71
STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI DAN KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 DEMAK A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu. Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal sehingga anak dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai kebutuhan pribadi dan masyarakat (Munandar, 1999:4). Inti dari proses pendidikan secara formal adalah mengajar sedangkan inti dari proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu proses belajar mengajar pada intinya terpusat pada satu persoalan yaitu bagaimana guru melaksankan proses belajar mengajar yang efektif guna tercapainya suatu tujuan (M. Ali, 1987:1). Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun kelompok, di sekolah maupun di luar sekolah. Karena profesinya sebagai guru berdasarkan panggilan jiwa, maka tugas guru sebagai pendidik berarti mengembangkan 1

STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI … · Web viewGuru harus terampil dalam mengolah cara pembelajaran, cara membaca kurikulum, cara membuat, memilih dan menggunakan media

  • Upload
    lambao

  • View
    224

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI DAN

KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS DENGAN PRESTASI

BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 DEMAK

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam menentukan

perkembangan dan perwujudan diri individu. Pendidikan bertanggung jawab

untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal sehingga anak

dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai kebutuhan pribadi

dan masyarakat (Munandar, 1999:4).

Inti dari proses pendidikan secara formal adalah mengajar sedangkan

inti dari proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu proses belajar

mengajar pada intinya terpusat pada satu persoalan yaitu bagaimana guru

melaksankan proses belajar mengajar yang efektif guna tercapainya suatu

tujuan (M. Ali, 1987:1).

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab

untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun

kelompok, di sekolah maupun di luar sekolah. Karena profesinya sebagai guru

berdasarkan panggilan jiwa, maka tugas guru sebagai pendidik berarti

mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan

serta mengajarkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi kehidupan anak didik

(Hasibuan dan Moedjiono, 1995:40).

Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan

salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan

menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan

tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat

diartikan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk

membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau pada taraf kematangan

1

tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang

transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of values,

dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan

menentukan siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini, seorang guru memiliki

peranan yang kompleks dalam proses belajar mengajar dalam usahanya untuk

mengantarkan siswa ke taraf yang dicita-citakan (Sardiman, 2001: 123).

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh beberapa

faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas

motivasi, kepercayaan diri, dan kreativitas guru itu sendiri. Sedangkan faktor

eksternal lebih ditekankan pada sarana serta iklim sekolah yang bersangkutan.

Setiap kemajuan yang diraih manusia selalu melibatkan kreativitas. Ketika

manusia mendambakan produktivitas, efektivitas, efisiensi, dan bahkan

kebahagiaan yang lebih baik dan lebih tinggi dari apa yang sebelumnya di

capai, maka kreativitas dijadikan dasar untuk menggapainya (Munandar,

1999:10).

Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan Allah

kepada setiap manusia, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta)

dan berkreasi. Implementasi dari kreativitas seseorangpun tidak sama,

bergantung pada sejauh mana orang tersebut mau dan mampu mewujudkan

daya ciptanya menjadi sebuah kreasi ataupun karya (Nashori, 2002: 21).

Setiap orang memiliki potensi kreatif yang dibawa sejak lahir

meskipun dalam derajat dan bidang yang berbeda-beda, sehingga potensi itu

perlu ditumbuh kembangkan sejak dini agar dapat difungsikan sebagaimana

mestinya. Untuk itu diperlukan kekuatan pendorong, baik dari dalam individu

maupun dari luar individu yaitu lingkungan. Lingkungan dalam hal ini

mencakup lingkungan dalam arti kata sempit (keluarga, sekolah) maupun

dalam arti kata yang luas (masyarakat, kebudayaan) yang mampu menciptakan

kondisi lingkungan yang dapat menanamkan daya kreatif individu (Munandar,

1988:83).

Dengan demikian, baik di dalam individu maupun di luar individu

(lingkungan) dapat menunjang atau menghambat potensi kreativitas,

2

implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui

pendidikan mengingat bahwa kreativitas merupakan bakat secara potensial

yang dimiliki setiap orang sejak lahir yang dapat diidentifikasi dan dibekali

melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 1999:12).

Pendidikan hendaknya tidak hanya memperhatikan pengembangan

keterampilan-keterampilan berfikir semata, tetapi pembentukan sikap,

perasaan, dan ciri-ciri kepribadian yang mencerminkan kreativitas yang perlu

dikembangkan. Dalam hal ini banyak bergantung pada inisiatif dan kreativitas

guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat memupuk dan menunjang

kreativitas siswa, sehingga siswa dapat merasa bebas mengungkapkan pikiran

dan perasaannya, mempunyai daya kreasi dalam bekerja. Hal ini

mencerminkan kemerdekaan dan demokrasi dalam pendidikan, yang berarti

terwujudnya pendidikan itu berada diatas kreativitas kinerja para guru dalam

menjalankan tugas (Munandar, 1992:48).

Salah satu hal yang menentukan sejauh mana seseorang itu kreatif

adalah kemampuannya untuk dapat membuat kombinasi baru dari hal-hal

yang ada. Demikian pula seorang guru dalam proses belajar mengajar, guru

harus menggunakan variasi metode dalam mengajar, memilih metode yang

tepat untuk setiap bahan pelajaran agar siswa tidak mudah bosan (Roestiyah,

1989:4). Guru harus terampil dalam mengolah cara pembelajaran, cara

membaca kurikulum, cara membuat, memilih dan menggunakan media

pembelajaran, dan cara evaluasi baik dengan tes maupun melalui observasi

(Djohar, 2006:137). Evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan

pencapaian tujuan, dan sebagai feed back bagi seorang guru. Guru yang baik

dapat mengaktifkan murid dalam hal belajar (Nasution, 1995:9).

Seorang guru harus mampu mengoptimalkan kreativitasnya.

Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para

siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar,

berkarya dan berkreasi. Guru berperan aktif dalam pengambangan kreativitas

siswa, yaitu dengan memiliki karakteristik pribadi guru yang meliputi

motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat dan keluwesan

3

(fleksibel). Guru yang kreatif mempunyai semangat dan motivasi tinggi

sehingga bisa menjadi motivator bagi siswanya untuk meningkatkan dan

mengembangkan kreativitas siswa, khususnya yang tertuang dalam sebuah

bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya selain menjadi seorang pendidik,

guru juga harus menjadi seorang kreator yang mampu menciptakan kondisi

belajar yang nyaman dan kondusif bagi anak didik. (Sardiman, 2001: 127).

Proses pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan baik apabila

terdapat suasana atau kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan

tenang dan mempunyai kesiapan penuh untuk mengikuti jalannya proses

pembelajaran. Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan

efektif apabila: pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat

menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar

mengajar, kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya

timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar, ketiga, dikuasainya berbagai

pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk

masalah mana suatu pendekatan digunakan (Rohani, 2004:123-124).

Kedudukan guru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat

penting dalam proses belajar mengajar, salah satunya sebagai pengelola kelas.

Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah

tempat berkumpulnya semua anak didik dalam rangka menerima bahan

pelajaran dari guru. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus

direncanakan dan diusahakan oleh guru agar dapat terhindar dari kondisi yang

merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal

apabila terjadi hal-hal yang merusak, yang disebabkan oleh tingkah laku

peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif) (Djamarah, 2005:144).

Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi

edukatif, sebaliknya kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat

kegiatan pengajaran. Untuk dapat mewujudkan kelas yang kondusif, maka

guru harus mempunyai strategi atau kemampuan keterampilan yang

diperlukan dalam pengajaran, menciptakan situasi belajar yang optimal dan

4

dapat mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar

(Arikunto, 1988:68).

Kemampuan dalam mengelola kelas merupakan kegiatan penting bagi

guru sebelum melaksanakan pembelajaran, terutama penciptaan suasana

kondusif di dalam kelas sehingga memungkinkan para siswa merasa senang

dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa dalam keadaan antusias

mengikuti penjelasan guru, maka siswa akan bersikap disiplin dan mempunyai

minat untuk belajar lebih tekun lagi. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat

tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta

mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan

pengajaran. Oleh karena itu pengelolaan kelas harus ditingkatkan supaya

siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal (Djamarah, 2005:145).

Dengan mengkaji konsep dasar pengelolaan kelas, mempelajari

berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi

kemudian dianalisis, maka guru akan dapat mengelola proses belajar mengajar

secara lebih baik. Kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan

prasyarat utama bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (Wragg,

1995:12).

Pembelajaran yang efektif dapat meningkatkan prestasi anak didik.

Zaenal Arifin, mengemukakan bahwa kata ”prestasi” berasal dari bahasa

Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi”

yang berarti ”hasil usaha” (Zaenal Arifin, 1990:3). Sedangkan Winkel

mengemukakan belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-

perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan nilai dan dapat pula berupa

sesuatu yang baru dan nampak dalam perilaku yang nyata (Winkel, 1986:161).

M. Bukhori menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah

dicapai atau yang ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar, baik berupa

angka maupun huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang

dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu yang di dalamnya terdapat

nilai-nilai positif atau keagamaan (Bukhori, 1983: 8).

5

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam

dari sumber utamanya kitab suci Al-qur’an dan Hadits melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman (DepDikNas,

2003:7). Menurut al-Ghazaly sebagaimana diungkapkan oleh Fatiyah Hasan

Sulaiman bahwa pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan

keutamaan, sebagai media untuk mendekatkan umat manusia kepada Allah

dan sarana kemaslahatan untuk membina umat (Fatiyah, 1993:11).

Dengan demikian prestasi Pendidikan Agama Islam adalah hasil

belajar yang telah dicapai oleh siswa yang merupakan tolok ukur keberhasilan

siswa dalam bidang PAI. Diharapkan dengan prestasi ini siswa tidak hanya

mampu memahami dan menghayati ajaran-ajaran agama Islam tetapi juga

dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan hasil belajar

oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk

penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi dari

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor intrinsik)

individu antara lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan

kognitif, sedangkan faktor dari luar diri (faktor ekstrinsik) individu antara lain

faktor lingkungan yaitu alam, sosial budaya dan keluarga dan faktor

instrumental yaitu kurikulum, program, sarana dan fasilitas dan guru

(Djamarah, 2002:144). Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid untuk

mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya (Hakim, 2000:11).

Tolak ukur kemampuan anak didik dalam memahami materi ajar di

bagi menjadi 3 aspek pokok  yang di kemukakan oleh  Blooms sebagaimana

dikutip Mudjiono (2002; 35) yaitu kemampuan pemahaman  kognitif yaitu 

menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah

sampai yang tinggi. Pemahaman secara kognitif  ini meliputi pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek kemampuan

6

pemahaman yang kedua adalah afektif yaitu sikap, perasaan emosi dan

karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat.. Dimensi

ketiga dari aspek pemahaman ini adalah pemahaman secara psikomotorik

yaitu  pemahaman yang menekankan pada gerakan-gerakan jasmaniah dan

kontrol fisik. Kecakapan-kecakapan fisik ini dapat berupa pola-pola gerakan 

atau keterampilan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar.

Dalam penelitian ini, penulis memilih SMP Negeri 3 Demak. Siswa

SMP Negeri 3 Demak telah mengenal ajaran Islam sebelum memasuki SMP

Negeri 3 Demak, baik melalui pendidikan formal seperti belajar di madrasah

ibtidaiyyah, maupun non formal seperti belajar ilmu agama di pondok

pesantren terdekat. Para siswa SMP Negeri 3 Demak juga sudah bisa

membaca dzikir Asma’ al-Husna sebelum pelajaran dimulai, melaksanakan

kegiatan Baca Tulis Al-Quran (BTA) pada jam pelajaran terakhir, dan shalat

zhuhur berjamaah sebelum pulang serta kegiatan ekstra kurikuler keagamaan,

Siswa lulusan SMP Negeri 3 Demak juga berhasil menempuh ujian masuk di

SMA Negeri sekitar 60% setiap tahunnya. (Observasi dan wawancara dengan

Nur Rohman, S.Ag., 13 Juli 2009). Di sisi lain, karena keterbatasan jumlah

jam pelajaran PAI di kelas, maka tidak mungkin guru memberikan materi

pendidikan keagamaan secara detail kepada siswa, maka guru PAI diharapkan

mampu mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran yang inovatif

serta mampu menciptakan dan mengendalikan kelas agar tetap kondusif ketika

proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan argumen-argumen di atas, bahwa kreativitas guru dengan

dibekali kemampuan mengelola kelas yang baik merupakan salah satu upaya

yang dilakukan guru, khususnya guru PAI dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa bidang studi Pendidikan Agama Islam. Sehingga nantinya guru

diharapkan lebih banyak berdiskusi dengan guru lain untuk mengembangkan

kreativitas mengajar dan kemampuan mengelola kelas agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin

mengetahui apakah benar kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola

kelas mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar PAI

7

siswa, maka penelitian ini akan penulis susun dalam sebuah penelitian tesis

dengan judul ” Studi Korelasi Antara Kreativitas Guru PAI dan Kemampuan

Mengelola Kelas dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 3 Demak”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, yang menjadi fokus permasalahan adalah :

1. Adakah korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa

bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

2. Adakah korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan prestasi

belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

3. Adakah korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola

kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3

Demak

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi

belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

2. Untuk mengetahui korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan

prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

3. Untuk mengetahui korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan

mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP

Negeri 3 Demak

D. Manfaat Penelitian

8

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

terhadap dunia pendidikan, khususnya tentang pentingnya kreativitas guru

PAI dan kemampuan mengelola kelas dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa bidang studi PAI.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi guru PAI, khususnya di SMP

Negeri 3 Demak agar selalu meningkatkan kreativitas mengajarnya dalam

proses pembelajaran di kelas dan mampu mengelola kelas dengan baik dan

benar agar tercipta suasana yang kondusif sehingga pada akhirnya siswa

memperoleh prestasi belajar PAI yang tinggi.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris

(Suryabrata, 1983:75). Hipotesis dalam hal ini berfungsi sebagai penunjuk

jalan yang memungkinkan kita untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya.

Hipotesis dalam statistik, terdapat hipotesis kerja atau alternatif (Ha)

dan hipotesis nol (Ho). Hal ini mempunyai makna bahwa Ha adalah adanya

korelasi positif yang signifikan antara variabel X1 (kreativitas guru PAI) dan

variabel X2 (pengelolaan kelas) dengan variabel Y (prestasi belajar PAI

siswa). Korelasi positif yang dimaksud di sini adalah jika kreativitas guru PAI

dan kemampuan mengelola kelas baik maka prestasi belajar PAI siswa

meningkat dan sebaliknya. Sedangkan Ho adalah tidak adanya korelasi positif

yang signifikan antara variabel X1 (kreativitas guru PAI) dan variabel X2

(pengelolaan kelas) dengan variabel Y (prestasi belajar PAI siswa). Dengan

kata lain jika kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas baik maka

prestasi belajar PAI siswa rendah dan sebaliknya.

Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut: ”Ada korelasi positif dan signifikan antara kreativitas guru

9

PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar Pendidikan

Agama Islam (PAI ) Siswa”.

F. Kajian Pustaka

1. Kajian Penelitian yang relevan

Penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian

ini telah dilakukan oleh Pertama, Ahmad Sudja’i (2006) dengan judul

Pengaruh Kreativitas dan Disiplin Kerja Terhadap Kemampuan

Melaksanakan Supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang.

Hasil penelitian ini adalah: 1) Kreativitas berpengaruh positif terhadap

kemampuan melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota

Semarang, 2) Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kemampuan

melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang,

3) Kreativitas dan disiplin kerja mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kemampuan melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Se-Kota Semarang.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan

penulis adalah penelitian di atas berhubungan dengan teori supervisi

pendidikan, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada kemampuan

seseorang dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan Kepala

Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang dan keberhasilannya akan

dipengaruhi beberapa aspek, salah satunya adalah aspek kreativitas dan

aspek kedisiplinan kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis

berhubungan dengan teori prestasi belajar, teori kreativitas dan teori

pengelolaan kelas, yaitu prestasi belajar siswa yang akan dipengaruhi dari

faktor luar (ekstrinsik), yaitu kemampuan guru dalam mengajar,

khususnya kreativitas guru PAI dalam mengajar dengan disertai

kemampuan mengelola kelas yang baik dan benar.

Kedua, Fahrurrozi (2007) dengan judul Hubungan Sikap Profesi

Guru dan Kreativitas dengan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam

Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan. Hasil penelitian ini adalah: 1)

10

Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap profesi guru dengan

kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab.

Grobogan, 2) Terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan

kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab.

Grobogan, 3) Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara sikap

profesi guru dan kreativitas dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam

Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan

penulis adalah penelitian di atas berhubungan dengan teori etos kerja, yaitu

dengan adanya sikap profesi guru dan kreativitas mempunyai kedudukan

yang secara bersamaan, yang sama-sama mempunyai keterkaitan dengan

kinerja guru PAI khususnya di Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berhubungan dengan

kegiatan proses belajar mengajar di kelas, yaitu lebih menekankan pada

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) salah satunya adalah seorang guru

mampu melakukan kegiatan pengelolaan kelas agar supaya kondisi kelas

tetap kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.

Ketiga, Nur Asyiah (2008) dengan judul Hubungan Antara

Motivasi Belajar dan Kreativitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Bahasa

Arab di Madrasah Tsanawiyah Nu Sunan Katong Kaliwungu. Hasil

penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara

motivasi belajar dan kreativitas belajar terhadap hasil belajar bahasa arab

di Madrasah Tsanawiyah NU Sunan Katong Kaliwungu.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan

penulis adalah penelitian di atas berhubungan dengan teori belajar, yaitu

hasil belajar siswa akan dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya unsur

dari dalam siswa itu sendiri yaitu motivasi belajar dan kreativitas belajar

siswa, khususnya pada pelajaran bahasa arab di Madrasah Tsanawiyah NU

Sunan Katong Kaliwungu. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis

berhubungan dengan kompetensi guru dalam bidang profesionalitas, yaitu

11

ketika guru mengajar siswa di kelas dengan menerapkan kegiatan

ketrampilan mengajar yang disertai dengan tindakan pengelolaan kelas.

Dari kajian pustaka tersebut di atas, meskipun terdapat beberapa

penelitian dengan variabel yang sama, namun belum ada penelitian yang

bertema sama dengan penelitian yang penulis teliti.

2. Kerangka Teoritik

a. Kreativitas Guru dan Prestasi Belajar Siswa

Guru adalah tokoh yang bermakna dalam kehidupan siswanya.

Guru tidak hanya sebagai pengajar, melainkan sebagai pendidik dalam

arti yang sebenarnya. Peluang untuk memunculkan siswa yang kreatif

akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif

mengandung pengertian ganda, yakni guru yang secara kreatif mempu

menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar dan

juga guru yang senang melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam

hidupnya. Guru senantiasa memegang posisi kunci dalam dalam proses

pembelajaran. Sebagai pengajar guru berperan menciptakan suasana

yang kondusif, sehingga mendorong berfungsinya proses mental pra

kesadaran yang merupakan dasar bagi lahirnya kreasi siswanya

(Hasan, 2001: 200).

Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau

menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas juga merupakan

kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang

mempunyai makna sosial (Munandar, 1999: 28).

Peran guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah

guru berperan sebagai fasilitator. Guru harus memahami dan terbuka

pada anak. Bakat anak tidak datang secara simultan atau tiba-tiba,

melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan hukum alam yang

ada, bahwa manusia tumbuh dan berkembang setahap demi setahap.

Anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, jika anak memiliki

kesulitan-kesulitan dalam kegiatan belajar di sekolah, guru berusaha

mengatasi atau mencari alternatif pemecahannya dengan memilih atau

12

memberikan kegiatan-kegiatan yang disukai atau diminati anak

(Hasan, 2001: 205).

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak

mengawasi, tetapi mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan,

guru harus bisa menciptakan lingkungan di dalam kelas yang dapat

merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa aman dan kerasan

berada di dalam kelas, dengan begitu kreativitas anak dapat

berkembang dengan baik (Sardiman, 2001: 120).

Kegiatan belajar mengajar di sekolah berorientasi pada

pencapaian prestasi belajar akademik yang tinggi oleh semua siswa.

Kreativitas siswa apabila memperoleh peluang untuk berkembang di

dalam iklim belajar mengajar yang kondusif, maka prestasi belajar

yang tinggi dapat dicapai. Karena kreativitas guru dalam mengajar,

dijadikan sebagai asumsi yang dinilai mampu meningkatkan motivasi

belajar siswa (Munandar, 1992: 42).

Guru yang mempunyai kreativitas yang tinggi akan mampu

memberikan motivasi belajar kepada anak didiknya. Motivasi

berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat

pencapaian prestasi belajar, sehingga prestasi belajar pendidikan

agama Islam akan tercapai dengan hasil yang baik (Muhaimin, 2002:

38).

b. Pengelolaan Kelas dan Prestasi Belajar Siswa

Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru sering kali

mengalami hambatan terutama kegaduhan di dalam kelas yang

dilakukan oleh siswa. Keributan dan kegaduhan yang terjadi di kelas

apabila tidak segera diatasi akan mengganggu pelaksanaan program

pembelajaran dan dapat menghambat pencapaian target kurikulum.

Oleh karena itu suasana kelas harus dijaga supaya tetap kondusif untuk

13

pelaksanaan program pengajaran. Dengan demikian untuk mencapai

tujuan pengajaran di sekolah diperlukan guru yang mampu mengelola

kelas dengan baik (Purnomo, 2003:10).

Pengelolaan kelas merupakan usaha guru untuk menciptakan

dan mempertahankan kondisi yang memungkinkan kegiatan

pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan lancar sehingga

tujuan pengajaran dapat dicapai (Toenlioe, 1992: 16). Kondisi belajar

yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan

sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang

menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Kemampuan dalam

mengelola kelas merupakan salah satu syarat profesionalisme guru,

oleh karena itu keberhasilan dalam mengelola kelas dapat dijadikan

indikator penting atas tercapainya tujuan pengajaran (Hasibuan dan

Moedjiono, 1995:82).

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur

jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan oleh seseorang,

khususnya siswa tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam

maupun dari luar, yang keduanya memiliki peranan penting dalam

menentukan tujuan belajar. Faktor yang mempengaruhi aktivitas

belajar siswa salah satunya adalah motifasi. Motivasi merupakan gejala

psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan

tujuan tertentu (Djamarah, 2002: 114).

Secara umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi

motivasi belajar siswa yaitu faktor dari dalam diri siswa (instrinsik)

dan faktor dari luar diri siswa (ekstrinsik). Kegiatan pengelolan kelas

termasuk salah satu bagian dari motivasi ekstrinsik. Adapun motivasi

ekstrinsik merupakan sekumpulan motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsang dari luar. Guru harus pandai

mempergunakan motivasi ekstrinsik dengan benar agar supaya proses

interaksi edukatif di kelas dapat tercapai. Berbagai macam cara

14

dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar anak didiknya,

salah satunya adalah dengan cara mengelola kelas dengan segala

komponennya (Hakim, 2000:15).

Secara teoritik dapat diketahui bahwa kegiatan pengelolaan

kelas merupakan kemampuan atau ketrampilan guru, dalam mengelola

siswa di kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan

mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program

pengajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Begitu juga

dalam pendidikan agama Islam bahwa kegiatan pengelolaan kelas oleh

guru PAI memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar. Dengan

demikian untuk mencapai tujuan pengajaran di sekolah diperlukan

guru yang mampu mengelola kelas dengan baik.

c. Kreativitas Guru PAI, Pengelolaan Kelas dan Prestasi Belajar Siswa

Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah suatu proses pemberian bimbingan terhadap

anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi

anak agar mencapai kedewasaan (Syafaruddin, 2005: 24).

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya

mengawasi, tetapi mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan,

guru harus bisa menciptakan lingkungan di dalam kelas yang dapat

merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa nyaman berada di

dalam kelas, sehingga dengan begitu kreativitas anak dapat

meningkatkan hasil prestasi belajarnya (Sardiman, 2001: 127).

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh

beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal

terdiri atas motivasi, kepercayaan diri, dan kreativitas guru itu sendiri.

Sedangkan faktor eksternal lebih ditekankan pada sarana serta iklim

sekolah yang bersangkutan. Setiap kemajuan yang diraih manusia

selalu melibatkan kreativitas. Ketika manusia mendambakan

produktivitas, efektivitas, efisiensi, dan bahkan kebahagiaan yang lebih

15

baik dan lebih tinggi dari apa yang sebelumnya di capai, maka

kreativitas dijadikan dasar untuk menggapainya (Munandar, 1999:10).

Guilford menyatakan sebagaimana dikutip Munandar,

kreativitas diartikan sebagai kemampuan berpikir divergen untuk

menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu

persoalan yang sama Kreativitas juga merupakan produksi suatu

respon atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi.

Utami Munandar menyusun rumusan operasional dari kreativitas

sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan

(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk

mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu

gagasan. Menurut Munandar, kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan

elaborasi merupakan indikator kemampuan berpikir kreatif. Lebih

lanjut, Munandar menyatakan bahwa ciri-ciri kreatif yang penting

dalam menentukan kemampuan kreatif seorang individu adalah rasa

ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan

sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan

atau untuk dikritik orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai

keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-

pengalaman baru dan dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang

lain (Munandar, 1992:30).

Keterampilan mengelola kelas ialah keterampilan guru untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan,

baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan

remedial (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:83).

Tindakan pengelolaan kelas merupakan tindakan yang

dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal

agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru

tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan

menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional

16

sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan

keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan lain adalah tindakan

korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan

merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung (Rohani, 2004:127).

Berdasarkan penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson

sebagaimana dikutip oleh Sri Esti Wuryani (2006:264), bahwa

pengelolaan kelas didefinisikan sebagai berikut :

1) Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang

tinggi karena keterlibatan siswa di kelas.

2) Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru

dan siswa lain.

3) Menggunakan waktu belajar yang efisien.

Zaenal Arifin, mengemukakan bahwa kata ”prestasi” berasal

dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia

menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha” (Zaenal Arifin, 1990:3).

Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan (Slameto, 2003:2). Jadi prestasi belajar adalah hasil

yang telah dicapai atau yang ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil

belajar, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan yang

mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam

periode tertentu (Bukhori, 1983: 8).

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil

interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam

diri (faktor intrinsik) individu antara lain minat, kecerdasan, bakat,

motivasi dan kemampuan kognitif, sedangkan faktor dari luar diri

(faktor ekstrinsik) individu antara lain faktor lingkungan yaitu alam,

sosial budaya dan keluarga dan faktor instrumental yaitu kurikulum,

program, sarana dan fasilitas dan guru (Djamarah, 2002:144).

17

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa dalam meyakini, menghayati, memahami dan mengamalkan

agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan

dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002:30).

Dari teori-teori di atas dapat diketahui bahwa guru merupakan

salah satu dari faktor ekstrinsik yang dapat memberikan pengaruh pada

prestasi belajar siswa. Seorang guru yang mempunyai kreativitas tinggi

serta mampu mengelola kelas dengan baik dan benar yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas berfungsi

menunjang program pengajaran guna meningkatkan prestasi belajar

siswa. Begitu juga dalam pendidikan agama Islam bahwa seorang guru

PAI yang kreatif dan mampu melakukan kegiatan pengelolaan kelas

dengan baik maka akan menentukan hasil prestasi belajar siswa di

bidang PAI.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research).

Sifat penelitihan ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang penyajian datanya berupa angka-angka dan menggunakan

analisa statistik biasanya bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara

variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai

prediksi (Sugiyono, 2006a:8).

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek

pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti

(Suryabrata, 1995:72). Dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu dua

variabel bebas atau independent variabel (X1,X2) , yaitu variabel yang

18

mempengaruhi variabel lain disebut juga variabel prediktor, dan variabel

terikat atau dependent variabel (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi. Sesuai

dengan masalah, penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu prestasi

belajar PAI siswa, sebagai kriteria atau variabel terikat (Y), kemudian

kreativitas guru PAI sebagai prediktor pertama atau variabel bebas

pertama (X1) dan kemampuan mengelola kelas, sebagai prediktor kedua

atau variabel bebas kedua (X2).

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

1) Kreativitas guru PAI (Munandar, 1992:50), dengan indikator-

indikator sebagai berikut :

a) Ketrampilan mengajar

b) Motivasi tinggi

c) Demokratis

d) Percaya diri

e) Berpikir divergen

2) Kemampuan mengelola kelas (Rohani, 2004:127), dengan

indikator-indikator sebagai berikut :

a) Pengaturan tempat duduk siswa

b) Pengaturan alokasi waktu belajar

c) Perhatian guru pada siswa

d) Pemberian tanggung jawab kepada siswa

e) Memberi arahan kepada siswa

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Pendidikan

Agama Islam (Muhaimin, 2002:72), dengan indikator :

1) Nilai hasil belajar, pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

baik hasil tes formatif, sub sumatif maupun sumatif yang dapat

dilihat dari hasil raport.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

19

kesimpulannya (Sugiyono, 2005:55). Populasi merupakan jumlah yang

ada pada obyek atau subyek yang dipelajari yang meliputi seluruh

karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek itu.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

yang berjumlah 240 siswa. Adapun alasan penulis memilih kelas VIII

adalah karena usia siswa tersebut menurut Peaget1 (dalam Hurlock,

2004:206) bahwa mereka berada pada masa adolescence. Awal masa

remaja bermula dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir

masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun. Dalam

usia ini terjadi proses kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Sumadi Suryabrata yang mengutip pendapatnya Montessori,

memasuki periode III (13 – 18 tahun), adalah periode penemuan diri dan

kepekaan rasa sosial. Dalam kondisi seperti ini psikologis anak relatif

kecil untuk berbohong, karena anak mulai mengembangkan

kepribadiannya serta sadar akan hak dan kewajibannya yang harus

dipatuhi (Suryabrata, 2002 :189).

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005:58). Dalam ketentuan

pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto yaitu jika subyeknya

kurang dari 100 sebaiknya diambil semua sehingga penelitiannya disebut

penelitian populasi, namun jika jumlah subyeknya besar dapat diambil

antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002:71). Sampel

yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 15% dari seluruh populasi

yang berjumlah 240 siswa, sehingga diperoleh sampel sebanyak 36

responden.

Tehnik pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa

sehingga diperoleh sampel yang sesuai dengan sumber data sebenarnya

atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, dengan

1 Jean Peaget (1896-1980) adalah tokoh psikologi perkembangan yang berasal dari Swiss. Ia adalah pencetus teori perkembangan kognitif. Masa remaja menunurut piaget merupakan masa dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, menyangkut apek afektif, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok yang terlihat dari berbagai cara berpikir remaja yang memungkinkannya untuk mencapai integritas dalam hubungan social dengan orang dewasa.

20

istilah lain, sampel harus representatif (Margono, 2004:125). Dalam

penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik

Proportional Sistematic Random Sampling dan berkelompok

(Arikunto, 1991:128). Tehnik pengambilan sampel ini proporsional

dengan mempertimbangkan jumlah murid di setiap kelas, yaitu penulis

mengambil murid dalam jumlah yang sama dari tiap-tiap kelas dan dipilih

seara acak. Teknik pengambilan sampel berkelompok karena keseluruhan

populasi dikelompokkan ke dalam kelas-kelas yaitu kelas VIII A, kelas

VIII B , kelas VIII C, Kelas VIII D, kelas VIII E dan kelas VIII F. Untuk

memperoleh 36 responden dari 240 siswa, penulis mengambil 6 siswa dari

tiap-tiap kelas yang masing-masing berjumlah 40 siswa, dan mereka

dipilih secara acak.

4. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Angket atau kuesioner

Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataaan

tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara

individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu,

prefensi, keyakinan, minat dan perilaku (Hadjar, 1999: 181). Metode

ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang kreativitas guru

PAI dan kemampuan guru PAI dalam mengelola kelas di SMP Negeri

3 Demak.

Pengukuran skala ini mengikuti skala likert yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan pesrsepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan

secara spesifik oleh peneliti yang disebut sebagai variabel penelitian

(Sugiyono,2007:133-134). Dalam penelitian ini menggunakan empat

alternatif jawaban: "selalu", "sering", "kadang-kadang", "tidak

pernah". Skor jawaban mempunyai nilai antara 1 sampai 4.

b. Observasi

21

Observasi adalah kegiatan pencatatan dan pengamatan yang

disengaja dan sistematik tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-

gejala yang muncul pada objek penelitian (Mardalis, 2003:63).

Observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi

sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang digunakan dalam

observasi sampai cara-cara pencatatannya (Hadi, 1992:147),

dilengkapi dengan format/blangko pengamatan sebagai instrumen yang

berisi item-item tentang kejadian yang digambarkan akan terjadi

(Arikunto, 2002:185), sehingga penulis tinggal memberikan tanda

terhadap kejadian yang muncul.

Observasi digunakan penulis untuk memperoleh data tentang

kreativitas guru PAI dan pelaksanaan pengelolaan kelas guru PAI di

SMP Negeri 3 Demak dengan cara mengamati dan mencatat seluruh

indikator yang akan diteliti.

c. Wawancara atau Interview

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan

penulis untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui proses

tanya jawab antara Information Hunter dengan Information Supplyer

(Hadi, 1992:192), Dalam wawancara ini penulis akan menggunakan

bentuk semi structured. Tekniknya mula-mula penulis menanyakan

serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu

diperdalam untuk mengetahui keterangan lebih lanjut (Arikunto,

2002:201).

Dari wawancara ini diharapkan akan mendapatkan informasi-

informasi yang lebih jelas, lengkap dan sedalam-dalamnya tentang

kreativitas guru PAI dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan kelas guru

PAI. Metode ini penulis tujukan kepada guru bidang studi PAI di SMP

Negeri 3 Demak yang secara langsung berkaitan dengan kreativitas

guru dalam mengajar dan pelaksanaan pengelolaan kelas, para siswa,

dan kepala sekolah selaku supervisor di sekolah tersebut.

d. Dokumentasi

22

Metode dokumentasi yaitu mencari data-data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasati, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

2002:206).

Metode dokumentasi diperlukan sebagai metode pendukung

untuk mengumpulkan data, karena dalam metode ini dapat diperoleh

data nilai prestasi PAI yang terdapat dalam raport siswa, data-data

histories, seperti sejarah berdirinya SMP Negeri 3 Demak, visi dan

misi sekolah, daftar guru PAI, daftar siswa, dokumen seperti jurnal,

agenda, serta data lain yang mendukung penelitian ini.

5. Metode Analisis Data

a. Pengujian Persyaratan Analisis

Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka sebelum teknik

statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis diterapkan, terlebih

dahulu data dideskripsikan dengan mengungkapkan mean, median,

modus, dan standar deviasi, juga disajikan daftar distribusi frekuensi

dan histogram. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan

program SPSS 11.5 for Windows.

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini menggunakan teknik Analisys of

Variance Test – ANOVA Test atau Pengujian Analisis Varian. ANOVA

tes dibentuk atas dasar cuplikan-cuplikan acak sederhana yang ditarik

secara bebas dari setiap populasi. Pengujian itu beranggapan bahwa

pupulasi-populasi disebarkan secara normal dan memiliki varian-

varian yang sama (Soegiarto M, 2004: 309). ANOVA biasa digunakan

untuk membandingkan mean dari dua kelompok atau lebih dari

kelompok sampel yang telah dipilih secara acak. Secara simultan

perbedaan mean antar pasangan kelompok diuji untuk mengetahui

apakah ada satu atau lebih mean yang berbeda dari satu atau lebih

23

mean yang lain. Uji ANOVA ini juga biasa disebut sebagai One Way

Analisys of Variance (Ibnu Hadjar,1999: 256).

Dasar pemikiran yang mendasari analisis varian lebih baik

ditunjukkan dengan suatu pembahasan simbolis. Analisis varian yang

nyata dengan jumlah responden 36 yang dibagi dalam 3 kelompok

belajar, dapat digambarkan pada tabel berikut ini :

X1.2 Y111111111111

888281838182807985908789

222222222222

848081838083858286818890

3333

80787978

24

33333333

8279817778808079

Keterangan :X1.2 : Variabel kreativitas guru PAI dan kemampuan

mengelola kelasY : Variabel prestasi belajar PAI(1,2,3,4) : Variabel kategori yang dibedakan dalam kelompok

belajar(77,78,79… dst) : nilai PAI siswa yang dibedakan dalam kelompok

belajar

Adapun langkah analisisnya adalah sebagai berikut:

Asumsi yang digunakan adalah subjek diambil secara acak menjadi

satu kelompok n. Distribusi mean berdasarkan kelompok normal

dengan keragaman yang sama. Statistik uji-F yang digunakan dalam

One Way ANOVA dihitung dengan rumus (k-1), uji F dilakukan dengan

membandingkan nilai Fhitung (hasil output) dengan nilai Ftabel.

Sedangkan derajat bebas yang digunakan dihitung dengan rumus (n-k),

dimana k adalah jumlah kelompok sampel, dan n adalah jumlah

sampel. p-value rendah untuk uji ini mengindikasikan penolakan

terhadap hipotesis nol, dengan kata lain terdapat bukti bahwa

setidaknya satu pasangan mean tidak sama (Soegiarto M, 2004: 311).

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan

nilai F dari perhitungan dengan nilai F yang ada dalam tabel untuk

tingkat kebebasan dan taraf signifikansi tertentu. Bila nilai F yang

diperoleh lebih kecil dari nilai F tabel, maka hipotesis nol diterima,

25

berarti tidak ada perbedaan nilai rata-rata yang cukup signifikan antar

masing-masing kelompok. Sebaliknya bila nilai F lebih besar, maka

hipotesis nol ditolak, berarti ada perbedaan nilai rata-rata yang

signifikan, setidaknya ada satu kelompok di antara seluruh pasangan

kelompok subyek.

H. Sistematika Penulisan

Tujuan sistematika penulisan tesis adalah untuk lebih memudahkan

memahami dan mempelajari isi tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini

akan penulis rinci sebagai berikut :

Bab satu, berisi pendahuluan; menjelaskan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika

penulisan.

Bab dua, berisi landasan teori, kerangka berpikir dan hipotesis

penelitian. Adapun landasan teori berisi kreativitas guru meliputi: pengertian

kreativitas, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, ciri-ciri kreativitas,

karakteristik guru kreatif dan peranan guru. Pengelolaan kelas meliputi

pengertian pengelolan kelas, tujuan pengelolaan kelas, pendekatan dalam

pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas, komponen keterampilan

pengelolaan kelas, usaha preventif masalah pengelolaan kelas. Pendidikan

Agama Islam yang terdiri dari pengertian Pendidikan Agama Islam, landasan

Pendidikan Agama Islam, tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam,

pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pengorganisasian materi

Pendidikan Agama Islam. Pembahasan berikutnya adalah prestasi belajar yang

terdiri dari pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dan faktor-faktor yang menghambat prestasi belajar; Kajian

penelitian relevan; Kerangka berpikir meliputi korelasi antara kreativitas guru

PAI dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam,

korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa

bidang studi pendidikan agama Islam, korelasi antara kreativitas guru PAI dan

kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi

pendidikan agama Islam; dan Pengajuan hipotesis penelitian.

26

Bab tiga, berisi metodologi penelitian meliputi jenis dan sifat

penelitian, definisi operasinal, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab empat, berisi hasil penelitian meliputi deskripsi data, pengujian

persyaratan analisis, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian meliputi

hasil uji korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa

bidang studi pendidikan agama Islam, hasil uji korelasi antara kemampuan

mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama

Islam, hasil uji korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan

mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama

Islam; interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

Bab lima, berisi penutup menjelaskan tentang kesimpulan dan saran-

saran dalam penelitian. Dan di akhir tesis ini penulis sertakan daftar pustaka,

lampiran-lampiran, data kuantitatif dan sebagainya. Selain itu penulis juga

sertakan curriculum vitae/biografi penulis sebagai pelengkap.

DAFTAR PUSTAKA

27

Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet. 1 revisi, Bandung, CV Sinar Baru , 1987

Arifin, Zaenal, Evaluasi Instruksional Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1990

Arikunto, Suharsimi, 1991, Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

, Pengelolaan Kelas dan Siswa sebuah pendekatan evaluatif, Cet. II Jakarta, Rajawali Press, 1988

, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Asrori, Mohammad dan Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2004

Bukhori, M. Teknik – Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, Bandung, Jemmars, 1983

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Cet.III, Jakarta, Rineka Cipta, 2005

, Psikologi Belajar, cet. ke-1, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. II, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Campbell, David, Mengembangkan Kreativitas, (disadur Dian Paramesti Bahar dari Take the road to creativity and get off dead and), Yogyakarta, Kanisius, 1995

Djohar. MS, Guru, Pendidikan & Pembinaannya, Penerapannya dalam Pendidikan dan UU Guru, Yogyakarta, Grafika Indah, 2006

Ensiklopedi Indonesia, 4, Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve

E. Ayan, Jordan, Bengkel Kreativitas (10 ways to free your creative spirit and find your generation), Bandung, Sinar Baru, 1995

28

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004

Esti Wuryani, Sri, Psikologi Pendidikan, Cet.III, Jakarta, PT. Gramedia, 2006

G. Aleinikov, Andrei, Mega Kreativitas: 5 Langkah menuju cara berpikir seorang jenius, Yogyakarta, Niagara, 2002

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogjakarta, Yayasan Fakultas Psikilogi UGM, 1992

_______, Metodologi Research II, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995

_______, Statistik II, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995

Hasan, Maimunah, Membangun kreativitas Anak secara Islami, Yogyakarta, Bintang Cemerlang, 2001

Hasan Sulaiman, Fatiyah, Sistem Pendidikan Versi Al Ghazaly, Cet. 2, terj. Fathur Rahman, Syamsuddin Asyrafi, Bandung, PT. Al Ma’arif, 1993

Hakim, Thursan, Belajar Secara efektif, Jakarta, Puspa Swara, 2000

Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 1999

Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta: Erlangga, 2004

James, Jenifer, Thinking in the future tense (Berpikir ke depan menyongsong millennium baru), Jakarta, Gramedia, 1998

Jawad, M. Abdul, Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas berfikir pada diri dan organisasi anda, Bandung, PT. Syamil Cipta Media, 2002

J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Cet. VI, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1995

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, cet. ke-3, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995

29

L. Good, Thomas dan Jere E. Brophy, Educational Psychology, New York, Longinan, 1990

Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004

Malik Fajar, A, Holistika Pemikiran Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005

Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Al-Ma’arif, 1971

M. Echols, John Hasan Shadly, Kamus Inggris Indonesia, Cet XXIII, Jakarta, Gramedia, 1996

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cet.VI, Jakarta, Bumi Aksara, 2003

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2004

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002

Munandar, S.C.Utami, Krerativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1999

, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta, PT Gramedia Widia Sarna Indonesia, 1992

, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999

Nashori, Fuad & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, Yogyakarta, Menara Kudus, 2002

Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 1995

Oemar, Hamalik, Holistika Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Raja Grafindo, 2005

30

_______, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002

Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP & MTs, Jakarta, Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003

P. Purnomo, Strategi Pengajaran, Surakarta, INTHEOS, 2003

Priyadarma, Triguna, Kreativitas dan Strategi, Jakarta, PT. Golden, 2001

Roestiyah N.K, Didaktik Metodik, Jakarta, PT Bina Aksara, 1989

Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Cet. II, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2004

Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Di Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara, 1991

Rose, Colin dan Malcolm J. Nichol, Accelerated Learning for the 21 Century: (Cara Belajar Cepat di Abad XXI), Bandung, Nuansa, 1997

Salam, Burhanudin, Pengantar Paedagogik, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Santoso, Singgih, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta, PT. Elek Media Komputindo, 2002

Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001

Semiawan, Conny dan Utami Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Menengah, Jakarta, Gramedia, 1990

Semiawan, Conny A.F. Tangyong, dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, Cet.V, Jakarta, Gramedia, 1989

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, cet. ke-4., Jakarta, Rineka Cipta, 2003

Soegiarto M, Statistik Lanjutan, Jakarta, Rineka Cipta, 2004

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Bandung, Alfa Beta, 2007

31

, Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfa Beta, 2005

Sumiyatiningsih, Dien, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, Yogyakarta, Andi Offset, 2006

Supriyadi, Dedi, Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan Iptek, Jakarta, Alfa Beta, 1996

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995

, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2002

Syafaruddin, Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Ciputat, Quantum Learning, 2005

Syaudih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004

Toenlioe, Teori dan Praktek pengelolaan kelas, Surabaya; Usaha Nasional, 1992

Wahib, Abdul, Mengajar dan Menilai Secara Kreatif, Seminar, Semarang, 25 April 2007

Warsito, Pengembangan Instrumen Kreativitas, Jakarta, Rineka Cipta, 2000

Winkel,W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia, 1986

Zuhairi, dan Abdul Ghofir, Metodik Khusus Pendidikan Agama, cet. ke-8, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983

STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI DAN

KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS DENGAN PRESTASI

BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 DEMAK

32

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................1

B. Perumusan Masalah.....................................................................8

C. Tujuan Penelitian.........................................................................9

D. Manfaat Penelitian.......................................................................9

E. Kajian Penelitian Relevan.........................................................10

F. Sistematika Penulisan................................................................12

BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Kreativitas Guru..................................................................15

a. Pengertian Kreativitas...................................................15

b. Ciri-Ciri Kreativitas.......................................................19

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas...........22

d. Tujuan Guru Kreatif......................................................28

e. Karakteristik Guru Kreatif.............................................30

f. Peranan Guru PAI..........................................................39

2. Pengelolaan Kelas...............................................................42

a. Pengertian Pengelolaan Kelas.......................................42

b. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas................................45

c. Tujuan Pengelolaan Kelas.............................................47

d. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas..........................49

e. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas................51

f. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas................58

3. Prestasi Belajar....................................................................64

a. Pengertian Prestasi Belajar............................................64

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.....66

4. Pendidikan Agama Islam.....................................................76

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam.............................76

b. Landasan Pendidikan Agama Islam..............................77

33

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam..................................79

d. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... .79

e. Pengorganisasian Materi Pendidikan Agama Islam......81

B. PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN..............................83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian 85

B. Populasi dan Sampel Penelitian 85

C. Variabel dan Instrumen Penelitian 87

D. Uji Coba Penelitian

E. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data...............................................................................

B. Pengujian Persyaratan Analisis.....................................................

C. Pengujian Hipotesis.......................................................................

D. Interpretasi Hasil Penelitian..........................................................

E. Pembahasan...................................................................................

F. Keterbatasan Penelitian.................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................

B. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

KISI-KISI INSTRUMEN PENGUMPUL DATA

Variabel (X l) : Kreativitas Guru PAI

Kisi-Kisi Penyusunan Angket Kreativitas Guru PAI

34

NO INDIKATOR JUMLAH SOAL POSITIF

JUMLAH SOAL NEGATIF

JUMLAH ITEM SOAL

1 Ketrampilan mengajar 5 1 62 Motivasi tinggi 4 2 63 Demokratis 3 3 64 Percaya diri 2 4 65 Berpikir divergen 3 3 6

JUMLAH 30

Variabel (X 2) : Kemampuan Mengelola Kelas

Kisi-Kisi Penyusunan Angket Kemampuan Mengelola KelasNO INDIKATOR JUMLAH SOAL

POSITIFJUMLAH SOAL

NEGATIFJUMLAH

ITEM SOAL1 Tempat duduk siswa 4 2 62 Alokasi waktu belajar 3 3 6

3 Perhatian guru kepada siswa 5 1 6

4 Pemberian tanggung jawab kepada siswa 5 1 6

5 Memberi arahan kepada siswa 2 4 6

JUMLAH 30

Kisi-Kisi Penilaian / Penskoran AngketSOAL POSITIF SOAL NEGATIF

JAWABAN SKOR / NILAI JAWABAN SKOR / NILAIA 4 A 1B 3 B 2C 2 C 3D 1 D 4

A. INSTRUMEN ANGKET: KREATIVITAS GURU PAI

1. Apakah guru PAI ketika membuka pelajaran mengajak siswa berdoa terlebih

dahulu ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

35

2. Apakah guru PAI ketika mengawali materi melakukan appersepsi terlebih

dahulu ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Apakah guru PAI menjelaskan materi menggunakan alat bantu peraga ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Apakah guru PAI memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Apakah guru PAI memberikan tugas kepada siswa setelah materi selesai ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Apakah guru PAI menjelaskan materi dengan metode yang sama seperti

materi yang lain ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apakah guru PAI menunjukkan semangat ketika menjelaskan materi kepada

siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Apakah guru PAI memotivasi siswa agar supaya giat belajar ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan suara yang jelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Apakah guru PAI setiap bulan memeriksa buku catatan siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

11. Apakah guru PAI ketika mengajar lupa membawa buku absensi siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Apakah guru PAI setiap mengajar meninggalkan ruang kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

13. Apakah guru PAI bersikap demokratis kepada setiap siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

14. Apakah guru PAI menghargai tugas-tugas siswa tanpa membedakan antara

siswa satu dengan yang lain ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

15. Apakah guru PAI dalam memberikan nilai kepada siswa dengan objektif ?

36

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

16. Apakah guru PAI menolak pendapat siswa sebagai masukan materi pelajaran ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

17. Apakah guru PAI menjauhkan siswa yang memiliki nilai rendah dari teman-

temannya ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

18. Apakah guru PAI marah apabila dikritik oleh siswa berkaitan dengan

penyampaian materi ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

19. Apakah guru PAI menunjukkan sikap yang meyakinkan dalam mengajar ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

20. Apakah guru PAI menjelaskan materi di kelas dengan tenang dan penuh

percaya diri ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

21. Apakah guru PAI pernah menyampaikan materi tanpa ada persiapan sama

sekali ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

22. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan melihat buku pegangan ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

23. Apakah guru PAI pernah menjawab pertanyaan siswa dengan sikap ragu ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

24. Apakah guru PAI menunda jawaban atas pertanyaan yang diajukan siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25. Apakah guru PAI memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pelajaran ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

26. Apakah guru PAI mencari tambahan referensi sebagai upaya untuk menambah

materi PAI ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

27. Apakah guru PAI memanggil orang tua siswa yang mempunyai masalah

berkaitan dengan pembelajaran PAI di kelas ?

37

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

28. Apakah guru PAI hanya menjelaskan materi tanpa memperhatikan tingkah

laku siswa di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

29. Apakah guru PAI membiarkan siswa yang mempunyai masalah berkaitan

dengan tugas-tugas kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

30. Apakah guru PAI menyita buku catatan apabila ada salah satu siswa yang

melakukan kesalahan karena tidak menyelesaikan tugasnya ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

INSTRUMEN ANGKET : KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS

1. Apakah guru PAI sebelum memulai materi terlebih dahulu mengatur tempat

duduk siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

38

2. Apakah guru PAI mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan metode

mengajar ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Apakah tempat duduk yang ditentukan guru PAI bisa membantu pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Apakah bentuk tempat duduk siswa berubah ketika guru PAI menjelaskan

materi baru ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Apakah guru PAI ketika mengajar lupa mengatur tempat duduk siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Apakah guru PAI membiarkan ketika tempat duduk siswa ada yang rusak ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apakah guru PAI masuk di kelas tepat waktu sebelum jam pelajaran dimulai ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Apakah guru PAI ketika mengajar memanfaatkan waktu pelajaran dengan

sebaik-baiknya ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Apakah guru PAI memberikan jam tambahan ketika materi belum tuntas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Apakah guru PAI terlambat masuk kelas pada saat jam pelajaran dimulai ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

11. Apakah jam pelajaran PAI sering kosong karena guru PAI sibuk dengan

pekerjaan sekolah ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Apakah guru PAI mengakhiri materi sebelum jam pelajaran selesai ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

13. Apakah guru PAI ketika mengajar memandang siswa secara seksama ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

14. Apakah guru PAI memberikan perhatian kepada siswa yang tertinggal

materi ?

39

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

15. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan mengawasi tingkah laku

siswa di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

16. Apakah sikap guru PAI bersahabat dengan semua siswa tanpa membeda-

bedakan siswa satu dengan yang lain ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

17. Apakah guru PAI sebelum memulai materi terlebih dahulu menanyakan siswa

yang tidak masuk ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

18. Apakah guru PAI membiarkan siswa yang gaduh ketika pelajaran sedang

berlangsung ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

19. Apakah guru PAI ketika mengajar bertanggung jawab menjelaskan materi

yang diajarkan di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

20. Apakah guru PAI sebelum memulai pelajaran menanyakan tugas-tugas

sebagai salah satu tanggung jawab belajar siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

21. Apakah guru PAI bertanggung jawab pada ketuntasan materi yang diajarkan

dalam satu semester ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

22. Apakah guru PAI menyuruh mengawasi siswa yang malas menyelesaikan

tugas-tugas pekerjaan rumah ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

23. Apakah guru PAI memberikan sangsi kepada siswa yang tidak mengerjakan

tugas-tugas belajar ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

24. Apakah dalam memberikan hukuman guru PAI membedakan antara siswa

satu dengan siswa yang lain ?

40

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25. Apakah guru PAI memberikan arahan kepada siswa agar berperilaku sopan di

kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

26. Apakah teguran guru PAI berisi pengarahan dan petunjuk yang jelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

27. Apakah guru PAI ketika mengajar membiarkan saja apabila ada siswa yang

tiduran di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

28. Apakah guru PAI memberikan ancaman apabila ada siswa yang bertengkar di

kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

29. Apakah guru PAI memarahi siswa yang selalu terlambat masuk kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

30. Apakah guru PAI memukul siswa apabila ada siswa yang selalu gaduh di

kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

B. INSTRUMEN OBSERVASI

NO KOMPONEN KETERAMPILAN KATEGORIBS B C K

1. Membuka pelajaran Menarik perhatian siswa … … … …

41

Gaya mengajar siswa Penggunaan alat-alat bantu peraga Pola interaksi yang bervariasi

………

………

………

………

2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar Menetapkan rencana pembelajaran Memilih dan menentukan materi pelajaran Melakukan appersepsi

………

………

………

………

3. Keterampilan menjelaskan Penggunaan kalimat yang sesuai dengan

pemahaman anak didik Penggunaan contoh yang sesuai dengan

penjelasan materi Memberikan ikhtisar butir yang penting Menyimpulkan materi Memberikan penekanan terhadap materi yang

penting

………

………

………

………

…4. Penyampaian materi secara sistematis … … … …5. Pengembangan materi pelajaran … … …6. Penentuan metode pengajaran yang sesuai dengan

materi … … … …7. Variasi dalam gaya mengajar

Suara: nada suara, volume suara, kecepatan bicara

Mimik dan gerak: gerak tangan dan badan untuk memperjelas pelajaran

Kontak pandang: melayangkan pandangan pada seluruh siswa

Perubahan posisi: bergerak Memusatkan: tekanan pada butir yang penting

……

……

……

……

8. Pemberian motivasi Memberikan pesan / nasehat supaya belajar

lebih tekun … … … …

9. Pemberian contoh Pemberian contoh yang cukup untuk

menanamkan pengertian dalam menjelaskan Menggunakan contoh yang relevan dengan sifat

dari penjelasan itu Pemberian contoh disesuaikan dengan usia,

pengetahuan, latar belakang peserta didik

10. Menutup pelajaran Meninjau kembali Memberikan kesimpulan … … … …

11. Pemahaman terhadap peserta didik Mengenali tingkah laku dan karakteristik siswa … … … …

42

Memperhatikan kemampuan siswa Memperhatikan minat siswa

……

……

……

……

12. Melakukan evaluasi Pemberian butir evaluasi dan pengayaan pada

siswa Melakukan penskoran dan pengukuran Melakukan penilaian Melakukan perbaikan pengajaran

…………

…………

…………

…………

13. Mengatur tempat duduk siswa Posisi setengah lingkaran, berhadapan, berbaris

ke belakang. Sesuai materi pelajaran

……

……

……

……

14. Alokasi waktu belajar Mulai pelajaran tepat waktu Tidak pernah kosong

……

……

……

……

15. Pemberian tanggung jawab kepada siswa Menyelesaikan tugas Mentaati peraturan kelas Menegur siswa bagi yang melanggar

………

………

………

………

Keterangan :Kategori BS : Baik SekaliKategori B : BaikKategori C : CukupKategori K : Kurang

INSTRUMEN WAWANCARA

1. Apakah yang Anda persiapkan sebelum proses belajar mengajar di kelas

dimulai.

2. Apakah Anda menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada

setiap materi yang diajarkan.

43

3. Apakah Anda membuat aturan dan kesepakatan dalam pembelajaran PAI

4. Hal-hal apa yang Anda lakukan sebagai guru PAI dalam proses belajar

mengajar supaya materi dapat dan mudah diterima oleh siswa.

5. Apakah Anda menguasai setiap materi yang akan disampaikan.

6. Bagaimana Anda mengembangkan dan menyampaikan materi pelajaran

secara sistematis.

7. Apakah dalam penggunaan media dan metode pengajaran sesuai dengan

materi yang disampaikan.

8. Bagaimanakah Anda menciptakan suasana belajar yang kondusif dalam

pembelajaran PAI

9. Bagaimana cara Anda mengatur tempat duduk siswa dalam pembelajaran

PAI

10. Apakah Anda sebagai seorang guru, paham akan kepribadian serta

kemampuan anak didik berkaitan dengan materi yang disampaikan

11. Apakah Anda selalu melakukan evaluasi setelah materi berakhir.

12. Apakah Anda selalu menanyakan buku catatan PAI siswa

13. Sebagai wujud kreativitas guru, apakah yang dapat Anda lakukan dalam

memunculkan ide-ide baru atau inovasi dalam pendidikan.

14. Apa yang dapat Anda lakukan untuk dapat mengembangkan kreativitas

siswa.

15. Bagaimana cara Anda mengatasi masalah tingkah laku siswa yang

melanggar peraturan dalam pembelajaran PAI

44