118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PERGAULAN PEER GROUP DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JOGOROGO KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI OLEH : RIZKA MAGHFIRAINI K8407008 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

SURAKARTA 2011

  • Upload
    vanngoc

  • View
    231

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PERGAULAN

PEER GROUP DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JOGOROGO

KABUPATEN NGAWI TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

OLEH :

RIZKA MAGHFIRAINI

K8407008

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PERGAULAN

PEER GROUP DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JOGOROGO

KABUPATEN NGAWI TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

RIZKA MAGHFIRAINI

K8407008

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRAK

Rizka Maghfiraini. K8407008. HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PERGAULAN PEER GROUP DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JOGOROGO KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Belajar, (2) Hubungan antara Pergaulan Peer Group dengan Kemandirian Belajar, (3) Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Pergaulan Peer Group dengan Kemandirian Belajar. Penelitian ini mengambil lokasi di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogogoro Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011, sejumlah 116 siswa. Sampel diambil dengan teknik Cluster random sampling sejumlah 46 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket sebagai teknik pengumpulan data pokok, sedangkan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data pendukung. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan Pearson’s Correlation (Product Moment) untuk menguji hipotesis hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y, sedangkan untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara X1 dan X2 dengan Y menggunakan regresi ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari rx1y = 0,621, dan ρ = 0,000 dengan SR = 48,99 % dan SE = 35,39%. (2) Ada hubungan positif yang signifikan antara pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari rx2y = 0,630 dan ρ = 0,000 dengan SR = 51,01 % dan SE = 36,85%. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat R sebesar 0,850 , ρ = 0,000 F= 56,121.

Page 6: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRACT

Rizka Maghfiraini. K8407008. RELATIONSHIP BETWEEN PARENTING PATTERNS AND PEER GROUP SOCIAL INTERCOURSE WITH STUDENTS’ INDEPENDENCE LEARNING OF THE ELEVENTH GRADE IS OF SMA NEGERI 1 JOGOROGO, NGAWI IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta,

This study aimed to determine: (1) Relationship between parenting pattern with students’ Independence learning, (2) Relationship between Peer Group Social Intercourse with students’ Independence learning, (3) Relationship between Parenting Patterns and Peer Group Social Intercourse with students’ Independence learning. This research was taken place in class XI IS SMA Negeri 1 Jogorogo.

The method used in this research was descriptive quantitative. The total populations in this study were 116 students taken from all students in grade XI IS SMA Negeri 1 Jogorogo in the 2010/2011 Academic Year. Total samples data were 46 students taken by cluster random sampling technique. The primary data used was questionnaire while the documentation used as supporting data. The data analysis technique used was Pearson's Correlation (Product Moment) to test the hypothesis relation between X1 with Y, and X2 with Y technique analysis. While to know the relationship among X1 and X2 with Y used multiple regression analysis technique.

Based on the results of this study it can be concluded that: (1) There was a significant positive relationship between parenting pattern with students’ Independence learning, of the eleventh grade IS of SMA 1 Jogorogo in the 2010/2011 academic year. It can be see from the result of analyzing data which shows rx1y = 0,621, and ρ = 0,000 with SR = 48,99 % and SE = 35,39%. (2) There was a significant positive relationship between Peer Group Social Intercourse with students’ Independence learning, of the eleventh grade IS of SMA 1 Jogorogo in the 2010/2011 academic year. It can be see from the result of analyzing data which shows rx2y = 0,630 and ρ = 0,000 with SR = 51,01 % and SE = 36,85%. (3) There was a significant positive relationship between Parenting Patterns and Peer Group Social Intercourse with students’ Independence learning, of the eleventh grade IS of SMA 1 Jogorogo in the 2010/2011 academic year. It can be see from the result of analyzing data which shows R = 0,850 , ρ = 0,000 and the total of F= 56,121.

Page 7: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah, sesungguhnya (urusan) yang lain dan

hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap”.

(Q,S Alam Asyroh: 5-8)

“Mereka akan memperoleh hasil usaha mereka, sedang kamu pun akan

memperoleh pula hasil usahamu”

(Q.S Al-Baqarah: 144)

Kebahagiaan kita yang terbesar tidak bergantung pada kondisi hidup kita, tetapi

disebabkan oleh hati nurani, kesehatan yang baik, pekerjaan dan kebebasan untuk

mengejar segala tujuan dengan jalan yang syah.

(Jofferson)

Page 8: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Ibu/ Bapak yang senantiasa mendidik,

membimbing dengan penuh kesabaran serta

doa yang selalu menyertaiku.

2. Kakak-kakakku dan keponakanku yang

selalu memberi motivasi dan keceriaan.

3. Teman-teman seperjuangan Sosiologi

Antropologi UNS angkatan 2007.

4. Sahabat-sahabat kos “Wisma Melati” yang

menjadi teman sekaligus keluargaku

ditempat aku menimba ilmu.

5. Almamaterku.

Page 9: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmad dan hidayatNya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini, guna memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapai banyak hambatan.

Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut

dapat peneliti atasi. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Syaiful Bachri, M. Pd ketua jurusan Pendidikan Ilmu Sosial.

3. Drs. MH. Sukarno, M. Pd Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi

selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan izin penulisan skripsi

serta yang selalu memberikan dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan

kewajiban akademik.

4. Dr. Zaini Rohmad, M. Pd pembimbing I dan Drs. Haryono, M. Pd selaku

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan

kepada peneliti sehingga skrisi ini dapat peneliti selesaikan dengan lancar.

5. Bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi yang secara

tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada peneliti.

6. Drs. Santoso Kepala sekolah SMA Negeri 1 Jogorogo yang telah memberikan

izin kepada peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

7. Guru pembimbing, Staf, dan siswa SMA Negeri 1 Jogorogo yang telah

meluangkan waktu untuk membantu memberikan bimbingan, informasi, dan

memberikan data.

8. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti

sebutkan satu persatu.

Page 10: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya peneliti

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi

semua pihak.

Surakarta, Juni 2011

Peneliti

Page 11: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………….

PENGAJUAN ..................................................................................................

PERSETUJUAN …………………………………………………………….

PENGESAHAN ……………………………………………………………...

ABSTRAK …………………………………………………………………...

ABSTRACT ………………………………………………………………….

MOTTO ……………………………………………………………………...

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ………………………………………………………………...

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...

DAFTAR TABEL …………………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………...

I. PENDAHULUAN …………………………………………………….....

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….......

B. Identifikasi Masalah ………………………………………………......

C. Pembatasan Masalah ………………………………………………….

D. Perumusan Masalah ………………………………………………......

E. Tujuan penelitian …………………………………………………......

F. Manfaatn Penelitian ………………………………………………......

1. Manfaat Teoretis ………………………………………………….

2. Manfaat Praktis …………………………………………………...

II. LANDASAN TEORI ……………………………………………………

A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………...

1. Tinjauan Tentang Kemandirian Belajar ………………………......

2. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua …………………………

3. Tinjauan Tentang Pergaulan Peer Group …………………………

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

xi

xiv

xv

xvi

1

1

7

8

8

9

9

9

10

11

11

11

21

30

Page 12: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

B. Hasil Penelitian yang relevan ………………………………………...

C. Kerangka Berfikir …………………………………………………....

D. Hipotesis ……………………………………………………………...

III. METODE PENELITIAN ……………………………………………….

A. Tenpat dan Waktu Penelitian …………………………………………

1. Tempat Penelitian ……...………………………………………...

2. Waktu Penelitian ………………………………………………...

B. Populasi dan Sampel ………………………………………………….

1. Populasi ………………………………………………………….

2. Sampel …………………………………………………………...

3. Teknik Sampling ………………………………………………...

C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….

D. Rancangan Penelitian………………………………………………….

E. Teknik Analisis Data………………………………………………….

1. Uji persyaratan Analisis………………………………………….

2. Uji Hipotesis….…………………………………………………..

IV. HASIL PENELITIAN …………………………………………….......

A. Deskripsi Data……………………………………………………........

B. Pengujian Persyaratan Analisis………………………………………..

C. Pengujian Hipotesis…………………………………………………...

D. Pembahasan Hasil Analisis Data……………………………………...

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………………………

A. Simpulan………………………………………………………………

B. Implikasi………………………………………………………………

C. Saran…………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

LAMPIRAN………………………………………………………………….

38

41

43

45

44

44

44

45

45

45

46

50

63

64

65

68

72

72

82

87

94

101

101

101

102

104

107

Page 13: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Keranga Berfikir……………………………………... 43

Gambar 2. Struktur organisasi SMA Negeri 1 Jogorogo………………... 75

Gambar 3. Grafik Histogram Pola Asuh orang tua (X1) ………………... 80

Gambar 4. Grafik Histogram Pergaulan Peer Goup (X2)……………… 81

Gambar 5. Grafik histogram Grafik Histogram Kemandirian belajar (y).. 82

Gambar 6. Grafik Normalitas …………………………………………… 83

Gambar 7. Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual 83

Gambar 8. Grafik Scatterplot..................................................................... 85

Gambar 9. Plot perhatian orang tua dengan kemandirian belajar……….. 86

Gambar 10. Plot pergaulan peer group dengan kemandirian belajar …… 87

Page 14: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu Penelitian……………………………………………….. 44

Tabel 2. Hasil uji validitas pola asuh orang tua…………………………. 59

Tabel 3. Hasil uji validitas pergaulan peer group...................................... 60

Tabel 4. Hasil uji validitas kemandirian belajar…………………………. 61

Tabel 5. Hasil uji reabilitas pola asuh orang tua………………………… 62

Tabel 6. Hasil uji reabilitas pergaulan peer group………………………. 62

Tabel 7. Hasil uji reabilitas kemandirian belajar………………………… 63

Tabel 8. Uji Multikolinearitas…………………………………………… 84

Tabel 9. Uji Autokorelasi………………………………………………. 85

Tabel 10. Hasil Uji korelasi pola asuh orang tua dengan kemandirian

belajar…………………………………………………………

89

Tabel 11. Hasil Uji korelasi pergaulan peer group dengan kemandirian

belajar…………………………………………………………

90

Tabel 12. Hasil uji koofisien determinasi……………………………….. 91

Tabel 13. ANOVA………………………………………………………. 91

Page 15: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Matrik Angket ….……………………………………...…... 108

Lampiran 2. Angket Penelitian …………….……………………………. 111

Lampiran 3. Tabulasi Data Try Out …………………………………….. 116

Lampiran 4. Validitas Try Out Angket …….……………………………. 119

Lampiran 5. Reliabilitas Try Out Angket ……………………………….. 130

Lampiran 6. Tabulasi Data Hasil Penyebaran Angket Pola Asuh Orang

Tua ......................................................................................... 134

Lampiran 7. Tabulasi Data Hasil Penyebaran Angket Pergalan Peer Group

............................................................................................... 135

Lampiran 8.Tabulasi Data Hasil Penyebaran Angket Kemandirian Belajar 136

Lampiran 9. Output Dari Hasil Olah Data Melalui SPSS 17.0 ………….. 137

Lampiran 10. Surat Permohonan Penyusunan Skripsi kepada Dekan FKIP

UNS ……………………………………………………….. 156

Lampiran 11. Surat Keputusan Menyusun Skripsi dari Dekan FKIP UNS 157

Lampiran 12.Surat Keterangan Ijin Penelitian kepada Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta …………………………………… 158

Lampiran 13. Surat Keterangan Ijin Penelitian dari KesBangPoLinMas

Ngawi .................................................................................... 159

Lampiran 14. Surat Keterangan Ijin Penelitian kepada SMA Negeri 1

Jogorogo…………………………………………...……… 160

Lampiran 15. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari SMA

Negeri 1 Jogorogo ………………………………………....... 161

Lampiran 16. Curriculum Vitae …………………………………………… 162

Page 16: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting sekaligus menjadi kegiatan yang

universal dalam kehidupan manusia, karena pendidikan bagi manusia merupakan

suatu proses menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam

seluruh dimensi kepribadian. Pendidikan memiliki tanggung jawab terbesar dan

menjadi tumpuan haparan bangsa untuk terciptanya manusia-manusia cakap,

mandiri, berbudaya, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta dapat

membangun dirinya sendiri. Kemandirian belajar diperlukan untuk mampu

beradaptasi dengan berbagai tuntutan dalam dunia pendidikan yang semakin maju.

Seperti yang dinyatakan dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 dinyatakan :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan pendidikan sangat komplek dan menjadi

tanggung jawab bersama. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, salah

satunya disebutkan untuk dapat menciptakan kemandirian.

Ketika terlahir manusia berada dalam keadaan lemah. Untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada bantuan orang-orang disekitarnya.

Perkembangan akan mengantarkan seorang anak menuju proses pendewasaan, dan

pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA) anak sedang mempersiapkan diri

menuju proses pendewasaan diri tersebut. Ada banyak pilihan bagi siswa untuk

dapat mandiri menentukan pilihan tanpa menggantungkan diri pada orang-orang

di sekitarnya untuk menentukan pilihan yang akan diambilnya, termasuk dalam

memenuhi kebutuhan belajarnya. Dengan kemampuannya, seorang siswa

Page 17: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

berkesempatan melakukan banyak hal tanpa harus selalu tergantung pada orang-

orang di sekitarnya, termasuk orang tua maupun teman sebayanya.

Kemandirian mencakup pengertian kebebasan untuk siap tidak lagi

bergantung pada orang lain. Lie dan Prasasti (2004: 2) menyatakan bahwa

“Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-

hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan

dan kapasitasnya”. Kemandirian berarti bukan tidak memerlukan orang lain, tetapi

tetap memerlukan orang lain dan bimbingan dari orang lain dengan tingkat

ketergantungan yang rendah. Kemandirian merupakan salah satu unsur penting

yang dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar disekolah maupun diluar

sekolah .

Dalam kaitannya dengan kemandirian belajar, Knowles, M yang dikutip

dari Kusmadi (2002: 2) menyatakan bahwa “Kemandirian belajar menunjukkam

bahwa siswa tidak bergantung pada penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru

yang terus menerus, tetapi juga mempunyai kreatifitas dan inisiatif sendiri, serta

mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya”.

Untuk itu siswa dituntut untuk kreatif dalam mencari bahan pelajaran, serta tidak

memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dengan bahan pelajaran yang

disediakan oleh sekolah.

Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada seseorang untuk

melakukan kegiatan belajar karena dorongan dalam diri sendiri, bukan karena

pengaruh dari luar. Belajar merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa

dan bukan semata-mata karena tekanan guru maupun pihak lain. Adanya sikap

mandiri dalam diri siswa, maka tujuan belajar akan dicapai sebagaimana yang

diharapkan. Kemandirian belajar juga merupakan suatu cara untuk melakukan

kegiatan belajar yang baik, sehingga perlu dilakukan dalam kegiatan belajar

dewasa ini, bahkan ditekankan pada sebuah keharusan. Dimasa depan nantinya

anak akan dituntut untuk dapat hidup dalam kompleksitas kehidupan, modernitas,

dan globalisasi yang penuh persaingan dan membutuhkan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kecakapan dalam bersikap dan bertindak.

Page 18: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dalam melakukan kegiatan belajar, suatu hal yang sering menjadi

permasalahan adalah bagaimana cara untuk melakukan kegiatan belajar adalah

cara untuk melakukan kegiatan belajar yang tepat. Kusmadi (2002: 3-4)

mengemukakan bahwa “Secara umum belajar secara mandiri sangat

menguntungkan bagi subjek belajar, karena belajar secara mandiri mendorong

subjek belajar memberdayakan lingkungan dan sumber belajar secara optimal”.

Berdasarkan keterangan tersebut bahwa dengan kemampuan subjek belajar yang

optimal dengan sendirinya, maka subjek belajar dapat mengenali, memilih, serta

menggunakan sumber-sumber tersebut untuk keperluan belajarnya tanpa rasa

ketergantungan pada orang lain.

Kemandirian merupakan unsur penting dalam setiap belajar sehingga

subjek belajar harus memiliki hal tersebut. Pada dasarnya kemandirian merupakan

bagian dari kepribadian seseorang. Menurut Allport dalam buku Elizabeth B.

Hurlock yang berjudul Perkembanagan Anak alih bahasa Meitasari Tjandrasa

“Kepribadian ialah susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamai dalam diri

suatu individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap

lingkungan”. Faktor yang mempengaruhi kepribadian akan berpengaruh pada

kemandirian. Menurut Hurlock dalam buku Kadar Kemandirian dan Kadar

Kooperatif Dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Di Daerah

Istimewa Yogyakarta mengemukakan bahwa Kepribadian seseorang dipengaruhi

oleh keluarga misalnya perlakuan ibu terhadap anak, sekolah misalnya perlakuan

guru dan teman sebaya, media komunikasi massa misalnya surat kabar, televisi,

dan alat permainan, agama misalnya sikap terhadap agama yang kuat, pekerjaan

individu yang menuntut sikap tertentu (Dwi Siswoyo ,1989: 9).

Berdasarkan pendapat tersebut dikatakan bahwa kemandirian dapat

terbentuk karena pengaruh dari lingkungan keluarga, sekolah, media komunikasi

massa, agama, dan pekerjaan individu yang menuntut sikap tertentu. Maka

semakin banyak dan semakin besar faktor yang berpengaruh tersebut, maka akan

semakin mudah pula seseorang membentuk kapasitas kemandiriannya, dan begitu

pula sebaliknya.

Page 19: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Dalam penelitian ini keluarga lebih ditekankan pada pola asuh orang tua

kepada anak. Pola asuh yang dimaksud adalah dalam mendidik, memelihara, dan

membesarkan anak. Menurut Singgih D Gunarso (2000: 55) “Pola asuh orang tua

merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua

menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak”.

Dalam mendidik, memelihara, dan membesarkan anak, orang tua biasanya

mempunyai kecenderungan pada arah tertentu. Baik buruknya orang tua dalam

mendidik, memelihara, dan membesarkan anak akan memberikan kesan tersendiri

kepada anak sehingga akan berhubungan dengan perilaku anak.

Pola asuh orang tua adalah tanggung jawab orang tua dalam rangka

pembentukan kedewasaan anak. Pola asuh orang tua dalam mendidik anak terbagi

menjadi beberapa bentuk. Menurut Elizabeth Hurlock dalam buku berjudul

Perkembangan Anak yang diterjemahkan Meitasari Tjandrasa (1993: 205),

“Metode yang dipilih sebagai metode pendidikan anak, yaitu otoriter, permisif

atau demokratis…”. Berdasarkan pendapat diatas pola asuh orang tua terhadap

anak terbagi menjadi tiga yaitu pola asuh otoriter, permisif atau liberal, dan pola

asuh demokratis.

Dalam bentuk pola asuh orang tua yang otoriter, orang tua dalam

memenuhi kebutuhannya cenderung suka memaksakan kehendak kepada anak,

bersifat kaku dan keras tanpa tahu perasaan anak. Pada pola asuh permisif atau

liberal ditandai dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak

untuk menentukan tingkah lakunya sendiri tanpa memberikan batasan-batasan dan

kendali dari orang tuanya. Orang tua bahkan tidak pernah memberikan aturan dan

pengarahan kepada anak. Berbeda dengan pola asuh demokratis yang ditandai

dengan komunikasi yang baik, antara orang tua dengan anak sehingga selalu

terjadi komunikasi timbal balik, orang tua memberikan kebebasan pada anak

untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak

dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Elizabeth B. Hurluck dalm buku Perkembangan Anak

Page 20: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

yang diterjemahkan Meitasari Tjandrasa (1999: 93) mengemukakan pola asuh

orang tua dibedakan atas :

1. Otoriter, yaitu pola asuh yang mendasarkan pada aturan yang berlaku dan memaksa anak untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan keinginan orang tua.

2. Demokratis, yaitu pola asuh yang ditandai sikap orang tua yang mau menerima, responsive dan semangat memperhatikan kebutuhan anak dengan disertai pembatasan yang terkontrol.

3. Laissez faire, yaitu pola asuh orang tua yang memberikan kebebasan penuh kepada anaknya untuk membuat keputusan sendiri sesuai dengan keinginan dan kemauannya, ini mengarah pada sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anak.

Dengan berbagai pola asuh tersebut harus disesuaikan dengan`kepribadian

anak, karena hal tersebut berhubungan dengan sikap dan perilaku anak dalam

kehidupan sehari-hari. Orang tua harus berperan sebagai seorang pemimpin dalam

sebuah keluarga, tetapi pemimpin yang baik harus dapat bertindak sebagai teman

bagi anak. Orang tua tetap harus menjaga kewibawaan sebagai orang tua agar

anak dapat tetap bersikap hormat.

Dari ketiga pola asuh yang dijelaskan diatas, pola asuh yang paling baik

diterapkana dalah pola asuh demokratis. Karena dengan menanamkan pola asuh

ini orang tua akan dengan mudah mengadakan hubungan timbal balik atau

hubungan saling memberi dan menerima antara orang tua dengan anak. Dan orang

tua akan menerapkan aturan-aturan tersebut dan tidak merasa terkekang. Bahkan

dengan pola asuh ini anak akan merasa terbuka, dan menghargai orang tuanya.

Mengingat bahwa dalam menuju kemandirian belajar, seorang siswa akan

senantiasa melepaskan rasa ketergatungan pada orang tuanya. Maka seorang anak

menginginkan kebebasan dan kebijakan orang tua dalam berperilaku untuk

mencapai tujuan belajarnya. Untuk itu walaupun orang tua memberikan

pengawasan kepada anak, orang tua tetap perlu memberikan kebebasan secara

bertahap dan menumbuh kembangkan tanggung jawab sebagai seorang siswa

dalam mencapai kebutuhan belajarnya. Pola asuh dari orang tua terhadap anak

juga akan terbawa pada perilaku anak jika sudah berada dalam lingkungannya dan

bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Page 21: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Selaian faktor keluaraga faktor yang berhubungan dengan kemandirian

belajar adalah pergaulan peer group atau pergaulan kelompok teman sebanya.

Setelah keluar dari lingkungan keluarganya, anak akan tumbuh dan berkembang

dalam dua dunia, yaitu dunia orang dewasa (orang tua, guru, pemimpin

masyarakat, pejabat, dan lain-lain) dan dalam dunia sebayanya (teman sekolah,

teman bermain, teman dalam organisasi, dan teman-teman lainnya). Pada masa

remaja dimana kehidupan anak banyak ditentukan oleh lingkungan sebayanya.

Kelompok sebaya ini sering disebut dengan peer group. Ada sejumlah unsur

pokok dalam pengertian kelompok sebaya (peer group) menurut ST.Vembriarto

(1990: 60), yaitu :

1. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang berhubungan diantara anggota intim, 2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial, 3. Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa.

Anak memasuki kelompok sebaya secara alamiah dan bermula sejak dia

memasuki kelompok permainan dengan anak-anak dilingkungan tetangganya.

Setelah memasuki sekolah, anak terlibat dalam kelompok sebaya yang lebih besar,

yaitu teman-teman sekelasnya. Anak akan menghadapi kemungkinan pilihan

kelompok sebanyanya yang bermacam-macam, yaitu dari teman sekolah, teman

bermain, atau teman dalam suatu organisasi. Anak harus dapat betul-betul

memilih teman dalam bergaul agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak

baik dan dapat membawa dampak negatif bagi anak. Seperti halnya yang

dikemukakan oleh Kohlberg dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan (2006: 73)

“kehidupan remaja pada saat ini ingin diterima oleh teman-temannya, sehingga

tindakan cenderung ingin disesuaikan dengan apa yang diharapkan lingkungan

sebayanya.

Kelompok teman sebaya atau pergaulan peer group mempunyai peranan

penting dalam penyesuaian diri anak dan persiapan bagi kehidupan dimasa

mendatang, serta berpengaruh terhadap pandangan dan perilaku, karena remaja.

Remaja pada pada umur ini sedang berusaha untuk tidak tergantungan pada orang

Page 22: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

lain terlalu tinggi sehingga seorang anak yang masih mempunyai tanggung jawab

terhadap kebutuhan belajarnya akan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang

dihadapainya sendiri. Karena salah satu sifat yang muncul pada remaja adalah

berusaha melepaskan diri dari ketergantungan orang tua dan bergabung dengan

dengan teman-teman sebayanya.

Suatu kelompok sebaya atau peer group dapat menimbulkan hubungan

timbal balik bagi para anggotanya, sehingga dalam kelompok itu dapat saling

bertukar informasi, melatih kreatifitas dalam mencari bahan pelajaran, bertukar

pengalaman dan dapat saling berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan

dalam belajar. Dengan belajar mandiri tidak dimaksudkan anak-anak untuk belajar

secara individualis, bahkan sebaliknya. Situasi dibina untuk belajar berkelompok

dan setiap anak menjadi patner sesamanya. Dalam kelompok ditanamkan rasa

kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama dan bergotong royong, saling

mambantu dan mengoreksi tanpa merasa tersinggung, menghargai pendapat dan

pendirian sesamanya, serta mampu membedakan antara seseorang sebagi persona

dengan pendapat orang lain.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Pergaulan

Peer Group dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1

Jogorogo Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas akan muncul

berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Dalam dunia pendidikan diperlukan kemandirian belajar untuk mampu

beradaptasi dengan berbagai tuntutan dalam dunia pendidikan yang semakin

berkembang.

2. Kemandirian merupakan bagian dari kepribadian seseorang, sehingga faktor

yang mempengaruhi kepribadian akan berpengaruh pada kemandirian.

3. Setiap anak mempunyai kepribadian yang berbeda sehingga pola asuh yang

diterapkan orang tua harus disesesuaikan dengan kepribadian anak.

Page 23: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

4. Kelompok teman sebaya atau pergaulan peer group mempunyai peranan

penting dalam pembentukan perilaku anak.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah sangat diperlukan dalam penelitian agar

permasalahan yang diteliti dapat dikaji dan dijawab secara mendalam serta tidak

menimbulkan meluasnya masalah yang dikaji. Pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemandirian belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu

perilaku dalam kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengaktualisasikan

diri secara optimal dengan tidak hanya bergantung dengan penyediaan

(supervisor) dan pengarahan guru yang terus menerus, namun mampu

berinisiatif, mampu bekerja sendiri, bertanggung jawab atas pekerjaannya,

serta memiliki tingkat ketergantungan yang relatif rendah pada orang lain

untuk mencapai tujuan belajarnya.

2. Pola asuh orang tua yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kebiasaan

orang tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara, dan membesarkan

anak.

3. Pergaulan peer group atau kelompok teman sebaya yang dimaksudkan dalam

penelitian ini merupakan suatu hubungan sosial antar individu atau antar

kelompok yang memiliki persamaan usia atau status/posisi sosial. Dalam

penelitian ini adalah pergaulan kelompok sebaya remaja.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah yang telah dikemukakan diatas maka dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar

siswa kelas XI IPS SMA Negeri?

Page 24: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Apakah ada hubungan antara pergaulan peer group dengan kemandirian

belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri?

3. Apakah ada hubungan secara bersama-sama antara pola asuh orang tua dan

pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA

Negeri?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan faktor yang penting di dalam melakukan

penelitian sebab dengan adanya tujuan, penelitian akan dapat memberikan

gambaran yang jelas mengenai arah penelitian yang akan dicapai. Tujuan yang

akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian

belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pergaulan peer group dengan kemandirian

belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri.

3. Untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara pola asuh orang tua

dan pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS

SMA Negeri.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka hasil

penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

ilmu pengetahuan khususnya yang ada kaitannya dengan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini.

b. Dapat berguna dalam bidang ilmu pengetahuan dan pihak-pihak yang

membutuhkan, serta sebagai bahan pertimbangan, perbandingan dan

Page 25: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

penyempurnaan bagi penelitian selanjutnya yang menaruh pada bidang

pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai masukan bagi siswa akan pentingnya kemandirian belajar

sehingga tidak selalu bergantung pada orang lain dalam belajar.

b. Bagi Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua untuk

dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan anak-anaknya untuk

menciptakan lingkungan keluarga yang lebih kondusif.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan memberikan masukan

bagi sekolah dalam usaha untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.

d. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan referensi untuk memperoleh tambahan pengetahuan bagi

peneliti.

Page 26: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang

konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan

permasalahan. Dalam permasalahan ini peneliti menggunakan teori-teori sebagai

berikut:

1. Tinjauan Tentang Kemandirian belajar

a. Pengertian Kemandirian Belajar

1) Pengertian Kemandirian

Kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang dapat mengantarkan

manusia pada sukses dalam menjalankan hidup dan kehidupan bersama dengan

orang lain. Menurut Basri (2000: 53) “Kemandirian berasal dari kata mandiri yang

dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri”. Lie dan Prasasti (2004: 2) menyatakan

bahwa “Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas

sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan

perkembangan dan kapasitasnya”. Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1994: 57)

menyatakan “Kemandirian adalah kemampuan mengakomudikasi sifat-sifat baik

manusia, untuk ditampilkan didalam sikap dan perilaku yang tepat mendasarkan

situasi dan kondisi yang dihadapi oleh seorang individu”. Sementara menurut Gea

(2002: 146) “Mandiri adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan keinginan

dan kebutuhan hidupnya dengan kekuatan sendiri”.

Orang yang mandiri senantiasa akan mampu berdiri sendiri seperti yang

dijelaskan oleh Mudjijono (1997: 85) bahwa, “Pengertian berdiri sendiri bukan

berarti harus bekerja sendiri tanpa kerjasama dengan siapapun dan bukan

merupakan menyendiri atau tertutup”. Pada dasarnya orang seseorang tidak dapat

hidup tanpa bantuan dan campur tangan orang lain, hanya saja orang yang mandiri

akan lebih memiliki ketergantungan pada orang lain dan lingkunganya yang relatif

Page 27: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kecil, karena secara kodrati manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup

sendiri dan lepas dari orang lain.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian kemandirian

mengandung unsur :

a) Berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain.

b) Sedikit bimbingan dalam melakanakan tugas sehari-hari dengan penuh

percaya diri.

c) Mengandalkan kekuatan sendiri dengan penuh inisiatif tetapi tetap

bertanggung jawab.

2) Pengertian Belajar

Winkel (1996: 53) menyatakan bahwa, “Belajar adalah aktivitas mental

(psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai dan sikap”. Pendapat

lain dikemukakan oleh Slameto (1995: 2) yang menyatakan bahwa, “Belajar

adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian belajar

mengandung unsur :

a) Aktivitas mental (psikis) yang menghasilkan perubahan menghasilkan

perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai dan sikap.

b) Suatu usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru secara

keseluruhan.

3) Pengertian Kemandirian Belajar

Berdasarkan uraian diatas kita dapat ketahui bahwa pengertian

kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam bertindak untuk memenuhi

berbagai kebutuhan hidupnya ataupun keinginannya dengan kertgantungan yang

relatif kecil pada bantuan orang lain. Sedangkan pengertian belajar adalah usaha

sadar yang dilakukan subjek belajar yang dapat menghasilkan perubahan kualitas

Page 28: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tingkah laku, baik potensial maupun aktual yang berbentuk kemampuan-

kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama (konstan).

Menurut Brookfield yang dikutip dari Kuswandi (2002: 2) dikatakan

bahwa, “Kemandirian belajar merupakan suatu kegiatan belajar yang dilakukan

oleh siswa dengan menetukan tujuan belajarnya, merencanakan proses belajarnya,

menggunkan sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan akademis, dan

melakukan kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan belajarnya”.

Sedangkan menurut Knowles, M yang dikutip dari Kuswandi (2002: 2)

menyatakan bahwa, “Kemandirian belajar menunjukkam bahwa siswa tidak

bergantung pada penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus

menerus, tetapi juga mempunyai kreatifitas dan inisiatif sendiri, serta mampu

bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya”.

Menurut Haris Mudjiman (2009: 7), “Belajar mandiri dalam kegiatan belajar

aktif yang mendorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetisi

guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau

kompetisi yang dimiliki”. Dalam belajar mandiri seorang siswa harus mempunyai

keberanian didalam mengutarakan pendapat, aktif bertanya, berdiskusi atau minta

penjelasan kepada guru, teman, atau kepada orang lain bila belum jelas. Siswa

yang mempunyai sikap kemandirian akan tampak, karena didalam melakukan

tugas-tugas atau kegiatan belajar akan bersungguh-sungguh dalam mencari data

atau informasi dari berbagai sumber dan tidak menggantungkan pada arahan,

bimbingan, dan pengawasan dari orang lain.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian kemandirian

belajar mengandung unsur :

a) Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan mengaktualisasikan diri

secara optimal dan sadar akan kebutuhan belajarnya.

b) Tidak bergantung pada penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang

terus menerus.

Page 29: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c) Kegiatan belajar guna mengatasi suatu masalah yang dibangun dengan

pengetahuan atau kompetisi yang dimiliki serta mampu berinisiatif serta

memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1994: 57) mengungkapkan

ciri-ciri kemandirian dalam diri anak antara lain yaitu:

1) memiliki kepribadian, 2) jujur dan mampu bersaing, 3) berani merebut kesempatan, 4) dapat dipercaya, 5) mempunyai cita-cita, 6) sikap rajin, 7) senang bekerja atau bekerja keras, 8) tekun, gigih, dan disiplin, 9) mampu bekerja sama, 10) terbuka pada kritik dan saran, 11) tidak mudah putus asa.

Mudjijono (1997: 86) mengemukakan ciri-ciri sikap mandiri dalam diri

anak yaitu, “1) dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, 2) tidak mudah

dipengaruhi orang lain, 3) percaya diri akan berhasil, 4) dapat mengatasi

masalah”.

Sedangkan menurut Haris Mudjiman (2009: 14) ciri-ciri belajar mandiri

adalah sebagi berikut:

1) Kegaitan belajarnya bersifat Selfdirecting – mengarahkan diri sendiri, tidak dependent.

2) Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman, bukan mengharapkan jawaban dari guru atau orang luar.

3) Tidak mau didikte guru, karena tidak mengharap jawabannya secara terus menerus diberitahu what to do.

4) Orang dewasa mengharapkan immediate application dari apa yang dipelajari dan tidak dapat menerima delayed application.

5) Lebih senang dengan problem-cetered learning dari pada content-centered learning.

6) Lebih senang dengan partisipasi aktif dari pada pasif mendengarkan ceramah guru.

7) Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki (konstruktivistik), karena sebagai orang dewasa mereka tidak datang belajar ‘dengan kepala kosong.

8) Lebih menyukai collaborative learning, karena belajar dan tukar pengalaman dengan sama-sama orang dewasa menyenangkan dan bisa sharing responsibility.

Page 30: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

9) Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik dilakukan - dalam batas tertentu – bersama siswa atau gurunya.

10) Activities are experimental, not transmittedand absorved – belajar harus dengan berbuat, tidak cukup hanya mendengarkan dan menyerap. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri kemandirian

belajar mengandung unsur :

1) Jujur dan mampu bersaing

Orang yang mandiri akan selalu objektif. Ia akan selalu berbuat jujur dengan

segala konsekuensinya dan akan bersaing dengan sehat.

2) Berani merebut kesempatan

Seseorang yang mandiri cenderung memiliki sikap yang berani, karena

memandang kesempatan tidak akan datang dua kali sehingga kesempatan yang

datang akan dimanfaatkan sebaik mungkin.

3) Senang bekerja atau bekerja keras

Kemandirian merupakan pengaktualisasian diri sendiri secara optimal, dan

semua potensi akan dapat berkembang jika dilakukan dengan kerja keras.

4) Tekun, gigih, dan disiplin

Orang yang mandiri akan tekun, guigih, dan disiplin dalam mencapai

keberhasilan karena tidak suka bergantung pada orang lain.

5) Terbuka pada kritik dan saran

Kritik dan saran dijadikan untuk membangun dan memperbaiki diri.

6) Tidak mudah putus asa

Orang yang mandiri akan melakukan segala sesuatu dengan optimal, untuk itu

tidak akan mudah putus asa.

7) Dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dalam batas tertentu

Orang yang mandiri bukan berarti tidak memerlukan orang lain, tidak akan

selalu bergantung pada orang lain namun tetap membutuhkan orang lain

dalam batas tertentu. Dalam kaitannya dengan belajar, orang yang mandiri

tidak akan bergantung terus menerus kepada guru atau teman.

8) Percaya diri akan berhasil

Page 31: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Dengan mengenali potensi yang ada pada dirinya, orang yang mandiri akan

percaya memperoleh suatu kemandirian.

9) Dapat mengatasi masalah

Orang yang mandiri akan dapat mengatasi masalahnya dengan

kemampuannya sendiri dangan sekecil mungkin melibatkan orang lain.

10) Paham terhadap tujuan dalam aktifitas belajarnya.

c. Karakteristik Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar merupakan perilaku yang dapat mengantarkan

manusia pada sukses dalam menjalani hidup dan kehidupan bersama dan dengan

orang lain. Kegiatan belajar mandiri diawali dengan kesadaran adanya masalah,

disusul dengan timbulnya niat melakukan kegiatan belajar secara sengaja untuk

mengatasi suatu kompetensi yang diperlukan guna mengatasi suatu masalah.

Orang yang memiliki kemandirian belajar merupakan ciri dari manusia yang

berkualitas. Dengan demikian karakteristik manusia yang berkualitas menurut

Hadari nawawi dan Mimi Martini (1994: 56-57) yaitu:

Karakteristik manusia yang berkualitas adalah individu yang memiliki kepribadian mandiri dengan sifat dan sikap rajin, senang bekerja, sanggup bekerja keras, tekun, gigih, berdisiplin, berani merebut kesempatan, jujur, mampu bersaing dan mampu pula bekerja sama, dapat dipercaya dan mempercayai orang lain, mempunyai cita-cita dan tahu apa yang harus diperbuat untuk mewujudkannya, terbuka pada kritik dan saran, tidak putus asa.

Dengan demikian kegiatan belajar berlangsung dengan atau tanpa bantuan

orang lain. Maka belajar mandiri secara fisik dapat berupa kegiatan belajar

mandiri, atau bersama orang lain, dengan atau tanpa bantuan guru professional.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Kemandirian merupakan bagian dari kepribadian seseorang, sehingga

faktor yang mempengaruhi kepribadian akan berpengaruh pada kemandirian.

Hurlock yang dikutip Dwi Siswoyo, dkk (1989: 9) mengemukakan bahwa

Page 32: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

“Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh keluarga misalnya perlakuan ibu

terhadap anak, Sekolah mialnya perlakuan guru dan teman sebaya, Media

Komunikasi massa misalnya sikap terhadap agama yang kuat, pekerjaan individu

yang menuntut sikap tertentu”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Suhartini (2005: 4) yang mengatakan

bahwa “Kemandirian dapat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, kecerdasan

emosional seseorang, serta tingkat pendiddikan”. Bimo Walgito (1997: 46)

mengemukakan bahwa “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian

adalah faktor indogen dan eksogen”.

Penjelasan lebih lanjutnya yaitu sebagai berikut:

1) Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri yang terdiri dari

a) Faktor fisiologi yaitu kondisi fisik yang sehat atau tidak sehat. Kondisi

siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki

kondisi fisik yang sehat akan lebih berkonsentasi dalam belajarnya,

sehingga siswa akan lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajarnya.

b) Faktor sikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi kemandirian

misalnya bakat, minat, dan keceerdasan. Anak yang memiliki bakat, minat,

dan kecerdasan akan memiliki kemampuan untuk mandiri sebab mereka

akan mengarahkan diri sendiri dalam mengembangkan kemampuannya.

2) Faktor eksogen yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri sendiri yaitu

a) Faktor yang berasal dari keluarga. Peran orang tua sangat menentukan

perkembangan anak-anaknya. Watak, sikap, kemandirian anak akan

terbentuk karena pengaruh keluarga, sehingga interaksi dalam keluarga

akan sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkan kemandirian.

b) Faktor yang berasal dari sekolah yaitu proses belajar dan pergaulan dengan

teman. Disekolah anak akan berinteraksi dengan guru dan teman-

temannya. Guru akan mengarahkan siswa dalam ketercapaian kedewasaan

dan kemandirian dalam belajar. Sedangkan dengan teman sekolahnya

kemandirian belajar akan terbentuk karena adanya rasa persaingan dalam

memperoleh prestasi yang semaksimal mungkin.

Page 33: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c) Faktor yang berasal dari masayarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan

pergaulan masyarakat. Lingkungan masyarakat secara langsung maupun

tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan Faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian belajar mengandung unsur :

1) Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (faktor internal) antara lain :

a) Usia dan jenis kelamin

Semakin bertambah usianya maka akan semakin tinggi kemandiriannya,

namun antara laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kemandirian yang

berbeda. Perempuan mengalami kesulitan yang lebih besar dibandingkan

dengan laki-laki.

b) Kecerdasan Emosional seseorang

Kecerdasan emosional merupakan himpunan bagian dari kecerdasan yang

melibatkan kemampuan memantau perasaan emosi baik pada diri sendiri

maupun orang lain. Dengan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi anak

akan memiliki kemampuan mandiri sebab bisa mengendalikan dan

mengarahkan diri dalam bertindak.

c) Kondisi fisik yang sehat atau tidak sehat. Siswa yang memiliki kondisi

fisik yang sehat akan lebih berkonsentasi dalam belajarnya, sehingga siswa

akan lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajarnya.

d) Faktor sikologis. Anak yang memiliki bakat, minat, dan kecerdasan akan

memiliki kemampuan untuk mandiri sebab mereka akan mengarahkan diri

sendiri dalam mengembangkan kemampuannya.

2) Faktor yang berasal dari luar diri seseorang (faktor eksternal) antara lain :

a) Keluarga

Dalam keluarga akan selalu mengalami sebuah hubungan antara orang tua

dengan anak maupun anak dengan anak, sehingga antara anggota keluarga

yang satu dengan anggota keluarga yang lain tidak dapat lepas dari

pengaruh yang terjadi akan menentukan hasil perkembangan aspek-aspek

tertentu dalam diri seseorang yang selanjutnya akan mempengaruhi sifat,

Page 34: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

watak, dan kepribadian. Kepribadian inilah nantinya yang akan

mempengaruhi kemandirian dalam diri anak.

b) Sekolah

Didalam sekolah akan terjadi inetraksi antara siwa dengan guru dan siswa

dengan teman-temannya. Melalui interaksi dengan guru, maka guru akan

mengarahkan pada siswa dalam rangka ketercapaian kemandirian subjek

belajar. Sedangkan dalam interaksi dengan teman disekolah, subjek

kemandirian akan terbentuk karena memiliki ego yang sama

mengakibatkan persaingan yang harus dilakukan dengan sendiri.

c) Masayarakat

Faktor yang berasal dari masayarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan

pergaulan masyarakat. Lingkungan masayarakat secara langsung maupun

tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang

d) Media komunikasi massa

Isi dari media massa akan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang,

maka seseorang harus dapat memilih media yang baik agar dapat

menciptakan kapasitas kemandirian yang baik.

e) Agama

Agama akan mengajarkan sesuatu yang baik, termasuk sifat jujur, disiplin,

kerja keras, tanggung jawab, dan yang lainnya. Sifat tersebut merupakan

ciri kemandirian. Dengan memiliki keyakinan agama yang kuat dan

mengaktualisasikan maka akan mempengaruhi kemandiriannya.

f) Pekerjaan atau aktifitas

Pekerjaan atau aktifitas menuntut orang untuk memilliki kecakapan tertentu

seperti, kerja keras, disiplin, inisiatif, dan tanggung jawab. Jika seseorang

menampilkan sifat-sifat tersebut secara kontinue akan berpengaruh pada

kapasitas kemandirian seseorang.

g) Tingkat pendidikan

Page 35: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Melalui pendidikan formal, ranah koqnitif, afektif, dan psikomotor

terbentuk, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin

tinggi pula tingkat kemandiriannya.

e. Validitas Kemandirian Belajar

Kegiatan belajar mandiri diawali dengan kesadaran adanya masalah

disusul dengan timbulnya niat untuk melakukan kegiatan belajar secara sengaja

untuk menguasai suatu kompetensi yang dikuasai untuk mengatasi masalah. maka

belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan

belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan

motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu

sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di

dunia nyata. Kegiatan belajar berlangsung dengan atau tanpa bantuan orang lain.

Menurut Knowles, M yang dikutip dari Kusmadi (2002:2) menyatakan bahwa

“Kemandirian belajar menunjukkan bahwa siswa tidak bergantung pada

penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus menerus, tetapi juga

mempunyai kreatifitas dan inisiatif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan

merujuk pada bimbingan yang diperolehnya”.

Tentang ciri kemandirian belajar Gea (2002:145) menyebutkan beberapa

hal yaitu “Percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan

keterampilan, menghargai waktu dan bertanggung jawab”. Kemandirian bukanlah

kemampuan yang dibawa anak sejak lahir, melainkan hasil dari proses belajar

Kemandirian merupakan hasil dari interaksi individu dengan lingkungan selama

bertahun-tahun. Basri (2000:53) menyatakan bahwa “Kemandirian merupakan

hasil dari pendidikan. kemandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi

dengan penanaman disiplin yang konsisten sehingga kemandirian yang dimiliki

dapat berkembang secara utuh”. Secara singkat dikatakan bahwa kemandirian

belajar merupakan hasil dari proses belajar.

f. Indikator Kemandirian Belajar

Page 36: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu kemandirian belajar

dengan indikator-indikatornya, yaitu:

1) Tanggung jawab terhadap kebutuhan belajar

2) Tidak bergantung pada orang lain

3) Percaya diri

4) Mempunyai inisiatif yang tinggi

Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian belajar

adalah siswa yang memiliki tanggung jawab terhadap kebutuhan belajar, tidak

bergantung pada orang lain, percaya diri, mempunyai inisiatif yang tinggi.

2. Tinjauan Pola asuh orang tua

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi salah satu diantara yaitu

mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anak-anaknya orang tua dipengaruhi

oleh budaya yang ada dilingkungannya. Disamping itu juga diwarnai oleh sikap-

sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra putrinya.

Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan anak.

Menurut Soedomo Hadi (2003: 22) mengatakan bahwa “Orang tua adalah

ayah dan ibu yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya”.

Sedangkan menurut Singgih D Gunarso (2000: 55) “Pola asuh orang tua

merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua

menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak”.

Istilah pola asuh orang tua pada umumnya diartikan secara sederhana yaitu

kebiasaan orang tua yang diterapkan dalam mengasuh dan membesarkan anak

dirumah. Kebiasaan yang dimaksud, menunjukkan adanya kecenderungan yang

mengarah pada pola pengelolaan dan perawatan terhadap anak. Pola asuh orang

tua juga dapat dikatakan sebagai perwujudan tanggung jawab dalam pembentuk

kedewasaan anak. Kebiasaan ini cenderung mengarah pada pola tertentu yang

selaras dengan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki sebagai pimpinan dalam

sebuah keluarga

Page 37: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian pola asuh

orang tua mengandung unsur :

1) Perlakuan orang tua terhadap anak.

2) Kebiasaan orang tua yang diterapkan dalam mengasuh, memelihara, dan

membesarkana anak.

3) Memiliki pola atau kecenderungan tertentu.

b. Bentuk-Bentuk Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua dalam membesarkan anak terbagi menjadi beberapa

bentuk. Elizabeth Hurlock dalam buku Perkembangan Anak yang diterjemahkan

Meitasari Tjandrasa (1999: 205) “Metode yang dipilih sebagai metode pendidikan

anak, yaitu otoriter, permisif atau demokratis…”. Sedangkan cara-cara

kepemimpinan yang diujicobakan Lewin, Lippit dan White dalam sebuah

eksperimen antara lain otoriter, demokratis, dan atau laisses faire (WA Gerungan,

1990: 131).

Selain itu disebutkan juga dalam buku Perkembangan Anak yang

diterjemahkan Meitasari Tjandrasa (1999: 93) mengemukakan pola asuh orang tua

dibedakan atas :

a. Otoriter, yaitu pola asuh yang mendasrkan pada aturan yang berlaku dan memaksa anak untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan keinginan orang tua. b. Demokratis, yaitu pola asuh yang ditandai sikap orang tua yang

mau menerima, responsive dan semangat memperhatikan kebutuhan anak dengan disertai pembatasan yang terkontrol.

c. Laissez faire, yaitu pola asuh orang tua yang memberikan kebebasan penuh kepada anaknya untuk membuat keputusan sendiri sesuai dengan keinginan dan kemauannya, ini mengarah pada sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anak.

Menurut Elizabeth B Hurlock dalam T.O. Ihromi (1999: 51) “pola asuh

yang digunakan orang tua kepada anak-anaknya bersifat otoriter, demokratis dan

permisif“. Sedangkan menurut Roe dalam jurnal TRIADIK (2002: 111)

Mengkatagorikan pola asuh orang tua terhadap anak menjadi tiga jenis.

Page 38: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

1) Pola asuh orang tua yang suka memberikan perhatian sangat berlebihan kepada anak, yang bisa teralu melindungi atau terlalu menurut. Orang tua yang terlalu melindungi memenuhi kebutuhan fisik anak secara cepat tetapi kurang dalam memuaskan kebutuhan cinta dan penghargaan. Orang tua yang menuntut kebutuhan fisik dan kebutuhan cinta, tetapi cinta diberikan sebagai pengganti dari pencapaian dan kepatuhan anak.

2) Pola pengasuhan orang tua yang cenderung menghindar, yaitu yang mengabaikan kebutuhan fisik anak atau menolak anak secara emosional.

3) Pola pengasuhan orang tuanyang menerima atau mencintai anak, yaitu yang memuaskan kebutuhan anak pada hampir semua level.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa pola asuh

orang tua terbagi menjadi tiga unsur, yaitu:

1) Pola asuh bersifat otoriter

2) Pola asuh bersifat liberal (Laissez faire)

3) Pola asuh bersifat demokratis

c. Karakteristik Pola Asuh Orang Tua

1) Pola asuh otoriter

Dalam bentuk pola asuh orang tua yang otoriter, orang tua dalam

memenuhi kebutuhannya cenderung suka memaksakan kehendak, dan orang tua

memiliki peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anak. Orang tua selalu

mengatur kehidupan anak dan cenderung menghukum jika tidak sesuai dengan

keinginan orang tua. Hal tersebut didukung oleh pendapat Darnel powell dan

Derek S Hopson (penerjemah: Lala herawati, 2002: 162), “Orang tua yang otoriter

selalu mengontrol dan biasanya percaya pada pepatah tidak menghukum berarti

memanjakan anak”. Pola asuh orang tua semacam ini biasanya menerapkan

hukuman secara fisik.

Karakteristik orang tua yang otoriter menurut Suherman (2002: 8) adalah :

a) Orang tua menentukan segala sesuatu

b) Anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya

c) Keinginan atau cita-citanya tidak dapat perhatian

d) Sikap orang tua berdasarkan prinsip ganjaran atau hukuman

Page 39: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan karakteristik pola asuh

orang tua yang bersifat otoriter mengandung unsur :

a) Segala sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan anak ditentukan oleh

orang tua.

b) Orang tua memberikan aturan-aturan yang kaku dalam mendidik anak.

c) Anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atau tanpa

ada konsultasi.

Dimana hal seperti ini dapat menyebabkan hubungan antara anak dan orang

tua menjadi renggang sehingga komunikasi tidak dapat berjalan dengan lancar

karena hanya terjadi komunikasi yang satu arah, dimana orang tua yang

menentukan segala sesuatu.

2) Pola asuh demokratis

Pada pola asuh demokratis ditandai dengan komunikasi yang baik, antara

orang tua dengan anak selalu terjadi komunikasi timbal balik dan hubungan

memberi dan menerima. Aturan-aturan yang diberikan dapat diterima anak karena

mendapatkan penjelasan dan alasan yang jelas. Yang lebih utama yaitu anak

diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, perasaan, dan keinginannya.

Menurut Moh Shochib (1998: 4), “Pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis

menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara anak dengan orang tua dan

adanya kehangatan yang membuat anak remaja merasa diterima oleh orang tua

sehingga ada pertautan perasaan”.

Orang tua berperan sebagai pemimpin dalam sebuah keluarga. Menurut

Gerungan (1990:40), “Pada tipe kepemimpinan demokratis, pemimpin bertindak

sebagai teman yang memberikan bantuan kepada anggota kelompoknya yang

mana bantuan itu diperlukan dan memberikan keterangan tugas sebaik-baiknya”.

Menurut Sukarna (1990: 47), “Kepemimpinan demokratik dalam mengambil

keputusan tidak atas kehendak sendiri tapi didasarkan atas pertimbangan

pertimbangkan yang disampaikan oleh bawahannya atau pengikutnya”. Dalam hal

Page 40: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

ini yang dimaksud pemimpin adalah orang tua dan yang disubut bawahan adalah

anak.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan karakteristik pola asuh

orang tua yang bersifat demokratis mengandung unsur :

a) Pola asuh yang memiliki komunikasi dua arah yaitu antara anak dan orang

tua sehingga mampu bekerja sama.

b) Mempertimbangkan suatu keputusan.

c) Menerima pendapat kritik, atau saran.

3) Pola asuh permisif / liberal (Laissez faire)

Pada pola asuh liberal ditandai dengan memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya pada anak untuk menentukan tingkah lakunya sendiri tanpa memberikan

batasan-batasan dan kendali dari orang tuanya. Semua keputusan diserahkan

kepada anak serta orang tua jarang memberikan pengarahan pada anak. Anak

sidikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab dan kewajiban. Hal tersebut

didukung oleh pendapat menurut Suherman (2000: 9) “Pada orang tua yang

menunjukkan sikap liberal, orang tua mempunyai anggapan bahwa anak dianggap

sebagai manusia dewasa yang dapat mengambil tindakan atau keputusan sendiri

menurut kehendaknya tanpa bimbingan”.

Menurut Darlene Powell dan Derek S. Hopson (penerjmah: Lala Herawati,

2002: 163), “Orang tua yang bebeas tidak menerapkan disiplin yang cukup kepada

anak-anak. Mereka percaya bahwa anak didorong untuk berfikir secara mandiri”.

Menurut Gerungan (1990: 133). “Pemimpin yang liberal menjalankan peranan

yang pasif, sebagai seseorang yang hanya menonton saja. … ia berada ditengah-

tengah kelompok, tetapi tidak berinteraksi, dan berperilaku seperti seorang

penonton”.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan karakteristik pola asuh

orang tua yang bersifat liberal (Laissez faire) mengandung unsur :

a) Orang tua cenderung acuh karena anak sudah dianggap dewasa.

b) Orang tua yang bertanggung jawab dalam keluarga tidak menerapkan

kontrol.

Page 41: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

c) Orang tua tidak menerapkan disiplin atau aturan yang cukup kepada anak-

anaknya.

d. Faktor-faktor Pola Asuh Orang Tua

Dalam menentukan pola asuh terhadap anaknya, orang tua terkadang tidak

hanya menggunakan satu pola saja, namun ada kemungkinan menggunakan

gabungan antara pola asuh otoriter, liberal, dan demokratis. Namun demikian ada

kecenderungan dalam orang tua untuk lebih menyukai atau menggunakan pola

asuh tertentu. R. Diniarti M. Soe’oed yang dikutip T.O Ihromi (1999: 52)

menyebutkan faktor yang mempengaruhi penggunaan pola asuh orang tua

terhadap anak, yaitu:

1) Menyamakan diri dengan pola yang dipergunakan oleh orang tua mereka 2) Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat

disekitarnya 3) Usia orang tua 4) Kursus-kursus 5) Jenis kelamin orang tua 6) Status sosial ekonomi 7) Konsep peranan orang tua 8) Jenis kelamin anak 9) Usia anak 10) Kondisi anak

Sedangkan AN Markum (1999: 49) faktor yang mempengaruhi pola asuh

orang tua yaitu:

1) Faktor bawaan anak

2) Faktor kebasaan orang tua

3) Faktor kepribadian orang tua

Elizabeth B Hurlock alih bahasa Meitasari Tjandrasa (1999: 95)

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah

sebagai berikut :

1) Kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang digunakan orang tua 2) Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok 3) Usia orang tua 4) Pendidikan untuk menjadi orang tua

Page 42: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

5) Jenis kelamin orang tua 6) Status sosial ekonomi 7) Konsep mengenai peran orang tua dewasa 8) Jenis kelamin anak 9) Situasi 10) Usia anak

Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi

pola asuh orang tua adalah :

1) Menyamakan diri dengan pola yang dipergunakan oleh orang tua mereka

2) Usia orang tua dan anak

3) Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat disekitarnya

4) Kursus-kursus

5) Jenis kelamin orang tua

6) Status sosial ekonomi

7) Konsep peranan orang tua

8) Jenis kelamin anak

9) Faktor bawaan anak

10) Faktor kebiasaan orang tua

11) Faktor kepribadian orang tua

Untuk lebih jelanya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Usia orang tua dan anak

Orang tua dengan usia muda biasanya cenderung memilih pola asuh

demokratis atau liberal, sedangkan yang usianya tua biasanya cenderung

mengunakan pola asuh yang otoriter. Dan biasanya pola asuh yang otoriter

digunakan untuk mendidik anak kecil.

2. Lingkungan Masyarakat

Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat disekitarnya

Orang tua kerapkali menyamakan pola asuh seperti yang ada dilingkungannya.

3. Kursus-kursus

Page 43: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Orang tua yang yang telah mengikuti kursus persiapan persiapan perkawinan,

khususnya kursus pemeliharaan anak akan lebih siap dan mengerti tentang

kebutuhan anak sehingga menerapkan pola asuh demokratis.

4. Jenis kelamin orang tua

Umumnya seorang ibu lebih mengerti tentang anak sehingga menggunakan

pola asuh demokratis. Biasanya orang tua memperlakukan anak sesuai dengan

jenis kelaminnya. Anak perempuan biasanya dijaga lebih ketat dan cenderung

lebih otoriter, sedangkan anak laki-laki cenderung lebih demokratis atau

liberal.

5. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi orang tua akan mempengaruhi sikap dan perilaku.

Dengan sikap dan perilaku tersebut akan mempengaruhi juga pada pola asuh

orang tua kepada anaknya.

6. Pendidikan orang tua

Orang tua yang berpendidikan tinggi biasanya cenderung menggunakan pola

asuh demokratis atau liberal, karena selalu mengikuti perkembangan zaman

dan lebih luwes. Sedangkan orang tua yang kurang berpendidikan cenderung

menggunakan pola asuh otoriter.

7. Faktor bawaan anak

Pembawaan yang ada pada diri setiap anak selalu berbeda-beda, ini nantinya

sangat mempengaruhi pola asuh yang diberikan oleh orang tua.

8. Faktor kebiasaan orang tua

Kebiasaan orang tua akan mempengangaruhi bentuk pola asuh yang

diterapkan pada anak.

9. Faktor kepribadian orang tua

Orang tua yang berkepribadian baik akan menerapkan pola asuh yang baik

pada anak, sebaliknya orang tua yang memiliki kepribadian yang buruk akan

mempengaruhi pola asuh kepada anak.

10. Kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang digunakan orang tua

Page 44: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Orang tua akan mendidik anak mereka seperti bagaimana orang tuanya dulu

mendidik mereka. Bila orang tua menganggap pola yang diterapkan orang tua

mereka yang terbaik, maka ketika mempunyai anak mereka kembali memakai

pola yang mereka terima, dan begitupun sebaliknya

e. Validitas Pola Asuh Orang Tua

Menurut Singgih D Gunarso (2000: 55) “Pola asuh orang tua merupakan

perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan

kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak”. Menurut T.O.

Ihromi (1999: 51-52) :

1. Dalam pola asuh otoriter orang tua memiliki kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya, setiap pelanggalaran dikenakan hukuman. Sedikit sekali atau tidak pernah ada pujian atau tanda-tanda yang membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan tersebut. Tingkah laku anak dikekang secara kaku dan tidak ada kebebasan berbuat kecuali perbuatan yang sudah ditetapkan oleh peraturan. Orang tua tidak mendorong anak untuk mengambil keputusan sendiri atas perbuatannya, tetapi menentukan bagaimana harus berbuat. Dengan demikian anak tidak memperoleh kesempatan untuk mengendalikan perbuatan-perbuatannya.

2. Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan. Orang tua menekankan aspek pendidikan ketimbang aspek hukuman. Hukuman tidak pernah kasar dan hanya diberikan apabila anak dengan sengaja menolak perbuatan yang harus ia lakukan. Apabila perbuatan anak sesuai dengan apa yang patut ia lakukan, orang tua harus memberikan pujian. Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri.

3. Orang tua bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak. Dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak. Pola ini ditandai oleh sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dan tingkah lakunya. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orang tua bertindak. Pada pola ini pengawasan menjadi sangat longgar.

f. Indikator Pola Asuh Orang Tua

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan pola asuh orang tua dengan

indikator-indikatornya, yaitu:

Page 45: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1. Pola asuh otoriter

1. Memaksakan kehendak

2. Bersikap kaku dan keras

3. Tanpa ada konsultasi

2. Pola asuh liberal atau Laissez Faire

a. Kebebasan

b. Tidak ada aturan

c. Tidak ada kontrol

3. Pola asuh demokratis

a. Menerima pendapat, kritik, dan saran

b. Bekerja sama

c. Mempertimbangkan keputusan

Jadi yang dimaksud pola asuh orang tua dalam penelitian ini adalah

kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara, dan

membesarkana anak yang mengarah pada pola tertentu yakni pola asuh otoriter,

liberal atau Laissez Faire dan demokratis.

3. Tinjauan Tentang Pergaulan Peer Group

a. Pengertian Pergaulan Peer Group

Pada hakekatnya disamping sebagai makhluk individu manusia juga

sebagai makhluk sosial yang dituntut untuk dapat saling menjalin hubungan

dengan orang lain, termasuk dengan teman sebaya. Pergaulan adalah istilah yang

sering disebut-sebut orang untuk menjelakan tentang segala hal yang berkenaan

dengan hal-hal yang berhubungan dengan teman atau disebut dengan

persahabatan. Dalam pergaulan akan terjadi interaksi antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Dengan

kata lain pergaulan adalah hidup untuk berteman, kebersamaan atau

bermasyarakat.

Soejono Soekamto (1991: 69), “Dalam pergaulan akan terjadi interaksi

sosial dimana interaksi sosial itu berasal dari semua kehidupan sosial. Oleh karena

Page 46: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

itu tanpa interaksi sosial tidak ada kehidupan bersama”. Jadi pergaulan merupakan

awal dari kehidupan sosial dalam masyarakat. “Kelompok sebaya adalah suatu

kelompok yang anggotanya mempunyai persamaan usia dan status atau posisi

soaial” (Slamet Santosa, 1999:81).

Menurut Havinghurst dalam ST Vembriarto, (1990: 57), “Chrologically,

the peer group is the second major socializing”. Dari pendapat tersebut bahwa

kelompok sebaya (peer group) merupakan institusi sosial kedua setelah keluarga.

Ada sejumlah unsur pokok dalam pengertian kelompok sebaya (peer group)

menurut Vembriarto (1990: 60), yaitu :

1). Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang berhubungan diantara anggota intim, 2). Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial, 3). Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa.

Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian pergaulan Peer

Group mengandung unsur :

1) Kelompok primer yang saling berhubungan antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.

2) Terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status

atau posisi sosial.

3) Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok

remaja atau kelompok dewasa.

b. Karakteristik Pergaulan Peer Group

Pergaulan kelompok teman sebaya atau peer group merupakan suatu

hubungan sosial antar individu atau antar kelompok yang memiliki persamaan

usia atau status, dimana proses berlangsungnya atau proses interaksinya tidak

berjalan dalam satu kali hubungan saja, tapi meliputi hubungan yang terjalin

berulangkali dan saling mempengaruhi.

Page 47: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Menurut Kandel dalam Syamsu Yusuf (2002: 60), “…Karakteristik

persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan usia, jenis kelamin dan

ras“. Selain itu juga Syamsu Yusuf (2002: 60) telah mengkaji persahabatan di

kalangan kelompok sebanya dan menyebutkan bahwa faktor utama yang

menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara para remaja pada

umumnya adalah adanya kesamaan dalam minat, nilai-nilai pendapat dan sifat-

sifat kepribadian.

c. Ciri-ciri Pergaulan Peer Group

Kelompok sebaya atau Peer Group merupakan suatu hubungan sosial

antar individu atau antar kelompok yang memiliki persamaan usia atau status.

Ciri-ciri Kelompok sebaya atau peer group menurut Slameto Santoso (1999: 87-

88) yaitu: ”1). Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas, 2). Bersifat

sementara, 3). Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas,

4). Anggotanya adalah individu yang sebaya”.

Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat dijelaskan lebih rinci, yaitu :

1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas

Peer group atau kelompok sebaya terbentuk secara spontan, karena itu tidak

memiliki struktur organisasi yang jelas serta semua anggota kelompoknya

mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama, tetapi tetap ada yang menjadi

pemimpin dan biasanya yang paling disegani dan mendominasi dalam

kelompok.

2) Bersifat sementara

Kelompok sebaya atau peer group kemungkinan tidak akan bertahan lama

karena tidak terdapat struktur organisasi dan jika keinginan dari masing-

masing berbeda dan tidak terdapat kesepakatan. Dapat juga dipisahkan oleh

keadaan.

3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas

Setiap anggota dapat pula berasal dari dari lingkungan yang berbeda, untuk itu

kemungkinan mempunyai kebudayan yang berbeda pula. Dalam kelompok

Page 48: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sebaya atau peer group akan saling memperkenalkan kebiasaan dan akhrinya

dapat dijadikan suatu kebiasaan.

4) Anggotanya adalah individu yang sebaya

Kelompok sebaya atau peer group yang terbentuk secara spontan

beranggotakan individu-individu yang memiliki persamaan usia dan posisi

sosial. Misalnya anak SMA yang memiliki tingkat usia, dan keinginan serta

tujuan yang sama.

Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan ciri-ciri pergaulan Peer Group

yaitu :

1). Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas.

2). Bersifat sementara.

3). Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas.

4). Anggotanya adalah individu yang sebaya.

d. Latar Belakng Terbentuknya Peer Group

Menurut Slamet Santoso (1999: 83), “Latar belakang munculnya

kelompok sebaya yaitu: 1) adanya perkembangan proses sosialisasi; 2) kebutuhan

untuk menerima penghargaan; 3) perlu perhatian dari orang lain; 4) ingin

menemukan dunianya”. Dari latar belakang tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Adanya perkembangan proses sosialisasi

Dalam usia remaja seorang individu sedang belajar memperoleh kemantapan

dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Sehingga akan mencari kawan

yang memilliki perasaan, keinginan, dan kebutuhan yang sama. Dalam kelompok

indivdu akan saling berinteraksi dan berusaha memahami serta mengerti satu

sama lain agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.

2) Kebutuhan untuk menerima penghargaan

Secara psikologis individu membutuhkan penghargaan dari orang lain agar

mendapatkan kepuasan dari apa yang dicapainya. Oleh karena itu individu akan

Page 49: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

bergabung dengan kelompok sebayanya yang mempunyai kebutuhan psikologis

yang sama.

3) Perlu perhatian dari orang lain

Pada masa remaja individu akan berusaha mencari perhatian dari

lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan dalam organiasi remaja

didesanya. Individu memerlukan perhatian dari orang lain yang merasa senasip

dengannya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebaya dimana individu merasa

sejajar dan tidak merasakan adanya perbedaan status jika bergabung dengan dunia

orang dewasa.

4) Ingin menemukan dunianya.

Dalam kelompok sebaya individu akan menemukan dunianya sendiri yang

berbeda dengan orang dewasa.

Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan latar belakang terbentunya

pergaulan Peer Group yaitu :

1) Adanya perkembangan proses sosialisasi.

2) Kebutuhan untuk menerima penghargaan.

3) Perlu perhatian dari orang lain.

4) Ingin menemukan dunianya.

e. Bentuk-bentuk Peer Group

Penggolongan kelompok remaja menurut Elizabeth Hurlock dalam

Istiwidayanti (2000: 215) sebagai berikut :

1) Kelompok dekat 2) Kelompok kecil 3) Kelompok besar 4) Kelompok terorganisasi 5) Kelompok geng

Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Kelompok dekat

Biasa disebut teman karib, terdiri dari dua orang atau tiga orang mempunyai

jenis kelamin, minat, kemampuan hampir sama.

Page 50: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Kelompok kecil

Terdiri dari beberapa teman dekat, pada mulanya terdiri dari jenis kelamin

yang sama, namun kemundian meliputi jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

3) Kelompok besar

Terdiri dari beberapa kelompok teman dekat dan kelompok kecil lalu

berkembang dan meningkatkan minat dan interaksi antar mereka.

4) Kelompok terorganisasi

Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atau kepengurusan yang jelas

dan terwujud dalam organisasi sekolah atau masayarakat yang terbentuk untuk

memenuhi kebutuhan sosial remaja.

5) Kelompok geng

Remaja yang tidak puas dengan kelompok organisasi akan mengikuti

kelompok geng. Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok berjenis

kelamin sama dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi pergolakan

teman-teman melalui perilaku anti sosial.

Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bentuk-bentuk Peer Group

yaitu :

1) Kelompok dekat

2) Kelompok kecil

3) Kelompok besar

4) Kelompok terorganisasi

5) Kelompok geng

f. Fungsi Peer Group

Dalam peer group seseorang berlatih untuk bersosialisasi dengan angota

kelompoknya, bertukar informasi atau pengalaman hidupnya. Menurut Slameto

Santoso (1999: 85-87), menyebutkan fungsi peer group :

1). Mengajarkan kebudayaan, 2). Mengajarkan mobilitas sosial, 3). Membentuk peranan sosial yang baru, 4). Peer group sebagai sumber informasi, 5). Dalam peer group seseorang mencapai ketergantungan satu sama lain, 6). Peer group mengajar moral orang dewasa, 7). Didalam peer

Page 51: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

group orang dapat mencapai kebebasan diri, 8). Didalam peer group anak-anak harus mempunyai organisasi-organisasi soaial yang baru.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi Peer Group yaitu :

1) Mengajarkan kebudayaan

2) Mengajarkan mobilitas sosial

3) Peranan sosial yang baru

4) Sumber informasi

5) Ketergantungan satu sama lain

6) Mengajar moral orang dewasa

7) Dapat mencapai kebebasan diri

8) Mempunyai organisasi-organisasi soaial yang baru

g. Pengaruh Perkembangan Peer Group

Menurut Slamet Santoso (1999: 88) , “Pengaruh perkembangan peer

group mengakibatkan munculnya ‘in group’ dan ‘out group’ dan adanya kelas-

kelas sosial”. Pengaruh lain menurut Slamet Santoso, (1999: 89), “pengaruh lain

dari perkembangan kelompok sebaya adalah positif dan ada yang negatif”.

Pengaruh positif dari kelompok sebaya, antara lain:

1) Akan lebih siap menghadapi kehidupan mendatang

2) Dapat mengembangkan solidaritas antar kawan

3) Setiap anggota dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai

dengan kebudayaan yangdianggap baik

4) Dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan melatih bakatnya

5) Mendorong untuk bersikap mandiri

6) Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompoknya

Pengaruh negatif dari kelompok sebaya, antara lain:

1) Sulit menerima seseorang yang tidak memiliki persamaan

2) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk dalam kelompoknya

3) Menimbulkan rasa iri antar anggota lain yang tidak memiliki kesamaan

dengannya

Page 52: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

4) Timbul persaingan antar kelompok

5) Timbulnya pertentangan antar kelompok

h. Validitas Pergaulan Peer Group

Pergaulan adalah istilah yang disebut-sebut orang untuk menjelaskan

tentang segala hal yang berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan

interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun

kelompok dengan kelompok. Pergaulan adalah pertemanan, kebersamaan atau

hidup bermasyarakat. Seperti yang diungkapkan Soejono Soekamto (1991: 69)

”Dalam pergaulan akan terjadi interaksi sosial dimana interkasi itu berasal dari

kehidupan sosial. Oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan

bersama”. Jadi pergaulan merupakan awal dari kehidupan sosial dalam suatu

masyarakat .

Kelompok sebanya merupakan suatu proses penting bagi pendewasaan remaja.

Hal ini disebabkan karena kelompok sebanya merupakan wadah untuk tumbuh

dan berkmbang suatu kepentingan atau maslah bersama, mengembangkan

kecakapan. Ada sejumlah unsur pokok dalam pengertian kelompok sebaya (peer

group) menurut Vembriarto (1990: 60), yaitu :

Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang berhubungan diantara anggota intim, 2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial, 3. Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa.

Menurut Havinghurst dalam ST Vembriarto, (1990: 57), “Chrologically, the peer

group is the second major socializing”. Dari pendapat tersebut bahwa kelompok

sebaya atau peer group merupakan institusi sosial kedua setelah keluarga. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Khomsan dalam jurnal pendidikan dan

kebudayaan (200: 73) “Pada masa remaja pengaruh kelompok atau atau rekan

sebaya lebih menonjol dari pada keluarga”. Kandel dalam (Syamsu Yusuf, 2002:

Page 53: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

60), “…Karakteristik persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan

usia, jenis kelamin dan ras“.

i. Indikator Pergaulan Peer Group

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu peer group dengan

indikator-indikatornya sebagai berikut:

1) Pergaulan disekolah

2) Pergaulan dengan teman bermain

3) Pergaulan dalam organisasi Karang Taruna

Jadi yang dimaksud pergaulan peer group atau pergaulan kelompok

sebaya remaja yang terjadi dengan teman disekolah, dengan teman bermain,

dalam organisasi karang taruna.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Siti Maryam (2002)

Judul : Peer Group dan Aktivitas Harian (Belajar) pengaruhnya Terhadap Prestasi

Belajar Remaja Studi Kasus Pada SMU Bina Bangsa Sejahtera Plus di Kota

Bogor Tahun 2002.

Bedasarkan penelitian tersebut variabel X1 Peer group, X2 Aktivitas Harian

(Belajar), dan Y Prestasi Belajar Remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)

mengidentifikasi karakteristik keluarga prestasi belajar remaja; dan (2)

menganalisis peer group dan aktifitas harian (belajar) serta hubungannya dengan

prestasi belajar remaja. Uji korelasi Spearman antara peer group dengan prestasi

belajar memperlihatkan hubungan positif pada selang kepercayaan 90% (rs =

0,261; p = 0,104). Sedangkan aktifitas belajar dengan prestasi belajar siswa tidak

memperlihatkan hubungan yang signifikan pada selang kepercayaan 95% (rs =

0,197; p = 0,223).

2. Pudji Hastuti (2002)

Page 54: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Judul : Hubungan Antara Kesan Anak Tentang Pola Asuh Orang Tua, Sikap

Sosial, Minat Karier, dan Pilihan Karier : Pengujian Teori Roe Dalam Konteks

Sosial-kultural Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tersebut (1) hubungan antara kesan

anak tentang pola asuh orang tua dan sikap sosial anak, (2) hubungan antara sikap

sosial dan pilihan karier, (3) hubungan kesan anak tentang pola asuh orang tua dan

pilihan karier, (4) hubungan antara sikap sosial dan minat karier, (5) hubungan

antara kesan anak tentang pola asuh orang tua dengan minat karier, (6) hubungan

yang signifikan antara minat karier dan pilihan karier. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif, tetapi juga dapat dikatagorikan penelitian expost

fakto atau causal comparative. Pengumpulan data dengan metode wawancara, tes,

dan angket. Analisis data dengan korelasi product moment pearson untuk menguji

hipotesis, analisis t untuk hipotesis kedua, ketiga, kelima, dan keenam. Analias X2

digunakan untuk menguji hipotesis keempat. Dari hasil penelitian tersebut (1) ada

hubungan antara kesan anak tentang pola asuh orang tua dan sikap sosial anak, (2)

tidak ada hubungan antara sikap sosial dan pilihan karier, (3) tidak ada hubungan

kesan anak tentang pola asuh orang tua dan pilihan karier, (4) tidak ada hubungan

antara sikap sosial dan minat karier, (5) tidak ada hubungan antara kesan anak

tentang pola asuh orang tua dengan minat karier, (6) ada hubungan yang

signifikan antara minat karier dan pilihan karier.

3. Irzan Tahar dan Enceng (2003)

Judul : Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar Pada Pendidikan Jarak

Jauh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemandirian

belajar dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan pada pendidikan

jarak jauh. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen

Keuangan (ry=0,80), dengan persamaan garis regresi X 0,15 7,89 - Yˆ = +

(signifikan pada α = 0,05). Koefisien determinasi yang mengindikasikan 63,91%

Page 55: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

variansi yang terjadi pada hasil belajar peserta ajar dapat dijelaskan melalui

kemandirian belajar mereka.

4. Teresa D. LaFromboise, Dan R. Hoyt, Lisa Oliver & Les B. Whitbeck (2006).

Judul : Family, Community, and School Influences on Resilience Among

American Indian Adolescents in the Upper Midwest.

This study examines resilience among a sample of American Indian adolescents

living on or near reservations in the upper Midwest. Data are from a baseline

survey of 212 youth (115 boys and 97 girls) who were enrolled in the 5th through

8th grades. Based upon the definition of resilience, latent class analyses were

conducted to identify youth who displayed pro-social outcomes (60.5%) as

opposed to problem behavior outcomes. A measure of family adversity was also

developed that indicated only 38.4 percent of the youth lived in ‘low adversity’

households. Defining resilience in the context of positive outcomes in the face of

adversity, logistic regression was used to examine the predictors of pro-social

outcomes among youth who lived in moderate to high adversity households. The

analyses identified key risk and protective factors. A primary risk factor appeared

to be perceived discrimination. Protective factors were from multiple contexts:

family, community and culture. Having a warm and supportive mother, perceiving

community support, and exhibiting higher levels of enculturation were each

associated with increased likelihood of pro-social outcomes.

5. Tuppett M. Yates, A Jelena Obradovic , and Byron Egeland

Judul : Transactional Relations Across Contextual Strain, Parenting Quality, And

Early Childhood Regulation And Adaptation In A High-Risk Sample.

This investigation examined transactional relations across contextual strain,

parenting quality, and child adjustment in 209 mothers and children at 24, 42, and

72 months of age. Independent ratings of mothers’ stressful life events, social

support, and relationship quality provided an objective measure of maternal

contextual strain. Observers evaluated parenting quality during parent–child

interactions at each time point. Child regulatory functioning during laboratory

tasks at 24 and 42 months was evaluated by independent observers based on both

Page 56: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

behavioral (e.g., noncompliance, distractibility) and emotional (e.g., frustration,

anger) indices. At 72 months, teachers reported on children’s externalizing

behaviors, and children completed objective measures of academic achievement.

Nested path analyses were used to evaluate increasingly complex models of

influence, including transactional relations between child and parent, effects from

contextual strain to parenting and child adaptation, and reciprocal effects from

child and parent behavior to contextual strain. Over and above stability within

each domain and cross-sectional cross-domain covariation, significant paths

emerged from maternal contextual strain to subsequent child adjustment.

Bidirectional relations between parenting and child adjustment were especially

prominent among boys. These findings counter unidirectional models of parent-

mediated contextual effects by highlighting the direct influences of contextual

strain and parent–child transactions on early childhood behavioral and academic

adjustment, respectively.

C. Kerangka Berfikir

Pola asuh orang tua (X1) sebagai variabel independen (variabel bebas)

diperkirakan mempunyai hubungan dengan kemandirian belajar (Y) pada siswa

Kelas XI IS SMA Negeri 1 Jogorogo. Pola asuh yang diterapkan orang tua

terhadap anak yang meliputi sikap dan kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk

mengasuh, memelihara, dan membesarkan anak. Dalam sebuah keluarga, baik

buruknya perilaku orang tua dalam mengasuh anak akan memberikan kesan

tersendiri bagi anak dalam pembentukan perilaku belajar pada anak. Dengan pola

asuh yang tepat pada anak, kemungkinan kemandirian belajar pada diri siswa akan

terbentuk.

Sedangkan pergaulan peer group (X2) yang juga sebagai variabel

independen (variabel bebas) diperkirakan juga mempunyai hubungan dengan

kemandirian belajar (Y) pada siswa kelas Kelas XI IS SMA Negeri 1 Jogorogo.

Hal tersebut karena kelompok teman sebaya atau pergaulan peer group

mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja dan persiapan bagi

Page 57: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

kehidupan dimasa mendatang, serta membentuk pandangan dan perilaku, karena

remaja pada seumuran anak Sekolah Menengah Atas (SMA) sedang berusaha

untuk tidak bergantungan pada orang tua. Selain itu persaingan dalam belajar

untuk mendapatkan prestasi yang terbaik pada anak akan mendorong anak untuk

dapat menciptakan kemandirian belajar pada diri anak itu sendiri sehingga tidak

bergantung pada teman-temannya dalam menyelesaikan masalah dalam

belajarnya.

Pola asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer group (X2) yang keduanya

sebagai variabel independen (variabel bebas) diperkirakan mempunyai hubungan

secara bersama-sama dengan kemandirian belajar (Y) pada siswa kelas Kelas XI

IS SMA Negeri 1 Jogorogo. Hal tersebut dikarenakan pola asuh orang tua

diperkirakan mempunyai hubungan dengan pergaulan peer group. Baik buruknya

orang tua dalam mendidik, memelihara, dan membesarkan anak akan memberikan

kesan tersendiri kepada anak sehingga akan berhubungan dengan perilaku pada

diri anak. Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak belajar

bersosialisasi dan berinteraksi, sehingga pola asuh yang tepat diterapkan orang tua

akan dapat membentuk perilaku anak. Pola asuh yang tepat akan mendorong

perlaku kemandirian belajar dalam diri anak. Perilaku anak ini akan diteruskan

anak hingga pergaulannya di luar keluarganya. Pergaulan anak tidak terbatas di

dalam keluarganya, namun terjadi lebih luas lagi yaitu, dapat terjadi disekolah,

dengan teman bermain, ataupun dengan teman dalam organisasinya. Dalam

pergaulan dengan kelompok sebanyanya atau pergaulan peer group, akan

mempengaruhi juga perilaku dan kebiasaan dalam diri anak. Pergaulan yang benar

dapat mendorong anak untuk lebih dapat memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri,

karena kebutuhan anak dalam belajar relatif sama sehingga dapat saling

berdiskusi. Dengan begitu akan membuat anak untuk tidak hanya bergantung

dengan penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus menerus, namun

mampu berinisiatif, mampu bekerja sendiri, bertanggung jawab atas pekerjaannya,

serta memiliki tingkat ketergantungan yang relatif rendah pada orang lain untuk

mencapai tujuan belajarnya

Page 58: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir

Keterangan:

X1 : Pola asuh orang tua

X2 : Pergaulan peer group

Y : Kemandirian belajar

D. Hipotesis

Penelitian kuantitatif berfokus pada hipotesis yang akan diuji

kebenarannya. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar

siswa kelas XI IPS SMA Negeri.

2. Ada hubungan positif antara pergaulan peer group dengan kemandirian

belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri.

3. Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group

dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo

Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011.

Pola asuh orang tua

Pergaulan peer group

Kemandirian belajar

Page 59: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat yang penting dalam penelitian,

sesuai dengan judul di atas maka tempat penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1

Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jalan Raya Jogorogo-Ngawi. Adapun yang melatar

belakangi pemilihan tempat tersebut adalah:

a. Tersedianya data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti.

b. Peneliti merupakan alumni SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi

sehingga memudahkan untuk pencarian data.

c. Letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau, sehingga memudahkan

peneliti dalam melakukan penelitian.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan saat dimana pelaksanaan penelitian itu

dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, melalui tiga tahapan

penelitian yang terhitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2011.

Tabel 1. Waktu penelitian

No Tahapan Penelitian Bulan

Januari Pebruari Maret April Mei

1. Tahap Persiapan

a. Persetujuan Judul

b. Penyusunan proposal

c. Perijinan

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan data

b. Analisis Data

3. Penyusunan Laporan

44

Page 60: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam suatu penelitian penentuan individu sebagai subjek yang diteliti

merupakan hal penting. Oleh karena itu subjek penelitian dituntut jelas dan pasti,

sebab dalam suatu penelitian untuk membuktikan dan menguji hipotesa tidak

mungkin dilaksanakan tanpa subjek yang diteliti.

Sebelum menentukan populasi, kiranya dikemukanakan terlebih dahulu

pengertian populasi. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi

Arikunto, 2006: 130). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 250) ”Populasi

adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian”. Menurut

Tentrem Widodo (2009: 47) ”Populasi adalah keseluruhan individu atau satuan-

satuan tertentu sebagai anggota atau himpunan dalam suatu kelas atau golongan

tertentu”, sedangkan menurut Siswandari (2009: 5) “Populasi adalah himpunan

sampel atau anggota yang akan diamati”.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian populasi

mengandung unsur :

a. Keseluruhan subjek penelitian

b. Kelompok atau wilayah yang menjadi lingkup penelitian

c. Keseluruhan atau satuan tertentu sebagi anggota dalam peneliian

d. Himpunan sampel atau anggota yang akan diamati

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 116 siswa, terdiri dari seluruh siswa

kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran

2010/2011, yang terdiri dari tiga kelas yaitu XI IPS1 dengan jumlah 40 siswa, XI

IPS2 dengan jumlah 38 siswa, dan XI IPS3 dengan jumlah 38 siswa.

2. Sampel

Dalam penelitian sosial tidak semua populasi dikenakan penelitian. Hal

tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan biaya, waktu, dan

tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya pembatasan yaitu dengan

menentapkan jumlah sampel representatif yang dapat mewakili populasi.

Page 61: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Menurut Siswandari (2009: 5) “Sampel merupakan sebagian anggota

populasi”. Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 250) mengatakan bahwa sampel

adalah “Kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan”.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) “Sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti”.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian sampel

mengandung unsur :

a. Sebagian anggota populasi

b. Kelompok kecil yang akan diteiti

c. Wakil atau sebagian dari populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 134) “Untuk sekedar ancer-ancer,

maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjek besar,

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Berdasarkan pendapat

tersebut maka peneliti mengambil sampel sebesar 40% dari populasi. Maka

sempel diambil sebanyak 46 siswa.

Beberapa keuntungan jika menggunakan sampel menurut Suharsimi

Arikunto (2006: 133) yaitu:

a. Karena subjeknya pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya tentu kurang.

b. Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.

c. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang, waktu, dan tenaga).

d. Ada kalanya dengan penelitian populasi berarti desktruktif (merusak). e. Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. f. Adakalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian

populasi.

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh

sampel atau contoh yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Untuk menentukan besarnya

Page 62: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat teknik-teknik untuk

mengambil sampel dari populasi yang ada. Menurut M. Iqbal Hasan (2002: 85)

“Metode sampling adalah cara pengumpulan data yang hanya mengambil

sebagian elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi”. Menurut

Sutrino Hadi (2000: 75) “Ada dua macam teknik sampling, yaitu: teknik random

sampling dan non random sampling”. Teknik tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Teknik Random Sampling

Random sampling adalah pengambilan sampel secara ramdom aau tanpa

bulu. Dalam random sampling semua individu dalam populasi diberi

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

Adapun cara-cara yang digunakan untuk random sampling adalah :

1) Cara undian

2) Cara ordinal

3) Randomisasi dari tabel bilangan random

b. Teknik Non Random Sampling

Non random sampling adalah cara pengammbilan sampel yang tidak semua

populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini ada

beberapa macam yaitu : proportional sampling, stratifiet sampling, purposive

sampling, quota sampling, double sampling, area sampling, clutser sampling.

Berikut penjelasan dari masing-masing teknik pengambilan sampel diatas :

1) Teknik proportional sampling

Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari tiap-tiap populasi

dengan cara memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut.

2) Teknik stratifiet sampling

Teknik ini bisa digunakan apabila populasi terdiri dari susunan

kelompok-kelompok yang bertingkat.

3) Teknik purposive sampling

Teknik ini berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang diperkirakan

mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik

Page 63: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan

sampel.

4) Teknik quota sampling

Teknik ini menghendaki sampel mendasarkan ciri pada quota. Peneliti

harus lebih dulu menetapkan jumlah subjek yang akan diselidiki. Subjek-

subjek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria

sampel.

5) Teknik double sampling

Pengambilan sampel yang mengahruskan adanya sampel kembar, yaitu

sampel yang diperoleh misalnya secara angket (terutama yang dikirim

lewat pos), dari cara ini ada angket yang kembali dan ada angket yang

tidak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, bagi angket yang tidak

kembali dipertegas dengan interview. Jadi sampling kedua berfungsi

mengecek sampling pertama (yang angketnya kembali).

6) Teknik area sampling

Teknik ini mendasarkan pada pembagian area yang ada pada populasi.

Artinya daerah yang ada pada populasi dibagi-bagi menjadi beberapa

daerah yang lebih kecil.

7) Teknik clutser sampling.

Metode ini digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok dan

beberapa kelompok (group atau clutser) dimana setiap kelompok terdiri

atas beberapa unit yang lebih kecil. Jumlah unit dari masing-masing

kelompok bisa sama maupun berbeda. Kelompok-kelompok tersebut dapat

dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana maupun acak

sistematik.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 134) menyatakan :

Cara-cara atau teknik dalam pengambilan sampel yaitu 1) random atau sampel acak, sampel campur, 2) sampel berstarata atau stratified sample, 3) sampel wilayah atau area probability sample, 4) sampel proporsi atau proportional sampel, atausampel imbalan, 5) sampel bertujuan atau

Page 64: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

purposive sample, 6) sampel kuota atau quota sample, 7) sampel kelompok atau Cluster sample, 8) sampel kembar atau double sample.

Untuk lebih jelasnya teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Teknik random atau sampel acak, sampel campur

Teknik ini memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk

memperoleh kesempatan (change) dipilih menjadi sampel. Teknik random

sampling dapat dilakukan melalui cara undian (untung untungan), ordinal

(bertingkat), atau menggunakan tabel bilangan random.

2) Teknik sampel berstrata atau stratified sampel

Sampel strata digunakan apabila ada perbedaan ciri atau karakteristik antara

strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel.

3) Teknik sampel wilayah atau area probability sample

Teknik ini dilakukan jika terdapat perbedaan ciri antara wilayah yang satu

dengan wilayah yang lain. Teknik ini dilakukan dengan mengambil wakil

dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi.

4) Teknik sampel proporsi atau proportional sampel, atau sampel imbalan

Teknik ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel

bersrata atau sampel wilayah. Banyaknya subjek yang terdapat pada setiap

starata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh

sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap

wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek

dalam masing-masing strata atau wilayah.

5) Teknik sampel bertujuan atau purposive sample

Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas

strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

6) Teknik sampel kuota atau quota sample

Teknik ini mendasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan. Yang terpenting

disini terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.

7) Teknik sampel kelompok atau Cluster sample

Page 65: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Metode ini digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok. Dalam

persekolahan dijumpai ada kelompok SD, SLTP, SLTA. Demikian juga

dengan adanya kelas-kelas. Kelompok tersebut dipandang sebagai tingkatan

atau strata.

8) Teknik sampel kembar atau double sample

Teknik ini dilakukan dengan cara menagmbil dua buah sampel sekaligus

dengan tujuan melengkapi jumlah apabila data yang tidak masuk dari sampel

pertama, atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari

sampel pertama.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara

clutser random sampling yaitu pengambilan sampel berupa kelompok. Dimana

terdapat kelompok kelas yang terdiri dari kelas XI IPS1, XI IPS2, dan XI IPS3.

Sampel yang diambil sebesar 40% dari tiap kelas yaitu 46 siswa. Pengambilan

sampel dilakukan secara random atau tanpa bulu dengan cara undian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian harus tepat karena akan

berpengaruh terhadap hasil penelitian. Dalam sebuah penelitian diperlukan data

yang obyektif karena data merupakan suatu hal yang sangat mendasar yang akan

menentukan hasil penelitian. Apabila keliru dalam meneliti teknik pengumpulan

datanya maka mengakibatkan hasil penelitian tidak tepat.

Dalam penelitian tidak semua anggota dari populasi diamati. Untuk itu

diperlukan pengambilan sampel yang dapat mewakili populasi. Menurut

Suharsimi Arikunto (2006: 222) menyatakan bahwa “Teknik pengumpulan data

adalah bagaimana peneliti menemukan metode setepat-tepatnya untuk

memperoleh data kemudian disusul dengan alat pembantunya yaitu instrumen”.

Pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh

data yang diperlukan dengan menggunakan alat tertentu. Oleh karena itu alat

pengumpul data harus benar-benar valid dan reliable. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket atau kuesioner

Page 66: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

sebagai teknik pengumpulan data pokok, sedangkan dokumentasi sebagai teknik

pengumpulan data pendukung. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 216)

“Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan

studi dokumenter”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik angket dan teknik dokumentasi.

1. Angket atau Kuesioner

a) Pengertian Angket atau Kuesioner

Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 219) mengatakan “ Kuesioner

merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung

(peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden)”. Menurut

Suharsimi Arikunto (2006: 151) “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan

menurut Tentrem Widodo (2009: 54) “Teknik kuesioner merupakan cara

mengumpulkan data dengan menyampaikan daftar seperangkat pertanyaan

baik langsung maupun melalui pos kepada responden penelitian”.

b) Macam-macam Angket atau Kuesioner

Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 152), kuesioner

dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan:

(1) Dipandang dari cara menjawab, maka ada: (a) Kuesioner terbuka, yaitu memberi kesempatan kepada

responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. (b) Kuesioner tertutup, yaitu kuesioner yang sudah disediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih. (2) Dipandang dari jawaban yang diberikan, ada:

(a) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

(b) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.

(3) Dipandang dari bentuknya, maka ada: (a) Kuesioner pilihan ganda, sama dengan kuesioner tertutup. (b) Kuesioner isian, sama dengan kuesioner terbuka.

Page 67: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

(c) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√ ) pada kolom yang sesuai.

(4) Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

c) Langkah-langkah Menyusun Angket

Dalam penyusunan angket ada langkah-langkah yang perlu dilakukan,

yaitu sebagai berikut :

(1) Menetapkan tujuan angket

(2) Mendefinisikan indikator-indikator berdasarkan definisi operasional dari

variabel-variabel yang diteliti.

(3) Menentukan kisi-kisi angket.

(4) Menyusun petunjuk pengisian angket.

(5) Membuat surat pengantar

(6) Mengadakan uji coba (try out) angket.

d) Keuntungan dan Kelemahan angket atau kuesioner

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:152) keuntungan angket yaitu :

(1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti. (2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden. (3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing,

dan menurut waktu senggang responden. (4) Dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur dan tidak

malu-malu menjawab. (5) Dapat dibuat terstandart sehingga bagi semua responden dapat diberi

pertanyaan yang benar-benar sama.

Selain memiliki kelebihan, angket atau kuesioner juga memiliki

kelemahan. Kelemahan kuesioner menurut Suharsimi Arikunto (2006: 152-153)

yaitu :

(1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, pada hal sukar diulang untuk diberikan kembali kepadanya.

(2) Sering sukar dicari validitasnya.

Page 68: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

(3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

(4) Sering tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. (5) Waktu pengembaliaannya tidak sama, bahkan kadang-kadang ada

yang terlalu lama sehingga terlambat.

2. Dokumentasi

Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 221) mengatakan “Studi

dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik”. Dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya

(Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Di dalam melaksanakan metode

ini dapat dilakukan dengan meneliti benda-benda tertulis seperti buku, notulen

rapat, catatan harian dan sebagainya. Sedangkan menurut Tentrem Widodo

(2009: 54) ”Teknik dokumntasi merupakan cara mengumpulkan data

responden atau populasi penelitian dengan pengambilan data tertentu

(dokumen) yang telah dipersiapkan dengan baik”.

Dalam suatu penelitian suatu data mempunyai kedudukan yang paling

tinggi karena data menggambarkan variabel yang akan diteliti dan berfungsi

sebagai alat ukur hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat

menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya suatu

data hasil penelitian dilakuakn uji validitas dan uji reabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas atau kesahihan instrumen berkaitan dengan kesesuaian dan

kecermatan fungsi dari alat ukur yang digunakan. Suharsimi Arikunto (2006 :168)

mengemukakan bahwa yang dimaksud “Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”.

Sedangkan Duwi Priyatno (2010: 90) menyatakan “Validitas adalah ketepatan

Page 69: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur”. Suatu

instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang

kurang valid mempunyai validitas rendah.

Menurut Nasution (2003: 75), menyatakan bahwa “Validitas ada macam-

macamnya yaitu validitas isi, validitas prediktif, dan validitas construct

(konstruk)” Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Validitas Isi

Dengan validitas isi dimaksudkan bahwa isi atau bahan yang diuji atau

dites relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman

atau latar belakang orang yang diuji. Suatu instrumen valid menurut

validitas isi apabila isi instrumen merupakan sampel yang representatif

dari keseluruhan hal yang akan diukur. Validitas isi diperoleh dengan

mengadakan sampling yang baik, yakni memilih item-item yang

representative dari keseluruhan.

b. Validitas Prediktif

Dengan validitas prediktif dimaksudkan adanya kesesuaian antara

ramalan (prediksi) tentang kelakuan seseorang dengan kelakuannya yang

nyata. Diharapkan bahwa suatu tes mempunyai nilai prediktif yang tinggi

artinya apa yang diramalkan oleh tes itu tentang kelakuan seseorang

memang terbukti dari kelakuan orang itu.

c. Validitas Construct (Konstruk)

Validitas konstruk suatu tes adalah sejauh mana tes tersebut mengukur

konstruk atau trait (kemampuan) yang dimaksudkan untuk diukur.

Validitas konstruk ini digunakan bila kita sangsikan apakah gejala yang

dites hanya mengandung lebih dari satu dimensi, maka validitas tes itu

dapat diragukan. Keuntungan validitas konstruk ini ialah bahwa kita

mengetahui komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan tes

itu.

Page 70: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan dalam penelitian yaitu

validitas isi dan konstruk. Untuk pengujiannya menggunakan bantuan komputer

dengan software SPSS versi 17.0. Hasil uji validitas dikatakan valid apabila nilai

probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 dan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05

menunjukkan bahwa item pernyataan tersebut tidak valid. Rumus yang digunakan

untuk uji validitas butir angket adalah rumus koefisien product moment Karl

Pearson :

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 170)

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y

X : Skor masing-masing item

Y : Skor total

XY : Jumlah perkalian Xdan Y

X2 : Jumlah kuadrat dari X

Y2 : Jumlah kuadrat dari Y

N : Jumlah Subyek

Dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan angka kritik dari tabel

korelasi :

a. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrument atau item-item

pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

b. Jika r hitung ≤ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrument atau item-item

pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak

valid).

2. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dapat dipercaya karena konsisten sebagai alat pengumpul

data. Untuk itu suatu item yang valid dilakukan uji reliabilitas. Menurut Suharsimi

Arikunto (2006: 178) “Reabilitas adalah ketetapan suatu test apabila ditestkan

Page 71: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

pada subyek yang sama”. Untuk mengukur reliabilitas alat pengukuran yang

digunakan adalah rumus Alpha Cronbach . Adapun rumus tersebut adalah:

(Suharsimi Arikunto, 2006: 196)

Keterangan :

: Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau soal

: Jumlah varians butir

: Varians total

Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan tabel r. Hasil

perbandingan antara r11 dan r1 kemudian diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Jika rtabel > rhitung, maka angket yang diujikan reliabel.

b. Jika rtabel < rhitung, maka angket yang diujikan tidak reliabel.

Semakin tinggi koefisien alpha, berarti semakin baik pengukuran suatu

instrumen. Uji realibilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer

dengan software SPPS 17.0 for windows . Untuk pengujian biasanya mengunakan

batasan tertentu. Menurut Sekaran dalam buku Duwi Pritanto (2010: 98)

menyatakan ”reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat

diterima dan diatas 0,8 adalah baik”.

Pernyataan-pernyataan yang akan dibuat harus mengacu pada aspek-aspek

yang tertuang dalam matrik spesifikasi data yang telah disusun. Variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Adapun penyusunan pernyataan dalam

penelitian ini menggunakan rating-scale dan untuk memulai jawaban dari

pernyataan masing-masing angket digunakan skala Likert.

Cara penilaian jawaban dari responden adalah sebagai berikut:

a. Setiap pertanyaan atau pernyataan terdiri dari empat pilihan jawaban.

Page 72: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

b. Dalam menjawab pertanyaan responden memilih salah satu alternatif

jawaban yang sesuai dengan cara memberikan tanda check (√ ) pada kolom

jawaban yang dipilih.

c. Apabila pernyataan yang digunakan positif diberi penilaian sebagai berikut:

1) Jawaban selalu nilai = 4

2) Jawaban sering nilai = 3

3) Jawaban jarang nilai = 2

4) Jawaban tidak pernah nilai = 1

Apabila pernyataan yang digunakan negatif diberi penilaian sebagai berikut:

1) Jawaban tidak pernah nilai = 4

2) Jawaban jarang nilai = 3

3) Jawaban sering nilai = 2

4) Jawaban selalu nilai = 1

Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup yang

berbentuk rating-scale yaitu angket yang berupa daftar pertanyaan yang

disediakan untuk responden agar mereka menjawab tentang dirinya sendiri, yang

jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih satu jawaban

pada kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, mulai dari selalu sampai ke

sangat tidak pernah.jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup yang

sudah tersedia jawabannya dan menjawab tentang dirinya sendiri dimana

responden tinggal membubuhkan tanda check (√ ) pada kolom yang sesuai.

Dalam penelitian suatu data dapat mempunyai kedudukan yang paling

tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi

sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat

menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya suatu

data tergantung baik tidaknya angket, maka harus diadakan uji validitas dan uji

reliabilitas

3. Hasil Uji Coba (Try-Out) Kuesioner

Menurut Sutrisno Hadi (2000: 166) maksud diadakannya try out adalah

sebagai berikut :

Page 73: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

a. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.

b. Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, dan kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.

c. Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.

d. Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research.

Untuk memperoleh angket atau kuesioner dengan hasil yang tepat adalah

dengan proses uji coba dengan melakukan uji validitas dan reabilitas. Uji coba

Try (Try-out) dilaksanakan dengan mengisi angket atau kuesioner pada siswa

dengan jumlah responden sebanyak 30 siswa. Berdasarkan hasil uji coba tersebut

kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Adapun hasil uji validitas dan

uji reabilitas adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas atau kesahihan instrumen berkaitan dengan kesesuaian dan

kecermatan fungsi dari alat ukur yang digunakan. Suharsimi Arikunto (2006:

168) mengemukakan bahwa yang dimaksud “Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”.

Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya

instrumen yang kurang valid mempunyai validitas rendah.

Uji validitas menggunakan teknik analisis product moment. Berdasarkan

analisis korelasi, suatu item dinyatakan valid apabila koefisien korelasi skornya

dengan skor total (rhitung) > nilai kritis distribusi pearson’s product moment

dengan taraf signifikansi dan jumlah data (rtabel). Uji validitas dalam penelitian

ini menggunakan data sebanyak 30 dengan taraf signifikansi sebesar 0,05

sehingga nilai rtabel yang digunakan adalah sebesar 0,361. Uji validitas dalam

penelitian ini menggunakan bantuan komputer dengan software SPSS versi

17.0. Adapun hasil perhitungan dari validitas item pertanyaan sebagai berikut :

1) Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1)

Hasil uji validitas variabel pola asuh orang tua (X1) didapatkan hasil

bahwa dari 25 item pertanyaan untuk variabel pola asuh orang tua (X1), yang

Page 74: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

dinyatakan tidak valid ada 4 item yaitu nomor 11, 17, 23, dan 24. Hasil

pengujian disajikan pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Item-item pola asuh orang tua

No. rhitung rtabel Keputusan Keterangan 1 0,632 0,361 Valid Pakai 2 0,682 0,361 Valid Pakai 3 0,551 0,361 Valid Pakai 4 0,761 0,361 Valid Pakai 5 0,759 0,361 Valid Pakai 6 0,622 0,361 Valid Pakai 7 0,658 0,361 Valid Pakai 8 0,690 0,361 Valid Pakai 9 0.524 0,361 Valid Pakai

10 0,524 0,361 Valid Pakai 11 0,206 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 12 0,583 0,361 Valid Pakai 13 0,625 0,361 Valid Pakai 14 0,551 0,361 Valid Pakai 15 0,680 0,361 Valid Pakai 16 0,741 0,361 Valid Pakai 17 0.307 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 18 0.613 0,361 Valid Pakai 19 0.699 0,361 Valid Pakai 20 0.751 0,361 Valid Pakai 21 0.751 0,361 Valid Pakai 22 0.549 0,361 Valid Pakai 23 0.282 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 24 0.292 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 25 0.394 0,361 Valid Pakai

Sumber : Data primer yang diolah (2011)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa validitas instrumen variabel pola asuh

orang tua sebanyak 25 item pertanyaan untuk item nomor 11, 17, 23, dan 24 dinyatakan

gugur dan tidak digunakan dalam penelitian karena setiap item pertanyaan yang gugur

sudah ada yang mewakili.

Page 75: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

2) Pergaulan Peer Group

Hasil uji validitas variabel pergaulan Peer Group (X2) didapatkan hasil bahwa

dari 22 item pertanyaan untuk variabel pergaulan Peer Group (X2), yang

dinyatakan tidak valid ada 1 item yaitu nomor 14. Hasil pengujian disajikan pada

tabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Item-item pergaulan Peer Group

No. rhitung rtabel Keputusan Keputusan 1 0,664 0,361 Valid Pakai 2 0,557 0,361 Valid Pakai 3 0,420 0,361 Valid Pakai 4 0,623 0,361 Valid Pakai 5 0,515 0,361 Valid Pakai 6 0,446 0,361 Valid Pakai 7 0,671 0,361 Valid Pakai 8 0,739 0,361 Valid Pakai 9 0,551 0,361 Valid Pakai

10 0,637 0,361 Valid Pakai 11 0,689 0,361 Valid Pakai 12 0,394 0,361 Valid Pakai 13 0,447 0,361 Valid Pakai 14 0,215 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 15 0,526 0,361 Valid Pakai 16 0,647 0,361 Valid Pakai 17 0,510 0,361 Valid Pakai 18 0,676 0,361 Valid Pakai 19 0,909 0,361 Valid Pakai 20 0,776 0,361 Valid Pakai 21 0,812 0,361 Valid Pakai 22 0,788 0,361 Valid Pakai

Sumber : Data primer yang diolah (2011)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa validitas instrumen variabel

pergaulan peer group sebanyak 22 item pertanyaan. Butir nomor 14 dinyatakan gugur

dan tidak digunakan dalam penelitian karena setiap item pertanyaan yang gugur sudah

ada yang mewakili.

Page 76: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3) Kemandirian Belajar

Hasil uji validitas variabel kemandirian belajar (Y) didapatkan hasil bahwa

dari 25 item pertanyaan untuk variabel kemandirian belajar (Y), yang

dinyatakan tidak valid ada 3 item yaitu nomor 3, 13, dan 14. Hasil pengujian

disajikan pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Item-item kemandirian belajar

No. rhitung rtabel Keterangan Keputusan 1 0,436 0,361 Valid Pakai 2 0,510 0,361 Valid Pakai 3 0,086 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 4 0,614 0,361 Valid Pakai 5 0,653 0,361 Valid Pakai 6 0,478 0,361 Valid Pakai 7 0,687 0,361 Valid Pakai 8 0,714 0,361 Valid Pakai 9 0,397 0,361 Valid Pakai

10 0,624 0,361 Valid Pakai 11 0,588 0,361 Valid Pakai 12 0,394 0,361 Valid Pakai 13 0,354 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 14 0,339 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 15 0,467 0,361 Valid Pakai 16 0,851 0,361 Valid Pakai 17 0,361 0,361 Valid Pakai 18 0,692 0,361 Valid Pakai 19 0,617 0,361 Valid Pakai 20 0,766 0,361 Valid Pakai 21 0,696 0,361 Valid Pakai 22 0,407 0,361 Valid Pakai 23 0,438 0,361 Valid Pakai 24 0,407 0,361 Valid Pakai 25 0,426 0,361 Valid Pakai

Sumber : Data primer yang diolah (2011)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa validitas instrumen variabel pola asuh

orang tua sebanyak 25 butir pertanyaan untuk butir nomor 3, 13, dan 14 dinyatakan

Page 77: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

gugur dan tidak digunakan dalam penelitian karena setiap item pertanyaan yang gugur

sudah ada yang mewakili.

b. Uji Reabilitas

Uji reabilitas item dilakukan dengan menggunakan rumus formula Alpha

Cronbach. Uji realibilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer

dengan software SPPS 17.0 for windows . Menurut Sekaran dalam buku Duwi

Priyanto (2010: 98) menyatakan ”reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,

sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik”. Adapun hasil

perhitungan reliabilitas item sebagai berikut :

Tabel 5. Uji Reliabilitas Kuesioner pola asuh orang tua

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.927 21

Sumber : Data primer yang diolah (2011)

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa variabel penelitian (yang diukur secara

konstruk) memiliki nilai alpha > 0,6. Dengan demikian variabel tersebut

dinyatakan sangat reliabel.

Tabel 6. Uji Reliabilitas Kuesioner pergaulan peer group

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.919 21

Sumber : Data primer yang diolah (2011)

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa variabel penelitian (yang diukur secara

konstruk) memiliki nilai alpha > 0,6. Dengan demikian variabel tersebut

dinyatakan sangat reliabel.

Page 78: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 7. Uji Reliabilitas Kuesioner kemandirian belajar

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.897 22

Sumber : Data primer yang diolah (2011)

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa variabel penelitian (yang diukur secara

konstruk) memiliki nilai alpha > 0,6. Dengan demikian variabel tersebut

dinyatakan sangat reliabel.

D. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui

hubungan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan

kemandirian belajar, maka rancangan penelitian disusun sebagai berikut: Atribut

dalam penelitian ini adalah variabel X yang terdiri dari pola asuh orang tua dan

pergaulan peer group, sedangkan variabel Y merupakan kemandirian belajar.

Dalam penelitian ini mencari hubungan antara pola asuh orang tua (X1) dengan

kemandirian belajar (Y), mencari hubungan antara yaitu pergaulan peer group

(X2) dengan kemandirian belajar (Y), dan juga mencari hubungan antara pola asuh

orang tua (X1) dan pergaulan peer group (X2) dengan kemandirian belajar (Y).

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif

kuantitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 52) mendefinisikan

bahwa “Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Sedangkan menurut

Suharsimi Arikunto (2006: 160) bahwa “ Metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

kuantitatif karena :

1. Memusatkan diri pada masalah yang teraktual.

Page 79: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.

3. Penelitian deskriptif menjelaskan suatu hubungan dan pengaruh antara unsur

yang satu dengan unsur yang lain.

Alasan tersebut sesuai dengan ciri-ciri pokok metode penelitian deskriptif

yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad (1998 : 140) yaitu sebagai berikut :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang.

2. Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan dan dianalisis, karena itu

metode ini sering disebut metode analitik.

Teknik pengumpulan data menggunakan angket atau koesioner sebagai

metode pengumpulan data pokok dan metode dokumentasi sebagai pengumpulan

data pendukung. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu melakukan uji

prasyarat analisis dengan menggunakan uji asumsi klasik. Untuk menguji

hipotesis hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y menggunakan teknik

analisis Pearson’s Correlation (Product Moment). Sedangkan untuk mengetahui

hubungan secara bersama-sama antara X1 dan X2 dengan Y menggunakan teknik

analisis regresi ganda.

E. Teknik Analisis Data

Untuk dapat menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, maka teknik

analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode statistika dengan

rumus teknik regresi ganda. Suharsimi Arikunto (2006: 295) menyatakan

“Regresi ganda adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih

dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat”.

Alasan digunakannya teknik ini adalah :

1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel predikator dan satu variabel

kriterium.

2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus

dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.

Sesuai dengan teknik yang digunakan dan hipotesis nihil yang diajukan,

maka untuk menguji digunakan tingkat signifikasi, yakni :

Page 80: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

1. Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,01

dinyatakan sangat signifikan.

2. Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih dari 0,01 dan kurang

dari 0,05 dinyatakan sangat signifikan atau menyakinkan.

3. Ho diterima dan Ha ditolak apabila tingkat probabilitas lebih dari 0,05.

Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum melakukan analisis data dengan analisis regresi linier ganda

terlebih dahulu dilakukan analisis prasyarat. Dalam penelitian ini diperlukan uji

asumsi klasik. Karena menurut Dwi Priyatno Uji asumsi klasik adalah:

”Persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda

yang berbasis ordinary least square (OLS) untuk menganalisis uji ketepatan

regresi”. Namun tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis

regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada

analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada

data cross sectional.

Setidaknya ada lima uji asumsi klasik, tidak ada ketentuan yang pasti

tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan

tergantung pada data yang ada. Kelima uji asimsi klasik tersebut adalah:

a. Uji Normalitas

Menurut Duwi Priyatno (2010: 71) menyatakan “Uji normalitas digunakan

untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak”. Uji ini

biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, atau rasio.

Jika analisis menggunakan metode parametik, maka persyaratan normalitas harus

terpenuhi, yaitu data yang berasal dari distribusi yang normal. Jika tidak

berdistribusi normal, maka metode alternatif yang bisa digunakan adalah statistic

non parametik.

Page 81: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Deteksi normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada

sumbu diagonal pada suatu grafik. Penerapan dasar pengambilan keputusan yang

digunakan sebagai berikut:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis

diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Duwi Priyatno (2010: 81) menyatakan “Multikolinearitas adalah keadaan

dimana terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antar

variabel independen dalam model regresi”. Uji multikolinearitas digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dengan

model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak

adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan

diantaranya :

1) Dengan melihat nilai Inflation faktor (VIF) pada model regresi

2) Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai

determinasi secara serentak (R2)

3) Dengan melihat nilai Eigenvalue dan Condition Index

c. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan pendapat Duwi Prityatno (2010: 83) menyatakan

“Heteroskedastistas adalah keadaan dimana tidak terjadi kesamaan varian dari

residual untuk semua pengamatan pada model regresi”. Uji heteroskedastistas

digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual

pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regrasi adalah

tidak adanya masalah heterokedastistas. Ada metode pengujian yang bisa

digunakan diantaranya, yaitu Uji Sperman’s rho, Uji Glejter, Uji Park, dan melihat

pola grafik regresi. Penetapan dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan

gambar tersebut adalah:

Page 82: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka diindikasikan

terdapat masalah heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah

heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Duwi Priyatno (2010: 87) menyatakan “Autokorelasi adalah keadaan

dimana terjadinya korelasi antara residual pada suatu pengamatan dengan

pengamatan lain pada model regresi”. Uji autokrasi digunakan untuk mengetahui

ada tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan

pengamatan lain pada model regresi. Prasayarat yang harus terpenuhi adalah tidak

adanya autokrasi pada model regresi.

Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi

dapat digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson). Kriteria autokorelasi ada 3,

yaitu:

3) Angka D-W (Durbin Watson) di bawah -2 berarti diindikasikan ada

autokorelasi positif.

4) Angka D-W (Durbin Watson) di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak

ada autokorelasi.

5) Angka D-W (Durbin Watson) di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi

negatif.

e. Uji Linearitas

Menurut Duwi Priyatno (2010: 73) menyatakan “Uji linearitas bertujuan

untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau

tidak secara signifikan”. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam

analisis korelasi atau regresi linier. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan

Test for Linearitas pada taraf signifikasi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai

hubungan yang liniear bila signifikasi (Linearity) kurang dari 0,05. Linieritas

Page 83: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan linier antara variabel X dan Y

yang bisa dilakukan, sebagai berikut :

1) Plot antara residu (e) versus Y-topi

Jika plot yang bersangkutan menggambarkan suatu scatter diagram (diagram

pencar) dalam arti tidak berpola maka dapat dikatakan tidak terjadi

mispesifikasi pada fungsi regresi, hal ini bararti bahwa hubungan antara

variabal X dan Y adalah linier.

2) Plot antara variabel X versus Y

Jika plot menggambarkan garis lurus maka asumsi pertama ini telah

terpenuhi.

3) Plot antara residu versus X

Jika plot menggambarkan diagram pencar maka linieritas ini sudah terpenuhi.

3. Uji Hipotesis

Uji analisis data yang dimaksud untuk menguji hipotesis. Untuk menguji

hipotesis hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis Pearson’s Correlation (Product Moment),

sedangkan untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara X1 dan X2

dengan Y menggunakan teknik analisis regresi ganda. Uji hipotesis yang

dilakukan menggunakan bantuan komputer dengan software SPPS 17.0 for

windows.

Langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah

sebagai berikut :

a. Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dengan Y

Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X1 dengan Y

menggunakan teknik analisis Pearson’s Correlation (Product Moment),

digunakan rumus :

222

112

111

nn

nr

(Suharsimi Arikunto, 2006: 274)

Page 84: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

b. Koefisien Korelasi Sederhana antara X2 dengan Y

Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X2 dengan Y

menggunakan teknik analisis Pearson’s Correlation (Product Moment) digunakan

rumus :

222

222

222

nn

nr

(Suharsimi Arikunto, 2006:274)

c. Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan X2 dengan Y

Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X1 dan X2 dengan Y

menggunakan teknik analisis regresi ganda dengan rumus :

Keterangan :

ry (1,2) = Koefisiensi korelasi antara X1 dan X2 dengan Y

= Koefisien prediktor X1

= Koofisien prediktor X2

X1Y = Jumlah produk antara X1 dengan Y

X2Y = Jumlah produk anatara X2 dengan Y

Y2 = Jumlah kuadrat kriterium Y

(Sutrino Hadi, 2001:25)

d. Uji Rumus Signifikasi Korelasi antara Kriterium dengan Prediktor-

Prediktornya

Uji rumus signifikasi korelasi antara kriterium dengan prediktor-

prediktornya menggunakan teknik analisis regresi ganda dengan rumus :

F =

Page 85: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Keterangan :

F = harga F garis regresi

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

R = koefisiensi korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktornya

(Sudjana, 2001:108)

e. Sumbangan Relatif

Sumbangan relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan

masing-masing prediktor (X) terhadap kriterium (Y). Dalam hal ini untuk mencari

sumbangan relatif X1 dan X2 terhadap Y dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Untuk X1 : SR % X1 = )(

11

regJKyxa x 100 %

Untuk X2 : SR % X2 = )(

22

regJKyxa x 100 %

Keterangan :

SR % X1 = Sumbangan relatif prediktor X1 terhadap Y

SR % X2 = Sumbangan relatif prediktor X2 terhadap Y

JKreg = Jumlah kuadrat regresi

(Sutrisno Hadi, 2001: 42)

f. Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan

murni yang diberikan masing-masing prediktor. Dalam hal ini untuk mencari

sumbangan efektif masing-masing prediktor (X1 dan X2) terhadap kriterium (Y)

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 86: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Mencari sumbangan efektif X1 terhadap Y dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

SE % X1 = SR % X1 x R2

Mencari sumbangan efektif X2 terhadap Y dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

SE % X2 = SR % X1 x R2

Mencari sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

SE % X1 X2 = SE % X1 + SE %X2

Keterangan :

SE % X1 = Sumbangan efektif X1 terhadap Y

SE % X2 = Sumbangan efektif X2 terhadap Y

SE % X1 X2 = Sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y

(Sutrisno Hadi, 2001: 42)

Page 87: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Diskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Jogorogo

SMA Negeri 1 Jogorogo berdiri pada tahun 1986 dengan kepala sekolah

bernama Drs. J. Soejono dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia No. 0887/0/1986 tanggal 22 Desember 1986 di Jakarta.

Pembukaan dan penegerian Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, dan

gedungnya diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia bapak Profesor Fuad Hassan pada Kamis, 22 Januari 1988.

Dalam rangka penertiban administrasi data tentang sekolah telah

mendapatkan sertifikat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi Nomor:

420/4185/415.054/2005 tanggal 30 September 2003 dengan nama SMA Negeri 1

Jogorogo, alamat Jl. Raya Jogorogo – Ngawi, Telp. (0351) 730357, kecanatan

Jogorogo, kabupaten Ngawi, NIS: 300220 dan NSS: 301050911022.

Sejak berdiri sampai sekarang SMA Negeri 1 Jogorogo telah beberapa kali

mengalami pergantian kepala sekolah, pertama yaitu: Drs. J. Soejono, NIP: 131

324761 dengan masa jabatan tahun 1986-1994. Kedua Soeharto Hadi Koesmoro,

NIP: 130 268 102 dengan masa jabatan tahun 1994-1997. Ketiga Drs. H.

Syamsuri, NIP : 130 935 085 dengan masa jabatan tahun 1997-2003. Keempat

Drs. Djarotnugroho, NIP: 131 412 356 dengan masa jabatan tahun 2003-2007.

Terakhir Drs. Santoso, NIP: 19570727 198603 1 027 dengan masa Jabatan tahun

2007-sekarang.

b. Letak Geografis SMA Negeri 1 Jogorogo

SMA Negeri 1 Jogorogo dibangun diarea seluas 16.135 m2 , kurang dari 25

km kearah barat dari kota Kabupaten Ngawi tepatnya di Jl. Raya Jorogoro-Ngawi,

72

Page 88: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur.

Adapun batas-batas dari Desa Jogogorgo meliputi :

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Setono Kecamatan Ngrambe

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Girimulyo kecamatan Jogorogo

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Macanan kecamatan Jogorogo

4) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjungsari kecamatan Jogorogo

c. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Jogorogo

1) Visi Sekolah : Berkepribadian yang bermuatan IMTAQ dan IPTEK yang

kompetitif.

2) Misi Sekolah :

a) Mengembangkan potensi siswa yang mampu menemukan dirinya

sendiri.

b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.

c) Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap agama dan

implementasinya.

d) Membudayakan Sumber Daya Manusia yang mampu mengawal

pelaksanaan aturan tata tertib dan disiplin di sekolah.

e) Merangsang budaya kompetisi yang sehat dalam segala kegiatan.

f) Menerapkan manajemen partisipatif dalam melibatkan seluruh warga

sekolah.

d. Tujuan SMA Negeri 1 Jogorogo

Tujuan sekolah sebagai implementasi dari tujuan lembaga sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya, maka dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan.

Tujuan sekolah terbagi menjadi tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan

jangka panjang diharapkan tercapai dalam kurun waktu 4-5 tahun kedepan,

sedangkan tujuan jangka pendek diprogramkan dalam bentuk tahunan.

1) Tujuan jangka panjang

Page 89: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

a) Perolehan rata-rata lulusan 6,00 untuk IPA dan 6,50 untuk IPS, bagi

semua mata pelajaran yang diujikan.

b) Jumlah siswa yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi mencapapai 30%

dari jumlah lulus.

c) Jumlah peserta dan prestasi yang dicapai dalam olimpiade Mata

Pelajaran mampu menjadi finalis ditingkat propinsi I.

d) Angka pelanggaran disiplin dan tata tertib siswa dapat ditekan sampai

titik nol.

e) Tercapainya kondisi yang kondusif untuk menunjang Kegiatan Belajar

Mengajar dengan peningkatan etos kerja dan semangat kekeluargaan

yang tinggi.

f) Tercapainya tim kerja yang solid dan penerapan manajemen yang

partisipatif.

2) Tujuan jangka pendek

a) Mengantarkan semua siswa kelas III untuk lulus dalam menempuh Ujian

Nasional sesuai dengan kriteria kelulusan yang berlaku.

b) Menekan angka pelanggaran disiplin sekolah dan tata tertib sampai

maksimal 5% pada akhir tahun.

c) Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru atau staff tata

usaha dengan mengikutkannya dalam pendidika dan pelatihan.

d) Menambah fasilitas penunjang pembelajaran melalui pengadaan alat

dan bahan laboratorium serta penambahan buku perpustakaan.

e) Membentuk tim kerja yang solid untuk merumuskan dan merencanakan

berbagai kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

f) Melengkapi ruang kelas untuk menambah daya tampung sekolah, sesuai

dengan jumlah siswa yang makin bertambah peminatnya.

Page 90: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

e. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Jogorogo

Keterangan :

--------------- : Garis Konsultasi

: Garis Komando

Sumber: TU SMA Negeri 1 Jogorogo

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Jogorogo

Komite Sekolah

Kepala Sekolah

Koordinator Tata Usaha

WK Kesiswaan WK Humas WK Kurikulum WK Sarana

Koordinator BP

Bp

Guru - guru

Siswa

Page 91: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Keterangan bagan organisasi sebagai berikut :

1) Kepala sekolah

Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator manager,

administrator dan supervisor, pimpinan/ leader innovator, motivator.

a) Kepala sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses belajar

mengajar secara efektif dan efisien.

b) Kepala sekolah selaku manager mempunyai tugas menyusun perencanaan,

mengorganisasian kegiatan, mengarahkan kegiatan, koordinasikan

kegiatan, kelaksanaan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan,

menentukan kebijakan, mengadakan rapat, mengambil keputusan,

mengatur proses belajar mengajar, mengatur administrasi, ketaatusahaan,

siswa, ketenagaan, sarana prasarana, keuangan/ RAPBS, mengatur OSIS,

mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait.

c) Kepala sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,

pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor,

keuangan, perpustakaan, labolatorium, ruang ketrampilan/ kesenian, BK,

UKS, OSIS, serbaguna, media, gudang, 7K.

d) Kepala sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggrakan supervisi

mengenai proses belajar mengajar, kegiatan BK, kegaiatn ekstrakurikuler,

kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan

instansi lain, sarana prasarana, kegaitan OSIS, kegiatan 7K.

e) Kepala sekolah sebagai pimpinan/ leader yaitu dapat dipercaya, jujur dan

bertanggung jawab, memahami kondisi guru, karyawan dan siswa,

memiliki visi dan memahami misi sekolah, mengambil keputusan intern

dan ektern sekolah, membuat, mencari dan memilih gagasan baru.

f) Kepala sekolah sebagi inovator yaitu melakukan pembaharuan di bidang

KBM, BK, ekstarakurikuler, pengadaan; melaksanakan pembinaan guru

dan keryawan; melakukan pembaharauan dalam mengambil sumber daya

di BP3 dan masyarakat.

Page 92: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

g) Kepala sekolah sebagai motivator yaitu mengatur ruang kantor yang

kondusif untuk bekerja, mengatur ruang kantor yang kondusif untuk KBM/

BK; mengatur ruang labolatorium yang kondusif untuk praktikum;

mengatur ruang perpustakaan yang kondusif untuk belajar; mengatur

halaman/ lingkungan sekolah yang harmonis sesama guru dan karyawan;

menciptakan hubungan kerja yang harmonis antar sekolah dan lingkungan;

menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman.

2) Wakil Kepala sekolah bidang kurikulum, bertugas :

a) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.

b) Menyususun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

c) Mengatur penyusunan program pengajaran.

d) Mengatur pelaksanaan kurikulum dan ekstrakurikuler.

e) Mengatur pelaksanaan penilaian kriteria kenaikan siswa, kelulusan raport

dan STTB.

f) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran.

g) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

h) Mengatur mengembangkan MGMP dan koordinator mata pelajaran.

i) Mengatur mutasi siswa.

j) Melakukan supervisi administrasi dan akademis.

k) Menyususn laporan.

3) Wakil kepala sekolah bidang HUMAS, bertugas :

a) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah.

b) Menyelenggarakan bakti sosial dan karyawisata.

c) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah.

d) Menyusun laporan.

4) Wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, bertugas :

a) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang proses

belajar mengajar.

b) Merencanakan program pengadaan, mengatur pemanfaatan sarana dan

prasarana.

Page 93: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

c) Mengelola perawatan, perbaikan, dan pengisian.

d) mengatur pembukuannya.

e) menyususn laporan.

5) Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, bertugas :

a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

b) Mengatur dan mengkoordinasikan pelakasnaan 7K.

c) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi kepramukaan,

PMR, KIRUKS PKS dan Paskibraka.

d) Mengatur program pesantren kilat.

e) Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan

f) Menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi.

g) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa.

6) Koordinator BP, bertugas :

a) Menyusun program dan pelakasanaan BK.

b) Koordinasi dengan wali kelas daam rangka mengatasi masalah-masalah

yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.

c) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi

dalam kegiatan belajar.

d) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh

gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sulit.

e) Mengadakan penilaian pelaksanaan BK.

f) Menyususn statistik hasil penilaian BK.

g) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.

h) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut BK.

i) Menyususn laporan pelaksanaan BK.

7) Koordinator Tata Usaha, bertugas melaksanakan tugas ketatausahaan sekolah

dan bertanggungjawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan :

a) Penyususnan program kerja tata usaha sekolah.

b) Pengelolaan keuangan sekolah.

c) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa.

Page 94: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

d) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah.

e) Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.

f) Penyususnan dan penyajian data/statistik sekolah.

g) Mengkoordinasikan dan melaksanakan 7K.

h) Menyususn laporan pelaksanaan kegiatan pengurus ketatausahaan secara

berkala.

8) Guru bertangung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas

melakasanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Tugasan tanggung jawab guru meliputi :

a) Membuat program pengajaran yang meliputi AMP, program tahunan,

cawu, program satuan pelajaran, program rencana pengajaran, program

mingguan guru LKS.

b) Melakasanakan kegiatan pembelajaran.

c) Melakasanakan kegiatan penilaiana proses belajar, ulangan harian, ulangan

umum ujian akhir, melaksanakan analisis ulangan harian.

d) Menyusun dan melaksanakan perbaikan dan pengayaan.

e) Mengisi daftara nilai; melaksanakan kegiatan membimbing kepada guru

dan dalam proses kegaitan belajar mengajar.

f) Membuat alat pelajaran/peraga; menumbuh kembangkan sikap menghargai

karya seni.

g) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum,

melakasanakan tugas tertentu di sekolah

h) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung

jawabnya.

i) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.

j) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran.

k) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum.

l) Mengumpulkan dan menghitung angka kridit untuk kenaikan pangkatnya.

9) Komite Sekolah, dibentuk berdasarkan surat keputusan kepala sekolah SMA

Negeri 1 Jogorogo No. 421/1143/415.052.22/2004, tanggal 28 Agustus 2004.

Page 95: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

2. Diskripsi Data Penelitian

Penelitian tentang “Hubungan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer

group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo

Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011” ini terdiri dari dua variabel bebas

dan satu variabel terikat. Pola asuh orang tua dan pergaulan peer group

merupakan variabel bebas, sedangkan kemandirian belajar merupakan variabel

terikat. Berdasarkan data penelitian penyebaran angket pola asuh orang tua,

pergaulan peer group dan kemandirian belajar berasal dari data skor angket

responden kepada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi

diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Diskripsi Data Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan diskripsi skor pola asuh orang tua (X1) diperoleh skor

minimum 63; skor maksimum 77; mean 71,70; median 72,50; mode 75; standar

deviasi 3,482; range 14. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut

ini :

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Gambar 3. Grafik Histogram Pola Asuh orang tua (X1)

Page 96: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Berdasarkan grafik histogram diatas, frekuensi paling tinggi 10 dengan

prosentase 21,7 %. Sedangkan frekuensi paling rendah 1 dengan prosentase 2,2%.

b. Deskripsi Data tentang Pergaulan Peer Group

Berdasarkan diskripsi skor pergaulan peer group (X2) diperoleh skor

minimum 63, skor maksimum 76; mean 68,85; median 69,00; mode 69; standar

deviasi 3,273; range 13. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut

ini :

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Gambar 4. Grafik Histogram Pergaulan Peer Goup (X2)

Berdasarkan grafik histogram diatas, frekuensi paling tinggi 8 dengan

prosentase 17,4%. Sedangkan frekuensi paling rendah 1 dengan prosentase 2,2 %.

c. Deskripsi Data tentang Kemandirian Belajar

Berdasarkan diskripsi dapat diketahui skor kemandirian belajar (Y)

diperoleh skor minimum 79; skor maksimum 85; mean 82,13; median 82,00;

mode 82; standar deviasi 1,067; range 6. Penyebaran data dapat diperiksa dalam

histogram berikut ini :

Page 97: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Gambar 5. Grafik Histogram Kemandirian belajar (Y)

Berdasarkan grafik histogram diatas, frekuensi paling tinggi 21 dengan

prosentase 45,7%. Sedangkan frekuensi paling rendah 1 dengan prosentase 2,2 %.

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Data yang telah terkumpul diolah kemudian disusun secara sistematis,

selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data yang akan digunakan untuk analisis

statistik dengan teknik regresi ganda harus memenuhi persyaratan uji asumsi

klasik sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan

dianalisis berbentuk sebaran normal atau tidak. Berikut persebaran data

Page 98: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Gambar 6. Grafik histogram normalitas

Deteksi normalitas dapat diketahui juga dengan melihat penyebaran data

pada sumbu diagonal pada suatu grafik. Jika data menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas. Hasil uji normalitas bisa dilihat dalam gambar berikut:

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Gambar 7. Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Page 99: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Gambar di atas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolineritas dilakukan untuk melihat apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Cara

mendeteksinya adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation

Factor (VIF), dimana menurut Hair et al dalam Duwi Priyatno (2010) variabel

dikatakan mempunyai masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih kecil

dari 0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10.

Tabel 8. Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Pola_Asuh_Orang_Tua .993 1.007

Pergaulan_Peer_Group .993 1.007

a. Dependent Variable: Kemandirian_Belajar Sumber: data primer yang diolah (2011)

Berdasarkan uji multikolinieritas di atas dapat dilihat bahwa nilai

tolerance kedua variabel bebas lebih dari 0,1 dan Varience Inflation Factor (VIF)

kurang dari 10. Maka, dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah

multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Hasil pengujian heteroskedastisistas dalam penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut:

Page 100: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Gambar 8. Scatterplot Regression Standardized Residual

Berdasarkan gambar di atas, terlihat titik menyebar secara acak, tidak

membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di

bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah variabel

pengganggu dari masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Hasil uji

autokorelasi dalam penelitian ini bisa dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 9. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .850a .723 .710 .574 1.920

a. Predictors: (Constant), Pergaulan_Peer_Group, Pola_Asuh_Orang_Tua

b. Dependent Variable: Kemandirian_Belajar

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Page 101: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Berdasarkan uji autokorelasi di atas diperoleh hasil angka D-W sebesar

1,920. Nilai D-W terletak diantara -2 sampai 2 (-2 < 1,920 < 2), dengan demikian

model regresi terbebas dari masalah autokorelasi.

5. Uji Linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linier atau tidak. Hasil uji linearitas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Perhatian orang tua (X1) dengan Kemandirian belajar (Y)

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Gambar 9. Plot antara variabelpola asuh orang tua dengan kemandirian belajar

Berdasarkan plot antara variabel perhatian orang tua (X1) dengan variebel

kemandirian belajar (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot menggambarkan garis

lurus, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi linieritas.

Page 102: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

b. Pergaulan peer group (X2) dengan kemandirian belajar (Y)

Sumber: data primer yang diolah (2011)

Gambar 10. Plot hubungan antara pergaulan peer group dengan kemandirian

belajar

Berdasarkan plot antara variabel pergaulan peer group (X2) dengan variebel

kemandirian belajar (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot menggambarkan garis

lurus, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi linieritas.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan

yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Maka diajukan hipotesis nihil (Ho)

sebagai berikut :

1. Tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dengan variabel

kemandirian belajar.

2. Tidak terdapat hubungan antara variabel pergaulan peer group dengan variabel

kemandirian belajar.

3. Tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dan pergaulan

peer group dengan dengan variabel kemandirian belajar.

Page 103: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Berdasarkan hipotesis nihil yang diajukan, maka untuk menguji digunakan

tingkat signifikasi yaitu :

4. Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,01

dinyatakan sangat signifikan.

5. Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih dari 0,01 dan kurang

dari 0,05 dinyatakan sangat signifikan atau menyakinkan.

6. Ho diterima dan Ha ditolak apabila tingkat probabilitas lebih dari 0,05.

Hipotesis akan diterima apabila hasil penelitian dapat mendukung

pernyataan hipotesis dan sebaliknya akan ditolak apabila hasil penelitian tidak

mendukung pernyataan hipotesis. Untuk menguji hipotesis hubungan antara X1

dengan Y, dan X2 dengan Y dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

Pearson’s Correlation (Product Moment). Untuk mengetahui hubungan secara

bersama-sama antara X1 dan X2 dengan Y menggunakan regresi ganda. Uji

hipotesis yang dilakukan menggunakan bantuan komputer dengan software SPPS

17.0 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis yang telah diajukan

diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Hubungan antara variabel X1 dengan Y

Teknik analisis yang digunkan untuk menentukan korelasi antara pola asuh

orang tua (X1) dengan kemandirian belajar (Y) menggunakan teknik analisis

Pearson’s Correlation (Product Moment). Hipotesis nihil yang diajukan :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dengan variabel

kemandirian belajar.

Page 104: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Adapun hasil analisis dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil uji korelasi

Correlations

Pola_Asuh_Oran

g_Tua

Kemandirian_Bel

ajar

Pola_Asuh_Orang_Tua Pearson Correlation 1 .621**

Sig. (2-tailed) .000

N 46 46

Kemandirian_Belajar Pearson Correlation .621** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber darta: data primer yang diolah (2011) Dari tersebut menunjukkan bawah rx1y (hubungan pola asuh orang tua

dengan kemandirian belajar) sebesar 0,621. Nilai ρ (probabilitas) adalah 0,000.

Nilai ρ (probabilitas) ini lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak sehingga terdapat

hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan

kemandirian belajar siswa. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r

positif, berarti semakin baik pola asuh yang diterapkan orang tau maka

kemandirian anak semakin tinggi. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan

bahwa : “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten

Ngawi tahun pelajaran 2010/2011” diterima.

2. Hubungan antara variabel X2 dengan Y

Teknik analisis yang digunkan untuk menentukan korelasi antara

pergaulan peer group dengan (X2) dengan kemandirian belajar (Y) menggunakan

teknik analisis Pearson’s Correlation (Product Moment). Hipotesis nihil yang

diajukan :

Page 105: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Ho : Tidak terdapat hubungan antara variabel pergaulan peer group dengan

dengan variabel kemandirian belajar.

Adapun hasil analisis dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 11. Hasil uji korelasi

Correlations

Kemandirian_Bel

ajar

Pergaulan_Peer_

Group

Kemandirian_Belajar Pearson Correlation 1 .630**

Sig. (2-tailed) .000

N 46 46

Pergaulan_Peer_Group Pearson Correlation .630** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber darta: data primer yang diolah (2011) Dari tabel menunjukkan bawah rx2y (hubungan antara pergaulan peer

group dengan kemandirian belajar) sebesar 0,630. Nilai ρ (probabilitas) adalah

0,000. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak, sehingga

terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel pergaulan peer group

dengan kemandirian belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang sangat signifikan antara pergaulan peer group dengan kemandirian belajar

siswa. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti

semakin tinggi pergaulan peer group semakin tinggi juga kemandirian belajar. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa : “Ada hubungan positif

yang signifikan antara pergaulan pergaulan peer group dengan kemandirian

belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun

pelajaran 2010/2011”, diterima.

Page 106: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

3. Hubungan antara X1 dan X2 dengan Y

Untuk mencari hubungan atau korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan Y

serta guna menguji hipotesis yang menyatakan bahwa ada korelasi positif antara

pola asuh orang tua dan pegaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa

kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi menggunakan analisis

regresi ganda. Hipotesis nihil yang diajukan :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dan

pergaulan peer group dengan dengan variabel kemandirian belajar.

Adapun hasil analisis dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil uji koefisien determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .850a .723 .710 .574 1.920

a. Predictors: (Constant), Pergaulan_Peer_Group, Pola_Asuh_Orang_Tua

b. Dependent Variable: Kemandirian_Belajar

Sumber: data primer yang diolah (2011) Tabel. 13. Tabel anova

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 37.031 2 18.515 56.121 .000a

Residual 14.186 43 .330

Total 51.217 45

a. Predictors: (Constant), Pergaulan_Peer_Group, Pola_Asuh_Orang_Tua

b. Dependent Variable: Kemandirian_Belajar Sumber: data primer yang diolah (2011)

Dari tabel diperoleh angka R sebesar 0,850. Hal ini berarti 85%

kemandirian belajar dapat dijelaskan oleh kedua variabel tersebut. Sedangkan

sisanya (100% - 85% = 15%) merupakan variabel unik yang tidak dapat

dijelaskan dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel ANOVA dilihat bahwa nilai

Page 107: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

probabilitas dalam kolom Sig. adalah 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,01.

Maka bisa disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat

hubungan positif yang sangat signifikan secara bersama-sama antara variabel pola

asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer group (X2) dengan kemandirian belajar

(Y), dengan Nilai F 56,121. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa:

“Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan pergaulan

peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1

Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun ajaran 2010/2011” diterima.

4. Sumbangan Relatif

Sumbangan relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan

masing-masing prediktor (X) terhadap kriterium (Y). Dalam hal ini untuk mencari

sumbangan relatif pola asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer group (X2)

terhadap kemandirian belajar (Y) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

JKreg = α ∑X1 Y + α ∑X2 Y

= 56,456. 3167. 3778 + 56,456. 3298. 3778

= 675491862,3 + 703432952,9

= 1378924815

Untuk X1 : SR % X1 = )(

11

regJKyxa x 100 %

= 675491862,3 X 100% 1376578617 = 48,99 %

Untuk X2 : SR % X2 = )(

22

regJKyxa x 100 %

= 730432952,9 X 100% 1378924815

= 51,01 %

Page 108: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Keterangan :

SR % X1 = Sumbangan relatif prediktor X1 terhadap Y

SR % X2 = Sumbangan relatif prediktor X2 terhadap Y

JKreg = Jumlah kuadrat regresi

Dari hasil perhitungan SR% di atas maka sumbangan relatif (SR) pola

asuh orang tua (X1) terhadap kemandirian belajar (Y) sebesar 48,99 dan

sumbangan relatif (SR) pergaulan peer group (X2) terhadap kemandirian belajar

(Y) sebesar 51,01 %.

5. Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan

murni yang diberikan masing-masing prediktor. Dalam hal ini untuk mencari

sumbangan efektif masing-masing prediktor (X1 dan X2) terhadap kriterium (Y)

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Mencari sumbangan efektif pola asuh orang tua (X1) terhadap kemandirian

belajar (Y) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SE % X1 = SR % X1 x R2

SE %X1 = 48,99 % X 0,8502

= 35,39%

Mencari sumbangan efektif pergaulan peer group (X2) terhadap

kemandirian belajar (Y) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SE % X2 = SR % X1 x R2

SE % X2 = 51,01% X 0,8502

= 36,85 %

Mencari sumbangan efektif pola asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer

group (X2) terhadap Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SE % X1X2 = SE % X1 + SE%X2

SE % X1 X2 = 35,39% + 36,85%

= 72,24%

Page 109: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Keterangan :

SE % X1 = Sumbangan efektif X1 terhadap Y

SE % X2 = Sumbangan efektif X2 terhadap Y

SE % X1 X2 = Sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y

Dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Sumbangan efektif (SE%) pola asuh orang tua (X1) terhadap kemandirian

belajar (Y) siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jogorogo Kabupaten Ngawi

tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 35,39 %.

2) Sumbangan efektif (SE%) pergaulan peer group (X2) terhadap

kemandirian belajar (Y) siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jogorogo

Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 36,85 %.

3) Sumbangan efektif (SE%) pola asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer

group (X2) secara bersama-sama terhadap kemandirian belajar (Y) siswa

kelas XI IPS SMA Negeri Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran

2010/2011 sebesar 72,24%.

Dari perhitungan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pergaulan

peer group memberikan sumbangan lebih besar terhadap kemandirian belajar,

sedangkan pola asuh orang tua memberikan sumbangan yang lebih kecil.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian

dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan analisis data sebagai

berikut :

1. Hubungan antara variabel X1 dengan Y

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa rx1y (hubungan pola asuh orang

tua (X1) dengan kemandirian belajar (Y)) sebesar 0,621 dengan nilai probabilitas

0,000. Nilai ρ (probabilitas) ini lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak sehingga

terdapat hubungan yang signifikan pola asuh orang tua dengan kemandirian

belajar siswa. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa : “Ada

hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian

Page 110: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun

pelajaran 2010/2011” diterima.

Secara teori yang dikemukakan oleh Singgih D Gunarso (2000: 55) “Pola

asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi

orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan

anak”. Perlakuan orang tua terhadap anak tentang kebiasaan yang dimaksud,

menunjukkan adanya kecenderungan yang mengarah pada pola pengelolaan dan

perawatan terhadap anak. Kebiasaan dalam mendidik, memelihara, dan

membesarkan anak, orang tua biasanya mempunyai kecenderungan pada arah

tertentu selaras dengan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah

keluarga.

Baik buruknya orang tua dalam mendidik, memelihara, dan membesarkan

anak akan memberikan kesan tersendiri kepada anak sehingga akan berhubungan

dengan perilaku anak dengan kemandirian belajarnya. Pendapat tersebut didukung

oleh Hurlock dalam buku Kadar Kemandirian dan Kadar Kooperatif Dalam

Kaitannya dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Di Daerah Istimewa Yogyakarta

mengemukakan bahwa Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh keluarga

misalnya perlakuan ibu terhadap anak, sekolah misalnya perlakuan guru dan

teman sebaya, media komunikasi massa misalnya surat kabar, televisi, dan alat

permainan, agama misalnya sikap terhadap agama yang kuat, pekerjaan individu

yang menuntut sikap tertentu (Dwi Siswoyo ,1989: 9).

Berdasarkan pendapat tersebut dikatakan bahwa kemandirian dapat

terbentuk karena pengaruh dari lingkungan keluarga, sekolah, media komunikasi

massa, agama, dan pekerjaan individu yang menuntut sikap tertentu. Pola asuh

yang diterapkan orang tua terhadap anak yang meliputi sikap dan kebiasaan orang

tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara, dan membesarkana anak.

Dalam sebuah keluarga, baik buruknya perilaku orang tua dalam mengasuh anak

akan memberikan kesan tersendiri bagi anak dalam pembentukan perilaku belajar

pada anak. Dengan pola asuh yang tepat pada anak, kemandirian belajar pada diri

anak akan terbentuk.

Page 111: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Maka semakin banyak dan semakin besar faktor yang berpengaruh

tersebut, maka akan semakin mudah pula seseorang membentuk kapasitas

kemandiriannya, dan begitu pula sebaliknya. Mengacu pada hasil analisis dan

pendapat tersebut maka dapat diinterpretasikan bahwa pola asuh yang baik dapat

mendorong meningkatnya kemandirian belajar pada anak.

2. Hubungan antara variabel X2 dengan Y

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa rx2y (hubungan antara pergaulan peer

group dengan kemandirian belajar) sebesar 0,630 dan nilai ρ (probabilitas) 0,000.

Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak, sehingga terdapat

hubungan yang signifikan secara antara variabel pergaulan peer group dengan

kemandirian belajar siswa. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa:

“Ada hubungan positif yang signifikan antara pergaulan pergaulan peer group

dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo

Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011”, diterima.

Secara teori dikemukakan ada sejumlah unsur pokok dalam pengertian

kelompok sebaya (peer group) menurut ST.Vembriarto (1990: 60), yaitu :

1. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang berhubungan diantara anggota intim, 2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial, 3. Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa”.

Berdasarkan pendapat diatas peer group merupakan kelompok primer yang

saling berhubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,

maupun kelompok dengan kelompok. Terdiri atas sejumlah individu yang

mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial. Istilah kelompok sebaya

dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa.

Kelompok teman sebaya atau pergaulan peer group mempunyai peranan

penting dalam penyesuaian diri remaja dan persiapan bagi kehidupan dimasa

mendatang, serta membentuk pandangan dan perilaku. Hal tersebut sesuai dengan

Page 112: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

pendapat Khomsan dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan (2000: 73) “Pada

masa remaja pengaruh kelompok atau atau rekan sebaya lebih menonjol dari pada

keluarga”. Remaja pada seumuran anak Sekolah Menengah Atas (SMA) sedang

berusaha untuk tidak bergantungan pada orang tua. Selain itu persaingan dalam

belajar untuk mendapatkan prestasi yang terbaik pada anak akan mendorong anak

untuk dapat menciptakan kemandirian belajar pada diri anak itu sendiri sehingga

tidak bergantung pada teman-temannya dalam menyelesaikan masalah dalam

belajarnya.

Selain itu menurut Slamet Santoso, (1999: 89), “pengaruh lain dari

perkembangan kelompok sebaya adalah positif dan ada yang negatif”. Pengaruh

positif dari kelompok sebaya, antara lain:

7) Akan lebih siap menghadapi kehidupan mendatang

8) Dapat mengembangkan solidaritas antar kawan

9) Setiap anggota dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan

sesuai dengan kebudayaan yang dianggap baik

10) Dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan melatih bakatnya

11) Mendorong untuk bersikap mandiri

12) Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompoknya

Menurut pendapat tersebut dijelaskan bahwa pergaulan kelompok teman

sebaya atau pergaulan peer group mempunyai pengaruh salah satunya

mendorong untuk bersikap mandiri. Kemandirian dalam penelitian ini adalah

kemandirian belajar.

Mengacu pada hasil analisis dan pendapat tersebut maka dapat

diinterpretasikan bahwa pergaulan peer group dapat mendorong menciptakan

kemandirian belajar pada anak.

3. Hubungan antara variabel X1 dan X2 dengan Y

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa angka R sebesar 0,850, ρ

(probabilitas) sebesar 0,000, sedangkan F sebesar 56,121. Hal ini menunjukkan

adanya hubungan positif yang signifikan secara bersama-sama antara variabel

Page 113: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan kemandirian belajar.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa : “Ada hubungan positif

yang signifikan antara pola asuh orang tua dan pergaulan pergaulan peer group

dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo

Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011” diterima.

Secara teori yang dikemukakan Knowles, M yang dikutip dari Kusmadi

(2002:2) menyatakan bahwa “Kemandirian belajar menunjukkan bahwa siswa

tidak bergantung pada penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus

menerus, tetapi juga mempunyai kreatifitas dan inisiatif sendiri, serta mampu

bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya”. Pendapat

lain dikemukakan oleh Haris Mudjiman (2009: 7), “Belajar mandiri dalam

kegiatan belajar aktif yang mendorong oleh niat atau motif untuk menguasai

sesuatu kompetisi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal

pengetahuan atau kompetisi yang dimiliki”.

Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada seseorang untuk

melakukan kegiatan belajar karena dorongan dalam diri sendiri, bukan karena

pengaruh dari luar. Belajar merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa

dan bukan semata-mata karena tekanan guru maupun pihak lain. Adanya sikap

mandiri dalam diri siswa, maka tujuan belajar akan dicapai sebagaimana yang

diharapkan. Dalam belajar mandiri seorang siswa harus mempunyai keberanian

didalam mengutarakan pendapat, aktif bertanya, berdiskusi atau minta penjelasan

kepada guru, teman, atau kepada orang lain bila belum jelas. Siswa yang

mempunyai sikap kemandirian akan tampak, karena didalam melakukan tugas-

tugas atau kegiatan belajar akan bersungguh-sungguh dalam mencari data atau

informasi dari berbagai sumber dan tidak menggantungkan pada arahan,

bimbingan, dan pengawasan dari orang lain.

Menurut Bimo Walgito (1997: 46) mengemukakan bahwa “Faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap kemandirian adalah faktor indogen dan eksogen”.

Untuklebih jelasnya dapatdijelaskan sebagai berikut :

3) Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri yang terdiri dari

Page 114: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

c) Faktor fisiologi yaitu kondisi fisik yang sehat atau tidak sehat. Kondisi

siwa sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki

kondisi fisik yang sehat akan lebih berkonsentasi dalam belajarnya,

sehingga siswa akan lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajarnya.

d) Faktor sikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi kemandirian

misalnya bakat, minat, dan keceerdasan. Anak yang memiliki bakat, minat,

dan kecerdasan akan memiliki kemampuan untuk mandiri sebab mereka

akan mengarahkan diri sendiri dalam mengambangkan kemampuannya.

4) Faktor eksogen yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri sendiri yaitu

d) Faktor yang berasal dari keluarga. Peran orang tua sangat menentukan

perkembangan anak-anaknya. Watak, sikap, kemandirian anak akan

terbentuk karena pengaruh keluarga, sehingga interaksi dalam keluarga

akan sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkan kemandirian.

e) Faktor yang berasal dari sekolah yaitu proses belajar dan pergaulan dengan

teman. Disekolah anak akan berinteraksi dengan guru dan teman-

temannya. Guru akan mengarahkan siswa dalam ketercapaian kedewasaan

dan kemandirian dalam belajar. Sedangkan dengan teman sekolahnya

kemandirian belajar akan terbentuk karena adanya rasa persaingan dalam

memperoleh prestasi yang semaksimal mungkin.

Faktor yang berasal dari masayarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan

pergaulan masyarakat. Lingkungan masayarakat secara langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.

Berdasarkan pendapat tersebut kemandirian dipengaruhi oleh faktor

keluarga , dimana kemandirian akan terbentuk karena pengaruh keluarga. Faktor

dari sekolah, yaitu dari pergaulan dengan teman-temannya, sedangkan faktor dari

masayarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan pergaulan masyarakat.

Lingkungan masayarakat secara langsung maupun tidak langsung akan

mempengaruhi sikap kemandirian dan tingkah laku anak.

Terbentuknya kemandirian belajar pada diri anak, melalui pola asuh yang

diterapkan orang tua kepada anaknya juga mempunyai hubungan dengan

Page 115: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

pergaulan peer group. Baik buruknya orang tua dalam mendidik, memelihara, dan

membesarkan anak akan memberikan kesan tersendiri kepada anak sehingga akan

berhubungan dengan perilaku pada diri anak. Keluarga merupakan tempat

pertama kali seorang anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi, sehingga pola

asuh yang tepat diterapkan orang tua akan dapat membentuk perilaku anak. Pola

asuh yang tepat akan mendorong perlaku kemandirian belajar dalam diri anak.

Perilaku anak ini akan diteruskan anak hingga pergaulannya di luar keluarganya.

Pergaulan anak tidak terbatas di dalam keluarganya, namun terjadi lebih

luas lagi yaitu, dapat terjadi disekolah, dengan teman bermain, atuapun dengan

teman dalam organisasinya. Dalam pergaulan dengan kelompok sebanyanya atau

pergaulan peer group, akan mempengaruhi juga perilaku dan kebiasaan dalam diri

anak. Pergaulan yang benar dapat mendorong anak untuk lebih dapat memenuhi

kebutuhan belajarnya sendiri, karena kebutuhan anak dalam belajar relatif sama

sehingga dapat saling berdiskusi. Dengan begitu akan membuat anak untuk tidak

hanya bergantung dengan, mampu bekerja sendiri, bertanggung jawab atas

pekerjaannya, serta penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus

menerus, namun mampu berinisiatif memiliki tingkat ketergantungan yang relatif

rendah pada orang lain untuk mencapai tujuan belajarnya.

Mengacu pada hasil analisis dan pendapat tersebut maka dapat

diinterpretasikan bahwa pola asuh orang tua dan pergaulan peer group yang dapat

mendorong meningkatkan kemandirian belajar pada anak.

Page 116: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

kemandirian belajar. Dengan demikian, siswa yang memiliki pola asuh yang

semakain baik dalam keluarganya maka semakin tinggi kemandirian

belajarnya.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pergaulan peer group yang

dengan kemandirian belajar. Dengan demikian semakin baik pergaulan peer

group siswa maka semakin tinggi pula kemandirian belajarnya.

3. Ada hubungan bersama yang signifikan antara pola asuh orang tua dan

pergaulan peer group dengan kemandirian belajar. Dengan demikian semakin

baik pola asuh yang diterapkan orang tua kepada siswa dan semakin baik

pergaulan peer group maka akan semakin tinggi pula kemandirian belajarnya.

4. Besarnya sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) masing-masing

kriterium terhadap prediktor menunjukkan bahwa, pergaulan peer group lebih

memberikan kontribusi lebih tinggi dalam meningkatkan kemandirian belajar

dibandingkan dengan pola asuh orang tua.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas ternyata terdapat

hubungan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan

kemandirian belajara siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Jogororgo tahun pelajaran

2010/2011. Sehingga dapat diimplikasikan sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua secara empiris mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kemandirian belajar. Pola asuh yang diterapkan orang tua kepada

anaknya meliputi kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk mengasuh,

101

Page 117: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

memelihara, dan membesarkana anak. Dalam sebuah keluarga baik buruknya

perilaku orang tua dalam mengasuh anak akan memberikan kesan tersendiri

bagi anak dalam pembentukan perkembangan psikologis dan perilaku belajar

pada anak. Dengan pola asuh yang baik dan tepat pada anak, akan mendorong

dan membentuk kemandirian belajar pada diri siswa.

2. Pergaulan peer group secara empiris mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kemandirian belajar. Pergaulan antara teman yang satu dengan teman

yang lain mempengaruhi bagaimana tingkah laku serta kebiasaan siswa. Oleh

karena itu perlu berhati-hati agar tidak terjerumus kedalam pergaulan dengan

teman yang salah. Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan khususnya

kemandirian belajar perlu diupayakan terjadinya pergaulan dengan teman

yang positif sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dan teman-teman

yang dimilikinya dapat dijadikan sumber belajar.

3. Pola asuh orang tua dan pergaulan peer group secara empiris mempunyai

hubungan dengan kemandirian belajar. Keluarga merupakan tempat pertama

kali seorang anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi, sehingga pola asuh

yang tepat diterapkan orang tua akan dapat membentuk perilaku pada diri

anak, pola asuh yang tepat akan mendorong terbentuknya kemandirian belajar

dalam diri anak. Perilaku anak ini akan diteruskan anak kedalam pergaulan di

disekolah, teman bermain, atuapun dengan teman dalam organisasinya seperti

dalam karang taruna. Dengan memiliki kelompok sebaya akan terjalin

interaksi yang dapat mempengaruhi, merubah atau memperbaiki perilaku

anak. Pergaulan yang tepat akan mempengaruhi bagaimana tingkah laku serta

kebiasaan baik anak, sehingga mendorong anak untuk dapat memenuhi

kebutuhan belajarnya sendiri. Sehingga peran orang tua sangat dibutuhkan

untuk menciptakan kemandirian belajar.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian dan implikasi hasil penelitian yang

penulis kemukakan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang

Page 118: SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Adapun saran-saran tersebut antara

lain:

e. Bagi Siswa

a. Siswa harus patuh pada nasehat orang tua dan bergaul dengan teman-teman

yang baik agar tidak terjebak pada pergaulan yang tidak benar.

b. Siswa harus mengoptimalkan kemampuan yang dimilikya sehingga siswa

dapat belajar mengenali, memilih, serta menggunakan sumber-sumber

tertentu untuk keperluan belajarnya tanpa rasa ketergantungan pada orang

lain.

f. Bagi Sekolah

a. Sekolah hendaknya dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada para

siswa agar bergaul secara positif dan tidak terjerumus kedalam pergaulan

yang tidak baik.

b. Sekolah hendaknya berperan serta dalam mengawasi pergaulan siswa di

sekolah.

g. Bagi Orang tua

a. Orang tua hendaknya benar-benar memahami dengan baik tentang arti

pentingnya menciptkan hubungan pengasuhan yang baik dengan anak.

Psikologi anak sangat berhubungan dengan pengasuham orang tua setiap

hari yaitu bagaimana cara mendidik, membimbing, memberikan

keteladanan, perlindungan yang diberikan oleh orang tua dirumah sehingga

dapat mendorong meningkatkan kemandirian dalam diri anak, khususnya

dalam belajar.

b. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan dan mengarahkan pergaulan

anak agar anak tidak salah dalam pergaulan.

h. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peneliti yang lain yang

akan melakukan penelitian dengan tema yang sama.