Upload
harisjauharifkunmul
View
59
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ilmu Kesehatan Anak
Citation preview
Pencegahan
Secara umum pencegahan obesitas anak adalah dengan memberikan pengertian,
memperbaiki pola asuhan makan, meningkatkan kegiatan aktivitas fisik, mengenalkan
pendidikan gizi sedini mungkin di sekolah, membatas promosi makanan tidak sehat, melakukan
inovasi produk makanan dan deteksi dini obesitas pada anak.
Dari aspek endokrin, upaya yang erat hubungannya adalah :
Memperbaiki pola makan agar sejak masa bayi anak tidak dirangsang nutrien-nutrien
yang meningkatkan kadar insulin (insulinogenik) yang memudahkan terjadinya resistensi
insulin seperti gula-gula sederhana dan lemak bebas.
Meningkatkan aktivitas fisik agar terjadi keseimbangan insulin dengan counter
regulatory hormon dan peningkatan oksidasi lemak yang ditimbun.
Membuat produk makanan yang kurang efek insulinogenik tetapi cukup mengandung
kalori, tidak tinggi lemak dan mempunyai rasa yang disukai anak.
Hal-hal tersebut di atas diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap penurunan
kejadian obesitas primer pada anak. Meskipun kelainan genetik yang mendasarinya masih belum
jelas, tetapi untuk obesitas sekunder pada anak pencegahannya dapat diupayakan dengan
bimbingan/konsultasi genetik.
Penatalaksaan Obesitas Pada Anak
Prinsip tatalaksana anak dengan obesitas adalah menguurangi asupan energi serta
meningkatkan keluaran energi dengan cara menentukan target berat badan, pengaturan diet,
peningkatan aktifitas fisik dan mengubah atau memodifikasi pola hidup. Tujuan tatalaksana
obesitas adalah mengurangi indeks massa tubuh dan massa lemak, menormalkan toleransi
glukosa, konsentrasi lemak plasma, fungsi ginjal, hepar dan tekanan darah; mencegah atau
mengatasi komorbiditas akut dan kronik.
1. Target Penurunan Berat Badan
Anak dengan obesitas ditetapkan target penurunan badannya berdasarkan usia, derajat
obesitas, serta ada atau tidaknya penyakit penyerta/komplikasi. Rekomendasi yang
dianjurkan dari American Academy of Pediatric yakni :
Umur Kategori IMT
Target BB untuk memperbaiki persentil IMT
Tahap Awal Intervensi
Tahap Intervensi Tertinggi
< 2 th
BB menurut TB Tidak diterapkan Konseling pencegahan
Konseling pencegahan
2-5 th
P 5-84 atau P 85-94 tanpa resiko
Pertahankan kecepatan BB
Konseling pencegahan
Konseling pencegahan
P 85-94 dengan resiko
Pertahankan BB atau penambahan BB lambat
Pencegahan Plus (Tahap 1)
SWM (Tahap 2)
P ≥ 95 Pertahankan BB (Penurunan BB 0,5 kg/bulan jika IMT 21 atau 22 kg/m2)
Pencegahan Plus (Tahap I)
CMI (Tahap 3)
6-11 th
P 5-84 atau P 85-94 tanpa resiko
Pertahankan kecepatan BB
Konseling pencegahan
Konseling pencegahan
P 85-94 dengan resiko
Pertahankan BB Pencegahan Plus (Tahap 1)
SWM (Tahap 2)
P 95-99 Penurunan BB bertahap (0,5 kg/bulan)
Pencegahan Plus (Tahap 1)
CMI (Tahap 3)
P ≥ 99 Penurunan BB maksimal 1 kg/minggu
Pencegahan Plus (Tahap 1) atau Tahap 2 atau 3 jika ada motivasi keluarga
TCI (Tahap 4) jika memungkinkan
12-18 th
P 5-84 atau P 85-94 tanpa resiko
Pertahankan kecepatan BB, setelah pertumbuhan linier lengkap, pertahankan BB
Konseling Pencegahan
Konseling Pencegahan
P 85-94 dengan resiko
Pertahankan BB atau penurunan BB bertahap
Pencegahan Plus (Tahap 1)
SWM (Tahap 2)
P 95-99 Penurunan BB maksimal 1 kg/minggu
Pencegahan Plus (Tahap 1)
TCI (Tahap 4) jika memungkinkan
P ≥ 99 Penurunan BB maksimal1 kg/minggu
Pencegahan Plus (Tahap 1) atau tahap 2 atau 3 jika ada motivasi pasien atau keluarga
TCI (Tahap 4) jika memungkinkan)
a) Tahap 1 (Pencegahan Plus)
Anak dengan obesitas atau overweight beserta keluarganya diarahkan pada ola
makan dasar yang sehat serta kebiasaan aktivitas dasar yang sehat. Tahap ini
merupakan strategi pencegahan obesitas. Dampaknya adalah perbaikan IMT.
b) Tahap 2 (Structured Weight Management)
Perbedaannya dengan tahap 1 adalah target perilaku lebih sedikit dan lebih
banyak pada dukungan dan struktur yang diarahkan untuk mencapai target
perilaku tersebut.
c) Tahap 3 (Comprehensive Multidisciplinary Intervention)
Pada tahap ini ditingkatkan intensitas perubahan perilaku, frekuensi kunjungan
dan spesialis yang terlibat untuk mengoptimalkan dukungan terhadap perubahan
perilaku. Umumnya jenis program ini tidak dilakukan pada pelayanan kesehatan
primer. Tujuan pola makan dan aktifitas umumnya sama dengan tahap 2.
d) Tahap 4 (Tertiary Care Intervention)
Tahap ini merupakan tahap intervensi intensif yang ditujukan pada remaja yang
mengalami obesitas berat. Remaja ini harus sudah menjalani tahap 3, sudah cukup
matang untuk memahami resiko yang ada, dan mau mempertahankan aktivitas
fisik serta intervensi tambahan berupa diet sehat dengan perilaku yang sesuai.
2. Diet
Dibawah usia 2 tahun tidak dianjurkan diet, akan tetapi pada anak dengan usia di atas 2
tahun dengan adanya komplikasi penurunan berat badan secara berkala
direkomendasikan. Terdapat berbagai pendapat mengenai cara dan batasan restriksi kalori
pada anak dengan obesitas. Penurunan berat badan pada 20 % anak dengan obesitas dapat
dicapai dengan hanya melakukan restriksi beberapa makanan tertentu seperti soda, jus
dan kelebihan susu dari dietnya. Peran keluraga sangat besar dalam merubah pola makan
yang sehat, sebaiknya makanan dengan kalori yang tinggi dihindarkan seperti es krim,
makanan gorengan, chips, dan lain-lain bahkan dengan hanya mengurangi asupan
makanan sebanyak 100 kkal perhari dapat mengurangi sekitar 5 kg pertahunnya.
3. Aktivitas Fisik
Anak-anak maupun orang dewasa seharusnya mempunyai aktivitas yang cukup untuk
mempertahankan berat badan idealnya. Bagi pre adolesen dan remaja kegiatan seperti
kelas aerobik, sepeda statis serta treadmils sering merupakan kegiatan yang
membosankan sehingga sulit untuk diikuti secara teratur, akibatnya kegiatan seperti ini
tidak dapat diharapkan keberhasilannya dalam menurunkan berat badan. Untuk itu,
beberapa cara lain dapat dipakai untuk meningkatkan aktivitas, yang paling sederhana
adalah mengurangi kegiatan diam seperti menonton TV. American Academy of Pediatrics
menganjurkan untuk menonton TV hanya 1-2 jam per hari. Dengan menghindari
menonton televisi, bermain video games dan komputer akan meningkatkan kegiatan yang
banyak geraknya. Peningkatan aktivitas berikutnya adalah dengan mengikuti aktivitas
berkelompok dengan pelatih, hal ini walau mulanya sulit tetaapi bisa menjadi kegiatan
yang menyenangkan untuk anak. Kegiatan olahraga seperti berenang, beladiri, basker
dapat dianjurkaan selama hal ini tidak dipaksakan. Motivasi dalam keluarga sangat
berpengaruh bagi anak untuk mengikuti aktivitas fisik ini. Penelitian memperlihatkan
bahwa penurunan berat badan akan lebih mudah dicapai bila dikombinasikan dengaan
olahraga dibandingkan dengan diet saja.
4. Perubahan Sikap/Behavioural Therapy
Behavioural therapy sangat penting dalam keberhasilan terapi obesitas walaupun
sangat menyita waktu. Modifikasi perubahan sikap secara signifikan meningkatkan
keberhasilan terapi obesitas baik jangka pendek maupun jangka panjang. Modifikasi
perubahan sikap ini tidak hanya menyangkut asupan makanan dan peningkatan aktivitas
fisik saja, melainkan meliputi hal-hal yang luas seperti self monitoring, pendidikan
nutrisi, control stimulus, kebiasaan makan, aktivitas fisik dan perubahan sikap.
Dengan self monitoring, diharapkan anak bersama orang tua mencatat asupan
makanan serta aktifitas fisiknya, walaupun biasanya laporan ini tidak akurat tetapi hal ini
bisa meningkatkan kesadaran anak akan jenis makanan yang dikonsumsi, kapan,
mengapa dan dimana makan dilakukan serta mengetahui kalau kita makan berlebihan.
Pendidikan nutrisi pada anak dan orang tua perlu diberikan termasuk piramida
makanan serta pengertian tentang makanan sehat. Kontrol stimulus dimaksudkan untuk
tidak membiasakan makan sambil menonton TV, tidak makan di dapur, mengontrol tipe
serta jumlah makanan yang dimakan. Kebiasaan makan juga dapat dimodifikasi dengaan
hanya mengaambil separuh porsi makanan, makan dengan pelan-pelan dan menyisakan
sedikit makanan di piring. Mengurangi menonton TV, main video games termasuk
komputer adalah sala satu tujuan awal. Kadang-kadang diperlukan reward atau pujian
untuk keberhasilan dalam program penurunann berat badan.
5. Farmakoterapi
Penggunaan obat-obatan pada anak berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi
menjadi tiga kelompok yakni :
a) Obat-obatan yang mempengaruhi asupan makanan dengan menekan nafsu makan,
merangsang termogenesis pada jaringan adiposa dan meningkatkan pengeluaran
energi. Contohnya adalah sibutramin (untuk anak usia > 16 tahun). Penggunaan
sibutramin ini perlu pemantauan ketat karena dapat menyebabkan hipertensi. Obat
ini hanya sebagai pelengkap, program diet dan aktivitas fisik harus tetap
dijalankan.
b) Obat-obatan yang mempengaruhi penyimpanan energi dengan menghambat
absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, ocreotide, dan metformin. Orlistat
(untuk anak > 12 tahun) menghambat lipase pankreas sehingga meningkatkan
pengeluaran trigliserida pada feses. Obat ini mengurangi berat badan, kolestrol
total, LDL, serta mengurangi resiko diabetes tipe II. Metformin meningkatkan
peningkatan reseptor insulin tetapi memiliki variasi efek pada sensitifitas insulin
perifer.
c) Obat-obatan yang meningkatkan penggunaan energi.
Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak,
karena efek jangka panjaang yang masih belum jelas.