221
PENGARUH PENGGUNAAN METODE ANALOGI FAR (FOKUS-AKSI-REFLEKSI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA (Kuasi Eksperimen di SMAN 86 Jakarta) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh MUHAMMAD PRIYO ATMOJO NIM 1111016100058 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN

METODE ANALOGI FAR (FOKUS-AKSI-REFLEKSI)

TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

(Kuasi Eksperimen di SMAN 86 Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MUHAMMAD PRIYO ATMOJO

NIM 1111016100058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa disusun oleh Muhammad Priyo

Atmojo, NIM. 1111016100058, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan

dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 22 Mei 2018

Yang Mengesahkan:

Pembimbing 1

Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd

NIP. 19681228 200303 1 004

Pembimbing 2

Dina Rahma Fadlilah, M. Si

Page 3: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa” disusun oleh Muhammad Priyo

Atmojo, NIM 1111016100058, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah

dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 05 Juni 2018 dihadapan

dewan penguji. Oleh karena itu, penulis memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd)

dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 25 Juni 2018

Panitia Ujian Munaqasah,

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Prodi Biologi)

Dr. Yanti Herlanti, M.Pd

NIP. 19710119 200801 2 010

........................

........................

Penguji I

Dr. Zulfiani, M.Pd

NIP. 19760309 200501 2 002

.......................

........................

Penguji II

Meiry Fadilah Noor, M.Si

NIP. 19800516 200710 2 001

.......................

.........................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA

NIP. 19550421 198203 1 007

Page 4: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

iii

KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-0

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Muhammad Priyo Atmojo

Tempat/Tgl. Lahir : Rantau Fajar, 20 Juni 1992

NIM : 1111016100058

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : “Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-

Aksi-Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd

2. Dina Rahma Fadlilah, M. Si

dengan ini menyatakan skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini

dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian munaqasah.

Jakarta, 25 Mei 2018

Muhammad Priyo Atmojo

NIM. 1111016100058

Page 5: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

iv

ABSTRAK

Muhammad Priyo Atmojo. 1111016100058. Pengaruh Penggunaan Metode

Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

(Kuasi Eksperimen di SMAN 86 Jakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan

Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Analogi

FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa di kelas XI SMAN

86 Jakarta tahun pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel

penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 2 sebagai kelas eksperimen yang diberi

perlakukan metode pembelajaran Analogi FAR dan siswa kelas XI MIPA 1 yang

diberi perlakuan pendekatan pembelajaran konvensional. Perolehan nilai rata-rata

postes kelas eksperimen sebesar 82.099 dan kelas kontrol sebesar 76.403. Teknik

analisis data yang dilakukan untuk uji normalitas adalah uji Lilliefors dan uji

homogenitas menggunakan uji Fisher, dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan

menggunakan uji-t. Hasil uji-t diperoleh thitung sebesar 2,88 dan ttabel pada taraf

signifikansi 5% sebesar 2,00 maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh penggunaan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

terhadap hasil belajar biologi siswa.

Kata kunci: Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), Hasil Belajar.

Page 6: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

v

ABSTRACT

Muhammad Priyo Atmojo. 1111016100058.The Influence of Analogy FAR

(Focus-Action-Reflection) Method towards Student’s Achievement of Biologi

(Quasi- Experimental in SMAN 86 Jakarta. BA Thesis of Biology Education

Program Study, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiyah

and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta,

2018.

This research aims to determine the influence of Analogy FAR method towards

student’s achievement of Biology in grade XI SMAN 86 Jakarta academic year

2016/2017. The method used in this study was quasi experimental method. The

samples were taken by simple random sampling technique. The samples were the

students of class XI MIPA 2 as the experimental class student treated Analogy

FAR method and the students of class XI MIPA 1 as the control class student

treated conventional approach. Obtaining the average value for post-test of

experimental class was 82.099 and for post-tes of control class was 76,403. The

technique of data analysis used in this research were the normality of the test

through Lilliefors test and homogenity of the test through Fisher test, and

continued by testing hypothesis of the test through t-test. The result of t-test show

that the value of ttest was 2,88 and ttable at 5% significance level was 2,00, then ttest

> ttable. It means that there was influence of analogy FAR (Focus-Action-

Reflection) method towards student’s achievement of Biology.

Keywords: Method Analogy FAR (Focus-Action-Reflection), Student’s

Achievement.

Page 7: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan kenikmatan, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode

Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya

hingga akhir zaman.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus

ikhlas dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Baiq Hana Susanti M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan

IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dina Rahma Fadlilah, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

tulus ikhlas memberikan ilmu kepada penulis, semoga ilmu yang Bapak dan

Ibu berikan bermanfaat serta menjadi shadaqah yang tak terputus.

7. Suharti Latifah, M.Pd, Kepala Sekolah SMAN 86 Jakarta yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah

tersebut, dan seluruh dewan guru SMAN 86 khususnya Dra. Anneke

Makapele selaku guru mata pelajaran Biologi yang telah memberikan arahan

kepada penulis selama penelitian.

Page 8: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

vii

8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sukarmin dan Ibunda Suhartiyah serta

Kakanda, Eko sulistyowati, Joko Sulistyo, Didik Andrianto, dan Sri

Kurniawati, yang selalu sabar mendoakan dan memberikan semangat kepada

penulis sehingga penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kedua Orang tua Angkat tercinta Dr. TubagusWahyudi,ST.,MSi.,MCHt.,CHI

dan Dwi Andiani Astuti, SE yang telah banyak membantu, membimbing dan

memberi semangat serta nasehat yang begitu berharga kepada penulis.

10. Teman-teman Pendidikan Biologi Angkatan 2011 yang telah memberikan

kenyamanan, dukungan dan semangat dalam menjalani rangkaian proses

perkuliahan selama ini.

11. Seluruh dosen, senior, junior, dan sahabat KAHFI BBC Motivator School

terutama Angkatan 15 yang telah memberikan kenyamanan, dukungan dan

semangat dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.

12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak-pihak yang telah

membantu di dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Jakarta, 26 Mei 2018

Penulis

Page 9: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................i

LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH ...................................................ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................iii

ABSTRAK .........................................................................................................iv

ABSTRACT ........................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................6

C. Pembatasan Masalah ...............................................................................6

D. Rumusan Masalah ...................................................................................7

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................7

F. Manfaat Penelitian ..................................................................................7

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik....................................................................................8

1. Pembelajaran Kontruktivisme ...........................................................8

2. Metode Pembelajaran ........................................................................11

3. Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) .....................................12

a. Pengertian Analogi ......................................................................12

b. Definisi Analogi FAR (Fokus-Aksi Refleksi) ..............................14

c. Metode Fokus-Aksi-Refleksi........................................................14

d. Contoh Penggunaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)...........16

e. Contoh Indikator Observasi Menggunakan Analogi FAR

(Fokus-Aksi-Refleksi) ..................................................................19

Page 10: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

ix

4. Belajar dan Hasil Belajar ..................................................................21

a. Pengertian Belajar .......................................................................21

b. Pengertian Hasil Belajar ..............................................................26

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .......................31

d. Penilaian Hasil Belajar ................................................................32

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................34

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................36

D. Hipotesis Penelitian .................................................................................38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................39

B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................39

C. Populasi dan Sampel ...............................................................................40

D. Variabel Penelitian ..................................................................................40

E. Prosedur Penelitian..................................................................................41

1. Tahap Persiapan Penelitian ...............................................................41

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ...........................................................41

3. Tahap Akhir Penelitian .....................................................................41

F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................42

1. Tes .....................................................................................................42

2. Observasi ...........................................................................................42

G. Instrumen Penelitian................................................................................42

1. Tes Tertulis........................................................................................43

2. Lembar Observasi .............................................................................44

H. Kalibrasi Intrumen ..................................................................................46

1. Uji Validitas ......................................................................................46

2. Uji Reliabilitas ..................................................................................48

3. Tingkat Kesukaran ............................................................................49

4. Daya Pembeda ...................................................................................50

I. Teknik Analisis Data ...............................................................................50

1. Perhitungan N-Gain ..........................................................................51

Page 11: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

x

2. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................51

a. Uji Normalitas .............................................................................51

b. Uji Homogenitas .........................................................................52

c. Uji Hipotesis ...............................................................................53

J. Hipotesis Statistika ..................................................................................53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................................55

1. Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................55

2. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................57

3. Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..........................59

B. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran .................................61

C. Uji Prasyarat Analisis Data .....................................................................63

1. Uji Normalitas ...................................................................................63

a. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......63

b. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .....64

2. Uji Homogenitas ...............................................................................64

a. Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..64

b. Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .65

D. Pengujian Hipotesis .................................................................................66

1. Pretes .................................................................................................66

2. Postes ................................................................................................67

E. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................71

B. Saran ........................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................72

LAMPIRAN .......................................................................................................76

Page 12: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metode FAR untuk Mengajar dan Belajar dengan Analogi ...............15

Tabel 2.2 Contoh Tahapan Penggunaan Metode Analogi FAR ..........................17

Tabel 2.3 Contoh Indikator Observasi Menggunakan Analogi FAR .................19

Tabel 3.1 Desain Penelitian.................................................................................39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Intrumen Penelitian ..............................................................43

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ..............................................45

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran .................................................................49

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda .......................................................................50

Tabel 3.6 Kriteria N-Gain ...................................................................................51

Tabel 4.1 Data Skor Pretes ..................................................................................56

Tabel 4.2 Data Skor Postes .................................................................................58

Tabel 4.3 Data Skor N-Gain................................................................................60

Tabel 4.4 Frekuensi N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ..............................60

Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru...........................................................61

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ..............63

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ..............64

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretes ....................................................65

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Postes ....................................................65

Tabel 4.10 Hasil Uji-t Pretes ...............................................................................66

Tabel 4.11 Hasil Uji-t Postes ..............................................................................67

Page 13: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ...............................................................37

Gambar 4.1 Diagram Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.........57

Gambar 4.2 Diagram Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........59

Page 14: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ..............76

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ....................98

Lampiran 3 Pedoman Penggunaan Analogi FAR pada Ginjal........................114

Lampiran 4 Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Pembentukan Urin ...116

Lampiran 5 Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Anatomi Kulit ..........119

Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ....................................................121

Lampiran 7 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian .....................................122

Lampiran 8 Instrumen Tes Hasil Belajar ........................................................148

Lampiran 9 Lembar Observasi ........................................................................154

Lampiran 10 Hasil Anates Uji Validitas Instrumen Tes ...................................158

Lampiran 11 Hasil Anates Uji Reliabilitas Instrumen Tes ...............................161

Lampiran 12 Hasil Anates Tingkat Kesukaran Instrumen Tes .........................164

Lampiran 13 Hasil Anates Daya Pembeda Instrumen Tes................................167

Lampiran 14 Data Hasil Pretes Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ............170

Lampiran 15 Analisis N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...............172

Lampiran 16 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ................................................174

Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas Data Postes ................................................176

Lampiran 18 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes .............................................178

Lampiran 19 Hasil Uji Homogenitas Data Postes ............................................179

Lampiran 20 Hasil Uji Statistik Hipotesis ........................................................180

Lampiran 21 Pedoman Wawancara Guru .........................................................182

Lampiran 22 Lembar Uji Referensi ..................................................................184

Lampiran 23 Surat-surat ....................................................................................204

Page 15: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengajar merupakan seni ilmu pengetahuan. Semua orang dapat mengajar,

tetapi belum tentu gaya mengajarnya diterima oleh siswa. Pengajar yang mampu

mengajar dengan baik tentu akan menghasilkan kualitas siswa yang baik pula.1

Sebagai seorang pengajar, guru harus memahami bagaimana cara menjelaskan

materi kepada siswa, sehingga hasil belajarnya dapat optimal. Namun, mengajar

bukan hanya persoalan menjelaskan materi. Lebih dari itu, pengajaran yang baik

akan menggairahkan siswa dan membuatnya antusias berkeinginan mempelajari

banyak hal, termasuk segala sesuatu yang ada disekitarnya.2 Keinginan untuk

mempelajari itulah yang menimbulkan pertanyaan serta gagasan atau bahkan teori

baru. Pertanyaan dan gagasan tersebut akan berkembang menjadi ilmu

pengetahuan jika dapat dibuktikan secara rasional. Namun yang terpenting dari

pertanyaan dan gagasan itu adalah terbukanya cakrawala ilmu pengetahuan baru

yang bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, yang berperan besar dalam hal ini

adalah guru, sehingga guru harus mengerti seni mengajar yang baik untuk

mengembangkan tingkat pengetahuan siswa melalui pembelajaran yang

menyenangkan sehingga cakrawala berpikir dan pengetahuan siswa akan

bertambah luas.

Seni dalam mengajar dibutuhkan dalam mengelola interaksi guru dengan

siswa. Interaksi antara keduanya akan menimbulkan kesenangan dalam belajar.

Dengan demikian, gagasan pembelajaran yang disampaikan guru diterima oleh

siswa. Seorang guru juga tidak boleh merasa puas dalam pengajaran, guru

diharapkan terus belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya.3 Keinginan untuk

terus belajar inilah yang akan membuat guru selalu terpantik kreativitasnya. Guru

yang hebat akan selalu mengerti bagaimana mengajar yang tepat, bagaimana

1 Marsudi Wahyu Kisworo, Revolusi Mengajar, Jakarta: Asik Generation, 2016, h. 39.

2 Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi Dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,

2013, h. 1. 3 Munif Chatib, Gurunya Manusia, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013, h. xv.

Page 16: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

2

caranya menggali potensi siswa lalu dikembangkan secara optimal sehingga

pengetahuan siswa akan bertambah, dan hasil belajarnya maksimal.

Pengetahuan yang dimiliki siswa diperoleh dari proses pembelajaran dan

diukur melalui hasil belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan

kriteria atau ukuran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Dari hasil belajar

ini diharapkan nantinya akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Hasil

belajar merupakan usaha yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran dalam

waktu tertentu yang diukur menggunakan alat evaluasi tertentu. Biggs,

menambahkan bahwa hasil belajar dapat dilihat juga melalui keterlibatan siswa

terhadap proses pembelajaran. Elliot dan Harackiewicz, menyatakan bahwa

keterlibatan siswa dapat dilihat melalui sejauh mana siswa memiliki kepedulian

akan hasil terbaik yang dapat dicapai dalam proses belajar, waktu yang

dicurahkan untuk tugas-tugas yang harus dikerjakan, serta sejauh mana siswa

berkonsentrasi dan terlibat dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas maupun di

luar kelas.4 Jika siswa mulai peduli akan pentingnya mendapatkan hasil terbaik,

maka akan terhindar dari rendahnya hasil belajar yang didapatkan.

Permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar ini ditemukan pada sekolah

menengah atas di SMAN 86 Jakarta, khususnya mengenai hasil belajar siswa pada

pembelajaran biologi. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru mata

pelajaran biologi, pada bulan Maret tahun ajaran 2016/2017 semester genap,

menunjukkan bahwa masih banyak siswa (lebih dari 50%) yang memiliki hasil

belajar, yaitu nilai ulangan harian, masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM).

Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, diantaranya

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan

belajar. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi

4 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2010, h. 95.

Page 17: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

3

lingkungan di sekitar siswa dan pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

dalam mempelajari materi pelajaran.5

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru mata pelajaran biologi di SMAN

86 Jakarta, penulis menemukan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan di

sekolah tersebut dirasa masih kurang tepat. Dikarenakan metode yang sering

digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok, dan presentasi serta praktikum

untuk konsep yang memang menuntut untuk dilakukannya praktikum.6 Kurang

dikaitkannya konsep pembelajaran dengan kehidupan keseharian siswa

menyebabkan siswa kesulitan untuk menerapkan konsep yang mereka dapatkan di

dalam kelas ke kehidupan mereka di luar kelas. Dengan faktor tersebut, sedikit

banyak berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa dalam belajar yang

nantinya juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh mereka

di sekolah.

Selain hasil belajar, masalah lain yaitu kurang aktifnya siswa dalam proses

pembelajaran juga menjadi hal yang perlu diperhatikan di SMAN 86 Jakarta.

Karena tidak dapat dipungkiri permasalahan ini juga sedikit banyak berpengaruh

terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa tersebut. Penggunaan metode yang

tepat perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah SMAN

86 Jakarta ini. Selain itu, untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa,

pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga diharapkan mampu

mempermudah proses pembelajaran bagi guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran secara optimal.

Terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan guru

di kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan metode

pembelajaran yang tepat juga membantu guru untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan

5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, Cet. 19, h. 129. 6 Lampiran 21, h. 182.

Page 18: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

4

maksimal.7 Dengan demikian, siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru,

akan tetapi juga dapat memahami konsep materi secara utuh karena adanya

interaksi antara siswa dengan guru, lingkungannya, maupun siswa dengan siswa

lainnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan metode

analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

ini, akan membantu siswa memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Guru

harus memahami, jika sebuah konsep materi benar-benar di luar bayangan siswa,

maka penggunaan analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) adalah cara yang baik untuk

dicoba.8 Analogi yang digunakan harus yang sudah umum dikenal dalam

kehidupan sehari-hari siswa. Contohnya, peta dari suatu daerah adalah analogi

dari suatu wilayah. Komputer adalah analogi dari otak manusia, karena dapat

mengingat, menghitung dan lain sebagainya.

Penggunaan analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) digunakan untuk membantu

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa terhadap materi. Oleh karena itu, diperlukan

penggunaan analogi yang tepat dengan materi yang akan disampaikan sehingga

siswa akan mudah menerima informasi dari guru. Dan juga guru akan terbantu

karena materi yang disampaikan dengan mudah diterima dan dikuasai oleh siswa.

Pada proses belajar mengajar, penggunaan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) dapat meningkatkan pemahaman murid terhadap konsep sains yang

diajarkan dengan menggunakan analogi.9 Prinsip kerja pemecahan masalah

melalui analogi adalah dengan mengadopsi solusi dari masalah lain yang

terselesaikan yang mana solusi dari masalah lain merupakan referensi.10

7 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

2006, h. 122.

8 Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi Dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,

2013, h. 1. 9 Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Ibid., h. 38.

10 Alamsyah said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences,

Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, h. 166.

Page 19: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

5

Keuntungan yang didapatkan ketika menggunakan analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) di dalam kelas, diantaranya adalah menggunakan analogi untuk belajar

sains dapat digambarkan sebagai pengembangan konsep (siswa akan berkembang

konsep pemikirannya).11

Penggunaan analogi dapat membantu pembelajar

mempelajari informasi baru dengan menghubungkannya pada konsep-konsep

yang telah dimilikinya.12

Penggunaan Analogi dalam pembelajaran kimia, menurut teori memori kode

ganda (dual code theory of memory) menyebabkan struktur partikel-partikel

materi dapat disimpan dalam bentuk visual dan verbal, sehingga lebih mudah

diingat dan dipanggil kembali pada saat diperlukan, dibandingkan hanya nama

partikel materi yang bersifat abstrak.13

Analogi juga menumbuhkan “rasa ingin

tahu” yang membantu siswa untuk memetakan persamaan dan perbedaan antara

pengalaman keseharian dan konsep target. Siswa dan guru sama-sama mencari

pengetahuan yang didapatkan dari proses belajar.

Para guru yang telah menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) di kelas mereka setuju, bahwa adanya peningkatan pemahaman siswa

terhadap konsep sains yang diajarkan dengan menggunakan analogi.14

Analogi

juga dapat membantu siswa membangun jembatan konseptual antara sesuatu yang

familiar dengan sesuatu yang baru. Dengan demikian, siswa akan mudah dalam

memahami materi yang diajarkan di kelas.

Biologi sebagai salah satu bidang dari sains yang menyediakan berbagai

pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pengalaman

manusia, bergerak dari hal-hal yang bersifat konkrit menuju ke hal-hal yang

bersifat abstrak. Begitupun pengalaman belajar yang disediakan dalam biologi,

11

Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, op. cit., h. 19. 12

I Wayan Suja, Strategi “Ermo” dalam Pengajaran Konsep-Konsep Kimia Abstrak-Teoritis,

Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20

September 2014, h. C-20. 13

I Wayan Suja, Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia, Jurnal Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014, h. 409. 14

Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, op. cit., h. 38.

Page 20: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

6

untuk memahami konsep dimulai dari konsep yang bersifat konkrit sampai yang

bersifat abstrak. Biologi memiliki konsep pembahasan yang konkrit (benda nyata)

atau abstrak (digeneralisasikan). Konsep biologi, seperti yang berhubungan

dengan genetika, homeostatis, dan saling ketergantungan ekologi, menuntut

kemampuan berpikir abstrak dan analogi dapat berguna untuk memberikan

gambaran alternatif yang lebih dapat diterima akal.15

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) yang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu, peniliti tertarik untuk membahas

judul penelitian yaitu,“Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Konsep-konsep biologi yang cenderung bersifat abstrak menyebabkan

biologi termasuk salah satu pelajaran yang sulit dipahami sehingga

berdampak pada rendahnya hasil belajar biologi siswa.

2. Penerapan metode pembelajaran yang kurang optimal menjadi salah satu

penyebab hasil belajar siswa yang rendah.

3. Cenderung siswa masih bersikap pasif dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak terlalu luas, peneliti membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang dibatasi pada ranah

kognitif yang merujuk pada taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, ranah kognitif yang akan

diukur pada penelitian ini mulai dari C1 sampai C4.

15

Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, op. cit., h. 102.

Page 21: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

7

2. Hasil belajar dengan menggunakan analogi FAR pada konsep sistem

ekskresi yang dianalogikan pada materi ginjal, pembentukan urine, dan

kulit.

3. Untuk mengatasi hasil belajar siswa, peneliti menggunakan metode

analogi FAR (Fokus-Aksi-Refeksi).

4. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI SMAN 86 Jakarta semester

ganap tahun pelajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah penelitian di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana pengaruh metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil

belajar biologi siswa”?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode analogi FAR (Fokus-

Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru biologi, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk

menerapkan analogi dengan metode FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) dalam

konsep bahasan biologi yang lain dan diharapkan dapat membantu proses

pengajaran di kelas.

2. Bagi siswa, penggunaan metode analogi FAR dapat dijadikan pengalaman

belajar baru yang diharapkan dapat memudahkan memamahi konsep materi

dan meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

dasar dan rujukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

Page 22: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

8

BAB II

DESKRIPSI TEORETIK,

KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Pembelajaran Konstruktivisme

Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah bahwa pengetahuan

secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Namun penelitian

pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa

pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pandangan ini yang dianut

oleh konstruktivisme. Sejalan dengan itu, paham konstruktivistik pengetahuan

merupakan konstruksi (bentukan) dari orang-orang yang mengenal sesuatu

(skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain karena

setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.1

Belajar menurut pandangan konstruktivistik berarti membangun. Siswa

membangun pengetahuan dan pemahamannya dengan cara terlibat aktif dalam

proses pembelajaran. Perolehan pengetahuan baru yang dibangun melalui

informasi dalam struktur kognitif yang telah siswa miliki sebelumnya dan

menekankan pada penemuan makna dalam proses pembelajaran. Teori belajar

konstruktivisme ini dipelopori oleh J. Piaget dan Vygotsky.2

Dari pandangan Piaget yang merupakan konstruktivis pertama menegaskan

bahwa pengetahuan anak dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan

akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.

Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya

informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian lain

tentang akomodasi adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru

1 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan

Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: Ar-Ruzz Media: 2011,

h. 107. 2 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 119.

Page 23: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

9

yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada

sehingga cocok dengan rangsangan itu.3

Semua pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiatan atau tindakan

seseorang. Pengetahuan ilmiah berevolusi, berubah dari waktu ke waktu.

Pemikiran ilmiah adalah sementara, tidak statis, dan merupakan proses. Pemikiran

ilmiah adalah proses konstruksi dan reorganisasi secara terus menerus.

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada di luar, tetapi ada di dalam diri seseorang

yang membentuknya. Setiap pengetahuan mengandaikan sesuatu interaksi dengan

pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, seseorang tidak dapat mengonstruksi

pengetahuan.4

Pembelajaran konstruktivistik menekankan pada pembelajaran yang

mendorong siswa untuk membangun pemahaman dari pengetahuan-pengetahuan

yang telah dimiliki sebelumnya melalui interaksi aktif dalam kegiatan

pembelajaran dan melalui pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Dalam

proses membangun pengetahuan tersebut dapat terjadi penyempurnaan terhadap

pemahaman yang ada sebelumnya atau bahkan perubahan pemahaman dari yang

sebelumnya akibat dari pembelajaran itu sendiri.

Dalam keterangan lain, aliran konstruktivisme ini menegaskan bahwa

pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang

melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindera, yaitu indera pengelihatan

(visual), pendengaran (audiotori), perasaan (kinestetik). Aliran ini juga menolak

adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain

dengan alasan pengetahun bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika

pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, pengetahuan itu akan sia-sia.

Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk

menggali pengalaman yang digali dari pengalaman dan pengetahuan peserta

didik.5

3 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT

Prestasi Pustakaraya, 2011, h. 70. 4 Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012, h. 31. 5 Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan

Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006, h. 43.

Page 24: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

10

Belajar menurut teori konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan tidak

dapat dipindahan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa

siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan

kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan

sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai

dengan kehendak guru. Dengan kata lain, teori ini membuktikan bahwa faktor

utama yang memberikan sumbungan pengetahuan siswa ada dalam dirinya.

Kematangan kognitif siswa bisa diperoleh dari pengalaman yang ditimbulkan

dalam kehidupannya, sehingga pengetahuannya terus bertambah.

Sehubungan dengan hal di atas, Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam

teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa

dalam mengonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya

membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga

adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.6 Pada

pengertian ini, dapat dipahami bahwa keterlibatan anak secara aktif, pengalaman

anak yang didapatkannya akan mempengaruhi terjadinya proses belajar dan

kematangan dalam proses kognitif anak.

Proses belajar mengajar bukan lagi sekedar pemindahan pengetahuan atau

informasi dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang membantu

siswa dalam memperoleh dan membangun pengetahuannya secara mandiri.

Orientasi pembelajaran dipusatkan pada siswa (learner oriented) dan guru

berperan sebagai teman sharing sekaligus pembimbing siswa ketika mengalami

kesulitan dalam belajar.

Pembelajaran yang menganut paham konstruktivistik akan melatih siswa

lebih mandiri dalam proses mendapatkan pengetahuan. Kemudian secara perlahan

dapat mengurangi ketergantungan berlebih kepada guru. Namun bukan berarti

peran guru tidak lagi penting, guru tetap dibutuhkan dalam proses pembelajaran

tetapi tidak menjadikannya sebagai satu-satunya sumber belajar yang serba tahu

dan selalu benar. Pemahaman yang diperoleh melalui proses konstruksi mandiri

6 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT

Prestasi Pustakaraya, 2011, h. 73.

Page 25: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

11

dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh, untuk

kemudian diharapkan mampu mereka terapkan dalam berbagai situasi nantinya.

2. Metode Pembelajaran

Sebelum membahas analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), perlu diketahui

terlebih dahulu pengertian dari metode pembelajaran itu sendiri. Metode, secara

harfiah berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata depan meta dan kata benda hodos.

Kata meta, berarti menuju, melalui, mengikuti, dan kata hodos, berarti cara, jalan,

dan arah. Menurut istilah, metode adalah cara berpikir menurut sistem tertentu.

Runesa menjelaskan, metode adalah prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu. Dari dua pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa metode adalah suatu

cara atau prosedur yang digunakan dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan

yang optimal.7

Menurut Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, metode mengajar

adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur ketika

menyampaikan bahan ajar/materi pelajaran.8

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun

langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan

dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai prosedur atau proses

yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.9

Metode pembelajaran memiliki fungsi membantu guru mengoptimalkan proses

pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan

maksimal.

Dari beberapa penjelasan dapat dipahami bahwa metode pembelajaran

merupakan suatu cara, strategi yang dapat digunakan untuk merancang

mekanisme suatu pembelajaran dari awal sampai akhir secara sistematis agar

pembelajaran dilakukan secara optimal. Proses belajar akan mempengaruhi hasil

akhir dari pembelajaran, yaitu berupa berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran

7 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011, h. 60.

8 Zulfiani dkk, op.cit., h. 96.

9 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Tori dan Konsep Dasar, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, cet. ke-3, 2012, h. 19.

Page 26: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

12

tersebut tercapai. Oleh karena itu, pengaturan proses belajar perlu dilakukan

dengan seksama agar proses belajar itu sendiri berjalan dengan baik dan

menghasilkan hasil akhir yang baik pula.

3. Metode Pembelajaran Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

a. Pengertian Analogi

Analogi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah persamaan atau

penyesuaian antara dua benda atau hal yang berbeda, sedangkan menganalogikan

adalah membuat sesuatu yang baru berdasarkan contoh yang sudah ada.10

Dalam

suatu analogi, objek keseharian, kejadian atau cerita yang cukup dipahami disebut

analog, sedangkan konsep sains yang sedang dibandingkan disebut target.11

Domain target biasanya adalah konsep abstrak sedangkan domain penghantar

biasanya konsep yang sudah diketahui oleh siswa. Analogi berarti memetakan

pengetahuan dari suatu domain dasar ke domain target, yang saling berhubungan.

Analogi juga alat berpikir yang bervariasi tingkatan kesesuaian antar analog

dengan targetnya.12

Menggunakan analogi untuk belajar sains dapat digambarkan sebagai

pengembangan konsep (siswa akan berkembang konsep pemikirannya), atau

perubahan konsep (membuang konsep tidak ilmiah dalam pikiran), atau keduanya.

Pengajaran yang berhasil merubah konsep pemikiran siswa, muncul saat minat

mengajar dengan analogi hadir.

Peneliti mengemukakan bahwa sangat penting untuk membimbing siswa dan

membantu mereka menemukan saat kapan dan bagaimana konsep sains mirip

dengan analog dan kapan tidak. Semua analogi memiliki kelemahan dan

bagaimana mendiskusikannya manakah konsep ilmiah yang bisa diambil

analoginya dari objek keseharian, kejadian atau kisah, dan mana yang tidak bisa.

10

Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences,

Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa, Jakarta: Prenada Media Group, 2015, h.

165. 11

Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,

2013, h. 11. 12

Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Ibid., h. 12.

Page 27: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

13

Sehingga pengelolaan analogi yang baik membuat siswa berpikir tentang apa yang

mereka pelajari, dan membantu mereka menemukan penjelasan yang lebih baik.

Para guru hendaknya menumbuhkan „rasa ingin tahu” yang membantu murid

untuk memetakan persamaan dan perbedaan antara pengalaman keseharian dan

konsep target. Siswa dan guru sama-sama mencari pengetahuan yang didapatkan

dari proses belajar. Hal yang harus ditekankan adalah para siswa harus melihat

dan memahami sifat-sifat bersama antara analog dan target, selama mereka

mengembangkan konsep. Belajar adalah kontruksi pribadi terhadap pengetahuan

baru yang dibangun di atas pengetahuan lama. Analogi membantu siswa belajar

dan mengingat gagasan ilmiah. Analogi juga adalah alat penelitian yang efektif

karena menghadirkan pertanyaan baru, keterkaitan, dan penyelidikan.

Strategi analogi dalam pembelajaran adalah pemahaman konsep dengan cara

membuat persamaan suatu bentuk dengan bentuk lainnya, yang mengakibatkan

adanya hubungan kesamaan sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

Jadi analogi digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan bentuk

lainnya yang mirip agar menghadirkan solusi. Strategi analogi memiliki poin-poin

prosedur sebagai berikut: yaitu konsep awal, yang biasanya sulit dipahami dengan

berbagai persepsi. Proses analogi, upaya mencari premis yang sama antara konsep

awal dan konsep baru. Dan analogi konsep baru, yang merupakan hasil dari proses

analogi.13

Pada proses belajar mengajar, strategi analogi cocok untuk membantu siswa

menemukan atau memecahkan masalah. Prinsip kerja pemecahan masalah melalui

analogi adalah dengan mengadopsi solusi dari permasalahan lain yang

terselesaikan yang dijadikan refrensi untuk digunakan. Dengan demikian,

penggunaan analogi sangat membantu menemukan solusi bagi siswa.

b. Definisi Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Pengajaran dengan analogi adalah cara yang menarik dan menyenangkan

untuk menjalaskan konsep IPA. Analogi membuat konsep abstrak yang asing

menjadi lebih dikenal dengan membandingkan konsep tersebut dengan objek dan

pengalaman keseharian. Namun kenyataan tak semua analogi cocok digunakan.

13

Munif Chatib, Gurunya Manusia, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013, h. 158.

Page 28: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

14

Para guru terkadang menghindari analogi konsep ilmiah karena khawatir timbul

pemahaman yang menyimpang pada konsep tersebut. Setelah dilakukan penelitian

studi literatur untuk mengidentifikasi setiap metode sistematis yang menyajikan

instruksi penggunaan analogi. Kemudian efektivitas metode tersebut diujikan di

dalam kelas. Hasil analisis evalusi menunjukkan bahwa, metode ini mengabaikan

dua hal penting, yakni rencana pembelajaran (lesson planning) dan evaluasi pasca

pengajaran (postclass reflection). Para peneliti membayangkan ada sebuah metode

yang dapat mendorong para guru untuk memikirkan analogi dan penyajian mereka

sebelum, sesudah dan yang sedang dipelajari. Hal ini mengarah pada metode yang

menekankan pada aspek Fokus, Aksi dan Refleksi dari pengajaran, dan metode ini

disebut metode Analogi FAR untuk pengajaran dengan analogi.14

c. Metode Fokus-Aksi-Refleksi

Metode analogi FAR ini di desain agar dapat mengevaluasi keterampilan guru

yang menggunakan analogi dalam pengajaran sains. Karena tiga tahap Fokus-

Aksi-Refleksi telah membuat pengajaran menjadi jelas dan optimal, maka

penerimaan metode FAR dengan praktik para guru menjadi mudah. Tiga tahap

dari metode ini diringkas di dalam tabel 2.1, sehingga guru dapat mengingat

dengan mudah tahapan yang diperlukan untuk menjalankan intruksi analogi yang

efektif.

Berikut ini adalah penjelasan rinci dari setiap tahap yaitu, Fokus: dalam

mengajar analogi, guru hendaknya menyadari sejak awal, adanya aspek kesulitan

pada konsep yang akan diajarkan (kesulitan bagi guru maupun siswa). Aksi: tahap

aksi dalam pengajaran analogi mengharuskan guru memperhatikan tingkat

keakraban para siswa dengan analog. Selain itu ia juga harus memperhatikan

kemiripan dan ketidakmiripan sifat antara analog dengan target. Proses dilakukan

dengan menggambarkan kemiripan ciri-ciri analog dengan target disebut

pemetaan sifat-sifat bersama. Refleksi: hal berikut yang harus dilakukan dalam

penggunaan analogi, guru harus merenungi kejelasan dan kegunaan dari analogi

sebagai bagian pembuatan kesimpulan. Lihat tabel 2.1 berikut ini:

14

Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,

2013, h. 30.

Page 29: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

15

Tabel 2.1 Metode FAR untuk Mengajar dan Belajar dengan Analogi15

FOKUS

Objek

Konsep Materi

Siswa

Analog

Hal yang Harus Diidentifikasi Guru

Apakah konsepnya ini sulit, asing atau abstrak?

Apa yang sudah diketahui murid seputar konsep

tersebut?

Apakah para siswa sudah mengenal analognya?

AKSI

Analogi

Mirip

Tidak Mirip

Kegiatan

Diskusikan ciri-ciri pada analog dan konsep sains.

Gambarkan kemiripan di antara keduanya!

Diskusikan saat di mana analog tidak mirip konsep

sains

REFLEKSI

Hal

Kesimpulan

Perbaikan

Catatan

Apakah analogi ini jelas, berguna, atau

membingungkan? Apakah hasilnya sesuai rencana?

Berdasarkan hasilnya, apakah ada perubahan

diperlukan di waktu yang lain Anda menggunakan

analogi ini?

d. Contoh Penggunaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Bahasa teknik bisa jadi memusingkan dan menakutkan bagi para siswa. Saat

mempelajari tentang sistem ekskresi, banyak istilah-istilah yang digunakan,

sehingga memusingkan siswa untuk mempelajarinya. Selain itu, pemahaman

tentang bagian anatomi dan proses pada sistem ekskresi juga mempersulit siswa.

Dengan didasari hal ini, peneliti merumuskan sebuah analogi yang digunakan

untuk mempermudah siswa dalam memahami sistem ekskresi sehingga akan

memberikan wawasan dan cara berpikir baru kepada siswa. Peneliti meyakini

15

Ibid., h. 32.

Page 30: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

16

bahwa penggunaan analogi sangat efektif untuk memasukkan unsur kemudahan

dan kesenangan dalam pembelajaran. Analogi ini memberikan kesempatan para

siswa mempelajari sesuatu yang abstrak, asing dan tidak tergapai. Untuk

mempermudah penggunaan analogi, peneliti menggunakan metode FAR yang

digunakan sebagai dasar mengajar materi tentang sistem ekskresi.

Fokus. Istilah-istilah yang sulit dipahami membuat peneliti ingin mengemas

konsep sistem ekskresi dengan menggunakan analogi. Demontrasi sederhana yang

dipakai akan membuat siswa memudahkan untuk memahaminya. Sebuah

pertanyaan penting sehubungan penggunaan analogi ini adalah apakah siswa

sudah familiar dengan analog yang digunakan. Itulah yang harus dipikirkan,

analogi apa yang tepat untuk konsep yang diajarkan.

Aksi. Tahap aksi dalam analogi ini dapat diimplementasikan dengan satu atau

dua cara. Guru dapat menggambarkan ciri-ciri analog yang mirip dengan konsep

sistem ekskresi terutama pada ginjal, kulit, dan lain-lain. Sebagai contoh guru

dapat menjelaskan bentuk ginjal yang merupakan alat ekskresi manusia

dianalogikan dengan biji ercis. Ini sangat sederhana Keindahan dari analogi ini

adalah dengan sedikit imajenasi, ia dapat membantu siswa belajar banyak hal

tentang bentuk ginjal dan menciptakan pengalaman yang menarik. Jangan takut

untuk mengembangkan analogi lebih jauh, hanya ingatlah untuk melakukan

pemetaan baik sifat-sifat bersama atau yang bukan bersama.

Cara lain untuk menerapkan tahap aksi adalah mengelompokkan siswa dan

memberi kesempatan mereka untuk mengembangkan analogi buatan mereka

sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong mereka lebih kreatif dan

menemukan argumentasi bagian-bagian mana saja yang mirip antara konsep dan

analognya.

Refleksi. Tahap ini akan bernilai manakala guru mewawancarai beberapa

siswa untuk memeriksa apakah analoginya jelas atau berguna atau malah

membingungkan. Jika kelompok kerja siswa dijalankan, guru dapat memeriksa

lembar kerja atau meminta siswa mempresentasikan hasil diskusinya untuk

Page 31: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

17

memastikan apakah gagasan yang dikembangkan para siswa sudah tepat. Guru

dapat menampung tanggapan siswa tersebut dan memikirkannya, agar dijadikan

bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan dalam menggunakan analogi

pada waktu berikutnya. Tabel. 2.2 ini menunjukkan contoh tahapan penggunaan

dengan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) pada konsep organel sel.

Tabel 2.2 Contoh Tahapan Penggunaan Metode Analogi FAR16

Analogi Kota untuk Sebuah Sel

Fokus Konsep Fungsi-fungsi organel sel dan hubungan timbal balik

diantaranya bersifat abstrak, dan sulit untuk dipahami

dan dikomunikasikan oleh pada siswa. Minat terhadap

genom manusia dan tumbuhnya rasa butuh untuk

memahami fungsi dasar organel, akan meningkatkan

konsentrasi belajanr pada bidang biologi sel. Tidak

ada sel yang bisa hidup sendirian dan tidak pula ia

berwujud mandiri.

Para Siswa Para siswa berusaha mencari perbandingan fungsi

multiselular dengan aktivitas sel (contoh, sel dapat

berpikir) yang lainnya bingung dengan karakteristik

sel dan molekul-molekulnya

Analog Para siswa membandingkan sebuah sel dengan sebuah

kota, membantu siswa memahami bahwa sel memiliki

tempat-tempat aktivitas yang bekerja seperti fungsi

tempat-tempat kota, importir bahan baku, pabrik,

distribusi (transportasi), dan fasilitas pengelolaan

limbah. Kota dan sel memiliki pusat kendali, sistem

komunikasi, dan daerah penyimpanan.

Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target

Analog-kota dengan input Target- sel dengan input dan

16

Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,

2013, h. 105-106.

Page 32: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

18

dan outputnya outputnya

Pemerintahan kota mengatur

kota

Inti sel mengendalikan seluruh

aktivitas sel

Pembangkit listrik

menyediakan listrik

Mitokondria menyediakan energi

kimia (adenosine

triphosphate/ATP)

Perusahaan kontruksi

membangun rumah

Ribosom membuat protein

Jalan, mobil, dan truk

menyediakan transportasi

Retikulu endosplasma adalah sistem

transportasi

Gudang penyimpanan

makanan, pakaian, dan barang-

barang logam

Plastida menyimpan bahan-bahan

seperti pati

Ketidakmiripan – di mana letak kelemahan analogi berada

Kloroplas memerangkap energi matahari, tetapi pubrik roti

menggunakan terigu dan plastik

Pemkot bergantian pemimpinnnya setelah pilkada dan sangat

mudah beradaptasi, pengendalian sel oleh inti sel bersifat tetap.

Refleksi

Kesimpulan o Apakah siswa membuat

hubungan yang direncanakan

antara fungsi kota dan sel?

o Apakah mereka menyadari

fungsi-fungsinya terpadu dan

saling bergantung?

o Perlukah saya mengklarifikasi

beberapa hal pada pelajaran

berikutnya?

o Apakah penggunaan analogi

yang jauh dengan

membandingkan sel dan rumah

Page 33: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

19

akan bermanfaat dalam

memperluas dan memperkuat

pemahaman siswa?

Perbaikan o Apakah sebaiknya siswa

membuat model kelompok sel-

kota?

e. Contoh Indikator Observasi Menggunakan Analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi)

Berikut ini adalah contoh indikator observasi dengan menggunakan analogi

FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Contoh Indikator Observasi Menggunakan Analogi FAR

(Fokus-Aksi-Refleksi)17

No

Tahap

Analogi

FAR

Pertanyaan

Indikator

observasi

ya tidak

1

Fokus

Guru memberikan pemahaman tentang

analogi, diharapkan agar siswa tidak

asing/sudah mengenal analognya

2 Guru meningkatkan pengenalan dan

pemahaman siswa melalui contoh atau

penggambaran dari analognya

3 Guru memastikan kembali dengan

memberikan pertanyaan, apakah siswa dapat

melewati tahap mengenal analognya dengan

baik

17

Muhammad Amirudin, “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Analogi untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan Sistem Pengapian

Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”. Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 176, tidak dipublikasikan.

Page 34: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

20

4 Analogi yang dipilih tidak mempunyai konsep

sains yang salah

5

Aksi

Guru memperhatikan tingkat keakraban para

siswa dengan analognya

6 Guru mengemukakan kemiripan antara analog

dengan target

7 Guru mengemukakan ketidakmiripan antara

analog dengan target

8 Guru mengulas kembali konsep rujukan dan

memperkenalkan konsep target pada saat

bersamaan

9 Guru melakukan penggambaran dalam rangka

meningkatkan pengenalan dan pemahaman

10 Guru melakukan penulisan terhadap hal-hal

penting seputar konsep

11 Guru melakukan penarikan kesimpulan

terhadap apa yang telah dipelajari

12

Refleksi

Analogi yang digunakan cukup jelas

13 Analogi yang digunakan berguna

14 Analogi yang digunakan tidak

membingungkan siswa

Page 35: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

21

4. Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran, proses belajar memegang peranan yang vital.

Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses

belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah, lingkungan rumah

maupun keluarganya sendiri. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental bagi semua orang.18

Ketika berhenti

belajar sama dengan berhenti untuk hidup. Inilah yang tidak sadari. Di Abad 21

sekarang ini, terjadi pergeseran perubahan pola pikir dalam belajar. Guru, buku

teks, dan kelas bukan merupakan satu-satunya sumber dan tempat belajar.

Sekarang tidak lagi mengandalkan hal tersebut. Terkadang masih berpikir bahwa

belajar cukup di sekolah-sekolah formal atau yang sering kita dengar belajar di

sekolah. Padahal sesungguhnya, belajar di sekolah itulah tempat mencari ilmu

yang sangat sedikit. Bahkan banyak orang-orang yang sukses dalam hidupnya rela

untuk keluar dari sekolah demi menempuh cita-citanya, dan mereka terbukti

berhasil. Perlu dimengerti bahwa belajar bukan hanya di sekolah tetapi belajar

memahami alam semesta lah yang paling utama.

Belajar menurut Cronbach adalah learning is shown by a change in

behavior as a result of experience (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil

dari pengalaman).19

Hal ini berarti membutuhkan waktu, membandingkan

perilaku organisme satu dengan lainnya dalam suasana serupa. Bila perilaku

dalam suasana serupa itu berbeda untuk waktu itu, kita dapat berkesimpulan

bahwa telah terjadi belajar.

Belajar merupakan proses yag bersifat internal (a purely internal event) yang

tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses ini terjadi di dalam diri seseorang yang

sedang mengalami proses belajar. Di dalam prosesnya siswa mengalami

perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu.

18

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, h. 87. 19

Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012, h. 2.

Page 36: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

22

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan

pengalaman.20

Perubahan harus relatif mantap, artinya harus merupakan akhir

daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu

ini sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir

dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan,

ataupun bertahun-tahun.21

Menurut Gagne belajar yaitu suatu proses di mana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar memiliki beberapa komponen,

diantaranya perubahan perilaku, perilaku terbuka, hasil pengalaman, dan yang

terakhir kematangan.22

Belajar selalu berkaitan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang

belajar, apakah mengarah pada hal yang lebih baik atau sebaliknya, direncanakan

atau tidak. Belajar merupakan aktivitas (usaha dengan sengaja) yang dapat

menghasilkan perubahan berupa kecakapan baru pada diri individu.23

Belajar pada

dasarnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Sama halnya dengan

kebutuhan lainnya, seperti makan, dan minum. Manusia tanpa belajar akan

mengalami kondisi kekurangan nutrisi pada otak. Karena makanan otak

sesungguhnya adalah informasi-informasi baru yang diperoleh dari pengalaman

dan latihan lewat belajar. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan

binatang.

Hakikat pengalaman belajar merupakan sejumlah aktivitas siswa yang

dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai.24

Ketika berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus

dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga semestinya berpikir tentang

20

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:

Bumi Aksara, 2005, Cet ke-5, h. 154. 21

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h.

85. 22

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Erlangga, 2011, h.

2. 23

Fadhiah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2010, h. 94. 24

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2010, Cet ke-3, h. 160.

Page 37: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

23

pengalaman belajar bagaimana seharusnya mendesain agar tujuan dan kompetensi

itu diperoleh oleh setiap siswa. Sehingga belajar siswa akan terarah.

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sadar yang

menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya, baik dalam bentuk

pengetahuan atau keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai

positif.25

Selama berlangsungnya proses belajar, terjadilah proses interaksi antara

orang yang melakukan kegiatan belajar, yaitu warga belajar dengan sumber

belajar. Sumber belajar dapat berupa manusia yang berfungsi sebagai fasilitator,

yaitu tutor atau pamong, ataupun non manusia, seperti buku, siaran radio, dan

televisi, rekaman bahan belajar pandang atau dengar, alam semesta, dan masalah

yang dihadapi. Sebagai fasilitator, guru juga mampu memfasilitasi proses belajar

mengajar menjadi lebih menyenagkan.26

Dapat dikatakan bahwa belajar

mencakup komponen internal berupa alat indera dan komponen eksternal berupa

alam semesta.

Pengertian lain tentang belajar adalah aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,

sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses

memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak

manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman. Pengalaman yang terjadi

berulang kali melahirkan pengetahuan. Sedangkan pengetahuan sudah terserak di

alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan

menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.27

Memahami konsep belajar menurut Bell-Gredler yang menyatakan bahwa

belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka

ragam competencies, skill, and attitudes.28

Kemampuan, keterampilan, dan sikap

ini diperoleh secara bertahap.

25

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT Remaja

Rosda karya, 2011, h. 2. 26

Marsudi Wahyu Kisworo, Revolusi Belajar, Jakarta: Asik Generation, 2016, h. 77. 27

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2012, h. 9. 28

Udin S. Winataputra, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UT, 2007.

Page 38: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

24

Menurut Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan

belajar dalam tiga rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan

rumusan kualitatif.29

Secara kualitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti

kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta

sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya

materi yang dikuasai siswa. Secara institusional (kelembagaan), belajar dipandang

sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas

materi-materi yang ia pelajari. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar

akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam

bentuk skor. Adapun secara kualitatif (ditinjau mutu) ialah proses memperoleh

arti-arti atau pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di

sekeliling siswa. Difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang

berkualitas untuk memecahkan masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh suatu yang ada dilingkungan sekitar.30

Jadi, secara sadar ataupun

tidak sadar faktor lingkungan akan membentuk perilaku siswa.

Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam

berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Bahkan dalam

Islam pun diajarkan untuk terus belajar sampai ke liang lahat, artinya bahwa

belajar untuk memperoleh ilmu tidak ada batasan sampai benar-benar menjumpai

kematian. Proses belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal.

Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus mengolahnya dan

memahaminya. Siswa harus menata apa yang didengar dan dilihat menjadi satu

kesatuan bermakna.31

29

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, h. 90. 30

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2012, h.

7. 31

Melvin L. Silberman, Aktive Learning: 101 Cara Belajar Aktif, Bandung: Nusamedia,

2011, h. 27.

Page 39: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

25

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh

ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupan manusia meningkat. Al-Qur‟an

menjelaskan bahwa ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul

terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini

tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan al-Qur‟an pada

surat al-Baqoroh (2) ayat 31 dan 32: yang artinya dan Dia mengajarkan kepada

Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya

kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda

itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!". Mereka menjawab:

"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah

Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui

lagi Maha Bijaksana." “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran,

penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”

Manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya

dengan izin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia

menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula al-

Qur‟an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan.

Mengenai belajar, Ibn Mas‟ud pernah menyatakan hujahnya. Ibn Mas‟ud

adalah ahli al-Qur‟an yang direkomendasikan rasulullah karena memiliki

kedalaman ilmu. Ibn Mas‟ud berkata, “ketahuilah bahwa tidak ada satu pun

diantara kelian yang dilahirkan dalam keadaan berilmu. Sesungguhnya ilmu itu

diperoleh dengan jalan belajar. Maka, jadilah dirimu sebagai orang yang ahli ilmu

atau orang yang menuntutnya atau orang yang mendengarkannya. Belajarlah

sebab kalian akan tahu ilmu kalian akan dibutuhkan.”32

Dari beberapa uraian di atas, peneliti memahami bahwa belajar adalah sebuah

proses dinamis dan mekanis. Belajar sebagai proses dinamis berarti merujuk

bahwa proses mendapatkan pengetahuannya tidak terbatas, seseorang bebas

mempelajari pengetahuan apapun sesuai dengan kebutuhan yang dianggapnya

32

Nurul Maghfiroh, 99 Fenomena Menakjubkan dalam Al-Qur’an, Bandung: PT Mizan

Pustaka, 2015, h. 167.

Page 40: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

26

dapat meningkatkan kemampuan untuk menunjang kehidupannya. Sedangkan

belajar merupakan proses mekanis yaitu untuk mencapai sebuah pengetahuan

harus ada tata cara atau prosedur-prosedur agar tujuan untuk mencari atau

memperoleh pengetahuan dapat tercapai dengan baik.

Selain itu juga, untuk memperoleh pengetahuan, manusia harus melakukan

trial and error (coba-coba), pengamatan, percobaan, dan tes-tes kemungkinan. Hal

itu disinggung juga oleh al-Qur‟an, seperti dalam ayat-ayat yang memerintahkan

manusia untuk mempelajari dan berpikir tentang alam raya, melakukan

perjalanan, dan sebagainya. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan hanya akan didapat

jika kita mau berpikir, mengetahui, mengambil pelajaran, memahami,

mendengarkan, menyakini, beriman, itulah orang-orang yang mengetahui.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Penguasaan hasil belajar oleh siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku

dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupn

keterampilan motorik.33

Menurut Nasution, keberhasilan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi

pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi

juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertan,

penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar.34

Hasil belajar sering disebut prestasi belajar.35

Istilah hasil belajar berasal dari

bahasa Belanda “prestatie,” yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi

prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas

tertentu seperti belajar. Syah menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf

keberhasilan siswa atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau

33

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009, Cet ke- 5, h. 102-103. 34

Supardi, Penilaian Autentik, Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor; Konsep dan

Aplikasi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015, Cet ke- 1, h. 2. 35

Fadhiah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2010, h. 94-95.

Page 41: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

27

pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil

tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Prestasi atau hasil belajar adalah hasil yang dicapai suatu kegiatan atau usaha

yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan

menggunakan alat atau test tertentu. Dalam proses pendidikan, prestasi dapat

diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan

emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.

Hasil belajar siswa memiliki makna kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pada hakikatnya kemampuan-

kemampuan tersebut berupa perubahan tingkah laku yang berdasarkan klasifikasi

Bloom mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Benyamin S. Bloom

dan teman-temannya mengajukan tujuan pembelajaran dikelompokan menjadi

tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif.36

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Menurut Bloom,

segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk dalam ranah kognitif.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yakni:

a) Mengingat (C1), melibatkan pengambilan pengetahuan yang dibutuhkan dari

memori jangka panjang.37

Kedua proses kognitif yang terkait adalah

mengenali kembali (recognizing), mengingat (recalling). Pengetahuan

mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan

menyelesaikan masalah karena pengetahuan terebut dipakai dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang lebih kompleks.

b) Memahami (C2), mencakup kemampuan mengkonstruksi makna dari pesan-

pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan,tulisan ataupun grafis yang

disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Siswa

36

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

2009, h. 64. 37

Lorin W. Anderson, (eds). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan

Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Cet. I. 2010. h. 99.

Page 42: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

28

memahami ketika mereka menghubungkan antara pengetahuan baru yang

diperoleh dengan pengetahuan sebelumnya. Lebih tepatnya, pengetahuan

yang masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka kerja kognitif.

Proses kognitif dalam kategori memahami termasuk menafsirkan

(interpreting), mencontohkan (exemplifying), membuat klasifikasi

(classifying), meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring),

membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

c) Menerapkan (C3), melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk

mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Menerapkan terkait

erat dengan pengetahuan prosedural. Soal latihan adalah tugas dimana siswa

telah tahu prosedur yang tepat untuk digunakan, jadi siswa telah

mengembangkan pendekatan yang cukup dirutinkan untuk itu. Kategori

menerapkan terdiri dari dua proses kognitif yaitu melaksanakan (executing),

mengimplementasikan (implementing).

d) Menganalisis (C4), melibatkan proses menguraikan materi menjadi bagian-

bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara

setiap bagian, serta struktur keseluruhannya. Salah satu proses kognitis pada

kategori ini adalah mengorganisasi. Proses ini melibatkan identifikasi

elemen-elemen komunikasi atau situasi dalam proses mengenali bagaimana

membentuk sebuah struktur yang koheren.38

e) Mengevaluasi (C5), didefinisikan sebagai membuat penilaian berdasarkan

kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah

kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan

oleh siswa. Standar-standarmya bisa bersifat kuantitatif ataupun kualitatif.

Standar digunakan pada suatu kriteria. Kategori mengevaluasi mencakup

proses-proses kognitif pemeriksaan (checking) dan mengkritisi (critiquing).

f) Mencipta (C6), mencakup kemampuan menempatkan elemen bersama-sama

untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional;

mereorganisasi elemen ke dalam pola baru atau struktur. Proses yang terlibat

38

Faisal, “Mengintegrasikan Revisi Taksonomi Bloom Kedalam Pembelajaran Biologi”,

Jurnal Sainsmat, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Makassar, Vol. IV, No. 2, No.2, September 2015, h. 108.

Page 43: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

29

dalam menciptakan umumnya dikoordinasikan dengan pengalaman belajar

siswa sebelumnya. Meskipun menciptakan membutuhkan pemikiran kreatif

siswa, ekspresi kreatif ini tidak sepenuhnya bebas atau tidak dibatasi oleh

tuntutan tugas belajar atau situasi. Salah satu proses kognitif pada kategori

mencipta adalah merumuskan.39

2). Ranah Afektif

Ranah afektif adalah hasil belajar tampak pada siswa dalam berbagai tingkah

laku seperti memperhatikan, merespons, menghargai, serta mengorganisasi.40

Menurut Bloom, ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.

Kategorinya dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang kompleks,

yaitu:41

a) Penerimaan (reciving), yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk

masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Penerimaan dibedakan menjadi

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala

atau rangsangan dari luar.

b) Penanggapan (responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang

terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan

reaksi, perasaan kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang

kepada dirinya.

c) Penilaian (valuing), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus tadi. Penilaian dibedakan menjadi kesediaan

menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan

kesepakatan terhadap nilai tersebut.

39

Ibid., h. 109. 40

Friska Octavia Rosa, “Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah Kognitif, Afektif,

dan Psikomotorik”, Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika, Universitas Muhammadiyah Metro,

Lampung, Vol. 1, No. 2, 2015, h. 25. 41

Zulfiani, dkk., Op.cit., h. 67.

Page 44: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

30

d) Organisasi, yakni kemampuan dalam mengukur nilai-nilai menjadi suatu

sistem nilai bagi dirinya.42

Mengorganisasi individu yang sudah secara

konsisten dan berhasil menampilkan suatu nilai, pada suatu saat akan

menghadapi situasi dimana lebih dari satu nilai yang ditampilkan.

e) Pemeranan, merupakan puncak proses internalisasi nilai dalam diri

seseorang. Pada aspek ini hierarkhi nilai yang sudah tertanam dalam diri

seorang disusun menjadi suatu sistem yang mempunyai konsistensi

internal yang mengendalikan tingkah laku orang tersebut dengan pola

tertentu.

3) Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan

atau kemampuan bertindak setelah seorang menerima pengalaman belajar

tertentu.43

Ranah psikomotorik berkaitan erat dengan keterampilan secara fisik

dan motorik. Aspek pada ranah psikomotik terdiri atas:44

a) Persepsi, yakni menyadari stimulus, menyeleksi stimulus terarah sampai

menerjemahkannya dalam pengamatan stimulus terarah kepada kegiatan

yang ditampilkan.

b) Kesiapan, berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan tertentu,

termasuk kesiapan mental, fisik, dan emosional.

c) Respon terpimpin, meliputi kemampuan menirukan gerakan, gerakan

coba-coba, dan performance yang memadai menjadi tolak ukur.

d) Mekanisme, yakni kebiasaan yang berasal dari respon yang dipelajari,

gerakan dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran.

e) Respon kompleks, berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola

gerakan yang kompleks.

42

Nurty Gofita Sari, “Aspek Afektif Taksonomi Bloom Pada Pembelajaran Matematika

Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Sekecamatan Alian”, Jurnal Program Studi Pendidikan

Matematika, Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2015, h. 22. 43

Friska Octavia Rosa. Loc.cit. 44

Zulfiani, dkk. Op.cit., h. 68-69.

Page 45: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

31

f) Penyesuaian, berkaitan dengan pola gerakan yang telah berkembang

dengan baik, sehingga seseorang dapat mengubah pola gerakannya agar

sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

g) Mencipta, yakni keterampilan tingkat tinggi dimana pada tingkatan ini

seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola-pola gerakan

baru agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan, maka peneliti

mengemukakan kesimpulan pada intinya adalah perubahan. Oleh karena itu,

seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam

dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah

belajar. Selain itu juga, bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan

siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan

siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-

kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Gage dan Berliner mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar

dibedakan menjadi dua yaitu: pertama, faktor internal atau faktor yang ada di

dalam diri siswa seperti intelegensi, minat, sikap, emosi, motivasi, dan kondisi

fisik. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu

seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat serta

media.45

Dalam sumber lain ada satu faktor tambahan yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu, faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

45

Fadhiah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2010, h. 96.

Page 46: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

32

melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.46

Ketiga faktor ini

sangat menentukan kualitas hasil belajar individu tersebut.

Faktor Internal Siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa terdiri dari

dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis

(yang bersifat rohaniah).

Faktor Eksternal Siswa. Faktor eksternal siswa terdiri dari dua bagian, yaitu

faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

Faktor Pendekatan Belajar. Merupakan strategi yang digunakan dalam

menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam

hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa

untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.47

Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi proses atau hasil

belajar yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan siswa tersebut sebagai objek

belajar. Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa. Selain faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) baik

secara jasmani dan kejiwaan, faktor keluarga dan lingkungan masyarakat juga

sedikit banyak berpengaruh pada proses dan hasil belajar siswa sebagai pengaruh

yang berasal dari luar (eksternal).

d. Penilaian Hasil Belajar

Hakikat penilaian adalah mengambil suatu keputusan, terhadap sesuatu

dengan mengacu pada ukuran tertentu seperti baik dan buruk, pandai dan bodoh,

tinggi atau rendah dan sebagainya. Penilaian bersifat kualitatif dan merupakan

hasil dari kegiatan evaluasi. Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi

bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan

berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.48

Penilaian

hasil belajar secara luas adalah memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan

46

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, h. 129. 47

Ibid., h. 136. 48

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Bilama, Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. 1, h. 14.

Page 47: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

33

proses dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan terencana serta

berkesinambungan.49

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terpogram dengan

menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis ataupun lisan, pengamatan

kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek, dan/produk,

portopolio, serta penilaian diri.50

Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh

guru. Melalui kegiatan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan peserta

didik dalam berbagai hal seperti, intelegensi, bakat khusus, hubungan sosial, sikap

dan kepribadian siswa.51

Menurut Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, dalam

bukunya menjelaskan bahwa, “tujuan dilakukannya penilaian antara lain: (1)

mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa; (2) mengukur pertumbuhan dan

perkembangan siswa; (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa; (4) untuk

memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka

perbaikan”.52

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi atau penilaian hasil

belajar mempunyai peran yang tidak kalah penting dengan penetapan tujuan dan

proses pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan dilakukannya penilaian adalah

untuk mengetahui tingkat pencapaian proses dan hasil dari pembelajaran, untuk

selanjutnya dijadikan sebagai bahan koreksi untuk pembelajaran yang akan

datang. Mengingat begitu pentingnya penilaian dalam suatu pembelajaran maka

dalam pelaksanaan penilaian perlu memperhatikan hal-hal penting yang telah

menjadi prinsip dari penilaian itu sendiri.

49

Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2015, Cet. 1, h. 11. 50

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:

Rajawali Pers, 2013, Ed. 2, Cet. 2, h. 13. 51

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006, Cet. 1, h. 4 52

Ibid.

Page 48: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

34

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penerapan metode

analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan

hasil positif setelah penggunaan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

dalam proses pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Amiruddin yang berjudul

“Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Model Analogi untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan

Sistem Pengapian Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”, menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran konstruktivistik model analogi dalam proses

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai ketuntasan

klasikal kelas 85%.53

Penelitian yang berjudul “Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia,”

oleh I Wayan Suja.54

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan

mendeskripsikan analogi-analogi yang biasa digunakan oleh guru-guru dalam

mengajarkan konsep-konsep kimia di SMA. Penelitian dilakukan pada tahun 2013

dengan melibatkan masing-masing dua orang guru kimia dari seluruh SMA

Negeri dan Swasta yang memiliki jurusan IPA di kota Singaraja. hasil

penelitiannya menunjukkan, guru-guru menggunakan analogi-analogi tersebut

masih bersifat tunggal dan belum disertai pemetaan kemiripan fitur-fitur analog

degan konsep target. Kondisi ini berpeluang menimbulkan terjadinya over

interpretasi dan miskonsepsi bagi siswa. Oleh karena itu, disarankan

menggunakan analogi ganda berupa FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), sehingga lebih

banyak fitur target yang bisa diperkenalkan kepada pembelajar.

53

Muhammad Amirudin, “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Analogi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan Sistem

Pengapian Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”, Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 176, tidak dipublikasikan. 54

I Wayan Suja, “Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia”, Jurnal Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014, h. 1

Page 49: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

35

“Pengajaran Kondisi Termal Menggunakan Analogi Konduksi Listrik”.55

Oleh Neny Kurniasih, Novitrian, dan Wahyu Srigutomo, menunjukkan bahwa

penggunaan analogi memudahkan dalam memahami konsep konduksi listrik.

Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan analogi FAR oleh David F.

Treagust bahwa minat penelitian yang difokuskan pada memahami pemikiran

murid terhadap konsep, analogi dan model sains serta bagaimana pemikiran ini

bisa berkontribusi dalam memperbaiki pemahaman serta meningkatkan kualitas

rancangan kurikulum dan pengajaran guru di kelas. Para guru yang telah

menggunakan metode FAR dikelas mereka bahwa adanya peningkatan

pemahaman siswa terhadap konsep sains yang diajarkan dengan menggunakan

analogi.56

Uswatun Khasalah dalam penelitiannya menggunakan analogi terhadap

keterampilan berpikir rasional siswa SMA.57

Hasil penelitiannya menunjukkan

pengaruh yang signifikan, diperkuat dengan hasil gain ternormalisasi kelas

kontrol dengan kategori rendah, dan kelas eksperimen dengan kategori sedang.

Perbedaan kriteria ini menujukkan bahwa peningkatan yang terjadi di kelas

eksperimen yang menggunakan analogi lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan

pembelajaran yang tidak menggunakan analogi. Respon siswa sangat positif

terhadap penggunaan analogi dalam pembelajaran sistem pertahanan tubuh

manusia. Karena berdasarkan data angket didapatkan hampir seluruh siswa

menyukai pembelajaran yang menggunakan analogi. Selain itu, sebagian besar

siswa mengakui bahwa analogi, dapat menumbuhkan keterampilan berpikir

rasional (menyimpulkan, mengingat, membayangkan dan memahami konsep),

memotivasi, dan membantu untuk mempermudah memahami materi sistem

pertahanan tubuh manusia.

55

Neny Kurniasih, dkk, “Pengajaran Kondisi Termal Menggunakan Analogi Konduksi

Listrik”, Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Vol. 1, No. 3, Agustus 2009, h. 82 56

Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,

2013, h. 38. 57

Uswatun Khasanah, “Pengaruh Penggunaan Analogi terhadap Keterampilan Berpikir

Rasional Siswa SMA pada Konsep Sisten Pertahanan Tubuh Manusia”, Skripsi Jurusan

Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. 2011. Tidak diterbitkan

Page 50: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

36

C. Kerangka Berpikir

Permasalahan yang sering ditemukan di beberapa sekolah adalah rendahnya

hasil belajar dan tingkat partisipasi atau keaktifan siswa yang kurang dalam proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ilmu sains khususnya biologi yang

memiliki banyak konsep-konsep abstrak di dalamnya, guru dituntut tidak hanya

sekedar menyampaikan materi, melainkan sebagai fasilitator dan mediator yang

kreatif. Sedangkan siswa dituntut berperan aktif dan berusaha menemukan konsep

sendiri untuk kemudian dikembangkan dalam proses pembelajaran.

Guru harus mampu menemukan metode dan teknik yang dapat mendukung

peranya tersebut, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan

efektif. Dengan kata lain, guru dituntut untuk dapat menggunakan metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar siswa dapat

memahami konsep yang sedang dipelajari.

Permasalahan lainnya yaitu guru cenderung menggunakan metode ceramah

sehingga memberikan kesempatan untuk berinovasi dengan membuat metode

pembelajaran yang tepat bagi siswa, salah satunya dengan metode analogi FAR

(Fokus-Aksi-Refleksi). Mengajar dengan metode analogi FAR ini diharapkan

dapat lebih menyenangkan dan memotivasi murid.

Salah satu konsep yang sulit dipahami di kelas XI adalah sistem ekskresi

karena banyaknya istilah-istilah asing yang membuat siswa sulit untuk

memahaminya. Pada konsep ini diharapkan dengan menggunakan metode analogi

FAR akan membuat siswa lebih mudah mamahami materi yang dipelajari,

sehingga pembelajarannya dapat menyenangkan dan hasil belajarnya dapat

memenuhi standar kompetensi.

Pada penelitian ini, peneliti menghubungkan analogi FAR dengan hasil

belajar siswa, dengan indikator-indikator C1-C4. Adapun indikatornya dalam

buku Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl yaitu mengingat, memahami,

mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Adapun kerangka

berfikir dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Page 51: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

37

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Yang diharapkan dapat terjadi peningkatan hasil belajar biologi siswa

Keunggulan analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan jarang mengkonstruk

pemahaman siswa melalui analogi yang berkaitan dengan konsep serta

banyak konsep-konsep biologi yang bersifat abstrak

Menimbukan ketidakpahaman dan miskonsepsi yang berdampak pada hasil

belajar biologi siswa rendah

Dengan demikian solusi yang peneliti tawarkan yaitu penerapan metode

analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Mengapa?

1. Penggunaan analogi dengan metode analogi FAR dapat

memperdalam pengenalan analog, dan mempertegas pemetaan sifat-

sifat bersama dan bukan bersama

2. Penggunaan metode analogi FAR dapat mendorong guru

mengevaluasi pengajaran secara teratur, sehingga akan

meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran

Page 52: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

38

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teoritis dan penyusunan kerangka berpikir yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan

sebagai berikut: “Terdapat pengaruh penggunaan metode analogi FAR (Fokus-

Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa”.

Page 53: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 86 Jakarta yang terletak di Jalan

Bintaro Permai IV No. 36 Kelurahan Bintaro, kecamatan Pesanggrahan, Jakarta

Selatan. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap pada bulan

Mei tahun ajaran 2016/2017.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design.

Pemilihan metode penelitian ini dikarenakan kelas yang akan dijadikan objek

dalam penelitian tidak memungkinkan untuk dilakukan pengontrolan secara ketat.

Oleh karena itu, penelitian dilakukan secara kondisional namun tetap

memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi validitas hasil penelitian.

Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control

group design, karena pada penelitian ini kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol tidak dipilih secara rendom. Desain ini menggunakan dua kelompok, yaitu

kelompok eksperimen yang menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) dan kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan pembelajaran

yang sering digunakan di sekolah yaitu metode ceramah.

Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan tes awal berupa

pretes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap konsep yang akan

diajarkan. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kemudian masing-masing

kelompok diberikan tes akhir berupa postes dengan menggunakan soal yang sama

seperti pretes untuk mengetahui hasil belajar mereka. Desain penelitian ini

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Page 54: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

40

Keterangan:

O1 dan O3 : Hasil pretes

O2 dan O4 : Hasil postes

X1 : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen

X2 : Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.1 Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 86 Jakarta semester genap tahun

pelajaran 2016/2017. Sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa-siswi

kelas XI SMA Negeri 86 Jakarta.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.2 Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA SMA Negeri 86

Jakarta yang diperoleh dengan simple random sampling. Teknik ini merupakan

teknik penentuan sampel secara acak.3 Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol, sedangkan XI MIPA 2 sebagai

kelas eksperimen.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas (X)

dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah metode

Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Sedangkan variabel terikat (Y) adalah hasil

belajar biologi siswa.

1 V. Wiratna Sujarweni, Statistika Untuk Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 13.

2 Ibid.

3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

Bandung: Penerbit Alfabeta, 2015, h. 120.

Page 55: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

41

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilaksanakan dalam penilitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:

tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penilitian dan tahap akhir

penelitian.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian ini adalah

pengurusan surat observasi dan surat izin penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Selanjutnya melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan tempat

untuk melaksanakan penelitian, membuat kisi-kisi intrumen penelitian

berdasarkan indikator dan ranah kognitif yang digunakan, membuat instrumen

penelitian, dan yang terakhir validasi instrumen. Langkah selanjutnya adalah

melakukan koordinasi dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru

bidang studi di sekolah yang bersangkutan untuk melakukan ujicoba (validasi)

instrumen untuk kelas XII SMA N 86 Jakarta, kemudian melakukan analisis data

hasil ujicoba instrumen tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen yang menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) dan

kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah.

Pada awal penelitian, guru memberikan pretes kepada siswa, baik pada kelompok

eksperimen maupun pada kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Lalu guru menerapkan metode

analogi FAR, dengan dua kali pertemuan di kelas, diharapkan dengan metode ini

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya diakhir penelitian, guru

memberikan postes dengan menggunakan soal yang sama dengan pretes untuk

mengetahui hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.

3. Tahap Akhir Penelitian

Pada tahap akhir penelitian dilakukan analisis data hasil pretes dan postes

untuk mengetahui hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Page 56: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

42

Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik. Setelah itu dilakukan

penarikan kesimpulan yang merupakan langkah akhir pada tahap ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang digunakan untuk penelitian

diperoleh dari:

1. Tes

Arikunto mendefinisikan tes sebagai suatu alat atau prosedur yang sistematis

dan objektif untuk memperoleh data yang diinginkan dengan cara yang tepat.4

Dalam penelitian ini, tes dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar

siswa. Tes ini meliputi pretes dan postes dalam bentuk pilihan ganda. Pretes

adalah tes yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal

siswa sebelum penerapan metode analogi FAR. Sedangkan postes adalah tes yang

dilakukan setelah penerapan metode analogi FAR untuk melihat hasil belajar

siswa akibat adanya perlakuan.

2. Observasi

Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.5

Dalam penelitian ini, aspek yang diamati yakni observasi dari aspek

pembelajaran menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) yang

dilakukan oleh guru. Observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil

belajar siswa, seperti tingkah laku siswa pada waktu belajar, berdiskusi,

mengerjakan tugas, dan lain-lain.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen pada suatu penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.6 Penelitian ini digunakan

instrumen tes hasil belajar dan lembar observasi proses belajar.

4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h. 46

5 Suharsimi, op. cit. h. 45.

Page 57: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

43

1. Tes Tertulis

Tes tertulis digunakan untuk penilaian kognitif siswa dengan melakukan

pretes dan postes hasil belajar individu pada konsep sistem ekskresi. Adapun tes

tertulis yang digunakan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 5

pilihan jawaban. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan

(pretes) dan sesudah perlakuan (postes) yang keduanya dibuat sama untuk dua

kelompok penelitian. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji-

cobakan di kelas XII MIPA. Hali ini bertujuan untuk menguji apakah tes tersebut

telah memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian dengan dilakukan uji

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada setiap soal.

Adapun indikator yang digunakan, berdasarkan Revisi Taksonomi

Pendidikan Bloom oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl yaitu

mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), evaluasi

(C5), dan mencipta (C6). Dalam penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada ranah

kognitif C1-C4, yang disesuaikan dengan indikator kurikulum 2013.

Penggunakan analogi FAR akan lebih efektif jika siswa mampu membuat analogi

sendiri berdasarkan pemikiran siswa. Untuk lebih memahami instrumen tes pada

penelitian ini, kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian7

6 Sugiyono, op. cit., h. 147.

7 Lampiran 6, h. 121.

Indikator

Pembelajaran

Aspek

Kognitif

Jumlah

Soal

Jumlah

Soal

Validasi

No Soal

valid

C1 C2 C3 C4 C5

Menjelaskan

tentang

metabolisme

dalam tubuh

manusia

1,2 3,4,5,6,7 7 6 1,2,3,4,5

,7

Menjelaskan

tentang

struktur, fungsi

dan proses

15,

16,

18,

21,

8,9,10,13

,14,17,19

,20,22,27

,28,30,31

12,

29

24,

25,

33,

34

32 29 13 10,12,14

,15,16,1

7,20,27,

28,29,31

Page 58: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

44

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan metode pengumpulan data secara sistematis

melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian. Beberapa komponen yang tercakup saat menggunakan observasi yaitu

pemilahan, pengubahan, pencatatan, pengodean, dan tujuan empiris.8

Lembar observasi ini berupa daftar cek (check list) yaitu deretan pernyataan

(yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal

membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah di sediakan.9 Lembar

observasi pada penelitian ini yaitu berupa observasi untuk menilai aspek

pembelajaran menggunakan metode analogi FAR yang dilakukan guru pada saat

mengajar. Jenis observasi tersebut digunakan sebagai pedoman dalam mengamati

pelaksanaan pembelajaran metode analogi FAR yang diterapkan selama proses

pembelajaran.

Lembar observasi digunakan ketika proses belajar mengajar berkaitan dengan

aktivitas guru selama pembelajaran. Selain itu, lembar observasi ini digunakan

untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tahapan kegiatan pembelajaran pada

metode analogi FAR. Adapun kisi-kisi instrumen dalam bentuk observasi dapat

dilihat dari tabel 3.3 berikut ini:

8 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitati, Jakarta: Bumi Aksara,

cet. ke, 3, 2015, h. 42-43. 9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evalusi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h. 43.

dalam sistem

ekskresi

manusia

23,

26

,27,28,31 ,33,34

Menjelaskan

gangguan/kelai

nan yang

terjadi pada

sistem ekskresi

39 35,

36,

37,

38,

40,

41,

42,

43

9 5 35,37,40

,41,42

Jumlah Soal yang valid 24

Page 59: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi10

No Aspek

FAR

Sub Dalam

Aspek Keterangan No Butir

1 Fokus Konsep Melakukan identifikasi awal

kepada konsep ajar yang

berkaitan dengan tingkat

kesulitannya, keasingannya

dan tingkat berpikir

abstraknya.

2 Siswa Menggali informasi tentang

hal-hal yang sudah diketahui

siswa seputar konsep tersebut

1

3 Analog Peneliti mencari tahu apakah

para siswa mengenal

analognya. Hal ini untuk

menentukan apa dan

bagaimana konsep ajar dapat

dianalogikan

2,3,4,5

4 Aksi Mirip Mendiskusikan ciri-ciri pada

analog dan konsep sains.

Menggambarkan kesamaan di

antara keduanya.

6,8,9

5 Tidak

Mirip

Mendiskusikan pula saat di

mana analog tidak mirip

dengan konsep sains

7

6 Refleksi Kesimpulan Tahap ini adalah tahap di

mana peneliti membuat

beberapa pertanyaan.

Beberapa pertanyaannya

10,11,12,13,

14

10

Lampiran 9, h. 154.

Page 60: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

46

adalah: apakah analog ini

jelas, berguna, atau

membingungkan? Apakah

hasilnya sesuai rencana?

7 Perbaikan Pertanyaannya adalah:

berdasarkan hasilnya, apakah

ada perubahan diperlukan di

waktu yang lain, saat garu

menggunakan analogi ini?

H. Kalibrasi Instrumen

Sebelum tes digunakan sebagai instrumen, terlebih dahulu diuji-cobakan

kepada responden, dalam hal ini di luar sampel yang telah ditetapkan. Setelah itu

instrumen diukur tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda,

sehingga dapat dipertimbangkan instrumen tersebut dapat dipakai atau tidak.

Untuk menghitung kalibrasi intrumen dalam penelitian ini penulis

menggunakan alat bantu perhitungan analisis data yaitu program Anates. Adapun

langkah-langkah penggunaan program Anates yaitu: Pertama, buka program

anates versi 4.0.9. Kedua, pilih jalankan anates Pilihan Ganda. Ketiga, pilih buat

file baru kemudian mengisi jumlah subyek/siswa, jumlah butir soal dan jumlah

pilihan jawaban. Keempat, mengisi nama siswa, kunci jawaban soal dan jawaban

siswa pada kolom yang telah disediakan kemudian kembali ke menu utama.

Kelima, pilih olah semua otomatis pada kolom penyekoran. Keenam, melihat hasil

penyekoran kemudian pilih cetak ke file untuk disimpan dan dicetak.

1. Uji Validitas

Karakteristik intrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaknya memenuhi

persyaratan tes, yaitu memiliki validitas yang baik. Validitas berasal dari kata

validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan

Page 61: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

47

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.11

Validitas suatu

instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu

tes mengukur yang hendak diukur. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan

adalah bahwa hanya valid suatu tujuan tertentu saja.12

Selain itu juga, bahwa

validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi atau aspek yang diukur.13

Pengujian validitas adalah dengan

menggunakan validitas item. Pengertian umum untuk validitas item adalah

demikian sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar

terhadap skor total. Skor item menyebabkan skor total menjadi tinggi jika skor

pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.14

Untuk mengetahui validitas

di atas digunakan rumus Product Moment dengan rumus.

Menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa sebuah tes disebut valid

apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengukur

validitas tes, dapat ditentukan dengan menggunakan korelasi Product Moment

sebagai berikut:15

RXY =

Keterangan:

RXY : koefisien korelasi

N : banyaknya sampel

X : jumlah skor untuk tiap butir soal

Y : jumlah skor total

X2 : jumlah kuadrat tiap butir soal

Y2 : jumlah kuadrat skor total

XY : jumlah perkalian antara X dan Y

11

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006, h. 105. 12

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013, h. 122. 13

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013, h. 228. 14

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013, h.

90. 15

Ibid., h. 87.

Page 62: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

48

Perhitungan validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

program Anates.16

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dari total soal

pilihan ganda sebanyak 43 soal, didapatkan 24 soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3,

4, 5, 7, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 20, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 40, 41, 42.

Sedangkan soal yang tidak valid sebanyak 19 soal.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabelitas tes berhubungan

dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasil berubah-ubah,

perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Reliabelitas juga bermakna keterandalan, keajegan, kestabilan, atau

konsistensi, dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya

dan konsisten.17

Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas

yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam

mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki

persyaratan maka semakin yakin dikatakan bahwa dalam hasil suatu tes

mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.18

Nilai reliabilitas

dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Untuk mengetahui

reliabilitas instrumen menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder

Richardson KR-20 sebagai berikut:19

= (

) (

)

Keterangan:

: reliabilitas tes secara keseluruhan

n : banyaknya item

p : proporsi subjek yang menjawab item yang benar

16

Lampiran 10, h. 158. 17

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006, h. 105. 18

Sukardi, op. cit., h. 127-128. 19

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013, h.

115.

Page 63: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

49

q : proporsi subjek yang menjawab item yang salah

: jumlah perkalian antara p dan q

S

: standar deviasi

3. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat

kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang

(proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.20

Untuk

mengetahui tingkat kesukaran soal apakah soal itu tergolong sukar, sedang, atau

mudah maka soal-soal tersebut terlebih dahulu diujikan taraf kesukarannya

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:21

P =

Keterangan:

P : proporsi (tingkat kesukaran)

B : jumlah siswa yang menjawab benar

N : jumlah peserta tes

Perhitungan tingkat kesukaran dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program Anates.22

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 43

soal yang diuji cobakan. Adapun kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat pada

tabel 3.4 berikut ini:23

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran

Interval Kriteria

0 .00 – 0.30 Sukar

0.31 – 0.70 Sedang

0.71 – 1.00 Mudah

20

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 266. 21

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006, h. 103. 22

Lampiran 11 , h. 161. 23 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2010, h. 134.

Page 64: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

50

4. Daya Pembeda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam

membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan

kelompok siswa yang kurang pandai. Daya pembeda ini dihitung menggunakan

rumus:24

D =

Keterangan:

D : daya pembeda

Ba : jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas

Bb : jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah

N : jumlah peserta tes

Perhitungan daya pembeda dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program Anates.25

Adapun kriteria indeks daya pembeda dapat

dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:26

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda

Interval Keterangan

0 .40 – ke atas Sangat Baik

0 .30 – 0.39 Baik

0 .20 – 0.29 Cukup, soal perlu

perbaikan

0 .19 – ke bawah Kurang Baik, soal harus

dibuang

I. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis agar

dapat dipahami bukan hanya oleh peneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin

mengetahui hasil penelitian, maka data yang diperoleh harus diuraikan melalui

analisis data.

24

Ahmad Sofyan, dkk. Op. cit, h. 104. 25

Lampiran 12, h. 164. 26

Zaenal Arifin, op.cit., h. 133.

Page 65: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

51

1. Perhitungan N-Gain

Setelah diperoleh data nilai pretes dan postes, kemudian dilakukan

perhitungan N-Gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang diperoleh

setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut.27

N-Gain =

Dengan kategorisasi perolehan:

Tabel 3.6 Kriteria N-Gain28

Rentang Kriteria

(<g>) > 0.7 Tinggi

0.7 > (<g>) > 0.3 Sedang

(<g)>) < 0.3 Rendah

2. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan

pengujian prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, terlebih dahulu data

dilakukan uji normalitas. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data

keadaan awal populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji nomalitas yang

digunakan adalah uji Liliefors.

Langkah-langkah uji Lilliefors adalah sebagai berikut:29

27

Yanti Herlanti, “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains”, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h. 71, tersedia melalui http://dhetik.weebly.com diunduh pada tanggal 22 April 2017.

28 Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, 1999, h. 1 tersedia melalui

www.physics.indiana.com diunduh pada tanggal 25 April 2017. 29

Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005, h. 466-467.

Page 66: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

52

1) Pengamatan x1, x2, . . . xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . . zn dengan

menggunakan rumus zi = ̅

( ̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan

simpangan baku sampel).

2) Untuk tiap bilangan baku ini dan meggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . . zn yang lebih kecil atau sama dengan zi.

Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:

S(zi) =

4) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga tersebar ini Lo atau Lhitung.

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, dibandingkan Lo dengan nilai

kritis L/Ltabel yang diambil dari daftar nilai kritis uji Liliefors untuk taraf nyata α

yang dipilih. Jika Lhitung < Ltabel, maka Ho diterima yang berarti data berdistribusi

normal. Sebaliknya Lhitung > Ltabel, maka Ho ditolak yang berarti data tidak

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Persyaratan uji analisis yang kedua adalah uji homogenitas. Uji homogenitas

dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari

kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t

yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan

dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau

tidak.

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan uji Fisher dengan rumus

sebagai berikut:30

30

Ibid., h. 249.

Page 67: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

53

Fhitung =

=

Kriteria hipotesis uji homogenitas untuk menganalisis data dalam penelitian yaitu

jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima yang berarti varians antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol homogen. Sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang

berarti varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen.

c. Uji Hipotesis

Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji

parametrik dengan menguji hipotesis statistik menggunakan rumus uji-t dengan

taraf signifikan α = 0.05. Adapun rumus uji t sebagai berikut:31

thitung = –

dengan S2

=

Keterangan:

1 : rata-rata skor kelompok eksperimen

2 : rata-rata skor kelompok kontrol

n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen

n2 : jumlah sampel kelompok kontrol

s1 : nilai varians kelompok eksperimen

s2 : nilai varians kelompok kontrol

s : nilai varians gabungan

J. Hipotesis Statistika

Perumusan hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Ho : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1 > µ2

31

Ibid., h. 239.

Page 68: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

54

Keterangan:

Ho: tidak terdapat pengaruh dari penerapan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa

Ha : terdapat pengaruh dari penerapan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

terhadap hasil belajar biologi siswa

µ1 : rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen

µ2 : rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas kontrol

Dengan;

Kriteria sebagai acuan

skor benar

Nilai = X 100

Skor maksimal x 1

Page 69: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang terkumpul dari tes

hasil belajar biologi yang diberikan kepada siswa kelas XI SMAN 86 Jakarta

berupa pretes dan postes yang dilakukan pada dua kelas yang berbeda, yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan metode

Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) pada kelas XI MIPA 2 (27 siswa), sedangkan

kelas kontrol menggunakan pendekatan pembelajaran metode ceramah pada kelas

XI MIPA 1 (25 siswa). Pretes diberikan sebelum perlakuan dilakukan yang

bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua kelompok

tersebut. Postes diberikan setelah perlakuan yang dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa dalam memahami konsep

yang diajarkan di kelas.

Instrumen yang digunakan pada pretes dan postes dalam penelitian ini

meliputi data hasil belajar biologi siswa melalui tes kognitif sebanyak 30 soal

pilihan ganda yang telah diuji coba dan dianalisis. Selain itu juga terdapat data

sekunder (data pendukung) berupa lembar observasi. Berdasarkan data yang

terkumpul maka akan dijelaskan gambaran umum dari data yang diperoleh, yaitu

data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol, pengujian

hipotesis dan pembahasan dari hasil penelitian.

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing kelas diberikan tes awal

(pretes) terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana

pengetahuan awal siswa tentang konsep yang akan diajarkan, yakni konsep sistem

ekskresi. Hasil perhitungan data pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

sebelum diberi perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.1.

Page 70: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

56

Tabel 4.1 Data Skor Pretes1

Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 27 25

Skor tertinggi 66.67 63.34

Skor terendah 10 10

Rata-rata 35.558 36.289

SD 12.676 16.407

Nilai rata-rata diperoleh dari penjumlahan skor hasil pretes masing-masing

siswa kemudian dibagi jumlah keseluruhan siswa pada tiap kelas. Dengan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran

biologi yaitu sebesar 75 dari nilai maksimum 100. Berdasarkan hasil pretes pada

tabel 4.1, hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan total 27 siswa

diperoleh nilai rata-rata sebesar 35.558 dan standar deviasi sebesar 12.676.

Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 25 siswa diperoleh nilai rata-rata

sebesar 36.289 dan standar deviasi sebesar 16.407. Dari data tersebut menunjukan

bahwa pemahaman siswa pada kedua kelas masih cenderung rendah. Rendahnya

hasil belajar siswa dirasa wajar dikarenakan memang belum dilakukan kegiatan

pembelajaran berkaitan dengan konsep yang diajarkan.

Berikut disajikan Diagram perolehan hasil pretest kelas eksperimen dan

kelas kontrol:

1 Lampiran 14, h. 170.

Page 71: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

57

Gambar 4.1 Diagram Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan diagram 4.1 di atas terlihat bahwa secara keseluruhan nilai

pretest berada pada rentang 10-72. Perbedaan rentang nilai yang cukup signifikan

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu pada hasil pretest kelas

eksperimen dengan nilai rata-rata sebesar 35.558 telihat pada rentang nilai 37-45.

Pada rentang 64-72 dengan nilai rata-rata sebesar 35.558 hanya pada kelas

eksperimen saja yang terdapat nilai, sedangkan kelas kontrol unggul pada rentang

nilai antara 46-54, dan 55-63. Dengan demikian terlihat jelas jika pada rentang

nilai yang rendah, rata-rata kelas kontrol lebih unggul dibanding kelas

eksperimen, sedangkan pada rentang nilai yang tinggi, rata-rata kelas eksperimen

lebih unggul dibanding kelas kontrol.

2. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, masing-masing kelas diberikan tes

akhir (postes). Hal ini dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberi

perlakuan berupa kegiatan pembelajaran. Hasil perhitungan data postes pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan yang berbeda dapat dilihat

pada tabel 4.2.

0

2

4

6

8

10

12

10.0-18 19-27 28-36 37-45 46-54 55-63 64-72

1 2 3 4 5 6 7

Jum

ah S

isw

a

Rentang Nilai

Hasil pretes Eksperimen dan Kontrol

Kelas Kelas

XI MIPA 1 XI MIPA 2

Keterangan

Page 72: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

58

Tabel 4.2 Data Skor Postes2

Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 27 25

Skor tertinggi 91.67 90

Skor terendah 70 60

Rata-rata 82.099 76.403

SD 6.388 8.709

Nilai rata-rata diperoleh dari penjumlahan skor hasil postes masing-masing

siswa kemudian dibagi jumlah keseluruhan siswa pada tiap kelas. Dengan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran

biologi yaitu sebesar 75 dari nilai maksimum 100. Berdasarkan hasil postes pada

tabel 4.2, hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan total 27 siswa

diperoleh nilai rata-rata sebesar 82.099 dan standar deviasi sebesar 6.388.

Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 25 siswa diperoleh nilai rata-rata

sebesar 76.403 dan standar deviasi sebesar 8.709. Dari data tersebut menunjukan

bahwa pemahaman siswa pada kedua kelas mengalami peningkatan apabila

dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran.

Berikut disajikan Diagram perolehan hasil postest kelas experimen dan

kelas kontrol:

2 Ibid.

Page 73: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

59

Gambar 4.2 Diagram Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan diagram 4.2 di atas terlihat bahwa secara keseluruhan nilai

postest berada pada rentang 60-94. Perbedaan rentang nilai yang cukup signifikan

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen telihat pada 80-84. Rentang nilai antara

60-64, dan 70-74 kelompok kontrol lebih unggul dibanding kelompok

eksperimen. Rata-rata setelah diberikan perlakuan metode analogi FAR pada kelas

eksperimen dengan nilai rata-rata sebesar 82.099, terdapat perbedaan yang cukup

signifikan, yaitu nilai rata-rata pada kelompok ekperimen berada pada rentang 80-

84, sedangkan pada kelompok kontrol dengan nilai rata-rata sebesar 76.403

berada pada renang 70-74. Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara

keseluruhan kelompok eksperimen lebih unggul daripada kelompok kontrol. Ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode analogi FAR

terhadap hasil belajar biologi siswa.

3. Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji Normal Gain (N-Gain) ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan skor

pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94

1 2 3 4 5 6 7

Jum

lah

Sis

wa

Rentang Nilai

Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas KelasXI MIPA 1 XI MIPA 2

Page 74: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

60

berbeda. Data N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel

4.3.

Tabel 4.3 Data Skor N-Gain3

N-Gain Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Tertinggi 0.90 0.82

Terendah 0.38 0.18

Rata-rata 0.71 0.60

Kategori Tinggi Sedang

Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar biologi

siswa, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Hal ini dapat

dilihat dari skor rata-rata nilai N-Gain kelas eksperimen sebesar 0.71 yang

termasuk dalam kategori tinggi dan rata-rata nilai N-Gain kelas kontrol sebesar

0.60 yang termasuk dalam kategori sedang. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil

rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil rata-rata

N-gain pada kelas kontrol. Skor terendah N-Gain pada kelas eksperimen pun lebih

tinggi dari skor terendah pada kelas kontrol.

Frekuensi N-Gain kedua kelas, baik pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Frekuensi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol4

Kategori N-Gain Frekuensi

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rendah 0 0

Sedang 10 14

Tinggi 17 11

Jumlah 27 25

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata N-Gain antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol mempunyai kategori yang berbeda yaitu kategori tinggi untuk kelas

3 Lampiran 15, h. 172.

4 Ibid.

Page 75: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

61

eksperimen dan kategori sedang untuk kelas kontrol. Kedua kelas memiliki nilai

dengan kategori N-Gain yang beragam. Pada kelas eksperimen sebanyak 17 orang

siswa memiliki nilai dengan kategori N-Gain tinggi, 10 orang siswa kategori

sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki nilai dengan kategori N-Gain

rendah. Sedangkan pada kelas kontrol terdapat 11 orang siswa yang memiliki nilai

dengan kategori N-Gain tinggi, 14 orang siswa yang memiliki nilai dengan

kategori N-Gain sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki N-Gain dengan

kategori rendah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil

belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

B. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran

Instrumen observasi disusun berdasarkan sintaks atau tahapan dalam

penggunaan metode analogi FAR ketika proses pembelajaran berkaitan dengan

aktivitas guru selama pembelajaran. Selain itu, observasi ini dilakukan untuk

mengetahui tercapai tidaknya tahapan kegiatan pembelajaran pada metode

Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Hasil observasi tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru5

No

Tahap

Analogi

FAR

Pertanyaan

Hasil

observasi

ya tidak

1

Fokus

Guru memberikan pemahaman tentang

analogi, diharapkan agar siswa tidak

asing/sudah mengenal analognya

2 Guru meningkatkan pengenalan dan

pemahaman siswa melalui contoh atau

penggambaran dari analognya

3 Guru memastikan kembali dengan

memberikan pertanyaan, apakah siswa dapat

5 Lampiran 9, h. 154.

Page 76: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

62

melewati tahap mengenal analognya dengan

baik

4 Analogi yang dipilih tidak mempunyai konsep

sains yang salah

5

Aksi

Guru memperhatikan tingkat keakraban para

siswa dengan analognya

6 Guru mengemukakan kemiripan antara analog

dengan target

7 Guru mengemukakan ketidakmiripan antara

analog dengan target

8 Guru mengulas kembali konsep rujukan dan

memperkenalkan konsep target pada saat

bersamaan

9 Guru melakukan penggambaran dalam rangka

meningkatkan pengenalan dan pemahaman

10 Guru melakukan penulisan terhadap hal-hal

penting seputar konsep

11 Guru melakukan penarikan kesimpulan

terhadap apa yang telah dipelajari

12

Refleksi

Analogi yang digunakan cukup jelas √

13 Analogi yang digunakan berguna √

14 Analogi yang digunakan tidak

membingungkan siswa

Berdasarkan tabel 4.5, hasil observasi kegiatan pembelajaran menunjukan

bahwa guru telah melaksanakan semua tahapan pembelajaran dengan

menggunakan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), baik pada pertemuan

pertama maupun pada pertemuan kedua.

Page 77: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

63

C. Uji Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan

pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang

digunakan adalah uji Liliefors dengan taraf signifikansi 5% (α = 0.05). Adapun

kriteria uji normalitas yaitu jika Lo < Ltabel, berarti data berdistribusi normal.

Sedangkan, jika Lo > Ltabel, berarti data berdistribusi tidak normal.

a. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah dilakukan uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan data pretes

kelas kontrol, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol6

Statistika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Jumlah siswa 27 25

Rata-rata 35.55 33.75

SD 16.40 16.93

Lo 0.087 0.16

Ltabel 0.17 0.17

Kesimpulan data berditribusi normal data berdistribusi normal

Pada tabel 4.6 didapatkan hasil Lo skor pretes kelas eksperimen sebesar 0.087

dan Ltabel (n=27) sebesar 0.17. Ini menunjukan bahwa skor pretes kelas

eksperimen berdistribusi normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.087

< 0.17). Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan Lo sebesar 0.16 dan Ltabel

(n=25) sebesar 0.17. Ini juga menunjukan bahwa skor postes kelas kontrol

berdistribusi normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.16 < 0.17).

Dengan demikian kedua sampel penelitian skor pretes kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal.

6 Lampiran 16, h. 174.

Page 78: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

64

b. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah dilakukan uji normalitas data postes kelas eksperimen dan data pretes

kelas kontrol, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol7

Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Jumlah siswa 27 25

Rata-rata 82.09 76.40

SD 12.67 8.70

Lo 0.10 0.12

Ltabel 0.17 0.17

Kesimpulan data berditribusi normal data berdistribusi normal

Pada tabel 4.7 didapatkan hasil Lo skor postes kelas eksperimen sebesar 0.10

dan Ltabel (n=27) sebesar 0.17. Ini menunjukan bahwa skor postes kelas

eksperimen berdistribusi normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.10 <

0.17). Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan Lo sebesar 0.12 dan Ltabel (n=25)

sebesar 0.17. Ini juga menunjukan bahwa skor postes kelas kontrol berdistribusi

normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.12 < 0.17). Dengan demikian

kedua sampel penelitian skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan

pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui

apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak.

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher dengan taraf signifikansi

5% (α = 0.05). Adapun kriteria kriteria uji homogenitas yaitu jika Fhitung < Ftabel,

berarti data dari kedua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen.

Sedangkan, jika Fhitung > Ftabel, berarti data tidak homogen.

a. Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah dilakukan pengolahan data, maka diperoleh data hasil uji

homogenitas pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

7 Lampiran 17, h. 176.

Page 79: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

65

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretes8

Data Jumlah

N kelas eksperimen 27

N kelas kontrol 25

S2 terbesar 286.90

S2 terkecil 160.68

Fhitung 1.78

Ftabel 1.94

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan Fhitung sebesar 1.78. Pada taraf signifikansi

5% (α = 0.05) dengan df untuk pembilang (N1=24) dan df untuk penyebut

(N2=26) diperoleh Ftabel sebesar 1.94. Maka Fhitung < Ftabel (1.78 < 1.94), sehingga

dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang sama atau homogen.

b. Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah dilakukan pengolahan data, maka diperoleh data hasil uji

homogenitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Postes9

Data Jumlah

N kelas eksperimen 27

N kelas kontrol 25

S2 terbesar 75.86

S2 terkecil 40.81

Fhitung 1.85

Ftabel 1.94

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan Fhitung sebesar 1.85. Pada taraf signifikansi

5% (α = 0.05) dengan df untuk pembilang (N1=24) dan df untuk penyebut

(N2=26) diperoleh Ftabel sebesar 1.94. Maka Fhitung < Ftabel (1.85 < 1.94), sehingga

dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang sama atau homogen.

8 Lampiran 18, h. 178.

9 Lampiran 19, h. 179.

Page 80: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

66

D. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil

belajar kedua kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen,

sehingga pengujian data hasil belajar kedua kelompok dilanjutkan pada analisis

data selanjutnya, yaitu pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Pengujian

hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terhadap hasil

belajar biologi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Analogi FAR

(Fokus-Aksi-Refleksi). Kriteria hasil kesimpulan uji-t yaitu jika thitung < ttabel maka

Ho diterima dan jika thitung > ttabel maka Ho ditolak.

1. Pretes

Hasil perhitungan menggunakan uji-t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji-t Pretes10

Keterangan Nilai Rata-Rata

Kelompok Eksperimen Kontrol

X 35.55 33.75

thitung 0.46

ttabel 2.00

Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Berdasarkan tabel 4.10 dari pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata pretes

kedua kelas didapatkan nilai thitung sebesar 0.46 dan ttabel sebesar 2.00. Hasil

pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung < ttabel (0.46 < 2.00). Dengan

demikian Ho diterima dan H1 ditolak pada taraf signifikan 5% (α = 0.05). Hal ini

menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa sebelum

menggunakan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) di kelas eksperimen.

10

Lampiran 20, h. 180.

Page 81: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

67

2. Postes

Hasil perhitungan menggunakan uji-t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji-t Pretes11

Keterangan Nilai Rata-Rata

Kelompok Eksperimen Kontrol

X 82.09 76.40

thitung 2.88

ttabel 2.00

Kesimpulan Terdapat perbedaan yang signifikan

Berdasarkan tabel 4.11 dari pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata pretes

kedua kelas didapatkan nilai thitung sebesar 2.88 dan ttabel sebesar 2.00. Hasil

pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung > ttabel (2.88 > 2.00). Dengan

demikian Ho ditolak dan H1 diterima pada taraf signifikan 5% (α = 0.05). Hal ini

menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan metode

Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 86 Jakarta dengan sampel kelas XI MIPA

2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol. Konsep

yang dianalogikan dalam penelitian ini yaitu pada organ ginjal, mekanisme

pembentukan urin, dan kulit, dengan ketentuan kelas eksperimen diberi perlakuan

dengan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), sedangkan kelas kontrol

dengan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Metode

ini cenderung digunakan oleh guru di sekolah tersebut.

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu melakukan

observasi mengenai keadaan siswa kelas XI MIPA di SMAN 87 Jakarta.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru mata

pelajaran biologi, diketahui bahwa kelas XI MIPA pada sekolah tersebut memiliki

11

Ibid.

Page 82: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

68

kemampuan yang sama, atau dengan kata lain tidak ada pengelompokan atau

pembedaan kelas antara siswa pintar dengan siswa yang kurang pintar. Hal ini

diperkuat oleh hasil rata-rata pretes kedua kelas yang tidak jauh berbeda. Hasil

perhitungan uji-t pada kedua kelas untuk nilai pretes pun menunjukan nilai yang

tidak jauh berbeda. Rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen yaitu 35.558,

sedangkan skor rata-rata pretes pada kelas kontrol yaitu 36.289. Hasil pengujian

yang diperoleh dengan uji-t pada rata-rata skor pretes tersebut pun menunjukan

bahwa hasil thitung < ttabel, sehingga dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan

hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas, artinya kedua kelas memiliki

pengetahuan awal yang sama khususnya pada konsep sistem ekskresi.

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru dalam proses

pembelajaran di SMAN 86 Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama dua kali

pertemuan, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Setelah

dilaksanakan pretes, masing-masing kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kelas XI MIPA 2 sebagai kelas

eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode

analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), sedangkan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas

kontrol mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah.

Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen, siswa masih belum memahami

konsep materi sistem ekskresi dengan menggunakan metode analogi FAR (Fokus-

Aksi-Refleksi) yang disajikan, dikarenakan siswa tidak mengetahui apa itu metode

analogi FAR, hal ini membuat guru harus menjelaskan terlebih dahulu tentang

metode analogi FAR dan juga siswa baru pertama kali melakukan pembelajaran

dengan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Namun pada pertemuan

selanjutnya terjadi perubahan yang lebih baik. Siswa sudah mulai memahami

metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sehingga siswa dapat dengan

baik memahami materi yang disajikan. Saat menjelaskan konsep materi ginjal dan

bentuknya dengan metode analogi FAR, ada beberapa tahapan yang harus

diperhatikan, yaitu Fokus, peneliti menjelaskan konsep ginjal sejelas mungkin.

Untuk membantu memahami gambaran ginjal, peneliti menganalogikan dengan

biji kacang ercis, yang terdengar populer dikalangan siswa. Tahapan kedua, yaitu

Page 83: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

69

Aksi, di sini para siswa memetakan kemiripan dan ketidakmiripan analog dan

target. Inila esensi sesungguhnya dari penggunaan analogi, siswa harus berupaya

elaborasi, argumentasi, komunikasi, dan penggambaran secara luas dari analog

yang digunakan. Dan tahapan terakhir, yaitu tahapan Refleksi, peneliti membuat

kesimpulan dari pengajaran menggunakan metode analogi FAR, dan melakukan

perbaikan penggunaan analogi.

Setelah proses pembelajaran selesai untuk kedua kelas, maka selanjutnya

dilakukan tes akhir berupa postes untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan

siswa setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Berdasarkan data hasil postes

setelah dilakukan perhitungan menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil tes

pada kedua kelas, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun,

kelas eksperimen memperoleh hasil rata-rata skor akhir yang lebih baik daripada

hasil yang diperoleh kelas kontrol.

Hasil belajar yang didapat siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya guru, siswa dan metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses

pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses

pembelajaran cukup memiliki pengaruh yang positif terkait dengan minat dan

motivasi siswa dalam menerima pelajaran. Dan ini sedikit banyak juga berdampak

pada tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang didapatkan tampak pengaruh

metode pembelajaran analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar

biologi siswa pada konsep sistem ekskresi. Hasil yang didapatkan pada penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan pada penelitian yang pernah

dilakukan oleh Muhammad Amiruddin yang berjudul “Penerapan Pembelajaran

Konstruktivistik Model Analogi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aspek

Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan Sistem Pengapian Siswa

Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

penerapan metode pembelajaran konstruktivistik metode analogi dalam proses

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai ketuntasan

Page 84: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

70

klasikal kelas 85%.12

Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) ini memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi.

12

Muhammad Amirudin, “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Model Analogi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan Sistem

Pengapian Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”. Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 176, tidak dipublikasikan.

Page 85: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara metode Analogi

FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini

ditunjukkan oleh hasil uji-t yaitu thitung > ttabel (2.88 > 2.00) dengan taraf

signifikansi 5% (α = 0.05).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan

beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.

1. Guru diharapkan dapat menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) dalam proses pembelajaran biologi di sekolah. Namun juga perlu

disesuaikan dengan konsep biologi yang dianggap sesuai dengan metode

pembelajaran tersebut.

2. Disarankan agar penggunaan analog harus familiar dengan pengetahuan awal

siswa.

3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat menghubungkan metode

analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) ini dengan hasil belajar siswa pada ranah

afektif dan psikomotorik.

Page 86: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

72

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

2013.

Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung:

PT Remaja Rosda karya, 2011.

Chatib, Munif. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua

Anak Juara. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga,

2011.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya,

2012.

Faisal, “Mengintegrasikan Revisi Taksonomi Bloom Kedalam Pembelajaran

Biologi”, Jurnal Sainsmat, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar, Vol. IV, No. 2, No.2,

September 2015.

Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Scores tersedia melalui

www.physics.indiana.com diunduh pada tanggal 25 April 2017

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Harrison, Allan G dan Richard K. Coll. Analogi dalam Kelas Sains. Jakarta: PT

Indeks, 2013.

Herlanti, Yanti. “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar

Penelitian Pendidikan Sains”. Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006.

Tersedia melalui http://dhetik.weebly.com diunduh pada tanggal 22 April

2017.

Khasanah, Uswatun. “Pengaruh Penggunaan Analogi terhadap Keterampilan

Berpikir Rasional Siswa SMA pada Konsep Sisten Pertahanan Tubuh

Manusia”, Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. 2011. tidak

diterbitkan.

Page 87: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

73

Kisworo, Marsudi Wahyu. Revolusi Mengajar. Jakarta: Asik Generation, 2016.

Kurniasih, Neny dkk. Pengajaran Kondisi Termal Menggunakan Analogi

Konduksi Listrik, Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Vol.

1, No. 3, Agustus 2009.

Lorin, W. Anderson (eds). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Terj. Agung

Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2010.

Maghfiroh, Nurul. 99 Fenomena Menakjubkan dalam Al-Qur’an. Bandung: PT

Mizan Pustaka, 2015.

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.

Muhammad, Amirudin. “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Analogi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan

dan Pemeriksaan Sistem Pengapian Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”,

Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta,

2014. tidak dipublikasikan.

Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011.

Rosa, Friska Octavia, “Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah

Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik”, Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika,

Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung, Vol. 1, No. 2, 2015.

Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 2, Cet. 2, 2013.

Said, Alamsyah dan Andi Budimanjaya. 95 Strategi Mengajar Multiple

Intelligences. Jakarta: Prenada Media Group, 2015.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup, Cet. 9, 2010.

Sari, Nurty Gofita, “Aspek Afektif Taksonomi Bloom Pada Pembelajaran

Matematika Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Sekecamatan Alian”, Jurnal

Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah

Purworejo, 2015.

Page 88: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

74

Silberman, Melvin L. Aktive Learning: 101 Cara Belajar Aktif. Bandung:

Nusamedia, 2011.

Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi

Aksara, 2015.

Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.

Suja, I Wayan. Strategi „ERMO‟ dalam Pengajaran Konsep-Konsep Kimia,

Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Negeri Surabaya, September 2014.

-------------------. Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia, Vol. 3, No. 2,

Oktober 2014.

Sujarweni, V. Wiratna, Statistika Untuk Penelitia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2013.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, Cet. 5, 2009.

Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Suralaga, Fadhilah dan Solicha. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2010.

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran: Tori dan Konsep Dasar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 3, 2012.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, Cet. 19, 2014.

Page 89: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

75

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran:

Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan

Nasional. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Winataputra, Udin S. Hakikat Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UT, 2007.

Yudhawati, Ratna dan Dany Haryanto. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan.

Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011.

Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009.

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar

Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan

UIN Jakarta Press, 2006.

Page 90: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

76

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas / Semester : XI / II

Materi Pokok : Sistem Ekskresi

Alokasi Waktu : 8 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

3. Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1. KD pada KI-1

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup.

Page 91: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

77

1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan

mengamati bioproses.

1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga

dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan

ajaran agama yang dianutnya.

2. KD pada KI-2

2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta,

disiplin, tanggung jawab,dan peduli dalam observasi dan

eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan

berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama,

cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan

proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan

pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di

luar kelas/laboratorium.

2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan

menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan

pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan

sekitar.

3. KD pada KI-3

3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun

organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan

bioprosesnya sehinggga dapat menjelaskan mekanisme serta

gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi

manusia melalui studi literature, pengamatan, percobaan, dan

simulasi.

Indikator

3.9.1 Menjelaskan metabolisme tubuh pada manusia

3.9.2 Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses dalam sistem

ekskresi manusia

3.9.3 Mengaitkan struktur, fungsi dan proses dalam sistem

ekskresi manusia

Page 92: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

78

3.9.4 Membandingkan struktur, fungsi dan proses dalam sistem

ekskresi manusia, ikan, amfibi, reptilian, aves, mammalia,

dan invertebrata

3.9.5 Mengidentifikasi kelainan/gangguan yang terjadi pada sistem

ekskresi

4. KD pada KI-4

4.10 Menyajikan hasil analisis tentang hasil analisis tentang

kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan

gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagai bentuk media

presentasi

Indikator

4.10.1 melakukan analisis tentang contoh teknologi

penanggulangan akibat kelainan yang terjadi pada sistem

ekskresi manusia dan hewan

C. Tujuan Pembelajaran

Menjelaskan tentang struktur, fungsi, dan proses dalam sistem

ekskresi terutama pada konsep ginjal dengan menggunakan

analogi.

D. Materi Pembelajaran

Ekskresi adalah pengeluaran atau pembuangan zat-zat sisa

metabolisme dari dalam tubuh. Metabolisme di dalam jaringan tubuh akan

menghasilkan energi dan senyawa sampingan berupa zat sisa atau zat

sampah. Jenis zat sampah bergantung pada jenis bahan metabolisme.

Secara garis besarnya, zat makanan penghasil energi adalah karbohidrat,

protein dan lemak. Metabolisme di dalam jaringan tubuh akan

menghasilkan zat-zat sisa.

Metabolisme karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida. Di

dalam jaringan, sebagian monosakarida akan dioksidasi, sebagian akan

diubah menjadi senyawa kimia lain sesuai kebutuhan. Dalam oksidasi

monosakarida akan dihasilkan energi, CO2, dan H2O. Metabolisme

protein memiliki hasil akhir berupa energi, CO2, H2O, NH4OH, dan NH3.

Page 93: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

79

Sedangkan pada metabolism lipid akan dihasilkan energi dan zat sisa

berupa air dan CO2.

Proses pengeluaran zat dari dalam tubuh manusia dibedakan menjadi

tiga macam, yakni defekasi, ekskresi, dan sekresi. Defekasi adalah proses

pengeluaran sisa-sisa pencernaan makanan yang disebut feses melalui

anus. Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat metabolisme yang tidak dipakai

lagi oleh sel dan darah. Zat-zat sisa tersebut dikeluarkan dalam bentuk

urine, keringat, dan gas pernapasan. Sedangkan sekresi adalah proses

pengeluaran getah oleh sel dan kelenjar.

Struktur alat ekskresi pada manusia terdiri atas paru-paru, hati, ginjal

dan kulit. Paru-paru akan mengeluarkan CO2 dan uap air, hati

mengeluarkan cairan empedu, ginjal mengeluarkan urine, dan kulit

mengeluarkan keringat. Ginjal merupakan alat ekskresi utama, jumlahnya

sepasang, letaknya di dekat tulang pinggang. Bentuknya seperti kacang

ercis dan panjangnya sekitar 10cm. ginjal terdiri dari dua lapisan. Lapisan

luar di sebut korteks dan lapisan dalam disebut sumsum ginjal atau

medulla. Korteks mengandung jutaan unit penyaring darah yang di sebut

nefron. Setiap nefron terdiri dari badan Malpighi dan tubulus. Setiap badan

Malpighi terdiri atas glomerulus dan simpai bowman. Sumsum ginjal

mengandung banyak pembuluh-pembuluh tubulus pengumpul hasil

ekskresi dari nefron. Proses pembentukan urine di dalam ginjal, yaitu

penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolism, dilakukan oleh simpai

bowman. Penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh,

berlangsung sepanjang tubulus kontortus proksimal hingga gelung henle.

Dan yang terakhir pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dalat

disimpan dalam tubuh, berlangsung disepanjang tubulus kontortus distal

hingga tubulus kolektivus.

Sungguh sempurna ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, termasuk ciptaan-

Nya berupa organ ekskresi yang dikaruniakan kepada kita semua. Organ

itu sangat penting bagi proses ekskresi dalam tubuh kita. Oleh karena itu,

kita harus mensyukuri karunia Tuhan itu dengan menjaga kesehatan organ

Page 94: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

80

tubuh kita. Jika fungsi organ tubuh terganggu akan menyebabkan penyakit

pada tubuh. Diantaranya, penyakit dan gangguan fungsi hati, yaitu

hepatitis, proses peradangan pada jaringan hati. Disebabkan oleh infeksi

berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan protozoa. Disebabkan

oleh hepatitis, parasite hati, obat-obatan tertentu dan kecanduan alkohol.

Gangguan pada fungsi ginjal, diantaranya Albuminuria, adanya albumin

adan protein lain di dalam urin. Nefritis, kerusakan pada glomerulus akibat

infeksi kuman. Poliuria, urine yang dikeluarkan oleh tubuh amat banyak

dan encer. Oligouria, urine yang dihasilkan sangat sedikit. Pada gangguan

hormone, diantaranya Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu

penyakit karena adanya gula dalam urine. Kelainan pada produk hormon

antidiuretika (ADH). Gangguan pada kulit, diantaranya jerawat (gangguan

kronis pada kelenjar minyak), eksem (penyakit kulit di mana kulit menjadi

kering kemerahan dan gatal-gatal bersisik), pruvitus kutanea (penyakit

kulit dengan gejala rasa gatal yang dipicu oleh iritasi saraf sensori perifer),

kudis atau scabies (penyakit kulit karena infeksi caplak atau tungau).

Sistem ekskresi pada hewan diantara pada cacing pipih yaitu sel-sel

api, pada cacing tanah yaitu nefridium, dan alat ekskresi pada belalang

berupa pembuluh malpighi. Dan alat ekskresi pada hewan vertebrata

berupa sepasang ginjal.

E. Pendekatan/model/metode Pembelajaran :

Pendekatan pembelajaran :

Saintifik dipadukan dengan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi)

Model pembelajaran :

Pembelajaran langsung (Direct Instruction)

Pengamatan (observasi)

Metode pembelajaran :

Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Diskusi

Tanya jawab

Page 95: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

81

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

Media : gambar dan video.

Alat/bahan : laptop, LCD, papan tulis, spidol.

Sumber belajar: Buku Biologi Kemdikbud 2013, internet

G. Langkah Pembelajaran

Pertemuan 1

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

Pembukaan

Mengucapkan salam Menjawab Salam 1 menit

Apersepsi

- Doa, absen, dan

memberikan

stimulus dengan

memberikan

pertanyaan tentang

system ekskresi

manusia (apa yang

kalian ketahui

tentang sistem

ekskresi manusia?

untuk apa oksigen

yang kita hirup

setiap saat?) lalu

dikaitkan dengan

pertemuan

sebelumnya

- Memancing rasa

ingin tahu siswa

dengan

Memperlihatkan

video tentang

metabolisme dalam

tubuh manusia.

-Doa, absen dan

merespon stimulus

dengan menjawab

pertanyaan yang

diajukan guru

-memperhatikan

video yang di

berikan guru

15 menit

Page 96: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

82

Motivasi

- Menyampaikan

sedikit pesan bahwa

kita harus harus

lebih banyak

bersyukur karena

metabolisme kita

dengan sempurna

menjalankan

tugasnya

- Memberitahu

peserta didik bahwa

kita akan

mempelajari tentang

metabolisme dalam

tubuh manusia

berupa metabolisme

karbohidrat, protein,

dan lipid dan

struktur alat ekskresi

manusia

-peserta didik

antusias

mendengarkan pesan

guru dan

bersemangat untuk

mengetahui sistem

ekskresi dalam

tubuh manusia

4 menit

Kegiatan Inti

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

FASE I

(menyampaikan

tujuan dan

mempersiapkan

siswa)

- Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran

- Guru meminta

siswa untuk

mempersiapkan

buku

- Siswa

memperhatikan

tujuan

pembelajaran

yang

disampaikan

guru

(mengamati)

- Siswa

menyiapkan

buku pelajaran

10

menit

FASE II

(mendemonstra

sikan

pengetahuan /

- Memberikan

pengajaran

menggunakan

analogi tentang

- Mengamati

analogi yang

digunakan oleh

guru dan

10

menit

Page 97: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

83

keterampilan) proses

metabolisme

dalam tubuh dan

struktur alat

ekskresi terutama

pada organ ginjal

manusia serta

meminta siswa

mencatat hal-hal

penting dalam

buku tulis

masing-masing.

Guru menanyakan

“mengapa

metabolisme

karbohidrat, protein

dan lipid sangat

mempengaruhi tubuh

manusia? Jika tidak

ada metabolisme

tersebut apa yang

akan terjadi pada

manusia?” mengapa

organ ekskresi pada

manusia banyak

ragamnya? Di mana

letak organ-organ

tersebut di dalam

tubuh? Bagaimana

struktur masing-

masing dari organ

tersebut? Bagaimana

proses ekskresi pada

berbagai organ

tersebut? (menanya)

- Memberikan

kesempatan

kepada peserta

didik untuk

mendengarkan

materi yang

diberikan guru

serta mencatat

hal-hal penting

dalam buku

tulis catatan

siswa.(mengam

ati)

- siswa menjawab

pertanyaan yang

diberikan guru

- Bertanya

mengenai

informasi yang

tidak dipahami

Page 98: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

84

bertanya tentang

informasi yang

tidak dipahami

(menanya)

FASE III

(membimbing)

- Guru meminta

perwakilan siswa

ke depan untuk

menjelaskan

mengenai

metabolisme

dalam tubuh dan

struktur alat

ekskresi manusia

yang sudah

disampaikan guru

berdasarkan

catatan saat guru

menjelaskan.

(siswa

menggunakan

analogi)

(menalar)

- Maju ke depan

dan

menjelaskan

tentang

berdasarkan

data dan

informasi

materi yang

diperoleh .

10

menit

FASE IV

(mengecek

pemahaman

dan

memberikan

umpan balik)

- Guru memberikan

pertanyaan

kepada siswa

“Siapa yang bisa

menjelaskan

mengenai proses

dan eskret dari

paru-paru, kolon,

hati, ginjal, dan

kulit pada sistem

ekskresi

manusia?” dan

meminta siswa

untuk

menjawabnya

dengan

menggunakan

analogi.

- Siswa

menjawab

pertanyaan yang

diberikan guru

- Menanggapi

jawaban dari

teman dengan

memberikan

argumen yang

jelas

10

menit

Page 99: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

85

(menanya)

- Menginstruksikan

kepada siswa lain

untuk

memberikan

tanggapan

terhadap jawaban

temannya

(menalar)

FASE V

(memberikan

kesempatan

untuk pelatihan

lanjutan)

- Guru meminta

siswa untuk

mencoba

menyimpulkan

hasil diskusi

(jawaban

pertanyaan dan

tanggapan)

(mengkomunika

sikan)

- Perwakilan

siswa

mengemukakan

kesimpulan

10

menit

Penutup

Waktu : 10 menit

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

Penutup

Konfirmasi

- Meminta peserta didik

untuk menyampaikan

kesimpulan

pembelajaran hari ini

- Mengumpulkan buku

tulis

- Memberitahukan

bahwa materi

selanjutnya adalah

gangguan pada sistem

ekskresi dan sistem

ekskresi pada hewan

- Memberikan tugas

baca materi

selanjutnya

- Mengucapkan salam

- Menyampaikan

kesimpulan dari

Diskusi yang

telah dilakukan

- Mengumpulkan

buku tulis

- Menyimak

materi

selanjutnya

yang

disampaikan

guru

- Mencatat tugas

selajutnya

- salam

10

menit

Page 100: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

86

Pertemuan 2

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab Salam 1 menit

Apersepsi

- Doa, absen, dan

memberikan stimulus

dengan memberikan

pertanyaan “Apa

yang disebut dengan

sekresi, defekasi, dan

ekskresi?”

-Doa, absen dan

merespon stimulus

dengan menjawab

pertanyaan yang

diajukan guru

15

menit

Motivasi

- Menyampaikan

sedikit pesan bahwa

tubuh ini sangat

berharga,, jika salah

satu organ dari sistem

ekskresi kita tidak

berfungsi dengan

baik, maka alangkah

sulitnya kita hidup.

- Memberitahu peserta

didik bahwa kita akan

mempelajari

kelainan-kelainan

pada sistem ekskresi

dan membongkar

sistem ekskresi pada

hewan (invertebrata

dan vertebrata)

- Peserta didik

antusias

mendengarkan

pesan guru dan

bersemangat

untuk

mengetahui

lebih dalam

kelainan-

kelainan sistem

ekskresi

manusia.

4

menit

Kegiatan Inti

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

FASE I - Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran

(mengamati)

- Siswa

memperhatikan

tujuan

10 menit

Page 101: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

87

- Guru meminta siswa

mempersiapkan buku

biologi

pembelajaran

yang

disampaikan

guru

- Siswa

menyiapkan

buku biologi

FASE II - Memberikan materi

tentang kelainan sistem

ekskresi manusia dan

sistem ekskresi pada

hewan dengan sebuah

analogi yang sudah

dipersiapkan guru serta

meminta siswa mencatat

hal-hal penting dalam

buku tulis masing-

masing.

- Guru menanyakan “apa

yang terjadi jika salah

satu organ ekskresi

manusia rusak? Apa

yang memyebabkan

organ tersebut rusak?”

(menanya)

- Memberikan

kesempatan kepada

peserta didik untuk

bertanya tentang

informasi yang tidak

dipahami (menanya)

- Mengamati

analogi yang

digunakan

guru dan

mendengarkan

materi yang

diberikan guru

serta mencatat

hal-hal penting

dalam buku

tulis catatan

siswa.

(mengamati)

- siswa

menjawab

pertanyaan

yang diberikan

guru

- Bertanya

mengenai

informasi yang

tidak dipahami

10 menit

FASE III - Guru meminta

perwakilan siswa ke

depan untuk

menjelaskan kembali

tentang kelainan sistem

ekskresi dan sistem

ekskresi pada hewan

- Maju ke depan

dan

menjelaskan

tentang

kelainan dan

sistem ekskresi

pada hewan

10 menit

Page 102: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

88

yang sudah disampaikan

guru berdasarkan

catatan saat guru

menjelaskan (menalar)

- Mendampingi peserta

didik mengeksplorasi

pengetahuan

berdasarkan

data dan

informasi

materi yang

diperoleh.

FASE IV - Guru memberikan

pertanyaan kepada siswa

“Siapa yang bisa

menjelaskan kembali

kelainan pada sistem

ekskresi dan sistem

ekskresi pada hewan?”

dan meminta siswa

untuk menjawabnya

(menanya)

- Menginstruksikan

kepada siswa lain untuk

memberikan tanggapan

terhadap jawaban

temannya (menalar)

- Siswa

menjawab

pertanyaan

- Menanggapi

jawaban dari

teman dengan

memberikan

argumen yang

jelas

10 menit

FASE V - Guru meminta siswa

untuk mencoba

menyimpulkan hasil

diskusi (jawaban

pertanyaan dan

tanggapan)

(mengkomunikasikan)

- Perwakilan siswa

mengemukakan

kesimpulan

10 menit

Penutup

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

Penutup

Konfirmasi

- Meminta

peserta didik

untuk

menyampaikan

Kesimpulan

pembelajaran

hari ini

- Menyampaikan

kesimpulan dari

Diskusi yang telah

dilakukan

- Mengumpulkan buku

tulis

10

menit

Page 103: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

89

- Meminta

peserta didik

untuk

mengumpulkan

buku tulis

- salam

- Menjawab salam

H. Penilaian

1. Jenis/Teknik Penilaian

Tes hasil belajar tertulis

2. Bentuk Instrumen

Tes pilihan ganda (30 soal)

3. Contoh instrumen Penilaian

Lampiran 1

Contoh Tahapan Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Ginjal

Metabolisme dalam tubuh dan struktur, fungsi, proses sistem ekskresi

Analogi Pada Bentuk Ginjal

Analogi Ginjal sama dengan biji kacang ercis

Fokus Konsep Ginjal merupakan alat ekskresi yang utama. Jumlahny

sepasang. Terleta di dekat tulang pinggang. Pada orang dewasa

bentuk ginjal lebih kurang 10 cm, beratnya sekitar 200 gram.

Ginjal memiliki banyak pembulu darah, sehingga warna ginjal

adalah berah tua.

Para Murid Para murid melihat bentuk ginjal akan lebih mudah dengan

analogi yang sesuai

Analog Para murid sudah mengenal biji kacang ercis. Karena tanaman

ini sangat popular, bentuk bijinya pun mudah diingat.

Page 104: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

90

Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target

Analog-alat ekskresi

manusia (ginjal)

Target- biji kacang ercis

Merupakan alat eksresi

yang utama pada tubuh

manusia

Biji merupakan bagian utama dari suatu tanaman

Jumlah ginjal sepasang,

beratnya sampai 200

gram

Bila dilihat bentuk ginjal seperti kacang ercis

Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target

Pada ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 10 cm, dan berat sekitar 200

gram, sedangkan pada biji kacang ercis panjang dan berat bisa jadi lebih dari

itu.

Ginjal memiliki banyak pembuluh darah, sehingga warnanya merah tua,

sedangkan pada biji kacang ercis adalah kuning atau hijau

Refleksi

Kesimpulan o Komponen ginjal terdiri dari banyak pembuluh

darah, sehingga warnanya merah tua

o Apakah bentuk analoginya menyakinkan?

o Apakah konsep ini dipahami setelah analoginya

hanya diceritakan secara lisan?

Perbaikan o Apakah murid mau menerima analogi ini?

o Apakah pemetaan yang dilakukan sudah

tepatkah?

o Peneliti hanya membuat analogi dari bentuk nya

saja, apakah analogi ginjal juga bisa dilihat dari

fungsi dan bagian-bagiannya?

Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Pembentukan Urin

Analogi proses pembentukan urine pada ginjal

Page 105: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

91

Analogi pembentukan urine dengan sistem kerja di akuarium

Fokus Konsep Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan

urine. Proses ini melewati tiga tahap, yaitu filtrasi,

reabsorbsi, dan augmentasi

Para

Murid

Terkadang murid sukar memahami dan membedakan

ketiga proses ini, terutama tentang zat-zat hasil

ekskretnya.

Analog Para murid sudah mengenal sistem kerja sebuah

akuarium, dengan pengenologian ini akan lebih mudah

memahami proses pembentuka urin.

Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target

Analog- pembentukan

urine

Target- sistem kerja filter di

akuarium

Pembentukan urine terjadi

dalam tiga tahap:

Filtrasi dilakukan

oleh simpai

bowman. Zat-zat

seperti air, garam,

gula dan urea yang

terlarut dalam darah

yang masuk dalam

glomerulus disaring

oleh simpai

bowman. Di sebut

juga urine primer

Reabsorbsi terjadi di

tubulus kontortus

Ada tiga macam sistem kerja

akuarium:

Mekanis menyaring partikel

kotoran yang ada di

akuarium. Disebut juga

penyaringan primer.

Penyaringan ini dengan bahan

yang baik, air akan lebih

bersih. Bahan yang digunakan

seperti bebatuan dan busa

filter.

Kimia: menyerap kembali

bahan-bahan yang bersifat

racun yang ada di air, seperti

asam amonia, kaporit, serta

Page 106: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

92

proksimal dan

lengkng henle. Dari

urine primer yang

masih banyak

mengandung zat

yang bermanfaat

bagi tubuh. Di serap

kembali oleh darah

dari pembuluh yang

mengelilingi

tubulus. Dan

sebaiknya, darah

melepaskan zat

sampah yang

diangkutnya ke

tubulus. Oleh karena

itu, cairan yang

terdapat dalam

tubulus kontortus

mengandung kadar

urine yang lebih

tinggi, disebut urine

sekunder.

Augmentasi,

pengeluaran zat

yang tidak

diperlukan dan tidak

dapat disimpan

dalam tubuh.

Berlangsung

ditubulus kontortus

macam-macam obat ikan

seperti metil biru yang bisa

dinetralisir dengan bahan

filter ini.

Biologis: filter bekerja

dengan merombak bahan

beresiko seperti ammonia

(kotoran ikan serta bekas

pakan) jadi bahan yang lebih

aman untuk ikan. Bakteri

pengurai ada di bak filter

seperti di bahan filter

berbentuk bioball dari plastic,

ring keramik, bahkan juga

busa filter juga ada

nitrosomoas serta nitrobacter,

dua bakteri pengurai yang

bekerja seperti bakteri

pengurai di bak septi tank.

Disebut juga penaringan

sesungguhnya.

Page 107: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

93

distal hingga

kolektivus.

Pembuluh darah

melepaskan zat sisa

yang tidak berguna

serta menyerap

kelebihan air,

terbentuklah urine

sesungguhnya.

Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target

Pada pembentukan urin ada tempat-tempat khusus terjadinya

contoh filtrasi di simpai bowman, reabsorbsi di tubulus kontortus

proksimal, dan augmentasi di tubulus kontortus distal, sedangkan

pada filter akuarium tidak ada tempat-tempat khususnya

Refleksi

Kesimpulan o Apakah para murid mengerti

mengenai pembentukan urin

setelah mempelajari analogi ini?

o Apakah struktur dan fungsi

analoginya menyakinkan?

o Apakah konsep ini dipahami

setelah analoginya hanya

diceritakan secara lisan?

Perbaikan o Apakah murid mau menerima

analogi ini?

o Apakah pemetaan yang dilakukan

sudah tepatkah?

Page 108: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

94

Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Anatomi Kulit

Analogi lapisan tanah pada anatomi kulit

Analogi Kulit

Fokus Konsep Kulit atau integumen mengekresikan keringat.

Tebal kulit pada manusia dewasa sekitar 0,01 cm

hingga 0,5 cm. Banyaknya keringat yang

dikeluarkan atau dihasilkan seseorang dipengaruhi

oleh aktifitas tubuh, suhu lingkungan, makanan,

kondisi kesehatan, dan keadaan emosi. kulit

(integumen) terdiri dari dua bagian yaitu lapis luar

di sebut epidermis dan lapis dalam di sebut dermis

atau korium.

Para

Murid

Para murid melihat anatomi kulit terlalu

membingungkan karena banyaknya istilah-istilah

asing dipemikiran mereka yang harus dipahami.

Analog Tanah cukup familiar di benak mereka. Tanah juga

dapat dilihat di sekitar lingkungan, sehingga akan

memudahkan dalam hal membuat analogi bagi

murid.

Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target

Analogi-Lapisan Tanah Target-Anatomi Kulit

Tanah memiliki

pori-pori dan

tanaman diatasnya

Kulit memiliki pori-pori

dan akar rambut di bagian

luarnya.

Page 109: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

95

Pada lapisan tanah

terdiri dari tiga

lapisan yaitu lapisan

atas, lapisan bawah

dan batuan induk

tanah

Tanah lapisan atas

berwarna gelap dan

kehitam-hitaman

Kulit terdiri dari dua lapis

utama, yaitu bagian luar

disebut epidermis dan

bagian dalam disebut

dermis atau korium,

terdapat juga lapisan

tambahan disebut lapisan

subkutan.

Pada lapisan luar

(epidermis) ada pigmen

melanin yang

mengandung pigmen

berwarna hitam

kecoklatan. Pada

dasarnya perbedaan

warna kulit seseorang

ditentukan oleh jumlah

pigmen ini.

Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target

o Lapisan kulit (epidermis ataupun dermis) terdiri dari

beberapa lapis lagi di dalamnya, seperti pada bagian

epidermis terdapat stratum korneum, stratum lusidum,

stratum granulosum dan stratum germinativum, pada dermis

juga terdiri dari akar rambut, kelenjar keringat, kelenjar

minta, pembuluh darah. Sednagkan pada lapisan tanah tidak

terdiri dari lapisan lagi tetapi hanya ada kandungan di

tanahnya seperti, pada lapisan atas mengandung mineral,

bahan organic, air, dan udara dalam tanah.

Page 110: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

96

Refleksi

Kesimpulan Apakah para murid setelah mempelajari analogi

ini, memahami anatomi dan fungsi kulit?

Walaupun para murid dapat menggunakan

analogi ini untuk membantu mereka memahami

anatomi kulit, namun mereka sering kesulitan

mengingat istilah teknik yang berkaitan dengan

pemahaman baru mereka.

Perbaikan Aktivitas seperti bermain dan menggambar

diagram dapat digunakan untuk membantu para

murid untk mengingat istilah yang berkaitan

dengan lapisan kulit. Hal ini akan

menggabungkan hubungan antara pengetahuan

yang baru dibentuk dengan analogi dan Bahasa

ilmiah yang dibutuhkan.

Lampiran 2

Soal Terlampir

1. Suatu proses atau fungsi yang berkaitan erat dengan sistem ekskresi

khususnya dengan jumlah air yang dibuang melalui keringat dan urin

adalah…

A. Respirasi

B. Sekresi

C. Difusi

D. Osmoregulasi

E. Transformasi

2. Proses pengeluaran zat-zat dari dalam tubuh manusia yang belum

mengalami metabolisme disebut….

A. Eliminasi

B. Defekasi

C. Ekskresi

D. Sekresi

E. Gutasi

3. Yang termasuk peristiwa ekskresi adalah pengeluaran….

A. Air mata

Page 111: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

97

B. Air liur

C. Feses

D. Keringat

E. HCL pada lambung

4. Zat-zat sisa metabolisme protein diekskresikan dalam bentuk….

A. Air dan CO2

B. Minyak dan garam

C. Air, urea, dan minyak

D. Minyak dan air

E. Urea dan garam

5. Limbah hasil metabolisme yang bersifat tidak larut dan berasal dari

pemecahan asam nukleat adalah….

A. Nitrogen

B. Urea

C. Amonia

D. Asam urat

E. Urin

Jakarta, 2 Mei 2017

Guru Mata Pelajaran Biologi

Dra. Anneke Makapele

Peneliti

Muhammad Priyo Atmojo

NIM. 1111016100058

Page 112: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 2 98

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas / Semester : XI / II

Materi Pokok : Sistem Ekskresi

Alokasi Waktu : 8 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1. KD pada KI-1

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup.

Page 113: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

99

1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan

mengamati bioproses.

1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga

dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan

ajaran agama yang dianutnya.

2. KD pada KI-2

2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta,

disiplin, tanggung jawab,dan peduli dalam observasi dan

eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan

berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama,

cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan

proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan

pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di

luar kelas/laboratorium.

2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan

menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan

pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan

sekitar.

3. KD pada KI-3

3.6 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun

organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan

bioprosesnya sehinggga dapat menjelaskan mekanisme serta

gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi

manusia melalui studi literature, pengamatan, percobaan, dan

simulasi.

Indikator

3.9.1 Menjelaskan metabolisme tubuh pada manusia

3.9.2 Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses dalam sistem

ekskresi manusia

3.9.3 Mengaitkan struktur, fungsi dan proses dalam sistem ekskresi

manusia

Page 114: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

100

3.9.4 Membandingkan struktur, fungsi dan proses dalam sistem

ekskresi manusia, ikan, amfibi, reptilian, aves, mammalia,

dan invertebrata

3.9.5 Mengidentifikasi kelainan/gangguan yang terjadi pada sistem

ekskresi

4. KD pada KI-4

4.6 Menyajikan hasil analisis tentang hasil analisis tentang

kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan

gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagai bentuk

media presentasi

Indikator

4.10.1 Melakukan analisis tentang contoh teknologi

penanggulangan akibat kelainan yang terjadi pada sistem

ekskresi manusia dan hewan

C. Tujuan Pembelajaran

Menjelaskan tentang metabolisme dalam tubuh manusia

Menjelaskan tentang struktur, fungsi, dan proses dalam sistem

ekskresi

Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses dalam sistem ekskresi

pada hewan (cacing pipih, cacing tanah, serangga, dan vertebrata)

Menjelaskan gangguan/kelainan yang terjadi pada sistem ekskresi

D. Materi Pembelajaran

Ekskresi adalah pengeluaran atau pembuangan zat-zat sisa

metabolisme dari dalam tubuh. Metabolisme di dalam jaringan tubuh akan

menghasilkan energi dan senyawa sampingan berupa zat sisa atau zat

sampah. Jenis zat sampah bergantung pada jenis bahan metabolism. Secara

garis besarnya, zat makanan penghasil energi adalah karbohidrat, protein

dan lemak. Metabolisme di dalam jaringan tubuh akan menghasilkan zat-

zat sisa.

Metabolisme karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida. Dalam

jaringan, sebagian monosakarida akan dioksidasi, sebagian akan diubah

Page 115: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

101

menjadi senyawa kimia lain sesuai kebutuhan. Dalam oksidasi

monosakarida akan dihasilkan energi, CO2, dan H2O. Metabolisme

protein memiliki hasil akhir berupa energi, CO2, H2O, NH4OH, dan NH3.

Sedangkan pada metabolism lipid akan dihasilkan energi dan zat sisa

berupa air dan CO2.

Proses pengeluaran zat dari dalam tubuh manusia dibedakan menjadi tiga

macam, yakni defekasi, ekskresi, dan sekresi. Defekasi adalah proses

pengeluaran sisa-sisa pencernaan makanan yang disebut feses melalui

anus. Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat metabolisme yang tidak dipakai

lagi oleh sel dan darah. Zat-zat sisa tersebut dikeluarkan dalam bentuk

urin, keringat, dan gas pernapasan. Sedangkan sekresi adalah proses

pengeluaran getah oleh sel dan kelenjar.

Struktur alat ekskresi pada manusia terdiri atas paru-paru, hati, ginjal

dan kulit. Paru-paru akan mengeluarkan CO2 dan uap air, hati

mengeluarkan cairan empedu, ginjal mengeluarkan urin, dan kulit

mengeluarkan keringat. Ginjal merupakan alat ekskresi utama, jumlahnya

sepasang, letaknya didekat tulang pinggang. Bentuknya seperti kacang

ercis dan panjangnya sekitar 10 cm. ginjal terdiri dari dua lapisan. Lapisan

luar di sebut korteks dan lapisan dalam disebut sumsum ginjal atau

medulla. Korteks mengandung jutaan unit penyaring darah yang di sebut

nefron. Setiap nefron terdiri dari badan Malpighi dan tubulus. Setiap badan

Malpighi terdiri atas glomerulus dan simpai bowman. Sumsum ginjal

mengandung banyak pembuluh-pembuluh tubulus pengumpul hasil

ekskresi dari nefron. Proses pembentukan urin di dalam ginjal, yaitu

penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolisme, dilakukan oleh simpai

bowman. Penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh,

berlangsung sepanjang tubulus kontortus proksimal hingga gelung henle.

Dan yang terakhir pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dalat

disimpan dalam tubuh, berlangsung disepanjang tubulus kontortus distal

hingga tubulus kolektivus.

Page 116: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

102

Sungguh sempurna ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, termasuk ciptaan-

Nya berupa organ ekskresi yang dikaruniakan kepada kita semua. Organ

itu sangat penting bagi proses ekskresi dalam tubuh kita. Oleh karena itu,

kita harus mensyukuri karunia Tuhan itu dengan menjaga kesehatan organ

tubuh kita. Jika fungsi organ tubuh terganggu akan menyebabkan penyakit

pada tubuh. Diantaranya, penyakit dan gangguan fungsi hati, yaitu

hepatitis, proses peradangan pada jaringan hati. Disebabkan oleh infeksi

berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan protozoa. Sirosis hati,

kondisi di mana jaringan hati mengalami pengerasan. Disebabkan oleh

hepatitis, parasite hati, obat-obatan tertentu dan kecanduan alkohol.

Gangguan pada fungsi ginjal, diantaranya Albuminuria, adanya albumin

adan protein lain di dalam urin. Nefritis, kerusakan pada glomerulus akibat

infeksi kuman. Poliuria, urine yang dikeluarkan oleh tubuh amat banyak

dan encer. Oligouria, urine yang dihasilkan sangat sedikit. Pada gangguan

hormone, diantaranya Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu

penyakit karena adanya gula dalam urine. Kelainan pada produk hormon

antidiuretika (ADH). Gangguan pada kulit, diantaranya jerawat (gangguan

kronis pada kelenjar minyak), eksem (penyakit kulit di mana kulit menjadi

kering kemerahan dan gatal-gatal bersisik), pruvitus kutanea (penyakit

kulit dengan gejala rasa gatal yang dipicu oleh iritasi saraf sensori perifer),

kudis atau scabies (penyakit kulit karena infeksi caplak atau tungau).

Gagal ginjal, mungkin terjadi karena infeksi bakteri, luka bagian luar, dan

tekanan darah tinggi.

Sistem ekskresi pada hewan diantara pada cacing pipih yaitu sel-sel

api, pada cacing tanah yaitu nefridium, dan alat ekskresi pada belalang

berupa pembuluh malpighi. Dan alat ekskresi pada hewan vertebrata

berupa sepasang ginjal.

E. Pendekatan/model/metode Pembelajaran :

Pendekatan pembelajaran :

Sainstifik

Model pembelajaran :

Page 117: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

103

Pembelajaran langsung (Direct Instruction)

Pengamatan (observasi)

Metode pembelajaran :

Ceramah

Diskusi

tanya jawab

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

Media : gambar dan video.

Alat/bahan : laptop, LCD, papan tulis, spidol.

Sumber belajar: Buku Biologi Kemdikbud 2013, internet

G. Langkah Pembelajaran

Pertemuan 1

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab Salam 1 menit

Apersepsi

- Doa, absen, dan

memberikan

stimulus dengan

memberikan

pertanyaan

tentang sistem

ekskresi manusia

dikaitkan dengan

pertemuan

sebelumnya

- Memancing rasa

ingin tahu siswa

dengan

memperlihatkan

-Doa, absen dan merespon

stimulus dengan menjawab

pertanyaan yang diajukan

guru

-Memperhatikan video yang

di berikan guru

15 menit

Page 118: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

104

video tentang

sistem ekskresi

manusia

Motivasi

- Menyampaikan

pesan bahwa kita

harus bersyukur

dengan normalnya

organ ekskresi

kita.

- Memberitahu

peserta didik

bahwa kita akan

mempelajari

tentang

metabolisme

dalam tubuh dan

struktur alat

ekskresi manusia.

-Peserta didik antusias

mendengarkan pesan guru

dan bersemangat untuk

mengetahui lebih dalam

mengenai sistem ekskresi

manusia (metabolisme dan

struktur alat ekskresi )

4 menit

Kegiatan Inti

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

FASE I

(menyampaikan

tujuan dan

mempersiapkan

siswa)

- Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran

- Guru meminta

siswa untuk

mempersiapkan

- Siswa

memperhatikan

tujuan pembelajaran

yang disampaikan

guru (mengamati)

- Siswa menyiapkan

buku pelajaran

10

menit

Page 119: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

105

buku

FASE II

(mendemonstras

ikan

pengetahuan /

keterampilan)

- Memberikan

ceramah dan

media gambar

tentang

metabolisme

tubuh dan struktur

alat ekskresi pada

manusia serta

meminta siswa

mencatat hal-hal

penting dalam

buku tulis masing-

masing.

- Memberikan

kesempatan

kepada peserta

didik untuk

bertanya tentang

informasi yang

tidak dipahami

(menanya)

- Mengamati media

Gambar dan

mendengarkan

ceramah yang

diberikan guru serta

mencatat hal-hal

penting dalam buku

tulis catatan

siswa .(mengamati)

- Bertanya mengenai

informasi yang tidak

dipahami

10

menit

FASE III

(membimbing

pelatihan)

- Guru meminta

perwakilan siswa

ke depan untuk

menjelaskan

kembali tentang

materi yang sudah

disampaikan guru

berdasarkan

- Maju dan

menjelaskan tentang

materi yang sudah

disampaikan guru

berdasarkan data dan

informasi materi

yang diperoleh .

10

menit

Page 120: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

106

catatan saat guru

menjelaskan

(menalar)

FASE IV

(mengecek

pemahaman dan

memberikan

umpan balik)

- Guru memberikan

pertanyaan kepada

siswa “Siapa yang

bisa menjelaskan

tentang

metabolisme

karbohidrat,

protein dan lipid

serta struktur alat

ekskresi secara

singkat?” dan

meminta siswa

untuk

menjawabnya

(menanya)

- Menginstruksikan

kepada siswa lain

untuk memberikan

tanggapan

terhadap jawaban

temannya

(menalar)

- Siswa menjawab

pertanyaan yang

diberikan guru

- Menanggapi

jawaban dari teman

dengan memberikan

argumen yang jelas

10

menit

FASE V

(memberikan

kesempatan

untuk pelatihan

- Guru meminta

siswa untuk

mencoba

menyimpulkan

- Perwakilan siswa

mengemukakan

kesimpulan

10

menit

Page 121: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

107

lanjutan) hasil diskusi

(jawaban

pertanyaan dan

tanggapan)

(mengkomunikas

-ikan)

Penutup

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

Penutup

Konfirmasi

- Meminta peserta

didik untuk

menyampaikan

Kesimpulan

pembelajaran

hari ini

- Meminta peserta

didik untuk

mengumpulkan

buku tulis

- Memberitahukan

bahwa materi

selanjutnya

adalah kelainan

pada sistem

ekskresi dan

sistem ekskresi

pada hewan

(invertebrata dan

vertebrata)

- Menyampaikan kesimpulan

dari diskusi yang telah

dilakukan

- Mengumpulkan buku tulis

- Menyimak materi

selanjutnya yang

disampaikan guru

- Mencatat tugas selajutnya

- Menjawab salam

10

menit

Page 122: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

108

- Memberikan

tugas baca

materi

selanjutnya

- Mengucapkan

salam

Pertemuan 2

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab Salam 1 menit

Apersepsi

- Doa, absen, dan

memberikan

stimulus dengan

memberikan

pertanyaan “Apa

yang disebut dengan

sekresi, defekasi,

dan ekskresi?”

-Doa, absen dan merespon

stimulus dengan

menjawab pertanyaan

yang diajukan guru

15 menit

Motivasi

- Menyampaikan

sedikit pesan bahwa

tubuh ini sangatlah

berharga, jika salah

satu organ dari

sistem ekskresi kita

tidak berfungsi

dengan baik, maka

alangkah sulitnya

kita hidup.

-peserta didik antusias

mendengarkan pesan guru

dan berupaya tetap

semangat belajar.

4 menit

Page 123: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

109

- Memberitahu

peserta didik bahwa

kita akan

mempelajari tentang

kelainan-kelainan

pada sistem ekskresi

dan membongkar

sistem ekskresi pada

hewan (invertebrata

dan vertebrata)

Kegiatan Inti

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

FASE I - Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran

(mengamati)

- Guru meminta

siswa

mempersiapkan

buku biologi

- Siswa memperhatikan

tujuan pembelajaran

yang disampaikan

guru

- Siswa menyiapkan

buku biologi

10 menit

FASE II - Memberikan

ceramah dan

media gambar

tentang kelainan

dan sistem ekskresi

pada hewan serta

- Mengamati media

gambar dan

mendengarkan

ceramah yang

diberikan guru serta

mencatat hal-hal

10 menit

Page 124: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

110

meminta siswa

mencatat hal-hal

penting dalam buku

tulis masing-

masing.

- Guru menanyakan

“Apa yang terjadi

jika salah satu

organ ekskresi

manusia rusak?

Apa yang

memyebabkan

organ tersebut

rusak?” (menanya)

- Memberikan

kesempatan kepada

peserta didik untuk

bertanya tentang

informasi yang

tidak dipahami

(menanya)

penting dalam buku

tulis catatan siswa.

(mengamati)

- siswa menjawab

pertanyaan yang

diberikan guru

- Bertanya mengenai

informasi yang tidak

dipahami

FASE III - Guru meminta

perwakilan siswa

kedepan untuk

menjelaskan

kembali tentang

kelainan sistem

ekskresi dan sistem

ekskresi pada

hewan yang sudah

disampaikan guru

- Maju kedepan dan

menjelaskan tentang

kelainan dan sistem

ekskresi pada hewan

berdasarkan data dan

informasi materi yang

diperoleh.

-

10 menit

Page 125: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

111

berdasarkan catatan

saat guru

menjelaskan

(menalar)

- Mendampingi

peserta didik

mengeksplorasi

pengetahuan

FASE IV - Guru memberikan

pertanyaan kepada

siswa “siapa yang

bisa menjelaskan

kembali kelainan

pada sistem

ekskresi dan sistem

ekskresi pada

hewan?” dan

meminta siswa

untuk menjawabnya

(menanya)

- Menginstruksikan

kepada siswa lain

untuk memberikan

tanggapan terhadap

jawaban temannya

(menalar)

- Siswa menjawab

pertanyaan

- Menanggapi jawaban

dari teman dengan

memberikan argumen

yang jelas

10menit

FASE V - Guru meminta

siswa untuk

mencoba

- Perwakilan siswa

mengemukakan

kesimpulan

10 menit

Page 126: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

112

menyimpulkan

hasil diskusi

(jawaban

pertanyaan dan

tanggapan)

(mengkomunikasi

kan)

Penutup

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik

Penutup

Konfirmasi

- Meminta peserta

didik untuk

menyampaikan

kesimpulan

pembelajaran hari ini

- Meminta peserta

didik untuk

mengumpulkan buku

tulis

- Mengucapkan salam

- Menyampaikan

kesimpulan dari

Diskusi yang telah

dilakukan

- Mengumpulkan buku

tulis

- Menjawab salam

10

menit

H. Penilaian

1. Jenis/Teknik Penilaian

Tes hasil belajar tertulis

2. Bentuk Instrumen

Tes pilihan ganda (30 soal)

3. Contoh instrumen Penilaian

Soal Terlampir

Page 127: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

113

6. Pembentukan urea berasal dari ornitin, sitrulin, dan arginine, yang di sebut

juga dengan….

A. Daur sitrulin

B. Daur arginin

C. Daur ornitin

D. Utrikulus

E. Urin primer

7. Pernyataan berikut yang bukan hasil pembongkaran eritrosit di dalam hati

adalah….

A. Globin untuk metabolism protein

B. Fe akan disimpan di dalam hati

C. Hemin diubah menjadi bilirubin

D. Hemoglobin dibongkar menjadi hemin + globin + Fe

E. Eritrosit dibongkar menjadi biliverdin Membawa CO2 ke jaringan

8. Bila urine yang dikeluarkan seseorang mengandung sel darah merah, ini

menunjukkan adanya peradangan pada….

A. Glomerulus

B. Korteks

C. Medula

D. Pelvis renalis

E. Vesica urinaria

Jakarta, 2 Mei 2017

Guru Mata Pelajaran Biologi

Dra. Anneke Makapele

Peneliti

Muhammad Priyo Atmojo

NIM. 1111016100058

Page 128: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 3 114

Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Ginjal

Metabolisme dalam tubuh dan struktur, fungsi, proses sistem ekskresi

Analogi Pada Bentuk Ginjal

Analogi Ginjal sama dengan biji kacang ercis

Fokus Konsep Ginjal merupakan alat ekskresi yang utama. Jumlahny

sepasang. Terleta di dekat tulang pinggang. Pada orang dewasa

bentuk ginjal lebih kurang 10 cm, beratnya sekitar 200 gram.

Ginjal memiliki banyak pembulu darah, sehingga warna ginjal

adalah berah tua.

Para Murid Para murid melihat bentuk ginjal akan lebih mudah dengan

analogi yang sesuai

Analog Para murid sudah mengenal biji kacang ercis. Karena tanaman

ini sangat popular, bentuk bijinya pun mudah diingat.

Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target

Analog-alat ekskresi

manusia (ginjal)

Target- biji kacang ercis

Merupakan alat eksresi

yang utama pada tubuh

manusia

Biji merupakan bagian utama dari suatu tanaman

Jumlah ginjal sepasang,

beratnya sampai 200

gram

Bila dilihat bentuk ginjal seperti kacang ercis

Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target

Pada ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 10 cm, dan berat sekitar 200

gram, sedangkan pada biji kacang ercis panjang dan berat bisa jadi lebih dari

itu.

Ginjal memiliki banyak pembuluh darah, sehingga warnanya merah tua,

sedangkan pada biji kacang ercis adalah kuning atau hijau

Refleksi Kesimpulan o Komponen ginjal terdiri dari banyak pembuluh

darah, sehingga warnanya merah tua

Page 129: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

115

Penggunaaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

o Apakah bentuk analoginya menyakinkan?

o Apakah konsep ini dipahami setelah analoginya

hanya diceritakan secara lisan?

Perbaikan o Apakah murid mau menerima analogi ini?

o Apakah pemetaan yang dilakukan sudah

tepatkah?

o Peneliti hanya membuat analogi dari bentuk nya

saja, apakah analogi ginjal juga bisa dilihat dari

fungsi dan bagian-bagiannya?

Page 130: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 4 116

Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Pembentukan Urin

Analogi proses pembentukan urine pada ginjal

Analogi pembentukan urine dengan sistem kerja di akuarium

Fokus Konsep Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan

urine. Proses ini melewati tiga tahap, yaitu filtrasi,

reabsorbsi, dan augmentasi

Para

Murid

Terkadang murid sukar memahami dan membedakan

ketiga proses ini, terutama tentang zat-zat hasil

ekskretnya.

Analog Para murid sudah mengenal sistem kerja sebuah

akuarium, dengan pengenologian ini akan lebih mudah

memahami proses pembentuka urin.

Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target

Analog- pembentukan

urine

Target- sistem kerja filter di

akuarium

Pembentukan urine terjadi

dalam tiga tahap:

Filtrasi dilakukan

oleh simpai

bowman. Zat-zat

seperti air, garam,

gula dan urea yang

terlarut dalam darah

yang masuk dalam

glomerulus disaring

oleh simpai

bowman. Di sebut

juga urine primer

Ada tiga macam sistem kerja

akuarium:

Mekanis menyaring partikel

kotoran yang ada di

akuarium. Disebut juga

penyaringan primer.

Penyaringan ini dengan bahan

yang baik, air akan lebih

bersih. Bahan yang digunakan

seperti bebatuan dan busa

filter.

Kimia: menyerap kembali

bahan-bahan yang bersifat

Page 131: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

117

Penggunaaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Reabsorbsi terjadi di

tubulus kontortus

proksimal dan

lengkng henle. Dari

urine primer yang

masih banyak

mengandung zat

yang bermanfaat

bagi tubuh. Di serap

kembali oleh darah

dari pembuluh yang

mengelilingi

tubulus. Dan

sebaiknya, darah

melepaskan zat

sampah yang

diangkutnya ke

tubulus. Oleh karena

itu, cairan yang

terdapat dalam

tubulus kontortus

mengandung kadar

urine yang lebih

tinggi, disebut urine

sekunder.

Augmentasi,

pengeluaran zat

yang tidak

diperlukan dan tidak

dapat disimpan

dalam tubuh.

Berlangsung

ditubulus kontortus

racun yang ada di air, seperti

asam amonia, kaporit, serta

macam-macam obat ikan

seperti metil biru yang bisa

dinetralisir dengan bahan

filter ini.

Biologis: filter bekerja

dengan merombak bahan

beresiko seperti ammonia

(kotoran ikan serta bekas

pakan) jadi bahan yang lebih

aman untuk ikan. Bakteri

pengurai ada di bak filter

seperti di bahan filter

berbentuk bioball dari plastic,

ring keramik, bahkan juga

busa filter juga ada

nitrosomoas serta nitrobacter,

dua bakteri pengurai yang

bekerja seperti bakteri

pengurai di bak septi tank.

Disebut juga penaringan

sesungguhnya.

Page 132: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

118

Penggunaaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

distal hingga

kolektivus.

Pembuluh darah

melepaskan zat sisa

yang tidak berguna

serta menyerap

kelebihan air,

terbentuklah urine

sesungguhnya.

Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target

Pada pembentukan urin ada tempat-tempat khusus terjadinya

contoh filtrasi di simpai bowman, reabsorbsi di tubulus kontortus

proksimal, dan augmentasi di tubulus kontortus distal, sedangkan

pada filter akuarium tidak ada tempat-tempat khususnya

Refleksi

Kesimpulan o Apakah para murid mengerti

mengenai pembentukan urin

setelah mempelajari analogi ini?

o Apakah struktur dan fungsi

analoginya menyakinkan?

o Apakah konsep ini dipahami

setelah analoginya hanya

diceritakan secara lisan?

Perbaikan o Apakah murid mau menerima

analogi ini?

o Apakah pemetaan yang dilakukan

sudah tepatkah?

Page 133: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 5 119

Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Anatomi Kulit

Analogi lapisan tanah pada anatomi kulit

Analogi Kulit

Fokus Konsep Kulit atau integumen mengekresikan keringat. Tebal kulit

pada manusia dewasa sekitar 0,01 cm hingga 0,5 cm.

Banyaknya keringat yang dikeluarkan atau dihasilkan

seseorang dipengaruhi oleh aktifitas tubuh, suhu lingkungan,

makanan, kondisi kesehatan, dan keadaan emosi. kulit

(integumen) terdiri dari dua bagian yaitu lapis luar di sebut

epidermis dan lapis dalam di sebut dermis atau korium.

Para

Murid

Para murid melihat anatomi kulit terlalu membingungkan

karena banyaknya istilah-istilah asing dipemikiran mereka

yang harus dipahami.

Analog Tanah cukup familiar di benak mereka. Tanah juga dapat

dilihat di sekitar lingkungan, sehingga akan memudahkan

dalam hal membuat analogi bagi murid.

Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target

Analogi-Lapisan Tanah Target-Anatomi Kulit

Tanah memiliki pori-

pori dan tanaman

diatasnya

Pada lapisan tanah

terdiri dari tiga

lapisan yaitu lapisan

atas, lapisan bawah

dan batuan induk

tanah

Tanah lapisan atas

berwarna gelap dan

kehitam-hitaman

Kulit memiliki pori-pori dan akar

rambut di bagian luarnya.

Kulit terdiri dari dua lapis utama,

yaitu bagian luar disebut epidermis

dan bagian dalam disebut dermis

atau korium, terdapat juga lapisan

tambahan disebut lapisan

subkutan.

Pada lapisan luar (epidermis) ada

pigmen melanin yang mengandung

pigmen berwarna hitam

kecoklatan. Pada dasarnya

perbedaan warna kulit seseorang

Page 134: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

120

Penggunaaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

ditentukan oleh jumlah pigmen ini.

Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target

o Lapisan kulit (epidermis ataupun dermis) terdiri dari beberapa lapis lagi

di dalamnya, seperti pada bagian epidermis terdapat stratum korneum,

stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum germinativum, pada

dermis juga terdiri dari akar rambut, kelenjar keringat, kelenjar minta,

pembuluh darah. Sednagkan pada lapisan tanah tidak terdiri dari

lapisan lagi tetapi hanya ada kandungan di tanahnya seperti, pada

lapisan atas mengandung mineral, bahan organic, air, dan udara dalam

tanah.

Refleksi

Kesimpulan Apakah para murid setelah mempelajari analogi ini,

memahami anatomi dan fungsi kulit? Walaupun para

murid dapat menggunakan analogi ini untuk membantu

mereka memahami anatomi kulit, namun mereka sering

kesulitan mengingat istilah teknik yang berkaitan dengan

pemahaman baru mereka.

Perbaikan Aktivitas seperti bermain dan menggambar diagram dapat

digunakan untuk membantu para murid untk mengingat

istilah yang berkaitan dengan lapisan kulit. Hal ini akan

menggabungkan hubungan antara pengetahuan yang baru

dibentuk dengan analogi dan Bahasa ilmiah yang

dibutuhkan.

Page 135: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 6 121

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Keterangan:

*) : soal yang valid

Indikator

Pembelajaran

Aspek

Kognitif

Jumlah

Soal

Jumlah

Soal

Validasi

No Soal

valid

C1 C2 C3 C4 C5

Menjelaskan

tentang

metabolisme

dalam tubuh

manusia

1,2 3,4,5,6,7 7 6 1,2,3,4,5,

7

Menjelaskan

tentang struktur,

fungsi dan

proses dalam

sistem ekskresi

manusia

15,

16,

18,

21,

23,

26

8,9,10,13,

14,17,19,2

0,22,27,28

,30,31,27,

28,31

12,

29

24,2

5,33

,34

32 29 13 10,12,14,

15,16,17,

20,27,28,

29,31,33,

34

Menjelaskan

gangguan/kelain

an yang terjadi

pada sistem

ekskresi

39 35,3

6,37

,38,

40,4

1,42

,43

9 5 35,37,40,

41,42

Jumlah Soal yang valid 24

Page 136: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lam

piran

7

122

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Biologi

Alokasi Waktu : 90 menit

Jumlah Soal : 50 Soal

Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Kompetensi Dasar : 3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya

dengan bioprosesnya sehinggga dapat menjelaskan mekanisme serta gangguan fungsi yang mungkin

terjadi pada sistem ekskresi manusia melalui studi literature, pengamatan, percobaan, dan simulasi.

4.10 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan

sistem ekskresi manusia melalui berbagai bentuk media presentasi.

NO Indikator

pembelajaran

Indikator

Soal

Jenjang

Kognitif

Soal Kunci

Jawaban

Bahan

1 Metabolisme

tubuh

C1 Suatu proses atau fungsi yang berkaitan erat dengan sistem

ekskresi khususnya dengan jumlah air yang dibuang melalui

keringat dan urin adalah….

A. Respirasi

D Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 166.

Page 137: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

123

B. Sekresi

C. Difusi

D. Osmoregulasi

E. Transformasi

2 Menjelaskan

tentang

metabolisme

dalam tubuh

manusia

menjelaskan

tentang

proses

pengeluaran

zat dari

dalam tubuh

C1

Proses pengeluaran zat-zat dari dalam tubuh manusia yang belum

mengalami metabolisme disebut….

A. eliminasi

B. defekasi

C. ekskresi

D. sekresi

E. gutasi

B Oman Karmana,

Cerdas Belajar

Biologi,

Bandung :

Grafindo Media

Pratama, 2008,

h. 218.

3 Menjelaskan

tentang

proses

pengeluaran

C2 Yang termasuk peristiwa ekskresi adalah pengeluaran….

A. Air mata

D Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Page 138: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

124

zat dari

dalam tubuh

manusia

B. Air liur

C. feses

D. keringat

E. HCL pada lambung

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 234.

4 Menjelaskan

zat sisa

metabolisme

protein

C2 Zat-zat sisa metabolisme protein diekskresikan dalam bentuk….

A. Air dan CO2

B. Minyak dan garam

C. Air, urea, dan minyak

D. Minyak dan air

E. Urea dan garam

A Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 235.

5 Limbah yang

bersifat tidak

C2 Limbah hasil metabolisme yang bersifat tidak larut dan berasal

dari pemecahan asam nukleat adalah….

D Pratiwi, dkk

Biologi untuk

Page 139: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

125

larut A. Nitrogen

B. Urea

C. Amonia

D. Asam urat

E. Urin

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 167.

6 Menjelaskan

hasil

metabolisme

C2 Limbah hasil metabolisme yang merupakan hasil deaminasi yang

terjadi di dalam hati dan bersifat sangat beracun, adalah….

A. Karbondioksida

B. Amonia

C. Keringat

D. Uang air

E. Urea

B Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 166.

Page 140: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

126

7 Pembentukan

urea

C2 Pembentukan urea berasal dari ornitin, sitrulin, dan arginine, yang

di sebut juga dengan….

A. Daur sitrulin

B. Daur arginin

C. Daur ornitin

D. Utrikulus

E. Urin primer

C Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 166.

8 Menjelaskan

dan

mengaitkan

tentang

struktur, fungsi

dan proses

dalam sistem

ekskresi

Memahami

enzim pada

hati

C2 Enzim protease yang hanya dibuat oleh hati adalah….

A. Tripsin

B. Katalse

C. Arginase

D. Peptidase

C Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 174.

Page 141: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

127

manusia E. Erepsin

9 Memahami

pembentukan

urea

C2 Asam amino yang terbentuk dalam proses pengubahan NH3

dengan bantuan ornitin menjadi urea adalah….

A. Timin dan sitrulin

B. Sitrulin dan lisin

C. Arginin dan histidin

D. Sitrulin dan arginin

E. Triptopan dan arginine

D Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 174.

10 Memahami

pembongkara

n eritrosit di

dalam hati

C2 Pernyataan berikut yang bukan hasil pembongkaran eritrosit di

dalam hati adalah….

A. Globin untuk metabolisme protein

B. Fe akan disimpan di dalam hati

E Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Page 142: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

128

C. Hemin diubah menjadi bilirubin

D. Hemoglobin dibongkar menjadi hemin + globin + Fe

E. Eritrosit dibongkar menjadi biliverdin

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 236.

11 Memahami

proses

penjelasan

urine

C1 Proses pembentukan urine di dalam ginjal melalui tiga tahap, yaitu

secara berturut-turut….

A. Filtrasi, augmentasi, dan reabsorpsi

B. Filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi

C. Reabsorpsi, augmentasi, dan filtrasi

D. Reabsorpsi, filtrasi dan augmentasi

E. Augmentasi, filtrasi, dan reabsorpsi

B Khristiyono,

SPM Biologi

SMA dan MA,

Jakarta:

Erlangga, 2008,

h. 88.

12 Menerapkan C3 Bila urine yang dikeluarkan seseorang mengandung sel darah A Slamet

Page 143: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

129

proses urine

yang

mengandung

sel darah

merah

merah, ini menunjukkan adanya peradangan pada….

A. Glomerulus

B. Korteks

C. Medula

D. Pelvis renalis

E. Vesica urinaria

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 240.

13 Memahami

urine

C2 Yang memnyebabkan urine berwarna kekuningan adalah….

A. Biliverdin

B. Bilirubin

C. Urobilin

D. Histamine

E. Hemoglobin

B Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 172.

Page 144: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

130

14 Menjelaskan

fungsi hati

C2 Berikut ini yang bukan merupakan fungsi hati adalah….

A. Menimpan gula dalam bentuk glikogen

B. Tempat pembongkaran sel darah merah

C. Menawarkan racun yang masuk ke tubuh

D. Tempat pembongkaran dan pembentukan protein

E. Menghasilkan enzim-enzim pencernaan

E Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 236.

15 Memahami

kulit

C1 Lapisan kulit yang senantiasa tumbuh membentuk sel baru adalah

stratum….

A. Granulosum

B. Lusidum

C. Korneum

D. Korium

E Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

Page 145: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

131

E. Germinativum 2007, h. 238.

16 Memahami

lapisan kulit

C1 Lapiran teratas kulit yang berupa lapisan mati dan selalu

mengelupas disebut….

A. Dermis

B. Stratum korneum

C. Stratum lusidum

D. Stratum granulosum

E. Stratum germinativum

B Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 237.

17 Menjelaskan

lapisan kulit

manusia

C2 Lapisan kulit yang mengandung pigmen melanin (yang

memberikan warna pada kulit manusia) adalah….

A. Dermis

B. Stratum lusidum

C Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Page 146: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

132

C. Stratum granulosum

D. Stratum korneum

E. Stratum germinativum

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 238.

18 Memahami

zat pada

paru-paru

C1 Sebagai alat ekskresi, zat yang dikeluarkan oleh paru-paru

adalah….

A. H2O dan O2

B. Mineral dan O2

C. H2O dan CO2

D. Mineral dan H2O

E. Mineral dan H2O

C Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 173.

19 Memahami C2 Untaian pembuluh kapiler yang dindingnya bertaut satu dengan D Pratiwi, dkk

Page 147: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

133

pembuluh

kapiler

dinding kapsul bowman adalah….

A. Lengkung Henle

B. Tubulus proksimal

C. Vena renalis

D. Glomerulus

E. Vena kava inferior

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 168.

20 Memahami

peristiwa

augmentasi

C2 Pada peristiwa augmentasi, zat yang tidak diperlukan oleh tubuh

ditambahkan ke dalam….

A. Tubulus kontortus distal

B. Tubulus kontortus proksimal

C. Lengkung henle

D. Kapsul bowman

A Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 170.

Page 148: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

134

E. Glomerulus

21 Memahami

struktur

ginjal

C1 Lapisan ginjal bagian luar atau kulit ginjal dikenal dengan

istilah….

A. Medula

B. Pelvis renalis

C. Korteks

D. Kapsul bowman

E. Tubulus

C Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 238.

22 Memahami

Struktur

organ

C2 Organ pencernaan yang berukuran cukup besar dan tumpang

tindih dengan organ pencernaan serta terikat erat pada diafragma

dengan adanya ligamen adalah….

C Oman Karmana,

Cerdas Belajar

Biologi,

Bandung :

Page 149: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

135

A. Kulit

B. Paru-paru

C. Hati

D. Ginjal

E. Alveolus

Grafindo Media

Pratama, 2008,

h. 224.

23 Memahami

organ

ekskresi

C1 Organ pada sistem ekskresi yang juga berperan dalam sistem

respirasi adalah….

A. Paru-paru

B. Ginjal

C. Hati

D. Kulit

E. Glomerulus

A Khristiyono,

SPM Biologi

SMA dan MA,

Jakarta:

Erlangga, 2008,

h. 89.

Page 150: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

136

24 Analisis pada

organ

empedu

C4 Jika pembuluh empedu tersumbat akibat kolesterol yang

mengendap dan membentuk batu empedu, maka warna fases akan

menjadi….

A. Biru

B. Hijau

C. Coklat keabu-abuan

D. Kuning

E. Jingga

C Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 174.

25 Menganalisis

cairan pada

keringat

C4 Pada saat orang berkeringat berlebih maka akan terbentuk urin

yang….

A. Sedikit dan pekat

B. Sedikit dan encer

C. Banyak dan pekat

A Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 176.

Page 151: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

137

D. Banyak dan encer

E. Banyak dan bening

26 Memahami

struktur pada

ginjal

C1 Saluran ginjal yang melengkung pada daerah medula dan

berhubungan dengan tubulus proksimal di daerah korteks

adalah….

A. Tubulus kontortus proksimal

B. Tubulus pengumpul

C. Tubulus distal

D. Lengkung henle

E. glomerulus

D Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 168.

27 Memahami

struktur

badan

malpighi

C2 Badan Malpighi terdiri atas…

A. Glomerulus dan nefron

B Khristiyono,

SPM Biologi

SMA dan MA,

Jakarta:

Page 152: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

138

B. Kapsul bowman dan glomerulus

C. Nefron dan lengkung henle

D. Tubulus distal dan nefron

E. Tubulus proksimal dan lengkung henle

Erlangga, 2008,

h. 88.

28 Memahami

konsep organ

hati

C2 Di dalam hati, sel-sel darah merah yang sudah tua ditangkap oleh

sel-sel khusus yang di sebut…

A. Sel kanker

B. Sel kelenjar

C. Sel histiosit

D. Sel schwann

E. Sel leydig

C Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati,

Biologi

SMA/MA Kelas

XI , Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2013, h. 231.

29 Memahami

proses ginjal

C3 Apabila ginjal sebagai organ ekskresi rusak, yang kan terjadi C Pratiwi, dkk

Biologi untuk

Page 153: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

139

adalah....

A. Kekurangan O2

B. Kekurangan cairan tubuh

C. kekurangan zat toksik

D. kelebihan NH3

E. Kekurangan H2O

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 169.

30 Memahami

filtrasi

C2 Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul bowman di sebut….

A. Urine sekunder

B. Urine primer

C. Urea

D. Filtrate tubulus

E. Urine sesungguhnya

B Oman Karmana,

Cerdas Belajar

Biologi,

Bandung :

Grafindo Media

Pratama, 2008,

h. 220.

Page 154: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

140

31 Memahami

Faktor yang

berpengaruh

pada

produksi

urine

C2 Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

urine, kecuali….

A. Zat deuretik

B. Suhu

C. Jumlah air yang diminum

D. Horman antideuretik

E. Aktivitas

E Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 170.

32 Memahami

kerja paru-

paru

C5 Pak amin melakukan rontrogen terhadap dadanya dan menemukan

dalam paru-parunya banyak terdapat noda. Menurut pendapatmu

terdapat kemungkinan bahwa pak amin....

A. Perokok aktif

B. Jarang berolahraga

C. Tinggal di daerah polusi tinggi

A Oman Karmana,

Cerdas Belajar

Biologi,

Bandung :

Grafindo Media

Pratama, 2008,

h. 225.

Page 155: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

141

D. Tinggal di daerah lembab

E. Tinggal di daerah polusi rendah

33 Menganalisis

efek

berkeringat

C4 Efek yang terjadi jika manusia banyak keringkat adalah….

A. Banyak urine yang dihasilkan

B. Urine menjadi lebih ence

C. Urine berisi lebih banyak garam

D. Urine mengandung lebih banyak gula

E. Urine mengandung persentase urea lebih tinggi

E Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 176

34 Analisis

mesin buatan

ginjal

C4 Dialisis darah pada mesin ginjal buatan menggunakan peinsip….

A. Difusi sederhana

B. Osmosis

C. Transfor aktif

A Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 172.

Page 156: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

142

D. Filtrasi

E. reabsorpsi

35 Menjelaskan

gangguan/kelai

nan yang

terjadi pada

sistem ekskresi

Menganalisis

gangguan

pada ginjal

C4 Orang yang memiliki penyakit ginjal dianjurkan tidak makan telur,

alasannya adalah….

A. Kelebihan protein telur tidak dapat disimpan dalam hati

dan ginjal

B. Pencernaan protein telur menbentuk asam amino akan

menyebabkan ginjal bekerja keras

C. Kelebihan asam amino akan diuraikan menjadi urea dan

menyebabkan ginjal bekerja keras

D. Lemak dari bagian kuning telur merangsang produksi

empedu

E. Lemak dari telur memperberat kerja ginjal

C Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 181.

36 Memahami

kelainan

yang

C4 Jika urin mengandung protein, kemungkinan kelainan terjadi pada

bagian….

A Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Page 157: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

143

mengandung

protein

A. Kapsul bowman

B. Tubulus proksimal

C. Lengkung henle

D. Tubulus distal

E. Tubulus kolektus

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 183

37 Menjelaskan

gangguan

pada urin

C4 Anuria merupakan kelainan yang ditandai dengan tidak

terbentuknya urin akibat kerusakan pada bagian….

A. Glomerulus

B. Tubulus distal

C. Tubulus proksimal

D. Kapsul bawman

E. Lengkung henle

A Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 243.

Page 158: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

144

38 Menjelaskan

gangguan

pada ginjal

C4 Rasa sakit saat berkemih dapat terjadi karena adanya endapan

garam mineral yang menyumbat aliran urin yang disebut….

A. Poliura

B. Nefritis

C. Uremia

D. Anuria

E. Batu ginjal

E Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

h. 171

39 Memahami

gangguan

pada ginjal

C2 Albuminuria adalah suatu gangguan ginjal di mana….

A. Dalam urin terdapat glukosa

B. Urin keluar terlalu banyak

C. Urin yang keluar mengandung ureum

D. Di dalam urin mengandung protein

E. Dalam urin terdapat zat yang membahayakan

D Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati, Sains

Biologi 2

SMA/MA,

Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2007, h. 243.

Page 159: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

145

40 Memahami

gangguan

hormon

C4 Diabetes mellitus dapat terjadi karena kegagalan….

A. Glomerulus mengadakan filtrasi

B. Pancreas memproduksi insulin

C. Hati menghasilkan enzim amilase

D. Pankreas memproduksi enzi amilase

E. Kelebihan ADH didalam darah

C Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati,

Biologi

SMA/MA Kelas

XI , Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2013, h. 247

41 Menganalsis

ganggaun

pada urin

C4 Seorang siswa mengetes 3 cc urin tini dengan menggunakan

reagen benedict. Setelah dipanaskan, campuran urin dan benedict

menjadi merah bata, berarti tini….

A. Mengalami kelainan ginjal

B. Mengalami diabetes insipidus

C. Menderita diabetes mellitus

C Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati,

Biologi

SMA/MA Kelas

XI , Jakarta: PT

Bumi Aksara,

Page 160: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

146

D. Menderita albuminuria

E. Menderita nefritis

2013, h. 247

42

Memahami

gangguan

pada ginjal

C4 Infeksi kuman pada nefritis dapat menyebabkan terjadinya uremia,

yaitu adanya

A. Urin di dalam darah

B. Darah dalam urin

C. Asam amino dalam darah

D. Asam urat dalam darah

E. Urea di dalam urin

A Slamet

Priwirohartono

dan Sri

Hidayati,

Biologi

SMA/MA Kelas

XI , Jakarta: PT

Bumi Aksara,

2013, h. 239

43 Memahami

gangguan

pada ginjal

C4 Gangguan pada ginjal yang ditandai dengan adanya kerusakan

pada bagian glomerulus akibat bakteri Streptococcus adalah….

A. Batu ginjal

B Pratiwi, dkk

Biologi untuk

SMA XI,

Jakarta:

Erlangga, 2006,

Page 161: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

147

B. Nefritis

C. Albuminuria

D. Ketosis

E. Hematuria

h. 171.

Page 162: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 8 148

Instrumen Tes Hasil Belajar

PETUNJUK UMUM

1. Berilah tanda (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang benar

2. Gunakan waktu dengan efektif dan efisien

3. Periksalah pekerjaan Anda sebelum diserahkan kepada pengawas

4. Kerjakan soal secara jujur dan mandiri

1. Suatu proses atau fungsi yang berkaitan erat dengan sistem ekskresi

khususnya dengan jumlah air yang dibuang melalui keringat dan urin

adalah…

A. Respirasi

B. Sekresi

C. Difusi

D. Osmoregulasi

E. Transformasi

2. Proses pengeluaran zat-zat dari dalam tubuh manusia yang belum mengalami

metabolisme disebut….

A. Eliminasi

B. Defekasi

C. Ekskresi

D. Sekresi

E. Gutasi

3. Yang termasuk peristiwa ekskresi adalah pengeluaran….

A. Air mata

B. Air liur

C. Feses

D. Keringat

E. HCL pada lambung

4. Zat-zat sisa metabolisme protein diekskresikan dalam bentuk….

Page 163: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

149

A. Air dan CO2

B. Minyak dan garam

C. Air, urea, dan minyak

D. Minyak dan air

E. Urea dan garam

5. Limbah hasil metabolisme yang bersifat tidak larut dan berasal dari

pemecahan asam nukleat adalah….

A. Nitrogen

B. Urea

C. Amonia

D. Asam urat

E. Urin

6. Pembentukan urea berasal dari ornitin, sitrulin, dan arginine, yang di sebut

juga dengan….

A. Daur sitrulin

B. Daur arginin

C. Daur ornitin

D. Utrikulus

E. Urin primer

7. Pernyataan berikut yang bukan hasil pembongkaran eritrosit di dalam hati

adalah….

A. Globin untuk metabolism protein

B. Fe akan disimpan di dalam hati

C. Hemin diubah menjadi bilirubin

D. Hemoglobin dibongkar menjadi hemin + globin + Fe

E. Eritrosit dibongkar menjadi biliverdin Membawa CO2 ke jaringan

8. Bila urine yang dikeluarkan seseorang mengandung sel darah merah, ini

menunjukkan adanya peradangan pada….

A. Glomerulus

B. Korteks

C. Medula

Page 164: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

150

D. Pelvis renalis

E. Vesica urinaria

9. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi hati adalah….

A. Menimpan gula dalam bentuk glikogen

B. Tempat pembongkaran sel darah merah

C. Menawarkan racun yang masuk ke tubuh

D. Tempat pembongkaran dan pembentukan protein

E. Menghasilkan enzim-enzim pencernaan

10. Lapisan kulit yang senantiasa tumbuh membentuk sel baru adalah stratum….

A. Granulosum

B. Lusidum

C. Korneum

D. Korium

E. Germinativum

11. Lapiran teratas kulit yang berupa lapisan mati dan selalu mengelupas

disebut….

A. Dermis

B. Stratum korneum

C. Stratum lusidum

D. Stratum granulosum

E. Stratum germinativum

12. Lapisan kulit yang mengandung pigmen melanin (yang memberikan warna

pada kulit manusia) adalah….

A. Dermis

B. Stratum lusidum

C. Stratum granulosum

D. Stratum korneum

E. Stratum germinativum

13. Pada peristiwa augmentasi, zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ditambahkan

ke dalam….

A. Tubulus kontortus distal

Page 165: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

151

B. Tubulus kontortus proksimal

C. Lengkung henle

D. Kapsul bowman

E. Glomerulus

14. Badan Malpighi terdiri atas…

A. Glomerulus dan nefron

B. Kapsul bowman dan glomerulus

C. Nefron dan lengkung henle

D. Tubulus distal dan nefron

E. Tubulus proksimal dan lengkung henle

15. Di dalam hati, sel-sel darah merah yang sudah tua ditangkap oleh sel-sel

khusus yang di sebut…

A. Sel kanker

B. Sel kelenjar

C. Sel kupffer

D. Sel schwann

E. Sel leydig

16. Apabila ginjal sebagai organ ekskresi rusak, yang akan terjadi adalah....

A. Kekurangan O2

B. Kekurangan cairan tubuh

C. kekurangan zat toksik

D. kelebihan NH3

E. Kekurangan H2O

17. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi urine,

kecuali….

A. Zat deuretik

B. Suhu

C. Jumlah air yang diminum

D. Horman antideuretik

E. Aktivitas

18. Efek yang terjadi jika manusia banyak keringkat adalah….

Page 166: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

152

A. Banyak urine yang dihasilkan

B. Urine menjadi lebih ence

C. Urine berisi lebih banyak garam

D. Urine mengandung lebih banyak gula

E. Urine mengandung persentase urea lebih tinggi

19. Dialisis darah pada mesin ginjal buatan menggunakan prinsip….

A. Difusi sederhana

B. Osmosis

C. Transfor aktif

D. Filtrasi

E. reabsorpsi

E. Metanefros

20. Orang yang memiliki penyakit ginjal dianjurkan tidak makan telur, alasannya

adalah….

A. Kelebihan protein telur tidak dapat disimpan dalam hati dan ginjal

B. Pencernaan protein telur menbentuk asam amino akan menyebabkan ginjal

bekerja keras

C. Kelebihan asam amino akan diuraikan menjadi urea dan menyebabkan

ginjal bekerja keras

D. Lemak dari bagian kuning telur merangsang produksi empedu

E. Lemak dari telur memperberat kerja ginjal

21. Anuria merupakan kelainan yang ditandai dengan tidak terbentuknya urin

akibat kerusakan pada bagian….

A. Glomerulus

B. Tubulus distal

C. Tubulus proksimal

D. Kapsul bawman

E. Lengkung henle

22. Diabetes mellitus dapt terjadi karena kegagalan….

Page 167: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

153

A. Glomerulus mengadakan filtrasi

B. Pancreas memproduksi insulin

C. Hati menghasilkan enzim amilase

D. Pankreas memproduksi enzi amilase

E. Kelebihan ADH didalam darah

23. Seorang siswa mengetes 3 cc urin tini dengan menggunakan reagen benedict.

Setelah dipanaskan, campuran urin dan benedict menjadi merah bata, berarti

tini….

A. Mengalami kelainan ginjal

B. Mengalami diabetes insipidus

C. Menderita diabetes mellitus

D. Menderita albuminuria

E. Menderita nefritis

24. Infeksi kuman pada nefritis dapat menyebabkan terjadinya uremia, yaitu

adanya

A. Urin di dalam darah

B. Darah dalam urin

C. Asam amino dalam darah

D. Asam urat dalam darah

E. Urea di dalam urin

Page 168: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 9 154

Lembar Observasi

Pada Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Pertemuan 1

Tempat : SMA N 86 Jakarta

Kelas : XI IPA

Mata Pelajaran : Pendidikan Biologi

Petunjuk Pengisian : Berilah tanda centang ( ) pada setiap kolom di bawah ini untuk

setiap pernyataan yang telah dilakukan. Kemudian isilah tanggal, nama lengkap, dan

NIM/NIP Anda pada bagian sebelah kanan bawah yang telah disediakan.

No

Tahap Analogi

FAR

Pertanyaan

Hasil

observasi

ya tidak

1

Fokus

Guru memberikan pemahaman tentang

analogi, diharapkan agar siswa tidak

asing/sudah mengenal analognya

2 Guru meningkatkan pengenalan dan

pemahaman siswa melalui contoh atau

penggambaran dari analognya

3 Guru memastikan kembali dengan

memberikan pertanyaan, apakah siswa

dapat melewati tahap mengenal analognya

dengan baik

4 Analogi yang dipilih tidak mempunyai

konsep sains yang salah

5

Guru memperhatikan tingkat keakraban

para siswa dengan analognya

6 Guru mengemukakan kemiripan antara

analog dengan target

Page 169: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

155

7 Aksi Guru mengemukakan ketidakmiripan antara

analog dengan target

8 Guru mengulas kembali konsep rujukan dan

memperkenalkan konsep target pada saat

bersamaan

9 Guru melakukan penggambaran dalam

rangka meningkatkan pengenalan dan

pemahaman

10 Guru melakukan penulisan terhadap hal-hal

penting seputar konsep

11 Guru melakukan penarikan kesimpulan

terhadap apa yang telah dipelajari

12

Refleksi

Analogi yang digunakan cukup jelas √

13 Analogi yang digunakan berguna √

14 Analogi yang digunakan tidak

membingungkan siswa

Jakarta, Mei 2017

Observer,

Edo Arruji

NIM: 1113016100033

Page 170: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

156

Lembar Observasi

Pada Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)

Pertemuan 2

Tempat : SMA N 86 Jakarta

Kelas : XI IPA

Mata Pelajaran : Pendidikan Biologi

Petunjuk Pengisian : Berilah tanda centang ( ) pada setiap kolom di bawah ini untuk

setiap pernyataan yang telah dilakukan. Kemudian isilah tanggal, nama lengkap, dan

NIM/NIP Anda pada bagian sebelah kanan bawah yang telah disediakan.

No

Tahap Analogi

FAR

Pertanyaan

Hasil

observasi

ya tidak

1

Fokus

Guru memberikan pemahaman tentang

analogi, diharapkan agar siswa tidak

asing/sudah mengenal analognya

2 Guru meningkatkan pengenalan dan

pemahaman siswa melalui contoh atau

penggambaran dari analognya

3 Guru memastikan kembali dengan

memberikan pertanyaan, apakah siswa

dapat melewati tahap mengenal analognya

dengan baik

4 Analogi yang dipilih tidak mempunyai

konsep sains yang salah

5

Guru memperhatikan tingkat keakraban

para siswa dengan analognya

6 Guru mengemukakan kemiripan antara

analog dengan target

Page 171: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

157

7 Aksi Guru mengemukakan ketidakmiripan antara

analog dengan target

8 Guru mengulas kembali konsep rujukan dan

memperkenalkan konsep target pada saat

bersamaan

9 Guru melakukan penggambaran dalam

rangka meningkatkan pengenalan dan

pemahaman

10 Guru melakukan penulisan terhadap hal-hal

penting seputar konsep

11 Guru melakukan penarikan kesimpulan

terhadap apa yang telah dipelajari

12

Refleksi

Analogi yang digunakan cukup jelas √

13 Analogi yang digunakan berguna √

14 Analogi yang digunakan tidak

membingungkan siswa

Jakarta, Mei 2017

Observer,

Edo Arruji

NIM: 1113016100033

Page 172: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 10 158

REKAP ANALISIS BUTIR 1

=====================

Rata2= 13.48

Simpang Baku= 5.41

KorelasiXY= 0.81

Reliabilitas Tes= 0.90

Butir Soal= 25

Jumlah Subyek= 29

Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 1.ANA

Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 12.50 Sangat Mudah 0.204 -

2 2 62.50 Mudah 0.479 Signifikan

3 3 100.00 Sedang 0.682 Sangat Signifikan

4 4 100.00 Sedang 0.844 Sangat Signifikan

5 5 -12.50 Sangat Mudah -0.171 -

6 6 75.00 Sedang 0.543 Sangat Signifikan

7 7 0.00 Sangat Mudah 0.031 -

8 8 62.50 Sukar 0.583 Sangat Signifikan

9 9 62.50 Sedang 0.414 Signifikan

10 10 25.00 Mudah 0.383 Signifikan

11 11 87.50 Sedang 0.620 Sangat Signifikan

12 12 75.00 Sedang 0.739 Sangat Signifikan

13 13 37.50 Sukar 0.402 Signifikan

14 14 12.50 Sedang 0.230 -

15 15 87.50 Sedang 0.753 Sangat Signifikan

16 16 50.00 Sukar 0.510 Sangat Signifikan

17 17 37.50 Sangat Sukar 0.453 Signifikan

18 18 25.00 Mudah 0.354 -

19 19 100.00 Sedang 0.698 Sangat Signifikan

20 20 0.00 Sangat Mudah -0.001 -

Page 173: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

159

21 21 25.00 Sedang 0.062 -

22 22 75.00 Sukar 0.713 Sangat Signifikan

23 23 37.50 Sedang 0.440 Signifikan

24 24 87.50 Sedang 0.714 Sangat Signifikan

25 25 100.00 Sedang 0.780 Sangat Signifikan

REKAP ANALISIS BUTIR (2)

=====================

Rata2= 14.32

Simpang Baku= 4.15

KorelasiXY= 0.80

Reliabilitas Tes= 0.89

Butir Soal= 25

Jumlah Subyek= 31

Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 2.ANA

Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 62.50 Sedang 0.437 Signifikan

2 2 62.50 Sedang 0.437 Signifikan

3 3 62.50 Sedang 0.516 Sangat Signifikan

4 4 50.00 Sedang 0.420 Signifikan

5 5 62.50 Sedang 0.605 Sangat Signifikan

6 6 12.50 Sangat Mudah 0.125 -

7 7 75.00 Sedang 0.562 Sangat Signifikan

8 8 25.00 Sukar 0.261 -

9 9 12.50 Sedang 0.290 -

10 10 75.00 Sedang 0.456 Signifikan

11 11 12.50 Sangat Mudah 0.007 -

12 12 50.00 Sedang 0.405 Signifikan

13 13 25.00 Mudah 0.185 -

14 14 75.00 Sedang 0.733 Sangat Signifikan

Page 174: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

160

15 15 75.00 Sedang 0.602 Sangat Signifikan

16 16 75.00 Sedang 0.524 Sangat Signifikan

17 17 62.50 Sedang 0.509 Sangat Signifikan

18 18 0.00 Sangat Mudah -0.040 -

19 19 37.50 Sangat Mudah 0.312 -

20 20 75.00 Sukar 0.784 Sangat Signifikan

21 21 -25.00 Sangat Mudah -0.417 -

22 22 12.50 Sangat Mudah 0.106 -

23 23 12.50 Sangat Mudah 0.106 -

24 24 37.50 Sedang 0.365 -

25 25 12.50 Sedang 0.267 -

Page 175: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 11 161

RELIABILITAS TES (1)

================

Rata2= 13.48

Simpang Baku= 5.41

KorelasiXY= 0.81

Reliabilitas Tes= 0.90

Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 1.ANA

No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 24 Septia Wulandari 11 12 23

2 18 Nur Annisa U. S 11 11 22

3 2 Alif Putra S 12 9 21

4 8 Ghina Q.F 11 10 21

5 19 Nur Shasqia M... 10 11 21

6 20 Priyanka Handra 10 11 21

7 25 Sulthan A.H 9 11 20

8 28 Wionna A 11 9 20

9 11 Indira Trianisa 10 9 19

10 29 Zalfa Zamdira 7 7 14

11 14 M. Djorghi N.H 7 6 13

12 16 M. Dimas E 7 6 13

13 6 Aldo Reshwara 6 6 12

14 9 Ghina Nabilah 7 5 12

15 15 M. Hafiz P 7 5 12

16 17 M. Syarif H 7 5 12

17 3 Ahmad Idris 6 5 11

18 22 Sandy Nandaru S 8 3 11

19 26 Stefano Levi 6 5 11

20 21 Ramdana 7 3 10

21 1 Ahmad Hafil P... 7 2 9

22 23 Satrio Wibowo 5 4 9

23 4 Alicia 4 4 8

24 7 Ba'diah N 4 4 8

Page 176: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

162

25 10 Indah S 4 4 8

26 12 Kartika 4 4 8

27 27 Vika A 4 4 8

28 5 Akbar Perdana 3 4 7

29 13 M. Rizal P 3 4 7

RELIABILITAS TES (2)

================

Rata2= 14.32

Simpang Baku= 4.15

KorelasiXY= 0.80

Reliabilitas Tes= 0.89

Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 2.ANA

No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 1 Abigail Malurita 7 6 13

2 2 Angga Sabilla 9 8 17

3 3 Anis Naufal K 6 3 9

4 4 Andi Panglima 7 5 12

5 5 Ayu Alviana 7 3 10

6 6 Azhar Rheza I 8 8 16

7 7 Dara Azhilla 8 6 14

8 8 Dhiya Riniengsih 6 5 11

9 9 Diandra DR 9 7 16

10 10 Drajat 8 5 13

11 11 Evi Riski Yanti 8 8 16

12 12 Ghiffari Kemal H 7 8 15

13 13 Husna Maulidya 13 9 22

14 14 Iqbal Putra D 6 3 9

Page 177: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

163

15 15 Kesita 10 10 20

16 16 Kiara Maulika... 12 10 22

17 17 Kusniawati 7 6 13

18 18 Latifannisa N 11 10 21

19 19 Luthfi 9 4 13

20 20 M.Iqbal Ramadhan 7 6 13

21 21 Muhammad Rafs... 8 5 13

22 22 Mutiara Nur A 9 8 17

23 23 Nur Rahmah Yusuf 9 8 17

24 24 Rani Dwi Ward... 11 8 19

25 25 Rani P Sari 7 4 11

26 26 Ruth Kezi 11 10 21

27 27 Sekar Asih D.P 5 5 10

28 28 Viecha Noni M.B 4 3 7

29 29 Wahid Fajar 6 3 9

30 30 Windy Jessi Hani 6 5 11

31 31 Yusuf Falah 8 6 14

Page 178: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 12 164

TINGKAT KESUKARAN (1)

=================

Jumlah Subyek= 29

Butir Soal= 25

Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 1.ANA

No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran

1 1 27 93.10 Sangat Mudah

2 2 23 79.31 Mudah

3 3 17 58.62 Sedang

4 4 13 44.83 Sedang

5 5 25 86.21 Sangat Mudah

6 6 12 41.38 Sedang

7 7 26 89.66 Sangat Mudah

8 8 8 27.59 Sukar

9 9 13 44.83 Sedang

10 10 23 79.31 Mudah

11 11 15 51.72 Sedang

12 12 10 34.48 Sedang

13 13 6 20.69 Sukar

14 14 19 65.52 Sedang

15 15 13 44.83 Sedang

16 16 7 24.14 Sukar

17 17 4 13.79 Sangat Sukar

18 18 22 75.86 Mudah

19 19 15 51.72 Sedang

Page 179: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

165

20 20 25 86.21 Sangat Mudah

21 21 15 51.72 Sedang

22 22 8 27.59 Sukar

23 23 20 68.97 Sedang

24 24 13 44.83 Sedang

25 25 12 41.38 Sedang

TINGKAT KESUKARAN (2)

=================

Jumlah Subyek= 31

Butir Soal= 25

Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 2.ANA

No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran

1 1 17 54.84 Sedang

2 2 17 54.84 Sedang

3 3 17 54.84 Sedang

4 4 11 35.48 Sedang

5 5 10 32.26 Sedang

6 6 27 87.10 Sangat Mudah

7 7 21 67.74 Sedang

8 8 6 19.35 Sukar

9 9 20 64.52 Sedang

10 10 16 51.61 Sedang

11 11 27 87.10 Sangat Mudah

12 12 14 45.16 Sedang

13 13 26 83.87 Mudah

14 14 13 41.94 Sedang

Page 180: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

166

15 15 11 35.48 Sedang

16 16 15 48.39 Sedang

17 17 13 41.94 Sedang

18 18 27 87.10 Sangat Mudah

19 19 22 70.97 Sangat Mudah

20 20 8 25.81 Sukar

21 21 27 87.10 Sangat Mudah

22 22 28 90.32 Sangat Mudah

23 23 28 90.32 Sangat Mudah

24 24 13 41.94 Sedang

25 25 10 32.26 Sedang

Page 181: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 13 167

DAYA PEMBEDA (1)

============

Jumlah Subyek= 29

Klp atas/bawah(n)= 8

Butir Soal= 25

Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 1.ANA

No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)

1 1 8 7 1 12.50

2 2 8 3 5 62.50

3 3 8 0 8 100.00

4 4 8 0 8 100.00

5 5 7 8 -1 -12.50

6 6 7 1 6 75.00

7 7 7 7 0 0.00

8 8 5 0 5 62.50

9 9 5 0 5 62.50

10 10 8 6 2 25.00

11 11 7 0 7 87.50

12 12 7 1 6 75.00

13 13 3 0 3 37.50

14 14 7 6 1 12.50

15 15 8 1 7 87.50

16 16 5 1 4 50.00

17 17 3 0 3 37.50

18 18 8 6 2 25.00

Page 182: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

168

19 19 8 0 8 100.00

20 20 8 8 0 0.00

21 21 5 3 2 25.00

22 22 6 0 6 75.00

23 23 8 5 3 37.50

24 24 7 0 7 87.50

25 25 8 0 8 100.00

DAYA PEMBEDA (2)

============

Jumlah Subyek= 31

Klp atas/bawah(n)= 8

Butir Soal= 25

Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 2.ANA

No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)

1 1 6 1 5 62.50

2 2 7 2 5 62.50

3 3 7 2 5 62.50

4 4 5 1 4 50.00

5 5 6 1 5 62.50

6 6 8 7 1 12.50

7 7 8 2 6 75.00

8 8 2 0 2 25.00

9 9 7 6 1 12.50

10 10 7 1 6 75.00

11 11 7 6 1 12.50

12 12 5 1 4 50.00

Page 183: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

169

13 13 8 6 2 25.00

14 14 6 0 6 75.00

15 15 6 0 6 75.00

16 16 7 1 6 75.00

17 17 7 2 5 62.50

18 18 7 7 0 0.00

19 19 6 3 3 37.50

20 20 6 0 6 75.00

21 21 6 8 -2 -25.00

22 22 8 7 1 12.50

23 23 8 7 1 12.50

24 24 5 2 3 37.50

25 25 4 3 1 12.50

Page 184: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 14 170

Data Hasil Pretes Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Siswa Skor Pretes Skor Postes

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

1 16.67 28.83 70 76.67

2 66.67 41.67 91.67 76.67

3 26.67 56.67 73.34 83.34

4 50 20 83.33 83.34

5 30 20 83.33 70

6 30 13.34 76.67 83.34

7 23.34 33.34 79.17 70

8 30 30 87.5 83.34

9 43.34 60 76.67 76.67

10 50 16.67 87.5 73.34

11 43.34 33.33 79.17 60

12 30 36.67 73.34 76.67

13 56.67 10 73.34 63.34

14 33.34 13.34 86.67 60

15 30 53.34 87.5 70

16 46.67 46.67 79.17 70

17 33.34 26.67 83.33 73.34

18 10 30 91.67 86.67

19 40 53.34 91.67 76.67

20 13.34 53.34 83.33 90

21 43.34 46.67 87.5 90

22 40 60 83.33 73.34

23 40 63.34 83.33 70

24 33.34 36.67 83.33 86.67

Page 185: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

171

25 26.67 23.34 87.5 86.67

26 36.67

83.33

27 36.67

70

Jumlah 960.08 907.24 2216.69 1910.08

Rata-rata 35.55852 33.7596 82.09963 76.4032

Tertinggi 66.67 63.34 91.67 90

Terendah 10 10 70 60

Median 33.34 33.34 83.33 76.67

Modus 30 53.34 83.33 76.67

SD 16.40749 16.93748952 12.678993 8.709984

Varian 160.6821 286.9057123 40.81923 75.86382

Page 186: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 15 172

Analisis N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretes Postes N-gain Kriteria Pretes Postes N-Gain Kriteria

1 16.67 70 0.639986 Sedang 28.83 76.67 0.672193 Sedang

2 66.67 91.67 0.750075 Tinggi 41.67 76.67 0.600034 Sedang

3 26.67 73.34 0.636438 Sedang 56.67 83.34 0.615509 Sedang

4 50 83.33 0.6666 Sedang 20 83.34 0.79175 Tinggi

5 30 83.33 0.761857 Tinggi 20 70 0.625 Sedang

6 30 76.67 0.666714 Sedang 13.34 83.34 0.807754 Tinggi

7 23.34 79.17 0.728281 Tinggi 33.34 70 0.549955 Sedang

8 30 87.5 0.821429 Tinggi 30 83.34 0.762 Tinggi

9 43.34 76.67 0.588246 Sedang 60 76.67 0.41675 Sedang

10 50 87.5 0.75 Tinggi 16.67 73.34 0.680067 Sedang

11 43.34 79.17 0.632369 Sedang 33.33 60 0.40003 Sedang

12 30 73.34 0.619143 Sedang 36.67 76.67 0.631612 Sedang

13 56.67 73.34 0.384722 Sedang 10 63.34 0.592667 Sedang

14 33.34 86.67 0.80003 Tinggi 13.34 60 0.538426 Sedang

15 30 87.5 0.821429 Tinggi 53.34 70 0.357051 Tinggi

16 46.67 79.17 0.609413 Sedang 46.67 70 0.437465 Tinggi

17 33.34 83.33 0.749925 Tinggi 26.67 73.34 0.636438 Sedang

18 10 91.67 0.907444 Tinggi 30 86.67 0.809571 Tinggi

19 40 91.67 0.861167 Tinggi 53.34 76.67 0.5 Sedang

20 13.34 83.33 0.807639 Tinggi 53.34 90 0.785684 Tinggi

21 43.34 87.5 0.779386 Tinggi 46.67 90 0.812488 Tinggi

22 40 83.33 0.722167 Tinggi 60 73.34 0.3335 Tinggi

Page 187: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

173

23 40 83.33 0.722167 Tinggi 63.34 70 0.181669 Sedang

24 33.34 83.33 0.749925 Tinggi 36.67 86.67 0.789515 Tinggi

25 26.67 87.5 0.829538 Tinggi 23.34 86.67 0.826115 Tinggi

26 36.67 83.33 0.736776 Tinggi

27 36.67 70 0.526291 Sedang

∑ Siswa 27 25

Rata-rata 35.55 82.09 0.713 Tinggi 33.75 76.40 0.606 Sedang

Page 188: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 16 174

Hasil Uji Normalitas Data Pretes

1. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen

No X F XF X2 X2F Zn

Z=(x-x

bar)/s F(z) S(z) F(z) - S(z)

1 10 1 10 100 100 1 -2.01629 0.021885 0.030303 0.008418

2 13.34 1 13.34 177.9556 177.9556 2 -1.7528 0.039819 0.074074 0.034256

3 16.67 1 16.67 277.8889 277.8889 3 -1.4901 0.0681 0.111111 0.043012

4 23.34 1 23.34 544.7556 544.7556 4 -0.96391 0.167546 0.148148 0.019398

5 26.67 2 53.34 711.2889 1422.578 6 -0.70121 0.241587 0.222222 0.019365

6 30 5 150 900 4500 11 -0.43851 0.33051 0.407407 0.076898

7 33.34 3 100.02 1111.556 3334.667 14 -0.17502 0.430533 0.518519 0.087985

8 36.67 2 73.34 1344.689 2689.378 16 0.087684 0.534936 0.592593 0.057657

9 40 3 120 1600 4800 19 0.350384 0.636975 0.703704 0.066729

10 43.34 3 130.02 1878.356 5635.067 22 0.613873 0.73035 0.814815 0.084464

11 46.67 1 46.67 2178.089 2178.089 23 0.876573 0.809641 0.851852 0.042211

12 50 2 100 2500 5000 25 1.139274 0.872705 0.925926 0.05322

13 56.67 1 56.67 3211.489 3211.489 26 1.665463 0.95209 0.962963 0.010873

14 66.67 1 66.67 4444.889 4444.889 27 2.454353 0.992943 1 0.007057

JUMLAH 27 960.08 20980.96 38316.76

Uji Normalitas Liliefors

Jumlah Siswa 27

Rata-rata 35.558

SD 16.407

Varian 160.68

Liliefors Hitung 0.08

Derajat Kepercayaan 0.05

Liliefors 0.08

Liliefors Tabel 0.17

Kesimpulan data berditribusi normal

Lhitung < Ltabel = 0.08 < 0.17, maka data berdistribusi normal.

Page 189: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

175

2. Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol

No Xi F XF X2 X2F Zn

Z=(x-x

bar)/s F(z) S(z)

F(z) -

S(z)

1 10 1 10 100 100 1 -1.40251 0.08038 0.04 0.040382

2 13.34 2 26.68 177.9556 355.9112 3 -1.20532 0.11404 0.12 0.005961

3 16.67 1 16.67 277.8889 277.8889 4 -1.00873 0.15655 0.16 0.003447

4 20 2 40 400 800 6 -0.81213 0.20836 0.24 0.031641

5 23.34 1 23.34 544.7556 544.7556 7 -0.61494 0.2693 0.28 0.010703

6 26.67 1 26.67 711.2889 711.2889 8 -0.41834 0.33785 0.32 0.017848

7 28.83 1 28.83 831.1689 831.1689 8 -0.29082 0.38559 0.44 0.054406

8 30 2 60 900 1800 11 -0.22175 0.41226 0.44 0.027745

9 33.33 1 33.33 1110.889 1110.8889 12 -0.02515 0.48997 0.56 0.070032

10 33.34 1 33.34 1111.556 1111.5556 13 -0.02456 0.4902 0.52 0.029797

11 36.67 2 73.34 1344.689 2689.3778 15 0.172037 0.5683 0.6 0.031704

12 41.67 1 41.67 1736.389 1736.3889 16 0.467228 0.67983 0.84 0.160168

13 46.67 2 93.34 2178.089 4356.1778 18 0.762418 0.77709 0.72 0.057095

14 53.34 3 160.02 2845.156 8535.4668 21 1.156203 0.8762 0.84 0.036201

15 56.67 1 56.67 3211.489 3211.4889 22 1.352799 0.91194 0.88 0.03194

16 60 2 120 3600 7200 24 1.549396 0.93936 0.96 0.020643

17 63.34 1 63.34 4011.956 4011.9556 25 1.746584 0.95965 1 0.040355

JUMLAH 25 843.9 21081.31 35372.3582

Uji Normalitas Liliefors

Jumlah Siswa 25

Rata-rata 33.75

SD 16.93

Varian 286.90

Liliefors Hitung 0.16

Derajat Kepercayaan 0.05

Liliefors 0.886

Liliefors Tabel 0.17

Kesimpulan data berditribusi normal

Lhitung < Ltabel = 0.16 < 0.17, maka data berdistribusi normal.

Page 190: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 17 176

Hasil Uji Normalitas Data Postes

1. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen

Uji Normalitas Liliefors

Jumlah Siswa 27

Rata-rata 82.09

SD 12.67

Varian 40.81

Liliefors Hitung 0.10

Derajat Kepercayaan 0.05

Liliefors 0.886

Liliefors Tabel 0.17

Kesimpulan data berditribusi normal

Lhitung < Ltabel = 0.10 < 0.17, maka data berdistribusi normal.

No X F XF X2 X2F Zn

Z=(x-x

bar)/s F(z) S(z) F(z) - S(z)

1 70 2 140 4900 9800 2 -1.89382 0.029124 0.074074 0.04495

2 73.34 3 220.02 5378.756 16136.27 5 -1.37105 0.08518 0.185185 0.100006

3 76.67 2 153.34 5878.289 11756.58 7 -0.84984 0.197707 0.259259 0.061553

4 79.17 3 237.51 6267.889 18803.67 10 -0.45854 0.323281 0.37037 0.047089

5 83.33 8 666.64 6943.889 55551.11 18 0.192577 0.576355 0.666667 0.090312

6 86.67 1 86.67 7511.689 7511.689 19 0.715351 0.762804 0.703704 0.0591

7 87.5 5 437.5 7656.25 38281.25 24 0.845262 0.801018 0.888889 0.087871

8 91.67 3 275.01 8403.389 25210.17 27 1.497947 0.932926 1 0.067074

JUMLAH 27 2216.69 52940.15 183050.7

Page 191: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

177

2. Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol

Uji Normalitas Liliefors

Jumlah Siswa 25

Rata-rata 76.40

SD 8.70

Varian 75.86

Liliefors Hitung 0.12

Derajat Kepercayaan 0.05

Liliefors 0.886

Liliefors Tabel 0.17

Kesimpulan data berditribusi normal

Lhitung < Ltabel = 0.12 < 0.17, maka data berdistribusi normal.

No X F XF X2 X2F Zn

Z=(x-x

bar)/s F(z) S(z)

F(z) -

S(z)

1 60 2 120 3600 7200 2 -1.88326 0.02983 0.08 0.050168

2 63.34 1 63.34 4011.956 4011.9556 3 -1.4998 0.06683 0.12 0.053166

3 70 5 350 4900 24500 8 -0.73516 0.23112 0.32 0.088878

4 73.34 3 220.02 5378.756 16136.2668 11 -0.35169 0.36254 0.44 0.077464

5 76.67 5 383.35 5878.289 29391.4445 16 0.030632 0.51222 0.64 0.127782

6 83.34 4 333.36 6945.556 27782.2224 20 0.796419 0.78711 0.8 0.012894

7 86.67 3 260.01 7511.689 22535.0667 23 1.178739 0.88075 0.92 0.039251

8 90 2 180 8100 16200 25 1.561059 0.94075 1 0.059255

JUMLAH 25 1910.08 46326.24 147756.956 108

Page 192: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 18 178

Hasil Uji Homogenitas Data Pretes

Pretes

N kelas eksperimen 27

N kelas kontrol 25

S2 terbesar 286.90

S2 terkecil 160.68

1. Fhitung =

=

=

= 1.78

2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)

Db pembilang = n – 1

= 27 – 1

= 26

Db penyebut = n – 1

= 25 – 1

= 24

Ftabel adalah 1.94

Fhitung < Ftabel = 1.78 < 1.94, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data

memiliki populasi varians yang homogen.

Page 193: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 19 179

Hasil Uji Homogenitas Data Postes

Postes

N kelas eksperimen 27

N kelas kontrol 25

S2 terbesar 75.86

S2 terkecil 40.81

1. Fhitung =

=

=

= 1.85

2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)

Db pembilang = n – 1

= 27 – 1

= 26

Db penyebut = n – 1

= 25 – 1

= 24

Ftabel adalah 1.94

Fhitung < Ftabel = 1.85 < 1.94, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data

memiliki populasi varians yang homogen.

Page 194: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 20 180

Hasil Uji Hipotesis Statistik (Uji-t)

A. Perhitungan Uji Hipotesis Data Pretes

Kriteria pengujian :

1. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima.

2. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = 50

Menghitung nilai S gabungan

( )

( )

= √( ) ( ) ( ) ( )

= √

= √

= √

S = 14.87

Mencari thitung

=

=

√ =

√ =

( ) =

thitung = 0.46

Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji-t didapatkan hasil

thitung sebesar 0.46 pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) dengan derajat kebebasan

(db=50) didapatkan ttabel sebesar 2.00. Maka thitung > ttabel (0.46 < 2.00) sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan

metode pembelajaran Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar

biologi siswa.

.

Page 195: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

181

B. Perhitungan Uji Hipotesis Data Postes

Kriteria pengujian :

3. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima.

4. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = 50

Menghitung nilai S gabungan

( )

( )

= √( ) ( ) ( ) ( )

= √

= √

= √

S = 7.59

Mencari thitung

=

=

√ =

√ =

( ) =

thitung = 2.88

Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji-t didapatkan hasil

thitung sebesar 2.88 pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) dengan derajat kebebasan

(db=50) didapatkan ttabel sebesar 2.00. Maka thitung > ttabel (2.88 > 2.00) sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan

metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa.

Page 196: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 21 182

PEDOMAN WAWANCARA GURU

Hari, Tanggal : Selasa, 7 Maret 2017

Subjek : Dra. Anneke Makapele

Tempat : Ruang tamu SMAN 86 Jakarta

Waktu : Pukul 09.00 WIB-09.30 WIB

1. Bagaimana antusiasme siswa terhadap pelajaran biologi pada saat

pembelajaran berlangsung?

Jawab: Saat belajar biologi, ada juga siswa yang bermalas-malasan tetapi

banyak juga siswa yang antusias dalam belajar.

2. Metode apa saja yang biasa ibu gunakan dalam pembelajaran biologi ini?

Jawab: Biasanya saya memakai metode diskusi, ceramah, dan presentasi

kelompok, serta praktikum. Tetapi saya sendiri lebih senang para siswa untuk

presentasi kelompok, tetapi sebelumnya saya memberikan penjelasan terlebih

dahulu. Namun kenyataannya, saat penjelasan oleh guru dan lewat presentasi

pun banyak siswa yang masih belum paham tentang konsep yang diajarkan.

3. Apakah ibu/bapak guru, khususnya ibu sendiri, sudah pernah menggunakan

metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) saat mengajar?

Jawab: saya sendiri belum menggunakan metode analogi FAR. Mungkin nanti

bisa di coba untuk di praktekkan kepada siswa.

4. Bagaimana hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 86 Jakarta?

Jawab: hasil belajar siswa disini masih kurang maksimal, karena sebagian

siswa mendapatkan nilai ulangan harian di bawah KKM (75).

5. Bagaimana cara ibu meningkatkan hasil belajar biologi siswa?

Jawab: Biasanya saya mengadakan remedial untuk siswa yang nilai ulangan

hariannya masih di bawah KKM. Bentuk remedial bisa berupa soal yang sama

dengan ulangan harian atau dengan cara lainnya, seperti membebankan siswa

untuk mengerjakan tugas. Tetapi saya lebih senang jika memberikan tugas

kepada siswa dengan maksud untuk memberikan kesempaan siswa membaca

buku di rumahnya.

Page 197: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

183

6. Menurut ibu/bapak, apa yang menjadi kendala siswa dalam memahami kendala

pembelajaran biologi?

Jawab: para siswa sering mengeluhkan tentang materi yang banyak

menggunakan hafalan dan istilah-istilah asing, selain itu juga terdapat konsep-

konsep yang abstrak atau diluar bayangan siswa.

7. Materi apa yang kira-kira sulit dipamai oleh siswa?

Jawab: kalau untuk kelas XI MIPA, banyak materi yang dirasa sulit dan butuh

beberapa kali penjelasan, seperti jaringan, sistem gerak, sistem ekskresi, sistem

regulasi, reproduksi. Karena materi ini banyak menggunakan istiah asing yang

mungkin akan sulit dipahami siswa

8. Pada materi sistem ekskresi, submateri manakah yang siswa kurang paham?

Jawab: sebagian siswa kurang dapat membedakan stuktur, fungsi dan istilah-

istilah penyakit yang terdapat pada sistem ekskresi, baik pada manusia maupun

hewan.

Jakarta, 7 Maret 2017

Narasumber,

Dra. Anneke Makapele

Page 198: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 22 184

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Muhammad Priyo Atmojo

NIM : 1111016100058

Fak/Jur : FITK/IPA-Biologi

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-

Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

Pembimbing ke-1 : Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd

Pembimbing ke-2 : Dina Rahma Fadlilah, M. Si

No BAB 1 PENDAHULUAN Paraf

Pembimbing 1 Pembimbing 2

1

Marsudi Wahyu Kisworo,

Revolusi Mengajar, Jakarta:

Asik Generation, 2016, h. 39.

2

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, Analogi Dalam Kelas

Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,

h. 1.

3

Munif Chatib. Gurunya

Manusia. Bandung: PT Mizan

Pustaka, 2013, h. xv.

4

Fadhilah Suralaga dan Solicha,

Psikologi Pendidikan, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2010, h. 95.

Page 199: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

185

5

Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan dengan Pendekatan

Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, Cet. 19, h.

129.

6

Lampiran 21, h. 182.

7

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti,

Ilmu Pendidikan, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2006, h. 122.

8

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll. Analogi Dalam Kelas

Sains. Jakarta: PT Indeks, 2013,

h. 1.

9

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, Ibid., h. 38.

10

Alamsyah said dan Andi

Budimanjaya, 95 Strategi

Mengajar Multiple

Intelligences, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015, h.

166.

11

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, op. cit., h. 19.

Page 200: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

186

12

I Wayan Suja, Strategi “Ermo”

dalam Pengajaran Konsep-

Konsep Kimia Abstrak-Teoritis,

Prosiding Seminar Nasional

Kimia, Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Negeri Surabaya,

20 September 2014, h. C-20.

13

I Wayan Suja, Penggunaan

Analogi dalam Pembelajaran

Kimia, Jurnal Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja

Indonesia, Volume 3, No. 2,

Oktober 2014, h. 409.

14

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, op. cit., h. 102.

No

BAB II DESKRIPSI

TEORITIK, KERANGKA

BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS

Paraf

Pembimbing 1 Pembimbing 2

1

Muhammad Thobroni dan Arif

Mustofa. Belajar dan

Pembelajaran, Pengembangan

Wacana dan Praktik

Pembelajaran dalam

Pembangunan Nasional.

Jakarta: Ar-Ruzz Media: 2011,

Page 201: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

187

h. 107.

2

Zulfiani, Tonih Feronika, dan

Kinkin Suartini. Strategi

Pembelajaran Sains. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009, h. 119.

3

Ratna Yudhawati dan Dany

Haryanto. Teori-Teori Dasar

Psikologi Pendidikan. Jakarta:

PT Prestasi Pustakaraya, 2011,

h. 70.

4

Agus Suprijono. Cooperative

Learning, Teori dan Aplikasi

PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012, h. 31.

5

Zurinal dan Wahdi Sayuti. Ilmu

Pendidikan, Pengantar dan

Dasar-Dasar Pelaksanaan

Pendidikan. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta denagn

UIN Jakarta Press, 2006, h. 43.

6

Ratna Yudhawati dan Dany

Haryanto, Teori-Teori Dasar

Psikologi Pendidikan, Jakarta:

PT Prestasi Pustakaraya, 2011,

h. 73.

7

Mahmud, Metode Penelitian

Pendidikan, Bandung: CV

Pustaka Setia, 2011, h. 60

Page 202: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

188

8

Zulfiani dkk, op.cit., h. 96

9

Suyono dan Hariyanto, Belajar

dan Pembelajaran, Tori dan

Konsep Dasar, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, cet. ke-3,

2012, h. 19.

10

Alamsyah Said dan Andi

Budimanjaya, 95 Strategi

Mengajar Multiple

Intelligences, Mengajar Sesuai

Kerja Otak dan Gaya Belajar

Siswa, Jakarta: Prenada Media

Group, 2015, h. 165.

11

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, Analogi dalam Kelas

Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,

h. 11.

12

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, Ibid., h. 12.

13

Munif Chatib, Gurunya

Manusia, Bandung: PT Mizan

Pustaka, 2013, h. 158.

Page 203: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

189

14

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, Analogi dalam Kelas

Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,

h. 30.

15

Ibid., h. 32.

16

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, Analogi dalam Kelas

Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,

h. 105-106.

17

Muhammad Amirudin,

“Penerapan Pembelajaran

Konstruktivistik Analogi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar

Aspek Kognitif pada

Kompetensi Perawatan dan

Pemeriksaan Sistem Pengapian

Siswa Kelas XI TKR SMK N 2

Depok”. Skripsi pada Fakultas

Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta, 2014,

h. 176, tidak dipublikasikan.

18

Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan, dengan Pendekatan

Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, h. 87.

Page 204: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

190

19

Agus Suprijono, Cooperative

Learning, Teori dan Aplikasi

PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012, h. 2.

20

Oemar Hamalik, Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem, Jakarta:

Bumi Aksara, 2005, Cet ke-5, h.

154

21

M. Ngalim Purwanto, Psikologi

Pendidikan, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011, h.

85.

22

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori

Belajar dan Pembelajaran,

Bandung: Erlangga, 2011, h. 2.

23

Fadhiah Suralaga dan Solicha,

Psikologi Pendidikan, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2010, h. 94.

24

Wina Sanjaya, Perencanaan dan

Desain Sistem Pembelajaran,

Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010, Cet ke-3, h. 160.

25

Anisah Basleman dan Syamsu

Mappa, Teori Belajar Orang

Dewasa, Bandung: PT Remaja

Rosda karya, 2011, h. 2.

Page 205: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

191

26

Marsudi Wahyu Kisworo,

Revolusi Belajar, Jakarta: Asik

Generation, 2016, h. 77.

27

Suyono dan Hariyanto, Belajar

dan Pembelajaran, Teori dan

Konsep Dasar, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2012, h. 9.

28

Udin S. Winataputra, Hakikat

Belajar dan Pembelajaran,

Jakarta: UT, 2007.

29

Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan, dengan Pendekatan

Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, h. 90.

30

Dimyati dan Mudjiono, Belajar

dan Pembelajaran, Jakarta: PT

Asdi Mahasatya, 2012, h. 7.

31

Melvin L. Silberman, Aktive

Learning: 101 Cara Belajar

Aktif, Bandung: Nusamedia,

2011, h. 27.

32

Nurul Maghfiroh, 99 Fenomena

Menakjubkan dalam Al-Qur’an,

Bandung: PT Mizan Pustaka,

2015, h. 167.

33

Nana Syaodih Sukmadinata,

Landasan Psikologi Proses

Pendidikan, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2009, Cet

Page 206: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

192

ke- 5, h. 102-103.

34

Supardi, Penilaian Autentik,

Pembelajaran Afektif, Kognitif,

dan Psikomotor; Konsep dan

Aplikasi, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2015, Cet

ke- 1, h. 2.

35

Fadhiah Suralaga dan Solicha,

Psikologi Pendidikan, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2010, h. 94-95.

36

Zulfiani, dkk., Strategi

Pembelajaran Sains, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009, h. 64.

37

Lorin W. Anderson, (eds).

Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan

Asesmen: Revisi Taksonomi

Pendidikan Bloom. Terj. Agung

Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Cet. I. 2010. h. 99.

38

Faisal, Mengintegrasikan Revisi

Taksonomi Bloom Kedalam

Pembelajaran Biologi, Jurnal

Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Makassar, Vol. IV, No.

2, No.2, September 2015, h.

108.

Page 207: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

193

39

Ibid., h. 109.

40

Friska Octavia Rosa, Analisis

Kemampuan Siswa Kelas X

pada Ranah Kognitif, Afektif,

dan Psikomotorik, Jurnal

Jurusan Pendidikan Fisika,

Universitas Muhammadiyah

Metro, Lampung, Vol. 1, No. 2,

2015, h. 25.

41

Zulfiani, dkk., Op.cit., h. 67.

42

Nurty Gofita Sari, Aspek

Afektif Taksonomi Bloom Pada

Pembelajaran Matematika Siswa

Kleas VI Sekolah Dasar

Sekecamatan Alian, Jurnal

Program Studi Pendidikan

Matematika, Universitas

Muhammadiyah Purworejo,

2015, h. 22.

43

Friska Octavia Rosa. Loc.cit.

Page 208: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

194

44

Zulfiani, dkk. Op.cit., h. 68-69.

45

Fadhiah Suralaga dan Solicha,

Psikologi Pendidikan, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2010, h. 96.

46

Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan, dengan Pendekatan

Baru, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, h. 129.

47

Ibid., h. 136.

48

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika,

Burhanudin Bilama, Evaluasi

Pembelajaran IPA Berbasis

Kompetensi, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006, Cet. 1, h.

14.

49

Supardi, Penilaian Autentik

Pembelajaran Afektif, Kognitif,

dan Psikomotor, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2015,

Cet. 1, h. 11.

50

Rusman, Model-model

Pembelajaran: Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta:

Rajawali Pers, 2013, Ed. 2, Cet.

Page 209: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

195

2, h. 13.

51

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika,

dan Burhanudin Milama,

Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2006, Cet. 1, h. 4

52

Ibid.

53

Muhammad Amirudin,

“Penerapan Pembelajaran

Konstruktivistik Model Analogi

untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Aspek Kognitif pada

Kompetensi Perawatan dan

Pemeriksaan Sistem Pengapian

Siswa Kelas XI TKR SMK N 2

Depok”, Skripsi pada Fakultas

Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta, 2014,

h. 176, tidak dipublikasikan.

54

I Wayan Suja, Penggunaan

Analogi dalam Pembelajaran

Kimia, Jurnal Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja

Indonesia, Volume 3, No. 2,

Page 210: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

196

Oktober 2014, h. 1

55

Neny Kurniasih, dkk,

Pengajaran Kondisi Termal

Menggunakan Analogi

Konduksi Listrik, Jurnal

Pengajaran Fisika Sekolah

Menengah, Program Studi

Fisika, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Teknologi Bandung,

Volume 1, No. 3, Agustus 2009,

h. 82

56

Allan G. Harrison dan Richard

K. Coll, Analogi dalam Kelas

Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,

h. 38.

57

Uswatun Khasanah, Pengaruh

Penggunaan Analogi terhadap

Keterampilan Berpikir Rasional

Siswa SMA pada Konsep Sisten

Pertahanan Tubuh Manusia.

Skripsi Jurusan Pendidikan

Biologi FPMIPA UPI. 2011.

Tidak diterbitkan

No BAB III METODELOGI

PENELITIAN

Paraf

Pembimbing 1 Pembimbing 2

1

V. Wiratna Sujarweni. Statistika

Untuk Penelitian. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2012, h. 13.

Page 211: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

197

2

Ibid.

3

Sugiyono. Metode Penelitian

Pendidikan; Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Penerbit

Alfabeta, 2015, h. 120.

4

Suharsimi Arikunto. Dasar-

dasar Evaluasi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h.

46.

5

Suharsimi, op. cit. h. 45.

6

Sugiyono, op. cit., h. 147.

7

Lampiran 6, h. 121.

8

Syofian Siregar. Statistik

Parametrik untuk Penelitian

Kuantitati. Jakarta: Bumi

Aksara, cet. ke, 3, 2015, h. 42-

43.

9

Suharsimi Arikunto. Dasar-

dasar Evalusi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h.

Page 212: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

198

43.

10

Lampiran 9, h. 154.

11

Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi

Pembelajaran IPA Berbasis

Kompetensi Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006, h. 105.

12

Sukardi. Metodologi Penelitian

Pendidikan, Kompetensi dan

Praktiknya. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013, h. 122.

13

Nana Syaodih Sukmadinata.

Metodologi Penelitian

Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2013, h.

228.

14

Suharsimi Arikunto, Dasar-

dasar Evaluasi Pendidikan,

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013,

h. 90.

15

Ibid., h. 87.

16

Lampiran 10 , h. 158.

Page 213: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

199

17

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi

Pembelajaran IPA Berbasis

Kompetensi, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006, h. 105.

18

Sukardi, op. cit., h. 127-128.

19

Suharsimi Arikunto, Dasar-

dasar Evaluasi Pendidikan,

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013,

h. 115.

20

Zainal Arifin. Evaluasi

Pembelajaran. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2009, h.

266.

21

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi

Pembelajaran IPA Berbasis

Kompetensi, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006, h. 103.

22

Lampiran 11, h. 161.

23

Zaenal Arifin, Evaluasi

Pembelajaran: Prinsip, Teknik,

Prosedur, Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2010, h. 134.

24

Ahmad Sofyan, dkk. Op. cit, h.

104.

Page 214: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

200

25

Lampiran 12, h. 164.

26

Zaenal Arifin, op.cit., h. 133.

27

Yanti Herlanti. “Science

Education Research, Tanya

Jawab Seputar Penelitian

Pendidikan Sains”. Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2006, h.

71, tersedia melalui

http://dhetik.weebly.com

diunduh pada tanggal 22 April

2017

28

Richard R. Hake. Analyzing

Change/Gain Scores. 1999, h. 1

tersedia melalui

www.physics.indiana.com

diunduh pada tanggal 25 April

2017.

29

Sudjana. Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito, 2005, h. 466-

467.

30

Ibid., h. 249.

Page 215: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

201

31

Ibid., h. 239.

No

BAB IV HASIL

PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Paraf

Pembimbing 1 Pembimbing 2

1

Lampiran 14, h. 170.

2

Ibid.

3

Lampiran 15, h. 172.

4

Ibid.

5

Lampiran 9, h. 154.

6

Lampiran 16, h. 174.

Page 216: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

202

7

Lampiran 17, h. 176.

8

Lampiran 18, h. 178.

9

Lampiran 19, h. 179.

10

Lampiran 20, h. 180.

11

Ibid.

12

Muhammad Amirudin.

“Penerapan Pembelajaran

Konstruktivistik Analogi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar

Aspek Kognitif pada

Kompetensi Perawatan dan

Pemeriksaan Sistem Pengapian

Siswa Kelas XI TKR SMK N 2

Depok”. Skripsi pada Fakultas

Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta. Yogyakarta, 2014,

h. 176, tidak dipublikasikan.

Page 217: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

203

Jakarta, 22 Mei 2018

Yang Mengesahkan:

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd

NIP. 19681228 200303 1 004

Dina Rahma Fadlilah, M. Si

Page 218: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Lampiran 23 204

Page 219: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

205

Page 220: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

206

Page 221: TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

207