18
ISOLASI GALANGIN DARI SIMPLISIA RIMPANG LENGKUAS ( Alpinia galanga) I. TUJUAN Melakukan isolasi galangol dari simplisia rimpang lengkuas (Gal rhizoma) dengan metode maserasi, kromatografi cair vakum, dan kromatografi kolom. II. PRINSIP PERCOBAAN A. Ekstraksi dan Pemeriksaan Parameter Ekstrak 1.Hukum like dissolve like Suatu senyawa cenderung mudah larut dalam pelarut yang memiliki kepolaran yang relatif sama. 2.Maserasi Cara ekstraksi dimana simplisia direndam dalam perkulator menggunakan pelarut etanol sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zat akan melarut dengan pelarut sesuai kepolaran 3.Rendemen Ekstrak Rendemen ekstrak = 4.Bobot Jenis Ekstrak Perbandingan kerapatan zat terhadap kerapatan air. Bobot jenis ekstrak = 5.Dinamolisis Pola difusi sirkular dari ekstrak yang ditunjukkan oleh kertas sa Whatman. 6.Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama pernah terkenal, digunakan secaraluas, terutama dalam analisis 1

teori fitokim

Embed Size (px)

Citation preview

ISOLASI GALANGIN DARI SIMPLISIA RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga) I. TUJUAN Melakukan isolasi galangol dari simplisia rimpang lengkuas (Galangae dan rhizoma) dengan metode maserasi, kromatografi cair vakum, kromatografi kolom. II. A. PRINSIP PERCOBAAN Ekstraksi dan Pemeriksaan Parameter Ekstrak 1.Hukum like dissolve like Suatu senyawa cenderung mudah larut dalam pelarut yang memiliki kepolaran yang relatif sama. 2.Maserasi Cara ekstraksi dimana simplisia direndam dalam perkulator dengan menggunakan pelarut etanol sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zat akan melarut dengan pelarut sesuai kepolarannya. 3.Rendemen Ekstrak Rendemen ekstrak = 4.Bobot Jenis Ekstrak Perbandingan kerapatan zat terhadap kerapatan air. Bobot jenis ekstrak = 5.Dinamolisis Pola difusi sirkular dari ekstrak yang ditunjukkan oleh kertas saring Whatman. 6.Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama yang pernah terkenal, digunakan secara luas, terutama dalam analisis

1

campuran yang rumit dari sumber alam.

2

B. 1.

Fraksinasi Hukum like dissolve like Suatu senyawa cenderung mudah larut dalam pelarut yang memiliki kepolaran yang relatif sama

2.

Hukum Distribusi Nerst Jika terdapat dua pelarut yang tidak saling bercampur, dan ditambahkan zat ketiga maka zat ketiga tersebut akan terdistribusi ke kedua sistem pelarut dengan konsentrasi tertentu.

3.

Adsorpsi dan partisi Adsorpsi :Penyerapan pada pemukaan melibatkan interaksi elektrostatik seperti ikatan hidrogen. Solut bersaing dengan fase gerak untuk terikat pada permukaan adsorben. Partisi : Suatu zat akan terdistribusi ke dalam fase gerak dan fase diam dan pemisahan akan berakhir setelah terjadi kesetimbangan.

4.

Migrasi differensial Perpindahan solut diantara fase gerak dan fase diam karena perbedaan kepolaran.

C.

Pemurnian Fraksi Adsorpsi : Penyerapan pada pemukaan melibatkan interaksi elektrostatik seperti ikatan hidrogen. Solut bersaing dengan fase gerak untuk terikat pada permukaan adsorben. Partisi : Suatu zat akan terdistribusi ke dalam fase gerak dan fase diam dan pemisahan akan berakhir setelah terjadi kesetimbangan.

III.

TEORI Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian

3

tanaman dan eksudat tanaman (Depkes RI, 1979). Tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Pengeringan tersebut harus dillakukan dalam keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik (Harborne, 1987). Lengkuas

Klasifikasi Kingdom Subkingdom Super divisi Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan) : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (menghasilkan biji) : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu/monokotil) : Commelinidae : Zingiberales : Zingiberaceae (suku jahe-jahean) : Alpinia : Alpinia galanga (L.) (Plantamor, 2010)

Deskripsi tanaman Alpinia galanga (L.) Sw. (Zingiberaceae) adalah ramuan herbal dengan akar rhizome yang memiliki batang berdaun tinggi. Hal ini dikenal dengan lengkuas besar (Jaju, 2009). Lengkuas termasuk terna tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai 22,5 meter. Lengkuas dapat hidup di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, lebih kurang 1200 meter diatas permukaan laut. Ada 2 jenis tumbuhan lengkuas 4

yang dikenal yaitu varitas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih dan vaaritas berimpang umbi merah. Lengkuas berimpang umbi putih inilah yang dipakai penyedap masakan, sedang lengkuas berimpang umbi merah digunakan sebagai obat. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri dari susunan pelepah-pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang dan antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja, sedangkan bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun. Bunganya muncul pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga mempunyai aroma yang khas (Rizal, 2005). Kandungan Kimia Alpinia galanga ini kaya akan minyak esensial seperti sineol, metil sinamat, miresin, dan metal eugenol, serta mengandung berbagai flavon seperti galangin, galangol, alpinin, kampferide, dan 3-dioxy-4-methoxy flavones (Jaju, 2009).Dari hasil penelitian penda huluan yang telah dilakukan, di temukan bahwa tumbuhan lengkuas mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol dan terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahan dasar obatobatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid ase toksicavikol asetat, meru pakan senyawa yang bersifat antitumor dari tumbuhan lengkuas (Itokawa, 1993). Senyawa artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan gate, 1993). Artemi sia annua (Compositae). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid (Cole -

Struktur galangol

( Iwan, 2005). Galangol merupakan salah satu zat yang dihasilkan oleh proses metabolit sekunder dari ekstrak rimpang Alpinia galanga (lengkuas). Galangol merupakan

5

senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan flavonoid. Salah satu fungsi dari flavonoid adalah mencegah kerusakan jaringan tanaman yang disebabkan oleh sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh cahaya matahari. Dalam proses pengabsorpsian tersebut flavonoid akan berkurang karena terdestruksi oleh cahaya (Fatimah, 2010). Senyawa galangol dapat diisolasi dari tanaman. Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan metilen klorida, sedangkan fraksinasi dilakukan dengan metode kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom gravitasi (KKG), dan kromatografi lapis tipis (KLT). Identifikasi struktur senyawa dilakukan dengan spektroskopi UV, IR, dan KG-SM. Berdasarkan analisa tersebut didapatkan stuktur senyawa diarilheptanoid dengan berat molekul 326. Senyawa tersebut mengandung gugus hidroksi dan metoksi pada cincin aromatik serta gugus karbonil pada rantai heptannya (Fatimah, 2010). Flavonoid Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-C3-C6.Tiap bagian C6 merupakan cincin benzen yang terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan rantai alifatik(Markham, 1988). Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam .Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air (Harbone,1987) Metode Penyarian Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan ekstraksi.Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat kepolarannya.Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi. Metode-metode ekstraksi yang sering digunakan diantaranya :

6

A. Maserasi Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotongpotong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali.Waktu lamanya maserasi berbeda-beda antara 4-10 hari.Semakin besarperbandingan cairan pengekstraksi terhadap simplisia, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1995). B. Perkolasi Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut(perkolator), yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara terus-menerus dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara terus-menerus, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak.pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan konsentrasi selalu dipertahankan (Voigt, 1995). C. Soxhletasi Soxhletasi dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet. Cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring, atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat, atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak.Cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif serbuk simplisia

Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa

7

larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985). Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silica gel atau alumina. Silica gel biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas penyokong (Sudjadi, 1991). Fase diam dan fase gerak pada KLT Silica gel Fase diam ini dapat digunakan sebagai fase polar maupun non polar.Untuk fase polar,merupakan silika yang dibebaskan dari air, bersifat sedikit asam. Silica gel perlu ditambah gips (kalsium sulfat) untuk memperkuat pelapisannya pada pendukung. Sebagai pendukung biasanya lapisan tipis digunakan kaca dengan ukuran 20x20 cm, 10x20 cm, atau 5x10 cm. pendukung yang lain berupa lembaran alumunium atau plastik.Silica gel kadang-kadang ditambah senyawa fluoresensi, agar bila disinari dengan sinar UV dapat berfluoresensi atau berpendar, sehingga dikenal dengan silica gel GF254 yang berarti silica gel dengan fluoresen yang berpendar pada 254 nm. Silica gel untuk fase non polar terbuat dari silika yang dilapisi dengan senyawa non polar misalnya, lemak, parafin, minyak silikon raber gom, atau lilin.Dengan fase tersebut fase gerak air yang polar dapat digunakan sebagai eluen.Fase diam ini dapat memisahkan banyak senyawa, namun elusinya sangat lambatdan hasil uji ulangnya kurang bagus (Sudjadi, 1991). Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik. Sistem pelarut multikomponen ini harus berupa satu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985). 8

Spektrofotometri Ultra Violet Visibel Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm)dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer.Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar padamolekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.Suatu molekul hanya menyerap radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang khusus (spesifik untuk molekul tersebut) absorbsi cahaya ultraviolet (radiasi berenergi tinggi) mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital dengan energi yang lebih tinggi (Fessenden and Fessenden, 1997). Pemeriksaan Parameter Ekstrak Pemeriksaan parameter ekstrak perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas ekstrak dilihat dari sifat fisik dan kandungan kimianya. a. Pemeriksaan organoleptik ekstrak Pemeriksaan menggunakan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstrak yang diperoleh (Depkes RI, 2000). b. Rendemen ekstrak Rendemen dapat ditetapkan dengan rumus :

(Depkes RI, 2000). c. Bobot jenis ekstrak Penetapan bobot jenis bertujuan memberikan batasan maksimal tentang besarnya massa per satuan volume. Bobot jenis ekstrak dapat ditetapkan dengan rumus:

9

(Depkes RI, 2000). d. Kadar air ekstrak Penetapan kadar air ekstrak dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan titrasi langsung atau tidak langsung (pereaksi Karl-Fischer), destilasi atau gravimetri (Depkes RI, 2000). e. Pola kromatogram lapis tipis Kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan dengan fasa diam silika gel GF 254 dan fase gerak/pengembang kombinasi pelarut dengan perbandingan yang cocok. Untuk memperoleh perbandingan pengembang yang optimal, dapat diperoleh dari literatur atau data data peneitian atau mencoba dengan perbandingan pelarut polar, semipolar, atau non polar yang umum (Depkes RI, 2000). f. Pola dinamolisis Dinamolisis adalah suatu metode yang digunakan untuk identifikasi zat berdasarkan diameter. Dinamolisis dapat dilakukan dengan cara kertas saring Whatman diameter 10 cm, titik pusatnya dilubangi kemudian dipasang sumbu yang terbuat dari kertas saring. Kertas saring bersumbu ini kemudian ditutupkan pada cawan petri yang berisi maserat atau ekstrak cair. Kemudian dibiarkan sampai terjadi proses difusi sirkular selama kurang lebih 10 menit (Depkes RI, 2000). FRAKSINASI Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan , dan kromatografi preparatif hanya dilakukan juka diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan berdasarkan sifat fisika umum dari molekul. Sifat 10

utama yang terlibat ialah: (1) Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan), (2) Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi, penjerapan), dan (3) Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian) . Ada empat teknik kromatografi yaitu: 1. Kromatografi Kertas (KKt) KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat, asam amino dan senyawa fenolat). 2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut lipid (lipid, steroid, karotenoid, kinon sederhana dan klorofil). 3. Kromatografi Gas Cair (KGC) KGC penggunannya terutama untuk senyawa atsiri (asam lemak, mono- dan seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang). 4. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) KCKT adalah suatu metode yang menggabungkan keefisienan kolom dan kecepatan analisis. KCKT dapat memisahkan kandungan yang keatsiriannya kecil (Alam, 2007). Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawasenyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam : a. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi. b. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka (Alam, 2007). Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh

11

kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi (Alam, 2007). Kromatografi Cair Vakum mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu : Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit) Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas missal sampel klinis Kerugian KCV (Kromatogravi Cair Vakum) : Membutuhkan waktu yang cukup lama Sampel yang dapat digunakan terbatas ( Alam, 2007 ).

Gambar Kromatografi Kolom Vakum

12

Gambar Kromatografi Kolom Konvensional Kromatografi Cair Vakum ini bekerja berdasarkan prinsip adsorpsi dan partisi. Adsorpsi merupakan penyerapan pada permukaan yang melibatkan interaksi-interaksi elektrostatik seperti ikatan hydrogen, penarikan dipole- dipole, dan penarikan yang diinduksi oleh dipole. Solute akan bersaing dengan fase gerak untuk berikatan dengan sisi-sisi polar pada permukaan adsorben. Silica gel merupakan jenis adsorben ( fase diam ) yang penggunaannya paling luas. Semakin polar solute, maka semakin tertahan kuat kedalam adsorben silica gel ini. Adsorpsi solut oleh fase diam atau oleh adsorben tergantung pada: Struktur kimia solute Ukuran partikel adsorben Kelarutan solute dalam fase gerak. Kromatografi yang berdasarkan pada adsorpsi bermanfaat untuk

memisahkan isomer-isomer posisi .Partisi merupakan proses sorpsi yang analog dengan ekstraksi pelarut. Fase diam diikatkan pada padatan tipis yang lemben (inert). Dalam partisi solute akan terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam sesuai dengan kelarutan relative diantara keduannya (Voight,1995)

PEMURNIAN FRAKSI

13

Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis preparative (KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. (Hostettmann et al., 1995). Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al., 1995). Proses isolasi yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi. Adsorpsi adalah senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh daya serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda yang menyebabkan terjadi pemisahan (Hostettmann et al., 1995). Adapun keuntungan dari KLT preparatif yaitu : keserbagunaan, kecepatan, dan kepekaannya. Keserbagunaan KLT disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping selulosa sejumlah penjerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada pelat kaca atau penyangga lain dan digunakan untuk kromatografi. Walaupun silika gel paling banyak digunakan, lapisan dapat pula dibuat dari alumunium oksida, celite, kalsium hidroksida, damar penukar ion, magnesium fosfat, poliamida, sephadex, polovinil pirolidon, selulosa dan campuran dua bahan diatas atau lebih. Kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap yang lebih padat bila disaputkan pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita menelaah senyawa labil. Kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga bila diperlukan dapat dipisahkan bahan yang jumlahnya lebih sedikit dari ukuran mikrogram .KLT preparatif juga memiliki beberapa kelemahan yaitu: kerja penyaputan pelat dengan penjerap (Hostettmann et al., 1995). Penotolan cuplikan

14

Cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik ialah pelarut atsiri (heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5 10 %. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan bergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan tangan (pipet) tetapi lebih baik dengan penotol otomatis (camag, desaga, dsb) (Hostettmann et al., 1995) Memilih fase gerak dan mengembangkan pelat KLTP Fase gerak biner berikut (dalam berbagai perbandingan) sangat sering dipakai pada pemisahan secara KLTP: N-heksana-etilasetat, N-heksana-aseton, kloroformmetanol. Penambahan sedikit asam asetat atau dietil amina berguna untuk memisahkan, berturut-turut senyawa asam dan senyawa basa (Hostettmann et al., 1995) Isolasi senyawa yang sudah terpisah Kebanyakan penjerap KLTP mengandung indikator fluoresensi yang membantu mendeteksi kedudukan pita yang terpisah sepanjang senyawa yang dipisahkan menyerap sinar UV (Hostettmann et al., 1995). KLT Dua Arah Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda(silverstein,1991) KLT dua arah atau dua dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solut mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino. Selain itu, dua sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda (Silverstein, 1991). Sampel ditotolkan pada lempeng lalu dikembangkan dengan satu sistem fase

15

gerak sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar dengan salah satu sisi. Lempeng diangkat, dikeringkan dan diputar 90, dan diletakkan dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak kedua, sehingga bercak yang terpisah pada pengembangan pertama terletak dibagian bawah sepanjang lempeng, lalu dikromatografi lagi (Silverstein, 1991).

16

DAFTAR PUSTAKA Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun Makasar. UIN Alauddin. Praktikum Fitokimia.

Colegate, S.M. and Molyneux, R.J. 1993. Bioactive Natural Pro ducts: Detection, Isolation and Structural Determination . Boca Raton. CRC Press. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta. Departemen Indonesia. Kesehatan Republik

Fatimah, S. 2010. Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metilen Klorida dari Rimpang Alpinia galanga. http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate3100004019874/9671/ . [Diakses pada tanggal 8 Mei 2011] Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S. 1991. Organic Chemistry. California. Brooks/Cole Publishing Company. 4th Edition.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. 2nd Edition. Bandung. ITB. Hostettmann, K. 1995. Phytochemistry of Plants Used in Traditional Medicine. Oxford. Clarendon Press. Itokawa, H. and Takeya, K. 1993. Anti- tumor subtances from higher Heterocycles 35: 1467- 1501. plants.

Jaju, S. B. 2009. Galangoflavonoid Isolated from Rhizome of Alpinia galanga (L). http://www.ajol.info/index.php/tjpr/article/view/49402/35736/. [Diakses pada tanggal 7 Mei 2011]. Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung. ITB. Rizal. 2005. Lengkuas. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=17/. [Diakses pada tanggal 8 Mei 2011]. Silverstein. 1991. Spectrometric Identification of Organic Compounds. Canada. Jhon Wiley & Sons, Inc. Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung. ITB Press.

17

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta. UGM Press. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

18