22
16 LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM KEMARAU TAMAN NASIONAL BALURAN

TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

  • Upload
    vomien

  • View
    234

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan

PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM

KEMARAU

TAMAN NASIONAL BALURAN

Page 2: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

2006 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Nasinal Baluran merupakan kawasan konservasi yang memiliki

keanekaragaman satwa dan habitat alamnya dengan berbagai tipe komunitas.Tipe

vegetasi yang dimiliki oleh Taman Nasional Baluran antara lain hutan payau,

hutan rawa, hutan pantai, savana dan hutan musim. Hutan musim terdiri dari dua

tipe vegetasi yaitu hutan musim alam dan hutan tanaman jati. Hutan musim

dijumpai dari lereng Gunung Baluran sampai mendekati pantai, kawasan hutan

musim mempunyai nilai penting sebagai perlindungan ekosistem dan merupakan

habitat mamalia besar seperti Banteng ( Bos javanicus ), Kerbau liar ( Bubalus

bubalis ) dan Rusa Timor ( Cervus timorensis ).

Padang rumput di Taman Nasional tersebar diberbagai tempat diantaranya di

Karangtekok, Balanan, Semiang, Kramat, Talpat dan Bekol. Padang rumput

merupakan habitat yang penting bagi kehidupan berbagai jenis satwa liar, karena

baik padang rumput maupun savanna ternyata bukan hanya sekedar tempat untuk

mencari makan, tetapi juga merupakan tempat untuk melakukan komunikasi

sosial, memelihara / mengasuh dan membesarkan anaknya ( Alikodra, 2002 ).

Peningkatan penyebaran A. nilotica di Taman Nasional Baluran telah meluas

di seluruh areal savana. Penyebaran ini juga terjadi di savanna Bekol yang

mengakibatkan berkurangnya ruang tumbuh species tumbuhan asli savana Bekol

yang sebagian besar merupakan makanan herbivora. Penurunan jumlah makanan

herbivora didukung pula oleh suksesi sekunder yang berjalan dengan baik akibat

tidak adanya pemutusan pergerakan ini.

Kondisi hijauan rumput di savana sangat dipengaruhi oleh jumlah satwa,

persaingan jenis rumput, musim serta perubahan ekosistem yang disebaakan oleh

campur tangan manusia ( Setyawati dan Mukhtar dalam Budi Utomo, 1997 )

Peningkatan produktivitas savanna diperlukan usaha – usaha perbaikan yang

dituangkan kedalam program – program pengelolaan habitat yang menjamin

Page 3: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

kelesatarian satwa liar beserta lingkungannya. Pengelolaan padang rumput dan

savaana meliputi beberapa tujuan antara lain, untuk mempertahanakan kesuburan

tanah, mencegah kerusakan tanah, baik karena erosi ataupun injakan kaki satwa,

memberantas tumbuhan pengganggu dan memelihara produktivitas hijauan

makanan satwa. Kegiatan praktisnya di lapangan terdiri dari : penggunaan pupuk,

penggunaan api, system tanaman campuran, pemberantasan tumbuhan

pengganggu dan penggemburan lapisan olahan ( top soil ) ( Alikodra, 1999 ).

Penurunan kualitas savanna bekol sebagai habitat herbivora tidak dapat

dibiarkan terus menerus berlangsung. Untuk meningkatkan kualitas savanna

diperlukan berbagai data mengenai penyebab menurunnya kualitas savanna

tersebut. Untuk mempertahankan kondisi populasi satwa herbivora maka hijauan

sebagai pakan yang merupakan faktor pembatas diusahakan selalu tersedia dalam

jumlah cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Penggunaan makanan oleh satwa ditentukan oleh perubahan ketersediaan

dan kualitas jenis – jenis makanan di dalam lingkungannya. Pada umumnya dari

tahun ke tahun selalu terjadi perubahan tingkat kelimpahan makanan. Oleh sebab

itu perlu diketahui produktivitasnya ( Alikodra, 2002 )

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu didukung data mengenai kondisi

dan produktivitas savanna Bekol . Untuk memperoleh data tersebut diatas maka

perlu diadakan penelitian mengenai kondisi dan produktivitas savana guna

mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi populasi

flora dan faunanya.

Tujuan

Tujuan pegumpulan data dan informasi produktifitas Savana Bekol musim

kemarau adalah untuk mengetahui daya dukung rumput untuk pakan satwa pada

Savana Bekol dalam rangka pembinaaan habitat pakan satwa.

Page 4: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Padang Rumput

Padang rumput merupakan salah satu komponen lingkungan hidup herbivora

terpenting, karena padang rumput menyediakan makanan, selanjutnya akan

menentukan populasi karnivora. Oleh karena itu untuk melestarikan dan

mengembangkan populasi herbivora, kualitas dan kuantitas makanan di padang

rumput harus diperhatikan dengan seksama.

Menurut Horton ( 1992 ) padang rumput merupakan daerah – daerah terbuka

bertumbuhan rumput – rumputan dan semak, daerah ini terjadi karena adanya

kebakaran hutan secara alami.

Menurut Alikodra ( 1979 ) grazing area adalah suatu daerah yang cukup luas

yang berbentuk padang rumput yang menjadi makanan herbivora di dalam suatu

kawasan suaka alam. Jenis –jenis rumput yang dikehendaki untuk grazing area

adalah jenis rumput yang disukai satwa, cepat tumbuh, tahan injakan satwa, tahan

api dan tahan kekeringan.

Mcllory ( !977 ) mengemukakan bahwa pada umumnya padang rumput alam

di dunia diklasifikasikan ke dalam lima tipe yang sesuai dengan sifat tumbuh –

tumbuhan penutupnya yaitu :

1. Padang rumput savana mempunyai rumput penutup tanah yang hampir rapat

dengan pohon – pohon yang tumbuh terpencar yang kadang cukup rapat

untuk membentuk hutan, tetapi tidak cukup rapat untuk menaungi sehingga

menghambat pertumbuhan rumput. Sebagian besar tanah – tanah

penggembalaan di daerah tropik termasuk dalam kategori ini.

2. Stepa rumput hampir seluruhnya terdiri dari rumput tanpa leguminosa dan

sangat sedikit ditumbuhi semak. Pada umumnya tidak terdapat pohon –

pohon dan belukar. Rumpu – rumput asli yang umumnya tumbuh di daerah

itu termasuk tipe yang membentuk rumpun.

3. Stepa – semak ditumbuhi oleh semak – semak yang tumbuhnya rendah

seringkali tidak lebih tinggi dari 90 cm.

Page 5: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

4. Belukar gurun, dicirikan dengan rumput penutupnya terdiri dari tanaman

tahunan yang tumbuh setelah hujan lebat. Selama musim kemarau

kehidupan ternak – ternak tergantung dari pucuk – pucuk daun belukar

tersebut. Belukar gurun merupakan vegetasi khas daerah kering ( arida ) dan

setengah kering ( semi arida ) tropika.

5. Padang rumput alpin sangat erat sekali hubungannya dengan stepa-rumput

dan dapat dijumpai di Skotlandia, di Pegunungan Alpen, di Pegunungan

Himalaya dan sebagainya. Tumbuh – tumbuhan penutup terdiri dari rumput

– rumput yang pendek dan tidak terdapat leguminosa.

Padang rumput merupakan sumber penyedia hiajuan alami yang secara

langsung dapat dimakan oleh hewan. Padang rumput yang baik dan ekonomis

ialah yang terdiri atas campuran dari rumput dan leguminosa, dengan catatan

leguminosa ini dalam pertumbuhannya tidak mengganggu pertumbuhan rumput.

B. Produktifitas Padang Rumput

Produktivitas merupakan hasil yang dipungut atau dipanen persatuan bobot,

luas dan waktu. Sedangkan biomassa adalah hasil yang dipanen atau dipungut

persatuan luas dan bobot ( Hafis, 1993 dalam Budi Utomo 1993 ).

Produktivitas rumput diperoleh dengan cara memotong dan menimbang

rumput yang terdapat di areal tersebut. Untuk mendapatkan angka yang baik

pemotongan dilakukan setiap bulan atau menurut interval waktu tertentu.

Produktivitas yang baik menurut Wind & Amir ( 1997 ) dalam Setyawati &

Mukhtar ( 1992 ) yaitu 6000 kg per ha atau 150 kg/ha/hari.

Menurut Mcllory pemotongan rumput dilakukan pada ketinggian yang telah

ditentukan, pada umumnya sangat dekat dengan permukaan tanah. Jadi semua

jenis rumput terukur hanya sebatas bagian yang berada di atas permukaan tanah.

Mcllory ( 1997 ) menyatakan bahwa produktivitas padang rumput

tergantung pada beberapa faktor yaitu :

1. Persistensi ( daya tahan ), yaitu kemampuan untuk bertahan hidup dan

berkembang secara vegetatif.

2. Agresivitas ( daya saing ) yaitu, kemampuan memenangkan persaingan

dengan species lain yang tumbuh bersama.

Page 6: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

3. Kemampuan untuk tumbuh kembali setelah injakan dan pengembalaan yang

berat.

4. Sifat tanah kering dan tahan kering.

5. Penyebaran produksi musiman.

6. Kemampuan menghasilkan cukup banyak biji yang dapat tumbuh baik atau

dapat berkembangbiak secara vegetatif.

7. kesuburan tanah.

8. Iklim, terutama besarnya curah hujan dan distribusi hujan.

Spedding ( 1997, dalam Budi Utomo 1997 ) menyatakan bahwa hasil

rumput ( hijauan makanan satwa ) tahunan dari pertumbuhan rumput biasanya

dicirikan oleh musim yang lebih baik. Pola pertumbuhan ini dapat dirubah dengan

cara pemupukan dan pemangkasan. Kecepatan pertumbuhan rumput akan berbeda

tergantung pada habitat tumbuh dan perbedaab temperature tanah.

Menurut Alikodra ( 1979 ) produktivitas kawasan merupakan modal yang

secara ekonomis paling menguntungkan untuk mengembangkan populasi satwa

sampai pada tingkat tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas

padang rumput antara lain :

1. Suksesi, yaitu suatu proses perubahan dari unsur biotik dan abiotik sesuai

dengan ekosistemnya.

2. Persaingan jenis rumput, terutama pada padang rumput alam kemungkinana

jenis rumput tidak disukai oleh satwa akan muncul menggantikan jenis –

jenis yang disukai oleh satwa.

3. Pengaruh musim, yaitu dalam musim kemarau mengalami kekeringan,

sehingga mengalami masalah produksi makanan menurun.

4. Over grazing, yaitu suatu keadaan yang menunjukkan bahwa jumlah satwa

yang merumput telah melebihi daya dukung padang rumput.

Stamfort ( 1960 ) dalam Mcllory ( 1997 ) menaytakan bahwa kesalahan –

kesalahan yang biasa terjadi pada pengukuran kuantitas hijaun dapat disebabkan

karena :

1. Variasi produksi antar petak – petak.

2. Kesalahan cuplikan acak ( random sampling ) dalam menduga produksi.

Page 7: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

3. Variasi konsumsi yang disebabkan oleh perbedaan – perbedaan hijaun dalam

hal jumlah tersedia, palatabilitas dan nafsu makan satwa.

4. Kesalahan cuplikan acak dalam menduga sisa hitungan yang tidak termakan.

5. Kesalahan dalam pemotongan dan penimbangan, menyebabkan bias dalam

pendugaan produksi dan hijauan.

Pola pertumbuhan padang rumput dipengaruhi banyak oleh suhu, biasanya

suhu rendah. Naungan dapat mempengaruhi produktivitas padang rumput karena

iklim lokal berubah. Demikian juga suhu yang tinggi berpengaruh sama yang

dapat menyebabkan kekeringan yang merupakan faktor penentu utama pada pola

pertumbuhan disbanding dengan suhu yang rendah.

Page 8: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

III. METODE PENGUMPULAN DATA

A. Lokasi

Data diambil dari Savana Bekol setelah melakukan penelitian studi

produktifitas Savana Bekol periode musim kemarau.

C. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adantara lain : gunting rumput, rol

meter plastic, raffia, meteran, penggaris, kompas, kamera, timbangan, patok

�amboo, parang dan gergaji.

D. Metode Pengambilan dan Analisis Data

Metode pengambilan data dilakukan secara langsung ( data primer ) dan

tidak langsung ( data sekunder ). Data primer meliputi hasil survei analisa

vegetasi, pengukuran produktivitas rumput.

Survei atau studi lapangan dilakukan pada awal dan akhir penelitian untuk

mengetahui kondisi savana secara umum terutama mengenai luas, topografi

lapangan dan kondisi vegetasi.

E. Data Primer Produktifitas padang rumput

Untuk mendapatkan data produktivitas padang rumput dibuat petak – petak

contoh dengan ukuran 1 m x 1 m sebanyak 20 plot. Penentuan petak contoh

dilakukan dengan random yaitu dilakukan pengundian yang didasarkan pada

penempatan petak contoh analisa vegetasi.

Pertama dilakukan pengundian untuk petak contoh yang tidak dipagar

sebanyak 10 buah, kemudian dilakukan pengundian untuk petak contoh yang

dipagar sebanyak 10 buah. Untuk selanjutnya diaplikasikan ke lapangan. Untuk

menghitung produksi rumput dilakukan pemotongan rumput pada 10 plot yang

telah ditentukan. Hasil pemotongan rumput ditimbang bertanya yang merupakan

produksi rumput pada keadaan alami. Setelah pemotongan awal rumput yang telah

dipotong dibiarkan selama 40 hari yang dilanjutkan dengan pemotongan kedua

Page 9: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

sebagai produksi per plot selama 40 hari. Untuk menghindari aktifitas merumput

dari satwa dilakukan pemagaran terhadap 10 plot rumput pada kondisi alami,

sedangkan 10 plot rumput yang lain dibiarkan tanpa pemagaran.

Untuk mengetahui jumlah rumput yang dimakan satwa setiap harinya dapat

dilakukan pendekatan dengan cara membandingkan hasil penimbangan rumput

pada plot yang dipagar dengan plot yang tidak dipagar, dimana rumput masing –

masing dalam kondisi alami.

Pengolahan data menggunakan rumus yang seperti dikemukakan oleh

Widyatna ( 1982, dalam Setyawan, 1996 ) yaitu dari hasil penimbangan rumput

pada petak – petak contoh dapat diketahui produksi rumput seluruh areal dengan

menggunakan rumus :

P = P

L l

P : Produksi rumput padang rumput

L : luas padang rumput.

P : Produksi rumput seluruh petak contoh.

L : Luas seluruh petak contoh.

Untuk mengetahui produktivitas rumput seluruh areal dapat digunakan rumus

produktivitas menurut Widyatna ( 1982, dalam Setyawan, 1966 ) yaitu :

Produktivitas = Produksi seluruh areal padang rumput

Interval waktu pengamatan ( 40 hari )

F. Data Sekunder

Data sekunder berfungsi melengkapi data primer yang sangat diperlukan dan

menunjang hasil penelitian. Data ini diperoleh dengan menghimpun data – data

yang telah ada ( terdahulu ) dan studi pustaka. Adapun data – data yang

diperlukan dalam penelitian ini meliputi : data iklim, data kondisi fisik wilayah

penelitian, data curah hujan, data flora dan fauna serta data lain yang menunjang.

Page 10: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

IV. KONDISI UMUN KAWASAN

A. Kondisi Fisik

A.1. Status Kawasan, Letak dan Luas

Pada awalnya kawasan Baluran berstatus sebagai kawasan suaka

margasatwa atas perintah Direktur kebun raya Bogor ( K.W. Waderman ) pada

tahun 1937, kemudian pada tahun 1982 dengan surat keputusan Menteri

Pertanian, status kawasan Baluran diubah menjadi Taman Nasional Baluran.

Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur Pulau Jawa. Sebelah Utara

dibatasi oleh Selat Madura, sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian Selatan

berturut – turut dibatasi oleh Dusun Pandean Desa Wonorejo, Sungai Bajulmati,

Sungai Kelokoran, Dusun Karangtekok dan Desa Sumberanyar.

Berdasarkan letak administratif pemerintahan, Taman Nasional Baluran

berada di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, sedangkan secara

geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55” Lintang Selatan dan

114º29’20”” sampai 114º39’10” Bujur Timur. Luas Taman Nasional Baluran

berdasarkan surat penunjukan Menteri Kehutanan Nomor : 279/Kpts-VI/1997

tanggal 23 Maret 1997 seluas 25.000 hektar, yang dalam system pengelolaannya

dibagi menjadi beberapa zonasi yaitu :

- Zona inti

- Zona rimba

- Zona pemanfaatan intensif

- Zona pemanfaatan khusus

- Zona rehabilitasi

Dalam kawasan seluas tersebut di atas terdapat bekas HGU atas nama PT

Gunung Gumitir seluas 363 Ha di daerah Labuhan Merak dan Gunung Mesigit,

Transmigrasi Lokal angkatan Darat ( Translok ) di Dusun Pandean seluas 57 Ha

dan tanah sengketa ( penyerobotan lahan ) Blok Gentong seluas 22 Ha.

Page 11: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

A.2. Iklim , Topografi dan Tanah

Taman Nasional Baluran beriklim Monsooon dengan musim kemarau yang

panjang. Musim penghujan terjadi pada Bulan Desember sampai dengan Bulan

April, sedangkan bulan kemarau terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan

Nopember. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Taman Nasional

Baluran termasuk ke dalam kelas hujan tipe E dengan temperature berkisar antara

27,2º C sampai 30,9º C, kelembaban udara 77%, kecepatan angina 7 knots dan

arah angina dipengaruhu arah tenggara yang kuat. Pengaruhnya terlihat dalam

distribusi musim panas dan hujan dimana pada Bulan April samapai dengan

Oktober musim kemarau dan Bulan Oktober sampai dengan awal April musim

hujan ( Anonimus, 1995 dalam Balai Taman Nasional Baluran, 2002 ).

Taman Nasional Baluran memiliki topografi datar sampai bergunung –

gunung dan mempunyai ketinggian antara 0 samapai 1,27 m dpl. Dataran rendah

di kawasan ini terletak di sepanjang pantai yang merupakan batas kawasan

sebelah timur dan utara. Sedangkan di Selatan dan Barat mempunyai bentuk

lapangan relatif bergelombang. Daerah tertinggi terletak di tengah – tengah

kawasan, diantaranya Gunung Baluran ( 1.247 m ). Daerah ini memiliki topografi

berbukit sampai bergunung.

Kawasan Taman Nasional Baluran didominasi oleh batuan vulkanik tua dan

batuan alluvium. Batuan vulkanik tua hampir mendominasi seluruh kawasan

sedangkan batuan alluvium terletak disepanjang pantai meliputi daerah Pandean,

Tanjung Sedano, Tanjung Sumber Batok dan Tanjung Lumut.

Jenis – jenis tanah yang ada di Taman Nasional Baluran antara lain, Andosol

( 5,52% ).Latosol ( 20,23% ), Mediterani Merah Kuning dan Grumusol ( 51,25% )

serta Alluvium ( 23% ). Jenis tanah di Taman Nasional Baluran dikelompokkan

pada jenis tanah yang ada di daerah datar hingga cekung, berombak, berbukit

sampai bergunung. Jenis tanah yang mempunyai penyebaran di daerah bukit

adalah Andosol dan Latosol. Daerah yang lebih rendah jenis tanahnya terdiri dari

Mediteran Merah Kuning dan Grumusol, sedangkan daerah yang paling rendah (

cekung ) jenis tanahnya didominasi oleh Alluvium. Tanah yang berwarna hitam

yang menyelimuti setengah daerah dataran rendah ( antara lain Bekol ), ditumbuhi

rumput yang sangat subur sehingga disenangi oleh satwa pemakan rumput.

Page 12: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

Namun tanah jenis ini mempunyai cirri khas mudah longsor dan sangat berlumpur

pada musim penghujan. Sebaliknya bila musim kemarau berlangsung tanah akan

menjadi pecah – pecah dengan patahan sedalam lebih kurang 10 cm - 80 cm.

B. Lingkungan Biotik

B.1. Ekosistem

Taman Nasional Baluran memiliki tipe ekosistem yang beraneka ragam.

Tipe – tipe tersebut antara lain hutan pantai, hutan payau, savana dan hutan

musim. Hutan pantai terdapat di daerah Popongan, Kelor, Bama, Gatel dan

Dadap. Hutan payau dijumpai di daerah Bama, Bilik, Kelor, Mesigit dan Tanjung

Sedano. Savana merupakan tipe vegetasi yang dijumpai hampir di seluruh bagian

kawasan Taman Nasional baluran dan merupakan habitat satwa Banteng dan

Kerbau Liar serta berbagai jenis satwa lainnya. Hutan musim terbagi menjadi dua

yaitu hutan musim dataran rendah yang tersebar hampir di seluruh kawasan

Taman Nasioanl ( kecuali dibagian tengah ) dan hutan musim dataran tinggi yang

terdapat di bagian tengah kawasan.

B.2. Flora

Taman Nasional Baluran mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan yang

cukup tinggi. Dari berbagai vegetasi yang ada terdapat kurang lebih 422 jenis

tumbuhan yang termasuk dalam 87 familia ( Anonimus, 1995 ). Sebaran jenis

dominant pada setiap tipe vegetasi yang ada di Taman Nasional baluran dapat

diuraukan sebagai berikut :

a. Hutan Mangrove

Tipe hutan ini terdapat di aderah Pantai Utara dan timur kawasan seperti,

Bilik, Lempuyang, Mesigit, Tanjung Sedano dan Kelor. Jenis – jenis Flora yang

umum dijumpai antara lain Api –api ( Avicennia spp ), Bakau ( Rhizophora spp )

dan Tanjung ( Bruguiera spp ). Di beberapa tempat seperti Pandean, Mesigit dan

sebelah Barat Mesigit terdapat hutan mangrove yang telah rusak,daerah ini akan

menjadi Lumpur pada musim hujan tetapi akan berubah menjadi keras dan kering

dengan lapisan garam dipermukaannya pada musim kering. Jenis tumbuhan yang

sering ditemukan di daerah ini antara lain Api – api ( Avicennia spp ) dan truncum

( Lumnitzera racemosa ).

Page 13: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

b. Hutan Payau

Hutan payau di Baluran merupakan daerah ekoton yang berbatasan dengan

savanna atau hutan pantai. Penyebaran hutan ini sebagian besar tedapat di

Popongan, Kelor, bagian Timur Bama serta Barat laut Gatel. Jenis – jenis pohon

yang hijau sepanjang tahun dijumpai pada hutan ini. Jenis – jenis tersebut antara

lain Excocaria agallocha, Syzygium polianthum dan Buchanania arborecens.

c. Savana

Tipe habitat ini merupakan klimaks kebakaran yang sangat dipengaruhi oleh

aktivitas manusia. Tipe habitat ini dapat dibedakan menjadi dua sub tipe yaitu

savanna datar dan savanna permukaan bergelombang. Savana datar terdapat pada

tanah Alluvial berbatu – batu, sub tipe savanna ini terdapat di bagian Tenggara

kawasan, yaitu daerah sekitar Plalangan dan bekol dengan luasan sekitar 1500 Ha

sampai dengan 2000 Ha. Sebagian besar dari populasi banteng, rusa dan kerbau

liar menggunakan areal ini untuk merumput. Kondisi saat ini sebagian besra

savanna terutama Bekol, Kramat Kajang dan sebagian Balanan telah terinvasi

Acacia nillotica yang sebelumnya ditanam ( 1969 ) sebagai sekat baker karena

tumbuhan ini tahan api, namun karena pertumbuhannya sangat cepat dan dapat

tumbuh pada daerah yang sengat kering, tumbuhan ini akan menjadi ancaman

yang serius bagi keberadaan savanna.

d. Hutan musim

Hutan musim ( Monsoon forest ) yang ada di Taman Nasional Baluran dapat

dikelompokkanm menjadi dua jenis yaitu hutan musim dataran tinggi dan hutan

musim dataran rendah. Daerah transisi kedua hutan ini terletak pada ketinggian

250 – 400 m dpl.

B.3. Fauna

Keanekaragaman jenis satwa / fauna di Taman nasional Baluran dapat

dibedakan menjadi empat ordo yaitu Mamalia, Aves, Pisces dan Reptilia. Jenis

Mamalia besar yang sering dijumpai anatara lain Banteng ( Bos javanicus ),

Kerbau Liar ( Bubalus bubalis ), Rusa ( Cervus timorensis ), Kijang ( Muntiacus

muntjak ), Babi hutan ( Sus sp ), Macan Tutul ( Panthera pardus ) dan Ajak atau

anjing hutan ( Cuon alpinus ).

Page 14: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

Jenis – jenis Primata anatara lain Monyet Ekor Panjang ( Macaca

fascicularis ) dan Budeng ( Tracyphitecus auratus cristatus ). Sedangkan dari

golongan Aves diperkirakan sebanyak 155 jenis. Jenis endemik Jawa yaitu Tulung

Tumpuk ( Megalaima javanesis ), Raja Udang ( Pelargopsis capensis ) dan

Cekaka ( Halcyon cyanoventris ). Didaerah ini juga terdapat Ayam Hutan ( gallus

sp ) dan Burung Merak ( Pavo muticus ).

Dari golongan ikan ( Pisces ) belum banyak diketahui informasinya

walaupun terdapat jenis yang memiliki nilai ekonomis yaitu Bandeng ( Chanos

chanos ), jenis – jenis lainnya adalah Dascylus melampus, Bomochantoides

imperator, Centopyre bibicca, Chromis caerulous dan beberapa jenis ikan Hiu.

Reptilia besar tidak banyak dijumpai di daerah ini, jenis yang sering dijumpai

adalah Biawak ( Varanus salvator ) ( Anonimus, 1995 ).

Page 15: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas Savana

Produktivitas Savana Bekol dihitung dengan menggunakan rumus yang digunakan

Widyatna ( 1982 ), yaitu :

Produktivitas = Produksi seluruh areal padang rumput

Interval waktu pengamatan ( 40 hari )

Untuk menghitung produksi rumput seluruh areal savana digunakan rumus :

P = P

L l

P : Produksi rumput padang rumput

L : luas padang rumput.

p : Produksi rumput seluruh petak contoh.

l : Luas seluruh petak contoh.

Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

A. Produksi seluruh savanna yang diperoleh dari petak – petak yang tidak

dipagar :

P = 125 0000 m² x 44540 gr

10 m²

= 125 0000 x 454 gr

= 5675 000 00 gr

= 454 0000 gr/ha = 4540 Kg/ha

Produktivitasnya = 5675 00000 gr

40

= 14187500 gr/hari

= 113500 gr/ha/hari

= 113,5 Kg/ha/hari

Page 16: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

B. Produksi seluruh savanna yang diperoleh dari petak – petak yang

dipagar yaitu :

P = 125 0000 m² x 5850 gr

10 m²

= 125 0000 x 585 gr

= 73125 0000 gr

= 5850000 gr/ha = 5850 Kg/ha

Produktivitasnya = 731250000 gr

40

= 18281250 gr/hari

= 146250 gr/ha/hari

= 146,25 Kg/ha/hari

Dari hasil penghitungan produktivitas rumput petak contoh yang dipagar

lebih besar daripada petak contoh yang tidak dipagar. Hal ini disebabkan karena

petak contoh yang digar terhindar dari aktivitas satwa yang ada di savanna,

sedangkan pada petak contoh yang tidak dipagar terpengaruh oleh aktivitas satwa.

Menurut Alikodra ( 1979 ) bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas padang

rumput salah satunya adalah overgrazing yaitu suatu keadaan yang menunjukkan

bahwa jumlah satwa yang merumput telah melebihi daya dukung padang rumput,

selain itu persaingan antar jenis rumput dan musim juga berpengaruh terhadap

kualitas padang rumput.

Dari interval waktu pengamatan maka produktivitas savanna Bekol pada

saat penelitian diperoleh sebesar113,5 Kg/ha/hari. Jika dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya Setyawan ( 1996 ) diperoleh data produktivitas Savana

Bekol sebesar 13,7 Kg/ha/hari dan Budi Utomo ( 1997 ) diperoleh data

produktivitas savanna Bekol sebesar 86,125 Kg/ha/hari, maka produktivitas pada

penelitian ini dikatakan mengalami peningkatan. Meningkatnya produktivitas

disebabkan beberapa faktor antara laian ; semakin luasnya kawasan yang telah

dibuka dari pengaruh Acasia nilotica mengakibatkan jumlah jenis tumbuhan

bawah semakin merata. Menurut Hasanbahri ( 1995 ) bahwa jumlah jenis

tumbuhan bawah akan bertambah setelah dilakukan pencabutan Acasia nilotica

yaitu adanya usaha pengurangan faktor kompetisi terhadap cahaya telah mampu

Page 17: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

merangsang pertumbuhan jenis tumbuhan bawah. Hal ini disebabkan karena sinar

matahari intensitasnya bisa langsung ke tanah, sehingga sangat membantu

pertumbuhan tumbuhan bawah termasuk jenis rumput. Faktor meningkatnya

produktivitas juga disebabkan oleh jumlah satwa yang merumput, sesuai pendapat

Alikodra ( 1979 ) bahwa satwa yang berlebihan di savanna maka akan merusak

habitat, pengaruhnya yang besar terhadap semak ( tumbuhan bawah ).

Untuk menghasilkan produktivitas rumput yang baik, menurut Wind dan

Amir ( 1997, dalam Budi Utomo 1997 ) bahwa produktivitas rumput yang baik

yaitu 150 Kg/ha/hari.

Kurang mampunya padang rumput untuk menghasilkan produktivitas yang

baik disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intern tumbuhan itu sendiri dan

faktor ekstern ( lingkungan ). Faktor intern anatara lain, persaingan, kemampuan

atau daya tahan untuk hidup dan berkembang secara vegetatif, serta tahan injakan

satwa. Sedangkan faktor ekstern antara lain kesuburan tanah, iklim dan aktivitas

satwa. Seperti yang dikemukakan Mcllory ( 1977 ) bahwa produktivitas padang

rumput tergantung pada beberapa faktor yaitu, persistensi ( daya tahan ),

agresivitas ( daya saing ), kemampuan tumbuh kembali setelah injakan dan

penggembalaan yang berat, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran

produksi musiman dan kesuburan tanah serta iklim, terutama besarnya curah

hujan dan distribusi hujan.

Page 18: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan :

Dari hasil penelitian di savanna Bekol dapat disimpulkan :

Produktivitas Savana Bekol pada musim hujan sebesar 113,5 Kg/ha/hari,

ternyata masih belum memenuhi kriteria produktivitas yang baik. Menurut Wind

dan Amir ( 1997, dalam Budi Utomo 1997 ) produktivitas rumput yang baik

adalah 150 Kg/ha/hari.

B. Saran :

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh Acasia

nilotica terhadap habitat satwa yang ada di dalamnya serta tumbuhan yang hidup

di bawahnya

Page 19: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

DAFTAR PUSTAKA

Budi Utomo, 1997. Studi produktifitas Savana Bekol, Malang.

H.S. Alikodra, 2002. Pengelolaan Satwa Liar, IPB, Bogor.

PEH Baluran, 2006. Program Kerja Pengendali Ekosistem Baluran, Taman

Nasional Baluran.

Richard B. Primack dkk, 1998. Biologi Konservasi, Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta.

Arif P dkk, 2004. Plot Pengamatan Rumput, PEH Taman Nasional Baluran

Page 20: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

KATA PENGANTAR

Penelitian Produktifitas savana Bekol merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar produktifitas savana, sehingga akan

diketahui kemampuan savana dalam pemenuhan kebutuhan hijauan pakan satwa.

Rumput merupakan salah satu unsur utama kehidupan mamalia besar oleh karena

itu perlu mendapat perhatian yang serius agar keberadaan satwa tetap lestari.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada, Kepala Seksi Konservasi II

Bekol atas motivasinya dan rekan – rekan PEH dan POLHUT atas kerjasamanya,

sehingga penelitian dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan dan

makalah hasil Penelitian Produktifitas Savana Bekol dapat diselesaikan dengan

baik. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan kajian / masukan dalam

pengelolaan Taman Nasional Baluran, dan dapat dipertimbangkan angka

kreditnya dalam Jabatan Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan.

Penulis mengharapkan kritik / saran / masukannya baik dari segi isi

maupun penulisan agar laporan ini sempurna. Semoga dari makalah ini akan ada

action plant untuk pembinaan habitat mamalia besar, khususnya di Seksi

Konservasi Wilayah II Bekol. Semoga makalah ini berguna bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Bekol, April 2006

Penulis

Page 21: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................ iii

DAFTAR ISI ................................................ iv

I. PENDAHULUAN ................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................ 1

B. Tujuan Penelitian ................................................ 2

C. Pembatasan Masalah ................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 3

A. Padang Rumput ................................................ 3

B. Produktifitas Padang Rumput ................................................ 4

III. METODE PENELITIAN ................................................ 7

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 7

B. Obyek Penelitian ................................................ 7

C. Alat ................................................ 7

D. Metode Pengambilan dan Analisis

Data ............................................... 7

E. Data Primer Produktifitas Padang

Rumput ............................................... 7

F. Data Sekunder ............................................... 9

IV. KONDISI UMUM KAWASAN ............................................... 10

A. Kondisi Fisisk ............................................... 10

A.1 Status kawasan, Letak dan luas ............................................... 10

A.2 Iklim, Topografi dan Tanah ............................................... 11

B. Lingkungan Biotik ............................................... 12

B.1 Ekosistem ............................................... 12

B.2 Flora ............................................... 12

B.3 Fauna ............................................... 13

Page 22: TAMAN NASIONAL BALURAN · PDF filekebakaran hutan secara alami. ... sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian ... sedangkan secara geografis terletak pada 7º29’10” sampai 7º55’55

16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 15

A. Produksi seluruh areal yang tidak

dipagar ................................................ 15

B. Produksi seluruh areal yang

dipagar ................................................ 16

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 18

A. Kesimpulan ................................................ 18

B. Saran ................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................ 19

Lampiran ................................................ 20