6
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering muncul pada daerah pantai adalah abrasi pantai yang terutama disebabkan oleh aktivitas gelombang laut. Salah satu metode menanggulangi abrasi pantai adalah penggunaan struktur penahan gelombang dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang pada area tertentu. Gempuran gelombang yang besar dapat diredam dengan cara mengurangi energi gelombang datang, sehingga gelombang yang menuju pantai energinya menjadi kecil. Pada permasalahan tersebut diatas, diperlukan konstruksi pemecah gelombang yang berfungsi untuk memecahkan, merefleksikan dan mentransmisikan energi gelombang. Salah satu cara untuk mengatasi masalah abrasi pantai adalah penggunaan rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung dari bamboo sebagai penahan gelombang. Kelebihan rumput laut metode rakit apung bamboo sebagai penahan gelombang adalah tidak dalam penggunaan material batu atau beton (tingkat ekonomis lebih tinggi), dapat memanfaatkan material setempat seperti bamboo, rotan, botol plastik misalnya botol plastik air mineral, ciregen/gen plastik, hal ini tentu lebih ekonomis dari pada mendatangkan material dari daerah lain serta dapat dilaksanakan dengan peralatan yang sangat sederhana dan terbatas. Selain permasalahan tersebut diatas, penggunaan penahan gelombang rumput laut metode rakit apung bamboo pada saat ini dan saat mendatang perlu didukung sebab tidak mempunyai dampak buruk terhadap ekologi di daerah tersebut, dapat memberikan pendapatan tambahan nelayan dari hasil penjualan budidaya rumput laut, berpotensi besar dalam menambah devisa negara, khususnya sektor nonmigas serta pada saat ini material batu semakin mahal dan sulit diperoleh (W.P. Hornsey, 2003). Pengembangan budidaya rumput laut merupakan salah satu altenatif pemberdayaan masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan dalam hal : (1). Produk yang dihasilkan mempunyai kegunaan yang beragam, (2). Tersedianya lahan yang luas untuk budidaya dan (3). Mudahnya teknologi

Terumbu Karang Sebagai Peredam Gelombang

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Permasalahan yang sering muncul pada daerah pantai adalah abrasi pantai

    yang terutama disebabkan oleh aktivitas gelombang laut. Salah satu metode

    menanggulangi abrasi pantai adalah penggunaan struktur penahan gelombang

    dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang pada area

    tertentu. Gempuran gelombang yang besar dapat diredam dengan cara mengurangi

    energi gelombang datang, sehingga gelombang yang menuju pantai energinya

    menjadi kecil. Pada permasalahan tersebut diatas, diperlukan konstruksi pemecah

    gelombang yang berfungsi untuk memecahkan, merefleksikan dan

    mentransmisikan energi gelombang.

    Salah satu cara untuk mengatasi masalah abrasi pantai adalah penggunaan

    rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung dari bamboo sebagai

    penahan gelombang. Kelebihan rumput laut metode rakit apung bamboo sebagai

    penahan gelombang adalah tidak dalam penggunaan material batu atau beton

    (tingkat ekonomis lebih tinggi), dapat memanfaatkan material setempat seperti

    bamboo, rotan, botol plastik misalnya botol plastik air mineral, ciregen/gen

    plastik, hal ini tentu lebih ekonomis dari pada mendatangkan material dari daerah

    lain serta dapat dilaksanakan dengan peralatan yang sangat sederhana dan

    terbatas. Selain permasalahan tersebut diatas, penggunaan penahan gelombang

    rumput laut metode rakit apung bamboo pada saat ini dan saat mendatang perlu

    didukung sebab tidak mempunyai dampak buruk terhadap ekologi di daerah

    tersebut, dapat memberikan pendapatan tambahan nelayan dari hasil penjualan

    budidaya rumput laut, berpotensi besar dalam menambah devisa negara,

    khususnya sektor nonmigas serta pada saat ini material batu semakin mahal dan

    sulit diperoleh (W.P. Hornsey, 2003).

    Pengembangan budidaya rumput laut merupakan salah satu altenatif

    pemberdayaan masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan dalam hal :

    (1). Produk yang dihasilkan mempunyai kegunaan yang beragam,

    (2). Tersedianya lahan yang luas untuk budidaya dan (3). Mudahnya teknologi

  • yang dapat dikembangkan dalam pembudidayaan maupun dalam upaya

    perlindungan perairan pantai. (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001).

    Menurut Ditjenkan Budidaya (2004), mengatakan bahwa usaha budidaya

    rumput laut merupakan kegiatan yang ramah lingkungan, meningkatkan

    pendapatan masyarakat pembudidaya serta dapat digunakan untuk

    mempertahankan/perlindungan terhadap kelestarian lingkungan perairan pantai.

    Menurut Scones (1993) dalam Begen (2006), keberhasilan usaha budidaya

    rumput laut perlu mempertimbangkan area pemanfaatan seperti arus lintas

    pelayaran, letak penempatan rakit apung/konfigurasi rakit apung dan perlindungan

    ekosistem lainnya, selanjutnya menurut Silvester (1974)), mengatakan bahwa, tipe

    pemecah gelombang apung dapat berupa struktur pontoon, struktur rakit, struktur

    pelat horisontal dan bentuk-bentuk spesifik lainnya.

    Paotonan (2006), telah meneliti unjuk kerja pemecah gelombang dari

    susunan bamboo dalam meredam energi gelombang. Hasil yang diperoleh adalah

    suatu parameter nondimensional yang berpengaruh terhadap peredaman energi

    gelombang. Selanjutnya Walukow, J.O.V (2000) melakukan penelitian tentang

    transmisi gelombang melalui rangkaian pelat horisontal sebagai pemecah

    gelombang apung. Transmisi gelombang yang terjadi pada pemecah gelombang

    apung rangkaian pelat berkisar dari 29% pada B/L = 0,90 sampai dengan 94%

    pada B/L = 0,15. Hasil penelitian ini juga dilaporkan bahwa energi yang

    ditransmisikan oleh pemecah gelombang apung tipe rangkaian pelat dipengaruhi

    oleh parameter gelombang datang (tinggi Hi dan panjang L), panjang struktur B,

    kedalaman air dan jarak antar pelat.

    Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pereduksian energi gelombang

    perlu dilakukan pengukuran besarnya energi gelombang yang datang dengan

    energi gelombang setelah melewati struktur rakit apung budidaya rumput laut,

    sehingga dapat diketahui seberapa besar pengurangan energi gelombangnya.

    Pada rekayasa pantai, struktur penahan gelombang rumput laut dengan

    menggunakan metode rakit apung bamboo sudah banyak dilakukan di Indonesia

    oleh para nelayan pembudidaya rumput laut, namun informasi mengenai seberapa

    besar budidaya rumput laut dengan menggunakan metoda rakit apung dapat

    mereduksi gelombang serta dapat memberikan perlindungan terhadap keutuhan

  • dan kelestarian wilayah pantai belum pernah diteliti, untuk itu sangat dirasa

    penting sekali untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh konfigurasi

    penempatan rakit apung budidaya rumput laut terhadap reduksi gelombang.

    1.2. Perumusan Masalah

    Abrasi pantai merupakan salah satu masalah yang sangat serius sebagai

    akibat adanya aktivitas gelombang laut yang mengakibatkan terjadinya degradasi

    garis pantai. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan di daerah

    tersebut diperlukan pencegahan agar tidak menimbulkan permasalahan baru yang

    lebih besar dikemudian hari terhadap kelestarian lingkungan di wilayah pantai.

    Salah satu metode dalam pencegahan terjadinya abrasi pantai adalah

    dengan penggunaan rumput laut metoda rakit apung sebagai pelindung garis

    pantai. Selama ini paradigma yang ada bagi para pembudidaya rumput laut adalah

    bagaimana dapat menghasilkan nilai ekonomis dari hasil penjualan rumput laut

    tersebut, namun belum mengarah pada bagaimana peranan rumput laut dengan

    menggunakan metoda rakit apung dapat berfungsi sebagai struktur perlindungan

    pantai.

    Pemilihan rumput laut dengan menggunakan metoda rakit apung sebagai

    struktur perlindungan pantai antara lain ; dapat meningkatkan devisa negara, dapat

    memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah, pendapatan nelayan, mudah

    dalam memperoleh bahan material bamboo maupun bibit rumput laut, memiliki

    nilai ekonomis (nilai jual yang cukup tinggi), tersedianya lahan budidaya yang

    sangat luas, tidak memiliki dampak buruk bagi ekologi daerah setempat, dapat

    diatur penempatan posisi letak rakit apung/konfigurasi rakit apung sesuai dengan

    kebutuhan alur pelayaran (Scones 1993 dalam Begen, 2006), dapat membuat

    berbagai produk olahan seperti misalnya ; produk kosmetik, produk kertas, produk

    pasta gigi, produk obat-obatan, produk makanan, produk bahan bakar, dapat

    melindungi anakan bakau yang baru ditanam, dapat melindungi biota laut, dapat

    mencegah penambangan terumbu karang yang dapat merusak ekosistim laut serta

    dapat mencegah penambangan batu alam, yang pada akhirnya akan

    mengakibatkan terjadinya longsor dan banjir.

  • Dengan adanya berbagai alasan tersebut diatas diharapkan dalam

    penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai peranan rumput laut dengan

    menggunakan metode rakit apung sebagai salah satu struktur pelindung pantai

    yang berfungsi untuk mereduksi gelombang. Pereduksi energi gelombang tersebut

    antara lain dipengaruhi oleh : akibat gesekan, gelombang pecah serta refleksi.

    Dengan adanya struktur rumput laut metode rakit apung maka akan terjadi

    transmisi gelombang yang melewati struktur tersebut dari tinggi (kuat) menjadi

    rendah (lemah).

    Pengertian transmisi gelombang adalah sisa energi gelombang yang

    setelah melewati/menembus suatu struktur pelindung pantai. Karakteristik

    gelombang yang ditransmisikan sangat dipengaruhi oleh karakteristik gelombang

    datang, tipe dan geometris struktur pelindung pantai. Tingkat efektifitas suatu

    struktur pelindung pantai dapat ditentukan dari jumlah energi gelombang yang

    ditransmisikan melewati struktur tersebut, makin kecil pengurangan energi

    gelombangnya maka koefisien transmisi gelombang makin besar.

    Perumusan model hubungan koefisien transmisi gelombang diperoleh

    dengan menganalisa perbandingan hasil pengukuran gelombang transmisi dan

    gelombang datang berdasarkan pada variabel pengujian yaitu ; tinggi gelombang

    (Hi), periode gelombang (T), panjang puncak relatif susunan konfigurasi

    penempatan rumput laut metoda rakit apung arah melintang (Za) dan panjang

    puncak relatif susunan konfigurasi penempatan rumput laut metoda rakit apung

    arah memanjang (Zb).

    Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

    1. Seberapa besar pengaruh kemiringan gelombang (Wave Steepness)

    terhadap transmisi gelombang yang melalui susunan konfigurasi rakit

    apung budidaya rumput laut ?

    2. Seberapa besar pengaruh panjang puncak relatif susunan konfigurasi rakit

    apung budidaya rumput laut arah melintang (Za) dan arah memanjang (Zb)

    terhadap transmisi gelombang ?

  • 1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

    konfigurasi penempatan rakit apung budidaya rumput laut terhadap reduksi

    gelombang.

    Dengan adanya penelitian ini akan diperoleh hasil sebagai berikut :

    1. Mengetahui besarnya koefisien transmisi gelombang setelah melewati

    struktur pemecah gelombang susunan konfigurasi penempatan rakit apung

    budidaya rumput laut.

    2. Mengetahui pengaruh panjang puncak relatif susunan konfigurasi

    penempatan rakit apung budidaya rumput laut yang efektif terhadap

    reduksi gelombang.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu ;

    1. Mendapatkan informasi ilmiah mengenai pengaruh konfigurasi

    penempatan rakit apung budidaya rumput laut khususnya dalam

    kemampuan mereduksi gelombang.

    2. Dapat memberikan informasi mengenai karakteristik transmisi gelombang

    akibat pengaruh dari jenis periode dan tinggi gelombang, susunan

    konfigurasi struktur rakit apung bididaya rumput laut arah melintang dan

    susunan konfigurasi rakit apung budidaya rumput laut arah memanjang.

    3. Merekomendasikan secara teknis terhadap kemampuan rumput laut

    metode rakit apung dalam mereduksi energi gelombang untuk

    penanggulangan kerusakan garis pantai akibat abrasi yang disebabkan oleh

    aktivitas gelombang laut.

    4. Dengan keberhasilan dari penelitian ini diharapkan dapat

    merekomendasikan kepada pihak pemerintah untuk menjadikan

    pembudidayaan rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung

    sebagai salah satu program nasional yang merupakan altenatif dalam

    mengatasi kerusakan pantai akibat abrasi.

  • 1.5. Batasan Masalah

    Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

    1. Uji model dilakukan di saluran gelombang dengan dasar horisontal dan

    sudut datang gelombang tegak lurus model, serta gelombang yang

    dibangkitkan adalah gelombang irregular.

    2. Parameter yang akan divariasikan adalah tinggi gelombang Hi, periode

    gelombang T dan susunan konfigurasi rakit apung budidaya rumput

    laut arah melintang (Za) dan arah memanjang (Zb).

    3. Stabilitas model tidak diamati.

    4. Gesekan dasar diabaikan.

    5. Bentuk model rumput laut mengikuti bentuk rumput laut prototipe

    yaitu jenis Eucheuma cotonii.

    6. Aspek gerakan hidrodinamis dari struktur (gerakan 6 derajat

    kebebasan) diabaikan.

    7. Mengingat luasnya kajian dalam penelitian ini, maka sistem

    penjangkaran yang meliputi: sudut tali penjangkaran, kekuatan tali

    penjangkaran dan berat jangkar di dasar tidak dikaji.

    8. Pengaruh resonansi tidak dikaji dalam penelitian ini karena tidak

    dilakukan pengukuran periode alami struktur.

    9. Fluida yang digunakan adalah air tawar, salinitas dan pengaruh mineral

    air tidak diperhitungkan.

    10. Tinggi gelombang laut yang ditinjau berdasarkan prototipe adalah

    maksimal 1,5 (satu koma lima) meter.