Upload
faddlyhendarsyah
View
23
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
inhalasi benda asing
Citation preview
SUSPECT INHALASI BENDA ASING PADA ANAK-ANAK: APA
INDIKASI UNTUK DILAKUKAN BRONKOSKOPI?
Tujuan : untuk menjelaskan criteria bronkoskopi pada anak anak dengan suspek
inhalasi benda asing
Studi design : riwayat, pemeriksaan fisik, radiologi dilakukan sebelum
bronkoskopi pada semua anak anak dengan suspect inhalasi benda asing
Hasil : dari total 142 anak anak dengan range 3 bulan-14 tahun, median age 20
bulan dengan riwayat suspect benda asing. Sebuah benda asing ditemukan 42
anak dengan hasil pemeriksaan fisik abnormal dan hasil radiologi abnormal, pada
17 anak anak dengan hasil pemeriksaan fisik abnormal atau radiologi abnormal,
pada 2 anak dengan hasil pemeriksaan fisik normal dan hasil radiologi normal
tetapi ada gejala batuk yang menetap. Bronkoskopi memperlihatkan hasil bahwa
tidak ada benda asing pada anak dengan hasil pemeriksaan fisik yang normal dan
hasil radiologi normal dan tidak ada gejala (n=16).
Kesimpulan : pada anak anak dengan riwayat tersedak bronkoskopi itu wajib jika
ada gejala yang persisten seperti batuk, demam, dyspneu, atau hasil pemeriksaan
fisik abnormal dan hasil radiologi abnormal. Bronkoskopi tidak diperlukan jika
asimtomatik, pemeriksaan fisik normal,dan hasil radiologi normal.
PENDAHULUAN
Inhalasi benda asing pada anak anak merupakan kejadian yang berbahaya.
Inhalasi benda asing merupakan penyebab kematian pada anak anak dibawah 1
tahun. Resiko terjadinya inhalasi benda asing tinggi pada anak kurang dari 3
tahun. Benda asing yang sering terinhalasi adalah biji bijian dan buah kering.
Pencegahan dan diagnosis yang cepat dapat menyelamatkan nyawa (live saving).
Temuan klinis dan radiologi mungkin bervariasi dan dapat diinterpretasikan
berbeda pada pemeriksaan yang berbeda, bahkan bisa normal. Inhalasi benda
asing merupakan kejadian yang terjadi tiba-tiba dan dapat menyebabkan
terhentinya nafas dapat diikuti oleh dispneu dan takipneu. Setelah kejadian awal,
efek bisa berubah dari gejala minimal sampai gejala timbulnya obstruksi saluran
nafas komplit. Indikasi dari bronkoskopi pada suspek inhalasi benda asing tidak
dibatasi dengan jelas, bisaanya riwayat tersedak, ditambah dengan hasil
pemeriksaan fisik thorax abnormal atau temuan radiologi abnormal diterima
sebagai kriteria yang reliable (dipercaya) dalam memutuskan akan dilakukannya
bronkoskopi atau tidak. Dilema muncul ketika anak dengan suspek benda asing
menunjukkan hasil pemeriksaan fisik normal atau hasil pemeriksaan radiologi
normal. Pada institusi di daerah peneliti tidak ada kesepakatan dalam keadaan
bagaimana bronkoskopi harus dilakukan. Hampir sebagian besar anak anak yang
dilakukan pemeriksaan bronkoskopi berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan
fisik abnormal atau radiologi abnormal. Penelitian ini dilakukan untuk
menemukan batas atau criteria yang jelas atas indikasi dilakukannya bronkoskopi.
Penelitian tersebut dikakukan selama 3 tahun dan semua anak anak yang datang
ke UGD dengan suspect inhalasi benda asing dilakukan bronkoskopi.
METODE
Selama tahun 2003-2005 semua anak yang datang ke UGD Universitas Hadassah
dalam usia 3 bulan sampai 14 tahun dengan riwayat suspect inhalasi benda asing
dilakukan bronkoskopi (n=142). Riwayat suspect inhalasi benda asing yaitu
adanya saksi mata bahwa anak tersedak atau batuk akut yang persisten. Sebelum
dilakukan bronkoskosi, semua anak diperiksa oleh tim medis yang berpengalaman
yaitu dokter, spesialis anak (pediatric pulmonologist) atau dr. THT yang akan
mereevaluasi riwayat,gejala, hasil pemeriksaan fisik dan temuan radiologi. Gejala
termasuk dyspneu, batuk, drooling, disfagia, muntah, dan demam. Hasil
pemeriksaan fisik abnormal termasuk demam, takipneu, hipoksemia, menurunnya
suara paru paru, wheezing, dan crackle. Temuan radiologi abnormal termasuk
gambaran air-tripping, ateletaksis, infiltrasi, mediastinal shift ,dan radio-opaque.
Sebelum dilakukan bronkoskopi, 142 anak yang didaftarkan dibagi menjadi 5
kelompok tergantung dari gejala, hasil pemeriksaan fisik, dan temuan radiologi.
Yaitu :
1. Anak dengan hasil pemeriksaan fisik abnormal dan hasil pemeriksaan
radiologi abnormal (63 anak).
2. Anak dengan hasil pemeriksaan fisik abnormal dan hasil pemeriksaan
radiologi normal (22 anak).
3. Anak dengan hasil pemeriksaan fisik normal dan hasil pemeriksaan
radiologi abnormal (10 anak).
4. Anak dengan hasil pemeriksaan fisik normal dan hasil pemeriksaan
radiologi normal namun dengan adanya gejala (31 anak).
5. Anak dengan hasil pemeriksaan fisik normal dan hasil pemeriksaan
radiologi normal dan tidak ada gejala (2 anak).
Bronkoskopi dilakukan pada semua anak dalam waktu 24 jam ketika di rawat,
informed consent ditulis dan dilakukan pada semua orang tua. bronkoskopi
fleksibel atau bronkoskopi rigid dilakukan 6 jam setelah makan di bawah general
anastesia gas sevofluorane atau iv propofol. Semua bronkoskopi dilakukan oleh
dokter yaitu dr tht atau dokter anak (pediatric pulmonologist). Anak anak dengan
hasil pemeriksan fisik normal dan hasil pemeriksaan radiologi normal di tangani
oleh dokter tht kecuali jika dr tht tidak ada. Anak yang lain ditangani oleh dr anak
dengan terlebih dulu dilakukan bronkoskopi fleksible sebagai prosedur pertama,
baru dilakukan bronkoskopi rigid dibawah general anastesia yang sama ketika
benda asing telah ditemukan. Semua anak diobservasi selama 6 sampai 24 jam
setelah prosedur untuk melihat dan mencegah kemungkinan terjadinya
komplikasi.
UJI STATISTIK
Uji statistic yang dipakai adalah Fisher test, digunakan untuk
membandingkanhasil dan memperhitungkan sensitivitas, spesivitas, nilai
predictive positif dan negative. P value <0,05 dipresentasikan sebagai hasil yang
signifikan.
HASIL
Sebuah benda asing ditemukan di saluran nafas di 61 anak dari 142 anak (63%).
Pada anak anak tersebut, benda asing diambil seluruhnya. Mean dari umur anak
anak yang menginhalasi benda asing adalah 2,8 tahun (range 3 bulan sampai 14
tahun, median 19,5 bulan) 75% dibawah usia 3 tahun, dan 62% (n=38) adalah laki
laki. Hapir sebagian besar benda yang terinhalasi adalah biji bijian dan buah
kering (67%). Pada 61 benda asing yang ditemukan, 5 memperlihatkan gambaran
radio-opaq, dan 4 ditemukan pada anak diatas usia 5 tahun (jarum pentul). Dari 61
anak yang menginhalasi benda asing, 42 (69%) asli arab dan 19 (31%) adalah
Jewish. 87% kejadi inhalasi benda asing terjadi di rumah. Dari 106 anak dengan
riwayat tersedak, hanya 51 (48%) yang ditemukan adanya benda asing setelah
pemeriksaan bronkoskopi.
Insidensi dari inhalasi benda asing yang dikonfirmasi oleh bronkoskopi dianalisis
dengan ada atau absennya tanda klinis dan temuan radiologi (gambar 1). Gejala
primer setelah kejadian akut adalah batuk (n=115;81%). Namun gejala lain seperti
desaturasi oksigen (n=11), labored breathing (n=2), drooling (n=1) juga
diobservasi.
TEMUAN KLINIS
Area terlokalisasi dari menurunnya suara nafas dan wheezing lebih sering
ditemukan pada anak dengan inhalasi benda asing jika dibandingkan dengan anak
yang normal menurut hasil pemeriksaan bronkoskopi (menurunnya suara nafas
57% vs 15%, wheezing 43% vs 17%). Tidak ada perbedaan yang signifikan pada
ditemukannya crackle, gejala dan tanda infeksi saluran nafas bagian atas, atau
riwayat asma di antara 2 grup (lihat pada table).
TEMUAN RADIOLOGI
Mediastinal shift dan benda asing radio-opaq ditemukan hanya pada anak yang
memang ditemukan adanya benda asing terinhalasi, setelah diperiksa dengan
bronkoskopi. Air-trapping (udara yang terjebak) terlokalisasi secara signifikan
ditemukan lebih sering pada anak yang menginhalasi benda asing (50% vs 14%)
(lihat pada table).
Dari 61 anak dengan inhalasi benda asing yang telah terbukti oleh bronkoskopi, 4
(7%) hasil auskultasi dadanya normal, 16 (26%) hasil pemeriksaan radiologinya
normal. Namun, harus disadari bawha kedua kelompok tersebut mengalami batuk
persisten, yang muncul tepat setelah kejadian suspect inhalasi.
Tidak ada temuan klinis atau temuan radiologi yang mempunyai sensitivitas dan
spesivisitas tinggi atau nilai predictive positif dan negative yang reliable yang
dapat membedakan antara anak dengan atau tanpa inhalasi benda asing.
TEMUAN BRONKOSKOPI
Waktu rata-rata dari keadaan inhalasi benda asing sampai dilakukannya
bronkoskopi adalah 93 jam (3-30 jam; nilai median: 48 jam). 90% benda asing
diekstraksi ketika dilakukan bronkoskopi rigid. Pada 6 anak (10%), benda asing
diekstraksi ketika dilakukan bronkoskopi fleksibel menggunakan alat bronkoskop
Pentax15 dan forceps alligator. Benda asing yang sering menyebabkan inhalasi
adalah biji-bijan atau buah kecil kering (67%). Menurut lokasinya, 46% benda
asing ditemukan pada saluran napas kiri, 37% di saluran napas kanan, 15%
ditrakea, dan 2% di laring.
Temuan benda asing banyak ditemukan pada 6 anak dengan gambaran rongent
thorak radioopak, pada 8 anak dengan pergeseran mediastinal, dan pada 23 dari 28
anak (82%) dengan wheezing unilateral atau penurunan suara paru dikombinasi
dengan hiperinflasi unilateral atau atelektasis.
DISKUSI
Pada anak-anak dengan riwayat dicurigai terinhalasi benda asing, pemeriksaan
bronkoskopi merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan pada anak-anak yang
dicurigai tersebut dengan temuan fisik abnormal, dan atau temuan radiologi yang
abnormal, atau juga yang memiliki gejala seperti batuk, demam, dispneu,
disphagia tetapi tidak terdapat temuan abnormal pada fisik dan radiologi
Pada penelitian ini, tidak terdeteksi adanya benda asing pada anak-anak yang
asimptomatik dengan temuan fisik dan radiologi normal. Maka, kami berpendapat
bahwa pada anak-anak tersebut tidak membutuhkan dilakukannya bronkoskopi
segera, melainkan mereka dapat di follow up / diikuti perkembangan klinisnya
dan ditangani sesuai temuan klinisnya.
Diagnosis inhalasi benda asing yang akurat tidak dapat hanya ditentukan dari
riwayatnya saja walaupun terdapat sakti yang melihat, meskipun riwayat tersedak
ditemukan pada 84% pasien anak yang terbukti mengalami inhalasi benda asing
(sensitivitas: 0,92; spesifisitas: 0,32). Benda asing tidak terdeteksi pada 52% anak
dengan terbukti tersedak. Walaupun banyak penelitian retrospektif yang ter-
publish menunjukkan peranan gejala, tanda, dan radiografi pada diagnosis anak
yang dicurigai terinhalasi benda asing, hanya beberapa penelitian prospektif yang
ter-publish yang memiliki hasil yang sama. Righini et al melaporkan penelitian
prospektif pada 70 anak yang dicurigai terinhalasi benda asing. Inhalasi benda
asing ditemukan pada 50 anak (71%), 7 anak pada pemerikaan fisik dan radiologi
memiliki hasil yang normal. Bagaimanapun, 5 anak dari 7 anak tersebut memiliki
gejala batuk refractory, dan 2 anak memiliki gejala batuk dan demam
Pada penelitian ini, dari 61 anak yang dilakukan bronkoskopi terbukti terinhalasi
benda asing, 7% didapatkan auskultasi dada normal, 26% didapatkan radiografi
dada normal, dan 3% (2 anak) didapatkan auskultasi dada dan radiografi dada
normal.
Prevalensi riwayat asma sebelumnya dan tanda+gejala infeksi saluran napas atas,
tidak berbeda secara signifikan pada anak dengan inhalasi benda asing dan tanpa
inhalasi benda asing. Maka riwayat (history) tidak seharusnya mempengaruhi
keputusan untuk dilakukannya bronkoskopi atau tidak.
Di beberapa pusat kesehatan, penanganan pasien dengan kecurigaan inhalasi
benda asing bisaanya ditangani oleh ahli bedah THT, yang secara umum bisaa
melakukan tindakan bronkoskopi rigid berdasarkan kemampuan dan
pengalamannya. Pada beberapa pusat kesehatan lainnya, anak-anak pertama
dievaluasi oleh spesialis paru anak, yang bisaa melakukan tindakan bronkoskopi
fleksibel. Kami meyakini bahwa bronkoskopi pada anak yang dicurigai terinhalasi
benda asing seharusnya dilakukan oleh tim medis yang terdiri dari spesialis paru
anak dan ahli bedah THT. Wood, Gauderer, dan the American Thoracic Society
merekomendasikan bahwa bronkoskopi fleksibel seharusnya menjadi prosedur
awal pada kasus inhalasi equivocal benda asing, untuk menghindari bronkoskopi
rigid yang tidak diperlukan.
Menurut pandangan dari penelitian kami, kami menyarankan bronkoskopi rigid
seharusnya merupakan prosedur awal pada ana dengan salah satu hal ini: adanya
gambaran radioopak yang menunjukkan benda asing yang terinhalasi pada
radiografi dada, pergeseran mediastinal, wheezing yang terlokalisasi, atau suara
anak-anak yang memliki riwayat terinhalasi benda asing
anak simptomatik dan/atau temuan fisik
abnormal dan/atau radiografi dada abnormal
bronkoskopi fleksibel
anak asimptomatik dengan temuan fisik dan radiografi dada normal
follow up klinis anak tanpa bronkoskopi
napas menurun dengan atelektasi unilateral atau hiperinflasi dada. Indikasi lainnya
untuk dilakukan bronkoskopi rigid secepatnya adalah untuk menangani anak
asfiksia dengan riwayat terinhalasi benda asing. Pada banyak kasus, prosedur awal
yang dilakukan adalah bronkoskopi fleksibel, yang kemudian dilanjutkan
bronkoskopi rigid jika diperlukan dalam pengaruh anestesi yang sama. Prosedur
bronkoskopi fleksibel dan rigid ini dapat dilakukan di ruangan bronkoskopi
ataupun di ruang operasi untuk mempermudah anestesi agar tidak perlu dilakukan
2 kali.
Belakangan ini, beberapa artikel yang telah terbit mengutarakan kegunaan
bronkoskopi fleksibel dalam mengekstraksi benda asing yang terinhalasi pada
anak. Swanson et al melaporkan bahwa 26 dari 39 anak, benda asing yang
terinhalasi dapat diekstraksi menggunakan bronkoskopi fleksibel. Hal ini sudah
dilakukan menggunakan intubali endotrakeal, laryngeal mask airway, atau
bronkoskopi rigid. Ramirez-Figueroa et al melaporkan ekstraksi benda asing pada
21 dari 22 anak menggunakan bronkoskopi fleksibel. Pada penelitian kami,
ekstraksi benda asing menggunakan bronkoskopi fleksibel dapat dilakukan pada 6
dari 61 anak. Anak-anak tersebut teraspirasi biji kering atau benda asing pipih
lainnya yang secara mudah dapat diekstraksi menggunakan forceps alligator
biopsy pada bronkoskopi fleksibel. Mengekstraksi benda asing yang lunak seperti
kacang tanah adalah lebih sulit jika menggunakan forceps, karena benda asing
tersebut bisaanya terpecah menjadi bagian-bagian kecil. Karena itu dapat
ditegaskan bahwa prosedur harus dilakukan melalui mulut atau menggunakan
laryngeal mask airway, untuk mencegah terjebkanya benda asing pada jalan
napas. Kami setuju dengan kesimpulan dari Swanson et al bahwa bronkoskopi
rigid perlu dipersiapkan ketika ekstraksi benda asing sedang diusahakan
mengunakan bronkoskopi fleksibel.
Pada penelitian kami, pada 46% kasus didapatkan benda asing pada jalan napas
kiri dan 37% ditemukan di jalan napas kanan. Pada banyak penelitian sebelumnya,
benda asing secara dominan di jalan napas kanan; bagaimanapun Sameh et al
melaporkan banyak didapatkan benda asing di jalan napas kiri.
Ratio inhalasi benda asing berbeda pada 2 kelompok penelitian kami. Ratio
deteksi benda asing menggunakan bronkoskopi pada anak-anak Arab lebih banyak
sebanyak 56%, dibandingkan anak-anak Yahudi sebanyak 28%. Risiko terinhalasi
benda asing pada anak-anak Arab lebih tinggi karena pada kenyataannya
konsumsi biji-bijian dan buah kering tinggi pada populasi Arab.
Tujuan utama penanganan inhalasi benda asing pada anak-anak adalah
pencegahan. Pencegahan itu seharusnya difasilitasi oleh pendidikan dari
orangtuapada anak-anaknya untuk menghindari menyimpan biji-bijian dan buah-
buah kecil kering di dalam rumah.