Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TESIS
SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS UJI NITRIT URIN DAN
PEWARNAAN GRAM PADA INFEKSI SALURAN KEMIH ANAK
NOVIRA FIDELIA
127041132 / IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
PERNYATAAN
Sensitivitas dan spesifisitas uji nitrit urin dan pewarnaan gram pada
infeksi saluran kemih anak
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2017
Novira Fidelia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan hidayah Allah SWTyang
memberikan kesempatan kepada saya sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir pendidikan Magister
Kedokteran Klinis Ilmu Kesehatan Anak. Saya menyadari bahwa penelitian
dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun besar harapan
saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat.
Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah
SWT dan rasa terimakasih yang tidak terhingga kepada kedua orangtua yang
saya cintai dan hormati, bapak Suharjoko dan mamak Weryna Sofia atas
pengertian, didikan, dukungan yang sangat besar, serta selalu mendoakan
saya. Tiada kata yang bisa mengungkapkan terimakasih saya kepada suami
tercinta, Servin Pandu Djaganata dan buah hati kami tersayang Aqila Lathafa
Djaganata atas pengertian, dukungan, kesabaran, dan usaha untuk mandiri
selama saya mengikuti pendidikan ini. Terimakasih sebesar-besarnya kepada
mertua saya, papa Wasser Indra Djaganata dan mama Almh. Ermawaty yang
mendukung, mendoakan, dan mengerti kesibukan saya selama pendidikan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
Terimakasih untuk saudara kandung, adik dan kakak ipar saya: Faisal,
Nanda, Rina, dan Andri yang bersedia direpotkan selama saya dalam masa
pendidikan, terimakasih juga kepada Adin, Juji, Ghege, dan Ega.
Kepada Bu Eni, Nenek, dan Lia terimakasih atas kebaikannya telah
meluangkan waktu menjaga Aqila, juga bu Evi dan bu Dani. Terimakasih
yang sangat besar saya ucapkan kepada Gaek, Nenek, om-om ataupun
tante-tante yang tidak dapat di sebutkan namanya, terimakasih karena telah
memberi kesempatan dan mendukung saya untuk meneruskan sekolah.
Pada kesempatan ini juga perkenankan saya untuk menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakuktas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang memberi kesempatan kepada saya
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di FK USU Medan.
2. Prof.dr. Rafita Ramayati, Sp.A(K), dr. Selvi Nafianti, M.Ked(Ped),
Sp.A(K), DR. dr Oke Rina Ramayani, SpA(K), dan dr. Rosmayanti,
SpA(K)selaku pembimbing yang memberikan bimbingan, bantuan
serta saran yang sangat berharga dalam penyelesaian tesis ini.
3. dr. Supriatmo, M.Ked(Ped), Sp.A(K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik
Medan, dr. Selvi Nafianti, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku Ketua Program
Studi yang telah mendukung saya menyelesaikan penelitian ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
4. Prof. dr. Munar Lubis, Sp.A(K) yang telah banyak memberikan arahan,
bimbingan, dan didikan selama saya menjadi peserta program
spesialis Ilmu Kesehatan Anak.
5. dr. Rita Evalina, MKed(Ped), Sp.A(K), dr. Bugis Mardina Lubis,
M.Ked(Ped), Sp.A(K), dan dr. Lia Kusumawati Iswara, MS, Sp.MK(K)
selaku penguji namun juga membimbing saya dalam penelitian ini.
6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU /
RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membimbing dan mendidik
saya sejak awal hingga akhir pendidikan.
7. Teman-teman seangkatan saya, khususnya Riady, Vanny, Dwi, Harry,
Tria, Annisa, bang Gursal yang memberikan masukan mengenai
penelitian ini, teman-teman madya nefrologi dan junior noninfeksi
maupun infeksi yang tidak bisa di sebutkan namanya satu persatu,
Krisnata dan Riska atas waktu dan pikirannya yang membantu saya
memahami uji statistik penelitian ini. Kak wi dan bang Jay (bagian
Mikrobiologi), serta semua yang mendukung selesainya penelitian ini.
Akhirnya saya mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober2017
Novira Fidelia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR ISI
Lembaran Persetujuan Pembimbing i
Lembar Pernyataan Penelitian ii
Lembar tanda tangan iii
Ucapan terimakasih iv
Daftar Isi vii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Singkatan xi
Abstrak xii
Abstrack xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan masalah 4
1.3. Hipotesis 4
1.4. Tujuan penelitian
1.4.1. Tujuan umum 5
1.4.2. Tujuan khusus 5
1.5. Manfaat penelitian 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi 6
2.2. Etiologi 6
2.3. Epidemiologi 7
2.4. Fisiologi saluran kemih 8
2.4.1. Perkembangan kontinensia 8
2.5. Faktor risiko 12
2.6. Klasifikasi 12
2.7. Patogenesis 13
2.8. Manifestasi klinis 15
2.9. Diagnosis 16
2.10. Pemeriksaan laboratorium 17
2.10.1. Urinalisis 18
2.10.1.1. Leukosit esterase 18
2.10.1.2. Uji nitrit urin 20
2.10.2 Pewarnaan gram 22
2.10.3 Kultur urin 23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
2.11. Terapi 26
2.12. .Kerangka konseptual 28
BAB 3. Metode penelitian
3.1. Desain penelitian 29
3.2. Tempat dan waktu penelitian 29
3.3. Populasi dan sampel 29
3.4. Perkiraan Besar sampel 30
3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi 30
3.5.1. Kriteria inklusi 30
3.5.2. Kriteria eksklusi 31
3.6. Persetujuan setelah penjelasan/informed consent 31
3.7. Etika penelitian 31
3.8. Cara kerja 31
3.9. Alur kerja penelitian 36
3.10. Identifikasi variabel 37
3.11. Definisi operasional 37
3.12. Rencana pengolahan dan analisis data 39
BAB 4. Hasil dan pembahasan 40
BAB 5. Pembahasan 44
BAB 6. Kesimpulan 50
6.1. Kesimpulan 50
6.2. Saran 50
BAB 7. Ringkasan 51
Summary 53
Daftar Pustaka 55
Lampiran 60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Reaksi kimia uji dipstik urin pada pemeriksaan leukosit esterase.19
Gambar 2. Reduksi nitrat menjadi nitrit…..…………………… ……………...21
Gambar 3. Reaksi kimia pemeriksaan nitrit dalam uji dipstik urin…………....22
Gambar 4. Kerangka konseptual…………...……………………………………24
Gambar 5. Alur kerja penelitian…………………………………………………..36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Frekuensi rata-rata miksi pada bayi dan anak…………………….10
Table 2.2. Jumlah urin pada neonatus dan anak………………………………10
Tabel 4.1. Distribusi karakteristik sampel……………..………………………..40
Table 4.2. Distribusi organisme penyebab infeksi saluran kemih….....……..41
Table 4.3. Distribusi manifestasi klinis infeksi saluran kemih pada anak.......42
Tabel 4.4. Perbandingan hasil kultur uji nitrit dengan hasil kultur urin..…….42
Tabel 4.5. Perbandingan hasil pewarnaan gram dengan hasil kultur urin..…43
Tabel 4.6. Hubungan uji nitrit terhadap organisme hasil kultur urin…..……..43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR SINGKATAN
1. AAP : American Academy of Pediatrics
2. NO3- : Nitrat
3. 2H+ : Dihidrogen
4. NO2-
:Nitrit
5. H2O : Air
6. CFU/mL: colony forming untits per mililiter
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
ABSTRAK
Latar belakang: Kultur urin adalah baku emas menegakkan diagnosa ISK.
Banyak uji yang mudah dilakukan. Uji nitrit salah satunya, namun akurasi
dibandingkan kultur urin masih kontroversi. Pewarnaan gram juga salah satu
yang mudah dilakukan dengan akurasi tinggi.
Tujuan: Membandingkan sensitivitas dan spesifisitas uji nitrit urin dan
pewarnaan gram dibandingkan kultur urin sebagai baku emas dalam
menegakkan ISK.
Metode: Penelitian cross sectional, dilakukan di RSUP H. Adam Malik,
Februari sampai Juli 2017, secara consecutive sampling. Data dikumpulkan
berdasar karakteristik sampel, manifestasi klinis, organisme penyebab ISK,
uji nitrit, pewarnaan gram, dan hasil kultur urin. Data dianalisis menggunakan
Fisher exact test dengan p<0.05. Hasil dari 60 total sampel yang ikut
berpartisipasi. Organisme penyebab yang terbanyak adalah Eschericia coli
(21.6%). Manifestasi klinis yang sering dijumpai adalah demam 56.8% dari 37
anak ISK. Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi uji nitrit urin adalah 64.8%,
86.9%, dan 73.3%. Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pewarnaan gram
adalah 94.5%, 100%, dan 96.6%.
Kesimpulan: Uji nitrit dan pewarnaan gram dapat digunakan sebagai
alternatif uji diagnosis ISK. Namun penelitian dengan sampel yang lebih
besar masih diperlukan untuk mengevaluasi sensitivitas, spesifisitas, dan
akurasi untuk uji nitrit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
ABSTRACT
Background: Urine culture is a gold standard for the diagnosis of urinary
tract infection (UTI) in children. More simple tests are often used instead of
urine cultures. Nitrite test is one of them, but its accuracy compared to urine
culture is still controversial. Gram staining is one of the simple tests with high
accuracy. Objective: To compare sensitivity and specificity of urine nitrite test
and gram staining to urine culture as the gold standard for UTI.
Method:A cross-sectional study was conducted at RSUP H Adam Malik from
February to July 2017. Samples were recruited with consecutive sampling.
Data collected were sample characteristics, clinical manifestation, organism
that cause UTI in children, nitrite test, gram staining, and urine culture results.
Data were analyzed using Fisher exact test with p<0.05 was considered
statistically significant.
Results: A total of 60 samples participated in this study. The sample
proportion of boys and girls were same. The most commonly encountered
organism was Escherichia Coli (21.6%). Clinical manifestation that was often
found was fever, which was 56.8% of 37 children with UTI. The sensitivity,
specificity, and accuracy of nitrite test were 64.8%, 86.9%, and 73.3%,
respectively, sensitivity, specificity, and accuracy of gram staining density
were 94.5%, 100%, and 96.6%, respectively.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiv
Conclusion: This study showed that the nitrite test and gram staining are
good alternatives for diagnostic test in diagnosing UTI in children in areas
with limited facilities and health workers. Further researches with larger
simple size are still needed to evaluate sensitivity, specificity, and accuracy of
nitrite test.
Keywords: Nitrite test, gram staining, urine culture, urinary tract infection.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Awal tahun 1970, bakterimia menjadi perhatian utama klinisi dalam
mengevaluasi demam pada bayi yang tidak diketahui sumber
infeksinya.1Beberapa dekade terakhir, infeksi saluran kemih (ISK) dianggap
sebagai penyebab demam yang tidak jelas pada anak.2
Penelitian di Oregon dalam tujuh tahun terakhir menunjukkan delapan
persen ISK terjadi pada anak perempuan dan dua persen anak laki-
laki.3Deteksi awal infeksi saluran kemih (ISK) dengan laboratorium seperti
dipstik, mikroskopis dan kultur urin penting dikarenakan sering terjadi
kesalahan dalam mendiagnosis.4 Penjajakan ISK tidak perlu dilakukan jika
dijumpai gejala rhinitis, batuk, wheezing, rash, atau diare yang mirip dengan
infeksi virus sebagai sumber demam.Pemeriksaan urin dilakukan pada anak
usia diatas tiga tahun dengan keluhan disuria, frekuensi buang air kecil yang
tidak normal, hematuria, nyeri perut, nyeri punggung atau inkontinensia.5
Diagnosis segera ISK anak melalui uji yang mudah dan sensitif
diperlukan untuk memulai pengobatan awal, sehingga mengurangi gejala dan
menurunkan resiko terjadinya jaringan parut pada ginjal.6 Diagnosis lebih sulit
ditegakkan karena hilangnya tanda dan gejala yang terlokalisasi, kesukaran
pengambilan urin, dan risiko terkontaminasinya sampel.7Kegagalan dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
memikirkan diagnosis atau keterlambatan pemberian antibiotik berefek pada
perburukan gejala klinis dan kerusakan ginjal jangka panjang.6Tidak diketahui
waktu yang tepat meresepkan antibiotik pada anak dengan gejala tidak
spesifik, namun antibiotik diberikan pada anak dengansangkaan ISK.8
American Academy of Pediatrics (AAP) dan Royal College of
Physicians of London merekomendasikan bayi dan anak terdiagnosis ISK
harus dilakukan tes pencitraan untuk mengevaluasi kemungkinan refluks
vesika urinaria.9
Skrining ISK dengan dipstikurin untuk mendeteksi leukosit esterase
dan nitrit,pemeriksaan lainnya dengan mikroskopik. Dipstik urin sebagai
alternatif jika pemeriksaan mikroskopik tidak bisa dilakukan meskipun
diagnosis dengandipstik urin pada usia yang berbeda belum didapatkan
dengan sistematis.Pemeriksaan mikroskopik urin membutuhkan staf terlatih
dan terstandarisasi, juga alat khusus termasuk cara pemindahan sampel ke
laboratorium. Kombinasi tes dipstik dan mikroskopik urin memiliki sensitivitas
yang baik mendeteksi ISK.7,10 Pewarnaan gram dianggap cukup baik
menegakkan diagnosis awal ISK pada anak dan bayi dengan demam, tidak
perlu melakukan sentrifugal urin sehingga dianggap sebagai metode
sederhana, praktis dan efektif.2,11 Uji dipstik urin ataupun pewarnaan gram
tepat digunakanpada fasilitas pelayanan kesehatan dengan peralatan
laboratorium dan staf ahli yang memadai ataupun terbatas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Standar baku emas sampel urin untuk mendiagnosis ISKdengankultur
bakteri, namun membutuhkan waktu sekitar 24 sampai 48 jam untuk
mendapatkan hasil sehingga penanganan anak sakit akut sering mengalami
keterlambatan, selain itu dibutuhkan biaya yang cukup mahal.2,7,12 Kultur
bakteri tidak dapat dilakukan di semua laboratorium.Uji standar ISK
dibuktikan dari kultur urin yang menghasilkan pertumbuhan bakterilebih besar
dari 105 cfu/ml.8,12,13Fasilitas yang memadai untuk kultur bakteri urin
tidak dapat dijumpai pada semua rumah sakit. Adanya metode diagnostik
yang sederhana, mampulaksana, cepat, akurat, dan terjangkau sangat
dibutuhkan, namun hal ini harus berdasarkan penilaian sensitivitas,
spesifisitas, nilai duga negatif, nilai duga positif, akurasi, rasio kemungkinan
positif dan rasio kemungkinan negatif untuk metode diagnostik uji nitrit urin
dan pewarnaan gram yang dibandingkan dengan kultur urin.2
Penelitian metaanalisis tahun 2011 oleh AAP menunjukkan nilai
sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan gram sebesar 81% dan 83%, uji nitrit
sebesar 53% dan 98%, sedangkan kultur darah sebesar 95% dan 99%.1
Penelitian di Dallas tahun 2011 menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas
urinalisis sebesar 97.4% dan 85.5%, pewarnaan gram sebesar 97.3% dan
73.8%. Penelitian metaanalisis tahun 2010 oleh William dkk menunjukkan
nilai sensitivitas uji nitrit urin sebesar 49% dan pewarnaan gram sebesar
91%.14
Penelitian di Nigeria tahun 2011 menunjukkan sensitivitas dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
spesifisitas untuk uji nitrit urin sebesar 66.2% dan 93.5%.15 Penelitian di Iran
tahun 2007 menunjukkan sensitivitas nitrit urin 79%sedangkan kultur urin
75%.16 Penelitian di Indonesia tahun 2013 menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas pewarnaan gram sebesar 88% dan 100%.17 Penelitian di Turki
tahun 1999 menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan gram
sebesar 80% dan 83%, secara keseluruhan untuk urinalisis sensitivitas
sebesar 74%.18Penting mengetahui sensitivitas dan spesifisitas ujinitrit urin
dan pewarnaan gram dibandingkan dengan kultur urin sebagai baku emas
sehingga klinisi dapat memilih pemeriksaan yang terbaik, cepat, tepat, dan
dapat dilakukan disemua tingkat fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan
demikian, diagnosis dan tatalaksana ISK anak dapat dilakukan dengan baik
dan menghasilkan luaran yang memuaskan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana sensitifitas dan spesifitas uji nitrit urin dan pewarnaan
gram yang digunakan untuk mendiagnosis awal ISK pada anak.
1.3. Hipotesis
Uji nitrit dan pewarnaan gram urin memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
baik dalam menegakkan diagnosis ISK pada anak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Menilai sensitivitas dan spesifisitasuji nitrit urin dan pewarnaan gram
yang digunakan untuk diagnosis awal ISK pada anak dengan kultur
urin sebagai baku emas.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik pasien ISKanak.
2. Mengetahui distribusi spesies organisme penyebab ISK.
3. Mengetahui distribusi frekuensi manifestasi klinis pada ISK.
4. Mengetahui hubungan hasil uji nitrit pada organisme gram negatif
dan positif pada ISK anak.
1.5. Manfaat Penelitian
Mendapatkan alternatif pemeriksaan dalam mendiagnosis ISK anak dengan
metode yang lebih mudah, cepat, akurat, dan efisien melalui penentuan nilai
sensitivitas dan spesifitas uji nitrit urin dan pewarnaan gram sebagai dasar
pemberian antibiotik sebagai terapi awal. Diharapkan dapat menjadi
acuanpenanganan dan penelitian selanjutnya dalam hal pemeriksaan yang
tepat untuk tatalaksana kasus ISK yang ditemukan dalam kegiatan klinisi
sehari-hari.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim
ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna.19
2.2. Etiologi
Infeksi saluran kemih sering disebabkan uropatogen termasuk Escherichia
coli (terjadi pada 85% anak dengan infeksi saluran kemih), penelitian di
dalam negeri antara lain di Rumah Sakit Cipto Mangunkusuma (RSCM)
Jakarta juga menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain yang sering adalah
Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka, Proteus vulgaris,
Pseudomonas aeroginosa, Enterobacter aerogenes, Morganella morganii,
Staphylococcus, dan Enterococcus.2,20,21Grup B streptococcus lebih sering
terjadi pada neonatus dibanding anak yang lebih tua.22Jamur jarang pada
bayi baru lahir yang sehat, tetapi umum terjadi pada neonatus terutama bayi
premature dan anak yang dirawat di ruangan ICU.23 Infeksi nosokomial lebih
sulit di terapi dan dapat disebabkan berbagai organisme seperti Eschericia
coli (E.coli), Candida, Enterococcus, Enterobacter, dan Pseudomonas.24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
2.3. Epidemiologi
Data dari penyakit urologi di Amerika, menunjukkan bahwa ISK pada anak
merupakan beban kesehatan yang signifikan pada masyarakat Amerika,
namun sulit menentukan angka kejadian ISK pada anak yang sebenarnya
karena sangat bervariasinya gejala klinisnya, dari yang tidak ada keluhan
pada saluran kemih sampai urosepsis yang tejadi dengan cepat dan tiba-tiba.
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa infeksi pada saluran kemih terjadi
2.4% sampai dengan 2.8% dari anak-anak setiap tahunnya dan mencapai
lebih dari 1.1juta visite setiap tahunnya. Dengan biaya rawat inap di rumah
sakituntuk anak-anak dengan pielonefritis, mencapai total lebih dari 180 juta
Dolar pertahun.25,26
EpidemiologiISK pada anakbervariasi berdasarkanusia dan jenis
kelamin. Tahunpertama kehidupananak laki-lakimemilikiinsiden lebih tinggi
terkena ISK; namun di kelompokusia lainnya, anak perempuanlebih
rentanterkenaISK. Tahunpertama kehidupan, kejadianISKpada anak
perempuanadalah0.7% dan 2.7% pada laki-laki.25Selama6bulan pertama,
anak laki-lakiyang tidak disunatmemiliki10 sampai12kali
lipatpeningkatanrisikoterkenaISK.25,27,28Prevalensi ISK anak dengan demam
(kurang dari 2 tahun) sebesar 7%, pada anak yang lebih tua (lebih dari 2
tahun) dengan tanda dan gejala ISK dan atau demam sebesar 7.8%. Pada
anak usia 1 sampai 2 tahun dengan demam angka kejadian ISK 4.5%. Angka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
kejadian ISK sebagian besar tidak berubah mulai dariusia6 sampai 16tahun,
dengan angka kejadian tahunan 0.7% sampai 2.3% untuk anak perempuan
dan0.04% sampai 0.2% untukanak laki-laki.25,29 Di Indonesia risiko ISK anak
sebelum pubertas 3% sampai 5% pada perempuan, 1% sampai 2% pada
anak laki-laki.21 Prevalensi ISK anak berkisar 3% sampai 73%, namun
beberapa penelitian mengambil nilai 20%.11
2.4. Fisiologi Saluran Kemih
Neonatus memiliki fungsi ginjal immatur saat kelahiran yang membuat
mudahnya kehilangan cairan, seperti kehilangan cairan lewat pernafasan
yang cepat atau kegagalan dalam pemasukan cairan. Berat ginjal neonatus
sekitar 23 gr, berat ini menjadi dua kali lipat semula pada usia 6 bulan dan
meningkat pada akhir satu tahun pertama dan tumbuh seperti ginjal orang
dewasa pada saat pubertas yaitu 10 kali ukuran saat kelahiran.Neonatus
menghasilkan 20 sampai 35 ml urin sebanyak 4 kali sehari, tapi ini akan
meningkat sampai 100 sampai 200 ml sebanyak 10 kali sehari pada hari
kesepuluh setelah lahir.30
2.4.1. Perkembangan Kontinensia
Bayi memiliki keadaan inkontinensia, kemampuan mengontrol pengeluaran
urin tergantung pada sistem renal yang lengkap dan berfungsi, kematangan
saraf, serta kesempatan yang diberikan kepada anak untuk buang air kecil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
dan kebiasaan. Anak dapat menjadi cemas dan lemah jika harapan yang
diberikan melebihi kemampuan dan kontrol mereka. Kematangan terhadap
mekanisme kontrol biasanya membutuhkan sekitar lima tahun pada anak
yang sehat agar tetap tetap terkontrol saat siang dan malam. Kandung kemih
adalah organ yang kompleks yang terbentuk dari lapisan otot dan
dienervasikan oleh kompleks refleks dari tulang belakang dan koordinasi dari
otak. Perlu diingat, jika anak tidak mau buang air kecil untuk alasan apapun,
mereka dapat memberikan pesan kepada otak dari kandung kemih mereka
yang penuh.30
Kemampuan mengontrol pengosongan kandung kemih adalah sebuah
proses yang dipelajari, biasanya pada awal masa kanak-kanak sebagai hasil
dari „toillete training‟. Seorang bayi tidak mampu berlatih mengontrol proses
ini, karena pengosongan kandung kemih tergantung pada kerja kompleks
refleks. Kandung kemih mereka akan secara volunter mengosongkan diri
saat teregang pada volume 15 ml, seperti yang diketahui pada dewasa
rangsangan untuk buang air kecil pada volume 200 ml. Saat kandung kemih
penuh dan merangsang reseptor trigonal, dan hasilnya mengirimkan impuls
ke area sakral tulang belakang melalui sistem saraf otonom. Impuls motorik
dari tulang belakang lewat sistem saraf otonom menginisiasi relaksasi sfingter
internal dan kontraksi otot detrusor, yang selanjutnya mengakibatkan urin
keluar dari kandung kemih. Kapasitas kandung kemih anak bervariasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
berdasarkan usia (Tabel 1). Jumlah urin bervariasi pada neonatus dan anak
(Tabel 2).31
Tabel 2.1. Frekuensi rata-rata miksi pada bayi dan anak31
Usia Frekuensi Miksi/ 24 Jam
3-6 bulan 20 6-12 bulan 16 1-2 tahun 12 2-3 tahun 10 3-4 tahun 9 12 tahun 4-6
Tabel 2.2. Jumlah urin pada neonatus dan anak31
Usia Jumlah Urin (ml)
1 hari 0-20 2 hari 20-50 3 hari 20-60 4 hari 30-70
5-7 hari 40-90 1 bulan 200-400 2 bulan 300-500 3 bulan 500-700
1-2 tahun 600-800 3-5 tahun 800-1200 6-10 tahun 800-1400
10-14 tahun 800-1500
Kematangan sistem saraf diperlukan untuk pengontrolan kandung
kemih, jadi impuls saraf dapat bergerak melalui tulang belakang menuju
pusat kontrol miksi di otak. Saat kewaspadaan untuk buang air kecil dan
keinginan untuk mengontrol miksi telah berkembang, bersama dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
kematangan biologis dari sistem saraf dan perkembangan sosial si anak,
menjadikan aktivitas sistem saraf pusat mengambil alih kerja sistem refleks.
Kontrol yang baik dapat dimulai pada usia dua tahun saat anak dapat secara
sadar merelaksasikan otot dasar pinggul untuk buang air kecil.30
Kandung kemih yang sehat dapat dilatih dengan kebiasaan yang
sehat. Minum yang cukup mengeluarkan bakteri, tapi minum air soda dapat
mengiritasi kandung kemih. Ajarkan anak perempuan untuk membersihkan
sisa urin dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi sistem
urinarius bagian bawah oleh bakteri yang normalnya berada di rektum. Anak
juga sebaiknya dilatih untuk buang air kecil segera setelah mereka
merasakan keinginan untuk miksi, dan wanita yang sudah dewasa sebaiknya
segera buang air kecil setelah melakukan hubungan. Saat mulai sekolah,
saat toilet dipakai bersama dan waktu istirahat sudah ditentukan, hal ini
menyebabkan beberapa anak menolak minum sepanjang hari dan menahan
miksi sampai pulang ke rumah. Kaushik dkk (2007) menemukan bahwa anak
dengan akses buang air kecil yang bebas selama di sekolah memiliki tingkat
konsumsi air signifikan lebih tinggi. Membantu orang tua dalam menolong
anaknya mendapatkan kontinensia dengan menemukan problem yang
mendasari. Pertanyaan yang ditanyakan meliputi usia, pekerjaan orang tua,
kebiasaan dalam keluarga dan riwayat kontinensia, kondisi kesehatan,
perkembangan mental, dan kejadian yang muncul pada kehidupan anak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
seperti pergantian sekolah, fasilitas toilet seperti aksesibilitas dan keinginan
untuk meminta izin buang air kecil, pengobatan, dan asupan cairan.
Tatalaksana tergantung pada tajamnya anamnesa; beberapa poin diskusi
berupa penjelasan mengenai kontinensia dan keyakinan bahwa masalah
seperti ini bisa diatasi, saran praktis berupa waterproof bed cover,
menjalankan jadwal rutin buang air kecil (dengan kenyamanan) dan
manajemen asupan cairan selama dua puluh empat jam. Pada semua situasi,
anak dan keluarga perlu diberikan motivasi akan keberhasilan dan pujian
terhadap usaha yang ada.30
2.5. Faktor Risiko
Bila terdapat sangkaan ISK pada anak terutama pada ISK berulang, maka
upaya yang harus dilakukan salah satunya adalah mengidentifikasi faktor
risiko.Faktor risiko ISK pada anak; neonatus/bayi, jenis kelamin, tidak sunat,
kontaminasi tinja, kolonisasi perineal, anomali saluran kemih, kelainan
fungsional, gangguan sistem imunitas, dan aktifitas seksual.25
2.6. Klasifikasi
Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala
klinis, lokasi infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala klinis
dibedakan menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
infeksi dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan
kelainan saluran kemih dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks.21
Infeksi saluran kemih (ISK) asimtomatik ialah bakteriuria bermakna
tanpa gejala, ISK simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai
gejala dan tanda klinik. Sekitar 10%sampai 20% ISK yang sulit digolongkan
ke dalam pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun
pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik.21
Untuk kepentingan klinis dan tata laksana, ISK dapat dibagi menjadi
ISK simpleks (uncomplicated UTI) dan ISK kompleks (complicated UTI). ISK
kompleks adalah ISK yang disertai kelainan anatomik dan atau fungsional
saluran kemih yang menyebabkan stasis ataupun aliran balik (refluks) urin.
Kelainan saluran kemih dapat berupa refluks vesika urinaria, batu saluran
kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, buli neurogenik, benda asing, dan
sebagainya. ISK simpleks ialah ISK tanpa kelainan struktural maupun
fungsional saluran kemih.21
2.7. Patogenesis
Patogenesis dari ISK ditentukan oleh mekanisme proteksi dan faktor
predisposisi. Mekanisme proteksi yaitu pengosongan vesika urinaria berkala
dan pertahanan tubuh penjamu. Faktor predisposisi termasuk pengosongan
vesika urinaria yang tidak komplit menyebabkan urin residu (contohnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
neurogenic bladder dan refluks vesikoureter), terapi antibiotik sebelumnya
(yang mana dapat mengeradikasi bakteri komensal dan menyebabkan bakteri
yang virulen dapat menyerang), anak laki-laki yang tidak disirkumsisi
(disebabkan kolonisasi bakteri di foreskin), dan faktor virulensi uropatogen.32
Perbedaan anatomi menyebabkan anak perempuan lebih berisiko
terjadi ISK, anak perempuanjuga memiliki risiko ISK lebih tinggi setelah
melewati tahun pertama kehidupan. Keadaan yang lembab pada daerah
periuretra dan vagina pada perempuan mendukung berlangsungnya
pertumbuhan uropathogen. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
naiknya infeksi ke saluran kemih. Ketika uropathogen mencapai kandung
kemih, memungkinkan dapat naikke ureter dan kemudian ke ginjal yang
mekanismenya belum dapat dijelaskan. Jalur tambahan untuk terjadinya
infeksi meliputi infeksi nosokomial melalui penggunaan alat-alat yang
terkontaminasi, penyebaran secara hematogen pada infeksi sistemik atau
gangguan sistem kekebalan tubuh dan hubungan langsung yang disebabkan
adanya fistul dari usus atau vagina.25
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika, didahului dengan
masuknyapatogenke dalamruang steril yang dikaitkandengan perlekatannya
pada dinding mukosasaluran kemih. Jika efek aliran yang membilas saat
berkemih inadekuat membersihkan uropathogens, maka kolonisasi bakteri
sangat berpotensi untuk berkembang. Kolonisasi mungkin akan diikuti oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
multiplikasi dari mikroba dan berhubungan dengan suatu respon
inflamasi.35,36 Serotipe E.col isering kali ditemukan pada kasus ISK,
perlekatan bakteri pada uroepithelium ditingkatkan oleh adhesins, dan juga
fimbriae(pili), yangberikatan dengan reseptor spesifik uroepithelium.36,37
Interaksi fimbriae dengan reseptor mukosa memicu internalisasi dari
bakterike dalam sel epitel, yang mengarah ke apoptosis, hyperinfection, dan
menyebar masuk ke sekitar sel-sel epitel atau membentuk focus bakteri pada
ISK berulang.36
2.8. Manifestasi Klinis
Riwayat dan perjalanan klinis ISK sangat bervariasi, sesuai dengan usia
pasien dan diagnosis yang spesifik. Tidak ada satu tanda atau gejala spesifik
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ISK pada bayi dan anak-anak.
Neonatus dan bayi hingga usia 2 bulan dengan pielonefritis biasanya tidak
memiliki gejala local disaluran kemih. ISK ditemukan sebagai bagian dari
evaluasi untuk sepsis neonatal. Neonatus dengan ISK dapat menampilkan
gejala berikut, yaitu jaundice, demam, failure to thrive, sulit makan, muntah,
dan mudah marah. Pada bayi dan anak usia 2 bulan sampai 2 tahun dengan
ISK dapat menampilkan gejala berikut, yaitu sulit makan, demam, muntah,
bau urin yang menyengat, nyeri perut, mudah marah. Sedangkan pada anak
usia 2 sampai 6 tahun atau anak prasekolah dengan ISK menunjukkan gejala
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
berikut, yaitu muntah, nyeri perut, demam, bau urin yang menyengat,
enuresis, disuri, dan frekuensi buang air kecil. Anak yang lebih tua dari 6
tahun dan remaja dengan ISK bisa menampilkan gejala berikut, yaitu demam,
muntah, nyeri perut, flank/back pain, bau urin yang menyengat, gejala
urinaria (disuri, frekuensi, dan urgensi), enuresis, dan inkontinensia.Temuan
pemeriksaan fisik pada pasien anak dengan ISK dapat diringkas dengan
adanya Costovertebral angle tenderness, nyeri abdomen dan atau
suprapubik saat palpasi, kandung kemih yang teraba, dan adanya dribbling,
pancaran urin lemah atau usaha untuk membatalkan buang air kecil.14,25
2.9. Diagnosis
Diagnosis ISK anak ditegakkan dengan melihat gejala klinis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang dipastikan
dengan biakan urin untuk konfirmasi dan pemberian terapi yang tepat.21
Serangan pertama umumnya menunjukkan gejala klinik yang lebih
jelas dibandingkan infeksi berikutnya. Gangguan kemampuan mengontrol
kandung kemih, pola berkemih, dan aliran urin dapat sebagai petunjuk untuk
menentukan diagnosis. Demam merupakan gejala dan tanda klinik yang
sering dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala ISK pada anak.36
Pemeriksaan tanda vital termasuk tekanan darah, pengukuran
antropometrik, pemeriksaan massa dalam abdomen, kandung kemih, muara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
uretra, pemeriksaan neurologik ekstremitas bawah, tulang belakang untuk
melihat ada tidaknya spina bifida, perlu dilakukan pada pasien ISK. Genitalia
eksterna diperiksa untuk melihat kelainan fimosis, hipospadia, epispadia pada
laki-laki atau sinekie vagina pada perempuan.21
American Academy of Pediatrics (AAP) membuat pedoman praktek
klinis untukdiagnosis, pengobatan, dan evaluasi ISK pada bayi dan anak
dengan demam pada tahun 1999, dan di rangkum pada tahun berikutnya
dalam artikel American Family Physcian yang selanjutnya pedoman ini
direvisi pada tahun 2011. Pedoman ini berfokus pada bayi dan anak usia 2
sampai 24 bulan dengan demam di a a 3 C yang tidak bisa di jelaskan
penyebabnya, biakan urin perlu dipikirkan untuk kemungkinan ISK dan anak
ditata laksana sebagai pielonefritis.37
2.10. Pemeriksaan laboratorium
Standar kriteria untuk mendiagnosis ISK adalah isolasi kuman patogen dari
kultur urin yang diperoleh melalui aspirasi suprapubik.Meskipun aspirasi
suprapubik adalah metode kriteria standar untuk mendapatkan urin, namun
kateterisasi adalah teknik paling umum yang digunakan pada bayi dan anak-
anak. Kateterisasi juga dapat digunakan untuk mengetahui volume residu urin
sehingga dapat mengetahui klinis pasien seperti kemungkinan adanya
neuropati bladder. Pengambilan spesimen urin porsi tengahpada anak yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
lebih tua dinilai cukup adekuat untuk menegakkan ISK. Infeksi saluran kemih
(ISK) didefenisikan jika ditemukan sejumlah 105 CFU/ mL dalam spesimen
urin porsi tengah. Sedangkan pengambilan spesimen melalui urine bag dinilai
tidak cukup valid untuk menilai ISK pada anak karena tingginya angka positif
palsu.25
2.10.1. Urinalisis
Urinalisis adalah pemeriksaan biokimia yang sering di lakukan pada bayi dan
anak, serta dibutuhkan untuk membantu membuat diagnosis awal ISK,
sensitifitas dari urinalisis untuk mendiagnosis ISK pada anak dilaporkan
sebesar 75% sampai 85%.38,39 Hasil urinalisis yang abnormal dapat
ditemukan pada 1% sampai 14% anak sehat usia sekolah. Pemeriksaan
urinalisis untuk ISK meliputi leukosit esterase dan nitrit (dipstik urin),analisis
mikroskopik untuk bakteriuria, makroskopik, dan automated
urynalisis.1Kebanyakan patogen pada saluran kemih dapat mengurangi nitrat
menjadi nitrit, nitrit dalam urin menunjukkan adanya bakteriuria.39
2.10.1.1. Leukosit esterase
Sensitivitas leukosit esterase pada anak yang dicurigai ISK sebesar 94%.
Penelitian lain menunjukkan tingkat sensitivitas leukosituria yang lebih rendah
sebesar 83% dan pada pemeriksaan leukosit tidak terlalu spesifik.
Spesifisitas leukosit esterase sebesar 64% sampai 92% sehingga dalam
menafsirkan hasil leukosit esterase yang positif harus berhati-hati karena
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
kemungkinan hasil positif palsu. Kondisi lain seperti demam pada anak
(infeksi streptococcus atau Kawasaki) dan setelah olahraga berat dapat
dijumpai leukosit dalam urin.1,39
Tes Leukosit esterase mendeteksi adanya esterase pada sel darah
putih granulosit (netrofil, eosinofil, dan basofil) dan monosit. Netrofil adalah
granulosit yang paling sering ditemukan pada infeksi bakteri. Esterase juga
terdapat pada trikomonas dan histiosit. Limfosit, eritrosit, bakteri dan jaringan
ginjal tidak mengandung esterase. Hasil leukosit esterase positif dapat terjadi
pada infeksi bakteri yang menghasilkan pemeriksaan nitrit negatif. Infeksi
yang disebabkan oleh Trichomonas, jamur dan reaksi inflamasi pada ginjal
dapat menyebabkan leukosituri tanpa adanya bakteriuria.40,41
Reaksi reagen pada uji dipstik berdasarkan kemampuan leukosit
esterase mengkatalisa hidrolisis asam ester yang terdapat pada bantalan
reagen akan menghasilkan senyawa aromatik dan asam. Senyawa aromatik
bereaksi dengan garam diazonium yang terdapat dalam bantalan reagen
sehingga menghasilkan warna ungu.40,41
Gambar 1. Reaksi kimia uji dipstik urin pada pemeriksaan leukosit
esterase40,41
Indoxylcarbonic acid ester indoxyl + acid indoxyl
+ diazonium salt purple azodye
Leukocyte
esterase
acid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Leukosit granulosit mengandung esterase yang merupakan katalisator
hydrolysis pyrole aminoacid ester yang menghasilkan 3-hydroxy 5-phenyl
pyrrole; pyrrole ini bereaksi dengan gram diazonium, yang memberikan
warna ungu pada reagent pads. Dibutuhkan waktu sekitar dua menit untuk
menyelesaikan reaksi tersebut diatas. Hasil dinyatakan dalam nilai ringan,
sedang, dan berat. Hasil positif palsu dapat terjadi apabila terdapat formalin
dalam wadah urin , urin yang sangat pekat dan adanya nitrofurantoin dapat
mengaburkan reaksi pewarnaan. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila
terdapat konsentrasi protein yang tinggi (lebih dari 500 mg/dL), glukosa lebih
dari 3 g/dL, asam oksalat, dan asam askorbat.40,41
2.10.1.2. Uji nitrit urin
Kebanyakan kuman pathogen pada saluran kemih dapat mengubah nitrat
menjadi nitrit, sehingga nitrit menunjukkan bakteriuria.39Uji nitritmerupakan
pemeriksaan tidak langsung terhadap bakteri dalam urin. Dalam keadaan
normal, nitrit tidak terdapat dalam urin, tetapi dapat ditemukan jika nitrat
diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Sebagian besar kuman gram negatif dan
beberapa kuman gram positif dapat mengubah nitrat (yang berasal dari
makanan) menjadi nitrit, sehingga jika uji nitrit positif berarti terdapat kuman
dalam urin.42 Urin dengan berat jenis tinggi menurunkan sensitivitas uji
nitrit.43Uji dipstik nitrit urin dapat negatif palsu jika waktu pengumpulan urin
yang digunakan pendek dalam kandung kemih (< 4 jam) sehingga kepekaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
dipstik urin untuk bakteriuria pada bayi secara klinis tidak lebih tinggi dari
30% sampai 50%.39
Pemeriksaan nitrit urin menunjukkan adanya aktivitas bakteri yang
mengubah nitrat yang dekskresikan ke dalam urin dengan melibatkan enzim
nitrat reduktase dengan mekanisme sebagai berikut
Gambar 2. Reduksi nitrat menjadi nitrit44
Dasar kimia dari pemeriksaan nitrit dalam urin adalah kemampuan dari
beberapa bakteri yang dapat mengubah nitrat, suatu bahan yang terdapat
dalam urin normal, menjadi nitrit, yang tidak terdapat pada urin normal. Nitrit
yang terdapat di dalam urin dideteksi dengan reaksi Griess, nitrit pada
suasana asam akan bereaksi dengan amin aromatik (asam para-arsanillik
atau sulfanilamid) yang akan menimbulkan senyawa diazonium yang
kemudian akan bereaksi dengan tetrahidrobenzoquinolin yang akan
menyebabkan timbulnya warna merah muda.40,41
Untuk mencegah terjadinya hasil positif palsu akibat kontaminasi maka
sensitivitas alat ini dibuat supaya dapat mendeteksi nitrit dalam urin dengan
Reduksi nitrat
NO3- + e
- + 2H
+ NO2
- + H2O
Nitrat Nitrit
Nitrat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
koloni kuman lebih dari 105 organisme per ml. Perbedaan warna merah muda
yang timbul dapat bervariasi, namun pemeriksaan ini tidak dapat mengukur
derajat bakteriuri. Perubahan warna menjadi merah muda dibaca sebagai
hasil positif yang menandakan adanya bakteriuri yang signifikan.
Gambar 3. Reaksi kimia pemeriksaan nitrit dalam uji dipstik urin40,41
2.10.2. Pewarnaan gram
Pewarnaan gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan
yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri.
Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi digunakan larutan
berikut: zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan
pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air
fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan
DenmarkHans Christian Gram (1853 sampai 1938) yang mengembangkan
teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan
bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram
Acid
Para-arsanillic acid or sulfonamide + NO2 Diazonium salt
(Nitrit)
Acid
Diazonium salt + tetrahydrobenzoquinolin Pink azodye
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet
dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun
bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci
dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan
zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah.
Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi
dinding selnya.45
Pemeriksaan gram memiliki sensitifitas dan spesifitas sebesar 97.3%
dan 73.8%.14Hasil penelitian Dayan dkk menyatakan pewarnaan gram
merupakan tes karakteristik terbaik untuk awal diagnosis infeksi saluran
kemih pada bayi-bayi yang demam yang berusia kurang dari 60 hari.46
Menurut penelitian Gardezi dkk pewarnaan gram merupakan metode
sederhana yang efektif untuk menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih,
tidak bergantung kepada alat sentrifugal di laboratorium dan media kultur,
praktis dapat dilakukan pada laboratorium di daerah yang memiliki
keterbatasan fasilitas.47Perwanaan gram dapat dilakukan pada semua
spesimen yang urinnya di sentrifugal.18
2.10.3.Kultur urin
Diagnosis ISK dibuat berdasarkan hasil kultur urin kuantitatif selain bukti
piuria dan/atau bakteriuria. Kultur dilaporkan tidak ada pertumbuhan bakteri
atau pertumbuhan bakteri tidak signifikan jika kurang dari 104
cfu/ml.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Pertumbuhan bakteri ditemukan pada 104 sampai 105 cfu/ml atau lebih besar
dari 105 cfu/ml. Pertumbuhan bakteri tunggal dapat teridentifikasi jika dijumpai
lebih besar sama dengan 104 cfu/ml.8,12,13 Spesimen urin harus diambil
sesegera mungkin, jika tidak diproses segera maka harus didinginkan untuk
mencegah pertumbuhan organisme pada suhu kamar, untuk spesimen yang
membutuhkan transportasi harus diangkat di atas es.1Kultur urin
menggunakan urin sebanyak 0.01 ml untuk ditanamkan pada agar darah dan
agar eosine metilen blue m a iakan diink a i pada 35 C dan
dibaca 24 dan 48 jam setelah identifikasi dan hitung koloni bakteri. Kultur urin
dikatakan positif jika kultur menunjukkan jumlah koloni yang lebih banyak dari
10 000 pada satu kuman pathogen.18
Sensitifitas kultur darah pada pasien anak dengan ISK sebesar 87%,
dan dilaporkan spesifisitas sebesar 92%. Dikarenakan sensitifitas yang tinggi
maka jika hasil k l r l m ada maka m ngkin dip rl kan “ p ngo a an
k l r” la 24 jam rapi 1
1. Cara pengambilan spesimen urin
Sampel urin pada anak yang tidak mendapat toillete training
dikumpulkan dari kateterisasi uretra, aspirasi suprapubik, menggunakan
kantong pengumpul urin atau pada anak yang tidak memakai popok di
kumpulkan urin yang bersih ketika anak berkemih. Pengumpulan urin pada
anak yang sudah mendapat toillete training secara porsi tengah.5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Pedoman Child Health Network (CHN) tahun 2002 hanya
merekomendasikan tiga teknik pengambilan sampel urin, yaitu pancar
tengah, kateterisasi urin, dan aspirasi suprapubik, sedangkan pengambilan
dengan kantung pengumpul urintidak digunakan.48
2. Interpretasi biakan urin
Pengumpulan urin harus dilakukan sebelum memulai antibiotik karena
dosis tunggal antibiotik efektif cepat mensterilkan urin. Hasil kultur negatif dari
sampel urin yang diambil dari kantung pengumpul urin dapat menyingkirkan
ISK namun jika hasilnya positif dianggap tidak berguna.5
Urin umumnya dibiakan dalam media agar darah dan media
McConkey. Beberapa bakteri yang tidak lazim menyebabkan ISK, tidak dapat
tumbuh pada media yang sering digunakan dan memerlukan media kultur
khusus.Interpretasi hasil biakan urin bergantung pada teknik pengambilan
sampel urin, waktu, dan kondisi klinis. Semua literatur sepakat pada
pengambilan sampel urin dengan aspirasi supra pubik dinyatakan bermakna
jika ditemukan kuman dengan jumlah berapa pun. Namun pada cara
kateterisasi urin dan urin porsi tengah, terdapat kriteria yang berbeda-beda.48-
50
Menurut Garin dkk pengumpulan urin dengan kateter urin dinyatakan
bermakna jika jumlah kuman lebih dari 105CFU/mL urin,
47 dan pendapat lain
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
menyebutkan bermakna jika jumlah kuman lebih dari 50x103CFU/mL.49,51
Paschke dkkmenggunakan batasan ISK dengan jumlah kuman lebih dari 50x
103CFU/mL untuk teknik pengambilan urin dengan porsi tengah/clean
catch.50Berdasarkan penelitian Robinson dkk nilai koloni minimum untuk
mengidentifikasi ISK pada urin pancar tengah sebesar ≥ 105 CFU/mL, pada
p im n ka r rin ar ≥ 5×104 CFU/mL.5
Sebagian besar ISK disebabkan oleh organisme tunggal, kehadiran
dua atau lebih organisme biasanya menunjukkan adanya kontaminasi. Kultur
urin tidak wajib pada perempuan remaja dengan episode pertama. Pada ISK
berulang, gagal terapi, dan anak perempuan dengan pyuria tanpa bakteriuria,
pemeriksaan kultur urin dianjurkan.51
2.11. Terapi
Pilihan antimikroba digunakan secara empirik untuk tatalaksana ISK anak.
Antibiotik yang biasa digunakan seperti Penicillin (Ampicillin) yang dapat
diberikan secara oral maupun intravena, Ampicillin bersifat bactericidal gram
positif dan beberapa gram negatif termasuk E.coli, Proteus spp, dan
staphylococcus tetapi tidak efektif untuk golongan Klebsiella. Co-amoxiclav
merupakan kombinasi dari amoxicillin dan asam klavulanat, asam klavulanat
sendiri tidak memiliki efek klinis sebagai antibakteria. Dosis pemberian co-
amoxiclav yaitu 45-60 mg/kgbb/hari dari komponen Amoxicillin.
Cephalosporin merupakan spektrum luas dan antibiotik bakterisidal yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
dapat digunakan secara oral dan intravena. Fluoroquinolon (Ciprofloxacin)
merupakan antibiotik spectrum luasterhadap gram positif dan gram negatif
yang digunakan untuk ISK atas. Aminoglycoside (Gentamycin) merupakan
antibiotik intravena yang efektif terhadap bakteri gram negatif termasuk
Pseudomonas, Proteus, dan Staphylococcus. Dosis inisial dari Gentamicin
adalah 5-7 mg/kgBB sekali sehari. Nitrofurantoin adalah antibiotik yang
diberikan secara oral digunakan untuk ISK bawah, nitrofurantoin yang
diberikan dengan konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan jika
diberikan dengan konsentrasi tinggi bersifat bakteriosidal. Nitrofurantoin
dapat diberikan pada banyak organisme termasuk E.coli, Staphylococcus
saprophyticus, Enterobacter, dan Klebsiella. Trimethoprim merupakan
antibiotik bakteriostatik yang digunakan sebagai tatalaksana pilihan pertama
dan profilaksis. E.coli, Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter selalu
menggunakan trimethoprim. Trimethropim dan sulfamethoxazole (co-
trimoxazole) sering digunakan secara kombinasi karena memiliki efek yang
sinergis, merupakan bakterisidal spektrum luas untuk bakteri aerob gram
positif dan gram negatif dengan beberapa bakteri anaerob.52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
2.12. Kerangka Konseptual
Gambar 4. Kerangka konseptual
Keterangan: : yang diamati dalam penelitian
Sangkaan ISK
Invasi kuman
Gejala klinis Kultur urin
Uji Nitrit Urin
Pewarnaan gram
Laboratorium
Negatif Positif
Gram negatif
Gram positif
Dipstik urin Urinalisa
Faktor demografis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan desain potong lintang untuk
mengetahui nilai diagnostik dari uji nitrit urin dan pewarnaan gram terhadap
ISK anak.
3.2. Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian dilakukan di departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RSUP H Adam Malik Medan.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai dengan Juli 2017.
3.3. Populasi dan sampel
Populasitarget pada penelitian adalah anak berusia3 sampai 18 tahun,
populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak berusia 3 sampai 18
tahun yang di rawat jalan dan inap di RSUP H. Adam Malik Medan yang
didiagnosis sementara dengan ISK. Sampel pada penelitian ini adalah bagian
dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang
dipilih secara consecutive sampling.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel
untuk uji diagnostik terhadap satu populasi, yaitu:
√ √
dimana:
n : besar sampel minimal
Po : sensitivitas pewarnaan gram terhadap kultur urin dari literatur
diperoleh nilai 0.8817
Pa-Po : clinical judgement, ditetapkan 0,15
Zα : tingkat kepercayaan yang dikehendaki, ditetapkan 95% dengan
nilai dalam rumus 1,96
Zβ : kekuatan penelitianditetapkan 85% dengan nilai dalam rumus 1.036
Berdasarkan rumus tersebut, dijumpai besar sampel minimal 53 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria inklusi :
1. Usia 3 tahun sampai dengan 18 tahun
2. Pasien dengan rawat jalan dan inap yang diduga ISK.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
3. Anak yang kooperatif untuk dilakukan pengambilan urin porsi
tengah.
4. Menyetujui informed consent yang diberikan atau bersedia
untuk dijadikan sampel penelitian.
3.5.2. Kriteria eksklusi :
1. Dalam pengobatan antibiotik satu minggu terakhir.
2.Dalam pengobatan kortikosteroid.
3. Pasien yang menggunakan kateter urin
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) / Informed consent
Semua sampel penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemeriksaan urin pasien yang
diduga ISK. Formulir persetujuan terlampir.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah disetujui oleh Komisi Etika Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara setelah mendapatkan ethical
clearance.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
3.8. Cara Kerja
1. Setelah mendapat persetujuan dari komite etika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian, penelitian dimulai.
2. Sampel penelitian dipilih secara consecutive sampling sampai jumlah
sampel terpenuhi. Pasien dengan indikasi rawat jalan dan inap yang
dilakukan pemeriksaan dan penanganan ISK pada anak.
3. Menjelaskan kepada pasien dan atau orang tua tentang prosedur tindakan,
tujuan, risiko, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Melakukan pengambilan sampel dengan menilai kriteria inklusi dan
eksklusi berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
5. Masing-masing sampel penelitian ditampung urinnya pada urin porsi
tengahdan ditampung dalam dua wadah steril, yaitu satu untuk
pemeriksaan nitrit dan wadah steril lainnya untuk kultur urin dan
pewarnaan gram. Diperlukan 10 ml urin untuk masing-masing sampel
pemeriksaan.
6. Waktu pengambilan sampel urin untuk pemeriksaan rutin yang terbaik
adalah pagi hari sesudah bangun tidur, untuk kultur urin bisa diambil
sewaktu asalkan sudah lebih dari 4 jam urin terkumpul di kandung kemih.
7. Pengambilan urin dengan cara :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Pengambilan urin dilakukan oleh pasien atau orang tua setelah
dilakukan edukasi cara pengambilan sampel, sebelum pengambilan
sampel cuci tangan dengan bersih.
Pada anak perempuan : orifisium uretra eksterna dan sekitarnya
dicuci dan dibersihkan dari arah depan ke belakang terlebih dahulu
sebanyak 3 atau 4 kali dengan kapas yang dibasahi antiseptik, lalu
disiram, dan dikeringkan dengan kasa steril arah depan ke
belakang, kemudian bersihkan juga bagian tengah labia ke
belakang hingga daerah perinuem, setelah itu keringkan dengan
kassa steril.
Pada anak laki-laki yang belum sunat : tarik preputium dengan satu
tangan kemudian tangan yang lain membersihkan gland penis
dengan air, lakukan sebanyak 2 kali, kemudian keringkan dengan
kassa steril.
Pada anak laki-laki yang sudah sunat : bersihkan gland penis
dengan air, lakukan 2 kali, kemudian keringkan dengan kassa steril.
Pegang kedua wadah steril tersebut.
Biarkan pasien berkemih sedikit diawal, dan jangan ditampung
untuk membersihkan uretra dari kontaminasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Setelah urin awal dikeluarkan, ambil sampel urin ditengah-tengah
berkemih (urin porsi tengah) masukan ke dalam wadah tersebut,
lebih kurang masing-masing wadah sebanyak 20 ml.
Setelah mencukupi, urin dibagi kedalam dua wadah, segera tutup
kedua wadah tersebut dengan rapat.
Cuci tangan dan keringkan tangan dan wadah tersebut, kemudian
kedua wadah urin di beri label identitas yang berisi nama, usia, jenis
kelamin, tanggal dan jam pengambilan.
Sampel urin segera dikirimkan ke laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan.
8. Prosedur pemeriksaan uji nitrit urin (dipstik urin)
Pita dipstikurin dicelupkan sepenuhnya ke dalam botol spesimen
selama dua detik.
Pita dipstik urin diangkat dan kelebihan urin yang menempel di
badan pita dihilangkan dengan cara pita diposisikan horizontal
diatas tissue/ kertas.
Perubahan warna diamati lalu diinterprestasikan sesuai dengan
kontrol untuk nitrit yang terdapat pada wadah dipstik urin.
Pemeriksaan dilakukan dalam 1 jam setelah sampel urin ditampung.
9. Prosedur pewarnaan gram53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Diambil sedikit urin dengan pipet tetes kemudian teteskan 1 tetes
urin diatas objek glass.
Buat fiksasi preparat dengan cara sampel dioles pada permukaan
object glass, keringkan pada suhu kamar dan panaskan di atas
nyala api 3-4 kali dan didinginkan.
Letakkan sediaan diatas rak pewarnaan.
Tuang larutan gentian violet diatas sediaan, diamkan selama 5
menit.
Bilas dengan air mengalir, tuangi dengan larutan lugol, diamkan
selama 1 menit.
Selanjutnya tuangi aseton alkohol hingga warna violet menghilang
(±20-45 detik).
Segera bilas dengan air mengalir, kemudian dituangi dengan larutan
cat fuchsin air selama 1 menit.
Bilas kembali dengan air mengalir, kemudian dikeringkan di udara.
Lihat di bawah mikroskop pembesaran 100x dengan menggunakan
minyak emersi.
10. Prosedur pemeriksaan kultur urin54
Lakukan homogenisasi urin dengan cara mengocok urin perlahan
secara merata.
Am il rin anyak 10μl m ngg nakan loop kalibrasi sekali pakai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
D po i 10 μl rin k agar Mac-Conkey dan agar dara n k
ak ri dan a aro d n k jam r ara m ra a pada k adran I II
dan III Ink a i pada 35 C lama 1 -24 jam.
Lakukan pemeriksaan pertumbuhan, bila sampai 24 jam tidak ada
pertumbuhan, ditunggu sampai 48 jam. Jika tetap tidak ada
pertumbuhan, pemeriksaan dinyatakan negatif.Bila tampak
pertumbuhan catat jumlah ragam dan jenis koloni, jumlah koloni:
o Pertumbuhan pada kuadran I: 1000 CFU/ml.
o Pertumbuhan pada kuadran II: 10.000 CFU/ml.
o Pertumbuhan pada kuadran III: 100.000 CFU/ml.
11. Data yang terkumpul kemudian dilakukan tabulasi dengan program
komputer, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, analisis data
dilakukan untuk menilai besarnysa sensitivitas, spesifisitas, nilai duga
positif, nilai duga negatif, akurasi, rasio kemungkinan positif dan rasio
kemungkinan negatif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
3.9. Alur Kerja Penelitian
Gambar 5. Alur kerja penelitian
3.10. Identifikasi variabel
Variabel Bebas Skala
Uji nitrit urin nominal
Pewarnaan gram nominal
Variabel Terikat Skala
Infeksi Saluran kemih nominal
Kultur urin
Pengumpulan dan pengolahan data
Pasien rawat jalan dan inapdi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H. Adam Malik, Medan
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi
Pengambilan sampel urin
Pewarnaan gram
Uji nitrit urin
Analisa data
Pengumpulan data, pemeriksaan fisik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
3.11. Defenisi Operasional
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK): adanya pertumbuhan dan perkembangan
bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai
infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.
Pengertian jumlah bermakna tergantung pada cara pengambilan
sampel urin. Bila urin diambil dengan cara porsi tengah, kateterisasi
urin, dan urine collector, maka disebut bermakna bila ditemukan
k man ≥105 cfu/mL.19,21
b. Sangkaan ISK adalah dijumpainya gejala klinis seperti tidak dapat
menahan untuk berkemih (urgensi), disuria (nyeri berkemih), sering
berkemih (frekuensi), sulit berkemih, muntah, nyeri perut atau
pinggang, nafsu makan menurun, Costovertebral angle
tenderness(nyeri ketok sudut kostovertebra).Pada anak kecil demam
yang tidak dapat dijelaskan, pada semua rentang usia adanya demam
dan anomali kongenital pada saluran kemih.19,21
c. Uji nitrit urin: pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri dalam urin
(bakteri mengubah nitrat menjadi nitrit, sehingga dalam keadaan
normal nitrit tidak terdapat dalam urin, dan uji positif bila terdapat lebih
dari 105 mikroorganisme per ml urin). Uji nitrit positif jika dijumpai
perubahan warna menjadi merah muda pada dipstik urin dikarenakan
nitrit pada suasana asam bereaksi dengan amin aromatik (asam para-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
arsanillik atau sulfanilamid) sehingga menimbulkan senyawa
diazonium yang kemudian akan bereaksi dengan
tetrahidrobenzoquinolin, uji nitrit negatif jika tidak ditemukan
perubahan warna pada dipstik urin.40,41
d. Pewarnaan gram: salah satu teknik pewarnaan yang cepat dan
digunakan untuk mengidentifikasi adanya bakteri pada sampel dan
untuk menggolongkan bakteri tersebut sebagai gram positif atau gram
negatif, berdasarkan sifat-sifat kimiawi dan fisik dinding sel-nya.Bakteri
gram positif mempertahankan zat pewarna kristal violet sehingga
tampak berwarna ungu tua. Bakteri gram negatif akan kehilangan zat
pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu
diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin
atau safranin sehingga tampak berwarna merah.45
e. Kultur Urin: pemeriksaan urin dengan menggunakan urin porsi tengah
untuk melihat ada atau tidaknya suatu bakteri di dalam urin dengan
cara melihat pertumbuhan dan perkembangan bakteri di media biakan
urin, dan ini merupakan baku emas dalam menegakkan diagnosis ISK.
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil penelitian ini ditabulasi dan disajikan kedalam tabel distribusi
frekuensi. Untuk mengetahui nilai diagnostik uji nitrit urin dan pewarnaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
gram dalam diagnosis infeksi saluran kemih melalui tabel 2x2 dengan
menghitung nilai sensitivitas dan spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga
negatif, akurasi, rasio kemungkinan positif, dan rasio kemungkinan negatif.
Hubungan antara uji nitrit dengan organisme hasil kultur urin dianalisis
dengan uji Chi square dengan alternatif uji Fisher’s exact.Analisis dilakukan
dengan perangkat lunak statistical package for social science (SPSS) versi
15.0.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di RSUP H ADAM MALIK Medan, pada bulan
Februari sampai Juli 2017.Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan
60 orang anak diduga ISK, dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dipstik
urin, pewarnaan gram, dan kultur urin sebagai baku emas penegakkan ISK.
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik sampel
Karakteristik Frekuensi (n = 60)
Jenis kelamin, n (%)
Laki-laki
Perempuan
30(50)
30(50)
Median usia, tahun (minimum-maksimum) 10 (3-18)
Hasil pewarnaan gram, n (%)
Gram negatif
Gram positif
Tidak dijumpai
29(48.3)
6(10)
25(41.7)
Nitrit, n (%)
Positif
Negatif
Kultur urin, n (%)
Dijumpai bakteri
Tidak dijumpai bakteri
27(45)
33(55)
37(61.7)
23(38.3)
Dari tabel 4.1 sampel penelitian memiliki medianusia10 tahun, berdasarkan
uji Kolmogorov-Smirnov dijumpai nilai p<0.05, menandakan data tidak
terdistribusi normal, dengan proporsi laki-laki dan perempuan seimbang,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
terbukti ISK sebesar 37 sampel, proporsi perempuan 21 (56.8%). Dari 60
sampel penelitian didapatkan 37 (61.7%) sampel terbukti ISK. Hasil
pewarnaan gram positif 6(10%) dan gram negatif 29(48.3%). Hasil uji nitrit
positif 27 (45%) dan uji nitrit negatif 33(55%).
Tabel 4.2 Distribusi organisme penyebab infeksi saluran kemih
Organisme Frekuensi, n (%)
Gram negatifEscherichia coli
Klebsiellapneumoniae
Enterococcus faecalis
Morganella morgagni
Citrobacter freundii
Enterobacter cloacae
Pseudomonas aeruginosa
Serratia fonticola
Acinetobacter baumanii Bordatella
bronchiseptica
Pantoea spp
8 (21.6)
5 (13.5)
4 (10.8)
3 (8.1)
2 (5.4)
2 (5.4)
2 (5.4)
2 (5.4)
1 (2.7)
1 (2.7)
1 (2.7)
Gram positifEnterococcus faecium
Staphylococcus sciuri
Staphylococcus gordonii
Streptococcus agalactiae
Streptococcus hemolyticus
Streptococcus mitis
1 (2.7)
1 (2.7)
1 (2.7)
1 (2.7)
1 (2.7)
1 (2.7)
Hasil pemeriksaan kultur urin memperlihatkan bahwa bakteri penyebab
ISK yang terbanyak adalah Escherichia coli sebesar 8 sampel, kemudian
diikuti Klebsiella pneumoniaesebesar 5 sampel (tabel 4.2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Tabel 4.3 Distribusi manifestasi klinisinfeksi saluran kemih pada anak
Manifestasi klinis Frekuensi, n (%)
Demam
Disuria
Nyeri perut
Sering berkemih (frekuensi)
Sulit berkemih
Tidak bisa menahan berkemih (urgensi)
Nyeri pinggang
Nafsu makan menurun
Muntah
Costovertebral angle tenderness
21(56.8)
9(24.3)
9(24.3)
5(13.5)
4(10.8)
3(8.1)
3(8.1)
3(8.1)
2(5.4)
1(2.7)
Manifestasi klinis terlihat pada tabel 4.3, dimana manifestasi klinis
yang paling banyak dijumpai pada ISK anak adalah gejala demam sebesar
56.8% Tanda klinis lainnya yang sering dijumpai yaitu disuria dan nyeri perut
dengan masing-masing sebesar 24.3%.
Tabel 4.4 Perbandingan hasil uji nitrit dengan hasil kultur urin
Uji
nitrit
Kultur urin Sn
(%)
Sp
(%)
NDP
(%)
NDN
(%)
RKP
RKN A
(%) Positif
n(%)
Negatif
n(%)
Positif 24 (88.9) 3 (11.1) 64.8 86.9 88.8 60.6 4.9 0.4 73.3
Negatif 13 (39.4) 20 (60.6)
Sn: sensitivitas, Sp: spesifisitas, NDP: nilai duga positif, NDN: nilai duga negatif, RKP: rasio kemungkinan positif,
RKN: rasio kemungkinan negatif, A: akurasi
Dari tabel 4.4 didapatkan sensitivitas uji nitrit sebesar 64.8%,
spesifisitas 86.9%, dengan nilai akurasi sebesar 73.3% terhadap kultur urin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Tabel 4.5 Perbandingan hasil pewarnaan gram dengan hasil kultur urin
Pewarnaan
gram
Kultur urin
PositifNegatif
n(%)n(%)
Sn
(%)
Sp
(%)
NDP
(%)
NDN
(%)
RKP
RKN A
(%)
Dijumpai 35
(100)
0
(0) 94.5 100 100 92 0 0.55 96.6
Tidak
dijumpai 2
(8)
23
(92)
Sn: sensitivitas, Sp: spesifisitas, NDP: nilai duga positif, NDN: nilai duga negatif, RKP: rasio kemungkinan positif,
RKN: rasio kemungkinan negatif, A: akurasi
Pada tabel 4.5 didapatkan sensitivitas pewarnaan gram sebesar
94.5%, spesifisitas 100%, dengan nilai akurasi sebesar 96.6% terhadap
kultur urin.
Tabel 4.6 Hubungan uji nitrit terhadap organisme hasil kultur urin
Nitrit
Kultur urin p* PR(95% CI)
(1.452-142.351)
Gram negatif n (%)
Gram Positif n (%)
Positif 23 (95.8) 1 (4.2) 0.014 14.375
Negatif 8 (61.5) 5 (38.5)
*Uji Fisher’s exact
Pada tabel 4.6 menunjukkan hubungan antara uji nitrit terhadap
organisme hasil kultur dengan menggunakan uji Fisher’s exact. Dijumpai nilai
p = 0.014 yang menandakan adanya hubungan yang signifikan secara
statistik dengan nilai PR 14.375 (95% CI (1.452-142.351).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
BAB 5
PEMBAHASAN
Infeksi saluran kemih umumnya sering terjadi pada anak-anak.Tanda
dan gejala yang dijumpai pada anak yang lebih kecil meliputi demam, urin
berbau busuk, hematuria, nyeri perut atau pinggang, dan tidak bisa menahan
berkemih. Pada usia sekolah, gejala mirip dengan dewasa, meliputi disuria,
frekuensi, atau urgensi. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai tanda yang
tidak spesifik seperti adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri
suprapubik.3Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan urin terhadap anak
yang memiliki gejala ISK. Demam merupakan manifestasi klinis yang banyak
di jumpai pada penelitian ini, diikuti tanda klinis berupa disuria dan nyeri
perut.
Etiologi ISK anak tersering adalah bakteri gram negatif. Organisme
terbanyak yang diisolasi adalah E.Colisebesar 85%.Organismelainnya
sepertiKlebsiella, Proteus, Enterobacter, Citrobacter, dan Pseudomonas serta
bakteri gram positif jarang dijumpai. Bakteri gram positif yang dapat
menyebabkan ISK adalah Enterococcus Sp dan Staphylococcus sp.3,55 Pada
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya dimana dijumpai
organisme penyebab ISK terbanyak adalahE.coli diikuti Klebsiella pneumonie
dan Enterococcus faecalis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung pada usia, ras, dan
jenis kelamin, dimana pada anak perempuan lebih sering terjadi dibanding
anak laki-laki. Menurut AAP tahun 2011, kejadian ISK pada anak perempuan
sebesar 8% dan anak laki-laki 2%.Angka kejadianISKsebagian besar tidak
berubah mulai dariusia6 sampai 16tahun, dengan angka kejadian
tahunan0.7% sampai 2.3%untuk anak perempuan dan0.04% sampai 0.2%
untukanak laki-laki.25,29 Di Indonesia, risiko ISK pada anak sebelum pubertas
sebesar 3% sampai 5% pada perempuan dan 1% sampai 2% pada anak laki-
laki.21 Prevalensi ISK pada anak berkisar 3% sampai 73%, namun beberapa
penelitian mengambil nilai 20%.11Anak perempuan lebih sering terdiagnosis
ISKdibandingkan anak laki-laki pada usia di atas 2 tahun. Pada penelitian ini
didapatkan jumlah anak perempuan yang menderita ISK lebih banyak yaitu
sebesar 56.8% dari keseluruhan sampel yang terbukti ISK.
Perhatian utama dari pengambilan sampel urin adalah penanganan
yang tidak tepat, dapat meningkatkan risiko kontaminasi sehingga
menyebabkan diagnosis dan terapi yang berlebihan dari ISK.Pengambilan
urin dengan kateter urin sering menyebabkan hasil positif palsu dikarenakan
adanya kontaminasi bakteri sehingga hasilnya harus dikonfirmasi dengan
hasil pengambilan urin secara suprapubik atau kateter lepas. Pada anak
diatas 2 tahun biasanya sudah bisa diambil urin porsi tengah.55 Penelitiandi
Perancis menyimpulkan bahwa pengambilan sampel urin secara langsung,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
lebih baik dibandingkan kateter urin.6Penelitian di New York juga
menyimpulkan bahwa sampel urin porsi tengah lebih sedikit berpotensi
terkontaminasi bakteri dan disarankan untuk membuangsejumlah urin saat
awal pengambilan sampel.56Penelitian di Spanyol pada tahun 2012
memperkenalkan konsep pengumpulan urin dengan metode urine porsi
tengah.55Referensi standar diagnosis ISKjika dijumpai organisme pada hasil
kultur dari spesimen aspirasi suprapubik lebih dari 103 cfu/ml, pada kateter
urin dijumpai lebih dari 104 cfu/ml, atau jika dijumpai organisme pada urin
porsi tengah lebih dari 105 cfu/ml.3 Beberapa penelitian sebelumnya
menyimpulkan sensitivitas dari cara pengambilan sampel urin porsi tengah
dengan dilakukannyapembersihan terlebih dahulu pada daerah genital,
didapatkan hasil sebesar 98% sampai 100%, sedangkan untuk
spesifisitasnya memiliki nilai 71% sampai 97%.57 Mengingat sensitivitas dan
spesifisitas urin porsi tengah yang cukup baik, disamping juga dengan
mempertimbangkan kenyamanan penderita, mengurangi trauma, dan
kemudahan pada pengambilan sampel,maka pengumpulan urin pada
penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan urin porsi tengah dengan
pembersihan daerah genital terlebih dahulu.
Pemeriksaan dipstik urin dan urinalisis tidak dapat menggantikan kultur
urin sebagai baku emas dalam menegakkan ISK. Untuk mengetahui adanya
nitrit pada urin, setidaknya urin harus ditahan pada kandung kemih selama
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
minimal 4 jam. Pada uji nitrit negatif belum tentu menyingkirkan diagnosis
ISK, namun jika hasil uji nitrit positif maka ini sangat membantu menegakkan
diagnosis ISK.Penapisan lain untuk mendeteksi adanya bakteriuria dengan
pemeriksaan pewarnaan gram dari spesimen urin, dimana pewarnaan gram
tidak signifikan mengubah spesifisitas ISK.3
Penelitian di Indonesia tahun 2013 menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas pewarnaan gram sebesar 88% dan 100%.17 Sensitivitas uji nitrit
menurut AAP tahun 2011 sebesar 15% sampai 82%, sedangkan spesifisitas
sebesar 90% sampai 100%, untuk nilai sensitivitas dan spesifisitas
pewarnaan gram sebesar 81% dan 83%.1 Penelitian di Dallas tahun 2011
menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas urinalisis sebesar 97.4% dan
85.5%, pewarnaan gram sebesar 97.3% dan 73.8%. Penelitian di Nigeria
tahun 2011 menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas uji nitrit urin sebesar
66.2% dan 93.5%.Penelitian metaanalisis tahun 2010 oleh William dkk
menunjukkan sensitivitas uji nitrit urin 49% dan pewarnaan gram 91%.14,15
Penelitian di Iran tahun 2007 menunjukkan sensitivitas nitrit urin 79%.16
Penelitian di Turki tahun 1999 menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas
pewarnaan gram sebesar 80% dan 83%.18Pada penelitian ini didapatkan
sensitivitas uji nitrit sebesar 64.8%, spesifisitas 86.9%, dengan nilai akurasi
sebesar 73.3%.Sedangkan untuk sensitivitas pewarnaan gram sebesar
94.5%, spesifisitas 100%, dengan nilai akurasi sebesar 96.6%. Pewarnaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
gram dapat dijadikan sebagai uji diagnostik dikarenakan memiliki nilai
sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Uji nitrit urin memiliki nilai sensitivitas
yang tidak cukup baik maka tidak bisa di jadikan sebagai uji diagnostik,
namun spesifisitas pada uji tersebut masih baik sehingga pemeriksaan uji
nitrit ini dapat dijadikan sebagai uji penapisan ISK.
Hasil niitrit yang positif dijumpai pada bakteri gram negatif sebesar 23
sampel (95.8%), hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa uji nitrit
ini mendeteksi adanya nitrit yang diproduksi dari metabolisme nitrat bakteri
gram negatif. Pada kasus infeksi dengan bakteri gram positif, uji ini akan
negatif dikarenakan organisme ini tidak mengubah nitrat menjadi nitrit. Uji
nitrit positif tidak menujukkan bakteri gram positif pada banyak kasus,
menurut Murray dkk perubahan nitrat menjadi nitrit pada urin oleh bakteri
gram positif belum jelas. Pada gram positif, perubahan itu dijumpai pada
Staphylococcus yang memiliki koagulase negatif yang sebagian hasil nitrit
dijumpai positif.58 Hal ini sesuai dengan penelitian, dimana masih dijumpai
nitrit yang positif pada bakteri gram positif dimana kemungkinan hasil nitrit
yang positif dikarenakan bakteri tersebut memiliki koagulase negatif
meskipun belum ada teori yang pasti menjelaskan perubahan tersebut.
Hubungan antara uji nitrit terhadap gram bakteri dengan menggunakan uji
Fisher’s exactmenunjukkan nilai p=0.014, menandakan adanya hubungan
yang signifikan secara statistik dengan nilai PR 14.375 (95% CI (1.452-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
142.351).Penelitian di Riyadh tahun 2010 menunjukkan senstivitas untuk nitrit
urin terhadap organisme gram negatif sebesar 45% sampai 60% sedangkan
untuk spesifisitas diperoleh kisaran 85% sampai 98%. Secara keseluruhan
nitrit positif dijumpai pada organisme gram positif berkisar 5.5%(0% sampai
50%) dan untuk organisme gram negatif 49.7% (21.4% sampai
55.2%).59Namun belum dijumpai penelitian yang memaparkan adanya
hubungan antara uji nitrit dengan tipe gram bakteri, hanya dijumpai penelitian
yang membandingkan antara uji nitrit dengan tipe gram bakteri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa anak perempuan lebih banyak
menderita ISK daripada laki-laki. Penyebab ISK terbanyak adalah E. coli.
Gejala yang sering muncul pada anak dengan ISK yaitu adanya demam yang
diikuti nyeri berkemih dan nyeri perut. Pemeriksaan uji nitrit dan pewarnaan
gram urin merupakan uji diagnostik alternatif yang baik untuk ISK pada anak
di daerah dengan keterbatasan fasilitas maupun tenaga kesehatan.
Saran
Dibutuhkan penelitian berikutnya dengan sampel yang lebih besar dan
melibatkan beberapa sentra dengan menggunakan metode dan desain yang
lebih baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
BAB 7
RINGKASAN
Pemeriksaan urin dengan menggunakan uji nitrit urin dan pewarnaan gram
masih sering digunakan dikarenakan lebih praktis, biaya yang lebih murah,
dan dapat dilakukan di pusat kesehatan dengan fasilitas yang terbatas
dibandingkan pemeriksaan kultur urin dalam menegakkan ISK pada anak.
Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk menilai sensitivitas dan
spesifisitas uji nitrit urin dan pewarnaan gram yang digunakan untuk
diagnosis awal ISK pada anak dengan kultur urin sebagai baku emas.
Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive samplingpada anak usia 3
tahun sampai 18 tahun yang datang dengan gejala klinis ISK,anak rawat jalan
atau inap di RSUP H Adam Malik dari bulan Februari sampai Juli 2017.
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam
penelitian kemudian dilakukan pemeriksaan urin, dengan menampung urin
porsi tengah kemudian urin dimasukkan ke dalam dua pot. Pot pertama untuk
uji nitrit urin, pot kedua untuk dibawa ke laboratorium mikrobiologi yang
kemudian di bagi menjadi dua, yaitu untuk pemeriksaan pewarnaan gram dan
kultur urin dengan menggunakan media Mac-Conkey.
Sampel yang diikutsertakan pada penelitian ini berjumlah 60 sampel,
dimana kultur urin positif sebanyak 37 (61.7%) sampel. Didapatkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
sensitivitas uji nitrit sebesar 64.8%, spesifisitas 86.9%, dengan nilai akurasi
sebesar 73.3% terhadap kultur urin.Sedangkan untuk sensitivitas pewarnaan
gram sebesar 94.5%, spesifisitas 100%, dengan nilai akurasi sebesar 96.6%
terhadap kultur urin. Jenis organisme yang terbanyak yang dijumpai adalah
E.coli, dengan manifestasi klinis yang tersering dijumpai adalah demam,
diikuti dengan gejala nyeri berkemih dan nyeri perut.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah uji nitrit dan pewarnaan gram urin
merupakan uji diagnostik alternatif yang baik untuk ISK pada anak di daerah
dengan keterbatasan fasilitas maupun tenaga kesehatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
Summary
Urine examinations using nitrit urine and gram staining tests are still used
because they are practical, less expensive, and can be done in health centers
with limited facilities compared to urine culture examination in upholding UTI
in children.
The aim of this study was to assess the sensitivity and specificity of
urine nitrite and gram staining tests for early diagnosis of UTI in children with
urine culture as gold standard. This study used consecutive sampling in
children aged 3 years to 18 years who came with clinical symptomps of UTI,
outpatient or inpatient at RSUP H Adam Malik from February to July 2017.
In samples who met inclusion and exclusion criterias midstream urine
samples were collected in two pots. The first pot was for urine nitrite test, the
second pot was brought to the microbiology laboratory which then divided into
two, for examination of gram staining and urine culture using Mac-conkey
media.
The study included 60 samples, whereas positive urine culture was 37
(61.7%) samples. Obtained sensitivity of nitrite test of 64.8%, specificity
86.9%, with an accuracy of 73.3% of the urine culture. As for the sensitivity of
gram staining of 94.5%, specificity 100%, with an accuracy of 96.6% of the
urine culture. The most common type of organism found is E. coli, with the
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
most common clinical manifestation encountered was fever, followed by
symptoms of dysuria and abdominal pain.
The conclusion of this studyis the nitrite test and the coloration of gram
urine is a good alternative diagnostic test for UTI in children in areas with
limited facilities and health personnel.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Urinary tract infection: clinical practice guideline for the diagnosis and management of the initial UTI in febrile infants and children 2 to 24 months. Peds. 2011; 128: 595-610
2. Zorc JJ, Kiddoo DA, dan Shaw KN. Diagnosis and management of pediatric urinary tract infections. CMR. 2005; 18(2): 417-22
3. White B. Diagnosis and treatment of urinary tract infections in children. Am Fam Physician. 2011; 83(4): 409-15
4. Najeeb S, Munir T, Rehman S, Hafiz A, Gilani M, dan Latif M. Comparison of urine dipstick test with conventional urine culture in diagnosis of urinary tract infection. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan. 2015; 26(2): 108-10
5. Robinson JL. Finlay JC. Lang ME, dan Bortolussi R. Urinary tract infection in infants and children: diagnosis and management. Paediatr Child Health. 2014; 19(6): 315-9
6. Mori R, Lakhanpaul M, Verrier-Jones K. Diagnosis and management of urinary tract infection in children: summary of NICE guidance. BMJ. 2007;335: 395-7
7. Mori R, Yonemoto N, Fitzgerald A et al. Diagnostic performance of urine dipstick testing in children with suspected UTI: a systematic review of relationship with age and comparison with microscopy. Journal Compilation Foundation Acta Paediatrica, 99, 2010: 581-4
8. B l r CC O‟Bri n K P kl T Hood K Woo on M How R dkk Childhood urinary tract infection in primary care. Br J Gen Pract. 2015: 217-23
9. Kari JA dan Tullus K. Controversy in urinary tract infection management in children: a review of new data and subsequent changes in guidelines. Journal of Tropical Pediatrics. 2013: 1-5
10. Vijayakumar M. Revised statement on management of urinary tract infections. Indian pediatr. 2011; 48: 709-17
11. Whiting P, Westwood M, Watt I, Cooper J, dan Kleijnen J. Rapid tests and urine sampling techniques for the diagnosis of urinary tract infection (UTI) in children under five years: a systematic review. BMC pediatrics. 2005;5(4):1-13
12. Evans R, Davidson M M, Sim L R et al. Testing by Sismex UF-100 flow cytometer and with bacterial culture in a diagnostic laboratory: a comparison. J Clin Pathol. 2006; 59(6): 661-2
13. Lambert H, Coultard M. The child with urinary tract infection. Dalam: Webb NJA, Postlethwaite RJ, penyunting, Clinical Paediatric Nephrology, edisi ke-3, Oxford, Oxford University Press. 2003:197-225
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
14. Cantey JB, Gaviria-Agudelo C, TeKippe EM, dan Doern CD. Lack of clinical utility of urine gram stain for suspected urinary tract infection in pediatric patients. J Clin Microbiol. 2015; 53:1282–5
15. Mava Y, Ambe JP, Bello M, Watila I, dan Pius S. Evaluation of the nitrite test in screening for urinary tract infection in febrile children with sickle cell anemia in Maiduguri-Nigeria. Niger Med J. 2011; 52(1): 45-8
16. Ayazi P dan Daneshi MM. Comparison of urine culture and urine dipstick analysis in diagnosis of urinary tract infection. Acta Medica Iranica. 2007; 45(6): 501-4
17. Putri AU, Rina O, Rosmayanti, Ramayanti R, dan Rusdidjas. Comparison of urine gram stain and urine culture diagnose urinary tract infection in children. Paediatr Indones. 2013; 53(2): 121-4
18. Ar lan Ş Ҫak na H Ra g ldi L Un r A Ön r AF dan Oda aş D Use of urinary gram stain for detection of urinary tract infection in childhood. Yale journal of biology and medicine. 2002; 75: 73-8
19. Rusdidjas, Ramayanti R, Alatas H et al. Infeksi saluran kemih. Buku ajar Nefrologi anak. Edisi 2. Jakarta; IDAI; 2002. h 142-57
20. Kanellopoulos TA, Salakos C, Spiliopoulou I, Ellina A, Nikolakopoulou NM, Papanastasiou DM. First urinary tract infection in neonate, infants, and young children: a comparative study. Pediatr Nephrol. 2006; 21: 1131-7
21. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL. Konsensus Infeksi saluran kemih pada anak. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi (UKK); Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta 2011. h.1-31
22. Wu CS, Wang SM, Ko WC, et al. Group B Streptococcal infection in children in a tertiary care hospital in southern Taiwan. J Microbiol Immunol Infect. 2004; 37(3): 169-75
23. Sobel JD, Fisher JF, Kauffman CA, dan Newman CA. Candida urinary tract infections-epidemiology. CID. 2011; 52(S6): 433-6
24. Langley JM, Hanakowski M, Leblanc JC. Unique epidemiology of nosocomial urinary tract infection in children. Am J Infec Control. 2001; 29(2): 94-8
25. Chang SL, Shortliffe LD. Pediatrics urinary tract infections. Pediatric Clin N Am. 2006;53: 379-400
26. Freedman AL. urologic diseases in North America project; trends in resource utilazation for urinary tract infections in children. J Urol. 2005;173(3): 949-54
27. Schoen EJ, Colby CJ, Ray GT. Newborn circumcision decrease incidence and costs of urinary tract infections during the first year of life. Pediatrics. 2000; 105: 789-93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
28. Wiswell TE. The prepuce, urinary tract infections, and the consequences. Pediatrics. 2000; 105: 860-2
29. Trapote RCA, Laita JAC, Subías JE, Rodríguez GMF, Díaz AG, Rodríguez SG. Epidemiology of UTI and its complication in children. Dalam: Clinical practice guideline for urinary tract infection in children, Ministry of Science and Research, 2011. h. 45-52
30. MacGregor J. Introduction to the anatomi and physiology of children. Second edition. Oxon: Routledge; 2008. h. 110-20
31. Alatas H. Perkembangan fisiologi ginjal dan gangguan sistem kemih-kelamin pada neonatus. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta; Balai penerbit FKUI; 1999. h.337-9
32. Wong SN. Practical pediatric nephrology: an update of current practice. Taiwan; 2005
33. Johnson JR. Microbial virulence determinants and the pathogenesis of urinary tract infection. Infect Dis Clin North Am. 2003;17(2): 261-78
34. Bower JM, Eto DS, Mulvey MA. Covert operations of uropathogenic Escherichia coli within the urinary tract. Traffic. 2005; 6(1): 18-31
35. Wullt B, Bergsten G, Connell H, et al. P fimbriae enhance the early establishment of Escherichia coli in the human urinary tract. Mol Microbiol. 2000; 38(3): 456-64
36. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary tract infection. Dalam: Avner ED, Harmon WE, Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting. Pediatric Nephrology, edisi ke-6, Springer- Verlag, Berlin Heidelberg, 2009,h.1229-310
37. Roberts KB. Revised AAP Guideline on UTI in febrile infants and young children.Am Fam Physician. 2012;86(10):940-6
38. Schroder AR, Chang PW, Shen MW, Biondi EA, dan Greenhow TL. Diagnostic accuracy of the urinalysis for urinary tract infection in infants <3 months of age. Pediatrics. 2015;Vol 135(6): 965-71
39. Utsch B dan Klaus G. Urynalisis in children and adolescents. Dtsch Arztebl Int. 2014; 111: 617–26
40. Strasinger SK dan Lorenzo MSD. Urinalysis and body fluids. Edisi kelima. Philadelphia: F.A. Davis Company.2008. h. 72-4
41. Strasinger SK dan Lorenzo MSD. Urinalysis and Body Fluids. Edisi keenam. Philadelphia: F. A. Davis Company. 2014. h. 88-102
42. Yilmaz A, Sevketoglu E, Gedikbasi A, Karyagar S, Kiyak A, Mulazimoglu M, dkk. Early prediction of urinary tract infection with urinary neutrophil gelatinase associated lipocalin. Pediatr Nephrol 2009;24:2387-92
43. Simerville JA, Maxted WC, Pahira JJ. Urinalysis: A comprehensive review. Am Fam Physician 2005;71:1153-62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
44. Carlsson, S. 2005. Antibacterial Effect of Nitrite in Urine. Department of Surgical Science, Section of Urology and D par m n o P y iology and P arma ology Karolin ka In i o k olm w d n [ i d 2010 Mar 10]. Diunduh dari: URL: http://diss.kib.ki.se/2005/91-7140-237-3/.pdf
45. Iud W. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang. Edisi Keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: 2008
46. Dayan PS, Bennet J, Best R, dkk. Test characteristics of the urine Gram ain in in an ≤ 60 day o wi v r P dia ri Em rg n y Care. 2002;(18)1: 12-4
47. Gardezi A, Mirza HS, Khursheed U, Ferooque M, Waqar A. Microscopy of gram stained uncentrifuged drop of urine for presumptive diagnosis of urinary tract infections. Pak J Pathol. 2006; 17(3): 111-4
48. Child Health Network guideline. Management of urinary tract infections in children. 2002
49. Garin EH, Olavarria F, Araya C, Broussain M, Barrera C, Young L. Diagnostic significance of clinical and laboratory findings to localize site of urinary infection. Pediatr Nephrol. 2007;22: 1002-6
50. Paschke AA, Zaoutis T, Conway PH, Xie D, Keren R. Previous antimicrobial exposure is associated with drug-resistant urinary tract infections in children. Pediatrics. 2010;125: 664-72
51. Fisher DJ. Pediatric Urinary Tract Infection.http://emedicine.medscape.com /article/ 969643-overview. Updated: Jun 18, 2015
52. Ramlakhan S, Singh V, Stone J, dan Ramtahal A. Clinical options for
the treatment of urinary tract infections in children. Clin Med Insights
Pediatr. 2014;8:31-7
53. Standar Operating Procedure. Pemeriksaan pewarnaan gram. Instalasi Mikrobiologi klinik RSUP. H Adam Malik, Mei 2015
54. Standar Operating Procedure. Pemeriksaan spesimen urin. Instalasi Mikrobiologi klinik RSUP.H Adam Malik, Mei 2015
55. Bou AS. Comparison between bladder stimulation with midstream clean-catch urine and bladder catheterization to obtain non-contaminant urine specimens in febrile children up to 6 months of age: a cross sectional study. Universitat de Girona; 2017
56. Dayan PS, Chamberlain JM, Boenning D, Adirim T, schor JA. A comparison of initial to the later stream urine in children catheterized to evaluate for a urinary tract infection. Ped Emerg Care. 2000;16(2):88-90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
57. Holm A dan Aabenhus R. Urine sampling techniques in symptomatic primary-care patients: a diagnostic accuracy review. BMC Family Practice. 2016;17(72):1-9
58. Sato AF, Svidzinski AE, Consolaro EL, dan Boer CG. Urinary nitrite and urinary tract infection by gram-positive cocci. J Bras Patol Med Lab. 2005;41:397-404
59. Majid FA dan Buba F. The predictive and discriminant values of urine nitrites in urinary tract infection. Biomedical research. 2010;21(3):297-9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
LAMPIRAN 1
1. Personil Penelitian
1. Ketua Penelitian
Nama : dr. Novira Fidelia
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/RSUP H ADAM MALIK
2. Anggota Penelitian
1. Prof. dr. Rafita Ramayanti, Sp.A(K)
2. dr. Selvi Nafianti, MKed(Ped), SpA(K)
3. Prof. dr. Rusdidjas, SpA(K)
4. DR. dr. Hj.Oke Rina Ramayani, Sp.A(K)
5. dr. Rosmayanti S Siregar, MKed(Ped), Sp.A
6. dr. Beatrix Siregar, MKed(Ped), Sp.A
7. dr. Dwi Herawati
8. dr. Vanny Fitriani Sari
2. Biaya Penelitian
1. Bahan / perlengkapan : Rp. 500.000
2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 500.000
3. Penyusunan/ penggandaan : Rp. 2.000.000
3. Seminar hasil penelitian : Rp. 4..000.000
Jumlah : Rp. 7.000.000
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Lampiran 2
Jadwal Penelitian
WAKTU
KEGIATAN
Februari
2017
Maret
2017
April
2017
Mei
2017
Juni
2017
Juli
2017
Persiapan
Pelaksanaan
Penyusunan laporan
Penggandaan
Laporan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
Lampiran 3
Naskah Penjelasan Kepada Orang Tua
Y Bapak / I ………………… ……………
1. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dr. Novira Fidelia, bertugas
di Divisi NefrologiDepartemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP Haji Adam
Malik, Medan. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian tentang sensitivitas
dan spesifisitas uji nitrit dan pewarnaan gram pada infeksi saluran kemih anak
2. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tinggi badan, penimbangan berat
badan, pemeriksaan urin dengan dipstiik urin, pewarnaan gram, dan kultur urin,
serta beberapa pertanyaan untuk mengetahui apakah ada keluhan mengenai infeksi
saluran kemih
3. Jika Bapak/Ibu bersedia untuk mengisi lembar kuisioner, maka kami akan
mengharapkan Bapak/Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
(PSP).
4. Bapak/Ibu serta anak anda bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Semua data
penelitian akan diperlakukan secara rahasia, sehingga tidak memungkinkan orang
lain mengetahui data pasien. Semua biaya penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
5. Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan
terima kasih.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Lampiran 4
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………… ....Usia...……… a n L/P
Alamat :…..........………………………………………
Orang tua dari :
Telah menerima dan mengerti penjelasan yang sudah diberikan oleh dokter
mengenai tujuan, sifat, perlunya skirining untuk mendukung p n li an “Sensitivitas
dan spesifisitas uji nitrit urin dan pewarnaan gram pada infeksi saluran kemih anak“
Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya bersedia/setuju menjadi peserta
penelitian ini.
Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat tanpa paksaan siapapun.
Medan, 2017 Yang memberikan penjelasan Yang memberikan persetujuan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
Lampiran 5
Data Pribadi subjek penelitian
DATA PRIBADI SUBJEK PENELITIAN
No Urut : Tanggal : DATA PRIBADI Nama : ............................................RM : .................... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Tempat/tanggal lahir:………………………………………………………… Alamat : ............................................................................. BB : …………… … kg TB: ………………… m Status gizi : Tanggal Masuk : Tanggal Keluar : Keterangan: Meninggal / pindah ruangan Diagnosis :............................................................................. Orang tua Ayah Ibu Nama : .................................. ................................... ..... Usia (tahun) : .................................. ......................................... Pekerjaan : .................................. ......................................... Pendidikan : .................................. .........................................
Keluhan: Ya Tidak
Demam : Tidak bisa menahan berkemih : Sulit berkemih : Sering berkemih : Disuria (nyeri berkemih) : Nyeri perut : Nyeri pinggang : Costovertebral angle tenderness : Nafsu makan menurun : Muntah :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA