangatlah jarang. Saat onset skizofrenia lebih dari 45 tahun, maka disebut skizofrenia onset lambat (late onset schizophrenia). Orang dengan skizofrenia memiliki angka kematian yang lebih tinggi akibat kecelakaan dan penyebab lain dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia, diantaranya ialah : GenetikSkizofrenia memiliki kecenderungan untuk diturunkan. Keturunan dari derajat pertama keluarga memiliki kemungkinan 10 kali lebih tinggi untuk terkena skizofrenia. Riwayat KehamilanTerdapat bukti bahwa malnutrisi prenatal dapat menyebabkan skizofrenia, namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Beberapa penelitian mengatakan bahwa suatu periode kelaparan hebat yang dialami ibu selama perikonsepsional berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya skizofrenia, yaitu meningkatkan 2 kali resiko terjadinya skizofrenia. Suatu penelitian mengatakan bahwa kurangnya nutrisi saat trimester pertama kehamilan meningkatkan terjadinya abnormalitas pada otak anak yang berhubungan dnegan terbentuknya skizofrenia. Terhambatnya perkembangan otak pada trimester pertama karena penyebab lain juga meningkatkan resiko terjadinya skizofrenia, termasuk terjadinya infeksi saat kehamilan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa skizofrenia dapat terbentuk jika ibu hamil terkena influenza pada trimester kedua. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya insiden lahirnya anak-anak yang nantinya memiliki skizofrenia yang lahir pada bulan-bulan tertentu pada musim tertentu di berbagai daerah. Kecenderungan untuk Menggunakan Obat-obat TerlarangOrang dengan skizofrenia memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami penyalahgunaan obat. Prevalensi terjadinya penyalahgunaan obat pada sepanjang hidup orang dengan skizofrenia adalah sekitar 50%. Sekitar 90% orang dnegan skizofrenia memiliki ketergantungan terhadap nikotin. Karena skizofrenia terjadi saat awal kehidupan, maka kebutuhan untuk perawatan kesehatan, rehabilitasi, dan lain-lain cukup tinggi. Hal ini bertolak belakang dnegan keadaan mereka yang kebanyakan berekonomi rendah.

Etiologia. Genetik Terdapat kontribusi genetik terhadap terjadinya skizofrenia yang terlihat dengan adanya keluarga (baik derajat pertama ataupun derajat kedua) yang terlebih dahulu mengalami skizofrenia. Pada bayi kembar monozigot, terdapat konkordansi skizofrenia sekitar 50%.b. Faktor Biokimia OtakDopamin. Hipotesis antara hubungan skizofrenia dengan dopamin adalah pada pasien skizofrenia, terdapat aktivitas dopaminergik yang terlalu banyak. Kombinasi jumlah pelepasan dopamin yang terlalu banyak, jumlah reseptor dopamin yang banyak, dan hipersensitivitas reseptor pada pasien skizofrenia memiliki hubungan dengan parahnya gejala positif (psikotik) yang dialami pasien. Neurotransmiter lain yang berhubungan dengan skizofrenia adalah serotonin, norepinefrin, GABA, neuropeptida (seperti substansi P dan neurotensin) yang berhubungan dengan neurotransmiter, glutamat, asetilkolin, dan nikotin.c. NeuropatologiKelainan otak yang terjadi pada pasien dengan skizofrenia terletak pada sistem limbik, ganglia basalis, termasuk kelainan pada kimia otak di korteks serebral, talamus, dan batang otak. Pada pasien skizofrenia terdapat pengurangan massa otak yang merupakan akibat dari berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps yang memediasi fungsi otak.d. Teori PsikoanalitikPostulasi yang dikatakan oleh Sigmund Freud menyatakan bahwa skizofrenia berasal dari fiksasi developmental yang terjadi terlebih dahulu saat pembentukan dan perkembangan neurosis. Fiksasi ini menyebabkan gangguan pada perkembangan ego dimana ego berhubungan dengan interpretasi terhadap kenyataan dan kontrol terhadap dorongan dalam diri sehingga pada orang dengan skizofrenia, terdapat kelainan pada kemampuan dirinya mengontrol dorongan seks dan lain-lain. Margaret Mahler mengatakan bahwa pada pasien dengan skizofrenia, terdapat distorsi terhadap hubungan ibu dan anak.Teori ini mengatakan bahwa gejala yang ditunjukkan oleh pasien dengan skizofrenia merupakan simbol tertentu yang terjadi pada dirinya. Sebagai contoh, fantasi bahwa bumi akan segera berakhir menandakan baha dunia internal pasien tersebut telah rusak. Perasaan inferior digantikan oleh delusi kemegahan dan sejenisnya. Halusinasi merupakan objek pengganti keadaan dimana pasien tidak dapat meraih kenyataan tersebut ataupun menggambarkan ketakutan yang ada dalam diri pasien tersebut. Sedangkan delusi, menggambarkan gambaran baru yang dikehendaki pasien terhadap kenyataan yang dia hadapi saat itu guna memberi ketenangan dan mengurangi rasa takut pasien.e. Teori BelajarPada teori ini, hubungan interpersonal yang buruk pada pasien dengan skizofrenia terbentuk karena model yang buruk saat dia masih kanak-kanak.f. Dinamika KeluargaPasien dengan hubungan yang buruk antara anak dan ibunya memiliki resiko memiliki skizofrenia 6x lebih tinggi daripada orang pada umumnya. 1. Double BindKonsep ini mengatakan bahwa terdapat konflik pendapat orang tua terhadap perilaku, tindakan, dan perasaan anak. Contoh dari kasus ini adalah seorang anak yang diminta ibunya untuk membagi-bagikan kue miliknya kepada teman-temannya, namun melarang anaknya untuk memberikan kue yang terlalu banyak kepada teman-temannya tersebut.2. Perpecahan Keluarga dan Keluarga yang Tidak SejalanContoh dari kasus ini adalah suatu keluarga dengan salah satu orang tuanya sangat dekat dengan seorang anak yang memiliki jenis kelamin yang berbeda. Pada keluarga yang tidak sejalan, terdapat pertentangan antar kedua orang tua yang menyebabkan tekanan pada anak sehingga nantinya akan timbul suatu skizofrenia.3. Keluarga dengan Pseudomutual dan PseudohostilePada keluarga ini, ekspresi yang ditunjukkan adalah marah yang terjadi secara pura-pura, atau pembicaraan dengan nada marah yang ditujukan untuk pembicaraan biasa. Saat pasien keluar dan berkomunikasi dengan orang lain, masalah barulah timbul. Verbal pasien tidak diterima dan tidak sesuai dengan verbal yang dipakai di masyarakat luas.4. EmosiOrang tua atau pengasuh pasien mengkritik berlebihan, memusuhi, dan terlalu ikut campur dalam kehidupan pasien. Beberapa penelitian mengatakan bahwa keluarga dengan ciri-ciri seperti ini memiliki rata-rata kekambuhan yang tinggi pada pasien dengan skizofrenia.

Klasifikasi dan manifestasinyaTipe skizofrenia dibagi menjadi 5 tipe, yaitu:a. ParanoidTipe ini memiliki ciri khas berupa preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi auditorik yang begitu sering. Delusi yang khas yang biasa terjadi pada pasien skizofrenia paranoid adalah delusi persekusi, yaitu merasa dirinya dianiaya atau delusi kebesaran. Dapat juga ditemukan delusi dikendalikan, yakni merasa dirinya tidak dapat melawan suatu perintah atau merasa dikendalikan. Pasien skizofrenia paranoid biasanya mulai menderita skizofrenia pada usia lebih tua daripada skizofrenia katatonik sehingga kemampuan untuk hidup lebih baik. Untuk mental, respons emosi dan perilaku cenderung tidak terganggu jika dibandingkan dengan skizofrenia jenis lain. Ciri khas pasien skizofrenia paranoid adalah selalu merasa tertekan, seperti dijagai, diperdaya, dan terkadang bersikap bermusuhan atau agresif, namun pengendalian dirinya masih baik sehingga masih dapat bersosialisasi di lingkungan. Intelegensia tidak terganggu.

b. Disorganisasi/HebefrenikCiri khas pada tipe disorganisasi atau hebefrenik adalah regresi yang mencolok pada perkembangan primitif, tidak dapat dihambat, dan perilaku yang tidak terorganisasi dan tanpa adanya gejala pada kriteria katatonik. Onset, usia15-25 tahun. Pasien ini biasanya aktif namun tanpa tujuan. Kemampuan berpikirnya lemah dan kontak terhadap realitas juga kurang baik. Pasien sering tertawa tanpa alasan yang jelas (giggling).

c. KatatonikCiri khas: dapat terjadi stupor, negativisme, kekakuan, kegirangan, atau membentuk postur tertentu. Biasanya pasien menunjukkan perubahan yang cepat diantara kegirangan yang ekstim dan stupor. Gejala lain yang tampak termasuk stereotipik, manerisme, dan fleksibilitas yang mudah dipengaruhi. Mutisme sering terjadi. Saat terjadi kegirangan tiba-tiba, harus diperhatikan bahaya melukai diri sendiri. Pasien biasa mengalami malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, dan luka karena melukai diri sendiri.d. Tidak terdiferensiasiPasien tipe ini tidak dapat digolongkan tipe lainnya sehingga digolongkan sebagai tipe tidak terdiferensiasi.

e. Residual Karakteristik tipe ini, menurut DSM-IV-TR adalah adanya kelainan skizofrenik yang terus menerus tanpa adanya gejala yang lengkap untuk menandakan skizofrenia yang aktif jenis tertentu. Gejala tersebut termasuk emosi yang tumpul, perilaku aneh yang eksentrik, pemikiran yang tidak logis, asosiasi longgar. Saat delusi dan halusinasi muncul dampaknya tidak nyata.

TatalaksanaAntipsikotik tetap menjadi pilihan utama bagi pasien dengan skizofrenia. Walaupun demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa intervensi psikososial seperti psikoterapi dapat meningkatkan perbaikan klinis. Pasien skizofrenia akan mengalami perbaikan klinis lebih baik jika diberikan terapi antipsikosis dan psikoterapi bersama-sama, ketimbang hanya salah satu terapi saja.Perawatan di rumah sakit diindikasikan untuk kepentingan diagnosis, menstabilisasi pasien, dan untuk keselamatan pasien bila terdapat gagasan bunuh diri, juga bila terdapat gangguan perilaku termasuk ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas dasar (makan, perawatan diri, berpakaian, dsb). Perawatan singkat di rumah sakit selama 4-6 minggu sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang.Prinsip pengobatan pasien dengan skizofrenia pada saat akut ialah dengan pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejalanya (symtomps remissions) dan untuk menenangkan pasien. Dapat digunakan obat-obat dari golongan antipsikotik dan benzodiazepin contohnya; haloperidol, olanzapine, fluphenazine, ziprazidone, atau lorazepam. Umumnya rute pemberian yang digunakan ialah intramuskular, terutama pada pasien agitasi efeknya lebih cepat untuk menenangkan pasien. Fase pengobatan ini berlangsung kurang lebih selama 4-8 minggu. Setelahnya dilanjutkan dengan fase stabilisasi dan pemeliharaan (maintenance). Tujuan dari fase ini ialah untuk mencegah terjadinya kekambuhan dan meningkatkan fungsi hidup mereka. Data menunjukkan bahwa 16-23% pasien dalam pengobatan dan 53-72% pasien tanpa pengobatan, mungkin mengalami kekambuhan dalam 1 tahun. Pemberhentian medikasi tanpa instruksi yang sesuai meningkatkan resiko kekambuhan hingga 5 kali lipat. Secara umum direkomendasikan pada pasien dengan episode pertama diterapi 1-2 tahun. Pada pasien dengan episode kedua, pengobatan diteruskan sampai 5 tahun. Sedangkan bagi pasien dengan multi-episode, beberapa ahli menganjurkan pengobatan seumur hidup.Farmakoterapi yang sangat efektif terhadap skizofrenia ialah clozapine. Sekitar 70% pasien yang mendapatkan terapi ini akan membaik. Namun sayangnya obat ini memiliki resiko efek samping yaitu agranulocytosis sehingga penggunaannya dibatasi untuk pasien-pasien yang kurang responsif terhadap terapi antipsikotik lain terutama diluar negeri.Pemberian antipsikotik memiliki efek samping yang juga harus diperhatikan. Extrapyramidal symtomps (EPS) merupakan salah satu efek samping yang umum ditemukan dan dapat menimbulkan gangguan kepada pasien dalam pengobatan dengan antipsikosis. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan penurunan dosis antipsikotik atau ditambahkan obat anti-Parkinson contohnya trihexyphenidyl. Namun perlu diperhatikan juga bahwa pemberian THP juga memiliki efek samping bila berlebih, diantaranya ialah pandangan buram, mulut kering, konstipasi, dan terkadang gangguan memori. Oleh karena itu penting untuk mem-follow-up pasien untuk mengetahui perkembangan gejalanya.

PrognosisLebih dari 50% pasien memiliki prognosis yang kurang baik, dengan berulang kali dirawat di rumah sakit, kekambuhan gejala, episode gangguan mood yang berat dan percobaan bunuh diri. Namun demikian, tidak semua kasus memiliki prognosis yang sama. Beberapa faktor dapat mempengaruhi prognosis sehingga menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Saddock BJ, Saddock VA. Schizophrenia. Kaplan and Saddock's Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2007.2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2001.