Upload
acesedogawa
View
20
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan yang sering muncul pada daerah pantai adalah abrasi pantai
yang terutama disebabkan oleh aktivitas gelombang laut. Salah satu metode
menanggulangi abrasi pantai adalah penggunaan struktur penahan gelombang
dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang pada area
tertentu. Gempuran gelombang yang besar dapat diredam dengan cara mengurangi
energi gelombang datang, sehingga gelombang yang menuju pantai energinya
menjadi kecil. Pada permasalahan tersebut diatas, diperlukan konstruksi pemecah
gelombang yang berfungsi untuk memecahkan, merefleksikan dan
mentransmisikan energi gelombang.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah abrasi pantai adalah penggunaan
rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung dari bamboo sebagai
penahan gelombang. Kelebihan rumput laut metode rakit apung bamboo sebagai
penahan gelombang adalah tidak dalam penggunaan material batu atau beton
(tingkat ekonomis lebih tinggi), dapat memanfaatkan material setempat seperti
bamboo, rotan, botol plastik misalnya botol plastik air mineral, ciregen/gen
plastik, hal ini tentu lebih ekonomis dari pada mendatangkan material dari daerah
lain serta dapat dilaksanakan dengan peralatan yang sangat sederhana dan
terbatas. Selain permasalahan tersebut diatas, penggunaan penahan gelombang
rumput laut metode rakit apung bamboo pada saat ini dan saat mendatang perlu
didukung sebab tidak mempunyai dampak buruk terhadap ekologi di daerah
tersebut, dapat memberikan pendapatan tambahan nelayan dari hasil penjualan
budidaya rumput laut, berpotensi besar dalam menambah devisa negara,
khususnya sektor nonmigas serta pada saat ini material batu semakin mahal dan
sulit diperoleh (W.P. Hornsey, 2003).
Pengembangan budidaya rumput laut merupakan salah satu altenatif
pemberdayaan masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan dalam hal :
(1). Produk yang dihasilkan mempunyai kegunaan yang beragam,
(2). Tersedianya lahan yang luas untuk budidaya dan (3). Mudahnya teknologi
yang dapat dikembangkan dalam pembudidayaan maupun dalam upaya
perlindungan perairan pantai. (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001).
Menurut Ditjenkan Budidaya (2004), mengatakan bahwa usaha budidaya
rumput laut merupakan kegiatan yang ramah lingkungan, meningkatkan
pendapatan masyarakat pembudidaya serta dapat digunakan untuk
mempertahankan/perlindungan terhadap kelestarian lingkungan perairan pantai.
Menurut Scones (1993) dalam Begen (2006), keberhasilan usaha budidaya
rumput laut perlu mempertimbangkan area pemanfaatan seperti arus lintas
pelayaran, letak penempatan rakit apung/konfigurasi rakit apung dan perlindungan
ekosistem lainnya, selanjutnya menurut Silvester (1974)), mengatakan bahwa, tipe
pemecah gelombang apung dapat berupa struktur pontoon, struktur rakit, struktur
pelat horisontal dan bentuk-bentuk spesifik lainnya.
Paotonan (2006), telah meneliti unjuk kerja pemecah gelombang dari
susunan bamboo dalam meredam energi gelombang. Hasil yang diperoleh adalah
suatu parameter nondimensional yang berpengaruh terhadap peredaman energi
gelombang. Selanjutnya Walukow, J.O.V (2000) melakukan penelitian tentang
transmisi gelombang melalui rangkaian pelat horisontal sebagai pemecah
gelombang apung. Transmisi gelombang yang terjadi pada pemecah gelombang
apung rangkaian pelat berkisar dari 29% pada B/L = 0,90 sampai dengan 94%
pada B/L = 0,15. Hasil penelitian ini juga dilaporkan bahwa energi yang
ditransmisikan oleh pemecah gelombang apung tipe rangkaian pelat dipengaruhi
oleh parameter gelombang datang (tinggi Hi dan panjang L), panjang struktur B,
kedalaman air dan jarak antar pelat.
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pereduksian energi gelombang
perlu dilakukan pengukuran besarnya energi gelombang yang datang dengan
energi gelombang setelah melewati struktur rakit apung budidaya rumput laut,
sehingga dapat diketahui seberapa besar pengurangan energi gelombangnya.
Pada rekayasa pantai, struktur penahan gelombang rumput laut dengan
menggunakan metode rakit apung bamboo sudah banyak dilakukan di Indonesia
oleh para nelayan pembudidaya rumput laut, namun informasi mengenai seberapa
besar budidaya rumput laut dengan menggunakan metoda rakit apung dapat
mereduksi gelombang serta dapat memberikan perlindungan terhadap keutuhan
dan kelestarian wilayah pantai belum pernah diteliti, untuk itu sangat dirasa
penting sekali untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh konfigurasi
penempatan rakit apung budidaya rumput laut terhadap reduksi gelombang.
1.2. Perumusan Masalah
Abrasi pantai merupakan salah satu masalah yang sangat serius sebagai
akibat adanya aktivitas gelombang laut yang mengakibatkan terjadinya degradasi
garis pantai. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan di daerah
tersebut diperlukan pencegahan agar tidak menimbulkan permasalahan baru yang
lebih besar dikemudian hari terhadap kelestarian lingkungan di wilayah pantai.
Salah satu metode dalam pencegahan terjadinya abrasi pantai adalah
dengan penggunaan rumput laut metoda rakit apung sebagai pelindung garis
pantai. Selama ini paradigma yang ada bagi para pembudidaya rumput laut adalah
bagaimana dapat menghasilkan nilai ekonomis dari hasil penjualan rumput laut
tersebut, namun belum mengarah pada bagaimana peranan rumput laut dengan
menggunakan metoda rakit apung dapat berfungsi sebagai struktur perlindungan
pantai.
Pemilihan rumput laut dengan menggunakan metoda rakit apung sebagai
struktur perlindungan pantai antara lain ; dapat meningkatkan devisa negara, dapat
memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah, pendapatan nelayan, mudah
dalam memperoleh bahan material bamboo maupun bibit rumput laut, memiliki
nilai ekonomis (nilai jual yang cukup tinggi), tersedianya lahan budidaya yang
sangat luas, tidak memiliki dampak buruk bagi ekologi daerah setempat, dapat
diatur penempatan posisi letak rakit apung/konfigurasi rakit apung sesuai dengan
kebutuhan alur pelayaran (Scones 1993 dalam Begen, 2006), dapat membuat
berbagai produk olahan seperti misalnya ; produk kosmetik, produk kertas, produk
pasta gigi, produk obat-obatan, produk makanan, produk bahan bakar, dapat
melindungi anakan bakau yang baru ditanam, dapat melindungi biota laut, dapat
mencegah penambangan terumbu karang yang dapat merusak ekosistim laut serta
dapat mencegah penambangan batu alam, yang pada akhirnya akan
mengakibatkan terjadinya longsor dan banjir.
Dengan adanya berbagai alasan tersebut diatas diharapkan dalam
penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai peranan rumput laut dengan
menggunakan metode rakit apung sebagai salah satu struktur pelindung pantai
yang berfungsi untuk mereduksi gelombang. Pereduksi energi gelombang tersebut
antara lain dipengaruhi oleh : akibat gesekan, gelombang pecah serta refleksi.
Dengan adanya struktur rumput laut metode rakit apung maka akan terjadi
transmisi gelombang yang melewati struktur tersebut dari tinggi (kuat) menjadi
rendah (lemah).
Pengertian transmisi gelombang adalah sisa energi gelombang yang
setelah melewati/menembus suatu struktur pelindung pantai. Karakteristik
gelombang yang ditransmisikan sangat dipengaruhi oleh karakteristik gelombang
datang, tipe dan geometris struktur pelindung pantai. Tingkat efektifitas suatu
struktur pelindung pantai dapat ditentukan dari jumlah energi gelombang yang
ditransmisikan melewati struktur tersebut, makin kecil pengurangan energi
gelombangnya maka koefisien transmisi gelombang makin besar.
Perumusan model hubungan koefisien transmisi gelombang diperoleh
dengan menganalisa perbandingan hasil pengukuran gelombang transmisi dan
gelombang datang berdasarkan pada variabel pengujian yaitu ; tinggi gelombang
(Hi), periode gelombang (T), panjang puncak relatif susunan konfigurasi
penempatan rumput laut metoda rakit apung arah melintang (Za) dan panjang
puncak relatif susunan konfigurasi penempatan rumput laut metoda rakit apung
arah memanjang (Zb).
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar pengaruh kemiringan gelombang (Wave Steepness)
terhadap transmisi gelombang yang melalui susunan konfigurasi rakit
apung budidaya rumput laut ?
2. Seberapa besar pengaruh panjang puncak relatif susunan konfigurasi rakit
apung budidaya rumput laut arah melintang (Za) dan arah memanjang (Zb)
terhadap transmisi gelombang ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
konfigurasi penempatan rakit apung budidaya rumput laut terhadap reduksi
gelombang.
Dengan adanya penelitian ini akan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Mengetahui besarnya koefisien transmisi gelombang setelah melewati
struktur pemecah gelombang susunan konfigurasi penempatan rakit apung
budidaya rumput laut.
2. Mengetahui pengaruh panjang puncak relatif susunan konfigurasi
penempatan rakit apung budidaya rumput laut yang efektif terhadap
reduksi gelombang.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu ;
1. Mendapatkan informasi ilmiah mengenai pengaruh konfigurasi
penempatan rakit apung budidaya rumput laut khususnya dalam
kemampuan mereduksi gelombang.
2. Dapat memberikan informasi mengenai karakteristik transmisi gelombang
akibat pengaruh dari jenis periode dan tinggi gelombang, susunan
konfigurasi struktur rakit apung bididaya rumput laut arah melintang dan
susunan konfigurasi rakit apung budidaya rumput laut arah memanjang.
3. Merekomendasikan secara teknis terhadap kemampuan rumput laut
metode rakit apung dalam mereduksi energi gelombang untuk
penanggulangan kerusakan garis pantai akibat abrasi yang disebabkan oleh
aktivitas gelombang laut.
4. Dengan keberhasilan dari penelitian ini diharapkan dapat
merekomendasikan kepada pihak pemerintah untuk menjadikan
pembudidayaan rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung
sebagai salah satu program nasional yang merupakan altenatif dalam
mengatasi kerusakan pantai akibat abrasi.
1.5. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Uji model dilakukan di saluran gelombang dengan dasar horisontal dan
sudut datang gelombang tegak lurus model, serta gelombang yang
dibangkitkan adalah gelombang irregular.
2. Parameter yang akan divariasikan adalah tinggi gelombang Hi, periode
gelombang T dan susunan konfigurasi rakit apung budidaya rumput
laut arah melintang (Za) dan arah memanjang (Zb).
3. Stabilitas model tidak diamati.
4. Gesekan dasar diabaikan.
5. Bentuk model rumput laut mengikuti bentuk rumput laut prototipe
yaitu jenis Eucheuma cotonii.
6. Aspek gerakan hidrodinamis dari struktur (gerakan 6 derajat
kebebasan) diabaikan.
7. Mengingat luasnya kajian dalam penelitian ini, maka sistem
penjangkaran yang meliputi: sudut tali penjangkaran, kekuatan tali
penjangkaran dan berat jangkar di dasar tidak dikaji.
8. Pengaruh resonansi tidak dikaji dalam penelitian ini karena tidak
dilakukan pengukuran periode alami struktur.
9. Fluida yang digunakan adalah air tawar, salinitas dan pengaruh mineral
air tidak diperhitungkan.
10. Tinggi gelombang laut yang ditinjau berdasarkan prototipe adalah
maksimal 1,5 (satu koma lima) meter.