Upload
vuongkiet
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KOMPARATIF USAHA KESEHATAN SEKOLAH DAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA DI SDN
KEMIRI DAN SDN KEMIRI LOR 2 PURWOREJO
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
ESTI KATHERINI ADHI
R0106006
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KOMPARATIF USAHA KESEHATAN SEKOLAH DAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA DI SDN
KEMIRI DAN SDN KEMIRI LOR 2 PURWOREJO
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diuji
di hadapan Tim penguji
Disusun oleh :
ESTI KATHERINI ADHI
R0106006
Pada tanggal :
Pembimbing Utama
(Drs. Suharno, M.Pd) NIP : 19521129198003 1001
Pembimbing Pendamping
(Ropitasari, S.SiT, M.Kes)
Ketua Tim KTI
(Mochammad Arief. Tq, dr, PHK, MS.) NIP : 19500913 198003 1 002
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul : ”Studi Komparatif Usaha Kesehatan Sekolah
dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa di SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor
2 Purworejo ”
Nama : Esti Katherini Adhi
NIM : R0106006
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah.
Pada hari : Kamis, 5 Agustus 2010
Pembimbing Utama
(Drs. Suharno, M.Pd) NIP : 19521129198003 1001
Pembimbing Pendamping
(Ropitasari, S.SiT, M.Kes)
Penguji
(Ari N. Probandari, dr. MScPH) NIP : 19751221200501 2001
Ketua Tim KTI
(Mochammad Arief. Tq, dr, PHK, MS.) NIP : 19500913 198003 1 002
Mengesahkan Ketua Program Studi D IV Kebidanan FK UNS
(H. Tri Budi Wiryanto, dr. SpOG (K))
NIP : 19510421 198011 1 002
MOTTO
Allah mengabulkan doa kita dengan tiga cara:
1. Memberi apa yang kita minta.
2. Tidak memberi apa yang kita minta, namun memberi apa yang kita
butuhkan karena Allah mengetahui apa yang terbaik untuk kita.
3. Tidak memberi jawaban apapun, karena Allah masih menguji kesabaran
dan kesungguhan kita.
(Nasehat seseorang)
Hidup adalah pilihan bimbang sebelum memilih sah-sah saja, tetapi ragu-ragu
setelah menentukan pilihan itu pecundang
(penulis)
The secret to happiness is......love
Kebenaran senantiasa satu
(Sinichi Kudou)
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:
Orang-orang yang selalu ada dalam suka maupun dukaku, tertawa
menyambut gembiraku dan setia membangkitkan semangat hidupku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat
dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Studi Komparatif Usaha Kesehatan Sekolah dan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Siswa di SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2 Purworejo”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk meraih
gelar Sarjana Sains Terapan program studi Diploma IV Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas
dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, nasehat, motivasi dan doa.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu :
1. Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi, dr. SpKJ, Rektor Universitas Sebelas Maret.
2. Dr. A. A. Subijanto, dr, MS, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
3. H. Tri Budi Wiryanto, dr. SpOG (K), Ketua Program Studi Diploma IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
4. Mochammad Arief. Tq, dr, PHK, MS, Ketua Tim KTI Program Studi Diploma
IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
5. Drs. Suharno, M.Pd, pembimbing utama yang penuh tanggung jawab.
6. Ropitasari, S.SiT, M.Kes, pembimbing pendamping yang penuh tanggung
jawab.
7. Ari N. Probandari, dr. MScPH, penguji Karya Tulis Ilmiah penulis.
8. Kepala sekolah SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2 beserta staf.
9. Seluruh dosen pengajar, karyawan dan karyawati Program Studi Diploma IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
10. Kedua orangtuaku dan adikku atas doa, dukungan dan semangatnya.
11. Teman-teman senasib seperjuangan Mahasiswi D IV Kebidanan Fakultas
Kedokteran UNS angkatan 2006 yang selalu bersama dalam suka maupun
duka menjalani.
12. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna,
sehingga penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
Allah SWT memberikan balasan yang melimpah kepada Bapak/Ibu,
Saudara/Saudari. Amin.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN VALIDASI ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 4
1. Usaha Kesehatan Sekolah ……................................................. 4
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .............................................. 17
Halaman
3. Hubungan UKS dan PHBS ………………………………. ...... 23
B. Kerangka Konsep ............................................................................ 24
C. Hipotesis ........................................................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................ 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 26
C. Populasi Penelitian ......................................................................... 26
D. Sampel dan Teknik Sampling ........................................................ 27
E. Kriteria Restriksi ............................................................................ 27
F. Definisi Operasional ...................................................................... 28
G. Instrumen…….................................................................................. 32
H. Analisis Data ………….................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. PHBS siswa SDN Kemiri................................................................ 34
B. PHBS siswa SDN Kemiri Lor 2....................................................... 34
C. Analisis Data .................................................................................. 34
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 36
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 41
B. Saran ............................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 43
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Indikator strata standar dan minimal………………............................... 28
Tabel 2 Kisi-kisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat………….. ........................ 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa (validasi)
Lampiran 2. Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa (penelitian)
Lampiran 3. Surat Ijin mengadakan penelitian dari Kabupaten Purworejo
Lampiran 4. Rekapitulasi Kuesioner Perilaku Hidup bersih dan Sehat Siswa
(validasi)
Lampiran 5. Rekapitulasi Kuesioner Perilaku Hidup bersih dan Sehat Siswa
(penelitian)
Lampiran 6. Validitas Item Pernyataan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa
Lampiran 7. Reliabilitas Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa
Lampiran 9. Normalitas
Lampiran 8. Analisis Data
Lampiran 10. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 11. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya pendidikan dan kesehatan
yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan bertanggung
jawab dalam menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan prinsip hidup
sehat dalam kehidupan peserta didik sehari-hari (Depdiknas, 2006).
Usaha Kesehatan Sekolah dilaksanakan secara terpadu oleh empat
departemen terkait beserta seluruh jajarannya baik di pusat maupun daerah
yaitu departemen Pendidikan, Departemen Kesehatan, Departemen Agama
dan Departemen Dalam Negeri (Ananto, 2006).
Usaha Kesehatan Sekolah penting dijalankan karena golongan masyarakat
sekolah (6-18 tahun) merupakan bagian yang besar dari penduduk Indonesia
(± 29%), diperkirakan 50 % dari jumlah tersebut adalah anak-anak sekolah.
Pendidikan melalui masyarakat sekolah ternyata paling efektif diantara usaha-
usaha yang ada untuk mencapai kebiasaan hidup sehat dari masyarakat pada
umumnya karena anak-anak sekolah masih dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan sehingga mudah dibina dan dibimbing (Entjang, 2000).
Usia sekolah juga merupakan usia yang rawan penyakit. Munculnya
berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, ternyata
umumnya berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku
sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2003).
Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan
kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan UKS.
Strata UKS yang baik mencerminkan program UKS yang berjalan baik.
Berdasarkan data yang diambil dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo
tahun 2009, dari seluruh UKS yang ada di seluruh sekolah dasar di Purworejo,
semuanya baru mencapai strata UKS minimal dan standar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mempelajari tentang Studi
komparatif Strata Usaha Kesehatan Sekolah dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat siswa di SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2 karena belum ada
penelitian mengenai hubungan strata UKS dengan PHBS. Penelitian serupa
pernah dilakukan oleh Karima Utami tahun 2009 dengan judul “Persepsi
Masyarakat Sekolah tentang Peran Usaha Kesehatan Sekolah di SMA Negeri
1 Simo Boyolali”. Penelitian ini memberikan hasil bahwa persepsi masyarakat
SMA Negeri 1 Boyolali tentang UKS baik sehingga peran UKS juga baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu “Adakah perbedaan PHBS siswa antara sekolah dasar yang
memiliki strata UKS minimal dan sekolah dasar yang memiliki strata UKS
standar?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan PHBS siswa antara sekolah dasar yang
memiliki strata UKS minimal dan sekolah dasar yang memiliki strata UKS
standar.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
Mendukung teori-teori di bidang pendidikan tentang hubungan strata
UKS dengan PHBS siswa di Sekolah.
2. Aplikatif
Meningkatkan PHBS siswa di sekolah dengan mengoptimalkan
program-program UKS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
a. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah
Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan
jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah
Menengah Atas/Sekolah Menenngah Kejuruan/Madrasah Aliyah
(Depdiknas, 2006). Pendapat ini hanya mengutamakan peserta didik
sebagai sasarannya. Sedangkan menurut Entjang (2000), UKS adalah
usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sekolah,
yaitu : anak didik, guru, dan karyawan sekolah lainnya. Pengertian lain
tentang UKS adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan
secara terpadu, sadar, berencana, terarah, dan bertanggung jawab dalam
menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan dan membimbing untuk
menghayati, menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari (Ananto, 2006). Upaya ini
diharapkan dapat meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada
setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Jadi, UKS merupakan suatu upaya pendidikan dan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat sekolah, yang dilaksanakan secara
terpadu, sadar, terarah dan bertanggung jawab dalam menumbuhkan
dan mengembangkan prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari
mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah. Dengan demikian
kebiasaan hidup sehat dan derajat kesehatan warga sekolah akan
tercapai.
b. Landasan Hukum Berdirinya UKS
1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4
(Suharno, 2008).
2) Nomor 1/U/Surat Keputusan Bersama; Nomor
1067/Menkes/SKB/VII/2003;Nomor MA/230A/2003;Nomor 26
Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS.
3) Nomor 2/P/SKB/2003;Nomor 1068/Menkes/SKB/VII/2003;Nomor
MA/230 B/2003; Nomor 4415-404 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003
tentang Tim Pembina UKS Pusat.
(Ananto, 2006)
c. Tujuan UKS
Umum : mempertinggi nilai kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta rehabilitasi anak-anak sekolah yang sehat jasmani, rohani
dan sosialnya.
Khusus : mencapai keadaan kesehatan anak-anak sekolah dan
lingkungannya sehingga dapat memberikan kesempatan tumbuh dan
berkembang secara harmonis serta belajar secara efisien dan optimal
(Entjang, 2000).
d. Sasaran UKS
Sasaran UKS adalah pendidikan formal dan non-formal pada setiap
jalur dan jenis pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai
Sekolah Menengah Atas termasuk perguruan agama beserta
lingkungannya (Ananto, 2006).
Sasaran Pembinaan UKS : peserta didik, pembina teknis (guru dan
petugas kesehatan), pembina non teknis (pengelola pendidikan dan
karyawan sekolah), sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan
pelayanan kesehatan, lingkungan (lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat)
(Ananto, 2006, Depdiknas, 2006)
e. Tiga Program Pokok UKS
Menurut Depdiknas tahun 2006, tiga program pokok UKS antara
lain pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat.
Penjelasan mengenai tiga program pokok UKS tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Pendidikan Kesehatan
a) Pengertian
Adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar
dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat
ini maupun di masa yang akan datang (Ananto, 2006).
b) Tujuan Pendidikan Kesehatan ialah agar peserta didik :
(1) Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara
hidup sehat dan teratur.
(2) Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup
sehat.
(3) Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan
kesehatan.
(4) Memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai
dengan syarat kesehatan.
(5) Memiliki kemampuan untuk menularkan perilaku hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari.
(6) Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan
dan berat badan yang seimbang.
(7) Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan
dalam kehidupan sehari-hari.
(8) Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.
(9) Memilki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan
yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik
terhadap penyakit (Ananto, 2006, Depdiknas, 2006).
c) Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui
kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Penjelasannya
adalah sebagai berikut :
(1) Kegiatan kurikuler
(a) Pengertian
Adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam
pelajaran sesuai dengan Garis-garis besar Program
pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuan
sosial.
Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap
prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam
melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
pertolongan dan perawatan kesehatan.
(b) Cakupan Kegiatan kurikuler
Kegiatan kurikuler mencakup kebersihan dan
kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan
reproduksi, dan pengukuran tingkat kesegaran jasmani.
(2) Kegiatan ekstrakurikuler
(a) Pengertian
Adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk
kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah
ataupun di luar sekolah dengan tujuan antara lain
memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa serta
melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia
seutuhnya.
(b) Cakupan Kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan
pendidikan kesehatan antara lain : kemah, ceramah dan
diskusi, apotek hidup, dan lain-lain.
Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan antara lain ; dokter kecil, Palang
Merah Remaja (PMR), dan lain-lain.
Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan
pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat antara
lain : kerja bakti kebersihan, lomba sekolah sehat, dan
lain-lain (Ananto, 2006, Depdiknas, 2006).
d) Cara untuk melaksanakan pendidikan kesehatan adalah melalui :
a. Penyajian/ceramah
Penyajian materi menggunakan metode ceramah, diskusi,
demontrasi, bimbingan, permainan dan penugasan oleh guru
dengan mengikutsertakan peran aktif peserta pelatihan.
b. Menanamkan Kebiasaan
Menanamkan kebiasaan dilakukan dengan penugasan
untuk melakukan cara hidup sehari-hari dan diadakan
pemeriksaan serta pengamatan yang terus menerus dan
berkelanjutan oleh guru dan kepala sekolah serta petugas
kesehatan (Ananto, 2006, Depdiknas, 2006).
2) Pelayanan Kesehatan
a) Pengertian
Pelayanan kesehatan di sekolah adalah upaya peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan
terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga
sekolah pada umumnya. Di bawah koordinasi guru Pembina
UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas
setempat (Ananto, 2006).
b) Tujuan Pelayanan Kesehatan
(1) Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan seluruh
warga masyarakat sekolah secara optimal.
(2) Tujuan Khusus
(a) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan
tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku
hidup sehat.
(b) Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap
penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan
cacat.
(c) Menghentikan proses penyakit dan pencegahan
komplikasi akibat penyakit/kelainan, pengembalian
fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang
cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.
(d) Meningkatkan pembinaan kesehatan, baik fisik, mental
sosial maupun lingkungan (Ananto, 2006, Depdiknas,
2006).
c) Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Kegiatannya dapat mencakup kegiatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
(1) Kegiatan Peningkatan (Promotif)
Kegiatan peningkatan mencakup dokter kecil, Palang
Merah Remaja (PMR), pembinaan warung sekolah sehat dan
pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
(2) Kegiatan Pencegahan (preventif)
Mencakup pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum
maupun yang khusus untuk penyakit-penyakit tertentu,
memonitor pertumbuhan peserta didik, imunisasi, usaha
pencegahan penularan penyakit, dan lain-lain.
(3) Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan
rehabilitatif)
Mencakup diagnosa dini, pengobatan ringan, pertolongan
pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada
penyakit dan rujukan medik (Ananto, 2006, Depdiknas,
2006).
3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaanya mencakup lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat sekitar.
a) Program Pembinaan Lingkungan Sekolah
(1) Lingkungan fisik sekolah
Meliputi penyediaan air bersih, pemeliharaan tempat
penampungan air bersih, pengadaan dan pemeliharaan tempat
pembuangan sampah, pengadaan dan pemeliharaan air limbah,
pemeliharaan WC, pemeliharaan kamar mandi, ruang kelas,
laboratorium, kantin , kebun sekolah dan lain-lain.
(2) Lingkungan mental dan sosial
Meliputi konseling kesehatan, bakti sosial, darmawisata,
karnaval, dan lain-lain.
b) Pembinaan lingkungan keluarga
Meliputi kunjungan rumah oleh pelaksana UKS dan ceramah
kesehatan.
c) Pembinaan Masyarakat Sekitar
Meliputi pembinaan dengan cara pendekatan kemasyarakatan
oleh kepala sekolah, guru atau pembina UKS dengan cara
membina hubungan baik atau kerjasama dengan masyarakat atau
lembaga masyarakat dan penyuluhan massa baik secara tatap
muka maupun melalui media cetak dan audio visual (Ananto,
2006, Depdiknas, 2006).
f. Strata Pelaksanaan UKS
Strata pelaksanaan UKS adalah jenjang atau tingkatan dari suatu
kondisi sekolah dan atau madrasah yang telah melaksanakan UKS,
khususnya dalam mengembangkan tiga program pokok UKS, yaitu
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat. Strata pelaksanaan UKS dibagi ke dalam 4 tingkatan
yaitu strata minimal, strata standar, strata optimal, dan strata paripurna.
Setiap strata terdiri dari tiga variabel utama yaitu tiga program pokok
UKS yang terdiri dari Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan
Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat, setiap variabel diterapkan
sejumlah indikator (Ananto, 2006, Depdiknas, 2006).
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai Strata
Pelaksanaan UKS :
1) Pendidikan Kesehatan
Jenjangnya meliputi strata minimal, standar, optimal dan
paripurna. Adapun pengkategoriannya adalah sebagai berikut :
a) Strata Minimal meliputi pendidikan jasmani dilaksanakan secara
kurikuler, pendidikan kesehatan dilakukan secara kurikuler, guru
membuat rencana pembelajaran pendidikan kesehatan dan adanya
buku pegangan guru dan bacaan tentang pendidikan kesehatan.
b) Strata Standar ,meliputi dipenuhinya strata minimal dan
memiliki guru mata pelajaran jasmani
c) Strata Optimal meliputi dipenuhinya strata standar, pendidikan
kesehatan terintegrasi pada mata pelajaran lain, pendidikan
kesehatan dilaksanakan secara ekstrakurikuler , memiliki alat
peraga pendidikan kesehatan, memiliki media pendidikan
kesehatan (poster dan lain-lain)
d) Strata Paripurna meliputi dilaksanakannnya strata optimal,
memiliki guru Pembina UKS, adanya program kemitraan
pendidikan kesehatan dengan instansi terkait seperti Puskesmas,
Kepolisian, Palang Merah Indonesia (PMI), Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) pertanian, dan lain-lain (Ananto, 2006,
Depdiknas 2006).
2) Pelayanan Kesehatan
Jenjangnya meliputi strata minimal, standar, optimal dan
paripurna. Adapun pengkategoriannya adalah sebagai berikut :
a) Strata Minimal meliputi dilaksanakannya penyuluhan kesehatan,
dilaksanakannya imunisasi, penyuluhan kesehatan gigi dan sikat
gigi masal minimal kelas 1, 2, 3 SD.
b) Strata standar meliputi dilaksanakannya strata minimal, ada
penjaringan kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala tiap 6
bulan, termasuk pengukuran tinggi dan berat badan, pencatatan
hasil pemeriksaan kesehatan siswa pada buku Kartu Menuju Sehat
(KMS), ada rujukan bila diperlukan, ada dokter kecil,
melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), dan
pengawasan warung/kantin sekolah
c) Strata Optimal meliputi memenuhi strata standar, dana
sehat/dana UKS, dan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan
siswa
d) Strata Paripurna meliputi memenuhi strata optimal, konseling
Kesehatan Remaja bagi siswa, pengukuran tingkat kesegaran
jasmani (Ananto, 2006, Depdiknas, 2006).
3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Jenjangnya meliputi strata minimal, standar, optimal dan
paripurna. Adapun pengkategoriannya adalah sebagai berikut :
a) Srata Minimal meliputi ada air bersih, ada tempat cuci tangan ,
ada WC/jamban yang berfungsi, ada tempat sampah, ada saluran
pembuangan air kotor yang berfungsi, ada
halaman/pekarangan/lapangan, memiliki pojok UKS, melakukan
kegiatan mengubur, menguras dan membakar (3M) plus, sekali
seminggu
b) Strata Standar meliputi memenuhi strata minimal, ada
kantin/warung sekolah, memiliki pagar, ada
penghijauan/perindangan, ada air bersih di sekolah dengan jumlah
yang cukup, memiliki ruang UKS tersendiri, dengan peralatan
sederhana, memiliki tempat ibadah, lingkungan sekolah bebas
jentik, jarak papan tulis dengan bangku terdepan 2,5 m, dan
melaksanakan pembinaan sekolah kawasan tanpa rokok, bebas
narkoba dan miras
c) Strata Optimal meliputi memenuhi strata standar, ada tempat cuci
tangan di beberapa tempat dengan air mengalir/kran, ada tempat
cuci peralatan masal/makan di kantin/warung sekolah, ada petugas
kantin yang bersih dan sehat, ada tempat sampah di tiap kelas dan
tempat penampungan sampah akhir di sekolah, ada jamban/WC
siswa dan guru yang memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan,
ada halaman yang cukup luas untuk upacara dan berolahraga, ada
pagar yang aman , memilki ruang UKS tersendiri dengan
peralatan yang lengkap, dan terciptanya sekolah kawasan tanpa
rokok, bebas narkoba dan miras.
d) Strata Paripurna meliputi memenuhi strata optimal, ada tempat
cuci tangan di setiap kelas dengan air mengalir/kran dan
dilengkapi sabun, ada kantin dengan menu gizi seimbang dengan
petugas kantin yang terlatih , ada air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan, sampah langsung diangkut dan dibuang ke tempat
pembuangan sampah di luar sekolah/umum, ratio WC : siswa 1 :
20, saluran pembuangan air tertutup ada pagar yang aman dan
indah, ada taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi
label (untuk sarana belajar) dan pengolahan hasil kebun sekolah,
ruang kelas memenuhi syarat kesehatan (ventilasi dan
pencahayaan cukup), ratio kepadatan siswa 1 : 1,5-1,75 m2, dan
memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal (Ananto, 2006,
Depdiknas, 2006).
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Pengertian Perilaku
Menurut ensiklopedi Amerika dalam Notoatmodjo tahun 2003
perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut
rangsangan. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Suryani
(2003), perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan
dengan lingkungannya.
Sehubungan dengan itu, Robert kwick (1974) dalam buku
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari. Berbeda dengan sikap yang hanya menyatakan adanya tanda-
tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi tindakan tersebut
sehingga sulit diamati. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku adalah
suatu aksi dan reaksi dari individu terhadap lingkungannya yang dapat
diamati dan dipelajari. Domain Perilaku menurut Notoatmodjo (2003)
meliputi pengetahuan dan sikap. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Misalnya orang tahu mengenai jeruk setelah melakukan
penginderaan dengan melihat, meraba ataupun memcium baunya.
2) Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Misalnya berpikir dan
lain-lain.
Perubahan (Adopsi) Perilaku menurut Notoatmodjo (2003)
meliputi pengetahuan, sikap dan praktek. Penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1) Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia
harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut
bagi dirinya atau keluarganya.
2) Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus atau obyek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau
obyek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap
stimulus atau obyek kesehatan tersebut.
3) Praktek atau Tindakan (Practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
b. Pengertian Sehat
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan
batasan : kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Sedangkan World Health Orhanization (WHO) mengatakan
bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun
sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo,
2003).
c. Pengertian Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2003).
Sedangkan menurut Becker tahun 1979 perilaku hidup sehat adalah
perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain :
1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang
di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan
tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).
2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk
olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari
usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang
mengakibatkan berbagai macam penyakit.
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba.
5) Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat
tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern,
mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga
kurang waktu istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.
6) Mengendalikan stress. Stres tidak dapat kita hindari, maka yang
penting agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita
harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-
kegiatan yang positif.
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya :
tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri
kita dengan lingkungan, dan sebagainya.
d. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah
1) Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat (Achmad, 2007).
2) Indikator PHBS
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk
menilai PHBS di sekolah yaitu :
a) Kebersihan pribadi
b) Makan-makanan bergizi
c) Menjauhi narkotika, obat berbahaya dan alkohol serta rokok
d) Olahraga yang teratur dan terukur
e) Memelihara lingkungan
f) Tidak merokok di sekolah
g) Menjauhi perbuatan asusila, kriminalitas
(Depdiknas, 2006)
3) Manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah (Achmad, 2007)
a) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru
dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai
gangguan dan ancaman penyakit.
b) Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak
pada prestasi belajar siswa
c) Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua.
d) Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
e) Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.
e. Lingkungan Sekolah Sehat
Istilah lingkungan yang sehat, terkadang dikaitkan dengan
kehidupan sekolah yang sehat, menunjukan bagian dari program
kesehatan sekolah yang memberikan lingkungan pembelajaran yang
aman, baik secara politik, maupun emosional. Jika anak tidak
ditempatkan di lingkungan yang aman, pemelajaran menjadi sulit
dilaksanakan dengan maksimal. Definisi terbaru lingkungan sehat
diberikan tahun 1972-1973 oleh Joint Committee on Health Education
Terminology. Komisi ini menyatakan bahwa pembentukan lingkungan
sekolah yang sehat mencakup promosi, pemeliharaan, dan
pemanfaatan lingkungan secara aman dan utuh, pengaturan
pengalaman harian dan prosedur pemelajaran terencana untuk
memengaruhi kesehatan emosional, fisik, dan kesehatan sosial yang
diinginkan.
Tanggung jawab untuk memelihara lingkungan yang sehat harus
dikenakan pada semua penggunanya. Semua orang, termasuk mereka
yang menjadi anggota dewan pendidikan, penyelenggara, guru, staf
pemeliharaan, dan siswa melalui aktivitas harian mereka harus turut
terlibat membentuk sekolah menjadi tempat yang aman (Widyastuti,
2007).
3. Hubungan UKS dengan PHBS
Usaha Kesehatan Sekolah merupakan wahana untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini
mungkin. Tujuan UKS sendiri adalah meningkatkan prestasi belajar
melalui peningkatan PHBS peserta didik (Ananto, 2006). Perilaku hidup
bersih dan sehat siswa merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan
peserta didik atas dasar kesadaran sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat (Achmad, 2007).
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini
mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan
pembinaan lingkungan sekolah yang sehat (Depdiknas, 2006).
Keberhasilan 3 program pokok UKS yang meliputi pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaaan lingkungan sehat ditunjukan dalam
suatu strata UKS (Ananto, 2006). Jika pelaksanaan 3 program pokok UKS
tersebut semakin baik, maka strata UKS juga semakin tinggi. Ada
beberapa cara untuk melaksanakan pendidikan kesehatan yaitu dengan
penyajian/ceramah dan penanaman kebiasaan (Ananto, 2006). Melalui
bimbingan/ceramah, peserta didik diharapkan menjadi tahu mengenai
PHBS. Dengan demikian, peserta didik akan memiliki pengetahuan.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek (pengetahuan), proses
selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek
kesehatan tersebut. Pada gilirannya bila seseorang mengetahui stimulus
atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat
terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktekan PHBS
seperti yang diketahui atau disikapinya
(Notoatmodjo, 2003).
B. Kerangka Konsep
Keberhasilan 3 program pokok UKS yang mencakup pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat ditunjukan
dalam suatu strata UKS. Pendidikan kesehatan, pelaksanaan kesehatan dan
pembinaan lingkungan sehat yang dilaksanakan secara terpadu, sadar,
berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan,
menumbuhkan dan mengembangkan prinsip hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik diduga dapat membentuk PHBS yang baik pada
peserta didik tersebut.
Kerangka konsepnya dapat digambarkan sebagai berikut :
minimal
standar
Gambar Skema Kerangka Konsep Penelitian
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut : PHBS siswa di sekolah dasar yang
memiliki strata UKS standar lebih tinggi daripada PHBS
siswa di sekolah dasar yang memiliki strata UKS minimal.
optimal
paripurna
Pendidikan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
Pembinaan Lingkungan
Sehat
Strata Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan potong lintang (Cross Sectional) untuk mempelajari
hubungan antara Strata Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Siswa di Sekolah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2010 di SD Negeri
Kemiri dan SD Negeri Kemiri Lor 2 dengan pengkategorian strata UKS, strata
standar untuk SDN Kemiri dan strata minimal untuk SD Negeri Kemiri Lor 2.
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2003).
1. Populasi Target adalah populasi yang memenuhi sampling kriteria dan
menjadi sasaran akhir penelitian. Populasi target dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SD yaitu sebanyak 195 anak.
2. Populasi Terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria dalam
penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Kemiri
dan SD Negeri Kemiri Lor 2 Purworejo kelas 5 dan 6. Pengambilan
populasi tidak dilakukan pada kelas 1, 2 dan 3 karena perilaku hidup
bersih dan sehat belum terbentuk.
D. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).
Sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling total
sampling. Jumlah responden di SDN Kemiri sebanyak 51 siswa terdiri dari
kelas 5 dan 6. Sedangkan jumlah responden di SDN Kemiri Lor 2 sebanyak 29
siswa terdiri dari kelas 5 dan 6 sehingga total sampling sebanyak 80 siswa.
E. Kriteria Retriksi
1. Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
yaitu siswa SD Negeri Kemiri dan SD Negeri Kemiri Lor 2 kelas 5 dan 6
yang hadir saat penelitian, sehat jasmani dan rohani serta bersedia menjadi
responden. Jumlah responden di SDN Kemiri saat dilakukan penelitian
hanya berjumlah 51 siswa, yang seharusnya hadir sejumlah 52 siswa.
Siswa yang tidak hadir berjumlah 1 orang dikarenakan sakit sehingga tidak
dapat masuk sekolah.
2. Kriteria Eksklusi
Adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian
ini yaitu siswa yang tidak bersedia menjadi responden.
F. Definisi Operasional
1. Variabel bebas : Strata Usaha Kesehatan Sekolah
Strata pelaksanaan UKS adalah jenjang atau tingkatan dari suatu kondisi
sekolah dan atau madrasah yang telah melaksanakan UKS, khususnya
dalam mengembangkan tiga program pokok UKS, yaitu pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Strata UKS dibagi ke dalam 4 tingkatan yaitu : minimal. standar, optimal
dan paripurna.
Strata UKS yang diperbandingkan dalam penelitian ini yaitu strata UKS
standar dan minimal.
Tabel 1 Indikator strata standar dan minimal
Strata
Trias UKS Strata Minimal
1. Pendidikan
Kesehatan
- Pendidikan
jasmani dilaksanakan secara kurikuler
- Pendidikan
-
strata minimal
-
kesehatan dilakukan secara kurikuler
- Guru membuat
rencana pembelajaran pendidikan
kesehatan
- Adanya buku
pegangan guru dan bacaan tentang
pendidikan kesehatan
mata pelajaran pendidikan jasmani
2. Pelayanan
Kesehatan
- Dilaksanakannya
penyukuhan kesehatan
- Dilaksanakannya
imunisasi
- Penyuluhan
kesehatan gigi dan sikat gigi massal
minimal kelas 1, 2, 3 SD
-
strata minimal
-
kesehatan
-
kesehatan berkala tiap 6 bulan, termasuk
pengukuran tinggi dan berat badan
-
pemeriksaan kesehatan siswa pada
buku/KMS
-
diperlukan
-
-
P3K
-
warung/kantin sekolah
3. Pembinaan
Lingkungan Sehat
- Ada air bersih
- Ada tempat cuci
tangan
- Ada WC/jamban
yang berfungsi
- Ada tempat
sampah
- Ada saluran
pembuangan air kotor yang berfungsi
- Ada
halaman/pekarangan/lapangan
- Memiliki pojok
UKS
- Melakukan
kegiatan mengubur, menguras, dan
membakar (3M), sekali seminggu
-
minimal
-
kantin/warung sekolah
-
-
penghijauan/perindangan
-
sekolah dengan jumlah y
-
UKS tersendiri, dengan peralatan
sederhana
-
ibadah
-
sekolah bebas jentik
-
dengan bangku terdepan 2,5 m
-
pembinaan sekolah kawasan tanpa rokok,
bebas narkoba dan miras
(Ananto, 2006)
2. Variabel terikat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Alat ukur : Kuesioner PHBS dengan skala Likert.
Skala : Interval
Cara mengukur : Dengan memberikan kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan disertai alternatif jawaban tentang PHBS
siswa di sekolah kepada responden untuk diisi
kemudian dinilai dan diberi skor.
Tabel 2 Kisi-kisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Variabel
Penelitia
n
Indikator
Nomor Item
Pernyataan
Positif
Nomor Item
Pernyataan
Negatif
Jumlah
Perilaku
Hidup
Bersih
dan
Sehat
1. Kebersihan pribadi
2. Makan-makanan bergizi
3. Olahraga yang teratur dan
terukur
4. Memelihara lingkungan
1,3,4, 6, 8, 10,
11, 12, 14, 15,
17
19, 20, 22, 24
26
28, 30, 31, 33
2, 5, 7, 9,
13, 16, 18
21, 23, 25
27
29, 32, 34
18
7
2
7
5. Tidak merokok di sekolah
maupun di luar sekolah
6. Menjauhi perbuatan kriminalitas
-
37
35
36, 38
1
3
G. Instrumen
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti
terjun langsung ke lapangan dengan memberikan kuesioner tentang
perilaku hidup bersih dan sehat.
Untuk mengetahui sejauh mana kuesioner tersebut memenuhi kriteria
sebagai alat ukur, maka sebelum kuesioner dibagikan kepada responden,
dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada responden lain yang memiliki
kesamaan karakteristik dengan sampel penelitian. Pengujian validitas
dengan Pearson Product Moment dan reliabilitas dengan Cronbach Alpha
yang dihitung menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Jika nilai r
hitung > r tabel berarti valid, demikian sebaliknya.
Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada siswa kelas 4 di SDN
Kemiri dengan responden 20 siswa. Dari 37 item pernyataan ada 33 item
yang valid, 4 item yang tidak valid tidak dipergunakan dalam penelitian
ini.
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach’s Alpha > 0,60 (Iskandar, 2008). Hasil dari uji reliabilitas
kuesioner adalah 0,9435 sehingga dapat disimpulkan bahwa daftar
pernyataan reliabel.
Penyusunan instrumen penelitian ini menggunakan satu buah angket
yang di dalamnya berisi satu instrumen, yaitu instrumen untuk mengukur
PHBS siswa.
Instrumen mengenai mengenai PHBS disusun dalam bentuk angket
yang menyediakan empat opsi dengan alternatif pilihan yang disediakan,
terdiri :
1. Selalu (SS) diberi skor 4
2. Sering (S) diberi skor 3
3. Hampir tidak Pernah (HTP) diberi skor 2
4. Tidak Pernah (TP) diberi skor 1
(Sugiyono, 2006)
Untuk menghindari ketidakseriusan dari responden yang seringkali
terjadi dalam pengisian angket, maka pada angket dibuat dua pernyataan,
yaitu pernyataan positif dan penyatan negatif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Iskandar (2008). Pernyaataan negatif ini disisipkan diantara
pernyataan positif untuk mengontrol tingkat ketelitian dan keseriusan
responden dalam memberikan respons. Responden yang tidak serius atau
ceroboh dalam menjawab akan terjebak dengan pernyataan tersebut.
Masing-masing pernyataan diberi skor : SS=4, S=3, HTP=2, TP=1 untuk
pernyataan positif dan SS=1, S=2, HTP=3, TP=4 untuk pernyataan negatif.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis statistik kuantitatif. Untuk menganalisis
perbedaan digunakan Uji T-Test.
Penghitungan nilai t-test dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 16.0 for Windows.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2010 sampai tanggal
17 Juli 2010 di SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2 Purworejo dengan jumlah
responden 80 siswa. Jumlah responden untuk SDN Kemiri sebanyak 51 siswa dan
SDN Kemiri Lor 2 sebanyak 29 siswa. Strata UKS untuk SDN Kemiri adalah
strata standar sedangkan Strata UKS untuk SDN Kemiri Lor 2 adalah strata
minimal. Adapun hasil penelitian sebagai berikut :
A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa di SDN Kemiri dengan Strata Standar
Hasil penelitian tentang PHBS siswa yang dilakukan pada 51 responden
mempunyai rentan nilai 84 hingga 125, mean sebesar 116,96, median 119,
modus 121 dan standar deviasi sebesar 7,443. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Siswa di SDN Kemiri rata-rata sudah mencapai 88,6%.
B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa di SDN Kemiri Lor 2 dengan Strata
Minimal
Hasil penelitian tentang PHBS siswa yang dilakukan pada 29 responden
mempunyai rentan nilai 63 hingga 113, mean sebesar 97,48, median 100,
modus 99 dan 101 dan standar deviasi sebesar 11, 444. Perilaku hidup bersih
dan sehat siswa di SDN Kemiri Lor 2 rata-rata sudah mencapai 73%.
C. Perbandingan PHBS Siswa di SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2
Analisis perbandingan PHBS siswa di SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2
menggunakan uji Independent T-Test. Sebelum menggunakan Independent T-
Test, data PHBS antara SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2 harus diuji
kenormalannya terlebih dahulu untuk mengetahui apakah datanya berdistribusi
normal atau tidak.
Kriteria yang digunakan yaitu H0 diterima apabila nilai Sig. lebih dari
tingkatan alpha yang ditentukan (Triyuliana, 2007). Pada uji normalitas yang
telah dilakukan didapatkan bahwa signifikansi pada uji Kolgomorov-Smirnov
adalah sebesar 0,091. Karena nilai Sig. 0,091 > 0,05 maka H0 diterima.
Artinya nilai PHBS tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Dari hasil uji normalitas diperoleh bahwa hasil data dari populasi yang
berdistribusi normal maka uji analisis dapat dilanjutkan ke Independent T-
Test. Dari Uji Independent T-Test didapatkan nilai signifikansi 0,040 (<0,05).
Hal ini berarti hipotesis yang diajukan diterima. Jadi ada perbedaan yang
signifikan antara PHBS siswa di SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2
Purworejo.
BAB V
PEMBAHASAN
Perilaku hidup bersih dan sehat siswa di SDN Kemiri dengan strata standar
menghasilkan mean yang tinggi yaitu sebesar 116,96 dan standar deviasi 7,443.
Hal ini berarti perilaku hidup bersih dan sehat siswa di SDN Kemiri rata-rata
sudah mencapai 88,6%. Angka ini didapat dari mean sebesar 116,96 dan skor
maksimal kuesioner yang berjumlah 132. Sedangkan PHBS siswa di SDN Kemiri
Lor 2 dengan strata minimal menghasilkan mean 97,48 dan standar deviasi 11,444
atau bisa dikatakan PHBS siswa di SDN Kemiri Lor 2 rata-rata mencapai 73,85%.
Angka ini sidapat dari mean sebesar 97,48 dan skor maksimal kuesioner yang
berjumlah 132. Hal tersebut memperlihatkan bahwa PHBS siswa di SDN Kemiri
lebih tinggi daripada PHBS di SDN Kemiri Lor 2. Dari hasil penelitian yang
dianalisis dengan uji Independent T-Test diperoleh nilai signifikansi 0,040
(<0,05). Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara PHBS siswa di SDN
Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2 Purworejo. Ini berarti bahwa hipotesis “PHBS
siswa di sekolah dasar yang memiliki strata UKS standar lebih tinggi daripada
PHBS siswa di sekolah dasar yang memiliki strata UKS minimal” diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada yaitu strata UKS yang tinggi
mencerminkan 3 program pokok UKS yang berjalan baik. Dengan berjalannya
program UKS yang baik yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat akan membentuk PHBS siswa yang
baik pula. Sehingga semakin tinggi strata akan semakin baik pula perilaku hidup
bersih dan sehat siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Ananto (2006) yang
menyatakan bahwa UKS yang merupakan perpaduan dua upaya dasar yaitu upaya
pendidikan dan kesehatan merupakan wahana yang dapat meningkatkan PHBS
siswa. Sehingga program UKS yang dilaksanakan secara komprehensif dan
berkesinambungan akan mampu mengubah perilaku peserta didik untuk selalu
berperilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang sama juga
dinyatakan Snehandu B. Kar dalam Notoatmodjo (2003). Kar menyatakan bahwa
perilaku merupakan fungsi dari berbagai faktor. Salah satunya adalah adanya atau
tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan. Sehingga dapat
dijelaskan, SDN Kemiri dengan strata UKS standar memiliki skor PHBS siswa
yang tinggi karena fasilitas dan pemberian informasi kesehatan yang baik.
Berbeda halnya dengan SDN Kemiri Lor 2 dengan strata UKS minimal memiliki
PHBS yang lebih rendah karena fasilitas dan informasi yang kurang memadai. Hal
tersebut dapat dilihat pada SDN Kemiri dengan strata yang lebih tinggi yaitu
strata standar rata-rata PHBS siswa mencapai 88,6% sedangkan pada SDN Kemiri
Lor 2 dengan strata yang lebih rendah yaitu strata minimal rata-rata PHBS siswa
hanya 73,85%.
Perilaku hidup bersih dan sehat mempunyai sejumlah indikator. Indikator
tersebut antara lain kebersihan pribadi, makan-makanan bergizi, olahraga yang
teratur dan terukur, memelihara lingkungan dan menjauhi perbuatan kriminalitas.
Skor maksimal untuk masing-masing indikator tersebut adalah berturut-turut
adalah 64, 28, 8, 20, dan 12. Rata-rata skor masing-masing indikator untuk SDN
Kemiri yang memiliki strata UKS standar yaitu kebersihan pribadi sebesar 58,333,
makan-makanan bergizi sebesar 22, olahraga yang teratur dan terukur sebesar 6,8,
memelihara lingkungan sebesar 18,59 dan menjauhi perbuatan kriminalitas
sebesar 11,6. Sedangkan untuk SDN Kemiri Lor 2 yang memiliki strata UKS
minimal, rata-rata skor masing-masing indikator adalah kebersihan pribadi sebesar
53,103, makan-makanan bergizi sebesar 17,45, olahraga yang teratur dan terukur
sebesar 6,37, menjaga kebersihan lingkungan sebesar 15,76 dan menjauhi
perbuatan kriminalitas sebesar 6,86.
Dari data tersebut dapat dilihat rata-rata skor kebersihan pribadi untuk SDN
Kemiri lebih tinggi yaitu 58,333, sedangkan SDN Kemiri Lor 2 adalah 53,103.
Hal ini dikarenakan SDN Kemiri dari segi pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan lebih sering melakukan kegiatan pembiasaan hidup bersih dan sehat
daripada SDN Kemiri Lor 2 sehingga siswa pun menjadi terbiasa untuk
berperilaku hidup bersih.
Begitu juga dengan rata-rata skor untuk indikator makan-makanan bergizi
untuk SDN Kemiri lebih tinggi yaitu sebesar 22 sedangkan SDN Kemiri Lor 2
sebesar 17,45. Hal ini bisa dikarenakan di SDN Kemiri Lor 2 kurangnya
pemberian pendidikan kesehatan mengenai makan-makanan yang bergizi yang
dimasukan dalam kegiatan kurikuler atau kurangnya penyisipan materi pendidikan
kesehatan pada mata pelajaran tertentu. Tidak adanya kantin sekolah juga
menyebabkan tidak adanya pengawasan terhadap jajanan yang bergizi.
Dari indikator olahraga yang teratur dan terukur, rata-rata skor antara SDN
Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2 hampir`sama yaitu 6,8 untuk SDN Kemiri dan
6,37 untuk SDN Kemiri Lor 2. Rata-rata skor yang hampir sama ini dikarenakan
pada strata UKS minimal dan standar tidak begitu terlihat perbedaan pada
pelaksanaan pendidikan jasmani. Pada strata UKS minimal dan standar
kategorinya hampir sama yaitu pendidikan jasmani dilaksanakan secara kurikuler
sehingga tidak terdapat perbedaan yang mencolok pada siswa di strata UKS
minimal ataupun standar.
Indikator selanjutnya adalah memelihara lingkungan. Rata-rata skor di SDN
Kemiri lebih tinggi yaitu sebesar 18,59 sedangkan di SDN Kemiri Lor 2 rata-
ratanya sebesar 15,76. Perbedaan skor ini dikarenakan di SDN Kemiri Lor 2
pembiasaan mengenai perilaku-perilaku yang baik terhadap lingkungan masih
kurang, misalnya membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya.
Untuk indikator yang terakhir yaitu menjauhi perbuatan kriminalitas. Untuk
SDN Kemiri rata-rata skornya yaitu 11,6 dan SDN Kemiri Lor 2 yaitu 6,86. Hal
ini dikarenakan sebagian besar siswa laki-laki di SDN Kemiri Lor 2 menganggap
berkelahi sebagai hal yang biasa dilakukan oleh anak laki-laki seusia mereka.
Sehingga terdapat perbedaan skor yang cukup besar. Oleh karena itu, informasi
mengenai perbuatan yang baik dan tidak baik dilakukan perlu diberikan.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat juga bahwa sekolah dengan strata UKS
yang tinggi tidak semua siswa nya mempunyai PHBS yang tinggi pula. Hal ini
dapat dilihat dari rentang skor PHBS siswa SDN Kemiri yang berkisar dari 84-
125. Begitu juga dengan sekolah dengan strata yang lebih rendah yaitu SDN
Kemiri Lor 2 dengan strata minimal tidak semua siswanya mempunyai skor
PHBS yang rendah. Ini dapat dilihat dari rentang skornya yang berkisar dari 63-
113. Hal ini dikarenakan terbentuknya perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor.
Dalam Notoatmodjo (2003) perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekstern
yaitu lingkungan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor intern yang meliputi
pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang
berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sehingga dapat dijelaskan jika
pada sekolah dengan strata UKS yang tinggi terdapat siswa dengan dengan skor
PHBS yang rendah bisa saja dikarenakan karena kecerdasannya rendah, motivasi
nya rendah dan sebagainya sehingga kemampuannya dalam mengolah rangsangan
dari luar juga rendah. Begitu juga dengan sekolah yang strata UKS nya rendah
terdapat siswa dengan skor PHBS yang tinggi, itu bisa saja dikarenakan karena dia
mempunyai pengetahuan yang banyak tentang PHBS yang didapat misalnya dari
membaca buku, koran, internet dan sebagainya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai “Studi Komparatif Strata Usaha
Kesehatan Sekolah dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa ” di SDN Kemiri dan
SDN Kemiri Lor 2 Purworejo mempunyai kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat antara SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2
mempunyai perbedaan yang bermakna (signifikan) yang ditunjukan dengan Sig.
sebesar 0,040 (< 0,05).
2. Strata UKS SDN Kemiri adalah strata standar sedangkan Strata UKS SDN Kemiri
Lor 2 adalah strata minimal.
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa di sekolah dasar yang memiliki strata UKS
standar lebih tinggi daripada PHBS siswa di sekolah dasar yang memiliki strata
UKS minimal.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan:
1. Menambah pemahaman dan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat untuk
para siswa SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2.
2. Memberi dorongan kepada sekolah terutama SDN Kemiri dan SDN Kemiri Lor 2
untuk meningkatkan program UKS yang meliputi pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat sehingga perilaku hidup
bersih dan sehat siswa terbentuk dengan baik.
3. Memberi saran kepada departemen terkait terutama Departemen Pendidikan dan
Departemen Kesehatan untuk lebih bekerjasama dalam mengembangkan program
UKS agar derajat kesehatan siswa tercapai.
4. Mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan UKS
sehingga tanggung jawab UKS tidak hanya dibebankan kepada sekolah tetapi
menjadi tanggung jawab bersama.
5. Kepada peneliti berikutnya agar mengembangkan variabel terkait yang lebih
kompleks dalam pelaksanaan UKS dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah
Atas tentang partisipasi masyarakat, sekolah, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2009. Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). http://www.promosikesehatan.com. Diunduh tanggal 23 Februari 2010.
Ananto, P. 2006. Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Bandung : Yrama Widya. 11-88. Depdiknas. 2006. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha kesehatan
Sekolah. 6-48 Depkes-Jabar. PHBS di Sekolah. http://www.dinkes.jabarprov.go.id. Diunduh
tanggal 23 Februari 2010. Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Citra Aditya Bakti. 119-
21. Hartono. 2008. SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal: 53-92. Hidayat A. A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. Hal: 140-3. Irianto, K. Waluyo, K. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama
Widya. 83-87. Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. Mahfoedz, I. Suryani, E. Sutrisno, Santosa, S. 2005. Pendidikan Kesehatan
Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya. 15-23. Mubarak, WI. Chayatin, N. Rozikin, K. Supradi. 2007. Promosi Kesehatan
Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 6-35.
Muninjaya, G. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC. 152. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta : Rineka Cipta. 123.
. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 117-28.
Universitas Diponegoro. 2000. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyrakat. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 30. Widyastuti, P. 2006. Kesehatan Masyarakat : Suatu Pengantar.Ed. 4. Jakarta :
EGC. 161-62 Sugiyono. 2005. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Hal: 98. Suharno. 2008. Manajemen Pendidikan. Surakarta : UNS Press.33-34. Taufiqurohman M. A. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta: UNS Prees. Hal: 54. Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta :
Sagung Seto. 12-13