Upload
vanngoc
View
231
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PERGAULAN
PEER GROUP DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JOGOROGO
KABUPATEN NGAWI TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
OLEH :
RIZKA MAGHFIRAINI
K8407008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PERGAULAN
PEER GROUP DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JOGOROGO
KABUPATEN NGAWI TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
RIZKA MAGHFIRAINI
K8407008
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Rizka Maghfiraini. K8407008. HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PERGAULAN PEER GROUP DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JOGOROGO KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Belajar, (2) Hubungan antara Pergaulan Peer Group dengan Kemandirian Belajar, (3) Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Pergaulan Peer Group dengan Kemandirian Belajar. Penelitian ini mengambil lokasi di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogogoro Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011, sejumlah 116 siswa. Sampel diambil dengan teknik Cluster random sampling sejumlah 46 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket sebagai teknik pengumpulan data pokok, sedangkan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data pendukung. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan Pearson’s Correlation (Product Moment) untuk menguji hipotesis hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y, sedangkan untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara X1 dan X2 dengan Y menggunakan regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari rx1y = 0,621, dan ρ = 0,000 dengan SR = 48,99 % dan SE = 35,39%. (2) Ada hubungan positif yang signifikan antara pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari rx2y = 0,630 dan ρ = 0,000 dengan SR = 51,01 % dan SE = 36,85%. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat R sebesar 0,850 , ρ = 0,000 F= 56,121.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
Rizka Maghfiraini. K8407008. RELATIONSHIP BETWEEN PARENTING PATTERNS AND PEER GROUP SOCIAL INTERCOURSE WITH STUDENTS’ INDEPENDENCE LEARNING OF THE ELEVENTH GRADE IS OF SMA NEGERI 1 JOGOROGO, NGAWI IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta,
This study aimed to determine: (1) Relationship between parenting pattern with students’ Independence learning, (2) Relationship between Peer Group Social Intercourse with students’ Independence learning, (3) Relationship between Parenting Patterns and Peer Group Social Intercourse with students’ Independence learning. This research was taken place in class XI IS SMA Negeri 1 Jogorogo.
The method used in this research was descriptive quantitative. The total populations in this study were 116 students taken from all students in grade XI IS SMA Negeri 1 Jogorogo in the 2010/2011 Academic Year. Total samples data were 46 students taken by cluster random sampling technique. The primary data used was questionnaire while the documentation used as supporting data. The data analysis technique used was Pearson's Correlation (Product Moment) to test the hypothesis relation between X1 with Y, and X2 with Y technique analysis. While to know the relationship among X1 and X2 with Y used multiple regression analysis technique.
Based on the results of this study it can be concluded that: (1) There was a significant positive relationship between parenting pattern with students’ Independence learning, of the eleventh grade IS of SMA 1 Jogorogo in the 2010/2011 academic year. It can be see from the result of analyzing data which shows rx1y = 0,621, and ρ = 0,000 with SR = 48,99 % and SE = 35,39%. (2) There was a significant positive relationship between Peer Group Social Intercourse with students’ Independence learning, of the eleventh grade IS of SMA 1 Jogorogo in the 2010/2011 academic year. It can be see from the result of analyzing data which shows rx2y = 0,630 and ρ = 0,000 with SR = 51,01 % and SE = 36,85%. (3) There was a significant positive relationship between Parenting Patterns and Peer Group Social Intercourse with students’ Independence learning, of the eleventh grade IS of SMA 1 Jogorogo in the 2010/2011 academic year. It can be see from the result of analyzing data which shows R = 0,850 , ρ = 0,000 and the total of F= 56,121.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah, sesungguhnya (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap”.
(Q,S Alam Asyroh: 5-8)
“Mereka akan memperoleh hasil usaha mereka, sedang kamu pun akan
memperoleh pula hasil usahamu”
(Q.S Al-Baqarah: 144)
Kebahagiaan kita yang terbesar tidak bergantung pada kondisi hidup kita, tetapi
disebabkan oleh hati nurani, kesehatan yang baik, pekerjaan dan kebebasan untuk
mengejar segala tujuan dengan jalan yang syah.
(Jofferson)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
1. Ibu/ Bapak yang senantiasa mendidik,
membimbing dengan penuh kesabaran serta
doa yang selalu menyertaiku.
2. Kakak-kakakku dan keponakanku yang
selalu memberi motivasi dan keceriaan.
3. Teman-teman seperjuangan Sosiologi
Antropologi UNS angkatan 2007.
4. Sahabat-sahabat kos “Wisma Melati” yang
menjadi teman sekaligus keluargaku
ditempat aku menimba ilmu.
5. Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmad dan hidayatNya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini, guna memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapai banyak hambatan.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut
dapat peneliti atasi. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Syaiful Bachri, M. Pd ketua jurusan Pendidikan Ilmu Sosial.
3. Drs. MH. Sukarno, M. Pd Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi
selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan izin penulisan skripsi
serta yang selalu memberikan dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan
kewajiban akademik.
4. Dr. Zaini Rohmad, M. Pd pembimbing I dan Drs. Haryono, M. Pd selaku
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan
kepada peneliti sehingga skrisi ini dapat peneliti selesaikan dengan lancar.
5. Bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi yang secara
tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada peneliti.
6. Drs. Santoso Kepala sekolah SMA Negeri 1 Jogorogo yang telah memberikan
izin kepada peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian.
7. Guru pembimbing, Staf, dan siswa SMA Negeri 1 Jogorogo yang telah
meluangkan waktu untuk membantu memberikan bimbingan, informasi, dan
memberikan data.
8. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti
sebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
semua pihak.
Surakarta, Juni 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………….
PENGAJUAN ..................................................................................................
PERSETUJUAN …………………………………………………………….
PENGESAHAN ……………………………………………………………...
ABSTRAK …………………………………………………………………...
ABSTRACT ………………………………………………………………….
MOTTO ……………………………………………………………………...
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...
DAFTAR TABEL …………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………...
I. PENDAHULUAN …………………………………………………….....
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….......
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………......
C. Pembatasan Masalah ………………………………………………….
D. Perumusan Masalah ………………………………………………......
E. Tujuan penelitian …………………………………………………......
F. Manfaatn Penelitian ………………………………………………......
1. Manfaat Teoretis ………………………………………………….
2. Manfaat Praktis …………………………………………………...
II. LANDASAN TEORI ……………………………………………………
A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………...
1. Tinjauan Tentang Kemandirian Belajar ………………………......
2. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua …………………………
3. Tinjauan Tentang Pergaulan Peer Group …………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiv
xv
xvi
1
1
7
8
8
9
9
9
10
11
11
11
21
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
B. Hasil Penelitian yang relevan ………………………………………...
C. Kerangka Berfikir …………………………………………………....
D. Hipotesis ……………………………………………………………...
III. METODE PENELITIAN ……………………………………………….
A. Tenpat dan Waktu Penelitian …………………………………………
1. Tempat Penelitian ……...………………………………………...
2. Waktu Penelitian ………………………………………………...
B. Populasi dan Sampel ………………………………………………….
1. Populasi ………………………………………………………….
2. Sampel …………………………………………………………...
3. Teknik Sampling ………………………………………………...
C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….
D. Rancangan Penelitian………………………………………………….
E. Teknik Analisis Data………………………………………………….
1. Uji persyaratan Analisis………………………………………….
2. Uji Hipotesis….…………………………………………………..
IV. HASIL PENELITIAN …………………………………………….......
A. Deskripsi Data……………………………………………………........
B. Pengujian Persyaratan Analisis………………………………………..
C. Pengujian Hipotesis…………………………………………………...
D. Pembahasan Hasil Analisis Data……………………………………...
V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………………………
A. Simpulan………………………………………………………………
B. Implikasi………………………………………………………………
C. Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN………………………………………………………………….
38
41
43
45
44
44
44
45
45
45
46
50
63
64
65
68
72
72
82
87
94
101
101
101
102
104
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Keranga Berfikir……………………………………... 43
Gambar 2. Struktur organisasi SMA Negeri 1 Jogorogo………………... 75
Gambar 3. Grafik Histogram Pola Asuh orang tua (X1) ………………... 80
Gambar 4. Grafik Histogram Pergaulan Peer Goup (X2)……………… 81
Gambar 5. Grafik histogram Grafik Histogram Kemandirian belajar (y).. 82
Gambar 6. Grafik Normalitas …………………………………………… 83
Gambar 7. Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual 83
Gambar 8. Grafik Scatterplot..................................................................... 85
Gambar 9. Plot perhatian orang tua dengan kemandirian belajar……….. 86
Gambar 10. Plot pergaulan peer group dengan kemandirian belajar …… 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu Penelitian……………………………………………….. 44
Tabel 2. Hasil uji validitas pola asuh orang tua…………………………. 59
Tabel 3. Hasil uji validitas pergaulan peer group...................................... 60
Tabel 4. Hasil uji validitas kemandirian belajar…………………………. 61
Tabel 5. Hasil uji reabilitas pola asuh orang tua………………………… 62
Tabel 6. Hasil uji reabilitas pergaulan peer group………………………. 62
Tabel 7. Hasil uji reabilitas kemandirian belajar………………………… 63
Tabel 8. Uji Multikolinearitas…………………………………………… 84
Tabel 9. Uji Autokorelasi………………………………………………. 85
Tabel 10. Hasil Uji korelasi pola asuh orang tua dengan kemandirian
belajar…………………………………………………………
89
Tabel 11. Hasil Uji korelasi pergaulan peer group dengan kemandirian
belajar…………………………………………………………
90
Tabel 12. Hasil uji koofisien determinasi……………………………….. 91
Tabel 13. ANOVA………………………………………………………. 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Matrik Angket ….……………………………………...…... 108
Lampiran 2. Angket Penelitian …………….……………………………. 111
Lampiran 3. Tabulasi Data Try Out …………………………………….. 116
Lampiran 4. Validitas Try Out Angket …….……………………………. 119
Lampiran 5. Reliabilitas Try Out Angket ……………………………….. 130
Lampiran 6. Tabulasi Data Hasil Penyebaran Angket Pola Asuh Orang
Tua ......................................................................................... 134
Lampiran 7. Tabulasi Data Hasil Penyebaran Angket Pergalan Peer Group
............................................................................................... 135
Lampiran 8.Tabulasi Data Hasil Penyebaran Angket Kemandirian Belajar 136
Lampiran 9. Output Dari Hasil Olah Data Melalui SPSS 17.0 ………….. 137
Lampiran 10. Surat Permohonan Penyusunan Skripsi kepada Dekan FKIP
UNS ……………………………………………………….. 156
Lampiran 11. Surat Keputusan Menyusun Skripsi dari Dekan FKIP UNS 157
Lampiran 12.Surat Keterangan Ijin Penelitian kepada Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta …………………………………… 158
Lampiran 13. Surat Keterangan Ijin Penelitian dari KesBangPoLinMas
Ngawi .................................................................................... 159
Lampiran 14. Surat Keterangan Ijin Penelitian kepada SMA Negeri 1
Jogorogo…………………………………………...……… 160
Lampiran 15. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari SMA
Negeri 1 Jogorogo ………………………………………....... 161
Lampiran 16. Curriculum Vitae …………………………………………… 162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting sekaligus menjadi kegiatan yang
universal dalam kehidupan manusia, karena pendidikan bagi manusia merupakan
suatu proses menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam
seluruh dimensi kepribadian. Pendidikan memiliki tanggung jawab terbesar dan
menjadi tumpuan haparan bangsa untuk terciptanya manusia-manusia cakap,
mandiri, berbudaya, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta dapat
membangun dirinya sendiri. Kemandirian belajar diperlukan untuk mampu
beradaptasi dengan berbagai tuntutan dalam dunia pendidikan yang semakin maju.
Seperti yang dinyatakan dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 dinyatakan :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan pendidikan sangat komplek dan menjadi
tanggung jawab bersama. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, salah
satunya disebutkan untuk dapat menciptakan kemandirian.
Ketika terlahir manusia berada dalam keadaan lemah. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada bantuan orang-orang disekitarnya.
Perkembangan akan mengantarkan seorang anak menuju proses pendewasaan, dan
pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA) anak sedang mempersiapkan diri
menuju proses pendewasaan diri tersebut. Ada banyak pilihan bagi siswa untuk
dapat mandiri menentukan pilihan tanpa menggantungkan diri pada orang-orang
di sekitarnya untuk menentukan pilihan yang akan diambilnya, termasuk dalam
memenuhi kebutuhan belajarnya. Dengan kemampuannya, seorang siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berkesempatan melakukan banyak hal tanpa harus selalu tergantung pada orang-
orang di sekitarnya, termasuk orang tua maupun teman sebayanya.
Kemandirian mencakup pengertian kebebasan untuk siap tidak lagi
bergantung pada orang lain. Lie dan Prasasti (2004: 2) menyatakan bahwa
“Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-
hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan
dan kapasitasnya”. Kemandirian berarti bukan tidak memerlukan orang lain, tetapi
tetap memerlukan orang lain dan bimbingan dari orang lain dengan tingkat
ketergantungan yang rendah. Kemandirian merupakan salah satu unsur penting
yang dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar disekolah maupun diluar
sekolah .
Dalam kaitannya dengan kemandirian belajar, Knowles, M yang dikutip
dari Kusmadi (2002: 2) menyatakan bahwa “Kemandirian belajar menunjukkam
bahwa siswa tidak bergantung pada penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru
yang terus menerus, tetapi juga mempunyai kreatifitas dan inisiatif sendiri, serta
mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya”.
Untuk itu siswa dituntut untuk kreatif dalam mencari bahan pelajaran, serta tidak
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dengan bahan pelajaran yang
disediakan oleh sekolah.
Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar karena dorongan dalam diri sendiri, bukan karena
pengaruh dari luar. Belajar merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa
dan bukan semata-mata karena tekanan guru maupun pihak lain. Adanya sikap
mandiri dalam diri siswa, maka tujuan belajar akan dicapai sebagaimana yang
diharapkan. Kemandirian belajar juga merupakan suatu cara untuk melakukan
kegiatan belajar yang baik, sehingga perlu dilakukan dalam kegiatan belajar
dewasa ini, bahkan ditekankan pada sebuah keharusan. Dimasa depan nantinya
anak akan dituntut untuk dapat hidup dalam kompleksitas kehidupan, modernitas,
dan globalisasi yang penuh persaingan dan membutuhkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kecakapan dalam bersikap dan bertindak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam melakukan kegiatan belajar, suatu hal yang sering menjadi
permasalahan adalah bagaimana cara untuk melakukan kegiatan belajar adalah
cara untuk melakukan kegiatan belajar yang tepat. Kusmadi (2002: 3-4)
mengemukakan bahwa “Secara umum belajar secara mandiri sangat
menguntungkan bagi subjek belajar, karena belajar secara mandiri mendorong
subjek belajar memberdayakan lingkungan dan sumber belajar secara optimal”.
Berdasarkan keterangan tersebut bahwa dengan kemampuan subjek belajar yang
optimal dengan sendirinya, maka subjek belajar dapat mengenali, memilih, serta
menggunakan sumber-sumber tersebut untuk keperluan belajarnya tanpa rasa
ketergantungan pada orang lain.
Kemandirian merupakan unsur penting dalam setiap belajar sehingga
subjek belajar harus memiliki hal tersebut. Pada dasarnya kemandirian merupakan
bagian dari kepribadian seseorang. Menurut Allport dalam buku Elizabeth B.
Hurlock yang berjudul Perkembanagan Anak alih bahasa Meitasari Tjandrasa
“Kepribadian ialah susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamai dalam diri
suatu individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap
lingkungan”. Faktor yang mempengaruhi kepribadian akan berpengaruh pada
kemandirian. Menurut Hurlock dalam buku Kadar Kemandirian dan Kadar
Kooperatif Dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Di Daerah
Istimewa Yogyakarta mengemukakan bahwa Kepribadian seseorang dipengaruhi
oleh keluarga misalnya perlakuan ibu terhadap anak, sekolah misalnya perlakuan
guru dan teman sebaya, media komunikasi massa misalnya surat kabar, televisi,
dan alat permainan, agama misalnya sikap terhadap agama yang kuat, pekerjaan
individu yang menuntut sikap tertentu (Dwi Siswoyo ,1989: 9).
Berdasarkan pendapat tersebut dikatakan bahwa kemandirian dapat
terbentuk karena pengaruh dari lingkungan keluarga, sekolah, media komunikasi
massa, agama, dan pekerjaan individu yang menuntut sikap tertentu. Maka
semakin banyak dan semakin besar faktor yang berpengaruh tersebut, maka akan
semakin mudah pula seseorang membentuk kapasitas kemandiriannya, dan begitu
pula sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dalam penelitian ini keluarga lebih ditekankan pada pola asuh orang tua
kepada anak. Pola asuh yang dimaksud adalah dalam mendidik, memelihara, dan
membesarkan anak. Menurut Singgih D Gunarso (2000: 55) “Pola asuh orang tua
merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua
menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak”.
Dalam mendidik, memelihara, dan membesarkan anak, orang tua biasanya
mempunyai kecenderungan pada arah tertentu. Baik buruknya orang tua dalam
mendidik, memelihara, dan membesarkan anak akan memberikan kesan tersendiri
kepada anak sehingga akan berhubungan dengan perilaku anak.
Pola asuh orang tua adalah tanggung jawab orang tua dalam rangka
pembentukan kedewasaan anak. Pola asuh orang tua dalam mendidik anak terbagi
menjadi beberapa bentuk. Menurut Elizabeth Hurlock dalam buku berjudul
Perkembangan Anak yang diterjemahkan Meitasari Tjandrasa (1993: 205),
“Metode yang dipilih sebagai metode pendidikan anak, yaitu otoriter, permisif
atau demokratis…”. Berdasarkan pendapat diatas pola asuh orang tua terhadap
anak terbagi menjadi tiga yaitu pola asuh otoriter, permisif atau liberal, dan pola
asuh demokratis.
Dalam bentuk pola asuh orang tua yang otoriter, orang tua dalam
memenuhi kebutuhannya cenderung suka memaksakan kehendak kepada anak,
bersifat kaku dan keras tanpa tahu perasaan anak. Pada pola asuh permisif atau
liberal ditandai dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak
untuk menentukan tingkah lakunya sendiri tanpa memberikan batasan-batasan dan
kendali dari orang tuanya. Orang tua bahkan tidak pernah memberikan aturan dan
pengarahan kepada anak. Berbeda dengan pola asuh demokratis yang ditandai
dengan komunikasi yang baik, antara orang tua dengan anak sehingga selalu
terjadi komunikasi timbal balik, orang tua memberikan kebebasan pada anak
untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak
dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Elizabeth B. Hurluck dalm buku Perkembangan Anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang diterjemahkan Meitasari Tjandrasa (1999: 93) mengemukakan pola asuh
orang tua dibedakan atas :
1. Otoriter, yaitu pola asuh yang mendasarkan pada aturan yang berlaku dan memaksa anak untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan keinginan orang tua.
2. Demokratis, yaitu pola asuh yang ditandai sikap orang tua yang mau menerima, responsive dan semangat memperhatikan kebutuhan anak dengan disertai pembatasan yang terkontrol.
3. Laissez faire, yaitu pola asuh orang tua yang memberikan kebebasan penuh kepada anaknya untuk membuat keputusan sendiri sesuai dengan keinginan dan kemauannya, ini mengarah pada sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anak.
Dengan berbagai pola asuh tersebut harus disesuaikan dengan`kepribadian
anak, karena hal tersebut berhubungan dengan sikap dan perilaku anak dalam
kehidupan sehari-hari. Orang tua harus berperan sebagai seorang pemimpin dalam
sebuah keluarga, tetapi pemimpin yang baik harus dapat bertindak sebagai teman
bagi anak. Orang tua tetap harus menjaga kewibawaan sebagai orang tua agar
anak dapat tetap bersikap hormat.
Dari ketiga pola asuh yang dijelaskan diatas, pola asuh yang paling baik
diterapkana dalah pola asuh demokratis. Karena dengan menanamkan pola asuh
ini orang tua akan dengan mudah mengadakan hubungan timbal balik atau
hubungan saling memberi dan menerima antara orang tua dengan anak. Dan orang
tua akan menerapkan aturan-aturan tersebut dan tidak merasa terkekang. Bahkan
dengan pola asuh ini anak akan merasa terbuka, dan menghargai orang tuanya.
Mengingat bahwa dalam menuju kemandirian belajar, seorang siswa akan
senantiasa melepaskan rasa ketergatungan pada orang tuanya. Maka seorang anak
menginginkan kebebasan dan kebijakan orang tua dalam berperilaku untuk
mencapai tujuan belajarnya. Untuk itu walaupun orang tua memberikan
pengawasan kepada anak, orang tua tetap perlu memberikan kebebasan secara
bertahap dan menumbuh kembangkan tanggung jawab sebagai seorang siswa
dalam mencapai kebutuhan belajarnya. Pola asuh dari orang tua terhadap anak
juga akan terbawa pada perilaku anak jika sudah berada dalam lingkungannya dan
bergaul dengan teman-teman sebayanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Selaian faktor keluaraga faktor yang berhubungan dengan kemandirian
belajar adalah pergaulan peer group atau pergaulan kelompok teman sebanya.
Setelah keluar dari lingkungan keluarganya, anak akan tumbuh dan berkembang
dalam dua dunia, yaitu dunia orang dewasa (orang tua, guru, pemimpin
masyarakat, pejabat, dan lain-lain) dan dalam dunia sebayanya (teman sekolah,
teman bermain, teman dalam organisasi, dan teman-teman lainnya). Pada masa
remaja dimana kehidupan anak banyak ditentukan oleh lingkungan sebayanya.
Kelompok sebaya ini sering disebut dengan peer group. Ada sejumlah unsur
pokok dalam pengertian kelompok sebaya (peer group) menurut ST.Vembriarto
(1990: 60), yaitu :
1. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang berhubungan diantara anggota intim, 2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial, 3. Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa.
Anak memasuki kelompok sebaya secara alamiah dan bermula sejak dia
memasuki kelompok permainan dengan anak-anak dilingkungan tetangganya.
Setelah memasuki sekolah, anak terlibat dalam kelompok sebaya yang lebih besar,
yaitu teman-teman sekelasnya. Anak akan menghadapi kemungkinan pilihan
kelompok sebanyanya yang bermacam-macam, yaitu dari teman sekolah, teman
bermain, atau teman dalam suatu organisasi. Anak harus dapat betul-betul
memilih teman dalam bergaul agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak
baik dan dapat membawa dampak negatif bagi anak. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Kohlberg dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan (2006: 73)
“kehidupan remaja pada saat ini ingin diterima oleh teman-temannya, sehingga
tindakan cenderung ingin disesuaikan dengan apa yang diharapkan lingkungan
sebayanya.
Kelompok teman sebaya atau pergaulan peer group mempunyai peranan
penting dalam penyesuaian diri anak dan persiapan bagi kehidupan dimasa
mendatang, serta berpengaruh terhadap pandangan dan perilaku, karena remaja.
Remaja pada pada umur ini sedang berusaha untuk tidak tergantungan pada orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
lain terlalu tinggi sehingga seorang anak yang masih mempunyai tanggung jawab
terhadap kebutuhan belajarnya akan dapat menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapainya sendiri. Karena salah satu sifat yang muncul pada remaja adalah
berusaha melepaskan diri dari ketergantungan orang tua dan bergabung dengan
dengan teman-teman sebayanya.
Suatu kelompok sebaya atau peer group dapat menimbulkan hubungan
timbal balik bagi para anggotanya, sehingga dalam kelompok itu dapat saling
bertukar informasi, melatih kreatifitas dalam mencari bahan pelajaran, bertukar
pengalaman dan dapat saling berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan
dalam belajar. Dengan belajar mandiri tidak dimaksudkan anak-anak untuk belajar
secara individualis, bahkan sebaliknya. Situasi dibina untuk belajar berkelompok
dan setiap anak menjadi patner sesamanya. Dalam kelompok ditanamkan rasa
kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama dan bergotong royong, saling
mambantu dan mengoreksi tanpa merasa tersinggung, menghargai pendapat dan
pendirian sesamanya, serta mampu membedakan antara seseorang sebagi persona
dengan pendapat orang lain.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Pergaulan
Peer Group dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Jogorogo Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas akan muncul
berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Dalam dunia pendidikan diperlukan kemandirian belajar untuk mampu
beradaptasi dengan berbagai tuntutan dalam dunia pendidikan yang semakin
berkembang.
2. Kemandirian merupakan bagian dari kepribadian seseorang, sehingga faktor
yang mempengaruhi kepribadian akan berpengaruh pada kemandirian.
3. Setiap anak mempunyai kepribadian yang berbeda sehingga pola asuh yang
diterapkan orang tua harus disesesuaikan dengan kepribadian anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
4. Kelompok teman sebaya atau pergaulan peer group mempunyai peranan
penting dalam pembentukan perilaku anak.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah sangat diperlukan dalam penelitian agar
permasalahan yang diteliti dapat dikaji dan dijawab secara mendalam serta tidak
menimbulkan meluasnya masalah yang dikaji. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kemandirian belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu
perilaku dalam kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengaktualisasikan
diri secara optimal dengan tidak hanya bergantung dengan penyediaan
(supervisor) dan pengarahan guru yang terus menerus, namun mampu
berinisiatif, mampu bekerja sendiri, bertanggung jawab atas pekerjaannya,
serta memiliki tingkat ketergantungan yang relatif rendah pada orang lain
untuk mencapai tujuan belajarnya.
2. Pola asuh orang tua yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kebiasaan
orang tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara, dan membesarkan
anak.
3. Pergaulan peer group atau kelompok teman sebaya yang dimaksudkan dalam
penelitian ini merupakan suatu hubungan sosial antar individu atau antar
kelompok yang memiliki persamaan usia atau status/posisi sosial. Dalam
penelitian ini adalah pergaulan kelompok sebaya remaja.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang telah dikemukakan diatas maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar
siswa kelas XI IPS SMA Negeri?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Apakah ada hubungan antara pergaulan peer group dengan kemandirian
belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri?
3. Apakah ada hubungan secara bersama-sama antara pola asuh orang tua dan
pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA
Negeri?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan faktor yang penting di dalam melakukan
penelitian sebab dengan adanya tujuan, penelitian akan dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai arah penelitian yang akan dicapai. Tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian
belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pergaulan peer group dengan kemandirian
belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri.
3. Untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara pola asuh orang tua
dan pergaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS
SMA Negeri.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka hasil
penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
ilmu pengetahuan khususnya yang ada kaitannya dengan permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini.
b. Dapat berguna dalam bidang ilmu pengetahuan dan pihak-pihak yang
membutuhkan, serta sebagai bahan pertimbangan, perbandingan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penyempurnaan bagi penelitian selanjutnya yang menaruh pada bidang
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai masukan bagi siswa akan pentingnya kemandirian belajar
sehingga tidak selalu bergantung pada orang lain dalam belajar.
b. Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua untuk
dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan anak-anaknya untuk
menciptakan lingkungan keluarga yang lebih kondusif.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan memberikan masukan
bagi sekolah dalam usaha untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.
d. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan referensi untuk memperoleh tambahan pengetahuan bagi
peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang
konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan
permasalahan. Dalam permasalahan ini peneliti menggunakan teori-teori sebagai
berikut:
1. Tinjauan Tentang Kemandirian belajar
a. Pengertian Kemandirian Belajar
1) Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang dapat mengantarkan
manusia pada sukses dalam menjalankan hidup dan kehidupan bersama dengan
orang lain. Menurut Basri (2000: 53) “Kemandirian berasal dari kata mandiri yang
dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri”. Lie dan Prasasti (2004: 2) menyatakan
bahwa “Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas
sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan
perkembangan dan kapasitasnya”. Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1994: 57)
menyatakan “Kemandirian adalah kemampuan mengakomudikasi sifat-sifat baik
manusia, untuk ditampilkan didalam sikap dan perilaku yang tepat mendasarkan
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh seorang individu”. Sementara menurut Gea
(2002: 146) “Mandiri adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan keinginan
dan kebutuhan hidupnya dengan kekuatan sendiri”.
Orang yang mandiri senantiasa akan mampu berdiri sendiri seperti yang
dijelaskan oleh Mudjijono (1997: 85) bahwa, “Pengertian berdiri sendiri bukan
berarti harus bekerja sendiri tanpa kerjasama dengan siapapun dan bukan
merupakan menyendiri atau tertutup”. Pada dasarnya orang seseorang tidak dapat
hidup tanpa bantuan dan campur tangan orang lain, hanya saja orang yang mandiri
akan lebih memiliki ketergantungan pada orang lain dan lingkunganya yang relatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kecil, karena secara kodrati manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
sendiri dan lepas dari orang lain.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian kemandirian
mengandung unsur :
a) Berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain.
b) Sedikit bimbingan dalam melakanakan tugas sehari-hari dengan penuh
percaya diri.
c) Mengandalkan kekuatan sendiri dengan penuh inisiatif tetapi tetap
bertanggung jawab.
2) Pengertian Belajar
Winkel (1996: 53) menyatakan bahwa, “Belajar adalah aktivitas mental
(psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai dan sikap”. Pendapat
lain dikemukakan oleh Slameto (1995: 2) yang menyatakan bahwa, “Belajar
adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian belajar
mengandung unsur :
a) Aktivitas mental (psikis) yang menghasilkan perubahan menghasilkan
perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai dan sikap.
b) Suatu usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru secara
keseluruhan.
3) Pengertian Kemandirian Belajar
Berdasarkan uraian diatas kita dapat ketahui bahwa pengertian
kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam bertindak untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya ataupun keinginannya dengan kertgantungan yang
relatif kecil pada bantuan orang lain. Sedangkan pengertian belajar adalah usaha
sadar yang dilakukan subjek belajar yang dapat menghasilkan perubahan kualitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tingkah laku, baik potensial maupun aktual yang berbentuk kemampuan-
kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama (konstan).
Menurut Brookfield yang dikutip dari Kuswandi (2002: 2) dikatakan
bahwa, “Kemandirian belajar merupakan suatu kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dengan menetukan tujuan belajarnya, merencanakan proses belajarnya,
menggunkan sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan akademis, dan
melakukan kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan belajarnya”.
Sedangkan menurut Knowles, M yang dikutip dari Kuswandi (2002: 2)
menyatakan bahwa, “Kemandirian belajar menunjukkam bahwa siswa tidak
bergantung pada penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus
menerus, tetapi juga mempunyai kreatifitas dan inisiatif sendiri, serta mampu
bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya”.
Menurut Haris Mudjiman (2009: 7), “Belajar mandiri dalam kegiatan belajar
aktif yang mendorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetisi
guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau
kompetisi yang dimiliki”. Dalam belajar mandiri seorang siswa harus mempunyai
keberanian didalam mengutarakan pendapat, aktif bertanya, berdiskusi atau minta
penjelasan kepada guru, teman, atau kepada orang lain bila belum jelas. Siswa
yang mempunyai sikap kemandirian akan tampak, karena didalam melakukan
tugas-tugas atau kegiatan belajar akan bersungguh-sungguh dalam mencari data
atau informasi dari berbagai sumber dan tidak menggantungkan pada arahan,
bimbingan, dan pengawasan dari orang lain.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian kemandirian
belajar mengandung unsur :
a) Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan mengaktualisasikan diri
secara optimal dan sadar akan kebutuhan belajarnya.
b) Tidak bergantung pada penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang
terus menerus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c) Kegiatan belajar guna mengatasi suatu masalah yang dibangun dengan
pengetahuan atau kompetisi yang dimiliki serta mampu berinisiatif serta
memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1994: 57) mengungkapkan
ciri-ciri kemandirian dalam diri anak antara lain yaitu:
1) memiliki kepribadian, 2) jujur dan mampu bersaing, 3) berani merebut kesempatan, 4) dapat dipercaya, 5) mempunyai cita-cita, 6) sikap rajin, 7) senang bekerja atau bekerja keras, 8) tekun, gigih, dan disiplin, 9) mampu bekerja sama, 10) terbuka pada kritik dan saran, 11) tidak mudah putus asa.
Mudjijono (1997: 86) mengemukakan ciri-ciri sikap mandiri dalam diri
anak yaitu, “1) dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, 2) tidak mudah
dipengaruhi orang lain, 3) percaya diri akan berhasil, 4) dapat mengatasi
masalah”.
Sedangkan menurut Haris Mudjiman (2009: 14) ciri-ciri belajar mandiri
adalah sebagi berikut:
1) Kegaitan belajarnya bersifat Selfdirecting – mengarahkan diri sendiri, tidak dependent.
2) Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman, bukan mengharapkan jawaban dari guru atau orang luar.
3) Tidak mau didikte guru, karena tidak mengharap jawabannya secara terus menerus diberitahu what to do.
4) Orang dewasa mengharapkan immediate application dari apa yang dipelajari dan tidak dapat menerima delayed application.
5) Lebih senang dengan problem-cetered learning dari pada content-centered learning.
6) Lebih senang dengan partisipasi aktif dari pada pasif mendengarkan ceramah guru.
7) Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki (konstruktivistik), karena sebagai orang dewasa mereka tidak datang belajar ‘dengan kepala kosong.
8) Lebih menyukai collaborative learning, karena belajar dan tukar pengalaman dengan sama-sama orang dewasa menyenangkan dan bisa sharing responsibility.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
9) Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik dilakukan - dalam batas tertentu – bersama siswa atau gurunya.
10) Activities are experimental, not transmittedand absorved – belajar harus dengan berbuat, tidak cukup hanya mendengarkan dan menyerap. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri kemandirian
belajar mengandung unsur :
1) Jujur dan mampu bersaing
Orang yang mandiri akan selalu objektif. Ia akan selalu berbuat jujur dengan
segala konsekuensinya dan akan bersaing dengan sehat.
2) Berani merebut kesempatan
Seseorang yang mandiri cenderung memiliki sikap yang berani, karena
memandang kesempatan tidak akan datang dua kali sehingga kesempatan yang
datang akan dimanfaatkan sebaik mungkin.
3) Senang bekerja atau bekerja keras
Kemandirian merupakan pengaktualisasian diri sendiri secara optimal, dan
semua potensi akan dapat berkembang jika dilakukan dengan kerja keras.
4) Tekun, gigih, dan disiplin
Orang yang mandiri akan tekun, guigih, dan disiplin dalam mencapai
keberhasilan karena tidak suka bergantung pada orang lain.
5) Terbuka pada kritik dan saran
Kritik dan saran dijadikan untuk membangun dan memperbaiki diri.
6) Tidak mudah putus asa
Orang yang mandiri akan melakukan segala sesuatu dengan optimal, untuk itu
tidak akan mudah putus asa.
7) Dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dalam batas tertentu
Orang yang mandiri bukan berarti tidak memerlukan orang lain, tidak akan
selalu bergantung pada orang lain namun tetap membutuhkan orang lain
dalam batas tertentu. Dalam kaitannya dengan belajar, orang yang mandiri
tidak akan bergantung terus menerus kepada guru atau teman.
8) Percaya diri akan berhasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dengan mengenali potensi yang ada pada dirinya, orang yang mandiri akan
percaya memperoleh suatu kemandirian.
9) Dapat mengatasi masalah
Orang yang mandiri akan dapat mengatasi masalahnya dengan
kemampuannya sendiri dangan sekecil mungkin melibatkan orang lain.
10) Paham terhadap tujuan dalam aktifitas belajarnya.
c. Karakteristik Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar merupakan perilaku yang dapat mengantarkan
manusia pada sukses dalam menjalani hidup dan kehidupan bersama dan dengan
orang lain. Kegiatan belajar mandiri diawali dengan kesadaran adanya masalah,
disusul dengan timbulnya niat melakukan kegiatan belajar secara sengaja untuk
mengatasi suatu kompetensi yang diperlukan guna mengatasi suatu masalah.
Orang yang memiliki kemandirian belajar merupakan ciri dari manusia yang
berkualitas. Dengan demikian karakteristik manusia yang berkualitas menurut
Hadari nawawi dan Mimi Martini (1994: 56-57) yaitu:
Karakteristik manusia yang berkualitas adalah individu yang memiliki kepribadian mandiri dengan sifat dan sikap rajin, senang bekerja, sanggup bekerja keras, tekun, gigih, berdisiplin, berani merebut kesempatan, jujur, mampu bersaing dan mampu pula bekerja sama, dapat dipercaya dan mempercayai orang lain, mempunyai cita-cita dan tahu apa yang harus diperbuat untuk mewujudkannya, terbuka pada kritik dan saran, tidak putus asa.
Dengan demikian kegiatan belajar berlangsung dengan atau tanpa bantuan
orang lain. Maka belajar mandiri secara fisik dapat berupa kegiatan belajar
mandiri, atau bersama orang lain, dengan atau tanpa bantuan guru professional.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Kemandirian merupakan bagian dari kepribadian seseorang, sehingga
faktor yang mempengaruhi kepribadian akan berpengaruh pada kemandirian.
Hurlock yang dikutip Dwi Siswoyo, dkk (1989: 9) mengemukakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
“Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh keluarga misalnya perlakuan ibu
terhadap anak, Sekolah mialnya perlakuan guru dan teman sebaya, Media
Komunikasi massa misalnya sikap terhadap agama yang kuat, pekerjaan individu
yang menuntut sikap tertentu”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Suhartini (2005: 4) yang mengatakan
bahwa “Kemandirian dapat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, kecerdasan
emosional seseorang, serta tingkat pendiddikan”. Bimo Walgito (1997: 46)
mengemukakan bahwa “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian
adalah faktor indogen dan eksogen”.
Penjelasan lebih lanjutnya yaitu sebagai berikut:
1) Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri yang terdiri dari
a) Faktor fisiologi yaitu kondisi fisik yang sehat atau tidak sehat. Kondisi
siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki
kondisi fisik yang sehat akan lebih berkonsentasi dalam belajarnya,
sehingga siswa akan lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajarnya.
b) Faktor sikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi kemandirian
misalnya bakat, minat, dan keceerdasan. Anak yang memiliki bakat, minat,
dan kecerdasan akan memiliki kemampuan untuk mandiri sebab mereka
akan mengarahkan diri sendiri dalam mengembangkan kemampuannya.
2) Faktor eksogen yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri sendiri yaitu
a) Faktor yang berasal dari keluarga. Peran orang tua sangat menentukan
perkembangan anak-anaknya. Watak, sikap, kemandirian anak akan
terbentuk karena pengaruh keluarga, sehingga interaksi dalam keluarga
akan sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkan kemandirian.
b) Faktor yang berasal dari sekolah yaitu proses belajar dan pergaulan dengan
teman. Disekolah anak akan berinteraksi dengan guru dan teman-
temannya. Guru akan mengarahkan siswa dalam ketercapaian kedewasaan
dan kemandirian dalam belajar. Sedangkan dengan teman sekolahnya
kemandirian belajar akan terbentuk karena adanya rasa persaingan dalam
memperoleh prestasi yang semaksimal mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c) Faktor yang berasal dari masayarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan
pergaulan masyarakat. Lingkungan masyarakat secara langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian belajar mengandung unsur :
1) Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (faktor internal) antara lain :
a) Usia dan jenis kelamin
Semakin bertambah usianya maka akan semakin tinggi kemandiriannya,
namun antara laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kemandirian yang
berbeda. Perempuan mengalami kesulitan yang lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki.
b) Kecerdasan Emosional seseorang
Kecerdasan emosional merupakan himpunan bagian dari kecerdasan yang
melibatkan kemampuan memantau perasaan emosi baik pada diri sendiri
maupun orang lain. Dengan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi anak
akan memiliki kemampuan mandiri sebab bisa mengendalikan dan
mengarahkan diri dalam bertindak.
c) Kondisi fisik yang sehat atau tidak sehat. Siswa yang memiliki kondisi
fisik yang sehat akan lebih berkonsentasi dalam belajarnya, sehingga siswa
akan lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajarnya.
d) Faktor sikologis. Anak yang memiliki bakat, minat, dan kecerdasan akan
memiliki kemampuan untuk mandiri sebab mereka akan mengarahkan diri
sendiri dalam mengembangkan kemampuannya.
2) Faktor yang berasal dari luar diri seseorang (faktor eksternal) antara lain :
a) Keluarga
Dalam keluarga akan selalu mengalami sebuah hubungan antara orang tua
dengan anak maupun anak dengan anak, sehingga antara anggota keluarga
yang satu dengan anggota keluarga yang lain tidak dapat lepas dari
pengaruh yang terjadi akan menentukan hasil perkembangan aspek-aspek
tertentu dalam diri seseorang yang selanjutnya akan mempengaruhi sifat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
watak, dan kepribadian. Kepribadian inilah nantinya yang akan
mempengaruhi kemandirian dalam diri anak.
b) Sekolah
Didalam sekolah akan terjadi inetraksi antara siwa dengan guru dan siswa
dengan teman-temannya. Melalui interaksi dengan guru, maka guru akan
mengarahkan pada siswa dalam rangka ketercapaian kemandirian subjek
belajar. Sedangkan dalam interaksi dengan teman disekolah, subjek
kemandirian akan terbentuk karena memiliki ego yang sama
mengakibatkan persaingan yang harus dilakukan dengan sendiri.
c) Masayarakat
Faktor yang berasal dari masayarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan
pergaulan masyarakat. Lingkungan masayarakat secara langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang
d) Media komunikasi massa
Isi dari media massa akan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang,
maka seseorang harus dapat memilih media yang baik agar dapat
menciptakan kapasitas kemandirian yang baik.
e) Agama
Agama akan mengajarkan sesuatu yang baik, termasuk sifat jujur, disiplin,
kerja keras, tanggung jawab, dan yang lainnya. Sifat tersebut merupakan
ciri kemandirian. Dengan memiliki keyakinan agama yang kuat dan
mengaktualisasikan maka akan mempengaruhi kemandiriannya.
f) Pekerjaan atau aktifitas
Pekerjaan atau aktifitas menuntut orang untuk memilliki kecakapan tertentu
seperti, kerja keras, disiplin, inisiatif, dan tanggung jawab. Jika seseorang
menampilkan sifat-sifat tersebut secara kontinue akan berpengaruh pada
kapasitas kemandirian seseorang.
g) Tingkat pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Melalui pendidikan formal, ranah koqnitif, afektif, dan psikomotor
terbentuk, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin
tinggi pula tingkat kemandiriannya.
e. Validitas Kemandirian Belajar
Kegiatan belajar mandiri diawali dengan kesadaran adanya masalah
disusul dengan timbulnya niat untuk melakukan kegiatan belajar secara sengaja
untuk menguasai suatu kompetensi yang dikuasai untuk mengatasi masalah. maka
belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan
belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan
motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu
sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di
dunia nyata. Kegiatan belajar berlangsung dengan atau tanpa bantuan orang lain.
Menurut Knowles, M yang dikutip dari Kusmadi (2002:2) menyatakan bahwa
“Kemandirian belajar menunjukkan bahwa siswa tidak bergantung pada
penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus menerus, tetapi juga
mempunyai kreatifitas dan inisiatif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan
merujuk pada bimbingan yang diperolehnya”.
Tentang ciri kemandirian belajar Gea (2002:145) menyebutkan beberapa
hal yaitu “Percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan
keterampilan, menghargai waktu dan bertanggung jawab”. Kemandirian bukanlah
kemampuan yang dibawa anak sejak lahir, melainkan hasil dari proses belajar
Kemandirian merupakan hasil dari interaksi individu dengan lingkungan selama
bertahun-tahun. Basri (2000:53) menyatakan bahwa “Kemandirian merupakan
hasil dari pendidikan. kemandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi
dengan penanaman disiplin yang konsisten sehingga kemandirian yang dimiliki
dapat berkembang secara utuh”. Secara singkat dikatakan bahwa kemandirian
belajar merupakan hasil dari proses belajar.
f. Indikator Kemandirian Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu kemandirian belajar
dengan indikator-indikatornya, yaitu:
1) Tanggung jawab terhadap kebutuhan belajar
2) Tidak bergantung pada orang lain
3) Percaya diri
4) Mempunyai inisiatif yang tinggi
Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian belajar
adalah siswa yang memiliki tanggung jawab terhadap kebutuhan belajar, tidak
bergantung pada orang lain, percaya diri, mempunyai inisiatif yang tinggi.
2. Tinjauan Pola asuh orang tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi salah satu diantara yaitu
mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anak-anaknya orang tua dipengaruhi
oleh budaya yang ada dilingkungannya. Disamping itu juga diwarnai oleh sikap-
sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra putrinya.
Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan anak.
Menurut Soedomo Hadi (2003: 22) mengatakan bahwa “Orang tua adalah
ayah dan ibu yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya”.
Sedangkan menurut Singgih D Gunarso (2000: 55) “Pola asuh orang tua
merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua
menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak”.
Istilah pola asuh orang tua pada umumnya diartikan secara sederhana yaitu
kebiasaan orang tua yang diterapkan dalam mengasuh dan membesarkan anak
dirumah. Kebiasaan yang dimaksud, menunjukkan adanya kecenderungan yang
mengarah pada pola pengelolaan dan perawatan terhadap anak. Pola asuh orang
tua juga dapat dikatakan sebagai perwujudan tanggung jawab dalam pembentuk
kedewasaan anak. Kebiasaan ini cenderung mengarah pada pola tertentu yang
selaras dengan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki sebagai pimpinan dalam
sebuah keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian pola asuh
orang tua mengandung unsur :
1) Perlakuan orang tua terhadap anak.
2) Kebiasaan orang tua yang diterapkan dalam mengasuh, memelihara, dan
membesarkana anak.
3) Memiliki pola atau kecenderungan tertentu.
b. Bentuk-Bentuk Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua dalam membesarkan anak terbagi menjadi beberapa
bentuk. Elizabeth Hurlock dalam buku Perkembangan Anak yang diterjemahkan
Meitasari Tjandrasa (1999: 205) “Metode yang dipilih sebagai metode pendidikan
anak, yaitu otoriter, permisif atau demokratis…”. Sedangkan cara-cara
kepemimpinan yang diujicobakan Lewin, Lippit dan White dalam sebuah
eksperimen antara lain otoriter, demokratis, dan atau laisses faire (WA Gerungan,
1990: 131).
Selain itu disebutkan juga dalam buku Perkembangan Anak yang
diterjemahkan Meitasari Tjandrasa (1999: 93) mengemukakan pola asuh orang tua
dibedakan atas :
a. Otoriter, yaitu pola asuh yang mendasrkan pada aturan yang berlaku dan memaksa anak untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan keinginan orang tua. b. Demokratis, yaitu pola asuh yang ditandai sikap orang tua yang
mau menerima, responsive dan semangat memperhatikan kebutuhan anak dengan disertai pembatasan yang terkontrol.
c. Laissez faire, yaitu pola asuh orang tua yang memberikan kebebasan penuh kepada anaknya untuk membuat keputusan sendiri sesuai dengan keinginan dan kemauannya, ini mengarah pada sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anak.
Menurut Elizabeth B Hurlock dalam T.O. Ihromi (1999: 51) “pola asuh
yang digunakan orang tua kepada anak-anaknya bersifat otoriter, demokratis dan
permisif“. Sedangkan menurut Roe dalam jurnal TRIADIK (2002: 111)
Mengkatagorikan pola asuh orang tua terhadap anak menjadi tiga jenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
1) Pola asuh orang tua yang suka memberikan perhatian sangat berlebihan kepada anak, yang bisa teralu melindungi atau terlalu menurut. Orang tua yang terlalu melindungi memenuhi kebutuhan fisik anak secara cepat tetapi kurang dalam memuaskan kebutuhan cinta dan penghargaan. Orang tua yang menuntut kebutuhan fisik dan kebutuhan cinta, tetapi cinta diberikan sebagai pengganti dari pencapaian dan kepatuhan anak.
2) Pola pengasuhan orang tua yang cenderung menghindar, yaitu yang mengabaikan kebutuhan fisik anak atau menolak anak secara emosional.
3) Pola pengasuhan orang tuanyang menerima atau mencintai anak, yaitu yang memuaskan kebutuhan anak pada hampir semua level.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa pola asuh
orang tua terbagi menjadi tiga unsur, yaitu:
1) Pola asuh bersifat otoriter
2) Pola asuh bersifat liberal (Laissez faire)
3) Pola asuh bersifat demokratis
c. Karakteristik Pola Asuh Orang Tua
1) Pola asuh otoriter
Dalam bentuk pola asuh orang tua yang otoriter, orang tua dalam
memenuhi kebutuhannya cenderung suka memaksakan kehendak, dan orang tua
memiliki peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anak. Orang tua selalu
mengatur kehidupan anak dan cenderung menghukum jika tidak sesuai dengan
keinginan orang tua. Hal tersebut didukung oleh pendapat Darnel powell dan
Derek S Hopson (penerjemah: Lala herawati, 2002: 162), “Orang tua yang otoriter
selalu mengontrol dan biasanya percaya pada pepatah tidak menghukum berarti
memanjakan anak”. Pola asuh orang tua semacam ini biasanya menerapkan
hukuman secara fisik.
Karakteristik orang tua yang otoriter menurut Suherman (2002: 8) adalah :
a) Orang tua menentukan segala sesuatu
b) Anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya
c) Keinginan atau cita-citanya tidak dapat perhatian
d) Sikap orang tua berdasarkan prinsip ganjaran atau hukuman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan karakteristik pola asuh
orang tua yang bersifat otoriter mengandung unsur :
a) Segala sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan anak ditentukan oleh
orang tua.
b) Orang tua memberikan aturan-aturan yang kaku dalam mendidik anak.
c) Anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atau tanpa
ada konsultasi.
Dimana hal seperti ini dapat menyebabkan hubungan antara anak dan orang
tua menjadi renggang sehingga komunikasi tidak dapat berjalan dengan lancar
karena hanya terjadi komunikasi yang satu arah, dimana orang tua yang
menentukan segala sesuatu.
2) Pola asuh demokratis
Pada pola asuh demokratis ditandai dengan komunikasi yang baik, antara
orang tua dengan anak selalu terjadi komunikasi timbal balik dan hubungan
memberi dan menerima. Aturan-aturan yang diberikan dapat diterima anak karena
mendapatkan penjelasan dan alasan yang jelas. Yang lebih utama yaitu anak
diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, perasaan, dan keinginannya.
Menurut Moh Shochib (1998: 4), “Pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis
menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara anak dengan orang tua dan
adanya kehangatan yang membuat anak remaja merasa diterima oleh orang tua
sehingga ada pertautan perasaan”.
Orang tua berperan sebagai pemimpin dalam sebuah keluarga. Menurut
Gerungan (1990:40), “Pada tipe kepemimpinan demokratis, pemimpin bertindak
sebagai teman yang memberikan bantuan kepada anggota kelompoknya yang
mana bantuan itu diperlukan dan memberikan keterangan tugas sebaik-baiknya”.
Menurut Sukarna (1990: 47), “Kepemimpinan demokratik dalam mengambil
keputusan tidak atas kehendak sendiri tapi didasarkan atas pertimbangan
pertimbangkan yang disampaikan oleh bawahannya atau pengikutnya”. Dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
ini yang dimaksud pemimpin adalah orang tua dan yang disubut bawahan adalah
anak.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan karakteristik pola asuh
orang tua yang bersifat demokratis mengandung unsur :
a) Pola asuh yang memiliki komunikasi dua arah yaitu antara anak dan orang
tua sehingga mampu bekerja sama.
b) Mempertimbangkan suatu keputusan.
c) Menerima pendapat kritik, atau saran.
3) Pola asuh permisif / liberal (Laissez faire)
Pada pola asuh liberal ditandai dengan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya pada anak untuk menentukan tingkah lakunya sendiri tanpa memberikan
batasan-batasan dan kendali dari orang tuanya. Semua keputusan diserahkan
kepada anak serta orang tua jarang memberikan pengarahan pada anak. Anak
sidikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab dan kewajiban. Hal tersebut
didukung oleh pendapat menurut Suherman (2000: 9) “Pada orang tua yang
menunjukkan sikap liberal, orang tua mempunyai anggapan bahwa anak dianggap
sebagai manusia dewasa yang dapat mengambil tindakan atau keputusan sendiri
menurut kehendaknya tanpa bimbingan”.
Menurut Darlene Powell dan Derek S. Hopson (penerjmah: Lala Herawati,
2002: 163), “Orang tua yang bebeas tidak menerapkan disiplin yang cukup kepada
anak-anak. Mereka percaya bahwa anak didorong untuk berfikir secara mandiri”.
Menurut Gerungan (1990: 133). “Pemimpin yang liberal menjalankan peranan
yang pasif, sebagai seseorang yang hanya menonton saja. … ia berada ditengah-
tengah kelompok, tetapi tidak berinteraksi, dan berperilaku seperti seorang
penonton”.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan karakteristik pola asuh
orang tua yang bersifat liberal (Laissez faire) mengandung unsur :
a) Orang tua cenderung acuh karena anak sudah dianggap dewasa.
b) Orang tua yang bertanggung jawab dalam keluarga tidak menerapkan
kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c) Orang tua tidak menerapkan disiplin atau aturan yang cukup kepada anak-
anaknya.
d. Faktor-faktor Pola Asuh Orang Tua
Dalam menentukan pola asuh terhadap anaknya, orang tua terkadang tidak
hanya menggunakan satu pola saja, namun ada kemungkinan menggunakan
gabungan antara pola asuh otoriter, liberal, dan demokratis. Namun demikian ada
kecenderungan dalam orang tua untuk lebih menyukai atau menggunakan pola
asuh tertentu. R. Diniarti M. Soe’oed yang dikutip T.O Ihromi (1999: 52)
menyebutkan faktor yang mempengaruhi penggunaan pola asuh orang tua
terhadap anak, yaitu:
1) Menyamakan diri dengan pola yang dipergunakan oleh orang tua mereka 2) Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat
disekitarnya 3) Usia orang tua 4) Kursus-kursus 5) Jenis kelamin orang tua 6) Status sosial ekonomi 7) Konsep peranan orang tua 8) Jenis kelamin anak 9) Usia anak 10) Kondisi anak
Sedangkan AN Markum (1999: 49) faktor yang mempengaruhi pola asuh
orang tua yaitu:
1) Faktor bawaan anak
2) Faktor kebasaan orang tua
3) Faktor kepribadian orang tua
Elizabeth B Hurlock alih bahasa Meitasari Tjandrasa (1999: 95)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah
sebagai berikut :
1) Kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang digunakan orang tua 2) Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok 3) Usia orang tua 4) Pendidikan untuk menjadi orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5) Jenis kelamin orang tua 6) Status sosial ekonomi 7) Konsep mengenai peran orang tua dewasa 8) Jenis kelamin anak 9) Situasi 10) Usia anak
Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua adalah :
1) Menyamakan diri dengan pola yang dipergunakan oleh orang tua mereka
2) Usia orang tua dan anak
3) Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat disekitarnya
4) Kursus-kursus
5) Jenis kelamin orang tua
6) Status sosial ekonomi
7) Konsep peranan orang tua
8) Jenis kelamin anak
9) Faktor bawaan anak
10) Faktor kebiasaan orang tua
11) Faktor kepribadian orang tua
Untuk lebih jelanya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Usia orang tua dan anak
Orang tua dengan usia muda biasanya cenderung memilih pola asuh
demokratis atau liberal, sedangkan yang usianya tua biasanya cenderung
mengunakan pola asuh yang otoriter. Dan biasanya pola asuh yang otoriter
digunakan untuk mendidik anak kecil.
2. Lingkungan Masyarakat
Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat disekitarnya
Orang tua kerapkali menyamakan pola asuh seperti yang ada dilingkungannya.
3. Kursus-kursus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Orang tua yang yang telah mengikuti kursus persiapan persiapan perkawinan,
khususnya kursus pemeliharaan anak akan lebih siap dan mengerti tentang
kebutuhan anak sehingga menerapkan pola asuh demokratis.
4. Jenis kelamin orang tua
Umumnya seorang ibu lebih mengerti tentang anak sehingga menggunakan
pola asuh demokratis. Biasanya orang tua memperlakukan anak sesuai dengan
jenis kelaminnya. Anak perempuan biasanya dijaga lebih ketat dan cenderung
lebih otoriter, sedangkan anak laki-laki cenderung lebih demokratis atau
liberal.
5. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi orang tua akan mempengaruhi sikap dan perilaku.
Dengan sikap dan perilaku tersebut akan mempengaruhi juga pada pola asuh
orang tua kepada anaknya.
6. Pendidikan orang tua
Orang tua yang berpendidikan tinggi biasanya cenderung menggunakan pola
asuh demokratis atau liberal, karena selalu mengikuti perkembangan zaman
dan lebih luwes. Sedangkan orang tua yang kurang berpendidikan cenderung
menggunakan pola asuh otoriter.
7. Faktor bawaan anak
Pembawaan yang ada pada diri setiap anak selalu berbeda-beda, ini nantinya
sangat mempengaruhi pola asuh yang diberikan oleh orang tua.
8. Faktor kebiasaan orang tua
Kebiasaan orang tua akan mempengangaruhi bentuk pola asuh yang
diterapkan pada anak.
9. Faktor kepribadian orang tua
Orang tua yang berkepribadian baik akan menerapkan pola asuh yang baik
pada anak, sebaliknya orang tua yang memiliki kepribadian yang buruk akan
mempengaruhi pola asuh kepada anak.
10. Kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang digunakan orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Orang tua akan mendidik anak mereka seperti bagaimana orang tuanya dulu
mendidik mereka. Bila orang tua menganggap pola yang diterapkan orang tua
mereka yang terbaik, maka ketika mempunyai anak mereka kembali memakai
pola yang mereka terima, dan begitupun sebaliknya
e. Validitas Pola Asuh Orang Tua
Menurut Singgih D Gunarso (2000: 55) “Pola asuh orang tua merupakan
perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan
kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak”. Menurut T.O.
Ihromi (1999: 51-52) :
1. Dalam pola asuh otoriter orang tua memiliki kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya, setiap pelanggalaran dikenakan hukuman. Sedikit sekali atau tidak pernah ada pujian atau tanda-tanda yang membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan tersebut. Tingkah laku anak dikekang secara kaku dan tidak ada kebebasan berbuat kecuali perbuatan yang sudah ditetapkan oleh peraturan. Orang tua tidak mendorong anak untuk mengambil keputusan sendiri atas perbuatannya, tetapi menentukan bagaimana harus berbuat. Dengan demikian anak tidak memperoleh kesempatan untuk mengendalikan perbuatan-perbuatannya.
2. Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan. Orang tua menekankan aspek pendidikan ketimbang aspek hukuman. Hukuman tidak pernah kasar dan hanya diberikan apabila anak dengan sengaja menolak perbuatan yang harus ia lakukan. Apabila perbuatan anak sesuai dengan apa yang patut ia lakukan, orang tua harus memberikan pujian. Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri.
3. Orang tua bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak. Dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak. Pola ini ditandai oleh sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dan tingkah lakunya. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orang tua bertindak. Pada pola ini pengawasan menjadi sangat longgar.
f. Indikator Pola Asuh Orang Tua
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan pola asuh orang tua dengan
indikator-indikatornya, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1. Pola asuh otoriter
1. Memaksakan kehendak
2. Bersikap kaku dan keras
3. Tanpa ada konsultasi
2. Pola asuh liberal atau Laissez Faire
a. Kebebasan
b. Tidak ada aturan
c. Tidak ada kontrol
3. Pola asuh demokratis
a. Menerima pendapat, kritik, dan saran
b. Bekerja sama
c. Mempertimbangkan keputusan
Jadi yang dimaksud pola asuh orang tua dalam penelitian ini adalah
kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara, dan
membesarkana anak yang mengarah pada pola tertentu yakni pola asuh otoriter,
liberal atau Laissez Faire dan demokratis.
3. Tinjauan Tentang Pergaulan Peer Group
a. Pengertian Pergaulan Peer Group
Pada hakekatnya disamping sebagai makhluk individu manusia juga
sebagai makhluk sosial yang dituntut untuk dapat saling menjalin hubungan
dengan orang lain, termasuk dengan teman sebaya. Pergaulan adalah istilah yang
sering disebut-sebut orang untuk menjelakan tentang segala hal yang berkenaan
dengan hal-hal yang berhubungan dengan teman atau disebut dengan
persahabatan. Dalam pergaulan akan terjadi interaksi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Dengan
kata lain pergaulan adalah hidup untuk berteman, kebersamaan atau
bermasyarakat.
Soejono Soekamto (1991: 69), “Dalam pergaulan akan terjadi interaksi
sosial dimana interaksi sosial itu berasal dari semua kehidupan sosial. Oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
itu tanpa interaksi sosial tidak ada kehidupan bersama”. Jadi pergaulan merupakan
awal dari kehidupan sosial dalam masyarakat. “Kelompok sebaya adalah suatu
kelompok yang anggotanya mempunyai persamaan usia dan status atau posisi
soaial” (Slamet Santosa, 1999:81).
Menurut Havinghurst dalam ST Vembriarto, (1990: 57), “Chrologically,
the peer group is the second major socializing”. Dari pendapat tersebut bahwa
kelompok sebaya (peer group) merupakan institusi sosial kedua setelah keluarga.
Ada sejumlah unsur pokok dalam pengertian kelompok sebaya (peer group)
menurut Vembriarto (1990: 60), yaitu :
1). Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang berhubungan diantara anggota intim, 2). Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial, 3). Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa.
Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian pergaulan Peer
Group mengandung unsur :
1) Kelompok primer yang saling berhubungan antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.
2) Terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status
atau posisi sosial.
3) Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok
remaja atau kelompok dewasa.
b. Karakteristik Pergaulan Peer Group
Pergaulan kelompok teman sebaya atau peer group merupakan suatu
hubungan sosial antar individu atau antar kelompok yang memiliki persamaan
usia atau status, dimana proses berlangsungnya atau proses interaksinya tidak
berjalan dalam satu kali hubungan saja, tapi meliputi hubungan yang terjalin
berulangkali dan saling mempengaruhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Menurut Kandel dalam Syamsu Yusuf (2002: 60), “…Karakteristik
persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan usia, jenis kelamin dan
ras“. Selain itu juga Syamsu Yusuf (2002: 60) telah mengkaji persahabatan di
kalangan kelompok sebanya dan menyebutkan bahwa faktor utama yang
menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara para remaja pada
umumnya adalah adanya kesamaan dalam minat, nilai-nilai pendapat dan sifat-
sifat kepribadian.
c. Ciri-ciri Pergaulan Peer Group
Kelompok sebaya atau Peer Group merupakan suatu hubungan sosial
antar individu atau antar kelompok yang memiliki persamaan usia atau status.
Ciri-ciri Kelompok sebaya atau peer group menurut Slameto Santoso (1999: 87-
88) yaitu: ”1). Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas, 2). Bersifat
sementara, 3). Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas,
4). Anggotanya adalah individu yang sebaya”.
Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat dijelaskan lebih rinci, yaitu :
1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
Peer group atau kelompok sebaya terbentuk secara spontan, karena itu tidak
memiliki struktur organisasi yang jelas serta semua anggota kelompoknya
mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama, tetapi tetap ada yang menjadi
pemimpin dan biasanya yang paling disegani dan mendominasi dalam
kelompok.
2) Bersifat sementara
Kelompok sebaya atau peer group kemungkinan tidak akan bertahan lama
karena tidak terdapat struktur organisasi dan jika keinginan dari masing-
masing berbeda dan tidak terdapat kesepakatan. Dapat juga dipisahkan oleh
keadaan.
3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
Setiap anggota dapat pula berasal dari dari lingkungan yang berbeda, untuk itu
kemungkinan mempunyai kebudayan yang berbeda pula. Dalam kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sebaya atau peer group akan saling memperkenalkan kebiasaan dan akhrinya
dapat dijadikan suatu kebiasaan.
4) Anggotanya adalah individu yang sebaya
Kelompok sebaya atau peer group yang terbentuk secara spontan
beranggotakan individu-individu yang memiliki persamaan usia dan posisi
sosial. Misalnya anak SMA yang memiliki tingkat usia, dan keinginan serta
tujuan yang sama.
Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan ciri-ciri pergaulan Peer Group
yaitu :
1). Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas.
2). Bersifat sementara.
3). Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas.
4). Anggotanya adalah individu yang sebaya.
d. Latar Belakng Terbentuknya Peer Group
Menurut Slamet Santoso (1999: 83), “Latar belakang munculnya
kelompok sebaya yaitu: 1) adanya perkembangan proses sosialisasi; 2) kebutuhan
untuk menerima penghargaan; 3) perlu perhatian dari orang lain; 4) ingin
menemukan dunianya”. Dari latar belakang tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Adanya perkembangan proses sosialisasi
Dalam usia remaja seorang individu sedang belajar memperoleh kemantapan
dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Sehingga akan mencari kawan
yang memilliki perasaan, keinginan, dan kebutuhan yang sama. Dalam kelompok
indivdu akan saling berinteraksi dan berusaha memahami serta mengerti satu
sama lain agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.
2) Kebutuhan untuk menerima penghargaan
Secara psikologis individu membutuhkan penghargaan dari orang lain agar
mendapatkan kepuasan dari apa yang dicapainya. Oleh karena itu individu akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
bergabung dengan kelompok sebayanya yang mempunyai kebutuhan psikologis
yang sama.
3) Perlu perhatian dari orang lain
Pada masa remaja individu akan berusaha mencari perhatian dari
lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan dalam organiasi remaja
didesanya. Individu memerlukan perhatian dari orang lain yang merasa senasip
dengannya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebaya dimana individu merasa
sejajar dan tidak merasakan adanya perbedaan status jika bergabung dengan dunia
orang dewasa.
4) Ingin menemukan dunianya.
Dalam kelompok sebaya individu akan menemukan dunianya sendiri yang
berbeda dengan orang dewasa.
Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan latar belakang terbentunya
pergaulan Peer Group yaitu :
1) Adanya perkembangan proses sosialisasi.
2) Kebutuhan untuk menerima penghargaan.
3) Perlu perhatian dari orang lain.
4) Ingin menemukan dunianya.
e. Bentuk-bentuk Peer Group
Penggolongan kelompok remaja menurut Elizabeth Hurlock dalam
Istiwidayanti (2000: 215) sebagai berikut :
1) Kelompok dekat 2) Kelompok kecil 3) Kelompok besar 4) Kelompok terorganisasi 5) Kelompok geng
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Kelompok dekat
Biasa disebut teman karib, terdiri dari dua orang atau tiga orang mempunyai
jenis kelamin, minat, kemampuan hampir sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Kelompok kecil
Terdiri dari beberapa teman dekat, pada mulanya terdiri dari jenis kelamin
yang sama, namun kemundian meliputi jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
3) Kelompok besar
Terdiri dari beberapa kelompok teman dekat dan kelompok kecil lalu
berkembang dan meningkatkan minat dan interaksi antar mereka.
4) Kelompok terorganisasi
Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atau kepengurusan yang jelas
dan terwujud dalam organisasi sekolah atau masayarakat yang terbentuk untuk
memenuhi kebutuhan sosial remaja.
5) Kelompok geng
Remaja yang tidak puas dengan kelompok organisasi akan mengikuti
kelompok geng. Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok berjenis
kelamin sama dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi pergolakan
teman-teman melalui perilaku anti sosial.
Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bentuk-bentuk Peer Group
yaitu :
1) Kelompok dekat
2) Kelompok kecil
3) Kelompok besar
4) Kelompok terorganisasi
5) Kelompok geng
f. Fungsi Peer Group
Dalam peer group seseorang berlatih untuk bersosialisasi dengan angota
kelompoknya, bertukar informasi atau pengalaman hidupnya. Menurut Slameto
Santoso (1999: 85-87), menyebutkan fungsi peer group :
1). Mengajarkan kebudayaan, 2). Mengajarkan mobilitas sosial, 3). Membentuk peranan sosial yang baru, 4). Peer group sebagai sumber informasi, 5). Dalam peer group seseorang mencapai ketergantungan satu sama lain, 6). Peer group mengajar moral orang dewasa, 7). Didalam peer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
group orang dapat mencapai kebebasan diri, 8). Didalam peer group anak-anak harus mempunyai organisasi-organisasi soaial yang baru.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi Peer Group yaitu :
1) Mengajarkan kebudayaan
2) Mengajarkan mobilitas sosial
3) Peranan sosial yang baru
4) Sumber informasi
5) Ketergantungan satu sama lain
6) Mengajar moral orang dewasa
7) Dapat mencapai kebebasan diri
8) Mempunyai organisasi-organisasi soaial yang baru
g. Pengaruh Perkembangan Peer Group
Menurut Slamet Santoso (1999: 88) , “Pengaruh perkembangan peer
group mengakibatkan munculnya ‘in group’ dan ‘out group’ dan adanya kelas-
kelas sosial”. Pengaruh lain menurut Slamet Santoso, (1999: 89), “pengaruh lain
dari perkembangan kelompok sebaya adalah positif dan ada yang negatif”.
Pengaruh positif dari kelompok sebaya, antara lain:
1) Akan lebih siap menghadapi kehidupan mendatang
2) Dapat mengembangkan solidaritas antar kawan
3) Setiap anggota dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai
dengan kebudayaan yangdianggap baik
4) Dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan melatih bakatnya
5) Mendorong untuk bersikap mandiri
6) Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompoknya
Pengaruh negatif dari kelompok sebaya, antara lain:
1) Sulit menerima seseorang yang tidak memiliki persamaan
2) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk dalam kelompoknya
3) Menimbulkan rasa iri antar anggota lain yang tidak memiliki kesamaan
dengannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4) Timbul persaingan antar kelompok
5) Timbulnya pertentangan antar kelompok
h. Validitas Pergaulan Peer Group
Pergaulan adalah istilah yang disebut-sebut orang untuk menjelaskan
tentang segala hal yang berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan
interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun
kelompok dengan kelompok. Pergaulan adalah pertemanan, kebersamaan atau
hidup bermasyarakat. Seperti yang diungkapkan Soejono Soekamto (1991: 69)
”Dalam pergaulan akan terjadi interaksi sosial dimana interkasi itu berasal dari
kehidupan sosial. Oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan
bersama”. Jadi pergaulan merupakan awal dari kehidupan sosial dalam suatu
masyarakat .
Kelompok sebanya merupakan suatu proses penting bagi pendewasaan remaja.
Hal ini disebabkan karena kelompok sebanya merupakan wadah untuk tumbuh
dan berkmbang suatu kepentingan atau maslah bersama, mengembangkan
kecakapan. Ada sejumlah unsur pokok dalam pengertian kelompok sebaya (peer
group) menurut Vembriarto (1990: 60), yaitu :
Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang berhubungan diantara anggota intim, 2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial, 3. Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa.
Menurut Havinghurst dalam ST Vembriarto, (1990: 57), “Chrologically, the peer
group is the second major socializing”. Dari pendapat tersebut bahwa kelompok
sebaya atau peer group merupakan institusi sosial kedua setelah keluarga. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Khomsan dalam jurnal pendidikan dan
kebudayaan (200: 73) “Pada masa remaja pengaruh kelompok atau atau rekan
sebaya lebih menonjol dari pada keluarga”. Kandel dalam (Syamsu Yusuf, 2002:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
60), “…Karakteristik persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan
usia, jenis kelamin dan ras“.
i. Indikator Pergaulan Peer Group
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu peer group dengan
indikator-indikatornya sebagai berikut:
1) Pergaulan disekolah
2) Pergaulan dengan teman bermain
3) Pergaulan dalam organisasi Karang Taruna
Jadi yang dimaksud pergaulan peer group atau pergaulan kelompok
sebaya remaja yang terjadi dengan teman disekolah, dengan teman bermain,
dalam organisasi karang taruna.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Siti Maryam (2002)
Judul : Peer Group dan Aktivitas Harian (Belajar) pengaruhnya Terhadap Prestasi
Belajar Remaja Studi Kasus Pada SMU Bina Bangsa Sejahtera Plus di Kota
Bogor Tahun 2002.
Bedasarkan penelitian tersebut variabel X1 Peer group, X2 Aktivitas Harian
(Belajar), dan Y Prestasi Belajar Remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)
mengidentifikasi karakteristik keluarga prestasi belajar remaja; dan (2)
menganalisis peer group dan aktifitas harian (belajar) serta hubungannya dengan
prestasi belajar remaja. Uji korelasi Spearman antara peer group dengan prestasi
belajar memperlihatkan hubungan positif pada selang kepercayaan 90% (rs =
0,261; p = 0,104). Sedangkan aktifitas belajar dengan prestasi belajar siswa tidak
memperlihatkan hubungan yang signifikan pada selang kepercayaan 95% (rs =
0,197; p = 0,223).
2. Pudji Hastuti (2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Judul : Hubungan Antara Kesan Anak Tentang Pola Asuh Orang Tua, Sikap
Sosial, Minat Karier, dan Pilihan Karier : Pengujian Teori Roe Dalam Konteks
Sosial-kultural Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tersebut (1) hubungan antara kesan
anak tentang pola asuh orang tua dan sikap sosial anak, (2) hubungan antara sikap
sosial dan pilihan karier, (3) hubungan kesan anak tentang pola asuh orang tua dan
pilihan karier, (4) hubungan antara sikap sosial dan minat karier, (5) hubungan
antara kesan anak tentang pola asuh orang tua dengan minat karier, (6) hubungan
yang signifikan antara minat karier dan pilihan karier. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif, tetapi juga dapat dikatagorikan penelitian expost
fakto atau causal comparative. Pengumpulan data dengan metode wawancara, tes,
dan angket. Analisis data dengan korelasi product moment pearson untuk menguji
hipotesis, analisis t untuk hipotesis kedua, ketiga, kelima, dan keenam. Analias X2
digunakan untuk menguji hipotesis keempat. Dari hasil penelitian tersebut (1) ada
hubungan antara kesan anak tentang pola asuh orang tua dan sikap sosial anak, (2)
tidak ada hubungan antara sikap sosial dan pilihan karier, (3) tidak ada hubungan
kesan anak tentang pola asuh orang tua dan pilihan karier, (4) tidak ada hubungan
antara sikap sosial dan minat karier, (5) tidak ada hubungan antara kesan anak
tentang pola asuh orang tua dengan minat karier, (6) ada hubungan yang
signifikan antara minat karier dan pilihan karier.
3. Irzan Tahar dan Enceng (2003)
Judul : Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar Pada Pendidikan Jarak
Jauh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemandirian
belajar dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen Keuangan pada pendidikan
jarak jauh. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen
Keuangan (ry=0,80), dengan persamaan garis regresi X 0,15 7,89 - Yˆ = +
(signifikan pada α = 0,05). Koefisien determinasi yang mengindikasikan 63,91%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
variansi yang terjadi pada hasil belajar peserta ajar dapat dijelaskan melalui
kemandirian belajar mereka.
4. Teresa D. LaFromboise, Dan R. Hoyt, Lisa Oliver & Les B. Whitbeck (2006).
Judul : Family, Community, and School Influences on Resilience Among
American Indian Adolescents in the Upper Midwest.
This study examines resilience among a sample of American Indian adolescents
living on or near reservations in the upper Midwest. Data are from a baseline
survey of 212 youth (115 boys and 97 girls) who were enrolled in the 5th through
8th grades. Based upon the definition of resilience, latent class analyses were
conducted to identify youth who displayed pro-social outcomes (60.5%) as
opposed to problem behavior outcomes. A measure of family adversity was also
developed that indicated only 38.4 percent of the youth lived in ‘low adversity’
households. Defining resilience in the context of positive outcomes in the face of
adversity, logistic regression was used to examine the predictors of pro-social
outcomes among youth who lived in moderate to high adversity households. The
analyses identified key risk and protective factors. A primary risk factor appeared
to be perceived discrimination. Protective factors were from multiple contexts:
family, community and culture. Having a warm and supportive mother, perceiving
community support, and exhibiting higher levels of enculturation were each
associated with increased likelihood of pro-social outcomes.
5. Tuppett M. Yates, A Jelena Obradovic , and Byron Egeland
Judul : Transactional Relations Across Contextual Strain, Parenting Quality, And
Early Childhood Regulation And Adaptation In A High-Risk Sample.
This investigation examined transactional relations across contextual strain,
parenting quality, and child adjustment in 209 mothers and children at 24, 42, and
72 months of age. Independent ratings of mothers’ stressful life events, social
support, and relationship quality provided an objective measure of maternal
contextual strain. Observers evaluated parenting quality during parent–child
interactions at each time point. Child regulatory functioning during laboratory
tasks at 24 and 42 months was evaluated by independent observers based on both
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
behavioral (e.g., noncompliance, distractibility) and emotional (e.g., frustration,
anger) indices. At 72 months, teachers reported on children’s externalizing
behaviors, and children completed objective measures of academic achievement.
Nested path analyses were used to evaluate increasingly complex models of
influence, including transactional relations between child and parent, effects from
contextual strain to parenting and child adaptation, and reciprocal effects from
child and parent behavior to contextual strain. Over and above stability within
each domain and cross-sectional cross-domain covariation, significant paths
emerged from maternal contextual strain to subsequent child adjustment.
Bidirectional relations between parenting and child adjustment were especially
prominent among boys. These findings counter unidirectional models of parent-
mediated contextual effects by highlighting the direct influences of contextual
strain and parent–child transactions on early childhood behavioral and academic
adjustment, respectively.
C. Kerangka Berfikir
Pola asuh orang tua (X1) sebagai variabel independen (variabel bebas)
diperkirakan mempunyai hubungan dengan kemandirian belajar (Y) pada siswa
Kelas XI IS SMA Negeri 1 Jogorogo. Pola asuh yang diterapkan orang tua
terhadap anak yang meliputi sikap dan kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk
mengasuh, memelihara, dan membesarkan anak. Dalam sebuah keluarga, baik
buruknya perilaku orang tua dalam mengasuh anak akan memberikan kesan
tersendiri bagi anak dalam pembentukan perilaku belajar pada anak. Dengan pola
asuh yang tepat pada anak, kemungkinan kemandirian belajar pada diri siswa akan
terbentuk.
Sedangkan pergaulan peer group (X2) yang juga sebagai variabel
independen (variabel bebas) diperkirakan juga mempunyai hubungan dengan
kemandirian belajar (Y) pada siswa kelas Kelas XI IS SMA Negeri 1 Jogorogo.
Hal tersebut karena kelompok teman sebaya atau pergaulan peer group
mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja dan persiapan bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kehidupan dimasa mendatang, serta membentuk pandangan dan perilaku, karena
remaja pada seumuran anak Sekolah Menengah Atas (SMA) sedang berusaha
untuk tidak bergantungan pada orang tua. Selain itu persaingan dalam belajar
untuk mendapatkan prestasi yang terbaik pada anak akan mendorong anak untuk
dapat menciptakan kemandirian belajar pada diri anak itu sendiri sehingga tidak
bergantung pada teman-temannya dalam menyelesaikan masalah dalam
belajarnya.
Pola asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer group (X2) yang keduanya
sebagai variabel independen (variabel bebas) diperkirakan mempunyai hubungan
secara bersama-sama dengan kemandirian belajar (Y) pada siswa kelas Kelas XI
IS SMA Negeri 1 Jogorogo. Hal tersebut dikarenakan pola asuh orang tua
diperkirakan mempunyai hubungan dengan pergaulan peer group. Baik buruknya
orang tua dalam mendidik, memelihara, dan membesarkan anak akan memberikan
kesan tersendiri kepada anak sehingga akan berhubungan dengan perilaku pada
diri anak. Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak belajar
bersosialisasi dan berinteraksi, sehingga pola asuh yang tepat diterapkan orang tua
akan dapat membentuk perilaku anak. Pola asuh yang tepat akan mendorong
perlaku kemandirian belajar dalam diri anak. Perilaku anak ini akan diteruskan
anak hingga pergaulannya di luar keluarganya. Pergaulan anak tidak terbatas di
dalam keluarganya, namun terjadi lebih luas lagi yaitu, dapat terjadi disekolah,
dengan teman bermain, ataupun dengan teman dalam organisasinya. Dalam
pergaulan dengan kelompok sebanyanya atau pergaulan peer group, akan
mempengaruhi juga perilaku dan kebiasaan dalam diri anak. Pergaulan yang benar
dapat mendorong anak untuk lebih dapat memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri,
karena kebutuhan anak dalam belajar relatif sama sehingga dapat saling
berdiskusi. Dengan begitu akan membuat anak untuk tidak hanya bergantung
dengan penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus menerus, namun
mampu berinisiatif, mampu bekerja sendiri, bertanggung jawab atas pekerjaannya,
serta memiliki tingkat ketergantungan yang relatif rendah pada orang lain untuk
mencapai tujuan belajarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir
Keterangan:
X1 : Pola asuh orang tua
X2 : Pergaulan peer group
Y : Kemandirian belajar
D. Hipotesis
Penelitian kuantitatif berfokus pada hipotesis yang akan diuji
kebenarannya. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar
siswa kelas XI IPS SMA Negeri.
2. Ada hubungan positif antara pergaulan peer group dengan kemandirian
belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri.
3. Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group
dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo
Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011.
Pola asuh orang tua
Pergaulan peer group
Kemandirian belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat yang penting dalam penelitian,
sesuai dengan judul di atas maka tempat penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1
Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jalan Raya Jogorogo-Ngawi. Adapun yang melatar
belakangi pemilihan tempat tersebut adalah:
a. Tersedianya data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti.
b. Peneliti merupakan alumni SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi
sehingga memudahkan untuk pencarian data.
c. Letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau, sehingga memudahkan
peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan saat dimana pelaksanaan penelitian itu
dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, melalui tiga tahapan
penelitian yang terhitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2011.
Tabel 1. Waktu penelitian
No Tahapan Penelitian Bulan
Januari Pebruari Maret April Mei
1. Tahap Persiapan
a. Persetujuan Judul
b. Penyusunan proposal
c. Perijinan
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan data
b. Analisis Data
3. Penyusunan Laporan
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam suatu penelitian penentuan individu sebagai subjek yang diteliti
merupakan hal penting. Oleh karena itu subjek penelitian dituntut jelas dan pasti,
sebab dalam suatu penelitian untuk membuktikan dan menguji hipotesa tidak
mungkin dilaksanakan tanpa subjek yang diteliti.
Sebelum menentukan populasi, kiranya dikemukanakan terlebih dahulu
pengertian populasi. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 2006: 130). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 250) ”Populasi
adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian”. Menurut
Tentrem Widodo (2009: 47) ”Populasi adalah keseluruhan individu atau satuan-
satuan tertentu sebagai anggota atau himpunan dalam suatu kelas atau golongan
tertentu”, sedangkan menurut Siswandari (2009: 5) “Populasi adalah himpunan
sampel atau anggota yang akan diamati”.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian populasi
mengandung unsur :
a. Keseluruhan subjek penelitian
b. Kelompok atau wilayah yang menjadi lingkup penelitian
c. Keseluruhan atau satuan tertentu sebagi anggota dalam peneliian
d. Himpunan sampel atau anggota yang akan diamati
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 116 siswa, terdiri dari seluruh siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran
2010/2011, yang terdiri dari tiga kelas yaitu XI IPS1 dengan jumlah 40 siswa, XI
IPS2 dengan jumlah 38 siswa, dan XI IPS3 dengan jumlah 38 siswa.
2. Sampel
Dalam penelitian sosial tidak semua populasi dikenakan penelitian. Hal
tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan biaya, waktu, dan
tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya pembatasan yaitu dengan
menentapkan jumlah sampel representatif yang dapat mewakili populasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Menurut Siswandari (2009: 5) “Sampel merupakan sebagian anggota
populasi”. Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 250) mengatakan bahwa sampel
adalah “Kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan”.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) “Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti”.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian sampel
mengandung unsur :
a. Sebagian anggota populasi
b. Kelompok kecil yang akan diteiti
c. Wakil atau sebagian dari populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 134) “Untuk sekedar ancer-ancer,
maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjek besar,
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Berdasarkan pendapat
tersebut maka peneliti mengambil sampel sebesar 40% dari populasi. Maka
sempel diambil sebanyak 46 siswa.
Beberapa keuntungan jika menggunakan sampel menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 133) yaitu:
a. Karena subjeknya pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya tentu kurang.
b. Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
c. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang, waktu, dan tenaga).
d. Ada kalanya dengan penelitian populasi berarti desktruktif (merusak). e. Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. f. Adakalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian
populasi.
3. Teknik Sampling
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel atau contoh yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Untuk menentukan besarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat teknik-teknik untuk
mengambil sampel dari populasi yang ada. Menurut M. Iqbal Hasan (2002: 85)
“Metode sampling adalah cara pengumpulan data yang hanya mengambil
sebagian elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi”. Menurut
Sutrino Hadi (2000: 75) “Ada dua macam teknik sampling, yaitu: teknik random
sampling dan non random sampling”. Teknik tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Teknik Random Sampling
Random sampling adalah pengambilan sampel secara ramdom aau tanpa
bulu. Dalam random sampling semua individu dalam populasi diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.
Adapun cara-cara yang digunakan untuk random sampling adalah :
1) Cara undian
2) Cara ordinal
3) Randomisasi dari tabel bilangan random
b. Teknik Non Random Sampling
Non random sampling adalah cara pengammbilan sampel yang tidak semua
populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini ada
beberapa macam yaitu : proportional sampling, stratifiet sampling, purposive
sampling, quota sampling, double sampling, area sampling, clutser sampling.
Berikut penjelasan dari masing-masing teknik pengambilan sampel diatas :
1) Teknik proportional sampling
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari tiap-tiap populasi
dengan cara memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut.
2) Teknik stratifiet sampling
Teknik ini bisa digunakan apabila populasi terdiri dari susunan
kelompok-kelompok yang bertingkat.
3) Teknik purposive sampling
Teknik ini berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang diperkirakan
mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan
sampel.
4) Teknik quota sampling
Teknik ini menghendaki sampel mendasarkan ciri pada quota. Peneliti
harus lebih dulu menetapkan jumlah subjek yang akan diselidiki. Subjek-
subjek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria
sampel.
5) Teknik double sampling
Pengambilan sampel yang mengahruskan adanya sampel kembar, yaitu
sampel yang diperoleh misalnya secara angket (terutama yang dikirim
lewat pos), dari cara ini ada angket yang kembali dan ada angket yang
tidak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, bagi angket yang tidak
kembali dipertegas dengan interview. Jadi sampling kedua berfungsi
mengecek sampling pertama (yang angketnya kembali).
6) Teknik area sampling
Teknik ini mendasarkan pada pembagian area yang ada pada populasi.
Artinya daerah yang ada pada populasi dibagi-bagi menjadi beberapa
daerah yang lebih kecil.
7) Teknik clutser sampling.
Metode ini digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok dan
beberapa kelompok (group atau clutser) dimana setiap kelompok terdiri
atas beberapa unit yang lebih kecil. Jumlah unit dari masing-masing
kelompok bisa sama maupun berbeda. Kelompok-kelompok tersebut dapat
dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana maupun acak
sistematik.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 134) menyatakan :
Cara-cara atau teknik dalam pengambilan sampel yaitu 1) random atau sampel acak, sampel campur, 2) sampel berstarata atau stratified sample, 3) sampel wilayah atau area probability sample, 4) sampel proporsi atau proportional sampel, atausampel imbalan, 5) sampel bertujuan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
purposive sample, 6) sampel kuota atau quota sample, 7) sampel kelompok atau Cluster sample, 8) sampel kembar atau double sample.
Untuk lebih jelasnya teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Teknik random atau sampel acak, sampel campur
Teknik ini memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan (change) dipilih menjadi sampel. Teknik random
sampling dapat dilakukan melalui cara undian (untung untungan), ordinal
(bertingkat), atau menggunakan tabel bilangan random.
2) Teknik sampel berstrata atau stratified sampel
Sampel strata digunakan apabila ada perbedaan ciri atau karakteristik antara
strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel.
3) Teknik sampel wilayah atau area probability sample
Teknik ini dilakukan jika terdapat perbedaan ciri antara wilayah yang satu
dengan wilayah yang lain. Teknik ini dilakukan dengan mengambil wakil
dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi.
4) Teknik sampel proporsi atau proportional sampel, atau sampel imbalan
Teknik ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel
bersrata atau sampel wilayah. Banyaknya subjek yang terdapat pada setiap
starata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh
sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap
wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek
dalam masing-masing strata atau wilayah.
5) Teknik sampel bertujuan atau purposive sample
Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas
strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
6) Teknik sampel kuota atau quota sample
Teknik ini mendasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan. Yang terpenting
disini terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
7) Teknik sampel kelompok atau Cluster sample
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Metode ini digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok. Dalam
persekolahan dijumpai ada kelompok SD, SLTP, SLTA. Demikian juga
dengan adanya kelas-kelas. Kelompok tersebut dipandang sebagai tingkatan
atau strata.
8) Teknik sampel kembar atau double sample
Teknik ini dilakukan dengan cara menagmbil dua buah sampel sekaligus
dengan tujuan melengkapi jumlah apabila data yang tidak masuk dari sampel
pertama, atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari
sampel pertama.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
clutser random sampling yaitu pengambilan sampel berupa kelompok. Dimana
terdapat kelompok kelas yang terdiri dari kelas XI IPS1, XI IPS2, dan XI IPS3.
Sampel yang diambil sebesar 40% dari tiap kelas yaitu 46 siswa. Pengambilan
sampel dilakukan secara random atau tanpa bulu dengan cara undian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian harus tepat karena akan
berpengaruh terhadap hasil penelitian. Dalam sebuah penelitian diperlukan data
yang obyektif karena data merupakan suatu hal yang sangat mendasar yang akan
menentukan hasil penelitian. Apabila keliru dalam meneliti teknik pengumpulan
datanya maka mengakibatkan hasil penelitian tidak tepat.
Dalam penelitian tidak semua anggota dari populasi diamati. Untuk itu
diperlukan pengambilan sampel yang dapat mewakili populasi. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 222) menyatakan bahwa “Teknik pengumpulan data
adalah bagaimana peneliti menemukan metode setepat-tepatnya untuk
memperoleh data kemudian disusul dengan alat pembantunya yaitu instrumen”.
Pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
data yang diperlukan dengan menggunakan alat tertentu. Oleh karena itu alat
pengumpul data harus benar-benar valid dan reliable. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket atau kuesioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sebagai teknik pengumpulan data pokok, sedangkan dokumentasi sebagai teknik
pengumpulan data pendukung. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 216)
“Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan
studi dokumenter”.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik angket dan teknik dokumentasi.
1. Angket atau Kuesioner
a) Pengertian Angket atau Kuesioner
Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 219) mengatakan “ Kuesioner
merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung
(peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden)”. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 151) “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan
menurut Tentrem Widodo (2009: 54) “Teknik kuesioner merupakan cara
mengumpulkan data dengan menyampaikan daftar seperangkat pertanyaan
baik langsung maupun melalui pos kepada responden penelitian”.
b) Macam-macam Angket atau Kuesioner
Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 152), kuesioner
dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan:
(1) Dipandang dari cara menjawab, maka ada: (a) Kuesioner terbuka, yaitu memberi kesempatan kepada
responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. (b) Kuesioner tertutup, yaitu kuesioner yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih. (2) Dipandang dari jawaban yang diberikan, ada:
(a) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
(b) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
(3) Dipandang dari bentuknya, maka ada: (a) Kuesioner pilihan ganda, sama dengan kuesioner tertutup. (b) Kuesioner isian, sama dengan kuesioner terbuka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(c) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√ ) pada kolom yang sesuai.
(4) Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
c) Langkah-langkah Menyusun Angket
Dalam penyusunan angket ada langkah-langkah yang perlu dilakukan,
yaitu sebagai berikut :
(1) Menetapkan tujuan angket
(2) Mendefinisikan indikator-indikator berdasarkan definisi operasional dari
variabel-variabel yang diteliti.
(3) Menentukan kisi-kisi angket.
(4) Menyusun petunjuk pengisian angket.
(5) Membuat surat pengantar
(6) Mengadakan uji coba (try out) angket.
d) Keuntungan dan Kelemahan angket atau kuesioner
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:152) keuntungan angket yaitu :
(1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti. (2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden. (3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing,
dan menurut waktu senggang responden. (4) Dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur dan tidak
malu-malu menjawab. (5) Dapat dibuat terstandart sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Selain memiliki kelebihan, angket atau kuesioner juga memiliki
kelemahan. Kelemahan kuesioner menurut Suharsimi Arikunto (2006: 152-153)
yaitu :
(1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, pada hal sukar diulang untuk diberikan kembali kepadanya.
(2) Sering sukar dicari validitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
(4) Sering tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. (5) Waktu pengembaliaannya tidak sama, bahkan kadang-kadang ada
yang terlalu lama sehingga terlambat.
2. Dokumentasi
Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 221) mengatakan “Studi
dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik”. Dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya
(Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Di dalam melaksanakan metode
ini dapat dilakukan dengan meneliti benda-benda tertulis seperti buku, notulen
rapat, catatan harian dan sebagainya. Sedangkan menurut Tentrem Widodo
(2009: 54) ”Teknik dokumntasi merupakan cara mengumpulkan data
responden atau populasi penelitian dengan pengambilan data tertentu
(dokumen) yang telah dipersiapkan dengan baik”.
Dalam suatu penelitian suatu data mempunyai kedudukan yang paling
tinggi karena data menggambarkan variabel yang akan diteliti dan berfungsi
sebagai alat ukur hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat
menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya suatu
data hasil penelitian dilakuakn uji validitas dan uji reabilitas.
1. Uji Validitas
Validitas atau kesahihan instrumen berkaitan dengan kesesuaian dan
kecermatan fungsi dari alat ukur yang digunakan. Suharsimi Arikunto (2006 :168)
mengemukakan bahwa yang dimaksud “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”.
Sedangkan Duwi Priyatno (2010: 90) menyatakan “Validitas adalah ketepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur”. Suatu
instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang
kurang valid mempunyai validitas rendah.
Menurut Nasution (2003: 75), menyatakan bahwa “Validitas ada macam-
macamnya yaitu validitas isi, validitas prediktif, dan validitas construct
(konstruk)” Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Validitas Isi
Dengan validitas isi dimaksudkan bahwa isi atau bahan yang diuji atau
dites relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman
atau latar belakang orang yang diuji. Suatu instrumen valid menurut
validitas isi apabila isi instrumen merupakan sampel yang representatif
dari keseluruhan hal yang akan diukur. Validitas isi diperoleh dengan
mengadakan sampling yang baik, yakni memilih item-item yang
representative dari keseluruhan.
b. Validitas Prediktif
Dengan validitas prediktif dimaksudkan adanya kesesuaian antara
ramalan (prediksi) tentang kelakuan seseorang dengan kelakuannya yang
nyata. Diharapkan bahwa suatu tes mempunyai nilai prediktif yang tinggi
artinya apa yang diramalkan oleh tes itu tentang kelakuan seseorang
memang terbukti dari kelakuan orang itu.
c. Validitas Construct (Konstruk)
Validitas konstruk suatu tes adalah sejauh mana tes tersebut mengukur
konstruk atau trait (kemampuan) yang dimaksudkan untuk diukur.
Validitas konstruk ini digunakan bila kita sangsikan apakah gejala yang
dites hanya mengandung lebih dari satu dimensi, maka validitas tes itu
dapat diragukan. Keuntungan validitas konstruk ini ialah bahwa kita
mengetahui komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan tes
itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan dalam penelitian yaitu
validitas isi dan konstruk. Untuk pengujiannya menggunakan bantuan komputer
dengan software SPSS versi 17.0. Hasil uji validitas dikatakan valid apabila nilai
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 dan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05
menunjukkan bahwa item pernyataan tersebut tidak valid. Rumus yang digunakan
untuk uji validitas butir angket adalah rumus koefisien product moment Karl
Pearson :
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 170)
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y
X : Skor masing-masing item
Y : Skor total
XY : Jumlah perkalian Xdan Y
X2 : Jumlah kuadrat dari X
Y2 : Jumlah kuadrat dari Y
N : Jumlah Subyek
Dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan angka kritik dari tabel
korelasi :
a. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrument atau item-item
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
b. Jika r hitung ≤ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrument atau item-item
pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak
valid).
2. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dapat dipercaya karena konsisten sebagai alat pengumpul
data. Untuk itu suatu item yang valid dilakukan uji reliabilitas. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 178) “Reabilitas adalah ketetapan suatu test apabila ditestkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pada subyek yang sama”. Untuk mengukur reliabilitas alat pengukuran yang
digunakan adalah rumus Alpha Cronbach . Adapun rumus tersebut adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2006: 196)
Keterangan :
: Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau soal
: Jumlah varians butir
: Varians total
Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan tabel r. Hasil
perbandingan antara r11 dan r1 kemudian diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Jika rtabel > rhitung, maka angket yang diujikan reliabel.
b. Jika rtabel < rhitung, maka angket yang diujikan tidak reliabel.
Semakin tinggi koefisien alpha, berarti semakin baik pengukuran suatu
instrumen. Uji realibilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer
dengan software SPPS 17.0 for windows . Untuk pengujian biasanya mengunakan
batasan tertentu. Menurut Sekaran dalam buku Duwi Pritanto (2010: 98)
menyatakan ”reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat
diterima dan diatas 0,8 adalah baik”.
Pernyataan-pernyataan yang akan dibuat harus mengacu pada aspek-aspek
yang tertuang dalam matrik spesifikasi data yang telah disusun. Variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Adapun penyusunan pernyataan dalam
penelitian ini menggunakan rating-scale dan untuk memulai jawaban dari
pernyataan masing-masing angket digunakan skala Likert.
Cara penilaian jawaban dari responden adalah sebagai berikut:
a. Setiap pertanyaan atau pernyataan terdiri dari empat pilihan jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b. Dalam menjawab pertanyaan responden memilih salah satu alternatif
jawaban yang sesuai dengan cara memberikan tanda check (√ ) pada kolom
jawaban yang dipilih.
c. Apabila pernyataan yang digunakan positif diberi penilaian sebagai berikut:
1) Jawaban selalu nilai = 4
2) Jawaban sering nilai = 3
3) Jawaban jarang nilai = 2
4) Jawaban tidak pernah nilai = 1
Apabila pernyataan yang digunakan negatif diberi penilaian sebagai berikut:
1) Jawaban tidak pernah nilai = 4
2) Jawaban jarang nilai = 3
3) Jawaban sering nilai = 2
4) Jawaban selalu nilai = 1
Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup yang
berbentuk rating-scale yaitu angket yang berupa daftar pertanyaan yang
disediakan untuk responden agar mereka menjawab tentang dirinya sendiri, yang
jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih satu jawaban
pada kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, mulai dari selalu sampai ke
sangat tidak pernah.jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup yang
sudah tersedia jawabannya dan menjawab tentang dirinya sendiri dimana
responden tinggal membubuhkan tanda check (√ ) pada kolom yang sesuai.
Dalam penelitian suatu data dapat mempunyai kedudukan yang paling
tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi
sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat
menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya suatu
data tergantung baik tidaknya angket, maka harus diadakan uji validitas dan uji
reliabilitas
3. Hasil Uji Coba (Try-Out) Kuesioner
Menurut Sutrisno Hadi (2000: 166) maksud diadakannya try out adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
a. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
b. Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, dan kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
c. Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
d. Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research.
Untuk memperoleh angket atau kuesioner dengan hasil yang tepat adalah
dengan proses uji coba dengan melakukan uji validitas dan reabilitas. Uji coba
Try (Try-out) dilaksanakan dengan mengisi angket atau kuesioner pada siswa
dengan jumlah responden sebanyak 30 siswa. Berdasarkan hasil uji coba tersebut
kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Adapun hasil uji validitas dan
uji reabilitas adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Validitas atau kesahihan instrumen berkaitan dengan kesesuaian dan
kecermatan fungsi dari alat ukur yang digunakan. Suharsimi Arikunto (2006:
168) mengemukakan bahwa yang dimaksud “Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”.
Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya
instrumen yang kurang valid mempunyai validitas rendah.
Uji validitas menggunakan teknik analisis product moment. Berdasarkan
analisis korelasi, suatu item dinyatakan valid apabila koefisien korelasi skornya
dengan skor total (rhitung) > nilai kritis distribusi pearson’s product moment
dengan taraf signifikansi dan jumlah data (rtabel). Uji validitas dalam penelitian
ini menggunakan data sebanyak 30 dengan taraf signifikansi sebesar 0,05
sehingga nilai rtabel yang digunakan adalah sebesar 0,361. Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan bantuan komputer dengan software SPSS versi
17.0. Adapun hasil perhitungan dari validitas item pertanyaan sebagai berikut :
1) Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1)
Hasil uji validitas variabel pola asuh orang tua (X1) didapatkan hasil
bahwa dari 25 item pertanyaan untuk variabel pola asuh orang tua (X1), yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dinyatakan tidak valid ada 4 item yaitu nomor 11, 17, 23, dan 24. Hasil
pengujian disajikan pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Item-item pola asuh orang tua
No. rhitung rtabel Keputusan Keterangan 1 0,632 0,361 Valid Pakai 2 0,682 0,361 Valid Pakai 3 0,551 0,361 Valid Pakai 4 0,761 0,361 Valid Pakai 5 0,759 0,361 Valid Pakai 6 0,622 0,361 Valid Pakai 7 0,658 0,361 Valid Pakai 8 0,690 0,361 Valid Pakai 9 0.524 0,361 Valid Pakai
10 0,524 0,361 Valid Pakai 11 0,206 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 12 0,583 0,361 Valid Pakai 13 0,625 0,361 Valid Pakai 14 0,551 0,361 Valid Pakai 15 0,680 0,361 Valid Pakai 16 0,741 0,361 Valid Pakai 17 0.307 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 18 0.613 0,361 Valid Pakai 19 0.699 0,361 Valid Pakai 20 0.751 0,361 Valid Pakai 21 0.751 0,361 Valid Pakai 22 0.549 0,361 Valid Pakai 23 0.282 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 24 0.292 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 25 0.394 0,361 Valid Pakai
Sumber : Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa validitas instrumen variabel pola asuh
orang tua sebanyak 25 item pertanyaan untuk item nomor 11, 17, 23, dan 24 dinyatakan
gugur dan tidak digunakan dalam penelitian karena setiap item pertanyaan yang gugur
sudah ada yang mewakili.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) Pergaulan Peer Group
Hasil uji validitas variabel pergaulan Peer Group (X2) didapatkan hasil bahwa
dari 22 item pertanyaan untuk variabel pergaulan Peer Group (X2), yang
dinyatakan tidak valid ada 1 item yaitu nomor 14. Hasil pengujian disajikan pada
tabel 3 berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Item-item pergaulan Peer Group
No. rhitung rtabel Keputusan Keputusan 1 0,664 0,361 Valid Pakai 2 0,557 0,361 Valid Pakai 3 0,420 0,361 Valid Pakai 4 0,623 0,361 Valid Pakai 5 0,515 0,361 Valid Pakai 6 0,446 0,361 Valid Pakai 7 0,671 0,361 Valid Pakai 8 0,739 0,361 Valid Pakai 9 0,551 0,361 Valid Pakai
10 0,637 0,361 Valid Pakai 11 0,689 0,361 Valid Pakai 12 0,394 0,361 Valid Pakai 13 0,447 0,361 Valid Pakai 14 0,215 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 15 0,526 0,361 Valid Pakai 16 0,647 0,361 Valid Pakai 17 0,510 0,361 Valid Pakai 18 0,676 0,361 Valid Pakai 19 0,909 0,361 Valid Pakai 20 0,776 0,361 Valid Pakai 21 0,812 0,361 Valid Pakai 22 0,788 0,361 Valid Pakai
Sumber : Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa validitas instrumen variabel
pergaulan peer group sebanyak 22 item pertanyaan. Butir nomor 14 dinyatakan gugur
dan tidak digunakan dalam penelitian karena setiap item pertanyaan yang gugur sudah
ada yang mewakili.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3) Kemandirian Belajar
Hasil uji validitas variabel kemandirian belajar (Y) didapatkan hasil bahwa
dari 25 item pertanyaan untuk variabel kemandirian belajar (Y), yang
dinyatakan tidak valid ada 3 item yaitu nomor 3, 13, dan 14. Hasil pengujian
disajikan pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Item-item kemandirian belajar
No. rhitung rtabel Keterangan Keputusan 1 0,436 0,361 Valid Pakai 2 0,510 0,361 Valid Pakai 3 0,086 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 4 0,614 0,361 Valid Pakai 5 0,653 0,361 Valid Pakai 6 0,478 0,361 Valid Pakai 7 0,687 0,361 Valid Pakai 8 0,714 0,361 Valid Pakai 9 0,397 0,361 Valid Pakai
10 0,624 0,361 Valid Pakai 11 0,588 0,361 Valid Pakai 12 0,394 0,361 Valid Pakai 13 0,354 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 14 0,339 0,361 Tidak Valid Tidak dipakai 15 0,467 0,361 Valid Pakai 16 0,851 0,361 Valid Pakai 17 0,361 0,361 Valid Pakai 18 0,692 0,361 Valid Pakai 19 0,617 0,361 Valid Pakai 20 0,766 0,361 Valid Pakai 21 0,696 0,361 Valid Pakai 22 0,407 0,361 Valid Pakai 23 0,438 0,361 Valid Pakai 24 0,407 0,361 Valid Pakai 25 0,426 0,361 Valid Pakai
Sumber : Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa validitas instrumen variabel pola asuh
orang tua sebanyak 25 butir pertanyaan untuk butir nomor 3, 13, dan 14 dinyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
gugur dan tidak digunakan dalam penelitian karena setiap item pertanyaan yang gugur
sudah ada yang mewakili.
b. Uji Reabilitas
Uji reabilitas item dilakukan dengan menggunakan rumus formula Alpha
Cronbach. Uji realibilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer
dengan software SPPS 17.0 for windows . Menurut Sekaran dalam buku Duwi
Priyanto (2010: 98) menyatakan ”reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik”. Adapun hasil
perhitungan reliabilitas item sebagai berikut :
Tabel 5. Uji Reliabilitas Kuesioner pola asuh orang tua
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.927 21
Sumber : Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa variabel penelitian (yang diukur secara
konstruk) memiliki nilai alpha > 0,6. Dengan demikian variabel tersebut
dinyatakan sangat reliabel.
Tabel 6. Uji Reliabilitas Kuesioner pergaulan peer group
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.919 21
Sumber : Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa variabel penelitian (yang diukur secara
konstruk) memiliki nilai alpha > 0,6. Dengan demikian variabel tersebut
dinyatakan sangat reliabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 7. Uji Reliabilitas Kuesioner kemandirian belajar
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.897 22
Sumber : Data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa variabel penelitian (yang diukur secara
konstruk) memiliki nilai alpha > 0,6. Dengan demikian variabel tersebut
dinyatakan sangat reliabel.
D. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
hubungan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan
kemandirian belajar, maka rancangan penelitian disusun sebagai berikut: Atribut
dalam penelitian ini adalah variabel X yang terdiri dari pola asuh orang tua dan
pergaulan peer group, sedangkan variabel Y merupakan kemandirian belajar.
Dalam penelitian ini mencari hubungan antara pola asuh orang tua (X1) dengan
kemandirian belajar (Y), mencari hubungan antara yaitu pergaulan peer group
(X2) dengan kemandirian belajar (Y), dan juga mencari hubungan antara pola asuh
orang tua (X1) dan pergaulan peer group (X2) dengan kemandirian belajar (Y).
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif
kuantitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 52) mendefinisikan
bahwa “Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis
dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 160) bahwa “ Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kuantitatif karena :
1. Memusatkan diri pada masalah yang teraktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.
3. Penelitian deskriptif menjelaskan suatu hubungan dan pengaruh antara unsur
yang satu dengan unsur yang lain.
Alasan tersebut sesuai dengan ciri-ciri pokok metode penelitian deskriptif
yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad (1998 : 140) yaitu sebagai berikut :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang.
2. Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan dan dianalisis, karena itu
metode ini sering disebut metode analitik.
Teknik pengumpulan data menggunakan angket atau koesioner sebagai
metode pengumpulan data pokok dan metode dokumentasi sebagai pengumpulan
data pendukung. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu melakukan uji
prasyarat analisis dengan menggunakan uji asumsi klasik. Untuk menguji
hipotesis hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y menggunakan teknik
analisis Pearson’s Correlation (Product Moment). Sedangkan untuk mengetahui
hubungan secara bersama-sama antara X1 dan X2 dengan Y menggunakan teknik
analisis regresi ganda.
E. Teknik Analisis Data
Untuk dapat menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, maka teknik
analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode statistika dengan
rumus teknik regresi ganda. Suharsimi Arikunto (2006: 295) menyatakan
“Regresi ganda adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih
dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat”.
Alasan digunakannya teknik ini adalah :
1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel predikator dan satu variabel
kriterium.
2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus
dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.
Sesuai dengan teknik yang digunakan dan hipotesis nihil yang diajukan,
maka untuk menguji digunakan tingkat signifikasi, yakni :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
1. Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,01
dinyatakan sangat signifikan.
2. Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih dari 0,01 dan kurang
dari 0,05 dinyatakan sangat signifikan atau menyakinkan.
3. Ho diterima dan Ha ditolak apabila tingkat probabilitas lebih dari 0,05.
Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum melakukan analisis data dengan analisis regresi linier ganda
terlebih dahulu dilakukan analisis prasyarat. Dalam penelitian ini diperlukan uji
asumsi klasik. Karena menurut Dwi Priyatno Uji asumsi klasik adalah:
”Persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda
yang berbasis ordinary least square (OLS) untuk menganalisis uji ketepatan
regresi”. Namun tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis
regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada
analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada
data cross sectional.
Setidaknya ada lima uji asumsi klasik, tidak ada ketentuan yang pasti
tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan
tergantung pada data yang ada. Kelima uji asimsi klasik tersebut adalah:
a. Uji Normalitas
Menurut Duwi Priyatno (2010: 71) menyatakan “Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak”. Uji ini
biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, atau rasio.
Jika analisis menggunakan metode parametik, maka persyaratan normalitas harus
terpenuhi, yaitu data yang berasal dari distribusi yang normal. Jika tidak
berdistribusi normal, maka metode alternatif yang bisa digunakan adalah statistic
non parametik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Deteksi normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada
sumbu diagonal pada suatu grafik. Penerapan dasar pengambilan keputusan yang
digunakan sebagai berikut:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis
diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Duwi Priyatno (2010: 81) menyatakan “Multikolinearitas adalah keadaan
dimana terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antar
variabel independen dalam model regresi”. Uji multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dengan
model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan
diantaranya :
1) Dengan melihat nilai Inflation faktor (VIF) pada model regresi
2) Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai
determinasi secara serentak (R2)
3) Dengan melihat nilai Eigenvalue dan Condition Index
c. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan pendapat Duwi Prityatno (2010: 83) menyatakan
“Heteroskedastistas adalah keadaan dimana tidak terjadi kesamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi”. Uji heteroskedastistas
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual
pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regrasi adalah
tidak adanya masalah heterokedastistas. Ada metode pengujian yang bisa
digunakan diantaranya, yaitu Uji Sperman’s rho, Uji Glejter, Uji Park, dan melihat
pola grafik regresi. Penetapan dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan
gambar tersebut adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka diindikasikan
terdapat masalah heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Duwi Priyatno (2010: 87) menyatakan “Autokorelasi adalah keadaan
dimana terjadinya korelasi antara residual pada suatu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi”. Uji autokrasi digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi. Prasayarat yang harus terpenuhi adalah tidak
adanya autokrasi pada model regresi.
Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi
dapat digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson). Kriteria autokorelasi ada 3,
yaitu:
3) Angka D-W (Durbin Watson) di bawah -2 berarti diindikasikan ada
autokorelasi positif.
4) Angka D-W (Durbin Watson) di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak
ada autokorelasi.
5) Angka D-W (Durbin Watson) di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi
negatif.
e. Uji Linearitas
Menurut Duwi Priyatno (2010: 73) menyatakan “Uji linearitas bertujuan
untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau
tidak secara signifikan”. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam
analisis korelasi atau regresi linier. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan
Test for Linearitas pada taraf signifikasi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang liniear bila signifikasi (Linearity) kurang dari 0,05. Linieritas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan linier antara variabel X dan Y
yang bisa dilakukan, sebagai berikut :
1) Plot antara residu (e) versus Y-topi
Jika plot yang bersangkutan menggambarkan suatu scatter diagram (diagram
pencar) dalam arti tidak berpola maka dapat dikatakan tidak terjadi
mispesifikasi pada fungsi regresi, hal ini bararti bahwa hubungan antara
variabal X dan Y adalah linier.
2) Plot antara variabel X versus Y
Jika plot menggambarkan garis lurus maka asumsi pertama ini telah
terpenuhi.
3) Plot antara residu versus X
Jika plot menggambarkan diagram pencar maka linieritas ini sudah terpenuhi.
3. Uji Hipotesis
Uji analisis data yang dimaksud untuk menguji hipotesis. Untuk menguji
hipotesis hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis Pearson’s Correlation (Product Moment),
sedangkan untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara X1 dan X2
dengan Y menggunakan teknik analisis regresi ganda. Uji hipotesis yang
dilakukan menggunakan bantuan komputer dengan software SPPS 17.0 for
windows.
Langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah
sebagai berikut :
a. Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dengan Y
Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X1 dengan Y
menggunakan teknik analisis Pearson’s Correlation (Product Moment),
digunakan rumus :
222
112
111
nn
nr
(Suharsimi Arikunto, 2006: 274)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
b. Koefisien Korelasi Sederhana antara X2 dengan Y
Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X2 dengan Y
menggunakan teknik analisis Pearson’s Correlation (Product Moment) digunakan
rumus :
222
222
222
nn
nr
(Suharsimi Arikunto, 2006:274)
c. Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan X2 dengan Y
Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X1 dan X2 dengan Y
menggunakan teknik analisis regresi ganda dengan rumus :
Keterangan :
ry (1,2) = Koefisiensi korelasi antara X1 dan X2 dengan Y
= Koefisien prediktor X1
= Koofisien prediktor X2
X1Y = Jumlah produk antara X1 dengan Y
X2Y = Jumlah produk anatara X2 dengan Y
Y2 = Jumlah kuadrat kriterium Y
(Sutrino Hadi, 2001:25)
d. Uji Rumus Signifikasi Korelasi antara Kriterium dengan Prediktor-
Prediktornya
Uji rumus signifikasi korelasi antara kriterium dengan prediktor-
prediktornya menggunakan teknik analisis regresi ganda dengan rumus :
F =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Keterangan :
F = harga F garis regresi
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
R = koefisiensi korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktornya
(Sudjana, 2001:108)
e. Sumbangan Relatif
Sumbangan relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan
masing-masing prediktor (X) terhadap kriterium (Y). Dalam hal ini untuk mencari
sumbangan relatif X1 dan X2 terhadap Y dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Untuk X1 : SR % X1 = )(
11
regJKyxa x 100 %
Untuk X2 : SR % X2 = )(
22
regJKyxa x 100 %
Keterangan :
SR % X1 = Sumbangan relatif prediktor X1 terhadap Y
SR % X2 = Sumbangan relatif prediktor X2 terhadap Y
JKreg = Jumlah kuadrat regresi
(Sutrisno Hadi, 2001: 42)
f. Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan
murni yang diberikan masing-masing prediktor. Dalam hal ini untuk mencari
sumbangan efektif masing-masing prediktor (X1 dan X2) terhadap kriterium (Y)
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Mencari sumbangan efektif X1 terhadap Y dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
SE % X1 = SR % X1 x R2
Mencari sumbangan efektif X2 terhadap Y dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
SE % X2 = SR % X1 x R2
Mencari sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
SE % X1 X2 = SE % X1 + SE %X2
Keterangan :
SE % X1 = Sumbangan efektif X1 terhadap Y
SE % X2 = Sumbangan efektif X2 terhadap Y
SE % X1 X2 = Sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y
(Sutrisno Hadi, 2001: 42)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Diskripsi Lokasi Penelitian
a. Sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Jogorogo
SMA Negeri 1 Jogorogo berdiri pada tahun 1986 dengan kepala sekolah
bernama Drs. J. Soejono dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 0887/0/1986 tanggal 22 Desember 1986 di Jakarta.
Pembukaan dan penegerian Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, dan
gedungnya diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia bapak Profesor Fuad Hassan pada Kamis, 22 Januari 1988.
Dalam rangka penertiban administrasi data tentang sekolah telah
mendapatkan sertifikat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi Nomor:
420/4185/415.054/2005 tanggal 30 September 2003 dengan nama SMA Negeri 1
Jogorogo, alamat Jl. Raya Jogorogo – Ngawi, Telp. (0351) 730357, kecanatan
Jogorogo, kabupaten Ngawi, NIS: 300220 dan NSS: 301050911022.
Sejak berdiri sampai sekarang SMA Negeri 1 Jogorogo telah beberapa kali
mengalami pergantian kepala sekolah, pertama yaitu: Drs. J. Soejono, NIP: 131
324761 dengan masa jabatan tahun 1986-1994. Kedua Soeharto Hadi Koesmoro,
NIP: 130 268 102 dengan masa jabatan tahun 1994-1997. Ketiga Drs. H.
Syamsuri, NIP : 130 935 085 dengan masa jabatan tahun 1997-2003. Keempat
Drs. Djarotnugroho, NIP: 131 412 356 dengan masa jabatan tahun 2003-2007.
Terakhir Drs. Santoso, NIP: 19570727 198603 1 027 dengan masa Jabatan tahun
2007-sekarang.
b. Letak Geografis SMA Negeri 1 Jogorogo
SMA Negeri 1 Jogorogo dibangun diarea seluas 16.135 m2 , kurang dari 25
km kearah barat dari kota Kabupaten Ngawi tepatnya di Jl. Raya Jorogoro-Ngawi,
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur.
Adapun batas-batas dari Desa Jogogorgo meliputi :
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Setono Kecamatan Ngrambe
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Girimulyo kecamatan Jogorogo
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Macanan kecamatan Jogorogo
4) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjungsari kecamatan Jogorogo
c. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Jogorogo
1) Visi Sekolah : Berkepribadian yang bermuatan IMTAQ dan IPTEK yang
kompetitif.
2) Misi Sekolah :
a) Mengembangkan potensi siswa yang mampu menemukan dirinya
sendiri.
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.
c) Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap agama dan
implementasinya.
d) Membudayakan Sumber Daya Manusia yang mampu mengawal
pelaksanaan aturan tata tertib dan disiplin di sekolah.
e) Merangsang budaya kompetisi yang sehat dalam segala kegiatan.
f) Menerapkan manajemen partisipatif dalam melibatkan seluruh warga
sekolah.
d. Tujuan SMA Negeri 1 Jogorogo
Tujuan sekolah sebagai implementasi dari tujuan lembaga sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya, maka dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan.
Tujuan sekolah terbagi menjadi tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang diharapkan tercapai dalam kurun waktu 4-5 tahun kedepan,
sedangkan tujuan jangka pendek diprogramkan dalam bentuk tahunan.
1) Tujuan jangka panjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
a) Perolehan rata-rata lulusan 6,00 untuk IPA dan 6,50 untuk IPS, bagi
semua mata pelajaran yang diujikan.
b) Jumlah siswa yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi mencapapai 30%
dari jumlah lulus.
c) Jumlah peserta dan prestasi yang dicapai dalam olimpiade Mata
Pelajaran mampu menjadi finalis ditingkat propinsi I.
d) Angka pelanggaran disiplin dan tata tertib siswa dapat ditekan sampai
titik nol.
e) Tercapainya kondisi yang kondusif untuk menunjang Kegiatan Belajar
Mengajar dengan peningkatan etos kerja dan semangat kekeluargaan
yang tinggi.
f) Tercapainya tim kerja yang solid dan penerapan manajemen yang
partisipatif.
2) Tujuan jangka pendek
a) Mengantarkan semua siswa kelas III untuk lulus dalam menempuh Ujian
Nasional sesuai dengan kriteria kelulusan yang berlaku.
b) Menekan angka pelanggaran disiplin sekolah dan tata tertib sampai
maksimal 5% pada akhir tahun.
c) Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru atau staff tata
usaha dengan mengikutkannya dalam pendidika dan pelatihan.
d) Menambah fasilitas penunjang pembelajaran melalui pengadaan alat
dan bahan laboratorium serta penambahan buku perpustakaan.
e) Membentuk tim kerja yang solid untuk merumuskan dan merencanakan
berbagai kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
f) Melengkapi ruang kelas untuk menambah daya tampung sekolah, sesuai
dengan jumlah siswa yang makin bertambah peminatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
e. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Jogorogo
Keterangan :
--------------- : Garis Konsultasi
: Garis Komando
Sumber: TU SMA Negeri 1 Jogorogo
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Jogorogo
Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Koordinator Tata Usaha
WK Kesiswaan WK Humas WK Kurikulum WK Sarana
Koordinator BP
Bp
Guru - guru
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Keterangan bagan organisasi sebagai berikut :
1) Kepala sekolah
Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator manager,
administrator dan supervisor, pimpinan/ leader innovator, motivator.
a) Kepala sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien.
b) Kepala sekolah selaku manager mempunyai tugas menyusun perencanaan,
mengorganisasian kegiatan, mengarahkan kegiatan, koordinasikan
kegiatan, kelaksanaan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan,
menentukan kebijakan, mengadakan rapat, mengambil keputusan,
mengatur proses belajar mengajar, mengatur administrasi, ketaatusahaan,
siswa, ketenagaan, sarana prasarana, keuangan/ RAPBS, mengatur OSIS,
mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait.
c) Kepala sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor,
keuangan, perpustakaan, labolatorium, ruang ketrampilan/ kesenian, BK,
UKS, OSIS, serbaguna, media, gudang, 7K.
d) Kepala sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggrakan supervisi
mengenai proses belajar mengajar, kegiatan BK, kegaiatn ekstrakurikuler,
kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan
instansi lain, sarana prasarana, kegaitan OSIS, kegiatan 7K.
e) Kepala sekolah sebagai pimpinan/ leader yaitu dapat dipercaya, jujur dan
bertanggung jawab, memahami kondisi guru, karyawan dan siswa,
memiliki visi dan memahami misi sekolah, mengambil keputusan intern
dan ektern sekolah, membuat, mencari dan memilih gagasan baru.
f) Kepala sekolah sebagi inovator yaitu melakukan pembaharuan di bidang
KBM, BK, ekstarakurikuler, pengadaan; melaksanakan pembinaan guru
dan keryawan; melakukan pembaharauan dalam mengambil sumber daya
di BP3 dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
g) Kepala sekolah sebagai motivator yaitu mengatur ruang kantor yang
kondusif untuk bekerja, mengatur ruang kantor yang kondusif untuk KBM/
BK; mengatur ruang labolatorium yang kondusif untuk praktikum;
mengatur ruang perpustakaan yang kondusif untuk belajar; mengatur
halaman/ lingkungan sekolah yang harmonis sesama guru dan karyawan;
menciptakan hubungan kerja yang harmonis antar sekolah dan lingkungan;
menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman.
2) Wakil Kepala sekolah bidang kurikulum, bertugas :
a) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.
b) Menyususun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
c) Mengatur penyusunan program pengajaran.
d) Mengatur pelaksanaan kurikulum dan ekstrakurikuler.
e) Mengatur pelaksanaan penilaian kriteria kenaikan siswa, kelulusan raport
dan STTB.
f) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran.
g) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
h) Mengatur mengembangkan MGMP dan koordinator mata pelajaran.
i) Mengatur mutasi siswa.
j) Melakukan supervisi administrasi dan akademis.
k) Menyususn laporan.
3) Wakil kepala sekolah bidang HUMAS, bertugas :
a) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah.
b) Menyelenggarakan bakti sosial dan karyawisata.
c) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah.
d) Menyusun laporan.
4) Wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, bertugas :
a) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang proses
belajar mengajar.
b) Merencanakan program pengadaan, mengatur pemanfaatan sarana dan
prasarana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
c) Mengelola perawatan, perbaikan, dan pengisian.
d) mengatur pembukuannya.
e) menyususn laporan.
5) Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, bertugas :
a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b) Mengatur dan mengkoordinasikan pelakasnaan 7K.
c) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi kepramukaan,
PMR, KIRUKS PKS dan Paskibraka.
d) Mengatur program pesantren kilat.
e) Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan
f) Menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi.
g) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa.
6) Koordinator BP, bertugas :
a) Menyusun program dan pelakasanaan BK.
b) Koordinasi dengan wali kelas daam rangka mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.
c) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi
dalam kegiatan belajar.
d) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh
gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sulit.
e) Mengadakan penilaian pelaksanaan BK.
f) Menyususn statistik hasil penilaian BK.
g) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.
h) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut BK.
i) Menyususn laporan pelaksanaan BK.
7) Koordinator Tata Usaha, bertugas melaksanakan tugas ketatausahaan sekolah
dan bertanggungjawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan :
a) Penyususnan program kerja tata usaha sekolah.
b) Pengelolaan keuangan sekolah.
c) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
d) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah.
e) Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.
f) Penyususnan dan penyajian data/statistik sekolah.
g) Mengkoordinasikan dan melaksanakan 7K.
h) Menyususn laporan pelaksanaan kegiatan pengurus ketatausahaan secara
berkala.
8) Guru bertangung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas
melakasanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Tugasan tanggung jawab guru meliputi :
a) Membuat program pengajaran yang meliputi AMP, program tahunan,
cawu, program satuan pelajaran, program rencana pengajaran, program
mingguan guru LKS.
b) Melakasanakan kegiatan pembelajaran.
c) Melakasanakan kegiatan penilaiana proses belajar, ulangan harian, ulangan
umum ujian akhir, melaksanakan analisis ulangan harian.
d) Menyusun dan melaksanakan perbaikan dan pengayaan.
e) Mengisi daftara nilai; melaksanakan kegiatan membimbing kepada guru
dan dalam proses kegaitan belajar mengajar.
f) Membuat alat pelajaran/peraga; menumbuh kembangkan sikap menghargai
karya seni.
g) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum,
melakasanakan tugas tertentu di sekolah
h) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
i) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.
j) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran.
k) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum.
l) Mengumpulkan dan menghitung angka kridit untuk kenaikan pangkatnya.
9) Komite Sekolah, dibentuk berdasarkan surat keputusan kepala sekolah SMA
Negeri 1 Jogorogo No. 421/1143/415.052.22/2004, tanggal 28 Agustus 2004.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2. Diskripsi Data Penelitian
Penelitian tentang “Hubungan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer
group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo
Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011” ini terdiri dari dua variabel bebas
dan satu variabel terikat. Pola asuh orang tua dan pergaulan peer group
merupakan variabel bebas, sedangkan kemandirian belajar merupakan variabel
terikat. Berdasarkan data penelitian penyebaran angket pola asuh orang tua,
pergaulan peer group dan kemandirian belajar berasal dari data skor angket
responden kepada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Diskripsi Data Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan diskripsi skor pola asuh orang tua (X1) diperoleh skor
minimum 63; skor maksimum 77; mean 71,70; median 72,50; mode 75; standar
deviasi 3,482; range 14. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut
ini :
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 3. Grafik Histogram Pola Asuh orang tua (X1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berdasarkan grafik histogram diatas, frekuensi paling tinggi 10 dengan
prosentase 21,7 %. Sedangkan frekuensi paling rendah 1 dengan prosentase 2,2%.
b. Deskripsi Data tentang Pergaulan Peer Group
Berdasarkan diskripsi skor pergaulan peer group (X2) diperoleh skor
minimum 63, skor maksimum 76; mean 68,85; median 69,00; mode 69; standar
deviasi 3,273; range 13. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut
ini :
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 4. Grafik Histogram Pergaulan Peer Goup (X2)
Berdasarkan grafik histogram diatas, frekuensi paling tinggi 8 dengan
prosentase 17,4%. Sedangkan frekuensi paling rendah 1 dengan prosentase 2,2 %.
c. Deskripsi Data tentang Kemandirian Belajar
Berdasarkan diskripsi dapat diketahui skor kemandirian belajar (Y)
diperoleh skor minimum 79; skor maksimum 85; mean 82,13; median 82,00;
mode 82; standar deviasi 1,067; range 6. Penyebaran data dapat diperiksa dalam
histogram berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 5. Grafik Histogram Kemandirian belajar (Y)
Berdasarkan grafik histogram diatas, frekuensi paling tinggi 21 dengan
prosentase 45,7%. Sedangkan frekuensi paling rendah 1 dengan prosentase 2,2 %.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Data yang telah terkumpul diolah kemudian disusun secara sistematis,
selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data yang akan digunakan untuk analisis
statistik dengan teknik regresi ganda harus memenuhi persyaratan uji asumsi
klasik sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan
dianalisis berbentuk sebaran normal atau tidak. Berikut persebaran data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 6. Grafik histogram normalitas
Deteksi normalitas dapat diketahui juga dengan melihat penyebaran data
pada sumbu diagonal pada suatu grafik. Jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Hasil uji normalitas bisa dilihat dalam gambar berikut:
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 7. Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar di atas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolineritas dilakukan untuk melihat apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Cara
mendeteksinya adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation
Factor (VIF), dimana menurut Hair et al dalam Duwi Priyatno (2010) variabel
dikatakan mempunyai masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih kecil
dari 0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10.
Tabel 8. Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pola_Asuh_Orang_Tua .993 1.007
Pergaulan_Peer_Group .993 1.007
a. Dependent Variable: Kemandirian_Belajar Sumber: data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan uji multikolinieritas di atas dapat dilihat bahwa nilai
tolerance kedua variabel bebas lebih dari 0,1 dan Varience Inflation Factor (VIF)
kurang dari 10. Maka, dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah
multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Hasil pengujian heteroskedastisistas dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 8. Scatterplot Regression Standardized Residual
Berdasarkan gambar di atas, terlihat titik menyebar secara acak, tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah variabel
pengganggu dari masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Hasil uji
autokorelasi dalam penelitian ini bisa dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 9. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .850a .723 .710 .574 1.920
a. Predictors: (Constant), Pergaulan_Peer_Group, Pola_Asuh_Orang_Tua
b. Dependent Variable: Kemandirian_Belajar
Sumber: data primer yang diolah (2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Berdasarkan uji autokorelasi di atas diperoleh hasil angka D-W sebesar
1,920. Nilai D-W terletak diantara -2 sampai 2 (-2 < 1,920 < 2), dengan demikian
model regresi terbebas dari masalah autokorelasi.
5. Uji Linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linier atau tidak. Hasil uji linearitas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Perhatian orang tua (X1) dengan Kemandirian belajar (Y)
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 9. Plot antara variabelpola asuh orang tua dengan kemandirian belajar
Berdasarkan plot antara variabel perhatian orang tua (X1) dengan variebel
kemandirian belajar (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot menggambarkan garis
lurus, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi linieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b. Pergaulan peer group (X2) dengan kemandirian belajar (Y)
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 10. Plot hubungan antara pergaulan peer group dengan kemandirian
belajar
Berdasarkan plot antara variabel pergaulan peer group (X2) dengan variebel
kemandirian belajar (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot menggambarkan garis
lurus, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi linieritas.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan
yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Maka diajukan hipotesis nihil (Ho)
sebagai berikut :
1. Tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dengan variabel
kemandirian belajar.
2. Tidak terdapat hubungan antara variabel pergaulan peer group dengan variabel
kemandirian belajar.
3. Tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dan pergaulan
peer group dengan dengan variabel kemandirian belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan hipotesis nihil yang diajukan, maka untuk menguji digunakan
tingkat signifikasi yaitu :
4. Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,01
dinyatakan sangat signifikan.
5. Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih dari 0,01 dan kurang
dari 0,05 dinyatakan sangat signifikan atau menyakinkan.
6. Ho diterima dan Ha ditolak apabila tingkat probabilitas lebih dari 0,05.
Hipotesis akan diterima apabila hasil penelitian dapat mendukung
pernyataan hipotesis dan sebaliknya akan ditolak apabila hasil penelitian tidak
mendukung pernyataan hipotesis. Untuk menguji hipotesis hubungan antara X1
dengan Y, dan X2 dengan Y dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
Pearson’s Correlation (Product Moment). Untuk mengetahui hubungan secara
bersama-sama antara X1 dan X2 dengan Y menggunakan regresi ganda. Uji
hipotesis yang dilakukan menggunakan bantuan komputer dengan software SPPS
17.0 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis yang telah diajukan
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hubungan antara variabel X1 dengan Y
Teknik analisis yang digunkan untuk menentukan korelasi antara pola asuh
orang tua (X1) dengan kemandirian belajar (Y) menggunakan teknik analisis
Pearson’s Correlation (Product Moment). Hipotesis nihil yang diajukan :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dengan variabel
kemandirian belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Adapun hasil analisis dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil uji korelasi
Correlations
Pola_Asuh_Oran
g_Tua
Kemandirian_Bel
ajar
Pola_Asuh_Orang_Tua Pearson Correlation 1 .621**
Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
Kemandirian_Belajar Pearson Correlation .621** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber darta: data primer yang diolah (2011) Dari tersebut menunjukkan bawah rx1y (hubungan pola asuh orang tua
dengan kemandirian belajar) sebesar 0,621. Nilai ρ (probabilitas) adalah 0,000.
Nilai ρ (probabilitas) ini lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak sehingga terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan
kemandirian belajar siswa. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r
positif, berarti semakin baik pola asuh yang diterapkan orang tau maka
kemandirian anak semakin tinggi. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
bahwa : “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten
Ngawi tahun pelajaran 2010/2011” diterima.
2. Hubungan antara variabel X2 dengan Y
Teknik analisis yang digunkan untuk menentukan korelasi antara
pergaulan peer group dengan (X2) dengan kemandirian belajar (Y) menggunakan
teknik analisis Pearson’s Correlation (Product Moment). Hipotesis nihil yang
diajukan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Ho : Tidak terdapat hubungan antara variabel pergaulan peer group dengan
dengan variabel kemandirian belajar.
Adapun hasil analisis dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil uji korelasi
Correlations
Kemandirian_Bel
ajar
Pergaulan_Peer_
Group
Kemandirian_Belajar Pearson Correlation 1 .630**
Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
Pergaulan_Peer_Group Pearson Correlation .630** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 46 46
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber darta: data primer yang diolah (2011) Dari tabel menunjukkan bawah rx2y (hubungan antara pergaulan peer
group dengan kemandirian belajar) sebesar 0,630. Nilai ρ (probabilitas) adalah
0,000. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak, sehingga
terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel pergaulan peer group
dengan kemandirian belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara pergaulan peer group dengan kemandirian belajar
siswa. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti
semakin tinggi pergaulan peer group semakin tinggi juga kemandirian belajar. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa : “Ada hubungan positif
yang signifikan antara pergaulan pergaulan peer group dengan kemandirian
belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun
pelajaran 2010/2011”, diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
3. Hubungan antara X1 dan X2 dengan Y
Untuk mencari hubungan atau korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan Y
serta guna menguji hipotesis yang menyatakan bahwa ada korelasi positif antara
pola asuh orang tua dan pegaulan peer group dengan kemandirian belajar siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi menggunakan analisis
regresi ganda. Hipotesis nihil yang diajukan :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dan
pergaulan peer group dengan dengan variabel kemandirian belajar.
Adapun hasil analisis dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 12. Hasil uji koefisien determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .850a .723 .710 .574 1.920
a. Predictors: (Constant), Pergaulan_Peer_Group, Pola_Asuh_Orang_Tua
b. Dependent Variable: Kemandirian_Belajar
Sumber: data primer yang diolah (2011) Tabel. 13. Tabel anova
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 37.031 2 18.515 56.121 .000a
Residual 14.186 43 .330
Total 51.217 45
a. Predictors: (Constant), Pergaulan_Peer_Group, Pola_Asuh_Orang_Tua
b. Dependent Variable: Kemandirian_Belajar Sumber: data primer yang diolah (2011)
Dari tabel diperoleh angka R sebesar 0,850. Hal ini berarti 85%
kemandirian belajar dapat dijelaskan oleh kedua variabel tersebut. Sedangkan
sisanya (100% - 85% = 15%) merupakan variabel unik yang tidak dapat
dijelaskan dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel ANOVA dilihat bahwa nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
probabilitas dalam kolom Sig. adalah 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,01.
Maka bisa disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan secara bersama-sama antara variabel pola
asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer group (X2) dengan kemandirian belajar
(Y), dengan Nilai F 56,121. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa:
“Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan pergaulan
peer group dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1
Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun ajaran 2010/2011” diterima.
4. Sumbangan Relatif
Sumbangan relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan
masing-masing prediktor (X) terhadap kriterium (Y). Dalam hal ini untuk mencari
sumbangan relatif pola asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer group (X2)
terhadap kemandirian belajar (Y) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
JKreg = α ∑X1 Y + α ∑X2 Y
= 56,456. 3167. 3778 + 56,456. 3298. 3778
= 675491862,3 + 703432952,9
= 1378924815
Untuk X1 : SR % X1 = )(
11
regJKyxa x 100 %
= 675491862,3 X 100% 1376578617 = 48,99 %
Untuk X2 : SR % X2 = )(
22
regJKyxa x 100 %
= 730432952,9 X 100% 1378924815
= 51,01 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Keterangan :
SR % X1 = Sumbangan relatif prediktor X1 terhadap Y
SR % X2 = Sumbangan relatif prediktor X2 terhadap Y
JKreg = Jumlah kuadrat regresi
Dari hasil perhitungan SR% di atas maka sumbangan relatif (SR) pola
asuh orang tua (X1) terhadap kemandirian belajar (Y) sebesar 48,99 dan
sumbangan relatif (SR) pergaulan peer group (X2) terhadap kemandirian belajar
(Y) sebesar 51,01 %.
5. Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif diperlukan untuk mengetahui besarnya sumbangan
murni yang diberikan masing-masing prediktor. Dalam hal ini untuk mencari
sumbangan efektif masing-masing prediktor (X1 dan X2) terhadap kriterium (Y)
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Mencari sumbangan efektif pola asuh orang tua (X1) terhadap kemandirian
belajar (Y) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
SE % X1 = SR % X1 x R2
SE %X1 = 48,99 % X 0,8502
= 35,39%
Mencari sumbangan efektif pergaulan peer group (X2) terhadap
kemandirian belajar (Y) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
SE % X2 = SR % X1 x R2
SE % X2 = 51,01% X 0,8502
= 36,85 %
Mencari sumbangan efektif pola asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer
group (X2) terhadap Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
SE % X1X2 = SE % X1 + SE%X2
SE % X1 X2 = 35,39% + 36,85%
= 72,24%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Keterangan :
SE % X1 = Sumbangan efektif X1 terhadap Y
SE % X2 = Sumbangan efektif X2 terhadap Y
SE % X1 X2 = Sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y
Dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Sumbangan efektif (SE%) pola asuh orang tua (X1) terhadap kemandirian
belajar (Y) siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jogorogo Kabupaten Ngawi
tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 35,39 %.
2) Sumbangan efektif (SE%) pergaulan peer group (X2) terhadap
kemandirian belajar (Y) siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jogorogo
Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 36,85 %.
3) Sumbangan efektif (SE%) pola asuh orang tua (X1) dan pergaulan peer
group (X2) secara bersama-sama terhadap kemandirian belajar (Y) siswa
kelas XI IPS SMA Negeri Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun pelajaran
2010/2011 sebesar 72,24%.
Dari perhitungan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pergaulan
peer group memberikan sumbangan lebih besar terhadap kemandirian belajar,
sedangkan pola asuh orang tua memberikan sumbangan yang lebih kecil.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian
dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan analisis data sebagai
berikut :
1. Hubungan antara variabel X1 dengan Y
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa rx1y (hubungan pola asuh orang
tua (X1) dengan kemandirian belajar (Y)) sebesar 0,621 dengan nilai probabilitas
0,000. Nilai ρ (probabilitas) ini lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak sehingga
terdapat hubungan yang signifikan pola asuh orang tua dengan kemandirian
belajar siswa. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa : “Ada
hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi tahun
pelajaran 2010/2011” diterima.
Secara teori yang dikemukakan oleh Singgih D Gunarso (2000: 55) “Pola
asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi
orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan
anak”. Perlakuan orang tua terhadap anak tentang kebiasaan yang dimaksud,
menunjukkan adanya kecenderungan yang mengarah pada pola pengelolaan dan
perawatan terhadap anak. Kebiasaan dalam mendidik, memelihara, dan
membesarkan anak, orang tua biasanya mempunyai kecenderungan pada arah
tertentu selaras dengan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah
keluarga.
Baik buruknya orang tua dalam mendidik, memelihara, dan membesarkan
anak akan memberikan kesan tersendiri kepada anak sehingga akan berhubungan
dengan perilaku anak dengan kemandirian belajarnya. Pendapat tersebut didukung
oleh Hurlock dalam buku Kadar Kemandirian dan Kadar Kooperatif Dalam
Kaitannya dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Di Daerah Istimewa Yogyakarta
mengemukakan bahwa Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh keluarga
misalnya perlakuan ibu terhadap anak, sekolah misalnya perlakuan guru dan
teman sebaya, media komunikasi massa misalnya surat kabar, televisi, dan alat
permainan, agama misalnya sikap terhadap agama yang kuat, pekerjaan individu
yang menuntut sikap tertentu (Dwi Siswoyo ,1989: 9).
Berdasarkan pendapat tersebut dikatakan bahwa kemandirian dapat
terbentuk karena pengaruh dari lingkungan keluarga, sekolah, media komunikasi
massa, agama, dan pekerjaan individu yang menuntut sikap tertentu. Pola asuh
yang diterapkan orang tua terhadap anak yang meliputi sikap dan kebiasaan orang
tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara, dan membesarkana anak.
Dalam sebuah keluarga, baik buruknya perilaku orang tua dalam mengasuh anak
akan memberikan kesan tersendiri bagi anak dalam pembentukan perilaku belajar
pada anak. Dengan pola asuh yang tepat pada anak, kemandirian belajar pada diri
anak akan terbentuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Maka semakin banyak dan semakin besar faktor yang berpengaruh
tersebut, maka akan semakin mudah pula seseorang membentuk kapasitas
kemandiriannya, dan begitu pula sebaliknya. Mengacu pada hasil analisis dan
pendapat tersebut maka dapat diinterpretasikan bahwa pola asuh yang baik dapat
mendorong meningkatnya kemandirian belajar pada anak.
2. Hubungan antara variabel X2 dengan Y
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa rx2y (hubungan antara pergaulan peer
group dengan kemandirian belajar) sebesar 0,630 dan nilai ρ (probabilitas) 0,000.
Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,01 maka Ho ditolak, sehingga terdapat
hubungan yang signifikan secara antara variabel pergaulan peer group dengan
kemandirian belajar siswa. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa:
“Ada hubungan positif yang signifikan antara pergaulan pergaulan peer group
dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo
Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011”, diterima.
Secara teori dikemukakan ada sejumlah unsur pokok dalam pengertian
kelompok sebaya (peer group) menurut ST.Vembriarto (1990: 60), yaitu :
1. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang berhubungan diantara anggota intim, 2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial, 3. Istilah kelompok sebaya dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa”.
Berdasarkan pendapat diatas peer group merupakan kelompok primer yang
saling berhubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
maupun kelompok dengan kelompok. Terdiri atas sejumlah individu yang
mempunyai persamaan usia atau status atau posisi sosial. Istilah kelompok sebaya
dapat merujuk kelompok anak-anak, kelompok remaja atau kelompok dewasa.
Kelompok teman sebaya atau pergaulan peer group mempunyai peranan
penting dalam penyesuaian diri remaja dan persiapan bagi kehidupan dimasa
mendatang, serta membentuk pandangan dan perilaku. Hal tersebut sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
pendapat Khomsan dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan (2000: 73) “Pada
masa remaja pengaruh kelompok atau atau rekan sebaya lebih menonjol dari pada
keluarga”. Remaja pada seumuran anak Sekolah Menengah Atas (SMA) sedang
berusaha untuk tidak bergantungan pada orang tua. Selain itu persaingan dalam
belajar untuk mendapatkan prestasi yang terbaik pada anak akan mendorong anak
untuk dapat menciptakan kemandirian belajar pada diri anak itu sendiri sehingga
tidak bergantung pada teman-temannya dalam menyelesaikan masalah dalam
belajarnya.
Selain itu menurut Slamet Santoso, (1999: 89), “pengaruh lain dari
perkembangan kelompok sebaya adalah positif dan ada yang negatif”. Pengaruh
positif dari kelompok sebaya, antara lain:
7) Akan lebih siap menghadapi kehidupan mendatang
8) Dapat mengembangkan solidaritas antar kawan
9) Setiap anggota dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan
sesuai dengan kebudayaan yang dianggap baik
10) Dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan melatih bakatnya
11) Mendorong untuk bersikap mandiri
12) Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompoknya
Menurut pendapat tersebut dijelaskan bahwa pergaulan kelompok teman
sebaya atau pergaulan peer group mempunyai pengaruh salah satunya
mendorong untuk bersikap mandiri. Kemandirian dalam penelitian ini adalah
kemandirian belajar.
Mengacu pada hasil analisis dan pendapat tersebut maka dapat
diinterpretasikan bahwa pergaulan peer group dapat mendorong menciptakan
kemandirian belajar pada anak.
3. Hubungan antara variabel X1 dan X2 dengan Y
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa angka R sebesar 0,850, ρ
(probabilitas) sebesar 0,000, sedangkan F sebesar 56,121. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan positif yang signifikan secara bersama-sama antara variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan kemandirian belajar.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa : “Ada hubungan positif
yang signifikan antara pola asuh orang tua dan pergaulan pergaulan peer group
dengan kemandirian belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogorogo
Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2010/2011” diterima.
Secara teori yang dikemukakan Knowles, M yang dikutip dari Kusmadi
(2002:2) menyatakan bahwa “Kemandirian belajar menunjukkan bahwa siswa
tidak bergantung pada penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus
menerus, tetapi juga mempunyai kreatifitas dan inisiatif sendiri, serta mampu
bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya”. Pendapat
lain dikemukakan oleh Haris Mudjiman (2009: 7), “Belajar mandiri dalam
kegiatan belajar aktif yang mendorong oleh niat atau motif untuk menguasai
sesuatu kompetisi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetisi yang dimiliki”.
Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar karena dorongan dalam diri sendiri, bukan karena
pengaruh dari luar. Belajar merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa
dan bukan semata-mata karena tekanan guru maupun pihak lain. Adanya sikap
mandiri dalam diri siswa, maka tujuan belajar akan dicapai sebagaimana yang
diharapkan. Dalam belajar mandiri seorang siswa harus mempunyai keberanian
didalam mengutarakan pendapat, aktif bertanya, berdiskusi atau minta penjelasan
kepada guru, teman, atau kepada orang lain bila belum jelas. Siswa yang
mempunyai sikap kemandirian akan tampak, karena didalam melakukan tugas-
tugas atau kegiatan belajar akan bersungguh-sungguh dalam mencari data atau
informasi dari berbagai sumber dan tidak menggantungkan pada arahan,
bimbingan, dan pengawasan dari orang lain.
Menurut Bimo Walgito (1997: 46) mengemukakan bahwa “Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kemandirian adalah faktor indogen dan eksogen”.
Untuklebih jelasnya dapatdijelaskan sebagai berikut :
3) Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri yang terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
c) Faktor fisiologi yaitu kondisi fisik yang sehat atau tidak sehat. Kondisi
siwa sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki
kondisi fisik yang sehat akan lebih berkonsentasi dalam belajarnya,
sehingga siswa akan lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajarnya.
d) Faktor sikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi kemandirian
misalnya bakat, minat, dan keceerdasan. Anak yang memiliki bakat, minat,
dan kecerdasan akan memiliki kemampuan untuk mandiri sebab mereka
akan mengarahkan diri sendiri dalam mengambangkan kemampuannya.
4) Faktor eksogen yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri sendiri yaitu
d) Faktor yang berasal dari keluarga. Peran orang tua sangat menentukan
perkembangan anak-anaknya. Watak, sikap, kemandirian anak akan
terbentuk karena pengaruh keluarga, sehingga interaksi dalam keluarga
akan sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkan kemandirian.
e) Faktor yang berasal dari sekolah yaitu proses belajar dan pergaulan dengan
teman. Disekolah anak akan berinteraksi dengan guru dan teman-
temannya. Guru akan mengarahkan siswa dalam ketercapaian kedewasaan
dan kemandirian dalam belajar. Sedangkan dengan teman sekolahnya
kemandirian belajar akan terbentuk karena adanya rasa persaingan dalam
memperoleh prestasi yang semaksimal mungkin.
Faktor yang berasal dari masayarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan
pergaulan masyarakat. Lingkungan masayarakat secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.
Berdasarkan pendapat tersebut kemandirian dipengaruhi oleh faktor
keluarga , dimana kemandirian akan terbentuk karena pengaruh keluarga. Faktor
dari sekolah, yaitu dari pergaulan dengan teman-temannya, sedangkan faktor dari
masayarakat yaitu lingkungan tempat tinggal dan pergaulan masyarakat.
Lingkungan masayarakat secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi sikap kemandirian dan tingkah laku anak.
Terbentuknya kemandirian belajar pada diri anak, melalui pola asuh yang
diterapkan orang tua kepada anaknya juga mempunyai hubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
pergaulan peer group. Baik buruknya orang tua dalam mendidik, memelihara, dan
membesarkan anak akan memberikan kesan tersendiri kepada anak sehingga akan
berhubungan dengan perilaku pada diri anak. Keluarga merupakan tempat
pertama kali seorang anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi, sehingga pola
asuh yang tepat diterapkan orang tua akan dapat membentuk perilaku anak. Pola
asuh yang tepat akan mendorong perlaku kemandirian belajar dalam diri anak.
Perilaku anak ini akan diteruskan anak hingga pergaulannya di luar keluarganya.
Pergaulan anak tidak terbatas di dalam keluarganya, namun terjadi lebih
luas lagi yaitu, dapat terjadi disekolah, dengan teman bermain, atuapun dengan
teman dalam organisasinya. Dalam pergaulan dengan kelompok sebanyanya atau
pergaulan peer group, akan mempengaruhi juga perilaku dan kebiasaan dalam diri
anak. Pergaulan yang benar dapat mendorong anak untuk lebih dapat memenuhi
kebutuhan belajarnya sendiri, karena kebutuhan anak dalam belajar relatif sama
sehingga dapat saling berdiskusi. Dengan begitu akan membuat anak untuk tidak
hanya bergantung dengan, mampu bekerja sendiri, bertanggung jawab atas
pekerjaannya, serta penyediaan (supervisor) dan pengarahan guru yang terus
menerus, namun mampu berinisiatif memiliki tingkat ketergantungan yang relatif
rendah pada orang lain untuk mencapai tujuan belajarnya.
Mengacu pada hasil analisis dan pendapat tersebut maka dapat
diinterpretasikan bahwa pola asuh orang tua dan pergaulan peer group yang dapat
mendorong meningkatkan kemandirian belajar pada anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
kemandirian belajar. Dengan demikian, siswa yang memiliki pola asuh yang
semakain baik dalam keluarganya maka semakin tinggi kemandirian
belajarnya.
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pergaulan peer group yang
dengan kemandirian belajar. Dengan demikian semakin baik pergaulan peer
group siswa maka semakin tinggi pula kemandirian belajarnya.
3. Ada hubungan bersama yang signifikan antara pola asuh orang tua dan
pergaulan peer group dengan kemandirian belajar. Dengan demikian semakin
baik pola asuh yang diterapkan orang tua kepada siswa dan semakin baik
pergaulan peer group maka akan semakin tinggi pula kemandirian belajarnya.
4. Besarnya sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) masing-masing
kriterium terhadap prediktor menunjukkan bahwa, pergaulan peer group lebih
memberikan kontribusi lebih tinggi dalam meningkatkan kemandirian belajar
dibandingkan dengan pola asuh orang tua.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas ternyata terdapat
hubungan antara pola asuh orang tua dan pergaulan peer group dengan
kemandirian belajara siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Jogororgo tahun pelajaran
2010/2011. Sehingga dapat diimplikasikan sebagai berikut:
1. Pola asuh orang tua secara empiris mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kemandirian belajar. Pola asuh yang diterapkan orang tua kepada
anaknya meliputi kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk mengasuh,
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
memelihara, dan membesarkana anak. Dalam sebuah keluarga baik buruknya
perilaku orang tua dalam mengasuh anak akan memberikan kesan tersendiri
bagi anak dalam pembentukan perkembangan psikologis dan perilaku belajar
pada anak. Dengan pola asuh yang baik dan tepat pada anak, akan mendorong
dan membentuk kemandirian belajar pada diri siswa.
2. Pergaulan peer group secara empiris mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kemandirian belajar. Pergaulan antara teman yang satu dengan teman
yang lain mempengaruhi bagaimana tingkah laku serta kebiasaan siswa. Oleh
karena itu perlu berhati-hati agar tidak terjerumus kedalam pergaulan dengan
teman yang salah. Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan khususnya
kemandirian belajar perlu diupayakan terjadinya pergaulan dengan teman
yang positif sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dan teman-teman
yang dimilikinya dapat dijadikan sumber belajar.
3. Pola asuh orang tua dan pergaulan peer group secara empiris mempunyai
hubungan dengan kemandirian belajar. Keluarga merupakan tempat pertama
kali seorang anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi, sehingga pola asuh
yang tepat diterapkan orang tua akan dapat membentuk perilaku pada diri
anak, pola asuh yang tepat akan mendorong terbentuknya kemandirian belajar
dalam diri anak. Perilaku anak ini akan diteruskan anak kedalam pergaulan di
disekolah, teman bermain, atuapun dengan teman dalam organisasinya seperti
dalam karang taruna. Dengan memiliki kelompok sebaya akan terjalin
interaksi yang dapat mempengaruhi, merubah atau memperbaiki perilaku
anak. Pergaulan yang tepat akan mempengaruhi bagaimana tingkah laku serta
kebiasaan baik anak, sehingga mendorong anak untuk dapat memenuhi
kebutuhan belajarnya sendiri. Sehingga peran orang tua sangat dibutuhkan
untuk menciptakan kemandirian belajar.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan implikasi hasil penelitian yang
penulis kemukakan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Adapun saran-saran tersebut antara
lain:
e. Bagi Siswa
a. Siswa harus patuh pada nasehat orang tua dan bergaul dengan teman-teman
yang baik agar tidak terjebak pada pergaulan yang tidak benar.
b. Siswa harus mengoptimalkan kemampuan yang dimilikya sehingga siswa
dapat belajar mengenali, memilih, serta menggunakan sumber-sumber
tertentu untuk keperluan belajarnya tanpa rasa ketergantungan pada orang
lain.
f. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada para
siswa agar bergaul secara positif dan tidak terjerumus kedalam pergaulan
yang tidak baik.
b. Sekolah hendaknya berperan serta dalam mengawasi pergaulan siswa di
sekolah.
g. Bagi Orang tua
a. Orang tua hendaknya benar-benar memahami dengan baik tentang arti
pentingnya menciptkan hubungan pengasuhan yang baik dengan anak.
Psikologi anak sangat berhubungan dengan pengasuham orang tua setiap
hari yaitu bagaimana cara mendidik, membimbing, memberikan
keteladanan, perlindungan yang diberikan oleh orang tua dirumah sehingga
dapat mendorong meningkatkan kemandirian dalam diri anak, khususnya
dalam belajar.
b. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan dan mengarahkan pergaulan
anak agar anak tidak salah dalam pergaulan.
h. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peneliti yang lain yang
akan melakukan penelitian dengan tema yang sama.