Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN
KEPALA SEKOLAH DI SMA INS KAYUTANAM
TESIS
Oleh
YASRIZAL
NIM 1103616
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
ABSTRACT
Yasrizal.2013. The Educational Supervision Strategy by the Headmaster in INS
Kayutanam Region. Thesis. Post Graduate. Padang State University.
The purpose of this research is to knowing about the educational
supervision strategy by the headmaster in INS kayutanam region in order to help
the teachers to imply the concept of Engkoe Mohammad Sjafei in learning.
This research used the Qualitatif descriptive method.. This research used
some ways to collect the data; it is done by doing observation, interview, and
documentation learning. The informants of this experiment are chosen by
purposive sampling which included the board foundation, the headmaster , vice
headmaster, the teachers/ the instructors,and students. The reduction data,
presentation and conclusion are chosen for analyzing the data. This research uses
triangulation, discussion, with the colleagues and the special analyses for negative
possibility in order to guarantee the validity of the data.
The finding research describes that there has been strategy of educational
supervision by headmaster in INS kayutanam region, right in academic side, skill,
spiritual and academies that are going to support the students to the soul of the
learning by Engku Muhammad Syafeei.. The educational system integrates three
sides of brain, hands and heart.in implementation oducation at INS kayutanam has
four programs and curriculum in implying the education in this region. The
programs are academic, skill, spiritual and academies. This education is oriented
to the process of the skill for the instrument not for seeing education purposes.
There were some efforts that had been done in improving and increasing
the educational quality, but these efforts had been optimal yet. Furthermore, these
needs to improve and increase to support the implementation. The implementation
of Engkoe Mohammed Sjafei concept in INS Kayutanam more directed to
academic sector but to the other sector is slighted. There has been not much
information and document about how to imply the supervision strategy of Engkoe
mohammed sjafei concept maximally.
I
ABSTRAK
Yasrizal. 2013. Strategi Supervisi Pendidikan Kepala Sekolah di INS
Kayutanam.Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Negri Padang.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam
bagaimana Strategi Supervisi Pendidikan oleh Kepala Sekolah di INS Kayutanam
dalam membantu para guru/ pendidik untuk merealisasikan konsep Engkoe
Mohammad Sjafei pada pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif,. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Informan penelitian ditetapkan dengan purposive sampling yang
terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru/instruktur, siswa/siswi dan
mantan kepala sekolah. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan. Untuk menjamin keabsahan data digunakan
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan analisis kasus negatif.
Temuan penelitian ini mendeskripsikan bahwa telah ada strategi supervisi
pendidikan oleh kepala sekolah di INS Kayutanam, baik di akademis,
keterampilan,kerohanian dan kesiswaan yang akan mendorong peserta didik
menuju Roh ajaran Engku Muhammad Syafe’I. Sistem pendidikan INS
Kayutanam merupakan integrasi pendidikan tiga ranah yakni; otak, tangan, dan
hati. Dalam pelaksanaan pendidikan INS Kayutanam memiliki empat pogram dan
kurikulum yaitu; akademik, keterampilan, kerohanian dan kesiswaan. Pendidikan
berorientasi proses dan keterampilan bukan tujuan tetepi adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh INS Kayutanam dalam
meningkatkan mutu pendidikannya, namun upaya ini belum optimal. Penerapan
konsep Engkoe Mohammad Sjafei di INS Kayutanam saat ini lebih banyak tertuju
pada bidang akademik sementara bidang lain agak terabaikan. Tidak banyak
informasi dan dokumen tentang bagaiman stategi supervisi dalam
mengimplementasikan konsep Engkoe Mohammad dengan maksimal.
II
III
IV
V
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat
Rahmat dan karunia-Nya, penelitian dan penulisan tesis ini dapat penulis
selesaikan dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Paskasarjana
Universitas Negeri Padang.
Penulis menyadari bahwa tampa bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Sejalan
dengan hal tersebut selayaknyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Rusdinal, M.pd dan Prof. Dr. Kasman Rukun, M.Pd selaku
pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan
yang sangat berarti bagi penulisan tesis ini.
2. Tim Penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Eri Barlian ,M.Si, Prof. Nurhizrah
Gustituati,M.Ed, Ed.D dan Dr. Yahya M.Pd yang telah banyak memberikan
kontribusi dalam penyempurnaan penulisan ini.
3. Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Padang, Ketua Program Studi
Administrasi Pendidikan, dosen-dosen dan seluruh karyawan yang telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
studi pada program ini.
VI
4. Ketua Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam, kepala
sekolah beserta seluruh unsur pimpinan, majelis guru dan karyawan serta
siswa-siswi dan alumni yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan
kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.
5. Ucapan terima kasih secara pribadi penulis sampaikan kepada kedua orangtua
dan mertua, istri tercinta Dra. Nedrawati, ananda tersayang Malisa Huzaifa
S.Kom, Muhammada Syafe’I dan Hana ‘Afifah serta seluruh saudara dan
teman sejawat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dorongan moral dan kemudahan serta do’a restu yang tulus.
Semoga ‘itikad baik tersebut menjadi pahala yang berlipat ganda dengan
mendapatkan ridho dari Allah Subhanahu Wata’ala, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Kayutanam , Oktober 2013
Penulis
VII
DAFTAR ISI
ABSTRACT .................................................................................................. I
ABSTRAK ..................................................................................................... II
PERSETUJUAN AKHIR TESIS ................................................................. III
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS .................................................. IV
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. V
KATA PENGANTAR................................................................................... VI
DAFTAR ISI ................................................................................................. VIII
DAFTAR TABEL ......................................................................................... X
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. XI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 9
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Strategi ......................................................................... 12
B. Supervisi ......................................................................................... 16
1. Pengertian Supervisi .................................................................. 16
2. Tujuan Supervisi Pendidikan ..................................................... 18
3. Fungsi Supervisi Pendidikan ..................................................... 20
4. Prinsip Supervisi Pendidikan ..................................................... 22
5. Tipe Supervisi Pendidikan ......................................................... 23
6. Teknik Supervisi ....................................................................... 24
7. Metoda Supervisi....................................................................... 25
8. Langkah-langkah Pendidikan Supervisi ...................................... 25
9. Hambatan dalam Pelaksanaan Supervisi .................................... 28
VIII
10. Evaluasi dan Tindak Lanjut Supervisi ..................................... 28
C. Pendidikan INS Kayutanam ............................................................ 34
D. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metoda Penelitian ........................................................................... 42
B. Penjelasan Istilah ............................................................................ 44
C. Situasi Sosial Penelitian .................................................................. 46
D. Langkah-langkah Penelitian ........................................................... 47
E. Lokasi Penelitian ............................................................................ 49
F. Informan Penelitian ......................................................................... 49
G. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................... 52
H. Validasi Data .................................................................................. 55
I. Analisa Data .................................................................................... 57
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Umum Penelitian .............................................................. 60
B. Temuan Khusus Penelitian ............................................................. 84
C. Pembahasan .................................................................................... 99
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................ 108
B. Implikasi ......................................................................................... 112
C. Saran ............................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 116
LAMPIRAN .................................................................................................. 119
IX
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Gambaran Aktivitas Siswa INS Kayutanam …………………………. 70
2. Stuktur Organisasi SMA INS Kayutanam …………………………… 72
3. Kurikulum dan Sasaran Pendiikan INS Kayutanam …………………. 76
X
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar nama guru INS Kayutanam……………………………….. 78
2. Daftar jumlah peserta didik per tahun di INS Kayutanam.............. 82
3. Kondisi tamatan per program studi………………………………. 83
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi, tidak akan mampu
melaksankan tugas-tugasnya tanpa memiliki ilmu pengetahuan. Hal tersebut
disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. dalam hadits beliau yang berbunyi:
اقال:النبى صلى الله عليه وسلم:من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد الأخرة فعلي ه بالعلم و من ارادم
فعليه بالعلم ) الحديث (
“Barang siapa yang ingin berbahagia di dunia harus menuntut ilmunya dan
barang siapa yang ingin bahagia di akherat juga harus dengan ilmu dan barang
siapa yang ingin bahagia dua-duanya harus dengan ilmu”.
Dalam hadits lainnya, Nabi memberikan gambaran tentang keuntungan yang
akan didapatkan oleh orang yang menuntut ilmu. Sebagaimana yang terdapat
dalam hadits berikut:
ا سلك اللهم به طريقا ا قال : النبى صل اللهم عليه وسلم : من سلك طريقا يطلمبم فيه عل ن لى ال
) رواه مسلم (
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya
allah menunjukan jalan ke surga“.( HR. Muslim )
Selanjutnya Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya
orang- orang yang memiliki ilmu pengetahuan, akan ditinggikan derajatnya
oleh Allah swt. Sebagaimana yang dinyatakan dalam surah Al- Mujaadilah
ayat 11 yang berbunyi:
لمون خبير ا تع م ب م والذين أموتموا العلم درجات والله م الذين ءامنموا منكم الله
1
Yang artinya :….. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS: 58:11)
Keterangan di atas menjelaskan bahwa menuntut ilmu merupakan
keharusan bagi manusia agar dapat melaksanakan tugas/misi yang diembannya
di muka bumi. Bagi umat islam, menuntut ilmu adalah bagian dari ibadah.
Seperti yang telah dijanjikan Allah swt., bahwa para ilmuwan akan
mendapatkan prediket yang lebih. Apa lagi diiringi dengan keimanan yang
kuat.
Berdasarkan ajaran islam tersebut, maka manusia terus melakukan usaha
penyempurnaan ilmu pengetahuan. Selain mengembangkan, berbagai cara juga
dilakukan untuk mewariskannya dari generasi ke generasi. Proses tersebut
sering dilaksanakan melalui wadah-wadah, yang kemudian dikenal dengan
lembaga pendidikan. Bahkan dalam ruang lingkup kehidupan bermasyarakat
yang lebih besar, seperti Bangsa Indonesia, juga membangun suatu sistem
dalam mengembangkan pendidikan. Oleh sebab itu pemerintah sebagai
pemangku kebijakan Negara, menetapkan sistem pendidikan nasional yang
diatur secara sistematis oleh Undang-Undang untuk diterapkan pada lembaga
pendidikan dalam melaksanakan pendidikan.
Dalam Undang–Undang Dasar tahun 1945 (UUD’45) yang diamandemen,
diamanatkan agar, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Selain itu, juga
ditegaskan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
2
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan
efisiensi sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan memegang peranan penting untuk menciptakan generasi
muda menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan,
diharapkan dapat menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan akan dapat membuka pintu dunia modern. Sebab hanya dengan
pendidikan bisa melakukan perubahan sosial budaya melalui perkembangan
ilmu pengetahuan, penyesuaian nilai-nilai dan sikap yang mendukung
pembangunan dan penguasaan berbagai keterampilan dan menggunakan
teknologi maju untuk mempercepat proses pembangunan (Manan,1989).
Kemudian dalam Bab I Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia
tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 (UUSPN,2003: 4) disebutkan
bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya tidak hanya
mengembangkan potensi kognitif saja. Akan tetapi lebih dari itu, melalui
pendidikan dikehendaki agar potensi yang ada dalam diri peserta didik dapat
dimunculkan dan dikembangkan dengan maksimal. Hal ini sejalan dengan
fungsi dan tujuan sistem pendidikan nasional menurut Undang-Undang nomor
3
20 tahun 2003; sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Bab II, Pasal 3).
Menyelenggarakan pendidikan bukan hanya tugas pemerintah saja.
Masyarakat juga dapat menyelenggarakannya. Penyelenggara pendidikan
formal yang dilakukan oleh masyarakat dikenal dengan sebutan sekolah
swasta. Banyak sekolah swasta yang telah didirikan diberbagai bidang dan
berbagai tingkatan. Mulai dari Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi.
Akan tetapi sangat disayangkan, kebanyakan dari sekolah swasta di Sumatera
Barat belum mampu bersaing sebaik sekolah negeri.
Melihat perkembangan dan kenyataannya di tengah masyarakat,
kebanyakan orang tua lebih memilih menyekolahkan anak mereka ke sekolah
negeri. Apabila anaknya tidak diterima di sekolah negeri, baru sekolah swasta
menjadi pilihan berikutnya. Dengan begitu, sekolah swasta cendrung
memperoleh calon siswa dari mereka yang tidak diterima di sekolah negeri.
INS Kayutanam merupakan salah satu lembaga pendidikan tingkat SMA
yang pengelolaannya di bawah Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS
Kayutanam. Sebagai salah satu sekolah swasta di Kabupaten Padang Pariaman,
SMA INS Kayutanam tetap menyelenggarakan kurikulum formal pemerintah.
4
Terutama pada bidang akademik. Di samping itu, sebagai ciri khas
pendidikannya, INS Kayutanam tetap menjalankan kurikulumnya sendiri.
Navis (1996: 106) menegaskan, “Untuk keperluan formal program pendidikan
akademik pada INS Kayutanam disesuaikan dengan formal sekolah umum
negeri, yakni SMA. Sedangkan tiga komponen lainnya yang disebut kurikulum
INS. Berfungsi untuk mengembangkan sikap mental murid agar mampu
mengemban kewajiban sebagai bangsa yang bernegara, merdeka, serta
pemegang amanah Tuhan agar menjadi khalifah-Nya di bumi. Pendidikan yang
terprogram dengan tepat dapat merubah watak bangsa”.
Konsep pendidikan INS Kayutanam dapat dikatakan sebagai konsep
pendidikan yang relatif ideal, dan masih relevan dengan pendidikan nasional
Bangsa Indonesia saat ini. Hal tersebut sesuai dengan fungsi awal pendirian
perguruan INS Kayutanam yang bertujuan menyiapkan wadah untuk mendidik
generasi muda dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Kenyataan itu dapat
dilihat dari beberapa penyataan tokoh pendidikan nasional tentang keberadaan
dan kebenaran konsep pendidikan INS Kayutanam. Salah satunya dalam kolusi
antara KI Hadjar Dewantara dengan Mohammad Sjafe’i : “Kami berusaha
menarik rakyat sebanyak mungkin ke pihak kita, supaya kita kuat
kebangsaannya. Tugas saudara Sjafe’i di sebelah sana menarik pemuda
mencari suatu bentuk pendidikan yang selaras dengan bangsa kita dikemudian
hari”. (Ki Hadjar Dewantara, 1932 dalam Farid Anfasa Moeloek, 2009: 2).
Bentuk pendidikan INS Kayutanam merupakan gabungan antara
pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Dalam pandangan INS, semua
5
bidang pendidikan sama penting dan sama nilainya. Tidak ada satu bidang
dianggap lebih penting dari bidang lainnya. Pelaksanaan pendidikan di INS
Kayutanam dibagi menjadi empat bidang; 1) bidang akademis; 2) bidang
keterampilan; 3) bidang kerohanian; 4) bidang kesiswaan. Semua bidang
tersebut dimanfaatkan untuk membina peserta didik agar menjadi generasi
yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia agar mampu menjadi manusia yang
taat pada Tuhan dan berbakti pada orang tua, bangsa dan Negara.
Untuk mewujudkan semua hal tersebut, diyakini Sjafe’i akan tercapai
melalui strategi pengaktifan komponen otak, hati dan tangan pada diri peserta
didik.
Pendidikan INS berbeda dengan sekolah pemerintah lainnya. Namun
tidak banyak orang mengetahui, termasuk pendidik dan tokoh pendidikan.
Karena pengelolaan pendidikannya yang komplik, INS Kayutanam
membutuhkan adanya supervisi. Hal tersebut berguna untuk memberikan
bantuan dan pembinaan yang kontinu dan berkesinambungan dengan program
yang terarah dan sistematis terhadap seluruh pendidik di semua bidang
pendidikan. Kondisi seperti ini diperlukan dalam rangka mengimplementasikan
paradigma baru, sehingga para pendidik dapat mengembangkan diri dan
peserta didiknya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan
Sjafe’i. Program yang dimaksudkan untuk pengembangan guru/pendidik
tersebut salah satunya berupa supervisi pendidikan yang dilaksankan oleh
kepala sekolah.
6
Pada dasarnya guru/pendidik mempunyai potensi yang tinggi dalam
berkreasi meningkatkan kinerjanya. Sementara banyak faktor yang menjadi
penghambat bagi mereka untuk mengembangkan berbagai potensinya dengan
maksimal. Berdasarkan hal tersebut, sangat diperlukan adanya pembinaan
secara kontinu dan berkesinambungan, yang disertai dengan program
sistematis dan terarah terhadap guru/pendidik.
Kegiatan ini lebih diutamakan lagi dalam rangka mengimplementasikan
berbagai tugas dan kewajiban seorang guru/pendidik, agar tercapainya
pembinaan yang ideal.
Maka dibutuhkan suatu program pembinaan bagi guru/pendidik, yang
dalam istilahnya dinyatakan dengan supervisi.
Yahya (2011: 27), pada hakikatnya supervisi adalah sebagai bantuan dan
bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas intruksional guna
memperbaiki proses belajar mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi,
dan bimbingan secara berkesinambungan untuk meningkatkan pertumbuhan
jabatan guru secara individual, maupun kelompok, sehingga ada perubahan
secara berarti dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik. Pandangan
ini memberikan gambaran bahwa supervisi adalah sebagai bantuan dan
bimbingan, atau tuntutan ke arah situasi pendidikan yang lebih baik kepada
guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya dibidang instruksional.
Dari permasalahan dan kenyataan di atas, memberi inspirasi dan motivasi
yang kuat kepada penulis untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata
7
tentang strategi atau langkah-langkah yang telah dipersiapkan oleh kepala
sekolah dalam melakukan supervisi pendidikan di SMA INS Kayutanam.
Masalah tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Perguruan
INS Kayutanam untuk berkembang dan maju sesuai dengan nama besarnya.
Berkenaan dengan hal tersebut maka penulis melakukan grand tour sejak
Januari sampai dengan Februari 2013.
Dari beberapa kali observasi yang peneliti lakukan selama grand tour di
INS Kayutanam dan informasi yang
didapat melalui wawancara dengan pimpinan, guru, karyawan, siswa dan
alumni dapat diidentifikasikan beberapa gejala umum sebagai berikut:
1. Belum adanya program supervisi yang secara tertulis disiapkan di INS
Kayutanam.
2. Tingkat kepuasan guru relatif rendah.
3. Hubungan dan kerjasama antar guru kurang terjalin dengan baik.
4. Supervisi kunjungan kelas tidak terlaksana dengan benar.
5. Belum ada supervisi pendidikan untuk bidang keterampilan,
kerohanian dan kesiswaan.
6. Siswa kurang puas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak sekolah.
7. Rendahnya tingkat kepercayaan siswa terhadap penyelenggara
pendidikan.
8. Kondisi siswa yang belajar di INS sangat heterogen.
9. Proses belajar mengajar sering terganggu karena kekurangan dan tidak
lengkapnya bahan praktek.
10. Rendahnya partisipasi masyarakat dan orang tua dalam pendidikan.
11. Kepala sekolah kurang peduli dan kurang dekat dengan bawahan.
12. Pengambilan keputusan oleh yayasan dan kepala sekolah cendrung
otoriter.
13. Sistem komunikasi antara atasan dan bawahan cendrung tidak lancar.
8
Jika diamati dari fenomena dan permasalahan di atas, terlihat bahwa INS
Kayutanam mengalami masalah dalam hal sistem komunikasi, manajemen,
pengambilan keputusan, pelaksanaan supervisi dan program yang belum
disiapkan untuk itu.
Karena keterbatasan peneliti terhadap masalah biaya dan waktu, maka
yang dijadikan fokus penelitian adalah strategi supervisi oleh Kepala Sekolah
di INS Kayutanam. Penelitian ini meliputi aspek supervisi menejerial dan
supervisi pendidikan yang mencakup; akademis, keterampilan, kerohanian dan
kesiswaan (asrama). Penelitian ini selanjutnya diberi judul “Strategi
Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di SMA INS Kayutanam”.
B. Fokus Penelitian
Sesuai identifikasi masalah terdahulu, maka fokus penelitian ini adalah:
pengkajian Strategi Pelaksanaan Supervisi pendidikan oleh Kepala Sekolah di
SMA INS Kayutanam.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
yang perlu dicari jawabannya melalui penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi pendidikan oleh Kepala Sekolah di SMA
INS Kayutanam?
2. Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi oleh
Kepala Sekolah di SMA INS Kayutanam?
9
3. Apakah solusi yang dilakukan untuk melakukan supervisi di SMA INS
Kayutanam?
D. Tujuan Penelitian
Mengacu pada upaya mencari jawaban atas pertanyaan penelitian seperti
yang dikemukan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan:
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi pendidikan oleh Kepala Sekolah di SMA
INS Kayutanam.
2. Faktor-faktor penghambat dan pendukung yang ditemui dalam pelaksanaan
supervisi pendidikan oleh Kepala sekolah di SMA INS Kayutanam.
3. Solusi yang dibutuhkan untuk melakukan supervisi di SMA INS
Kayutanam.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan berguna bagi berbagai pihak antara lain:
1. Pihak INS kayutanam dalam hal ini adalah pengurus yayasan, kepala
sekolah beserta staf dan guru. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Terutama dalam mengantisipasi faktor-faktor yang
menjadi penghambat dan kendala kemajuan INS Kayutanam ke depan.
2. Pemda Propinsi Sumatera Barat. Sebagai bahan masukan guna menentukan
arah kebijakan yang tepat dalam kerjasama antara INS Kayutanam dengan
pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Karena selain aset Padang Pariaman,
INS Kayutanam juga aset bersejarah Sumatera Barat dan Indonesia.
10
3. Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat. Sebagai bahan masukan untuk
menentukan kebijakan yang tepat dalam upaya perbaikan dan peningkatan
mutu pendidikan INS Kayutanam ke depan.
4. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten/kota lainnya yang
turut memberi dukungan beasiswa bagi siswa berbakat yang belajar di INS
Kayutanam.
5. Program Administrasi Pendidikan, Pasca Sarjana Universitas Negeri
Padang. Sebagai bahan pengembangan administrasi dan dasar penelitian
lanjutan yang relevan.
6. Bagi peneliti sendiri sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister
Pendidikan (M.Pd) pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Strategi
Strategi merupakan teknik atau cara dalam menjalankan program yang
telah direncanakan untuk mencapai tujuan. Strategi sendiri harus selalu
disesuaikan dengan perkembangan zaman dan dirancang sedemikian rupa
untuk mengantisipasi perubahan sosial, ekonomi dan politik. Tanpa meletakan
tujuan dan rencana, setiap organisasi tidak akan pernah mengetahui tercapai
atau tidaknya suatu tujuan. Dan dia akan selalu membabi-buta mencoba segala
upaya secara tak terarah. Sehingga waktu dan energi banyak terbuang percuma.
Pengukuran juga tidak dapat dilakukan tanpa adanya patokan.
Defenisi dari strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang
strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi,
likuidasi dan joint venture (David, 2004: 15).
Dari defenisi di atas strategi dimaksudkan sebagai tindakan yang
termasuk dalam urutan organisasi dengan memanfaatkan keahlian yang
dimiliki oleh sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi. David (2006: 16-
17) mengartikan strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang,
merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen
tingkat atas dan sumber daya organisasi dalam jumlah yang besar. Selain itu
ditegaskan bahwa strategi mempengaruhi kemakmuran organisasi dalam
jangka panjang, dan berorientasi masa depan. Strategi memiliki konsekuensi
1. 1
12
yang multi fungsi dan multi dimensi, serta perlu mempertimbangankan faktor
eksternal dan internal yang dihadapi.
Poerwadarminta (1976) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memaknai strategi sebagai siasat atau akal untuk mencapai suatu maksud.
Kemudian Marbun (1981) dalam Kamus Istilah Manajemen mengartikan
strategi sebagai suatu rencana atau siasat yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan dalam waktu dan ukuran.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan rencana
yang disusun untuk jangka panjang oleh pimpinan organisasi. Rencana
organisasi disusun sejalan dengan cara dan upaya pelaksanaan rencana
tersebut, sehingga seorang pimpinan organisasi menyusun: cara, teknik dan
tujuan secara menyeluruh dalam bagian organisasi dan menciptakan metode
yang mudah difahami untuk dapat dijalankan secara maksimal.
Sejalan dengan pendapat di atas, Pearce daqn Robin (2008: 6)
mengartikan strategi sebagai rencana bersekala besar, dengan orientasi masa
depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan
organisasi. Hal senada juga diungkapkan Hamel dan Prahalad dalam Umar
(2001: 24) menyatakan strategi merupakan tindakan yang sifatnya incremental
(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang tujuan yang ingin dicapai.
Yasri (1999) melihat strategi sebagai penentuan sasaran suatu organisasi
dan proses rangkaian serta tindakan serta pengalokasian sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Sehemarchon (1996: 34) juga
13
menjelaskan bahwa, “A strategy is comprehensive plan that sets a critical
direction and guides the allocation of resources to achievs long term or
organizationalobjectives “ (strategi merupakan rencana yang menyeluruh
sebagai pedoman serta petunjuk pengalokasian sumber-sumber daya untuk
mencapai tujuan organisasi dalam jangka panjang).
Dari beberapa pendapat tentang pengertian strategi di atas, dapat
disimpulkan bahwa strategi pada dasarnya adalah sebuah perencanaan yang
bersifat besar, luas dan terintegrasi serta berorientasi masa depan. Sehingga
sangat berpengaruh bagi kemajuan organisasi dengan mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal dan internal untuk meraih tujuan organisasi.
Jenis-jenis strategi menurut David (2004: 231) adalah sebagai berikut:
1. Strategi Integrasi; integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi
horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertical. Strategi
integrasi vertical memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para
distributor, pemasok, dan/atau pesaing.
2. Strategi Intensif; Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut
sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif
jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak
ditingkatkan.
3. Strategi diversifikasi; Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi yaitu, yaitu
diversifikasi konsentrik, horizontal dan konglomerat, menambah produk
atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi
konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk
14
pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal. Menambah
produk atau jasa baru yang tidak ada pelanggan disebut divesifikasi
konglomerat.
4. Strategi Defensif; di samping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi,
organisasi juga dapat menjalankan strategi nasionalisasi biaya, divestasi,
atau likuidasi. Rasionalisasi biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan
restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan
kembali penjualan dan laba yang sedang menurun.
Perumusan strategi dilakukan untuk menguji faktor eksternal maupun
internal yang terkait dalam lingkungan organisasi. Begitu juga halnya dalam
sebuah organisasi pendidikan, perumusan strategi dilakukan dengan hal-hal
yang berkaitan dengan situasi sekarang. Kemudian kesimpulan, akhirnya
dicapai pada defenisi usaha, visi, misi, tujuan, strategi, target penampilan dan
rencana kegiatan.
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke
depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi,
menetapkan tujuan strategi dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi
untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan nilai konsumen
terbaik.
15
B. Supervisi
1. Pengertian Supervisi
Dari segi etimologis kata “supervisi” berasal dari bahasa inggris
“supervision”, yang berarti pengawasan/kepengawasan. Kata “supervisi”
berasal dari dua kata yaitu “super” dan “vision”. Masing-masing kata berarti
atas dan penglihatan. Supervisi sering diartikan sebagai pekerjaan
mengawasi. Dalam arti lain adalah mencari dan menemukan kesalahan-
kesalahan, kemudian diperbaiki atau yang sering disebut dengan snooper
vision.
Dengan adanya pengertian tersebut, justru sering jadi ancaman bagi
pelaksana pendidikan. Pelaksanaan supervisi malah dapat menjadikan
seorang guru bekerja dengan tidak baik, karena takut untuk dipersalahkan.
Pengawasan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru, sering dipahami
sebagai ancaman
Dewasa ini Supervisi tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
mengawasi, sehingga dapat menyebabkan guru merasa ketakutan untuk
dipersalahkan. Oleh banyak ahli memberikan definisi atau pengertian yang
berbeda-beda berkaitan dengan supervisi ini, salah satunya yaitu Kinball
Wiles (Suhertian, 2008: 18) mengartikan supervisi sebagai bantuan yang
diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Selanjutnya Pidarta (1986: 43) mengemukakan bahwa supervisi adalah
suatu proses pengembangan kompetensi guru secara maksimum sesuai
dengan tingkat kemampuannya sehingga mencapai tingkat efisiensi kerja
16
yang lebih tinggi. Harris (1975: 24) menyatakan bahwa “supervision is what
school personel do with adults and thing to maintain or change the
instructional operational personel of the shool in order to facilitate the
learning process“. Maksudnya supervisi adalah apa yang dilakukan
personalia sekolah dengan orang dewasa dan barang-barang untuk
memlihara atau mengubah penyelenggaraan pengajaran di sekolah dan
mendukung proses pembelajaran.
Purwanto (1995: 76) mengemukakan supervisi ialah suatu aktifitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.
Sahertian (dalam Mulyasa, 2002:156) mengemukakan bahwa supervisi
merupakan usaha mengawal, mengarahkan, mengkoordinasi dan
membimbing secara kontiniu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik
secara individual maupun secara kolektif, agar leih mengerti dan lebih
efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat
menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinu,
sehingga dapat lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi
modern.
Menurut Robert, Geerald, dan Richard (1981: 3) “Supervision is a
combination or integration of proses, procedures and condition that are
consciously designed to advance the work effectiviness of individual and
group“, artinya, Supervisi adalah suatu gabungan atau perpaduan proses-
17
proses, prosedur-prosedur dan kondisi-kondisi yang dirancang secara sadar
untuk meningkatkan efektifitas kerja setiap individu dan kelompok.
Menurut Jalius Jama (2004) supervisi adalah “to help and to change“,
membantu dan mengubah. Suatu proses memberikan bantuan kepada guru
agar mereka dapat melakukan tugas pengajaran secara optimal dan setiap
guru berupaya berbuat hari ini lebih baik dari hari kemaren.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan suatu kegiatan pemberi
bantuan, pembimbingan kepada guru dengan program yang jelas yang
dilakuklan secara sadar untuk mengembangkan kompetensi profesionalnya
agar dapat melaksanakan tugas keguruannya dengan efektif dan efisien.
Seorang supervisor yang baik harus memiliki keterampilan dasar sebagai
berikut:
a. Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan.
b. Keterampilan dalam proses kelompok.
c. Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan.
d. Keterampilan dan mengatur personalia sekolah.
e. Keterampilan dalam evaluasi.
2. Tujuan Supervisi
Sebagai seorang pendidik, guru memiliki tugas yang tidak ringan,
ditambah lagi beban hidup yang berat serta harus mengahadapi peserta didik
yang masih dalam proses perkembangan dan tentunya memiliki background
keluarga, budaya, ekonomi, maupun problem yang berbeda-beda. Oleh
18
karena itu supervisi pendidikan perlu untuk dilakukan karena pada dasarnya
supervisi pendidikan dilakukan untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada guru, agar dapat menemukan jalan keluar dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan di atas secara mandiri, sehingga dapat
berimplikasi juga terhadap peningkatan prestasi kerjanya.
Tujuan supervisi pendidikan harus sama dengan tujuan pendidikan
nasional sesuai dengan keputusan MPR yang tertera dalam GBHN. Tujuan
khusus supervisi pendidikan merupakan tugas khusus seorang supervisor,
meliputi:
a. Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan.
Dengan demikian akan menghilangkan tentang anggapan adanya mata
pelajaran yang penting dan tidak penting, sehingga guru dapat mengajar
dan mencapai prestasi maksimal bagi siswanya.
b. Membina guru-guru guna mengatasi problem siswa demi kemajuan
prestasi belajarnya.
c. Membina guru untuk mempersiapkan siswanya menjadi anggota
masyarakat yang produktif, kreatif, etis, dan religius.
d. Membina guru dalam kemampuan mengevaluasi, mendiagnosa kesulitan
belajar dan seterusnya.
e. Membina guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang
demokratis, kooperatif, serta gotong royong.
f. Memperbesar ambisi guru dan karyawan untuk meningkatkan mutu
profesinya.
19
g. Membina guru dan karyawan untuk dapat meningkatkan popularitas
sekolah.
h. Melindungi guru dan karyawan dari tuntutan dan kritik tak wajar dari
masyarakat.
i. Mengembangakan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dari
seluruh tenaga pendidikan.
3. Fungsi supervisi
Supervisi pendidikan memiliki fungsi utama yaitu ditujukan pada
perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Menurut swearingan
(Suhertian, 2008: 21) terdapat 8 fungsi supervisi pendidikan sebagai berikut:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
Usaha-usaha sekolah meliputi:
a. Usaha tiap guru
Guru ingin menggemukakan ide dan materi pelajaran menurut
pandanganya ke arah peningkatan. Usaha-usaha tersebut bersifat
individu maka perlu adanya koordinasi, dan itulah fungsi koordinasi.
b. Usaha sekolah
Sekolah dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan atas setiap
kegiatan sekolah, termasuk program-program sepanjang tahun, perlu
adanya koordinasi yang baik.
c. Usaha bagi pertumbuhan jabatan
Setiap guru menginginkan jabatanya selalu naik. Oleh karena itu, guru
harus selalu belajar, mengikuti seminar, workshop, dan lain-
20
lain.Untuk itu, perlu adanya koordinasi yang merupakan tugas
supervisi.
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Kepemimpinan merupakan sebuah keterampilan yang harus dipelajari
dan membutuhkan latihan terus menerus. Salah satu fungsi supervisi
adalah melatih dan memperlengkapi guru agar memiliki keterampilan
dalam kepemimpinan sekolah.
3. Mememperluas pengalaman guru
Supervisi harus dapat memotifasi guru untuk mau belajar pengalaman
nyata di lapangan, karena dengan adanya pengalaman tersebut akan
memperkaya pengetahuan mereka.
4. Menstimulasi usaha sekolah yang kreatif
Seorang supervisor harus bisa memberikan stimulus kepada guru agar
mereka tidak hanya bekerja atas dasar instruksi atasan, namun mereka
harus dapat berperilaku aktif dalam proses pembelajaran.
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus
Penilaian yang diberikan harus bersifat menyeluruh dan kontiniu. Karena
mengadakan penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi utama dari
supervisi pendidikan.
6. Menganalisis situasi belajar mengajar
Tujuan dari supervisi adalah untuk memperbaiki situasi belajar mengajar,
agar usaha ini dapat berhasil maka perlu adanya analisis hasil dan proses
belajar
21
7. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
supervisi berfungsi untuk memberikan bantuan kepada guru agar dapat
mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan mengajar.
8. Memberi wawasan luas dan terintregasi dalam merumuskan tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru.
4. Prinsip Supervisi
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang supervisor harus berpegang
pada prinsip-prinsip supervise. Sahertian (2000: 20) mengemukakan prinsip
supervisi yang harus dijalankan oleh seorang supervisor dalam
melaksanakan supervise adalah: 1) ilmiah, 2) demokratis, 3) kerja sama, 4)
konstruktif dan kreatif.
Prinsip ilmiah berdasarkan data objektif, sisitematif, berencana, dan
kontinu, dengan ciri-ciri: a) kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan
data objektif yang diperoleh dari pembelajaran, b) untuk memperoleh data
perlu alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, c)
setiap kegiatan supervisi dilakukan dengan sistematis, berencana dan
kontiniu.
Prinsip demokratis dengan menjunjung tinggi harga diri, martabat,
keakraban, dan rasa aman. Supervisor dalam memberikan bantuan kepada
guru hendaklah berdasarkan hubungan kemanusiaan yang harmonis, penuh
rasa kekeluargaan, dan bukan berdasarkan atasan dan bawahan.
Prinsip kerja sama, artinya dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan perlu adanya kerja sama, yang dalam istilah supervisi di
22
ungkapkan “sharing of idea, sharing of experience“, memberikan support
sehingga guru dapat tumbuh dan berprestasi secara bersama.
Prinsip konstruktif dan kreatif, pelaksanaan supervisi dapat
meningkatkan motivasi guru dalam mengembangkan potensi dan kreativitas
dirinya serta mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan.
5. Tipe Supervisi
Dalam dunia pendidikan, supervisi memiliki berbagai macam fungsi.
Untuk dapat mencapai fungsi tersebut dapat menggunakan berbagai cara
supervisi, cara-cara supervisi tersebut dibagi dalam 5 tipe, meliputi:
a. Otokrasi
Supervisor yang otokrasi ini menggangap bahwasanya fungsi adalah
sebagai penentu segala kebijakan yang harus dijalankan dan bagaimana
harus menjalankanya. Otoritas mutlak berada pada seorang supervisor.
b. Demokratis
Supervisor yang demokratis melaksanakan fungsinya secara konsekuen
dengan fungsi yang sebenarnya. Yaitu dengan membina dan otoritas
supervisi seimbang dengan pihak yang disupervisi.
c. Quasi Demokrasi
Dalam praktiknya sering terdapat seorang supervisor yang berbuat
seolah-olah demokratis, seperti dengan mengadakan rapat untuk
memusyawarahkan suatu permasalahan tetapi dalam rapat tersebut
seorang supervisor berusaha memaksakan keinginanya untuk dituruti
bawahanya dengan cara yang licin.
23
d. Tipe Manipulasi Demokrasi
Pada tipe ini juga melaksanakan prinsip demokrasi seperti dengan
mengadakan musyawarah. Dengan kelihaianya, ia berusaha menggiring
pikiran orang-orang yang disupervisi agar dapat menyetujui
kehendaknya.
e. Laissez-faire
Pada tipe ini seorang supervisor memberikan kesempatan kepada
bawahannya, sehingga seorang supervisor kehilangan otoritasnya.
6. Teknik supervisi
Supervisor hendaknya dapat memilih teknik supervisi yang tepat,
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk kepentingan tersebut, berikut
diuraikan beberapa teknik supervisi yang dapat dipilih dan digunakan
supervisor pendidikan. Teknik-teknik supervisi menurut Pidarta (1992)
meliputi:
a. Teknik-teknik yang berhubungan dengan kelas, meliputi:
1) Observasi kelas
2) Kunjungan kelas
b. Teknik-teknik dengan berdiskusi, meliputi:
1) Pertemuan formal
2) Pertemuan informal
3) Rapat guru
4) Supervisi yang direncanakan bersama, meliputi:
a) Teknik supervisi sebaya
24
b) Teknik yang memakai pendapat siswa dan alat elektronika
c) Teknik yang mengunjungi sekolah lain.
d) Teknik melalui pertemuan pendidikan.
7. Metode Supervisi.
Terdapat dua metode supervisi pendidikan yang dapat dilakukan untuk
dapat mencapai tujuan supervisi pendidikan, yaitu:
a. Metode Langsung (direct method)
Bila seorang supervisor menghadapi orang-orang yang disupervisi tanpa
perantara atau media, maka dikatakan bahwasanya dia mengunakan
metode langsung, baik individu maupun kelompok. Misalnya konsultasi
pribadi/ kelompok, pertemuan guru bidang studi dan sebagainya.
b. Metode tak langsung (indirect method)
Bila seorang supervisor menghadapi orang-orang yang disupervisi
menggunakan alat/benda perantara dalam melaksanakan supervisi, maka
hal tersebut dengan metode supervisi tidak langsung. Misalkan dengan
menggunakan media papan pengumuman, handphone, telephone, e-mail
dan sebagainya.
8. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi.
Pelaksanaan supervisi oleh supervisor tidak terlepas dari tujuan dan
sasaran yang ingin di capai. Suharsimi Arikunto (2004: 97) menyebutkan
lima langkah pelaksanaan supervisi yaitu: 1) guru mengemukakan masalah
yang dirasakan kepada kepala sekolah, 2) diskusi bersama antara kepala
sekolah dengan guru untuk menemukan alternative pemecahan masalah, 3)
25
guru mencoba mengatasi masalah dalam pengajaran, sedang kepala sekolah
dengan cermat mengadakan pengamatan, 4) setelah selesai kegiatan,
diadakan diskusi untuk membicarakan hasil, 5) jika masih diperlukan,
masalah yang dirasakan oleh guru belum teratasi dengan tuntas, keduanya
berdiskusi lagi, menentukan alternative lain dengan langkah yang lebih baik.
Rifai (dalam Rusdinal dkk, 2009: 28) menjelaskan langkah-langkah
pelaksanaan supervise sebagai berikut: 1) perencanaan program supervisi,
maksudnya dalam melaksanakan supervisi seorang kepala sekolah
mempunyai persiapan berupa alat dan instrument, 2) pelaksanaan supervisi,
meliputi pertemuan pendahuluan, pengamatan pembelajaran dan pertemuan
balikan, 3) evaluasi, untuk mengetahui tujuan yang sudah dicapai, hal-hal
yang sudah dilakukan dan hal-hal yang sudah dilaksanakan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami sesungguhnya langkah-
langkah yang seharusnya ditempuh pada pelaksanaan supervisi adalah :
1) Persiapan, sedangkan kegiatan yang dilakukan adalah: a) mencerminkan
mekanisme pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut, b) menyiapkan
instrument teknis pelaksanaan supervisi dan kebijakan tertentu mengenai
petunjuk pelaksanaan pendidikan di INS Kayutanam.
2) Pelaksanaan supervisi, hal yang harus dicermati dalam pelaksanaan
supervisi adalah: a) supervisi harus berkesinambungan, b) supervisi
berhasil apabila dalaksanakan pada awal dan akhir semester untuk
dibandingkan, c) terampil dalam menggunakan instrument, d) mampu
mengembangkan instrument, e) supervisi bukan untuk menggurui, tetapi
26
bersifat pemecahan masalah, f) supervisi harus mencakup teknis
administrasi, g) supervisi dituntut untuk mampu menguasai materi yang
akan disupervisi, membawa instrument-instrumen kartu masalah dan
lain-lain. Dalam pelaksanaan supervisi terdapat satu tahapan inti yakni
pengamatan yang ditujukan kepada guru, maka yang harus diamati: a)
bagaimana guru memulai tugasnya, adakah kegiatan apersiasi,
memancing pengetahuan peserta didik yang akan dipergunakan untuk
memahami bahan ajaran baru, b) bagaimana guru memberikan respon
terhadap peserta didik, menumbuhkan inisiatif peserta didik, c) dalam
proses pembelajaran akan tampak apakah guru lebih banyak memberi
tahu ataukah guru mengajukan pertanyaan yang menyebabkan peserta
didik berfikir, d) seberapa jauh guru menerapkan teknik bertanya yang
mendorong peserta didik untuk berfikir dalam mencari jalan penyelesaian
masalah. Jika pengamatan ditujukan kepada peserta didik maka yang
harus diamati adalah: a) berapa banyak peserta didik yang memberi
respon terhadap pertanyaan guru atau penjelasan guru, b) inisiatif peserta
didik selama kegiatan belajar mengajar, dan c) berapa banyak waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar.
3) Tindak lanjut, pada pertemuan akhir supervisor bersama denga guru telah
mendiskusikan hasil supervisi. Pada waktu itu guru telah mendapatkan
kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pelaksanaan
pembelajaran, sebaliknya mendapatkan kesempatan membantu guru
mengatasi kesulitan pribadinya dan supervisor memberi tugas berkaitan
27
dengan upaya memperbaiki kekurangan yang dialami pada waktu
mengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi.
9. Hambatan dalam Pelaksanaan Supervisi
Kepala sekolah sebagai supervisor dalam pelaksanaan supervisi
mungkin akan menghadapi beberapa hambatan atau kendala di antaranya: 1)
keterbatasan waktu, kepala sekolah akhir-akhir ini cukup disibukkan oleh
hal-hal di luar proses pembelajaran, 2) Tidak semua materi pembelajaran
dikuasai oleh kepala sekolah, kepala sekolah pada umumnya hanya akan
menguasai materi pembelajaran yang sama dengan latar belakang
pendidikannya, 3) sikap guru yang apatis, ada sebagian guru yang bersifat
acuh atau apatis saja sewaktu supervisi oleh kepala sekolah (supervisor).
Untuk mengatasi hambatan tersebut kepala sekolah sebagai supervisor harus
mampu memilih teknik dan mekanisme yang tepat, dengan langkah-langkah
yang sistematis dan sesuai denga kebutuhan guru yang tertuang dalam
program supervisi sekolah.
10. Evaluasi dan Tindak Lanjut Supervisi
Evaluasi hasil supervisi dilakukan secara berkesinambungan dan pada
akhir semester/tahun dilakukan penilai secara menyeluruh. Muhammad
Azhar (1987) mengemukakan sasaran dari evaluasi adalah: 1) murid,
mencakup hasil belajar, wawasan, minat, motivasi, dan hubungan sosial
anak, 2) guru, seperti kemampuan dalam pembelajaran, kreatifitas, semangat
kerja, situasi, dan iklim organisasi sekolah, 3) supervisor (kepala sekolah)
28
seperti tujuan melakukan supervisi, metode dan teknik, kepemimpinan, dan
kemampuan berkomunikasi.
Evaluasi dilakukan guna mengetahui tujuan yang telah dicapai, hal
yang telah dilakukan dan yang belum dilakukan. Evaluasi ini dilakukan
untuk semua aspek mulai dari pelaksanaan sampai kepada evaluasi itu
sendiri.
Setelah supervisor mengetahui kekurangan guru dalam pembelajaran,
maka langkah selanjutnya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh kepala sekolah supaya kekurangan yang ada pada guru bisa
di tutupi atau dikurangi. Dalam hal ini tindak lanjut yang dilakukan oleh
kepala sekolah untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki oleh guru adalah
dengan melakukan pembinaan terhadap guru. Kegiatan pembinaan dapat
dilakukan pada guru yang bersangkutan, Kelompok Kerja Guru (KKG), dan
sebagainya. Sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
melalui bimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor.
Tindak lanjut dari pelaksanaaan supervisi dapat juga dilakukan oleh
kepala sekolah sesuai dengan kehendak dan prosedur yang dimiliki oleh
supervisor tersebut. Jadi, tindak lanjut pelaksanaan supervisi dapat
dilakukan dengan kemauan supervisor. Hasil dari supervisi akan
mempunyai makna penting dan dampak yang positif pada guru kalau dia
merasa bahwa dengan supervisi ini, guru mendapat perhatian dan
kesempatan-kesempatan untuk maju dan berkembang, semakin lama guru
makin percaya diri, semakin mampu mengelola mata pelajaran yang
29
menjadi tanggung jawabnya, sehingga berdampak terhadap hasil belajar
peserta didik.
a. Supervisi kepala sekolah
1. Pengertian supervisi kepala sekolah
Menurut Yahya (2010: 30), supervisi adalah bantuan dan
bimbingan memperbaiki proses belajar mengajar dan melakukan
stimulasi, koordinasi dan bimbingan secara berkesinambungan untuk
menghasilkan pertumbuhan jabatan guru secara individual maupun
kelompok, sehingga ada perubahan secara berarti dari kondisi tertentu
kepada kondisi yang lebih baik (to help to change).
Sejalan dengan pendapat di atas, Sagala (2010: 90); supervisi
adalah bantuan dan pelayanan yang diberikan kepada guru agar mau
terus belajar, meningkatkan kualitas pembelajaran, menumbuhkan
kreativitas guru dan memperbaiki bersama-sama dengan cara
melakukan seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidik, bahan
pengajaran, model dan metode pengajaran, dan evaluasi pengajaran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pendidikan dan kurikulum
dalam perkembangan dunia belajar mengajar dengan baik. Selanjutnya
dipertajam oleh Purwanto (2003: 76) supervisi adalah materi aktifitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan. Berarti kegiatan
supervisi pada prinsipnya merupakan kegiatan untuk menolong dan
membantu tugas guru menjadi baik dalam melaksanakan tugasnya.
30
Bafadal (2003: 48), supervisi adalah pembinaan yang diberikan
kepada seluruh pegawai sekolah agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan
lebih baik. Sejalan dengan itu Sahertian (2000: 17) mendefinisikan
bahwa supervisi adalah program yang bukan cara untuk memperbaiki
pengajaran. Lebih lanjut Jama (2004), memaparkan bahwa ada dua
kata kunci dalam supervisi yaitu to help and to change (membantu
dan mengubah). Dalam hal ini supervisi didefinisikan sebagai proses
memberikan bantuan kepada guru agar mereka dapat melaksanakan
tugas pembelajaran secara optimal dan setiap guru berupaya
menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
supervisi kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
suatu proses pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Tujuan supervisi kepala sekolah
Alexander de Saylor yang dikutip Purwanto (2003: 17)
mengemukakan bahwa supervisi merupakan education dan usaha
mengembangkan kelompok secara bersama-sama. Untuk itu program
supervisi harus bertujuan pada prinsip berakar pada pengalaman
bahwa setiap individual mempunyai potensi untuk berkembang.
Tujuan supervisi ditetapkan agar pelaksanaan supervisi lebih terfokus
untuk mencapai tujuan optimal.
31
Kunto (2005: 56) mengemukakan bahwa “tujuan supervisi dapat
dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus”. Tujuan umum
supervisi adalah untuk memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru dan staf sekolah yang lainnya agar personil sekolah
mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk tujuan khusus, supervisi
diarahkan pada perserta didik, guru dan staf lainnya, materi
kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan dan situasi.
Pendapat di atas sejalan dengan yang dikemukakan Sahertian
(2005: 19) yang mengemukakan bahwa tujuan supervisi adalah
memberi pelayanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi
belajar mengajar yang dilakukan guru dalam kelas. Selanjutnya
diperkuat oleh Lazaruth (1994: 129) tujuan supervisi adalah
membantu guru untuk dapat: melihat dengan jelas tujuan pendidikan,
b) membimbing siswa dalam proses pembelajaran, c) mengefektifkan
penggunaan sumber belajar, d) mengevaluasi hasil belajar, e)
mencintai tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
3. Sasaran supervisi antara lain membantu guru dalam,
a. Merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan,
Melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan, Menilai proses
dan hasil pembelajaran/bimbingan, Memanfaatkan hasil penilaian
untuk peningkatan layanan pembelajaran/bimbingan. Memberikan
32
dengan baik secara tepat dan teratur dan terus menerus kepada
peserta didik.
b. Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
c. Memberikan bimbingan belajar pada peserta didik.
d. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
e. Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media
pembelajaran/bimbingan.
f. Memanfaatkan sumber-sumber belajar.
g. Mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode,
strategi, tekhnik, model, pendekatan, dll) dengan tepat dan berdaya
guna.
h. Melakukan penelitian praktis bagi perbaikan
pembelajaran/bimbingan.
i. Mengembangkan materi pembelajaran/bimbingan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi
secara umum adalah membantu guru meningkatkan kemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya mengelola proses
belajar mengajar yang baik dalam membuat program pengajaran,
mengoptimalkan metode dan media pembelajaran, menilai kemajuan
siswa secara efektif.
33
C. Pendidikan INS Kayutanam
1. Dasar Filosofi INS Kayutanam
a. Filsafat Budaya
Dasar filosofi INS Kayutanam merupakan falsafah alam yang
merupakan sunnatullah, sekaligus merupakan filsafat budaya masyarakat
Minangkabau : “Alam Takambang Manjadi Guru“. Filsafat ini
merupakan gambaran dan ekspresi lahir batin terhadap kemahaagungan
Allah serta kecintaan untuk menggali sebanyak mungkin pengetahuan-
Nya. (M. Sjafe’i dalam Farid. A, 2008: 2).
Selanjutnya Engkoe Muhammad Sjafe’i mengemukakan bahwa
seluruh fenomena yang terjadi di alam yang dinamis dan bergerak
ditamsilkan sebagai kerja. Dengan kata lain, dapat dikatakan alam ini
penuh dengan dinamika. Dinamika alam memberikan dampak negatif
dan dampak positif, dan keterkaitan satu sama lainnya. Kesemuanya
menimbulkan keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan di alam ini.
Demikianlah gerak dalam alam diciptakan tuhan secara teratur yang
dikenal dengan hukum-hukum alam yang berlaku tetap. Bahwa di alam
terdapat realitas bantu-membantu, gerak alam juga dipenuhi dengan
perjuangan yang memerlukan sikap kerja keras untuk mempertahankan
hidup. (M. Ansjar, tt: 10-11).
b. Karakter
Selain filsafat budaya, terkenal pula filosofi “Jadilah engkau
menjadi engkau”. Sekolah berfungsi mengasah kecerdasan dan akal budi
34
murid, bukan membentuk manusia lain dari dirinya sendiri. Filosofi ini
digambarkan dalam ungkapan Engkoe Mohammad Sjafe’i, “Jangan
minta buah mangga kepada pohon rambutan, tapi jadikanlah setiap pohon
berbuah manis”.
2. Ruh Ajaran Engkoe Mohammad Sjafe’I
Ruh Ajaran Engkoe Mohammad Sjafe’i adalah mendidik murid-
muridnya untuk memberdayakan potensi diri dan berkembang pada aspek-
aspek berikut ini.
a. Logika, etika, estetika dan talenta/bakat
b. Akhlak mulia
c. Etos kerja
d. Kemandirian dan entrepreneurship
e. Kebangsaan
Tentang etos kerja kita kenal nasehat Engkoe Mohammad Sjafe’i
kepada muridnya yang telah menamatkan kuliah di Fakultas Ekonomi.
“Bagus, kamu dapat ilmu; Cina yang mempunyai ekonomi. Kamu tahu
mengapa bisa begitu, Karena cina itu mau bekerja keras. “(M. Sjafe’i dalam
Farid. A, 2008: 3). Dengan begitu, etos kerja merupakan suatu sikap mental
yang mesti lahir dan dimiliki oleh peserta didik INS Kayutanam.
3. Dasar-dasar Pendidikan INS Kayutanam
Menurut Engkoe Hamid (dalam Navis, 1996: 238) pendidikan
hendaklah dapat menanamkan dan memupuk sifat-sifat berikut ini: 1)
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Kemampuan untuk
35
mengembangkan bakat, 3) percaya kepada diri sendiri, 4) berakhlak, 5)
bertanggung jawab atas keselamatan nusa dan bangsa, 6) berwatak aktif, 7)
daya cipta, 8) cerdas, lodis dan rasional, 9) berperasaan tajam dan kritis, 10)
gigih dan ulet, 11) ketekunan berusaha, 12) percaya diri, 13) kejujuran, 14)
sikap hidup pancasilais.
Dasar-dasar inilah yang melahirkan metode pendidikan aktif kreatif,
inovatif, kerja keras dan pantang menyerah. Engkoe Mohammad Sjafe’i
menegaskan, bahwa mengeluh berarti kalah.
4. INS Kayutanam Sebagai Sebuah Sistem
Mengacu kepada konsep pendidikan INS Kayutanam, Navis (1996:
102-104) mengemukakan beberapa komponen pendidikan yang terkait
dengan INS Kayutanam sebagai sebuah sistem, yaitu:
a. Tujuan pendidikan
Merujuk pancasila dan UUD 1945, tujuan kemerdekaan bagi
bangsa Indonesia sudah jelas dan gamblang. Yaitu menyempurnakan
kehidupan bangsa agar setara dengan bangsa-bangsa yang maju dibidang
ilmu dan tekhnologi, sosial dan ekonomi serta seni dan budaya.
Perangkat untuk mencapai tujuan itu tidak lain menjadikan bangsa
Indonesia agar memiliki otak yang cerdas, mental yang kuat dan budi
luhur, serta kemauan dan ketangkasan yang terampil dan etos kerja yang
tinggi. Bangsa yang memiliki etos kerja akan dapat menjadi bangsa yang
dinamis, aktif, kreatif, dan produktif sebagaimana yang dimiliki oleh
budaya yang maju.
36
b. Program Pendidikan
Berdasarkan filsafat dan tujuan pendidikan, konsep pendidikan INS
membagi program atas empat kelompok, yaitu pendidikan akademik,
keterampilan, kerohanian, dan kesiswaan. Dalam konsep dan program
pendidikan di sekolah umum yang diakui pemerintah, posisi pendidikan
keterampilan, kerohanian dan kesiswaan dinamakan ekstrakulikuler yang
boleh diadakan juga boleh ditiadakan. Akan tetapi, dalam konsep
pendidikan INS, ke empat kelompok pendidikan itu sama nilai dan sama
pentingnya.
c. Kurikulum
Menurut UUSPN N0. 20 tahun 2003, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pada pendidikan
INS kurikulum dikelompokkan pada empat bidang yakni, bidang
akademik, keterampilan, kerohanian dan kesiswaan.
Bidang akademik terdiri dari ilmu-ilmu eksata, sosial, dan bahasa
sesuai dengan program pendidikan di sekolah negeri. Bidang
keterampilan terdiri dari kerajinan tangan, ketekhnikan dan bengkel
kerja. Bidang kerohanian terdiri dari pendidikan kesenian, olahraga, dan
keagamaan. Bidang kesiswaan terdiri dari pengorganisasian, kegiatan
kemasyarakatan di dalam dan di luar kampus.
d. Guru
37
Yang dimaksud dengan guru adalah semua tenaga-tenaga yang
karena tugasnya akan berhadapan langsung dengan murid, termasuk di
dalamnya para Pembina asrama. Dalam istilah sekarang sebutan guru
lebih dikenal dengan istilah pendidik. Menurut UUSPN No. 20 tahun
2003, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitor, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Guru yang bertahan lama ialah mereka yang memiliki dedikasi dan
menghayati tujuan dan sistem pendidikan INS Kayutanam. Guru yang
berwatak seperti priayi atau orang gajian, datang, mengajar, lalu pulang
dan selanjutnya tidak hirau lagi dengan murid dan sekolah, sebagai ajang
mencari keuntungan pribadi dengan mengeksploitasi program atau murid
adalah guru yang tidak cocok mengajar di INS.
Achjar dan Hudaya (2008: 90-97) mengemukakan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar dan
mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Profesionalisme seorang guru akan dicirikan oleh tanggung jawab yang
jelas dalam tugasnya, antara lain: 1) tanggung jawab pribadi; 2) tanggung
jawab sosial; 3) tanggung jawab intelektual; 4) tanggung jawab spiritual
dan moral; dan 5) tanggung bjawab kualitas professional seorang guru
akan tercermin melalui sikap: 1) keinginan untuk selalu menampilkan
38
perilaku yang mendekati standar adab; 2) selalu meningkatkan dan
memelihara cita profesi; 3) selalu mengejar kesempatan untuk
mengembangkan diri; 4) mengejar kualitas dan citi-cita dalam profesi;
dan 5) memiliki kebanggaan terhadap profesi.
e. Siswa
Fungsi utama pendidikan kesiswaan di INS Kayutanam ialah untuk
mendidik dan sekaligus melatih murid untuk hidup bermasyarakat, baik
selaku pribadi maupun fungsional. Apabila di bidang lain murid secara
individual atau kelompok dipacu agar berprestasi secara aktif dan kreatif,
pendidikan kesiswaan ini melatih murid untuk menempatkan diri secara
integrative dalam lingkungan yang lebih menyeluruh. Murid, guru dan
karyawan harus sampai pada perasaan bahwa mereka mereka hidup
dalam satu rukun tetangga dengan melepas atribut maupun status sosial.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007-2008) siswa dapat
diartikan “murid” terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah,
atau pelajar tingkat SMU. Sedangkan siswa sebagai peserta didik
menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembang potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Siswa INS
adalah peserta didik yang sedang belajar untuk mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang ada di SMA INS Kayutanam.
f. Asrama
39
Menurut M. Sjafe’i (dalam Navis, 1996: 160), karena keterbatasan
orang tua dalam memerikan pedidikan kepada anak-anaknya di rumah
dalam keluarga, maka ada baiknya diadakan asrama untuk anak-anak
yang memberikan pendidikan yang beraturan pada mereka. Lebih jelas
M. Sjafe’i menjelaskan bahwa asrama berguna untuk mengajarkan anak
agar mampu mengurus dirinya sendiri, terbiasa mengatasi kesulitan, tidak
enggan bekerja keras yang nantinya akan bermanfaat dalam menempuh
hidup di masyarakat.
Dalam asrama anak diajarkan menjalankan pikirannya sendiri,
bukan atas pikiran orang lain. Di sekolah mereka diajar mengasah otak,
di asrama mengasah budi, tenaga dan bakat. Oleh karena itu peranan
asrama sangat penting dalam sistem pendidikan INS Kayutanam.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 72) asrama adalah
bangunan tempat tinggal bagi sekolompok orang untuk sementara waktu,
terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.
Dalam konteks penelitian ini, asrama yang dimaksud adalah bangunan
yang ditempati oleh sejumlah siswa putra dan siswa putri di bawah
asuhan Pembina asrama dan kepala asrama.
D. Penelitian yang Relevan.
Berikut dikemukakan penelitian yang relevan yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap penelitian ini sebagai berikut:
40
1. Penelitian yang dilakukan oleh Arnita (2010) tentang Implementasi
Supervisi Oleh Kepala Sekolah di SMPN 3 Lubuk Sikaping Kabupaten
Pasaman. Dari penelitian tersebut disimpulkan beberapa temuan antara lain:
a. Implementasi supervisi oleh Kepala Sekolah tidak mempunyai program,
baik program tahunan atau pun semester yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan supervisi, sehingga supervisi belum dapat terlaksana
sebagaimana mestinya.
b. Supervisor belum dapat mengimplementasikan supervisi dengan
maksimal, karena kurangnya pemahaman terhadap pentingnya supervisi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurdinalis (2013) tentang Kontribusi
Supervisi Akademik dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Kerja Guru
SMPN di Kecamatan Koto Parik Gadang di Ateh Kabupaten Solok Selatan,
dengan kesimpulan sebagai berikut: Untuk meningkatkan komitmen kerja
guru sebaiknya dilakukan melalui peningkatan motivasi kerja dan
menciptakan supervisi akademik yang kondusif di lingkungan sekolah.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi supervisi pendidikan
oleh Kepala sekolah di SMA INS Kayutanam. Untuk mencapai tujuan tersebut
digunakan metode penelitian kualitatif yang sering disebut dengan pendekatan
naturalistik. Penelitian dengan pendekatan naturalistik menurut Lincoln dan
Guba (1985), peneliti berperan sebagai human instrument dan secara
menyeluruh menyesuaikan diri ke dalam situasi yang wajar sesuai dengan
natural setting berdasarkan lingkungan yang dimasuki.
Pendekatan naturalistik dipandang cocok dengan permasalahan yang
diteliti dalam penelitian ini, dengan alasan bahwa data gejala-gejala yang akan
diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut perbuatan dan kata-kata dari
responden. Data dari responden tersebut sedapat mungkin tidak dipengaruhi
dari luar sehingga bersifat alami sesuai dengan apa adanya. Bogdan dan Taylor
(1992) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu proses
penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dan perilaku yang dapat diamati dari responden itu sendiri. Hal yang sama
dikemukakan oleh Nasution (1992) bahwa penelitian kualitatif pada hakikatnya
adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya berinteragrasi dengan
mereka berusaha memahami bahasa, dan tafsiran mereka dengan dunia sekitar.
Pemilihan metode ini berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian ini
bertujuan unuk mengetahui lebih jauh tentang strategi supervisi pendidikan
42
oleh Kepala sekolah di SMA INS Kayutanam, dan berusaha memahami makna
yang mendasarinya. Makna ini tentunya dapat dipahami melalui para aktor
yang terlibat di dalamnya. Faisal (1990) mengemukakan bahwa: 1) manusia itu
berbuat atas dasar makna yang melekat pada tujuan yang diperbuatnya, 2)
makna yang berkembang dari atau melalui interaksi antar manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Artinya makna itu dapat dipelajari, direverasi, dipelihara
dan diberi batasan-batasan dalam konteks interaksi manusia, dan 3) makna itu
dipegang, dijadikan acuan, dan diinterpretasikan oleh seseorang dalam
hubungan dengan sesuatu yang dihadapinya. Jadi inti penelitian ini adalah
memahami makna sesuatu tindakan dan peristiwa yang terjadi dalam latar
sosial yang memahami objek penelitian.
Selain itu pendekatan kualitatif dalam penelitian ini memungkinkan
peneliti dapat membuat dan menyusun konsep yang hakiki yang dialami oleh
masyarakat secara riil dalam kehidupan mereka (Bogdan dan Taylor, 1992:
31). Peneliti meyakini bahwa dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini
akan sangat membantu peneliti dalam mengkaji strategi supervisi pendidikan
oleh kepala sekolah di SMA INS Kayutanam.
Di samping berusaha menemukan makna perilaku dalam latar sosial yang
diteliti dan menyusun konsep-konsep hakiki yang dialami oleh masyarakat
secara riil dalam kehidupan mereka. Pendekatan kualitatif juga memiliki 11
(sebelas) karakterisktik. Karakteristik pendekatan kualitatif menurut Moleong
(2007: 4-8) adalah sebagai berikut: 1) latar ilmiah, 2) manusia sebagai alat
(instrument), 3) metode kualitatif, 4) analisis data secara induktif, 5) teori dari
43
dasar (grounded theory), 6) deskriptif, 7) lebih mementingkan proses daripada
hasil, 8) adanya criteria khusus untuk keabsahan data, 9) desain bersifat
sementara, dan 10) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati antara peneliti
dan instrument.
B. Penjelasan Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini, maka judul
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Strategi
Merupakan teknik atau cara dalam menjalankan program yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan. Strategi sendiri harus selalu
disesuaikan dengan perkembangan zaman dan dirancang sedemikian rupa
untuk mengantisipasi perubahan sosial, ekonomi dan politik. Tanpa
meletakkan tujuan dan rencana setiap organisasi tidak akan pernah
mengetahui tercapai atau tidaknya suatu tujuan dan ia akan selalu membabi
buta mencoba segala upaya secara tak terarah. Sehingga waktu dan energi
banyak terbuang percuma. Pengukuran juga tidak dapat dilakukan tanpa
adanya patokan.
Defenisi dari strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka
panjang strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi,
akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan,
divestasi, likuidasi dan joint venture (David, 2004:15).
44
2. Supervisi
Dari segi etimologis kata “supervisi” berasal dari bahasa inggris
“supervision” yang berarti pengawasan/kepengawasan. Kata “supervisi”
berasal dari dua kata yaitu “super” dan “vision” yang masing-masing kata
berarti atas dan penglihatan. Supervisi sering diartikan sebagai pekerjaan
mengawasi dalam artian mencari dan menemukan kesalahan-kesalahan
kemudian diperbaiki atau yang sering disebut dengan snooper vision.
Namun dengan adanya pengertian yang sedemikian rupa malah menjadikan
seorang guru bekerja dengan tidak baik karena takut untuk dipersalahkan.
Dewasa ini Supervisi tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
mengawasi, sehingga dapat menyebabkan guru merasa ketakutan untuk
dipersalahkan. Oleh banyak ahli memberikan definisi atau penegrtian yang
berbeda-beda berkaitan dengan supervisi ini, salah satunya yaitu Kinball
Wiles (Suhertian, 2008: 18) mengartikan supervisi sebagai bantuan yang
diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik.
3. INS Kayutanam
INS Kayutanam adalah salat satu lembaga pendidikan swasta
setingkat SLTP, SLTA dan yang menyelenggarakan pengelolaannya berada
di bawah Yayasan Badan Wakaf. Dalam penelitian ini INS yang
dimaksudkan adalah SMA INS Kayutanam .
C. Situasi Sosial Penelitian
Sebagaimana yang dikemukan oleh banyak ahli penelitian kualitatif
seperti Bogdan, Taylor, Spradey, Mails, Huber, Lincoln dan Guba (dalam
45
Agustiar, 2002: 12) setidaknya terdapat tiga elemen utama pada sebuah situasi
sosial yang diteliti; 1) ada tempat (palce) dimana ada orang yang melakukan
aktivitas (activities) yang dilakukan oleh aktor pada tempat tertentu. Situasi
sosial dimaksud terjadi di sekolah, dimana personil Ruang Pendidik INS
Kayutanam dan masyarakat terkait sebagai aktor-aktor yang akan diteliti
sebagai pelaksana pendidikan.
Bogdan dan Taylor (1992: 63-64) mengemukakan bahwa dalam
pemilihan situasi penelitian (tempat riset) sering ditentukan oleh beberapa
faktor diantaranya: 1) adanya orang yang bisa bertindak sebagai gate keeper
yaitu semacam penerima yang dapat membantu pelaksanaan penelitian, 2)
tempat penelitian tersebut mudah dikunjungi dan sering dikunjungi, 3)
sambutannya terhadap peneliti, dan 4) terdapat pokok-pokok masalah yang
menarik dan belum pernah dipecahkan dengan dan kemampuan professional.
Sesuai dengan faktor penelitian yang dikemukakan terdahulu, maka setting
sosial yang dipilih untuk penelitian ini adalah Ruang Pendidik INS Kayutanam,
Kecamatan 2X11 Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman. Peneliti memilih
setting sosial penelitian pada sekolah ini dengan pertimbanagn sebagai berikut:
1) sekolah tersebut saat ini sedang mengalami masalah kemerosotan
pendidikan dan perkembangannya cendrumg statis, 2) sekolah merupakan
sekolah bersejarah di Indonesia dan sekaligus menjadi aset dan kebanggaan
daerah dan nasional, 3) peneliti adalah salah satu pendidik yang telah
mengabdi di INS sejak tahun 1993 sampai sekarang, 4) keyakinan akan
kebenaran konsep pendidikannya, 5) pemberdayaan fasilitas yang dimiliki INS
46
dalam rangka perbaikan mutu kualitas dan layanan pendidikan kepada
masyarakat.
D. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebagaimana langkah yang dikemukakan oleh
Miles dan Huberman (1990: 56), yaitu: 1) merumuskan masalah fokus
penelitian, 2) menyusun kerangka teoritis, 3) melaksanakan penelitian dan
pengumpulan data, 4) melakukan analisis data, dan 5) menyusun laporan
penelitian.
1. Merumuskan Fokus Masalah Penelitian
Untuk merumuskan fokus masalah penelitian, peneliti mengadakan
grand tour. Hasil grand tour dirumuskan dalam bentuk beberapa masalah
yang layak diteliti. Untuk iu penelitian ini fokus tentang stretegi supervisi
pendidikan oleh Kepala Sekolah di SMA INS Kayutanam.
Langkah di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh
Suharsimi (1997) bahwa dengan dipahaminya masalah yang menjadi fokus
penelitian, maka penulis dapat: 1) mengetahui dengan pasti masalah yang
akan diteliti, 2) mengetahui dimana dan dari siapa informasi atau data
diperoleh, 3) menentukan bagaimana cara memperoleh informasi yang
diperlukan, 4) menentukan dengan cepat cara untuk menganalisis data, dan
5) merumuskan kesimpulan atau menyusun laporan penelitian. Dengan
demikian penulis yakin bahawa penelitian yang dilakukan penting dan dapat
dilaksanakan.
2. Menyusun Kerangka Teori
47
Kerangka teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori-teori
yang relevan dengan masalah yang diteliti, antara lain diperoleh melalui
buku-buku di perpustakaan dan studi literature lainnya yang berhubungan
dengan cara yang dilaksanakan dalam meneliti masalah ini. Penyusunan
kerangka teoritis dan kerangka berfikir ini dimaksudkan sebagai acuan
untuk melakukan penelitian dalam mengumpulkan data penelitian.
Kerangka teoritis diperlukan untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial
atau gejala yang diamati.
3. Pengumpulan Data
Secara kongkrit penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan
data lapangan yang berpatokan pada fokus penelitian yang telah ditetapkan.
Kegiatan yang dilakukan berdasarkan tahap penelitian ini, antara lain: 1)
memahami situasi sosial yang menjadi objek penelitian, yaitu bagaimana
strategi supervisi pendidikan oleh kepala sekolah SMA INS Kayutanm, 2)
mengumpulkan data termasuk pengolahan data (Suharsimi, 1989).
Penelitian ini menggambarkan kondisi sebenarnya atas objek yang diteliti.
4. Melakukan Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga langkah
yaitu: Pertama, mereduksi data, yang meliputi proses memilih,
menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi dan mengubah data kasar
ke dalam catatan lapangan. Kedua, menyajikan data, yakni merangkai data
dalam suatu organisasi data, sehingga memudahkan untuk menarik
kesimpulan atau merumuskan tindkaan yang diusulkan berdasarkan temuan
48
penelitian. Ketiga, memverifikasi data atau menyimpulakan data, yakni
menjelaskan tentang makna data dalam suatu konfigurasi, sehingga dapat
menunjukkan alur kausalnya. Hal ini sejalan denagn pendapat Miles dan
Huberman (1960: 16-20) bahwa analisis data dapat dilakukan melalui: 1)
mengumpulkan data, 2) menyajikan data, dan 3) menyimpulkan serta
melakukan verifikasi.
5. Menyusun Laporan Penelitian
Penyusunan laporan penelitian merupakan tahap akhir dalam suatu
kegiatan penelitian. Laporan penelitian di samping sebagai media untuk
mengkomunikasikan hasil temuan penelitian juga merupakan bahan
pertanggungjawaban dari kegiatan untuk menyelesaikan studi pada Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus SMA INS Kayutanam, Jalan Raya
Padang-Bukittinggi Km. 53, Desa Palabihan Kayutanam, Kecamatan 2X11
Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
F. Informasi Penelitian
Salah satu maslah utama dalam kegiatan kualitatif adalah masalah cara
memperoleh informasi yang akurat dan objektif. Hal ini sangat penting artinya
karena kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila yang menjadi
sumber informasi juga dipercaya (Saifuddin, 1997: 1). Kesalahan dalam
memilih informan akan mebawa dampak terhadap validitas dan reabilitas suatu
temuan penelitian.
49
Dalam penelitian ini informan ditetapkan dengan teknik sampling.
Pemilihan teknik ini didasarkan atas pertimbangan tidak mungkin meneliti
seluruh jumlah populasi yang ada di lapangan. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan informan dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono 2007: 300). Dalam hal ini yang menjadi
pertimbangan adalah “ketahuan dan pengalaman” tentang permasalahan yang
akan diteliti.
Sehubungan denagn teknik purposive sampling ini peneliti memilih
informan berdasarkan keterwakilan dan pengetahuannya tentang objek
penelitian tidak diragukan lagi. Informan yang peneliti gunakan adalah orang-
orang yang terkait dengan sistem pendidikan INS Kayutanam dan
pengimplementasiannya yaitu:
1. Kepala Sekolah
2. Wakil Kepala Sekolah
3. Guru/Instruktur
4. Siswa-Siswi
5. Mantan Kepala sekolah
6. Alumni
Informan yang berkenaan dengan strategi supervisi pendidikan oleh
kepala sekolah SMA INS Kayutanam, informannya adalah kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru/ pendidik dan mantan kepala sekolah. Informan
yang berkenaan dengan faktor-faktor penghambat dan pendukung
terlaksananya supervisi oleh kepala sekolah yang ditemui di SMA INS
50
Kayutanam informannya adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru/instruktur, dan mantan kepala sekolah. Informasi yang berkenaan dengan
paya-upaya yang dilakukan oleh Kepala sekolah di SMA INS Kayutanam
dalam pelaksanaan supervisi pendidikan dalam rangka meneruskan dan
meningkatkan kualitas serta mutu pendidikannya, informannya adalah kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, dan mantan kepala sekolah. Informasi yang
berkenaan dengan bagaimana cara menerapkan supervisi yang sesuai dengan
konsep pendidikan Engkoe Mohammad Sjafe’i dalam pendidikan SMA INS
Kayutanam, informannya adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru/instruktur, alumni dan mantan kepala sekolah.
Selain itu penetapan informan juga memperhatikan pendapat Spradley
(dalam Faisal, 1990) yang menjelaskan bahwa kriteria yang dapat dijadikan
dalam pemilihan informan adalah sebagai berikut:
1. Informan telah cukup dan menyatu dengan aktivitas yang menjadi sasaran
penelitian.
2. Informan masih terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan yang menjadi
sasaran penelitian.
3. Informan masih memiliki cukup banyak waktu/kesempatan untuk diminta
kesediaannya memberikan informasi.
4. Diperkirakan informan dianggap jujur dan mau memberi data apa adanya.
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya ialah bahwa informan yang
dipilih dan ditetapkan betul-betul memiliki pengalaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nasution (1992) yang menyatakan bahwa informan haruslah orang-
51
orang yang mempunyai banyak pengalaman tentang masalah yang berkaitan
dengan fokus penelitian.
G. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang menjadi instrument atau alat
pengumpulan data dan infomasi. Peneliti merupkan instrument kunci dalam
penelitian kualitatif (the researcher is the key instrument) (Sugiono: 2007).
Dalam usaha mengumpulkan data dan informasi di lapangan, peneliti kualitatif
menggunakan jenis kegiatan utama yaitu observasi dan interviu (dialog).
Kedua teknik ini oleh banyak para ahli dinamakan dengan “participant
onservation” atau observasi pastisipasi.
Guna mendapatkan data yang diharapkan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa teknik yang dianjurkan dalam pendekatan kualitatif
seperti diuraikan di bawah ini:
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan dalam dua tahapan yaitu: 1) melalui
kegiatan observasi pendahuluan atau garnd tour, dan 2) hasil deskripsi
lanjutan yang dilakukan secara lebih mendalam dan terfokus sesuai dengan
pokok masalah yang diteliti. Alasan penggunaan metode ini adalah: 1)
observasi dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti baik dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, maupun perilaku lainnya, 2) observasi
memungkinkan peneliti untuk dapat mengidentifikasi apa yang dirasakan
dan dihayati oleh subyek penelitian, dan 3) observasi memungkinkan
52
pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihak peneliti
maupun dari subjek penelitian (Moleong, 2002).
Kegiatan observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi tak
berstruktur dan dilakukan berulang-ulang sampai memperoleh semua data
yang dibutuhkan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek diteliti. Menurut Bogdan dan
Taylor (1993: 31) penelitian kualitatif merupakan observasi partisipan yang
menuntut peneliti sendiri yang melakukan observasi atau menceburkan diri
dalam kehidupan masyarakat dan situasi tempat melakukan penelitian.
2. Wawancara
Selain teknik observasi yang dipaparkan di atas, penelitian ini juga
menggunakan teknik wawancara atau interviu. Menurut Esterberg (dalam
Sugiono, 2007: 317) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informais dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam satu topik tertentu. Wawancara yang
digunakan dapat berupa terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam.
Menurut Lincoln dan Guba (1985: 266) tujuan wawancara adalah
untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisai,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Dalam wawancara
diusahakn menjalin hubungan yang harmonis, akrab, dan saling percaya
antara peneliti dengan informan untuk dapat menggali informasi yang
diperlukan. Menurut Miles dan Huberman (dalam Agustiar, 2002: 14-15)
53
untuk menjaga suasana dengan informan agar selalu akrab dan santai,
wawancara dapat dilakukan dengan secara formal atau pun informal,
demikian pula dengan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara
disesuaikan dengan situasi (situasional).
Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang dianggap potensial,
dalam arti orang tersebut memiliki banyak informasi tentang keadaan dan
permasalahan yang sedang diteliti. (Faisal, 1990). Dalam hubungannya
dengan penelitian ini, orang yang dianggap penting memiliki potensi
memberi informasi adalah pengurus yayasan, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, koordinator-koordinator bidang, kepala asrama dan Pembina
asrama, guru/instruktur, karyawan dan pegawai lapangan.
3. Studi Dokumentasi
Selain observasi dan wawancara, studi dokumentasi dapat digunakan
untuk melengkapi data penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Guba dan
Lincoln (dalam Moleong, 2002) yang menjelaskan bahwa dokumen pribadi
maupun dokumen resmi dapat digunakan sebagai sumber data yang
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.
Selanjutnya Guba dan Lincoln menyatakan dokumen dapat berupa bahan
atau film. Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
melengkapi informasi yang diperoleh pada teknik observasi dan wawancara.
Ada pun informasi yang ingin dicari melalui studi dokumentasi antara
lain berkaitan dengan data guru dan karyawan, data siswa, dokumen
kurikulum, foto-foto sejarah, prestasi sekolah, data pengurus yayasan, data
54
tentang inventaris dan fasilitas sekolah, data tentang peraturan dan tata
tertib, data alumni dan data lain yang relevan.
H. Validasi Data
Untuk menguji kevalidan data menurut Lincoln dan guba (1985) dan
Moleong (2002) ada beberapa cara: 1) perpanjangan keterlibatan, 2) ketekunan
pengamatan, 3) triangulasi (sumber, metode, peneliti dan teori), 4) pengecekan
responden, dan 5) penggalian data pada agen lainnya (kelompok sebaya, guru,
karyawan, alumni, masyarakat yang relevan dan siswa).
Pada penelitian ini, pengecekan validitas data dilakukan dengan teknik
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat dan analisi kasus negatif (negatif
case analysis). Ketiga teknik pengujian kesahihan data tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1. Teknik Triangulasi
Teknik triangulasi dilakukan sesuai dengan yang dikemukakan Denzin
(dalam Patton, 1987) yaitu teknik dengan sumber, metode dan teori.
Triangulasi dengan sumber yaitu pengujian kesahian data dengan
membandingkan informasi yang sama pada waktu dan alat yang berbeda.
Teknik ini dilakukan dengan: 1) membandingkan hasil pengamatan dan
wawancara, 2) membandingkan apa yang dikatakan aktor yang pertama
dengan apa yang dikatakan aktor kedua, 3) membandingkan informasi dari
responden dengan informasi yang bukan responden, dan 4) membandingkan
perspektif orang dalam dengan padangan orang luar, seperti orang tua murid
dan masyarakat sekitar. Teknik triangulasi dengan metode, dengan cara
55
membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan dan
dokumentasi. Triangulasi dengan teori, yaitu mencari dan mempelajari teori-
teori yang diperlukan untuk mendukung dan menginterpretasikan data.
Dalam penelitian ini, triangulasi dilakukan antara lain kepada kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan guru. Selain itu juga dilakukan triangulasi
kepada mantan pimpinan, alumni dan unsur pimpinan.
2. Dikusi dengan Teman Sejawat
Diskusi dengan teman sejawat dilakukan setelah mendapat informasi
dan data dari pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Diskusi untuk
pengujian kesahihan data. Data yang telah dikumpulkan didiskusikan
dengan teman-teman sesama unsur pimpinan INS, sesama guru, sesama
mahasiswa pascasarjana dan dosen pembimbing.
3. Analisi Kasus Negatif (Negatif Case Analysis)
Salah satu standar keabsahan data yang disarankan oleh Guba dan
Lincoln (1985: 307) adalah keterpecayaan (credibility). Analisi kasus
negatif merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keterpecayaan data
penelitian. Analisis kasus negatif sangat dibutuhkan untuk validasi data.
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis dan mencari kasus atau keadaan
yang menyanggah temuan, menganalisis, mempelajari dan mengambil
kesimpulan.
I. Analisa Data
Menganalisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian karena memungkinkan peneliti memberi makna terhadap data yang
56
dikumpulkan. Menganalisis data sejak awal harus dilakukan dengan tujuan
bahwa apabila data yang diperoleh masih belum memadai, maka sedini
mungkin dapat segera dilengkapi. Hal ini akan terus berlanjut sampai akhir
penelitian. Patton (1987) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses
mengatur data, mengorganisasikan data kedalam pola, kategori, satuan uraian
dasar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat menganalisis data penelitian
ini, penulis mengikuti langkah-langkah yang disarankan oleh Miles dan
Huberman (1990) yaitu sebagai berikut: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan
3) kesimpulan.
SKEMA TEKNIK ANALISIS DATA
PENGUMPULAN DATA
REDUKSI
DATA
PENYAJIAN
DATA
KESIMPULAN
57
1. Reduksi Data
Data yang didapat harus segera direduksi agar tidak terlalu
bertumpuk-tumpuk, serta memudahkan dalam pencarian data dan
memudahkan dalam menyimpulkannya. Miles dan Huberman (1990)
mendefenisikan reduksi data sebagai suatu proses pemulihan, memfokuskan
pada penyederhanaan, pengabsahan dan transformasi data “mentah/kasar”
yang muncul dari catatan tertentu di lapangan. Reduksi data merupakan
bentuk analisis yang menajamkan, menonjolkan hal-hal yang penting,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak dibutuhkan dan
mengorganisasikan data agar lebih sistematis, sehingga didapat kesimpulan
yang bermakna. Data yang telah direduksi akan dapat memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses pemberian sekumpulan informasi
yang sudah disusun dimana memungkinkan untuk pencarian kesimpulan
dan pengambilan tindakan (Miles dan Huberman, 1990). Penyajian data
merupakan gambaran secara keseluruhan dari sekelompok data yang
diperoleh agar mudah dibaca secara menyeluruh. Penyajian data dapat
berupa matriks, grafik, jaringan kerja dan lainnya. Dengan adanya penyajian
data maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dalam
penelitian dan apa yang dilakukan peneliti dalam mengantisipasinya.
3. Kesimpulan
58
Data awal yang berwujud kata-kata tulisan, tingkah laku sosial di
Kampus SMA INS Kayutanam yang didapat dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumentasi, kemudian diproses/dianalisis agar
menjadi data yang siap disajikan. Dari hasil proses dan analisis, data
disajikan untuk selanjutnya dibuat suatu kesimpulan hasil penelitian.
Kesimpulan pada awalnya masih longgar, namun kemudian meningkat
menjadi lebih rinci dan mendalam dengan bertambahnya data. Miles dan
Huberman (1990) menyatakan kesimpulan merupakan suatu konfigurasi
yang utuh.
59
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Umum Penelitian
1. Sejarah Ringkas Berdirinya INS Kayutanam
INS Kayutanam didirikan oleh Engkoe Muhammad Sjafe’i pada
tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman,
Sumatera Barat. Pendirian perguruan ini merupakan wujud cita-cita besar
bangsa Indonesia sebagaimana yang terungkap dalam gubahan lagu
Indonesia Subur di tahun 1925. Dalam rangka mewujudkan cita-cita
tersebut Engkoe Muhammad Sjafe’i dikirim belajar ke negeri Belanda pada
tanggal 31 Mei 1922. Tanggal keberangkatan beliau ke negeri Belanda
inilah yang kemudian diperingati sebagai hari cita-cita INS Kayutanam. Dua
tahun menuntut ilmu di negeri Belanda, beliau kembali lagi ke Indonesia
dan mewujudkan cita-citanya dengan mendirikan perguruan INS di
Kayutanam.
Pada awal berdirinya perguruan INS Kayutanam, Sjafe’i
melaksanakan program pendidikannya dengan fasilitas yang sangat
sederhana. Yaitu mempergunakan sebuah rumah penduduk untuk mendidik
79 murid, yang merupakan anak buruh perusahaan kereta api. Murid duduk
di lantai beralaskan tikar dengan meja yang diambilkan dari bekas kaleng
minyak tanah. Setahun kemudian perguruan ini dipindahkan ke lokasi bekas
60
kebun kopi dengan bangunan pondok yang beratapkan daun rumbia dan
berlantai tanah.
Membicarakan tokoh Engkoe Muhammad Sjafe’i tidak akan lengkap
tanpa membicarakan siapa beliau, dari mana asalnya dan sekaligus orang tua
beliau. Inyiak Ibrahim Marah Sutan dan Anduang Khalijah adalah orang tua
angkat sekaligus guru beliau.Engkoe Muhammad Sjafe’i, yang dilahirkan
oleh seorang Ibu yang bernama Sjafiah di daerah Sambas, Kalimantan
Barat, ayahnya telah meninggal pada saat beliau masih kanak-kanak.Sebagai
raknyat jelata yang miskin, Sjafe’i tidak mengenal dunia pendidikan sampai
ia ditemukan oleh Inyak Ibrahim Marah Sutan,seorang guru sekolah rendah
yang sedang ditugaskan di Sambas, Pontianak, Kalimantan Barat yang
berasal dari Padang, Sumatera Barat sekarang ini.
Inyiak Ibrahim Marah Sutan, setelah 5 tahun di padang, Marah Sutan
dipindahkan lagi ke Sukadana Lampung, 7 tahun kemudian dipindahkan
lagi ke Pontianak. Disinilah Marah Sutan menemukan Sjafe’i kecil selalu
mengintip dari celah dinding tadir di luar kelas. Ketika Marah Sutan sedang
menerangkan pembelajaran,ia memiliki kebiasaan bertanya kepada murid-
muridnya. Tidak jarang setiap pertanyaan yang diajukan jawabanya muncul
dari luar kelas dari seorang anak kecil, dekil dan kumal bertelanjang dada
yang memiliki bola mata bundar yang memancarkan sinar kecerdasan.Dia
tidak lain adalah Sjafei’i kecil, yang kemudian diambil sebagai anak angkat
oleh Marah Sutan dan Anduang Chalidjah.
61
Setahun kemudian dari lokasi bekas kebun kopi tersebut lokasi
dipindahkan lagi ke sebidang tanah seluas 1 Ha yang disewa.Secara
berangsur dibangun fasilitas yang sederhana baratap daun rumbia, dinding
tadir dan lantai tanah. Bangunan terdiri dari 7 ruang belajar, 4 ruang
bengkel, 1 kantor, 1 aula serbaguna, 1 pesanggerahan beratap seng dan
berdinding kayu. Sedangkan kediaman Engkoe Mohammad sjafe’i bersama
orang tua angkatnya berupa pondok yang tidak lebih bagus dari ruang
belajar. Tahun 1937 INS meluluskan murid angkatan pertama yang telah
menempuh pendidikan 7 tahun pada tingkat rendah dan 4 tahun pada tingkat
menengah.
Mulai tahun 1937 tersebut, lokasi sekolah dipindahkan lagi ke desa
palabiahan (sekitar 1,5 km) dari pasar kayutanam dengan menempati 18 Ha
lahan. Di lokasi ini dibangun fasilitas pendidikan yang lebih baik, berlantai
semen, berdinding papan dan beratap seng. Bangunan terdiri dari 2 asrama 4
rumah guru, 7 ruang belajar, 6 bengkel kerja, 1 ruang kesenian serbaguna, 1
toko koperasi, 1 kantin, 1 lapangan sepakbola, 1 lapangan tenis, 1 kolam
renang dan lain-lain. Murid-murid berdatangan dari seluruh Sumatra dan
beberapa orang dari jawa dan Kalimantan.
Dengan kondisi fasilitas yang hampir lengkap tersebut INS
diwakafkan kepada rakyat Indonesia dengan Akta Notaris Raden Kadiman
tertanggal 31 oktober 1939. Kepengurusan Badan Wakaf langsung dipimpin
oleh Engkoe Mohammad Sjafe’i dengan anggota Mr. Abubakar Djaar, dr.
Rasidin dan beberapa orang guru. Engkoe Mohammad Sjafe’i memimpin
62
Ruang Pendidik INS Kayutanam sampai akhir hayatnya. Beliau meninggal
dunia tanggal 5 maret 1969 di Jakarta dalam usia 74 tahun dan dimakamkan
di tengah kampus INS Kayutanam. Sampai pada akhir penjajahan Belanda
INS telah meluluskan 6 Ankatan yang terdiri dari 10 kelas.
Pada masa pendudukan Jepang situasi murid-murid menurun drastis
karna murid pulang ke daerahnya masing-masing. Berbagai fasilitas yang
tidak lagi berfungsi digunakan sebagai penampungan pelatihan pemuda
untuk pasukan bela negeri. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia 1945, INS dibangun lagi dengan program pendidikan guru dengan
nama Sekolah Guru Revolusioner (SGRI). Program ini lahir atas dasar
pemikiran bahwa jumlah sekolah akan bertambah banyak dengan cepat.
Karenanya perlu disiapkan guru yang menghayati fungsi dan arti
kemerdekaan. Namun pada Agresi Belanda Kedua tahun 1948, seluruh
kampus INS dibakar habis oleh TNI sebagai taktik bumi hangus agar tidak
sampai dimanfaatkan musuh.
Sesudah perang mempertahankan kemerdekaan maka pada tahun 1952
kampus INS dibangun kembali dengan melaksanakan program pendidikan
guru bantu atas bantuan pemerintah. Programnya dikenal dengan nama SGB
(Sekolah Guru B) istimewa yang mendirikan pendidikan tambahan
pekerjaan tangan. Seluruh siswa (laki-laki dan perempuan) diasramakan.
Akan tetapi pada masa peristiwa PRRI kampus INS hancur lagi oleh bumi
angkat.
63
Selanjutnya pada tanggal 31 Oktober 1967 INS dibangun kembali
oleh Engkoe Muhammad Sjafe’i.berawal dengan bangunan 2 lokal darurat
dan satu pondok untuk bengkel kerajinan tangan. Setelah Engkoe
Muhammad Sjafe’i wafat tahun 1969 kepemimpinan INS dilanjutkan oleh
Engkoe Abdul Hamid, guru yang telah mulai mengajar di INS sejak tahun
1935 dan pernah melanjutkan studi ke Michigan University Amerika Serikat
tahun 1955. Pada masa kepemimpinan Engkoe Abdul Hamid fasilitas
pendidikan berkembang dengan demikian pesat oleh bantuan berbagai
pihak, antara lain Hasjim Ning, Novib dari Belanda dan Bustanul Arifin,
SH.
Pada tanggal 20 Agustus 1991 Engkoe Abdul Hamid meninggal dan
dikebumikan di Jakarta. Jabatan yang diserahkan oleh rapat pengurus badan
wakaf kepada Bapak Bustanul Arifin, SH. dengan perubahan dan
penambahan personalia pengurus yayasan.
Pada saat pimpinan Yayasan Badan Wakaf dipegang oleh Bapak Ir. H.
Azwar Anas, muncullah gagasan untuk melakukan revitalisasi konsep
Engkoe Mohammad Sjafe’i sesuai zaman kekinian dan tuntutan masa depan
yang semakin kompetitif. Tepat tanggal 7 Mei 2007 diapungkanlah Institut
Talenta Indonesia Kayutanam di Kayutanam, Padang Pariaman Sumatera
Barat. Pendidikan INS Kayutanam dilengkapi dengan kurikulum sendiri
(KTSP) yang bernama Kurikulum Berbasis Talenta. Besar harapan Institut
Talenta Indonesia INS Kayutanam pada tahun 2002 akan menjadi
benchmark pendidikan Nasional Indonesia. Munculnya gagasan Institut
64
Talenta Indonesia sebagai revitalisasi konsep Engkoe Mohammad Sjafe’i
sesuai zaman kekinian tidak terlepas dari gagasan Bapak Prof. Dr. Farid
Anfas Moeloek yang ikut bergabung dengan kepengurusan Yayasan Badan
Wakaf periode ini dengan posisi sebagai wakil ketua yayasan.
Pada periode sekarang yang menjadi pengurus Yayasan Badan Wakaf
INS Kayutanam dipimpin oleh Prof. Dr. Fasli Jalal, P.Hd, dengan Drs. H.
Suherman Saleh. Dt. Majo Indo Nan Sati, sebagai Ketua Umum/Pengurus
harian, sedangkan yang diamanahkan untuk mengepalai roda pendidikan
dipercayakan kepada Drs. H. Henrizal ( kepala sekolah).
2. Visi dan Misi
a. Visi
MENJADI RUANG PENDIDIKAN TERBAIK DI INDONESIA
b. Misi
1. Mengembangkan potensi anak didik agar berakhlak mulia.
2. Mendidik dan mengembangkan kecerdasan menyeluruh perserta didik
sehingga mampu berpikir logis, sitematis, kritis dan analitis.
3. Menyalurkan dan mengembangkan potensi peserta didik sesuai
denganbakat dan minatnya.
4. Menumbuhkan dan mengembangkan jiwa entrepreneurship.
3. Kondisi Fisik Sekolah
INS Kayutanam dibangun di atas lahan lebih kurang 18 Ha. Di
komplek kampus ini dibangun sejumlah sarana dan prasarana pendidikan
guna menunjang proses belajar mengajar dengan harapan tujuan pendidikan
65
dapat dicapai semaksimal mungkin. Secara fisik sekolah memiliki fasilitas
pendidikan yang relatif memadai dengan letak yang strategis dan kampus
yang nyaman (jauh dari kebisingan) yang sangat cocok untuk lingkungan
pendidikan. Kampus berada di Jalan Lintas Sumatera dan mudah diakses
dari berbagai pusat kabupaten kota di Sumatera Barat.Seluruh sarana
prasarana yang dibangun dipergunakan semaksimal mungkin bagi
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan terutama dalam mengakomodasi
pendidikan yang sesuai dengan bakat siswa.Upaya meningkatkan jumlah
dan kualitas sarana dan prasarana pun terus dilakukan oleh pihak sekolah
dan yayasan walaupun dengan kemampuan yang terbatas.
Adapun sarana dan prasaran yang dimiliki oleh INS Kayutanam ini adalah:
a. Ruang belajar akademik sebanyak 13 kelas, terdiri dari 9 kelas berukuran
9 m x 8 m dan 4 kelas berukuran 9 m x 7 m.
b. Satu buah ruang majelis guru dengan ukuran 11 m x 10 m.
c. Satu buah bangunan pustaka yang dibangun terpisah dengan gedung
akademik dan berdampingan dengan kantor majelis guru. Bangunan ini
berukuran 15 m x 14 m dengan dilengkapi ruang baca, tempat diskusi
dan sejumlah koleksi buku-buku.
d. Dua buah laboratorium yang terdiri dari labor teknologi informatika
komputer. Labor MIPA berada di sebelah timur dengan bangunan
terpisah berukuran 15 m x 10 m. Labor computer berada di sebelah barat
ruang majelis guru berukuran 20 m x 10 m. Di labor ini tersedia layanan
internet gratis yang dapat diakses siswa, guru dan karyawan.
66
e. Delapan buah ruang keterampilan/workshop. Kedelapan ruang tersebut
adalah sebagai berikut: satu buah ruang keterampilan teknik kayu
berukuran 21 m x 9 m, satu ruang otomotif, satu ruang desain grafis, satu
ruang elektronika, satu ruang seni ukir, satu ruang keramik, satu ruang
kerajinan tangan masing-masing berukuran 16,5 m x 9 m.
f. Tiga ruang sanggar terdiri dari ruang lukis, ruang pencak silat dengan
ukuran masing-masing 16,5m x 9 m dan satu ruang sastra/jurnalistik
berukuran 9 m x 6 m.
g. Satu buah gedung utama berlantai dua. Gedung ini diberi nama gedung
Engkoe Mohammad Sjafe’i. Di gedung ini terdapat kantor pengurus
yayasan, direktur pendidikan dan manajemen. Selain itu di gedung ini
dipusatkan kegiatan administrasi dan tata usaha. Gedung utama ini
dibangun di bahagian selatan kampus agak ke timur berukuran 16 m x 14
m.
h. Satu buah masjid di tengah kampus. Masjid ini merupakan sarana utama
untuk ibadah dan penyelenggaraan pendidikan akhlak mulia. Masjid ini
diberi nama Masjid Moh. Natsir yang baru saja direnovasi. Masjid
berukuran 20 m x 10 m dan mampu menampung 500 jemaah.
i. Satu buah ruang pameran kreativitas siswa dan pusat dokumentasi
sejarah ruang Pendidik INS Kayutanam. Ruang ini berisi karya-karya
terbaik siswa, guru dan alumni. Selain itu di ruangan ini dipajang
dokumentasi sejarah Ruang Pendidik INS Kayutanam. Ruang ini
berukuran 24m x 10m.
67
j. Dua buah ruangan serbaguna dan penyelenggaraan diklat. Satu berada
di depan kampus bersebelahan dengan ruang pameran yang berukuran
sama dengan ruang pameran. Sedangkan satu buah lagi berada di
bahagian kampus tepatnya berdampingan dengan ruang makan dan
asrama siswa. Ruang ini biasa digunakan untuk pelatihan LPJ CPNS dan
kegiatan resmi lainnya. Ruangan berukuran 24 m x 11 m dan dapat
menampung 159 orang undangan.
k. Dua buah ruang makan siswa. Satu ruang makan putra dan ruang makan
putri. Ruang makan putra dapat menampung 150 orang siswa dan ruang
makan putri dapat menampung 75 orang siswi.
l. Lima buah asrama terdiri dari asrama putra dan asrama putri. Dua buah
asrama putara terdiri dari asrama F dan asrama G. Sedangkan asrama
putrid terdiri dari asrama A, dan Asrama B.
m. Satu buah asrama diklat dan atau penyewaan. Asrama ini dapat
menampung 50 orang tamu yang biasanya mengikuti diklat di INS
Kayutanam.
n. Satu buah wisma tamu dan empat kamar ber-AC. Biasanya disewakan
untuk kepentingan diklat dan atau acara lainnya.
o. Perumahan guru terdiri dari tiga rumah pimpinan, satu unit rumah
petak/asrama guru dengan sebelas ruang hunian. Selain itu terdapat 10
rumah guru dan karyawan lainya yang tersebar di seluruh bahagian
kampus. ukuran rumah ini diantara 10m x6m dan 11m x7 m setiap rumah
68
difasilitasi dengan air, listrik dan peralatan lain seperti kasur, dipan,
almari, dan lain-lain.
p. Lapangan olahraga, terdiri dari lapangan volley ball, lapangan takraw,
lapangan basket, lapangan sepak bola, lapangan tenis, lapangan tenis
meja, kolam renang.
q. Satu buah amphi teater. Berupa arena teater terbuka dengan daya
tampung penonton 500 orang selain itu terdapat pula satu buah arena
terbuka bekas tugu Indonesia subur. Arena ini sering dipergunakan oleh
para siswa sebagai tempat latihan seni tari dan atau acara pertunjukan
lainnya.
r. Satu buah kantin, terletak di sebelah kolamikan sebelah barat kampus di
depan rumah dinas pimpinan.
s. Satu buah ruang pembinaan akhlak mulia dan penerimaan tamu orang tua
atau wali siswa. Ruangan ini berada di sebelah Asrama F yang di huni
oleh siswa putra.
t. Dua uni mesin ginset diesel. Satu unit untuk pembangkit listrik
cadangan dan satu lagi untuk mesin air .
u. Empat buah mobil terdir dari satu unit bus sekola, dua unit ini bus kijang
super dan satu unit mobil pick up (kijang komando).
v. Tujuh buah kolam ikan yang di gunakan untuk pembibitan dan
pemeliharaan.
w. Selain itu sekolah ini juga memiliki satu buah mesin bajak, satu buah
fotokopi dan tiga buah mesin potong rumput.
69
4. Gambaran Umum Aktivitas Siswa
INS Kayutanam menerapkan sistem boarding school dan full day
school. Peserta didik ada yang tinggal di asrama dan sebagian ada yang
tinggal dengan orang tua mereka di sekitar lingkungan sekolah. Bagi peserta
didik yang tinggal di asrama memiliki kegiatan yang diatur mulai dari
bangun tidur sampai mereka tidur kembali. Peserta didik yang tinggal di
rumah orang tuanya mengikuti kegiatan semenjak pukul 06.45 WIB sampai
pukul 18.00 WIB.
Untuk kegiatan keseharian peserta didik diatur sedemikian rupa
sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Aktivitas di maksud
merupakan implementasi dari integritas pelaksanaan pendidikan INS secara
terpadu. Kegiatan keseharian peserta didik dapatb dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 1.Gambaran Aktivitas Siswa INS Kayutanam
KEGIATAN KESEHARIAN SISWA
No Waktu Kegiatan Tempat Ket
1 04.30-04.45 Bangun sholat subuh Mesjid
2 05.30-06.00 Senam pagi Lapangan
3 06.00-06.45 Persiapan akademis Asrama
4 06.45-07.00 Makan pagi Ruang makan
5 07.00-07.15 Apel pagi Tempat apel
6 07.15-12.25 Proses akademis Local akademis
7 12.25-12.45 Sholat zuhur Mesjid
8 12.45-1300 Makan siang Ruang makan
9 13.00-13.30 Persiapan apel siang Asrama
70
10 13.30-13.45 Apel siang Tempat apel
11 13.45-15.45 Proses kreatifitas Bengkel/sanggar
12 15.45-18.00 Olah raga/persiapan sholat
magrib
Lapangan olah
raga dan asrama
13 18.00-19.15 Sholat magrib dan ceramah Mesjid
14 19.15-20.00 Makan malam Ruang makan
15 20.00-21.00 Pembelajaran AKM Mesjid
16 21.00-22.00 Belajar mandiri Asrama
17 22.00-04.30 Istirahat/tidur malam Asrama
Kegiatan ini merupakan jadwal keseharian peserta didik kecuali hari
Jum’at dan Minggu. Pada hari Minggu seluruh kegiatan tersruktur
ditiadakan dan biasanya diisi dengan kegiatan kebersihan di asrama ataupun
di sekitar kampus. Sedangkan untuk hari jum’at kegiatan disesuaikan
dengan waktu sholat jum’at, namun kegiatan sanggar dan keterampilan tetap
dilaksanakan sejak pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
5. Struktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi INS Kayutanam disusun sesuai dengan bidang-
bidang dan pembagian tugas yang ada di lingkungan INS Kayutanam.
Stuktur tersebut menggambarkan posisi dan pembagian tugas dalam
melaksanakan pendidikan. Struktur ini mengambarkan Ruang Pendidik INS
Kayutanam sebagai sebuah lembaga yang terdiri dari bagian-bagian yang
memiliki hubungan kerjasama yang jelas dalam rangka mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.
71
Tabel .2 Stuktur Organisasi SMA INS Kayutanam
6. Sistem Pendidikan INS Kayutanam
Sistim pendidikan INS Kayutanam merupakan integrasi tiga bidang
pendidikan yakni hati, otak dan tangan. Sebagai suatu lembaga pendidikan
maka INS Kayutanam memiliki berbagai komponen pendidikan yang terdiri
dari :
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan di INS Kayutanam antara lain adalah agar peserta
didik mampu:
KOMITE KEPSEK DU/DI
Wakil
Sarana/Humas
Koord.
Kewirausahaan
Koord.
Perpustakaan
Bag.Umum
Perlengkapan
Pokja Sarana
Koord.IT
Wakil Kesiswaan
Pembina OSIS
Pembina Asrama
Pokja Kesiswaan
Wakil Kurikulum
Koord.
Ket/Sanggar
Wali Kelas
Koord.
Akademis
KTU
ADM./Keuangan
Karyawan Lapangan
SISWA
72
a. Menumbuhkembangkan budi pekerti dan akhlak mulia (sesuai ajaran
agama, etika dan moral)
b. Menumbuhkembangkan kemerdekaan berfikir (aktif-kreatif) yang
melahirkan kreatifitas.
c. Mengembangan ilmu pengetrahuan dan bakat sebagai rahmat Tuhan
dan potensi diri sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemajuan
zaman.
d. Menanamkan rasa percaya diri, kemandirian dan entrepreneurship.
e. Menumbuhkembangkan etos kerja/unjuk kerja yang tinggi.
Perangkat untuk mencapai tujuan itu tidak lain menjadikan manusi
memiliki otok yang cerdas, mental yang kuat dan budi luhur serta
kemauan dan ketangkasan yang terampil serta etos kerja yang tinggi.
Bangsa yang memiliki etos kerja akan dapat akan dapat menjadi bangsa
yang dinamis, aktif, kreatif dan produktif sebagaimana yang dimiliki oleh
budaya bangsa yang maju. Untuk itu setiap tamatan INS harus memiliki
etos kerja yang tinggi.
b. Program pendidikan
Program pendidikan INS terbagai kepada beberapa bagianatau
bidang yaitu program pendidikan akademis, keterampilan, ekstra
kurikuler, sanggar dan AKM ( kegiatan keagamaan di mesjid). Agar
dapat difahami selanjutnya akan diuraikan satu-persatu sebagai berikut:
1. Program Pendidikan Akademis
73
Program pendidikan akademis menerapkan kurikulum resmi
pendidikan pemerintah yakni KTSP, yang pelaksanaannya di INS
disamakan dengan pendidikan SMA umum lainnya. Kegiatan
akademis diloaksanakan dari pukul 06-45 WIB sampai dengan pukul
12.20 WIB yang biasanya diakiri dengan pelaksanaan sholat zuhur
berjamaah. Untuk tahun ajaran 2012-2013 tercatat hanya 85 orang
peserta didik yang belajar di INS Kayutanam.Jumlah tersebut terdiri
dari 6 rombongan belajar (rombel). Kelas X (istilah INS RD IV)
terdiri dari 2 rombel, kelas XI (RD V) terdiri dari 2 rombel dan kelas
XII (RD VI) terdiri dari 2 rombel.
2. Program Keterampilan (Kreatifitas)
Program keterampilan di INS Kayutanam terdiri dari 3 bagian
yakni keterampilan di bengkel, pendidikan sanggar dan kegiatan olah
raga. Dari delapan bengkel saat ini yang aktif untuk kegiatan
pendidikan hanya tiga bengkel, yakni bengkel las, elektro dan
anyaman.
3. Pendidikan Sanggar
Dalam pendidkan sanggar yang berjalan di INS Kayutanam saat
sekarang ini terdiri dari sanggar tari, sanggar musik, sanggar sastra,
sanggar teater, jurnalistik dan pencak silat, serta musikalisasi puisi.
Kegiatan pembelajaran keterampilan dan sanggar dilaksanakan
selama lima hari yaitu dari hari senin sampai hari jum’at. Kegiatan
dimulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
74
Dalam pendidikan INS Kayutanam, pendidkan keterampilan dan
sanggar adalah merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pada sekolah kejuruan umum pendidikan bertujuan/wawasan produk,
sementara di INS keterampilan adalah keterampilan proses. Sebagai
alat pendidikan maka proses yang dialami peserta didik dalam
melaksanakan pembelavjaran yang diutamakan.
4. Program Kerohanian
Program pendidikan kerohanian/akhlak mulia di INS
Kayutanam mencakup pendidikan agama, etika/moral, olah rasa dan
estetika, kehidupan asrama, ibadah rutin di mesjid, kepedulian dan
pengabdian masyarakat. Pelaksanaanya selain pendidikan agama,
etika, olah rasa dan estetika dilakukan juga dalam bentuk pelatihan,
bakti kampus dan pemberian materi khusus seperti mengaji Al-
Qur’an, akhlak, hafalan zikir dan do’a, penyelenggaraan jenazah,
latihan kepemimpinan islam, pengabdian langsung ke masyarakat,
kepemimpinan di asrama, solidaritas dan kepekaan sosial, menghargai
beda pendapat, bersikap sabar, syukur, ikhlas, beretos kerja, optimis
dan nilai-nilai universal lainnya.
c. Kurikulum
Kurikulum INS Kayutanam merupakan gabuangan dan integritas
pendidikan hati, otak dan tangan. Dalam pelaksanaan pendidikan maka
kurikulum yang diterapkan di INS Kayutanam adalah merupakan
gabungan antara pendidikan umum dan kejuruan dengan takaran
75
proporsional, namun dalam pelaksanaannya di sesuaikan dengan kondisi
sekolah pada saat itu. Engku Muhammad Sjafe’i dalam melaksankan
proses pembelajaran sangat memberatkan supaya anak didik selalu
menjadi subjek pendidikan. Dalam hal tersebut peserta didik harus dibuat
aktif dan guru berfungsi sebagai pendorong dan fasilitator, yang dalam
istilah dikenal dengan ungkapan student centred bukan teacher centred.
Berikut adalah merupakan kurikulum dan sasaran pendidkan INS
Kayutanam.
Tabel 3. Kurikulum dan sasaran pendiikan INS Kayutanam
No Kurikulum Materi Kurikulum Sasaran Pendidikan
1
Akademik
Ilmu pasti/alam
Ilmu Pengetahuan
Sosial
Budaya dan Bahasa
Moral/Pancasila
Berfikir
logis,sistematis,diale
ktis
Menguatkan ingatan,
meluaskan wawasan
Melahirkan
komunikasi, etika
dan meluaskan
wawasan
Menanam kesadaran
dan kepedulian
2 Kerohanian Agama/Etika
Seni
Olah Raga
Takwa dan berakhlak
khalifah tuhan di
bumi, berwatak dan
toleran pada beda
pendapat
Aktif kreatif dan
estetis. Bersikap
komonikasi, toleran
pada beda pendapat
Jasmani sehat dan
kuat, berani dan
percaya diri. Tabah
dan Ulet. Berdisiplin
dan kooperatif.
Kompetitif dan
76
sportif
3 Keterampilan/
Kreativitas
Aneka teknik, keramik,
ukir, kerajinan tangan
dan desain grafis
Membangun etos
kerja, rajin, terampil,
hemat, cerdas dan
produktif. Berwatak
pengusaha dan
percaya diri
d. Guru/Pendidik
Dalam pemahaman INS, yang dimaksud dengan guru/pendidik
adalah semua yang melakukan proses pembelajaran pembinaan dan
pelatihan kepada peserta didik yang sedang menempa diri belajar di INS
Kayutanam. Pendidik yang dimaksudkan terdiri dari guru-guru
akademik, Pembina asrama dean guru bidang lainnya (sanggar,
keterampilan, ekskul, olah raga dan unit-unit kegiatan lainnya).
Guru yang diharapkan untuk mengajar di INS harus memahami konsep
pendidkan INS sendiri, karena merekalah yang akan mendidik anak-anak INS
untuk dapat mencapai sasaran pendidikan yang telah digariskan oleh
pendirinya. Dalam pelaksanaan pendidikan, INS memiliki empat kelompok
guru sesuai dengan masing-masing bidang yang ada. Guru akademik adalah
guru yang mengajar sesuai dengan pendidikan SMA dengan kurikulum
Nasional. Guru keterampilan adalah guru yang mengajar di bengkel dan
sanggar kegiatan. Pembina Asrama dan guru kegiatan AKM terdiri dari guru
yang berlatar belakang agama, dan terdapat juga guru yang berlatar belakang
seni dan olah raga.
77
Dalam lampiran berikut disajikan daftar nama guru, pembina dan
karyawan INS Kayutanam tahun ajaran 2012-2013 (kondisi bulan September
2013).
Lampiran 1.Daftar nama guru INS Kayutanam
NO NAMA BIDANG STUDI TEMPAT,TGL,LAHIR PENDIDIKAN
FORMAL
Guru Tetap Yayasan
1 Agusman,A.Md Kewarganegaraan Kep. Ilalang 29 Agustus 1962 DIII. A.III IKIP
PMP 1987
2 Dra.Yulismar Bahasa Indonesia
PadangPariaman
10 Mei 1966 S1/A.IV FKIP UBH
Bhs dan Sastra 1992
3 Drs.Yasrizal Ibadah, Otomotif Kuran-Kuran 26 Nov 1963
S1 IAIN Bandung
Dakwah 1990/A IV
PAI 2009.
4 Dra.Jusmaini Sejarah Lubuk Alung 7 Maret 1967
S1 A.IV STKIP
Sejarah 1991
5 Erlina
Ernawati,S.Pd Bahasa Indonesia Padang 1 Juli 1959
S1 A.IV STKIP Bhs
Indonesia 1994
6 Arif Yanti,S.Pd Kimia Pariaman 4 April 1978 S1 A.IV UNP
Kimia 2004
7 Ilhamsyah,S.Pd TIK Talu 26 Agustus 1980 S1 A.IV UNP
Elektro 2005
8 Dalfina,S.Pd Kriya Padang Bukik 10 Februari 1973 S1 A.IV UNP Seni
Rupa 1999
9 Yusra Dewi,S.Pd Disain, Lukis Padang 3 April 1975 S1 A.IV UNP Seni
Rupa 2003
10 Ummul
Kher,S.PdI Agama Pariaman 27 Mei 1979
S1 IAIN Imam B
Padang 2006
11 Drs.Z.Bachtiar
Said Silat Pariaman 5 Februari 1950
S1 Pend.Bhs & Seni
UBH Padang 1986
12 Muharni,S.Pd Ekonomi Padang 14 Oktober 1984 S1 A.IV Ekonomi
UNP 2008
Guru Honor
1 Giva Novita,S.HI Bahasa Arab Kayutanam 18 Agustus 1983 S1/IAIN Imam
Bonjol Padang 2005
2 Yefrizal Teknik Kayu Bukittinggi 17 November 1968 SMSR Padang
3 Zulhayadi,S.Hum Bahasa Jepang Jambi 23 September 1981 S1/A.IV.Bhs.Jepang
78
UBH Padang 2009
4 Zulfiandri,S.Pd Olah Raga Sicincin 4 Juni 1984 S1.A.IV Penjaskes
UNP 2010
5 Fatria Ulfah,S.Pd Bahasa Inggris Pakandangan 15 Mai 1986 S1 Pend.Bhs.Inggris
UNP 2009
6 Fira Harmi,S.Pd Geografi Sicincin 13 April 1986 S1 A.IV Geografi
UNP 2009
7 Darvis Maizi,
S.Pd Musik Kayutanam 16 Januari 1969
S1 A.IV
Pend.Sendratasik
UNP 1998
8 Reni Fatma
Yunita,S.Pd Fisika Lubuk Alung 7 Juni 1986
S1.Pend.Fisika
UNP 2010
9 Oktris
Iriyanto,S.Pd Elektronika Bandung 20 Oktober 1984
S1.A.IV Pend.TIK
UNP 2012
10 Dra.Susilawati Matematika Padang
Pariaman 12 Desember 1966
S1 A.IV
Pend.Matematika
1992
11 Gusti Fitra Bodi Keramik Padang 22 Agustus 1985 SMAN 1 Sicincin
2003
12 Rosnita,S.Pd Sosiologi Kinali 18 Mei 1987
S1A.IV
Pend.Sosiologi
UNP 2011
13 Noni Selvia,S.Pd Matematika Rangkas
Bitung 29 Desember 1988
S1 A.IV
Pend.Matematika
UNP 2011
14 Yessy Mawar Bahasa Inggris Titian Panjang 13 Agustus 1982 Mahasiswa STKIP
Lbk Alung
15 Yusnimar,S.Pd Ekonomi Padang
Panjang 8 Mei 1961
IKIP Padang
Ketrampilan Jasa
1984
16 Dra.Watniati Kewarganegaraan Sicincin 29 Juli 1969
STKIP Dharma
Bakti Lb.Alung
1992
17 Dra.Afrita
Wahyuni Sejarah Padang 16 April 1966
IKIP Padang Pend.
Sejarah 1989
18 Masril,S.Pd Seni Ukir Pandai Sikek 8 Januari 1972
IKIP Padang
Pend.Seni Rupa
1998
Guru PNS
1 Drs. H. Hendrizal Sosiologi Lintau 10 Februari 1963 S1/A.IV Geografi
IKIP Padang 1988
2
Nilawati,A.Md Matematika Padang 13 Desember 1968
D III/A.III STKIP
PGRI Matematika
1993
3 Drs.Rusman Can Teknik Las Nanggalo 1 Januari 1960 SI/A.IV IKIP
79
Padang PT.Mesin
1986
4 Rismawati,S.Pd Biologi Kp.Guci 11 Agustus 1971
SI/A.IV IKIP
Padang Biologi
1999
5 Tasrif,S.Pd Fisika Sibolga 27 Nov 1970 SI/A.IV IKIP Fisika
1995
6 Drs.Ali Munir Kimia Sicincin
Pd.Prm 18 Juli 1967
SI/A.IV IKIP
Padang Kimia 1990
7 M.Nasir,S.Pd Biologi Salisikan 6 Mai 1976 SI/A.IV UNP
Biologi 2002
Karyawan Tetap
1 Muslim Arbi Kebersihan
Lapangan Kayutanam 1 Januari 1949 SMA RP INS 1972
2 Yuniarti Ka.TU Kayutanam 26 Juni 1969 SMEA Akuntansi
Pdg Panjang 1989
3 Farida Adm.Kesiswaan Kepala
Hilalang 25 Mai 1968 SMKI Padang 1989
4 Bustami Perlengkapan Palangki 21 Agustus 1977 SMA RP INS 1996
5 Jaruni Kebersihan
Lapangan Kayutanam Maret 1949 SD
6 Heriyanto Satpam Pariaman 22 Nov 1968 SMA 1987
7 Ajun Marlis Bgn.Listrik & Air Kayutanam 1977 SA
8 Jufri Satpam Kayutanam 28 Februari 1971 SMA INS 1991
9 Idris Kebersihan
Lapangan Kayutanam 4 Maret 1967 SD
10 Nono Putra Satpam Tarok 30 September 1978 STM 1997
11 Aprizal Kebersihan
Lapangan Padang Panjang 20 Juni 1980 SD
12 Rina
Monalisa,A.Md
Adm.Surat
Menyurat Padang 29 Mei 1976
D III Politeknik
UNAND Padang
1998
13 Delfida Adm.Kesiswaan Koto Baru 16 September 1984 SMA 2003
14 Epi Bahari Bendahara Kurai Taji 4 Mai 1987 SMK Pariaman
2005
15 Fia Suswati,S.Sn Teater Paninjauan 19 September 1980 S1 Seni Teater STSI
Pdg Panjang 2007
16 Yusmerita
Nora,S.SosI BK Padang Panjang 8 April 1986
S1 Bim.Peny.Islam
IAIN Im.Bonjol
2009
17 Afifah Asra,S.Pd Pembina Putri Padang Luar 31 Oktober 1988
S1 Ekonomi
Akuntansi UNP
2011
80
e. Siswa
Siswa yang belajar di INS Kayutanam terdiri dari siswa laki-laki
dan siswa perempuan. Jumlah siswa yang terdaftar (kondisi sptember
2013) adalah 91 orang. Terdiri dari 44 orang siswa laki-laki dan 47 orang
siswa perempuan. Para siswa sebagian besar tinggal di asrama dan
sebanyak 7 orang tinggal di rumah orangnya di sekitar INS kayutanam.
Data peserta didik yang belajar di INS Kayutanam, dapat dilihat
dari lampiran 2 di bawah ini :
Lampiran 2. Data Jumlah peserta didik per tahun
di INS Kayutanam
No Tahun
Pelajaran
Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
R L P J R L P J R L P J R L P J
1 2002-
2003
3 3
4
5
1
85 - - - - - - - - 3 34 51 85
2 2003-
2004
2 2
2
1
6
38 2 2
1
4
3
64 - - - - 4 43 59 10
2
3 2004-
2005
1 1
7
9 26 2 1
6
1
9
35 2 2
0
4
3
63 6 53 71 12
4
4 2005-
2006
2 2
3
2
0
43 2 1
6
1
0
26 2 1
5
1
5
30 6 54 45 99
5 2006- 2 2 1 38 2 1 1 37 2 1 1 25 6 54 46 10
18 Masril Syah,
S.SosI Pembina Putra Kepala Hilalang 7 Mai 1964
S1 Bhs Arab
STAIN Bt.Sangkar
2002
Karyawan Honor
1 Desmarni Kebersihan
Gedung Padang 22 Desember 1981 SMP
2 Pujiono Kebersihan
Lapangan Kayutanam 19 Juli 1984 SD
3 Roza Kebersihan
Gedung Palabihan 5 September 1990 SD
4 Loven Ritos Lapangan Painan 20 November 1973 SMA
5 Sumara (Omay) Lapangan Bandung 14 Maret 1972 SMP
81
2007 1 7 8 9 5 0 0
6 2007-
2008
6 6
0
8
9
14
9
2 1
7
1
4
31 2 1
4
1
8
32 1
0
91 12
1
21
2
7 2008-
2009
3 4
6
4
6
92 5 5
3
8
8
14
1
2 1
7
1
4
31 1
0
11
5
14
8
26
3
8 2009-
2010
2 2
8
3
1
59 3 2
2
3
8
60 5 4
1
8
4
12
5
1
0
91 15
3
24
4
9 2010-
2011
4 4
1
4
8
89 2 2
1
2
6
47 3 2
0
3
7
57 9 82 11
1
19
3
10 2011-
2012
2 1
7
2
6
43 4 3
9
4
8
87 2 2
1
2
5
46 8 77 99 17
6
11 2012-
2013
2 1
6
1
3
29 2 1
5
2
1
36 4 3
7
4
8
85 8 68 82 15
0
Jumlah siswa yang menamatkan studinya di INS Kayutanam dapat
dilihat dari lampiran 3 berikut ini.
Lampiran 3. Kondisi Tamatan Per Program Studi
No Tahun
Pelajaran
IPA IPS JUMLAH %
P L R P L R P L R
1 2002-2003 - - - - - - - - - -
2 2003-2004 - - - - - - - - - -
3 2004-2005 21 20 6,35 42 34 5,89 63 54 6,12 98.41
4 2005-2006 15 15 7,29 15 11 6,29 30 26 6,79 96,67
5 2006-2007 12 12 7,92 11 11 6,68 23 23 7,30 100
6 2007-2008 17 17 7,57 15 14 6,49 32 31 7,03 93,75
7 2008-2009 12 12 7,35 19 16 6,19 31 28 6,77 90,32
8 2009-2010 59 59 7,50 66 63 7,05 125 122 7,28 100
9 2010-2011 18 18 6,74 39 39 6,60 57 57 6,67 100
10 2011-2012 20 20 7,45 26 26 6,49 46 46 6,97 100
11 2012-2013 44 44 6,67 41 41 6,71 85 85 6,69 100
Keterangan :
P = Peserta
L = Lulus
R = Rata-Rata Nem
Ada sejumlah kemampuan dan sikap yang harus didapatkan oleh
setiap peserta didik yang menempa diri di INS Kayutanam menuntut
82
ilmu. Ujud yang dimaksudkan adalah, “Engkau jadilah engkau, jangan
minta buah mangga ke pohon rambutan, tapi jadikanlah setiap pohon
berbuah manis“. Dalam pembentukan karakter dan kreatifitas, maka
setiap peserta didik INS diharapkan untuk tidak mudah mengatakan tidak
tahu, tidak ada, tidak bisa dalam menghadapi setiap masalah dan kendala
yang dihadapi dalam kehidupannya.
f. Asrama
Bagi peserta didik yang tinggal di asrama, maka asrama memiliki
peran penting dalam pembentukan karakter atau sikap dalam menghadapi
kehidupan. Melalui pendidikan asrama, peserta didik akan terbiasa untuk
mengurus diri sendiri, mengatasi kesulitan, suka bekerja yang kemudian
hari berguna sekali dalam menempuh hidup di tengah masyarakat. Di
asrama anak diajarkan pula untuk bagaimana hidup toleransi, menghargai
perbedaan pendapat, sikap peka sosial, bekerja sama.
B. Temuan Khusus Penelitian
Mengacu pada upaya mencari jawaban atas pertanyaan penelitian seperti
yang dikemukan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan:
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi pendidikan oleh Kepala Sekolah di
SMA INS Kayutanam.
Pelaksanaan supervisi sangat dipengaruhi oleh kemampuan Kepala
Sekolah/Supervisor untuk merealisasikannya. Pengawasan dalam
melaksanakan pendidikan merupakan pengawasan yang khas, dan hanya
berlaku pada lembaga pendidikan yang dikepalainya saja. Oleh sebab itu,
83
Supervisor sangat dituntut untuk menguasai, memahami dan menghayati
tujuan, cita-cita dan sistem pendidikan tempatnya bertugas.
Pelaksanaan teknis supervisi harus sesuai dengan mekanisme evaluasi
dan tindak lanjut, menyiapkan instrument, serta kebijakan tertentu mengenai
petunjuk pelaksanaan pendidikan. Teknis pelaksanaan supervisi tersebut
harus dilaksanakan secara berkesinambungan, dilaksanakan pada awal dan
akhir semester untuk medapatkan perbandingan, keterampilan dalam
menggunakan instrument, bukan untuk menggurui tetapi untuk
memecahkan masalah, mencakup teknis administrasi, supervisor mampu
menguasai materi yang disupervisi, membawa instrument-instrument, kartu
masalah, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan supervisi terdapat satu tahapan inti, yaitu
pengamatan yang harus dilakukan terhadap guru. Pengamatan tersebut
meliputi; bagaimana seorang guru memulai tugasnya, bagaimana kegiatan
apresiasi yang memancing pengetahuan peserta didik yang akan
dimanfaatkan untuk memahami bahan ajar yang baru, dan bagaimana guru
memberikan respon terhadap peserta didik dalam membangun inisiatif
peserta didik, bagaimana guru memberi tahu atau mengajukan pertanyaan
yang menyebabkan peserta didik berfikir, serta seberapa jauh guru
menerapkan teknik bertanya yang mendorong peserta didik untuk berfikir
mencari jalan penyelesaian masalah. Pada akhir kegiatan supervisor harus
mendiskusikan hasil supervisi dengan guru yang disupervisi. Dalam
kesempatan ini guru dapat menyampaikan pendapatnya mengenai
84
pelaksanaan pembelajaran. Apabila terjadi masalah, supervisor mesti
membantu guru dalam mengatasi kesulitan, sekaligus memberikan tugas
berkaitan dengan upaya memperbaiki kekurangan yang dialami pada waktu
mengajar. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi.
Dari pernyataan di atas, peneliti akan menyajikan hasil temuan dalam
penelitian yang berkaitan dengan strategi pelaksanaan supervisi pendidikan
di INS Kayutanam.
Pada hari Rabu tanggal 18 September 2013, sekitar pukul 10.30 WIB.
Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah INS Kayutanam,
Bapak “ER”. Pertemuan berlangsung di Mess Kepala Sekolah yang
berlokasi tidak jauh dari lokal belajar akademis. Dalam wawancara tersebut,
Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan mengenai strategi pelaksanaan
supervisi di INS Kayutanam. Dari pertanyaan yang Peneliti ajukan, nara
sumber memberikan jawaban:
"Untuk supervisi pendidikan belum pernah dilaksanakan.
Akan tetapi program untuk melaksanakannya sudah
dipersiapkan dan akan dilaksanakan pada bulan November
2013 yang akan datang. Ahamdulillah program untuk itu
telah kita siapkan."
Dari paparan Kepala Sekolah tersebut, tergambar bahwa strategi yang
kongkrit belum ada dan belum terlaksana. Hanya baru sebatas program yang
dipersiapkan. Untuk menguatkan kesimpulan, Peneliti juga melakukan
wawancara dengan beberapa guru INS Kayutanam. Berikut adalah hasil
wawancara yang Peneliti dapatkan:
85
Pada hari Rabu, 11 September 2013 sekitar jam 10.30 WIB, Peneliti
menemui salah seorang guru senior dengan inisial “J“, di kantor majelis
guru. Nara sumber adalah guru bidang studi sejarah. Pada wawancara ini,
peneliti mengajukan beberapa pertanyan menyangkut strategi pelaksanaan
supervisi pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, sekaitan dengan
mata pelajaran yang diembannya. Dari pertanyaan yang diajukan, nara
sumber memberikan jawaban sebagai berikut:
"Menurut informasi dari Kepala Sekolah, supervisi akan
dilaksanakan oleh kepala sekolah, yang dalam rencananya
dimulai pada tanggal 9 September 2013. Sekaitan dengan hal
tersebut, pengawas dari dinas Pendidikan Kabupaten Padang
Pariaman datang dan memberikan tugas agar guru
menyiapkan perangkat pembelajaran: Prota, prosem, silabus,
rpp, kalender pendidikan, jadwal tatap muka, agenda harian,
daftar nilai, kkm, dan absensi siswa….."
Selanjutnya, Peneliti melakukan wawancara dengan Wakil Kepala
Sekolah bidang Kurikulum. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal
11 september 2013, sekitar pukul 12.00 WIB, di kantor sekolah. Sambil
istirahat, Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan sekaitan dengan program
kerja beliau sebagai Wakil bidang Kurikulum yang berkaitan dengan
pelaksanaan supervisi. Dari wawancara yang dilakukan, nara sumber
memberi jawaban sebagai berikut:
"Jadwal sedang disiapkan. Secara konsep eksplorasi,
elaborasi, konfirmasi (strategi rencana). Komponen ide
pembelajaran untuk supervisi adalah sebagai berikut:
1. Prota, 2.Prosem, 3.Silabus ,3.RPP, 4.Kalender pendidikan,
5. Jadwal tatap muka, 6.Agenda, 7.Daftar nilai, 8.KKM,
9.Absensi siswa. Sedangkan untuk supervisi yang harus
dipersiapkan adalah perangkat pembelajaran, mengajar
sesuai dengan proses dan kesesuaian antara pelaksanaan
dengan program semester. Solusi Kepala Sekolah,
86
pembelajaran 6 jam menjadi 7 jam kelas 12 mulai dari
semester 1 intensif siang persiapan untuk UN dan masuk
perguruan tinggi hal tersebut dilakukan agar target banyak
siswa yang masuk perguruan tinggi dan meningkatkan nilai
beberapa digit."
Beberapa hari berikutnya, Peneliti juga melakukan wawancara dengan
guru sastra, yang berinisial “E”, pada hari Senin tanggal 17 September 2013
sekitar pukul 20.00 WIB. Peneliti melakukan wawancara dengan nara
sumber di kediamannya, di asrama guru INS Kayutanam. Dalam wawancara
tersebut, Peneliti mengajukan pertanyaan sekaitan dengan strategi yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam melakukan supervisi terhadap
pembelajaran sastra, demi tercapainya sasaran pendidikan sastra yang
diberikan di INS Kayutanam. Dari pertanyaan yang diajukan, nara sumber
memberikan tanggapannya sebagai berikut:
“Sebagai seorang guru yang hampir 17 tahun menjadi guru di
INS, saya melihat program yang dijalankan saat ini di INS
Kayutanam hanyalah seperti sekolah umum atau SMA biasa.
Sementara INS Kayutanam yang merupakan gabungan dari 3
bentuk pendidikan akademis, keterampilan dan kerohanian tidak
berjalan dengan semestinya. Sementara program dan strategi
yang disiapkan oleh Kepala Sekolah hanya untuk sekolah
umum, dan itupun belum pernah dilaksanakan. Baru hanya
sekedar wacana dan program. Selanjutnya bagi seorang
supervisor/Kepala Sekolah harus memahami pendidikan INS
Kayutanam secara utuh sehingga dalam melaksanakan supervisi
dia akan mampu menghantarkan para guru INS Kayutanam
kepada cita-cita atau tujuan pendidikan engkoe Muhammad
Sjafe’i yang merupakan salah satu tujuan dari dilaksanakannya
suatu supervisi tersebut.”
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa nara sumber tentang
pelaksanaan supervisi di INS Kayutanam, dapat disimpulkan bahwa Kepala
87
Sekolah belum melaksanakan tugasnya sebagai seorang supervisor dalam
mensupervisi guru-guru INS Kayutanam.
2. Faktor-faktor penghambat dan pendukung
a. Faktor Penghambat
Berikut ini akan dikemukakan beberapa foktor penghambat dalam
pelaksanaan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah di INS Kayutanam.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Keterbatasan Kepala Sekolah sebagai Supervisor
INS Kayutanam merupakan sekolah yang menggabungkan
pendidikan umum dan kejuruan. Saat ini terdapat empat bidang
pendidikan yang dijalani sekaligus. Semua bidang memiliki nilai yang
sama pentingnya dan sama bobotnya. Bidang-bidang pendidikan yang
dijalani di INS Kayutanam merupakan strategi yang diterapkan untuk
membina peserta didik dalam mencapai sasaran pendidikan. Berdasarkan
bentuk pendidikan INS Kayutanam itu, secara otomatis mengharuskan
Kepala Sekolahnya memiliki pemahaman yang mendalam tentang
konsep dan tujuan pendidikan yang telah digariskan oleh pendiri sekolah
tersebut.
Dari pernyataan Engku Moh. Sjafe’i dalam kutipan berikut ini,
“Sesungguhnya apa yang diberikan kepada peserta didik di INS
Kayutanam, adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
sebenarnya”, dapat dipahami bahwa tidak mudah untuk melaksanakan
pendidikan di sekolah ini. Seorang Supervisor di INS Kayutanam harus
88
benar-benar mamahami, menghayati dan mampu mengaplikasikan
pendidikan yang sesuai dengan sistem yang ditetapkan. Apabila
Supervisor baru memahami satu bidang pendidikan saja, dapat dikatakan
bahwa dia belum pantas menjadi Supervisor/Kepala Sekolah di INS
Kayutanam.
Saat penelitian ini dilaksanakan, Kepala Sekolah yang bertugas di
INS Kayutanam adalah guru pindahan dari sekolah umum. Yaitu, SMAN
10 Padang. Walaupun lebih kurang sudah satu semester mengepalai
SMA INS Kayutanam, namun untuk menerapkan sistem pendidikan yang
digariskan Engku Moh. Sjafe’i masih perlu banyak pengalaman. Hal
tersebut terlihat sekali dari hasil wawacara yang Peneliti lakukan dengan
beliau pada tanggal 18 September 2013. Peneliti menanyakan mengenai
program supervisi yang telah disiapkan untuk bidang pendidikan selain
akademik, dan bagaimana strategi yang disiapkan untuk itu. Dari
pertanyaan tersebut, bapak “ER” memberikan jawaban sebagai berikut:
“Saya mengapa tidak menggunakan istilah supervisi untuk
bidang keterampilan, kerohanian dan kesiswaan, karena kalau
kita bicara dengan supervisi kan kita bicara tentang sesuatu
yang akademik, sementara saya masuk ke worshop ke akhlak
mulia kan saya, ketika saya lama-lama duduk dan melihat
bapak kan sebenarnya saya sudah melakukan itu, tetapi saya
kan tidak berani mengatakan itu supervisi karena saya tidak
menggunakan alur-alur seperti itu. Apa saya lihat pak dimana
presepsinya tadi bapak kok bagaimana mengeksplornya pak
karena elaborasinya kan, kan tidak bisa kenapa? karena
memang betul kata bapak perlu kajian kalau untuk yang ini
pendekatannya apa? Mungkin supervisi-supervisinya.
Mungkin karena saya tidak punya itu tapi saya ujungnya
beginikan saya ingin guru-guru ini punya target ketika
supervisi itu punya target, makanya saya lihat saja misalnya
saya pergi ke kaligrafi apo yang ditarget? Akatanya anak-
89
anak bisa melukis.Tetapi kalau digunakan kaedah supervisi
saya katan jujur enggak. Tapi saya mengatakan kaedah ini,
mengapa saya mengatakan monitoring? Bukan saya
menganak tirikan, tetapi saya memang belum mempunyai
format yang bagus untuk supervisi yang diluar yang khusus
ini. Karna pendidikan engku sjafei ini kan konferhensif dan
kusus. Tidak bisa gegabah ditangan saya kita mengatakan ini
loh supervisi di worshop tadi. Makanya saya katakan untuk
berbicara supervisi tentu harus format yang terukur, dan
format ini harus di legalitas harus di falidasi oleh orang yang
kompeten seperti wali bank tadi. Ya misalnya untuk format di
worshop mungkin tidak sama dengan formatnya yang di
akademis kan. Siapa yang memfalidasi itu? Itu seseorang
yang wali tadi, jadi ketika saya masuk bapak, “pak salah
presepsi ambo, ambo mengajar otomotif alo yang ka di
supervisi pertanian, mungkin paling banyak praktek” kan dak
bisa ambo nantik. Kalau ambo gunokan kaedah supervisi
yang ada yang kita punya di indonesia ini kan supervisi
akademis.”
Dari ungkapan Kepala Sekolah INS Kayutanam di atas, nampak
bahwa yang direncanakan baru sebatas melaksanakan supervisi
akademik (yang dalam istilah pendidikan INS, akademis). Sementara
untuk bidang pendidikan yang lain seperti Keterampilan, Kerohanian
dan pendidikan Asrama belum mampu beliau lakukan.
Mengingat apa yang dikatakan beliau tentang melakukan
pemantauan terhadap bidang-bidang pendidikan selain akademik,
menurut hemat Peneliti itu telah termasuk kepada sebahagian
supervisi. Namun untuk melakukan supervisi yang menyeluruh bagi
pendidikan INS Kayutanam, mesti dibuatkan kriteria khusus. Hal ini
sangat dibutuhkan oleh guru-guru INS Kayutanam, untuk
membantunya mencapai tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, Kepala
Sekolah INS Kayutanam harus bisa melaksanakan supervisi di seluruh
90
bidang pendidikan, untuk keberhasilan pendidikan di sekolah yang
dipimpinnya.
Merujuk kepada prinsip supervisi yang bertujuan untuk
membantu guru/pendidik dalam membimbing peserta didik mencapai
tujuan pendidikan dengan baik dan maksimal, maka tidak ada
sebenarnya alasan bagi seorang supervisor untuk tidak melakukan
supervisi di sekolah yang dipimpinnya. Begitu juga halnya dengan
sekolah INS Kayutanam. Tidak ada alasan bagi seorang Kepala
Sekolah untuk tidak mampu melakukan supervisi di seluruh bidang
pendidikan.
Dari ungkapan kepala sekolah INS Kayutanam dalam
wawancara dengan Peneliti, mengatakan bahwa untuk bidang
pendidikan lainnya di INS Kayutanam belum ada format baku.
Sehingga supervisi untuk bidang keterampilan, kerohanian dan
kesiswaan (asrama) belum dapat dilaksanakan. Sebaliknya, bila
merujuk kepada konsep pendidikan INS yang telah tuliskan oleh
Engku Moh. Sjafe’i dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar
Pendidikan”, serta buku-buku referensi dan panduan program-
program pendidikan ke-INS-an lainnya, sangat memungkinkan bagi
seorang kepala sekolah untuk merencanakan, serta melaksanakan
supervisi di bidang-bidang tersebut. Tinggal pemahaman terhadap
konsep pendidikan INS dan kemampuan pribadi Supervisor untuk
91
menyusun strategi yang tepat untuk melakukan supervisi seluruh
bidang pendidikan di INS Kayutanam.
Pendapat di atas diperkuat dengan ungkapan bapak (T), mantan
Kepala Sekolah INS Kayutanam. Bahwa pimpinan/Kepala Sekolah di
INS Kayutanam harus benar-benar memahami konsep pendidikan INS
itu sendiri. Lebih jelasnya nara sumber mengemukakan sebagai
berikut :
“Pendidikan INS menurut kami sesuai dengan
sunnatullah, karena dia bukan memberikan pendidikan
untuk otak saja tetapi juga hati dan otot/tangan. Sementara
faktor pendukung dan kendala dalam melakukan supervisi
adalah :
- Sejauh mana penguasaan guru/Kepala sekolah sebagai
supervisor terhadap konsep pendidikan INS.
- Tidak adanya keinginan untuk melakukan perubahan
diri dan tetap mempertahan kebiasaan lama, yang
menghambat dalam memahami INS.
- Setiap manusia memiliki bakat bawaan yang dapat di
kembangkan sepanjang ada kemauan”.
Dari paparan tersebut, tampak bahwa pemahaman terhadap
konsep pendidikan INS, merupakan syarat utama bagi Kepala Sekolah
INS Kayutanam untuk melakukan supervisi di seluruh bidang
pendidikan yang ada.
2. Kesiapan guru
Guru merupakan ujung tombak dari satu lembaga pendidikan
yang akan menggerakkan para peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan oleh Negara atau pun lembaga. Peran
seorang guru akan menentukan keberhasilan suatu lembaga
pendidikan mencapai sasaran yang telah digariskan oleh pemerintah
92
dan lembaga pendidikan itu sendiri. Begitu juga bagi para guru yang
mengajar di INS Kayutanam, yang tidak hanya menjalankan program
pemerintah saja. Tetapi juga mewujudkan misi lembaga.
Guru INS Kayutanam sangat dituntut memiliki pemahaman
yang mendalam terhadap konsep pendidikan Engku Moh. Sjafe’i. Bila
guru INS tidak memahaminya, maka dia tidak akan dapat
menghantarkan peserta didiknya kepada tujuan pendidikan yang
sebenarnya. Engku Moh. Sjafe’i mengkatagorikan guru dalam dua
bagian. Pertama, guru yang memahami tugasnya sebagai seorang
pendidik yang tidak hanya pada saat mengajar saja. Tetapi setelah itu
pun dia tetap bertanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan
peserta didiknya. Kedua, guru yang memiliki mental tukang catut
yang hanya bertanggung jawab terhadap peserta didik pada saat
mengajar saja. Setelah pulang, tidak ada lagi tanggung jawabnya
terhadap anak didik. Guru dengan mental seperti di kategori yang
kedua ini, menurut Engku Sjafe’i tidak cocok untuk mengajar di INS
Kayutanam. Bukan karena tidak memiliki kemampuan, tetapi
mentalitas yang dimilikinya akan merusak pendidikan anak bangsa.
Dari kriteria guru yang telah dipaparkan oleh Engku Moh.
Sjafe’i, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi sangat
dibutuhkan oleh guru-guru INS dalam mencapai tujuan pendidikan.
Keberagaman pengalaman dan lama tahun mengajar seorang guru di
INS Kayutanam, sangat mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap
93
konsep dan tujuan pendidikan INS Kayutanam. Karena itu,
pengawasan dan bimbingan dalam supervisi perlu dilakukan oleh
supervisor agar guru tidak keluar dari konsep pendidikan.
3. Kesiapan Pendanaan
Kesiapan pendanaan mempunyai peranan besar terhadap
pelaksanaaan supervisi. Kepala sekolah tidak akan dapat
melaksanakan program-program yang direncanakannya tanpa ada
dukungan dana. Di INS Kayutanam, masalah pendanaan sangat
tergantung pada kebijakan Yayasan. Selama ini belum ada kebijakan
sekolah dalam melakukan penambahan dana yang khusus untuk
mendukung pelaksanaan supervisi. Kondisi keuangan yang ada, baru
dapat memenuhi kebutuhan rutin berupa gaji guru, makan siswa,
listrik, air dan kendaraan serta kebutuhan bahan pembelajaran.
b. Faktor Pendukung
Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu terlaksananya
supervisi pada sebuah lembaga pendidikan. Peran keikutsertaan dan
tanggung jawab Kepala Sekolah dan kesiapan guru, menjadi faktor
terpenting dalam mewujudkannya. Dari data-data yang Peneliti dapatkan
di INS Kayutanam, faktor-faktor yang mendukung terhadap
terlaksananya supervisi di lembaga pendidikan ini adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah.
Kepala sekolah sebagai pelaksana utama supervisi, seharusnya
menjadi orang pertama yang mendukung terhadap kegiatan supervisi.
94
Dari pengamatan dan pengakuan Kepala Sekolah INS Kayutanam
kepada peneliti dalam wawancara yang dapat dilihat sebagai berikut;
"Untuk supervisi pendidikan belum pernah dilaksanakan.
Akan tetapi program untuk melaksanakannya sudah
dipersiapkan dan akan dilaksanakan pada bulan November
2013 yang akan datang. Ahamdulillah program untuk itu
telah kita siapkan."
Tergambar bahwa Kepala Sekolah INS Kayutanam mendukung
terlaksananya supervisi di INS Kayutanam. Dukungan tersebut dapat
dilihat dari pengakuan beliau terhadap persiapan program pelaksanaan
supervisi yang telah dirampungkan, meskipun secara nyata belum ada
satu kalipun dilaksanakan kegiatan supervisi. Sebagaimana yang
disampaikan oleh salah seorang guru bidang keterampilan las kepada
Peneliti. Guru senior berinisial “C” tersebut, menyampaikan
keterangannya sebagai berikut:
"Selama melaksanakan tugas sebagai guru teknik Las, kita
belum pernah mendapatkan supervisi atau pun dialog
sekaitan dengan bagaimana pengembangan pembelajaran,
khususnya di Las. Jangan itu, melihat langsung ke bengkel-
bengkel yang ada di keterampilan belum pernah. Supervisor
belum memahami kondisi realita yang terdapat di lingkungan
keterampilan."
2. Para Guru
Dari wawancara yang Peneliti lakukan dengan guru-guru INS Kayutanam,
dapat disimpulkan bahwa guru-guru tersebut sangat mendukung dan
mengharapkan pelaksanaan supervisi. Secara garis besar, dukungan itu
lahir atas kesadaran tercapainya tujuan pendidikan yang sesuai dengan
cita-cita pendidikan INS. Anggapan tersebut dapat dibuktikan dari
95
pernyataan beberapa orang guru, yang diantaranya adalah bapak “O”,
seorang guru musik di INS Kayutanam. Tuturan beliau dapat dilihat
sebagai berikut:
"Selama ini saya belum pernah didatangi oleh seorang
supervisor yang akan memberikan masukan demi kemajuan
pembelajaran yang saya emban, untuk mencapai sasaran
pembelajaran musik yang sesuai dengan tujuan pendidikan
INS Kayutanam."
Dari ungkapan di atas, tergambar keinginan bapak “O” untuk
terlaksananya supervisi. Sebagai guru, yang bersangkutan sangat
menyadari arti dan pentingnya terlaksana supervisi untuk mencapai
sasaran pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan INS
Kayutanam.
Data lainnya yang peneliti dapatkan tentang dukungan guru
terhadap terlaksananya supervisi, dapat dilihat dari wawancara dengan
salah seorang guru yang mengajar mata pelajaran sosiologi. Dalam
wawancara dengan guru yang berinisial “R” tersebut, yang bersangkutan
menuturkan sebagai berikut:
“Selama 1 tahun ke belakang tidak pernah ada supervisi
yang dilakukan terhadap pembelajaran yang saya laksanakan
oleh seorang supervisor/kepala sekolah. Sebagai seorang
guru saya sangat mengharapkan adanya pengawasan oleh
kepala sekolah atau pimpinan terhadap pembelajaran yang
saya berikan, sehingga saya akan dapat mengetahui apakah
pembelajaran yang saya ajarkan sudah sesuai dengan konsep
pembelajaran Engkoe Sjafe’i yang merupakan tujuan dari
pendidikan INS Kayutanam”.
Dari wawancara yang Peneliti lakukan dalam mengumpulkan data-
data tentang terlaksananya supervisi, dapat ditarik kesimpulan bahwa
96
guru-guru INS Kayutanam sangat menginginkan adanya supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah agar pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik tidak keluar jalur dalam mencapai tujuan pendidikan INS
Kayutanam. Hanya tinggal kemampuan dan kemauan kepala sekolah saja
dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang supervisor yang
memahami konsep dan tujuan pendidikan INS Kayutanam yang telah
digaris oleh Engku Moh. Sjafe’i.
b. Solusi yang dibutuhkan dalam melakukan supervisi untuk dalam
meningkatkan mutu pendidikan di INS Kayutanam
Pada saat penelitian ini dilakukan, salah satu solusi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam melakukan supervisi di INS
Kayutanam adalah melakukan persiapan pembentukan team supervisi, yang
terdiri dari guru-guru senior yang banyak memiliki pengalaman dan
pemahaman tentang konsep pendidikan M. Sjafe’i. Berkenaan dengan solusi
ini, kepala sekolah juga melakukan supervisi bagi bidang pendidikan lain
dengan melakukan pemantauan langsung terhadap guru yang mengajar di
bidang keterampilan, kerohanian dan asrama.
Dari hasil wawancara yang Peneliti lakukan dengan kepala sekolah
INS Kayutanam pada bulan September 2013, memberikan penjelasan
sebagai berikut:
“Untuk supervisi pendidikan selama saya bertugas di
Kayutanam belum pernah dilakukan, akan tetapi program
untuk pelaksanaannya sudah disiapkan dan akan
dilaksanakan pada bulan November 2013 mendatang.
Sementara itu kunjungan kelas juga belum pernah
97
dilaksanakan. Untuk supervisi yang sudah dipersiapkan
yakni berupa:
1. Supervisi terstruktur yakni supervisi yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah dengan terstruktur dan format
yang jelas dan bagi yang akan disupervisi sebelumnya
diberitahu bahwa yang bersangkutan akan disupervisi,
dimana supervisi terstruktur ini sifatnya hanya
akademis.
2. Supervisi tidak terstruktur, yaitu supervisi yang
dilakukan secara temporer tergantung kondisi lapangan
dan prioritas program sekolah sekaligus program ke
INS an.”
Hasil wawancara di atas memberikan penjelasan bahwa solusi dari
kepala sekolah tersebut hanya berupa rencana yang belum lagi terlaksana
di lapangan. Sementara solusi yang diharapkan hendaknya dapat
memberikan jalan keluar dari permasalahan supervisi yang ada di INS
Kayutanam yang memiliki bentuk pendidikan yang unik dan komplik.
C. Pembahasan
Dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang telah
dilakukan terhadap strategi supervisi oleh kepala sekolah INS Kayutanam,
Kabupaten Padang Pariaman, belum terlaksana sebagaimana yang seharusnya.
Kepala sekolah menyampaikan, bahwa dia telah membuatkan rencana untuk
melaksanakan supervisi dalam membantu para pendidik untuk mencapai tujuan
pendidikan dengan maksimal bagi peserta didik yang sedang menuntut ilmu di
INS Kayutanam. Akan tetapi belum satu pun pelaksanaan supervisi yang
dilakukan terhadap guru-guru di INS Kayutanam dalam mencapai tujuan
pendidikan INS yang sebernarnya.
98
1. Pelaksanaan supervisi oleh Kepala Sekolah
Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah ternyata tidak sesuai
standar supervisi akademik. Dalam melaksanakan supervisi akademik,
kepala sekolah sama sekali tidak berpedoman kepada prinsip-prinsip dan
langkah-langkah supervisi. Dalam Permendiknas Nomor 13 tahun 2007
tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah, dinyatakan salah
satu kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah kompetensi
supervisi. Dimensi Kompetensi Supervisi itu meliputi: 1) Merencanakan
supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, 2)
Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan 3) Menindaklanjuti hasil
supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Kenyataan bahwa tidak adanya program supervisi akademik di INS
Kayutanam, kepala sekolah berdalih dengan alasan tidak ada petunjuk teknis
dan atau penataran tentang masalah supervisi. Alasan tersebut sangat tidak
proposional. Seharusnya sebelum menjadi seorang kepala sekolah, beliau
sudah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan, di samping standar
kualifikasi. Standar tersebut terdiri dari: Standar Kepribadian, Manajerial,
Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. (Permendiknas No. 13/2007).
Merencanakan program supervisi akademik artinya seorang kepala
sekolah harus menyiapkan program supervisi akademik yang operasional.
Tidak hanya sekedar jadwal pelaksanaan supervisi. Dengan adanya
99
program, jelas apa yang akan dilakukan kepala sekolah, dan apa saja ruang
lingkup yang akan disupervisi. Permendiknas nomor 41 tahun 2006 tentang
standar proses dengan jelas menyatakan aspek-aspek yang akan disupervisi:
Perencanaan, Pelaksanaan dan Penilaian pembelajaran.
Dalam pelaksanaan supervisi, seharusnya kepala sekolah
melaksanakan supervisi klinis, yang terdiri dari: 1) tahap pertemuan awal, 2)
tahap observasi mengajar, dan 3) tahap pertemuan balik.
Pertemuan awal yang bertujuan membangun hubungan yang harmonis
dengan guru yang akan disupervisi dan menghilangkan rasa takut, grogi dan
lain sebagainya. Dengan demikian guru yang akan disupervisi tidak ada
beban sewaktu supervisor masuk ke kelasnya.
Tahap observasi, supervisor harusnya menyepakati aspek apa yang
akan diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Tahapan ini
dimanfaatkan untuk mengumpulkan data. Tujuan utama mengumpulkan
data adalah untuk memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan
untuk mengadakan tukar pikiran dengan guru setelah observasi aktivitas
yang telah dilakukan di kelas. Di sinilah letak pentingnya instrumen
observasi yang bisa digunakan untuk mengobservasikan guru mengelola
proses pembelajaran.
Setelah dilakukan triangulasi teori, peneliti juga melakukan
pemeriksaan sejawat melalui diskusi agar keabsahaan data yang diperoleh
lebih terjamin. Pemeriksaan tersebut melalui cara wawancara dengan nara
100
sumber lain yang berinisial “ZL“. Transkripsi wawancara tersebut adalah
sebagai berikut:
“Apa penyebab utama supervisi akademik kepala sekolah itu
tidak jalan, pak? Saya adalah kepala sekolah, supervisi
akademik ini setelah saya limpahkan kewakil kepala sekolah,
nyatanya tidak jalan sebagaimana mestinya. Apakah
penyebab wakil kepala sekolah tidak percaya diri untuk
melakukan supervisi pada temannya atau bagaimana, pak?
Penyebabnya adalah konsep supervisi akademik ini yang
tidak dipahami.... sementara guru mengharapkan
terlaksananya supervisi terhadap diri mereka. Kalau
seandainya konsep ini matang bahwa sebenarnya supervisi
akademik ini adalah membantu guru dalam perbaikan proses
pembelajaran, dan semua guru bersedia untuk disupervisi,
susahnya adalah merubah maindset yang menganggap bahwa
ini adalah tugas supervisor. Apa kira-kira solusi yang dapat
dilakukan? Setiap pertemuan disosialisasikan tentang
supervisi akademik, kepala sekolah harus terjun ke lapangan
dan benar-benar masuk kelas, duduk di lokal dan cari waktu
yang pas untuk memanggil guru, diajak berdiskusi dimana
kurang dan lemahnya guru tersebut dalam pembelajaran,
diskusi dengan santai dan akhirnya guru mendapatkan
kesempatan untuk disupervisi... itulah pak Yas.. menciptakan
kondisi yang seperti ini yang sulit di ciptakan ”. (Diskusi
dengan Bapak ZL, seorang kepala sekolah di Agam).
Jika dibandingkan diskusi ini dengan teman khusus, tersirat bahwa
kepala sekolah lalai dalam membuat program supervisi akademik, dan
apabila dilimpahkan wewenang pada yang lain dikatakan itu wakil kepala
sekolah atau guru senior juga terbukti pelaksanaan supervisi ini tersendat
bahkan menurut Bapak “ZL” tidak terlaksana sebagaimana mestinya.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Supervisi Kepala Sekolah
Peneliti melakukan diskusi dengan mantan kepala sekolah dan wakil
kepala sekolah dengan inisial bapak ”T“ dan bapak “M” dalam usaha untuk
101
memahami cara kepala sekolah menindaklanjuti kegiatan supervisi
akademik. Berikut petikan wawancara tersebut:
Wawancara dengan Bapat “T”:
“Supervisi akademik itu hendaklah menganggarkan dana untuk
kegiatannya sebagai motivasi, wakil kepala sekolah atau penyedia satu
kali melakukan supervisi pada teman sejawat diberi insentif seratus ribu
misalnya. Selama ini anggaran untuk kegiatan supervisi akademik
dinikmati sendiri oleh kepala sekolah, tidak ada salahnya anggaran
supervisi akademik itu dibagi pada wakil atau penyedia yang ikut
melaksanakan supervisi akademik. Sebaiknya biaya dalam pelaksanaan
supervisi ini dianggarkan dalam RAPBS. (RAPBS adalah singkatan
dari Rencana Anggaran, Pendapatan dan Belanja Sekolah). Kalau ada
supervisi manajerial dari pengawasan sekolah kehadirannya pun jarang,
sebaiknya teman sebaya yang dikaryakan, guru senior atau guru yang
dipandang layak untuk membantu kepala sekolah dalam
penyelenggaraan supervisi. Ditambah penekanan dari kepala sekolah
bahwa supervisi akademik bukan mencari kesalahan. Jika kepala
sekolah bertugas di sekolah itu selama empat tahun yang sudah
merencanakan supervisi akademik, kemungkinan dalam tahun ketiga,
pelaksanaan supervisi telah berhasil. Pihak berwenang hendaknya
membuat kontrak kerja tentang target selama empat tahun, ini baru
enam bulan saja kepala sekolah sudah dipindahkan lagi, kepala sekolah
tersebut baru merencanakan perencanaan sudah dipindahkan pula.
Akhirnya bagaikan kuncing di tengah sawah, baru berencana dan duduk
termenung mau mencari tikus hari pun sudah petang. Kemudian tiba
kepala sekolah yang baru, rencana atau program kepala sekolah yang
lama biasanya tidak dilanjutkan kecuali berupa pembangunan gedung
atau kegiatan fisik bangunan langsung dilanjutkan. Pembinaan pada
guru itu merupakan beban berat bagi kepala sekolah, menyisihkan dana
untuk kegiatan supervisi, makanya disarankan masa tugas seorang
kepala sekolah itu dipertahankan agak sekian tahun, boleh terlihat apa
yang bisa dikerjakannya, bisa dinilai apa yang dikerjakannya, dan nanti
akan terlihat tindak lanjut yang dilakukannya. Apakah ada program
supervisi akademik di sekolah bapak? Selama ini belum seorangpun
yang meminta agar kepala sekolah mensupervisinya (verstehen dari
jawaban ini bahwa yang bersangkutan tidak memiliki progrma supervisi
ini). Saya masuk ke dalam kelas untuk mensupervisi sebentar kemudian
saya keluar, guru yang saya amati itu pun mengigil, pada hal dalam
rapat sudah saya sampaikan bahwa supervisi akademik bukan mencari
kesalahan.”
102
Wawancara dengan Bapak “M”:
“Memang susah juga merubah pandangan guru itu pak, sebab kalau
diawasi identik dengan melakukan pekerjaan yang salah, guru diawasi
merasa salah pekerjaannya dalam mengajar. Bapak T melanjutkan,
sebelum jadi guru seseorang calon guruitu harusnya sudah siap, apa
yang mau diajarkan, siapa saja yang akan melihat, setelah dilakukan
muncul saja mental grogi. Saya inginnya tamatan UNP ini terlebih
dahulu masuk wajib militer untuk melatih mental, dan bagusnya LPJ
model wajib militer betul (LPJ adalah singkatan dari Latihan Pra
Jabatan)”.
(Diskusi/Trianggulasi dengan Pak T seorang mantan kepala sekolah dan
Pak M mantan wakil kepala sekolah di Padang Pariaman).
Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu: 1) memiliki
tujuan-tujuan tertentu, 2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat
memperbaiki kekurangan kemampuan guru, 3) menggunakan instrumen
observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif, 4) terjadinya
interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap
saling pengertian, 5) pelaksanaan kunjuangan kelas tidak mengganggu
proses belajar mengajar, dan 6) pelaksanaannya diikuti dengan program
tindak lanjut.
3. Solusi
Pada saat penelitian ini dilakukan maka salah satu solusi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam melakukan supervisi di INS
Kayutanam adalah melakukan persiapan pembentukan team supervisi yang
terdiri dari guru-guru senior yang banyak memiliki pengalaman dan
pemahaman tentang konsep pendidikan. Berkenaan dengan solusi ini maka
kepala sekolah juga melakukan supervisi bagi bidang pendidikan lain
103
dengan melakukan pemantauan langsung guru yang sedang mengajar di
bidang keterampilan, kerohanian dan asrama.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah,
bapak “ER” pada bulan September 2013 memberikan penjelasan sebagai
berikut :
“Untuk supervisi pendidikan selama saya bertugas di
Kayutanam belum pernah dilakukan, akan tetapi program
untuk pelaksanaannya sudah disiapkan dan akan
dilaksanakan pada bulan November 2013 mendatang.
Sementara itu kunjungan kelas juga belum pernah
dilaksanakan.Untuk supervisi yang sudah dipersiapkan yakni
berupa :
Supervisi terstruktur yakni supervisi yang dilaksanakan oleh
kepala sekolah dengan terstruktur dan format yang jelas dan
bagi yang akan disupervisi sebelumnya diberitahu bahwa
yang bersangkutan akan disupervisi, dimana supervisi
terstruktur ini sifatnya hanya akademis.
Supervisi tidak terstruktur, yaitu supervisi yang dilakukan
secara temporer tergantung kondisi lapangan dan prioritas
program sekolah sekaligus program ke-INS-an.”
Hasil wawancara di atas memberikan penjelasan bahwa solusi dari
kepala sekolah tersebut hanya berupa rencana yang belum lagi terlaksana di
lapangan. Sementara solusi yang diharapkan hendaknya dapat memberikan
jalan keluar dari permasalahan supervisi yang ada di INS Kayutanam yang
memiliki bentuk pendidikan yang unik dengan menggabungkan pendidikan
umum dan kejuruan.
Selain itu juga penulis melakukan wawancara dengan salah seorang
alumni yang juga mantan guru di INS Kayutanam dengan inisial “Y“,
memberikan penjelasan sebagi berikut :
104
“Karna pendidikan di ins itu banyak bidang, gabungan dari
beberapa bentuk pendidikan akademi sekolah umum, sekolah
kejuruan dan pesantren. Akhirnya seorang supervaisor
memang harus memahami bentuk-bentuk pendidikan di ins.
Jadi jika seorang supervisor tidak memahami bagaimana
teknis pekerjaan atau proses pendidikan di bidang kesenian
atau di bidang sanggar atau dibidang agama atau di akademis
secara keseluruhan, tentu yang terjadi adanya ketimpangan
atau kelemahan-kelemahan yang tidak dipahami oleh
supervaisor tadi”.
Sebagai bahan lain juga penulis melakukan wawancara dengan salah
seorang mantan kepala sekolah di INS dengan inisial “P“ memberikan
penjelasan sebagai berikut:
“ Di ins sendiri harus punya tim khusus supervisi internal
yang demikian, apa namanya, baik itu orang-orang yang
mengerti tentang ins dapat dilibatkan karena mereka itu
mungkin dia mantan direktur di ins atau apa jabatannya kan
bisa saja dipakai untuk tim supervisi internal ins kan? Kita
melakukan supervisi terhadap seluruh sup komponen
pendidikan di ins. Karena ins itukan supkomponennya tidak
satu dua, tapi lebih dari lima komponen, mulai dari
kurikulum keterampilan, kesiswaan, asrama dan seterusnya
akademik”.
Penjelasan yang dikemukakan oleh nara sumber tersebut di atas
menyatakan bahwa solusi yang dapat diambil untuk mengatasi
permasalahan supervisi pendidikan di INS Kayutanam salah satunya adalah
dengan membentuk tim khusus untuk melakukan supervisi tersebut. Tim
yang dimaksud bisa dari kalangan interen INS sendiri atau dengan
membentuk tim khusus dari luar yang diambil dari pakar yang faham
tentang INS atau dari para alumni yang pernah mengikuti pendidikan di
INS.
105
Sasaran yang ingin dicapai sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Pertama, informasi yang rinci tentang suatu aspek budaya yang
memerlukan penelitian mendalam yaitu pelaksanaan supervisi akademik
oleh kepala sekolah, dan kedua, penggambaran berbagai tema budaya secara
umum. Tema budaya secara umum sebenarnya sudah tergambar sepanjang
penulisan tesis ini. Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan tema
budaya yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kondisi ideal,
namun bentuk budaya itu sudah menjadi kebiasaan yang terjadi berulang-
ulang dalam kehidupan sekolah.
Supervisi di kelas oleh kepala sekolah merupakan jembatan
komunikasi antara guru dan pimpinannya. Oleh karena itu, sudah
seharusnya frekuensi pelaksanaan supervisi ini untuk selalu ditingkatkan
atau bahkan dimaksimalkan (Mukhtar dkk. Dalam buku Orientasi Baru
Supervisi Pendidikan: 2009: 89). Berdasarkan pendapat ini, peneliti berpikir
bahwa selama ini sudah membudaya di sekolah ini bahwa supervisi
akademik merupakan faktor yang kurang penting dalam menajemen
pendidikan. Padahal mutu pendidikan akan dihasilkan oleh guru yang ahli
dalam pembelajaran, dan guru yang ahli di dalam pembelajaran akan
dihasilkan oleh kepala sekolah yang piawai dalam membina guru-gurunya,
sedangkan kepala sekolah piawai memiliki kualifikasi, kompetensi, serta
memahami tugas pokok dan fungsi sebagai supervisor.
Berdasarkan kepada pendapat yang dikemukakan di atas maka strategi
untuk melaksanakan supervisi oleh kepala sekolah di INS Kayutanam telah
106
ada, namun baru berbentuk rencana yang belum di tuangkan ke atas kertas
dalam bentuk program tertulis. Sebagai suatu rangkaian tugas kepala
sekolah sebagai seorang supervisor tentunya pelaksanaan supervisi ini harus
betul-betul dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Supervisi baru akan dapat
terlaksana dengan baik apabila rencana programnya sudah disiapkan
semenjak awal semester yang disesuaikan dengan tahun ajaran berjalan.
Sesuai dengan konsep pendidikan INS Kayutanam, supervisi harus
dapat mengantarkan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada tujuan
pendidikan yang telah digariskan oleh Engku Muhammad Sjafe’i yang
mengkolaborasikan antara pendidikan Akademis, Keterampilan, dan
Kerohanian. Dengan begitu, pelaksanaan supervisi pada lembaga
pendidikan INS Kayutanam, membutuhkan pengetahuan yang lebih dari
seorang supervisor di sekolah biasa. Karena ketiga bentuk pendidikan yang
terdapat di dalam program pendidikan, harus diletakkan pada porsi yang
sama nilainya. Sekaitan dengan yang telah di kemukakan di atas maka
supervisi saat ini baru sebatas wacana, sedangkan pelaksanaannya baru
dalam rencana saja.
107
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Pelaksanaan supervisi akademik Kepala sekolah
Supervisi yang seharusnya dilaksanakan oleh Kepala Sekolah baru
dalam bentuk wacana yang disampaikan kepada sebagian guru. Hal ini
dapat dibuktikan dari hasil studi dokumen, wawancara, dan observasi
peneliti yang dilakukan di INS Kayutanam, serta didukung oleh pernyataan-
pernyataan dari informan. Dari temuan kusus peneliti berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa informan, ternyata supervisi yang
dimaksudkan baru sekedar wacana. Sementara para guru merasa sangat
mengharapkan sekali adanya supervisi dengan kesadaran bahwa supervisi
akan membantu mereka dalam pelaksanaan tugasnya sebagai seorang guru.
Disini terindikasi bahwa pemahaman guru dan Kepala Sekolah terhadap
konsep dan teknik supervisi sudah ada. Hanya tinggal penerapannya
sehingga mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
2. Faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Pendukung
Sistem pendidikan INS Kayutanam terlaksana dengan
menggabungkan pendidikan umum dan kejuruan. Saat ini terdapat
108
empat bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh INS Kayutanam.
Semua bidang pendidikan memiliki nilai yang sama satu dengan yang
lainnya dan tidak dapat dipisahkan, karena kesemuanya bertujuan
untuk membina peserta didik dalam mencapai sasaran pendidikan INS
Kayutanam.
Bagi seorang Kepala Sekolah yang bertugas di INS Kayutanam
untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang supervisor paling
tidak dia memiliki pemahaman tentang konsep pendidikan dan tujuan
pendidikan, karena menurut Engku Moh Sjafe’i : ”sesungguhnya apa
yang diberikan kepada peserta didik di INS Kayutanam adalah alat
untuk mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya”. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka kemampuan pemahaman seorang Kepala
sekolah sangat menentukan sekali tercapainya sasaran supervisi di
INS Kayutanam.
-. Kesiapan guru
Kemampuan seorang pendidik dalam menjabarkan konsep
pendidikan INS Kayutanam ini sangat erat kaitannya dalam
menunjang pribadinya menghantarkan peserta didik kepada tujuan
pendidikan yang di inginkan,
-. Kesiapan Pendanaan
Kesiapan pendanaan ini mempunyai peranan besar terhadap
pelaksanaaan supervisi yang baik, tentunya seorang Kepala sekolah
tidak akan dapat melaksanakan program- program yang
109
direncanakannya tampa adanya suport dana. Masalah pendanaan ini
bagi INS Kayutanam sangat tergantung kepada kebijakan yang di
keluarkan oleh Yayasan pengelola pendidikan.
Untuk kondisi ini belum ada kebijakan yang di berikan oleh
Yayasan kepada seorang kepala sekolah dalam melakukan
penambahan dana yang khusus untuk mendukung terlaksananya
supervisi. Dimana saat ini kondisi keuangan yang ada baru dapat
memnuhi kebutuhan rutin berupa gaji guru, makan siswa, listrik, air
dan kendaraan serta kebutuhan bahan pembelajara.
3. Solusi
Pada saat penelitian ini dilakukan maka salah satu solusi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam melakukan supervisi di INS
Kayutanam adalah melakukan persiapan pembentukan team supervisi
yang terdiri dari guru- guru senior yang banyak memiliki pengalaman
dan pemahaman tentang konsep pendidikan. Berkenaan dengan solusi ini
maka kepala sekolah juga melakukan supervisi bagi bidang pendidikan
laian dengan melakukan pemantauan langsung guru yang sedang
mengajar di bidang keterampilan, kerohanian dan asrama.
Hasil wawancara di atas memberikan penjelasan bahwa solusi dari
kepala sekolah tersebut hanya berupa rencana yang belum lagi terlaksana
di lapangan. Sementara solusi yang diharapkan hendaknya dapat
memberikan jalan keluar dari permasalahan supervisi yang ada di INS
110
Kayutanam yang memiliki bentuk pendidikan yang unik dengan
menggabungkan pendidikan umum dan kejuruan.
B. Implikasi
Sebagai tindak lanjut dari beberapa hal yang terkandung dalam temuan
peneliti di INS Kayutanam, dapat dikemukakan bahwa supervisi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah belum dapat menghantarkan para guru/
pendidik kepada tujuan pendidikan yang ada di INS Kayutanam. Salah satu
tugas pimpinan pendidikan adalah memiliki kemampuan untuk mengarahkan
seluruh komponen pendidikan untuk menghantarkan peserta didik pada tujuan
pendidikan yang diinginkan, salah satunya melalui program dan kegiatan
supervisi yang harus dilakukannya.
Pada pihak terkait lainnya disarankan untuk dapat mengambil kebijakan
sekaitan dengan peningkatan kompetensi guru melalui jalur supervisi
pendidikan. Wacana lain adalah pihak berwenang melakukan peninjauan ulang
terhadap kompetensi yang dimiliki kepala sekolah yang akan di tempatkan
untuk memimpin pendidikan di INS Kayutanam, kalau tidak dengan
menggunakan solusi lain untuk bisa terloaksananya supervisi sesuai tujuan dan
sasaran pendidikan yang dimiliki oleh INS Kayutanam.
C. Saran
Berdasarkan temuan, analisis, dan implementasi penelitian ini dapat
bermanfaat, peneliti menyarankan kepada:
1. Kepala SMA INS Kayutanam
111
Bagi kepala sekolah terlebih dahulu disarankan untuk dapat memahami
konsep pendidikan INS Kayutanam dan tujuan pendidikannya sesuai
dengan apa yang telah di gariskan oleh Engkoe Moh Syafe’I, khususnya
dalam kegiatan keseharian pendidikan baru selanjutnya melakukan
kegiatan berikut:
a. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Pada awal tahun pelajaran menyusun dokumen program supervisi
akademik dengan mempedomani petunjuk pelaksanaan yang terbaru.
Supervisi akademik kepala sekolah pada prinsipnya adalah membina
guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran, maka isi program
supervisi akademik itu memuat tentang: 1) latar belakang, 2) tunjuan, 3)
ruang lingkup supervisi, 4) instrumen, 5) jadwal masing-masing guru,
dan 6) petugas supervisi. Setelah dokumen supervisi akademik tersusun,
lalu disosialisasikan pada seluruh warga sekolah terutama pada guru.
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi akademik ini
adalah model klinik yang dilakukan dalam bentuk kunjungan kelas.
b. Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik
Setelah perencanaan dan pelaksanaan supervisi akademik, hal yang
harus dilakukan adalah menganalisis hasil supervisi tersebut. Tindak
lanjut hasil supervisi ini kegiatannya berupa: 1) pemberian penguatan dan
penghargaan pada guru yang telah memenuhi standar, 2) teguran yang
bersifat mendidik pada guru yang belum memenuhi standar, 3) memberi
112
kesempatan pada guru untuk mengikuti pelatihan, dan atau 4)
menyelenggarakan sendiri pelatihan dalam pemenuhan kompetensi guru.
c. Memahami Kepribadian Guru
Agar tercipta suasan yang kondusif dalam kegiatan supervisi
akademik, kepala sekolah hendaklah memahami beberapa faktor tentang
kepribadian guru. Faktor kepribadian guru yang perlu diperhatikan
adalah: 1) kebutuhan, 2) minat, 3) bakat, 4) temperament, 5) sikap, dan 6)
sifat-sifat somatik guru.
2. Guru-guru di SMA INS Kayutanam
Mempelajari dan memmahami konsep, tujuan, fungsi, dan ruang
lingkup supervisi akademik. Maksudnya adalah agar para guru tidak keliru
dalam memaknai pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh
kepala sekolah. Maka para guru hendaklah berani membuka diri bawha
perlu dan dibutuhkan serta menerima pembaharuan dan perubahan dalam
peningkatan proses pembelajaran di kelas secara berkelanjutan. Jika guru
sudah memahami tujuan dan fungsi supervisi akademik kepala sekolah ini,
rasa grogi, takut disupervisi, rasa tidak membutuhkan supervisi akademik,
atau perasaan dinilai oleh kepala sekolah bisa dihilangkan sehingga berubah
suprvisi akademik kepala sekolah menjadi kebutuhan.
3. Kepada Pengurus Yayasan Badan Wakaf INS Kayutanam agar dalam
memilih Kepala sekolah harus selektif, karena seorang kepala sekolah di
INS Kayutanam tidak hanya mampu melaksankan supervisi secara umum
tetapi jauh dari itu juga harus mampu melakukan supervisi untuk seluruh
113
bentuk pendidikan yang ada.Supervisi yang harus dilakukan kepala sekolah
di INS Kayutanam harus mencakup empat budang pendidikan yang ada,
yaitu Akademik, Keterampilan, Kerohanian, dan bidang Kesiswaan.
4. Kepada Dinas Pendidikan / Pengawasan Sekolah Kabupaten Padang
Pariaman diharapkan melakukan penilaian kinerja kepala sekolah dan
melakukan pembinaan bagi kepala sekolah yang kinerjanya dibawah rat-
rata.
5. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, agar dapat memberikan perhatian
yang lebih terhadap perkembangan pendidikan terutama SMA INS
Kayutanam yang merupakan sekolah sejarah, dan berperan dalam
mencerdaskan anak bangsa.
6. Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat, diharapkan dapat memberikan
perhatian terhadap jalannya pendidikan di INS Kayutanam, yang merupakan
salah satu sekolah yang mencita- citakan kemerdekaan Indonesia.
116
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar Syah Nur. 2002. Kridibilitas Penghulu dalam Kepemimpinan adat
Minangkabau. Bandung. Lubuk Agung.
Anas, Azwar. (2008). “Institut Talenta Indonesia INS Kayutanam”. Makalah
disajikan pada Sarasehan dengan Tokoh Rantau, Pngusaha, Pejabat,
Politikus dan Eksekutif Alumni SMA se-Sumatera Barat. Padang, 19
Oktober.
Anfasa Moeloek. Farid. (2008). “Institut Talenta Indonesia 2020 INS Kayutanam
Revitalisasi Konsep Ruang Pendidik INS Kayutanam”. Disajikan pada
Lokakarya Pendidikan Menuju Institut Talenta Indonesia 2020 INS
Kayutaman. Jakarta, 9 Februari.
Ansjar M. (Ed). (tt). Dasar-dasar Pendidikan Mohammad Sjafei – Suatu
Pemahaman. Tidak Diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Bogdan R.C dan Taylor, SJ. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Alih Bahasa Arief Furchan. Surabaya: PN Usaha Nasional.
Chalil Achjar dan Hudaya L. (2008). Pembelajaran Berbasis Fitrah. Jakarta : PT.
Balai Pustaka (Persero).
Departemen Depdiknas. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta PT.
Balai Pustaka.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2003). Undang-undang
Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Faisal, Sanafiah. (1990). Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang:
Yayasan Asah Asih Asuh.
Ibrahim Thalib. (1978). Pendidikan Mohd. Sjafei INS Kayutanam (cetakan
kedua). Jakarta: Mahabudi.
INS Kayutanam. (2006). Institut Talenta Indonesia 2020. Executive Summary.
117
INS. (tt). Ruang Pendidik INS Kayutanam: “SMP-SMA Plus”.
Irmawita. (2006). Standarisasi Kompetensi Pamong Belajar SKB dan BPKB”.
Makalah disajikan pada Semiloka Nasional Standarisasi dan Kompetensi
Profesi PTK-PNF, Padang, Juli.
Lincold, Y.S dan Guba E. E. (1985). Naturalistic Inquiry. California: Stage
Publication.
Miles, MB and Huberman, A.M. (1990) Qualitative Data Analysis. Terjemahan
Thetjep Rohendi. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. (1992). Metodologi Penelitian Naturalistik. Bandung: Tarsito.
Navis, A.A. (1996) Filsafat dan Strategi Pendidikan M. Sjafei Ruang Pendidik
INS Kayutanam. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nur, Agustiar Syah. (1978). Penelitian Kualitatif: Penentuan Responden dan
Instrumen. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
. (2001). “Peralihan Manajemen Pendidikan dari Sistem Sentralisasi ke
Desentralisasi”. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar disampaikan pada
Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, 2 Mei
. (2008). “Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan INS Kayutanam dengan Konsep
Pembangunan Pendidikan Nasional”. Jurnal Wawasan Pendidikan dan
Pembelajaran, 3 (2) : 161 – 167.
Patton, Q. (1987). Qualitative Evalution Methods. Beverly Hills: Sage
Publication.
Sagala, Syaiful. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi
Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta : PT. Nimas Multima.
(2007). “Manajemen Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Singgalang. (2008). 11 februari. INS Lebih Menonjolkan Kebermaknaan
Pendidikan. Hlm. 2.
118
Sjafei, Mohammad. (1976). Dasar-dasar Pendidikan. Diterbitkan oleh Alumni
INS Kayutanam.
. (1978). “Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: CSIS.
Surachmad, Winarno. (2008). “Menanggapi Gagasan Talenta dalam Pendidikan
INS Kayutanam”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pendidikan Menuju
ITI-INS Kayutanam 2020, Jakarta, 9 februari.
Syafwandi. (2001). “Seni Rupa dalam Falsafah Pendidikan M. Sjafei dan Sejarah
Pendidikan INS Kayutanam serta Relevansinya bagi Pendidikan di Masa
Depan”. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pasca sarjana ITB.
Tunas, Billy. (2007). Memahami dan Memecahkan Masalah dengan Pendekatan
Sistem. Jakarta : PT. Nimas Multima.
Winardi. (1989). Pengantar tentang Teori Sistem dan Analisis Sistem. Bandung:
Mandar Maju.
119
LAMPIRAN
Sajian Data Lapangan
1. Imforman : “J”
Jabatan : Guru guru
Tempat : Kantor
Tanggal : 11 September 2013
Pada hari Rabu tanggal 11 September 2013 sekitar jam 10.30 peneliti
menemui imforman di kantor Majelis guru pada saat istirahat.Pada kesempatan
tersebut peneliti mengajukan beberapa pertanyan menyangkut strategi
pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh Kepala sekolah sekaitan
dengan mata pelajaran yang diembannya sekaitan konsep pendidikan
INS.Terhadap pertanyaan yang diajukan tersebut imforman menjelaskan:
Dari pertanyaan peneliti diatas maka imforman “J” memberikan jawaban
sebagai berikut : Supervisi akan dilaksanakan oleh Kepala sekolah, yang dalam
rencananya mulai pada tanggal 9 September 2013.Sekaitan dengan hal tersebut
pengawas dari dinas Pendidikan Kabupaten Padang Pariaman datang dan
memberikan tugas agar guru menyiapkan perangkat pembelajaran : Prota, prosem,
silabus, rpp, kalender pendidikan, jadwal tatap muka, agenda harian, daftar nilai,
kkm, dan absensi siswa.
Refleksi : Sesuai dengan konsep pendidikan INS Kayutanam maka supervisi
yang dilaksanakan harus dapat menghantarkan pembelajaran yang diberikan oleh
guru kepada tujuan pendidikan yang telah digariskan oleh oleh Engku Muhammad
Syafe’i yang mengkolaborasikan pendidikan Akademis, Keterampilan, dan
Kerohanian.
2. Imforman : “L”
Jabatan : Guru Bahasa Indonesia
Tempat : Kantor
Tanggal : 11 September 2013
Pada hari Rabu sekitar pukul 11.00 peneliti menemui imforman “Y” di
ruang majelis guru,sambil menunggu waktu pulang peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan sekaitan dengan supervisi yang dilakukan oleh Kepala sekolah dan
bagai mana tanggapan imforman terkait dengan supervisi yang telah di laksanakan
terhadap diri yang bersangkutan
Dari pertanyaan yang diajukan imforman memberikan jawaban sebagai
berikut: slama mengajar belum ada supervisi yang dilakukan oelh Kepala sekolah.
Dari pembicaraan lepas Kepala seolah ada menyampaikan masukan bagai mana
cara seorang guru dapat memotifasi peserta didik agar bergairah dalam
pembelajaran.Pemahaman yang diberikan hanya sekedar pendidikan di Akademis,
belum lagi menyangkut pendidikan INS secara komferhensif.
Refleksi :
3. Imforman : “A”
Jabatan : Wakil Kurikulum
Tempat : Kantor
Tanggal : 11 September 2013
Pada hari Rabu tanggal 11 september 2013 sekitar jam 12.00 peneliti
menemui imforman di kantor, sambil istirahat dan minum aqua gelas peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan sekaitan dengan program kerja beliau sebagai
Wakil bidang Kurikulum yang berkaitan dengan pelaksanaan supervise. Jadwal
sedang di siapkan. Secara konsep ekplorasi, elaborasi, konfirmasi (strategi
rencana).
Komponen ide pembelajaran untuk supervise.
1. Prota
2. Prosen
3. Silabus
4. RPP
5. Kalender pendidikan
6. Jadwal tatap muka
7. Agenda
8. Daftar nilai
9. KKM
10. Absensi siswa
Supervisi :
1. Perangkat
2. Mengajar sesuai dengan proses
3. Kesesuaian antara pelaksanaan dengan prosem
Solusi kepsek, pembelajaran 6 jam menjadi 7 jam kelas 12 mulai dari semester 1
intensif siang persiapan untuk UN dan masuk perguruan tinggi hal tersebut
dilakukan agar target banyak siswa yang masuk perguruan tinggi dan
meningkatkan nilai beberapa digit.
Refleksi:
4. Imforman : “O”
Jabatan : Guru Musik
Tempat : Kantor
Tanggal : 11 September 2013
Pada hari Rabu sekitar pukul 14.45 peneliti menemui nara sumber di ruang musik
,kemudian menanyakan perihal supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah
terhadap pembelajaran musik yangh di ajar di INS Kayutanam. Nara sumber
memberikan jawaban bahwa selama ini belum pernaha di datangi oleh seorang
supervisor yang akan memberikan masukan-masukan demi kemajuan
pembelajaran agar tercapai sasaran pembelajaran musik.
Refleksi:
5. Imforman : “ C”
Jabatan : Guru Tehnik Las
Tempat : Kantor
Tanggal : 11 September 2013
Pada hari Rabu sekitar jam 15.00 peneliti menemui nara sumber di kebun durian
areal pekarangan sekolah dan melakukan wawancara berkenaan dengan
pelaksanaan supervise yang telah dilakukana terhadap dirinya sekaitan dengan
tugas sebagai guru teknik Las,dari wawan cara tersebut nara sumber
menyampaikan :
Selama melaksanakan tugas sebagai guru teknik Las kita belum pernah
mendapatkan supervisi ataupun dialog sekaitan dengan bagai mana
pengembangan pembelajaran kususnya di Las.Jangan itu, melihat langsung ke
bengkel-bengkel yang ada di keterampilan belum pernah, supervisor belum
memahami kondisi realita yang terdapat di lingkungan keterampilan.
Refleksi:
6. Imforman : “ Z”
Jabatan : Guru Olah Raga
Tempat : Kantor
Tanggal : 13 September 2013
Pada hari Jum’at tanggal 13 September 2013 sekitar jam 10.45 peneliti menemui
guru olah raga di bundaran hijau ( bangku tempat duduk-duduk berbentuk bundar
yang dicat hijau) peneliti melakukan wawan cara dengan imforman berkisar
masalah pendidikan olah raga di INS Kayutanam, dan bagaimana peran kepala
sekolah sebagai seorang supervisor dalam memberikan supervisi . Dari pertanyaan
tersebut peneliti mendapatkan jawaban dari nara sumber sebagai berikut:
Selama kepala sekolah sekarang ini saya belum pernah mendapatkan supervisi,
dan juga belum mendapatkan imformasi tentang akan diadakannya tersebut.Kalau
saya melihat dan memahami konsep pendidikan Angku Moh.Syafe’i maka
supervisi sangat di butuhkan sekali untuk membantu para guru dalam
mengembangkan kemampuannya mendidik dan membina para peserta didik
dalam mencapai sasaran pendidikan Indonesia secara umum dan INS Kayutanam
secara kusus.
Refleksi:
7. Imforman : “ F”
Jabatan : Guru Tari
Tempat : Kantor
Tanggal : 13 September 2013
Padari Jum’at tanggal 13 September 2013 sekitar pukul 11.00, peneliti
menemui nara sumber untuk melakukan wawancara di ruang kerjanya . Kebetulan
imforman adalah pegawai tata usaha yang mendapatkan tugas tambahan sebagai
guru tari.Sebagai seorang guru senior di bidang tari peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan kemajuan yang ingin di capai dalam
pendidikan tari peserta didik INS Kayutanam, sekaligus seberap beser pengaruh
dari kepala sekolah sebagai seorang supervisor. Dari pertanyaan yang
dikemukakan kepada nara sumber maka, peneliti mendapatkan jawaban sebagai
berikut:
“ Sampai saat sekarang ini sebagai seorang guru tari di INS Kayutanam nara
sumber belum ada mendapatkan kunjungan dari kepala sekolah, apalagi
mendapatkan masukan tentang bagai mana seharusnya pembelajaran tari di
berikan kepada peserta didik. Sebagai seorang pendidik nara sumber sangat
mengharapkan sekali adanya kunjungan dari pimpinan pada saat proses
pembelajaran berlangsung, sehingga akan ada masukkan terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung demi peningkatan kualitas dari pendidikan yang
terjadi”.
Refleksi:
8. Imforman : “ DF”
Jabatan : Guru Anyam
Tempat : Ruang Kerja Anyam
Tanggal : 13 September 2013
Pada hari jumat tanggal 13 September 2013 pada pukul 14.30 peneliti
menemui nara sumber di ruang kerjanya “Ruang Anyaman “ saat mengajar
peserta didik di bidang anyaman, yang merupakan salah satu keterampilan yang di
berikan kepada peserta didik yang sekolah di INS Kayutanam. Sambil
memperhatikan para peserta didik belajar, peneliti mengajukan pertanyaan kepada
nara sumber sekaitan dengan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
terhadap
9. Imforman : “ RS”
Jabatan : Guru Tari
Tempat : Kantor
Tanggal : 13 September 2013
NARA SUMBER WAWANCARA PENELITIAN
Nara sumber : Tasrif, S.pd Kepala Sekolah 2009 s/d 2013
Selasa, 25 Febuari 2014
Di Rumah
Latar belakang keberadaan saya di INS berawal semenjak 2006 dan saya
dipercayakan oleh Yayasan sebagai kepala sekolah semenjak 2009 sampai dengan
2013. Pertama masuk ke INS saya sebagai guru fisika, dari pengalaman yang ada
menurut saya seorang guru yang masuk ke INS terlebih dahulu harus memahami
filosofi dan konsep pendidikan Engku Moh Sjafei.
Begitu juga dengan seorang kepala sekolah terlebih dahulu harus
memahami konsep pendidikan INS, sehingga selanjutnya nanti akan berguna
sekali untuk melakukan supervisi. Jadi bagi kepala sekolah tersebut dalam
melakukan supervisi tidak hanya menggunakan rujukan dari Permen DIKNAS,
akan tetapi mengkombinasikannya dengan konsep pendidikan INS sendiri. Yang
tidak kalah pentingnya bahwa pendidikan INS adalah merupakan gabungan
pendidikan Umum dan kejuruan ( menggabungkan pendidikan otak, hati dan otot)
Sangat dalam ungkapan Engkoe Moh Sjafei tentang seluruh yang
diberikan kepada peserta didik di INS, bukanlah tujuan pendidikan akan tetapi itu
adalah merupakan alat. Bagi sebagian orang beranggapan bahwa pendidikan di
INS sebagai penyiksaan dan tidak dilaksanakan dengan senang hati.
Untuk menciptakan suatu yang lebih baik harus delaksanakan dengan
keras dan disiplin yang baik, tetapi tidak memaksakan sesuatu kepada peserta
didik, tetapi dilakukan dengan berangsur- angsur sambil berjalan dengan harapan
memberikan pengalaman dalam kehidupan. Dalam sebuah ungkapan Engkoe Moh
Sjafei di ceritakan :
Pada masa angkeo Sjafei masih hidup pernah mengumpulkan anak
didiknya di lapangan yang di tumbuhi ilalang dan menyuruh mereka untuk duduk
di lapangan tersebut,seluruh siswa duduk tetapi ada satu orang yang tidak duduk
dan tetap berdiri. Kepada siswa tersebut Engkoe Sjafei bertanya, “kenapa kamu
tidak melakukan apa yang diperintahkan? Siswa tersebut menjawab, “ bagai
mana saya akan duduk Engkeo sementara duri ilalang akan menusuk saya. Dari
jawaban siswa tersebut maka Engkeo Sjafei menyampaikan kepada seluruh anak
didiknya bahwa yang dilakukan oleh temannya tersebut adalah benar, karena dia
mau menggunakan pemikirannya tidak menerima saja apa yang disampaikan oleh
guru.
Menurut konsep pendidikan INS setiap siswa harus dilatih untuk menjadi
anak yang kritis, kreatif dan aktif.
Pendidikan INS menurut kami sesuai denga sunnatullah karena dia
memberikan pendidikan untuk otak saja tetapi juga hati dan otot.Sementara faktor
pendudukung dan kendala dalam melakukan supervisi adalah :
Faktor kendala :
1. Sejauh mana penguasaan Kepala sekolah atau Guru sebagai supervisor
terhadap konsep pendidikan INS.
2. Tidak adanya keinginan untuk melakukan perubah diri dan tetap
mempertahan kebiasaan lama,yang menghambat dalam memahami INS .
3. Setiap manusia memiliki bakat bawaan yang dapat di kembangkan
sepanjang ada kemauan.
Faktor pendukung:
1. Adanya alam lingkungan INS yang ditinggalkan Engkeo Sjafei yang
sangat mendukung untuk pendidikan.
2. Adanya buku – buku .pendukung tentang pendidikan INS Kayutanam.
3. Mengambil pengalaman dari para alumni dan guru senior.denga ncatata:
Masuk ke INS harus membuka diri untuk memahami dan belajar tentang
INS.
Jadih itulah faktor pendukung yg paling utama ,Memang kita harus terjun
atau langsung menpelajari serta kita harus membukak diri kita untuk belajar dari
orang lain.
Solusi Untuk supervisi yang terbaik yaitu orang yang mensupervisi
minimal kalau tidak diajarkan maka harus belajar sendiri serta berikutnya melalui
pelatihan yang diadakan bagi kepala sekolah dan Guru. Salah satu belajar di INS
itu bukan saja belajar di akademis, tetapi juga di workshop dan Akhlak Mulia.
Nara Sumber : Drs.Metri Akbarsyah.M.Si.
Selasa 25 Februari 2014,
Rumah makan Sederhana.
Supervisi adalah merupakan proses bagaimana kepala sekolah melakukan
binaan kepada guru terutama dalam pembelajaran akademis. Dalam konsep
supervisi bagaimana kepala sekolah melakukan tindak lanjut dari hasil supervisi
dengan guru. Untuk bidang lain di INS kayutanam tidak bisa digunakan hanya
konsep supervise yang mengacu kepada PERMENDIKNAS tetapi harus di
kombinasikan dengan ketentuan-ketentuan proses pendidikan INS kayutanam
yang konsepnya telah disiapkan oleh Engku Syafei, contoh misalnya tentang
pendidikan AKM tentang pembelajaran sejarah yang tujuan untuk menanamkan
karakter nasionalisme kepada peserta didik.
Sebenarnya untuk konsep pembelajaran INS kayutanam agak rumit dalam
merelasikannya untuk di supervise yang penyebabnya adalah masing-masing guru
memiliki latar belakang yang berbeda terhadap pendidikan INS itu sendiri. Dalam
pelaksanaan supervisi perlu adanya data awal pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang kemudian tindak lanjuti dengan melakukan dialog terhadap
para guru dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai
seorang supervasier. Kewajiban kepala sekolah memberikan informasi dan
motivasi terhadap para guru tentang konsep pendidikan dan pembalajaran di INS
kayutanam, dimana ini semua harus dilaksanakan secara kesinambungan atau
terus- menerus.
faktor pendukung dan penghambat dari atau demi pelaksanaannya
supervise pembelajaran INS kayutanam adalah komitmen para guru terhadap
perencanaan yang telah dilakukan kepala sekolah baik berupa kelengkapan bahan
dan waktu pelaksanaan dan segala rencana yang sudah di persiapkan untuk itu.
Meyakinkan kepada guru supervisi bukanlah untuk mencari kesalahan
akan tetapi adalah untuk membantu para guru mencarikan solusi dari permaslahan
pembelajaran yang dihadapinya demi tercapainya tujuan pendidikan dengan
maksimal.Sekaligus dukungan dari yayasan sangat diperlukan sekaitan dengan
Kewenangan yang diberikan terhadap kepala sekolah sekaligus pendanaan untuk
peningkatan kualitas dan kemampuan guru. Tidak adanya komitmen terhadap
kespakatan yang dibuat oleh kepala sekolah dan guru. Bila tidak ada kenyamanan
dalam diri seorang guru pada saat supervisi dilakukan kepala sekolah. Adanya
dukungan dari yayasan.
Kepala sekolah harus memiliki pemahaman tentang pembelajaran di INS
kayutanam secara menyeluruh, kalau tidak maka kepala sekolah harus membentuk
tim supervisi pembelajaran di INS kayutanam. Yayasan harus meberikan
dukungan penuh dalam pengelolaan pendidikan terhadap kepala sekolah.
Nara Sumber : Kepala Sekolah
Untuk supervisi di ins kayutanam, Karena sekolah kita punya
karakteristik tersendiri maka strategi untuk supervisinya pendekatan berbeda pula,
kalau untuk akademis mungkin sama dengan sekolah yang lain,kita menggunakan
yang pertama supervisi sifatnya klasikal. Superfisi klasikal itu supervisi yang
dilakukan secara kunjungan kelas pada guru-guru, itu melihat guru mulai dari
persiapan mengajar, mengajar dan efaluasinya. kita lakukan secara reguler.
Selama setahun saya di SMA INS, itu sudah 60% guru-guru telah
disupervisi dan kita melihat kawan-kawan secara umum baik, kalau dilihat dari
bagian akademis. Kemudian yang jadi khas INS ke dua juga ada program
Sanggar, Workshop dan Akhlak Mulia. Untuk supervisi ini, saya inisialkan tidak
supervisi grafikal, tapi lebih banyak kepada semacam monitoring, Dengan melihat
sejauh mana program-program yang mereka lakukan itu bisa mereka
implementasikan di lapangan. Apakah itu Sanggar ataupun di workshop. Dan itu
juga kita lakukan secara reguler, secara senantiasa dan kalau di supervisi klinis
misalnya tidak lanjut kita melakukan semacan fidback kepada guru-guru,
kemudian untuk supervisi yang di Workshop dan Sanggar sampai hari ini kita
belum melakukan fidback karena saya jujur mengatakann belum menentukan
format yang tepat, kira-kira seperti apa model supervisi untuk di workshop, karna
saya lihat di workshop itu indikator-indikatornya berbeda di akademik.”
Jadi kalau di supervisi akademis karna faktornya sudah jelas
misalnya ada format yang sudah disamakan oleh pemerintah, misalnya dalam
supervisi itu bagaiman pendahuluan, bagaiman pelaksanaan, bagaimana evaluasi
dan indikator yang jelas. Misalnya di pendahuluan itu harus ada namanya
presepsi, harus ada yang namanya elaborasi, ada yang namanya konfirmasi dan
tahapan-tahapan itu saya lihat di guru-guru kita alhamdulillah jalan. Bagaiman
mereka mengadakan presepsi sebelum masuk pelajaran itu, mereka coba kejar
yang dibelakang dulu, kemudian bagaimana mengekspor anak-anak, menggali
dari anak-anak kemudian bagaiman memberikan konfirmasi kepada guru atau
kepada siswa sesuai indikator-indikator pencapainya. Saya lihat Ini termasuk juga
di pelaksanaannya artinya kalau dalam konsep pendidikan sekarang berlaku
sistem yang namanya teacher sentris bukan student center artinya dalam teacher
sentrik ini berlaku adalah guru lebih banyak menjadi koordinator dan pemeran
lebih banyak dimainkan oleh anak-anak, kalau boleh kita menggunakan angka
sebenarnya ideal itu pendidikan inginikan 30% dari guru 70% dari siswa.
Saya melihat pola pendidikan INS, saya sering mengatakan pola
pendidikan yang paripurna, jadi sebuah pola pendidikan yang sudah integraitid
yang mengintegrasikan berbagai komponen dalam pendidikan nasional. Boleh kita
mengatakan secara makro dengan afektif, promotor dan kognitif. Kemudian
bagaiman implementasi di kelas, saya melihat secara umum sebagian besar guru
kita sudah mampu mengintegrasikan dengan hal-hal yang lain, apakah dia guru
dengan beground IPA, ilmu sosial atau yang lain sendiri dan untuk manubara.
Pertama yang saya lihat bagian yang lebih menonjol baru pada tahap
menghubungkan materi-materi mereka dengan afektif, artinya bagaimana mereka
mencoba mengimplementasikan pendidikan karakter itu. Misalnya nilai-nilai
sikap yang ada pada pansus seperti sikap jujur, bertanggung jawab, disiplin
menghargai orang lain dan segala macam itu. Kemudian untuk di Workshop dan
Sanggar harusnya menurut saya akan juga menampakkan seperti pelajaran bahasa
indonesia itu, bagaimana di pelajaran bahasa indonesia dikeluarnya nanti
implementasi di pelajaran sanggarnya misalnya puisi atau teater segala
macamnya, sejauh ini sebahagian sudah saya lihat, tapi saya sebagai kepala
sekolah belum puas. Kedepannya saya pikir ini perlu bakat dasar, agar digali lagi
sehingga ada mecingnya atau light and mechingnya sehingga ada meching antara
akademik , misalnya di pelajaran Fisika, fisika belajar tentang hal yang bersifat
teknis kemudian ketika dia masuk ke labor lap, ketika dia masuk kemata pelajaran
eloktronika kita akan berharap nilai-nilai akademis yang di pelajari akan bisa juga
menyambung kesitu. Yang ini mungkin perlu agak di tanamkan dan saya melihat
salah satu tugas kepala sekolah bagaiman mungkin membuatnya meching itu
memang harus ada semacam mencoba mendekatkan programnya guru-guru yang
relevan dengan workshop atau yang lainnya. Kalau dengan yang di afektif saya
pikir itukan normatif, jadi seluruh guru apakah itu matematik akan bisa nantik
dengan afektif. Tapi yang agak problem sedikit yang agak teknis itu dengan guru-
guru workshop, bagaiman menghubungkan pelajaran akademis tadi apa yang
didapat dengan konsep akademis itu bisa hendaknya diaplikasi di pelajaran
worshop, apakah dikeramik, apakah disegalamacamnya nantik atau apakah di seni
lukisnya misalnya di pelajaran apa yang berhubungan, misalnya di kima tentang
penataan warna tentang ini segala macam. Kita berharap misalnya apa yang secara
teori kimia itu bisa di aplikasikan di pelajaran yang bersangkutan dengan Seni
lukis,kriya, bahkan di setiap yg berbaur dengan zat kimia..
Jadi pola yang telah kita laksanakan, yang 60% saya katakan tadi, secara
terstruktur supaya mereka siap, masuk ke kelas sesuai dengan perjanjian
intermedia, kemudian saya amati selama proses mengajar rata-rata 2 jam, setelah
mereka selesai itu nanti saya ikuti perkembangan, saya catat perkembangan yang
terjadi, kemudian setelah itu kita diskusi, saya mengatakan istilah itu adalah
syering berbagi kami dengan mereka itu kemudian kita harus terbuka, saya mulai
dengan bagaimana tetang metodologi, kemudian bagaimana penguasaan konten,
kemudian bagaiamana dia melaksanakan penilaian, baik penilaian secara
terstruktur atau penilaian secara spontanitas. Saya lihat guru-guru dalam tindak
lanjut yang saya lakukan itu bagi mereka puas dan sebagian mereka ada yang
menyadari memang perlu adanya peningkatan-peningkatan untuk mereka itu.
Ada yang saya katakan guru senior kita itu yang dominan, terus saya katakan
Bapak/Ibuk itu kan studant center sebenarnya peluang ini sebenarnya ketika ibuk
memberikan materi sebelunya, sebenarnya suruh dia cari devinisi dulu, silahkan
saja dia memberikan devenisi dengan bahasa yang dia pahaminya, baru nanti
secara konsep teori baru dimasukkan.
Kita sebenarnya pendidikan andragogi, jadi pendidikan untuk orang
dewasa, kita tidak mau guru-guru kita itu misalnya tampil dengan seorang guru
yang tidak profesional makanya sebelum melakukan supervisi, saya sudah
katakan kebeliau ini indikator-indikator yang harus di persiapkannya, mulai dari
pada persiapan administrasi, kelengkapan pembelajarannya sampai kepada aspek-
aspek penilaian. Sehingga mereka sudah tau , persiapan inilah yang harus ibuk
persiapkan, kemudian untuk pembukaan pembelajaran ini langkah-langkahnya,
untuk pelaksanaan ini langkah-langkahnya, untuk penutup ini langka-langkah nya.
Sehingga dia sudah paham benar apa yang harus dilakukannya sesuia dengan apa
yang kita berikan . Jadi sistematika supervisi itu sebelum supervisi kita berikan
ke mereka. Sehingga guru-guru kita itu merasa benar-benar sudah mempersiapkan
diri, karna jujur kita katakan kadang-kadang juga ada konsep supervisi disalah
artikan, ada yang dikatakan tidak dalam pengertian mencari kesalahan teman
kalau tidak siap, kalau saya melihah superfisi, Supervisi buat kita adalah
bagaiman perbaikan pembelajaran itu supaya efektif dan efisisen.
Kita tidak mengatakan supervisi, karna kalau dia menyangkut kesupervisi
itu ada sistematikanya. Jujur kita katakan mereka mengatakan untuk yang
workshop dan seni ini kita lebih bnyak melakukan monitoring. Dalam pengertian
kita melihat secara makro, karna apa ? kalau kita katakan ini supervisi tentu
kaeda-kaedanyakan kita harus persiapan yang saya katakan tadi itu bagaiman
melakukan elaborasi, konfirmasi dan segala macamnya itu. Kemudian untuk
pelajaran yang tidak akademis inikan belum kita dudukkan benar bagaiman yang
konsep elaborasi, bagaiman konsep konfirmasi, bagaiman konsep eksplor itu bagi
anak-anak. Karna ini sifatnya pada skil, skil dan talenta anak-anak, jadi kita perlu
mengkaji khusus saya katakan ini pola apa supervisi itu. Tapi menurut saya
sebagai guru yang juga sudah berpengalaman, artian yang sudah dalam mengajar
saya dengan monitoring pun sebenarnya sasaran kita bisa tercapai karena setelah
monitoring kita akan berdiskusi dengan beliau. Bagaimana tadi Ibuk, bagaiaman
keluhan ibuk? Apa kekurangannya? Apa segalamacamnya tadi apa target dan
sasarannya. Jadi kita dengan supervisi worshop dan sanggar ini lebih banyak pada
target-target pencapaian guru itu tercapai gak. Tidak kepada bagaiman dia
berproses, karna bapak mengatakan kalau engku muhammad sjafei kan tidak hasil
artinya biyarkanlah anak itu berproses mengalir seperti itukan. Saya melihat juga
tidak mungkin kaku dalam melakukan whorksop seperti ini.
Kita disini melakukan supervisi secara bertingkat, supervisi bertingkat itu
sesuai dengan daftar urutan perpangkatan supervisi dengan aturan-aturan. Kalau
kepala sekolah itu mensupervisi guru-guru yang senior-senior artinya levelnya
seperti mensupervisi seorang ibuk guru, tapi pada tahap selanjutnya lanjut pada
tingkat yang ke dua itu wakil kurikulum akan mensupervisi guru dibawahnya.
Pada tahap selanjutnya nantik guru senior di bidang studinya mensupervisi
temannya sendiri. Itu tahapan kita. Sekarang saya baru akan melaksanakan karna
saya ingin melihat semuanya, sampai targetnya semua jadi nantik baru kita
realisakian nanti kepada wakil kurikulum mensupervisi guru yang dibawahnya.
Kemudian terakhir nantik guru senior dibidang studinya seperti bapak mungkin
akan mensupervisi buk mul atau buk rita. Itu cerita akhir idealnya nanti.
Jadi kalau faktor penghambat kita mulai, pertama aspek yang menonjol
adalah psikologis karna dalam pola pendidikan, kadang-kadang kita teman sejawa
ini kan menggurui atau melihat orang lain atau mensupervisi orang lain kesannya
melihat orang bawahnya itu melihat orang di level bawahnya itu melihat
kesalahannya. Sehingga saya lihat dalam pelaksanaannya itu teman-teman ketika
saya supervisi itu masih banyak itu yang kaku, masih ada kadang-kadang ketika
saya panggil “tadi tidak seprti itu pak..” sehingga akhirnya macam-macam. Saya
bilang “ ya mengalir seperti biasa saja” jadi yang saya lihat ada dampak
psikologis. Itu yang pertama, yang kedua hambatan yang saya lihat itu guru-guru
kita dimana-mana mungkin masalah klasik mungkin karna sudah lama mengajar,
kita kan tidak taat dengan yang namanya administrasi, jadi termasuk saya kepala
sekolah. Kita mungkin mengajar dan menguasai materi, tapi ketika supervisi yang
dituntut ada juga administrasi. Maka kita kadang-kadang tidak siap dengan yang
itu sehingga ketika kita akan mensupervisi seseorang ganjaran administrasi itu
hambatan besar baginya. “pak sekarang saya lagi tidak bawa perangkat,
perangkata saya belum siap lagi pak, jadih banyak alsan yang akan timbul.” .
Terus yang ketiga hambatan yang yang klasik yaitu skejul ini kan pada umumnya
sulit untuk pas. Ini jujur saja hambatan besar. Karna memang kalender
pendidikan yang kita buatdan kita rancang serta persiapan-persiapan RPP kita
dengan implementasi di lapangan itu sesuatu yang sulit untuk disamakan, karna
faktor x dilapangan apalagi sekolah kita ini sekolah yang juga punya banyak
kegiatan lain, segala macam sehingga menemukan kendala. Artinya misalnya kita
kaku. Maka saya lebih fleksibel, Apa yang mengalir sekarang dengan catatan
sesuai dengan kata bapak, kita harus tercapai target. Itu yang pertama yang kedua
pendukungnya saya lihat pendukung disini itu kawan-kawan melihat supervisi ini
merupakan sebuah usaha perbaikan bersama dan mereka itu positif sekali malahan
yang guru-guru seperti yang lain, seperti buk jus saya contohkan yang guru
sejarah, karan hari sabtu kemaren saya di Jakarta “saya sudah siap untuk
pelatihan, kapan akan dilaksanakan lagi pak?” artinya mereka tu respek dan yang
siap melihat respek itu mereka langsung ditanyakan “apakaha kelemahan saya
dalam setiap mengajar pak ?” jadi, udah empat guru yang yang menghadap ke
saya, Saya melihat buat mereka itu supervisi ini menjadikan salah satu open untuk
meningkatkan stamina mereka. barang kali shopinglah bagi mereka untuk
mengajar kedepannya, itu pendukung yang saya lihat.
Setelah nanti pelaksanaan supervisi kita laksanakan ada tiga mungkin
kompomen besar yang akan saya coba kan kawan-kawan itu. Pertama kita akan
memetakan kira-kira apa yang menjadi stragel atau hambatan besar dalam proses
pembelajaran kita di INS, apakah terhadap metodologinya perlu kita tajamkan,
atau terhadap konteksnya atau mungkin terhadap sistem penilaiannya. Ini yang
pertama saya melihat. Trus yang kedua yang saya lihat untuk kedepannya strategi
yang akan saya cobakan ini untuk pelajaran apa bidang yang diluar akademis itu
untuk sanggar dan untuk workshop, saya dengan teman-teman senior disini nantik
guru-guru senior yang berpengalaman, kita akan duduk membuat semacam format
sederhana. Jadi kira-kira untuk yang akhlak mulia atau yang kerohanian tadi.
Untuk workshop dan sanggar itu kira-kira apa yang bisa kita laksanakan, saya
kepingin apa roh pendidikan engku sjafei itu sebagai sekolah berbasis talenta
bagaiman mengoptimalkan talenta siswa itu benar-benar teraplikasi dilapangan
nantik. Sehingga misalnya ketika dia mengambil tukang sehingga target dengan
mengambil tukang ini apa nantik output yang kita bisa ambilkan nantik atau
outcamnya, ketika dia mengambil lukis apa yang bisa nantik dan kalau bisa
dengan adanya sebuah sistem yang jelas nantik buat langkah-langkah yang jelas
nantik akan terukur nantik akan naiknya. Jadi kita akan bisa melihat guru A
teroptimal dia, guru B teroptimal. Sekarang saya belum bisa mengatakan itu,
karna memang alat ukurnya belum jelas. Tapi secara tuntunan kata bapak itu
target secara makronya sudah itu. Yang terakhir yang saya lihat dari bapak yang
saya jelaskan itu guru-guru kita mungkin untuk yang akademis yang saya
tekankan mungkin yang penilaian ini perlu kita perkuat lagi. Bagaiman standar
penilaiannya maksudnya konsep penilaian segala macamnya itu. Sebab dari
pengalaman saya supervisi seberapa itu penilaian ini yang agak sedikit lebih
ditajamkan. Masih pemahaman kita dalam penilaian itu kan masih berkutat
tentang iptek. Sebenarnyakan rohnya engku sjafei itu kan protes itu ketika anak
sudah jalan disitu kan terjadi proses apa lagi anak sambil jalan itu yang belum
saya lihat sehingga tidak nampak riword guru-guru memberikan dalam proses
untuk pendidikan. Contohnya kemaren, kalau di sekolah saya yang lama saya
terangkan saya mempunyai stempel yang saya namakan eririword, itu kalau anak
sudah menjawab pada diskusi kemudian dia memberikan umpan balik, Sangsung
saja dia dapat stempel dari saya, apa saya bilang ke anak itu “forgotad ujian
smester”, benar pak... tidak perlu ujian dengan saya karna nilainya sudah sembilan
dimata saya, karena proses buat saya yang paling penting proses sehingga nantik
tidak ada dia akan mencenek ujian segala macam karena dia ketika proses segala
macam sudah saya nilai dia . Saya ingin penilaian yang seperti itu mungcul,
sehingga memang anak-anak ini akan memiliki semngat . Itu yang saya katakan
tingkat integrasi. Misalnya bagaimana anak dikelas diajarkan oleh guru bahasa
indonesia untuk berani argumentasi sehingga untuk khotbah jum’at iya bisa. disini
belum belum agak menonjol sehingga guru lebih banyak ini kan, sehingga anak
padahal saya lihat anak-anak kita luarbiasa kreatif dan luarbiasa hebat. Cuman
guru kadang-kadang belum memberi keleluasaan untuk berinprofisasi
jadi saya pernah berdiskusi pada salah seorang mantan kepala sekolah di
ins kayutanam ini, beliau mengatakan ke saya perlu mungkin kajian khusus pak
eri, untuk supervisi diluar yang akademis ini. Ini perlu melibatkan orang-orang
yang paham benar dengan roh konsep pendidikan engku sjafei dan saya sepakat
dengan itu dan saya benar kata bapak itu saya ada keinginan seperti itu. Tapi
menurut saya mungkin itu jangkauan yang pertama yang paling mudah mungkin
lebih banyak mungkin barangkali saya melibatkan orang-orang dalam yang sudah
berpengalaman lama tentang pendidikan engku sjafei. Ini jujur juga saya kataka.
tidak semua orang yang memiliki jam terbang banyak tentang pendidikan apakah
dia dengan dengan atribut macam-macam. Ketika masuk kedunia ins akan bisa dia
menginternalkan nilai-nilai ins yang tidak bisa. Saya hanya setahun jujur saya
katakan masih belajar masih akan belajar, karena apa ? karena memang
pendidikan ins belum maksimal karakteristik yang kusus yang tidak bisa kita
jeneralkan dengan yang lain itu. Jadi mungkin seorang ahli atau seorang
akademisi dalam bidang ini mampu, ini kemudian tertarik ke sini jaminan dia
akan bisa memahami? Saya pikir tidak. Yang paling besar menurut saya
bagaiman kita itu merangkum antara kaum akademisi yang dikampus dengan
praktisi di lapangan ini. Saya mengatakan ini pak, ibuk er yang lain-lain itu adalah
praktisi adalah orang yang bekerja langsung mempraktekkan ilmu. Kemudian
mungkin praktisi ini perlu diberikan lebelnya akademisnya digabung nanti.
Sehingga nanti ketika bapak melakukan sertifikasinya adalah orang-orang
akademis, tapi akademis tidak bisa sertifikasikan jadi kita adakan kolaborasi dan
saya sebenarnya kesitu. Jadi bapak sekarang misalnya saya memanggil guru lukis
dari padang. Sebenarnya itu saya ingin lihat saya lihat perguruan tinggi
melihatnya seperti apa, kemudian dilapangan seperti ini nanti. Sehingga buk dewi
sekarang sering berdiskusi dengan guru itu, dan untuk yang lain saya ingin seperti
itu nantik. Ada kolaborasi antara orang akademisi yang sudah bergelut. Ya seperti
pak ujang itu kan sudah melalang buana, untuk naik haji saja bisa dengan
lukisannya. Tapi nanti ketika masuk ke ins dia belum bisa ini, dia perlu belajar,
perlu pendampingan perlu elaborasi dengan yang lain. untuk bidang yang lain
saya rasa mungkin seperti itu juga sehingga artinya apa yang di gagas oleh engku
sjafei itu kan filosofi engkau jadi engkau itu bagaiman memanusiakan dia,
menjadikan dia sesuai dengan talentanya, tidak pekerjaan mudah.Iitu yang saya
lihat agak-agak unik disini.
Saya mengapa tidak menggunakan istilah supervisi karena kalau
kita bicara dengan supervisi kita bicara tentang sesuatu yang akademik,
sementara saya masuk ke workshop ke akhlak mulia, ketika saya lama-lama
duduk dan melihat bapak kan sebenarnya saya sudah melakukan, tetapi saya tidak
berani mengatakan supervisi karena saya tidak menggunakan alur-alur seperti itu.
Apa saya lihat pak dimana presepsinya tadi bapak bagaiman mengeksplornya
karena elaborasinya kan tidak bisa ? kenapa ? karena memang betul kata bapak
perlu kajian kalau untuk yang ini pendekatannya apa? Mungkin supervisi-
supervisinya. Mungkin karna saya tidak punya itu tapi saya ujungnya saya ingin
guru-guru ini punya target ketika supervisi itu punya target, makanya saya lihat
saja misalnya saya pergi ke kaligrafi apa yang ditarget? katanya anak-anak bisa
melukis. Tetapi kalau digunakan kaedah supervisi menurut saya tidak. Tapi saya
mengatakan kaedah ini, mengapa saya mengatakan monitoring? Bukan saya
menganak tirikan, tetapi saya memang belum mempunyai format yang bagus
untuk supervisi yang diluar yang khusus ini. Karna pendidikan engku sjafei ini
kan konfrensif yang kusus. Tidak bisa gegabah ditangan saya kita mengatakan
supervisi di workshop tadi. Makanya saya katakan untuk berbicara supervisi tentu
harus format yang terukur, dan format ini harus di legalitas harus di falidasi oleh
orang yang kompeten seperti wali bank tadi. Ya misalnya untuk format di
workshop mungkin tidak sama dengan formatnya yang di akademis. Siapa yang
memfalidasi ? Itu seseorang yang wali tadi, jadi ketika saya masuk bapak, “bapak
salah presepsi kepada saya, saya mengajar otomotif apa yang di supervisi
pertanian, mungkin paling banyak praktek” tentu saya tidak bisa nantinya. Kalau
saya gunakan kaedah supervisi yang ada,yang kita punya di indonesia ini seperti
supervisi akademis.
Misalnya ini untuk workshop dan sanggar, ketika supervisi sebenarnya
formatnya sama dengan kajian akademis. sebelum mengajarkan ada banyak teori
jadi kita pendekatannya, saya liat jujur saya katakan kita lebih banyak praktek,
model bus itu hasilnya kan bagus, tapi apa langkah-langkah bus mengajarkan
mereklainnya tidak nampak, dia memang tak gunakan ukuran, Kalu di sekolah di
SMK dan STM konsepnya sama dengan kita,dia akan ajarkan teori akan ajarkan
kerangka teori, kerangka ini kerangka segalamacamkan? Kita tidak melihat itu
maka saya tidak berani mengatakan itu supervisi. Tapi menurut saya bisa kita
gunakan itu nantik mungkin lebih banyak kepada muatannya apa? Pratikum yang
lebih banyak. ....
Jadi kongkrit, ospek yang di workshop itu yang dilihat mungkin
kreatifitasnya, kemandiriannya, daya untuk mengerjakan tugasnya. Mungkin itu.
Kalau ada itu kita sepakati saya setuju sekali itu. Jadi kita masuk nanti “pak anak
ini kemandirianya kurang? Perlu bimbingan, beri dia kesempatan untuk belajar
mandiri dulu” Seperti itukan ? kalau sekarang kita lihat tidak. Karna apa yang
dikaji ? kemandiriannya, kreatifitasnya, jadi ketika kita beri tanah liat, silahkan
kalian berkreasi dan kreatifitas . Kemandirian misalnya dengan alat yangdiberi
apa adanya apakah yg akan di lakunkan serta daya juangya. Ketika kita
melakukan supervisi kita taukan guru ini sedang memberi dia peluang anak ini
untuk mandiri, guru sedang mengasah kreatifitasnya, guru sedang elaborasi
tentang bagaiman anak itu mempunyai daya juang. Atau sedang menggunakan
instuisinya. Coba kalian berpikir bagaimana menurut kalian yang bagus ? Coba
bapak lihat kan, ini merupakn untuk mengarahkanya. itu yang saya tidak berani
mengatakan. Karean kita belum sepakat apa ini faktornya. Jadi kalau emang perlu
kata bapak balitbank untuk menyepakati yang sistem karakter pendidikan engku
sjafei ini alat-alat yang akan kita gunakan nantik. Apakah ada jiwa
interfrendshipnya disana tidak. Kita ukur ada kemandiriannya gak di situ, ada
kreatifitasnya gak disitu, ada kejujurannya gak disitu dalam melakukan itu. Kalau
udah sepakat nantik kita bisa saja menggunakan. Tapi kita melihat itu belum ada
kita mengarah kesitu. Saya baca buku-buku yang banyak di ruang saya sekarang
itu kan umum. Apalagi supervisi ini kan tidak hal sepele. Saya tidak mau nanti
dikatakan orang eri lah supervisi ka workshop? Alah kecek awakkan, jadi ditanyo
urang nantik, bagaiman sistematika menurut eri gitu kan ? ambo dak namuah doh
pak. Ambo ditanyo urang alah pak eri monitor? Kalau monitor terus awak alah
monitor. Awak alah monito apak tapi indak supervisi apak lai, karno apo? Kajian
supervisi kan agak mereng ka siko pak, apa yang saya kaji ketika saya melihat
akhlak mulia itu apo sasaran awak? Apo yang bisa ambo caliak dek apak kan.
Tapi kalau di akademis kan jaleh ambo, ooo iko kurang presepsi tadi, harus
langsung se nyo baraja. Ibuk ko kurang elaborasinyo kan dak di galinyo dek anak-
anak doh kan. Atau eksplornyo ka anak-anak indak ado. Tapi guruko
mengkonfirmasi, tapi katiko di worshop jujur ambo katakan apa yang aaa katiko
ambo panggia misalnyo kini ambo supervisi ibuk delfian indak bisa ambok
mangecekkan ka inyo doh. Buk delfina ini perlu dipertajam buk, kenapa ? ini
katrok yang di sepakati. Tapi sesuai yang pak katokan, kalau iniperli walitbank,
ambo setuju bana, malah ambo jawek katiko itu ka Apak Pariadi, setuju ambo tu.
Kita duduk kita ini kan, beliau mengistilahkan ini perlu orang yang paham, ambo
ingin supervisi iko nyo kan urang yang paham tentang ins perlu pak eri
masuakkan kadalam ko, sahinggo jaleh bana kan. Tapi kalau ambo jujur ambo
kecekkan pak, ambo dak sateori jo urang yang akademiknyo tinggikan. Ins ko
yang menurut ambokan yang perlu di
Nara Sumber : Buk Erna Ernawati
Jabatan : Guru senior
Tempat : di kediamannya komplek guru INS.
Setau saya, saya belum pernah di supervisi oleh kepala sekolah yang baru
tapi kalau teman-teman yang lain sudah. Kemaren jadwal saya itu tanggal 3
Februari ternyata tidak jadi, saya tidak tau kenapa. Jadi apakah kepala sekolah
memberikan strategi-strategi kepada teman-teman yang lain saya juga tidak tau.
Tapi yang jelas saya belum menerima supervisi itu di lokal saya.
Itu ada didaftarkan di papan tulis di kantor. Apa yang harus disiapkan oleh
seorang guru yang akan disupervisi. Itu saja RPP seperti biasa, silabus sampai
perangkat-perangkat pembelajaran. Sampai buku-buku nilai, absen. Itu saja.
Sangat diperlukan, karna belumtau seorang guru itu menurut dia sudah
sampai apa yang akan diberikan kepada seorang siswa mungkin itu menurut dia,
tetapi menurut kepala sekolah ada kekurangannya mungkin. Karena setiap guru
itu punya teknik masing-masing dalam pembelajaran. Ada yang sesuai dan ada
yang tidak. Ada juga kadang-kadang guru membuat perangkat pembelajaran tetapi
ketika pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang mereka rencanakan itu.
Apalagi di ins kita sering libur, datang tamu libur jadwal kadang-kadang tidak
terpenuhi, tapi kadang-kadang itulah teknik guru sampai atau tidak. Yang saya
cemaskan seorang keapala sekolah yang dari kepala sekolah umum paham tidak
dengan pembelajaran ins? Karna ins itu bukan akademis saja. INS itu ada 4 aspek
yang harus dipahami oleh guru, apalagi kepala sekolah.
Seperti yang sudah dicantumkan oleh engku muhammad sjafei itu tidak
hanya di akademis tetapi ins itu ada 4,empat bidang yang harus di pahami oleh
kepala sekolah dan ke empat-empat bidang itu memiliki tiga faktor yang harus di
perhatikan otak, hati, dan tangan. Akademis bukan otak, ini pemahaman yang
keliru menurut saya padahal akademis itu terdiri dari otak, hati,tangan. Jadi
pemahaman yang seperti ini saya kira harus dibenahi secepatnya.
Saya mohon maaf dulu, mungkin tersinggung banyak yang tersinggung
tidak hanya kepala sekolah yang baru setahun, jangankan kepala sekolah orang
yang baru setahun yang saya kira sudah puluhan tahunpun kalau tidak membaca
itu saya kira nol pemahamannya, hanya berbicara saja. Saya kenal ins, saya paham
apa itu ins saya kira itu nonsen. Dalam pelaksanaan saya lihat banyak tidak
paham.
Pertama tentu dukungan terhadap sengamat seorang pengajar. Saya kira
kalau sekarang semangat itu yang kurang di ins, semangat kebersamaan, semangat
kepercayaan, semangat untuk memberi yang sekarang hanya ada semangat untuk
menerima yang namoak bagi saya
Kepercayaan. Pertama itu kepercayaan teman-teman terhadap kepala
sekolah mereka belum percaya 100% apakah kepala sekolah ini paham tidak
dengan sistem pendidikan ins kayutanam
Saya kira itu sama, kedudukan mereka sama semua baik di akademis, di
kesiswaan apa lagi di kesiswaan menyakut asrama karna anak-anak tinggalnya di
asram bordingschool itu sangat erat kaitannya. Kalu kita gagal di asrama itu akan
berdampak pada semua bidang, jadi supervisinya harus di asramanya dulu bukan
monitoring.
Itu yang harus direncanakan dan dibuat formatnya tetap sama dengan yang
di akademis.
Saya kira bisa, elaborasi kan kegiatan, kegiatan inti anak. Ya itu yang kita
lihat di asrama mereka belajar tidak atau mereka tidur, berkelahi atau hanya
memainkan Hp atau apa kan itu ada. Dan eksplorasi bagaiman kita bangun subuh
itu sudah eksplorasi. Mengajak anak ke mesjid, bukan kita yang duluan ke mesjid
tetapi anak bangun kita belakangan pergi dengan anak-anak. Bukan kita duluan
kar itu bukan eksplorasi. Bukan ceramah yang di pentingkan di asrama.
Ya kebersamaan tadi, mungkin ya mereka membedakan asrama lain,
bukan pendidikan tapi itu rumah. Sementara di ins itu di asrama itu tiangnya.
Pendidikan yang penting itu adalah di asrama.
Saya kira itu baru ¼ dari pendidikan ins , Sekira kita loka karya lagi
dengan membuat KTSP dan kita juga bisa karna dengan kurikulum 13 dulu
apalagi paling enjoy kita membuatnya. Perangkat pembelajaran seperti yang
dilakukan di akademik di semua bidang. Kenapa di AKM bisa? Kenapa di
bengkel bisa di worshop, di keterampilan bisa, disanggar bisa, apa bedanya
dengan asrama? Kan bentuknya sama pelaksanaannya yang beda.
Ya itu yang tepat, seperti yang pernah kami lakukan dulu kira-kira tahun 2010,
rame-rame tim supervisi kita bentuk itukan tim yang bekerja kalau di akademis
siapa, di keterampilan siapa. Itukan nantik kita gabung duduk bersama
membicarakan baru kita dengan kepala sekolah.
Kalau yang pernah kita laksanakan dulu itukan melihat sampai dimana
kemampuan dari personal-personal di ins itu yang bisa diambil untuk supervisi
dan main cokok-cokok.
Saya kira iya, karna supervisi itukan tidak hanya seperti sekarang yang
sperti orang bilang itukan formal, pemahaman seperti ini di dudukan kembali,
tidak hanya di ins diluar juga begiru ah itukan cuma formal. Sudah masuk kepala
sekolah, sudah ngajar dia sudah tercapai nantik ujung-ujungnya lulus UN.
Sebetulnya kalu untuk pendidikan itu salah besar saya kira.
Betul-betul dilaksanakan supervisi bukan kepada nilai, sikap
Ya tapi yang utama itu adalah sebetulnya yang harus kita kembalikan
kedepan itu adalah yang efektif (kenapa begitu ? ) itu baru tercapai karakter
sementara engku sejafei itu dia sikap dulu afektif. Kalau yang kemaren kan salah,
kognitif dulu psikomotor baru afektif , sikap yang terakhir. Bagaiman seorang
siswa itu pintar sikapnya tidak bagus. Kalu sikapnya bagus apapun yang masuk
hasilnya akan bagus.
Sikap nya dulu, kalau dia sudah sopan dia akan mudah menerima kognitif,
setelah ada kognitifnya di isi tangannya pasti jalan pisikomotor itu. Dia kan mulai
bekerja dia akan tau dengan kalau saya kerjakan ini, ini hasilnya. Karna dia sudah
punya sikap.
Tidak banyak permintaan secara pribadi, berikan kepercayaan kepada
setiap guru dalam melaksanakan tugasnya, pantau saya kira tidak hanya ketika
supervisi saja, ketika ada masalah, ketika ada jangan hanya ketika ada rapat
bulanan ditanya masalahnya apa? Itu akan muncul suka dan tidak suka. Tapi
setiap hari saya kira bisa dibuat, guru ini mengajarnya seperti apa, kemudian tanya
lagi kesiswa paham tidak apa yang di ajarkan guru itu. Kamu dapat apa dari
belajar itu? Nah kemudian kendala apa yang dihadapi seorang siswa, kendala apa
yang dihadapi oleh guru. Nah ini saya kira yang belum. Komunikasinya yang
belum nampak.
Nara Sumber : Yudistira
Jabatan : Mantan guru INS
Selama pengalaman saya mengajar di INS Kayutanam,
pelaksanaan supervisi belum pernah ada. paliang tindak dengan kelas
musikalisasi puisi, seorang supervisor tidak pernah datang ke kelas saya untuk
melakukan suprvisi. Kemudian kalau pelaksanaan supervisi menurut hemat saya
konsep pembelajaran di ins kayutanam merujuk ke konsep pendidikan M.Sjafei.
supervisi tidak hanya dilakukan di akademis saja, tetapi diseluruh pendidikan
yang ada dalam program atau kurikulum INS Kayutanam. Itu menurut saya.
Ya tentunya pelaksanaan supervisi itu melingkupi hal-hal yang seperti
program pembelajaran, program tahunan, program semester kemudian bagaimana
teknik mengajar yang baik bagi seorang pendidik untuk mencapai tujuan INS
seperti yang diharapkan oleh Engku Sjafei, demikian.
Karna pendidikan di INS itu banyak bidang, gabungan dari beberapa
bentuk pendidikan akademi sekolah umum, sekolah kejuruan dan pesantren.
Akhirnya seorang supervaisor memang harus memahami bentuk-bentuk
pendidikan di ins. Jadi jika seorang supervisor tidak memahami bagaimana teknis
pekerjaan atau proses pendidikan di bidang kesenian atau di bidang sanggar atau
dibidang agama atau di akademis secara keseluruhan tentu yang terjadi adanya
ketimpangan atau kelemahan-kelemahan yang tidak dipahami oleh supervisor
tadi.
Kalau untuk hal itu memang sebagai mantan guru dan pernah menjadi
siswa atau alumni ins kayutanam. Ada hal yang paling berat bagi seorang
supervisor di ins menurut saya yang pertama karna banyaknya bentuk pendidikan.
Dilain itu apakah seorang supervisor, contohnya kepala sekolah apakah mampu
memahami pendidikan itu. Jadi untuk mengantisipasi itu saya pikir memang harus
ada tim yang mana dia ahli di setiap bidang pendidikan itu yang pertama untuk
jalan keluarnya. Yang kedua bisa dengan melibatkan Alumni-alumni yang
memang benar-benar memahami konsep pendidikan ins kayutanam dan tujuan
pendidikan ins kayutanam kemudian ia membantu kepala sekolah untuk
mensupervisi pendidikan untuk mencapai pendidikan engku M.Sjafei.
Kalau hal seperti itu, memang selama saya mengajar disini
keterbatasan biaya memang selalu menjadi kendala seorang supervisor untuk
mendukung perkembangan pendidikan. Dan banyak kebutuhan-kebutuhan
pendidikan yang mesti ada tapi tidak bisa diadakan oleh yayasan. Hal itu memang
sangat berpengaruh kepada seorang supervisor untuk mensupervisi karna ketika
hal-hal teknis, kebutuhan-kebutuhan teknis yang di perlukan oleh guru dan itu
menyangkut kepada pelaksanaan pendidikan itu tidak tersedia dengan baik.
Supervisor akan bermasalah untuk mensupervisi seorang guru.
DOKUMENTASI PENELITIAN