The Real GSI.docx

  • Upload
    ardha

  • View
    67

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Ada Hubungan Vulkanik dan TektonikJakarta, Kompas - Gunung Lokon di Sulawesi Utara dan Gamalama di Maluku Utara meletus pada Sabtu (15/9) dan Minggu. Letusan dua gunung di kawasan timur Indonesia ini terjadi dua minggu setelah gempa berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang Filipina.Diduga kuat peningkatan aktivitas vulkanik tersebut terpengaruh aktivitas kegempaan di Filipina.Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, letusan Gunung Lokon, Sabtu pukul 18.53 Wita, menimbulkan asap setinggi 1.500 meter dari Kawah Tompaluan. Adapun letusan Gunung Gamalama, Sabtu pukul 20.27 WIT dan Minggu pukul 14.15 WIT, menyemburkan asap hingga 1.000 meter, menyebabkan hujan abu di Ternate.Menurut data PVMBG, kedua gunung kerap meletus. Gunung Lokon setinggi 1.580 meter dan berjarak sekitar 5 kilometer dari Tomohon atau 40 kilometer dari Manado, 1 Mei 2012, juga meletus dan menyemburkan asap setinggi 2.500 meter.Sebelumnya, Gunung Gamalama meletus pada 5 Desember 2011. Letusan itu masih menimbulkan ancaman banjir lahar hujan pada penduduk Ternate hingga saat ini. Pada bulan Juli 2012, belasan orang tewas akibat banjir lahar hujan Gamalama.

Terkait gempaSurono mengatakan, meletusnya Gunung Lokon dan Gamalama tidak bisa dihindarkan dari aktivitas tektonik di lempeng mikro Filipina, juga Lempeng Pasifik. Gempa 7,6 skala Richter pada 31 Agustus 2012 yang terjadi di Filipina termasuk besar, pantas dicurigai berperan penting dalam peningkatan aktivitas Gamalama dan Lokon, kata Surono. Secara empiris telah terbukti terjadi letusan di dua gunung ini.Berdasarkan catatan dalam buku Data Dasar Gunung Api Indonesia (2011), aktivitas Gamalama pada masa lalu juga terkait dengan kegempaan. Pada 7 September 1775, Gamalama pernah meletus hebat setelah terjadi gempa bumi tektonik beruntun dua hari sebelumnya. Letusan ini mengakibatkan terbentuknya danau kawah Tolire Jaha dan memusnahkan Desa Soela Takomi yang terletak 1,5 kilometer dari Kelurahan Takoma, Ternate. Sebanyak 141 warga Desa Soela Takonomi hilang bersama tenggelamnya desa mereka.Peneliti gempa dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, menjelaskan, gempa bumi akan melepaskan tegangan yang bersifat dinamis dan statis. Tegangan dinamis dilepaskan lewat gelombang gempa dan respons waktu tegangan statis bisa sangat panjang. Kami menduga Gunung Gamalama sangat sensitif terhadap perubahan tegangan akibat gempa tektonik, kata Irwan.Dia menyebutkan, tidak semua gunung api memiliki respons tinggi terhadap gempa tektonik. Ini tergantung pada lokasi dan orientasi sumber gempa terhadap gunung api. Selain itu sangat dipengaruhi kondisi gunung api itu sendiri. Gunung api yang dapur magmanya dalam dan tingkat aktivitasnya rendah mungkin tidak akan terpengaruh, tuturnya.Selain di Lokon dan Gamalama, menurut Irwan, gunung api di Indonesia yang kerap terpengaruh aktivitas gempa tektonik adalah Anak Krakatau di Selat Sunda, Gunung Talang di Sumatera Barat, dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara.Irwan menambahkan, hubungan gerakan tektonik terhadap peningkatan vulkanik tidak berlangsung searah. Sebaliknya, aktivitas vulkanik yang besar bisa memicu terbentuknya patahan, misalnya terbentuk Sesar Lembang di Jawa Barat akibat letusan Gunung Sunda purba. (AIK)Sumber : KOMPAS.com, Senin 17 September 2012 | 02:32 WIB

BAB IIPEMBAHASANA. ANALISA gambar. gunung Lokon gambar. gunung GamalamaGunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara dan Gunung Gamalama di Ternate, Maluku Utara meletus secara hampir bersamaan pada tanggal 15 September 2012. Namun, sebenarnya dua gunung api ini hanya kebetulan meletus secara hampir bersamaan. Meletusnya dua gunung api ini secara hampir bersamaan diakibatkan peningkatan aktivitas vulkanik. Peningkatan aktivitas vulkanik ini disebabkan akibat peningkatan aktivitas tektonik dilempeng mikro Filipina dan juga lempeng pasifik. Aktivitas tektonik lempeng ini meningkat akibat gempa yang terjadi di Filipina yang terjadi pada 31 Agustus 2012 dengan kekuatan 7,6 skala Richter. Kedua gunung tersebut memiliki respon yang tinggi terhadap gempa tektonik atau aktivitas tektonik. Pada dasarnya gunung api memiliki sistem dan aktivitasnya masing-masing, seperti gunung Lokon berada di zona subduksi Sangihe sedangkan gunung Gamalama berada di zona subduksi Maluku Utara.

B. PEMBAHASAN1. DEFINISI GUNUNG APIGunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi:

1. Kamar magma besar2. Batu dasar3. Penyalur (Conduit)4. Asas5. Sill6. Paip cabang7. Lapisan abu dari gunung berapi8. Sisi9. Lapisan lava dari gunung berapi10. Tengkuk11. Kon parasit12. Aliran lava13. Bukaan14. Kawah15. Kepulan abu

Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.

Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa gunung api yang aktif tidak hanya gunung api yang berada di busur Cincin Api Pasifik saja. Gunung api yang berada di busur cincin api yang lainnya juga masih aktif dan dapat erupsi kapan saja.Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam dapur magmar di bawah gunung berapi yang meletus akan keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut: Aliran lava. Letusan gunung berapi. Aliran lumpur. Abu. Kebakaran hutan. Gas beracun. Gelombang tsunami. Gempa bumi.

Di Indonesia sendiri ada beberapa tingkatan status gunung api yang masih aktif sampai saat ini, serta makna dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk menanggulangi atau mengatasi dampak dari aktifitas gunung api yang sedang aktif itu sendiri. Kita dapat memperhatikan tabel di bawah ini untuk mengetahui status-status yang ada pada gunung api di Indonesia.Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia

StatusMaknaTindakan

AWAS Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan Koordinasi dilakukan secara harian Piket penuh

SIAGA Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana Peningkatan intensif kegiatan seismik Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu Sosialisasi di wilayah terancam Penyiapan sarana darurat Koordinasi harian Piket penuh

WASPADA Ada aktivitas apa pun bentuknya Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal Penyuluhan/sosialisasi Penilaian bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan piket terbatas

NORMAL Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma Level aktivitas dasar Pengamatan rutin Survei dan penyelidikan

2. Sejarah Terbentuknya Gunung ApiPengetahuan tentang lempeng tektonik merupakan awal pemecahan dari teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan gunungapi. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaannya. Kedua factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi yang terbentuk dipermukaan bumi itu sendiri. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, serta pembentukan panas yang ditimbulkan dari unsur-unsur radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Pada awal terbentuknya bumi, permukaan bumi sangat panas dan belum ada mahkluk hidup yang dapat hidup dipermukaannya, akan tetapi secara perlahan permukaan bumi kemudian mendingin secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisme di permukaan bumi. Perambatan panas yang timbul dari dalam bumi ke permukaan bumi berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel dengan ketebalan lapisan 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel dengan ketebalan lapisan sekitar 7 km sampai 35 km di bawah permukaan bumi, material-material yang telah terpanaskan tersebut akan mengalami proses pendinginan dan menjadi padat. Kemudian akan tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut.Litosfer termasuk juga kerak yang umumnya mempunyai ketebalan 70 km sampai 120 km dan kemudian terpecah menjadi beberapa fragmen-fragmen besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng tektonik ini saling bergerak antara yang satu dengan yang satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel bumi. Bagian alas litosfer melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga astenosfer. Bagian lemah astenosfer terjadi pada saat suhu yang sangat tinggi dimana mulai terjadi pelelehan astenosfer, sehingga konsekuensinya beberapa bagian astenosfer melebur kembali menjadi magma, walaupun sebagian besar masih dalam wujud yang padat. Kerak benua mempunyai tebal lapisan kurang lebih 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 sampai 2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis dengan tebal lapisannya kurang lebih 7 km, berdiensiti tinggi dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfer.

Dari gambar dapat dilihat bahwa kerak yang menindih mantel hampir seluruhnya terdiri dari oksida yang tidak melebur. Proses vulkanik membawa fragmen batuan ke permukaan dari kedalaman kurang lebih 200 km melalui mantel, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya mineral-mineral, seperti olivine, piroksen dan garnet dalam peridotit pada bagian atas mantel. Proses gunung api yang terbentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yang menghasilkan busur gunung api, busur gunung api tengah samudera, busur gunung api tengah benua dan busur gunung api dasar samudera dapat kita lihat pada gambar dibawah ini

Di Indonesia khususnya di Jawa dan Sumatera, gunung api terbentuk akibat tumbukan antara Kerak Samudra Hindia dengan Kerak Benua Asia Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dan lain-lain.

Namun selain teori diatas, ada beberapa ahli geologi mengatakan bahwa pada dasarnya, gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan mulai meleleh, maka akan terbentuk gas yang kemudian akan bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 km hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.

Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit mulai naik menuju ke permukaan karena massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut juga melelehkan batuan-batuan yang berada di sekitarnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Magma chamber (dapur magma) inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik terbentuk.3. Busur Gunung ApiSebelumnya gunung api tidak dapat terbentuk disembarang permukaan bumi, gunung api hanya dapat terbentuk pada busur-busur gunung api. Busur-busur gunung api dibedakan menjadi :

a) busur tengah benua adalah busur gunung api yang terbentuk akibat pemekaran kerak benua. Pemekaran kerak benua terjadi akibat dari kerak benua yang saling menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga timbil rekahan atau patahan. Rekahan atau patahan ini yang menjadi jalan bagi magma atau lelehan batuan untuk sampai ke permukaan sehingga terbentuk busur gunung api tengah benua. b) busur tengah samudera adalah busur gunung api yang terbentuk akibat pemekaran kerak samudera. Pemekaran kerak samudera terjadi akibat lempeng samudera bergerak saling menjauh sehingga timbul jalur rekahan untuk magma menuju ke permukaan, kemudian magma yang sampai kepermukaan akan mengalami pendinginan dengan cepat. Magma inilah yang kemudian membentuk busur gunung api tengah samudera. c) busur tepi benua adalah busur gunung api yang terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua. Akibat gesekan antara kerak tersebut terjadi peleburan batuan. Lelehan batuan hasil peleburan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan yang kemudian membentuk busur gunung api di tepi benua.d) busur dasar samudera adalah busur gunung api yang terbentuk akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera. Terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunung api perisai. 4. Struktur Gunung ApiSebuah gunung api yang terbentuk akan memiliki struktur pembentuk sistem gunung api, adapun struktur yang di miliki oleh gunung api berupa struktur kawah, kaldera, rekahan dan graben, serta depresi vulkani-tektonik. Struktur kawah adalah bentuk morfologi atau depresi akibat aktivitas dari suatu gunung api, bentuknya relatif bundar. Kaldera adalah bentuk morfologi yang berbentuk seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera dibagi menjadi 4 berdasarkan proses pembentukannya, yaitu kaldera letusan, kaldera runtuhan, kaldera resurgent dan kaldera erosi.1) Kaldera Letusan adalah kaldera yang terbentuk akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuh gunung api.2) Kaldera Runtuhan adalah kaldera yang terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunung api akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma.3) Kaldera Resurgent adalah kaldera yang terbentuk akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung api diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah4) Kaldera Erosi adalah kaldera yang terbentuk akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera. Rekahan adalah retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunung api yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter. Graben adalah rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok di antara rekahan. Depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang berasosiasi dengan pembentukan gunungapi akibat ekspansi volume besar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.5. Bentuk-bentuk Gunung ApiGunung-gunung api yang telah terbentuk memiliki bentuk yang berbeda satu sama lainnya. Bentuk-bentuk gunung api dibedakan menjadi stratovulkano, kaldera, kubah lava, perisai, kerucut bara dan rekahan.

1) Stratovulkano merupakan tipe gunung api yang tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan yang berubah-ubah. Sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan dan membentuk suatu kerucut besar dengan bentuknya yang tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali.2) Kaldera merupakan tipe gunung api yang terbentuk dari ledakan yang sangat kuat, sehingga mampu melempar bagian ujung atas gunung api yang kemudian membentuk cekungan. Contohnya adalah Gunung Bromo.3) Kubah lava merupakan tipe gunung api yang terbentuk dari lava kental mengandung asam yang keluar saat terjadi letusan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Lava yang mengeras pada kawah ini dapat menutup lubang pada dinding gunung, dan ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan. Gunung-api kubah umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk yang cembung.4) Perisai merupakan tipe gunung api yang tersusun dari batuan aliran lava yang pada dimana saat proses pengendapan lava masih dalam wujud cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam). Bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai 5) Kerucut bara (cinder cone) merupakan tipe gunung api yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik tersebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya. 6) Rekahan merupakan tipe gunung api yang terbentuk dari retakan panjang pada permukaan bumi dimana aliran magma keluar melalui retakan tersebut.6. Proses Erupsi Gunung Api

Gunung api suatu saat akan mengalami proses erupsi, erupsi ini akan mengeluarkan material-material yang terkandung didalam dapur magma, baik itu magma, batuan-batuan dan material-material lain yang berada didalamnya. Pada dasarnya erupsi terjadi disebabkan oleh 2 faktor, yaitu :1) Faktor aktivitas vulkanisme, yaitu faktor dimana dapur magma yang sedang mengalami proses pembentukan gas (degassing) dan proses pembentukan magma (magmatisasi).2) Faktor tektonisme, yaitu faktor pergerakan lempeng tektonik yang menimbulkan gempa dan dapat memicu aktivitas vulkanisme. Sebelum terjadinya erupsi pada gunung api, saluran dimana biasanya erupsi itu terjadi pada awalnya tersumbat. Karena aktivitas dari dapur magma dan proses pengikisan lapisan oleh faktor luar dari gunung api, maka saluran yang tersumbat lama-kelamaan akan mengalami keretakan. Magma yang mengandung gas dalam dapur magma memiliki tekanan yang besar. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan saluran yang sebelumnya tersumbat pada bagian batuan yang retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan erupsi dari sebuah gunung api dan periode letusan gunung api, yaitu sebagai berikut :1) Besarnya dapur magma2) Kedalaman dapur magma3) Kecepatan proses pembentukan kembali gas (degassing) dan proses pembentukan magma (magmatisasi)Erupsi gunung api tidak hanya membawa magma saja, melainkan terdapat material-material lain yang akan ikut terbawa oleh magma menuju kepermukaan, antara lain adalah :1) Eflata (material padat) yaitu material yang berwujud padat seperti lapili, kerikil, pasir dan debu.2) Lava dan lahar yaitu material yang berwujud cair.3) Eksalasi (gas) yaitu material yang berwujud gas seperti nitrogen belerang dan gas asam.7. Tanda-tanda Gunung Api akan ErupsiUntuk mengetahui gunung api akan erupsi, kita dapat melihat gejala-gejala alam yang terjadi pada lingkungan disekitar gunung api. Adapun tanda-tanda erupsinya gunung api :a) Terjadinya gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik.b) Terdengarnya suara gemuruh.c) Banyak binatang turun dari gunung.d) Meningkatnya suhu di sekitar gunung berapi.e) Mata air disekitar gunung api akan mengering.f) Tumbuhan yang berada di sekitar wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.8. Jenis-jenis Erupsi Gunung ApiErupsi adalah proses keluarnya magma beserta dengan material lainnya yang terdapat dalam dapur magma menuju ke permukaan bumi melalui jalur rekahan yang terbentuk di dalam gunung api. Erupsi yang terjadi pada gunung api dibedakan berdasarkan sumber erupsinya, yaitu erupsi pusat, erupsi samping, erupsi celah dan erupsi eksentrik. Kita dapat lihat pada gambar letak-letak erupsi pada gunung api

1) Erupsi pusat adalah erupsi yang keluar melalui jalur kawah utama gunung api.2) Erupsi samping adalah erupsi yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang kesamping menuju lereng pada tubuh gunung api.3) Erupsi celah adalah erupsi yang muncul pada retakan atau sesar yang dapat memanjang sampai beberapa kilometer.4) Erupsi eksentrik adalah erupsi yang menyerupai erupsi samping, tetapi magma langsung keluar dari dapur magma yang melalui kepundan-kepundan tersendiri.Selain jenis erupsi berdasarkan sumber erupsinya, jenis erupsi juga dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, serta kuat dan lemahnya letusan, juga tinggi tiang asap, maka jenis erupsi gunung api dibagi menjadi :1) Hawaiaan, yaitu erupsi yang bersifat eksplosif dari magma basaltic yang umumnya berupa semburan lava pijar dan sering diikuti lelehan lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana.2) Strombolian, yaitu erupsi yang hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua3) Plinian, yaitu erupsi yang sangat eksplosif dari magma berviskositas tinggi dengan sifat magma asam. Material yang dierupsikan beripa batu apung dalam jumlah besar.4) Sub Plinian, yaitu erupsi eksplosif dari magma asam dari gunung api dengan bentuk stratovulkano, tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. 5) Ultra Plinian, yaitu erupsi sangat eksplosif yang dapat menghasilkan endapan batu apung lebih banyak dan luas dari erupsi Plinian.6) Vulkanian, yaitu erupsi magmatis yang umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan-bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak selalu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.7) Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua jenis erupsi tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunung api, gunung api bawah laut atau gunung api yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.

Erupsi yang dialami oleh gunung api juga dapat dibedakan berdasarkan tipe lavanya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Berdasarkan erupsinya, gunung api di Indoensia diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :1) Tipe A merupakan tipe gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah 1600 tahun.2) Tipe B merupakan tipe gunung api yang sudah 1600 tahun belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanisme.3) Tipe C merupakan tipe gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkat lemah.Jumlah Sebaran Gunungapi IndonesiaDaerahTipe-ATipe-BTipe-CJumlah

Sumatera1312621

Jawa219535

Bali2--2

Lombok1--1

Sumbawa2--2

Flores163524

Laut Banda81-9

Sulawesi62513

Kep.Sangihe5--5

Halmahera52-7

9. Dampak Erupsi Gunung ApiErupsi dari gunung api tidak selamanya selalu berdampak buruk bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup yang berada disekitar gunung api. Selain erupsi gunung api berdampak negatif, gunung api juga memiliki dampak positif yang sangat berperan serta menunjang keseimbangan ekosistem. Berikut ini akan dijelaskan tentang dampak positif dan dampak negatif dari hasil erupsi gunung api.a) Dampak NegatifGunung api memiliki dampak negatif atau bahaya tersendiri bagi kehidupan makhluk hidup, bahaya dari erupsi gunung api ada yang bersifat primer dan sekunder.1) Bahaya Primer, yaitu : Lelehan Lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas yang dapat merusak infrastruktur yang diterjangnya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, lelehan lava yang dierupsikan gunung api, pergerakannya cukup lamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya. Aliran Piroklastik (Awan Panas) terjadi akibat runtuhannya tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Jangkauan alirannya dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut. Jatuhan piroklastik, terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak pada ketebalan tertentu dan dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan. Lahar letusan terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas. Gas beracun umumnya muncul pada gunung api aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2 dan lain-lain, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh. Tsunami umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Timbulnya penyakit ISPA yang menyerang penduduk sekitar. Rusaknya ekosistem hutan akibat terbakar oleh terjangan lelehan lava.2) Bahaya Sekunder, yaitu : Lahar Hujan terjadi apabila endapan material lepas dari hasil erupsi gunung api yang diendapkan pada puncak dan lereng, yang kemudia terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur. Banjir Bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunung api karena curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur. Longsoran Vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunung api, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunung api sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempa bumi berintensitas kuat.b) Dampak PositifAdapun dampak positif yang diberikan dari hasil erupsi gunung api adalah sebagai berikut : Memberikan unsur hara pada tanah, hasil muntahan vulkanik dari erupsi gunung api dapat menyuburkan tanah bagi lahan pertanian. Penambangan pasir, para korban erupsi yang kehilangan mata pencaharian tetapnya dapat beralih menjadi penambang pasir disekitar pinggiran aliran lahar dingin. Bahan material, bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan.

BAB IIIPENUTUPA. HasilGunung api adalah suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Adapun status yang diberlakukan bagi gunung api di Indonesia.Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia

StatusMaknaTindakan

AWAS Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan Koordinasi dilakukan secara harian Piket penuh

SIAGA Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana Peningkatan intensif kegiatan seismik Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu Sosialisasi di wilayah terancam Penyiapan sarana darurat Koordinasi harian Piket penuh

WASPADA Ada aktivitas apa pun bentuknya Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal Penyuluhan/sosialisasi Penilaian bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan piket terbatas

NORMAL Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma Level aktivitas dasar Pengamatan rutin Survei dan penyelidikan

Gunung api terbentuk akibat pergerakan kerak benua dengan kerak benua, kerak benua dengan kerak samudera dan kerak samudera dengan kerak samudera. Pergerakan kerak-kerak inilah yang nantinya akan membentuk busur yang biasanya disebut sebagai busur gunung api. Busur gunung api didefinisikan sebagai daerah yang memiliki kemungkinan besar terbentuknya gunung api. Umumnya di Indonesia khususnya gunung api banyak terbentuk di busur tengah benua dan busur tepi benua. Selain itu, ada juga yang beranggapan bahwa gunung api terbentuk dari aktivitas dari magma itu sendiri, namun kebanyakan para ahli geologi meyakini bahwa gunung api terbentuk akibat dari aktivitas kerak-kerak yang berada dipermukaan bumi.Gunung Lokon dan Gunung Gamalama memiliki struktur yang lengkap sebagai gunung api aktif, dengan bentuk gunungnya kubah lava. Erupsi yang ditimbulkan oleh gunung Lokon dan Gunung Gamalama berdasarkan sumber erupsinya yaitu erupsi pusat, sedangkan berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luas, serta kuat dan lemahnya letusan, kedua gunung ini termasuk dalam jenis Plinian dengan material yang dimuntahkan berupa material eflata (debu vulkanik). Berdasarkan erupsi dan aktivitas vulkanismenya, dua gunung ini tergolong dalam gunung api tipe A.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan erupsi dari sebuah gunung api dan periode letusan gunung api, yaitu sebagai berikut :1) Besarnya dapur magma2) Kedalaman dapur magma3) Kecepatan proses pembentukan kembali gas (degassing) dan proses pembentukan magma (magmatisasi)Peningkatan aktivitas vulkanisme pada gunung api pada keadaan normal akibat aktivitas vulkanisme dapur magma dalam memproses gas dan magma, namun bagi gunung api yang memiliki respon tinggi terhadap gempatektonik. Maka tidak menutup kemungkinan gunung api tersebut akan mengalami peningkatan aktivitas vulkanisme, seperti Gunung Lokon dan Gunung Gamalama.

B. HasilDari pembahasan dan hasil diatas, maka dapat diketahui bahwa Gunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara dan Gunung Gamalama di Ternate, Maluku Utara yang meletus hampir secara bersamaan pada tanggal 15 September 2012 disebabkan karena adanya peningkatan aktivitas vulkanisme. Akibat adanya aktivitas tektonik lempeng, sehingga Gunung Lokon dan Gunung Gamalama mengalami peningkatan aktivitas vulkanisme, karena Gunung Lokon dan Gunung Gamalama termasuk gunung api yang memiliki respon tinggi terhadap aktivitas tektonik lempeng dan gempa tektonik yang dapat memicu peningkatan aktivitas vulkanisme gunung api. Status Gunung Lokon dan Gunung Gamalama pada saat itu dalam keadaan SIAGA. Aktivitas yang ditimbulkan oleh dua gunung api ini yaitu memuntahkan material eflata yang berupa debu vulkanik dengan ketinggian yang berbeda.Dua gunung api ini sama-sama terbentuk di busur tengah benua dengan bentuk gunung api kubah lava. Erupsi yang dialami Gunung Lokon dan Gunung Gamalama berdasarkan sumber erupsinya tergolong dalam erupsi pusat dan berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luas, serta kuat dan lemahnya letusan, kedua gunung ini termasuk dalam jenis Plinian. Karena aktivitas vulkanik ini, dua gunung ini tergolong dalam gunung api tipe A.

Geologi Struktur IndonesiaPage 29