265
SUKSES MENGAWAL KURIKULUM 2013 DI SD (Teori dan Aplikasi) Faisal, M.Pd.

Teori dan Aplikasi · 2018. 9. 17. · tentang konsep kurikulum 2013 dan proses pembelajaran dalam kurikulum 2013, hingga penilaian dalam Kurikulum 2013. Oleh sebab itu, perlu diberikan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • SUKSES MENGAWAL KURIKULUM 2013

    DI SD(Teori dan Aplikasi)

    Faisal, M.Pd.

  • b

    Lingkup Hak Cipta

    Pasal 2

    1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pengarang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.

    Ketentuan Pidana

    Pasal 27

    1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing- masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah); atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

    2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

  • b

    SUKSES MENGAWAL KURIKULUM 2013

    DI SD(Teori dan Aplikasi)

    Faisal, M.Pd.

  • SUKSES MENGAWAL KURIKULUM 2013 DI SD(Teori dan Aplikasi)

    Faisal, M.Pd.

    Editor : Rohmadi Susanto, S.SDesain Cover : Diandracreative DesignPenata Letak : Diandracreative Design

    Diterbitkan oleh:Diandra Creative(Kelompok Penerbit Diandra)Anggota IKAPIJl. Kenanga 164, Sambilegibaru, Maguwoharjo, Depok Sleman, Yogyakarta 55282.Telp 0274. 4332233, Fax. 0274.485222, Hp. 085728253141Email: [email protected] Website: www.diandracreative.com

    Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD (Teori dan Aplikasi)Faisal, M.Pd.Cetakan Pertama, Desember 2014Yogyakarta, Diandra Creative, 2014xii + 253; 14,5 x 20,5 cmISBN: 978-602-336-004-8

    Hak Cipta dilindungi Undang-undangAll right reserved

  • v

    KATA PENGANTAR

    Bacaan, bukan untuk ditentang dan disanggah, bukan untuk diyakini dan diterima, bukan untuk mencari bahan pembicaraan

    dan perdebatan, tetapi untuk diukur dan dipertimbangkan (Francis Bacon)

    Syukur Alhamdulillahirabbil‘alamin buku ini telah diselesaikan dengan lancar. Munculnya tulisan ini diawali dan dilatarbelakangi oleh kegiatan penulis dalam pelatihan implementasi Kurikulum 2013 di SD. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis terhadap kendala yang ditemui guru di lapangan ditemukan bahwa minimnya berbagai sumber dan contoh pembelajaran yang berorientasi pada Kurikulum 2013. Hal ini ditandai masih banyaknya para guru yang masih bingung tentang konsep kurikulum 2013 dan proses pembelajaran dalam kurikulum 2013, hingga penilaian dalam Kurikulum 2013. Oleh sebab itu, perlu diberikan contoh panduan aplikatif bagi guru di lapangan sehingga dapat menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 dengan optimal di SD. Buku ini diharapkan

  • vi

    dapat memberikan sumbangsih pemikiran tentang bagaimana cara mengimplementasikan Kurikulum di SD.

    Tulisan ini lebih banyak menyoroti berbagai bentuk pelaksanaan proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dan termasuk di dalamnya penilaian. Oleh sebab itu, diberikan berbagai konsep dan contoh secara langsung agar dapat dipahami secara aplikatif. Berbagai pokok bahasan yang ditampilkan dirujuk dari berbagai sumber yang mendukung sehingga suatu konsep yang dipaparkan tidak hanya berasal dari satu sumber saja melainkan dari berbagai sumber yang bervariasi. Khusus pada pokok bahasan pendekatan saintifik dan penilaian, banyak diadopsi dari buku panduan pelatihan Kurikulum 2013 bagi guru SD. Hal ini dimaksudkan agar sejalan dengan program yang dicanangkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai upaya pemantapan implementasi kurikulum 2013 di SD.

    Penulisan buku ini tercipta melalui proses yang cukup panjang. Penulisannya dilakukan secara sistematis dan terstruktur dengan baik. Tulisan ini lahir bukan murni sebagai hasil jerih payah penulis sendiri melainkan adanya bantuan dari pihak lain. Berbagai pihak telah banyak memberikan dukungan dan bantuan, baik berupa saran, masukan, koreksi, dorongan, arahan, maupun bantuan dalam bentuk lain. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

    Semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat, khususnya dalam turut serta mengawal implementasi Kurikulum 2013 di SD. Dengan demikian, diharapkan para guru dapat membina siswa dalam menyiapkan generasi emas

  • vii

    Indonesia di tahun 2014. Berbagai saran dan kritik sangat diharapkan agar sempurnanya buku ini di masa yang akan datang.

    Padang, Desember 2014Penulis,

    Faisal, M.Pd.

  • v

  • ix

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................... vDAFTAR ISI ................................................................................. ix

    BAB I SEPINTAS TENTANG KURIKULUM 2013 ... 1A. Pengertian Kurikulum .................................. 1B. Rasional Perubahan Kurikulum 2013......... 2C. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 .......... 12D. Pembelajaran Langsung dan Tidak

    Langsung dalam Kurikulum 2013 .............. 16E. Struktur Kurikulum SD/MI ......................... 20

    BAB II KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN SISWA SD ............................................................. 23A. Karakteristik Siswa SD ................................. 23B. Perkembangan dan Masalah Siswa SD ...... 27C. Tugas Perkembangan Siswa SD .................. 28D. Perbedaan Individual dalam Proses

    Pembelajaran di SD ....................................... 31E. Perkembangan Jiwa dan Keagamaan

    Siswa SD .......................................................... 33F. Kesulitan Belajar ............................................ 35

  • x

    BAB III PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU ...... 39A. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu 39B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik

    Terpadu ........................................................... 40C. Pengaturan Jadwal Pembelajaran

    Tematik Terpadu ............................................ 41

    BAB IV PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 .............................................. 47A. Pengertian Pendekatan Saintifik ................. 48B. Ciri-ciri Pendekatan Saintifik ....................... 50C. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ..... 51D. Contoh Penerapan Pendekatan

    Saintifik dalam Pembelajaran ...................... 71E. Model Problem Based Learning (PBL) ........... 75F. Model Project Based Learning (PjBL) ............ 90G. Model Discovery Learning ............................ 101

    BAB V PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013 DI SD ............................................................. 113A. Pengertian RPP .............................................. 113B. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP .......... 114C. Proses Pengembangan RPP ......................... 116D. Komponen RPP .............................................. 120E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

    Sebelum Menerapkan RPP .......................... 122F. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat

    Menerapkan RPP (Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran) ................................ 123

    G. Contoh RPP dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik ..................................... 128

  • xi

    BAB VI PENILAIAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR ....................................... 143A. Pendahuluan .................................................. 143B. Prinsip Penilaian ............................................ 145C. Karakteristik Penilaian ................................. 147D. Jenis Penilaian ................................................ 151E. Teknik Penilaian di SD .................................. 154F. Ketuntasan Belajar ......................................... 190

    BAB VII MODEL PENILAIAN DI SD............................. 193A. Penilaian Aspek Sikap .................................. 193B. Penilaian Aspek Pengetahuan ..................... 202C. Penilaian Aspek Keterampilan .................... 217

    BAB VIII LAPORAN HASIL PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA SD ................................ 225A. Pengolahan Nilai Hasil Belajar .................... 225B. Panduan Pengisian Buku Rapor ................. 228C. Keterampilan .................................................. 239D. Ekstrakurikuler .............................................. 239E. Saran-saran ..................................................... 239

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 245TENTANG PENULIS ................................................................... 253

  • v

  • 1

    BAB ISEPINTAS TENTANG

    KURIKULUM 2013

    A. Pengertian Kurikulum

    Kurikulum sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana, dengan kurikulum yang fungsional. Menurut Beauchamp (1975), “A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for education of pupils during their enrollment in given school.” Dari penjelasan itu diperoleh bahwa kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan atau pengajaran dan pelaksanaan rencana dalam bentuk pengajaran. Lebih lanjut, Zais (1976) juga menjelaskan bahwa kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional, memberi pedoman, dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum (curriculum document or inert curriculum), sedangkan kegiatan yang berlangsung di kelas merupakan kurikulum fungsional (functioning, live or operative curriculum).

    Pengertian kurikulum dapat pula dikelompokkan ke dalam berbagai dimensi yang saling berhubungan satu sama lain. Hasan (2011) mengelompokkan pengertian kurikulum ke dalam empat dimensi, yaitu:

  • 2

    1. Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan. Maksudnya, bahwa kurikulum adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.

    2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis. Maksudnya, bahwa kurikulum merupakan rencana yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan proses pembelajaran.

    3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan/aktivitas. Maksudnya, kurikulum merupakan segala aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas.

    4. Kurikulum sebagai suatu hasil. Maksudnya, kurikulum harus memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

    Melihat banyaknya pandangan tentang pengertian kurikulum yang diungkapkan oleh para ahli di atas, pemerintah kemudian merumuskan pengertian kurikulum seperti yang tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, kurikulum hendaknya memuat rencana dan aturan tentang tujuan, isi, bahan pelajaran, serta cara yang akan digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

    B. Rasional Perubahan Kurikulum 2013

    Kurikulum merupakan suatu komponen yang dinamis dalam perkembangannya untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan

  • 3

    sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang (Samatowa, 2011:82). Siswa SD saat ini adalah calon-calon pemimpin dan pembimbing generasi yang akan datang. Baik buruknya generasi yang akan datang bergantung pada hasil pendidikan yang dilaksanakan sekarang. Jika siswa yang sekarang kita hadapi tidak kita didik dengan baik, sikapnya kurang dan kompetensinya juga kurang dapat diprediksi bahwa generasi yang akan datang akan lebih buruk daripada generasi saat ini. Sebaliknya, jika siswa-siswa yang sekarang kita didik dengan baik, sikapnya baik dan kompetensinya tinggi dapat diprediksi bahwa generasi yang akan datang akan lebih baik daripada generasi saat ini. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum diperlukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat saat ini tanpa harus mengurangi kebutuhan siswa dan masyarakat yang akan datang. Artinya, kurikulum yang dirumuskan sesuai dengan tantangan perkembangan zaman.

    Tantangan yang dimaksudkan di atas dapat dilihat melalui dua sudut pandang, yaitu tantangan secara internal dan eksternal. Oleh sebab itu, dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman, dirasa perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Oleh sebab itu, perlu dijelaskan secara rinci mengapa kurikulum perlu diubah?

  • 4

    1. Tantangan InternalTantangan internal melihat kaitan antara kondisi pendidikan

    dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi: Standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif (Kemendikbud, 2013).

    Terkait dengan tantangan internal, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang telah ditetapkan. Di dalam standar pengelolaan, hal-hal yang dikembangkan di antaranya: manajemen berbasis sekolah, rehabilitasi gedung sekolah, dan penyediaan laboratorium serta perpustakaan sekolah. Pengelolaan terus dilaksanakan agar setiap sekolah yang ada di Indonesia dapat mencapai standar sarana dan prasarana yang telah ditetapkan. Dalam mencapai standar pendidik dan tenaga kependidikan, berbagai upaya juga terus dilakukan, misalnya: Peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru, pembayaran tunjangan sertifikasi, serta uji kompetensi dan pengukuran kinerja guru. Sementara itu, hal-hal yang menyangkut standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan merupakan standar yang terkait dengan kurikulum yang perlu secara terus menerus dikaji agar siswa yang melalui proses pendidikan dapat memiliki kompetensi yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya, delapan standar yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

  • 5

     

     

    Gambar 1.1 Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar (Kemendikbud, 2013).

    2. Tentangan EksternalTantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan

    berkaitan dengan beberapa hal, di antaranya: Tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka (Kemendikbud, 2013). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.a. Tantangan masa depan terkait dengan arus globalisasi

    dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

    b. Kompetensi masa depan yang diperlukan dalam menghadapi arus globalisasi berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis,

  • 6

    kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal. Di samping itu, generasi Indonesia juga harus memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan minat/bakatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.

    c. Dilihat dari persepsi masyarakat, pendidikan di Indonesia saat ini dinilai terlalu menitik-beratkan pada aspek pengetahuan dan beban siswa dianggap terlalu berat. Selain itu pendidikan juga dinilai kurang bermuatan karakter.

    d. Penyelenggaraan pendidikan juga perlu memperhatikan perkembangan pengetahuan yang terkait dengan perkembangan neurologi dan psikologi serta perkembangan pedagogi yang terkait dengan observation-based (discovery) learning serta collaborative learning.

    e. Tantangan eksternal lainnya berupa fenomena negatif yang mengemuka antara lain terkait dengan masalah perkelahian antar siswa, masalah narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak sosial di masyarakat (social unrest).

    Berdasarkan apa yang telah diungkapkan di atas, perlu dilakukan perubahan kurikulum sebagai bentuk kesiapan kita dalam menghadapi tantangan perkembengan zaman, baik secara internal maupun secara eksternal. Dengan harapan, semoga apa yang dilakukan pemerintah saat ini dapat menyongsong generasi emas Indonesia lebih siap dan matang

  • 7

    menghadapi tantanga perkembangan zaman di masa yang akan datang.

    3. Penyempurnaan Pola PikirPerubahan pola pikir perlu dilakukan untuk mewujudkan

    pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam menghadapi masa depan itu perlu dilakukan perubahan paradigma pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas atau lingkungan sekitar lembaga pendidikan tempat siswa menimba ilmu pengetahuan (BNSP, 2010). Pergeseran yang dimaksud dalam hal ini adalah pergeseran proses pembelajaran yang dapat dijabarkan sebagai berikut. a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. Jika

    dahulu biasanya yang terjadi adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak, dan menulis, maka sekarang guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya.

    b. Dari satu arah menuju interaktif. Jika dahulu mekanisme pembelajaran yang terjadi adalah satu arah dari guru ke siswa, maka saat ini harus terdapat interaksi yang cukup antara guru dan siswa dalam berbagai bentuk komunikasinya. Guru berusaha membuat kelas semenarik mungkin melalui berbagai pendekatan interaksi yang dipersiapkan dan dikelola.

    c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. Jika dahulu siswa hanya dapat bertanya pada guru dan berguru pada buku

  • 8

    yang ada di dalam kelas semata, maka sekarang ini yang bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi atau bisa saja diperoleh melalui via internet.

    d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki. Jika dahulu siswa diminta untuk pasif saja mendengarkan dan menyimak baik-baik apa yang disampaikan gurunya agar mengerti, maka sekarang disarankan agar siswa lebih aktif dengan cara memberikan berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.

    e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata. Jika dahulu contoh-contoh yang diberikan guru kepada siswanya kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini guru hendaknya dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan.

    f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan masing-masing individual, maka yang harus dikembangkan sekarang adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antar individu.

    g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. Jika dahulu ilmu atau materi yang diajarkan lebih bersifat umum (semua materi yang dianggap perlu diberikan), maka saat ini harus dipilih ilmu atau materi yang benar-benar relevan untuk ditekuni dan diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi yang relevan bagi kehidupan siswa yang diberikan).

    h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. Jika dahulu siswa hanya menggunakan sebagian

  • 9

    panca inderanya dalam menangkap materi yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka sekarang semua panca indera dan komponen jasmani-rohani harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).

    i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia. Jika dahulu guru hanya mengandalkan papan tulis untuk mengajar, maka saat ini diharapkan guru dapat menggunakan beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan yang tersedia, baik yang bersifat konvensional maupun modern.

    j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. Jika dahulu siswa harus selalu setuju dengan pendapat guru dan tidak boleh sama sekali menentangnya, maka saat ini harus ada dialog antara guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan bersama.

    k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. Jika dahulu semua siswa tanpa terkecuali memperoleh bahan atau konten materi yang sama, maka sekarang ini setiap siswa berhak untuk mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan atau keunikan potensi yang dimilikinya.

    l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak. Jika dahulu siswa harus secara seragam mengikuti sebuah cara dalam berproses maka yang harus ditonjolkan sekarang justru adanya keberagaman inisiatif yang timbul dari masing-masing individu.

    m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak. Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena dari satu sisi pandang ilmu, maka sekarang konteks pemahaman akan jauh

  • 10

    lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multidisiplin.

    n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. Jika dahulu seluruh kontrol dan kendali kelas ada pada guru, maka sekarang siswa diberi kepercayaan untuk bertanggungjawab atas pekerjaan dan aktivitasnya masing-masing.

    o. Dari pemikiran faktual menuju kritis. Jika dahulu hal-hal yang dibahas di dalam kelas lebih bersifat faktual, maka sekarang harus dikembangkan pembahasan terhadap berbagai hal yang membutuhkan pemikiran kreatif dan kritis untuk menyelesaikannya.

    p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. Jika dahulu yang terjadi di dalam kelas adalah “pemindahan” ilmu dari guru ke siswa, maka dalam sekarang ini yang terjadi di kelas adalah pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan sesamanya.

    4. Penguatan Tata Kelola KurikulumPenyusunan kurikulum 2013 dimulai dari penetapan

    Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang berdasarkan pada kesiapan siswa, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi lulusan ditetapkan baru kemudian ditentukan kurikulum yang terdiri dari kerangka dasar dan struktur kurikulum. Dalam hal ini, satuan pendidikan dan guru tidak lagi diberikan kewenangan menyusun silabus karena telah disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran dalam bentuk rancangan pembelajaran. Guru tidak lagi dibebani

  • 11

    dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang cukup memakan waktu dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang terkadang justru memberatkan guru. Critical point pada tata kelola Kurikulum 2013 adalah menilai tentang: (a) perancangan RPP, (b) pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP, (c) supervisi pendampingan, dan (d) budaya mutu sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut;a. Perancangan RPP mencakup: Kompetensi Dasar, indikator,

    dan tujuan pembelajaran, mengalir secara logis ke materi ajar, rancangan proses dan aktivitas belajar, sumber dan media, output/produk siswa, dan penilaian.

    b. Pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP mencakup: Instrumen pengendalian dan indeks kesesuaian RPP dengan pelaksanaan.

    c. Supervisi pendampingan mencakup: Pedoman pelaksanaan supervisi, pelaksanaan, eksekusi rekomendasi supervisi, dan sistem pelaporan perbaikan pasca supervisi.

    d. Budaya mutu sekolah mencakup: Standar mutu, kepemimpinan, atmosfir sekolah, ketaatan terhadap standar, dan proses pembudayaan (penguatan dan penghargaan).

    5. Pendalaman dan Perluasan MateriHasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS)

    pada siswa kelas IV SD menunjukkan bahwa lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu mencapai level menengah. Sementara lebih dari 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Hasil analisis lanjutan dari studi PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

  • 12

    a. Low untuk mengukur kemampuan sampai level knowing.b. Intermediate untuk mengukur kemampuan sampai level

    applying.c. High untuk mengukur kemampuan sampai level

    reasoningd. Advance untuk mengukur kemampuan sampai level

    reasoning with incomplete information.

    Berkaitan dengan hal di atas, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum. Cara yang dapat dilakukan antara lain: Merevisi atau meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi siswa, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingannya dengan internasional.

    C. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

    Berbicara mengenai Kurikulum 2013 sering memunculkan pertanyaan oleh sebagian besar kalangan. Pertanyaan yang diutarakan biasanya seputar elemen yang menjadi perubahan mendasar dalam kurikulum 2013. Elemen-elemen perubahan Kurikulum 2013 mencakup Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), standar proses, dan standar penilaian (Kemendikbud, 2013). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.1. Perubahan Kurikulum 2013 pada kompetensi lulusan

    adalah konstruksi holistik yang didukung oleh semua materi atau mata pelajaran, terintegrasi secara vertikal maupun horizontal.

  • 13

    2. Perubahan Kurikulum 2013 pada materi pembelajaran dikembangkan berbas is kompetens i sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan, kemudian mengakomodasi konten lokal, nasional, dan internasional.

    3. Perubahan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran mencakup: (1) berorientasi pada karakteristik kompetensi yang mencakup: (a) sikap (Krathwohl): menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan, (b) keterampilan (Dyers): Mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan, dan mencipta, dan (c) pengetahuan (Bloom & Anderson): Mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta; (2) menggunakan pendekatan saintifik, karakteristik kompetensi sesuai jenjang; (3) mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut!

     

    Gambar 1.2 Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013).

  • 14

    Gambar 1.2 di atas menjelaskan bahwa terdapat perluasan dan pendalaman taksonomi dalam proses pencapaian kompetensi. Dalam Kurikulum 2013 untuk jenjang SD, memadukan lintasan taksonomi sikap (attitude) dari Krathwohl, keterampilan (skill) dari Dyers, dan pengetahuan (knowledge) dari Bloom dengan revisi oleh Anderson.

    4. Perubahan Kurikulum 2013 pada penilaian mencakup penilaian berbasis tes dan nontes (portofolio), menilai proses dan output dengan menggunakan authentic assesment, dan rapor memuat penilaian deskripsi kualitatif tentang sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

    Selanjutnya, dalam Kurikulum 2013 terdapat elemen utama perbaikan seperti terlihat dalam gambar 1.3 di bawah.

     

    Gambar 1.3 Elemen Utama Perbaikan Kurikulum 2013.

    Selanjutnya, Kurikulum 2013 mengusung adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun soft skills dan hard skills seperti yang terlihat pada gambar 1.4 berikut.

  • 15

     

    Gambar 1.4 Keseimbangan antara sikap, pengathuan, dan Keterampilan untuk Membangun Soft Skills dan Hard Skills

    (Sumber: Marzano dan Bruner, dalam Kemendikbud (2013))

    Berdasarkan gambar 1.4 di atas dapat dijelaskan bahwa salah satu elemen penting dalam kurikulum 2013 adalah adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun soft skills dan hard skills siswa dari mulai jenjang SD, SMP, SMA/SMK, dan PT seperti yang diungkapkan Marzano (1985) dan Bruner (1960). Pada jenjang SD, ranah attitude (sikap) harus lebih banyak atau lebih dominan dikenalkan, diajarkan, dan atau dicontohkan pada siswa, kemudian diikuti ranah skill (keterampilan), dan ranah knowledge (pengetahuan) lebih sedikit diajarkan pada siswa. Hal ini berbanding terbalik dengan membangun soft skills dan hard skills pada jenjang PT. Pada PT ranah knowledge lebih dominan diajarkan dibandingkan ranah skills dan attitude.

    Pertanyaan yang mungkin terlontar dari pikiran kita adalah mengapa harus demikian? Jawabannya sederhana,

  • 16

    untuk apa kita menjadi seorang yang hebat dalam aspek pengetahuan, padahal dari aspek sikap kita masih jauh dari apa yang diharapkan. Pendidikan dasar, katakanlah jenjang SD merupakan landasan dasar menuju kesuksesan belajar pada jenjang pendidikan selanjutnya. Apabila siswa pada jenjang SD sudah dibiasakan dengan sikap-sikap positif, akan dirasakan bahwa ketika menduduki jenjang pendidikan selanjutnya dapat dipastikan akan dapat terus membiasakan sikap positif yang telah diperolehnya sebelumnya. Maka dari itu, pada jenjang SD aspek sikap lebih dominan diberikan dalam rangka pembentukan sikap dan karakter positif bagi siswa demi mencapai kesuksesan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Tidak hanya itu, hal yang demikian juga dapat menjadikan siswa lebih siap dalam hidup bermasyarakat di lingkungan sekitar, karena telah diajarkan bagaimana bersikap sosial yang baik melalui penanaman sikap yang diberikan.

    D. Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung dalam Kurikulum 2013

    Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan dimana siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut siswa melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis,

  • 17

    dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.

    Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung, tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.

    Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung, terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2. Secara ringkas, rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap

    spiritual;

  • 18

    2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan;

    dan4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti

    keterampilan.

    Proses pembelajaran seperti yang telah dijelaskan oleh Kemendikbud (2013) hendaknya terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:1. Mengamati; 2. Menanya; 3. Mengumpulkan informasi; 4. Mengasosiasi; dan 5. Mengkomunikasikan.

    Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel 1.1 berikut.

    Tabel 1.1 Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya

    Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar

    Kompetensi yang Dikembangkan

    Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

    Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

    Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak di pahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

    Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

  • 19

    Mengumpul-kan informasi/eksperimen

    • Melakukan eksperimen • Membaca sumber lain

    selain buku teks • Mengamati objek/

    kejadian/aktivitas • Wawancara dengan

    narasumber.

    Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat.

    Mengasosiasi-kan/meng olah informasi

    • Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

    • Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

    Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

    Mengkomuni-kasikan

    Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

    Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

    Sumber: Permendikbud No 81A Tahun 2013.

  • 20

    E. Struktur Kurikulum SD/MI

    Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam satu semester atau satu tahun, beban belajar untuk mata pelajaran, dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

    Struktur kurikulum juga merupakan gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran pada suatu satuan atau jenjang pendidikan. Struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur kurikulum ataukah memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran dan beban belajar. Untuk lebih jelasnya, dapat digambarkan struktur kurikulum SD/MI sebagai berikut.

  • 21

    Tabel 1.2 Struktur Kurikulum SD/MI

    Catatan: 1. Muatan lokal* dapat memuat bahasa daerah.2. IPA dan IPS kelas 1 s/d kelas 3 diintegrasikan pada mata

    pelajaran lain.

    Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat bahasa daerah. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum yang telah digambarkan, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SD/MI antara lain Pramuka (Wajib), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan Palang Merah

  • 22

    Remaja (PMR). Kemudian, satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan siswa pada satuan pendidikan tersebut.

  • 23

    BAB IIKARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN

    SISWA SD

    Guru yang biasa, berbicaraGuru yang bagus, menerangkan

    Guru yang hebat, mendemonstrasikanGuru yang agung menginspirasi

    (William Athur Ward, Jurnalis)

    Paparan pada Bab I sebelumnya telah dijelskan bahwa, pembentukan sikap dan karakter siswa merupakan hal yang paling dominan diberikan pada jenjang SD dibandingkan dengan aspek lainnya (pengetahuan dan keterampilan). Pertanyaannya adalah bagaimana karakteristik siswa SD yang akan dibentuk sikapnya itu? Oleh sebab itu, sebagai seorang guru kita hendaknya memahami karakteristik siswa yang kita didik agar dapat memberikan layanan kepada mereka sesuai dengan tingkat perkembangannya. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada penjabaran berikut.

    A. Karakteristik Siswa SD

    Ada beberapa karakteristik siswa SD yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan siswa khususnya di tingkat SD. Sebagai guru hendaknya dapat menerapkan proses

  • 24

    pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi seorang guru mengetahui karakteristik siswanya. Menurut Nursidik Kurniawan (2008) terdapat beberapa karakteristik siswa SD yang perlu diketahui oleh guru antara lain: (1) senang bermain, (2) senang bergerak, (3) anak yang senang bekerja dalam kelompok, dan (4) senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

    Karakteristik pertama siswa SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan, lebih-lebih untuk siswa kelas rendah. Guru seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru juga hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang serius tapi santai.

    Karakteristik kedua adalah senang bergerak. Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan siswa SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa berpindah atau bergerak. Menyuruh siswa untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan siswa sebagai suatu siksaan.

    Karakteristik siswa yang ke tiga adalah senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dalam kelompok sebaya, siswa belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: Belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya di lingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), dan mempelajari olahraga. Hal ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model

  • 25

    pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

    Karakteristik yang ke empat adalah senang merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari perkembangan kognitif, siswa SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi siswa SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih mudah dipahami jika siswa melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, siswa akan lebih mudah memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa siswa langsung ke luar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah mata angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.

    Implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan siswa, di samping memperhatikan karakteristik siswa SD. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasikan dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan

  • 26

    menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

    Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik di antaranya adalah: Belajar berjalan, melempar, menangkap, menendang bola, dan menerima jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya. Beberapa tugas perkembangan terutama bersumber dari kebudayaan seperti belajar membaca, menulis, berhitung, dan bertanggungjawab sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nilai kepribadian individu di antaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja, dan memperoleh nilai filsafat dalam kehidupan.

    Siswa SD ditandai oleh tiga dorongan keluar yang besar yaitu: (1) kepercayaan siswa untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya, (2) kepercayaan siswa memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbolis, dan komunikasi orang dewasa. Dengan demikian, pemahaman terhadap karakteristik dan tugas-tugas perkembangan siswa SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD. Kemudian, pemahaman itu juga digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa itu sendiri.

  • 27

    B. Perkembangan dan Masalah Siswa SD

    Umumnya siswa SD berada pada rentang usia antara 6 sampai dengan 12 tahun. Menurut Hurlock (1980) ada tiga ciri utama yang menunjukkan perbedaan seorang siswa seusia ini dengan usia di bawahnya, yaitu:1. Adanya dorongan siswa untuk masuk ke dalam permainan

    dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan otot-otot.

    2. Adanya dorongan siswa untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (peer group).

    3. Adanya dorongan mental untuk mematuhi dunia konsep-konsep logika, simbol, dan komunikasi secara dewasa.

    Hal ini menunjukkan saatnya muncul perilaku siswa yang mengarah pada meluasnya lingkungan sosial/pertemanan yang lebih dari sekedar lingkungan rumah tangga. Keinginan untuk lepas dari ketergantungan atau perintah-perintah yang dirasakan selama di lingkungan rumah tangga memang muncul pada siswa SD. Dalam hal sikap dan perilaku moral, siswa SD mulai mengganti moral yang dianggap kaku menjadi relativisme. Misalnya anak balita berkesimpulan berbohong itu buruk, sedangkan siswa SD dalam beberapa situasi menganggap bahwa berbohong tidak selalu buruk, bahkan bisa dibenarkan. Hal ini bisa berdampak buruk pada mereka, karena ketika dia ingin memasuki kelompok pertemanan yang disukai harus bisa menyesuaikan diri agar tidak ditolak dan dicela kelompok yang akan dimasuki mereka, bersikap meminimalisir, atau bahkan mengubah perilaku moral yang sudah bersumber dari nilai-nilai yang telah ditanamkan sebelumnya. Piaget mengatakan bahwa masa perkembangan

  • 28

    siswa SD ini merupakan periode operasional konkrit, yakni siswa sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah terutama kaidah logika yang konkret. Misalnya, sudah mampu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan bilangan serta mengkonversikan pengetahuan tertentu.

    Dilihat dari permasalahan yang dihadapi, siswa SD menghadapi masalah yang bukan hanya disebabkan oleh karakteristik siswa itu sendiri, tetapi belum matangannya pribadi mereka disertai belum meratanya kemampuan/keterampilan akademis untuk semua mata pelajaran, kemampuan sosial yang belum berkembang, penyesuaian diri yang negatif, dan di sisi lain harapan orangtua yang tinggi sehingga segala sesuatu menjadi tidak realistis. Kowitz (dalam Khalimi, 2009:63) merinci permasalahan yang dihadapi siswa SD, antara lain:1. Masalah pribadi; seperti hal-hal yang berkenaan dengan

    kemampuan intelektual yang belum berkembang, kondisi fisik yang belum seimbang dengan tuntutan, munculnya gejala perilaku negatif (malas belajar/sekolah, kurang percaya diri, kurang inisiatif, dan over agresif).

    2. Masalah penyesuaian sosial, seperti rendah diri, tergantung pada kawan, bermusuhan dengan kawan, tidak suka pada guru.

    3. Masalah akademik, seperti tidak mampu menguasai materi yang ditargetkan (karena slow learner atau under achiever, kesalahan cara belajar, kurang motivasi, orang tua tidak mendukung, dan lain-lain).

    C. Tugas Perkembangan Siswa SD

    Setiap siswa dalam perjalanan perkembangannya mempunyai irama yang memang tidak sama satu sama lain.

  • 29

    Hal ini akan tampak jika kita melihat dari hasil aplikasi ITP (Inventori Tugas Perkembangan), yakni software yang dikembangkan untuk mengidentifikasi tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa. Tugas perkembangan untuk setiap periode tingkat sekolah di Indonesia dibedakan atas 3 tingkatan yakni tugas perkembangan siswa SD, SMP, dan SMA sederajat. Jika tugas perkembangan pada suatu tahap tertentu tidak dapat dicapai siswa, akan menghambat pencapaian tugas perkembangan pada tingkat berikutnya. Oleh karena itu, walaupun tidak seluruhnya benar namun cukup beralasan bagi guru SMA sederajat mengatakan bahwa rendahnya mutu prestasi siswa SMA antara lain akibat rendahnya mutu lulusan SMP sederajat. Secara beranting pula akibat rendahnya mutu lulusan SD sederajat. Oleh karena itu pula, layak menjadi bahan kajian bagi pihak pengambil keputusan di pemerintahan untuk mencurahkan perhatian yang lebih pada mutu guru serta komponen penunjang pendidikan di tingkat SD.

    Adapun tugas perkembangan siswa SD yang nantinya menjadi prasyarat keberhasilannya memasuki masa remaja awal (seumur siswa SMP) yang harus mereka capai adalah:1. Tertanam dan berkembangnya kebiasaan dan sikap dalam

    beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2. Berkembangnya keterampilan dasar dalam membaca,

    menulis, dan berhitung;3. Berkembangnya konsep-konsep yang diperlukan dalam

    kehidupan sehari-hari;4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya;5. Belajar menjadi pribadi mandiri;6. Berkembangnya keterampilan fisik sederhana yang

    diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan;

  • 30

    7. Berkembangnya kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku;

    8. Terbina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan;9. Belajar menjalankan peran sosial sesuai jenis kelaminnya;10. Berkembangnya sikap terhadap kelompok dan lembaga

    sosial;

    11. Berkembangnya pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.

    Guru di SD mempunyai tugas pokok selain merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengajaran, serta menganalisis hasil, dan mengadakan remedial/pengayaan. Guru di SD juga melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang menjadi asuhannya di kelas yang bersangkutan. Artinya, guru mengawal pencapaian tugas perkembangan siswa termasuk tugas pokok yang mesti dikerjakan. Dalam perjalanan siswa meraih setiap butir tugas perkembangan yang dimungkinkan akan berhadapan dengan segala kendala, peran guru diharapkan meng-handle secara proaktif dan proporsional. Sebab, ketika tugas perkembangan siswa terabaikan saat mereka lulus SD, maka sulit untuk ditempuh ulang dan pasti akan menghambat prestasi siswa pada masa selanjutnya.

    Tugas guru di tingkat manapun pada dasarnya adalah juga tugas ‘melayani’. Pemahaman tugas melayani berimplikasi dan terimplementasikan pada sikap guru yang bersentuhan langsung dengan potensi yang harus dikembangkan secara optimal dari siswa. Ini istilah yang cocok dengan pendapat para pakar pendidikan bahwa pembelajaran di sekolah adalah ‘student centered’ yakni berpusat pada siswa. Mereka buka semata-mata objek, tetapi sekaligus subjek pendidikan.

  • 31

    Tidak ada keberhasilan tentunya tanpa mencoba untuk melakukan. Dengan memandang bahwa pendidikan adalah sebuah sistem yang besar dan menyangkut keberlangsungan hidup sebuah bangsa, maka semua komponen di sektor pendidikan selayaknyalah menjadi satu langkah dan satu tujuan, yakni mewujudkan tujuan pendidikan nasional kita. Jika ini yang kita pegang, kabar apapun yang muncul di kalangan guru di SD sepatutnya kita sambut baik dan kita dukung untuk ditindaklanjuti menjadi langkah positif guna mengawal kuncup-kuncup bunga yang akan mekar mengharumkan persada ini.

    D. Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran di SD

    Siswa berkembang menurut pola-pola dan kebutuhan-kebutuhan yang relatif sama. Sekolah sebagai lembaga formal dipercaya dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk tumbuh dan berkembang serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Namun dalam mengemban tugas tersebut, sekolah sering menghadapi berbagai masalah, terutama yang berhubungan dengan perbedaan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan serta intensitas kebutuhan siswa.

    Banyak guru yang kurang memperhatikan atau menyadari masalah tersebut, terutama bila diarahkan pada penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat dari masih terus dipertahankannya pendekatan klasikal dalam sistem penyampaian pelajaran di SD. Perbedaan individual tersebut dirasa kurang aspiratif, karena perbedaan tersebut kurang diperhatikan. Perbedaan-perbedaan individual menurut Sudjana (1989) dapat dilihat dalam perkembangan intelektual,

  • 32

    kemampuan berbahasa, latar belakang pengalaman, gaya belajar, bakat dan minat, dan kepribadian. Karena adanya perbedaan individual tersebut, maka perlu ada pengajaran individual. Menurut Slavin (1994: 330) pengajaran individual adalah “teaching approach in which each student works at his or her own level and rate” (pendekatan mengajar yang mana setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat dan kecepatannya masing-masing).

    Pengajaran individual dapat dilakukan dengan cara menyarankan guru untuk memberikan pengajaran kepada semua siswa pada tingkat yang sesuai. Dengan cara ini, tidak mengherankan pada program tutoring, satu orang dewasa satu orang siswa menentukan efek-efek positif yang substansial dari tutoring terhadap hasil belajar siswa (Slavin, 1994:330). Apresiasi kebutuhan-kebutuhan siswa secara umum merupakan dasar untuk memahami siswa, walaupun tidak harus selalu demikian. Studi yang telah dilakukan oleh psikolog (Vasta dkk., 1992), menunjukkan adanya pola umum dan lingkaran perkembangan yang sama pada setiap siswa, namun diikuti oleh hasil yang berbeda karena faktor internal maupun eksternal, sering kita kenal dengan perbedaan individual. Perbedaan individual dalam hal ini adalah perbedaan kemampuan siswa yang banyak dijumpai di SD. Hal tersebut diperjelas dengan hasil pengukuran psikologis (IQ). Sekalipun hasil pengukuran tersebut relatif sama pada beberapa orang siswa, namun hasil tersebut menunjuk pada hasil belajar yang berbeda-beda. Dengan memahami setiap siswa sebagai individu yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lain, guru dalam mengajar dapat mendekatinya dengan keunikannya, tidak dengan pola umum, sekalipun perkembangan atau kebutuhan mereka menunjukkan ragam dan pola yang sama.

  • 33

    E. Perkembangan Jiwa dan Keagamaan Siswa SD

    Fase siswa SD dimulai dari ketika mereka genap berusia tujuh tahun hingga empat belas tahun. Di masa ini siswa tengah mempersiapkan dirinya untuk menjadi manusia matang dan satu anggota dari masyarakatnya. Pada fase ini, siswa mulai menghilangkan kebiasaannya meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa dan mulai memperhatikan alam dan lingkungan sekitarnya. Saat itulah daya pikir siswa mulai terbuka dan mampu untuk berimajinasi dan menangkap banyak masalah yang tidak kasat mata. Siswa mulai berpikir tentang dirinya sendiri, memandang dirinya sebagai salah satu mahluk yang hidup, berdiri sendiri, dan memiliki kehendak lain dari yang lain. Cara yang dilakukannya untuk menunjukkan keberadaan dirinya itu seringkali berupa perlawanan dan penentangan terhadap apa yang selama ini biasa ia lakukan. Siswa berusaha untuk menampakkan jati dirinya dengan menentang dan membuat keluarganya marah demi menunjukkan kepada mereka bahwa ia adalah dirinya. Siswa seperti ini akan memilih jenis dan warna pakaiannya sendiri, ingin bebas menentukan pelajaran yang ia sukai, dan berhubungan dengan siapa pun yang ia sukai dan dengan cara semaunya.

    Pada masa inilah guru harus memberikan perhatian ekstra terhadap pendidikan siswanya karena kini ia tengah berada di awal hubungan sosialnya dalam lingkup yang lebih luas dengan masuknya ia ke sekolah. Sekolah sendiri berpotensi besar dalam membangun kepribadian siswa. Dengan adanya banyak siswa di sana yang masing-masing mempunyai tingkat kecerdasan dan kegesitan tersendiri. Siswa akan tergugah untuk bersaing dengan mereka dan hal itu sangat berpengaruh pada karekternya.

  • 34

    Beberapa faktor penting yang berkaitan dengan pembangunan karakter siswa dalam fase ini antara lain adalah pola interaksinya dengan ayah, ibu, dan seluruh anggota keluarga yang lain, keadaan fisiknya, seperti tinggi dan berat badannya, serta hal-hal yang didengar dan dipelajarinya. Kebutuhan siswa di fase remaja ini berbeda dengan kebutuhannya di fase -fase sebelumnya. Hal ini harus diperhatikan oleh guru dan diusahakan untuk memenuhinya. Kebutuhan siswa tersebut antara lain adalah sebagai berikut.1. Kebutuhan primer, seperti makanan, minuman, dan

    pakaian.2. Kebutuhan psikis, seperti ketenangan jiwa dan emosi.3. Kebutuhan terhadap penerimaan dirinya oleh yang lain.4. Kebutuhan terhadap perhatian dan penghormatan atas

    dirinya.5. Kebutuhan untuk mempelajari banyak hal yang dapat

    memupuk bakatnya sebagai bekal menempuh perjalanan panjang kehidupannya.

    6. Kebutuhan untuk mengenal pemikiran-pemikiran yang menjadi wacana dalam masyarakat dan mengenal isi dunia, yang tentu saja, disesuaikan dengan kemampuan dan kematangan siswa seusia ini.

    Siswa perlu mendapatkan perhatian yang ekstra ketat dalam melewati fase yang rentan ini, tetapi tentu saja dengan tetap memberinya kebebasan yang merupakan salah satu kebutuhan aslinya. Mendidik siswa di masa ini sangat sulit sehingga diperlukan usaha dan keuletan yang lebih besar dalam mendidik, menjaga, dan mengontrol setiap gerak-gerik siswa, termasuk pola berpikir, perasaan, dan pelajarannya. Siswa

  • 35

    pada masa ini tengah membutuhkan pengarahan intensif dari guru, juga bimbingan mereka dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh tantangan dan liku-liku ini.

    F. Kesulitan Belajar

    Kesulitan belajar atau ‘Learning Disabilities’ adalah hambatan/gangguan belajar pada siswa yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiotogis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung. Bila tidak ditangani dengan baik dan benar akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional (psikiatrik) yang akan berdampak buruk bagi perkembangan kualitas hidupnya di kemudian hari. Kepekaan orang tua, guru di sekolah serta orang-orang di sekitarnya sangat membantu dalam mendeteksinya, sehingga siswa dapat memperoleh penanganan dari tenaga profesional sedini, seoptimal mungkin, dan sebelum terlambat.

    Kesulitan belajar kadang-kadang tidak terdeteksi dan tidak dapat terlihat secara langsung. Setiap individu yang memiliki kesulitan belajar merupakan individu yang unik. Misalnya, seorang siswa ‘dyslexia’ yang sulit membaca, menulis, dan mengeja, tetapi sangat pandai dalam matematika. Pada umumnya, individu dengan kesulitan belajar memiliki intelegensi rata-rata bahkan di atas rata-rata. Seseorang terlihat ‘normal’ dan tampak sangat cerdas tetapi sebaliknya ia mengalami hambatan dan menunjukkan tingkat kemampuan yang tidak semestinya dicapai dibandingkan dengan yang

  • 36

    seusia dengannya. Walau demikian, individu dengan kesulitan belajar bisa sukses di sekolah, dunia kerja, hubungan antar-individu, dan masyarakat bila disertai dengan dukungan dan perhatian yang tepat. Tanda-tanda kesulitan belajar sangat bervariasi dan tergantung pada siswa SD.

    Daya ingatnya (relatif) kurang baik sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca. Misalnya huruf d dibaca b, huruf w dibaca m. (buku dibaca duku), lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya, bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matemetika, misalnya tidak dapat membedakan antara tanda - (minus) dengan + (plus), tanda + (plus) dengan x (kali), dan lain-lain.

    Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas, impulsif (bertindak sebelum berpikir), sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih, sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah, tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya, tidak mampu merencanakan kegiatan sehari-harinya, problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya, menolak bersekolah, mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu, ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pena, pun kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu.

    Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, pembelajaran hendaknya dinamis dan menampung semua kebutuhan siswa dengan memperhatikan karakteristik siswa. Pembelajaran juga

  • 37

    hendaknya dapat meningkatkan berbagai kecerdasan yang mereka alami sehingga dapat meminimalisir kesulitan belajar mereka seperti apa yang telah dijelaskan di atas.

  • b

  • 39

    BAB IIIPEMBELAJARAN TEMATIK

    TERPADU

    A. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

    Pembelajaran yang tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai fokus utama. Pembelajaran tersebut memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh. Dalam pelaksanaannya pelajaran yang diajarkan oleh guru di SD diintegrasikan melalui tema-tema yang telah ditetapkan (Kemendikbud, 2013). Majid (2014:85) mengatakan bahwa konsep pembelajaran tematik terpadu merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob (1989) dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty (1991) dengan konsep pembelajaran terpadu. Selanjutnya, Majid (2014:85) juga menjelaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intramata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran akan menjadi bermakna bagi siswa.

    Pembelajaran bermakna lebih lanjut dijelaskan bahwa pada pembelajaran tematik terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman

  • 40

    langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran tematik terpadu tampak lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

    B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu

    Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu mulai dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik terpadu seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam suatu tema. Menurut Kemendikbud (2013), tematik terpadu dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut.1. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu;2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi

    belajar berbasis aneka sumber belajar;3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai

    penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran

    berbasis kompetensi;5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal

    menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

    7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

  • 41

    8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hards kills) dan keterampilan mental (soft skills);

    9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat;

    10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodho), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

    11. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

    12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;

    13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

    14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang sosial budaya.

    C. Pengaturan Jadwal Pembelajaran Tematik Terpadu

    Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di SD mengacu pada buku guru dan buku siswa. Pada buku guru dan buku siswa terdapat istilah ‘disklaimer’ yang berbunyi, “buku ini merupakan buku yang dipersiapkan pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013.” Buku ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan

  • 42

    perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.” Pernyataan disklaimer, menyatakan bahwa guru perlu mengembangkan buku tersebut sesuai dengan karakter siswa, kesiapan belajar, dan keadaan daerah masing-masing (Kemendikbud, 2013). Baik buku, guru, maupun buku siswa diterbitkan berdasarkan tema agar lebih mudah dalam mempelajarinya. Berikut tema-tema yang ada di SD dari kelas I sampai dengan kelas VI.

  • 43

    Tabe

    l 3.1

    Daf

    tar T

    ema

    Setia

    p K

    elas

    No

    Kel

    as I

    Kel

    as II

    Kel

    as II

    IK

    elas

    IVK

    elas

    VK

    elas

    VI

    1.D

    iri S

    endi

    riH

    idup

    Ruk

    unSa

    yang

    i Hew

    an

    dan

    Tum

    buha

    n di

    Se

    kita

    r

    Inda

    hnya

    K

    eber

    sam

    aan

    Berm

    ain

    deng

    an

    Bend

    a-be

    nda

    di

    Seki

    tar

    Kes

    elam

    atan

    M

    akhl

    uk H

    idup

    2.K

    egem

    aran

    kuBe

    rmai

    n di

    Li

    ngku

    ngan

    kuPe

    ngal

    aman

    yan

    g M

    enge

    sank

    anSe

    lalu

    Ber

    hem

    at

    Ener

    giPe

    rist

    iwa

    dala

    m

    Keh

    idup

    anPe

    rsat

    uan

    dala

    m

    Perb

    edaa

    n3.

    Keg

    iata

    nku

    Tuga

    sku

    Seha

    ri-

    hari

    Men

    gena

    l Cua

    ca

    dan

    Mus

    imPe

    duli

    Terh

    adap

    M

    akhl

    uk H

    idup

    Ker

    ukun

    an d

    alam

    Be

    rmas

    yara

    kat

    Toko

    h da

    n pe

    nem

    u4

    Kel

    uarg

    aku

    Aku

    dan

    Se

    kola

    hku

    Ring

    an S

    ama

    Diji

    njin

    g Be

    rat

    Sam

    a D

    ipik

    ul

    Berb

    agai

    Pe

    kerja

    anSe

    hat I

    tu P

    entin

    gG

    loba

    lisas

    i

    5Pe

    ngal

    aman

    kuH

    idup

    Ber

    sih

    dan

    Seha

    tM

    ari K

    ita

    Berm

    ain

    dan

    Bero

    lahr

    aga

    Men

    ghar

    gai J

    asa

    Pahl

    awan

    Bang

    ga se

    baga

    i Ba

    ngsa

    Indo

    nesi

    aW

    irau

    saha

    6Le

    ingk

    unga

    n Ber

    sih,

    Seha

    t, dan

    Asri

    Air

    , Bum

    i, da

    n M

    atah

    ari

    Inda

    hnya

    Pe

    rsah

    abat

    anIn

    dahn

    ya

    Neg

    erik

    uO

    rgan

    Tubu

    h M

    anu -

    sia d

    an H

    ewan

    Kes

    ehat

    an

    Mas

    yara

    kat

    7Be

    nda,

    Bin

    atan

    g,

    dan

    Tana

    man

    di

    Seki

    tark

    u

    Mer

    awat

    Hew

    an

    dan

    Tum

    buha

    nM

    ari K

    ita H

    emat

    En

    ergi

    unt

    uk

    Mas

    a D

    epan

    Cita

    -cita

    kuSe

    jara

    h Pe

    rada

    ban

    Indo

    nesi

    a8.

    Peri

    stiw

    a A

    lam

    Kes

    elam

    atan

    di

    Rum

    ah d

    an

    Perja

    lana

    n

    Berp

    erila

    ku B

    aik

    dala

    m K

    ehid

    upan

    Se

    hari

    -har

    i

    Dae

    rah

    Tem

    pat

    Ting

    galk

    uEk

    osis

    tem

    9.M

    enjag

    a Kele

    staria

    n Li

    ngku

    ngan

    Mak

    anan

    Seh

    at

    dan

    Berg

    izi

    Ling

    kung

    an

    Saha

    bat K

    itaSu

    mbe

    r: Ke

    men

    dikb

    ud (2

    013)

    .

  • 44

    Berdasarkan tema-tema yang terdapat pada setiap kelas tabel 3.1 di atas, dapat dibuat jadwal oleh guru sesuai waktu dan tema yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Model jadwal pembelajaran tematik terpadu dapat dibuat dengan ketentuan sebagai berikut.1. Waktu belajar ditentukan oleh satuan pendidikan.2. Tema sebagai pemersatu pembelajaran ditulis subtema di

    hari efektif belajar.3. Mata pelajaran yang memerlukan waktu pembelajaran

    tersendiri (Pendidikan Agama, Penjasorkes, Muatan Lokal, dan lain-lain) dialokasikan secara tetap.

    4. Daftar tema dan subtema

    Tabel 3.2 Contoh Tema Kelas I Semester 1Tema Subtema

    Diriku Aku dan Teman Baruku

    Tubuhku Aku merawat Tubuhku

    Aku Istimewa

    Kegemaranku Gemar Berolahraga

    Gemar Bernyanyi dan Menari

    Gemar Menggambar

    Gemar Membaca

    Kegiatanku Kegiatan Pagi Hari

    Kegiatan Siang Hari

    Kegiatan Sore Hari

    Kegiatan Malam Hari

    Keluarga Anggota Keluargaku

    Kegiatan Keluargaku

    Keluarga Besarku

    Kebersamaan dalam Keluarga

    Berdasarkan daftar tema dan subtema yang digambarkan di atas, dapat dibuat contoh jadwal pelajaran pada tema I subtema 4 berikut.Sekolah Dasar : SD 10 Lembah MelintangKelas/ Semester : I/1 (satu)Tahun pelajaran : 2014/2015Minggu : keempat

  • 45

    Tabe

    l 3.3

    Con

    toh

    Jadw

    al P

    emeb

    elaj

    aran

    Tem

    atik

    Kel

    as I

    SD

    No

    Wak

    tuSe

    nin

    Sela

    saRa

    buK

    amis

    Jum

    atSa

    btu

    1.07

    .00-

    07.3

    5U

    paca

    raA

    ku

    Istim

    ewa

    Aku

    Istim

    ewa

    Aku

    Is

    timew

    aPJ

    OK

    PJO

    K

    2.07

    .35-

    08.1

    0A

    gam

    aA

    ku

    Istim

    ewa

    Aku

    Istim

    ewa

    Aku

    Is

    timew

    aPJ

    OK

    PJO

    K

    3.08

    .10-

    08.4

    5A

    gam

    aA

    ku

    Istim

    ewa

    Aku

    Istim

    ewa

    Aku

    Is

    timew

    aA

    ku

    Istim

    ewa

    Aku

    Is

    timew

    a-

    08.4

    5-09

    .00

    istira

    hat

    istir

    ahat

    istir

    ahat

    istir

    ahat

    istir

    ahat

    istir

    ahat

    4.09

    .00-

    09.3

    5A

    ku Is

    timew

    aA

    ku

    Istim

    ewa

    Aku

    Istim

    ewa

    Aku

    Is

    timew

    aA

    ku

    Istim

    ewa

    Aku

    Is

    timew

    a

    5.09

    .35-

    10.1

    0A

    ku Is

    timew

    aM

    ulok

    *)A

    gam

    aM

    ulok

    *)A

    ku

    Istim

    ewa

    Aku

    Is

    timew

    a

    6.10

    .10-

    10.4

    5A

    ku Is

    timew

    aM

    ulok

    *)A

    gam

    aM

    ulok

    *)A

    ku

    Istim

    ewa

    Aku

    Is

    timew

    a

    Ket

    eran

    gan:

    *) m

    ulok

    1 d

    iteta

    pkan

    oleh

    kep

    ala

    daer

    ah (K

    emen

    dikb

    ud, 2

    013)

    .

  • v

  • 47

    BAB IVPENDEKATAN SAINTIFIKPADA KURIKULUM 2013

    Dewasa ini telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran di SD. Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan menggunakan pengetahuan siswa melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung siswa melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect).

    Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila

  • 48

    dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap (Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014).

    Paparan di atas menjelaskan bahwa untuk memaksimalkan proses pembelajaran baik pembelajaran langsung maupun tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemendikbud memberikan acuan bahwa dalam menerapkan Kurikulum 2013 di kelas dapat diterapkan dengan pendekatan saintifik. Pertanyaannya adalah apakah yang dimaksud dengan pendekatan saintifik dan seberapa efektifkah pendekatan saintifik dapat memberikan dampak perubahan yang besar dalam pembelajaran? Untuk menjawabnya dapat dilihat pada jabaran berikut:

    A. Pengertian Pendekatan Saintifik

    Terdapat dua jenis kebenaran, yaitu kebenaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan kebenaran yang bersumber dari ilmu pengetahuan. Kebenaran jenis pertama disebut juga kebenaran ilahiah, sedangkan kebenaran jenis kedua disebut kebenaran ilmiah. Kebenaran ilahiah bersifat absolut, berlaku pada semua kondisi, tidak terikat waktu dan tempat. Kebenaran yang pertama ini diperoleh dari wahyu Ilahiah yang dapat ditemukan dalam kitab-kitab agama samawi.

  • 49

    Oleh karena itu, kebenaran tipe pertama ini diperoleh melalui pendekatan keagamaan (religiusitas). Adapun kebenaran jenis kedua lebih bersifat kebenaran metodologis. Kebenaran tipe ini diperoleh melalui penelitian terhadap gejala alam dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu suatu kajian terhadap gejala alam yang dilakukan secara sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proposisi-proposisi hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam. Dengan kata lain, kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan saintifik. Oleh sebab itu, kebenaran ilmiah bersifat kondisional, terikat pada ruang dan waktu, serta dapat berubah sesuai dengan perubahan metodologi (Mahsun, 2014:120).

    Rasanya, agak sulit memilih satu definisi yang paling lengkap (komprehensif) di antara beberapa definisi tentang pengertian pendekatan saintifik. Perbedaan pendefinisan ini adalah hal yang wajar karena adanya latar belakang keahlian pendefinisiannya. Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan metode ilmiah dalam proses pembelajaran. Hal ini didasari pada esensi pembelajaran yang sesungguhnya merupakan sebuah proses ilmiah yang dilakukan oleh siswa dan guru. Pendekatan ini diharapkan dapat membuat siswa berpikir ilmiah, logis, kritis dan objektif sesuai dengan fakta yang ada. De Vito (dalam Putra, 2013:55) juga menjelaskan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir ilmiah sekaligus terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Selanjutnya, Partin (2009:401) juga menjelaskan bahwa pendekatan saintifik merupakan dasar-dasar dari sebuah riset yang memungkinkan

  • 50

    siswa mengumpulkan data dengan objektif untuk memecahkan permasalahan. Oleh sebab itu, pendekatan saintifik sering juga disebut sebagai pendekatan induktif. Hal ini disebabkan karena pendekatan saintifik dimulai dari hal-hal yang bersifat spesifik ke simpulan yang bersifat general.

    Melihat paparan di atas, yang menjadi titik tekan secara umum dalam pendekatan saintifik adalah “proses” mencapai hasil akhir tertentu, bukan justru tertuju pada hasil akhir yang telah diperoleh.

    Informasi yang diperoleh dapat berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta dan diarahkan untuk mendorong siswa untuk mencari berbagai sumber informasi, bukan diberi tahu. Kondisi pembelajaran seperti ini diharapkan agar siswa dapat merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja (Kemendikbud, 2013).

    Pendekatan saintifik tidak hanya dapat diterapkan pada bidang keilmuan sains terapan (eksakta) saja, melainkan pada semua bidang keilmuan. Selain itu, hal yang terpenting dalam pendekatan saintifik adalah dapat membentuk siswa mempunyai domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang seimbang dan utuh sesuai dengan tuntutan pendidikan abad 21.

    B. Ciri-ciri Pendekatan Saintifik

    Berdasarkan batasan pengertian pendekatan saintifik di atas, dapat ditentukan beberapa ciri-ciri pendekatan saintifik (Mahsun, 2014:120) sebagai berikut:

  • 51

    1. SistematisSistematis maksudnya, bahwa kegiatan yang menggunakan

    pendekatan saintifik tersebut haruslah berlangsung secara sistematis. Antara satu tahap dengan tahap berikutnya memiliki hubungan pendasaran, tidak boleh dibolak balik antara tahap satu dengan tahap yang mengikutinya.

    2. TerkontrolTerkontrol maksudnya, bahwa dalam pelaksanaan

    setiap tahap harus dapat dikendalikan. Kapan memulai dan mengakhiri tahap pertama yang selanjutnya diikuti pelaksanaan tahap berikutnya haruslah dapat dikendalikan. Dalam arti, dapat dikontrol capaian setiap tahapnya dan juga dikontrol capaian dari akumulasi semua tahapan pelaksanaan.

    3. EmpirikEmpirik maksudnya, bahwa kagiatan itu haruslah didasari

    dari hasil pengamatan.

    4. KritisKritis maksudnya, bahwa hasil kegiatan ilmiah yang

    dilakukan para saintis tidaklah merupakan sesuatu yang hadir dari ruang hampa. Dia merupakan bagian dari kegiatan ilmiah sebelumnya. Artinya, antara satu kegiatan ilmiah/saintifik dengan kegiatan ilmiah/saintifik lainnya memiliki hubungan yang erat. Itu sebabnya, sebelum melakukan kegiatan saintifik berikutnya, haruslah dilakukan telaah terhadap proposisi-proposisi ilmiah yang telah ditemukan sebelumnya.

    C. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

    Penggunaan saintifik dalam pembelajaran, tentunya mempunyai langkah-langkah yang jelas dan terstruktur secara

  • 52

    sistematis. Langkah ini digunakan untuk memberikan pedoman yang baik bagi guru dalam menerapkan proses pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik. Menurut L.Partin (2009:401) langkah-langkah pendekatan saintifik terdiri dari 4 bagian, yaitu: 1. Menetapkan masalah. Awal pembelajaran, permasalahan

    yang diangkat perlu didefinisikan dengan baik. Einstein mengatakan bahwa apabila masalah dapat didefinisikan dengan baik berarti sudah setengah permasalahan dapat dipecahkan.

    2. Membuat hipotesis atau dugaan. Jawaban yang potensial diperkirakan setelah mengumpulkan data-data mengenai permasalahan. Tahap ini termasuk mencoba menerapkan ilmu-ilmu baru yang berhubungan dengan masalah yang ditangani, mengobservasi, menguji teori, dan melakukan riset-riset awal.

    3. Menguji hipotesis. Eksperimen dirancang dan dilaksanakan untuk menentukan apakah hipotesis mampu memecahkan masalah atau tidak.

    4. Menarik simpulan. Simpulan dicapai untuk menentukan apakah hipotesis benar atau salah. Hasil-hasil riset biasanya ditampilkan sebagai artikel-artikel riset dalam bentuk statistik probabilitas, dimana hasil-hasil yang diperoleh bisa terjadi karena adanya kesempatan.

    Hal yang hampir sama juga dapat dilihat pada catatan cafebiologi.blogspot.com, bahwa pendekatan saintifik pada dasarnya merujuk kepada pendekatan yang dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Pendekatan saintifik yang diungkapkan mempunyai langkah-langkah sebagai berikut.

  • 53

    1. Mengidentifikasi masalah (dari fakta yang ditemukan di lingkungan).

    2. Mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.

    3. Memilah data yang sesuai dengan permasalahan.4. Merumuskan hipotesis (dugaan ilmiah yang menjelaskan

    data dan permasalahan yang ada, sehingga dapat menentukan langkah penyelesaian masalah lebih lanjut).

    5. Menguji hipotesis dengan mencari data yang lebih faktual (mengadakan eksperimen).

    6. Menguji keakuratan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya supaya bisa menentukan tindakan terhadap hipotesis tersebut (mengkonformasi, memodifikasi, ataupun menolak hipotesis).

    Apabila ditelaah lebih lanjut, maksud dari setiap langkah yang telah diberikan sebenarnya hampir bersamaan, hanya saja cara pengungkapnnya yang berbeda. Dalam hal ini, Tytler (dalam Samatowa, 2011:57) mengatakan bahwa setiap pendekatan mempunyai langkah-langkah tertentu, namun mempunyai tujuan yang sama, yaitu: (a) menggali gagasan siswa, (b) mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut, dan (c) merefleksikannya secara eksplisit.

    Menanggapi beberapa pernyataan yang telah diungkapkan Tytler di atas, Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 kemudian menjelaskan bahwa pendekatan saintifik meliputi lima langkah pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1 berikut:

  • 54

    Tabel 4.1 Deskripsi Langkah Pembelajaran Pendekatan SaintifikLangkah

    Pembelajaran Deskripsi KegiatanKompetensi yang Dikembangkan

    Mengamati (observing)

    Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat

    Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/ mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati

    Menanya (questioning)

    Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi

    Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan siswa (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

    Mengumpulkan informasi/ mencoba (experimenting)

    Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/ gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan

    Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/ digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

  • 55

    Menalar/ Mengasosiasi (associating)

    Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/ informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan..

    Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/ konsep/ teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/ konsep/ teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta / konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi ,dan kesimpulan dari konsep/ teori/ pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

    Mengomunikasikan (communicating)

    Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

    Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.

    Sumber: Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014.

    Melihat apa yang telah dipaparkan pada tabel 4.1 di atas, rasanya kurang rinci apabila tidak dijelaskan lebih lanjut

  • 56

    dengan struktur yang spesifik. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa langkah-langkah tersebut tidak selalu dilalui secara berurutan, terlebih pada pembelajaran tematik terpadu, dimana pembelajarannya menggunakan tema sebagai pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik keilmuan antara yang satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu, agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut.

    1. MengamatiMenurut Samatowa (2011:94), kegiatan mengamati

    merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa dalam melakukan penyelidikan ilmiah (the basic of all scientific inquiry is observation). Proses mengamati dapat dilakukan dengan indera kita, tetapi tidak menutup kemungkinan pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat, misalnya termometer, timbangan, atau mikroskop.

    Selanjutnya, Samatowa (2011:101) juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator seseorang dalam mengamati, antara lain:a. Menggunakan indera secara aman dan sesuai.b. Mengenali perbedaan dan persamaan objek atau

    kejadian.c. Mengenali urutan kegiatan.d. Mengamati suatu objek atau kejadian secara detail.

    Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media

  • 57

    obyek secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan mengamati siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

    Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.b. Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup

    objek yang akan diobservasi.c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu

    diobservasi, baik primer maupun sekunder.d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi.e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan

    dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

    f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

    Kegiatan mengamati dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan siswa secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan siswa dalam pengamatan tersebut.

  • 58

    a. Pengamatan biasa (common observation). Pada pengamatan biasa untuk kepentingan pembelajaran, siswa merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan pengamatan (complete observer). Di sini siswa sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

    b. Pengamatan terkendali (controlled observation). Seperti halnya pengamatan biasa, pada pengamatan terkendali untuk kepentingan pembelajaran, siswa sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Mereka juga tidak memiliki hubungan apapun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan pengamatan biasa, pada pengamatan terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan pengamatan terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.

    c. Pengamatan partisipatif (participant observation). Pada pengamatan partisipatif, siswa melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, pengamatan semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Pengamatan semacam ini mengharuskan siswa melibatkan diri pada pelaku, komunitas,