Upload
others
View
48
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SUBSTITUSI PENGGUNAAN SILASE TEBON JAGUNG DENGANHIJAUAN SORGHUM TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT
TUBUH, KONSUMSI RANSUM DAN KONVERSIRANSUM SAPI POTONG LOKAL
(Skripsi)
Oleh
WAYAN PENTA HERTAWAN
JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
SUBSTITUSI PENGGUNAAN SILASE TEBON JAGUNG DENGANHIJAUAN SORGHUM TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT
TUBUH, KONSUMSI RANSUM DAN KONVERSIRANSUM SAPI POTONG LOKAL
Oleh
Wayan Penta Hertawan
Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari tingkat substitusi sorghum sebagaibahan pakan masa depan untuk menggantikan tebon jagung terhadap konsumsiransum, pertambahan bobot tubuh (PBT) dan konversi ransum. Sapi potong lokaldilaksanakan pada Mei 2018--Juni 2018 di kandang peternakan rakyat di DesaNegla Sari, Lampung Selatan Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakanRancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yangdiberikan adalah P1: 30% tebon jagung + 70% konsentrat, P2 : 15% tebon jagung+ 15% hijauan sorgum + 70% konsentrat; P3 : 30% hijauan sorghum + 70%konsentrat. Jumlah sapi potong lokal yang digunakan sebanyak 9 ekor dengankandang individual. Data yang diperoleh dianalisis anakova menggunakan tarafnyata 5%. Peubah dalam penelitian ini yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobottubuh (PBT) dan konversi ransum/FCR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaperbedaan jenis ransum tidak berpengaru nyata (P>0,05) terhadap konsumsiransum, pertambahan bobot tubuh dan konversi ransum sapi potong lokal
Kata kunci: jenis pakan, sapi potong lokal, PBT, FCR, konsumsi ransum.
ABSTRACT
SUBSTITUTION OF THE USE OF CORN CROP SILAGE WITHSORGHUM FORAGE ON THE BODY WEIGHT GAIN, FEED
CONSUMPTION AND FEED CONVERSIONOF LOCAL BEEF CATTLE
By
Wayan Penta Hertawan
The research aimed to study the rate of substitution the sorghum as a future feedingredient to replace corn cane on feed consumption, body weight gain (BWG)and feed conversion of local beef cattle. This research was carried out in May2018 - June 2018 at the farm of the people in Negla Sari village, South Lampung,Lampung Province. This study used a Completely Randomized Design with 3treatments and 3 replications. The treatments given were P1: 30% corn cane silage+ 70% concentrate, P2: 15% corn cane silage + 15% sorghum forage silage + 70%concentrate; P3: 30% sorghum forage silage + 70% concentrate. The number oflocal beef cattle used was 9 individuals with individual cages. The data obtainedwere analyzed by anacova using a 5% real levels. Variables in this study are feedconsumption, body weight gain (BWG) feed conversion ratio (FCR). The resultsof this study showed that the different types of rations were not significantlyaffected (P> 0.05) on feed consumption, body weight gain, and feed conversionration on local beef cattle.
Keywords: Sorghum forage silage, Corn cane silage, Local beef cattle, BWG,FCR, Feed consumption
SUBSTITUSI PENGGUNAAN SILASE TEBON JAGUNG DENGANHIJAUAN SORGHUM TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT
TUBUH, KONSUMSI RANSUM DAN KONVERSIRANSUM SAPI POTONG LOKAL
(Skripsi)
Oleh
WAYAN PENTA HERTAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSarjana Peternakan
pada
Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Way Kanan, Lampung Utara pada 16 Februari 1995, anak
terakhir dari empat bersaudara,anak dari pasangan Bapak Made Widre dan Ibu
Nyoman mulyarti. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK
Dharma Bhakti Desa Mulyasari, Kec Negeri Agung, Kabupaten Way Kanan pada
2002; sekolah dasar di SD Negeri Mulyasari Kabupaten Way Kanan pada 2008;
sekolah menengah pertama di SMPN 4 Negeri Agung Kabupaten Way Kanan
pada2011; sekolah menengah atas di SMAN 15 Bandar Lampung pada 2014.
Pada 2014 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur tes tertulis SBMPTN.
Selama masa studi penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan
(HIMAPET) periode 2014--2015, Anggota UKM Hindu Unila, 2014--sekarang
dan Menjadi ketua pimpinan cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma
Indonesia (KMHDI) cabang Bandar Lampung periode 2016--2018 Penulis juga
pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Manajemen Usaha Ternak Perah,
Penetasan, Pembibitan, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Air Abang Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus pada Januari--Maret
2018 dan melaksanakan Praktik Umum di CV. Meilina Farm Lampung Selatan
pada Juli—Agustus 2017.
“Bekerjalah demi kewajibanmu, bukan demi hasil perbuatan itu, jangan sekalipahala menjadi motifmu dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri tidak
bekerja”(Bhagawad-Gita II.47)
“Bekerjalah seperti apa yang telah ditentukan, sebab bekerja lebih baik daripadatidak bekerja, dan bahkan tubuh pun tidak berhasil terpelihara jika tanpa
bekerja”(Bhagawad-Gita III. 8)
“ sekali layar berkembang surut pun saya berpantang”
Astungkare ware nugraha ida sang hyang wihdi wasePuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya
Ibunda yang tercinta dan ayahanda terbaik terimakasih atas segala doa dan perjuanganmu yang telahmembawaku menuju kesuksesan
Mungkin inilah yang mampu kubuktikan kepadamu bahwa aku tak pernah lupa akan air mata yangjatuh dalam memperjuangkanku, bahwa aku tak pernah
lupa nasihat dan dukunganmu, bahwa aku tak pernah lupasegalanya dan selamanya
Saya persembahkan mahakarya yang sederhana ini kepada :Ibunda (Nyoman Mulyarti), Ayahanda (Made Widre), Guru, Dosen, serta teman seperjuangan atas waktu,
motivasi, dan pengorbanan kalian yang telah membantuku dalam menyelesaikan skripsi iniSerta
Almamater tercinta yang turut dalam membentuk pribadi saya menjadi lebih dewasa dalam berpikir,berucap, dan bertindak
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Susbstitusi Penggunaan Silase Tebon Jagung dan Hijauan
Sorghum Terhadap Pertambahan Bobot Tubuh Sapi Potong Lokal.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si--selaku Dekan Fakultas
Pertanian--yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian dan
mengesahkan skripsi ini;
2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--yang
telah memberikan arahan, nasihat, dan dukungan dalam menyelesaikan
penyelesaian skripsi ini;
3. Bapak Liman, S.Pt, M.Si.--selaku Pembimbing Utama--atas ide penelitian,
arahan, bimbingan, dan nasihat yang telah diberikan selama penelitian dan
penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak Dr. Ir. Ali Husni, MP.--selaku Pembimbing Anggota--atas arahan,
saran serta motivasi yang selalu diberikan selama penelitian dan
penyelesaian skripsi ini;
iii
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. .--selaku pembahas dan
pembimbing akademik penulis--atas bantuan, petunjuk, saran, motivasi,
bimbingan, dan nasihat yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini;
6. Tim Penelitian (Bapak Liman, S.Pt, M.Si, Bapak Agung Kusuma W., S.Pt.,
M.P.)--atas bantuan, petunjuk, saran, motivasi, bimbingan, dan dukungan
selama pelaksanaan penelitian;
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung atas bimbingan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama masa
studi;
8. Ibuku tercinta, Ayahku terbaik, dan kakak-kakakku tersayang atas segala
pengorbanan, doa, dorongan, semangat, dan kasih sayang yang tulus serta
senantiasa berjuang untuk keberhasilan penulis;
9. Teman seperjuangan selama penelitian Rizky Ramadanu W, Khairani
Pricillia Damayanti atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan;
10. Teman-teman Sekret, Irna Kartika Putri, Ede Sutisna, Linda Safitri, Suci,
Rico Aulia Rahmat, Ilham Ujo, M.Fakhri Zahir, Yogi Kurniawan, Rahmat
Kautsar,. atas doa, keceriaan, bantuan, perhatian, dan semangat serta
motivasi yang telah diberikan; dan Seto Febri Pradana yang senantiasa
membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini
11. Seseorang yang menjadi orang yang sangat spesial yang senantiasa
menjadi motivator, menjadi teman, sahabat Wayan Widya Rani
terimakasih atas bantuan, dukungan, doa nya.
12. Teman-teman KKN Desa Air Abang, Reza, Fahri, Adelia, Puput, Leni,
Mayola atas doa yang telah diberikan;
iv
13. Keluarga besar serta sahabatku Jurusan Peternakan angkatan 2014 yang
tiada henti memberikan nasihat-nasihat dan kawan bertukar pikiran yang
luar biasa, terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan kita selama ini
semoga kita dapat menggapai semua impian dan cita-cita kita serta
dipertemukan kembali dalam keadaan sehat dan sukses;
14. Seluruh kakak-kakak (angkatan 2012 dan 2013), serta adik-adik (angkatan
2015, 2016 dan 2017) jurusan peternakan atas persahabatan dan
motivasinya dalam mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini;
15. Semua orang yang telah mengisi kehidupan dan menemaniku meskipun
dari kejauhan dengan segala kasih sayang, dukungan, dan kenangan indah
yang hanya menjadi persinggahan yang tidak dapat terlupa.
Semoga semua bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi civitas akademika dan kita semua.
Bandar Lampung, 24 Oktober 2018
Wayan Penta Hertawan
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang dan Masalah ............................................................ 1
B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
C. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 3
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4
E. Hipotesis ........................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Sorghum ........................................................................................... 7
B. Tanaman Jagung ............................................................................... 10
C. Konsumsi Ransum............................................................................ 14
D. Pertambahan Bobot Tubuh ............................................................... 14
E. Konversi Ransum/FCR ..................................................................... 15
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 17
A. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................ 17
B. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 17
C. Metode Penelitian ............................................................................ 17
D. Penyedian Silase Sorghum dan Tebon Jagung................................ 20
vi
E. Variabel Yang Diamati .................................................................... 21
F. Pelaksanaan Invivo .......................................................................... 21
G. Analisis Data ................................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 23
A. Konsumsi Ransum ........................................................................... 23
B. Pertambahan Bobot Tubuh ............................................................... 25
C. Konversi Ransum ............................................................................. 28
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 32
A. Simpulan .......................................................................................... 32
B. Saran ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan nutrisi tanaman sorghum .................................................. 10
2. Kandungan nutrisi silase tebon jagung ................................................ 13
3. Susunan ransum konsentrat.................................................................. 19
4. Susunan ransum perlakuan................................................................... 18
5. Konsumsi Bahan Kering Silase............................................................ 23
6. Pertambahan Bobot Tubuh (PBT)........................................................ 26
7. Konversi ransum .................................................................................. 28
8. Anakova konsumsi ransum ................................................................... 36
9. Anakova pertambahan bobot tubuh ( PBT) .......................................... 36
10. Anakova konversi ransum/(FCR) ......................................................... 36
11. Data mentah penelitian.......................................................................... 37
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak kandang perlakuan ................................................................. 19
2. Skema pembuatan silase sorghum dan jagung........................................ 20
3. Sapi perlakuan......................................................................................... 39
4. Kandang penelitian.................................................................................. 39
5. Tanaman shorgum................................................................................... 40
6.Tanaman jagung ....................................................................................... 40
7. Pemberian vitamin B12........................................................................... 41
8. Pemberian silase...................................................................................... 41
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dan Masalah
Kebutuhan akan daging semakin hari semakin meningkat, dan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut memerlukan populasi ternak yang banyak. Selama ini
kebutuhan akan daging masih tergantung dari impor, baik berupa daging beku
ataupun dalam bentuk sapi bakalan. Hal ini dijadikan peluang bagi pengusaha
penggemukan sapi (feedlot) di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Dari
total feedlotter yang berada di Indonesia 60% berletak di Provinsi Lampung.
Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan
merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting
untuk mencapai hasil yang diinginkan selain manajemen dan pembibitan. Pakan
berguna untuk kebutuhan pokok, produksi, dan reproduksi. Oleh karena itu, ternak
harus mendapatkan pakan yang sesuai dengan kebutuhannya, baik dalam jumlah
konsumsi maupun kandungan zat yang diberikan. Pemberian pakan yang tidak
sesuai kebutuhan akan menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan, produksi,
dan reproduksi yang akan mengakibatkan terhambatnya peningkatan populasi.
Jumlah populasi ternak yang semakin bertambah memerlukan pakan hijauan yang
semakin banyak pula. Populasi ternak sapi, kambing dan kerbau di Provinsi
Lampung berturut-turut 653.537 ekor, 1.297.872 ekor dan 25.136 ekor (BPS,
2
2016). Dengan populasi sebesar itu pakan yang berupa hijauan yang di butuhkan
adalah sebesar Ternak sapi membutuhkan bahan kering 2.841.525 kg dan
kambing 7.983.097,50 kg sebagian besar terpenuhi dari tanaman hijauan berupa
rumput lapangan dan (tebon) tanaman jagung. Banyaknya populasi tersebut
mengakibatkan kompetitif hijauan pada ternak ruminansia.
Sorghum merupakan keluarga rumput-rumputan (graminenae) yang belum
banyak diketahui oleh peternak. Rumput Sorghum sp salah satu jenis rumput
yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan secara optimal sebagai hijauan
makanan ternak. Hijauan makanan ternak merupakan pakan utama untuk ternak
ruminansia yang harus tersedia secara berkesinambungan setiap tahun untuk
peningkatan dan pengembangan usaha peternakan (Soeparno, 1992). Sorghum sp
merupakan salah satu jenis rumput yang mempunyai potensi cukup besar untuk
dikembangkan di Indonesia. Rumput ini mampu tumbuh pada tanah yang sangat
bervariasi, tahan terhadap hama dan penyakit, curah hujan yang cukup dimana
tanaman serelia lainnya sering mengalami kegagalan karena kekurangan air
(Yusmin,1998).
Tanaman sorghum adalah tanaman serealia yang mempunyai nilai nutrisi yang
tinggi, seperti protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor. Disamping bisa
digunakan untuk mengganti sebagai sumber pangan, sorghum bisa digunakan
sebagai bahan baku industri kertas, sebagai bahan baku media jamur merang, dan
tentunya sorgum untuk pakan ternak.
Potensi hijauan sorghum sebagai hijauan pakan ternak cukup tinggi, Menurut
(Liman, et all 2017), kandungan protein hijauan sorghum dapat mencapai 11,13 %
3
pada pemupukkan dengan kotoran sapi dengan dosis 25 ton/ha. Pada penelitian
tersebut juga diperoleh produksi segar dapat mencapai 57,25 ton/ha. Jumlah
produksi segar hanya berdasarkan pemotongan pertama, sedangkan sorghum
dapat dipanen 3- 4 kali. Selama ini sebagian besar feedlot mengandalkan tebon
jagung sebagai sumber hijauannya. Bila dilihat kandungan nutrisi dan bentuk
fisik hampir sama, diharapkan kebutuhan tebon jagung dapat dikurangi dengan
adanya subtitusi dengan hijauan sorghum ini. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dilakukan penelitian tingkat subtitusi hijauan tebon jagung dengan hijauan
sorghum.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh tingkat
substitusi silase tebon jagung dengan silase sorghum terhadap konsumsi pakan,
efisiensi ransum dan pertamabahan bobot tubuh (PBT) sapi potong lokal Dan
mencari tingkat substitusi tebon jagung dengan hijauan sorghum terbaik terhadap
pertambahan bobot tubuh, konsumsi ransum dan konversi ransum/ (FCR) pakan
silase tebon jagung dan sorghum yang diaplikasikan pada sapi potong lokal.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
kepada peternak maupun feedloter dalam hal penyedian pakan hijauan pengganti
tebon jagung, sehingga nantinya kebutuhan akan tebon jagung yang begitu besar
dapat digantikan dengan adanya hijauan sorghum.
4
D. Kerangka Pemikiran
Jagung merupakan jenis tanaman yang penting dalam pemenuhan kebutuhan
pakan ternak Selain biji jagung, komponen tanaman jagung lain yang bermanfaat
sebagai pakan ternak adalah jeramun (tebon jagung) tebon jagung sendiri adalah
seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah jagung muda yang
umumnya dipanen pada umur tanaman 45-65 hari ada pula yang menyebut tebon
jagung tanpa memasukkan jagung muda ke dalamnya. Dalam pemberiannya
biasanya dicampur dengan bahan pakan lain yang mempunyai kandungan nutrien
lengkap akan menghasilkan susunan pakan yang rasional dan murah. Tebon
jagung dapat diberikan pada ternak baik dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk kering.
Sementara itu untuk pemanenan tebon jagung hanya bisa dipanen sekali dalam
masa penanaman. Hal ini tentu berbeda dengan sorghum yang pemanenannya
bisa sampai 3kali dalam sekali tanam selain itu sorghum juga memiliki kandungan
nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan tebon jagung contohnya pada kandungan
protein kasar dari sorghum yaitu 12,8% sedangkan untuk tebon jagung protein
kasarnya sebesar 12,06% (Osiat, 2011). Tanaman sorghum bisa tumbuh dengan
baik meskipun ditanam pada lahan atau tanah yang kurang subur, air yang
terbatas, dengang intesitas hujan yang rendah, dan musim kemarau yang panjang.
Selama ini sebagian besar feedlotter mengandalkan tebon jagung sebagai sumber
hijauannya. Bila dilihat kandungan nutrisi dan bentuk fisik hampir sama,
diharapkan kebutuhan tebon jagung dapat dikurangi dengan adanya subtitusi
dengan hijauan sorghum ini. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian
tingkat subtitusi hijauan tebon jagung dengan hijauan sorghum. Sorghum dipilih
5
karena Sorghum sp merupakan salah satu jenis rumput yang mempunyai potensi
cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia. Rumput ini mampu tumbuh pada
tanah yang sangat bervariasi, tahan terhadap hama dan penyakit, curah hujan yang
cukup dimana tanaman serelia lainnya sering mengalami kegagalan karena
kekurangan air (Yusmin,1998). Selain itu menurut (Liman, et all 2017), Jumlah
produksi segar hanya berdasarkan pemotongan pertama, sedangkan sorghum
dapat dipanen 3- 4 kali. Penggunaan hijauan sorghum sebagai bahan pakan
pengganti tebon jagung diharapkan dapat membantu kebutuhan hijauan yang
selama ini sebagian besar menggunakan tebon jagung sebagai bahan pakan utama.
Syamsul Bahri, (2012) mengatakan dalam penelitian yang dilakukan pada silase
ransum komplit berbasis jerami jagung sebagai pakan penggemukan sapi bali
pada perlakuan yang terdiri dari Rumput lapangan (40%) + silase komplit (yang
berbasis brangkasan jagung yang dicampur dengan konsentrat 60%) menghasilkan
rata-rata pertambahan berat badan tertinggi (0,59 kg/ekor/hari) dan konsumsi
ransum 6,60 kg/ekor/hari, Sementara itu (Purwanto,2010) melaporkan bahwa
pengaruh penggunaan silase klobot jagung diperoleh pertambahan bobot badan
pada domba jantan lokal tertinggi pada perlakuan yang terdiri dari 70% rumput
lapang + 30% konsentrat + 0 % silase klobot jagung menunjukkan pertambahan
bobot badan mencapai 44,65 gr/ekor/hari dan konversi pakan 11,78%.
Berdasarkan uraian diatas sampai seberapa jauh penggunaan substitusi silase
tebon jagung dengan sorghum terhadap pertambahan bobot badan sapi potong
lokal di desa Negla Sari, Kecamatan Katibung, Lampung selatan, oleh karena itu
perlu dilakukannya penelitian untuk membuktikan bahwa bahan pakan substitusi
tebon jagung dengan sorghum yang memiliki kandungan nutrisi lebih baik dari
6
pada tebon jagung diharapkan dapat meningkatkan pertambahan bobot tubuh pada
sapi potong lokal.
E. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh tingkat substitusi tebon jagung dengan hijauan
sorghum terhadap pertambahan bobot tubuh, konsumsi ransum konversi
ransum /(FCR) sapi potong lokal.
2. Terdapat pengaruh tingkat substitusi tebon jagung dengan hijauan
sorghum terbaik terhadap pertambahan bobot tubuh, konsumsi ransum dan
konversi ransum/ (FCR) pakan silase tebon jagung dan sorghum yang
diaplikasikan pada sapi potong lokal.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sorghum
Sorghum merupakan keluarga rumput-rumputan (graininae). Rumput Sorghum
salah satu jenis rumput yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan secara
optimal sebagai hijauan makanan ternak. Hijauan makanan ternak merupakan
pakan utama untuk ternak ruminansia yang harus tersedia secara
berkesinambungan setiap tahun untuk peningkatan dan pengembangan usaha
peternakan (Soeparno, 1992). Pada musim hujan tanaman pakan ternak dapat
tumbuh baik, sehingga kebutuhan dapat tercukupi. Tetapi pada musim kemarau
hijauan pakan sulit diperoleh (Prawiradiputra, 1986). Fluktuasi pakan hijauan ini
sangat terasa pada musim kemarau karena tanaman terganggu pertumbuhannya
sehingga hijauan yang dihasilkan akan sangat berkurang kuantitas dan
kualitasnya.
Menurut Reksohadiprodjo (1985) di Indonesia hijauan sulit didapat dan
kualitasnya rendah terutama pada musim kemarau. Produksi hijauan yang tidak
seimbang pada musim hujan dan musim kemarau menimbulkan kesulitan dalam
penyediaan hijauan dengan kualitas yang baik. Dengan demikian ketersediaan
hijauan sering menjadi kendala dalam upaya peningkatan populasi ternak
ruminansia yang dipelihara. Untuk mengatasi kebutuhan hijauan ternak tersebut
maka perlu adanya upaya-upaya dengan mencari jenis-jenis rumput unggul yang
8
berproduksi tinggi dan tumbuh baik pada saat musim kemarau (Diana dkk,. 2003).
Sorghum merupakan salah satu jenis rumput yang mempunyai potensi cukup
besar untuk dikembangkan di Indonesia. Rumput ini mampu tumbuh pada tanah
yang sangat bervariasi, tahan terhadap hama dan penyakit, curah hujan yang
cukup dimana tanaman serelia lainnya sering mengalami kegagalan karena
kekurangan air (Yusmin, 1998).
Sorghum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, 332 kal kalori dan 11,0 g
protein/100 g pada biji, dan bagian vegetatifnya 12,8% protein kasar, sehingga
dapat dibudidayakan secara intensif sebagai sumber pakan hijauan bagi ternak
ruminansia terutama pada musim kemarau (Oisat, 2011). Sorgum lokal varietas
Rote adalah salah satu jenis sorgum yang dibudidayakan oleh masyarakat NTT.
Potensi yang ada pada sorgum varietas lokal ini, dapat dikembangkan untuk
menjadi sumber pakan berkualitas terutama pada musim kemarau. Tingkat
kedewasaan tanaman merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi produksi
dan nilai nutrisi hijauan (Mc Donald et al., 2002). Selama masa vegetatif,
produksi tanaman akan lebih banyak dari kebutuhan. Kelebihan hasil asimilasi ini
akan disimpan pada bagian vegetatif sebagai senyawa cadangan. Senyawa
cadangan tersebut sebagian besar tersusun dari karbohidrat tetapi sering juga
mengandung cukup banyak lipid dan protein. Dengan meningkatnya umur
tanaman, total karbohidrat non struktural pada tanaman rumput akan semakin
tinggi (Budiman et al., 2011). Akan tetapi pada fase lebih lanjut saat tanaman
berbuah, senyawa cadangan tersebut akan di-translokasikan ke perkembangan biji
(Gardner et al., 2008). Huston dan Pinchak (2008) menjelaskan lebih lanjut
bahwa dengan meningkatnya umur tanaman terutama saat memasuki fase
9
generatif maka rasio batang dan daun meningkat yang mengakibatkan nilai
makanan berkurang. Tanaman akan berkurang kandungan protein, mineral, dan
karbohidrat mudah larut dengan meningkatnya umur tanaman sedangkan
kandungan serat kasar dan ligninnya bertambah karena secara umum daun
mengandung protein kasar yang lebih tinggi. Umur panen merupakan aspek yang
erat hubungannya dengan fase pertumbuhan tanaman, yang mempunyai relevansi
yang akurat dengan produksi dan nilai nutrien dan kecernaan.
Penentuan umur panen yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin tingginya
produksi tanaman dengan nilai nutrisi yang memadai sebagai pakan ternak.
Kebutuhan tanaman pakan akan nitrogen (N) sangat tinggi terutama dari
kelompok rumput-rumputan termasuk sorghum. Nitrogen ini berguna untuk
meningkatkan pertumbuhan, produksi dan kualitas hijauan tanaman serta dapat
memperlambat masaknya biji (memperpanjang masa vegetatif). Kondisi ini
menyebabkan akumulasi hasil fotosintesis dalam tanaman dapat berlangsung lebih
lama sehingga meningkatkan produktivitas tanaman sebagai pakan. Soetrisno
(2002) menjelaskan bahwa di daerah tropik unsur N adalah unsur yang pertama
terendah disusul P dan S, sedangkan yang mudah tercuci adalah Ca, Mg, K, dan S.
Kebanyakan tanah terutama yang diperuntukkan bagi kebun pakan yang
dieksploitasi berlebihan menyebabkan kemunduran kandungan unsur hara karena
tingkat serapan nitrogen yang tinggi untuk membentuk bagian vegetatif tanaman
dan kurangnya bahan organik dari tanaman itu yang kembali menjadi N tanah.
Kekurangan unsur N akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat yang
berdampak pada penampakannya yang kerdil, daun-daun tanaman berwarna
10
kuning pucat, dan kualitas hasilnya rendah. Dengan demikian pemberian N
tambahan seperti urea sangat diperlukan, karena peningkatan penyerapan unsur N
menunjukkan hal yang sejalan dengan produksi BK dan BO hijauan rumput
(Yoku, 2010). Selanjutnya menurut Bambang Hadi Kusumo dkk, 2012)
melaporkan bahwa kandungan nutrisi pada silase sorghum seperti tampak pada
Tabel.1
Tabel.1 Kandungan nutrisi tanaman sorghum
PK Kalori Lemak KB BETN SK ADF NDF
12,8% 332 (kal) 3,30 (g) 73% 47,21% 33,14% 44,87% 76,89%
Sumber: Sungkono, 2004
B. Tanaman Jagung
Tebon jagung sendiri adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan
buah jagung muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman 45 – 65 hari
(Soeharsono dan Sudaryanto, 2006) ada pula yang menyebut tebon jagung tanpa
memasukkan jagung muda ke dalamnya.
Tebon jagung ini dapat dimanfaatkan peternak untuk pakan ternak ruminansia
Ada beberapa istilah lokal/Indonesia dari bagian-bagian tanaman jagung yang
perlu diketahui sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan dalam menyusun
ransum/pakan konsentrat untuk ruminansia diantaranya:
1. Tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung terdiri dari batang, daun-daunan
dan buah jagung muda yang biasanya dipanen pada umur 45 – 65 hari.
11
Sebagian petani juga ada yang menyebut tebon jagung tanpa memasukkan
jagung muda ke dalamnya.
2. Jerami jagung/brangkasan adalah bagian batang dan daun jagung yang
dibiarkan mengering di ladang setelah buah jagungnya dipanen.
3. Kulit buah jagung/klobot adalah kulit luar yang membungkus biji jagung.
4. Tongkol jagung/janggel adalah sisa hasil dari perontokkan biji jagung.
5. Tumpi adalah hasil samping dari proses perontokkan/pemipilan biji jagung
selain tongkol dan merupakan bagian pangkal dari biji jagung.
6. Homini (empok) adalah hasil samping dari industri jagung semolina yaitu hasil
samping dari proses penggilingan kering jagung (dry milling). Limbah tanaman
jagung memang dapat dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia yang cukup
potensial tetapi memiliki kekurangan yakni kandungan nutrisinya masih rendah
sehingga diperlukan pencampuran dengan bahan lain agar nutrisinya bertambah.
Pengayaan atau peningkatan kualitas dan kuantitas limbah tanaman jagung dapat
diupayakan dengan cara fermentasi, amoniasi, pembuatan hay dan juga silase.
Teknologi tersebut selain menambah nutrisi pakan dapat juga memperpanjang
umur simpan sehingga nantinya dapat dijadikan pakan hijauan ketika musim
kemarau (Umiyasih dan Wina, 2008).
Silase Teknologi penanganan pascapanen dipandang perlu untuk memudahkan
membuat bahan pakan yang murah, sederhana, dan mempunyai fungsi ganda
seperti teknologi pakan anaerob silase. Pembuatan silase lebih menjanjikan
diterapkan pada bidang peternakan, selain karena untuk pengawetan pakan, juga
bertujuan agar bahan baku pascapanen yang berkadar air tinggi secara langsung
12
dapat digunakan sehingga secara aplikasi pembuatan silase dapat memotong jalur
produksi pakan menjadi lebih singkat (Allaily dkk, 2011). Beberapa teknologi
pakan ruminansia diantaranya cincangan hijauan, pembuatan hay, amoniasi,
silase, biofermenetasi mikroba rumen, pengolahan jerami padi dengan probiotik,
teknologi pakan pemacu, dan pakan lengkap. Umumnya yang lebih banyak
dikenal oleh masyarakat adalah pembuatan silase (Mulyono, 2011). Silase
merupakan pakan hijauan segar untuk ternak yang diawetkan secara fermentasi
dan berlangsung dalam kondisi anaerob. Tempat untuk menyimpan pakan silase
dalam suatu tempat disebut silo. Prinsip pembuatan silase biasa disebut dengan
ensilase yaitu mempercepat proses terjadinya kondisi anaerob dan suasana asam.
Proses ensilase akan menghasilkan asam laktat yang akan menjadikan pakan
hijauan bersifat asam sehingga menjadi awet dikarenakan semua mikrobia
termasuk mikrobia pembusuk akan mati. Suasana asam pada proses ensilase akan
berakhir setelah pH mencapai ± 4 (Sumarsih, 2006). Pembuatan silase ternyata
lebih murah dalam perhitungan biaya pakan sehari-hari. Perhitungan ini
berdasarkan pada estimasi penggantian tenaga kerja selama mencari pakan hijauan
dengan mempertimbangkan jarak dan waktu yang ditempuh oleh peternak, kecuali
bahan pakan yang harus membeli. Silase memiliki harga yang lebih rendah dari
pakan lain dikarenakan faktor ramban yang terdapat pada pakan sehari-hari.
Banyak peternak yang belum bisa melepasakan dari kebiasaan mencari pakan
hijauan sehari-hari baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau saat
jumlah hijauan sedikit. Menurut mereka pemberian silase belum pernah
dilakukan karena keterbatasan informasi dan peralatan yang masih mahal
(Hidayati dkk, 2013).
13
Tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah
jagung muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman 45 – 65 hari
(Soeharsono dan Sudaryanto, 2006). Ada pula yang menyebut tebon jagung tanpa
memasukkan jagung muda ke dalamnya. Biasanya petani jagung seperti ini
bekerja sama dengan peternak besar; petani hanya menanam jagung sebagai
hijauan dan pada umur tertentu (masih dalam tahap baru berbuah atau tahap buah
muda) seluruh tanaman jagung dipangkas dan dicacah untuk diberikan langsung
ke ternak dan atau dimasukkan ke dalam tempat tertutup untuk dibuat silase.
Berdasarkan penelitian Rahayu et al (2017), kualitas nutrisi silase tebon jagung
terbaik adalah yang dibuat dengan penambahan fermentor Lignochloritik
sebanyak 20 ml, dan disimpan selama 1,5 bulan, karena memiliki kandungan air
dan SK terendah, yaitu 78,07% dan 25,21%, PK dan LK tertinggi, yaitu 10,41%
dan 2,13%. Tebon jagung mempunyai kandungan kadar protein sekitar 12,06 %,
serat kasar 25,20 %, dan energi metabolisme 2350 kkal/kg (Erna dan Sarjiman,
2007). Sementara itu menurut (Imbang Dwi Rahayu dkk, 2017) melaporkan
bahwa kandungan nutrisi pada silase tebon jagung seperti tampak pada Tabel.1
Tabel.2 Kandungan nutrisi silase tebon jagung
PK Kalori Lemak BK TDN SK NDF ADF
10,27% 2350 (kkal) 2,08 (g) 91,1% 59% 28,65% 54% 32%
Sumber: Rahayu et al (2017),
14
C. Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah jumlah pakan yang dimakan ternak dalam periode waktu
tertentu, biasanya dalam satuan waktu perhari. Jumlah konsumsi pakan
merupakan faktor penentu yang paling penting yang menentukan jumlah nutrien
yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi
(Wodzicka, 1993).
menurut (Siregar, 1994) Kemampuan ternak ruminansia dalam mengkonsumsi
ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) faktor ternak itu sendiri yang
meliputi besar tubuh atau bobot badan, potensi genetik, status fisiologi, tingkat
produksi dan kesehatan ternak; 2) faktor ransum yang diberikan, meliputi bentuk
dan sifat, komposisi zat-zat gizi, frekuensi pemberian, keseimbangan zat-zat gizi
serta kandungan bahan toksik dan anti nutrisi; dan 3) faktor lain yang meliputi
suhu dan kelembaban udara, curah hujan, lama siang atau malam hari serta
keadaan ruangan kandang dan tempat ransum. Konversi pakan dipengaruhi oleh
ketersediaan zat-zat gizi dalam ransum dan kesehatan ternak, semakin tinggi nilai
konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan
persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah.
D. Pertambahan Bobot Tubuh (PBT)
Pertambahan bobot badan adalah proses yang sangat kompleks, meliputi
pertambahan bobot badan, dan pembentukan semua bagian tubuh secara merata
(Irwandi, 1996 dalam Dawahir, 2008).
15
Kartadisastra (1997), mengatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak
senantiasa berbanding lurus dengan tingkat konsumsi ransumnya. Makin tinggi
tingkat konsumsi pakannya, akan makin tinggi pula bobot badan nya. Sedangkan
menurut anggorodi (1994), pertambahan bobot sapi dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain ransum, umur, jenis kelamin, bangsa sapi dan sistem
pemeliharaan. Pada penelitian kali ini menggunakan bangsa sapi PO dan simetal.
menurut Edy, Anna dan Sularno (2005),
Qomariyah dan Bahar (2010), PBBH optimal sapi bali adalah 0.6 kg. Hal ini
menunjukan perbedaan PBBH dari bangsa sapi yang berbeda tidak terlepas
berdasarkan potensi genetiknya terutama dari pengaruh ukuran kerangka (Frame
size) (Firdausi et al. 2012) yang menentukan tingkat kecepatan pertumbuhan. Sapi
PO mempunyai kerangka yang lebih besar dari sapi bali dimana sapi PO menurut
Purpranoto (2013) berkategori frame size sedang dan sapi bali berkategori frame
size kecil, menurut Jelantik et al. (2007) ternak yang ukuran kerangkanya besar
memperlihatkan laju pertambahan bobot badan sampai 100% lebih tinggi dari
ternak yang frame sizenya lebih kecil.
E. konversi ransum /FCR
Konversi pakan menunjukkan kemampuan ternak mengubah bahan pakan untuk
memproduksi satu kilogram pertambahan berat badan (Ngadiyono, 1988).
Menurut (Utomo, 2001) Angka konversi pakan tergantung pada kualitas pakan
yang diberikan, semakin tinggi nutrien yang terkandung dalam pakan akan
semakin baik konversi yang dihasilkan. Pendapat yang sama juga di smpaikan
oleh Sutardi (1990), Konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya
16
cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas pakan, juga faktor
lingkungan.
Siregar (2008) menyatakan bahwa konversi pakan yang baik untuk sapi adalah
8.56-13.29, artinya secara umum hanya sapi PO yang memiliki nilai konversi
pakan yang baik (efisien). Nilai konversi pakan dipengaruhi tipe frame size.
Frame size adalah luasan kerangka ternak tempat berkembangnya daging
(Firdausi et al. 2012) dan menentukan kemampuan laju PBBH dan bobot akhir
sapi sampai batas optimum pertumbuhan (Tatum et al. 2006). Konversi Pakan
Konversi pakan merujuk pada kemampuan sapi merubah sejumlah konsumsi
pakan berdasarkan BK menjadi bobot badan perhari (PBBH). Hasil penelitian
yang dilakukan Agung Kurniawan (2014) menunjukan bangsa sapi berpengaruh
sangat nyata terhadap nilai konversi pakan, pada bobot awal 254 kg nilai konversi
pakan sapi bali adalah 14.586 ± 0.779 lebih tinggi dari sapi PO yaitu 9.063 ±
0.804, juga pada bobot awal 291 nilai konversi pakan sapi bali adalah 18.565 ±
0.711 lebih tinggi dari sapi PO yaitu 9.135 ± 1.199
17
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juli 2018 yang berlokasi di
Peternakan rakyat Negla Sari, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan penelitian
Tebon jagung, hijauan sorghun, urea, konsentrat yang terdiri dari onggok,
bungkil kedelai, bungkil sawit, dedak, molases, mineral, urea dan 9 ekor
sapi potong lokal (PO dan Simental) yang bobotnya ± 170--200kg.
2. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadang sapi dan
perlengkapannya, satu set peralatan timbangan khusus timbangan sapi,
peralatan coper rumput, plastik untuk silase, troli, cangkul.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode in vivo yang dilakukan pada sapi potong lokal
sebanyak 9 ekor. Metode pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan ransum yang
diberikan, yaitu;
18
P1 = 30% tebon jagung + 70% konsentrat
P2 =15% tebon jagung + 15% hijauan sorgum + 70% konsentrat
P3 =30% hijauan sorghum + 70% konsentrat.
Ransum konsentrat yang digunakan seperti tersaji menurut Fathul et al (2015) dan
Hartadi et al (1986) dapat dilihat pada Tabel.3
Tabel.3 Susunan ransum konsentrat
Bahan Imbangan(%) BK
K.Abu PK LK SK BETN TDN
Onggok 30,50 26,84 0,21 0,41 0,05 2,90 26,91 23,88BungkilSawit 26,00 23,93 1,21 3,12 4,04 5,88 10,10 20,46Dedak 23,00 20,15 3,01 3,03 2,48 2,86 13,45 15,62BungkilKedelai 14,00 12,32 0,96 6,38 0,39 0,64 5,63 11,65Molases 4,50 1,36 0,45 0,37 0,00 0,00 0,00 2,84Mineral 1,00 0,99 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Urea 1,00 0,99 0,00 2,88 0,00 0,00 0,00 0,00Jumlah 100,00 86,57 5,84 16,20 6,96 12,28 56,08 74,44Kebutuhan 100,00 <12 13 <7 14-17 53 >70
Sumber: Fathul et al (2015) dan Hartadi et al (1986)
Pada penelitiaan kali ini hijauan dibuat silase karena rumput silase dapat disimpan
hingga satu tahun. Artinya disaat musim panen kita bisa mengolah semua
rumput-rumput tersebut menjadi rumput hijauan silase. Kemudian disimpan di
dalam gudang dan apabila hijauan mulai langka rumput silase dapat digunakan
untuk makanan bagi sapi. Sedangkan rumput segar yang dilayukan harus
diberikan kepada sapi secepatnya. Tidak boleh terlambat atau sampai ada rumput
yang tersisa. Apabila rumput lama terletak di luar (seperti rumput-rumput sisa)
tidak dimakan oleh sapi. Ini bisa diartikan rumput segar tidak tahan lama.
Ransum perlakuan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel.4
19
Tabel.4 Ransum perlakuan
Ransum perlakuan P1Bahan Imbangan
(%) BKK.
Abu PK LK SK BETN TDNSilase TebonJagung 30,00 24,96 1,24 1,85 0,38 4,86 8,59 6,67Konsentrat 70,00 60,60 4,09 11,34 4,87 8,59 39,26 52,11Jumlah 100,00 85,56 5,33 13,20 5,25 13,45 47,85 58,78Kebutuhan
100,00 <12 13 <714-17 53 >70
Ransum perlakuan P2Silase TebonJagung 15,00 12,48 0,62 0,93 0,19 2,43 4,30 3,33SilaseHijauanSorghum
15,00 13,06 0,64 1,00 0,18 2,87 7,81 7,66
Konsentrat 70,00 60,60 4,09 11,34 4,87 8,59 39,26 52,11Jumlah 100,00 86,14 5,35 13,27 5,24 13,90 51,36 63,10Kebutuhan
100,00 <12 13 <714-17 53 >70
Ransum perlakuan P3SilaseHijauanSorghum
30,00 26,12 1,28 2,00 0,36 5,75 15,62 15,32
Konsentrat 70,00 60,60 4,09 11,34 4,87 8,59 39,26 52,11Jumlah 100,00 86,72 5,37 13,34 5,24 14,34 54,87 67,43Kebutuhan
100,00 <12 13 <714-17 53 >70
Tata letak kandang percobaan dapat dilihat pada Gambar 1:
Keterangan : P: Perlakuan, U: Ulangan
Gambar 1. Tata letak kandang perlakuan
P3U3P3U2P3U1P2U3P2U2
P2U1P1U3P1U2P1U1
20
D. Penyediaan Silase Sorghum dan Tebon Jagung
Penyediaan bahan pakan yang berupa silase sorghum dan tebon jagung diawali
dengan penanaman tanaman sorghum dan jagung terlebih dahulu, setelah umur
tanaman ± 65 hari kemudian tanaman dipanen dan langsung dicoper atau dicacah
setelah bahan-bahan tersebut siap, masing-masing dari bahan tersebut kemudian
disemprot/dicampur dengan EM-4. Setelah dicampur dengan EM-4, disimpan
secara anaerob yaitu dipadatkan dan ditutup rapat-rapat agar tidak ada udara yang
masuk dan didapatkan hasil dari fermentasi yang maksimal. Proses fermentasi
berlangsung sampai 21 hari setelah itu dapat digunakan untuk pakan.
Gambar 2. Skema pembuatan silase sorghum dan tebon jagung
Tanaman sorghum/tebon jagung
copper
Mengurangi kadar air denganmenjemur di bawah sinar matahar
Semprot dengan EM-4
Dipadatkan, ditutup rapat dan disimpandalam kondisi anaerob selama 20 hari
Diberikan ke ternak
21
E. Variabel yang Diamati
Variabel yang akan diamati pada penelitian ini yaitu:
1. Konsumsi pakan, yaitu dengan cara menghitung konsumsi pakan per hari dikali
lama penelitian.
2. Konversi ransum, dengan cara membagi jumlah pakan yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan yang dihasilkan selama penelitian berlangsung.
3. Pertambahan bobot tubuh, dengan cara bobot akhir dikurangi bobot awal dibagi
30 hari atau selama penelitian berlangsung.
F. Pelaksanaan Invivo
1. Pelaksanaan invivo diawali dengan penyediaan silase yang dibuat 21 hari
sebelum pemeliharaan berlangsung dimana bahan pakan yang dibuat silase
merupakan tanaman sorghum dan jagung yang sudah ditaman 2 bulan
sebelumnya.
2. Setelah bahan pakan yang berupa silase sudah siap digunakan, maka
proses penelitian dapat segera dilakukan. Pelaksanaan invivo ini dimulai
dengan masa prelium yang dilakukan selama 1 minggu dengan tujuan
untuk membiasakan sapi dengan bahan pakan yang akan digunakan pada
saat penelitian. Setelah itu diakhir penelitian dilakukan penimbangan
bobot akhir sapi.
22
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis kovarian (Anakova) pada taraf
nyata 5 % dan atau 1 % dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
untuk peubah yang berbeda nyata atau peubah yang berbeda sangat nyata.
32
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan silase tebon jagung dan sorghum tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot tubuh, dan konversi ransum sapi
potong lokal dan sorghum dapat menggantikan peran tebon jagung yang selama
ini digunakan sebagai hijauan pakan ternak.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka disarankan untuk dilakukannya
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis sapi, jenis kelamin dan
memiliki rata--rata bobot yang sama, dan pra penelitian dilakukan pada saat
musim penghujan sehingga bahan baku hijauan yang akan dibuat silase lebih
mudah didapat, sehingga pada saat berlangsungnya penelitian tidak kekurangan
bahan pakan hijauan, juga kami mengucapkan terimakasih kepada tim dosen dan
pemilik peternakan rakyat di Desa Negla Sari.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
. 1996. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke-6. PT Gramedia,Jakarta.
Anonim. 2006. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Produksi Hijauan RumputSorghum Sp Sebagai Tanaman Pakan Ternak.file:///C:/Users/Acer%20AO725/Downloads/ptek06-13.pdf. [Diakses pada15 Agustus 2018].
Diana, S ., O.Yoku dan M. Junaedi . 2003. Kualitas Silase Rumput Irian(Sorghum Sp) DenganPerlakuan Penambahan Dedak Padi PadaBerbagaiTingkat Produksi Bahan Kering.https://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pronas03-35.pdf?secure=1. [Diakses pada 21 Agustus 2018].
Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi. 2017. Alternatif Tanaman PakanTernak. Kelembagaan Budidaya Ternak, Banyuwangi.
Edy R, S. I, Anna dan D, Sularno. 2005. Penampilan Produksi Sapi PeranakanOngole dan Sapi Peranakan Ongole X Limousin Yang Mendapat PakanRumput gajah dan Ampas Bir. http://eprints.undip.ac.id/21243/1/11. [Diakses pada 15 Agustus 2018].
Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2013. Pengetahuan PakanDan Formulasi Ransum. Universitas Lampung. Lampung.
Firdausi A, Susilawati T, Nasich M, Kuswati. 2012. Pertambahan Bobot BadanHarian Sapi Brahman Cross Pada Bobot Badan Dan Frame Size YangBerbeda. J Ternak Trop. 13(1):48-62.
Hartatik, W. dan L.R. Widowati, 2010. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati.http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/eng/dokumentasi/juknis/pupuk%20organik.pdf?secure=true. [Diakses pada 23 Agustus 2018].
Hume, I.D. 1982. Digestion And Protein Microbalism In A Course Manual inNutrition and Growth. Australian Universities. Australian Vice ChoncellorsCommittee. Sidney
33
Jelantik IGN, YH, Manggol, Y, Jegho, H, Sutedjo, A, Keban, P, Kune, D, RatuR, Kleden, MM, Sogen, J, Kleden . 2007. Kajian Mutu Genetik Sapi Bali DiNusa Tenggara Timur. Laporan Akhir. Universitas NusaCendana. Kupang.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyedian dan Pengolahan Pakan Ternak RuminansiaSapi, Kerbau, dan Kambing. Kanisius. Yogyakarta.
Kurniawan,A. 2014. Performa Produksi Sapi Bali Dan Sapi Po PadaPenggemukan Intensif Berbasis Silase Sorgum (Sorghum Bicolor L.).http://repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/72557/1/D14aku.pdf.[Diakses pada 18 September 2018].
Kusumo, H.B. Kualitas Silase Dan Hay Berangkasan Sorgum Yang DiperkayaSebagai Pakan Sapi Bali Jantan Muda. Universitas Mataram. Mataram.
Muhtadi, A. 2001. Faktor Genetik Dan Non Genetik Terhadap Produktivitas SapiTropis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Oisat. 2011. Sorghum. PAN Germany Pestizid Aktions-Netzwerk e.V. PANGermany. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FakultasPeternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UniversitasIndonesia Press, Jakarta
Purpranoto I. 2013. Karakteristik Karkas Dan Non Karkas Sapi Potong PadaKerangka Tubuh Yang Berbeda. skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Qomariyah N, S, Bahar. 2010. Kajian usaha penggemukan sapi bali di KabupatenMaros, Provinsi Sulawesi Selatan. Di dalam: Proceedings, Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner; 3-4 Agustus 2010; Bogor (ID): PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan penelitian danpengembangan pertanian, Kementerian Pertanian. Hal. 270-275
Rahayu I.D. , Lili Zalizar, Aris Widianto dan Muhammad Ivan Yulianto. 2017.Karakteristik dan kualitas silase tebon jagung (Zea mays) menggunakanberbagai tingkat penambahan fermentor yang mengandung bakterilignochloritik. Procceding Seminar Nasional dan Gelar Produk tgl 17-18Oktober 2017. Universitas Muhamadiyah Malang.
Reksohadiprodjo, S . 1985 . Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.Edisi Revisi, Cetakan 1 . BPFE UGM, Yogyakarta.
Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
. 2002. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
34
. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soedjana TD, Bahri S, Diwyanto K, Priyanti A, Ilham N, Muharsini S,Tiesnamurti B. 2012. Menakar Potensi Penyediaan Daging Sapi dan KerbauDi Dalam Negeri Menuju Swasembada 2014. Pusat Penelitian DanPengembangan Peternakan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian,Kementerian Pertanian. Jakarta.
Soeharsono dan B. Sudaryanto. 2006. Tebon Jagung Sebagai Sumber HijauanPakan Ternak Strategis Di Lahan Kering Kabupaten Gunung Kidul.Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem IntegrasiJagung – Sapi. Pontianak, 9-10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan,Bogor. Hal: 36-141.
Soeparno, 1992 . Ilmu Dan Teknologi Daging.Cetakan Pertama Gajah MadaUniversity. Press, Yogyakarta.
Soetrisno, R. D. 2002. Potensi Tanaman Pakan Untuk Pengembangan TernakRuminansia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FakultasPeternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soetrisno, R.D. 2002. Potensi Tanaman Pakan Untuk Pengembangan TernakRuminansia.https://www.researchgate.net/publication/304228883_PRODUKSI_TANAMAN_SORGUM_Sorghum_bicolor_L_. [Diakses pada 20Agustus 2018].
Sutardi, T. 1990. Landasan Ilmu Nutrien Departemen Ilmu Makanan Ternak. IPB,Bogor.
Tatum JD, Dolezal HG, Williams Jr FL, Bowling RA and Taylor RE. 2006.Effects of feeder-cattle frame size and muscle thicness on subsequentgrowth and carcass development. Ii. Absolute growth and associatedchanges in carcas composition. J Anim Sci. 62:121-131
Whitehead, D. C. 2000. Nutrient Element In Grassland: Soil, Plant, AnimalRelationship. Wallingford. CAB International Publishing.
Yoku, O. 2010. Produksi Hijauan Dan Nilai Nutrisi Wafer Rumput Sudan(Sorghum Sudanense) Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Disertasi.Program Pascasajana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.