Upload
ariny-lastarya-putri
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lala
Citation preview
Metode adisi standar. metode adisi standar adalah menambahkan larutan standar ke dalam sampel. Volume sampel tetap sedangkan volume dari larutan standar berbeda. Volume akhir yang diukur dengan menggunakan alat instrumentasi adalah sama. Jadi yang memiliki variasi adalah konsentrasi larutan standar.
Bentuk garik dari metode adisi standar adalah:
Quantitative Analysis using the Method of Standard AdditionsAnother approach to calibrating a potentiometric electrode is the method of standard additions. First, we
transfer a sample with a volume ofVA and an analyte concentration of CA into a beaker and measure the
potential, (Ecell)A. Next, we make a standard addition by adding to the sample a small volume, Vstd, of a
standard containing a known concentration of analyte, Cstd, and measure the potential, (Ecell)std. If Vstd is
significantly smaller than VA, then we can safely ignore the change in the sample’s matrix and assume that
analyte’s activity coefficient is constant. Example 11.9 demonstrates how we can use a one-point standard
addition to determine the concentration of analyte in a sample.
The concentration of Ca2+ in a sample of sea water is determined using a Ca ion-selective electrode and a
one-point standard addition. A 10.00-mL sample is transferred to a 100-mL volumetric flask and diluted to
volume. A 50.00-mL aliquot of the sample is placed in a beaker with the Ca ISE and a reference electrode,
and the potential is measured as –0.05290 V. After adding a 1.00-mL aliquot of a 5.00 × 10 –2 M standard
solution of Ca2+ the potential is –0.04417 V. What is the concentration of Ca2+ in the sample of sea water?
Solution
To begin, we write the Nernst equation before and after adding the standard addition. The cell potential for
the sample is
(Ecell)A = K + (0.05916 / 2)logCA
and that following the standard addition is
(Ecell)std = K + (0.05916 / 2)log{(VA / Vtot)CA+ (Vstd / Vtot)Cstd}
where Vtot is the total volume (VA + Vstd) after the standard addition. Subtracting the first equation from the
second equation gives
∆Ecell = (Ecell)std – (Ecell)A = (0.05916 / 2)log{(VA / Vtot)CA+(Vstd / Vtot)Cstd} – (0.05916 / 2)logCA
Rearranging this equation leaves us with
(2∆Ecell / 0.05916) = log{(VA / Vtot) +(VstdCstd / VtotCA)}
Substituting known values for ∆E, VA, Vstd, Vtot and Cstd,
2 × {−0.04471 − (−0.05290)} / 0.05916 = log{(50.00 mL / 51.00 mL) + ((1.00 mL) × (5.00×10−2 M)) / (51.00
mL)×CA}
0.2951 = log{0.9804 + 9.804×10-4/ CA}
and taking the inverse log of both sides gives
1.973 = 0.9804 + 9.804×10−4/ CA
Finally, solving for CA gives the concentration of Ca2+ as 9.88 × 10–4 M. Because we diluted the original
sample of seawater by a factor of 10, the concentration of Ca2+ in the seawater sample is 9.88 × 10–3 M.
Metode Adisi Standar
Metode adisi standar dipakai secara luas karena mampu meminimalkan
kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel
dan standar (Anonim b, 2010). Idealnya kalibrasi standar seharusnya mendekati
komposisi dari sampel yang dianalisis, tidak hanya pada konsentrasi analit tetapi
juga dalam hal konsentrasi dari elemen lain yang ada dalam matriks sampel,
sehingga dapat meminimalkan pengaruh dari berbagai komponen dalam sampel
terhadap absorbansi yang terukur (Skoog dan West, 1996). Pemanfaatan teknik
adisi standar sangat membantu terutama untuk analisa senyawa yang kadarnya
kecil (Ramette, 1981).
Dalam metode ini, sejumlah volume dari sampel dipindahkan ke dalam
beberapa labu ukur. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu (tidak
ditambah dengan larutan standar) kemudian larutan yang lain ditambahkan
terlebih dahulu sejumlah larutan standar sehingga diperoleh serangkaian
konsentrasi larutan standar. Kemudian larutan tersebut diukur, dan hasilnya dibuat
grafik absorbansi versus konsentrasi standar yang ditambahkan (Anonim b, 2010),
seperti terlihat pada Gambar 3.
Universitas Sumatera UtaraGambar 3. Grafik Penentuan Kadar dalam Metode Adisi Standar (Harris, 1987)
Seperti terlihat pada Gambar 3, sumbu X merupakan konsentrasi standar
yang ditambahkan sementara sumbu Y menunjukkan nilai absorbansinya.
Ekstrapolasi garis pada sumbu X (titik potong pada sumbu X, mensubstitusikan
nilai Y = 0 pada persamaan regresi) inilah yang setara dengan konsentrasi analit
(concentration of unknown) yang terkandung dalam larutan sampel yang diukur
(Harris, 1987).
Berdasarkan hukum Beer akan berlaku hal – hal berikut:
Ax = k. Ck
At = k ( Cs + Ck )
Dimana : Cx = kadar zat sampel
Cs = kadar zat yang ditambahkan ke dalam larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
At = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka diperoleh Cx = Cs × -
Universitas Sumatera UtaraKonsentrasi analit dalam sampel dapat dihitung dengan membuat grafik At lawan
Cs seperti pada Gambar 3. Dengan mengekstrapolasi At = 0 pada grafik atau
mensubstitusikan nilai Y = 0 (absorbansi = 0) akan diperoleh kadar analit dalam
sampel, sehingga diperoleh :
Cx = Cs × -
Cx = Cs × -
Cx = − Cs (Harris, 1987).
http://chemwiki.ucdavis.edu/Analytical_Chemistry/Analytical_Chemistry_2.0/05_Standardizing_Analytical_Methods/5C_Determining_the_Sensitivity_(kA)#5C.3_Standard_Additions
aliquot = a portion of a larger whole, especially a sample taken for chemical analysis or other treatment.
A typical procedure involves preparing several solutions containing the same amount of
unknown, but different amounts of standard. For example, five 25 mL volumetric flasks are
each filled with 10 mL of the unknown. Then the standard is added in differing amounts, such
as 0, 1, 2, 3, and 4 mL. The flasks are then diluted to the mark and mixed well.
The idea of this procedure is that the total concentration of the analyte is the combination of
the unknown and the standard, and that the total concentration varies linearly. If the signal
response is linear in this concentration range, then a plot similar to what is shown above is
generated.
The method of standard addition is a type of quantitative analysis approach often used in analytical chemistrywhereby the standard is added directly to the aliquots of analyzed sample. This method is used in situations where sample matrix also contributes to the analytical signal, a situation known as the matrix effect, thus making it impossible to compare the analytical signal between sample and standard using the traditional calibration curveapproach.
Filosifi kalibrasi
Setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan
atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik.
Definisi Kalibrasi
Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah
serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh
instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan
nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi
tertentu.
Dengan kata lain:
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat
ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadapstandar ukur yang mampu
telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Tujuan Kalibrasi
Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur
sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional),
melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.
Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu
instrument ukur.
Menjamin hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.
Manfaat Kalibrasi
Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesefikasinya
Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan
laboratorium dan produksi yang dimiliki.
Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang
ditunjukkan oleh alat ukur.
Prinsip Dasar Kalibrasi
Obyek Ukur (Unit Under Test)
Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke standar
kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg
sudah teruji (diverifikasi))
Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan teknis
kalibrasi (bersertifikat))
Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan faktor
lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber ketidakpastian pengukuran)
Hasil Kalibrasi antara lain:
Nilai Obyek Ukur
Nilai Koreksi/Penyimpangan
Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur & analisis
ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber ketidakpastian
yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya kesalahan
yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
Persyaratan Kalibrasi
Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional
Metoda kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional
Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratorium yang
terakreditasi
Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara,
aliran udara, dan kedap getaran
Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di
dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat
pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.
Kalibrasi diperlukan untuk:
Perangkat baru
Suatu perangkat setiap waktu tertentu
Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi
Ketika hasil pengamatan dipertanyakan
Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi
dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan
dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan
indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi),
sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius pada
titik-titik tertentu di skala.
Di beberapa negara, termasuk Indonesia, memiliki lembaga metrologi nasional (National
metrology institute). Di Indonesia terdapat Pusat Penelitian Kalibrasi Instrumentasi dan
Metrologi (Puslit KIM LIPI) yang memiliki standar pengukuran tertinggi (dalam SI dan satuan-
satuan turunannya) yang akan digunakan sebagai acuan bagi perangkat yang dikalibrasi.
Puslit KIM LIPI juga mendukung infrastuktur metrologi di suatu negara (dan, seringkali,
negara lain) dengan membangun rantai pengukuran dari standar tingkat tinggi/internasional
dengan perangkat yang digunakan.
Hasil kalibrasi harus diser
Analisis KuanitatifKata Kunci: analisis kuantitatif, Hukum Beer, Spektometri Molekuler
Ditulis oleh Adam Wiryawan pada 08-02-2011
Penerapan Hukum Beer
Hukum Beer merupakan prinsip dasar semua spektrometri molekular kuantitatifp Dari
persamaan gabungan Hukum Lambert-Beer :
A =? . b . c
dapat terlihat bahwa jika kita melakukan pengukuran suatu unsur yang sama pada panjang
gelombang yang sama dalam kuvet sampel yang sama pula, maka akan tampak hubungan
linear antara absorbansi A dan konsentrasi c, selama absorpsivitas molar ? dan tebal kuvet b
konstan. Karena nilai b adalah tetap, maka ini adalah penerapan Hukum Beer.
Oleh karenanya, jika suatu larutan dengan konsentrasi C1 menghasilkan absorbansiA1 maka
larutan unsur yang sama dengan konsentrasi C2 (diukur pada kondisi yang sama) akan
menghasilkan absorbansi A2 sehingga :
Konsentrasi dari larutan yang belum diketahui kemudian dapat dihitung dengan mengukur
absorbansi dari larutan yang diketahui konsentrasinya dan larutan yang belum diketahui
konsentrasinya pada kondisi yang sama.
Konsentrasi yang belum diketahui dapat ditentukan dengan persamaan :
Perhitungan dengan metode sederhana ini tidak mempertimbangkan ketidakpastian
percobaan yang terlibat dalm persiapan larutan dan dalam pengukuran absorbansi. Oleh
karena itu dalam praktek sangat dianjurkan untuk menyiapkan beberapa larutan dengan
konsentrasi yang berbeda biasanya disebut larutan standar, kemudian diukur absorbansinya.
Hasil pengukuran dibuat grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Selanjutnya konsentrasi
larutan yang belum diketahui dapat ditentukan dari grafik tersebut.
Gambar15.8. Kurva kalibrasi.
Dengan menggunakan grafik kalibrasi yang diperoleh dari beberapa standar dibanding dengan
menggunakan satu standar , ketidakpastian analisa dapat dikurangi dan karenanya ketelitian
akan sangat meningkat.
Perlu dicatat bahwa garis lurus pada grafik kalibrasi tidak akan diperoleh dengan cara mem-
plot transmitans vs konsentrasi. Karena absorbansi dan transmitans dihubungkan oleh
persamaan :
A = – log T
maka tidak ada hubungan linear antara transmitans dan konsentrasi.
Gambar 15.9. Hubungan antara konsentrasi dengan transmitansi dan absorbansi
Oleh karena itu jika hasil pengukuran berupa transmitans, maka harus diubah ke bentuk
absorbansi agar dapat membuat kurva kalibrasi.
Pemilihan panjang gelombang untuk Analisa Kuantitatif
Dalam spektrometri molekular kuantitatif, pengukuran absorbansi atau transmitans dibuat
berdasarkan satu seri (rangkaian) larutan pada panjang gelombang yang telah ditetapkan.
Panjang gelombang paling yang sesuai ditentukan dengan membuat spektrum absorbsi
dimana panjang gelombang yang paling sesuai adalah yang menghasilkan absorbansi
maksimum. Selanjutnya panjang gelombang ini digunakan untuk pengukuran kuantitatif.
Dengan menggunakan panjang gelombang dari absorbansi yang maksimum, maka jika terjadi
penyimpangan (deviasi) kecil panjang gelombang dari cahaya masuk hanya akan
menyebabkan kesalahan yang kecil dalam pengukuran tersebut. Jika panjang gelombang
dipilih dari daerah spektrum di mana ada suatu perubahan yang besar absorbansi dalam
daerah (range) panjang gelombang yang sempit, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi)
kecil panjang gelombang dari cahaya masuk akan menyebabkan kesalahan yang besardalam
pengukuran absorbansi tersebut.
Gambar 15.10. Spektrum absorpsi dan kurva standar
Pengaruh radiasi polikromatik pada hubungan hukum Beer. Pita A menunjukkan
penyimpangan (deviasi) yang kecil selama tidak terjadi perubahan besar pada? sepanjang pita
tersebut. Pita B menunjukkan penyimpangan yang jelas karena? mengalami perubahan yang
berarti pada daerah tersebut.
Absorbansi adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh bahan ( komponen kimia ) tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan memberikan warna tertentu terhadap bahan. Sinar yang dimaksud yakni bersifat monokromatis dan mempunyai panjang gelombang tertentu. Beberapa atom hanya dapat menyerap sinar dengan panjang gelombang sesuai dengan unsur atom tersebut. Sehingga memiliki sifat yang spesifik bagi suatu unsur atom.
Jika cahaya yang bersifat monokromatis tersebut dilewatkan pada media transparan maka intensitas cahaya akan berkurang sebanding dengan ketebalan konsentrasi larutan. Untuk terjadi proses absorbansi butuh senyawa standar. Bahan memiliki konsentrasi tertentu untuk dapat terjadi proses absorbansi. Bahan tidak boleh terlalu pekat sehingga harus diencerkan terlebih dahulu sebelum melakukan absorbansi. Untuk menemukan konsentrasi unsur logam dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai absorbs dengan absorbsi zat standar yang dikeruhi konsentrasinya.
Alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi adalah Spektorofotmeter. Kerja spektrofotometer yakni dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu sesuai jenis atom pada suatu obyek kaca yang disebuit kuvet. Sebagian cahaya akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan sebanding dengan konsentrasi larutan dalam kuvet. Alat dan bahan yang digunakan dalam absorbansi yaitu spektronik 20, pipet volumetreik, bulb, tabung reaksi serta raknya, gelas piala, labu takar.
Aplikasi absorbansi ini digunakan untuk menganalisa kandungan bahan tertentu ( sebagaimana terlihat berdasarkan spektrum warna tertentu ).
Absorbnansi lebih memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses titrasi jika dilihat dari bahan yang dihasilkan dari suatu proses tersebut. Hasil dari proses absornbansi akan lebih halus dan akurat. Sedangkan titrasi hasilnya kurang halus dan terkadang beberapa larutan tidak dapat dititrasi.
Selain itu absorbansi juga memiliki kekurangan yaitu, tingkat keakuratannya tergantung pada tegangan listrik, sterilisasi dari suatu bupet perlu dijaga dengan baik dari penganalisisnya, dan tingkat kemurnian yang harus dijaga dengan baik. Spektrofotometer juga memiliki harga yang cukup mahal.
In chemical analysis, matrix refers to the components of a sample other than the analyte [1] of interest. The matrix can have a considerable effect on the way the analysis is conducted and the quality of the results obtained; such effects are called matrix effects.[2] For example, the ionic strength of the solution can have an effect on the activity coefficients of the analytes.[3][4] The most common approach for accounting for matrix effects is to build a calibration curve using standard samples with known analyte concentration and which try to approximate the matrix of the sample as much as possible.[2] This is especially important for solid samples where there is a strong matrix influence.[5] In cases with complex or unknown matrices, the standard addition methodcan be used.[3] In this technique, the response of the sample is measured and recorded, for example, using an electrode selective for the analyte. Then, a small volume of standard solution is added and the response is measured again. Ideally, the standard addition should increase the analyte concentration by a factor of 1.5 to 3, and several additions should be averaged. The volume of standard solution should be small enough to disturb the matrix as little as possible.
http://zimmer.csufresno.edu/~davidz/Chem106/StdAddn/StdAddn.html