16
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain. Struktur jembatan tersusun atas elemen bangunan atas, bangunan bawah dan bangunan pelengkap jembatan. Struktur atas jembatan (superstuctures) merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui fungsi dari bagian-bagian bangunan atas jembatan. 1.3 Batasan Masalah Makalah ini dibatasi dengan pembahasan mengenai struktur elemen bagian atas jembatan. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang penulis ambil adalah apa saja komponen yang terdapat pada bangunan atas jembatan beserta fungsi dan letaknya pada jembatan.

TBJ

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SIP JEMBATAN

Citation preview

Page 1: TBJ

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi

untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-

rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan

kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain. Struktur jembatan

tersusun atas elemen bangunan atas, bangunan bawah dan bangunan pelengkap

jembatan. Struktur atas jembatan (superstuctures) merupakan bagian yang menerima

beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban

lalu lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui fungsi dari bagian-

bagian bangunan atas jembatan.

1.3 Batasan Masalah

Makalah ini dibatasi dengan pembahasan mengenai struktur elemen bagian

atas jembatan.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis ambil adalah apa saja komponen yang

terdapat pada bangunan atas jembatan beserta fungsi dan letaknya pada jembatan.

Page 2: TBJ

II. PEMBAHASAN

2.1 Umum

Struktur atas jembatan (superstuctures) merupakan bangunan yang berfungsi

sebagai penampung beban-beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan

maupun orang dan kemudian menyalurkannya kepada bangunan bawah. Struktur atas

jembatan umumnya meliputi trotoar, slab lantai kendaraan, gelagar (grider), balok

diafragma, ikatan pengaku ( ikatan angin, ikatan melintang ), tumpuan.

2.2 Trotoar

Trotoar merupakan bagian layanan jembatan yang digunakan untuk sarana

pejalan kaki, yang berada dibagian pinggir kiri dan kanan lantai kendaraan.

Ketinggian permukaan lantai trotoar dibuat lebih tinggi daripada ketinggian

permukaan lapisan aus lantai kendaraan. Trotoar dilengkapi dengan beberapa

komponen, yaitu sandaran dan tiang sandaran, peninggian trotoar (kerb) dan slab

lantai trotoar, seperti pada Gambar 2.1.

Menurut PPPJJR ’ 87 Bab III Pasal 1 (2) 2.5 Beban pada trotoar, kerb, dan sa

ndaran adalah:

a. Konstruksi trotoar harus diperhitungkan terhadap beban hidup sebesar 500

kg/m2

b. Kerb yang terdapat pada tepi-tepi lantai kendaraan harus diperhitungkan untuk dapat

menahan satu beban horisontal ke arah melintang jembatan sebesar 500

kg/m1 yangbekerja pada puncak kerb atau pada tinggi 25 cm di atas permukaan lantai

kendaraanapabila tinggi kerb yang bersangkutan lebih tinggi dari 25 cm.

c. Tiang-tiang sandaran pada setiap tepi trotoar harus diperhitungkan untuk

dapatmenahan beban horisontal sebesar 100 kg/m1 yang bekerja pada tinggi

90 cm di atas trotoar.

Sandaran dan tiang sandaran

Tiang sandaran dilengkapi dengan pipa sandaran merupakan bagian dari

struktur jembatan yang dipasang dibagian tepi luar lantai trotoar sepanjang bentang

jembatan berfungsi sebagai pengaman untuk pejalan kaki yang lewat di atas trotoar,

dan merupakan konstruksi pelindung bila terjadi kecelakaan lalu-lintas.

Peninggian trotoar (kerb)

Merupakan penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan pada

jembatan, untuk mencegah keluarnya kendaraan dari tepi jalan dan memberikan

ketegasan tepi jalan pada jembatan.

2

Page 3: TBJ

Gambar 2.1. Komponen Trotoar

Gambar 2.2 Kerb dan median atau separator pada jembatan

3

Page 4: TBJ

2.3 Slab lantai kendaraan

Slab lantai kendaraan adalah jalur lalu-lintas dan bagian-bagian pemikul

yang meneruskan beban pada konstruksi utama. Bagian ini berfungsi sebagai

penahan lapisan perkerasan yang menahan langsung beban lalu lintas yang melewati

jembatan, yang dalam perencanaan diperhitungkan terhadap beban hidup/muatan “T”

dari tekanan gandar roda kendaraan dan berat konstruksi yang dipikulnya (termasuk

berat sendiri lantai). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Komponen ini menahan

suatu beban yang langsung dan ditransferkan secara merata keseluruh lantai

kendaraan. Lantai kendaraan adalah komponen yang selalu ada pada setiap jembatan

yang memiliki daya redam tinggi (misalnya jembatan kereta api). Bentang normal

(LK) dari lantai kendaraan 0,8 m – 1,2 m. Jika lebih dari 1,2 maka dibutuhkan

gelagar.

Gambar 2.3 Slab lantai kendaraan

2.4 Gelagar Induk (girder)

Merupakan bagian konstruksi jembatan yang berfungsi memikul lantai

kendaraan yang kemudian meneruskan beban-beban tersebut ke bagian konstruksi di

bawahnya. Tipikal balok girder berbagai bentuk, khusus untuk konstruksi jembatan

umumnya yang banyak berbentuk I, bentuk Box (bentuk trapesium terbalik).

Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya memanjang arah jembatan atau

tegak lurus arah aliran sungai. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut. Jarak

normal gelagar memanjang 1 m – 1,5 m.

4

Page 5: TBJ

Gambar 2.4. Gelagar Induk

2.5 Balok diafragma

Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya melintang arah jembatan

yang mengikat balok-balok gelagar induk. Sering disebut juga gelagar melintang.

Komponen ini juga mengikat beberapa balok gelagar induk agar menjadi suatu

kesatuan supaya tidak terjadi pergeseran antar gelagar induk. Seperti ditunjukkan

pada Gambar 2.5 berikut. Jarak normal balok diafragma adalah 3 m – 3,5 m.

Gambar 2.5. Gelagar melintang atau diafragma

2.6 Ikatan Pengaku

Jembatan merupakan struktur ruang yang menerima atau memikul beban-

beban vertikal yang diteruskan ke pondasi, dan menahan gaya lateral dan

longitudinal yang disebabkan oleh angin, gaya rem dll. Untuk mendapatkan

kekakuan dalam arah melintang dan menjaga timbulnya torsi, maka diperlukan

ikatan-ikatan (bracings). Meskipun jembatan dan keseluruhannya merupakan

struktur ruang, tetapi dalam perhitungannya setiap komponen dihitung sendiri-sendiri

sebagai suatu komponen yang linier dan sebidang.

5

Page 6: TBJ

Ikatan pengaku adalah ikatan yang berfungsi menahan gaya sekunder dalam

arah horizontal. Ikatan pengaku memiliki tiga komponen ikatan, yaitu ikatan angin,

ikatan rem dan ikatan tumbukan (melintang).

2.6.1 Ikatan Angin

Ikatan angin adalah ikatan yang terletak di antara dua gelagar induk. Terdapat

ikatan angin atas dan ikatan angin bawah. Jika hanya digunakan satu ikatan angin

maka dipasang dekat lantai kendaraan. Seperti pada gambar 2.6

Gambar 2.6 (a) Jembatan Lantai Kendaraan di bawah dengan satu ikatan angin

Gambar 2.6 (b) Jembatan Lantai Kendaraan di bawah dengan dua ikatan angin

Gambar 2.6 (c) Jembatan Lantai Kendaraan di atas dengan satu ikatan angin

6

Ikatan Angin Bawah

Ikatan Angin Atas

Ikatan Angin Bawah

Ikatan Angin Atas

Page 7: TBJ

Gambar 2.6 (d) Jembatan Lantai Kendaraan di atas dengan dua ikatan angin

Gambar 2.6 (e) Jembatan Lantai Kendaraan di atas dengan ikatan melintang

Gambar 2.6 (f) Ikatan Angin Atas

7

Ikatan Angin Bawah

Ikatan Angin Atas

Page 8: TBJ

Gambar 2.6 (g) Ikatan Angin Bawah

2.6.2 Ikatan Rem

Ikatan rem adalah ikatan diantara dua gelagar melintang yang memikul gaya

rem atau reaksi lalu lintas dalam arah horizontal tegak lurus gelagar melintang dan

dipasang di kedua ujung atau tengah jembatan sepanjang gelagar memanjang tidak

terputus seperti Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Denah jembatan dengan ikatan rem

2.6.3 Ikatan Tumbukan / Ikatan Melintang

Ikatan tumbukan adalah ikatan yang diletakkan di antara kedua gelagar

memanjang yang menumpu rel kereta api dan berfungsi menahan benturan horizontal

oleh roda kereta api.

Gambar 2.8 Denah jembatan dengan ikatan tumbukan

2.7 Tumpuan

Tumpuan merupakan komponen perletakan (bearing) yang berfungsi

mengatur penyebaran beban bagian atas jembatan ke pondasi dan mengatur

deformasi tumpuan jembatan yang dibuat sesuai dengan model perencanaan.

8

Page 9: TBJ

Tumpuan juga merupakan komponen jembatan yang digunakan sebagai bagian

struktur yang diletakkan di atas abutmen dan pier head sebagai landasan gelagar

induk. Bahan yang sering digunakan sebagai tumpuan ini adalah besi cor (berupa roll

dan engsel), dan lempengan super rubber elastic yang dilapisi pelat baja (bearing

pad) seperti telihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Detail Tumpuan Jembatan

Jenis beban yang terdapat pada tumpuan adalah berat sendiri dan beban

hidup, gaya rem atau traksi, gaya angin, tumbukan, gaya sentripugal, gempa, dan

deformasi. Ada 4 (empat) jenis perletakan jembatan (bearing), antara lain :

a. perletakan/tumpuan berupa sendi dan roll (gelinding)

Jenis tumpuan ini merupakan tumpuan yang paling umum digunakan pada

jembatan-jembatan lama yang ada di Indonesia. Jika tumpuan struktur tersebut

(bentuknya boleh apa saja) pada saat dibebani tidak mengalami translasi tapi hanya

berotasi saja, maka dalam permodelan struktur dapat dianggap sebagai sendi, jika

hanya ditahan terhadap translasi vertikal yang lain bebas maka dapat dianggap rol

(Gambar 2.10). Jika bisa berdeformasi terbatas pada suatu nilai tertentu (baik

translasi atau rotasi) maka bisa disebut tumpuan elastis.

9

Page 10: TBJ

Gambar 2.10 tumpuan berupa sendi dan roll (gelinding)

b. Tumpuan garis atau tumpuan tetap.

c. Tumpuan elastomer

Tumpuan ini dapat mengikuti perpindahan tempat ke arah vertikal dan

horizontal serta rotasi atau kombinasi gerakan-gerakan bangunan atas jembatan.

Untuk elastomer karena bisa berotasi (ditentukan oleh ketebalan) dan juga bisa

bertranlasi horizontal (terbatas yang juga ditentukan oleh ketebalan) maka fungsinya

untuk pembebanan vertikal pada suatu girder jembatan bisa seperti tumpuan sendi-

rol, meskipun jika ada gaya lateral yang besar (misal gempa) perlu dipasang

elastomer lain pada posisi melintang (tegak lurus elastomer yang pertama). Lihat

Gambar 2.11 di bawah ini, untuk contoh elastomer untuk tumpuan sendi jembatan

pada Gambar 2.12 di kali Krasak, Jawa Tengah.

10

Page 11: TBJ

Gambar 2.11 Sendi dengan elastomer

Gambar 2.12 Contoh sendi dengan elastomer di kali Krasak, Jawa Tengah

Walaupun sifat elastomer ‘utama’ ini tidak mutlak berperilaku sebagai ’sendi’

atau ‘roll’ murni, tapi dalam aktual fisik di lapangan, jembatan yang menggunakan

tipe tumpuan seperti ini berperilaku layaknya bertumpuan sendi-roll murni dalam

pemodelan (komputer). Memang ada banyak ‘tambahan’ komponen selain tumpuan

utama untuk mencapai keadaan tersebut dan perilakunya menyerupai mekanika

sendi-roll.

Set lengkap tumpuan elastomeric untuk jembatan antara lain sbb :

1) Elastomeric bearing utama (menahan displacement vertikal; sedikit

displacement horisontal dan kemampuan rotasi-sesuai desain)

2) Lateral stopper (menahan displacement horisontal berlebih & mengunci

posisi lateral jembatan)

3) Seismic buffer (menahan displacement horisontal berlebih arah memanjang

jembatan)

11

Page 12: TBJ

4) Anchor bolt (menahan uplift yang mungkin terjadi pada salah satu tumpuan

pada saat gempa)

Bahan elastomeric bearing sendiri terbuat dari karet yang biasanya sudah

dicampur dengan neoprene (aditif yang memperbaiki sifat karet alam murni) dan

didalamnya diselipkan berlapis2 pelat baja dengan ketebalan dan jarak tertentu untuk

memperkuat sifat tegarnya. Biasanya tumpuan karet tersebut dipasang setelah

pengecoran slab beton untuk lantai selesai (setelah beton kering), guna menghindari

translasi dan rotasi awal yang timbul akibat deformasi struktur jembatan oleh beban

mati tambahan. Karena sifat karet yang lebih rentan terhadap panas dan fluktuasi

cuaca, biasanya dalam kurun waktu tertentu tumpuan2 ini dicek oleh pemilik dan bila

perlu di replace dengan unit yang baru.

d. Tumpuan pelat, digunakan untuk jembatan bentang-bentang pendek, tumpuan

dapat diberikan berupa pelat-pelat baja rata/lonjong, pelat timah atau keras.

2.8 Sarana Pelengkap dan Pendukung

Sarana pelengkap dan pendukung berguna untuk menunjang bangunan pokok

agar dapat berfungsi dengan baik, antara lain sandaran (railling), saluran

pembuangan (drainase) dan lampu jembatan.

2.8.1 Sandaran (Railling )

Railling jembatan berfungsi sebagai pagar pengaman bagi para pengguna

jasa jalan, selain itu juga berfungsi sebagai nilai estetika.

2.8.2 Saluran Pembuang (Drainase )

Saluran ini berfungsi untuk mengalirkan air dari perkerasan ke luar jembatan.

2.8.3 Lampu Jembatan

Gunanya untuk menerangi jalan bagi kendaraan dan orang yang

melewatinya.

III. PENUTUP

12

Page 13: TBJ

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang penulis dapat ambil dalam makalah ini yaitu:

a. Struktur atas jembatan (superstuctures) merupakan bagian yang menerima

beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban

lalu lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.

b. Struktur atas jembatan umumnya meliputi trotoar, slab lantai kendaraan,

gelagar (grider), balok diafragma, ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),

tumpuan.

c. Trotoar dilengkapi dengan beberapa komponen, yaitu sandaran dan tiang

sandaran, peninggian trotoar (kerb) dan slab lantai trotoar.

d. Ikatan pengaku adalah ikatan yang berfungsi menahan gaya sekunder dalam

arah horizontal dan memiliki tiga komponen ikatan, yaitu ikatan angin, ikatan rem

dan ikatan tumbukan (melintang).

e. Tumpuan (bearing) merupakan komponen jembatan yang digunakan sebagai

bagian struktur yang diletakkan di atas abutmen dan pier head sebagai landasan

gelagar induk.

13