Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENGGUNAAN
METODE ANALOGI FAR (FOKUS-AKSI-REFLEKSI)
TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
(Kuasi Eksperimen di SMAN 86 Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
MUHAMMAD PRIYO ATMOJO
NIM 1111016100058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa disusun oleh Muhammad Priyo
Atmojo, NIM. 1111016100058, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 22 Mei 2018
Yang Mengesahkan:
Pembimbing 1
Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd
NIP. 19681228 200303 1 004
Pembimbing 2
Dina Rahma Fadlilah, M. Si
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa” disusun oleh Muhammad Priyo
Atmojo, NIM 1111016100058, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah
dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 05 Juni 2018 dihadapan
dewan penguji. Oleh karena itu, penulis memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd)
dalam bidang Pendidikan Biologi.
Jakarta, 25 Juni 2018
Panitia Ujian Munaqasah,
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Prodi Biologi)
Dr. Yanti Herlanti, M.Pd
NIP. 19710119 200801 2 010
........................
........................
Penguji I
Dr. Zulfiani, M.Pd
NIP. 19760309 200501 2 002
.......................
........................
Penguji II
Meiry Fadilah Noor, M.Si
NIP. 19800516 200710 2 001
.......................
.........................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA
NIP. 19550421 198203 1 007
iii
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-0
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Muhammad Priyo Atmojo
Tempat/Tgl. Lahir : Rantau Fajar, 20 Juni 1992
NIM : 1111016100058
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : “Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-
Aksi-Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd
2. Dina Rahma Fadlilah, M. Si
dengan ini menyatakan skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini
dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian munaqasah.
Jakarta, 25 Mei 2018
Muhammad Priyo Atmojo
NIM. 1111016100058
iv
ABSTRAK
Muhammad Priyo Atmojo. 1111016100058. Pengaruh Penggunaan Metode
Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
(Kuasi Eksperimen di SMAN 86 Jakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Analogi
FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa di kelas XI SMAN
86 Jakarta tahun pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel
penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 2 sebagai kelas eksperimen yang diberi
perlakukan metode pembelajaran Analogi FAR dan siswa kelas XI MIPA 1 yang
diberi perlakuan pendekatan pembelajaran konvensional. Perolehan nilai rata-rata
postes kelas eksperimen sebesar 82.099 dan kelas kontrol sebesar 76.403. Teknik
analisis data yang dilakukan untuk uji normalitas adalah uji Lilliefors dan uji
homogenitas menggunakan uji Fisher, dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t. Hasil uji-t diperoleh thitung sebesar 2,88 dan ttabel pada taraf
signifikansi 5% sebesar 2,00 maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh penggunaan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
terhadap hasil belajar biologi siswa.
Kata kunci: Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), Hasil Belajar.
v
ABSTRACT
Muhammad Priyo Atmojo. 1111016100058.The Influence of Analogy FAR
(Focus-Action-Reflection) Method towards Student’s Achievement of Biologi
(Quasi- Experimental in SMAN 86 Jakarta. BA Thesis of Biology Education
Program Study, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiyah
and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta,
2018.
This research aims to determine the influence of Analogy FAR method towards
student’s achievement of Biology in grade XI SMAN 86 Jakarta academic year
2016/2017. The method used in this study was quasi experimental method. The
samples were taken by simple random sampling technique. The samples were the
students of class XI MIPA 2 as the experimental class student treated Analogy
FAR method and the students of class XI MIPA 1 as the control class student
treated conventional approach. Obtaining the average value for post-test of
experimental class was 82.099 and for post-tes of control class was 76,403. The
technique of data analysis used in this research were the normality of the test
through Lilliefors test and homogenity of the test through Fisher test, and
continued by testing hypothesis of the test through t-test. The result of t-test show
that the value of ttest was 2,88 and ttable at 5% significance level was 2,00, then ttest
> ttable. It means that there was influence of analogy FAR (Focus-Action-
Reflection) method towards student’s achievement of Biology.
Keywords: Method Analogy FAR (Focus-Action-Reflection), Student’s
Achievement.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan kenikmatan, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode
Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus
ikhlas dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Baiq Hana Susanti M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan
IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dina Rahma Fadlilah, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tulus ikhlas memberikan ilmu kepada penulis, semoga ilmu yang Bapak dan
Ibu berikan bermanfaat serta menjadi shadaqah yang tak terputus.
7. Suharti Latifah, M.Pd, Kepala Sekolah SMAN 86 Jakarta yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut, dan seluruh dewan guru SMAN 86 khususnya Dra. Anneke
Makapele selaku guru mata pelajaran Biologi yang telah memberikan arahan
kepada penulis selama penelitian.
vii
8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sukarmin dan Ibunda Suhartiyah serta
Kakanda, Eko sulistyowati, Joko Sulistyo, Didik Andrianto, dan Sri
Kurniawati, yang selalu sabar mendoakan dan memberikan semangat kepada
penulis sehingga penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kedua Orang tua Angkat tercinta Dr. TubagusWahyudi,ST.,MSi.,MCHt.,CHI
dan Dwi Andiani Astuti, SE yang telah banyak membantu, membimbing dan
memberi semangat serta nasehat yang begitu berharga kepada penulis.
10. Teman-teman Pendidikan Biologi Angkatan 2011 yang telah memberikan
kenyamanan, dukungan dan semangat dalam menjalani rangkaian proses
perkuliahan selama ini.
11. Seluruh dosen, senior, junior, dan sahabat KAHFI BBC Motivator School
terutama Angkatan 15 yang telah memberikan kenyamanan, dukungan dan
semangat dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak-pihak yang telah
membantu di dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Jakarta, 26 Mei 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................i
LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH ...................................................ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................iii
ABSTRAK .........................................................................................................iv
ABSTRACT ........................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................6
C. Pembatasan Masalah ...............................................................................6
D. Rumusan Masalah ...................................................................................7
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................7
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................7
BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik....................................................................................8
1. Pembelajaran Kontruktivisme ...........................................................8
2. Metode Pembelajaran ........................................................................11
3. Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) .....................................12
a. Pengertian Analogi ......................................................................12
b. Definisi Analogi FAR (Fokus-Aksi Refleksi) ..............................14
c. Metode Fokus-Aksi-Refleksi........................................................14
d. Contoh Penggunaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)...........16
e. Contoh Indikator Observasi Menggunakan Analogi FAR
(Fokus-Aksi-Refleksi) ..................................................................19
ix
4. Belajar dan Hasil Belajar ..................................................................21
a. Pengertian Belajar .......................................................................21
b. Pengertian Hasil Belajar ..............................................................26
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .......................31
d. Penilaian Hasil Belajar ................................................................32
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................34
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................36
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................39
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................39
C. Populasi dan Sampel ...............................................................................40
D. Variabel Penelitian ..................................................................................40
E. Prosedur Penelitian..................................................................................41
1. Tahap Persiapan Penelitian ...............................................................41
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ...........................................................41
3. Tahap Akhir Penelitian .....................................................................41
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................42
1. Tes .....................................................................................................42
2. Observasi ...........................................................................................42
G. Instrumen Penelitian................................................................................42
1. Tes Tertulis........................................................................................43
2. Lembar Observasi .............................................................................44
H. Kalibrasi Intrumen ..................................................................................46
1. Uji Validitas ......................................................................................46
2. Uji Reliabilitas ..................................................................................48
3. Tingkat Kesukaran ............................................................................49
4. Daya Pembeda ...................................................................................50
I. Teknik Analisis Data ...............................................................................50
1. Perhitungan N-Gain ..........................................................................51
x
2. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................51
a. Uji Normalitas .............................................................................51
b. Uji Homogenitas .........................................................................52
c. Uji Hipotesis ...............................................................................53
J. Hipotesis Statistika ..................................................................................53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................................55
1. Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................55
2. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................57
3. Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..........................59
B. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran .................................61
C. Uji Prasyarat Analisis Data .....................................................................63
1. Uji Normalitas ...................................................................................63
a. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......63
b. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .....64
2. Uji Homogenitas ...............................................................................64
a. Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..64
b. Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .65
D. Pengujian Hipotesis .................................................................................66
1. Pretes .................................................................................................66
2. Postes ................................................................................................67
E. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................71
B. Saran ........................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................72
LAMPIRAN .......................................................................................................76
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Metode FAR untuk Mengajar dan Belajar dengan Analogi ...............15
Tabel 2.2 Contoh Tahapan Penggunaan Metode Analogi FAR ..........................17
Tabel 2.3 Contoh Indikator Observasi Menggunakan Analogi FAR .................19
Tabel 3.1 Desain Penelitian.................................................................................39
Tabel 3.2 Kisi-kisi Intrumen Penelitian ..............................................................43
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ..............................................45
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran .................................................................49
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda .......................................................................50
Tabel 3.6 Kriteria N-Gain ...................................................................................51
Tabel 4.1 Data Skor Pretes ..................................................................................56
Tabel 4.2 Data Skor Postes .................................................................................58
Tabel 4.3 Data Skor N-Gain................................................................................60
Tabel 4.4 Frekuensi N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ..............................60
Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru...........................................................61
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ..............63
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ..............64
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretes ....................................................65
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Postes ....................................................65
Tabel 4.10 Hasil Uji-t Pretes ...............................................................................66
Tabel 4.11 Hasil Uji-t Postes ..............................................................................67
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ...............................................................37
Gambar 4.1 Diagram Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.........57
Gambar 4.2 Diagram Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ..............76
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ....................98
Lampiran 3 Pedoman Penggunaan Analogi FAR pada Ginjal........................114
Lampiran 4 Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Pembentukan Urin ...116
Lampiran 5 Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Anatomi Kulit ..........119
Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ....................................................121
Lampiran 7 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian .....................................122
Lampiran 8 Instrumen Tes Hasil Belajar ........................................................148
Lampiran 9 Lembar Observasi ........................................................................154
Lampiran 10 Hasil Anates Uji Validitas Instrumen Tes ...................................158
Lampiran 11 Hasil Anates Uji Reliabilitas Instrumen Tes ...............................161
Lampiran 12 Hasil Anates Tingkat Kesukaran Instrumen Tes .........................164
Lampiran 13 Hasil Anates Daya Pembeda Instrumen Tes................................167
Lampiran 14 Data Hasil Pretes Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ............170
Lampiran 15 Analisis N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...............172
Lampiran 16 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ................................................174
Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas Data Postes ................................................176
Lampiran 18 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes .............................................178
Lampiran 19 Hasil Uji Homogenitas Data Postes ............................................179
Lampiran 20 Hasil Uji Statistik Hipotesis ........................................................180
Lampiran 21 Pedoman Wawancara Guru .........................................................182
Lampiran 22 Lembar Uji Referensi ..................................................................184
Lampiran 23 Surat-surat ....................................................................................204
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan seni ilmu pengetahuan. Semua orang dapat mengajar,
tetapi belum tentu gaya mengajarnya diterima oleh siswa. Pengajar yang mampu
mengajar dengan baik tentu akan menghasilkan kualitas siswa yang baik pula.1
Sebagai seorang pengajar, guru harus memahami bagaimana cara menjelaskan
materi kepada siswa, sehingga hasil belajarnya dapat optimal. Namun, mengajar
bukan hanya persoalan menjelaskan materi. Lebih dari itu, pengajaran yang baik
akan menggairahkan siswa dan membuatnya antusias berkeinginan mempelajari
banyak hal, termasuk segala sesuatu yang ada disekitarnya.2 Keinginan untuk
mempelajari itulah yang menimbulkan pertanyaan serta gagasan atau bahkan teori
baru. Pertanyaan dan gagasan tersebut akan berkembang menjadi ilmu
pengetahuan jika dapat dibuktikan secara rasional. Namun yang terpenting dari
pertanyaan dan gagasan itu adalah terbukanya cakrawala ilmu pengetahuan baru
yang bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, yang berperan besar dalam hal ini
adalah guru, sehingga guru harus mengerti seni mengajar yang baik untuk
mengembangkan tingkat pengetahuan siswa melalui pembelajaran yang
menyenangkan sehingga cakrawala berpikir dan pengetahuan siswa akan
bertambah luas.
Seni dalam mengajar dibutuhkan dalam mengelola interaksi guru dengan
siswa. Interaksi antara keduanya akan menimbulkan kesenangan dalam belajar.
Dengan demikian, gagasan pembelajaran yang disampaikan guru diterima oleh
siswa. Seorang guru juga tidak boleh merasa puas dalam pengajaran, guru
diharapkan terus belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya.3 Keinginan untuk
terus belajar inilah yang akan membuat guru selalu terpantik kreativitasnya. Guru
yang hebat akan selalu mengerti bagaimana mengajar yang tepat, bagaimana
1 Marsudi Wahyu Kisworo, Revolusi Mengajar, Jakarta: Asik Generation, 2016, h. 39.
2 Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi Dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,
2013, h. 1. 3 Munif Chatib, Gurunya Manusia, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013, h. xv.
2
caranya menggali potensi siswa lalu dikembangkan secara optimal sehingga
pengetahuan siswa akan bertambah, dan hasil belajarnya maksimal.
Pengetahuan yang dimiliki siswa diperoleh dari proses pembelajaran dan
diukur melalui hasil belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan
kriteria atau ukuran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Dari hasil belajar
ini diharapkan nantinya akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Hasil
belajar merupakan usaha yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran dalam
waktu tertentu yang diukur menggunakan alat evaluasi tertentu. Biggs,
menambahkan bahwa hasil belajar dapat dilihat juga melalui keterlibatan siswa
terhadap proses pembelajaran. Elliot dan Harackiewicz, menyatakan bahwa
keterlibatan siswa dapat dilihat melalui sejauh mana siswa memiliki kepedulian
akan hasil terbaik yang dapat dicapai dalam proses belajar, waktu yang
dicurahkan untuk tugas-tugas yang harus dikerjakan, serta sejauh mana siswa
berkonsentrasi dan terlibat dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas maupun di
luar kelas.4 Jika siswa mulai peduli akan pentingnya mendapatkan hasil terbaik,
maka akan terhindar dari rendahnya hasil belajar yang didapatkan.
Permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar ini ditemukan pada sekolah
menengah atas di SMAN 86 Jakarta, khususnya mengenai hasil belajar siswa pada
pembelajaran biologi. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru mata
pelajaran biologi, pada bulan Maret tahun ajaran 2016/2017 semester genap,
menunjukkan bahwa masih banyak siswa (lebih dari 50%) yang memiliki hasil
belajar, yaitu nilai ulangan harian, masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, diantaranya
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan
belajar. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
4 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2010, h. 95.
3
lingkungan di sekitar siswa dan pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
dalam mempelajari materi pelajaran.5
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru mata pelajaran biologi di SMAN
86 Jakarta, penulis menemukan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan di
sekolah tersebut dirasa masih kurang tepat. Dikarenakan metode yang sering
digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok, dan presentasi serta praktikum
untuk konsep yang memang menuntut untuk dilakukannya praktikum.6 Kurang
dikaitkannya konsep pembelajaran dengan kehidupan keseharian siswa
menyebabkan siswa kesulitan untuk menerapkan konsep yang mereka dapatkan di
dalam kelas ke kehidupan mereka di luar kelas. Dengan faktor tersebut, sedikit
banyak berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa dalam belajar yang
nantinya juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh mereka
di sekolah.
Selain hasil belajar, masalah lain yaitu kurang aktifnya siswa dalam proses
pembelajaran juga menjadi hal yang perlu diperhatikan di SMAN 86 Jakarta.
Karena tidak dapat dipungkiri permasalahan ini juga sedikit banyak berpengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa tersebut. Penggunaan metode yang
tepat perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah SMAN
86 Jakarta ini. Selain itu, untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa,
pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga diharapkan mampu
mempermudah proses pembelajaran bagi guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal.
Terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan guru
di kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan metode
pembelajaran yang tepat juga membantu guru untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan
5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, Cet. 19, h. 129. 6 Lampiran 21, h. 182.
4
maksimal.7 Dengan demikian, siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru,
akan tetapi juga dapat memahami konsep materi secara utuh karena adanya
interaksi antara siswa dengan guru, lingkungannya, maupun siswa dengan siswa
lainnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan metode
analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
ini, akan membantu siswa memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Guru
harus memahami, jika sebuah konsep materi benar-benar di luar bayangan siswa,
maka penggunaan analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) adalah cara yang baik untuk
dicoba.8 Analogi yang digunakan harus yang sudah umum dikenal dalam
kehidupan sehari-hari siswa. Contohnya, peta dari suatu daerah adalah analogi
dari suatu wilayah. Komputer adalah analogi dari otak manusia, karena dapat
mengingat, menghitung dan lain sebagainya.
Penggunaan analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) digunakan untuk membantu
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa terhadap materi. Oleh karena itu, diperlukan
penggunaan analogi yang tepat dengan materi yang akan disampaikan sehingga
siswa akan mudah menerima informasi dari guru. Dan juga guru akan terbantu
karena materi yang disampaikan dengan mudah diterima dan dikuasai oleh siswa.
Pada proses belajar mengajar, penggunaan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) dapat meningkatkan pemahaman murid terhadap konsep sains yang
diajarkan dengan menggunakan analogi.9 Prinsip kerja pemecahan masalah
melalui analogi adalah dengan mengadopsi solusi dari masalah lain yang
terselesaikan yang mana solusi dari masalah lain merupakan referensi.10
7 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2006, h. 122.
8 Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi Dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,
2013, h. 1. 9 Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Ibid., h. 38.
10 Alamsyah said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, h. 166.
5
Keuntungan yang didapatkan ketika menggunakan analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) di dalam kelas, diantaranya adalah menggunakan analogi untuk belajar
sains dapat digambarkan sebagai pengembangan konsep (siswa akan berkembang
konsep pemikirannya).11
Penggunaan analogi dapat membantu pembelajar
mempelajari informasi baru dengan menghubungkannya pada konsep-konsep
yang telah dimilikinya.12
Penggunaan Analogi dalam pembelajaran kimia, menurut teori memori kode
ganda (dual code theory of memory) menyebabkan struktur partikel-partikel
materi dapat disimpan dalam bentuk visual dan verbal, sehingga lebih mudah
diingat dan dipanggil kembali pada saat diperlukan, dibandingkan hanya nama
partikel materi yang bersifat abstrak.13
Analogi juga menumbuhkan “rasa ingin
tahu” yang membantu siswa untuk memetakan persamaan dan perbedaan antara
pengalaman keseharian dan konsep target. Siswa dan guru sama-sama mencari
pengetahuan yang didapatkan dari proses belajar.
Para guru yang telah menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) di kelas mereka setuju, bahwa adanya peningkatan pemahaman siswa
terhadap konsep sains yang diajarkan dengan menggunakan analogi.14
Analogi
juga dapat membantu siswa membangun jembatan konseptual antara sesuatu yang
familiar dengan sesuatu yang baru. Dengan demikian, siswa akan mudah dalam
memahami materi yang diajarkan di kelas.
Biologi sebagai salah satu bidang dari sains yang menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pengalaman
manusia, bergerak dari hal-hal yang bersifat konkrit menuju ke hal-hal yang
bersifat abstrak. Begitupun pengalaman belajar yang disediakan dalam biologi,
11
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, op. cit., h. 19. 12
I Wayan Suja, Strategi “Ermo” dalam Pengajaran Konsep-Konsep Kimia Abstrak-Teoritis,
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20
September 2014, h. C-20. 13
I Wayan Suja, Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia, Jurnal Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014, h. 409. 14
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, op. cit., h. 38.
6
untuk memahami konsep dimulai dari konsep yang bersifat konkrit sampai yang
bersifat abstrak. Biologi memiliki konsep pembahasan yang konkrit (benda nyata)
atau abstrak (digeneralisasikan). Konsep biologi, seperti yang berhubungan
dengan genetika, homeostatis, dan saling ketergantungan ekologi, menuntut
kemampuan berpikir abstrak dan analogi dapat berguna untuk memberikan
gambaran alternatif yang lebih dapat diterima akal.15
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) yang diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu, peniliti tertarik untuk membahas
judul penelitian yaitu,“Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Konsep-konsep biologi yang cenderung bersifat abstrak menyebabkan
biologi termasuk salah satu pelajaran yang sulit dipahami sehingga
berdampak pada rendahnya hasil belajar biologi siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran yang kurang optimal menjadi salah satu
penyebab hasil belajar siswa yang rendah.
3. Cenderung siswa masih bersikap pasif dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terlalu luas, peneliti membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang dibatasi pada ranah
kognitif yang merujuk pada taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, ranah kognitif yang akan
diukur pada penelitian ini mulai dari C1 sampai C4.
15
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, op. cit., h. 102.
7
2. Hasil belajar dengan menggunakan analogi FAR pada konsep sistem
ekskresi yang dianalogikan pada materi ginjal, pembentukan urine, dan
kulit.
3. Untuk mengatasi hasil belajar siswa, peneliti menggunakan metode
analogi FAR (Fokus-Aksi-Refeksi).
4. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI SMAN 86 Jakarta semester
ganap tahun pelajaran 2016/2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah penelitian di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana pengaruh metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil
belajar biologi siswa”?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode analogi FAR (Fokus-
Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru biologi, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
menerapkan analogi dengan metode FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) dalam
konsep bahasan biologi yang lain dan diharapkan dapat membantu proses
pengajaran di kelas.
2. Bagi siswa, penggunaan metode analogi FAR dapat dijadikan pengalaman
belajar baru yang diharapkan dapat memudahkan memamahi konsep materi
dan meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
dasar dan rujukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
8
BAB II
DESKRIPSI TEORETIK,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Pembelajaran Konstruktivisme
Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah bahwa pengetahuan
secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Namun penelitian
pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa
pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pandangan ini yang dianut
oleh konstruktivisme. Sejalan dengan itu, paham konstruktivistik pengetahuan
merupakan konstruksi (bentukan) dari orang-orang yang mengenal sesuatu
(skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain karena
setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.1
Belajar menurut pandangan konstruktivistik berarti membangun. Siswa
membangun pengetahuan dan pemahamannya dengan cara terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Perolehan pengetahuan baru yang dibangun melalui
informasi dalam struktur kognitif yang telah siswa miliki sebelumnya dan
menekankan pada penemuan makna dalam proses pembelajaran. Teori belajar
konstruktivisme ini dipelopori oleh J. Piaget dan Vygotsky.2
Dari pandangan Piaget yang merupakan konstruktivis pertama menegaskan
bahwa pengetahuan anak dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.
Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya
informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian lain
tentang akomodasi adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru
1 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: Ar-Ruzz Media: 2011,
h. 107. 2 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 119.
9
yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu.3
Semua pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiatan atau tindakan
seseorang. Pengetahuan ilmiah berevolusi, berubah dari waktu ke waktu.
Pemikiran ilmiah adalah sementara, tidak statis, dan merupakan proses. Pemikiran
ilmiah adalah proses konstruksi dan reorganisasi secara terus menerus.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada di luar, tetapi ada di dalam diri seseorang
yang membentuknya. Setiap pengetahuan mengandaikan sesuatu interaksi dengan
pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, seseorang tidak dapat mengonstruksi
pengetahuan.4
Pembelajaran konstruktivistik menekankan pada pembelajaran yang
mendorong siswa untuk membangun pemahaman dari pengetahuan-pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya melalui interaksi aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan melalui pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Dalam
proses membangun pengetahuan tersebut dapat terjadi penyempurnaan terhadap
pemahaman yang ada sebelumnya atau bahkan perubahan pemahaman dari yang
sebelumnya akibat dari pembelajaran itu sendiri.
Dalam keterangan lain, aliran konstruktivisme ini menegaskan bahwa
pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang
melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindera, yaitu indera pengelihatan
(visual), pendengaran (audiotori), perasaan (kinestetik). Aliran ini juga menolak
adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain
dengan alasan pengetahun bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika
pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, pengetahuan itu akan sia-sia.
Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk
menggali pengalaman yang digali dari pengalaman dan pengetahuan peserta
didik.5
3 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT
Prestasi Pustakaraya, 2011, h. 70. 4 Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012, h. 31. 5 Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006, h. 43.
10
Belajar menurut teori konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan tidak
dapat dipindahan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa
siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan
sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai
dengan kehendak guru. Dengan kata lain, teori ini membuktikan bahwa faktor
utama yang memberikan sumbungan pengetahuan siswa ada dalam dirinya.
Kematangan kognitif siswa bisa diperoleh dari pengalaman yang ditimbulkan
dalam kehidupannya, sehingga pengetahuannya terus bertambah.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam
teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa
dalam mengonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya
membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga
adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.6 Pada
pengertian ini, dapat dipahami bahwa keterlibatan anak secara aktif, pengalaman
anak yang didapatkannya akan mempengaruhi terjadinya proses belajar dan
kematangan dalam proses kognitif anak.
Proses belajar mengajar bukan lagi sekedar pemindahan pengetahuan atau
informasi dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang membantu
siswa dalam memperoleh dan membangun pengetahuannya secara mandiri.
Orientasi pembelajaran dipusatkan pada siswa (learner oriented) dan guru
berperan sebagai teman sharing sekaligus pembimbing siswa ketika mengalami
kesulitan dalam belajar.
Pembelajaran yang menganut paham konstruktivistik akan melatih siswa
lebih mandiri dalam proses mendapatkan pengetahuan. Kemudian secara perlahan
dapat mengurangi ketergantungan berlebih kepada guru. Namun bukan berarti
peran guru tidak lagi penting, guru tetap dibutuhkan dalam proses pembelajaran
tetapi tidak menjadikannya sebagai satu-satunya sumber belajar yang serba tahu
dan selalu benar. Pemahaman yang diperoleh melalui proses konstruksi mandiri
6 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT
Prestasi Pustakaraya, 2011, h. 73.
11
dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh, untuk
kemudian diharapkan mampu mereka terapkan dalam berbagai situasi nantinya.
2. Metode Pembelajaran
Sebelum membahas analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), perlu diketahui
terlebih dahulu pengertian dari metode pembelajaran itu sendiri. Metode, secara
harfiah berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata depan meta dan kata benda hodos.
Kata meta, berarti menuju, melalui, mengikuti, dan kata hodos, berarti cara, jalan,
dan arah. Menurut istilah, metode adalah cara berpikir menurut sistem tertentu.
Runesa menjelaskan, metode adalah prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Dari dua pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa metode adalah suatu
cara atau prosedur yang digunakan dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
yang optimal.7
Menurut Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, metode mengajar
adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur ketika
menyampaikan bahan ajar/materi pelajaran.8
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan
dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai prosedur atau proses
yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.9
Metode pembelajaran memiliki fungsi membantu guru mengoptimalkan proses
pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan
maksimal.
Dari beberapa penjelasan dapat dipahami bahwa metode pembelajaran
merupakan suatu cara, strategi yang dapat digunakan untuk merancang
mekanisme suatu pembelajaran dari awal sampai akhir secara sistematis agar
pembelajaran dilakukan secara optimal. Proses belajar akan mempengaruhi hasil
akhir dari pembelajaran, yaitu berupa berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran
7 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011, h. 60.
8 Zulfiani dkk, op.cit., h. 96.
9 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Tori dan Konsep Dasar, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, cet. ke-3, 2012, h. 19.
12
tersebut tercapai. Oleh karena itu, pengaturan proses belajar perlu dilakukan
dengan seksama agar proses belajar itu sendiri berjalan dengan baik dan
menghasilkan hasil akhir yang baik pula.
3. Metode Pembelajaran Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
a. Pengertian Analogi
Analogi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah persamaan atau
penyesuaian antara dua benda atau hal yang berbeda, sedangkan menganalogikan
adalah membuat sesuatu yang baru berdasarkan contoh yang sudah ada.10
Dalam
suatu analogi, objek keseharian, kejadian atau cerita yang cukup dipahami disebut
analog, sedangkan konsep sains yang sedang dibandingkan disebut target.11
Domain target biasanya adalah konsep abstrak sedangkan domain penghantar
biasanya konsep yang sudah diketahui oleh siswa. Analogi berarti memetakan
pengetahuan dari suatu domain dasar ke domain target, yang saling berhubungan.
Analogi juga alat berpikir yang bervariasi tingkatan kesesuaian antar analog
dengan targetnya.12
Menggunakan analogi untuk belajar sains dapat digambarkan sebagai
pengembangan konsep (siswa akan berkembang konsep pemikirannya), atau
perubahan konsep (membuang konsep tidak ilmiah dalam pikiran), atau keduanya.
Pengajaran yang berhasil merubah konsep pemikiran siswa, muncul saat minat
mengajar dengan analogi hadir.
Peneliti mengemukakan bahwa sangat penting untuk membimbing siswa dan
membantu mereka menemukan saat kapan dan bagaimana konsep sains mirip
dengan analog dan kapan tidak. Semua analogi memiliki kelemahan dan
bagaimana mendiskusikannya manakah konsep ilmiah yang bisa diambil
analoginya dari objek keseharian, kejadian atau kisah, dan mana yang tidak bisa.
10
Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences,
Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa, Jakarta: Prenada Media Group, 2015, h.
165. 11
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,
2013, h. 11. 12
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Ibid., h. 12.
13
Sehingga pengelolaan analogi yang baik membuat siswa berpikir tentang apa yang
mereka pelajari, dan membantu mereka menemukan penjelasan yang lebih baik.
Para guru hendaknya menumbuhkan „rasa ingin tahu” yang membantu murid
untuk memetakan persamaan dan perbedaan antara pengalaman keseharian dan
konsep target. Siswa dan guru sama-sama mencari pengetahuan yang didapatkan
dari proses belajar. Hal yang harus ditekankan adalah para siswa harus melihat
dan memahami sifat-sifat bersama antara analog dan target, selama mereka
mengembangkan konsep. Belajar adalah kontruksi pribadi terhadap pengetahuan
baru yang dibangun di atas pengetahuan lama. Analogi membantu siswa belajar
dan mengingat gagasan ilmiah. Analogi juga adalah alat penelitian yang efektif
karena menghadirkan pertanyaan baru, keterkaitan, dan penyelidikan.
Strategi analogi dalam pembelajaran adalah pemahaman konsep dengan cara
membuat persamaan suatu bentuk dengan bentuk lainnya, yang mengakibatkan
adanya hubungan kesamaan sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Jadi analogi digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan bentuk
lainnya yang mirip agar menghadirkan solusi. Strategi analogi memiliki poin-poin
prosedur sebagai berikut: yaitu konsep awal, yang biasanya sulit dipahami dengan
berbagai persepsi. Proses analogi, upaya mencari premis yang sama antara konsep
awal dan konsep baru. Dan analogi konsep baru, yang merupakan hasil dari proses
analogi.13
Pada proses belajar mengajar, strategi analogi cocok untuk membantu siswa
menemukan atau memecahkan masalah. Prinsip kerja pemecahan masalah melalui
analogi adalah dengan mengadopsi solusi dari permasalahan lain yang
terselesaikan yang dijadikan refrensi untuk digunakan. Dengan demikian,
penggunaan analogi sangat membantu menemukan solusi bagi siswa.
b. Definisi Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Pengajaran dengan analogi adalah cara yang menarik dan menyenangkan
untuk menjalaskan konsep IPA. Analogi membuat konsep abstrak yang asing
menjadi lebih dikenal dengan membandingkan konsep tersebut dengan objek dan
pengalaman keseharian. Namun kenyataan tak semua analogi cocok digunakan.
13
Munif Chatib, Gurunya Manusia, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013, h. 158.
14
Para guru terkadang menghindari analogi konsep ilmiah karena khawatir timbul
pemahaman yang menyimpang pada konsep tersebut. Setelah dilakukan penelitian
studi literatur untuk mengidentifikasi setiap metode sistematis yang menyajikan
instruksi penggunaan analogi. Kemudian efektivitas metode tersebut diujikan di
dalam kelas. Hasil analisis evalusi menunjukkan bahwa, metode ini mengabaikan
dua hal penting, yakni rencana pembelajaran (lesson planning) dan evaluasi pasca
pengajaran (postclass reflection). Para peneliti membayangkan ada sebuah metode
yang dapat mendorong para guru untuk memikirkan analogi dan penyajian mereka
sebelum, sesudah dan yang sedang dipelajari. Hal ini mengarah pada metode yang
menekankan pada aspek Fokus, Aksi dan Refleksi dari pengajaran, dan metode ini
disebut metode Analogi FAR untuk pengajaran dengan analogi.14
c. Metode Fokus-Aksi-Refleksi
Metode analogi FAR ini di desain agar dapat mengevaluasi keterampilan guru
yang menggunakan analogi dalam pengajaran sains. Karena tiga tahap Fokus-
Aksi-Refleksi telah membuat pengajaran menjadi jelas dan optimal, maka
penerimaan metode FAR dengan praktik para guru menjadi mudah. Tiga tahap
dari metode ini diringkas di dalam tabel 2.1, sehingga guru dapat mengingat
dengan mudah tahapan yang diperlukan untuk menjalankan intruksi analogi yang
efektif.
Berikut ini adalah penjelasan rinci dari setiap tahap yaitu, Fokus: dalam
mengajar analogi, guru hendaknya menyadari sejak awal, adanya aspek kesulitan
pada konsep yang akan diajarkan (kesulitan bagi guru maupun siswa). Aksi: tahap
aksi dalam pengajaran analogi mengharuskan guru memperhatikan tingkat
keakraban para siswa dengan analog. Selain itu ia juga harus memperhatikan
kemiripan dan ketidakmiripan sifat antara analog dengan target. Proses dilakukan
dengan menggambarkan kemiripan ciri-ciri analog dengan target disebut
pemetaan sifat-sifat bersama. Refleksi: hal berikut yang harus dilakukan dalam
penggunaan analogi, guru harus merenungi kejelasan dan kegunaan dari analogi
sebagai bagian pembuatan kesimpulan. Lihat tabel 2.1 berikut ini:
14
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,
2013, h. 30.
15
Tabel 2.1 Metode FAR untuk Mengajar dan Belajar dengan Analogi15
FOKUS
Objek
Konsep Materi
Siswa
Analog
Hal yang Harus Diidentifikasi Guru
Apakah konsepnya ini sulit, asing atau abstrak?
Apa yang sudah diketahui murid seputar konsep
tersebut?
Apakah para siswa sudah mengenal analognya?
AKSI
Analogi
Mirip
Tidak Mirip
Kegiatan
Diskusikan ciri-ciri pada analog dan konsep sains.
Gambarkan kemiripan di antara keduanya!
Diskusikan saat di mana analog tidak mirip konsep
sains
REFLEKSI
Hal
Kesimpulan
Perbaikan
Catatan
Apakah analogi ini jelas, berguna, atau
membingungkan? Apakah hasilnya sesuai rencana?
Berdasarkan hasilnya, apakah ada perubahan
diperlukan di waktu yang lain Anda menggunakan
analogi ini?
d. Contoh Penggunaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Bahasa teknik bisa jadi memusingkan dan menakutkan bagi para siswa. Saat
mempelajari tentang sistem ekskresi, banyak istilah-istilah yang digunakan,
sehingga memusingkan siswa untuk mempelajarinya. Selain itu, pemahaman
tentang bagian anatomi dan proses pada sistem ekskresi juga mempersulit siswa.
Dengan didasari hal ini, peneliti merumuskan sebuah analogi yang digunakan
untuk mempermudah siswa dalam memahami sistem ekskresi sehingga akan
memberikan wawasan dan cara berpikir baru kepada siswa. Peneliti meyakini
15
Ibid., h. 32.
16
bahwa penggunaan analogi sangat efektif untuk memasukkan unsur kemudahan
dan kesenangan dalam pembelajaran. Analogi ini memberikan kesempatan para
siswa mempelajari sesuatu yang abstrak, asing dan tidak tergapai. Untuk
mempermudah penggunaan analogi, peneliti menggunakan metode FAR yang
digunakan sebagai dasar mengajar materi tentang sistem ekskresi.
Fokus. Istilah-istilah yang sulit dipahami membuat peneliti ingin mengemas
konsep sistem ekskresi dengan menggunakan analogi. Demontrasi sederhana yang
dipakai akan membuat siswa memudahkan untuk memahaminya. Sebuah
pertanyaan penting sehubungan penggunaan analogi ini adalah apakah siswa
sudah familiar dengan analog yang digunakan. Itulah yang harus dipikirkan,
analogi apa yang tepat untuk konsep yang diajarkan.
Aksi. Tahap aksi dalam analogi ini dapat diimplementasikan dengan satu atau
dua cara. Guru dapat menggambarkan ciri-ciri analog yang mirip dengan konsep
sistem ekskresi terutama pada ginjal, kulit, dan lain-lain. Sebagai contoh guru
dapat menjelaskan bentuk ginjal yang merupakan alat ekskresi manusia
dianalogikan dengan biji ercis. Ini sangat sederhana Keindahan dari analogi ini
adalah dengan sedikit imajenasi, ia dapat membantu siswa belajar banyak hal
tentang bentuk ginjal dan menciptakan pengalaman yang menarik. Jangan takut
untuk mengembangkan analogi lebih jauh, hanya ingatlah untuk melakukan
pemetaan baik sifat-sifat bersama atau yang bukan bersama.
Cara lain untuk menerapkan tahap aksi adalah mengelompokkan siswa dan
memberi kesempatan mereka untuk mengembangkan analogi buatan mereka
sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong mereka lebih kreatif dan
menemukan argumentasi bagian-bagian mana saja yang mirip antara konsep dan
analognya.
Refleksi. Tahap ini akan bernilai manakala guru mewawancarai beberapa
siswa untuk memeriksa apakah analoginya jelas atau berguna atau malah
membingungkan. Jika kelompok kerja siswa dijalankan, guru dapat memeriksa
lembar kerja atau meminta siswa mempresentasikan hasil diskusinya untuk
17
memastikan apakah gagasan yang dikembangkan para siswa sudah tepat. Guru
dapat menampung tanggapan siswa tersebut dan memikirkannya, agar dijadikan
bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan dalam menggunakan analogi
pada waktu berikutnya. Tabel. 2.2 ini menunjukkan contoh tahapan penggunaan
dengan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) pada konsep organel sel.
Tabel 2.2 Contoh Tahapan Penggunaan Metode Analogi FAR16
Analogi Kota untuk Sebuah Sel
Fokus Konsep Fungsi-fungsi organel sel dan hubungan timbal balik
diantaranya bersifat abstrak, dan sulit untuk dipahami
dan dikomunikasikan oleh pada siswa. Minat terhadap
genom manusia dan tumbuhnya rasa butuh untuk
memahami fungsi dasar organel, akan meningkatkan
konsentrasi belajanr pada bidang biologi sel. Tidak
ada sel yang bisa hidup sendirian dan tidak pula ia
berwujud mandiri.
Para Siswa Para siswa berusaha mencari perbandingan fungsi
multiselular dengan aktivitas sel (contoh, sel dapat
berpikir) yang lainnya bingung dengan karakteristik
sel dan molekul-molekulnya
Analog Para siswa membandingkan sebuah sel dengan sebuah
kota, membantu siswa memahami bahwa sel memiliki
tempat-tempat aktivitas yang bekerja seperti fungsi
tempat-tempat kota, importir bahan baku, pabrik,
distribusi (transportasi), dan fasilitas pengelolaan
limbah. Kota dan sel memiliki pusat kendali, sistem
komunikasi, dan daerah penyimpanan.
Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target
Analog-kota dengan input Target- sel dengan input dan
16
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,
2013, h. 105-106.
18
dan outputnya outputnya
Pemerintahan kota mengatur
kota
Inti sel mengendalikan seluruh
aktivitas sel
Pembangkit listrik
menyediakan listrik
Mitokondria menyediakan energi
kimia (adenosine
triphosphate/ATP)
Perusahaan kontruksi
membangun rumah
Ribosom membuat protein
Jalan, mobil, dan truk
menyediakan transportasi
Retikulu endosplasma adalah sistem
transportasi
Gudang penyimpanan
makanan, pakaian, dan barang-
barang logam
Plastida menyimpan bahan-bahan
seperti pati
Ketidakmiripan – di mana letak kelemahan analogi berada
Kloroplas memerangkap energi matahari, tetapi pubrik roti
menggunakan terigu dan plastik
Pemkot bergantian pemimpinnnya setelah pilkada dan sangat
mudah beradaptasi, pengendalian sel oleh inti sel bersifat tetap.
Refleksi
Kesimpulan o Apakah siswa membuat
hubungan yang direncanakan
antara fungsi kota dan sel?
o Apakah mereka menyadari
fungsi-fungsinya terpadu dan
saling bergantung?
o Perlukah saya mengklarifikasi
beberapa hal pada pelajaran
berikutnya?
o Apakah penggunaan analogi
yang jauh dengan
membandingkan sel dan rumah
19
akan bermanfaat dalam
memperluas dan memperkuat
pemahaman siswa?
Perbaikan o Apakah sebaiknya siswa
membuat model kelompok sel-
kota?
e. Contoh Indikator Observasi Menggunakan Analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi)
Berikut ini adalah contoh indikator observasi dengan menggunakan analogi
FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Contoh Indikator Observasi Menggunakan Analogi FAR
(Fokus-Aksi-Refleksi)17
No
Tahap
Analogi
FAR
Pertanyaan
Indikator
observasi
ya tidak
1
Fokus
Guru memberikan pemahaman tentang
analogi, diharapkan agar siswa tidak
asing/sudah mengenal analognya
2 Guru meningkatkan pengenalan dan
pemahaman siswa melalui contoh atau
penggambaran dari analognya
3 Guru memastikan kembali dengan
memberikan pertanyaan, apakah siswa dapat
melewati tahap mengenal analognya dengan
baik
17
Muhammad Amirudin, “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Analogi untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan Sistem Pengapian
Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”. Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 176, tidak dipublikasikan.
20
4 Analogi yang dipilih tidak mempunyai konsep
sains yang salah
5
Aksi
Guru memperhatikan tingkat keakraban para
siswa dengan analognya
6 Guru mengemukakan kemiripan antara analog
dengan target
7 Guru mengemukakan ketidakmiripan antara
analog dengan target
8 Guru mengulas kembali konsep rujukan dan
memperkenalkan konsep target pada saat
bersamaan
9 Guru melakukan penggambaran dalam rangka
meningkatkan pengenalan dan pemahaman
10 Guru melakukan penulisan terhadap hal-hal
penting seputar konsep
11 Guru melakukan penarikan kesimpulan
terhadap apa yang telah dipelajari
12
Refleksi
Analogi yang digunakan cukup jelas
13 Analogi yang digunakan berguna
14 Analogi yang digunakan tidak
membingungkan siswa
21
4. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam proses pembelajaran, proses belajar memegang peranan yang vital.
Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah, lingkungan rumah
maupun keluarganya sendiri. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental bagi semua orang.18
Ketika berhenti
belajar sama dengan berhenti untuk hidup. Inilah yang tidak sadari. Di Abad 21
sekarang ini, terjadi pergeseran perubahan pola pikir dalam belajar. Guru, buku
teks, dan kelas bukan merupakan satu-satunya sumber dan tempat belajar.
Sekarang tidak lagi mengandalkan hal tersebut. Terkadang masih berpikir bahwa
belajar cukup di sekolah-sekolah formal atau yang sering kita dengar belajar di
sekolah. Padahal sesungguhnya, belajar di sekolah itulah tempat mencari ilmu
yang sangat sedikit. Bahkan banyak orang-orang yang sukses dalam hidupnya rela
untuk keluar dari sekolah demi menempuh cita-citanya, dan mereka terbukti
berhasil. Perlu dimengerti bahwa belajar bukan hanya di sekolah tetapi belajar
memahami alam semesta lah yang paling utama.
Belajar menurut Cronbach adalah learning is shown by a change in
behavior as a result of experience (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman).19
Hal ini berarti membutuhkan waktu, membandingkan
perilaku organisme satu dengan lainnya dalam suasana serupa. Bila perilaku
dalam suasana serupa itu berbeda untuk waktu itu, kita dapat berkesimpulan
bahwa telah terjadi belajar.
Belajar merupakan proses yag bersifat internal (a purely internal event) yang
tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses ini terjadi di dalam diri seseorang yang
sedang mengalami proses belajar. Di dalam prosesnya siswa mengalami
perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu.
18
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, h. 87. 19
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012, h. 2.
22
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan
pengalaman.20
Perubahan harus relatif mantap, artinya harus merupakan akhir
daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu
ini sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir
dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan,
ataupun bertahun-tahun.21
Menurut Gagne belajar yaitu suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar memiliki beberapa komponen,
diantaranya perubahan perilaku, perilaku terbuka, hasil pengalaman, dan yang
terakhir kematangan.22
Belajar selalu berkaitan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang
belajar, apakah mengarah pada hal yang lebih baik atau sebaliknya, direncanakan
atau tidak. Belajar merupakan aktivitas (usaha dengan sengaja) yang dapat
menghasilkan perubahan berupa kecakapan baru pada diri individu.23
Belajar pada
dasarnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Sama halnya dengan
kebutuhan lainnya, seperti makan, dan minum. Manusia tanpa belajar akan
mengalami kondisi kekurangan nutrisi pada otak. Karena makanan otak
sesungguhnya adalah informasi-informasi baru yang diperoleh dari pengalaman
dan latihan lewat belajar. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan
binatang.
Hakikat pengalaman belajar merupakan sejumlah aktivitas siswa yang
dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.24
Ketika berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus
dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga semestinya berpikir tentang
20
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:
Bumi Aksara, 2005, Cet ke-5, h. 154. 21
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h.
85. 22
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Erlangga, 2011, h.
2. 23
Fadhiah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2010, h. 94. 24
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010, Cet ke-3, h. 160.
23
pengalaman belajar bagaimana seharusnya mendesain agar tujuan dan kompetensi
itu diperoleh oleh setiap siswa. Sehingga belajar siswa akan terarah.
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sadar yang
menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya, baik dalam bentuk
pengetahuan atau keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai
positif.25
Selama berlangsungnya proses belajar, terjadilah proses interaksi antara
orang yang melakukan kegiatan belajar, yaitu warga belajar dengan sumber
belajar. Sumber belajar dapat berupa manusia yang berfungsi sebagai fasilitator,
yaitu tutor atau pamong, ataupun non manusia, seperti buku, siaran radio, dan
televisi, rekaman bahan belajar pandang atau dengar, alam semesta, dan masalah
yang dihadapi. Sebagai fasilitator, guru juga mampu memfasilitasi proses belajar
mengajar menjadi lebih menyenagkan.26
Dapat dikatakan bahwa belajar
mencakup komponen internal berupa alat indera dan komponen eksternal berupa
alam semesta.
Pengertian lain tentang belajar adalah aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,
sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses
memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak
manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman. Pengalaman yang terjadi
berulang kali melahirkan pengetahuan. Sedangkan pengetahuan sudah terserak di
alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan
menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.27
Memahami konsep belajar menurut Bell-Gredler yang menyatakan bahwa
belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skill, and attitudes.28
Kemampuan, keterampilan, dan sikap
ini diperoleh secara bertahap.
25
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT Remaja
Rosda karya, 2011, h. 2. 26
Marsudi Wahyu Kisworo, Revolusi Belajar, Jakarta: Asik Generation, 2016, h. 77. 27
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012, h. 9. 28
Udin S. Winataputra, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UT, 2007.
24
Menurut Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan
belajar dalam tiga rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan
rumusan kualitatif.29
Secara kualitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta
sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya
materi yang dikuasai siswa. Secara institusional (kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas
materi-materi yang ia pelajari. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar
akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam
bentuk skor. Adapun secara kualitatif (ditinjau mutu) ialah proses memperoleh
arti-arti atau pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di
sekeliling siswa. Difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang
berkualitas untuk memecahkan masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh suatu yang ada dilingkungan sekitar.30
Jadi, secara sadar ataupun
tidak sadar faktor lingkungan akan membentuk perilaku siswa.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Bahkan dalam
Islam pun diajarkan untuk terus belajar sampai ke liang lahat, artinya bahwa
belajar untuk memperoleh ilmu tidak ada batasan sampai benar-benar menjumpai
kematian. Proses belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal.
Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus mengolahnya dan
memahaminya. Siswa harus menata apa yang didengar dan dilihat menjadi satu
kesatuan bermakna.31
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, h. 90. 30
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2012, h.
7. 31
Melvin L. Silberman, Aktive Learning: 101 Cara Belajar Aktif, Bandung: Nusamedia,
2011, h. 27.
25
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh
ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupan manusia meningkat. Al-Qur‟an
menjelaskan bahwa ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul
terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini
tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan al-Qur‟an pada
surat al-Baqoroh (2) ayat 31 dan 32: yang artinya dan Dia mengajarkan kepada
Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!". Mereka menjawab:
"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana." “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”
Manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya
dengan izin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia
menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula al-
Qur‟an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan.
Mengenai belajar, Ibn Mas‟ud pernah menyatakan hujahnya. Ibn Mas‟ud
adalah ahli al-Qur‟an yang direkomendasikan rasulullah karena memiliki
kedalaman ilmu. Ibn Mas‟ud berkata, “ketahuilah bahwa tidak ada satu pun
diantara kelian yang dilahirkan dalam keadaan berilmu. Sesungguhnya ilmu itu
diperoleh dengan jalan belajar. Maka, jadilah dirimu sebagai orang yang ahli ilmu
atau orang yang menuntutnya atau orang yang mendengarkannya. Belajarlah
sebab kalian akan tahu ilmu kalian akan dibutuhkan.”32
Dari beberapa uraian di atas, peneliti memahami bahwa belajar adalah sebuah
proses dinamis dan mekanis. Belajar sebagai proses dinamis berarti merujuk
bahwa proses mendapatkan pengetahuannya tidak terbatas, seseorang bebas
mempelajari pengetahuan apapun sesuai dengan kebutuhan yang dianggapnya
32
Nurul Maghfiroh, 99 Fenomena Menakjubkan dalam Al-Qur’an, Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2015, h. 167.
26
dapat meningkatkan kemampuan untuk menunjang kehidupannya. Sedangkan
belajar merupakan proses mekanis yaitu untuk mencapai sebuah pengetahuan
harus ada tata cara atau prosedur-prosedur agar tujuan untuk mencari atau
memperoleh pengetahuan dapat tercapai dengan baik.
Selain itu juga, untuk memperoleh pengetahuan, manusia harus melakukan
trial and error (coba-coba), pengamatan, percobaan, dan tes-tes kemungkinan. Hal
itu disinggung juga oleh al-Qur‟an, seperti dalam ayat-ayat yang memerintahkan
manusia untuk mempelajari dan berpikir tentang alam raya, melakukan
perjalanan, dan sebagainya. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan hanya akan didapat
jika kita mau berpikir, mengetahui, mengambil pelajaran, memahami,
mendengarkan, menyakini, beriman, itulah orang-orang yang mengetahui.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupn
keterampilan motorik.33
Menurut Nasution, keberhasilan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi
juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertan,
penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar.34
Hasil belajar sering disebut prestasi belajar.35
Istilah hasil belajar berasal dari
bahasa Belanda “prestatie,” yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas
tertentu seperti belajar. Syah menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf
keberhasilan siswa atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau
33
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009, Cet ke- 5, h. 102-103. 34
Supardi, Penilaian Autentik, Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor; Konsep dan
Aplikasi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015, Cet ke- 1, h. 2. 35
Fadhiah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2010, h. 94-95.
27
pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Prestasi atau hasil belajar adalah hasil yang dicapai suatu kegiatan atau usaha
yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan
menggunakan alat atau test tertentu. Dalam proses pendidikan, prestasi dapat
diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan
emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.
Hasil belajar siswa memiliki makna kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pada hakikatnya kemampuan-
kemampuan tersebut berupa perubahan tingkah laku yang berdasarkan klasifikasi
Bloom mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Benyamin S. Bloom
dan teman-temannya mengajukan tujuan pembelajaran dikelompokan menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif.36
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk dalam ranah kognitif.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni:
a) Mengingat (C1), melibatkan pengambilan pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang.37
Kedua proses kognitif yang terkait adalah
mengenali kembali (recognizing), mengingat (recalling). Pengetahuan
mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan
menyelesaikan masalah karena pengetahuan terebut dipakai dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang lebih kompleks.
b) Memahami (C2), mencakup kemampuan mengkonstruksi makna dari pesan-
pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan,tulisan ataupun grafis yang
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Siswa
36
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009, h. 64. 37
Lorin W. Anderson, (eds). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Cet. I. 2010. h. 99.
28
memahami ketika mereka menghubungkan antara pengetahuan baru yang
diperoleh dengan pengetahuan sebelumnya. Lebih tepatnya, pengetahuan
yang masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka kerja kognitif.
Proses kognitif dalam kategori memahami termasuk menafsirkan
(interpreting), mencontohkan (exemplifying), membuat klasifikasi
(classifying), meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring),
membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
c) Menerapkan (C3), melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk
mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Menerapkan terkait
erat dengan pengetahuan prosedural. Soal latihan adalah tugas dimana siswa
telah tahu prosedur yang tepat untuk digunakan, jadi siswa telah
mengembangkan pendekatan yang cukup dirutinkan untuk itu. Kategori
menerapkan terdiri dari dua proses kognitif yaitu melaksanakan (executing),
mengimplementasikan (implementing).
d) Menganalisis (C4), melibatkan proses menguraikan materi menjadi bagian-
bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara
setiap bagian, serta struktur keseluruhannya. Salah satu proses kognitis pada
kategori ini adalah mengorganisasi. Proses ini melibatkan identifikasi
elemen-elemen komunikasi atau situasi dalam proses mengenali bagaimana
membentuk sebuah struktur yang koheren.38
e) Mengevaluasi (C5), didefinisikan sebagai membuat penilaian berdasarkan
kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah
kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan
oleh siswa. Standar-standarmya bisa bersifat kuantitatif ataupun kualitatif.
Standar digunakan pada suatu kriteria. Kategori mengevaluasi mencakup
proses-proses kognitif pemeriksaan (checking) dan mengkritisi (critiquing).
f) Mencipta (C6), mencakup kemampuan menempatkan elemen bersama-sama
untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional;
mereorganisasi elemen ke dalam pola baru atau struktur. Proses yang terlibat
38
Faisal, “Mengintegrasikan Revisi Taksonomi Bloom Kedalam Pembelajaran Biologi”,
Jurnal Sainsmat, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Makassar, Vol. IV, No. 2, No.2, September 2015, h. 108.
29
dalam menciptakan umumnya dikoordinasikan dengan pengalaman belajar
siswa sebelumnya. Meskipun menciptakan membutuhkan pemikiran kreatif
siswa, ekspresi kreatif ini tidak sepenuhnya bebas atau tidak dibatasi oleh
tuntutan tugas belajar atau situasi. Salah satu proses kognitif pada kategori
mencipta adalah merumuskan.39
2). Ranah Afektif
Ranah afektif adalah hasil belajar tampak pada siswa dalam berbagai tingkah
laku seperti memperhatikan, merespons, menghargai, serta mengorganisasi.40
Menurut Bloom, ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.
Kategorinya dimulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang kompleks,
yaitu:41
a) Penerimaan (reciving), yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Penerimaan dibedakan menjadi
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala
atau rangsangan dari luar.
b) Penanggapan (responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan
reaksi, perasaan kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang
kepada dirinya.
c) Penilaian (valuing), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus tadi. Penilaian dibedakan menjadi kesediaan
menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut.
39
Ibid., h. 109. 40
Friska Octavia Rosa, “Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah Kognitif, Afektif,
dan Psikomotorik”, Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika, Universitas Muhammadiyah Metro,
Lampung, Vol. 1, No. 2, 2015, h. 25. 41
Zulfiani, dkk., Op.cit., h. 67.
30
d) Organisasi, yakni kemampuan dalam mengukur nilai-nilai menjadi suatu
sistem nilai bagi dirinya.42
Mengorganisasi individu yang sudah secara
konsisten dan berhasil menampilkan suatu nilai, pada suatu saat akan
menghadapi situasi dimana lebih dari satu nilai yang ditampilkan.
e) Pemeranan, merupakan puncak proses internalisasi nilai dalam diri
seseorang. Pada aspek ini hierarkhi nilai yang sudah tertanam dalam diri
seorang disusun menjadi suatu sistem yang mempunyai konsistensi
internal yang mengendalikan tingkah laku orang tersebut dengan pola
tertentu.
3) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
atau kemampuan bertindak setelah seorang menerima pengalaman belajar
tertentu.43
Ranah psikomotorik berkaitan erat dengan keterampilan secara fisik
dan motorik. Aspek pada ranah psikomotik terdiri atas:44
a) Persepsi, yakni menyadari stimulus, menyeleksi stimulus terarah sampai
menerjemahkannya dalam pengamatan stimulus terarah kepada kegiatan
yang ditampilkan.
b) Kesiapan, berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan tertentu,
termasuk kesiapan mental, fisik, dan emosional.
c) Respon terpimpin, meliputi kemampuan menirukan gerakan, gerakan
coba-coba, dan performance yang memadai menjadi tolak ukur.
d) Mekanisme, yakni kebiasaan yang berasal dari respon yang dipelajari,
gerakan dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran.
e) Respon kompleks, berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola
gerakan yang kompleks.
42
Nurty Gofita Sari, “Aspek Afektif Taksonomi Bloom Pada Pembelajaran Matematika
Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Sekecamatan Alian”, Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2015, h. 22. 43
Friska Octavia Rosa. Loc.cit. 44
Zulfiani, dkk. Op.cit., h. 68-69.
31
f) Penyesuaian, berkaitan dengan pola gerakan yang telah berkembang
dengan baik, sehingga seseorang dapat mengubah pola gerakannya agar
sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
g) Mencipta, yakni keterampilan tingkat tinggi dimana pada tingkatan ini
seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola-pola gerakan
baru agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan, maka peneliti
mengemukakan kesimpulan pada intinya adalah perubahan. Oleh karena itu,
seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam
dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah
belajar. Selain itu juga, bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan
siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-
kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Gage dan Berliner mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar
dibedakan menjadi dua yaitu: pertama, faktor internal atau faktor yang ada di
dalam diri siswa seperti intelegensi, minat, sikap, emosi, motivasi, dan kondisi
fisik. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu
seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat serta
media.45
Dalam sumber lain ada satu faktor tambahan yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu, faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
45
Fadhiah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2010, h. 96.
32
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.46
Ketiga faktor ini
sangat menentukan kualitas hasil belajar individu tersebut.
Faktor Internal Siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa terdiri dari
dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis
(yang bersifat rohaniah).
Faktor Eksternal Siswa. Faktor eksternal siswa terdiri dari dua bagian, yaitu
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
Faktor Pendekatan Belajar. Merupakan strategi yang digunakan dalam
menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam
hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.47
Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi proses atau hasil
belajar yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan siswa tersebut sebagai objek
belajar. Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa. Selain faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) baik
secara jasmani dan kejiwaan, faktor keluarga dan lingkungan masyarakat juga
sedikit banyak berpengaruh pada proses dan hasil belajar siswa sebagai pengaruh
yang berasal dari luar (eksternal).
d. Penilaian Hasil Belajar
Hakikat penilaian adalah mengambil suatu keputusan, terhadap sesuatu
dengan mengacu pada ukuran tertentu seperti baik dan buruk, pandai dan bodoh,
tinggi atau rendah dan sebagainya. Penilaian bersifat kualitatif dan merupakan
hasil dari kegiatan evaluasi. Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi
bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan
berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.48
Penilaian
hasil belajar secara luas adalah memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
46
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, h. 129. 47
Ibid., h. 136. 48
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Bilama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. 1, h. 14.
33
proses dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan terencana serta
berkesinambungan.49
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terpogram dengan
menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis ataupun lisan, pengamatan
kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek, dan/produk,
portopolio, serta penilaian diri.50
Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh
guru. Melalui kegiatan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan peserta
didik dalam berbagai hal seperti, intelegensi, bakat khusus, hubungan sosial, sikap
dan kepribadian siswa.51
Menurut Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, dalam
bukunya menjelaskan bahwa, “tujuan dilakukannya penilaian antara lain: (1)
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa; (2) mengukur pertumbuhan dan
perkembangan siswa; (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa; (4) untuk
memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka
perbaikan”.52
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi atau penilaian hasil
belajar mempunyai peran yang tidak kalah penting dengan penetapan tujuan dan
proses pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan dilakukannya penilaian adalah
untuk mengetahui tingkat pencapaian proses dan hasil dari pembelajaran, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai bahan koreksi untuk pembelajaran yang akan
datang. Mengingat begitu pentingnya penilaian dalam suatu pembelajaran maka
dalam pelaksanaan penilaian perlu memperhatikan hal-hal penting yang telah
menjadi prinsip dari penilaian itu sendiri.
49
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2015, Cet. 1, h. 11. 50
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers, 2013, Ed. 2, Cet. 2, h. 13. 51
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006, Cet. 1, h. 4 52
Ibid.
34
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penerapan metode
analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan
hasil positif setelah penggunaan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
dalam proses pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Amiruddin yang berjudul
“Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Model Analogi untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan
Sistem Pengapian Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”, menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran konstruktivistik model analogi dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai ketuntasan
klasikal kelas 85%.53
Penelitian yang berjudul “Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia,”
oleh I Wayan Suja.54
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan
mendeskripsikan analogi-analogi yang biasa digunakan oleh guru-guru dalam
mengajarkan konsep-konsep kimia di SMA. Penelitian dilakukan pada tahun 2013
dengan melibatkan masing-masing dua orang guru kimia dari seluruh SMA
Negeri dan Swasta yang memiliki jurusan IPA di kota Singaraja. hasil
penelitiannya menunjukkan, guru-guru menggunakan analogi-analogi tersebut
masih bersifat tunggal dan belum disertai pemetaan kemiripan fitur-fitur analog
degan konsep target. Kondisi ini berpeluang menimbulkan terjadinya over
interpretasi dan miskonsepsi bagi siswa. Oleh karena itu, disarankan
menggunakan analogi ganda berupa FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), sehingga lebih
banyak fitur target yang bisa diperkenalkan kepada pembelajar.
53
Muhammad Amirudin, “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Analogi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan Sistem
Pengapian Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”, Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 176, tidak dipublikasikan. 54
I Wayan Suja, “Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia”, Jurnal Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014, h. 1
35
“Pengajaran Kondisi Termal Menggunakan Analogi Konduksi Listrik”.55
Oleh Neny Kurniasih, Novitrian, dan Wahyu Srigutomo, menunjukkan bahwa
penggunaan analogi memudahkan dalam memahami konsep konduksi listrik.
Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan analogi FAR oleh David F.
Treagust bahwa minat penelitian yang difokuskan pada memahami pemikiran
murid terhadap konsep, analogi dan model sains serta bagaimana pemikiran ini
bisa berkontribusi dalam memperbaiki pemahaman serta meningkatkan kualitas
rancangan kurikulum dan pengajaran guru di kelas. Para guru yang telah
menggunakan metode FAR dikelas mereka bahwa adanya peningkatan
pemahaman siswa terhadap konsep sains yang diajarkan dengan menggunakan
analogi.56
Uswatun Khasalah dalam penelitiannya menggunakan analogi terhadap
keterampilan berpikir rasional siswa SMA.57
Hasil penelitiannya menunjukkan
pengaruh yang signifikan, diperkuat dengan hasil gain ternormalisasi kelas
kontrol dengan kategori rendah, dan kelas eksperimen dengan kategori sedang.
Perbedaan kriteria ini menujukkan bahwa peningkatan yang terjadi di kelas
eksperimen yang menggunakan analogi lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan
pembelajaran yang tidak menggunakan analogi. Respon siswa sangat positif
terhadap penggunaan analogi dalam pembelajaran sistem pertahanan tubuh
manusia. Karena berdasarkan data angket didapatkan hampir seluruh siswa
menyukai pembelajaran yang menggunakan analogi. Selain itu, sebagian besar
siswa mengakui bahwa analogi, dapat menumbuhkan keterampilan berpikir
rasional (menyimpulkan, mengingat, membayangkan dan memahami konsep),
memotivasi, dan membantu untuk mempermudah memahami materi sistem
pertahanan tubuh manusia.
55
Neny Kurniasih, dkk, “Pengajaran Kondisi Termal Menggunakan Analogi Konduksi
Listrik”, Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Vol. 1, No. 3, Agustus 2009, h. 82 56
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sains, Jakarta: PT Indeks,
2013, h. 38. 57
Uswatun Khasanah, “Pengaruh Penggunaan Analogi terhadap Keterampilan Berpikir
Rasional Siswa SMA pada Konsep Sisten Pertahanan Tubuh Manusia”, Skripsi Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. 2011. Tidak diterbitkan
36
C. Kerangka Berpikir
Permasalahan yang sering ditemukan di beberapa sekolah adalah rendahnya
hasil belajar dan tingkat partisipasi atau keaktifan siswa yang kurang dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ilmu sains khususnya biologi yang
memiliki banyak konsep-konsep abstrak di dalamnya, guru dituntut tidak hanya
sekedar menyampaikan materi, melainkan sebagai fasilitator dan mediator yang
kreatif. Sedangkan siswa dituntut berperan aktif dan berusaha menemukan konsep
sendiri untuk kemudian dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Guru harus mampu menemukan metode dan teknik yang dapat mendukung
peranya tersebut, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan
efektif. Dengan kata lain, guru dituntut untuk dapat menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar siswa dapat
memahami konsep yang sedang dipelajari.
Permasalahan lainnya yaitu guru cenderung menggunakan metode ceramah
sehingga memberikan kesempatan untuk berinovasi dengan membuat metode
pembelajaran yang tepat bagi siswa, salah satunya dengan metode analogi FAR
(Fokus-Aksi-Refleksi). Mengajar dengan metode analogi FAR ini diharapkan
dapat lebih menyenangkan dan memotivasi murid.
Salah satu konsep yang sulit dipahami di kelas XI adalah sistem ekskresi
karena banyaknya istilah-istilah asing yang membuat siswa sulit untuk
memahaminya. Pada konsep ini diharapkan dengan menggunakan metode analogi
FAR akan membuat siswa lebih mudah mamahami materi yang dipelajari,
sehingga pembelajarannya dapat menyenangkan dan hasil belajarnya dapat
memenuhi standar kompetensi.
Pada penelitian ini, peneliti menghubungkan analogi FAR dengan hasil
belajar siswa, dengan indikator-indikator C1-C4. Adapun indikatornya dalam
buku Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl yaitu mengingat, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Adapun kerangka
berfikir dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
37
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Yang diharapkan dapat terjadi peningkatan hasil belajar biologi siswa
Keunggulan analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan jarang mengkonstruk
pemahaman siswa melalui analogi yang berkaitan dengan konsep serta
banyak konsep-konsep biologi yang bersifat abstrak
Menimbukan ketidakpahaman dan miskonsepsi yang berdampak pada hasil
belajar biologi siswa rendah
Dengan demikian solusi yang peneliti tawarkan yaitu penerapan metode
analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Mengapa?
1. Penggunaan analogi dengan metode analogi FAR dapat
memperdalam pengenalan analog, dan mempertegas pemetaan sifat-
sifat bersama dan bukan bersama
2. Penggunaan metode analogi FAR dapat mendorong guru
mengevaluasi pengajaran secara teratur, sehingga akan
meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran
38
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teoritis dan penyusunan kerangka berpikir yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Terdapat pengaruh penggunaan metode analogi FAR (Fokus-
Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa”.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 86 Jakarta yang terletak di Jalan
Bintaro Permai IV No. 36 Kelurahan Bintaro, kecamatan Pesanggrahan, Jakarta
Selatan. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap pada bulan
Mei tahun ajaran 2016/2017.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design.
Pemilihan metode penelitian ini dikarenakan kelas yang akan dijadikan objek
dalam penelitian tidak memungkinkan untuk dilakukan pengontrolan secara ketat.
Oleh karena itu, penelitian dilakukan secara kondisional namun tetap
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi validitas hasil penelitian.
Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control
group design, karena pada penelitian ini kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak dipilih secara rendom. Desain ini menggunakan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen yang menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) dan kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan pembelajaran
yang sering digunakan di sekolah yaitu metode ceramah.
Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan tes awal berupa
pretes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap konsep yang akan
diajarkan. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kemudian masing-masing
kelompok diberikan tes akhir berupa postes dengan menggunakan soal yang sama
seperti pretes untuk mengetahui hasil belajar mereka. Desain penelitian ini
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
40
Keterangan:
O1 dan O3 : Hasil pretes
O2 dan O4 : Hasil postes
X1 : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen
X2 : Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.1 Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 86 Jakarta semester genap tahun
pelajaran 2016/2017. Sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa-siswi
kelas XI SMA Negeri 86 Jakarta.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.2 Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA SMA Negeri 86
Jakarta yang diperoleh dengan simple random sampling. Teknik ini merupakan
teknik penentuan sampel secara acak.3 Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol, sedangkan XI MIPA 2 sebagai
kelas eksperimen.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas (X)
dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah metode
Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Sedangkan variabel terikat (Y) adalah hasil
belajar biologi siswa.
1 V. Wiratna Sujarweni, Statistika Untuk Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 13.
2 Ibid.
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Penerbit Alfabeta, 2015, h. 120.
41
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilaksanakan dalam penilitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penilitian dan tahap akhir
penelitian.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian ini adalah
pengurusan surat observasi dan surat izin penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selanjutnya melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan tempat
untuk melaksanakan penelitian, membuat kisi-kisi intrumen penelitian
berdasarkan indikator dan ranah kognitif yang digunakan, membuat instrumen
penelitian, dan yang terakhir validasi instrumen. Langkah selanjutnya adalah
melakukan koordinasi dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru
bidang studi di sekolah yang bersangkutan untuk melakukan ujicoba (validasi)
instrumen untuk kelas XII SMA N 86 Jakarta, kemudian melakukan analisis data
hasil ujicoba instrumen tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen yang menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) dan
kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah.
Pada awal penelitian, guru memberikan pretes kepada siswa, baik pada kelompok
eksperimen maupun pada kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Lalu guru menerapkan metode
analogi FAR, dengan dua kali pertemuan di kelas, diharapkan dengan metode ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya diakhir penelitian, guru
memberikan postes dengan menggunakan soal yang sama dengan pretes untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.
3. Tahap Akhir Penelitian
Pada tahap akhir penelitian dilakukan analisis data hasil pretes dan postes
untuk mengetahui hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
42
Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik. Setelah itu dilakukan
penarikan kesimpulan yang merupakan langkah akhir pada tahap ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang digunakan untuk penelitian
diperoleh dari:
1. Tes
Arikunto mendefinisikan tes sebagai suatu alat atau prosedur yang sistematis
dan objektif untuk memperoleh data yang diinginkan dengan cara yang tepat.4
Dalam penelitian ini, tes dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar
siswa. Tes ini meliputi pretes dan postes dalam bentuk pilihan ganda. Pretes
adalah tes yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal
siswa sebelum penerapan metode analogi FAR. Sedangkan postes adalah tes yang
dilakukan setelah penerapan metode analogi FAR untuk melihat hasil belajar
siswa akibat adanya perlakuan.
2. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.5
Dalam penelitian ini, aspek yang diamati yakni observasi dari aspek
pembelajaran menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) yang
dilakukan oleh guru. Observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil
belajar siswa, seperti tingkah laku siswa pada waktu belajar, berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan lain-lain.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen pada suatu penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.6 Penelitian ini digunakan
instrumen tes hasil belajar dan lembar observasi proses belajar.
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h. 46
5 Suharsimi, op. cit. h. 45.
43
1. Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk penilaian kognitif siswa dengan melakukan
pretes dan postes hasil belajar individu pada konsep sistem ekskresi. Adapun tes
tertulis yang digunakan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 5
pilihan jawaban. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan
(pretes) dan sesudah perlakuan (postes) yang keduanya dibuat sama untuk dua
kelompok penelitian. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji-
cobakan di kelas XII MIPA. Hali ini bertujuan untuk menguji apakah tes tersebut
telah memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian dengan dilakukan uji
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada setiap soal.
Adapun indikator yang digunakan, berdasarkan Revisi Taksonomi
Pendidikan Bloom oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl yaitu
mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), evaluasi
(C5), dan mencipta (C6). Dalam penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada ranah
kognitif C1-C4, yang disesuaikan dengan indikator kurikulum 2013.
Penggunakan analogi FAR akan lebih efektif jika siswa mampu membuat analogi
sendiri berdasarkan pemikiran siswa. Untuk lebih memahami instrumen tes pada
penelitian ini, kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian7
6 Sugiyono, op. cit., h. 147.
7 Lampiran 6, h. 121.
Indikator
Pembelajaran
Aspek
Kognitif
Jumlah
Soal
Jumlah
Soal
Validasi
No Soal
valid
C1 C2 C3 C4 C5
Menjelaskan
tentang
metabolisme
dalam tubuh
manusia
1,2 3,4,5,6,7 7 6 1,2,3,4,5
,7
Menjelaskan
tentang
struktur, fungsi
dan proses
15,
16,
18,
21,
8,9,10,13
,14,17,19
,20,22,27
,28,30,31
12,
29
24,
25,
33,
34
32 29 13 10,12,14
,15,16,1
7,20,27,
28,29,31
44
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan metode pengumpulan data secara sistematis
melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian. Beberapa komponen yang tercakup saat menggunakan observasi yaitu
pemilahan, pengubahan, pencatatan, pengodean, dan tujuan empiris.8
Lembar observasi ini berupa daftar cek (check list) yaitu deretan pernyataan
(yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal
membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah di sediakan.9 Lembar
observasi pada penelitian ini yaitu berupa observasi untuk menilai aspek
pembelajaran menggunakan metode analogi FAR yang dilakukan guru pada saat
mengajar. Jenis observasi tersebut digunakan sebagai pedoman dalam mengamati
pelaksanaan pembelajaran metode analogi FAR yang diterapkan selama proses
pembelajaran.
Lembar observasi digunakan ketika proses belajar mengajar berkaitan dengan
aktivitas guru selama pembelajaran. Selain itu, lembar observasi ini digunakan
untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tahapan kegiatan pembelajaran pada
metode analogi FAR. Adapun kisi-kisi instrumen dalam bentuk observasi dapat
dilihat dari tabel 3.3 berikut ini:
8 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitati, Jakarta: Bumi Aksara,
cet. ke, 3, 2015, h. 42-43. 9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evalusi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h. 43.
dalam sistem
ekskresi
manusia
23,
26
,27,28,31 ,33,34
Menjelaskan
gangguan/kelai
nan yang
terjadi pada
sistem ekskresi
39 35,
36,
37,
38,
40,
41,
42,
43
9 5 35,37,40
,41,42
Jumlah Soal yang valid 24
45
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi10
No Aspek
FAR
Sub Dalam
Aspek Keterangan No Butir
1 Fokus Konsep Melakukan identifikasi awal
kepada konsep ajar yang
berkaitan dengan tingkat
kesulitannya, keasingannya
dan tingkat berpikir
abstraknya.
2 Siswa Menggali informasi tentang
hal-hal yang sudah diketahui
siswa seputar konsep tersebut
1
3 Analog Peneliti mencari tahu apakah
para siswa mengenal
analognya. Hal ini untuk
menentukan apa dan
bagaimana konsep ajar dapat
dianalogikan
2,3,4,5
4 Aksi Mirip Mendiskusikan ciri-ciri pada
analog dan konsep sains.
Menggambarkan kesamaan di
antara keduanya.
6,8,9
5 Tidak
Mirip
Mendiskusikan pula saat di
mana analog tidak mirip
dengan konsep sains
7
6 Refleksi Kesimpulan Tahap ini adalah tahap di
mana peneliti membuat
beberapa pertanyaan.
Beberapa pertanyaannya
10,11,12,13,
14
10
Lampiran 9, h. 154.
46
adalah: apakah analog ini
jelas, berguna, atau
membingungkan? Apakah
hasilnya sesuai rencana?
7 Perbaikan Pertanyaannya adalah:
berdasarkan hasilnya, apakah
ada perubahan diperlukan di
waktu yang lain, saat garu
menggunakan analogi ini?
H. Kalibrasi Instrumen
Sebelum tes digunakan sebagai instrumen, terlebih dahulu diuji-cobakan
kepada responden, dalam hal ini di luar sampel yang telah ditetapkan. Setelah itu
instrumen diukur tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda,
sehingga dapat dipertimbangkan instrumen tersebut dapat dipakai atau tidak.
Untuk menghitung kalibrasi intrumen dalam penelitian ini penulis
menggunakan alat bantu perhitungan analisis data yaitu program Anates. Adapun
langkah-langkah penggunaan program Anates yaitu: Pertama, buka program
anates versi 4.0.9. Kedua, pilih jalankan anates Pilihan Ganda. Ketiga, pilih buat
file baru kemudian mengisi jumlah subyek/siswa, jumlah butir soal dan jumlah
pilihan jawaban. Keempat, mengisi nama siswa, kunci jawaban soal dan jawaban
siswa pada kolom yang telah disediakan kemudian kembali ke menu utama.
Kelima, pilih olah semua otomatis pada kolom penyekoran. Keenam, melihat hasil
penyekoran kemudian pilih cetak ke file untuk disimpan dan dicetak.
1. Uji Validitas
Karakteristik intrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaknya memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki validitas yang baik. Validitas berasal dari kata
validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan
47
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.11
Validitas suatu
instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu
tes mengukur yang hendak diukur. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan
adalah bahwa hanya valid suatu tujuan tertentu saja.12
Selain itu juga, bahwa
validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran
menggambarkan segi atau aspek yang diukur.13
Pengujian validitas adalah dengan
menggunakan validitas item. Pengertian umum untuk validitas item adalah
demikian sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar
terhadap skor total. Skor item menyebabkan skor total menjadi tinggi jika skor
pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.14
Untuk mengetahui validitas
di atas digunakan rumus Product Moment dengan rumus.
Menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa sebuah tes disebut valid
apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengukur
validitas tes, dapat ditentukan dengan menggunakan korelasi Product Moment
sebagai berikut:15
RXY =
√
Keterangan:
RXY : koefisien korelasi
N : banyaknya sampel
X : jumlah skor untuk tiap butir soal
Y : jumlah skor total
X2 : jumlah kuadrat tiap butir soal
Y2 : jumlah kuadrat skor total
XY : jumlah perkalian antara X dan Y
11
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006, h. 105. 12
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013, h. 122. 13
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013, h. 228. 14
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013, h.
90. 15
Ibid., h. 87.
48
Perhitungan validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program Anates.16
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dari total soal
pilihan ganda sebanyak 43 soal, didapatkan 24 soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3,
4, 5, 7, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 20, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 40, 41, 42.
Sedangkan soal yang tidak valid sebanyak 19 soal.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabelitas tes berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasil berubah-ubah,
perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Reliabelitas juga bermakna keterandalan, keajegan, kestabilan, atau
konsistensi, dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
dan konsisten.17
Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas
yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam
mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki
persyaratan maka semakin yakin dikatakan bahwa dalam hasil suatu tes
mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.18
Nilai reliabilitas
dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Untuk mengetahui
reliabilitas instrumen menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder
Richardson KR-20 sebagai berikut:19
= (
) (
)
Keterangan:
: reliabilitas tes secara keseluruhan
n : banyaknya item
p : proporsi subjek yang menjawab item yang benar
16
Lampiran 10, h. 158. 17
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006, h. 105. 18
Sukardi, op. cit., h. 127-128. 19
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013, h.
115.
49
q : proporsi subjek yang menjawab item yang salah
: jumlah perkalian antara p dan q
S
: standar deviasi
3. Tingkat Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang
(proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.20
Untuk
mengetahui tingkat kesukaran soal apakah soal itu tergolong sukar, sedang, atau
mudah maka soal-soal tersebut terlebih dahulu diujikan taraf kesukarannya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:21
P =
Keterangan:
P : proporsi (tingkat kesukaran)
B : jumlah siswa yang menjawab benar
N : jumlah peserta tes
Perhitungan tingkat kesukaran dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program Anates.22
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 43
soal yang diuji cobakan. Adapun kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat pada
tabel 3.4 berikut ini:23
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran
Interval Kriteria
0 .00 – 0.30 Sukar
0.31 – 0.70 Sedang
0.71 – 1.00 Mudah
20
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 266. 21
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006, h. 103. 22
Lampiran 11 , h. 161. 23 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2010, h. 134.
50
4. Daya Pembeda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan
kelompok siswa yang kurang pandai. Daya pembeda ini dihitung menggunakan
rumus:24
D =
Keterangan:
D : daya pembeda
Ba : jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas
Bb : jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah
N : jumlah peserta tes
Perhitungan daya pembeda dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program Anates.25
Adapun kriteria indeks daya pembeda dapat
dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:26
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda
Interval Keterangan
0 .40 – ke atas Sangat Baik
0 .30 – 0.39 Baik
0 .20 – 0.29 Cukup, soal perlu
perbaikan
0 .19 – ke bawah Kurang Baik, soal harus
dibuang
I. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis agar
dapat dipahami bukan hanya oleh peneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian, maka data yang diperoleh harus diuraikan melalui
analisis data.
24
Ahmad Sofyan, dkk. Op. cit, h. 104. 25
Lampiran 12, h. 164. 26
Zaenal Arifin, op.cit., h. 133.
51
1. Perhitungan N-Gain
Setelah diperoleh data nilai pretes dan postes, kemudian dilakukan
perhitungan N-Gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang diperoleh
setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut.27
N-Gain =
Dengan kategorisasi perolehan:
Tabel 3.6 Kriteria N-Gain28
Rentang Kriteria
(<g>) > 0.7 Tinggi
0.7 > (<g>) > 0.3 Sedang
(<g)>) < 0.3 Rendah
2. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, terlebih dahulu data
dilakukan uji normalitas. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data
keadaan awal populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji nomalitas yang
digunakan adalah uji Liliefors.
Langkah-langkah uji Lilliefors adalah sebagai berikut:29
27
Yanti Herlanti, “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains”, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h. 71, tersedia melalui http://dhetik.weebly.com diunduh pada tanggal 22 April 2017.
28 Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, 1999, h. 1 tersedia melalui
www.physics.indiana.com diunduh pada tanggal 25 April 2017. 29
Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005, h. 466-467.
52
1) Pengamatan x1, x2, . . . xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . . zn dengan
menggunakan rumus zi = ̅
( ̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan
simpangan baku sampel).
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan meggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . . zn yang lebih kecil atau sama dengan zi.
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:
S(zi) =
4) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Sebutlah harga tersebar ini Lo atau Lhitung.
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, dibandingkan Lo dengan nilai
kritis L/Ltabel yang diambil dari daftar nilai kritis uji Liliefors untuk taraf nyata α
yang dipilih. Jika Lhitung < Ltabel, maka Ho diterima yang berarti data berdistribusi
normal. Sebaliknya Lhitung > Ltabel, maka Ho ditolak yang berarti data tidak
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Persyaratan uji analisis yang kedua adalah uji homogenitas. Uji homogenitas
dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari
kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t
yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan
dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau
tidak.
Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan uji Fisher dengan rumus
sebagai berikut:30
30
Ibid., h. 249.
53
Fhitung =
=
Kriteria hipotesis uji homogenitas untuk menganalisis data dalam penelitian yaitu
jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima yang berarti varians antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol homogen. Sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang
berarti varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen.
c. Uji Hipotesis
Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji
parametrik dengan menguji hipotesis statistik menggunakan rumus uji-t dengan
taraf signifikan α = 0.05. Adapun rumus uji t sebagai berikut:31
thitung = –
√
dengan S2
=
Keterangan:
1 : rata-rata skor kelompok eksperimen
2 : rata-rata skor kelompok kontrol
n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : jumlah sampel kelompok kontrol
s1 : nilai varians kelompok eksperimen
s2 : nilai varians kelompok kontrol
s : nilai varians gabungan
J. Hipotesis Statistika
Perumusan hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
31
Ibid., h. 239.
54
Keterangan:
Ho: tidak terdapat pengaruh dari penerapan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa
Ha : terdapat pengaruh dari penerapan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
terhadap hasil belajar biologi siswa
µ1 : rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen
µ2 : rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas kontrol
Dengan;
Kriteria sebagai acuan
skor benar
Nilai = X 100
Skor maksimal x 1
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang terkumpul dari tes
hasil belajar biologi yang diberikan kepada siswa kelas XI SMAN 86 Jakarta
berupa pretes dan postes yang dilakukan pada dua kelas yang berbeda, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan metode
Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) pada kelas XI MIPA 2 (27 siswa), sedangkan
kelas kontrol menggunakan pendekatan pembelajaran metode ceramah pada kelas
XI MIPA 1 (25 siswa). Pretes diberikan sebelum perlakuan dilakukan yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua kelompok
tersebut. Postes diberikan setelah perlakuan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa dalam memahami konsep
yang diajarkan di kelas.
Instrumen yang digunakan pada pretes dan postes dalam penelitian ini
meliputi data hasil belajar biologi siswa melalui tes kognitif sebanyak 30 soal
pilihan ganda yang telah diuji coba dan dianalisis. Selain itu juga terdapat data
sekunder (data pendukung) berupa lembar observasi. Berdasarkan data yang
terkumpul maka akan dijelaskan gambaran umum dari data yang diperoleh, yaitu
data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol, pengujian
hipotesis dan pembahasan dari hasil penelitian.
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing kelas diberikan tes awal
(pretes) terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana
pengetahuan awal siswa tentang konsep yang akan diajarkan, yakni konsep sistem
ekskresi. Hasil perhitungan data pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sebelum diberi perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.1.
56
Tabel 4.1 Data Skor Pretes1
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 27 25
Skor tertinggi 66.67 63.34
Skor terendah 10 10
Rata-rata 35.558 36.289
SD 12.676 16.407
Nilai rata-rata diperoleh dari penjumlahan skor hasil pretes masing-masing
siswa kemudian dibagi jumlah keseluruhan siswa pada tiap kelas. Dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran
biologi yaitu sebesar 75 dari nilai maksimum 100. Berdasarkan hasil pretes pada
tabel 4.1, hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan total 27 siswa
diperoleh nilai rata-rata sebesar 35.558 dan standar deviasi sebesar 12.676.
Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 25 siswa diperoleh nilai rata-rata
sebesar 36.289 dan standar deviasi sebesar 16.407. Dari data tersebut menunjukan
bahwa pemahaman siswa pada kedua kelas masih cenderung rendah. Rendahnya
hasil belajar siswa dirasa wajar dikarenakan memang belum dilakukan kegiatan
pembelajaran berkaitan dengan konsep yang diajarkan.
Berikut disajikan Diagram perolehan hasil pretest kelas eksperimen dan
kelas kontrol:
1 Lampiran 14, h. 170.
57
Gambar 4.1 Diagram Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan diagram 4.1 di atas terlihat bahwa secara keseluruhan nilai
pretest berada pada rentang 10-72. Perbedaan rentang nilai yang cukup signifikan
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu pada hasil pretest kelas
eksperimen dengan nilai rata-rata sebesar 35.558 telihat pada rentang nilai 37-45.
Pada rentang 64-72 dengan nilai rata-rata sebesar 35.558 hanya pada kelas
eksperimen saja yang terdapat nilai, sedangkan kelas kontrol unggul pada rentang
nilai antara 46-54, dan 55-63. Dengan demikian terlihat jelas jika pada rentang
nilai yang rendah, rata-rata kelas kontrol lebih unggul dibanding kelas
eksperimen, sedangkan pada rentang nilai yang tinggi, rata-rata kelas eksperimen
lebih unggul dibanding kelas kontrol.
2. Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, masing-masing kelas diberikan tes
akhir (postes). Hal ini dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberi
perlakuan berupa kegiatan pembelajaran. Hasil perhitungan data postes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan yang berbeda dapat dilihat
pada tabel 4.2.
0
2
4
6
8
10
12
10.0-18 19-27 28-36 37-45 46-54 55-63 64-72
1 2 3 4 5 6 7
Jum
ah S
isw
a
Rentang Nilai
Hasil pretes Eksperimen dan Kontrol
Kelas Kelas
XI MIPA 1 XI MIPA 2
Keterangan
58
Tabel 4.2 Data Skor Postes2
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 27 25
Skor tertinggi 91.67 90
Skor terendah 70 60
Rata-rata 82.099 76.403
SD 6.388 8.709
Nilai rata-rata diperoleh dari penjumlahan skor hasil postes masing-masing
siswa kemudian dibagi jumlah keseluruhan siswa pada tiap kelas. Dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran
biologi yaitu sebesar 75 dari nilai maksimum 100. Berdasarkan hasil postes pada
tabel 4.2, hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan total 27 siswa
diperoleh nilai rata-rata sebesar 82.099 dan standar deviasi sebesar 6.388.
Sedangkan pada kelas kontrol dengan total 25 siswa diperoleh nilai rata-rata
sebesar 76.403 dan standar deviasi sebesar 8.709. Dari data tersebut menunjukan
bahwa pemahaman siswa pada kedua kelas mengalami peningkatan apabila
dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran.
Berikut disajikan Diagram perolehan hasil postest kelas experimen dan
kelas kontrol:
2 Ibid.
59
Gambar 4.2 Diagram Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan diagram 4.2 di atas terlihat bahwa secara keseluruhan nilai
postest berada pada rentang 60-94. Perbedaan rentang nilai yang cukup signifikan
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen telihat pada 80-84. Rentang nilai antara
60-64, dan 70-74 kelompok kontrol lebih unggul dibanding kelompok
eksperimen. Rata-rata setelah diberikan perlakuan metode analogi FAR pada kelas
eksperimen dengan nilai rata-rata sebesar 82.099, terdapat perbedaan yang cukup
signifikan, yaitu nilai rata-rata pada kelompok ekperimen berada pada rentang 80-
84, sedangkan pada kelompok kontrol dengan nilai rata-rata sebesar 76.403
berada pada renang 70-74. Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara
keseluruhan kelompok eksperimen lebih unggul daripada kelompok kontrol. Ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode analogi FAR
terhadap hasil belajar biologi siswa.
3. Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji Normal Gain (N-Gain) ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan skor
pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94
1 2 3 4 5 6 7
Jum
lah
Sis
wa
Rentang Nilai
Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelas KelasXI MIPA 1 XI MIPA 2
60
berbeda. Data N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel
4.3.
Tabel 4.3 Data Skor N-Gain3
N-Gain Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tertinggi 0.90 0.82
Terendah 0.38 0.18
Rata-rata 0.71 0.60
Kategori Tinggi Sedang
Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar biologi
siswa, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Hal ini dapat
dilihat dari skor rata-rata nilai N-Gain kelas eksperimen sebesar 0.71 yang
termasuk dalam kategori tinggi dan rata-rata nilai N-Gain kelas kontrol sebesar
0.60 yang termasuk dalam kategori sedang. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil
rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil rata-rata
N-gain pada kelas kontrol. Skor terendah N-Gain pada kelas eksperimen pun lebih
tinggi dari skor terendah pada kelas kontrol.
Frekuensi N-Gain kedua kelas, baik pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Frekuensi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol4
Kategori N-Gain Frekuensi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rendah 0 0
Sedang 10 14
Tinggi 17 11
Jumlah 27 25
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata N-Gain antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol mempunyai kategori yang berbeda yaitu kategori tinggi untuk kelas
3 Lampiran 15, h. 172.
4 Ibid.
61
eksperimen dan kategori sedang untuk kelas kontrol. Kedua kelas memiliki nilai
dengan kategori N-Gain yang beragam. Pada kelas eksperimen sebanyak 17 orang
siswa memiliki nilai dengan kategori N-Gain tinggi, 10 orang siswa kategori
sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki nilai dengan kategori N-Gain
rendah. Sedangkan pada kelas kontrol terdapat 11 orang siswa yang memiliki nilai
dengan kategori N-Gain tinggi, 14 orang siswa yang memiliki nilai dengan
kategori N-Gain sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki N-Gain dengan
kategori rendah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
B. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Instrumen observasi disusun berdasarkan sintaks atau tahapan dalam
penggunaan metode analogi FAR ketika proses pembelajaran berkaitan dengan
aktivitas guru selama pembelajaran. Selain itu, observasi ini dilakukan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tahapan kegiatan pembelajaran pada metode
Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Hasil observasi tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru5
No
Tahap
Analogi
FAR
Pertanyaan
Hasil
observasi
ya tidak
1
Fokus
Guru memberikan pemahaman tentang
analogi, diharapkan agar siswa tidak
asing/sudah mengenal analognya
√
2 Guru meningkatkan pengenalan dan
pemahaman siswa melalui contoh atau
penggambaran dari analognya
√
3 Guru memastikan kembali dengan
memberikan pertanyaan, apakah siswa dapat
√
5 Lampiran 9, h. 154.
62
melewati tahap mengenal analognya dengan
baik
4 Analogi yang dipilih tidak mempunyai konsep
sains yang salah
√
5
Aksi
Guru memperhatikan tingkat keakraban para
siswa dengan analognya
√
6 Guru mengemukakan kemiripan antara analog
dengan target
√
7 Guru mengemukakan ketidakmiripan antara
analog dengan target
√
8 Guru mengulas kembali konsep rujukan dan
memperkenalkan konsep target pada saat
bersamaan
√
9 Guru melakukan penggambaran dalam rangka
meningkatkan pengenalan dan pemahaman
√
10 Guru melakukan penulisan terhadap hal-hal
penting seputar konsep
√
11 Guru melakukan penarikan kesimpulan
terhadap apa yang telah dipelajari
√
12
Refleksi
Analogi yang digunakan cukup jelas √
13 Analogi yang digunakan berguna √
14 Analogi yang digunakan tidak
membingungkan siswa
√
Berdasarkan tabel 4.5, hasil observasi kegiatan pembelajaran menunjukan
bahwa guru telah melaksanakan semua tahapan pembelajaran dengan
menggunakan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), baik pada pertemuan
pertama maupun pada pertemuan kedua.
63
C. Uji Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji Liliefors dengan taraf signifikansi 5% (α = 0.05). Adapun
kriteria uji normalitas yaitu jika Lo < Ltabel, berarti data berdistribusi normal.
Sedangkan, jika Lo > Ltabel, berarti data berdistribusi tidak normal.
a. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan data pretes
kelas kontrol, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol6
Statistika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah siswa 27 25
Rata-rata 35.55 33.75
SD 16.40 16.93
Lo 0.087 0.16
Ltabel 0.17 0.17
Kesimpulan data berditribusi normal data berdistribusi normal
Pada tabel 4.6 didapatkan hasil Lo skor pretes kelas eksperimen sebesar 0.087
dan Ltabel (n=27) sebesar 0.17. Ini menunjukan bahwa skor pretes kelas
eksperimen berdistribusi normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.087
< 0.17). Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan Lo sebesar 0.16 dan Ltabel
(n=25) sebesar 0.17. Ini juga menunjukan bahwa skor postes kelas kontrol
berdistribusi normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.16 < 0.17).
Dengan demikian kedua sampel penelitian skor pretes kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal.
6 Lampiran 16, h. 174.
64
b. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan uji normalitas data postes kelas eksperimen dan data pretes
kelas kontrol, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol7
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah siswa 27 25
Rata-rata 82.09 76.40
SD 12.67 8.70
Lo 0.10 0.12
Ltabel 0.17 0.17
Kesimpulan data berditribusi normal data berdistribusi normal
Pada tabel 4.7 didapatkan hasil Lo skor postes kelas eksperimen sebesar 0.10
dan Ltabel (n=27) sebesar 0.17. Ini menunjukan bahwa skor postes kelas
eksperimen berdistribusi normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.10 <
0.17). Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan Lo sebesar 0.12 dan Ltabel (n=25)
sebesar 0.17. Ini juga menunjukan bahwa skor postes kelas kontrol berdistribusi
normal karena telah memenuhi kriteria Lo < Ltabel (0.12 < 0.17). Dengan demikian
kedua sampel penelitian skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan
pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak.
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher dengan taraf signifikansi
5% (α = 0.05). Adapun kriteria kriteria uji homogenitas yaitu jika Fhitung < Ftabel,
berarti data dari kedua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen.
Sedangkan, jika Fhitung > Ftabel, berarti data tidak homogen.
a. Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data, maka diperoleh data hasil uji
homogenitas pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
7 Lampiran 17, h. 176.
65
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretes8
Data Jumlah
N kelas eksperimen 27
N kelas kontrol 25
S2 terbesar 286.90
S2 terkecil 160.68
Fhitung 1.78
Ftabel 1.94
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan Fhitung sebesar 1.78. Pada taraf signifikansi
5% (α = 0.05) dengan df untuk pembilang (N1=24) dan df untuk penyebut
(N2=26) diperoleh Ftabel sebesar 1.94. Maka Fhitung < Ftabel (1.78 < 1.94), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang sama atau homogen.
b. Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data, maka diperoleh data hasil uji
homogenitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Postes9
Data Jumlah
N kelas eksperimen 27
N kelas kontrol 25
S2 terbesar 75.86
S2 terkecil 40.81
Fhitung 1.85
Ftabel 1.94
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan Fhitung sebesar 1.85. Pada taraf signifikansi
5% (α = 0.05) dengan df untuk pembilang (N1=24) dan df untuk penyebut
(N2=26) diperoleh Ftabel sebesar 1.94. Maka Fhitung < Ftabel (1.85 < 1.94), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang sama atau homogen.
8 Lampiran 18, h. 178.
9 Lampiran 19, h. 179.
66
D. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil
belajar kedua kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen,
sehingga pengujian data hasil belajar kedua kelompok dilanjutkan pada analisis
data selanjutnya, yaitu pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Pengujian
hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terhadap hasil
belajar biologi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Analogi FAR
(Fokus-Aksi-Refleksi). Kriteria hasil kesimpulan uji-t yaitu jika thitung < ttabel maka
Ho diterima dan jika thitung > ttabel maka Ho ditolak.
1. Pretes
Hasil perhitungan menggunakan uji-t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji-t Pretes10
Keterangan Nilai Rata-Rata
Kelompok Eksperimen Kontrol
X 35.55 33.75
thitung 0.46
ttabel 2.00
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Berdasarkan tabel 4.10 dari pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata pretes
kedua kelas didapatkan nilai thitung sebesar 0.46 dan ttabel sebesar 2.00. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung < ttabel (0.46 < 2.00). Dengan
demikian Ho diterima dan H1 ditolak pada taraf signifikan 5% (α = 0.05). Hal ini
menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa sebelum
menggunakan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) di kelas eksperimen.
10
Lampiran 20, h. 180.
67
2. Postes
Hasil perhitungan menggunakan uji-t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji-t Pretes11
Keterangan Nilai Rata-Rata
Kelompok Eksperimen Kontrol
X 82.09 76.40
thitung 2.88
ttabel 2.00
Kesimpulan Terdapat perbedaan yang signifikan
Berdasarkan tabel 4.11 dari pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata pretes
kedua kelas didapatkan nilai thitung sebesar 2.88 dan ttabel sebesar 2.00. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung > ttabel (2.88 > 2.00). Dengan
demikian Ho ditolak dan H1 diterima pada taraf signifikan 5% (α = 0.05). Hal ini
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan metode
Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 86 Jakarta dengan sampel kelas XI MIPA
2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol. Konsep
yang dianalogikan dalam penelitian ini yaitu pada organ ginjal, mekanisme
pembentukan urin, dan kulit, dengan ketentuan kelas eksperimen diberi perlakuan
dengan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), sedangkan kelas kontrol
dengan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Metode
ini cenderung digunakan oleh guru di sekolah tersebut.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi mengenai keadaan siswa kelas XI MIPA di SMAN 87 Jakarta.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru mata
pelajaran biologi, diketahui bahwa kelas XI MIPA pada sekolah tersebut memiliki
11
Ibid.
68
kemampuan yang sama, atau dengan kata lain tidak ada pengelompokan atau
pembedaan kelas antara siswa pintar dengan siswa yang kurang pintar. Hal ini
diperkuat oleh hasil rata-rata pretes kedua kelas yang tidak jauh berbeda. Hasil
perhitungan uji-t pada kedua kelas untuk nilai pretes pun menunjukan nilai yang
tidak jauh berbeda. Rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen yaitu 35.558,
sedangkan skor rata-rata pretes pada kelas kontrol yaitu 36.289. Hasil pengujian
yang diperoleh dengan uji-t pada rata-rata skor pretes tersebut pun menunjukan
bahwa hasil thitung < ttabel, sehingga dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan
hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas, artinya kedua kelas memiliki
pengetahuan awal yang sama khususnya pada konsep sistem ekskresi.
Pada pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru dalam proses
pembelajaran di SMAN 86 Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama dua kali
pertemuan, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Setelah
dilaksanakan pretes, masing-masing kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kelas XI MIPA 2 sebagai kelas
eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode
analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi), sedangkan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas
kontrol mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah.
Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen, siswa masih belum memahami
konsep materi sistem ekskresi dengan menggunakan metode analogi FAR (Fokus-
Aksi-Refleksi) yang disajikan, dikarenakan siswa tidak mengetahui apa itu metode
analogi FAR, hal ini membuat guru harus menjelaskan terlebih dahulu tentang
metode analogi FAR dan juga siswa baru pertama kali melakukan pembelajaran
dengan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi). Namun pada pertemuan
selanjutnya terjadi perubahan yang lebih baik. Siswa sudah mulai memahami
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sehingga siswa dapat dengan
baik memahami materi yang disajikan. Saat menjelaskan konsep materi ginjal dan
bentuknya dengan metode analogi FAR, ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan, yaitu Fokus, peneliti menjelaskan konsep ginjal sejelas mungkin.
Untuk membantu memahami gambaran ginjal, peneliti menganalogikan dengan
biji kacang ercis, yang terdengar populer dikalangan siswa. Tahapan kedua, yaitu
69
Aksi, di sini para siswa memetakan kemiripan dan ketidakmiripan analog dan
target. Inila esensi sesungguhnya dari penggunaan analogi, siswa harus berupaya
elaborasi, argumentasi, komunikasi, dan penggambaran secara luas dari analog
yang digunakan. Dan tahapan terakhir, yaitu tahapan Refleksi, peneliti membuat
kesimpulan dari pengajaran menggunakan metode analogi FAR, dan melakukan
perbaikan penggunaan analogi.
Setelah proses pembelajaran selesai untuk kedua kelas, maka selanjutnya
dilakukan tes akhir berupa postes untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan
siswa setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Berdasarkan data hasil postes
setelah dilakukan perhitungan menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil tes
pada kedua kelas, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun,
kelas eksperimen memperoleh hasil rata-rata skor akhir yang lebih baik daripada
hasil yang diperoleh kelas kontrol.
Hasil belajar yang didapat siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya guru, siswa dan metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses
pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses
pembelajaran cukup memiliki pengaruh yang positif terkait dengan minat dan
motivasi siswa dalam menerima pelajaran. Dan ini sedikit banyak juga berdampak
pada tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang didapatkan tampak pengaruh
metode pembelajaran analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar
biologi siswa pada konsep sistem ekskresi. Hasil yang didapatkan pada penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan pada penelitian yang pernah
dilakukan oleh Muhammad Amiruddin yang berjudul “Penerapan Pembelajaran
Konstruktivistik Model Analogi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aspek
Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan Sistem Pengapian Siswa
Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
penerapan metode pembelajaran konstruktivistik metode analogi dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai ketuntasan
70
klasikal kelas 85%.12
Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) ini memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem ekskresi.
12
Muhammad Amirudin, “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Model Analogi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan dan Pemeriksaan Sistem
Pengapian Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”. Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 176, tidak dipublikasikan.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara metode Analogi
FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil uji-t yaitu thitung > ttabel (2.88 > 2.00) dengan taraf
signifikansi 5% (α = 0.05).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
1. Guru diharapkan dapat menggunakan metode analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) dalam proses pembelajaran biologi di sekolah. Namun juga perlu
disesuaikan dengan konsep biologi yang dianggap sesuai dengan metode
pembelajaran tersebut.
2. Disarankan agar penggunaan analog harus familiar dengan pengetahuan awal
siswa.
3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat menghubungkan metode
analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) ini dengan hasil belajar siswa pada ranah
afektif dan psikomotorik.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2013.
Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung:
PT Remaja Rosda karya, 2011.
Chatib, Munif. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga,
2011.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya,
2012.
Faisal, “Mengintegrasikan Revisi Taksonomi Bloom Kedalam Pembelajaran
Biologi”, Jurnal Sainsmat, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar, Vol. IV, No. 2, No.2,
September 2015.
Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Scores tersedia melalui
www.physics.indiana.com diunduh pada tanggal 25 April 2017
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Harrison, Allan G dan Richard K. Coll. Analogi dalam Kelas Sains. Jakarta: PT
Indeks, 2013.
Herlanti, Yanti. “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar
Penelitian Pendidikan Sains”. Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006.
Tersedia melalui http://dhetik.weebly.com diunduh pada tanggal 22 April
2017.
Khasanah, Uswatun. “Pengaruh Penggunaan Analogi terhadap Keterampilan
Berpikir Rasional Siswa SMA pada Konsep Sisten Pertahanan Tubuh
Manusia”, Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. 2011. tidak
diterbitkan.
73
Kisworo, Marsudi Wahyu. Revolusi Mengajar. Jakarta: Asik Generation, 2016.
Kurniasih, Neny dkk. Pengajaran Kondisi Termal Menggunakan Analogi
Konduksi Listrik, Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Vol.
1, No. 3, Agustus 2009.
Lorin, W. Anderson (eds). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Terj. Agung
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2010.
Maghfiroh, Nurul. 99 Fenomena Menakjubkan dalam Al-Qur’an. Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2015.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
Muhammad, Amirudin. “Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Analogi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Aspek Kognitif pada Kompetensi Perawatan
dan Pemeriksaan Sistem Pengapian Siswa Kelas XI TKR SMK N 2 Depok”,
Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta,
2014. tidak dipublikasikan.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.
Rosa, Friska Octavia, “Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah
Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik”, Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika,
Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung, Vol. 1, No. 2, 2015.
Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 2, Cet. 2, 2013.
Said, Alamsyah dan Andi Budimanjaya. 95 Strategi Mengajar Multiple
Intelligences. Jakarta: Prenada Media Group, 2015.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, Cet. 9, 2010.
Sari, Nurty Gofita, “Aspek Afektif Taksonomi Bloom Pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Sekecamatan Alian”, Jurnal
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah
Purworejo, 2015.
74
Silberman, Melvin L. Aktive Learning: 101 Cara Belajar Aktif. Bandung:
Nusamedia, 2011.
Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
Aksara, 2015.
Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.
Suja, I Wayan. Strategi „ERMO‟ dalam Pengajaran Konsep-Konsep Kimia,
Prosiding Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Surabaya, September 2014.
-------------------. Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia, Vol. 3, No. 2,
Oktober 2014.
Sujarweni, V. Wiratna, Statistika Untuk Penelitia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2013.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cet. 5, 2009.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Suralaga, Fadhilah dan Solicha. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2010.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran: Tori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 3, 2012.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, Cet. 19, 2014.
75
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran:
Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan
Nasional. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Winataputra, Udin S. Hakikat Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UT, 2007.
Yudhawati, Ratna dan Dany Haryanto. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011.
Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan
UIN Jakarta Press, 2006.
76
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI / II
Materi Pokok : Sistem Ekskresi
Alokasi Waktu : 8 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. KD pada KI-1
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup.
77
1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan
mengamati bioproses.
1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga
dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan
ajaran agama yang dianutnya.
2. KD pada KI-2
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta,
disiplin, tanggung jawab,dan peduli dalam observasi dan
eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama,
cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan
pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.
2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan
menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan
pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan
sekitar.
3. KD pada KI-3
3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun
organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan
bioprosesnya sehinggga dapat menjelaskan mekanisme serta
gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi
manusia melalui studi literature, pengamatan, percobaan, dan
simulasi.
Indikator
3.9.1 Menjelaskan metabolisme tubuh pada manusia
3.9.2 Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses dalam sistem
ekskresi manusia
3.9.3 Mengaitkan struktur, fungsi dan proses dalam sistem
ekskresi manusia
78
3.9.4 Membandingkan struktur, fungsi dan proses dalam sistem
ekskresi manusia, ikan, amfibi, reptilian, aves, mammalia,
dan invertebrata
3.9.5 Mengidentifikasi kelainan/gangguan yang terjadi pada sistem
ekskresi
4. KD pada KI-4
4.10 Menyajikan hasil analisis tentang hasil analisis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan
gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagai bentuk media
presentasi
Indikator
4.10.1 melakukan analisis tentang contoh teknologi
penanggulangan akibat kelainan yang terjadi pada sistem
ekskresi manusia dan hewan
C. Tujuan Pembelajaran
Menjelaskan tentang struktur, fungsi, dan proses dalam sistem
ekskresi terutama pada konsep ginjal dengan menggunakan
analogi.
D. Materi Pembelajaran
Ekskresi adalah pengeluaran atau pembuangan zat-zat sisa
metabolisme dari dalam tubuh. Metabolisme di dalam jaringan tubuh akan
menghasilkan energi dan senyawa sampingan berupa zat sisa atau zat
sampah. Jenis zat sampah bergantung pada jenis bahan metabolisme.
Secara garis besarnya, zat makanan penghasil energi adalah karbohidrat,
protein dan lemak. Metabolisme di dalam jaringan tubuh akan
menghasilkan zat-zat sisa.
Metabolisme karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida. Di
dalam jaringan, sebagian monosakarida akan dioksidasi, sebagian akan
diubah menjadi senyawa kimia lain sesuai kebutuhan. Dalam oksidasi
monosakarida akan dihasilkan energi, CO2, dan H2O. Metabolisme
protein memiliki hasil akhir berupa energi, CO2, H2O, NH4OH, dan NH3.
79
Sedangkan pada metabolism lipid akan dihasilkan energi dan zat sisa
berupa air dan CO2.
Proses pengeluaran zat dari dalam tubuh manusia dibedakan menjadi
tiga macam, yakni defekasi, ekskresi, dan sekresi. Defekasi adalah proses
pengeluaran sisa-sisa pencernaan makanan yang disebut feses melalui
anus. Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat metabolisme yang tidak dipakai
lagi oleh sel dan darah. Zat-zat sisa tersebut dikeluarkan dalam bentuk
urine, keringat, dan gas pernapasan. Sedangkan sekresi adalah proses
pengeluaran getah oleh sel dan kelenjar.
Struktur alat ekskresi pada manusia terdiri atas paru-paru, hati, ginjal
dan kulit. Paru-paru akan mengeluarkan CO2 dan uap air, hati
mengeluarkan cairan empedu, ginjal mengeluarkan urine, dan kulit
mengeluarkan keringat. Ginjal merupakan alat ekskresi utama, jumlahnya
sepasang, letaknya di dekat tulang pinggang. Bentuknya seperti kacang
ercis dan panjangnya sekitar 10cm. ginjal terdiri dari dua lapisan. Lapisan
luar di sebut korteks dan lapisan dalam disebut sumsum ginjal atau
medulla. Korteks mengandung jutaan unit penyaring darah yang di sebut
nefron. Setiap nefron terdiri dari badan Malpighi dan tubulus. Setiap badan
Malpighi terdiri atas glomerulus dan simpai bowman. Sumsum ginjal
mengandung banyak pembuluh-pembuluh tubulus pengumpul hasil
ekskresi dari nefron. Proses pembentukan urine di dalam ginjal, yaitu
penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolism, dilakukan oleh simpai
bowman. Penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh,
berlangsung sepanjang tubulus kontortus proksimal hingga gelung henle.
Dan yang terakhir pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dalat
disimpan dalam tubuh, berlangsung disepanjang tubulus kontortus distal
hingga tubulus kolektivus.
Sungguh sempurna ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, termasuk ciptaan-
Nya berupa organ ekskresi yang dikaruniakan kepada kita semua. Organ
itu sangat penting bagi proses ekskresi dalam tubuh kita. Oleh karena itu,
kita harus mensyukuri karunia Tuhan itu dengan menjaga kesehatan organ
80
tubuh kita. Jika fungsi organ tubuh terganggu akan menyebabkan penyakit
pada tubuh. Diantaranya, penyakit dan gangguan fungsi hati, yaitu
hepatitis, proses peradangan pada jaringan hati. Disebabkan oleh infeksi
berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan protozoa. Disebabkan
oleh hepatitis, parasite hati, obat-obatan tertentu dan kecanduan alkohol.
Gangguan pada fungsi ginjal, diantaranya Albuminuria, adanya albumin
adan protein lain di dalam urin. Nefritis, kerusakan pada glomerulus akibat
infeksi kuman. Poliuria, urine yang dikeluarkan oleh tubuh amat banyak
dan encer. Oligouria, urine yang dihasilkan sangat sedikit. Pada gangguan
hormone, diantaranya Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu
penyakit karena adanya gula dalam urine. Kelainan pada produk hormon
antidiuretika (ADH). Gangguan pada kulit, diantaranya jerawat (gangguan
kronis pada kelenjar minyak), eksem (penyakit kulit di mana kulit menjadi
kering kemerahan dan gatal-gatal bersisik), pruvitus kutanea (penyakit
kulit dengan gejala rasa gatal yang dipicu oleh iritasi saraf sensori perifer),
kudis atau scabies (penyakit kulit karena infeksi caplak atau tungau).
Sistem ekskresi pada hewan diantara pada cacing pipih yaitu sel-sel
api, pada cacing tanah yaitu nefridium, dan alat ekskresi pada belalang
berupa pembuluh malpighi. Dan alat ekskresi pada hewan vertebrata
berupa sepasang ginjal.
E. Pendekatan/model/metode Pembelajaran :
Pendekatan pembelajaran :
Saintifik dipadukan dengan metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi)
Model pembelajaran :
Pembelajaran langsung (Direct Instruction)
Pengamatan (observasi)
Metode pembelajaran :
Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Diskusi
Tanya jawab
81
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
Media : gambar dan video.
Alat/bahan : laptop, LCD, papan tulis, spidol.
Sumber belajar: Buku Biologi Kemdikbud 2013, internet
G. Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
Pembukaan
Mengucapkan salam Menjawab Salam 1 menit
Apersepsi
- Doa, absen, dan
memberikan
stimulus dengan
memberikan
pertanyaan tentang
system ekskresi
manusia (apa yang
kalian ketahui
tentang sistem
ekskresi manusia?
untuk apa oksigen
yang kita hirup
setiap saat?) lalu
dikaitkan dengan
pertemuan
sebelumnya
- Memancing rasa
ingin tahu siswa
dengan
Memperlihatkan
video tentang
metabolisme dalam
tubuh manusia.
-Doa, absen dan
merespon stimulus
dengan menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru
-memperhatikan
video yang di
berikan guru
15 menit
82
Motivasi
- Menyampaikan
sedikit pesan bahwa
kita harus harus
lebih banyak
bersyukur karena
metabolisme kita
dengan sempurna
menjalankan
tugasnya
- Memberitahu
peserta didik bahwa
kita akan
mempelajari tentang
metabolisme dalam
tubuh manusia
berupa metabolisme
karbohidrat, protein,
dan lipid dan
struktur alat ekskresi
manusia
-peserta didik
antusias
mendengarkan pesan
guru dan
bersemangat untuk
mengetahui sistem
ekskresi dalam
tubuh manusia
4 menit
Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
FASE I
(menyampaikan
tujuan dan
mempersiapkan
siswa)
- Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
- Guru meminta
siswa untuk
mempersiapkan
buku
- Siswa
memperhatikan
tujuan
pembelajaran
yang
disampaikan
guru
(mengamati)
- Siswa
menyiapkan
buku pelajaran
10
menit
FASE II
(mendemonstra
sikan
pengetahuan /
- Memberikan
pengajaran
menggunakan
analogi tentang
- Mengamati
analogi yang
digunakan oleh
guru dan
10
menit
83
keterampilan) proses
metabolisme
dalam tubuh dan
struktur alat
ekskresi terutama
pada organ ginjal
manusia serta
meminta siswa
mencatat hal-hal
penting dalam
buku tulis
masing-masing.
Guru menanyakan
“mengapa
metabolisme
karbohidrat, protein
dan lipid sangat
mempengaruhi tubuh
manusia? Jika tidak
ada metabolisme
tersebut apa yang
akan terjadi pada
manusia?” mengapa
organ ekskresi pada
manusia banyak
ragamnya? Di mana
letak organ-organ
tersebut di dalam
tubuh? Bagaimana
struktur masing-
masing dari organ
tersebut? Bagaimana
proses ekskresi pada
berbagai organ
tersebut? (menanya)
- Memberikan
kesempatan
kepada peserta
didik untuk
mendengarkan
materi yang
diberikan guru
serta mencatat
hal-hal penting
dalam buku
tulis catatan
siswa.(mengam
ati)
- siswa menjawab
pertanyaan yang
diberikan guru
- Bertanya
mengenai
informasi yang
tidak dipahami
84
bertanya tentang
informasi yang
tidak dipahami
(menanya)
FASE III
(membimbing)
- Guru meminta
perwakilan siswa
ke depan untuk
menjelaskan
mengenai
metabolisme
dalam tubuh dan
struktur alat
ekskresi manusia
yang sudah
disampaikan guru
berdasarkan
catatan saat guru
menjelaskan.
(siswa
menggunakan
analogi)
(menalar)
- Maju ke depan
dan
menjelaskan
tentang
berdasarkan
data dan
informasi
materi yang
diperoleh .
10
menit
FASE IV
(mengecek
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik)
- Guru memberikan
pertanyaan
kepada siswa
“Siapa yang bisa
menjelaskan
mengenai proses
dan eskret dari
paru-paru, kolon,
hati, ginjal, dan
kulit pada sistem
ekskresi
manusia?” dan
meminta siswa
untuk
menjawabnya
dengan
menggunakan
analogi.
- Siswa
menjawab
pertanyaan yang
diberikan guru
- Menanggapi
jawaban dari
teman dengan
memberikan
argumen yang
jelas
10
menit
85
(menanya)
- Menginstruksikan
kepada siswa lain
untuk
memberikan
tanggapan
terhadap jawaban
temannya
(menalar)
FASE V
(memberikan
kesempatan
untuk pelatihan
lanjutan)
- Guru meminta
siswa untuk
mencoba
menyimpulkan
hasil diskusi
(jawaban
pertanyaan dan
tanggapan)
(mengkomunika
sikan)
- Perwakilan
siswa
mengemukakan
kesimpulan
10
menit
Penutup
Waktu : 10 menit
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
Penutup
Konfirmasi
- Meminta peserta didik
untuk menyampaikan
kesimpulan
pembelajaran hari ini
- Mengumpulkan buku
tulis
- Memberitahukan
bahwa materi
selanjutnya adalah
gangguan pada sistem
ekskresi dan sistem
ekskresi pada hewan
- Memberikan tugas
baca materi
selanjutnya
- Mengucapkan salam
- Menyampaikan
kesimpulan dari
Diskusi yang
telah dilakukan
- Mengumpulkan
buku tulis
- Menyimak
materi
selanjutnya
yang
disampaikan
guru
- Mencatat tugas
selajutnya
- salam
10
menit
86
Pertemuan 2
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab Salam 1 menit
Apersepsi
- Doa, absen, dan
memberikan stimulus
dengan memberikan
pertanyaan “Apa
yang disebut dengan
sekresi, defekasi, dan
ekskresi?”
-Doa, absen dan
merespon stimulus
dengan menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru
15
menit
Motivasi
- Menyampaikan
sedikit pesan bahwa
tubuh ini sangat
berharga,, jika salah
satu organ dari sistem
ekskresi kita tidak
berfungsi dengan
baik, maka alangkah
sulitnya kita hidup.
- Memberitahu peserta
didik bahwa kita akan
mempelajari
kelainan-kelainan
pada sistem ekskresi
dan membongkar
sistem ekskresi pada
hewan (invertebrata
dan vertebrata)
- Peserta didik
antusias
mendengarkan
pesan guru dan
bersemangat
untuk
mengetahui
lebih dalam
kelainan-
kelainan sistem
ekskresi
manusia.
4
menit
Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
FASE I - Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
(mengamati)
- Siswa
memperhatikan
tujuan
10 menit
87
- Guru meminta siswa
mempersiapkan buku
biologi
pembelajaran
yang
disampaikan
guru
- Siswa
menyiapkan
buku biologi
FASE II - Memberikan materi
tentang kelainan sistem
ekskresi manusia dan
sistem ekskresi pada
hewan dengan sebuah
analogi yang sudah
dipersiapkan guru serta
meminta siswa mencatat
hal-hal penting dalam
buku tulis masing-
masing.
- Guru menanyakan “apa
yang terjadi jika salah
satu organ ekskresi
manusia rusak? Apa
yang memyebabkan
organ tersebut rusak?”
(menanya)
- Memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
bertanya tentang
informasi yang tidak
dipahami (menanya)
- Mengamati
analogi yang
digunakan
guru dan
mendengarkan
materi yang
diberikan guru
serta mencatat
hal-hal penting
dalam buku
tulis catatan
siswa.
(mengamati)
- siswa
menjawab
pertanyaan
yang diberikan
guru
- Bertanya
mengenai
informasi yang
tidak dipahami
10 menit
FASE III - Guru meminta
perwakilan siswa ke
depan untuk
menjelaskan kembali
tentang kelainan sistem
ekskresi dan sistem
ekskresi pada hewan
- Maju ke depan
dan
menjelaskan
tentang
kelainan dan
sistem ekskresi
pada hewan
10 menit
88
yang sudah disampaikan
guru berdasarkan
catatan saat guru
menjelaskan (menalar)
- Mendampingi peserta
didik mengeksplorasi
pengetahuan
berdasarkan
data dan
informasi
materi yang
diperoleh.
FASE IV - Guru memberikan
pertanyaan kepada siswa
“Siapa yang bisa
menjelaskan kembali
kelainan pada sistem
ekskresi dan sistem
ekskresi pada hewan?”
dan meminta siswa
untuk menjawabnya
(menanya)
- Menginstruksikan
kepada siswa lain untuk
memberikan tanggapan
terhadap jawaban
temannya (menalar)
- Siswa
menjawab
pertanyaan
- Menanggapi
jawaban dari
teman dengan
memberikan
argumen yang
jelas
10 menit
FASE V - Guru meminta siswa
untuk mencoba
menyimpulkan hasil
diskusi (jawaban
pertanyaan dan
tanggapan)
(mengkomunikasikan)
- Perwakilan siswa
mengemukakan
kesimpulan
10 menit
Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
Penutup
Konfirmasi
- Meminta
peserta didik
untuk
menyampaikan
Kesimpulan
pembelajaran
hari ini
- Menyampaikan
kesimpulan dari
Diskusi yang telah
dilakukan
- Mengumpulkan buku
tulis
10
menit
89
- Meminta
peserta didik
untuk
mengumpulkan
buku tulis
- salam
- Menjawab salam
H. Penilaian
1. Jenis/Teknik Penilaian
Tes hasil belajar tertulis
2. Bentuk Instrumen
Tes pilihan ganda (30 soal)
3. Contoh instrumen Penilaian
Lampiran 1
Contoh Tahapan Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Ginjal
Metabolisme dalam tubuh dan struktur, fungsi, proses sistem ekskresi
Analogi Pada Bentuk Ginjal
Analogi Ginjal sama dengan biji kacang ercis
Fokus Konsep Ginjal merupakan alat ekskresi yang utama. Jumlahny
sepasang. Terleta di dekat tulang pinggang. Pada orang dewasa
bentuk ginjal lebih kurang 10 cm, beratnya sekitar 200 gram.
Ginjal memiliki banyak pembulu darah, sehingga warna ginjal
adalah berah tua.
Para Murid Para murid melihat bentuk ginjal akan lebih mudah dengan
analogi yang sesuai
Analog Para murid sudah mengenal biji kacang ercis. Karena tanaman
ini sangat popular, bentuk bijinya pun mudah diingat.
90
Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target
Analog-alat ekskresi
manusia (ginjal)
Target- biji kacang ercis
Merupakan alat eksresi
yang utama pada tubuh
manusia
Biji merupakan bagian utama dari suatu tanaman
Jumlah ginjal sepasang,
beratnya sampai 200
gram
Bila dilihat bentuk ginjal seperti kacang ercis
Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target
Pada ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 10 cm, dan berat sekitar 200
gram, sedangkan pada biji kacang ercis panjang dan berat bisa jadi lebih dari
itu.
Ginjal memiliki banyak pembuluh darah, sehingga warnanya merah tua,
sedangkan pada biji kacang ercis adalah kuning atau hijau
Refleksi
Kesimpulan o Komponen ginjal terdiri dari banyak pembuluh
darah, sehingga warnanya merah tua
o Apakah bentuk analoginya menyakinkan?
o Apakah konsep ini dipahami setelah analoginya
hanya diceritakan secara lisan?
Perbaikan o Apakah murid mau menerima analogi ini?
o Apakah pemetaan yang dilakukan sudah
tepatkah?
o Peneliti hanya membuat analogi dari bentuk nya
saja, apakah analogi ginjal juga bisa dilihat dari
fungsi dan bagian-bagiannya?
Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Pembentukan Urin
Analogi proses pembentukan urine pada ginjal
91
Analogi pembentukan urine dengan sistem kerja di akuarium
Fokus Konsep Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan
urine. Proses ini melewati tiga tahap, yaitu filtrasi,
reabsorbsi, dan augmentasi
Para
Murid
Terkadang murid sukar memahami dan membedakan
ketiga proses ini, terutama tentang zat-zat hasil
ekskretnya.
Analog Para murid sudah mengenal sistem kerja sebuah
akuarium, dengan pengenologian ini akan lebih mudah
memahami proses pembentuka urin.
Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target
Analog- pembentukan
urine
Target- sistem kerja filter di
akuarium
Pembentukan urine terjadi
dalam tiga tahap:
Filtrasi dilakukan
oleh simpai
bowman. Zat-zat
seperti air, garam,
gula dan urea yang
terlarut dalam darah
yang masuk dalam
glomerulus disaring
oleh simpai
bowman. Di sebut
juga urine primer
Reabsorbsi terjadi di
tubulus kontortus
Ada tiga macam sistem kerja
akuarium:
Mekanis menyaring partikel
kotoran yang ada di
akuarium. Disebut juga
penyaringan primer.
Penyaringan ini dengan bahan
yang baik, air akan lebih
bersih. Bahan yang digunakan
seperti bebatuan dan busa
filter.
Kimia: menyerap kembali
bahan-bahan yang bersifat
racun yang ada di air, seperti
asam amonia, kaporit, serta
92
proksimal dan
lengkng henle. Dari
urine primer yang
masih banyak
mengandung zat
yang bermanfaat
bagi tubuh. Di serap
kembali oleh darah
dari pembuluh yang
mengelilingi
tubulus. Dan
sebaiknya, darah
melepaskan zat
sampah yang
diangkutnya ke
tubulus. Oleh karena
itu, cairan yang
terdapat dalam
tubulus kontortus
mengandung kadar
urine yang lebih
tinggi, disebut urine
sekunder.
Augmentasi,
pengeluaran zat
yang tidak
diperlukan dan tidak
dapat disimpan
dalam tubuh.
Berlangsung
ditubulus kontortus
macam-macam obat ikan
seperti metil biru yang bisa
dinetralisir dengan bahan
filter ini.
Biologis: filter bekerja
dengan merombak bahan
beresiko seperti ammonia
(kotoran ikan serta bekas
pakan) jadi bahan yang lebih
aman untuk ikan. Bakteri
pengurai ada di bak filter
seperti di bahan filter
berbentuk bioball dari plastic,
ring keramik, bahkan juga
busa filter juga ada
nitrosomoas serta nitrobacter,
dua bakteri pengurai yang
bekerja seperti bakteri
pengurai di bak septi tank.
Disebut juga penaringan
sesungguhnya.
93
distal hingga
kolektivus.
Pembuluh darah
melepaskan zat sisa
yang tidak berguna
serta menyerap
kelebihan air,
terbentuklah urine
sesungguhnya.
Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target
Pada pembentukan urin ada tempat-tempat khusus terjadinya
contoh filtrasi di simpai bowman, reabsorbsi di tubulus kontortus
proksimal, dan augmentasi di tubulus kontortus distal, sedangkan
pada filter akuarium tidak ada tempat-tempat khususnya
Refleksi
Kesimpulan o Apakah para murid mengerti
mengenai pembentukan urin
setelah mempelajari analogi ini?
o Apakah struktur dan fungsi
analoginya menyakinkan?
o Apakah konsep ini dipahami
setelah analoginya hanya
diceritakan secara lisan?
Perbaikan o Apakah murid mau menerima
analogi ini?
o Apakah pemetaan yang dilakukan
sudah tepatkah?
94
Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Anatomi Kulit
Analogi lapisan tanah pada anatomi kulit
Analogi Kulit
Fokus Konsep Kulit atau integumen mengekresikan keringat.
Tebal kulit pada manusia dewasa sekitar 0,01 cm
hingga 0,5 cm. Banyaknya keringat yang
dikeluarkan atau dihasilkan seseorang dipengaruhi
oleh aktifitas tubuh, suhu lingkungan, makanan,
kondisi kesehatan, dan keadaan emosi. kulit
(integumen) terdiri dari dua bagian yaitu lapis luar
di sebut epidermis dan lapis dalam di sebut dermis
atau korium.
Para
Murid
Para murid melihat anatomi kulit terlalu
membingungkan karena banyaknya istilah-istilah
asing dipemikiran mereka yang harus dipahami.
Analog Tanah cukup familiar di benak mereka. Tanah juga
dapat dilihat di sekitar lingkungan, sehingga akan
memudahkan dalam hal membuat analogi bagi
murid.
Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target
Analogi-Lapisan Tanah Target-Anatomi Kulit
Tanah memiliki
pori-pori dan
tanaman diatasnya
Kulit memiliki pori-pori
dan akar rambut di bagian
luarnya.
95
Pada lapisan tanah
terdiri dari tiga
lapisan yaitu lapisan
atas, lapisan bawah
dan batuan induk
tanah
Tanah lapisan atas
berwarna gelap dan
kehitam-hitaman
Kulit terdiri dari dua lapis
utama, yaitu bagian luar
disebut epidermis dan
bagian dalam disebut
dermis atau korium,
terdapat juga lapisan
tambahan disebut lapisan
subkutan.
Pada lapisan luar
(epidermis) ada pigmen
melanin yang
mengandung pigmen
berwarna hitam
kecoklatan. Pada
dasarnya perbedaan
warna kulit seseorang
ditentukan oleh jumlah
pigmen ini.
Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target
o Lapisan kulit (epidermis ataupun dermis) terdiri dari
beberapa lapis lagi di dalamnya, seperti pada bagian
epidermis terdapat stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum dan stratum germinativum, pada dermis
juga terdiri dari akar rambut, kelenjar keringat, kelenjar
minta, pembuluh darah. Sednagkan pada lapisan tanah tidak
terdiri dari lapisan lagi tetapi hanya ada kandungan di
tanahnya seperti, pada lapisan atas mengandung mineral,
bahan organic, air, dan udara dalam tanah.
96
Refleksi
Kesimpulan Apakah para murid setelah mempelajari analogi
ini, memahami anatomi dan fungsi kulit?
Walaupun para murid dapat menggunakan
analogi ini untuk membantu mereka memahami
anatomi kulit, namun mereka sering kesulitan
mengingat istilah teknik yang berkaitan dengan
pemahaman baru mereka.
Perbaikan Aktivitas seperti bermain dan menggambar
diagram dapat digunakan untuk membantu para
murid untk mengingat istilah yang berkaitan
dengan lapisan kulit. Hal ini akan
menggabungkan hubungan antara pengetahuan
yang baru dibentuk dengan analogi dan Bahasa
ilmiah yang dibutuhkan.
Lampiran 2
Soal Terlampir
1. Suatu proses atau fungsi yang berkaitan erat dengan sistem ekskresi
khususnya dengan jumlah air yang dibuang melalui keringat dan urin
adalah…
A. Respirasi
B. Sekresi
C. Difusi
D. Osmoregulasi
E. Transformasi
2. Proses pengeluaran zat-zat dari dalam tubuh manusia yang belum
mengalami metabolisme disebut….
A. Eliminasi
B. Defekasi
C. Ekskresi
D. Sekresi
E. Gutasi
3. Yang termasuk peristiwa ekskresi adalah pengeluaran….
A. Air mata
97
B. Air liur
C. Feses
D. Keringat
E. HCL pada lambung
4. Zat-zat sisa metabolisme protein diekskresikan dalam bentuk….
A. Air dan CO2
B. Minyak dan garam
C. Air, urea, dan minyak
D. Minyak dan air
E. Urea dan garam
5. Limbah hasil metabolisme yang bersifat tidak larut dan berasal dari
pemecahan asam nukleat adalah….
A. Nitrogen
B. Urea
C. Amonia
D. Asam urat
E. Urin
Jakarta, 2 Mei 2017
Guru Mata Pelajaran Biologi
Dra. Anneke Makapele
Peneliti
Muhammad Priyo Atmojo
NIM. 1111016100058
Lampiran 2 98
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI / II
Materi Pokok : Sistem Ekskresi
Alokasi Waktu : 8 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. KD pada KI-1
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup.
99
1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan
mengamati bioproses.
1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga
dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan
ajaran agama yang dianutnya.
2. KD pada KI-2
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta,
disiplin, tanggung jawab,dan peduli dalam observasi dan
eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama,
cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan
pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.
2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan
menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan
pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan
sekitar.
3. KD pada KI-3
3.6 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun
organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya dengan
bioprosesnya sehinggga dapat menjelaskan mekanisme serta
gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi
manusia melalui studi literature, pengamatan, percobaan, dan
simulasi.
Indikator
3.9.1 Menjelaskan metabolisme tubuh pada manusia
3.9.2 Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses dalam sistem
ekskresi manusia
3.9.3 Mengaitkan struktur, fungsi dan proses dalam sistem ekskresi
manusia
100
3.9.4 Membandingkan struktur, fungsi dan proses dalam sistem
ekskresi manusia, ikan, amfibi, reptilian, aves, mammalia,
dan invertebrata
3.9.5 Mengidentifikasi kelainan/gangguan yang terjadi pada sistem
ekskresi
4. KD pada KI-4
4.6 Menyajikan hasil analisis tentang hasil analisis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan
gangguan sistem ekskresi manusia melalui berbagai bentuk
media presentasi
Indikator
4.10.1 Melakukan analisis tentang contoh teknologi
penanggulangan akibat kelainan yang terjadi pada sistem
ekskresi manusia dan hewan
C. Tujuan Pembelajaran
Menjelaskan tentang metabolisme dalam tubuh manusia
Menjelaskan tentang struktur, fungsi, dan proses dalam sistem
ekskresi
Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses dalam sistem ekskresi
pada hewan (cacing pipih, cacing tanah, serangga, dan vertebrata)
Menjelaskan gangguan/kelainan yang terjadi pada sistem ekskresi
D. Materi Pembelajaran
Ekskresi adalah pengeluaran atau pembuangan zat-zat sisa
metabolisme dari dalam tubuh. Metabolisme di dalam jaringan tubuh akan
menghasilkan energi dan senyawa sampingan berupa zat sisa atau zat
sampah. Jenis zat sampah bergantung pada jenis bahan metabolism. Secara
garis besarnya, zat makanan penghasil energi adalah karbohidrat, protein
dan lemak. Metabolisme di dalam jaringan tubuh akan menghasilkan zat-
zat sisa.
Metabolisme karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida. Dalam
jaringan, sebagian monosakarida akan dioksidasi, sebagian akan diubah
101
menjadi senyawa kimia lain sesuai kebutuhan. Dalam oksidasi
monosakarida akan dihasilkan energi, CO2, dan H2O. Metabolisme
protein memiliki hasil akhir berupa energi, CO2, H2O, NH4OH, dan NH3.
Sedangkan pada metabolism lipid akan dihasilkan energi dan zat sisa
berupa air dan CO2.
Proses pengeluaran zat dari dalam tubuh manusia dibedakan menjadi tiga
macam, yakni defekasi, ekskresi, dan sekresi. Defekasi adalah proses
pengeluaran sisa-sisa pencernaan makanan yang disebut feses melalui
anus. Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat metabolisme yang tidak dipakai
lagi oleh sel dan darah. Zat-zat sisa tersebut dikeluarkan dalam bentuk
urin, keringat, dan gas pernapasan. Sedangkan sekresi adalah proses
pengeluaran getah oleh sel dan kelenjar.
Struktur alat ekskresi pada manusia terdiri atas paru-paru, hati, ginjal
dan kulit. Paru-paru akan mengeluarkan CO2 dan uap air, hati
mengeluarkan cairan empedu, ginjal mengeluarkan urin, dan kulit
mengeluarkan keringat. Ginjal merupakan alat ekskresi utama, jumlahnya
sepasang, letaknya didekat tulang pinggang. Bentuknya seperti kacang
ercis dan panjangnya sekitar 10 cm. ginjal terdiri dari dua lapisan. Lapisan
luar di sebut korteks dan lapisan dalam disebut sumsum ginjal atau
medulla. Korteks mengandung jutaan unit penyaring darah yang di sebut
nefron. Setiap nefron terdiri dari badan Malpighi dan tubulus. Setiap badan
Malpighi terdiri atas glomerulus dan simpai bowman. Sumsum ginjal
mengandung banyak pembuluh-pembuluh tubulus pengumpul hasil
ekskresi dari nefron. Proses pembentukan urin di dalam ginjal, yaitu
penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolisme, dilakukan oleh simpai
bowman. Penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh,
berlangsung sepanjang tubulus kontortus proksimal hingga gelung henle.
Dan yang terakhir pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dalat
disimpan dalam tubuh, berlangsung disepanjang tubulus kontortus distal
hingga tubulus kolektivus.
102
Sungguh sempurna ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, termasuk ciptaan-
Nya berupa organ ekskresi yang dikaruniakan kepada kita semua. Organ
itu sangat penting bagi proses ekskresi dalam tubuh kita. Oleh karena itu,
kita harus mensyukuri karunia Tuhan itu dengan menjaga kesehatan organ
tubuh kita. Jika fungsi organ tubuh terganggu akan menyebabkan penyakit
pada tubuh. Diantaranya, penyakit dan gangguan fungsi hati, yaitu
hepatitis, proses peradangan pada jaringan hati. Disebabkan oleh infeksi
berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan protozoa. Sirosis hati,
kondisi di mana jaringan hati mengalami pengerasan. Disebabkan oleh
hepatitis, parasite hati, obat-obatan tertentu dan kecanduan alkohol.
Gangguan pada fungsi ginjal, diantaranya Albuminuria, adanya albumin
adan protein lain di dalam urin. Nefritis, kerusakan pada glomerulus akibat
infeksi kuman. Poliuria, urine yang dikeluarkan oleh tubuh amat banyak
dan encer. Oligouria, urine yang dihasilkan sangat sedikit. Pada gangguan
hormone, diantaranya Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu
penyakit karena adanya gula dalam urine. Kelainan pada produk hormon
antidiuretika (ADH). Gangguan pada kulit, diantaranya jerawat (gangguan
kronis pada kelenjar minyak), eksem (penyakit kulit di mana kulit menjadi
kering kemerahan dan gatal-gatal bersisik), pruvitus kutanea (penyakit
kulit dengan gejala rasa gatal yang dipicu oleh iritasi saraf sensori perifer),
kudis atau scabies (penyakit kulit karena infeksi caplak atau tungau).
Gagal ginjal, mungkin terjadi karena infeksi bakteri, luka bagian luar, dan
tekanan darah tinggi.
Sistem ekskresi pada hewan diantara pada cacing pipih yaitu sel-sel
api, pada cacing tanah yaitu nefridium, dan alat ekskresi pada belalang
berupa pembuluh malpighi. Dan alat ekskresi pada hewan vertebrata
berupa sepasang ginjal.
E. Pendekatan/model/metode Pembelajaran :
Pendekatan pembelajaran :
Sainstifik
Model pembelajaran :
103
Pembelajaran langsung (Direct Instruction)
Pengamatan (observasi)
Metode pembelajaran :
Ceramah
Diskusi
tanya jawab
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
Media : gambar dan video.
Alat/bahan : laptop, LCD, papan tulis, spidol.
Sumber belajar: Buku Biologi Kemdikbud 2013, internet
G. Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab Salam 1 menit
Apersepsi
- Doa, absen, dan
memberikan
stimulus dengan
memberikan
pertanyaan
tentang sistem
ekskresi manusia
dikaitkan dengan
pertemuan
sebelumnya
- Memancing rasa
ingin tahu siswa
dengan
memperlihatkan
-Doa, absen dan merespon
stimulus dengan menjawab
pertanyaan yang diajukan
guru
-Memperhatikan video yang
di berikan guru
15 menit
104
video tentang
sistem ekskresi
manusia
Motivasi
- Menyampaikan
pesan bahwa kita
harus bersyukur
dengan normalnya
organ ekskresi
kita.
- Memberitahu
peserta didik
bahwa kita akan
mempelajari
tentang
metabolisme
dalam tubuh dan
struktur alat
ekskresi manusia.
-Peserta didik antusias
mendengarkan pesan guru
dan bersemangat untuk
mengetahui lebih dalam
mengenai sistem ekskresi
manusia (metabolisme dan
struktur alat ekskresi )
4 menit
Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
FASE I
(menyampaikan
tujuan dan
mempersiapkan
siswa)
- Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
- Guru meminta
siswa untuk
mempersiapkan
- Siswa
memperhatikan
tujuan pembelajaran
yang disampaikan
guru (mengamati)
- Siswa menyiapkan
buku pelajaran
10
menit
105
buku
FASE II
(mendemonstras
ikan
pengetahuan /
keterampilan)
- Memberikan
ceramah dan
media gambar
tentang
metabolisme
tubuh dan struktur
alat ekskresi pada
manusia serta
meminta siswa
mencatat hal-hal
penting dalam
buku tulis masing-
masing.
- Memberikan
kesempatan
kepada peserta
didik untuk
bertanya tentang
informasi yang
tidak dipahami
(menanya)
- Mengamati media
Gambar dan
mendengarkan
ceramah yang
diberikan guru serta
mencatat hal-hal
penting dalam buku
tulis catatan
siswa .(mengamati)
- Bertanya mengenai
informasi yang tidak
dipahami
10
menit
FASE III
(membimbing
pelatihan)
- Guru meminta
perwakilan siswa
ke depan untuk
menjelaskan
kembali tentang
materi yang sudah
disampaikan guru
berdasarkan
- Maju dan
menjelaskan tentang
materi yang sudah
disampaikan guru
berdasarkan data dan
informasi materi
yang diperoleh .
10
menit
106
catatan saat guru
menjelaskan
(menalar)
FASE IV
(mengecek
pemahaman dan
memberikan
umpan balik)
- Guru memberikan
pertanyaan kepada
siswa “Siapa yang
bisa menjelaskan
tentang
metabolisme
karbohidrat,
protein dan lipid
serta struktur alat
ekskresi secara
singkat?” dan
meminta siswa
untuk
menjawabnya
(menanya)
- Menginstruksikan
kepada siswa lain
untuk memberikan
tanggapan
terhadap jawaban
temannya
(menalar)
- Siswa menjawab
pertanyaan yang
diberikan guru
- Menanggapi
jawaban dari teman
dengan memberikan
argumen yang jelas
10
menit
FASE V
(memberikan
kesempatan
untuk pelatihan
- Guru meminta
siswa untuk
mencoba
menyimpulkan
- Perwakilan siswa
mengemukakan
kesimpulan
10
menit
107
lanjutan) hasil diskusi
(jawaban
pertanyaan dan
tanggapan)
(mengkomunikas
-ikan)
Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
Penutup
Konfirmasi
- Meminta peserta
didik untuk
menyampaikan
Kesimpulan
pembelajaran
hari ini
- Meminta peserta
didik untuk
mengumpulkan
buku tulis
- Memberitahukan
bahwa materi
selanjutnya
adalah kelainan
pada sistem
ekskresi dan
sistem ekskresi
pada hewan
(invertebrata dan
vertebrata)
- Menyampaikan kesimpulan
dari diskusi yang telah
dilakukan
- Mengumpulkan buku tulis
- Menyimak materi
selanjutnya yang
disampaikan guru
- Mencatat tugas selajutnya
- Menjawab salam
10
menit
108
- Memberikan
tugas baca
materi
selanjutnya
- Mengucapkan
salam
Pertemuan 2
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab Salam 1 menit
Apersepsi
- Doa, absen, dan
memberikan
stimulus dengan
memberikan
pertanyaan “Apa
yang disebut dengan
sekresi, defekasi,
dan ekskresi?”
-Doa, absen dan merespon
stimulus dengan
menjawab pertanyaan
yang diajukan guru
15 menit
Motivasi
- Menyampaikan
sedikit pesan bahwa
tubuh ini sangatlah
berharga, jika salah
satu organ dari
sistem ekskresi kita
tidak berfungsi
dengan baik, maka
alangkah sulitnya
kita hidup.
-peserta didik antusias
mendengarkan pesan guru
dan berupaya tetap
semangat belajar.
4 menit
109
- Memberitahu
peserta didik bahwa
kita akan
mempelajari tentang
kelainan-kelainan
pada sistem ekskresi
dan membongkar
sistem ekskresi pada
hewan (invertebrata
dan vertebrata)
Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
FASE I - Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
(mengamati)
- Guru meminta
siswa
mempersiapkan
buku biologi
- Siswa memperhatikan
tujuan pembelajaran
yang disampaikan
guru
- Siswa menyiapkan
buku biologi
10 menit
FASE II - Memberikan
ceramah dan
media gambar
tentang kelainan
dan sistem ekskresi
pada hewan serta
- Mengamati media
gambar dan
mendengarkan
ceramah yang
diberikan guru serta
mencatat hal-hal
10 menit
110
meminta siswa
mencatat hal-hal
penting dalam buku
tulis masing-
masing.
- Guru menanyakan
“Apa yang terjadi
jika salah satu
organ ekskresi
manusia rusak?
Apa yang
memyebabkan
organ tersebut
rusak?” (menanya)
- Memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
bertanya tentang
informasi yang
tidak dipahami
(menanya)
penting dalam buku
tulis catatan siswa.
(mengamati)
- siswa menjawab
pertanyaan yang
diberikan guru
- Bertanya mengenai
informasi yang tidak
dipahami
FASE III - Guru meminta
perwakilan siswa
kedepan untuk
menjelaskan
kembali tentang
kelainan sistem
ekskresi dan sistem
ekskresi pada
hewan yang sudah
disampaikan guru
- Maju kedepan dan
menjelaskan tentang
kelainan dan sistem
ekskresi pada hewan
berdasarkan data dan
informasi materi yang
diperoleh.
-
10 menit
111
berdasarkan catatan
saat guru
menjelaskan
(menalar)
- Mendampingi
peserta didik
mengeksplorasi
pengetahuan
FASE IV - Guru memberikan
pertanyaan kepada
siswa “siapa yang
bisa menjelaskan
kembali kelainan
pada sistem
ekskresi dan sistem
ekskresi pada
hewan?” dan
meminta siswa
untuk menjawabnya
(menanya)
- Menginstruksikan
kepada siswa lain
untuk memberikan
tanggapan terhadap
jawaban temannya
(menalar)
- Siswa menjawab
pertanyaan
- Menanggapi jawaban
dari teman dengan
memberikan argumen
yang jelas
10menit
FASE V - Guru meminta
siswa untuk
mencoba
- Perwakilan siswa
mengemukakan
kesimpulan
10 menit
112
menyimpulkan
hasil diskusi
(jawaban
pertanyaan dan
tanggapan)
(mengkomunikasi
kan)
Penutup
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Aktivitas Guru Peserta Didik
Penutup
Konfirmasi
- Meminta peserta
didik untuk
menyampaikan
kesimpulan
pembelajaran hari ini
- Meminta peserta
didik untuk
mengumpulkan buku
tulis
- Mengucapkan salam
- Menyampaikan
kesimpulan dari
Diskusi yang telah
dilakukan
- Mengumpulkan buku
tulis
- Menjawab salam
10
menit
H. Penilaian
1. Jenis/Teknik Penilaian
Tes hasil belajar tertulis
2. Bentuk Instrumen
Tes pilihan ganda (30 soal)
3. Contoh instrumen Penilaian
Soal Terlampir
113
6. Pembentukan urea berasal dari ornitin, sitrulin, dan arginine, yang di sebut
juga dengan….
A. Daur sitrulin
B. Daur arginin
C. Daur ornitin
D. Utrikulus
E. Urin primer
7. Pernyataan berikut yang bukan hasil pembongkaran eritrosit di dalam hati
adalah….
A. Globin untuk metabolism protein
B. Fe akan disimpan di dalam hati
C. Hemin diubah menjadi bilirubin
D. Hemoglobin dibongkar menjadi hemin + globin + Fe
E. Eritrosit dibongkar menjadi biliverdin Membawa CO2 ke jaringan
8. Bila urine yang dikeluarkan seseorang mengandung sel darah merah, ini
menunjukkan adanya peradangan pada….
A. Glomerulus
B. Korteks
C. Medula
D. Pelvis renalis
E. Vesica urinaria
Jakarta, 2 Mei 2017
Guru Mata Pelajaran Biologi
Dra. Anneke Makapele
Peneliti
Muhammad Priyo Atmojo
NIM. 1111016100058
Lampiran 3 114
Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Ginjal
Metabolisme dalam tubuh dan struktur, fungsi, proses sistem ekskresi
Analogi Pada Bentuk Ginjal
Analogi Ginjal sama dengan biji kacang ercis
Fokus Konsep Ginjal merupakan alat ekskresi yang utama. Jumlahny
sepasang. Terleta di dekat tulang pinggang. Pada orang dewasa
bentuk ginjal lebih kurang 10 cm, beratnya sekitar 200 gram.
Ginjal memiliki banyak pembulu darah, sehingga warna ginjal
adalah berah tua.
Para Murid Para murid melihat bentuk ginjal akan lebih mudah dengan
analogi yang sesuai
Analog Para murid sudah mengenal biji kacang ercis. Karena tanaman
ini sangat popular, bentuk bijinya pun mudah diingat.
Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target
Analog-alat ekskresi
manusia (ginjal)
Target- biji kacang ercis
Merupakan alat eksresi
yang utama pada tubuh
manusia
Biji merupakan bagian utama dari suatu tanaman
Jumlah ginjal sepasang,
beratnya sampai 200
gram
Bila dilihat bentuk ginjal seperti kacang ercis
Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target
Pada ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 10 cm, dan berat sekitar 200
gram, sedangkan pada biji kacang ercis panjang dan berat bisa jadi lebih dari
itu.
Ginjal memiliki banyak pembuluh darah, sehingga warnanya merah tua,
sedangkan pada biji kacang ercis adalah kuning atau hijau
Refleksi Kesimpulan o Komponen ginjal terdiri dari banyak pembuluh
darah, sehingga warnanya merah tua
115
Penggunaaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
o Apakah bentuk analoginya menyakinkan?
o Apakah konsep ini dipahami setelah analoginya
hanya diceritakan secara lisan?
Perbaikan o Apakah murid mau menerima analogi ini?
o Apakah pemetaan yang dilakukan sudah
tepatkah?
o Peneliti hanya membuat analogi dari bentuk nya
saja, apakah analogi ginjal juga bisa dilihat dari
fungsi dan bagian-bagiannya?
Lampiran 4 116
Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Pembentukan Urin
Analogi proses pembentukan urine pada ginjal
Analogi pembentukan urine dengan sistem kerja di akuarium
Fokus Konsep Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan
urine. Proses ini melewati tiga tahap, yaitu filtrasi,
reabsorbsi, dan augmentasi
Para
Murid
Terkadang murid sukar memahami dan membedakan
ketiga proses ini, terutama tentang zat-zat hasil
ekskretnya.
Analog Para murid sudah mengenal sistem kerja sebuah
akuarium, dengan pengenologian ini akan lebih mudah
memahami proses pembentuka urin.
Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target
Analog- pembentukan
urine
Target- sistem kerja filter di
akuarium
Pembentukan urine terjadi
dalam tiga tahap:
Filtrasi dilakukan
oleh simpai
bowman. Zat-zat
seperti air, garam,
gula dan urea yang
terlarut dalam darah
yang masuk dalam
glomerulus disaring
oleh simpai
bowman. Di sebut
juga urine primer
Ada tiga macam sistem kerja
akuarium:
Mekanis menyaring partikel
kotoran yang ada di
akuarium. Disebut juga
penyaringan primer.
Penyaringan ini dengan bahan
yang baik, air akan lebih
bersih. Bahan yang digunakan
seperti bebatuan dan busa
filter.
Kimia: menyerap kembali
bahan-bahan yang bersifat
117
Penggunaaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Reabsorbsi terjadi di
tubulus kontortus
proksimal dan
lengkng henle. Dari
urine primer yang
masih banyak
mengandung zat
yang bermanfaat
bagi tubuh. Di serap
kembali oleh darah
dari pembuluh yang
mengelilingi
tubulus. Dan
sebaiknya, darah
melepaskan zat
sampah yang
diangkutnya ke
tubulus. Oleh karena
itu, cairan yang
terdapat dalam
tubulus kontortus
mengandung kadar
urine yang lebih
tinggi, disebut urine
sekunder.
Augmentasi,
pengeluaran zat
yang tidak
diperlukan dan tidak
dapat disimpan
dalam tubuh.
Berlangsung
ditubulus kontortus
racun yang ada di air, seperti
asam amonia, kaporit, serta
macam-macam obat ikan
seperti metil biru yang bisa
dinetralisir dengan bahan
filter ini.
Biologis: filter bekerja
dengan merombak bahan
beresiko seperti ammonia
(kotoran ikan serta bekas
pakan) jadi bahan yang lebih
aman untuk ikan. Bakteri
pengurai ada di bak filter
seperti di bahan filter
berbentuk bioball dari plastic,
ring keramik, bahkan juga
busa filter juga ada
nitrosomoas serta nitrobacter,
dua bakteri pengurai yang
bekerja seperti bakteri
pengurai di bak septi tank.
Disebut juga penaringan
sesungguhnya.
118
Penggunaaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
distal hingga
kolektivus.
Pembuluh darah
melepaskan zat sisa
yang tidak berguna
serta menyerap
kelebihan air,
terbentuklah urine
sesungguhnya.
Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target
Pada pembentukan urin ada tempat-tempat khusus terjadinya
contoh filtrasi di simpai bowman, reabsorbsi di tubulus kontortus
proksimal, dan augmentasi di tubulus kontortus distal, sedangkan
pada filter akuarium tidak ada tempat-tempat khususnya
Refleksi
Kesimpulan o Apakah para murid mengerti
mengenai pembentukan urin
setelah mempelajari analogi ini?
o Apakah struktur dan fungsi
analoginya menyakinkan?
o Apakah konsep ini dipahami
setelah analoginya hanya
diceritakan secara lisan?
Perbaikan o Apakah murid mau menerima
analogi ini?
o Apakah pemetaan yang dilakukan
sudah tepatkah?
Lampiran 5 119
Pedoman Penggunaan Analogi FAR Pada Anatomi Kulit
Analogi lapisan tanah pada anatomi kulit
Analogi Kulit
Fokus Konsep Kulit atau integumen mengekresikan keringat. Tebal kulit
pada manusia dewasa sekitar 0,01 cm hingga 0,5 cm.
Banyaknya keringat yang dikeluarkan atau dihasilkan
seseorang dipengaruhi oleh aktifitas tubuh, suhu lingkungan,
makanan, kondisi kesehatan, dan keadaan emosi. kulit
(integumen) terdiri dari dua bagian yaitu lapis luar di sebut
epidermis dan lapis dalam di sebut dermis atau korium.
Para
Murid
Para murid melihat anatomi kulit terlalu membingungkan
karena banyaknya istilah-istilah asing dipemikiran mereka
yang harus dipahami.
Analog Tanah cukup familiar di benak mereka. Tanah juga dapat
dilihat di sekitar lingkungan, sehingga akan memudahkan
dalam hal membuat analogi bagi murid.
Aksi Kemiripan-Pemetaan Analog dengan Target
Analogi-Lapisan Tanah Target-Anatomi Kulit
Tanah memiliki pori-
pori dan tanaman
diatasnya
Pada lapisan tanah
terdiri dari tiga
lapisan yaitu lapisan
atas, lapisan bawah
dan batuan induk
tanah
Tanah lapisan atas
berwarna gelap dan
kehitam-hitaman
Kulit memiliki pori-pori dan akar
rambut di bagian luarnya.
Kulit terdiri dari dua lapis utama,
yaitu bagian luar disebut epidermis
dan bagian dalam disebut dermis
atau korium, terdapat juga lapisan
tambahan disebut lapisan
subkutan.
Pada lapisan luar (epidermis) ada
pigmen melanin yang mengandung
pigmen berwarna hitam
kecoklatan. Pada dasarnya
perbedaan warna kulit seseorang
120
Penggunaaan Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
ditentukan oleh jumlah pigmen ini.
Ketidakmiripan – Pemetaan Analog dengan Target
o Lapisan kulit (epidermis ataupun dermis) terdiri dari beberapa lapis lagi
di dalamnya, seperti pada bagian epidermis terdapat stratum korneum,
stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum germinativum, pada
dermis juga terdiri dari akar rambut, kelenjar keringat, kelenjar minta,
pembuluh darah. Sednagkan pada lapisan tanah tidak terdiri dari
lapisan lagi tetapi hanya ada kandungan di tanahnya seperti, pada
lapisan atas mengandung mineral, bahan organic, air, dan udara dalam
tanah.
Refleksi
Kesimpulan Apakah para murid setelah mempelajari analogi ini,
memahami anatomi dan fungsi kulit? Walaupun para
murid dapat menggunakan analogi ini untuk membantu
mereka memahami anatomi kulit, namun mereka sering
kesulitan mengingat istilah teknik yang berkaitan dengan
pemahaman baru mereka.
Perbaikan Aktivitas seperti bermain dan menggambar diagram dapat
digunakan untuk membantu para murid untk mengingat
istilah yang berkaitan dengan lapisan kulit. Hal ini akan
menggabungkan hubungan antara pengetahuan yang baru
dibentuk dengan analogi dan Bahasa ilmiah yang
dibutuhkan.
Lampiran 6 121
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Keterangan:
*) : soal yang valid
Indikator
Pembelajaran
Aspek
Kognitif
Jumlah
Soal
Jumlah
Soal
Validasi
No Soal
valid
C1 C2 C3 C4 C5
Menjelaskan
tentang
metabolisme
dalam tubuh
manusia
1,2 3,4,5,6,7 7 6 1,2,3,4,5,
7
Menjelaskan
tentang struktur,
fungsi dan
proses dalam
sistem ekskresi
manusia
15,
16,
18,
21,
23,
26
8,9,10,13,
14,17,19,2
0,22,27,28
,30,31,27,
28,31
12,
29
24,2
5,33
,34
32 29 13 10,12,14,
15,16,17,
20,27,28,
29,31,33,
34
Menjelaskan
gangguan/kelain
an yang terjadi
pada sistem
ekskresi
39 35,3
6,37
,38,
40,4
1,42
,43
9 5 35,37,40,
41,42
Jumlah Soal yang valid 24
Lam
piran
7
122
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Biologi
Alokasi Waktu : 90 menit
Jumlah Soal : 50 Soal
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Kompetensi Dasar : 3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dan mengaitkannya
dengan bioprosesnya sehinggga dapat menjelaskan mekanisme serta gangguan fungsi yang mungkin
terjadi pada sistem ekskresi manusia melalui studi literature, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
4.10 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan
sistem ekskresi manusia melalui berbagai bentuk media presentasi.
NO Indikator
pembelajaran
Indikator
Soal
Jenjang
Kognitif
Soal Kunci
Jawaban
Bahan
1 Metabolisme
tubuh
C1 Suatu proses atau fungsi yang berkaitan erat dengan sistem
ekskresi khususnya dengan jumlah air yang dibuang melalui
keringat dan urin adalah….
A. Respirasi
D Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 166.
123
B. Sekresi
C. Difusi
D. Osmoregulasi
E. Transformasi
2 Menjelaskan
tentang
metabolisme
dalam tubuh
manusia
menjelaskan
tentang
proses
pengeluaran
zat dari
dalam tubuh
C1
Proses pengeluaran zat-zat dari dalam tubuh manusia yang belum
mengalami metabolisme disebut….
A. eliminasi
B. defekasi
C. ekskresi
D. sekresi
E. gutasi
B Oman Karmana,
Cerdas Belajar
Biologi,
Bandung :
Grafindo Media
Pratama, 2008,
h. 218.
3 Menjelaskan
tentang
proses
pengeluaran
C2 Yang termasuk peristiwa ekskresi adalah pengeluaran….
A. Air mata
D Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
124
zat dari
dalam tubuh
manusia
B. Air liur
C. feses
D. keringat
E. HCL pada lambung
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 234.
4 Menjelaskan
zat sisa
metabolisme
protein
C2 Zat-zat sisa metabolisme protein diekskresikan dalam bentuk….
A. Air dan CO2
B. Minyak dan garam
C. Air, urea, dan minyak
D. Minyak dan air
E. Urea dan garam
A Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 235.
5 Limbah yang
bersifat tidak
C2 Limbah hasil metabolisme yang bersifat tidak larut dan berasal
dari pemecahan asam nukleat adalah….
D Pratiwi, dkk
Biologi untuk
125
larut A. Nitrogen
B. Urea
C. Amonia
D. Asam urat
E. Urin
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 167.
6 Menjelaskan
hasil
metabolisme
C2 Limbah hasil metabolisme yang merupakan hasil deaminasi yang
terjadi di dalam hati dan bersifat sangat beracun, adalah….
A. Karbondioksida
B. Amonia
C. Keringat
D. Uang air
E. Urea
B Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 166.
126
7 Pembentukan
urea
C2 Pembentukan urea berasal dari ornitin, sitrulin, dan arginine, yang
di sebut juga dengan….
A. Daur sitrulin
B. Daur arginin
C. Daur ornitin
D. Utrikulus
E. Urin primer
C Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 166.
8 Menjelaskan
dan
mengaitkan
tentang
struktur, fungsi
dan proses
dalam sistem
ekskresi
Memahami
enzim pada
hati
C2 Enzim protease yang hanya dibuat oleh hati adalah….
A. Tripsin
B. Katalse
C. Arginase
D. Peptidase
C Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 174.
127
manusia E. Erepsin
9 Memahami
pembentukan
urea
C2 Asam amino yang terbentuk dalam proses pengubahan NH3
dengan bantuan ornitin menjadi urea adalah….
A. Timin dan sitrulin
B. Sitrulin dan lisin
C. Arginin dan histidin
D. Sitrulin dan arginin
E. Triptopan dan arginine
D Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 174.
10 Memahami
pembongkara
n eritrosit di
dalam hati
C2 Pernyataan berikut yang bukan hasil pembongkaran eritrosit di
dalam hati adalah….
A. Globin untuk metabolisme protein
B. Fe akan disimpan di dalam hati
E Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
128
C. Hemin diubah menjadi bilirubin
D. Hemoglobin dibongkar menjadi hemin + globin + Fe
E. Eritrosit dibongkar menjadi biliverdin
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 236.
11 Memahami
proses
penjelasan
urine
C1 Proses pembentukan urine di dalam ginjal melalui tiga tahap, yaitu
secara berturut-turut….
A. Filtrasi, augmentasi, dan reabsorpsi
B. Filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi
C. Reabsorpsi, augmentasi, dan filtrasi
D. Reabsorpsi, filtrasi dan augmentasi
E. Augmentasi, filtrasi, dan reabsorpsi
B Khristiyono,
SPM Biologi
SMA dan MA,
Jakarta:
Erlangga, 2008,
h. 88.
12 Menerapkan C3 Bila urine yang dikeluarkan seseorang mengandung sel darah A Slamet
129
proses urine
yang
mengandung
sel darah
merah
merah, ini menunjukkan adanya peradangan pada….
A. Glomerulus
B. Korteks
C. Medula
D. Pelvis renalis
E. Vesica urinaria
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 240.
13 Memahami
urine
C2 Yang memnyebabkan urine berwarna kekuningan adalah….
A. Biliverdin
B. Bilirubin
C. Urobilin
D. Histamine
E. Hemoglobin
B Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 172.
130
14 Menjelaskan
fungsi hati
C2 Berikut ini yang bukan merupakan fungsi hati adalah….
A. Menimpan gula dalam bentuk glikogen
B. Tempat pembongkaran sel darah merah
C. Menawarkan racun yang masuk ke tubuh
D. Tempat pembongkaran dan pembentukan protein
E. Menghasilkan enzim-enzim pencernaan
E Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 236.
15 Memahami
kulit
C1 Lapisan kulit yang senantiasa tumbuh membentuk sel baru adalah
stratum….
A. Granulosum
B. Lusidum
C. Korneum
D. Korium
E Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
131
E. Germinativum 2007, h. 238.
16 Memahami
lapisan kulit
C1 Lapiran teratas kulit yang berupa lapisan mati dan selalu
mengelupas disebut….
A. Dermis
B. Stratum korneum
C. Stratum lusidum
D. Stratum granulosum
E. Stratum germinativum
B Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 237.
17 Menjelaskan
lapisan kulit
manusia
C2 Lapisan kulit yang mengandung pigmen melanin (yang
memberikan warna pada kulit manusia) adalah….
A. Dermis
B. Stratum lusidum
C Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
132
C. Stratum granulosum
D. Stratum korneum
E. Stratum germinativum
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 238.
18 Memahami
zat pada
paru-paru
C1 Sebagai alat ekskresi, zat yang dikeluarkan oleh paru-paru
adalah….
A. H2O dan O2
B. Mineral dan O2
C. H2O dan CO2
D. Mineral dan H2O
E. Mineral dan H2O
C Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 173.
19 Memahami C2 Untaian pembuluh kapiler yang dindingnya bertaut satu dengan D Pratiwi, dkk
133
pembuluh
kapiler
dinding kapsul bowman adalah….
A. Lengkung Henle
B. Tubulus proksimal
C. Vena renalis
D. Glomerulus
E. Vena kava inferior
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 168.
20 Memahami
peristiwa
augmentasi
C2 Pada peristiwa augmentasi, zat yang tidak diperlukan oleh tubuh
ditambahkan ke dalam….
A. Tubulus kontortus distal
B. Tubulus kontortus proksimal
C. Lengkung henle
D. Kapsul bowman
A Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 170.
134
E. Glomerulus
21 Memahami
struktur
ginjal
C1 Lapisan ginjal bagian luar atau kulit ginjal dikenal dengan
istilah….
A. Medula
B. Pelvis renalis
C. Korteks
D. Kapsul bowman
E. Tubulus
C Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 238.
22 Memahami
Struktur
organ
C2 Organ pencernaan yang berukuran cukup besar dan tumpang
tindih dengan organ pencernaan serta terikat erat pada diafragma
dengan adanya ligamen adalah….
C Oman Karmana,
Cerdas Belajar
Biologi,
Bandung :
135
A. Kulit
B. Paru-paru
C. Hati
D. Ginjal
E. Alveolus
Grafindo Media
Pratama, 2008,
h. 224.
23 Memahami
organ
ekskresi
C1 Organ pada sistem ekskresi yang juga berperan dalam sistem
respirasi adalah….
A. Paru-paru
B. Ginjal
C. Hati
D. Kulit
E. Glomerulus
A Khristiyono,
SPM Biologi
SMA dan MA,
Jakarta:
Erlangga, 2008,
h. 89.
136
24 Analisis pada
organ
empedu
C4 Jika pembuluh empedu tersumbat akibat kolesterol yang
mengendap dan membentuk batu empedu, maka warna fases akan
menjadi….
A. Biru
B. Hijau
C. Coklat keabu-abuan
D. Kuning
E. Jingga
C Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 174.
25 Menganalisis
cairan pada
keringat
C4 Pada saat orang berkeringat berlebih maka akan terbentuk urin
yang….
A. Sedikit dan pekat
B. Sedikit dan encer
C. Banyak dan pekat
A Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 176.
137
D. Banyak dan encer
E. Banyak dan bening
26 Memahami
struktur pada
ginjal
C1 Saluran ginjal yang melengkung pada daerah medula dan
berhubungan dengan tubulus proksimal di daerah korteks
adalah….
A. Tubulus kontortus proksimal
B. Tubulus pengumpul
C. Tubulus distal
D. Lengkung henle
E. glomerulus
D Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 168.
27 Memahami
struktur
badan
malpighi
C2 Badan Malpighi terdiri atas…
A. Glomerulus dan nefron
B Khristiyono,
SPM Biologi
SMA dan MA,
Jakarta:
138
B. Kapsul bowman dan glomerulus
C. Nefron dan lengkung henle
D. Tubulus distal dan nefron
E. Tubulus proksimal dan lengkung henle
Erlangga, 2008,
h. 88.
28 Memahami
konsep organ
hati
C2 Di dalam hati, sel-sel darah merah yang sudah tua ditangkap oleh
sel-sel khusus yang di sebut…
A. Sel kanker
B. Sel kelenjar
C. Sel histiosit
D. Sel schwann
E. Sel leydig
C Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati,
Biologi
SMA/MA Kelas
XI , Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2013, h. 231.
29 Memahami
proses ginjal
C3 Apabila ginjal sebagai organ ekskresi rusak, yang kan terjadi C Pratiwi, dkk
Biologi untuk
139
adalah....
A. Kekurangan O2
B. Kekurangan cairan tubuh
C. kekurangan zat toksik
D. kelebihan NH3
E. Kekurangan H2O
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 169.
30 Memahami
filtrasi
C2 Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul bowman di sebut….
A. Urine sekunder
B. Urine primer
C. Urea
D. Filtrate tubulus
E. Urine sesungguhnya
B Oman Karmana,
Cerdas Belajar
Biologi,
Bandung :
Grafindo Media
Pratama, 2008,
h. 220.
140
31 Memahami
Faktor yang
berpengaruh
pada
produksi
urine
C2 Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
urine, kecuali….
A. Zat deuretik
B. Suhu
C. Jumlah air yang diminum
D. Horman antideuretik
E. Aktivitas
E Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 170.
32 Memahami
kerja paru-
paru
C5 Pak amin melakukan rontrogen terhadap dadanya dan menemukan
dalam paru-parunya banyak terdapat noda. Menurut pendapatmu
terdapat kemungkinan bahwa pak amin....
A. Perokok aktif
B. Jarang berolahraga
C. Tinggal di daerah polusi tinggi
A Oman Karmana,
Cerdas Belajar
Biologi,
Bandung :
Grafindo Media
Pratama, 2008,
h. 225.
141
D. Tinggal di daerah lembab
E. Tinggal di daerah polusi rendah
33 Menganalisis
efek
berkeringat
C4 Efek yang terjadi jika manusia banyak keringkat adalah….
A. Banyak urine yang dihasilkan
B. Urine menjadi lebih ence
C. Urine berisi lebih banyak garam
D. Urine mengandung lebih banyak gula
E. Urine mengandung persentase urea lebih tinggi
E Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 176
34 Analisis
mesin buatan
ginjal
C4 Dialisis darah pada mesin ginjal buatan menggunakan peinsip….
A. Difusi sederhana
B. Osmosis
C. Transfor aktif
A Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 172.
142
D. Filtrasi
E. reabsorpsi
35 Menjelaskan
gangguan/kelai
nan yang
terjadi pada
sistem ekskresi
Menganalisis
gangguan
pada ginjal
C4 Orang yang memiliki penyakit ginjal dianjurkan tidak makan telur,
alasannya adalah….
A. Kelebihan protein telur tidak dapat disimpan dalam hati
dan ginjal
B. Pencernaan protein telur menbentuk asam amino akan
menyebabkan ginjal bekerja keras
C. Kelebihan asam amino akan diuraikan menjadi urea dan
menyebabkan ginjal bekerja keras
D. Lemak dari bagian kuning telur merangsang produksi
empedu
E. Lemak dari telur memperberat kerja ginjal
C Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 181.
36 Memahami
kelainan
yang
C4 Jika urin mengandung protein, kemungkinan kelainan terjadi pada
bagian….
A Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
143
mengandung
protein
A. Kapsul bowman
B. Tubulus proksimal
C. Lengkung henle
D. Tubulus distal
E. Tubulus kolektus
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 183
37 Menjelaskan
gangguan
pada urin
C4 Anuria merupakan kelainan yang ditandai dengan tidak
terbentuknya urin akibat kerusakan pada bagian….
A. Glomerulus
B. Tubulus distal
C. Tubulus proksimal
D. Kapsul bawman
E. Lengkung henle
A Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 243.
144
38 Menjelaskan
gangguan
pada ginjal
C4 Rasa sakit saat berkemih dapat terjadi karena adanya endapan
garam mineral yang menyumbat aliran urin yang disebut….
A. Poliura
B. Nefritis
C. Uremia
D. Anuria
E. Batu ginjal
E Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
h. 171
39 Memahami
gangguan
pada ginjal
C2 Albuminuria adalah suatu gangguan ginjal di mana….
A. Dalam urin terdapat glukosa
B. Urin keluar terlalu banyak
C. Urin yang keluar mengandung ureum
D. Di dalam urin mengandung protein
E. Dalam urin terdapat zat yang membahayakan
D Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati, Sains
Biologi 2
SMA/MA,
Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2007, h. 243.
145
40 Memahami
gangguan
hormon
C4 Diabetes mellitus dapat terjadi karena kegagalan….
A. Glomerulus mengadakan filtrasi
B. Pancreas memproduksi insulin
C. Hati menghasilkan enzim amilase
D. Pankreas memproduksi enzi amilase
E. Kelebihan ADH didalam darah
C Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati,
Biologi
SMA/MA Kelas
XI , Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2013, h. 247
41 Menganalsis
ganggaun
pada urin
C4 Seorang siswa mengetes 3 cc urin tini dengan menggunakan
reagen benedict. Setelah dipanaskan, campuran urin dan benedict
menjadi merah bata, berarti tini….
A. Mengalami kelainan ginjal
B. Mengalami diabetes insipidus
C. Menderita diabetes mellitus
C Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati,
Biologi
SMA/MA Kelas
XI , Jakarta: PT
Bumi Aksara,
146
D. Menderita albuminuria
E. Menderita nefritis
2013, h. 247
42
Memahami
gangguan
pada ginjal
C4 Infeksi kuman pada nefritis dapat menyebabkan terjadinya uremia,
yaitu adanya
A. Urin di dalam darah
B. Darah dalam urin
C. Asam amino dalam darah
D. Asam urat dalam darah
E. Urea di dalam urin
A Slamet
Priwirohartono
dan Sri
Hidayati,
Biologi
SMA/MA Kelas
XI , Jakarta: PT
Bumi Aksara,
2013, h. 239
43 Memahami
gangguan
pada ginjal
C4 Gangguan pada ginjal yang ditandai dengan adanya kerusakan
pada bagian glomerulus akibat bakteri Streptococcus adalah….
A. Batu ginjal
B Pratiwi, dkk
Biologi untuk
SMA XI,
Jakarta:
Erlangga, 2006,
147
B. Nefritis
C. Albuminuria
D. Ketosis
E. Hematuria
h. 171.
Lampiran 8 148
Instrumen Tes Hasil Belajar
PETUNJUK UMUM
1. Berilah tanda (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang benar
2. Gunakan waktu dengan efektif dan efisien
3. Periksalah pekerjaan Anda sebelum diserahkan kepada pengawas
4. Kerjakan soal secara jujur dan mandiri
1. Suatu proses atau fungsi yang berkaitan erat dengan sistem ekskresi
khususnya dengan jumlah air yang dibuang melalui keringat dan urin
adalah…
A. Respirasi
B. Sekresi
C. Difusi
D. Osmoregulasi
E. Transformasi
2. Proses pengeluaran zat-zat dari dalam tubuh manusia yang belum mengalami
metabolisme disebut….
A. Eliminasi
B. Defekasi
C. Ekskresi
D. Sekresi
E. Gutasi
3. Yang termasuk peristiwa ekskresi adalah pengeluaran….
A. Air mata
B. Air liur
C. Feses
D. Keringat
E. HCL pada lambung
4. Zat-zat sisa metabolisme protein diekskresikan dalam bentuk….
149
A. Air dan CO2
B. Minyak dan garam
C. Air, urea, dan minyak
D. Minyak dan air
E. Urea dan garam
5. Limbah hasil metabolisme yang bersifat tidak larut dan berasal dari
pemecahan asam nukleat adalah….
A. Nitrogen
B. Urea
C. Amonia
D. Asam urat
E. Urin
6. Pembentukan urea berasal dari ornitin, sitrulin, dan arginine, yang di sebut
juga dengan….
A. Daur sitrulin
B. Daur arginin
C. Daur ornitin
D. Utrikulus
E. Urin primer
7. Pernyataan berikut yang bukan hasil pembongkaran eritrosit di dalam hati
adalah….
A. Globin untuk metabolism protein
B. Fe akan disimpan di dalam hati
C. Hemin diubah menjadi bilirubin
D. Hemoglobin dibongkar menjadi hemin + globin + Fe
E. Eritrosit dibongkar menjadi biliverdin Membawa CO2 ke jaringan
8. Bila urine yang dikeluarkan seseorang mengandung sel darah merah, ini
menunjukkan adanya peradangan pada….
A. Glomerulus
B. Korteks
C. Medula
150
D. Pelvis renalis
E. Vesica urinaria
9. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi hati adalah….
A. Menimpan gula dalam bentuk glikogen
B. Tempat pembongkaran sel darah merah
C. Menawarkan racun yang masuk ke tubuh
D. Tempat pembongkaran dan pembentukan protein
E. Menghasilkan enzim-enzim pencernaan
10. Lapisan kulit yang senantiasa tumbuh membentuk sel baru adalah stratum….
A. Granulosum
B. Lusidum
C. Korneum
D. Korium
E. Germinativum
11. Lapiran teratas kulit yang berupa lapisan mati dan selalu mengelupas
disebut….
A. Dermis
B. Stratum korneum
C. Stratum lusidum
D. Stratum granulosum
E. Stratum germinativum
12. Lapisan kulit yang mengandung pigmen melanin (yang memberikan warna
pada kulit manusia) adalah….
A. Dermis
B. Stratum lusidum
C. Stratum granulosum
D. Stratum korneum
E. Stratum germinativum
13. Pada peristiwa augmentasi, zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ditambahkan
ke dalam….
A. Tubulus kontortus distal
151
B. Tubulus kontortus proksimal
C. Lengkung henle
D. Kapsul bowman
E. Glomerulus
14. Badan Malpighi terdiri atas…
A. Glomerulus dan nefron
B. Kapsul bowman dan glomerulus
C. Nefron dan lengkung henle
D. Tubulus distal dan nefron
E. Tubulus proksimal dan lengkung henle
15. Di dalam hati, sel-sel darah merah yang sudah tua ditangkap oleh sel-sel
khusus yang di sebut…
A. Sel kanker
B. Sel kelenjar
C. Sel kupffer
D. Sel schwann
E. Sel leydig
16. Apabila ginjal sebagai organ ekskresi rusak, yang akan terjadi adalah....
A. Kekurangan O2
B. Kekurangan cairan tubuh
C. kekurangan zat toksik
D. kelebihan NH3
E. Kekurangan H2O
17. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi urine,
kecuali….
A. Zat deuretik
B. Suhu
C. Jumlah air yang diminum
D. Horman antideuretik
E. Aktivitas
18. Efek yang terjadi jika manusia banyak keringkat adalah….
152
A. Banyak urine yang dihasilkan
B. Urine menjadi lebih ence
C. Urine berisi lebih banyak garam
D. Urine mengandung lebih banyak gula
E. Urine mengandung persentase urea lebih tinggi
19. Dialisis darah pada mesin ginjal buatan menggunakan prinsip….
A. Difusi sederhana
B. Osmosis
C. Transfor aktif
D. Filtrasi
E. reabsorpsi
E. Metanefros
20. Orang yang memiliki penyakit ginjal dianjurkan tidak makan telur, alasannya
adalah….
A. Kelebihan protein telur tidak dapat disimpan dalam hati dan ginjal
B. Pencernaan protein telur menbentuk asam amino akan menyebabkan ginjal
bekerja keras
C. Kelebihan asam amino akan diuraikan menjadi urea dan menyebabkan
ginjal bekerja keras
D. Lemak dari bagian kuning telur merangsang produksi empedu
E. Lemak dari telur memperberat kerja ginjal
21. Anuria merupakan kelainan yang ditandai dengan tidak terbentuknya urin
akibat kerusakan pada bagian….
A. Glomerulus
B. Tubulus distal
C. Tubulus proksimal
D. Kapsul bawman
E. Lengkung henle
22. Diabetes mellitus dapt terjadi karena kegagalan….
153
A. Glomerulus mengadakan filtrasi
B. Pancreas memproduksi insulin
C. Hati menghasilkan enzim amilase
D. Pankreas memproduksi enzi amilase
E. Kelebihan ADH didalam darah
23. Seorang siswa mengetes 3 cc urin tini dengan menggunakan reagen benedict.
Setelah dipanaskan, campuran urin dan benedict menjadi merah bata, berarti
tini….
A. Mengalami kelainan ginjal
B. Mengalami diabetes insipidus
C. Menderita diabetes mellitus
D. Menderita albuminuria
E. Menderita nefritis
24. Infeksi kuman pada nefritis dapat menyebabkan terjadinya uremia, yaitu
adanya
A. Urin di dalam darah
B. Darah dalam urin
C. Asam amino dalam darah
D. Asam urat dalam darah
E. Urea di dalam urin
Lampiran 9 154
Lembar Observasi
Pada Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Pertemuan 1
Tempat : SMA N 86 Jakarta
Kelas : XI IPA
Mata Pelajaran : Pendidikan Biologi
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda centang ( ) pada setiap kolom di bawah ini untuk
setiap pernyataan yang telah dilakukan. Kemudian isilah tanggal, nama lengkap, dan
NIM/NIP Anda pada bagian sebelah kanan bawah yang telah disediakan.
No
Tahap Analogi
FAR
Pertanyaan
Hasil
observasi
ya tidak
1
Fokus
Guru memberikan pemahaman tentang
analogi, diharapkan agar siswa tidak
asing/sudah mengenal analognya
√
2 Guru meningkatkan pengenalan dan
pemahaman siswa melalui contoh atau
penggambaran dari analognya
√
3 Guru memastikan kembali dengan
memberikan pertanyaan, apakah siswa
dapat melewati tahap mengenal analognya
dengan baik
√
4 Analogi yang dipilih tidak mempunyai
konsep sains yang salah
√
5
Guru memperhatikan tingkat keakraban
para siswa dengan analognya
√
6 Guru mengemukakan kemiripan antara
analog dengan target
√
155
7 Aksi Guru mengemukakan ketidakmiripan antara
analog dengan target
√
8 Guru mengulas kembali konsep rujukan dan
memperkenalkan konsep target pada saat
bersamaan
√
9 Guru melakukan penggambaran dalam
rangka meningkatkan pengenalan dan
pemahaman
√
10 Guru melakukan penulisan terhadap hal-hal
penting seputar konsep
√
11 Guru melakukan penarikan kesimpulan
terhadap apa yang telah dipelajari
√
12
Refleksi
Analogi yang digunakan cukup jelas √
13 Analogi yang digunakan berguna √
14 Analogi yang digunakan tidak
membingungkan siswa
√
Jakarta, Mei 2017
Observer,
Edo Arruji
NIM: 1113016100033
156
Lembar Observasi
Pada Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi)
Pertemuan 2
Tempat : SMA N 86 Jakarta
Kelas : XI IPA
Mata Pelajaran : Pendidikan Biologi
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda centang ( ) pada setiap kolom di bawah ini untuk
setiap pernyataan yang telah dilakukan. Kemudian isilah tanggal, nama lengkap, dan
NIM/NIP Anda pada bagian sebelah kanan bawah yang telah disediakan.
No
Tahap Analogi
FAR
Pertanyaan
Hasil
observasi
ya tidak
1
Fokus
Guru memberikan pemahaman tentang
analogi, diharapkan agar siswa tidak
asing/sudah mengenal analognya
√
2 Guru meningkatkan pengenalan dan
pemahaman siswa melalui contoh atau
penggambaran dari analognya
√
3 Guru memastikan kembali dengan
memberikan pertanyaan, apakah siswa
dapat melewati tahap mengenal analognya
dengan baik
√
4 Analogi yang dipilih tidak mempunyai
konsep sains yang salah
√
5
Guru memperhatikan tingkat keakraban
para siswa dengan analognya
√
6 Guru mengemukakan kemiripan antara
analog dengan target
√
157
7 Aksi Guru mengemukakan ketidakmiripan antara
analog dengan target
√
8 Guru mengulas kembali konsep rujukan dan
memperkenalkan konsep target pada saat
bersamaan
√
9 Guru melakukan penggambaran dalam
rangka meningkatkan pengenalan dan
pemahaman
√
10 Guru melakukan penulisan terhadap hal-hal
penting seputar konsep
√
11 Guru melakukan penarikan kesimpulan
terhadap apa yang telah dipelajari
√
12
Refleksi
Analogi yang digunakan cukup jelas √
13 Analogi yang digunakan berguna √
14 Analogi yang digunakan tidak
membingungkan siswa
√
Jakarta, Mei 2017
Observer,
Edo Arruji
NIM: 1113016100033
Lampiran 10 158
REKAP ANALISIS BUTIR 1
=====================
Rata2= 13.48
Simpang Baku= 5.41
KorelasiXY= 0.81
Reliabilitas Tes= 0.90
Butir Soal= 25
Jumlah Subyek= 29
Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 1.ANA
Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 12.50 Sangat Mudah 0.204 -
2 2 62.50 Mudah 0.479 Signifikan
3 3 100.00 Sedang 0.682 Sangat Signifikan
4 4 100.00 Sedang 0.844 Sangat Signifikan
5 5 -12.50 Sangat Mudah -0.171 -
6 6 75.00 Sedang 0.543 Sangat Signifikan
7 7 0.00 Sangat Mudah 0.031 -
8 8 62.50 Sukar 0.583 Sangat Signifikan
9 9 62.50 Sedang 0.414 Signifikan
10 10 25.00 Mudah 0.383 Signifikan
11 11 87.50 Sedang 0.620 Sangat Signifikan
12 12 75.00 Sedang 0.739 Sangat Signifikan
13 13 37.50 Sukar 0.402 Signifikan
14 14 12.50 Sedang 0.230 -
15 15 87.50 Sedang 0.753 Sangat Signifikan
16 16 50.00 Sukar 0.510 Sangat Signifikan
17 17 37.50 Sangat Sukar 0.453 Signifikan
18 18 25.00 Mudah 0.354 -
19 19 100.00 Sedang 0.698 Sangat Signifikan
20 20 0.00 Sangat Mudah -0.001 -
159
21 21 25.00 Sedang 0.062 -
22 22 75.00 Sukar 0.713 Sangat Signifikan
23 23 37.50 Sedang 0.440 Signifikan
24 24 87.50 Sedang 0.714 Sangat Signifikan
25 25 100.00 Sedang 0.780 Sangat Signifikan
REKAP ANALISIS BUTIR (2)
=====================
Rata2= 14.32
Simpang Baku= 4.15
KorelasiXY= 0.80
Reliabilitas Tes= 0.89
Butir Soal= 25
Jumlah Subyek= 31
Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 2.ANA
Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 62.50 Sedang 0.437 Signifikan
2 2 62.50 Sedang 0.437 Signifikan
3 3 62.50 Sedang 0.516 Sangat Signifikan
4 4 50.00 Sedang 0.420 Signifikan
5 5 62.50 Sedang 0.605 Sangat Signifikan
6 6 12.50 Sangat Mudah 0.125 -
7 7 75.00 Sedang 0.562 Sangat Signifikan
8 8 25.00 Sukar 0.261 -
9 9 12.50 Sedang 0.290 -
10 10 75.00 Sedang 0.456 Signifikan
11 11 12.50 Sangat Mudah 0.007 -
12 12 50.00 Sedang 0.405 Signifikan
13 13 25.00 Mudah 0.185 -
14 14 75.00 Sedang 0.733 Sangat Signifikan
160
15 15 75.00 Sedang 0.602 Sangat Signifikan
16 16 75.00 Sedang 0.524 Sangat Signifikan
17 17 62.50 Sedang 0.509 Sangat Signifikan
18 18 0.00 Sangat Mudah -0.040 -
19 19 37.50 Sangat Mudah 0.312 -
20 20 75.00 Sukar 0.784 Sangat Signifikan
21 21 -25.00 Sangat Mudah -0.417 -
22 22 12.50 Sangat Mudah 0.106 -
23 23 12.50 Sangat Mudah 0.106 -
24 24 37.50 Sedang 0.365 -
25 25 12.50 Sedang 0.267 -
Lampiran 11 161
RELIABILITAS TES (1)
================
Rata2= 13.48
Simpang Baku= 5.41
KorelasiXY= 0.81
Reliabilitas Tes= 0.90
Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 1.ANA
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 24 Septia Wulandari 11 12 23
2 18 Nur Annisa U. S 11 11 22
3 2 Alif Putra S 12 9 21
4 8 Ghina Q.F 11 10 21
5 19 Nur Shasqia M... 10 11 21
6 20 Priyanka Handra 10 11 21
7 25 Sulthan A.H 9 11 20
8 28 Wionna A 11 9 20
9 11 Indira Trianisa 10 9 19
10 29 Zalfa Zamdira 7 7 14
11 14 M. Djorghi N.H 7 6 13
12 16 M. Dimas E 7 6 13
13 6 Aldo Reshwara 6 6 12
14 9 Ghina Nabilah 7 5 12
15 15 M. Hafiz P 7 5 12
16 17 M. Syarif H 7 5 12
17 3 Ahmad Idris 6 5 11
18 22 Sandy Nandaru S 8 3 11
19 26 Stefano Levi 6 5 11
20 21 Ramdana 7 3 10
21 1 Ahmad Hafil P... 7 2 9
22 23 Satrio Wibowo 5 4 9
23 4 Alicia 4 4 8
24 7 Ba'diah N 4 4 8
162
25 10 Indah S 4 4 8
26 12 Kartika 4 4 8
27 27 Vika A 4 4 8
28 5 Akbar Perdana 3 4 7
29 13 M. Rizal P 3 4 7
RELIABILITAS TES (2)
================
Rata2= 14.32
Simpang Baku= 4.15
KorelasiXY= 0.80
Reliabilitas Tes= 0.89
Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 2.ANA
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 Abigail Malurita 7 6 13
2 2 Angga Sabilla 9 8 17
3 3 Anis Naufal K 6 3 9
4 4 Andi Panglima 7 5 12
5 5 Ayu Alviana 7 3 10
6 6 Azhar Rheza I 8 8 16
7 7 Dara Azhilla 8 6 14
8 8 Dhiya Riniengsih 6 5 11
9 9 Diandra DR 9 7 16
10 10 Drajat 8 5 13
11 11 Evi Riski Yanti 8 8 16
12 12 Ghiffari Kemal H 7 8 15
13 13 Husna Maulidya 13 9 22
14 14 Iqbal Putra D 6 3 9
163
15 15 Kesita 10 10 20
16 16 Kiara Maulika... 12 10 22
17 17 Kusniawati 7 6 13
18 18 Latifannisa N 11 10 21
19 19 Luthfi 9 4 13
20 20 M.Iqbal Ramadhan 7 6 13
21 21 Muhammad Rafs... 8 5 13
22 22 Mutiara Nur A 9 8 17
23 23 Nur Rahmah Yusuf 9 8 17
24 24 Rani Dwi Ward... 11 8 19
25 25 Rani P Sari 7 4 11
26 26 Ruth Kezi 11 10 21
27 27 Sekar Asih D.P 5 5 10
28 28 Viecha Noni M.B 4 3 7
29 29 Wahid Fajar 6 3 9
30 30 Windy Jessi Hani 6 5 11
31 31 Yusuf Falah 8 6 14
Lampiran 12 164
TINGKAT KESUKARAN (1)
=================
Jumlah Subyek= 29
Butir Soal= 25
Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 1.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 27 93.10 Sangat Mudah
2 2 23 79.31 Mudah
3 3 17 58.62 Sedang
4 4 13 44.83 Sedang
5 5 25 86.21 Sangat Mudah
6 6 12 41.38 Sedang
7 7 26 89.66 Sangat Mudah
8 8 8 27.59 Sukar
9 9 13 44.83 Sedang
10 10 23 79.31 Mudah
11 11 15 51.72 Sedang
12 12 10 34.48 Sedang
13 13 6 20.69 Sukar
14 14 19 65.52 Sedang
15 15 13 44.83 Sedang
16 16 7 24.14 Sukar
17 17 4 13.79 Sangat Sukar
18 18 22 75.86 Mudah
19 19 15 51.72 Sedang
165
20 20 25 86.21 Sangat Mudah
21 21 15 51.72 Sedang
22 22 8 27.59 Sukar
23 23 20 68.97 Sedang
24 24 13 44.83 Sedang
25 25 12 41.38 Sedang
TINGKAT KESUKARAN (2)
=================
Jumlah Subyek= 31
Butir Soal= 25
Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 2.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 17 54.84 Sedang
2 2 17 54.84 Sedang
3 3 17 54.84 Sedang
4 4 11 35.48 Sedang
5 5 10 32.26 Sedang
6 6 27 87.10 Sangat Mudah
7 7 21 67.74 Sedang
8 8 6 19.35 Sukar
9 9 20 64.52 Sedang
10 10 16 51.61 Sedang
11 11 27 87.10 Sangat Mudah
12 12 14 45.16 Sedang
13 13 26 83.87 Mudah
14 14 13 41.94 Sedang
166
15 15 11 35.48 Sedang
16 16 15 48.39 Sedang
17 17 13 41.94 Sedang
18 18 27 87.10 Sangat Mudah
19 19 22 70.97 Sangat Mudah
20 20 8 25.81 Sukar
21 21 27 87.10 Sangat Mudah
22 22 28 90.32 Sangat Mudah
23 23 28 90.32 Sangat Mudah
24 24 13 41.94 Sedang
25 25 10 32.26 Sedang
Lampiran 13 167
DAYA PEMBEDA (1)
============
Jumlah Subyek= 29
Klp atas/bawah(n)= 8
Butir Soal= 25
Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 1.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)
1 1 8 7 1 12.50
2 2 8 3 5 62.50
3 3 8 0 8 100.00
4 4 8 0 8 100.00
5 5 7 8 -1 -12.50
6 6 7 1 6 75.00
7 7 7 7 0 0.00
8 8 5 0 5 62.50
9 9 5 0 5 62.50
10 10 8 6 2 25.00
11 11 7 0 7 87.50
12 12 7 1 6 75.00
13 13 3 0 3 37.50
14 14 7 6 1 12.50
15 15 8 1 7 87.50
16 16 5 1 4 50.00
17 17 3 0 3 37.50
18 18 8 6 2 25.00
168
19 19 8 0 8 100.00
20 20 8 8 0 0.00
21 21 5 3 2 25.00
22 22 6 0 6 75.00
23 23 8 5 3 37.50
24 24 7 0 7 87.50
25 25 8 0 8 100.00
DAYA PEMBEDA (2)
============
Jumlah Subyek= 31
Klp atas/bawah(n)= 8
Butir Soal= 25
Nama berkas: E:\LAMPIRAN VALIDASI SOAL XII MIA 2.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)
1 1 6 1 5 62.50
2 2 7 2 5 62.50
3 3 7 2 5 62.50
4 4 5 1 4 50.00
5 5 6 1 5 62.50
6 6 8 7 1 12.50
7 7 8 2 6 75.00
8 8 2 0 2 25.00
9 9 7 6 1 12.50
10 10 7 1 6 75.00
11 11 7 6 1 12.50
12 12 5 1 4 50.00
169
13 13 8 6 2 25.00
14 14 6 0 6 75.00
15 15 6 0 6 75.00
16 16 7 1 6 75.00
17 17 7 2 5 62.50
18 18 7 7 0 0.00
19 19 6 3 3 37.50
20 20 6 0 6 75.00
21 21 6 8 -2 -25.00
22 22 8 7 1 12.50
23 23 8 7 1 12.50
24 24 5 2 3 37.50
25 25 4 3 1 12.50
Lampiran 14 170
Data Hasil Pretes Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Siswa Skor Pretes Skor Postes
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 16.67 28.83 70 76.67
2 66.67 41.67 91.67 76.67
3 26.67 56.67 73.34 83.34
4 50 20 83.33 83.34
5 30 20 83.33 70
6 30 13.34 76.67 83.34
7 23.34 33.34 79.17 70
8 30 30 87.5 83.34
9 43.34 60 76.67 76.67
10 50 16.67 87.5 73.34
11 43.34 33.33 79.17 60
12 30 36.67 73.34 76.67
13 56.67 10 73.34 63.34
14 33.34 13.34 86.67 60
15 30 53.34 87.5 70
16 46.67 46.67 79.17 70
17 33.34 26.67 83.33 73.34
18 10 30 91.67 86.67
19 40 53.34 91.67 76.67
20 13.34 53.34 83.33 90
21 43.34 46.67 87.5 90
22 40 60 83.33 73.34
23 40 63.34 83.33 70
24 33.34 36.67 83.33 86.67
171
25 26.67 23.34 87.5 86.67
26 36.67
83.33
27 36.67
70
Jumlah 960.08 907.24 2216.69 1910.08
Rata-rata 35.55852 33.7596 82.09963 76.4032
Tertinggi 66.67 63.34 91.67 90
Terendah 10 10 70 60
Median 33.34 33.34 83.33 76.67
Modus 30 53.34 83.33 76.67
SD 16.40749 16.93748952 12.678993 8.709984
Varian 160.6821 286.9057123 40.81923 75.86382
Lampiran 15 172
Analisis N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretes Postes N-gain Kriteria Pretes Postes N-Gain Kriteria
1 16.67 70 0.639986 Sedang 28.83 76.67 0.672193 Sedang
2 66.67 91.67 0.750075 Tinggi 41.67 76.67 0.600034 Sedang
3 26.67 73.34 0.636438 Sedang 56.67 83.34 0.615509 Sedang
4 50 83.33 0.6666 Sedang 20 83.34 0.79175 Tinggi
5 30 83.33 0.761857 Tinggi 20 70 0.625 Sedang
6 30 76.67 0.666714 Sedang 13.34 83.34 0.807754 Tinggi
7 23.34 79.17 0.728281 Tinggi 33.34 70 0.549955 Sedang
8 30 87.5 0.821429 Tinggi 30 83.34 0.762 Tinggi
9 43.34 76.67 0.588246 Sedang 60 76.67 0.41675 Sedang
10 50 87.5 0.75 Tinggi 16.67 73.34 0.680067 Sedang
11 43.34 79.17 0.632369 Sedang 33.33 60 0.40003 Sedang
12 30 73.34 0.619143 Sedang 36.67 76.67 0.631612 Sedang
13 56.67 73.34 0.384722 Sedang 10 63.34 0.592667 Sedang
14 33.34 86.67 0.80003 Tinggi 13.34 60 0.538426 Sedang
15 30 87.5 0.821429 Tinggi 53.34 70 0.357051 Tinggi
16 46.67 79.17 0.609413 Sedang 46.67 70 0.437465 Tinggi
17 33.34 83.33 0.749925 Tinggi 26.67 73.34 0.636438 Sedang
18 10 91.67 0.907444 Tinggi 30 86.67 0.809571 Tinggi
19 40 91.67 0.861167 Tinggi 53.34 76.67 0.5 Sedang
20 13.34 83.33 0.807639 Tinggi 53.34 90 0.785684 Tinggi
21 43.34 87.5 0.779386 Tinggi 46.67 90 0.812488 Tinggi
22 40 83.33 0.722167 Tinggi 60 73.34 0.3335 Tinggi
173
23 40 83.33 0.722167 Tinggi 63.34 70 0.181669 Sedang
24 33.34 83.33 0.749925 Tinggi 36.67 86.67 0.789515 Tinggi
25 26.67 87.5 0.829538 Tinggi 23.34 86.67 0.826115 Tinggi
26 36.67 83.33 0.736776 Tinggi
27 36.67 70 0.526291 Sedang
∑ Siswa 27 25
Rata-rata 35.55 82.09 0.713 Tinggi 33.75 76.40 0.606 Sedang
Lampiran 16 174
Hasil Uji Normalitas Data Pretes
1. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen
No X F XF X2 X2F Zn
Z=(x-x
bar)/s F(z) S(z) F(z) - S(z)
1 10 1 10 100 100 1 -2.01629 0.021885 0.030303 0.008418
2 13.34 1 13.34 177.9556 177.9556 2 -1.7528 0.039819 0.074074 0.034256
3 16.67 1 16.67 277.8889 277.8889 3 -1.4901 0.0681 0.111111 0.043012
4 23.34 1 23.34 544.7556 544.7556 4 -0.96391 0.167546 0.148148 0.019398
5 26.67 2 53.34 711.2889 1422.578 6 -0.70121 0.241587 0.222222 0.019365
6 30 5 150 900 4500 11 -0.43851 0.33051 0.407407 0.076898
7 33.34 3 100.02 1111.556 3334.667 14 -0.17502 0.430533 0.518519 0.087985
8 36.67 2 73.34 1344.689 2689.378 16 0.087684 0.534936 0.592593 0.057657
9 40 3 120 1600 4800 19 0.350384 0.636975 0.703704 0.066729
10 43.34 3 130.02 1878.356 5635.067 22 0.613873 0.73035 0.814815 0.084464
11 46.67 1 46.67 2178.089 2178.089 23 0.876573 0.809641 0.851852 0.042211
12 50 2 100 2500 5000 25 1.139274 0.872705 0.925926 0.05322
13 56.67 1 56.67 3211.489 3211.489 26 1.665463 0.95209 0.962963 0.010873
14 66.67 1 66.67 4444.889 4444.889 27 2.454353 0.992943 1 0.007057
JUMLAH 27 960.08 20980.96 38316.76
Uji Normalitas Liliefors
Jumlah Siswa 27
Rata-rata 35.558
SD 16.407
Varian 160.68
Liliefors Hitung 0.08
Derajat Kepercayaan 0.05
Liliefors 0.08
Liliefors Tabel 0.17
Kesimpulan data berditribusi normal
Lhitung < Ltabel = 0.08 < 0.17, maka data berdistribusi normal.
175
2. Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol
No Xi F XF X2 X2F Zn
Z=(x-x
bar)/s F(z) S(z)
F(z) -
S(z)
1 10 1 10 100 100 1 -1.40251 0.08038 0.04 0.040382
2 13.34 2 26.68 177.9556 355.9112 3 -1.20532 0.11404 0.12 0.005961
3 16.67 1 16.67 277.8889 277.8889 4 -1.00873 0.15655 0.16 0.003447
4 20 2 40 400 800 6 -0.81213 0.20836 0.24 0.031641
5 23.34 1 23.34 544.7556 544.7556 7 -0.61494 0.2693 0.28 0.010703
6 26.67 1 26.67 711.2889 711.2889 8 -0.41834 0.33785 0.32 0.017848
7 28.83 1 28.83 831.1689 831.1689 8 -0.29082 0.38559 0.44 0.054406
8 30 2 60 900 1800 11 -0.22175 0.41226 0.44 0.027745
9 33.33 1 33.33 1110.889 1110.8889 12 -0.02515 0.48997 0.56 0.070032
10 33.34 1 33.34 1111.556 1111.5556 13 -0.02456 0.4902 0.52 0.029797
11 36.67 2 73.34 1344.689 2689.3778 15 0.172037 0.5683 0.6 0.031704
12 41.67 1 41.67 1736.389 1736.3889 16 0.467228 0.67983 0.84 0.160168
13 46.67 2 93.34 2178.089 4356.1778 18 0.762418 0.77709 0.72 0.057095
14 53.34 3 160.02 2845.156 8535.4668 21 1.156203 0.8762 0.84 0.036201
15 56.67 1 56.67 3211.489 3211.4889 22 1.352799 0.91194 0.88 0.03194
16 60 2 120 3600 7200 24 1.549396 0.93936 0.96 0.020643
17 63.34 1 63.34 4011.956 4011.9556 25 1.746584 0.95965 1 0.040355
JUMLAH 25 843.9 21081.31 35372.3582
Uji Normalitas Liliefors
Jumlah Siswa 25
Rata-rata 33.75
SD 16.93
Varian 286.90
Liliefors Hitung 0.16
Derajat Kepercayaan 0.05
Liliefors 0.886
Liliefors Tabel 0.17
Kesimpulan data berditribusi normal
Lhitung < Ltabel = 0.16 < 0.17, maka data berdistribusi normal.
Lampiran 17 176
Hasil Uji Normalitas Data Postes
1. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen
Uji Normalitas Liliefors
Jumlah Siswa 27
Rata-rata 82.09
SD 12.67
Varian 40.81
Liliefors Hitung 0.10
Derajat Kepercayaan 0.05
Liliefors 0.886
Liliefors Tabel 0.17
Kesimpulan data berditribusi normal
Lhitung < Ltabel = 0.10 < 0.17, maka data berdistribusi normal.
No X F XF X2 X2F Zn
Z=(x-x
bar)/s F(z) S(z) F(z) - S(z)
1 70 2 140 4900 9800 2 -1.89382 0.029124 0.074074 0.04495
2 73.34 3 220.02 5378.756 16136.27 5 -1.37105 0.08518 0.185185 0.100006
3 76.67 2 153.34 5878.289 11756.58 7 -0.84984 0.197707 0.259259 0.061553
4 79.17 3 237.51 6267.889 18803.67 10 -0.45854 0.323281 0.37037 0.047089
5 83.33 8 666.64 6943.889 55551.11 18 0.192577 0.576355 0.666667 0.090312
6 86.67 1 86.67 7511.689 7511.689 19 0.715351 0.762804 0.703704 0.0591
7 87.5 5 437.5 7656.25 38281.25 24 0.845262 0.801018 0.888889 0.087871
8 91.67 3 275.01 8403.389 25210.17 27 1.497947 0.932926 1 0.067074
JUMLAH 27 2216.69 52940.15 183050.7
177
2. Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol
Uji Normalitas Liliefors
Jumlah Siswa 25
Rata-rata 76.40
SD 8.70
Varian 75.86
Liliefors Hitung 0.12
Derajat Kepercayaan 0.05
Liliefors 0.886
Liliefors Tabel 0.17
Kesimpulan data berditribusi normal
Lhitung < Ltabel = 0.12 < 0.17, maka data berdistribusi normal.
No X F XF X2 X2F Zn
Z=(x-x
bar)/s F(z) S(z)
F(z) -
S(z)
1 60 2 120 3600 7200 2 -1.88326 0.02983 0.08 0.050168
2 63.34 1 63.34 4011.956 4011.9556 3 -1.4998 0.06683 0.12 0.053166
3 70 5 350 4900 24500 8 -0.73516 0.23112 0.32 0.088878
4 73.34 3 220.02 5378.756 16136.2668 11 -0.35169 0.36254 0.44 0.077464
5 76.67 5 383.35 5878.289 29391.4445 16 0.030632 0.51222 0.64 0.127782
6 83.34 4 333.36 6945.556 27782.2224 20 0.796419 0.78711 0.8 0.012894
7 86.67 3 260.01 7511.689 22535.0667 23 1.178739 0.88075 0.92 0.039251
8 90 2 180 8100 16200 25 1.561059 0.94075 1 0.059255
JUMLAH 25 1910.08 46326.24 147756.956 108
Lampiran 18 178
Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
Pretes
N kelas eksperimen 27
N kelas kontrol 25
S2 terbesar 286.90
S2 terkecil 160.68
1. Fhitung =
=
=
= 1.78
2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)
Db pembilang = n – 1
= 27 – 1
= 26
Db penyebut = n – 1
= 25 – 1
= 24
Ftabel adalah 1.94
Fhitung < Ftabel = 1.78 < 1.94, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data
memiliki populasi varians yang homogen.
Lampiran 19 179
Hasil Uji Homogenitas Data Postes
Postes
N kelas eksperimen 27
N kelas kontrol 25
S2 terbesar 75.86
S2 terkecil 40.81
1. Fhitung =
=
=
= 1.85
2. Menentukan Ftabel dari db (derajat bebas)
Db pembilang = n – 1
= 27 – 1
= 26
Db penyebut = n – 1
= 25 – 1
= 24
Ftabel adalah 1.94
Fhitung < Ftabel = 1.85 < 1.94, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data
memiliki populasi varians yang homogen.
Lampiran 20 180
Hasil Uji Hipotesis Statistik (Uji-t)
A. Perhitungan Uji Hipotesis Data Pretes
Kriteria pengujian :
1. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima.
2. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
Dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = 50
Menghitung nilai S gabungan
( )
( )
= √( ) ( ) ( ) ( )
= √
= √
= √
S = 14.87
Mencari thitung
√
=
√
=
√ =
√ =
( ) =
thitung = 0.46
Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji-t didapatkan hasil
thitung sebesar 0.46 pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) dengan derajat kebebasan
(db=50) didapatkan ttabel sebesar 2.00. Maka thitung > ttabel (0.46 < 2.00) sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan
metode pembelajaran Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar
biologi siswa.
.
181
B. Perhitungan Uji Hipotesis Data Postes
Kriteria pengujian :
3. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima.
4. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
Dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = 50
Menghitung nilai S gabungan
( )
( )
= √( ) ( ) ( ) ( )
= √
= √
= √
S = 7.59
Mencari thitung
√
=
√
=
√ =
√ =
( ) =
thitung = 2.88
Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji-t didapatkan hasil
thitung sebesar 2.88 pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) dengan derajat kebebasan
(db=50) didapatkan ttabel sebesar 2.00. Maka thitung > ttabel (2.88 > 2.00) sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan
metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) terhadap hasil belajar biologi siswa.
Lampiran 21 182
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Hari, Tanggal : Selasa, 7 Maret 2017
Subjek : Dra. Anneke Makapele
Tempat : Ruang tamu SMAN 86 Jakarta
Waktu : Pukul 09.00 WIB-09.30 WIB
1. Bagaimana antusiasme siswa terhadap pelajaran biologi pada saat
pembelajaran berlangsung?
Jawab: Saat belajar biologi, ada juga siswa yang bermalas-malasan tetapi
banyak juga siswa yang antusias dalam belajar.
2. Metode apa saja yang biasa ibu gunakan dalam pembelajaran biologi ini?
Jawab: Biasanya saya memakai metode diskusi, ceramah, dan presentasi
kelompok, serta praktikum. Tetapi saya sendiri lebih senang para siswa untuk
presentasi kelompok, tetapi sebelumnya saya memberikan penjelasan terlebih
dahulu. Namun kenyataannya, saat penjelasan oleh guru dan lewat presentasi
pun banyak siswa yang masih belum paham tentang konsep yang diajarkan.
3. Apakah ibu/bapak guru, khususnya ibu sendiri, sudah pernah menggunakan
metode analogi FAR (Fokus-Aksi-Refleksi) saat mengajar?
Jawab: saya sendiri belum menggunakan metode analogi FAR. Mungkin nanti
bisa di coba untuk di praktekkan kepada siswa.
4. Bagaimana hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 86 Jakarta?
Jawab: hasil belajar siswa disini masih kurang maksimal, karena sebagian
siswa mendapatkan nilai ulangan harian di bawah KKM (75).
5. Bagaimana cara ibu meningkatkan hasil belajar biologi siswa?
Jawab: Biasanya saya mengadakan remedial untuk siswa yang nilai ulangan
hariannya masih di bawah KKM. Bentuk remedial bisa berupa soal yang sama
dengan ulangan harian atau dengan cara lainnya, seperti membebankan siswa
untuk mengerjakan tugas. Tetapi saya lebih senang jika memberikan tugas
kepada siswa dengan maksud untuk memberikan kesempaan siswa membaca
buku di rumahnya.
183
6. Menurut ibu/bapak, apa yang menjadi kendala siswa dalam memahami kendala
pembelajaran biologi?
Jawab: para siswa sering mengeluhkan tentang materi yang banyak
menggunakan hafalan dan istilah-istilah asing, selain itu juga terdapat konsep-
konsep yang abstrak atau diluar bayangan siswa.
7. Materi apa yang kira-kira sulit dipamai oleh siswa?
Jawab: kalau untuk kelas XI MIPA, banyak materi yang dirasa sulit dan butuh
beberapa kali penjelasan, seperti jaringan, sistem gerak, sistem ekskresi, sistem
regulasi, reproduksi. Karena materi ini banyak menggunakan istiah asing yang
mungkin akan sulit dipahami siswa
8. Pada materi sistem ekskresi, submateri manakah yang siswa kurang paham?
Jawab: sebagian siswa kurang dapat membedakan stuktur, fungsi dan istilah-
istilah penyakit yang terdapat pada sistem ekskresi, baik pada manusia maupun
hewan.
Jakarta, 7 Maret 2017
Narasumber,
Dra. Anneke Makapele
Lampiran 22 184
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Muhammad Priyo Atmojo
NIM : 1111016100058
Fak/Jur : FITK/IPA-Biologi
Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Metode Analogi FAR (Fokus-Aksi-
Refleksi) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
Pembimbing ke-1 : Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd
Pembimbing ke-2 : Dina Rahma Fadlilah, M. Si
No BAB 1 PENDAHULUAN Paraf
Pembimbing 1 Pembimbing 2
1
Marsudi Wahyu Kisworo,
Revolusi Mengajar, Jakarta:
Asik Generation, 2016, h. 39.
2
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, Analogi Dalam Kelas
Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,
h. 1.
3
Munif Chatib. Gurunya
Manusia. Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2013, h. xv.
4
Fadhilah Suralaga dan Solicha,
Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2010, h. 95.
185
5
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, Cet. 19, h.
129.
6
Lampiran 21, h. 182.
7
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti,
Ilmu Pendidikan, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2006, h. 122.
8
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll. Analogi Dalam Kelas
Sains. Jakarta: PT Indeks, 2013,
h. 1.
9
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, Ibid., h. 38.
10
Alamsyah said dan Andi
Budimanjaya, 95 Strategi
Mengajar Multiple
Intelligences, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, h.
166.
11
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, op. cit., h. 19.
186
12
I Wayan Suja, Strategi “Ermo”
dalam Pengajaran Konsep-
Konsep Kimia Abstrak-Teoritis,
Prosiding Seminar Nasional
Kimia, Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Surabaya,
20 September 2014, h. C-20.
13
I Wayan Suja, Penggunaan
Analogi dalam Pembelajaran
Kimia, Jurnal Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja
Indonesia, Volume 3, No. 2,
Oktober 2014, h. 409.
14
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, op. cit., h. 102.
No
BAB II DESKRIPSI
TEORITIK, KERANGKA
BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS
Paraf
Pembimbing 1 Pembimbing 2
1
Muhammad Thobroni dan Arif
Mustofa. Belajar dan
Pembelajaran, Pengembangan
Wacana dan Praktik
Pembelajaran dalam
Pembangunan Nasional.
Jakarta: Ar-Ruzz Media: 2011,
187
h. 107.
2
Zulfiani, Tonih Feronika, dan
Kinkin Suartini. Strategi
Pembelajaran Sains. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009, h. 119.
3
Ratna Yudhawati dan Dany
Haryanto. Teori-Teori Dasar
Psikologi Pendidikan. Jakarta:
PT Prestasi Pustakaraya, 2011,
h. 70.
4
Agus Suprijono. Cooperative
Learning, Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012, h. 31.
5
Zurinal dan Wahdi Sayuti. Ilmu
Pendidikan, Pengantar dan
Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta denagn
UIN Jakarta Press, 2006, h. 43.
6
Ratna Yudhawati dan Dany
Haryanto, Teori-Teori Dasar
Psikologi Pendidikan, Jakarta:
PT Prestasi Pustakaraya, 2011,
h. 73.
7
Mahmud, Metode Penelitian
Pendidikan, Bandung: CV
Pustaka Setia, 2011, h. 60
188
8
Zulfiani dkk, op.cit., h. 96
9
Suyono dan Hariyanto, Belajar
dan Pembelajaran, Tori dan
Konsep Dasar, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, cet. ke-3,
2012, h. 19.
10
Alamsyah Said dan Andi
Budimanjaya, 95 Strategi
Mengajar Multiple
Intelligences, Mengajar Sesuai
Kerja Otak dan Gaya Belajar
Siswa, Jakarta: Prenada Media
Group, 2015, h. 165.
11
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, Analogi dalam Kelas
Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,
h. 11.
12
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, Ibid., h. 12.
13
Munif Chatib, Gurunya
Manusia, Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2013, h. 158.
189
14
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, Analogi dalam Kelas
Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,
h. 30.
15
Ibid., h. 32.
16
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, Analogi dalam Kelas
Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,
h. 105-106.
17
Muhammad Amirudin,
“Penerapan Pembelajaran
Konstruktivistik Analogi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Aspek Kognitif pada
Kompetensi Perawatan dan
Pemeriksaan Sistem Pengapian
Siswa Kelas XI TKR SMK N 2
Depok”. Skripsi pada Fakultas
Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2014,
h. 176, tidak dipublikasikan.
18
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan, dengan Pendekatan
Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, h. 87.
190
19
Agus Suprijono, Cooperative
Learning, Teori dan Aplikasi
PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012, h. 2.
20
Oemar Hamalik, Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem, Jakarta:
Bumi Aksara, 2005, Cet ke-5, h.
154
21
M. Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011, h.
85.
22
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori
Belajar dan Pembelajaran,
Bandung: Erlangga, 2011, h. 2.
23
Fadhiah Suralaga dan Solicha,
Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2010, h. 94.
24
Wina Sanjaya, Perencanaan dan
Desain Sistem Pembelajaran,
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010, Cet ke-3, h. 160.
25
Anisah Basleman dan Syamsu
Mappa, Teori Belajar Orang
Dewasa, Bandung: PT Remaja
Rosda karya, 2011, h. 2.
191
26
Marsudi Wahyu Kisworo,
Revolusi Belajar, Jakarta: Asik
Generation, 2016, h. 77.
27
Suyono dan Hariyanto, Belajar
dan Pembelajaran, Teori dan
Konsep Dasar, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012, h. 9.
28
Udin S. Winataputra, Hakikat
Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: UT, 2007.
29
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan, dengan Pendekatan
Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, h. 90.
30
Dimyati dan Mudjiono, Belajar
dan Pembelajaran, Jakarta: PT
Asdi Mahasatya, 2012, h. 7.
31
Melvin L. Silberman, Aktive
Learning: 101 Cara Belajar
Aktif, Bandung: Nusamedia,
2011, h. 27.
32
Nurul Maghfiroh, 99 Fenomena
Menakjubkan dalam Al-Qur’an,
Bandung: PT Mizan Pustaka,
2015, h. 167.
33
Nana Syaodih Sukmadinata,
Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009, Cet
192
ke- 5, h. 102-103.
34
Supardi, Penilaian Autentik,
Pembelajaran Afektif, Kognitif,
dan Psikomotor; Konsep dan
Aplikasi, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2015, Cet
ke- 1, h. 2.
35
Fadhiah Suralaga dan Solicha,
Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2010, h. 94-95.
36
Zulfiani, dkk., Strategi
Pembelajaran Sains, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009, h. 64.
37
Lorin W. Anderson, (eds).
Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen: Revisi Taksonomi
Pendidikan Bloom. Terj. Agung
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Cet. I. 2010. h. 99.
38
Faisal, Mengintegrasikan Revisi
Taksonomi Bloom Kedalam
Pembelajaran Biologi, Jurnal
Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Makassar, Vol. IV, No.
2, No.2, September 2015, h.
108.
193
39
Ibid., h. 109.
40
Friska Octavia Rosa, Analisis
Kemampuan Siswa Kelas X
pada Ranah Kognitif, Afektif,
dan Psikomotorik, Jurnal
Jurusan Pendidikan Fisika,
Universitas Muhammadiyah
Metro, Lampung, Vol. 1, No. 2,
2015, h. 25.
41
Zulfiani, dkk., Op.cit., h. 67.
42
Nurty Gofita Sari, Aspek
Afektif Taksonomi Bloom Pada
Pembelajaran Matematika Siswa
Kleas VI Sekolah Dasar
Sekecamatan Alian, Jurnal
Program Studi Pendidikan
Matematika, Universitas
Muhammadiyah Purworejo,
2015, h. 22.
43
Friska Octavia Rosa. Loc.cit.
194
44
Zulfiani, dkk. Op.cit., h. 68-69.
45
Fadhiah Suralaga dan Solicha,
Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2010, h. 96.
46
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan, dengan Pendekatan
Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, h. 129.
47
Ibid., h. 136.
48
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika,
Burhanudin Bilama, Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006, Cet. 1, h.
14.
49
Supardi, Penilaian Autentik
Pembelajaran Afektif, Kognitif,
dan Psikomotor, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2015,
Cet. 1, h. 11.
50
Rusman, Model-model
Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers, 2013, Ed. 2, Cet.
195
2, h. 13.
51
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika,
dan Burhanudin Milama,
Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2006, Cet. 1, h. 4
52
Ibid.
53
Muhammad Amirudin,
“Penerapan Pembelajaran
Konstruktivistik Model Analogi
untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Aspek Kognitif pada
Kompetensi Perawatan dan
Pemeriksaan Sistem Pengapian
Siswa Kelas XI TKR SMK N 2
Depok”, Skripsi pada Fakultas
Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2014,
h. 176, tidak dipublikasikan.
54
I Wayan Suja, Penggunaan
Analogi dalam Pembelajaran
Kimia, Jurnal Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja
Indonesia, Volume 3, No. 2,
196
Oktober 2014, h. 1
55
Neny Kurniasih, dkk,
Pengajaran Kondisi Termal
Menggunakan Analogi
Konduksi Listrik, Jurnal
Pengajaran Fisika Sekolah
Menengah, Program Studi
Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Bandung,
Volume 1, No. 3, Agustus 2009,
h. 82
56
Allan G. Harrison dan Richard
K. Coll, Analogi dalam Kelas
Sains, Jakarta: PT Indeks, 2013,
h. 38.
57
Uswatun Khasanah, Pengaruh
Penggunaan Analogi terhadap
Keterampilan Berpikir Rasional
Siswa SMA pada Konsep Sisten
Pertahanan Tubuh Manusia.
Skripsi Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA UPI. 2011.
Tidak diterbitkan
No BAB III METODELOGI
PENELITIAN
Paraf
Pembimbing 1 Pembimbing 2
1
V. Wiratna Sujarweni. Statistika
Untuk Penelitian. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012, h. 13.
197
2
Ibid.
3
Sugiyono. Metode Penelitian
Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2015, h. 120.
4
Suharsimi Arikunto. Dasar-
dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h.
46.
5
Suharsimi, op. cit. h. 45.
6
Sugiyono, op. cit., h. 147.
7
Lampiran 6, h. 121.
8
Syofian Siregar. Statistik
Parametrik untuk Penelitian
Kuantitati. Jakarta: Bumi
Aksara, cet. ke, 3, 2015, h. 42-
43.
9
Suharsimi Arikunto. Dasar-
dasar Evalusi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h.
198
43.
10
Lampiran 9, h. 154.
11
Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006, h. 105.
12
Sukardi. Metodologi Penelitian
Pendidikan, Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013, h. 122.
13
Nana Syaodih Sukmadinata.
Metodologi Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013, h.
228.
14
Suharsimi Arikunto, Dasar-
dasar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013,
h. 90.
15
Ibid., h. 87.
16
Lampiran 10 , h. 158.
199
17
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006, h. 105.
18
Sukardi, op. cit., h. 127-128.
19
Suharsimi Arikunto, Dasar-
dasar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013,
h. 115.
20
Zainal Arifin. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009, h.
266.
21
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006, h. 103.
22
Lampiran 11, h. 161.
23
Zaenal Arifin, Evaluasi
Pembelajaran: Prinsip, Teknik,
Prosedur, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2010, h. 134.
24
Ahmad Sofyan, dkk. Op. cit, h.
104.
200
25
Lampiran 12, h. 164.
26
Zaenal Arifin, op.cit., h. 133.
27
Yanti Herlanti. “Science
Education Research, Tanya
Jawab Seputar Penelitian
Pendidikan Sains”. Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2006, h.
71, tersedia melalui
http://dhetik.weebly.com
diunduh pada tanggal 22 April
2017
28
Richard R. Hake. Analyzing
Change/Gain Scores. 1999, h. 1
tersedia melalui
www.physics.indiana.com
diunduh pada tanggal 25 April
2017.
29
Sudjana. Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito, 2005, h. 466-
467.
30
Ibid., h. 249.
201
31
Ibid., h. 239.
No
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Paraf
Pembimbing 1 Pembimbing 2
1
Lampiran 14, h. 170.
2
Ibid.
3
Lampiran 15, h. 172.
4
Ibid.
5
Lampiran 9, h. 154.
6
Lampiran 16, h. 174.
202
7
Lampiran 17, h. 176.
8
Lampiran 18, h. 178.
9
Lampiran 19, h. 179.
10
Lampiran 20, h. 180.
11
Ibid.
12
Muhammad Amirudin.
“Penerapan Pembelajaran
Konstruktivistik Analogi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Aspek Kognitif pada
Kompetensi Perawatan dan
Pemeriksaan Sistem Pengapian
Siswa Kelas XI TKR SMK N 2
Depok”. Skripsi pada Fakultas
Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta, 2014,
h. 176, tidak dipublikasikan.
203
Jakarta, 22 Mei 2018
Yang Mengesahkan:
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd
NIP. 19681228 200303 1 004
Dina Rahma Fadlilah, M. Si
Lampiran 23 204
205
206
207