23
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Joyce dan Weil (1986) mengelompokkan model pembelajaran dalam 4 (empat) kategori, yaitu: 1. Model sosial (Social Model) Model pembelajaran ini mengacu pada model pembelajaran kelompok yang melibatkan kerjasama antar personal. Model pembelajaran dapat dilaksanakan dalam bentuk model pembelajaran cooperative atau collaborative. Metode pembelajaran yang mendukung penerapan model

tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh

guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Joyce dan Weil (1986)

mengelompokkan model pembelajaran dalam 4 (empat) kategori, yaitu:

1. Model sosial (Social Model)

Model pembelajaran ini mengacu pada model pembelajaran kelompok

yang melibatkan kerjasama antar personal. Model pembelajaran dapat

dilaksanakan dalam bentuk model pembelajaran cooperative atau

collaborative. Metode pembelajaran yang mendukung penerapan model

Page 2: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

9

tesebut antara lain: metode investigasi kelompok (group investigation),

bermain peran (role playing), peer teaching, diskusi dan lain-lain.

2. Model pengolahan informasi (The Information Processing Model)

Model-model yang ternasuk dalam kelompok pengolahan informasi

menitikberatkan pada cara memperkuat dorongan internal (dari dalam diri

sendiri) untuk memahami dunia dengan cara menggali, mengorganisasikan

data, merasakan ada masalah, mengupayakan cara untuk mengatasinya dan

mengungkapkan hasil belajarnya secara lisan atau tertulis. Beberapa metode

pembelajaran yang mendukung pelaksanaan model pembelajaran

pengolahan informasi antara lain: problem based learning, inquiry dan

discovery, memorization, pencapaian konsep (concept attainment), dan lain-

lain.

3. Model personal (Personal Model)

Model personal merupakan model yang membangkitkan siswa agar dapat

belajar secara mandiri, memiliki kesadaran terhadap tugas dan tanggung

jawabnya. Model pembelajaran personal tersebut antara lain diterapkan

dengan metode pengajaran tanpa arahan (non directive learning), latihan

kesadaran (awarenes training), dan lain-lain. Secara lebih kongkret, model

pembelajaran personal antara lain diterapkan dengan metode pembelajaran

berbantuan modul dan e-learning.

4. Model Sistem Perilaku (Behavioral Systems)

Model pembelajaran ini dikenal sebagai model modifikasi perilaku

dalam hubungannya dengan respon terhadap tugas- tugas yang diberikan.

Kegiatan belajar berorientasi pada perubahan perilaku yang tadinya tidak

bisa menjadi bisa atau tidak tahu menjadi tahu, dsb. Model pembelajaran

banyak diterapkan dalam mata pelajaran praktik. Metode pembelajaran yang

termasuk ke dalam kelompok model sistem perilaku ini antara lain: belajar

tuntas (mastery learning), CBT (competence based learning), pembelajaran

langsung (direct instruction), model kontrol diri, drill, dsb. Dalam

penerapan model sistem perilaku, guru dapat menggunakan metode tutorial

dengan membimbing siswa sampai mencapai tujuan. Kendati demikian,

seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan

dengan strategi pembelajaran.

Page 3: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

10

Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan- bahan pembelajaran, dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil, 1980:1).

Kemp (1995) mengemukakan strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran

yang harus dikerjkan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien.

Senada dengan pendapat kempt, Dick and carey (1985) menyebutkan

bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur

pembelajarannya yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan

minat belajar pada peserta didik atau siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran dan

membimbing pembelajaran di kelas.

2.1.2 Ciri- ciri model pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahlitertentu.

Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Thelen dan

berdasarkan teori Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi

dalam kelompok secara demokratis.

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model

berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir

induktif.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di

kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas

dalam pelajaran mengarang

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-

langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3)

sistem sosial, dan (4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut

merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model

pembelajaran

Page 4: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

11

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi: 1. Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat

diukur, 2. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya.

2.2 Pembelajaran Role Playing

2.2.1 Pengertian Role Playing

Istilah role playing dalam metode merupakan dua istilah ganda bagi

metode pembelajaran role playing maupun metode bermain peran, karena

tergolong dalam model pembelajaran simulasi, sehingga di dalam

pelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti.

Metode simulasi (Role Playing) adalah suatu cara mengajar dengan jalan

mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sudjana,

2009:89). Pada metode role playing ini, proses pembelajaran ditekankan pada

keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah

yang secara nyata dihadapi, baik guru maupun siswa. Kedua istilah ini (role

playing dan bermain peran), kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi.

Hanya bedanya, kedua metode tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu

naskahnya.

Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, kemampuan berbicara siswa

dapat direkayasa untuk ditingkatkan melalui metode pembelajaran role

playing, karena role playing efektif dalam memberikan pemahaman konsep

secara luas kepada siswa melalui pengimitasian tokoh tertentu yang di setting

dalam situasi tertentu. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa sosial siswa

terhadap lingkungan dan orang di sekitarnya.

Menurut Alhafidzh (2010:1), metode role playing memiliki peran penting

dalam proses pembelajaran, dan dapat digunakan apabila:

1. Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan

perasaan seseorang.

2. Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial

dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan.

3. Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan.

Page 5: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

12

4. Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga

diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah

mereka terjun dalam masyarakat kelak.

5. Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai

sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat

dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

6. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa

sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak,

terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan Role

Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan

penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau

benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal

ini bergantung kepada apa yang diperankan.

2.2.2 Fungsi Role Playing

Lee (1986:147) menjelaskan bahwa role-playing bermanfaat untuk membantu

membawa pembelajaran IPA ke dalam kehidupan dan memberikan pengalaman

nyata kepada pembelajaran menggunakan bermain peran melalui pelestarian dan

pemeliharaan alam. Role-playing dalam kegiatan kelas III untuk tujuan dapat

dilaksanakan untuk menambah pemahaman terhadap apa yang dipelajarinya,

misalnya dalam kelas III (tiga) untuk melestarikan dan melihara alam di sekolah.

Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan siswa untuk

mengetahui cara melestarikan dan memelihara alam di sekolah sekaligus

menambah keterampilan dalam bermain peran. Selain itu, role-playing dapat

pula digunakan untuk menambah kesadaran sosial terhadap orang lain, yaitu

terutama kepada guru, pembelajaran yang lain dan komponen pembelajaran

yang lain (Amato, 2003: 124). Amato (2003:214) menambahkan pula bahwa

melalui kegiatan role-playing pembelajaran dapat menggali kemampuan dirinya,

memiliki rasa empati terhadap orang lain, dan menggunakan pengalaman

pribadinya agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang yang hebat. Role-

Page 6: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

13

playing dapat pula menambah kemampuan pembelajaran, menguasai aspek-

aspek komunikasi nonverbal, meningkatkan kemampuan kerjasama antar

pelajar, dan meningkatkan kecakapan ranah afektif.

Untuk itu, dapat diambil garis besar bahwa tindakan dalam penelitian ini

adalah penerapan teknik role-playing dalam rangka meningkatkan kemampuan

berbicara dan bekerjasama pada siswa kelas III (tiga) yang keseluruhan

temannya adalah seluruh siswa dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang

diterapkan dalam kelas untuk mengajar. Role-playing yang diterapkan pada

siswa Sekolah Dasar (SD) adalah peran sebagai seorang siswa karena kegiatan

ini bertujuan untuk meningkatkan bicara, kerjasama dan drama sesuai dengan

kecakapan mereka kelak sebagai seorang yang berguna.

2.2.3 Kekurangan dan Kelebihan Role Playing

a. Kekurangan Role Playing

Menurut Wahab (2007: 109) kelemahan model role playing antara lain:

1. Jika siswa tidak dipersiapkan secara baik ada kemungkinan tidak akan

melakukan secara sungguh-sungguh

2. Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas

tidak mendukung

3. Bermain peran tidak selamanya menuju ke arah yang diharapkan seseorang

yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa

yang diharapkan

4. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik,

khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik.

siswa perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya

5. Bermain peran membutuhkan waktu yang banyak/lama

6. Untuk lancarnya bermain perannya, diperlukan kelompok yang sensitif,

imajinatif, terbuka, saling mengenal hingga berkerjasama dengan baik

Senada dengan Wahab, Mujimin (2007: 86) mengemukakan kelemahan model

role playing terletak pada:

1. Role playing dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang/

banyak.

Page 7: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

14

2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru

maupun murid, dan tidak semua guru memilikinya.

3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk

memerlukan suatu adegan tertentu.

4. Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami kegagalan, buka saja

dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan

pengajaran tidak tercapai.

5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

6. Pada pelajaran agama masalah keimanan, sulit disajikan melalui model

role playing dan bermain peran ini

7. Strategi pelaksanaan pembelajaran role playing

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kekurangan

role playing antara lain:

1. Bermain peran ini memerlukan waktu yang lama

2. Memerlukan kreativitas yang tinggi dari guru maupun siswa

3. Jika pelaksanaan bermain peran atau role playing gagal maka akan

menimbulkan kesan yang kurang baik dan pelaksanaan pembelajaran

dianggap gagal.

b. Kelebihan Role Playing

Kelebihan dari model pembelajaran role playing antara lain:

1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan

untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

2. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam

situasi waktu yang berbeda.

4. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada

waktu melakukan permainan.

5. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

2.2.4 Tahap Pelaksanaan Role Playing dalam Pembelajaran

Menurut Wahab (2007: 114) menyatakan bahwa bermain peran, ada tiga

tahap yang harus dilaksanakan guru, yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Persiapan untuk bermain peran:

Page 8: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

15

b. Memilih Pemain

a) Pilih secara sukarela, jangan dipaksa

b) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan

dibawakannya

c) Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa

d) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran

sekaligus.

e) Setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang.

f) Hindari siswa membawakan peran yang dengan kehidupan sebenarnya

c. Mempersiapkan Penonton

a) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dari tujuan bermain

peran

b) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berperilaku

d. Persiapan para pemain

a) Biarkan siswa agar mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur

tangan guru

b) Sebelum bermain setiap pemain harus memahami betul apa yang

dilakukannya

c) Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembuka, tetapi hindari

melatih kembali saat sudah siap bermain

d) Siapkan tempat dengan baik

2. Pelaksanaan

1. Upayakan agar singkat, bagi pemula lima menit sudah cukup dan

bermain sampai habis, jangan diinterupsi.

2. Biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya.

3. Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain.

4. Biarkan siswa bermain bebas dari angka dan tingkatan.

5. Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya:

a. Dibimbing dengan pertanyaan.

b. Mencari orang lain untuk perann tersebut.

c. Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut.

6. Jika pemain tersesat lakukan:

a. Rumuskan kembali keadaan dan masalah.

Page 9: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

16

b. Simpulkan apa yang sudah dilakukan.

c. Hentikan dan arahkan kembali.

d. Mulai kembali dengan penjelasan singkat.

3. Tindak Lanjut

a. Diskusi

1. Diskusi tindak lanjut dapat memberi pengaruh yang besar terhadap

sikap dan pengetahuan siswa.

2. Diskusi juga dapat menganalisi, menafsirkan, memberi jalan keluar atau

merekreasi.

3. Di dalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telaj dilaksanakan.

4. Melakukan bermain peran kembali

5. Kadang-kadang memainkan kembali dapat memberi pemahaman yang

lebih baik.

Sedangkan Sudrajat (2010:1) mengemukakan strategi penerapan role

playing sebagai berikut:

1. Bila role playing baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru

menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan

diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara

sederhana dimainkan di depan kelas.

2. Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga

diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan

dipentaskan tersebut.

3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa.

4. Setelah role playing itu dalam peuncak klimaks, maka guru dapat

menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-

kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum,

sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai role

playing yang dimainkan. Role playing dapat pula dihentikan bila

menemui jalan buntu.

5. Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa

catatan jalannya role playing untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, dan agar tidak terkesan

permainan tidak terencana dengan baik, maka guru IPA dan peneliti

Page 10: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

17

menyusun langkah-langkah pembelajaran role playing kepada siswa kelas III

SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga sebagai berikut:

I. Tahap Persiapan

1. Guru dan peneliti menyusun salah satu cerita dalam bentuk teks bacaan,

sehingga dapat dibaca dan dihafalkan para siswa.

2. Menunjukkan beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu

beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

II. Tahap Pelaksanaan

a. Kegiatan Awal

1. Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa

2. Guru menjelaskan tujuan dan teknik bermain dalam pembelajaran role

playing.

3. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

b. Kegiatan Inti

1. Guru membagikan siswa dalam kelompok

2. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario

yang sudah dipersiapkan

3. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati

skenario yang sedang diperagakan

4. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar

kerja untuk membahas/ memberi penilaian atas penampilan masing-

masing kelompok

5. Guru dan siswa melakukan diskusi untuk membicarakan hasil kegiatan

yang sudah terlaksana, berikut penilaian-penilaian yang sudah

dilakukan

6. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

7. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

c. Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan kesimpulan secara keseluruhan

2. Guru meminta siswa untuk memberikan masukan mengenai penampilan

masing-masing kelompok

3. Evaluasi

4. Penutup

Page 11: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

18

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka model pembelajaran role

playing mata pelajaran IPA siswa kelas III SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga dapat

dilaksanakan untuk meningkatkan Minat belajar siswa.

2.3 Pengertian Minat Belajar

Minat belajar terdiri dari dua kata yakni minat dan belajar, dua kata ini berbeda

arti, untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu, sebagai berikut definisi

dari minat belajar:

2.3.1 Pengertian Minat

Menurut Sukardi (1994) minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari

komponen, perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas,

takut dan kecenderungan-kecenderungan yang lain yang bisa mengarahkan

individu kepada suatu pilihan tertentu. Sardiman berpendapat bahwa “minat

diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri- ciri

atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

kebutuhan-kebutuhannya sendiri.’’

Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat

dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam

mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan

menuju ke sesuatu yang telah menarik mintanya (Gunarso 1995). Menurut

Hurlock (1995) minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu:

a. Aspek Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari

baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media

massa.

b. Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap

terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman

pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya

terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang

dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan

itu.

c. Aspek Psikomotor

Page 12: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

19

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun

kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan

meningkat meskipun ini semua berjalan lambat. Minat adalah suatu rasa lebih

suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antar

diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut semakin besar minat.

Menurut pengertian yang ada dalam kamus-kamus Bahasa Indonesia, minat

adalah suatu keinginan, gairah dan kecenderungan hati yang tinggi terhadap

sesuatu. Arti lain dari minat adalah perhatian, keinginan atau kesukaan kepada

sesuatu.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003). Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri.

Semakin dekat atau kuat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat tidak

dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhapat sesuatu

dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi belajar

selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Para ahli

pendidikan bahwa cara yang efektif untuk membangkitkan minat pada suatu

subjek yang baru adalah dengan menggunakan minat- minat siswa yang telah ada.

Misalnya siswa menaruh minat pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Sebelum

mengajarkan tentang pelestarian dan pemeliharaan alam di sekolah, pengajar

dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai Ilmu

Pengetahuan Alam yang akan berlangsung.

Dakir (1996) mengemukakan minat sering dikacaukan dengan istilah

perhatian yang artinya keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang

dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang tertentu, baik itu yang ada di luar

(Arif, 2007). Mahmud (1997) mengemukakan dua pengertian minat yaitu:

1. Minat sebagai sebab yaitu kekuatan yang pendorong yang memaksa

seseorang menaruh perhatian pada orang atau aktivitas tertentu.

2. Minat sebagai akibat, yaitu pengalaman efektif yang ditimbulkan oleh

kondisinya seseorang atau sesuatu objek atau partisipasi dalam suatu aktifitas

(Arif, 2007)

Page 13: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

20

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah

keinginan/kehendak, kesukaan, memperhatikan dan memiliki kemampuan untuk

bertindak tanpa ada yang menyuruhnya.

b. Cara menimbulkan minat

Menurut Effendi dan Praja (1993) minat dapat ditimbulkan dengan cara:

a) Membangkitkan suatu kebutuhan.

b) Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau.

c) Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik.

Tanner dan Tanner (1995) menyarankan agar para pengajar juga berusaha

membentuk minat-minat baru pada siswa yang dapat dicapai dengan jalan

memebrikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan

pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu.

Rooijakkers (1980) berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara

menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah

diketahui kebanyakan siswa, kalau dari usaha-usaha diatas juga belum berhasil,

pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran.

Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar membujuk

seseorang melakukan sesuatu yang tidak mau melakukan atau yang tidak

dilakukan dengan baik.

c. Pengaruh Minat

Sukardi (1993) menjelaskan faktor yang mempengaruhi minat yaitu:

1) Faktor lingkungan

Seseorang anak yang dilahirkan di lingkungan masyarakat yang telah maju

akan berbeda dengan anak yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat

terbelakang.

2) Faktor pembawaan

Minat seorang anak sedikit banyak dipengaruhi oleh kehidupan orang

tuanya, seorang anak yang orang tuanya sebagai pedagang maka minat

anaknya akan terpengaruh juga walaupun tidak mutlak namun ada

kecenderungan yang berpengaruh pada anak tersebut.

Hidayati (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah sebagai berikut:

a.Faktor keadaan pribadi anak, yaitu keadaan jasmani dan rohani juga

psikologis.

Page 14: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

21

b. Faktor lingkungan yaitu: sosial, lingkungan pergaulan di masyarakat.

c. Faktor keturunan yaitu keadaan kehidupan orang tuanya.

2.3.2 Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, kecuali

perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya

seseorang atau perubahan yang instinktif yang bersifat temporer “Menurut

Dalyono (2003: 49) belajar dapat didefinisikan sebagai salah satu usaha atau

kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan dan sebagainya.

Slameto (2003: 3) secara psikologis menyatakan bahwa, belajar merupakan

suatu proses perubahan. Yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pengertian belajar secara psikologis tersebut diuraikan lagi guna memudahkan

dalam memahami pengertian belajar tersebut, yaitu belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan oleh seseorang secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil

dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan,

kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek lain yang ada pada individu belajar.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang ditunjukkan dengan

adanya perubahan pengetahuan, pengalaman, tingkah laku, dan perubahan pada

aspek-aspek lainnya yang terdapat pada individu dalam interaksi dengan

lingkungannya.

2.3.3 Perlunya Minat dalam Melakukan Aktivitas Belajar

Sering tidak disadari bahwa minat merupakan faktor yang penting dalam

aktivitas belajar. Minat merupakan unsur pendorong yang kuat yang sering

menjadi alasan seseorang mengapa ia melakukan sesuatu. Di dalam belajar, minat

sangat diperlukan, oleh sebab itu jika di dalam aktivitas belajar seseorang didasari

oleh adanya minat maka akan menimbulkan suasana batin yang sangat kondusif

Page 15: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

22

dalam belajar. Belajar akan selalu didukung oleh suasana kegembiraan,

keikhlasan, semangat, perhatian dan rasa nyaman tanpa merasa terbebani oleh

adanya kesulitan yang harus dipahami dalam pelajaran. Pendek kata bahwa

seseorang yang penuh minat belajar akan melakukan aktivitas belajar tanpa

perasaan terpaksa, karena belajar menjadi suatu kebutuhan. Hal ini sebagaimana

ditegaskan oleh Nurkancana (1986: 230) bahwa anak- anak tidak perlu mendapat

dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minat.

Hal yang sama dikemukakan pula oleh Usman (2001: 27) bahwa minat seseorang

mau melakukan apa saja yang diminatinya. Hal tersebut lebih ditegaskan lagi oleh

James (dalam Usman, 2001: 27) bahwa minat merupakan faktor yang menentukan

derajat keaktifan belajar. Menurut Slameto (2003: 58) siswa yang berminat dalam

belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1). Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2). Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3). Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada

rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4). Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

5). Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

2.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, minat berarti kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut

Robert (dalam Syah, 2005: 136) minat tidak termasuk istilah populer dalam

psikologi karena ketergantungannnya yang banyak pada faktor-faktor internal

lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.

Berdasarkan hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat

diklasifikasikan, antara lain:

1). Kemampuan Dasar

Thorndike (dalam Sagala, 2008: 37) menjelaskan bahwa belajar akan

terjadi antara lain apabila siswa memiliki kematangan, kesiapan belajar dan

motivasi berperanan penting dalam keberhasilan belajar. Kemampuan dasar

yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana sikap siswa menyikapi minat

belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pemahaman atau insight. Hilgara

Page 16: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

23

(dalam Sagala, 2008: 50) menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi

belajar dengan pemahaman yaitu kemampuan dasar yang dimiliki siswa.

Berbicara tentang kemampuan dasar juga tak lepas dari intelegensi siswa. Stern

(dalam Djamarah, 2000: 57) mengemukakan intelegensi merupakan daya untuk

menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan

bahan- bahan pikiran yang ada menurut tujuannya. Seseorang dikatakan

intelegen, apabila orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan cepat tanpa mengalami suatu masalah. Ini berarti,

seseorang yang sukar beradaptasi dan banyak mengalami masalah dikatakan

tidak intelegen. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kemampuan dasar yang

dimiliki, siswa akan dengan mudah memiliki minat terhadap apa yang dipelajari.

2). Strategi Pembelajaran

Konzna (dalam Uno, 2008: 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran

dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan

fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan

pembelajaran tertentu. Disisi lain, Dick dan Carey (dalam Uno, 2008: 1)

menguraikan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi

pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan

guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran

tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur

atau tahapan-tahapan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi

atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Memperhatikan pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan

bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan

digunakan oleh seorang pengajar, untuk menyampaikan materi pelajaran,

sehingga akan memudahkan peserta didik termasuk dalam menimbulkan minat

dalam menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya

tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

3). Lingkungan Keluarga

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya

mengembangkan pribadi siswa. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang

dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya

yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak

Page 17: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

24

menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Maslow (dalam Jusuf,

2006: 37) mengemukakan keluarga merupakan lembaga yang dapat memenuhi

kebutuhan individu. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua,

anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik- biologis

maupun sosio-psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman,

penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan

tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization). Minat merupakan aspek

psikologisnya yang pembentukannya dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk

itu, diharapkan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama banyak

berperan dalam menimbulkan minat sebagai faktor yang menentukan dalam

keberhasilan belajar.

2.3.5 Fungsi Minat dalam Belajar

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang

dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih

serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang

siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan

mengingatnya.

Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang

ditulis oleh Wahid sebagai berikut:

1. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.

Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah

menjadi olahragawan yang berprestasi, sedangkan anak yang minatnya pada

kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.

2. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.

Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar

kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.

3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.

Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran

tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang

berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap

ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka.

4. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur

hidup karena minat membawa kepuasan.

Page 18: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

25

Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai misal akan

terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka

semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas

dikerjakan dengan penuh sukarela dan apabila minat ini tidak terwujud maka

bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati.

Dalam hubungan dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan

dalam melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya

pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar.

Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar

karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat maka

siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya

tariknya. Sedangkan bila tahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan

mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah

kegiatan belajar.

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu

sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat

kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda

dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. mereka hanya tergerak

untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya.

Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa

harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk

terus belajar.

2.3.6 Minat Terhadap Mata Pelajaran

Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaran

yang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan

menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh

Gie (1983:12) adalah keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar

seseorang dan juga membentunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu.

Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan

pikirannya dan menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil

dalam menerima materi pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik atau

tidak memiliki minat dengan materi pelajaran yang disampaikan.

2.4 Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Page 19: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

26

2.4.1 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari kata sains yang bearti alam (science)

diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi

kemudian berkembang menjadi khusus ilmu pengetahuan alam atau sains.

Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains merupakan pengetahuan dan

proses. Sedangkan Stone menyebutkan bahwa sains adalah kumpulan

pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan

pengetahuan itu.

Menurut Abdullah (1998: 18), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang

diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara

melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan

demikian seterusnya kait mengkait antara carayang satu dengan yang lain.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA

merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan

menggunakan langkah- langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan

didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga

akan terus disempurnakan.

2.4.2 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA diterapkan dalam program-

program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-

pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain

serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan

memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar (Slavin,

1994). Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak

sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus

memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban

tersebut.

2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan

aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara

klasik, guru mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung

dengan dunia fisik.

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

Page 20: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

27

perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh

dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

Selain prinsip di atas, pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan

pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (2006: 37) bahwa mata

pelajaran IPA di SD/MI diantaranya bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut :

1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

Pendapat lain (Bernal, 1998:3) juga menyebutkan bahwa Tujuan

pembelajaran IPA bagi peserta didik agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagi berikut :

1) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2) Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di

terapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

Berdasarkan beberapa tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar sains

tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta

diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

2.5 Minat Belajar

Lingkungan masyarakat yang semakin maju dan kompleks, minat seseorang

dipandang sebagai suatu hal yang sangat penting. Karena dengan minat mereka

memiliki sesuatu yang berbeda dengan anggota masyarakat lain dan tentunya hal

Page 21: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

28

ini sangat berguna untuk menjalani kehidupan. Para peserta didikpun mulai

menyadari akan arti penting minat belajar sebagai suatu hal yang pokok. Winkel

(1996: 162) mengatakan minat belajar adalah suatu bukti keinginan belajar atau

kemauan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan

bobot yang dicapainya. Menurut Nasution (1996: 17) minat belajar adalah

kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.

Darminto (1987: 215) minat belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai,

dilakukan dan dikerjakan untuk mendapatkan suatu kecakapan atau kepandaian.

Minat belajar di sekolah merupakan hasil dari berbagai faktor yang berinteraksi

di dalam proses belajar yang mempunyai pengaruh terhadap minat belajar. proses

belajar tidak dapat dipisahkan dari hasil belajar atau proses belajar.

Berdasarkan pengertian minat belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa

minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan

keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan

tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2.6 Kajian Hasil-hasil yang Relevan

Penerapan model pembelajaran role playing adalah suatu cara penguasaan

bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imanjinasi dan penghayatan siswa.

Penelitian terdahulu yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Sadali (2009)

dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap

Aktivitas Guru dan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran Pendidikan IPS Di SDN

Lemah Abang 2 Tanjung, Kabupaten Brebes”.

Berdasarkan penelitian Sadali (2009) menyimpulkan bahwa terjadi

peningkatan persentase ketuntasan siswa dalam materi pelajaran dan terjadi

peningkatan dalam aktivitas belajar. Pada pembelajaran konvensional

menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa termasuk dalam kategori

rendah karena siswa merasa jenuh mengembangkan potensi diri dalam

pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak optimal. Salah satu

alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi

tuntutan agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh maka peneliti menerapkan

model pembelajaran role playing ke dalam pembelajaran agar lebih

menyenangkan bagi siswa kelas III mata pelajaran IPA SDN Sidorejo Lor 06

Salatiga.

Page 22: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

29

2.7 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran role playing pada mata pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar sangat baik untuk menunjang pembelajaran. Apalagi dengan

desain-desain yang akan diperankan pada model pembelajaran role playing dapat

membangkitkan minat siswa dalam belajar. Dengan model pembelajaran role

playing dapat memanipulasikan teori yang bentuknya abstrak menjadi konkrit,

misalnya contoh pembelajaran dengan menggunakan role playing dalam materi

pelestarian dan pemeliharaan alam di sekolah maka kita bisa memperagakan

permainan sambil belajar yaitu dengan menggunakan model role playing

(bermain peran).

Penerapan model pembelajaran role playing dalam proses belajar, diharapkan

dapat meningkatkan minat belajar siswa. Karena model pembelajaran sangat besar

pengaruhnya dalam meningkatkan keberhasilan siswa, oleh karena itu wajar jika

guru meningkatkan pemanfaatan model pembelajaran role playing dalam proses

belajar. Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah dengan penerapan model

pembelajaran yang interaktif dan maksimal, dapat meningkatkan minat belajar

siswa. Oleh karena itu pemikiran peneliti bahwa pembelajaran yang menggunakan

model role playing, siswa akan lebih mudah memahami konsep, materi yang

disampaikan guru sehingga minat belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.

Dalam penelitian ini, penelitian akan membandingkan minat belajar antara kelas

konvensional dan kelas yang diberi perlakuan treatmen dimana kelas

konvensional pembelajaran dilakukan seperti biasa guru kelas mengajar dan kelas

eksperimen pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran

role playing. Untuk pengukuran awal diambil dari angket pada kelas uji coba dan

hasil pengukuran awal kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen) di uji beda rata-

rata tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Kemudian dilakukan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran role playing pada kelas

eksperimen dan pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol, minat

belajar dari kedua kelompok di lakukan uji beda rata-rata apakah penggunaan

model pembelajaran role playing berpengaruh yang signifikan terhadap rata-rata

minat belajar siswa. Untuk kerangka berpikirnya dapat dilihat pada bagan

dibawah ini:

Page 23: tesebut antara lain: metode investigasi kelompok

30

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka berpikir, adapun hipotesis penelitian yang

digunakan yaitu Ada pengaruh penerapan model pembelajaran role playing

terhadap minat belajar siswa III pada mata pelajaran IPA SDN Sidorejo Lor 06

Salatiga.

Hipotesis Statistika:

Ho: Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran role playing terhadap

minat belajar siswa kelas III pada mata pelajaran IPA SDN Sidorejo Lor 06

Salatiga.

Ha: Ada Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Minat

Belajar Siswa Kelas III Pada Mata Pelajaran IPA SDN Sidorejo Lor 06

Salatiga.

Gambar 2.1: Bagan Kerangka Bepikir

Pembelajaran IPA Dengan Model Pembelajaran Role Playing

Pengukuran Awal

Konvensional

Ada Pengaruh Penerapan Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Minat Belajar Siswa

Pengukuran Akhir