28

Click here to load reader

Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

Referat

TEMUAN OTOPSIPADA ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

Oleh :

Della Putri YuwinandaFadhlina Muharmi Harahap

Mellia Fitrina

Pembimbing :DR. dr. Dedi Afandi, Sp.F DFM

KEPANITERAAN KLINIK SENIORBAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGALFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAURSUD ARIFIN ACHMAD – RS BHAYANGKARA

PEKANBARU2011

Page 2: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

penulis kesempatan sehingga dapat menyelesaikan referat yang berjudul ‘Temuan

otopsi pada abortus provokatus kriminalis’ ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada DR. dr. Dedi Afandi, Sp. F, DFM

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan referat ini.

Penulis telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan referat ini,

namun kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga referat

ini bermanfaat untuk kita semua.

Pekanbaru, Mei 2011

Penulis

Page 3: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus abortus (keguguran) dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di

negara yang sudah maju maupun negara yang sedang berkembang. Abortus adalah

keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas dimana masa gestasi belum mencapai

usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 g. Secara hukum abortus adalah

tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran

tanpa melihat usia kandungannya. Abortus dapat terjadi secara alami

(spontaneus), dapat pula terjadi karena dibuat /disengaja (abortus provocatus).

Abortus provokatus kriminalis yaitu abortus yang dilakukan tanpa indikasi

medis. Abortus provokatus dibagi menjadi dua yaitu provokatus medisinalis

(terapeutik) dan abortus provokatus kriminalis. Secara statistik 40 % dari semua

kasus abortus merupakan abortus provokatus kriminalis.

Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi

pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan

proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan` interpretasi atau penemuan-

penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan

sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.

Otopsi pada abortus provokatus kriminalis bertujuan untuk mencari bukti dan

tanda kehamilan, mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan

kriminal dengan obat-obatan atau instrumen dan menentukan kaitan antara sebab

kematian dengan abortus.

Dokter dapat diminta bantuannya oleh polisi selaku penyidik untuk

memeriksa kasus abortus provokatus tersebut. Dengan demikian seorang dokter

sangat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai tentang aspek

pengetahuan forensik dari suatu abortus pada umumnya dan abortus provocatus

kriminalis pada khususnya.

Page 4: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas mengenai temuan otopsi pada wanita yang

mengalami abortus provokatus kriminalis.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai temuan otopsi

pada abortus provokatus kriminalis.

2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran

khususnya di Bagian Forensik dan Medikolegal.

3. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik

Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk membuka wacana

agar diadakan penelitian terkait otopsi pada abortus provokatus

kriminalis.

2. Bagi penulis

Menambah pengetahuan mengenai forensik dan medikolegal

khususnya mengenai otopsi pada abortus provokatus kriminalis dan

meningkatkan keterampilan dalam menulis tulisan ilmiah.

Page 5: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus

2.1.1 Definisi Abortus

Definisi abortus secara umum adalah menggugurkan kandungan.

Berdasarkan ilmu kedokteran, abortus adalah keadaan terputusnya suatu

kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum

sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya 400 – 1000 g, atau usia kehamilan

kurang dari 28 minggu.1

Pengertian abortus menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian

abortus menurut ilmu kedokteran. Abortus menurut hukum adalah pengguguran

kandungan atau tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum

waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan,

apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati. Yang

dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan,

kandungan tersebut masih hidup.2

2.1.2 Klasifikasi abortus

Abortus di dalam ilmu kedokteran terbagi menjadi :1

1. Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului

faktor – faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan

oleh faktor-faktor alamiah.

2. Abortus Provokatus (Induced Abortion)

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan

memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus provokatus ini terbagi

lagi menjadi :

Page 6: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

a. Abortus Provokatus Medisinalis (Abortus Provocatus

Therapeutica)

Abortus provokatus medisinalis adalah abortus yang

dilakukan dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim

dokter ahli.

b. Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang terjadi

karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak

berdasarkan indikasi medis.

Berdasarkan uraian di atas, hanya abortus provokatus kriminalis yang

termasuk ke dalam lingkup pengguguran kandungan menurut hukum.2

2.1.3 Jenis - Jenis Tindakan Abortus Provokatus Kriminalis

1. Kekerasan mekanik lokal

Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan

dari luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain,

seperti melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh,

pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung

pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan

sebagainya.2

Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi

vagina atau uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya

dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio; aplikasi

asam arsenik, kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur;

pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks; atau

manipulasi serviks dengan jari tangan. Manipulasi uterus, dengan

Page 7: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke

dalam uterus. Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan

memasukkan alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui

serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan

dengan menggunakan Higginson tipe syringe, sedangkan cairannya

adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air panas.

Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara.2

2. Obat / zat tertentu

Pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang

mengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang saluran

cerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi

uterus dan hormon wanita yang merangsang kontraksi uterus

melalui hiperemi mukosa uterus. Hasil yang dicapai sangat

bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dan

keadaan kandungannya (usia gestasi).2

Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu

peluntur, nenas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-

lain. Ada juga yang agak beracun seperti garam logam berat,

laksans dan lain-lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin,

prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain-lain. Kombinasi

kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata

sangat efektif. Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika

(aminopterin) sebagai abortivum.2

2.1.4 Komplikasi Abortus Provokatus Kriminalis

Penggunaan obat-obatan abortus sebenarnya tidak ada yang efektif

tanpa menimbulkan gangguan pada si ibu. Cara yang efektif dan adalah

dengan melakukan manipulasi mekanik oleh tangan yang terampil.

Beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah :3

Page 8: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan

tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul

segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.

b. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau neurogenik. Komplikasi

ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak.

c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam

uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan

juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat yang

sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.

d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang

dilakukan tanpa anastesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah dan

panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan

secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

e. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik

lokal seperti KMnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat

dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula

obat-obatan seperti kina tau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb,

pemeriksaan histologik dan toksikologik sangat diperlukan untuk

menegakkan diagnosis.

f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan

tetapi memerlukan waktu

g. Lain-lain, seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan

menggunakan pengaliran listrik lokal

2.2 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama

itu belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus.

Peraturan mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah

ada larangan untuk melakukan abortus. Sejak itu maka undang-undang mengenai

abortus terus mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini di

mana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di

Page 9: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

berbagai negara di dunia terhadap tindakan abortus. Hukum abortus di berbagai

negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda.

Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan

penderita (ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di

Kanada, Muangthai dan Swiss.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosio-medik, seperti di

Eslandia, Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti di

Jepang, Polandia, dan Yugoslavia.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa

memperhatikan indikasi-indikasi lainnya (Abortion on request atau

Abortion on demand), seperti di Bulgaris, Hongaria, dan Singapura.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (aborsi

boleh dilakukan bila fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius)

misalnya di India

Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi humanitarian (misalnya

bila hamil akibat perkosaan) seperti di Jepang

Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum abortus pada

umumnya mengemukakan salah satu alasan/tujuan seperti yang tersebut di bawah

ini:

Untuk memberikan perlindungan hukum pada para medisi yang melakukan

abortus atas indikasi medik

Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus provokatus kriminalis

Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk

Page 10: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri nasib

kandungannnya

Untuk memenuhi desakan masyarakat.

Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara,

maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan

tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal

seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan

Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya

menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk

menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.

Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam

Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum.

Pasal 7d : Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban

melindungi hidup makhluk insani.

Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran,

maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari

panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran

(MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota

dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah

pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak.

Abortus abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu :

1. Abortus Provokatus Medisinalis (Abortus Provocatus Therapeutica)

Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Page 11: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

Pasal 15

1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa

ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis

tertentu.

2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

hanya dapat dilakukan:

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya

tindakan tersebut

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan

tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim

ahli

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau

suami atau keluarganya

d. Pada sarana kesehatan tertentu

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.

Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai

berikut: Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran

kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan

dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma

kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk

Page 12: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil

tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu

kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis

tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya

terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat

melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki

keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli

kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang

bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat

memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau

keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana

kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk

tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam

Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan

antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu

hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan

wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.

2. Abortus Buatan Ilegal (Abortus Provocatus Criminalis)

Disebut abortus provocatus criminalis karena di dalamnya

mengandung unsur kriminal atau kejahatan.

Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab Undang-

undang Hukum Pidana (KUHP) :

PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau

menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa

karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu

rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau

menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia

seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika

Page 13: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian,

maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun.

PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara

paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita

tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut

mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama

tujuh tahun.

PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan

kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan

salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana

yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut

hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana

untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa

diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan

tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan

yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut

diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan

abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang

yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu

hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15

Page 14: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

tahun 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun

penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika

yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter,

bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah

sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak

terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus

atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya

dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan

yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP,

abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu

terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima

belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah)

Secara rinci KUHP mengancam pelaku – pelaku sebagai berikut :

- Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya atau menyuruh orang

lain melakukannya (KUHP ps 346, hukuman maksimum 4 th)

- Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seizinnya

(KUHP ps 347, hukuman maksimum 12 tahun; dan bila wanita tersebut

meninggal, hukuman maksimum 15 tahun)

- Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan seizin wanita

tersebut (KUHP ps 348, hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan; dan bila

wanita tersebut meninggal, maksimum 7 tahun)

- Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas (KUHP ps

349, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan pencabutan hak

pekerjaannya)

Page 15: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

- Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada

anak di bawah usia 17 tahun/di bawah umur (KUHP ps 283, hukuman

maksimum 9 bulan)

- Barangsiapa menganjurkan/merawat/memberi obat kepada seorang wanita

dengan memberi harapan agar gugur kandungannya (KUHP ps 299,

hukuman maksimum 4 tahun)

- Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka alat/cara menggurkan

kandungan (KUHP ps 535) hukuman maksimum 3 bulan.

2.3 Pemeriksaan Korban Abortus Provokatus Kriminalis

2.3.1. Pemeriksaan pada Korban Hidup

Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya

perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya.

Perlu pula dibukti adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda

kekerasan pada genitalia interna/eksterna, daerah perut bagian bawah.

Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat

yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap

hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD – kematian janin

di dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.

Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak

meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka

komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan

tanda-tanda abortus kriminal.

Lagipula selalu terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri

oleh wanita yang bersangkutan.

2.3.2 Pemeriksaan pada Korban Mati

Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara

melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.

Pada korban yang melakukan abortus dengan obat-obatan dilakukan

pemeriksaan toksikologik untuk mendeteksi obat yang dipergunakan. Obat yang

biasa ditemukan umumnya obat yang bersifat mengiritasi saluran pencernaan.

Page 16: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus yang dilakukan dengan instrumen dapat diketahui bila terjadi

robekan atau perforasi dari rahim atau jalan lahir. Robekan umumnya terjadi pada

dinding lateral uterus sedangkan perforasi biasanya terdapat padaa bagian

posterior forniks vagina.

Abortus dengan penyemprotan diketahui dengan tampaknya cairan yang

berbusa diantara dinding uterus dengan fetal membran separasi sebagian plasenta

dapat dijumpai. Gelembung-gelembung udara dapat dilihat dan ditelusuri pada

pembuluh vena mulai dari rahim sampai ke bilik jantung kanan. Pengukuran

kandungan fibrinolisis dalam darah dapat berguna untuk mengetahui korban mati

secara mendadak.

Pada pemeriksaan jenazah, Teare (1964) menganjurkan pembukaan

abdomen sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus

kriminalis sebagai penyebab kematian korban.2

Pemeriksaan korban :

Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan

Identifikasi umum

1. Tinggi badan, berat badan, umur

2. Pakaian, cari tanda-tanda kontak dengan suatu cairan, terutama pada

pakaian dalam.

Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam jenazah.

Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian adanya kehamilan.

Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan pada arteri

coronaria, ventrikel kanan, arteri pulmonalis, arteri dan vena dipermukaan

otak dan vena-vena pelvis.

Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi.

Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk menghindari jejas

kekerasan yang biasanya terjadi pada dinding posterior misalnya pada

perforasi uterus. Cara pemeriksaannya yaitu uterus direndam dalam

larutan formalin 10% selama 24 jam, kemudian direndam dalam alkohol

95% selama 24 jam, iris tipis untuk melihat saluran perforasi.

Periksa juga tanda-tanda kekerasan pada serviks (abrasi, laserasi).

Page 17: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

Periksa alat-alat genitalia interna apakah pucat, mengalami kongeti atau

adanya memar.

Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan

tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha

penghentian kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan

tanda intavitalitas.

Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi.

Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis :

o isi vagina

o isi uterus

o darah dari vena cava inferior dan kedua ventrikel

o urine

o isi lambung

o rambut pubis

Page 18: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Abortus provokatus medisinalis adalah abortus yang dilakukan dengan

alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu

(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan

dua sampai tiga tim dokter ahli.

2. Seorang dokter sangat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan

yang memadai tentang aspek pengetahuan forensik dari suatu abortus

pada umumnya dan abortus provocatus kriminalis pada khususnya.

3.2 Saran

Page 19: Temuan Otopsi pada Abortus Provokatus Kriminalis

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : EGC. 1998. p 209

2. Budiyanto A, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara. Jakarta: 1997

4. Amir A. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran USU. Medan: 2005