Upload
others
View
6
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN
DALAM UPACARA RITUAL ADAT DI DESA SIMPANG
BAYAT KECAMATAN BAYUNG LENCIR
SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
CITRA YULIA
NIM:TB.161010
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN
DALAM UPACARA RITUAL ADAT DI DESA SIMPANG
BAYAT KECAMATAN BAYUNG LENCIR
SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
CITRA YULIA
NIM:TB.161010
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
ii
iii
iv
v
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin…
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh strata 1 (S1),
Serta sholawat berangkaikan salam untuk Nabi Muhammad SAW, sebagai
pemimpin Terbesar di dunia ini, serta para sahabat dan tabi’in.
Kepada yang istimewa yaitu kedua orang tua ku, sosok ayahanda Suyadi
(Alm) dan Ayahku Alamsyah serta ibunda Homida tercinta yang luar biasa yang
tak kenal lelah selalu memberikan doa, semangat, nasehat, pengorbanan dan kasih
sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik.
Kupersembahkan, karya kecil yang semoga diridhoi-Nya untuk kalian
dosen pembimbing ibu dosen tercinta Ibu Try Susanti, M.Si dan ibu dosen
Suraida, M.Si tercinta.
Kepada saudara dan saudariku yang memberikan semangat, dan selalu
memperhatikan keaadaanku dan membantu fasilitas yang aku butuhkan dalam
meneyelesaikan skripsi ini.
Kepada teman-teman seangkatan Biologi A 2016 yang selalu mengiringi
perjuanganku selama ini, memberikan wawasan, pengetahuan, dukungan sehingga
aku dapat melewati masa-masa sulit dengan sabar. Terima kasih bantuannya
selama ini.
vii
MOTTO
﴾٧ٍأوََلمَْ يرََوْا إلِىَ الْْرَْضِ كَمْ أنَبَتنْاَ فِيهَا مِن كُل ِ زَوْجٍ كَرِيم ﴿
Artinya :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang baik? (Anonim, 2006. Al-Quran dan Terjemahan. Departemen Agama
RI. QS. ASY-SYU’ARA’ (26): 7, hal.513)
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkat Rahmat dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan baik. Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam bidang Pendidikan Biologi, di
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi. Penelitian ini berjudul “ Studi Etnobotani Tumbuhan Yang Digunakan
Dalam Upacara Ritual Adat Di Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir
Sumatera Selatan”. Penulisan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D Selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dra. Hj. Fadlila, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Reny Safita, S.Pt, M.Pd Selaku Ketua Program studi Tadris Biologi dan Ibu
Dwi Gusfareni, M.Pd. Selaku Sekretaris Program Studi Tadris Biologi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Try Susanti, S.Si, M.Si dan Ibu Suraida, M.Si selaku Dosen Pembimbing
skripsi I dan II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing saya
dan memberi banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan
dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Jambi, 29 April 2020
Penulis
Citra Yulia
TB.161010
ix
Abstrak
Nama : Citra Yulia
Jurusan : Tadris Biologi
Judul : Studi Etnobotani Tumbuhan Yang Digunakan Dalam Upacara
Ritual Adat Di Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir
Sumatera Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang tumbuhan yang digunakan
dalam upacara ritual adat di Desa Simpang Bayat, dan nilai kepentingan tumbuhan.
Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan dimulai dari 18 Februari sampai dengan
18 Maret 2020 dengan menggunakan metode penelitian khusus etnobotani yang
analisis datanya menggunakan persamaan ICS (Index of Cultural Significance).
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan 34 jenis tumbuhan dari 24 famili yang masih
digunakan dalam upacara ritual adat yaitu sebagai berikut Styrax benzoin Dryand.,
Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle., Jasminum sambac (Linn.) Sol.ex.Aiton., Piper
betle Linn., Areca catechu Linn., Curcuma longa Linn., Ocimum basillisum Linn.,
Pandanus amaryllifolium Roxb., Oryza sativa Linn., Kaempferia galanga Linn., Musa
paradisiaca Linn., Celosia critata Linn., Hisbicus rosa-sinensis Linn., Rosa hybrida
Linn., Bougainviellea glabra Comm., Alamanda cathartica Linn., Cocos nucifera
Linn., Gitantochioa apis (Bl.ex Schutt.f.) Kurzx., Allium sativum Linn., Salacca
zalacca (Gaertn.) Voss., Oryza sativa var. Glutinosa Kom. (lour)., Zingiber officinalle
Roscoe., Zingiber purpureum Roxb., Acorus calamus Linn., Cymbopogon nardus
(Linn.) Rendle., Cananga adorata (Lam.) Hook.f. & Thoms., Tagetes erecta Linn.,
Cordyline fructiosa Comm., Citrus sinensis Linn., Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb.,
Allium cepa Linn., Amaranthus spinosus Linn., Manihot esculenta Crantz. Hasil
perhitungan ICS berikut 5 spesies dengan ICS kategori sangat tinggi berdasarkan
kualitas, intensitas, dan esklusivitas menurut masyarakat yaitu kelapa dengan nilai ICS
204, kemudian pisang dan bambu dengan nilai ICS sama 152 setelah itu kunyit dengan
nilai ICS 126 dan padi dengan nilai ICS 120.
Kata kunci: Desa Simpang Bayat, Index of Cultural Signifance (ICS), Tumbuhan
Dalam Upacara Ritual Adat.
x
Abstract
Name: Citra Yulia
Major: Tadris Biology
Title : Study of Plant Ethnobotany Used in Traditional Ritual Ceremonies in
Simpang Bayat Village, Bayung Lencir District, South Sumatra
This research is intended to learn about plants used in traditional ritual ceremonies
in Simpang Bayat Village, and the importance of plants. Data collection was carried
out for 1 month starting from 18 February to 18 March 2020 using a special
ethnobotany research method whose data analysis uses the ICS (Cultural
Significance Index) equation. Based on the interview results found 34 species of
plants from 24 families that are still used in the following traditional rituals are
Styrax benzoin Dryand., Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle., Jasminum sambac
(Linn.) Sol.ex.Aiton., Piper betle Linn., Areca catechu Linn., Curcuma longa Linn.,
Ocimum basillisum Linn., Pandanus amaryllifolium Roxb., Oryza sativa Linn.,
Kaempferia galanga Linn., Musa paradisiaca Linn., Celosia critata Linn.,
Hisbicus rosa-sinensis Linn., Rosa hybrida Linn., Bougainviellea glabra Comm.,
Alamanda cathartica Linn., Cocos nucifera Linn., Gitantochioa apis (Bl.ex
Schutt.f.) Kurzx., Allium sativum Linn., Salacca zalacca (Gaertn.) Voss., Oryza
sativa var. Glutinosa Kom. (lour)., Zingiber officinalle Roscoe., Zingiber
purpureum Roxb., Acorus calamus Linn., Cymbopogon nardus (Linn.) Rendle.,
Cananga adorata (Lam.) Hook.f. & Thoms., Tagetes erecta Linn., Cordyline
fructiosa Comm., Citrus sinensis Linn., Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb., Allium
cepa Linn., Amaranthus spinosus Linn., Manihot esculenta Crantz. The following
ICS calculation results are 5 species with very high ICS categories based on quality,
intensity, and exclusivity according to the community with coconut with an ICS
value of 204, then bananas and bamboo with an ICS value equal to 152 then
turmeric with an ICS value of 126 and rice with an ICS value of 120.
Keywords: Simpang Bayat Village, Index of Cultural Significance (ICS), Plants in
Customary Ritual Ceremony.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................ ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I: PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ...................................................................... 1
b. Fokus penelitian..................................................................... 3
c. Rumusan Masalah .................................................................. 3
d. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
e. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ....................................................................... 6
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .............................................. 14
BAB III: METODE PENELITIAN
a. Tempat dan Waktu ................................................................ 17
b. Alat dan Bahan ....................................................................... 18
c. Prosedur Kerja ........................................................................ 18
d. Jenis dan sumber data............................................................. 19
e. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 20
f. Teknik Analisis Data .............................................................. 23
g. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................... 25
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Penelitian ....................................................................... 26
b. Pembahasan ........................................................................... 95
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 100
B. Saran ...................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Table State of art............................................................................... 15
Tabel 3.1 Nilai Kategorisasi ICS...................................................................... 24
Tabel 4.1 Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat
besaleh. ............................................................................................................. 26
Tabel 4.2 Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat
mandi betangas. ................................................................................................ 27
Tabel 4.3 Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat
nujuh bulan ....................................................................................................... 28
Tabel 4.4 Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat
cukuran ............................................................................................................. 28
Tabel 4.5 Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual
adat galungan, kuningan dan nyepi. ................................................................. 29
Tabel 4.6 Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat
Ngaben ......................................................................................................... 30
Tabel 4.7 Cara pemanfaatann dan pengolahan tumbuhan yang digunakan
dalam upacara ritual adat ................................................................................. 77
Tabel 4.8 Sumber perolehan tumbuhan yang digunakan dalam upacara
ritual adat.......................................................................................................... 85
Tabel 4.9 Nilai penting budaya tumbuhan yang digunakan dalam upacara
ritual adat.......................................................................................................... 88
Tabel 4.10 Nilai kategorisasi Index Cultural Significance (ICS)..................... 92
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Bayung Lencir ................................................. 17
Gambar 4.1 Kemenyan ( Styrax benzoin Dryand. ) ....................................... 31
Gambar 4.2 Jeruk nipis ( Citrus aurantifollia.(Cristm.) Swingle .................. 32
Gambar 4.3 Melati ( Jasminum sambac (Linn.) Sol.ex . Aiton) .................... 34
Gambar 4.4 Sirih ( Piper betle Linn.) ............................................................ 35
Gambar 4.5 Pinang ( Areca catechu Linn.).................................................... 36
Gambar 4.6 Kunyit ( Curcumae longa Linn.) ................................................ 38
Gambar 4.7 Selasih ( Ocimum basilisum Linn.) ............................................ 39
Gambar 4.8 Pandan ( Pandanus amaryllifolius Roxb.) ................................. 40
Gambar 4.9 Padi ( Oryza sativa Linn.) .......................................................... 42
Gambar 4.10 Kencur (Kaempferia galanga Linn.) .......................................... 43
Gambar 4.11 Pisang ( Musa paradisiaca Linn.) .............................................. 45
Gambar 4.12 Bunga tangkul (Celosia cristata Linn.) ...................................... 46
Gambar 4.13 Kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis Linn.) ....................... 48
Gambar 4.14 Mawar ( Rosa hybrida Linn.) ..................................................... 49
Gambar 4.15 Bunga kertas (Bougainvillea glabra Comm.) ............................ 51
Gambar 4.16 Alamanda ( Alamanda cathartica Linn.) ................................... 52
Gambar 4.17 Kelapa ( Cocos nucifera Linn.) .................................................. 54
Gambar 4.18 Bambu ( Gigantochiao apis (Bl. Ex Schutt.f..) Kurzx ............... 55
Gambar 4.19 Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) .................................... 57
Gambar 4.20 Bawang putih (Allium sativum Linn.) ........................................ 58
Gambar 4.21 Padi ketan ( Oryza sativa var. Glutinosa (lour). Kom.) ............. 60
Gambar 4.22 Jahe ( Zingiber officinalle Roscoe.) ........................................... 61
Gambar 4.23 Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) .......................................... 62
Gambar 4.24 Jerengau (Acorus calamus Linn.) ............................................... 64
Gambar 4.25 Serai wangi ( Cymbopogon nardus (Linn.) Rendle.) ................. 65
Gambar 4.26 Kenanga ( Cananga adorata (Lamm.) Hook.f. & Thoms.) ....... 66
Gambar 4.27 Kemitir (Tagetes erecta Linn.) ................................................... 67
Gambar 4.28 Andong(Cordyline fructiosa Comm.) ........................................ 68
Gambar 4.29 Jeruk ( Citrus sinensis (Linn.) Osbeck.) ..................................... 70
xiv
Gambar 4.30 Sahang (Piper ningrum Linn.) ................................................... 71
Gambar 4.31 Gambir ( Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb.) .......................... 72
Gambar 4.32 Bawang merah (Allium cepa Linn.) ........................................... 73
Gambar 4.33 Bayam (Amaranthus spinosus Linn.) ......................................... 75
Gambar 4.34 Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ....................................... 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jenis Tumbuhan Yang Digunakan dalam upacara ritual adat
dan organ tumbuhan yang digunakan ............................................................. 107
Lampiran 2 hasil perhitungan nilai penting budaya tumbuhan (Index
Of Cultural Significance ) yang digunakan dalam upacara ritual adat........... . 111
Lampiran 3 Data Identitas Responden ............................................................. 117
Lampiran 4 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... 118
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 120
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara kepulauan paling besar di dunia yang mempunyai
kurang lebih sekitar 1.700 pulau dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna.
Keanekaragaman tumbuhan baik yang di budidayakan maupun tidak merupakan
salah satu sumber daya biologi yang sebagian besar dapat dimanfaatkan sebagai
obat-obatan, rempah-rempah, industri, buah-buahan dan lain sebagainya yang
terdiri dari lebih kurang 150 famili (Muraqmi, dkk, 2015, hal. 42-43).
Indonesia memiliki banyak kebudayaan tradisional. Salah satu unsur
kebudayaan tradisional yang bersifat universal adalah unsur yang berkenaan dengan
upacara adat pada suatu daerah. Tiap daerah tersebut memiliki berbagai macam
acara ataupun ritual-ritual dalam kebudayaan mereka masing-masing. Sementara
itu upacara adat adalah perayaan yang diadakan sehubungan dengan adat atau
kebiasaan suatu masyarakat (KBBI, 2016).
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai
suku dan budaya. Mereka hidup di bumi nusantara dengan segala perbedaan latar
belakang dan kebudayaan yang mencirikan masing-masing daerah mana mereka
berasal. Dengan banyaknya perbedaan cara maka terdapat banyak keanekaragaman
kebudayaan yang masih di budayakan di setiap daerah (Azhari, 2018, hal. 1).
Desa Simpang Bayat merupakan kawasan pedesaan yang terletak di
Provinsi Sumatera Selatan. Jarak Desa Simpang Bayat jauh dari ibu kota Provinsi
Sumatera Selatan. Sehingga hal inilah yang membuat daerah ini jarang diketahui
dan dikenal oleh masyarakat umum. Desa Simpang Bayat terdapat pada salah satu
kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, tepatnya pada Kabupaten Musi
Banyuasin. Kabupaten Musi Banyuasin merupakan kabupaten yang membatasi
wilayah kawasan Provinsi Sumatera Selatan dengan wilayah Provinsi Jambi, yaitu
Kabupaten Muaro Jambi.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Masyarakat Desa Simpang Bayat memiliki berbagai macam suku seperti
suku Melayu, suku Jawa, suku Bali, suku Banjar, suku Bugis, suku Batak dan suku
Madura. Dengan banyaknya suku yang terdapat di Desa Simpang Bayat inilah
peneliti melakukan penelitian di sini, tetapi hanya pada tiga suku yakni suku
Melayu, suku Jawa dan suku Bali karena ketiga suku ini merupakan mayoritas
penduduk di Desa Simpang Bayat berdasarkan presentase Kepala Keluarga yang
terdata, serta hanya tiga suku ini yang melaksanakan upacara ritual adat, dan alasan
lain memilih tiga suku ini karena suku-suku yang lain tidak ada kepala adatnya.
Ada banyak kearifan lokal di Desa Simpang Bayat mulai dari berbagai
macam upacara ritual adat seperti upacara ritual adat melahirkan, pernikahan,
kematian, serta upacara ritual adat pengobatan lainnya. Kearifan lokal lainnya
seperti kebiasaan masyarakat gotong royong membuat rumah atau biasa disebut
dengan beselang rumah, memanen dan menanam padi secara bersama-sama,
berburu, dan bahasa daerah yang masih dipertahankan. Kearifan lokal adalah segala
bentuk kebijaksanaan yang didasari nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan
dan senantiasa dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama
(secara turun temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah
tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka. Secara etimologi, kearifan lokal
(local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal (local)
(Njatrijani, 2018, hal. 18).
Upacara ritual adat di Desa Simpang Bayat merupakan salah satu kearifan
lokal yang masih dipertahankan sampai sekarang. Dalam upacara ritual adat masih
banyak menggunakan tumbuhan, namun belum ada yang meneliti mengenai kajian
etnobotani tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat. Banyaknya
upacara ritual adat yang masih dipakai, sehingga akan terdapat banyak pula
tumbuhan yang digunakan mulai dari upacara sakral sampai yang bersifat
tradisional biasa yang memiliki makna masing-masing, karena terdapat tumbuhan
yang dimanfaatkan inilah peneliti ingin mengetahui etnobotani tumbuhan yang
digunakan dalam upacara ritual adat agar tetap lestari dan tidak sulit didapatkan.
Pengetahuan etnobotani pada suatu suku biasanya diwariskan kepada
generasi selanjutnya secara turun temurun melalui tradisi lisan. Tradisi lisan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
tersebut sangat terbatas di lingkungan suku dan keluarga tertentu saja. Selain itu,
kemampuan memahami dalam pemanfaatan tumbuhan setiap individu juga
berbeda, sehingga pengetahuan yang diturunkan tersebut bervariasi antara individu
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kajian mengenai
etnobotani bagi masyarakat pendatang untuk mengetahui adanya perubahan adat
istiadat masyarakat pendatang di daerah yang baru tersebut (Anggraini, 2018, hal.
4).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui jenis-jenis
tumbuhan apa saja yang digunakan oleh masyarakat di Desa Simpang Bayat, dan
cara pemanfaatan tanamaan tersebut, serta nilai guna kepentingan dari tumbuhan
tersebut oleh masyarakat terhadap upacara ritual adat yang digunakan. Mengingat
ilmu Etnobotani upacara ritual adat ini umumnya tidak didokumentasikan seperti
ilmu umumnya, dan hanya sebatas pengetahuan yang disampaikan sebatas lisan.
Maka dari hal itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Studi
Etnobotani Tumbuhan Yang Digunakan Dalam Upacara Ritual Adat Di Desa
Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir Sumatera Selatan”.
B. FOKUS PENELITIAN
Mengingat terlalu banyak permasalahan di atas dan agar penelitian ini
lebih terarah, maka penelitian ini hanya difokuskan pada jenis tumbuhan yang
digunakan dalam upacara ritual adat, cara pemanfaatan tumbuhan tersebut, serta
nilai penting budaya tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat
berdasarkan pengetahuan masyarakat Desa Simpang Bayat.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat di Desa
Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir Sumatera Selatan?
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2. Bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan yang digunakan dalam upacara
ritual adat di Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir Sumatera
Selatan?
3. Bagaimana nilai penting budaya (Index of Cultural Significance)
tumbuhan yang digunakan upacara ritual adat di Desa Simpang Bayat
Kecamatan Bayung Lencir Sumatera Selatan?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian
ini yaitu:
1. Ingin mengetahui tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat di
Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir Sumatera Selatan.
2. Ingin mengetahui cara pemanfaatan tumbuhan yang digunakan dalam
upacara ritual adat di Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir
Sumatera Selatan.
3. Ingin mengetahui nilai penting budaya (Index of Cultural Significance)
tumbuhan yang digunakan upacara ritual adat di Desa Simpang Bayat
Kecamatan Bayung Lencir Sumatera Selatan.
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini dilakukan baik
manfaat dalam hal teori maupun praktik:
1. Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi ilmiah sebagai arsip
atau data mengenai tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat.
2. Penelitian ini diharapkan untuk pendidikan diharapkan sebagai sumber
bacaan yang dapat menambah pengetahuan tentang studi etnobotani
tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat dan menjadi referensi yang
dapat digunakan untuk mendukung penelitian berikutnya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah
setempat mengenai kondisi lingkungan untuk pembudidayaan sehingga
dapat diambil langkah konservatif untuk melestarikan tumbuhan tersebut.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar bahwa
tumbuhan juga dapat digunakan dalam upacara ritual adat.
5. Penelitian ini sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar sarjana
strata satu (SI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORITIK
1. Konsep Umum Etnobotani
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan
tumbuhan. Terminologi etnobotani muncul dan diperkenalkan oleh John
Harshberger untuk menjelaskan disiplin ilmu yang menaruh perhatian khusus
pada masalah-masalah terkait tumbuhan yang digunakan oleh orang-orang
yang primitif dan aborigin. Kata etnobotani untuk menekankan bahwa ilmu ini
mengkaji sebuah hal yang terkait dengan dua objek ,”Ethno” dan “Botani”,
yang menunjukkan secara jelas bahwa ilmu ini adalah ilmu terkait etnik (suku
bangsa) dan botani (tumbuhan) (Hakim, 2014, hal. 2).
Etnobotani berasal dari kata etnologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang suku serta budaya yang ada pada suku tersebut dan botani yaitu tentang
tumbuhan. Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan manusia
dengan tumbuhan. Pemanfaatan yang masih dilakukan secara tradisional oleh
masyarakat setempat (Iswandono, 2015, hal. 171).
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional.
Selain dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, etnobotani telah
mengalami perkembangan menjadi cabang ilmu yang cakupannya mempelajari
hubungan antara manusia dengan sumber daya manusia dengan sumber daya
alam tumbuhan yang ada di dalam lingkungannya (Ramdianti, dkk, 2013, hal.
2).
Pengembangan etnobotani menjadi suatu perhatian karena kajian
tersebut mampu menjadi jembatan antara pengetahuan yang ada di masyarakat
tradisional yang hanya berdasarkan pengalaman empiris dan ilmu pengetahuan
yang telah dikaji dan terbukti secara ilmiah. Hal ini terjadi sebagai bentuk
penjagaan dan penghormatan terhadap sumber daya alam yang ada. Biasanya
disebut kearifan lokal ( Anggaini, 2018, hal. 13).
2. Konsep upacara ritual adat
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Upacara ritual adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun
temurun yang berlaku di suatu daerah. Setiap daerah memiliki adat sendiri-
sendiri seperti upacara ritual perkawinan, upacara ritual kelahiran, upacara
ritual kematian dan sebagainya. Demikian juga di Desa Simpang Bayat
memiliki beragam upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat
memiliki memiliki beragam upacara ritual adat namun seiring perkembangan
zaman yang semakin modernisasi, pelaksanaan upacara adat ini mulai jarang
dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Desa Simpang Bayat. Kelangkaan
upacara tersebut juga terjadi karena banyaknya masyarakat pendatang yang
tentu membawa adat istiadat (Komalasari, 2018, hal. 55).
Upacara adat sebagai bagian dari produk budaya manusia dalam
tataran praktisnya tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya, seperti
tumbuhan, yang ada di lingkungan sekitarnya. Hubungan antara manusia
dengan lingkungannya sangat erat dan sudah berlangsung sejak lama (Hakim,
2014, hal. 1).
Upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat semakin terkikis oleh
arus modernisasi. Terkait dengan penggunaan tumbuhan dalam upacara adat,
pengetahuan dan penggunaan tumbuhan oleh masyarakat semakin berkurang,
sehingga keberadaannya tidak diperhatikan. Terlebih dokumentasi terkait
dengan pemanfaatan tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat masih
tergolong sedikit dan transfer pengetahuan dari generasi ke generasi banyak
dilakukan secara lisan (Surata, dkk, 2015, hal. 279).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tradisi diartikan sebagai adat
kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat, atau juga penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada
merupakan yang paling baik dan benar (KBBI, 2008).
Upacara adat tersebut antara lain upacara adat pernikahan, kelahiran,
mendirikan bangunan, bercocok tanam, kematian dan nazar serta pengobatan
tertentu yang bertujuan untuk mencapai ketentraman dan keharmonisan dalam
kehidupan. Tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat bersifat sakral
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dan tradisional dan memiliki maknanya masing-masing (Komalasari, 2018,
hal. 20).
Jenis upacara adat ini dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu
upacara adat yang bersifat tradisional dan upacara adat yang bersifat sakral
(Komalasari, 2018, hal. 56).
a. Upacara adat yang bersifat tradisional
Upacara jenis ini dilaksanakan sesuai dengan kehidupan sehari-hari
dalam setiap transformasi kehidupan. Upacara ini biasanya dimulai saat masa
kehamilan, masa kelahiran, masa kanak-kanak, masa dewasa, sampai masa
kematian.
1) Upacara ritual adat Betangas Penganten
Adat Betangas di Palembang ini telah berlangsung berabad-
abad lamanya. Betangas adalah sebuah adat tradisional yang istimewa bagi
masyarakat Palembang. Acara ini biasanya dilakukan sekali yaitu sehari
menjelang hari pernikahan atau resepsi. Betangas sendiri bermakna mandi
dengan menggunakan air yang di campur bahan rempah-rempah oleh
masyarakat Palembang sendiri disebut Betangas. Betangas yang biasa
digunakan adalah daun serai wangi, pandan dan dimandiin kepada calon
pengantin (Yuniar, 2018, hal. 3).
Betangas adalah suatu kegiatan tradisi yang dilaksanakan
sebelum pelaksanaan perkawinan betangas adat istiadat yaitu
membersihkan tubuh dengan air hangat yang disertai dengan wewangian.
Betangas artinya membersihkan diri baik lahir dan batin, sebelum
melaksanakan resepsi pernikahan. Kebanyakan orang kegiatan betangas
ini merupakan ritual wajib yang harus dilakukan. Karena Betangas ini
adalah acara turun temurun yang telah dilakukan oleh nenek moyang
masyarakat Palembang (Yuniar, 2018, hal. 6).
2) Nujuh Bulan (Tingkepan).
Tradisi Tingkepan yang dilakukan oleh sebagian golongan umat
Islam di Jawa, merupakan salah satu upaya mendidik anak di dalam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kandungan ketika usia kandungan mencapai tujuh bulan (Mansur, 2004,
hal. 11).
Tradisi Tingkepan merupakan upacara peringatan tujuh bulan yang
dilaksanakan untuk memperingati umur kehamilan pada bulan ketujuh
yang didalamnya mengandung nilai-nilai religius baik dari perilaku
peristiwa proses upacaranya. Secara prinsip, tradisi Tingkepan tidak
terlepas dari nilai-nilai religius pada setiap urutan acaranya, khususnya
nilai-nilai ajaran Jawa tidak bisa dipisahkan dari ajaran budi pekerti yang
terdapat pada ajaran Islam (Arumsari, 2018, hal. 4).
b. Upacara adat yang bersifat sakral
Upacara adat jenis ini berhubungan dengan kepercayaan dan aura
mistis.
1) Upacara ritual adat basaleh
Upacara besale adalah upacara tradisional yang dipercaya
memiliki unsur magis (mistis) untuk mengobati orang yang sakit. Besale
secara harfiah diartikan sebagai “duduk bersama-sama, memohon pada
yang Maha Kuasa agar diberikan kesehatan, ketentraman, dan dihindarkan
dari marabahaya” (Hidayat, 2012, hal. 75).
Ritual Besale merupakan ritual prosesi pengobatan yang
dilakukan oleh komunitas masyarakat adat. Masyarakat masih
mempercayai sakit dan mati adalah bagian dari gangguan roh jahat, oleh
karenanya ritual besale harus dilakukan oleh masyarakat. Menurut
sejarahnya, ritual besale merupakan bagian dari upacara tradisional yang
diwariskan secara turun-temurun dari leluhur pada suatu daerah, tentunya
mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat pendukungnya Kehadiran
suatu upacara di dalam suatu masyarakat merupakan ungkapan tertentu
yang berhubungan dengan bermacam-macam peristiwa yang dipandang
penting bagi masyarakat (Maulia, 2018, hal. 119-120).
2) Galungan, kuningan dan nyepi.
Hari Raya Nyepi yang dilakukan oleh masyarakat Hindu merupakan
kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan spiritual,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kebutuhan rohani, maupun kebutuhan jasmani. Pelaksanaan hari raya
nyepi yang dilakukan melalui tatanan atau rangkaian upacara nyepi diakui
sebagai bentuk pengakuan adanya kekuatan diluar kemampuan dirinya,
yang disebut dengan kekuatan supranatural. Keyakinan ini menunjukkan
bahwa pada diri seseorang tidak dapat dipisahkan dengan makrokosmos
atau alam semesta atau Jagadgedhe yang melingkupi kehidupannya
(Clifford Geertz, 1981: 15) dalam (Jalil, 2018. Hal. 491). Nyepi sebagai
sebuah hari raya dengan pelaksanaan upacara, meminjam istilah
Koentjaraningrat (1985:43) dapat dikategorikan sebagai upacara
tradisional yang berkaitan dengan kebutuhan sosial kemasyarakan,
meskipun pelaksanaannya setiap umat Hindu tidak selamanya sama. Bisa
jadi mereka umat Hindu yang tidak hadir di Pura juga melaksanakan lakon
caturbrata semata dan beribadah di rumah sendiri tanpa menghadiri
sembahyang di Pura.
Selain upacara Nyepi yang diperingati setahun sekali sebagai tahun
baru saka, juga ada peringatan hari raya Galungan, hari raya Kuningan,
dan hari Saraswati. Kedua hari raya ini sebagai simbol hari kemenangan
Dharma atas Adharma. Sementara hari Saraswati dimaknai sebagai hari
turunnya ilmu pengetahuan. Pura Penataran Agung Jagadhita Kendari
secara struktur bangunan terdiri dari tiga tingkatan: pertama, Nista
Mandalaa/ atau wilayah pura paling luar atau paling rendah yaitu berupa
tempat parkiran dan halaman di depan pendopo; Kedua, Madya Mandala
adalah wilayah pura bagian tengah/ sedang yaitu tempat balai panjang atau
tempat pertemuan atau belajar, dan balai gong; Ketiga, Utama Mandala/
yaitu bagian atau areal pura paling dalam sebagai tempat pelaksanaan
persembahyangan umat Hindu (Jalil, 2018. Hal. 491).
3) Ngaben
Pada dasarnya dalam pelaksanaan upacara ngaben diberbagai
tempat sama saja. Upacara ngaben pada umumnya disebut dengan pitra
yadnya yang bertujuan untuk menghormati leluhur yang telah
mendahuluinya. Ngaben memiliki arti yakni do’a. Do’a dari anak, orang
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
tua, kerabat, dan cucu sebagai bentuk kasih sayangnya. Dalam
pelaksanaanya ngaben dibedakan dalam beberapa jenis ngaben sederhana,
ngaben sarat, dan ngaben berdasarkan caranya dan usia (Saudi, hal. 4-5).
3. Tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat.
Pengetahuan-pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki masyarakat
ada yang bersifat magis dan spiritual. Demikian pula mengenai
pemanfaatannya yang beragam. Pemanfaatan tumbuhan dalam upacara
berbeda-beda tergantung pada pengetahuan, masyarakat dan tradisi etnis atau
suku yang bersangkutan. Pemanfaatan tumbuhan tidak hanya sebatas untuk
upacara ritual adat saja tetapi jenis-jenis pohon keramat menurut masyarakat
lokal mengandung kekuatan magis dan spiritual yang dihuni roh-roh atau
leluhur mereka (Fakhrozi, 2009, hal.3-11).
Ciri-ciri tanaman yang dipakai dalam upacara ritual adat terpilih
diantaranya:
1). Sifat-sifat dari tumbuhan tertentu, khususnya bunga dihubungkan dengan
sifat feminim.
2). Dalam upacara bentuk keindahan dilambangkan dengan warna-warni
tumbuhan yang digunakan seperti merah yang berarti berani, putih berarti suci
dan kuning melambangkan keagungan.
3). Tumbuhan yang dipakai karena sifat kegunaannya mengandung zat yang
berkaitan dengan kesehatan dan penolak malapetaka.
4). Tanaman yang digunakan sebagai bumbu-bumbuan atau sebagai
pengawetan ( Kartiwa, dkk, 1992, hal. 149-155).
4. Etnis Melayu
Suku Melayu merupakan suku yang sebagian besar dari
masyarakatnya memeluk agama Islam. Maka tidak heran lagi jika kita
menemukan beberapa adat istiadat yang dilakukan oleh Suku Melayu berkaitan
dengan ajaran Islam (Buhori, dkk, 2018, hal. 83).
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Budaya Melayu yang paling mendasar adalah integrasinya dengan
Islam, sehingga tidak akan disebut Melayu jika tidak beragama Islam. Nilai-
nilai Islam menjadi dasar dalam pembentukan sistem nilai, hal ini tidak dapat
disangkal dan tercatat sebagai sejarah bangsa Melayu. Persoalan sekarang
adalah apakah budaya Melayu dengan konsep nilai-nilai Islam tersebut dapat
bertahan di tengah-tengah persoalan global saat ini (Sunandar, 2015, hal. 61).
Kesejarahan Melayu, tentu saja ditopang oleh nilai-nilai luhur, sinergi
Islam dengan budaya Melayu menjadi sistem nilai (Culture Value System) yang
hidup dan dikembangkannya dalam berkehidupan, pedoman orientasi bagi
segala kegiatan manusia sehingga tingkah laku yang dipraktekkan berdasar
pada sistem nilai yang dianut. Budaya Melayu yang tersebar luas di kepulauan
nusantara dan Asia Tenggara akan mengalami perkembangan sesuai dengan
hubungannya dengan lingkungan, hal inilah yang menjadi perbedaan antara
Melayu yang terdapat di suatu daerah dengan daerah lain. Perbedaan yang
banyak dijumpai adalah pada aspek nilai ekspresif, terutama pada logat atau
dialek bahasa yang digunakan. Perbedaan tersebut tentu saja tidak dapat
dilepaskan dari faktor sejarah dan pengalaman orang-orang Melayu dengan
lingkungannya (Sunandar, 2015, hal. 61).
5. Etnis Bali
Kebudayaan masyarakat Hindu Bali memiliki berbagai macam
kearifan lokal dengan berbagai kontribusi dan potensinya yang perlu tetap
dipertahankan dan dilestarikan. Kemajuan sains dan teknologi memberikan
perubahan yang luar biasa dalam bidang kesehatan, pangan dan lingkungan.
Kemajuan IPTEK sebagai hasil kajian ilmiah tentang fenomena alam tidak
terlepas dari adanya kontribusi besar kearifan lokal, berupa pengetahuan
informal masyarakat tradisional berdasarkan pengalaman mereka sehari-hari.
Hal tersebut membuka pemahaman akan besarnya potensi kearifan lokal dalam
turut menyumbangkan baik gagasan, data awal, bahkan sumber inspirasi dalam
upaya menguak rahasia alam. Masyarakat tradisional secara turun temurun
selalu mengembangkan kearifan lokal tentang pengetahuan nonformal yang
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
bermanfaat praktis bagi kelangsungan hidup dan perkembangan budaya
mereka (Surata, 2015, hal. 266-267).
Salah satu potensi tersebut adalah pengetahuan lokal pengelolaan
tumbuhan yang berkaitan dengan aspek etnobotani, yaitu kajian tentang sistem
pengetahuan yang berfungsi mendokumentasikan dan menjelaskan hubungan
kompleks antara budaya dan penggunaan tumbuhan dengan fokus utama pada
bagaimana tumbuhan digunakan, dikelola, dan dipersepsikan pada berbagai
lingkungan masyarakat, misalnya sebagai makanan, obat, praktik keagamaan,
kosmetik, pewarna, tekstil, pakaian, konstruksi, alat, mata uang, sastra, ritual,
serta kehidupan sosial (Surata, 2015, hal. 267).
Dalam kehidupan bermasyarakat trasmigran Bali, ada sejumlah istilah
adat Bali yang masih dipedomani sebagai norma. Oleh karena itu, istilah adat
Bali yang dijadikan sebagai pola bertingkah laku (norma) dalam kehidupan
sehari-hari perlu diinventarisasikan melalui sebuah kajian dalam kegiatan
penelitian untuk didokumentasi agar tetap lestari eksistensinya dan
disosialisasikan kepada masyarakat luas, khususnya genarasi muda sebagai
penerus bangsa supaya tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang
menjadi norma-norma dalam berperilaku sehingga generasi muda mampu
secepat mungkin untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
(Putrawarman, 2017, hal. 2).
Eksistensi istilah adat Bali yang digunakan oleh para pemakainya
diyakini dapat merefleksikan corak budaya suatu komunitas masyarakat Bali.
Oleh karena itu, eksistensi suatu bahasa sering dihubungkan dengan eksistensi
budaya (Putrawarman, 2017, hal. 3).
6. Etnis Jawa
Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya.
Tradisi dan budaya Jawa hingga akhir-akhir ini masih mendominasi tradisi dan
budaya nasional di Indonesia. Di antara faktor penyebabnya adalah begitu
banyaknya orang Jawa yang menjadi elite negara yang berperan dalam
percaturan kenegaraan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan
maupun sesudahnya. Nama-nama Jawa juga sangat akrab di telinga bangsa
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Indonesia, begitu pula jargon atau istilah-istilah Jawa. Hal ini membuktikan
bahwa tradisi dan budaya Jawa cukup memberi warna dalam berbagai
permasalahan bangsa dan negara di Indonesia (Marzuki, hal. 2-3).
Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-
norma kehidupan untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan yang
pada akhirnya menjadi adat istiadat yang diwujudkan dalam bentuk tata
upacara dan masyarakat diharapkan untuk mentaatinya. Dalam masyarakat
Jawa upacara adat adalah pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan
dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai yang dipancarkan
melalui tata upacara adat merupakan tata kehidupan masyarakat Jawa yang
serba hati-hati agar dalam melaksanakan pekerjaan mendapatkan keselamatan
lahir batin. Masyarakat Jawa mempunyai berbagai tata upacara adat sejak
sebelum lahir meninggal (Bennarrivo, 2019, hal. 20).
Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang penuh perhitungan. Mereka
mengenal “sifat-sifat” bulan Jawa dengan baik. Dengan demikian jika akan
melaksanakan aktifitas akan diperhitungkan dengan teliti dan cermat dengan
memilih jam, tanggal dan bulan yang dianggap paling tepat. Keliru dalam
pemilihan hal tersebut dianggap dapat membawa ketidak beruntungan
misalnya rejekinya kurang bagus, rumah tangganya cekcok dan lain-lain
(Bennarrivo, 2019, hal. 20-21).
B. Studi Relevan
Studi relevan yakni memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya relevan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain, dengan maksud untuk
menghindari duplikasi. Disamping itu ,untuk menunjukan bahwa topik yang akan
diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama.
Berdasarkan studi relevan yang telah disusun maka dapat disintesiskan
dalam tabel Table State of arts sebagai berikut:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel 2.1
Table state of arts
No Nama Peneliti,
Tahun, Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Andi
Muraqmi,
dkk. (2015).
Etnobotani
Masyarakat
Bugis Di
Desa Lempe
Kecamatan
Dampal
Selatan
Kabupaten
Tolitoli
Hasil penelitian
menunjukkan 44 jenis
sebagai obat-obatan,
32 sebagai bahan
pangan, 18 jenis untuk
rempah-rempah, 17
tanaman hias, 3 jenis
untuk pakan ternak. 3
jenis untuk pestisida
botani, 6 jenis
digunakan sebagai
kayu bakar, 14 jenis
untuk keperluan adat,
5 jenis sebagai bahan
bangunan dan 2 jenis
sebagai pewarna
alami.
Meneliti salah
satu kegunaan
tumbuhan yaitu
yang digunakan
dalam upacara
adat dan metode
yang digunakan
yaitu metode
ICS.
Tempat
penelitian
dan cara
pengolah
anya.
2. Kurniawan P,
Dkk. (2019)
“Studi Etnobotani
Tumbuhan Obat
Pada Masyarakat
Suku Pamona Di
Desa
Buyumpondoli,
Kecamatan
Pamona
Puselemba,
Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah
Hasil penelitian
menunjukan 32
jenis tumbuan yang
dimanfaatkan
sebagai obat-obatan.
Bagian
Tumbuhan yang
digunakan berbeda
beda, antara lain
buah, daun, batang,
rimpang dan kulit
buah. Bagian buah
yang digunakan 3
jenis, bagian daun 22
jenis, bagian batang
4 jenis, dan bagian
rimpang 2 jenis dan
kulit buah 1 jenis.
Metode yang
dipakai.
Tempat
dan yang
diteliti.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama Peneliti,
Tahun, Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Uswatun
Hasanah,
dkk.(2014).
“Pemanfaatan
Tumbuhan pada
Upacara Adat
Tumpang Negeri
Suku Melayu di
Keraton
Ismahayana
Landak”
Hasil Hasil
penelitian tumbuhan
yang digunakan
dalam Upacara Adat
Tumpang Negeri
oleh Suku Melayu di
Desa Raja
Kecamatan Ngabang
Kabupaten
Landak sebanyak 23
jenis yang temasuk
ke dalam 12 Famili
Meneliti
tumbuhan yang
digunakan
dalam upacara
adat.
Tempat
penelitian.
17
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Simpang Bayat Kecamatan
Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, yang terletak di Provinsi Sumatera
Selatan. Kecamatan Bayung Lencir ini dibelah oleh jalan lintas Sumatera dari
Utara ke Selatan.
Gambar 3.1. Peta Desa Simpang Bayat
(Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin, 2017 )
Desa Simpang Bayat merupakan desa yang terletak di Kecamatan
Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Di
mana desa ini terdiri dari pemukiman lahan dan pertanian yang luas, rata-rata
masyarakat di desa ini memiliki ladang kepemilikan sendiri berupa perkebunan
18
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
karet, sawit dan berupa sawah. Desa Simpang Bayat merupakan salah
satu desa yang cukup luas di Kecamatan Bayung Lencir.
Menurut data kantor desa dan arsip Desa Simpang Bayat, Desa
Simpang Bayat adalah desa sebagian wilayahnya ada hutan kawasan. Desa ini
sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Bayung Lencir dan Desa Lubuk
Harjo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Mendis Desa Telang dan Sungai
Selaro, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pangkalan Bulian dan
Kecamatan Batang Hari Leko, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bayat
Ilir, Sungai Bayat dan Pangkalan Bayat. Jarak tempuh Desa Simpang Bayat ke
Ibu Kota Kabupaten 152 km, dan jarak tempuh ke Kecamatan 5 km. Desa
Simpang Bayat ini berdiri pada tahun 1979 dengan luas wilayah 22000 ha, dan
memiliki 3 Dusun yakni Dusun 1 Simpang Bayat, Dusun 2 Simpang Bayat,
Dusun 3 Simpang Bayat (Selaro), terdapat 13 RT dengan jumlah kepala
keluarga 994 dengan jumlah penduduk 3.811 jiwa.
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 18 Februari
2020 sampai dengan tanggal 18 Maret 2020.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pena, pensil, buku tulis, Handphone yang digunakan untuk memotret
objek sekaligus sebagai perekam.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kardus, kertas
koran, kertas karton dan jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual
adat untuk membuat herbarium.
C. PROSEDUR KERJA
1. Metode Penelitian
19
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian khusus etnobotani, penelitian akan dilakukan dengan tahapan
menyusun tujuan penelitian, observasi, wawancara, dokumentasi, koleksi
sampel, pembuatan herbarium, identifikasi tumbuhan, dan studi pustaka.
Pengumpulan data etnobotani dilakukan dengan metode survei yaitu
melakukan pengamatan langsung dilapangan, wawancara menggunakan teknik
wawancara bebas dan wawancara semi terstruktur untuk menggali
pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman jenis tumbuhan berguna,
pemanfaatan dan pengelolaannya (Purwanto 2007) dalam (Jumari,dkk, 2012,
hal. 72).
Tumbuhan dianalisis dengan cara mengelompokkan jenis tumbuhan,
meliputi nama daerah, nama latin, bagian yang digunakan, serta manfaat dari
tumbuhan tersebut. Sedangkan analisis data secara kuantitatif yaitu dengan
menghitung nilai ICS, angka hasil perhitungan ICS menunjukkan tingkat
kepentingan setiap jenis tumbuhan yang berguna oleh masyarakat (Cavalera,
2016, hal. 6).
2. Penentuan Responden
Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam observasi ini
adalah metode “Purposive sampling dan Snowball sampling”. Metode
Purposive sampling yaitu teknik pemilihan informan dengan pertimbangan
tertentu, dalam hal ini orang yang dianggap paling tahu tentang tumbuhan
ritual. Tokoh yang diwawancarai adalah kepala adat dan dukun yang biasa
terlibat dalam upacara ritual adat (Bandjolu, 2019, hal. 39). Metode Snowball
sampling yaitu teknik pengambilan informan berdasarkan rekomendasi
informan kunci (Sugiyono, 2007).
D. JENIS DAN SUMBER DATA
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
lapangan, data ini berupa wawancara dengan masyarakat di Desa
20
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Simpang Bayat, dokumentasi lapangan, koleksi sampel tumbuhan atau
keterangan-keterangan yang berkaitan dengan tujuan penelitian pada
saat peneliti melakukan penelitian di lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang dari data primer yaitu
data-data yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data
ini berasal dari koran, artikel, buku, internet dan lain-lain. Data ini
bertujuan untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang
didapatkan ketika berada di lapangan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data berupa hasil
wawancara, dokumentasi lapangan, koleksi sampel tumbuhan, buku, dari
internet berupa jurnal yang berkaitan dengan studi etnobotani, serta artikel.
E. TEKHNIK PENGUMPULAN DATA
1. Pengumpulan Data
a. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber
data yang berupa peristiwa, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda serta
rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung (Sutopo, 2006, hal. 75).
b. Wawancara
Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit atau kecil (Sugiyono, 2007, hal. 137).
Wawancara yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data
mengenai spesies-spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Simpang Bayat dalam upacara ritual adat. Wawancara merupakan
suatu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya-
21
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
jawab. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak terstruktur yang mana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang tersusun secara sistematis, melainkan hanya garis-garis
besar pertanyaan yang akan ditanyakan.
Tujuan wawancara adalah untuk bisa menyajikan konstruksi saat
sekarang dalam suatu konteks mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas,
organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk
keterlibatan untuk merekonstruksikan beragam hal (Sutopo, 2006, hal. 68).
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2007, hal. 240).
d. Koleksi Sampel Tumbuhan (Pembuatan Herbarium)
Proses peSmbuatan herbarium diawali dengan persiapan koleksi
di lapangan (koleksi sampel). Spesimen yang diambil dapat berupa tubuh
tumbuhan yang lengkap. Maupun hanya bagian-bagian tertentu saja. Hal ini
dapat di sesuaikan dengan bagian mana yang digunakan oleh responden
dalam pemanfaatan tumbuhan tersebut. Kemudian setiap spesimen
diberikan etiket gantung untuk ditandai agar tidak ada kemungkinan atau
kekeliruan atau tercampur dengan bagian-bagian yang berasal dari spesimen
lain serta dilengkapi dengan catatan yang menyangkut bahan yang
dikumpulkan seperti data mengenai habitatnya, data ekologi, dan sifat-sifat
pada tumbuhan yang akan hilang atau rusak dalam proses pengawetan
(Tjitrosoepomo, 1993, hal. 153).
22
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Proses selanjutnya yaitu pengeringan spesimen yang di awali
dengan penyusunan setiap spesies kedalam kertas koran sambil
disemprotkan spiritus sampai mengenai seluruh bagiannya. Kertas koran
yang bersih spesimen di susun berlapis-lapis dengan menggunakan
kerangkanya membilah-bilah bambu. Semua spesimen diletakkan di dalam
satu wadah yang kemudian disirami spritus hal ini dilakukan agar spesimen
tidak berjamur. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan yang diiringi
dengan pengepresan. Pengeringan ini sendiri dilakukan dengan
menggunakan suhu 500C (Tjitrosoepomo, 1993, hal. 160).
Memasuki tahap akhir dari pembuatan herbarium yaitu proses
penempelan spesimen pada kertas tebal dengan ukuran 28,5 x 41 cm
penempelan dilakukan dengan cara dijahit dengan tujuan untuk menahan
herbarium yang telah ditempel dan dipasang sehelai kertas label yang berisi
semua informasi yang telah diperoleh dari tumbuhan yang bersangkutan
(Tjitrosoepomo, 1993, hal. 163-166).
e. Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan adalah pengelompokkan jenis tumbuhan
berdasarkan sifat yang tampak atau sama antara tumbuhan tersebut,
melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkap atau menetapkan
identitas diri suatu tumbuhan, yang dalam hal ini menentukan namanya
yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi
(Tjitrosoepomo, 1993, hal. 70).
Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan cara mencocokkan jenis
sampel yang didapat dari lapangan yang dibuat dalam bentuk herbarium
dengan literatur taksonomi tumbuhan kemudian menanyakan langsung
tumbuhan tersebut kepada para ahli di bidang botani. Identifikasi dilakukan
untuk mengetahui jenis tumbuhan sampai tingkat spesies atau minimal pada
tingkat genus. Identifikasi dilakukan di Dinas Pertanian Kota Jambi.
23
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, bahan-bahan lain, dan
lain sebagainya, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono,
2007, hal. 224).
Data yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam bentuk tabulasi,
kemudian dianalisa secara deskriptif dengan pendekatan kuantatif yaitu dengan
menggunakan persamaan analisis nilai kepentingan budaya Index of Cultural
Significanse (ICS) tumbuhan berguna didasarkan pada formula yang
dikembangkan oleh Turner (1988). Analisis ini bertujuan untuk mengevaluasi
atau mengukur kepentingan satu jenis tumbuhan bagi masyarakat lokal (Saputra,
dkk, 2019, hal. 111-112).
Nilai ICS merupakan indikasi nilai penting dari setiap jenis tumbuhan
bagi masyarakat di lokasi studi yang berguna sebagai dasar pertimbangan jenis -
jenis penting dan berpotensi untuk keperluan ekonomi (meningkatkan pendapatan
masyarakat setempat) maupun pelestariannya (Purwanto, 2007) dalam (Helida,
2016, hal. 7).
Rumus ICS sebagai berikut :
n
ICS = Σ (q x i x e)ni
I=1
Bila kegunaan yang dimiliki suatu spesies tumbuhan lebih dari sekali
maka formula perhitungan berkembang menjadi :
n
ICS = ∑ (q1 x i1x e1)n1 + (q2 x i2x e2)n2 + ….+(qn x inx en)nn
I=1
Keterangan: ICS = Indeks of cultural significane, adalah persamaan
jumlah nilai guna suatu jenis tumbuhan dari kegunaan I hingga ke n, n
menunjukan kegunaan terakhir dari suatu jenis tumbuhan, sedangkan huruf I
24
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
menunjukan nilai I hingga ke n secara beruntun. Perhitungan nilai dari suatu jenis
tumbuhan dihitung parameter sebagai berikut : q = nilai kualitas (quality value)
dihitung dengan menggunakan cara memberikan skor atau nilai kualitas dari suatu
jenis tumbuhan, i = nilai intensitas (intensity value) yaitu menggambarkan
intensitas pemanfaatan dari jenis tumbuhan berguna dengan memberika nilai, e =
nilai eksklusivitas (exclusivity value) (Ruqayah, dkk, 2004, hal. 87-88).
q = nilai kualitas suatu tumbuhan berdasarkan pelaksanaan upacara
ritual adat, yaitu dengan memberikan skor atau nilai kualitas kegunaan suatu jenis
tumbuhan.
Nilai Keterangan
1 Digunakan untuk upacara nujuh bulan
2 Digunakan untuk upacara cukuran
3 Digunakan untuk upacara mandi betangas
4 Digunakan untuk upacara besaleh
5 Digunakan untuk upacara ngaben, nyepi, galungan, dan kuningan
i = nilai intesitas, yaitu menggambarkan intensitas kegunaan dari jenis tumbuhan
berguna
Nilai Keterangan
1 Nilai penggunaannya sedikit
2 Intesitas penggunaanya rendah
3 Intensitas penggunaanya sedang
4 Secara moderat intesitas penggunaanya tinggi
5 Sangat tinggi nilai intesitas penggunaanya
e = nilai ekslusivitas
Nilai Keterangan
0,5 Sumber sekunder atau merupakan bahan yang sifatnya sekunder
1 Terdapat beberapa jenis yang ada kemungkinan menjadi pilihan
2 Paling disukai dan merupakan pilihan utama dan tidak ada duanya
Tabel 3.1 Nilai kategorisasi Index of Cultural Significance (ICS)
No Predikat Skor
1. Sangat Tinggi > 100
2. Tinggi 50 – 99
25
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Predikat Skor
3. Sedang 20 – 49
4. Rendah 5 – 19
5. Sangat Rendah 1 – 4
6. Tidak Ada 0
Sumber : (Muraqmi,dkk, 2015, hal. 51).
G. TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan adalah peneliti tinggal dilapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu
dilakukan maka akan membatasi:
1. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
2. Membatasi kekeliruan (biases) peneliti.
3. Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak
biasa atau pengaruh sesaat (Moleong, 2013, hal. 327).
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau
tentative. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh.Mencari apa
yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Ketekunan pengamatan
bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong, 2013, hal. 329).
3. Triangulasi.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data (Sugiyono, 2013, hal. 125)
26
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil Penelitian
1. Jenis tumbuhan dan bagian yang digunakan dalam upacara ritual adat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 12 responden yang terdiri dari
kepala adat, dukun upacara ritual adat dan masyarakat yang biasa terlibat
langsung dan mengerti tentang tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual
adat di Desa Simpang Bayat, Kecamatan Bayung Lencir, Sumatera Selatan,
didapatkan 24 famili dan 34 jenis tumbuhan yang digunakan dalam 8 upacara
ritual adat oleh suku Melayu, suku Bali, dan suku Jawa yang meliputi upacara
ritual adat besaleh, mandi betangas, nujuh bulan, cukuran, galungan, kuningan,
nyepi, dan ngaben.
a. Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat suku
Melayu.
1) Upacara ritual adat Besaleh( nyangkar kutan).
Tabel 4.1. Tumbuhan yang digunakan dalam upacara besaleh.
No Nama lokal Nama ilmiah Famili
1. Kemenyan Styrax benzoin Dryand. Styracaceae
2. Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.)
Swingle.
Rutaceae
3. Melati Jasminum sambac (Linn.)
Sol.ex. Aiton
Oleaceae
4. Sirih Piper betle Linn. Piperaceae
5. Pinang Areca catechu Linn. Arecaceae
6. Kunyit Curcuma longa Linn. Zingiberaceae
7. Selasih Ocimum basilisum Linn. Lamiaceae
8. Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandanaceae
9. Padi Oryza sativa Linn. Poaceae
10 Kencur Kaempferia galanga Linn. Zingiberaceae
27
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama lokal Nama ilmiah Famili
11. Pisang Musa paradisiaca Linn. Musaceae
12. Bunga tangkul Celosia cristata Linn. Amaranthaceae
13. Kembang sepatu
atau bunga rayo
Hisbicus rosa-sinensis Linn. Malvaceae
14. Alamanda/bunga
kuburan
Alamanda cathartica Linn. Apocynaceae
15. Kelapa Cocos nucifera Linn. Arecaceae
16. Bambu Gigantochioa apis (Bl.ex
Schutt.f.) Kurzx
Poaceae
17. Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. Palmaceae
18. Mawar Rosa hybrida Linn. Rosaceae
19. Bunga kertas Bougainvillea glabra Comm. Nyctaginaceae
20. Jahe Zingiber officinale Roscoe. Zingiberaceae
21. Padi ketan Oryza sativa var. Glutinosa
(lour). Kom
Poaceae
22. Gambir Uncaria gambir Roxb. Rubeaceae
23. Bangle Zingiber purpureum Roxb. Zingiberaceae
24. Jerengau Acorus calamus Linn. Arocaceae
25. Sahang Piper ningrum Linn. Piperaceae
26. Bawang putih Allium sativum Linn. Liliaceae
27. Bawang merah Allium cepa Linn. Liliaceae
2) Mandi betangas
Tabel 4.2. Tumbuhan yang digunakan dalam upacara mandi betangas.
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili
1. Serai wangi Cymbopogon nardus (Linn.)
Rendle.
Poaceae
2. Daun pandan Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandanaceae
28
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili
3. Daun jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.)
Swing.
Rutaceae
4. Kelapa Cocos nucifera Linn. Arecaceae
5. Padi ketan Oryza sativa var. Glutinosa (lour).
Kom
Poaceae
6. Pisang Musa paradisiaca Linn. Musaceae
b. Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat suku Jawa.
1) Nujuh bulan
Tabel 4.3. Tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual nujuh bulan.
No Nama lokal Nama ilmiah Famili
1. Kelapa Cocos nucifera Linn. Arecaceae
2. Kencur Kaempferia galanga Linn. Zingiberaceae
3. Bawang merah Allium cepa Linn. Liliaceae
4. Bawang putih Allium sativum Linn. Liliaceae
5. Padi ketan Oryza sativa var. Glutinosa (lour).
Kom
Poaceae
6. Bayam Amaranthus spinosus Linn. Amaranthaceae
7. Daun ubi kayu Manihot escullenta Crantz. Euporbiaceae
8. Melati Jasminum sambac Linn. Oleaceae
9. Kunyit Curcuma longa Linn. Zingiberaceae
10. Padi Oryza sativa Linn. Poaceae
2) Cukuran
Tabel 4.4. Tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual cukuran.
No Nama lokal Nama ilmiah Famili
1. Kelapa Cocos nucifera Linn. Arecaceae
2. Mawar Rosa hybrida Linn. Rosaceae
3. Melati Jasminum sambac Linn. Oleaceae
29
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama lokal Nama ilmiah Famili
4. Bunga kertas Bougainvillea glabra Comm. Nyctaginaceae
5. Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandanaceae
6. Padi ketan Oryza sativa var. Glutinosa (lour).
Kom
Poaceae
c. Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat suku Bali.
1) Galungan, kuningan, dan nyepi.
Tabel 4.5. Tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual galungan, kuningan,
dan nyepi.
No Nama lokal Nama ilmiah Famili
1. Bunga kertas Bougainvillea glabra Comm. Nyctaginaceae
2. Kenanga Cananga adorata (Lam.) Hook. F
& Thomson.
Annonaceae
3. Kemitir Tagetes erecta Linn. Asteraceae
4. Pisang Musa paradisiaca Linn. Musaceae
5. Kelapa Cocos nucifera Linn. Arecaceae
6. Salak Salacca zalacca Gaertn. Palmaceae
7. Bambu Gigantochioa apis (Bl.ex
Schutt.f.) Kurzx
Poaceae
8. Andong Cordyline fructiosa Comm. Asparagaceae
9. Kunyit Curcuma longa Linn. Zingiberaceae
10. Padi Oryza sativa Linn. Poaceae
11. Alamanda Alamanda cathartica Linn. Apocynaceae
12. Kembang sepatu Hisbicus rosa-sinensis Linn. Malvaceae
13. Bunga tangkul Celosia cristata Linn. Amaranthaceae
14. Jeruk manis Citrus sinensis (Linn.) Osbeck. Rutaceae
30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2) Ngaben
Tabel 4.6. Tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual ngaben.
No Nama lokal Nama ilmiah Famili
4. Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae
5. Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae
6. Salak Salacca zalacca Gaertn. Palmaceae
7. Bambu Gigantochioa apis (Bl.ex
Schutt.f.) Kurzx
Poaceae
8. Andong Cordyline fructiosa Comm. Asparagaceae
9. Mawar Rosa hybrida L. Rosaceae
10. Melati Jasminum sambac (L.) Sol.ex.
.Aiton
Oleaceae
Berdasarkan tabel-tabel diatas jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam
upacara ritual adat di Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir
dikelompokkan menjadi 24 famili dengan jenis tumbuhan terbanyak berasal dari
famili Zingiberaceae sebanyak 4 spesies yaitu kunyit, jahe, kencur dan bunglai atau
bangle, Poaceae sebanyak 4 spesies yaitu padi, padi ketan, bambu dan serai wangi,
Arecaceae sebanyak 2 spesies yaitu pinang dan kelapa, Amaranthaceae sebanyak 2
spesies yaitu bayam dan bunga tangkul, Piperaceae sebanyak 2 spesies yaitu sirih
dan sahang, Rutaceae sebanyak 2 spesies yaitu jeruk nipis dan jeruk manis, dan
Liliaceae sebanyak 2 spesies yaitu bawang putih dan bawang merah .
Dari 34 jenis tumbuhan tersebut didapatkan sekitar pekarangan rumah dan
beberapa jenis tumbuhan lainnya didapatkan dari sawah dan tumbuh liar di hutan
Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir. Berikut gambaran umum
mengenai tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat di Desa
Simpang Bayat:
31
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
1. Kemenyan ( Styrax benzoin Dryand. )
Gambar 4.1. Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Sphermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Styraxes
Famili : Styraceae
Genus : Styrax
Spesies : Styrax benzoin Dryand.
b. Deskripsi
Pohon besar, tinggi mencapai 40 m,diameter batang mencapai 100 cm,
batang lurus percabangan relative sedikit, mengandung resin bila dibakar berbau
wangi, daun tunggal, daun berbentuk oval bulat, bulat memanjang, ujung runcing,
panjang mencapai 4-15 cm dengan lebar 5-7,5 cm. Bunga berbentuk tandan, wangi,
bunga berkelamin dua, bertangkai panjang antara 6-11 cm, daun mahkota bunga 9-
12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm. Buah masak bulat sampai agak gepeng, biji
cokelat keputihan, berukuran 15-19 mm, terdapat di dalam daging buah yang tebal
dan keras. Daun , kulit batang dan akar kemenyan mengandung saponin,
32
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
flavonoida, dan polifenol. Kemenyan juga mengandung olibanol, materi resin, dan
terpenes (Jayusman, 2014, hal 11-12).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yayu dan pelaksanaan langsung
upacara ritual besaleh oleh datuk Basrun bahwa getah kemenyan salah satu bahan
yang dipakai dalam upacara ritual adat besaleh untuk dibakar dan mempunyai
makna untuk memanggil roh halus. Pengetahuan ini beliau dapat dari turun temurun
oleh orang tua dan keluarga dan masih dipakai sampai sekarang (Yayu dan Basrun,
wawancara, 18 Februari 2020).
2. Jeruk nipis ( Citrus aurantifollia (Cristm.). Swingle)
Gambar 4.2. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.). Swingle)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi )
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies :Citrus aurantifolia (Cristm.). Swingle)
33
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Deskripsi
Pohon kecil bercabang lebat, tidak beraturan, tinggi 1,5-3,5 m, batang bulat
berduri pendek, kaku dan tajam. Daun tunggal tangkai daun bersayap sempit.
Helaian daun berbentuk jorong sampai bundar telur jorong, pangkal bulat, ujung
tumpul, tepi beringgit, permukaan atas berwarna hijau tua mengilap, permukaan
bagian bawah berwarna hijau muda, bunga majemuk, berbentuk bintang, berwarna
putih, wangi, buah buni, bulat sampai bulat telur, kulit tipis tanpa benjolan, rasanya
asam, bijinya banyak. Jeruk nipis mempunyai senyawa kimia seperti limonene,
linalin asetat, geranil asetat, fellandren, stiral, dan asam sitrat (Rukmana, hal. 13-
15).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yayu, beliau mengatakan bahwa
buah jeruk nipis dipakai dalam upacara ritual adat besaleh yang digunakan untuk
keramas dan dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Pengetahuan ini
didapat dari turun temurun oleh orang tua dan keluarganya serta suaminya datuk
Basrun merupakan dukun atau pemangku adat di Desa Simpang Bayat. Dan buah
jeruk nipis diperoleh sekitar pekarangan rumah masyarakat setempat (Yayu,
wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Suhaini, beliau mengatakan
bahwa daun jeruk nipis juga dipakai dalam upacara ritual mandi betangas, daun
jeruk nipis ini direbus dengan bahan lainnya. Pengetahuan ini beliau dapat dari
turun temurun oleh keluarga dan masyarakat setempat yang masih melestarikan dan
menggunakan upacara ritual adat ini. Daun jeruk nipis diperoleh disekitar rumah
masyarakat Desa Simpang Bayat (Suhaini, wawancara, 20 Februari 2020).
34
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Melati ( Jasminum sambac Linn.)
Gambar 4.3. Melati (Jasminum sambac Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Super Ordo : Asteranae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac Linn.
b. Deskripsi
Daun berbentuk bulat oval, tepinya tidak rata dan sedikit bergelombang
dengan posisi menyirip, pangkal daun berbentuk setengah lingkaran, daun dan
batangnya memiliki kedudukan saling berhaadapan, batangnya berwarna hijau
kecoklatan dan jenis batang semak-semak, memiliki banyk cabang , lurus dan
ramping, bunga yang terdapat pada bunga melati umumnya berbenmtuk seperti
terompet dan berwarna putih serta memiliki aroma yang khas. Akar bunga melati
jenis akar tunggang dan bercabang (Rukmana, hal. 16-18).
35
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yurma dan Yayu bahwa bunga melati
dipakai dalam upacara ritual besaleh dengan tujuan untuk menghiasi ancak. Bunga
ini dapat diperoleh sekitar pekarangan rumah di Desa Simpang Bayat (Yayu dan
Yurma, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Maryam dan bapak Tito bahwa
melati dipakai dalam upacara ritual nujuh bulan dengan tujuan agar memperoleh
keselamatan dan sebagai hiasan. Pengetahuan ini beliau dapat turun temurun dari
orang tua (Maryam dan Tito, wawancara, 21 Februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak Gusti Aji Mangku yang merupakan
pemangku adat Suku Bali Kecamatan Bayung Lencir beliau mengatakan bahwa
upacara ritual ngaben memakai bunga melati yang melambangkan kedukaan atau
kematian. Pengetahuan ini beliau dapat dari turun temurun dan belajar (Gusti Aji
Mangku, wawancara, 24 Februari 2020).
4. Sirih ( Piper betle Linn.)
Gambar 4.4. Sirih (Piper betle Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
c. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliopsida
36
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliodae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle Linn.
d. Deskripsi
Akar daun sirih tunggang, warna coklat, akar tumbuhan ini merayap atau
merambat dan memiliki banyak tunas baru yang tumbuh di akar. Batang berbentuk
bundar memanjang dan terdapat ruas-ruas dan sebagai lokasi tumbuhnya
perkecambahan baru, daun berbentuk oval dengan warna hijau muda dan hijau tua,
bagian bawah berwarna putih. Sirih memiliki senyawa minyak atsiri (Hariana,
2013, hal. 350).
e. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Yayu dan Datuk Basrun bahwa daun
sirih dipakai dalam proses upacara ritual besaleh yang dibuat untuk nginang atau
sirihan. Daun sirih dapat diperoleh sekitar pekarangan rumah masyarakat di Desa
Simpang Bayat ( Yayu dan Basrun, wawancara, 18 Februari 2020).
5. Pinang ( Areca catechu Linn.)
Gambar 4.5.Pinang (Areca catechu Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
37
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridipantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Lilianae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu Linn.
b. Deskripsi
Batangnya dapat tumbuh tinggi hingga 20 m, bunga jantan dan bunga betina
terbungkus dalam kelopak bunga. Buahnya berwarna hijau jika masak berwarna
orange dengan kulit serabut dan berbiji tunggal. Biji buah pinang berwarna coklat
kemerah-merahan dan berlekuk-lekuk (Baiti, dkk, 2018, hal. 13).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu dan datuk Basrun bahwa pinang
juga dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai campuran bahan nginang atau
sirihan. Buah pinang didapatkan sekitar pekarangan rumah masyarakat di Desa
Simpang Bayat (Yayu dan Basrun, wawancara, 18 Februari 2020).
38
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
6. Kunyit ( Curcumae longa Linn.)
Gambar 4.6. Kunyit (Curcuma longa Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Zingiberadae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa Linn.
b. Deskripsi
Daun kunyit berbentuk elips dan setiap pada tanaman kira-kira terdapat 5-
15 helaian daun, pangkal daun berbentuk runcing dengan warna hijau tua dan muda,
tepinya rata, batangnya berwarna hijau dengan tinggi mencapai 70-100 cm
mengarah lurus keatas, pelepah daun lunak, dan memiliki rimpang yang berwarna
jingga kecoklatan dan bagian daging rimpang orange, kunyit memiliki zat
curcuminoid. Bunga kunyit muncul dari rimpang yang terletak pada batang. Bunga
39
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kunyit termasuk bunga majemuk, mahkotanya berwarna putih (Hidayat &
Napitipulu, 2015, hal. 239).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu dan ibu Yurma bahwa kunyit
dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai campuran beras ini melambangkan
keselamatan. Kunyit yang dipakai adalah rimpangnya dengan cara diparut sebagai
campuran beras. Kunyit diperoleh dari sekitar pekarangan rumah masyarakat Desa
Simpang Bayat (Yayu dan Yurma, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan ibu Ni Wayan Suparmi beliau mengatakan
kunyi dipakai dalam upacara ritual Galungan, Kuningan, dan Nyepi sebagai
campuran beras. Kunyit yang dipakai adalah rimpangnya dengan cara diparut
sebagai campuran beras (Ni Wayan Suparmi, wawancara 25 Februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan ibu Sri Mah beliau mengatakan bahwa
kunyit dipakai dalam upacara ritual nujuh bulan sebagai campuran beras ini
melambangkan keselamatan. Kunyit yang dipakai adalah rimpangnya dengan cara
diparut sebagai campuran beras ( Sri Mah, wawancara, 22 Februari 2020).
7. Selasih ( Ocimum basilisum Linn.)
Gambar 4.7. Selasih (Ocimum basillisum Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
40
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Divisi :Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies :Ocimum basillisum Linn.
b. Deskripsi
Batang berbentuk persegi, daun selasih memiliki karakteristik yang sangat
kuat daunnya berwarna hijau muda, bentuk daunnya oval hingga elips. Bunga dari
selasih umumnya majemuk, dengan warna mulai dari putih, putih keunguan sampai
kuning krem. Bijinya berwarna hitam (Hariana, 2013, hal. 324).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu dan Yurma beliau mengatakan
bahwa bunga selasih dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai hiasan ancak.
Bunga selasih diperoleh sekitar pekarangan rumah masyarakat setempat (Yayu dan
Yurma, wawancara, 18 Februari 2020).
8. Pandan ( Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Gambar 4.8. pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
41
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Sub Regnum : Tracheobinta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi :Tracheopyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb.
b. Deskripsi
Pandan berupa tanaman perdu yang rendah, batangnya menjalar, bercabang
dan di bagian-bagian pangkal batang muncul akar, akarnya tunggang. Daun pandan
daun tunggal, duduk memeluk batang, bentuknya sempit dan memanjang, seperti
pita, dan ujungnya meruncing dengan, tulang daun pandan berwarna hijau
kekuningan (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 299).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yayu beliau mengatakan bahwa
pandan dipakai dalam upacara ritual besaleh. Organ yang dipakai daun pandan
dengan cara diparut sebagai campuran makanan. Pandan diperoleh sekitar
pekarangan rumah masyarakat sekitar ( Yayu, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Suhaini beliau mengatakan bahwa
daun pandan juga dipakai dalam upacara ritual mandi betangas sebagai campuran
bahan yang lainya dengan cara direbus dan sebagai pewangi (Suhaini, wawancara,
20 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sri Mah beliau mengatakan
bahwa pandan dipakai dalam ritual cukuran sebagai pewangi. Organ yang dipakai
daun pandan. Penegtahuan ini diperoleh secara turun temurun (Sri Mah,
wawancara, 22 Februari 2020).
42
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
9. Padi ( Oryza sativa Linn.)
Gambar 4.9. Padi ( Oryza sativa Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi :Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneeae
Super Ordo : Lilianae
Ordo : Poales
Famili : Poaeae
Genus : Oryza
Spesies :Oryza sativa Linn.
b. Deskripsi
Batangnya terdiri dari beberapa ruas dan memiliki buku-buku, dan
pertumbuhan batang padi adalah merumpun, padi termasuk jenis tanaman
rerumputan yang mempunyai daun yang berbeda-beda yakni helaian daun, pelepah
daun, dan lidah daun. Akar padi merupakan akar serabut. Padi memiliki buah jika
matang berwarna kuning (Rukmana, hal. 16).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
43
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yurma Beliau mengatakan bahwa
padi dipakai dalam upacara ritual besaleh. Organ yang dipakai buah padi disangrai
dan dijadikan bertih dan beras dipakai sebagai beras kunyit. Padi diperoleh dari
sawah masyarakat Desa Simpang Bayat ( Yurma, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Maryam beliau mengatakan
bahwa beras yang merupakan buah dari padi dipakai dalam upacara riatul adat
sebagai beras kunyit (Maryam, wawancara, 21 Februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak Kadek beliau mengatakan bahwa
beras dipakai dalam upacara ritual adat galungan, kuningan, dan nyepi sebagai
campuran beras kunyit (Kadek, wawancara, 26 Februari 2020).
10. Kencur (Kaempferia galanga Linn.)
Gambar 4.10. Kencur (Kaempferia galanga Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
44
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga Linn.
b. Deskripsi
Tanaman kencur tidak memiliki batang, tetapi memiliki banyak rhizome
yang bercabang dengan warna hitam keabu-abuan yang dapat tumbuh serta hidup
secara perennial. Daun tumbuh secara mendatar diatas tanah. Kencur memiliki daun
rimpang yang tenggelam di dalam tanah serta berada di atas permukaan tanah
dengan warna hijau. Rimpang pada tanaman kencur tumbuh secara bergerombol,
jumlah daunnya sekitar 2-3 helai jarang ditemukan dalam jumlah banyak. Akar
pada tanaman kencur tumbuh secara bergerombol dan memiliki cabang dengan
serabut berwarna putih. Akar kencur tumbuh berdampingan dengan rhizome atau
rimpang berwarna coklat keputih-putihan, akar tanaman kencur sendiri memiliki
warna coklat yang agak keras dibandingkan dengan rhizome atau rimpangnya
(Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 215).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yayu beliau mengatakan bahwa
kencur dipakai dalam upacara ritual besaleh. Organ yang dipakai adalah rimpang
yang dipakai sebagai campuran bumbu untuk membuat bubur itam. Kencur
diperoleh sekitar pekarangan rumah masyarakat Desa Simpang Bayat (Yayu,
wawancara, 18 Februari 2020).
45
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
11. Pisang ( Musa paradisiaca Linn.)
Gambar 4.11.Pisang (Musa paradisiaca Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Musales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca Linn.
b. Deskripsi
Pisang memiliki daun lebar, panjang daun mencapai 2 meter. Batang pisang
langsung terhubung dengan akar dan bonggol pisang, batang pisang memiliki kadar
air yang sangat tinggi sehingga mudah untuk ditebas. Dengan digolongkan dalam
kelas monokotil, pisang mempunyai perakaran yang serabut berpusat pada bonggol
pisang, perakaran pisang tidak terlalu dalam masuk kedalam tanah sehingga
tanaman pisang mudah roboh jika bertekstur gembur pada bagian bonggol bertunas
baru. Buah pisang mempunyai warna kuning saat matang dan hijau saat masih
46
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
mentah, buah pisang terletak pada sisir tanaman yang menempel pada tandan pisang
(Rukmana, hal. 12).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yurma dan datuk Basrun beliau
mengatakan bahwa daun pisang dipakai dalam upacara ritual adat besaleh. Bagian
yang digunakan adalah daun pisang yang dibuat takir maknanya piring atau alat
yang dipakai untuk memasukan sajen. Pisang diperoleh sekitar rumah masyarakat
Desa Simpang Bayat ( Yurma dan Basrun, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Gusti Aji Mangku beliau
mengatakan bahwa buah pisang digunakan dalam upacara ritual adat galungan,
kuningan, dan nyepi. Buah pisang tidak boleh digantikan dengan buah lain dan
harus ada setiap upacara ini dilaksanakan ( Gusti Aji Mangku, wawancara, 24
Februari 2020).
12. Bunga tangkul (Celosia cristata Linn.)
Gambar 4.12. Bunga Tangkul (Celosia cristata Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Angiospermae
47
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Kelas : Dicotyledone
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Celosia
Spesies :Celosia cristata Linn.
b. Deskripsi
Batangnya tebal dan kuat dengan daun tunggal, tumbuh berseling,
berbentuk telur sampai memanjang, berujung runcing, bertepi rata dan berwarna
hijau dengan sedikit garis merah di tengah-tengah daun. Daunnya tunggal,
bertangkai, letak berseling, pangkal runcing, pertulangan menyirip (Hidayat &
Napitipulu, 2015, hal. 234).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu beliau mengatakan bahwa bunga
tangkul dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai hiasan ancak. Yang dipakai
adalah bunganya. Bunga tangkul diperoleh disekitar pekarangan rumah masyarakat
( Yayu, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan yang merupakan
ketua adat suku bali beliau mengatakan bahwa semua jenis bunga boleh dipakai
dalam upacara ritual galungan, kuningan, dan nyepi termasuk bunga tangkul ( I
Ketut Murtawan, wawancara, 25 Februari 2020).
48
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
13. Kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis Linn.)
Gambar 4.13. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledone
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis Linn.
b. Deskripsi
Batang bulat berkayu, keras. Daun tunggal, tepi beringgit, ujung runcing,
pangkal tumpul, warnanya hijau. Bunga tunggal, bentuk terompet, di ketiak daun,
kelopak bentuk lonceng dan warnanya merah. Memiliki mahkota, benang sari.
Akarnya tunggang coklat. Daun, bunga dan akarnya memiliki kandungan
flavonoid, saponin, polifenol (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 205).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
49
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu beliau mengatakan bahwa bunga
kembang sepatu atau bunga rayo dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai
hiasan ancak dan campuran keramasan. Yang dipakai adalah bunganya. Bunga
kembang sepatu diperoleh disekitar pekarangan rumah masyarakat ( Yayu,
wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan yang merupakan
ketua adat suku bali beliau mengatakan bahwa semua jenis bunga boleh dipakai
dalam upacara ritual galungan, kuningan, dan nyepi termasuk bunga kembang
sepatu. Tanaman ini diperoleh seikitar rumah masyarakat Suku Bali ( I Ketut
Murtawan, wawancara, 25 Februari 2020).
14. Mawar ( Rosa hybrida Linn.)
Gambar 4.14. Mawar (Rosa hybrida Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledone
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Rosanales
50
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies :Rosa hybrida Linn.
b. Deskripsi
Bunga mawar tergolong bunga majemuk dimana bunga-bunganya
terkumpul dalam satu ruang. Bunganya berwarna merah. Daun bunga mawar juga
tergolong daun majemuk, dimana pada satu cabang terdapat 5-9 anak daun,
bentuknya oval dan kecil dengan memiliki gigi disekitar daun. Batang bunga mawar
memiliki bentuk yang tidak beraturan dan memanjang disertai dengan duri-duri
tajam. Akar pada bunga mawar adalah jenis akar serabut dengan bentuk bulat
memanjang dan memiliki warna coklat (Hariana, 2013, hal. 72).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu beliau mengatakan bahwa bunga
mawar dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai hiasan ancak dan campuran
keramasan. Yang dipakai adalah bunganya. Bunga mawar diperoleh disekitar
pekarangan rumah masyarakat ( Yayu, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Gusti Aji Mangku beliau
mengatakan bahwa bunga mawar digunakan dalam upacara ritual adat ngaben.
Bunga harus ada dalam upacara ritual ngaben. Bunga mawar didapatkan sekitar
rumah masyarakat Suku Bali ( Gusti Aji Mangku, wawancara, 24 Februari 2020).
51
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
15. Bunga kertas (Bougainvillea glabra Comm.)
Gambar 4.15. Bunga kertas (Bougainvillea glabra Comm..)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi :Traceophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Caryophyllanae
Ordo : Caryophyllaes
Famili : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvilleae
Spesies : Bougainvillea glabra Comm.
b. Deskripsi
Bunga kertas merupakan tanaman yang perdu tegak, keras, percabangan
bunga kertas adalah monopodial, dan warna batangnya coklat. Daunnya berbentuk
melebar dan bulat hingga memanjang. Tepi daun bunga kertas merata.
Pertulangannya menyirip. Bunga kertas tergolong bunga tidak lengkap karena
hanya terdiri dari tenda bunga, bunga, tangkai, kepala putik, tangkai putik, benang
sari, dan tangkai sari, bunga ini tumbuh di ketiak daun dan termasuk bunga
majemuk (Hariana, 2013, hal. 67).
52
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Bagian yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yurma beliau mengatakan bahwa
bunga kertas dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai hiasan ancak dan
campuran keramasan. Bagian yang dipakai adalah bunganya. Bunga kertas
diperoleh sekitar pekarangan rumah masyarakat (Yurma, wawancara, 18 Februari
2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan yang merupakan
ketua adat Suku Bali beliau mengatakan bahwa semua jenis bunga boleh dipakai
dalam upacara ritual galungan, kuningan, dan nyepi termasuk bunga kertas.
Tanaman ini diperoleh seikitar rumah masyarakat Suku Bali ( I Ketut Murtawan,
wawancara, 25 Februari 2020).
16. Alamanda ( Alamanda cathartica Linn.)
Gambar 4.16. Bunga kuburan/ Alamanda (Alamanda cathartica Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonea
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Allamanda
53
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Spesies : Allamanda cathartica Linn.
b. Deskripsi
Alamanda merupakan tumbuhan perdu, perdu memanjat, berumur panjang
(perenial), tinggi bisa mencapai 3-8 m, mengandung getah, akarnya tunggang.
Batang berkayu, silindris, terkulai, warna hijau, permukaan halus, percabangan
monopodial, arah cabang terkulai, daun tunggal tersusun berhadapan, warna hijau,
helaian daun tebal, tepi rata, ujung dan pangkal meruncing permukaan atas dan
bawah halus. Bunga majemuk, berbentuk tandan lepas ujung, muncul di ketiak daun
dan ujung batang (Hariana, 2013, hal. 60).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yurma dan ibu Yurma beliau
mengatakan bahwa bunga kuburan atau alamanda dipakai dalam upacara ritual
besaleh sebagai hiasan ancak dan campuran keramasan. Yang dipakai adalah
bunganya. Bunga kertas diperoleh disekitar pekarangan rumah masyarakat (Yayu
dan Yurma, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan yang merupakan
ketua adat Suku Bali beliau mengatakan bahwa semua jenis bunga boleh dipakai
dalam upacara ritual galungan, kuningan, dan nyepi kecuali melati, termasuk bunga
alamanda. Tanaman ini diperoleh seikitar rumah masyarakat Suku Bali ( I Ketut
Murtawan, wawancara, 25 Februari 2020).
54
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
17. Kelapa ( Cocos nucifera Linn.)
Gambar 4.17. Kelapa (Cocos nucifera Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Aricedae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera Linn.
b. Deskripsi
Akar tanaman kelapa adalah serabut, tebal dan berkayu. Akar tanaman
kelapa ini berkerumun membentuk bonggol. Pada tanaman kelapa yang baru
bertunas, mempunyai akar tunggang. Batang kelapa tegak dan lurus ke atas tidak
mempunyai cabang beruas dan berkayu. Daunnya majemuk tulang daun keras.
Bunga kelapa tumbuh pada ketiak daun dan termasuk bunga majemuk. Buah kelapa
termasuk buah tunggal sejati yang berdaging (Rukmana, hal. 14).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
55
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan hasil wawancara dengan datuk Basrun beliau mengatakan
bahwa daun kelapa yang muda dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai hiasan
ancak. Dan buah kelapa diparut diambil santannya sebagai campuran pembuatan
bubur hitam dan putih. Kelapa banyak ditemui sekitar rumah masyarakat Desa
Simpang Bayat ( Basrun, wawancara, 18 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Suhaini bahwa mayang kelapa
atau daun kelapa muda dipakai dalam upacara ritual mandi betangas. Daun kelapa
sebagai pelengkap dan jika tidak ada tidak apa-apa (Suhaini, wawancara, 20
Februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak Amran bahwa kelapa dipakai di
upacara ritual nujuh bulan dan cukuran. Bagian yang dipakai adalah buah kelapa
yang masih muda dan tua. Pengetahuan ini didapat dari turun termurun orang tua
mereka (Amran, wawancara, 22 februari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan yang merupakan
ketua adat Suku Bali beliau mengatakan bahwa kelapa dipakai dalam upacara ritual
galungan, kuningan, dan nyepi. Organ yang dipakai adalah daun kelapa muda untuk
dibuat ceper atau tempat meletakkan sajen. Tanaman ini diperoleh sekitar rumah
masyarakat Suku Bali ( I Ketut Murtawan, wawancara, 25 Februari 2020).
18. Bambu (Gigantochioa apis (Bl. Ex Schutt. F.) Kurtz)
Gambar 4.18. Bambu/ Buluh (Gigantochioa apis (Bl. Ex Schutt. F.) Kurtz.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
56
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Trachephyta
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Lilinae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Gigantochioa
Spesies : Gigantochioa apis (Bl. Ex Schutt. F.) Kurtz
b. Deskripsi
Batang bambu muncul dari akar rimpang dan ketika sudah tua batang
mengeras dan berongga. Batang bambu bebentuk silinder memanjang dan beruas-
ruas. Daun bambu termasuk daun lengkap karena memiliki pelepah daun, tangkai
daun dan helaian daun. Pertulangan daun bambu sejajar, permukaan atas daun
berbulu, bagian atas daun berwarna hijau cerah dan bawahnya berwarna hijau gelap
(Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 43).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan datuk Basrun beliau mengatakan bahwa
bambu dipakai dalam upacara ritual adat besaleh sebagai bahan untuk membuat
ancak. Dan tidak bisa diganti dengan tumbuhan lain. Bambu didapatkan tumbuh
liar sekitar kebun masyarakat Desa Simpang Bayat ( Basrun, wawancara, 18
Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Gusti Aji Mangku beliau
mengatakan bahwa bambu digunakan dalam upacara ritual adat galungan,
kuningan, dan nyepi. Bambu pada upacara ritual galungan dibuat penjor atau janur,
yang mempunyai makna hormat kepada Dewa Basuki dan melambangkan sebuah
naga yang gagah perkasa. Sedangkan pada upacara nyepi dibuat ogoh-ogoh ( Gusti
Aji Mangku, wawancara, 24 Februari 2020).
57
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
19. Salak (Salacca zalacca (Gaerth.) Voss.)
Gambar 4.19. Salak (Salacca zalacca (Gaerth.) Voss.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheubionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Sub Kelas : Aricedae
Ordo : Liliforae
Famili : Palmaceae
Genus : Salacca
Spesies : Salacca zalacca (Gaerth.) Voss.
b. Deskripsi
Batang salak memiliki duri dalam jumlah yang banyak. Buah salak terdapat
di tengah-tengah batang berduri, buahnya bergerombol dan berwarna coklat.
Tanaman salak ialah tanaman yang berumah dua atau tumbuhan yang jantan dan
betinanya tidak berada dalam satu pohon. Akan tetapi, proses
perkembangbiakannya dari biji dan digabungkan dengan anakan tunas. Daun salak
merupakan daun majemuk dan umumnya berwarna hijau (Suskendriyati, dkk, 2000,
hal. 60).
58
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan datuk Basrun beliau mengatakan bahwa
pelepah salak dipakai dalam upacara ritual adat besaleh sebagai bahan untuk
membuat ancak. Dan tidak bisa diganti dengan tumbuhan lain. Salak didapatkan
sekitar rumah masyarakat Desa Simpang Bayat (Basrun, wawancara, 18 Februari
2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan yang merupakan
ketua adat Suku Bali beliau mengatakan bahwa semua buah bisa dipakai dalam
upacara ritual galungan, kuningan, dan nyepi sesuai kemampuan untuk
memperolehnya. Dan salah satunya buah salak. Organ yang dipakai adalah buah
untuk sajen. Tanaman ini diperoleh sekitar rumah masyarakat Desa Simpang Bayat
( I Ketut Murtawan, wawancara, 25 Februari 2020).
20. Bawang putih (Allium sativum Linn.)
Gambar 4.20. Bawang Putih (Allium sativum Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
59
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Sub Kelas : Lilidae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum Linn.
b. Deskripsi
Batang kecil, daun bangun garis, kompak, datar, pangkal pelepah
membentuk umbi, bersudut, di bungkus oleh selaput putih, pelepah bagian atas
membentuk batang semu. Bunga susunan majemuk payung sederhana muncul
setiap anak umbi, 1-3 daun pelindung seperti selaput. Umbi berupa umbi majemuk.
Akarnya serabut. Senyawa yang dimiliki alliin dan y-glutamilsistein (Hidayat &
Napitipulu, 2015, hal. 51).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yurma dan ibu Yurma beliau
mengatakan bahwa bawang putih dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai
bumbu. Yang dipakai adalah umbinya. (Yayu dan Yurma, wawancara, 18 Februari
2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak Tito dan ibu Maryam bahwa bawang
putih dipakai di upacara ritual nujuh bulan sebagai bumbu untuk membuat urap.
Bagian yang dipakai adalah umbinya (Maryam dan Tito, wawancara, 21 Februari
2020).
60
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
21. Padi ketan ( Oryza sativa var. Glutinosa (lour). Kom.)
Gambar 4.21. Padi ketan (Oryza sativa var. Glutinosa (lour). Kom.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa var. Glutinosa (lour). Kom.
b. Deskripsi
Padi ketan merupakan salah satu varietas padi yang merupakan tumbuhan
semusim. Tumbuhan ini mempunyai lidah tanaman yang panjangnya 1-4 mm dan
bercangkap dua. Helaian daun berbentuk garis dengan panjang 15-40 cm yang
tumbuh keatas dengan akar yang menggantung. Hampir seluruh ketan mengandung
amilopektin (Rukmana, hal. 19).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yurma dan ibu Yurma beliau
mengatakan bahwa beras ketan dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai nasi
punjungan. Yang dipakai adalah buahnya. (Yayu dan Yurma, wawancara, 18
Februari 2020).
61
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan wawancara dengan bapak Tito dan ibu Maryam bahwa bawang
putih dipakai di upacara ritual nujuh bulan sebagai bumbu untuk membuat nasi
punjungan. Bagian yang dipakai adalah buahnya atau beras ketan (Maryam dan
Tito, wawancara, 21 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sri Mah beliau mengatakan
bahwa beras ketan dipakai dalam ritual cukuran sebagai nasi punjungan. Organ
yang dipakai adalah buahnya atau beras ketan. Penegtahuan ini diperoleh secara
turun temurun (Sri Mah, wawancara, 22 Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Suhaini bahwa beras ketan
dipakai dalam upacara ritual mandi betangas. Beras ketan dibuat nasi punjungan.
Beras ketan didapat dari sekitar sawah masyarakat Desa Simpang Bayat (Suhaini,
wawancara, 20 Februari 2020).
22. Jahe ( Zingiber officinalle Roscoe.)
Gambar 4.22. Jahe (Zingiber officinalle Roscoe.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Trachephyta
Kelas : Magnoliopsida
62
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Roscoe.
b. Deskripsi
Daun jahe berwarna hijau berbentuk lonjong lancip, berselang seling
dengan tulang daun serta sejajar. Daun jahe termasuk daun tunggal dengan ujung
daun berbentuk runcing, tepinya rata dan pangkal daun tumpul, sedangkan
permukaan daun halus. Batang tanaman jahe memiliki warna hijau, tidak berkayu
serta berair dan merupakan batang semu tegak lurus dan tidak memiliki
percabangan. Akar jahe merupakan akar serabut yang tumbuh pada rimpang serta
termasuk modifikasi dari batang (Hariana, 2013, hal. 128).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yayu dan ibu Yurma beliau
mengatakan bahwa jahe dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai bumbu.
Bagian yang dipakai adalah rimpangnya. Jahe diperoleh disekitar pekarangan
rumah masyarakat (Yayu dan Yurma, wawancara, 18 Februari 2020).
23. Bangle(Zingiber purpureum Roxb.)
Gambar 4.23. Bunglai/ bangle (Zingiber purpureum Roxb.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
63
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber purpureum Roxb.
b. Deskripsi
Bangle biasanya hidup berkelompok, memiliki batang semu. Daun tanaman
bangle tunggal dan berselang seling berbentuk lonjong panjang dengan ujung daun
runcing dengan pangkal daun tumpul dan berbulu halus, pertulangan daun menyirip
berwarna hijau. Bunga tanaman bangle majemuk berbentuk tandan. Warna rimpang
tanaman bangle umumnya berwarna coklat, dan berkembang biak dengan
rimpangnya. Bangle mempunyai kandungan kimia berupa minyak atsiri ( sineol,
dan pinen), damar, pati, dan tanin (Kurdi, 2010, hal. 63).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu dan ibu Yurma beliau
mengatakan bahwa bunglai dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai tangkal
makhluk halus. Bagian yang dipakai adalah rimpangnya. Bunglai diperoleh
disekitar pekarangan rumah masyarakat (Yayu dan Yurma, wawancara, 18 Februari
2020).
64
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
24. Jerengau( Acorus calamus Linn.)
Gambar 4.24. Jerengau (Acorus calamus Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Trachephyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Acorales
Famili : Acoraceae
Genus : Acorus
Spesies : Acorus calamus Linn.
b. Deskripsi
Tumbuhan ini berhabitus herba, tahunan. Akar serabut, cokelat. Batang
berair, pendek, membentuk rimpang, berwarna putih kotor. Dengan tingginya 0,2 –
1 m. Daun tunggal, berbentuk pita, ujung runcing, tepi rata, pangkal memeluk
batang, pertulangan sejajar, warna hijau. Dua daunnya tumbuh secara berlapis pada
bagian pangkalnya, licin. Tumbuhan ini berbentuk mirip rumput, tetapi tinggi,
menyukai tanah basah dengan daun dan rimpang yang beraroma kuat (Hidayat &
Napitipulu, 2015, hal. 46).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
65
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu dan ibu Yurma beliau
mengatakan bahwa jerengau dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai tangkal
makhluk halus. Bagian yang dipakai adalah rimpangnya dibuat gelang dengan cara
di jemur terlebih dahulu kemudian di jahit menggunakan benang. Jerengau
diperoleh sekitar pekarangan rumah masyarakat (Yayu dan Yurma, wawancara, 18
Februari 2020).
25. Serai wangi ( Cymbopogon nardus (Linn.) Rendle.)
Gambar 4.25. Serai Wangi (Cymbopogon nardus (Linn.) Rendle.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poaales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus (Linn.) Randle
b. Deskripsi
66
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Serai wangi memiliki akar yang besar dan serabut yang berimpang pendek.
Batang serai wangi bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga serta tegak
lurus dan mudah patah. Daunnya berwarna hijau dan tidak bertangkai, kesat,
panjang runcing dan berbentuk seperti pita, tulang daun sejajar tepi yang kasar dan
tajam, permukaan bawah daun berbulu (Hariana, 2013, hal. 341).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Suhaini beliau mengatakan bahwa
daun serai wangi juga dipakai dalam upacara ritual mandi betangas sebagai
campuran bahan yang lainya dengan cara direbus. Tidak bisa digantikan dengan
tumbuhan lain. Serai wangi diperoleh sekitar rumah masyarakat Desa Simpang
Bayat (Suhaini, wawancara, 20 Februari 2020).
26. Kenanga (Cananga adorata (Lam.) Hook.f. & Thoms.)
Gambar 4.26. Kenanga (Cananga adorata (Cananga adorata (Lam.) Hook.f. &
Thoms.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
67
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Famili : Annonaceae
Genus : Cananga
Spesies : Cananga adorata (Lam.) Hook.f. & Thoms.
b. Deskripsi
Tanaman kenanga memiliki batang bulat dan bercabng, kulit batang
berwarna abu-abu keputihan. Daunnya tunggal, ujung daun meruncing, permukaan
daun bertekstur licin, bagian atasnya berwarna hijau, sedangkan bawahnya
berwarna hijau muda. Bunga kenanga berbentuk seperti bintang dan majemuk
(Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 213).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan beliau
mengatakan bahwa semua jenis bunga boleh dipakai dalam upacara ritual galungan,
kuningan, dan nyepi kecuali melati, termasuk bunga kenanga. Tanaman ini
diperoleh seikitar rumah masyarakat Suku Bali ( I Ketut Murtawan, wawancara, 25
Februari 2020).
27. Kemitir (Tagetes erecta Linn.)
Gambar 4.27. Bunga tai ayam/ Kemitir (Tagetes erecta Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
68
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Tagetes
Spesies : Tagetes erecta Linn.
b. Deskripsi
Akar tanaman ini tunggang. Batangnya tegak, dan bercabang-cabang pada
sekujur batangnya tumbuh daun majemuk yang ujungnya runcing dan tepinya
bergerigi. Daun tunggal, menyirip menyerupai daun majemuk. Warna daunnya
hijau. Bunga tanaman ini termasuk bunga majemuk, memiliki organ yang lengkap,
warnanya orange (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 217).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan beliau
mengatakan bahwa semua jenis bunga boleh dipakai dalam upacara ritual galungan,
kuningan, dan nyepi kecuali melati, termasuk bunga tai ayam atau kemitir.
Tanaman ini diperoleh seikitar rumah masyarakat Suku Bali ( I Ketut Murtawan,
wawancara, 25 Februari 2020).
28. Andong(Cordyline fructiosa Comm.)
Gambar 4.28. Andong (Cordyline fructiosa Comm.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
69
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Traceophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Asparagaceae
Genus : Cordyline
Spesies : Cordyline fructiosa Comm.
b. Deskripsi
Tanaman andong perdu agak tegak, jarang bercabang, bentuknya bulat dan
keras warnanya coklat keabuan. Daunnya tunggal, berwarna hijau kemerah-
merahan, bentuk memanjang, ujung dan pangkal meruncing dan tepinya rata.
Pertulangan daun menyirip dan permukaan daun licin. Akar tanaman ini serabut
(Hariana, 2013, hal. 35).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Gusti Aji Mangku beliau
mengatakan bahwa dalam upacara ritual adat harus wajib ada api, air, daun, buah,
dan bunga. Daun andong digunakan dalam upacara ritual adat galungan, kuningan,
dan nyepi, andong pada upacara ritual galungan dibuat hiasan penjor atau janur (
Gusti Aji Mangku, wawancara, 24 Februari 2020).
70
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
29. Jeruk manis ( Citrus sinensis (Linn.) Osbeck.)
Gambar 4.29. Jeruk manis (Citrus sinensis (Linn.) Osbeck.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sinensis (Linn.) Osbeck.
b. Deskripsi
Pohon tinggi, ranting berduri pendek berbentuk paku. Tangkai daun
panjang, helaian daun bulat berbentuk elips atau oval memanjang, ujung meruncing
tumpul, tepi meringgit, mahkota bunga putih atau kekuningan. Buah bentuk bola,
daging buah kuning madu dan berbiji (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 118).
c. Bagian yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan bapak I Ketut Murtawan yang merupakan
ketua adat suku bali beliau mengatakan bahwa semua buah bisa dipakai dalam
71
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
upacara ritual galungan, kuningan, dan nyepi sesuai kemampuan untuk
memperolehnya. Dan salah satunya buah jeruk. Organ yang dipakai adalah buah
untuk sajen. ( I Ketut Murtawan, wawancara, 25 Februari 2020).
30. Sahang (Piper ningrum Linn.)
Gambar 4.30. Sahang (Piper ningrum Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper ningrum Linn.
b. Deskripsi
Daun sahang berbentuk bulat oval dengan bagian pucuknya meruncing.
Daun lada ini merupakan tunggal, bertangkai dengan panjang 2-5 cm, dan
membentuk aluran di bagian atasnya. Daun lada ini berukuran panjang 8-20 cm dan
lebar 4-12 cm, berwarna hijau tua dan berurat 5-7 helai. Buah lada berbentuk bulat,
72
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dan mempunyai biji yang keras dengan kulit buah yang lunak. Kulit buah yang
masih muda berwarna hijau lalu menjadi warna merah jika sudah masak. Akar
sahang memiliki agar lembaga ketika baru tumbuh lalu selanjutnya berkembang
menjadi akar tunggang. Tanaman ini bersifat memanjat dengan batang berbuku dan
tingginya mencapai 10 m (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 247).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yurma dan ibu Yurma beliau
mengatakan bahwa sahang dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai bumbu.
Bagian yang dipakai adalah biji. Sahang diperoleh sekitar pekarangan rumah
masyarakat (Yayu dan Yurma, wawancara, 18 Februari 2020).
31. Gambir ( Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb.)
Gambar 4.31. Gambir (Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Traceophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
73
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Genus : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb.
b. Deskripsi
Gambir tumbuh perdu yang memanjat. Percabangan antara gambir adalah
simpodial. Warna permukaan luar batang gambir berwarna coklat kemerahan,
baunya khas dan rasanya sedikit pahit kemanisan. Daun gambir daun tunggal yang
tumbuh di tangkai batang. Daun gambir berbentuk oval memanjang, ujung
meruncing dan tepi daun bergerigi, permukaan daun tidak berbulu atau licin,
dengan tangkai daunnya berukuran pendek. Bunga gambir berbentuk seperti
lonceng dan tumbuh di ketiak daun. Buahnya berupa polong semu dan penuh biji-
biji halus (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 124).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Yayu dan Datuk Basrun bahwa daun
gambir dipakai dalam proses upacara ritual besaleh yang dibuat untuk nginang atau
sirihan. Bagian yang dipakai adalah daun gambir dengan cara dijemur terlebih
dahulu. Daun gambir dapat diperoleh disekitar hutan di Desa Simpang Bayat ( Yayu
dan Basrun, wawancara, 18 Februari 2020).
32. Bawang merah (Allium cepa Linn.)
Gambar 4.32. Bawang merah (Allium cepa Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
74
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa Linn.
b. Deskripsi
Batang kecil, daun bangun gasris, kompak, datar, pangkal pelepah
membentuk umbi, bulat telur melebar, dibungkus oleh selaput putih, dan bagian
atas membentuk batang semu. Bunga susunan majemuk payung sederhana, umbi
berupa umbi majemuk (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 50).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yayu dan ibu Yurma beliau
mengatakan bahwa bawang merah dipakai dalam upacara ritual besaleh sebagai
bumbu. Yang dipakai adalah umbinya. (Yayu dan Yurma, wawancara, 18 Februari
2020).
Berdasarkan wawancara dengan bapak Tito dan ibu Maryam bahwa bawang
merah dipakai di upacara ritual nujuh bulan sebagai bumbu untuk membuat urap.
Bagian yang dipakai adalah umbinya (Maryam dan Tito, wawancara, 21 Februari
2020).
75
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
33. Bayam (Amaranthus spinosus Linn.)
Gambar 4.33. Bayam (Amaranthus spinosus Linn.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : lMagnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus Linn.
b. Deskripsi
Bayam memiliki akar tunggang bagian bawah dan serabut bagian atas. Bayam
memiliki batang yang tegak, tebal, dan mengandung banyak air atau herbacius,
memiliki cabang monodial, berwarna hijau. Daun bayam tunggal berbentuk bulat
memanjang dan oval. Bunga bayam berkelamin tunggal, warna daunnya hijau tua
serta dapat mahkota yang terdiri dari daun bunga dengan jumlah 4-5 buah, dan
bakal buah dengan 2-3 buah dan benang sari 1-5 serta bagian lain yang berguna
untuk membantu penyerbukan (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 52).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
76
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan wawancara dengan bapak Tito, ibu Maryam dan bapak Amran
beliau mengatakan bahwa bayam dipakai di upacara ritual nujuh bulan untuk
membuat urap. Bagian yang dipakai adalah daunnnya. Bayam didapatkan sekitar
pekarangan rumah maupun milik masyarakat. Tumbuhan ini dapat diganti dengan
sayuran lainnya (Maryam dan Tito, wawancara, 21 Februari 2020) dan (Amran,
wawancara, 22 februari 2020).
34. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Gambar 4.34. Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : lMagnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euporbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz.
b. Deskripsi
77
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Akarnya akar tunggang, batang berbentuk bulat panjang, berkayu, berbuku-
buku dan tumbuh memanjang juga terdapat gabus pada bagian dalam batang.
Daunnya termasuk daun tunggal berbentuk menjari, tepi daun rata, memiliki
tangkai yang panjang dan memiliki umbi (Hidayat & Napitipulu, 2015, hal. 399).
c. Bagian tumbuhan yang digunakan
Berdasarkan wawancara dengan bapak Tito dan ibu Maryam bahwa bahwa
ubi kayu dipakai di upacara ritual nujuh bulan untuk membuat urap. Bagian yang
dipakai adalah daunnnya. Ubi kayu didapatkan disekitar pekarangan rumah maupun
milik masyarakat (Maryam dan Tito, wawancara, 21 Februari 2020).
2. Cara pemanfaatan tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 12 responden pengolahan organ-organ
tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat dapat dilakukan dengan cara
sederhana dan jauh dari sentuhan teknologi. Adapun cara pengolahan dan
pemanfaatannya sesuai dengan masing-masing upacara ritual adat dapat dilihat di
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7. Cara pemanfaatan dan pengolahan tumbuhan yang digunakan dalam
upacara ritual adat.
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
Organ
tumbuhan
Upacara ritual
1 Kemenyan Getah Besaleh
Langsung ditaburkan
pada bara api.
2 Jeruk nipis Daun
Buah
Mandi betangas
Besaleh
Pada mandi betangas
daun jeruk nipis
langsung direbus
bersama rempahan yang
lain.
78
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
Pada ritual besaleh
buah jeruk nipis disayat
dicampur dengan
tepung tawar dan bunga
dan dimasukkan air
untuk mandi keramas.
3 Melati Bunga Besaleh
Ngaben
Nujuh bulan
Pada ritual besaleh
bunga melati sebagai
hiasan ancak.
Pada ritual ngaben
sebagai sajen dan
taburan untuk abu yang
dihanyutkan.
Pada ritual nujuh bulan
sebagai hiasan calon
ibu saat disiram air.
4 Sirih Daun Besaleh Langsung dibuat untuk
nginang.
5 Pinang Buah Besaleh Diiris sebagai campuran
nginang dan
dimasukkan ke sirih.
6 Kunyit Rimpang Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Nujuh bulan
Dalam semua upacara
adat kunyit di parut
dijadikan sebagai
campuran beras untuk
di jadikan beras kunyit
atau nasi punjung.
79
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
7 Selasih Bunga Besaleh Langsung diletakan di
pinggir ancak untuk
hiasan.
8 Pandan Daun Besaleh
Mandi betangas
Cukuran
Pandan di parut
dijadikan pewangi pada
saat membuat srikaya
ritual besaleh.
Pada ritual mandi
betangas langsung
direbus bersama
rempahan lain.
Pandan diiris pada saat
cukuran sebagai
campuran bunga.
9 Padi Buah Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Nujuh bulan
Pada ritual besaleh padi
disangrai dijadikan
bertih sebagai salah
satu ringkasan sajen.
Dalam semua ritual
adat padi dijadikan
beras dicampur dengan
kunyit menjadi beras
kunyit.
10 Kencur Rimpang Besaleh
Nujuh bulan
Pada upacara ritual
besaleh kencur
dihaluskan menjadi
campuran bubur itam
atau penyedap.
80
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
Pada ritual nujuh bulan
kencur digiling halus
menjadi bumbu inkung
atau urap untuk nasi
punjung.
11 Pisang Daun
Buah
Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Dalam besaleh daun
pisang dijadikan takir
atau tempat untuk sajen
dan sebagai alas ancak.
Pada ritual galungan,
kuningan, nyepi buah
pisang menjadi sajen
paling utama sebagai
makanan roh butakala.
12 Tangkul Bunga Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Pada ritual besaleh
bunga sebagai hiasan
ancak.
Pada ritual galungan \,
kuningan dan nyepi
langsung diletakan di
ceper.
13 Kembang
sepatu
Bunga Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Pada ritual besaleh
bunga sebagai hiasan
ancak.
Pada ritual galungan \,
kuningan dan nyepi
langsung diletakan di
ceper.
81
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
14 Mawar Bunga Besaleh
Ngaben
Pada besaleh bunga
mawar sebagai hiasan
ancak dan sebagai
campuran jeruk nipis
untuk di mandi
keramas.
Pada ritual ngaben
bunga dijadikan sajen
untuk membuang abu
ke sungai.
15 Bunga kertas Bunga Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Pada ritual galungan,
kuningan , dan nyepi
langsung di letakkan di
ceper sebagai sajen.
Pada ritual besaleh
langsung diletakan di
samping ancak sebagai
hiasan.
16 Alamanda Bunga Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Pada ritual galungan,
kuningan , dan nyepi
langsung di letakkan di
ceper sebagai sajen.
Pada ritual besaleh
langsung diletakan di
samping ancak sebagai
hiasan dan campuran
jeruk nipis.
82
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
17 Kelapa Daun
Buah
Besaleh
Mandi betangas
Kuningan
Galungan
Nyepi
Ngaben
Nujuh bulan
Cukuran
Pada ritual besaleh
daun dibuat ketupat dan
hiasan ancak, dan
buahnya di ambil
santannya dijadikan
campuran srikaya dan
bubur itam dan bubur
putih.
Pada ritual kuningan,
galunga, nyepi, daun
dibuat hiasan penjor
dan dibuat ceper.
Pada ritual mandi
betangas daun dijadikan
Pada upacara ngaben
buah kelapa sebagai
sajen.
Pada upacara ritual
nujuh bulan dan
cukuran buah menjadi
salah satu pelengkap
acara dengan langsung
diletakkan atasnya di
potong.
18 Bambu Batang Besaleh
Galungan
Kuningan
Nyepi
Pada ritual besaleh
bambu di buat untuk
tiang ancak.
83
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
Pada ritual galungan,
kuningan dan nyepi,
dijadikan penjor
(janur).
19 Bawang putih Umbi Besaleh
Nujuh bulan
Dijadikan bumbu untuk
membuat bubur hitam.
Untuk upacara ritual
Nujuh bulan bawang
putih digiling dijadikan
bumbu inkung dan urap
untuk punjung.
20 Salak Pelepah
Buah
Daun
Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Pada ritual besaleh
pelepah salak Sebagai
bahan utama ancak
untuk anyaman.
Pada ritual kuningan,
galungan,nyepi, buah
salak dijadikan sajen
dan daunnya dijadikan
hiasan penjor.
21 Padi ketan Buah Besaleh
Nujuh bulan
Cukuran
Mandi betangas
Langsung dibuat nasi
punjungan.
22 Jahe Rimpang Besaleh Dihaluskan Sebagai
bumbu dari bubur itam.
84
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
23 Bangle Rimpang Besaleh Sebagai penangkal
makhluk halus,
dikeringkan lalu diiris
tipis dijadikan gelang.
24 Jerengau Rimpang Besaleh dikeringkan lalu diiris
tipis dijadikan gelang.
25 Serai wangi Batang Mandi betangas Direbus dan dijadikan
campuran mandi
betangas.
26 Kenanga Bunga Kuningan
Galungan
Nyepi
Langsung ditempatkan
pada ceper dijadikan
sajen bunga.
27 Kemitir Bunga Kuningan
Galungan
Nyepi
Langsung ditempatkan
pada ceper untuk sajen.
28 Andong Daun Kuningan
Galungan
Nyepi
Langsung diikat di
penjor untuk hiasan.
29 Jeruk manis Buah Kuningan
Galungan
Nyepi
Langsung di tempatkan
di canang besar khusus
buah-buahan.
30 Sahang Buah Besaleh Sebagai mad atau
tebusan yang harus
dibayar setelah ritual
selesai dan digiling
85
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama
tumbuhan
Pemanfaatan Cara pengolahan
sebagai bumbu bubur
itam.
31 Gambir Getah
Daun
Besaleh Dijadikan campuran
untuk nginang langsung
dimasukkan ke sirih.
32 Bawang merah Umbi Nujuh bulan
Besaleh
Digiling dijadikan
sebagai bumbu.
33 Bayam Daun Nujuh bulan Direbus dijadikan salah
satu campuran inkung
atau urap punjung.
34 Ubi kayu Daun Nujuh bulan Direbus dijadikan salah
satu campuran inkung
atau urap punjung.
(Sumber : Semua Informan Suku Melayu, Jawa dan Bali, Wawancara Februari
2020).
Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak
digunakan sebanyak 3 spesies yaitu kelapa, kunyit, dan padi dalam upacara ritual
adat dengan organ-organ tumbuhan yang dipakai dalam setiap upacara ritual adat
sesuai fungsi dan cara pengolahannya. Dalam pengolahan tumbuhan biasanya yang
paling banyak berperan adalah perempuan atau ibu-ibu yang mengerti atau biasa
ikut dalam upacara ritual adat. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki
tidak terlibat seperti membuat ancak dalam ritual besaleh dan membuat penjor
dalam ritual suku Bali.
Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan yang digunakan dalam upacara
ritual adat di Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir bersumber dari
pekarangan rumah, sawah dan tumbuh liar di hutan sekitar. Berikut ini data sumber
perolehan tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat di Desa Simpang
Bayat.
Tabel 4.8. Sumber perolehan tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat.
86
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama lokal Nama ilmiah Sumber perolehan
1 Kemenyan Styrax benzoin Dryand. Hutan / kebun karet
2 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Swingle . Pekarangan
3 Melati Jasminum sambac ( Linn.)
Sol. Ex. Aiton
Pekarangan
4 Sirih Piper betle Linn. Pekarangan
5 Pinang Arecha catechu Linn. Pekarangan
6 Kunyit Curcuma longa Linn. Pekarangan
7 Selasih Occimum basillisum Linn. Pekarangan
8 Pandan Pandanus amaryllifolius
Roxb.
Pekarangan
9 Padi Oryza sativa Linn. Sawah
10 Kencur Kamepferia galanga Linn. Pekarangan
11 Pisang Musa paradisiaca Linn. Pekarangan
12 Tangkul Celosia cristata Linn. Pekarangan
13 Kembang
sepatu
Hisbicus rosa-sinensis Linn. Pekarangan
14 Mawar Rosa hybrida Linn. Pekarangan
15 Bunga kertas Bougainviellea glabra
Comm.
Pekarangan
16 Alamanda Alamanda cathartica Linn. Pekarangan
17 Kelapa Cocos nucifera Linn. Pekarangan
18 Bambu Gigantochiao apis (Bl. Ex
Scutt.f.) Kurzx
Kebun
19 Bawang putih Allium sativum Linn. Pekarangan
20 Salak Salacca zalacca (Gaertn)
Voss.
Pekarangan
21 Padi ketan Oryza sativa var. Glukosa
(lour) kom.
Sawah
87
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama lokal Nama ilmiah Sumber perolehan
22 Jahe Zingiber officinalle Roscoe. Pekarangan
23 Bangle Zingiber purpureum Roxb. Pekarangan
24 Jerengau Acorus calamus Linn. Pekarangan
25 Serai wangi Cymbopogon nardus
(Linn.) Rendle.
Pekarangan
26 Kenanga Cananga adorata Hook. F &
Thomson.
Pekarangan
27 Kemitir Tagetes erecta Linn. Pekarangan
28 Andong Cordyline fructiosa Comm. Pekarangan
29 Jeruk manis Citrus sinensis Linn. Pekarangan
30 Sahang Piper ningrum Linn. Pekarangan
31 Gambir Uncaria gambir Roxb. Hutan
32 Bawang merah Allium cepa Linn. Pekarangan
33 Bayam Amaranthus spinosus Linn. Pekarangan
34 Ubi kayu Manihot escullenta Crantz. Pekarangan
Berdasarkan Tabel 4.8 sumber perolehan tumbuhan yang digunakan dalam
upacara ritual adat banyak diperoleh dari pekarangan dan beberapa liar di hutan dan
sawah, hal ini membuktikan bahwa masyarakat sekitar dan pemangku adat telah
membudidayakan tumbuhan yang dipakai dalam upacara ritual adat, masyarakat
menanam tumbuhan yang mereka pakai dalam upacara ritual adat di sekitar tempat
tinggal mereka agar mudah mendapatkan tumbuhan tersebut. Dengan data ini,
diperoleh bahwa hanya tumbuhan kemenyan dan gambir yang susah didapatkan
karena harus mengambilnya di hutan, dan belum di tanam disekitar pekarangan
rumah dengan alasan bahwa tumbuhan tersebut akan tumbuh sebagai pohon yang
tinggi sehingga tidak ditanam dekat rumah karena akan berdampak pada
keselamatan masyarakat sekitar sehingga tumbuhan ini tergolong langka.
Sedangkan untuk jenis bunga paling banyak seperti kemitir, kenanga, bunga
kertas, kembang sepatu, selasih, mawar dan melati paling banyak didapatkan
disekitar rumah masyarakat suku Bali, karena upacara ritual yang paling banyak
88
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
menggunakan bunga yakni upacara ritual suku Bali begitu pun dengan buah-
buahan. Dalam upacara ritual suku Bali bahwa mereka memanfaatkan tumbuhan
yang ada disekitar untuk melaksanakan upacara ritual adat agar tidak memberatkan
umatnya untuk beribadah dan sebagai tanda syukur kepada Dewa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa tumbuhan dan bahan
yang digunakan dalam upacara ritual adat harus bersih dan tidak boleh
sembarangan. Pada upacara ritual adat besaleh harus menggunakan dapur baru dan
wanita yang sedang dalam fase menstruasi tidak boleh ikut dalam membuat bahan
yang dibutuhkan dalam upacara ritual adat besaleh karena dianggap dalam keadaan
tidak suci. Sedangkan pada upacara ritual suku Bali seperti kuningan, galungan, dan
nyepi tidak boleh menggunakan bunga mawar dan melati karena dianggap atau
melambangkan kematian. Jadi, bunga mawar dan melati hanya dipakai di upacara
ngaben.
3. Nilai penting budaya tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual
adat.
Berdasarkan wawancara dengan 12 responden dan masing-masing didapat
nilai penting budaya tumbuhan dengan perhitungan sesuai rumus ICS ( Index of
Cultural Signifikan ) dan syarat ketentuan nilai ICS maka di dapat nilai setiap
tumbuhan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.9. Nilai penting budaya tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual
adat.
No. Jenis tumbuhan Upacara ritual
adat
Nilai ICS
Q I E (QxIxE) ICS
1. Kemenyan Besaleh 4 4 2 (4x4x2) 32
2. Jeruk nipis Besaleh 4 5 2 (4x5x2)
Mandi betangas 3 5 1 (3x5x1) 55
3. Melati Nujuh bulan 1 2 2 (1x2x2)
Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
89
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Upacara ritual
adat
Nilai ICS
Ngaben 5 2 2 (5x2x2) 48
4. Sirih Besaleh 4 3 2 (4x3x2) 24
5. Pinang Besaleh 4 3 2 (4x3x2) 24
6. Kunyit Besaleh 4 4 2 (4x4x2)
Galungan 5 3 2 (5x3x2)
Kuningan 5 3 2 (5x3x2)
Nujuh bulan 1 2 2 (1x2x2)
Nyepi 5 3 2 (5x3x2) 126
7. Selasih Besaleh 4 3 1 (4x3x1) 12
8. Pandan Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
Mandi betangas 3 3 1 (3x3x1)
Cukuran 2 3 2 (2x3x2) 45
9. Padi Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
Kuningan 5 3 2 (5x3x2)
Galungan 5 3 2 (5x3x2)
Nyepi 5 3 2 (5x3x2)
Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2) 120
10. Kencur Besaleh 4 2 2 (4x2x2)
Nujuh bulan 1 2 2 (1x2x2) 20
11. Pisang Besaleh 4 4 2 (4x4x2)
Kuningan 5 4 2 (5x4x2)
Galungan 5 4 2 (5x4x2)
Nyepi 5 4 2 (5x4x2) 152
12. Tangkul Besaleh 4 3 1 (4x3x1)
57
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
90
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Upacara ritual
adat
Nilai ICS
13. Kembang sepatu/
bunga rayo
Besaleh 4 3 1 (4x3x1)
57
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
14. Mawar Besaleh 4 2 1 (4x2x1)
48 Ngaben 5 4 2 (5x4x2)
15. Bunga kertas Besaleh 4 3 1 (4x3x1)
57
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
16. Alamanda / bunga
kuburan
Besaleh 4 3 1 (4x3x1)
57
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
17. Kelapa Besaleh 4 4 2 (4x4x2)
204
Mandi betangas 3 4 2 (3x4x2)
Kuningan 5 4 2 (5x4x2)
Galungan 5 3 2 (5x3x2)
Nyepi 5 3 2 (5x3x2)
Ngaben 5 3 2 (5x3x2)
Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2)
Cukuran 2 3 2 (2x3x2)
18. Bambu Besaleh 4 4 2 (4x4x2)
152
Galungan 5 4 2 (5x4x2)
Kuningan 5 4 2 (5x4x2)
Nyepi 5 4 2 (5x4x2)
19. Bawang putih Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
30 Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2)
91
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Upacara ritual
adat
Nilai ICS
20. Salak Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
69
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
21. Padi ketan Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
60
Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2)
Cukuran 2 3 2 (2x3x2)
Mandi betangas 3 3 2 (3x3x2)
22. Jahe Besaleh 4 2 2 (4x2x2) 16
23. Bangle Besaleh 4 1 2 (4x1x2) 8
24. Jerengau Besaleh 4 1 2 (4x1x2) 8
25. Serai wangi Mandi betangas 3 4 2 (3x4x2)
24
26. Kenanga Galungan 5 2 1 (5x2x1)
30
Kuningan 5 2 1 (5x2x1)
Nyepi 5 2 1 (5x2x1)
27. Kemitir Galungan 5 3 2 (5x3x2)
90
Kuningan 5 3 2 (5x3x2)
Nyepi 5 3 2 (5x3x2)
28. Andong Galungan 5 2 1 (5x2x1)
25
Kuningan 5 2 1 (5x2x1)
Nyepi 5 1 1 (5x1x1)
29. Jeruk manis Galungan 5 2 1 (5x2x1)
30
Kuningan 5 2 1 (5x2x1)
Nyepi 5 2 1 (5x2x1)
30. Sahang Besaleh 4 3 2 (2x3x2) 24
92
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Upacara ritual
adat
Nilai ICS
31. Gambir Besaleh 4 2 2 (4x2x2) 16
32. Bawang merah Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2)
30 Besaleh 4 2 2 (4x3x2)
33. Bayam Nujuh bulan 1 3 1 (1x3x1) 3
34. Ubi kayu Nujuh bulan 1 3 1 (1x3x1) 3
Berdasarkan perhitungan Tabel 4.9 Bahwa didapatkan nilai ICS dari
wawancara informan sesuai dengan kaidah penilaian yang sudah ada menurut
penelitian khusus etnobotani, dengan nilai ICS tertinggi pada 5 spesies yaitu kelapa
dengan nilai ICS 204, kemudian pisang dan bambu dengan nilai ICS sama 152
setelah itu kunyit dengan nilai ICS 126 dan padi dengan nilai ICS 120. Hal ini
menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut lebih dari satu kali penggunaanya dalam
ritual adat dan tergolong paling banyak disukai penggunaanya.
Berdasarkan Tabel 4.9 ICS (Index Of Cultural Significance) angka hasil
perhitungan ICS menunjukkan tingkat kepentingan setiap jenis tumbuhan
bermanfaat oleh masyarakat. Berdasarkan hasil analisis data tumbuhan yang
dimanfaatkan pada masyarakat Desa Simpang Bayat diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.10. Nilai kategorisasi Index of Cultural Significance (ICS)
No Predikat Skor Spesies Tumbuhan Jum
lah
1. Sangat Tinggi > 100 Kelapa (Cocos nucifera Linn.)
Kunyit (Curcuma longa Linn.)
Padi (Oryza sativa Linn.)
Pisang (Musa paradisiaca Linn.)
Bambu (Gigantochiao apis (Bl.ex
Schutt.f.) Kurzx
5
2. Tinggi 50 – 99 Jeruk nipis (Citrus aurantifolia
Swingle.)
8
93
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Predikat Skor Spesies Tumbuhan Jum
lah
Bunga tangkul (Celosia cristata
Linn.)
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis Linn.)
Bunga kertas (Bougainviellea
glabra Comm.)
Alamanda (Alamanda cathartica
Linn.)
Salak (Salacca zalacca (Gartn.)
Voss.)
Padi ketan (Oryza sativa var.
glutinosa.(lour.) Kom.)
Kemitir (Tagetes erecta Linn.)
3. Sedang 20 – 49 Kemenyan (Styrax benzoin
Dryand)
Melati (Jasminum sambac Linn.)
Sirih (Piper betle Linn.)
Pinang (Areca catechu Linn.)
Pandan ( Pandanus amaryllfolius
Roxb.)
Kencur (Kaempferia galanga
Linn.)
Mawar (Rosa hybrida Linn.)
Bawang putih (Allium sativum
Linn.)
Serai wangi (Cymbopogon nardus
(Linn.) Rendle.)
14
94
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Predikat Skor Spesies Tumbuhan Jum
lah
Kenanga (Cananga adorata
Hook. F & Thomson.)
Andong (Cordyline fructiosa
Comm.)
Jeruk manis ( Citrus sinensis
Linn.)
Sahang (Piper ningrum Linn.)
Bawang merah (Allium cepa
Linn.)
4. Rendah 5 – 19 Selasih (Ocimum basillisum
Linn.)
Jahe (Zingiber officinalle
Roscoe.)
Jerengau (Acorus calamus Linn.)
Bangle (Zingiber purpureum
Roxb.)
Gambir (Uncaria gambir (W.
Hunter.) Roxb.)
5
5. Sangat Rendah 1 – 4 Bayam (Amaranthus spinosus
Linn.)
Ubi kayu (Manihot escullenta
Crantz.)
2
6. Tidak Ada 0
Total 34
Berdasarkan hasil analisis ICS pada tabel di atas, di Desa Simpang Bayat
ditemukan jenis tumbuhan dari tingkat tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
95
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
B. Pembahasan
1. Jenis tumbuhan dan bagian yang digunakan dalam upacara ritual
adat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 12 responden terdapat 34 jenis
tumbuhan dalam 24 famili yang dapat digunakan dalam 8 upacara ritual adat
yang masih tetap dilaksanakan di Desa Simpang Bayat oleh suku Melayu, suku
Jawa dan suku Bali, yaitu kemenyan (Styrax benzoin Dryand.), jeruk nipis
(Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.), melati (Jasminum sambac (Linn.)
Sol.ex.Aiton.), sirih (Piper betle Linn.), pinang (Areca catechu Linn.), kunyit
(Curcuma longa Linn.), selasih (Ocimum basillisum Linn.), pandan (Pandanus
amaryllifolium Roxb.), padi (Oryza sativa Linn.), kencur (Kaempferia galanga
Linn.), pisang (Musa paradisiaca Linn.), bunga tangkul (Celosia cristata Linn.),
kembang sepatu ( Hisbicus rosa-sinensis Linn.), mawar (Rosa hybrida Linn.),
(Bougainviellea glabra Comm.), allamanda (Alamanda cathartica Linn.),
kelapa (Cocos nucifera Linn.), bambu (Gitantochioa apis (Bl.ex Schutt.f.)
Kurzx.), bawang putih (Allium sativum Linn.), salak (Salacca zalacca (Gaertn.)
Voss.), padi ketan (Oryza sativa var. Glutinosa Kom. (lour).), jahe (Zingiber
officinalle Roscoe.), bangle (Zingiber purpureum Roxb.), jerengau (Acorus
calamus Linn.), serai wangi (Cymbopogon nardus (Linn.) Rendle.), kenanga
(Cananga adorata (Lam.) Hook.f. & Thoms.), kemitir (Tagetes erecta
Linn.),andong (Cordyline fructiosa Comm.), jeruk manis (Citrus sinensis Linn.),
gambir (Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb.), bawang merah (Allium cepa
Linn.), bayam (Amaranthus spinosus Linn.), ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz.).
Menurut purwanti (2017, hal 49-50) terdapat kurang lebih 31 jenis
tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Pasokan, Provinsi Sulawesi Tengah seperti pinang (Areca
catechu Linn.), sirih (Piper betle Linn.), kunyit (Curcuma longa Linn.), dan padi
(Oryza sativa Linn.).
Berdasarkan tabel 4.1 sampai tabel 4.6 Jenis tumbuhan yang digunakan
dalam upacara ritual adat yang terdiri dari upacara ritual adat besaleh dan mandi
96
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
betangas yang digunakan oleh suku Melayu, upacara ritual adat nujuh bulan dan
cukuran yang digunakan oleh suku Jawa dan upacara ritual adat galungan,
kuningan, nyepi dan ngaben oleh suku Bali yang banyak digunakan di Desa
Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir adalah sebanyak 34 spesies yang
dikelompokkan dalam 24 famili. Jumlah ini cukup terbilang tinggi dibandingkan
dengan penelitian Purwanti di Desa Pasokan Kecamatan Walea Besar dan
penelitian Satria Dhika di Desa Talaga Provinsi Sulawesi Tengah yang masing-
masing tercatat 31 dan 14 jenis tumbuhan di Provinsi Sulawesi Tengah.
Dari tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat yang banyak
digunakan responden dapat dilihat bahwa jenis tumbuhan tersebut terbilang
mudah untuk didapatkan sekitar lingkungan mereka atau budidaya dan juga ada
yang tumbuh liar di hutan. Menurut Purwanti (2017, hal. 50) dalam
penelitiannya Studi Etnobotani Pada Proses Ritual Adat Masyarakat Suku
Saluan di Desa Pasokan Kabupaten Tojo Una-Una dan menurut Asvic Helida
(2016, hal. 11) dalam penelitiannya Makna Nilai Penting Budaya
Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Bagi Masyarakat di Taman Nasional
Kerinci Seblat di Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Sebagian tumbuhan
didapatkan dari sekitar rumah atau budidaya atau tumbuh liar di hutan.
2. Cara pemanfaatan tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat.
Berdasarkan tabel 4.7 tentang cara pemanfaatan tumbuhan yang digunakan
dalam upacara ritual adat di Desa Simpang Bayat Kecamatan Bayung Lencir yaitu
dengan cara direbus, disangrai, diparut, atau bahkan langsung dijadikan sajen
seperti bunga dan buah sesuai dengan kebutuhan masyarakat berdasarkan upacara
ritual adat yang sudah dilakukan secara turun temurun dari orang tua mereka.
Menurut Purwanti (2017, hal.53) dalam penelitiannya Studi Etnobotani Pada
Proses Ritual Adat Masyarakat Suku Saluan di Desa Pasokan Kabupaten Tojo
Una-Una pengolahan tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat yaitu
dengan cara di masak, di gerus, di konsumsi langsung, dibuat keranjang atau
langsung ditempatkan pada dulang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
setiap upacara ritual adat. Pengolahan secara tradisional merupakan salah satu
97
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
proses yang tetap dipertahankan secara turun temurun oleh petua di Desa Simpang
Bayat.
Pada setiap jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat
bagian yang dimanfaatkan berbeda-beda mulai dari rimpang, umbi, batang,
pelepah, daun, buah, biji, dan bunga. Menurut Titri Anggraini (2018, hal. 15) dan
Purwanti (2018, hal. 51) sebagian besar tumbuhan yang digunakan dalam upacara
ritual adat diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar tempat tinggal.
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat digunakan untuk upacara ritual adat adalah
rimpang, umbi, batang, daun, akar, bunga, buah dan biji.
Berdasarkan tabel 4.7 bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan
dalam upacara ritual adat adalah daun, bunga, buah, dan rimpang. Bagian
tumbuhan yang paling banyak digunakan daun yang meliputi 10 spesies jeruk
nipis(Citrus aurantifolia Swingle.), sirih (Piper betle Linn.), pandan (Pandanus
amaryllifolius Roxb.), pisang (Musa paradisiaca Linn.), kelapa (Cocos nucifera
Linn.), salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.), gambir (Uncaria gambir Roxb.),
bayam (Amaranthus spinosus Linn.), ubi kayu (Manihot utillisima Crantz.), dan
andong (Cordyline fructiosa Comm.). Bagian yang kedua yang paling banyak
digunakan adalah bunga yang terdiri dari 9 spesies yaitu melati (Jasminum
sambac), selasih (Ocimum basillisum Linn.), bunga tangkul (Celosia cristata
Linn.), kembang sepatu (Hisbicus rosa-sinensis Linn.), bunga kuburan/ alamanda
(Alamanda cathartica Linn.), mawar (Rosa hybrida Linn.), bunga kertas
(Bougainveillea glabra Comm.), kemitir (Tagetes erecta Linn.), dan kenanga
(Cananga adorata Hook. F & Thomson.). Bagian yang ketiga yang paling banyak
digunakan adalah buah yang meliputi 6 spesies yaitu pinang (Areca catechu
Linn.), pisang (Musa paradisiaca Linn.), kelapa (Cocos nucifera Linn.), salak
(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.), jeruk (Citrus sinensis (Linn.) Osbeck.), dan
jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle.). Selanjutnya rimpang 5 spesies yaitu
kunyit (Curcuma longa Linn.), jahe (Zingiber officinalle Roscoe.), bangle
(Zingiber purpureum Roxb.), jerengau (Acorus calamus Linn.), dan kencur
(Kaempferia galanga Linn.)
98
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Nilai penting budaya tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual
adat.
Hasil penelitian dan perhitungan data sesuai tabel 4.9 memperlihatkan
bahwa masyarakat Desa Simpang Bayat masih bergantung pada sejumlah besar
spesies tumbuhan yang ada disekitar untuk memenuhi salah satu kebutuhan
upacara ritual adat. Hasil perhitungan ICS berikut 5 spesies dengan ICS kategori
sangat tinggi berdasarkan kualitas, intensitas, dan esklusivitas menurut
masyarakat yaitu kelapa dengan nilai ICS 204, kemudian pisang dan bambu
dengan nilai ICS sama 152 setelah itu kunyit dengan nilai ICS 126 dan padi
dengan nilai ICS 120, dengan penggunaan dalam semua upacara ritual adat yaitu
besaleh, mandi betangas, nujuh bulan, cukuran, galungan, kuningan, nyepi, dan
ngaben dengan pemanfaatan organ tumbuhan yakni daun dan buah.
Menurut Turner (1998, hal.278-279 ) dan menurut Ruqayah (2004, hal. 86-
88) hasil perhitungan ICS menggambarkan tingkat kesukaan dan minat masyarakat
terhadap spesies tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat. Nilai ICS
menunjukkan seberapa penting suatu spesies tumbuhan bagi kehidupan masyarakat
yang dipengaruhi oleh 3 aspek yaitu kualitas pemanfaatan, intensitas penggunaan
dan esklusivitas pemanfaatan spesies tumbuhan berguna. Semakin tinggi spesies
tumbuhan berguna maka nilai ICS semakin tinggi, semakin sering spesies
tumbuhan digunakan dalam upacara ritual adat oleh masyarakat maka nilainya juga
semakin tinggi dan spesies tumbuhan mempunyai manfaat yang tidak tergantikan
oleh jenis lain maka nilai esklusivitas tumbuhan tersebut tinggi.
Berdasarkan tabel 4.10 Nilai kategorisasi Index of Cultural Significance (ICS)
diperoleh Pemanfaatan tumbuhan yang sangat tinggi adalah kelapa, pisang, bambu,
kunyit, dan padi. Kategori tinggi dengan jumlah 8 diperoleh yakni spesies jeruk
nipis, bunga tangkul, kembang sepatu, bunga kertas, alamanda, salak, padi ketan,
dan kemitir, dengan penggunaan dalam upacara ritual adat yang sama yaitu besaleh,
nujuh bulan, galungan, kuningan dan nyepi. Nilai indeks pemanfaatan tumbuhan
yang sedang, tercatat spesies tumbuhan dengan jumlah 14 dengan spesies
kemenyan, melati, sirih, pinang, pandan, kencur, mawar , bawang putih, serai
wangi, kenanga, andong, jeruk manis, sahang, dan bawang merah dimana tumbuhan
99
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
yang memiliki nilai pemanfaatan yang sedang ini sangat berperan dalam upacara
ritual adat, karena tumbuhan ini sebagai pelengkap berjalannya prosesi upacara
ritual adat. Tumbuhan ini sangat banyak kegunaannya terutama kemenyan dan
Melati digunakan sebagai bahan keperluan adat seperti acara besaleh dan ngaben.
Kategori rendah dengan jumlah 5 dengan tumbuhan seperti selasih, jahe, jerengau,
bangle, gambir. Dan kategori sangat rendah dengan nilai 2 yakni tumbuhan bayam
dan ubi kayu.
Menurut Andi Muraqmi (2015, hal. 51) ICS (Index Of Cultural
Significance) adalah hasil analisis etnobotani kuantitatif yang menunjukkan nilai
kepentingan tiap-tiap jenis tumbuhan bermanfaat yang didasarkan pada keperluan
masyarakat. Angka hasil perhitungan ICS menunjukkan tingkat kepentingan setiap
jenis tumbuhan bermanfaat oleh masyarakat. Berdasarkan hasil analisis ICS pada
tabel di atas, ditemukan jenis tumbuhan dari tingkat sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah.
100
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang studi etnobotani tumbuhan yang
digunakan dalam upacara ritual adat di Desa Simpang Bayat, Kecamatan
Bayung Lencir Sumatera Selatan. Dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat oleh
masyarakat di Desa Simpang Bayat yang meliputi suku Melayu, suku Jawa,
dan suku Bali ditemukan sebanyak 34 spesies tumbuhan yaitu kemenyan
(Styrax benzoin Dryand.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.),
melati (Jasminum sambac (Linn.) Sol.ex.Aiton.), sirih (Piper betle Linn.),
pinang (Areca catechu Linn.), kunyit (Curcuma longa Linn.), selasih (Ocimum
basillisum Linn.), pandan (Pandanus amaryllifolium Roxb.), padi (Oryza
sativa Linn.), kencur (Kaempferia galanga Linn.), pisang (Musa paradisiaca
Linn.), bunga tangkul (Celosia cristata Linn.), kembang sepatu ( Hisbicus
rosa-sinensis Linn.), mawar (Rosa hybrida Linn.), (Bougainviellea glabra
Comm.), allamanda (Alamanda cathartica Linn.), kelapa (Cocos nucifera
Linn.), bambu (Gitantochioa apis (Bl.ex Schutt.f.) Kurzx.), bawang putih
(Allium sativum Linn.), salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.), padi ketan
(Oryza sativa var. Glutinosa Kom. (lour).), jahe (Zingiber officinalle Roscoe.),
bangle (Zingiber purpureum Roxb.), jerengau (Acorus calamus Linn.), serai
wangi (Cymbopogon nardus (Linn.) Rendle.), kenanga (Cananga adorata
(Lam.) Hook.f. & Thoms.), kemitir (Tagetes erecta Linn.),andong (Cordyline
fructiosa Comm.), jeruk manis (Citrus sinensis Linn.), gambir (Uncaria
gambir (W. Hunter) Roxb.), bawang merah (Allium cepa Linn.), bayam
(Amaranthus spinosus Linn.), ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.)
dikategorikan dalam 24 famili.
2. Pemanfaatan tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat ini yakni
dengan cara ada yang direbus, ada yang disangrai, dan ada yang digunakan
secara langsung dalam setiap upacara ritual adat yang bagian-bagian
tumbuhannya meliputi bunga, buah, daun, rimpang, batang, pelepah dan biji.
101
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah bagian tumbuhan yang
paling banyak digunakan dalam upacara ritual adat adalah daun, bunga, buah,
dan rimpang. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan daun yang
meliputi 10 spesies jeruk nipis (Citrus aurantifolia ), sirih (Piper betle), pandan
(Pandanus amaryllifolius), pisang (Musa paradisiaca Linn.), kelapa (Cocos
nucifera Linn.), salak (Salacca zalacca Gaertn.), gambir (Uncaria gambir
Roxb.), bayam (Amaranthus spinosus Linn.), ubi kayu (Manihot utillisima
Crantz.), dan andong (Cordyline fructiosa Comm.). Bagian yang kedua yang
paling banyak digunakan adalah bunga yang terdiri dari 9 spesies yaitu melati
(Jasminum sambac (Linn.) Sol.ex. Aitan.), selasih (Ocimum basillisum Linn.),
bunga tangkul (Celosia cristata Linn.), kembang sepatu (Hisbicus rosa-
sinensis Linn.), bunga kuburan/ alamanda (Alamanda cathartica Linn.), mawar
(Rosa hybrida Linn.), bunga kertas (Bougainveillea glabra Comm.), kemitir
(Tagetes erecta Linn.), dan kenanga (Cananga adorata Hokk. F & Thomson.).
Bagian yang ketiga yang paling banyak digunakan adalah buah yang meliputi
6 spesies yaitu pinang (Areca catechu Linn.), pisang (Musa paradisiaca
Linn.), kelapa (Cocos nucifera Linn.), jeruk (Citrus sinensis Linn.), dan jeruk
nipis (Citrus aurantifolia Swingle.). Selanjutnya rimpang 5 spesies yaitu
kunyit (Curcuma longa Linn.), jahe (Zingiber officinalle Roscoe.), bangle
(Zingiber purpureum Roxb.), jerengau (Acorus calamus Linn.) dan kencur
(Kaempferia galanga Linn.).
3. Dari banyaknya tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat ini,
maka diperoleh tumbuhan yang paling sering digunakan dengan melihat nilai
penting budaya tumbuhan atau ICS. Hasil perhitungan ICS berikut 5 spesies
dengan ICS kategori sangat tinggi berdasarkan kualitas, intensitas, dan
esklusivitas menurut masyarakat yaitu kelapa dengan nilai ics 204, kemudian
pisang dan bambu dengan nilai ics sama 152 setelah itu kunyit dengan nilai ics
126 dan padi dengan nilai ics 120, dengan penggunaan dalam semua upacara
ritual adat yaitu besaleh, mandi betangas, nujuh bulan, cukuran, galungan,
kuningan, nyepi, dan ngaben dengan pemanfaatan organ tumbuhan yakni daun
dan buah. Kategori tinggi dengan jumlah 8 diperoleh yakni spesies jeruk nipis,
102
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
bunga tangkul, kembang sepatu, bunga kertas, alamanda, salak, padi ketan, dan
kemitir, dengan penggunaan dalam upacara ritual adat yang sama yaitu
besaleh, nujuh bulan, galungan, kuningan dan nyepi. Nilai indeks pemanfaatan
tumbuhan yang sedang, tercatat spesies tumbuhan dengan jumlah 14 dengan
spesies kemenyan, melati, sirih, pinang, pandan, kencur, mawar , bawang
putih, serai wangi, kenanga, andong, jeruk manis, sahang, dan bawang merah
dimana tumbuhan yang memiliki nilai pemanfaatan yang sedang ini sangat
berperan dalam upacara ritual adat, karena tumbuhan ini sebagai pelengkap
berjalannya prosesi upacara ritual adat. Tumbuhan ini sangat banyak
kegunaannya terutama kemenyan dan Melati digunakan sebagai bahan
keperluan adat seperti acara besaleh dan ngaben. Kategori rendah dengan
jumlah 5 dengan tumbuhan seperti selasih, jahe, jerengau, bangle, gambir. Dan
kategori sangat rendah dengan nilai 2 yakni tumbuhan bayam dan ubi kayu.
D. Saran
Adapun saran yang diajukan setelah melakukan penelitian di desa
simpang bayat ini yaitu:
1. Perlu diadakan upaya pelestarian warisan budaya nenek moyang mengenai
tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat di desa sinpang bayat oleh
generasi muda, sebagai salah satu warisan leluhur untuk disampaikan pada
generasi selanjutnya, sehingga tidak hilang dan akan tetap terjaga
kelestariannya.
2. Perlu adanya pelestarian tumbuhan yang digunakan di desa simpang bayat
yang tergolong tumbuhan langka agar tidak susah di dapatkan.
3. Seiring berkembangnya zaman kurangnya perhatian generasi muda
mengenai pengetahuan tentang upacara ritual adat, sehingga setelah kepala
adat tidak ada maka akan ada kemungkinan pengetahuan mengenai tumbuhan
yang digunakan dalam upacara adat akan hilang, maka diperlukan sosialisasi
menegenai tumbuhan dan pengetahuan upacara aritual adat oleh tokoh adat
setempat.
103
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR PUSTAKA
Andi Muraqmi,dkk. (2015). Etnobotani Masyarakat Bugis Di Desa Lempe
Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli. Biocelebes, Vol. 9 No. 2
Asvic Helida, Y Purwanto, dkk. (2016). Makna Nilai Penting Budaya
Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Bagi Masyarakat Di Taman Nasional
Kerinci Seblat Di Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Jurnal Ilmu-ilmu
Hayati, Volume 15 Nomor 1
Bennarrivo. (2019). Pola Adaptasi Etnis Jawa terhadap Etnis Lampung di Desa
Pringombo, Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu. Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar Lampung
Buhori, dkk. (2018). Tradisi Nujuh Bulan Pada Masyarakat Muslim Melayu
Kabupaten Melawi. Al-Hikmah: Jurnal Dakwah, Vol. 12 Nomor 1. Hal .83-
100
Claudia Cavalera. (2016). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Di Gedangan –
Karangrejo, Tulungagung Sebagai Media Konservasi Ex-Situ Tumbuhan
Berkhasiat Obat. Universitas Nusantara Persatuan Guru Republik Indonesia
,Kediri.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), 1543.
Devi komalasari (2018) “Kajian Etnobotani Dan Upaya Pembudidayaan Tumbuhan
Yang Digunakan Dalam Upacara Adat Di Desa Negeri Ratu Tenumbang
Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.UIN Raden Intan
Lampung
Elisa iswandono, E, A, M, A, Z , dkk. (2015). Pengetahuan Etnobotani Suku
Manggarai Dan Implikasinya Terhadap Pemanfaatan Tumbuhan Hutan Di
Pegunungan Ruteng. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, vol 20,171-181
104
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gede Eka Putrawan, dan Endang Ihktiarti. (2017). Nilai-Nilai Sosial Istilah Adat
Bali (Kajian Sosiolinguistik pada Masyarakat Transmigran Bali di Lampung).
AKSARA Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 18, No. 1, Hal. 1 – 16
Hakim, L. (2014). Etnobotani dan Manajemen Kebun-Pekarangan Rumah:
Ketahanan Pangan, Kesehatan dan Agrowisata. Malang: Selaras.
Hidayat, Rian. (2012). Membangkitkan Batang Terendam: Sejarah Asal Usul
Kebudayaan dan Perjuangan Hak SAD Batin 9. Jambi: Yayasan SETARA
Jambi.
Hariana, A. 2009. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Seri I. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Hidayat, S,.& Napitupulu, R, M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta Timur:
Agriflot
Kurniawan P. Bandjolu, dkk. (2019). Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Pada
Masyarakat Suku Pamona Di Desa Buyumpondoli, Kecamatan Pamona
Puselemba, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Biocelebes, April, 2019
Volume 13 Nomor 1. Hal. 38-45
Lexy J, Moleong. (2013). Metode penelitian kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Mansur. (2004). Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
Marzuki. Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Islam. Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Novie Wahyu Arumsari. (2018). Makna Tingkepan Dalam Tradisi Jawa Perspektif
Pendidikan Islam Di Dusun Krajansari Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab.
Semarang. Institut Agama Islam Negeri (Iain) Salatiga
105
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Nurlina Ramdianti, dkk. (2013). Kajian Etnobotani Mayarakat Adat Kampung Pulo
di Kabupaten Garut. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto. Diterima Januari 2012 disetujui untuk diterbitkan Mei 2013
Purwanti, Miswan, dan Ramadhanil Pitopang (2017) . “Studi Etnobotani Pada
Proses Ritual Adat Masyarakat Suku Saluan Di Desa Pasokan Kabupaten
Tojo Una-Una. Vol. 11 No. 1.Biocelebes, hlm. 46-60
Rina Anggraini. (2018). Kajian Etnobotani Tumbuhan Yang Digunakan Dalam
Ritual Adat Dan Tumbuhan Obat Di Kecamatan Tabir Timur Kabupaten
Merangin. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Hlm
4
Rinitami Njatrijani. (2018). Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Kota
Semarang. Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Gema
Keadilan, Volume 5, Edisi 1. Hal 16-31
Ruqayah, dkk. (2004). Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora.
Bogor : Puslit Biologi.-LIPI
Satria Dhika Saputra, dkk. (2019). Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Dampelas
Di Desa Talaga Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala, Sulawesi
Tengah. Biocelebes, Agustus, 2019 Volume 13 Nomor 2. Hal. 109-120
Sindi Yuniar, dkk. (2018). Betangas pada Adat Perkawinan Masyarakat Palembang
di Desa Payakabung Kecamatan Indralaya Utara. FKIP Unila Jalan Prof. Dr.
Soemantri Brojonegoro No. 01 Bandar Lampung
Suci Intan Maulia, I Dewa Ayu Sri Utari. (2018). Berentak Dalam Ritual Besale
Pada Suku Batin Sembilan, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi: Kajian
Analisis Teks Dan Konteks. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya.
Vol.20(2):119-128
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
106
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sunandar. (2015). MELAYU DALAM TANTANGAN GLOBALISASI: Refleksi
Sejarah dan Berubahnya Sistem Referensi Budaya. Jurnal Khatulistiwa –
Journal of Islamic Studies, Volume 5 Nomor 1 Maret 2015,hal 60-73.
Surata IK, dkk. (2015). Studi Etnobotani Tanaman Upacara Hindu Bali sebagai
Upaya Pelestarian Kearifan Lokal. Jurnal Kajian Bali, 5 (02): 265-284.
Sutopo H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas
Negeri Sebelas Maret.
Titri anggraini, dkk. (2018). Kajian Etnobotani Tumbuhan yang Digunakan Pada
Upacara Pernikahan Adat Jawa Di Sekitar Keraton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat. Jurnal Biologi, Volume 7 No 3. Hal. 13-20
Tjitrosoepomo, G. (1993). Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Turner, N. J. (1988). The Importance a rose: Evaluating. The culture significanse
of plants in Thompson and Lilloet interior salish. American Antrophologis
(90) 1988
Uswatun Hasanah, dkk. (2014). Pemanfaatan Tumbuhan pada Upacara Adat
Tumpang Negeri Suku Melayu di Keraton Ismahayana Landak. Universitas
Tanjungpura. Protobiont Vol 3 (3) : 17 – 24
Yusuf Azis Azhari. (2018). “PERUBAHAN TRADISI JAWA” (Studi Tentang
Upacara Adat Pelaksanaan Perkawinan Suku Jawa Di Kepenghuluan
Harapan Makmur Kecamatan Bagan Sinembah Raya Kabupaten Rokan
Hilir). JOM FISIP Vol. 5 No. 1. Hlm 1-13
107
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 1. Jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat, dan organ tumbuhan yang digunakan dalam
upacara ritual adat.
No.
Jenis/ nama
tumbuhan
Famili
Pemanfaatan
Status perolehan
Organ Tumbuhan Upacara ritual
adat
Bunga Buah Biji Daun Batang Rimpang Organ
lainnya
1. Kemenyan Styraceae ✓ Besaleh Liar di hutan
2. Jeruk nipis Rutaceae ✓ ✓ Besaleh
Mandi
betangas
Pekarangan
3. Melati Oleaceae ✓ Besaleh
Nujuh bulan
Ngaben
Pekarangan
4. Sirih Piperaceae ✓ Besaleh Pekarangan
5. Pinang Arecaceae ✓ Besaleh Pekarangan
6. Kunyit Zingiberaceae ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Nujuh bulan
Nyepi
Pekarangan
7. Selasih Lamiaceae ✓ Besaleh Pekarangan
8. Pandan Pandanaceae ✓ Besaleh
Mandi
betangas
Pekarangan
108
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No.
Jenis/ nama
tumbuhan
Famili
Pemanfaatan
Status perolehan
Cukuran
9. Padi Poaceae ✓ Besaleh
Kuningan
Galungan
Nyepi
Nujuh bulan
Sawah
10. Kencur Zingiberaceae ✓ Besaleh
Nujuh bulan
Pekarangan
11. Pisang Musaceae ✓ ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
12. Bunga tangkul Amaranthaceae ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
13. Kembang
sepatu
Mallaceae ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
14. Mawar Rosaceae ✓ Besaleh
Ngaben
Pekarangan
15. Bunga kertas Nyctaginaceae ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Pekarangan
109
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No.
Jenis/ nama
tumbuhan
Famili
Pemanfaatan
Status perolehan
Nyepi
16. Alamanda Apocynaceae ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
17. Kelapa Arecaceae ✓ ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Nyepi
Nujuh bulan
Cukuran
Ngaben
Pekarangan
18. Bambu Poaceae ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Nyepi
Kebun
19. Salak Palmaceae ✓ Besaleh
Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
20. Bawang putih Liliaceae ✓ Besaleh
Nujuh bulan
Pekarangan
21. Padi ketan Poaceae ✓ Besaleh
Nujuh bulan
Cukuran
Sawah
110
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No.
Jenis/ nama
tumbuhan
Famili
Pemanfaatan
Status perolehan
Mandi
betangas
22. Jahe Zingiberaceae ✓ Besaleh Pekarangan
23. Bangle Zingiberaceae ✓ Besaleh Pekarangan
24. Jerengau Arocaceae ✓ Besaleh Pekarangan
25. Serai wangi Poaeae ✓ Mandi
betangas
Pekarangan
26. Kenanga Annonaceae ✓ Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
27. Ketiran Asteraceae ✓ Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
28. Andong Asparagaceae ✓ Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
29. Jeruk manis Rutaceae ✓ Galungan
Kuningan
Nyepi
Pekarangan
30. Sahang Piperaceae ✓ Besaleh Pekarangan
31. Gambir Rubiaceae ✓ ✓ Besaleh Liar dihutan
32. Bawang merah Liliaceae ✓ Nujuh bulan
Besaleh
Pekarangan
33. Bayam Amaranthaceae ✓ Nujuh bulan Pekarangan
34. Ubi kayu Euporbiaceae ✓ Nujuh bulan Pekarangan
111
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 2. Hasil perhitungan Nilai penting budaya tumbuhan atau ICS ( Index Cultural Signifikan ) yang digunakan dalam
upacara ritual adat.
No. Jenis tumbuhan Nama ilmiah Famili Upacara ritual adat Nilai ICS
Q I E (QxIxE) ICS
1. Kemenyan Styrax benzoin
Dryand.
Styraceae Besaleh 4 4 2 (4x4x2) 32
2. Jeruk nipis Citrus aurantifolia
Swingle.
Rutaceae Besaleh 4 5 2 (4x5x2)
Mandi betangas 3 5 1 (3x5x1) 55
3. Melati Jasminum sambac
(Linn.) Sol.ex. Aiton.
Oleceae Nujuh bulan 1 2 2 (1x2x2)
Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
Ngaben 5 2 2 (5x2x2) 48
4. Sirih Piper betle Linn. Piperaceae Besaleh 4 3 2 (4x3x2) 24
5. Pinang Areca catechu Linn. Arecaceae Besaleh 4 3 2 (4x3x2) 24
6. Kunyit Curcuma longa Linn. Zingiberaceae Besaleh 4 4 2 (4x4x2)
Galungan 5 3 2 (5x3x2)
Kuningan 5 3 2 (5x3x2)
Nujuh bulan 1 2 2 (1x2x2)
112
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Nama ilmiah Famili Upacara ritual adat Nilai ICS
Nyepi 5 3 2 (5x3x2) 126
7. Selasih Ocimum basillisum
Linn.
Lamiaceae Besaleh 4 3 1 (4x3x1) 12
8. Pandan Pandanus
amaryllfolius Roxb.
Pandanaceae Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
Mandi betangas 3 3 1 (3x3x1)
Cukuran 2 3 2 (2x3x2) 45
9. Padi Oryza sativa Linn. Poaceae Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
Kuningan 5 3 2 (5x3x2)
Galungan 5 3 2 (5x3x2)
Nyepi 5 3 2 (5x3x2)
Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2) 120
10. Kencur Keampferia galanga
Linn.
Zingiberaceae Besaleh 4 2 2 (4x2x2)
Nujuh bulan 1 2 2 (1x2x2) 20
11. Pisang Musa paradisiaca
Linn.
Musaceae Besaleh 4 4 2 (4x4x2)
Kuningan 5 4 2 (5x4x2)
Galungan 5 4 2 (5x4x2)
113
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Nama ilmiah Famili Upacara ritual adat Nilai ICS
Nyepi 5 4 2 (5x4x2) 152
12. Tangkul Celosia cristata Linn. Amaranthaceae Besaleh 4 3 1 (4x3x1)
57
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
13. Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis
Linn.
Mallacaceae Besaleh 4 3 1 (4x3x1)
57
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
14. Mawar Rosa hybrida Linn. Rosaceae Besaleh 4 2 1 (4x2x1)
48 Ngaben 5 4 2 (5x4x2)
15. Bunga kertas Bougainvelea glabra
Comm.
Nyctaginaceae Besaleh 4 3 1 (4x3x1)
57
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
16. Alamanda Alamanda cathartica
Linn.
Apocynaceae Besaleh 4 3 1 (4x3x1)
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
114
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Nama ilmiah Famili Upacara ritual adat Nilai ICS
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
57 Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
17. Kelapa Cocos nucifera Linn. Arecaceae Besaleh 4 4 2 (4x4x2)
204
Mandi betangas 3 4 2 (3x4x2)
Kuningan 5 4 2 (5x4x2)
Galungan 5 3 2 (5x3x2)
Nyepi 5 3 2 (5x3x2)
Ngaben 5 3 2 (5x3x2)
Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2)
Cukuran 2 3 2 (2x3x2)
18. Bambu Gigantochiao apis
(Bl.ex Scutt.f.) Kurzx
Poaceae Besaleh 4 4 2 (4x4x2)
152
Galungan 5 4 2 (5x4x2)
Kuningan 5 4 2 (5x4x2)
Nyepi 5 4 2 (5x4x2)
19. Bawang putih Alium sativum Linn. Liliaceae Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
30 Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2)
20. Salak Palmaceae Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
115
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Nama ilmiah Famili Upacara ritual adat Nilai ICS
Salacca zalacca
(Gaertn.) Voss.
Galungan 5 3 1 (5x3x1)
69
Kuningan 5 3 1 (5x3x1)
Nyepi 5 3 1 (5x3x1)
21. Padi ketan Oryza sativa var.
Glutinosa ( lour) Kom.
Poaceae Besaleh 4 3 2 (4x3x2)
60
Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2)
Cukuran 2 3 2 (2x3x2)
Mandi betangas 3 3 2 (3x3x2)
22. Jahe Zingiber officinale
Roscoe.
Zingiberaceae Besaleh 4 2 2 (4x2x2) 16
23. Bangle Zingiber purpureum
Roxb.
Zingiberaceae Besaleh 4 1 2 (4x1x2) 8
24. Jerengau Acorus calamus Linn. Arocaceae Besaleh 4 1 2 (4x1x2) 8
25. Serai wangi Cymbopogon nardus
(Linn.) Rendle.
Poaceae Mandi betangas 3 4 2 (3x4x2) 24
26. Kenanga Cananga adorata
Hook. F & Thomson.
Annonaceae Galungan 5 2 1 (5x2x1)
30
Kuningan 5 2 1 (5x2x1)
Nyepi 5 2 1 (5x2x1)
116
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No. Jenis tumbuhan Nama ilmiah Famili Upacara ritual adat Nilai ICS
27. Kemitir Tagetes erecta Linn. Asteraceae Galungan 5 3 2 (5x3x2)
90
Kuningan 5 3 2 (5x3x2)
Nyepi 5 3 2 (5x3x2)
28. Andong Cordyline fructiosa
Comm.
Asparagaceae Galungan 5 2 1 (5x2x1)
25
Kuningan 5 2 1 (5x2x1)
Nyepi 5 1 1 (5x1x1)
29. Jeruk manis Citrus sinensis. Rutaceae Galungan 5 2 1 (5x2x1)
30
Kuningan 5 2 1 (5x2x1)
Nyepi 5 2 1 (5x2x1)
30. Sahang Piper ningrum Linn. Piperaceae Besaleh 4 3 2 (4x3x2) 24
31. Gambir Uncaria gambir Roxb. Rubiaceae Besaleh 4 2 2 (4x2x2) 16
32. Bawang merah Alium cepa Linn. Liliaceae Nujuh bulan 1 3 2 (1x3x2)
30 Besaleh 4 2 2 (4x3x2)
33. Bayam Amaranthus spinosus
Linn.
Amaranthaceae Nujuh bulan 1 3 1 (1x3x1) 3
34. Ubi kayu Manihot escullenta
Crantz.
Euporbiaceae Nujuh bulan 1 3 1 (1x3x1) 3
117
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 3. Data Identitas Responden
No. Nama Responden Jenis Kelamin Umur
1. Datuk Basrun (ketua adat Melayu ) Laki-laki 60 tahun
2. Yayu (istri ketua adat) Perempuan 50 tahun
3. Yurma ( biasa ikut ritual adat
besaleh)
Perempuan 45 tahun
4. Suhaini Perempuan 40 tahun
5. Maryam (istri petua adat Jawa) Perempuan 48 tahun
6. Tito (petua adat Jawa dusun III) Laki-laki 53 tahun
7. Sri mah Perempuan 44 tahun
8. Amran soediono (Rt Setempat) Laki-laki 40 tahun
9. Gusti ngurah rayasa (gusti aji
mangku) pemangku adat suku bali
kec. Bayung lencir
Laki-laki 52 tahun
10 I ketut murtawan (ketua adat suku
Bali Desa Simpang Bayat)
Laki-laki 47 tahun
11 Ni wayan suparmi (istri ketua adat
suku Bali)
Perempuan 42 tahun
12 Kadek Laki-laki 40 tahun
118
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 4.
INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA
I. DOKUMENTASI
1. Historis dan keadaan geografis Desa Simpang Bayat.
2. Kondisi alam Desa Simpang Bayat
3. Sosial budaya Desa Simpang Bayat.
4. Tumbuhan yang digunakan masyarakat Desa Simpang Bayat dalam
upacara ritual adat.
II. OBSERVASI
1. Jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat.
2. Bagian tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat.
3. Proses pengolahan tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual
adat.
4. Sumber perolehan dan status tumbuhan yang digunakan dalam upacara
ritual adat.
5. Cara pengambilan tumbuhan yang akan digunakan dalam upacara ritual
adat.
6. Pemanfaatan tumbuhan yang akan digunakan dalam upacara ritual adat.
7. Kegunaan tumbuhan yang paling sering digunakan sampai yang jarang
digunakan dalam upacara ritual adat.
8. Manfaat tumbuhan yang paling utama dan yang hanya sebagai
pelengkap.
9. Cara penggunaan tumbuhan yang akan digunakan dalam upacara ritual
adat..
10. Makna tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual adat.
III. WAWANCARA
1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam upacara ritual adat?
2. Bagian apa saja dari tumbuhan yang digunakan dalam upacara ritual
adat?
3. Bagaimana cara memperoleh tumbuhan yang digunakan tersebut ?
4. Bagaimana keberadaan jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara
ritual adat ?
5. Bagaimana pemanfaatan dan cara pengolahan tumbuhan yang
digunakan dalam upacara ritual adat ?
No Jenis /
Nama
tumbuhan
Famili Pemanfaatan Cara
pemanfa
atan
Nilai ics
119
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Organ
tumbu
han
Upacara
ritual
adat
Q I E (QxIxE) ICS
6. Upacara ritual adat apa saja yang masih digunakan ?
7. Makna atau arti setiap tumbuhan serta makna masing-masing tradisi
upacara ritual adat ini yang digunakan ?
8. Dari sejumlah tumbuhan yang anda kenal tersebut, mana yang paling
berguna? Dan berapa banyak penggunaannya?
9. Tumbuhan apa yang paling sering digunakan ?
10. Kapan dan dimana biasanya upacara ritual adat dilakukan?
11. Siapa saja yang terlibat dalam prosesi upacara ritual adat?
12. Apakah tumbuhan ini sebagai bahan utama atau bisa diganti dengan
tumbuhan lain?
13. Apakah semua tumbuhan yang digunakan penting atau hanya sebagai
pelengkap?
14. Apakah ada tumbuhan yang paling disukai dalam penggunaannya untuk
upacara ritual adat?
15. Apakah ada makna tersendiri setiap tumbuhan yang digunakan?
16. Bagaimana anda memperoleh pengetahuan mengenai tumbuhan yang
digunakan dalam upacara ritual adat?
17. Apakah setiap tumbuhan penggunaannya bisa lebih dari satu upacara
ritual adat?
18. Apa perbedaan pelaksanaan upacara yang bersifat sakral dan
tradisional?
120
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 5. Dokumentasi salah
upacara ritual adat suku melayu,
besaleh / nyangkar kutan.
Gambar 1. Proses pembuatan
ringkasan besaleh/ nyangkar kutan.
Gambar 3. Bahan-bahan yang
digunakan.
Gambar 2. Pengolahan bahan yang
digunakan dalam upacara ritual adat.
Gambar 4. Bahan yang sudah siap
dimasukan ke ancak.
121
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 5. Pembuatan ancak dari
bambu, dan pelepah salak.
Gambar 7. Ancak yang sudah di isi
ringkasan.
Gambar 6. Ancak yang sudah jadi.
Gambar 8. Ancak besar yang dibawa
ke hutan.
122
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 9. Proses upacara ritual adat
nyangkar kutan/ besaleh dimulai.
Gambar 11. Proses meletakkan ancak
di atas anak yang diganggu roh jahat.
Gambar 10. Proses memanggil roh-
roh halus yang mengganggu.
Gambar 12. Proses mengantar ancak
ke hutan.
123
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Dokumentasi Hari Raya Nyepi dan
Arak-arak dengan ogoh-ogoh
Gambar 12. Sajen yang digunakan
untuk upacara ritual adat nyepi.
Gambar 14. Perlengkapan untuk
upacara ritual nyepi.
Gambar 16. Ogoh-ogoh
Ganbar 13. Sajen buah-buahan yang
digunakan dalam upacara ritual
nyepi.
Gambar 15. Para petua adat yang
akan memimpin upacara ritual nyepi.
Gambar 17. Ogoh-ogoh terbuat dari
bambu dan lainnya.
124
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 18. Penjor/ janur
Gambar 19. Hiasan penjor dari
tumbuh-tumbuhan.
125
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Dokumentasi upacara ritual
ngaben
Gambar 20. Pelaksanaan upacara
ritual ngaben.
Gambar 20. Penghanyutan abu-abu
mayat ke sungai.
Gambar 21. Pengumpulan abu-abu
mayat.
126
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Wawancara dengan informan
suku Melayu.
Gambar 22. Wawancara dengan
datuk Basrun, pemangku adat
Melayu Desa Simpang Bayat
sekaligus dukun upacara ritual adat.
Gambar 24. wawancara dengan
nenek Yurma , istri dukun Basrun
yang biasa mengurus keperluan
upacara ritual adat dan saudaranya
nenek Yayu.
Gambar 23. Wawancara dengan ibu
Suhaini, yang biasa ikut dalam
membuat ringkasan besaleh.
127
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Wawancara dengan informan
suku Jawa.
Gambar 25. Wawancara dengan ibu
Maryam dan bpk Tito informan suku
Jawa, bpk adat suku Jawa di Desa
Selaro (dusun 3 Desa Simpang
Bayat).
Gambar 27. Wawancara dengan bpk
Amran Soediono Rt Dusun II
Simpang Bayat.
Gambar 26. Wawancara dengan ibu
Sri Mah.
128
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran
Dokumentasi penelitian wawancara dengan
informan suku Bali.
Gambar 28. wawancara dengan bapak
Gusti Aji Mangku, pemangku adat suku
Bali Kecamatan Bayung Lencir.
Gambar 30. wawancara dengan ibu Ni
Wayan Suparmi, istri ketua adat suku bali
Desa Simpang Bayat.
Gambar 29. Wawancara dengan
bapak I Ketut Murtawan, ketua adat
Desa Simpang Bayat.
Gambar 31. Wawancara dengan
bapak Kadek.
129
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran
Dokumentasi tanaman dipekarangan
Gambar 32. Tanaman bunga yang
ada disekitar rumah
Gambar 33. Tanaman yang ada
disekitar rumah masyarakat Desa
Simpang Bayat.
Gambar 34. Tanaman kunyit dan
bayam yang ada disekitar rumah
masyarakat Desa Simpang Bayat
Gambar 35. Tanaman jahe yang ada
disekitar rumah masyarakat Desa
Simpang Bayat
130
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran
Dokumentasi herbarium
Gambar 36. Beberapa spesimen
herbarium yang akan diidentifikasi.
Gambar 37. Beberapa spesimen
herbarium yang akan diidentifikasi.
131
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Citra Yulia
Tempat, Tanggal Lahir : Muba,16 Mei 1998
Alamat Asal : Rt 006/Rw 002 Dusun II Simpang
Bayat, Kec. Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Prov. Sumatera Selatan
E-Mail : [email protected]
No Telp : 085266748571
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status :Mahasiswa
Golongan Darah : Ab+
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Orang Tua :
Ayah : Suyadi (Alm)
Ibu : Homida
Riwayat Pendidikan:
Formal
1. SD/MI, tahun lulus : SD N Simpang Bayat, 2012
2. SMP/ MTs, tahun lulus : SMP N 1 Bayung Lencir, 2014
3. SMA/MA, tahun lulus : SMA N 1 Bayung Lencir, 2016
Non Formal
1. Tk/Tpa Al-Hidayah
2. Sanggar Seni Harmony
Pengalaman Organisasi
1. Bph IMBL (Ikatan Ahasswa Bayung Lencir ) Co Seni Dan Pendidikan
2016-2017
132
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
133
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
134
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
135
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
136
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
137
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi