Upload
yuliantoagungrezeki
View
257
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas ini dibuat untuk memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Fisika Material dan Divais Nano
Citation preview
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 1/47
Two-Dimensional Nanostructures
(Thin Films)
Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Matakuliah Fisika Material dan Divais
Nano Nano dengan Dosen Pengampu Prof. Dr.Eng. Khairurrijal
Disusun oleh:
Yulianto Agung Rezeki / 20215010
Kamaruddin / 20215040
Akmal Zulfi M / 20215041
MAGISTER FISIKA
SEKOLAH PASCASARJANA ITB
BANDUNG
2015
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 2/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 1
TWO-DIMENSIONAL STRUCTURES: THIN FILM
Yulianto Agung Rezeki, Kamaruddin, Akmal Zulfi M
20215010, 20215040, 20215041
[email protected], [email protected], [email protected]
Magister Fisika Institut Teknologi Bandung
5.1 Pendahuluan
Deposisi film tipis telah menjadi subjek studi intensif selama hampir se-abad, dan banyak
metode yang telah dikembangkan dan ditingkatkan. kebanyakan teknik ini telah dikembangkan
dan banyak digunakan dalam industri, yang berpengaruh besar dalam pengembangan lebih
lanjut dan perbaikan teknik deposisi. Metode pertumbuhan film pada umumnya dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu: deposisi fase uap dan pertumbuhan berbasis cairan. Sebelumnya
terdiri dari, misalnya, penguapan, Molecular Beam Epitaxy (MBE), Sputtering , Chemical
Vapor Deposition (CVD), dan Atomic Layer Deposition (ALD). Contoh akhir-akhir ini adalah
deposisi endapan elektrokimia, Chemical Solution Deposition (CSD), Lapisan Langmuir-
Blodgett dan Self-assembled Monolayers (SAM). Deposisi lapisan lebih banyak melibatkan
proses heterogen termasuk reaksi kimia heterogen, evaporasi, adsorpsi dan desorpsi pada
permukaan pertumbuhan, nukleasi heterogen dan pertumbuhan permukaan. Selain itu,
sebagian deposisi film dan proses karakterisasi dilakukan dalam keadaan vakum.
5.2 Dasar Pertumbuhan Film
Pertumbuhan film tipis, karena semua transformasi fasa, melibatkan proses nukleasi dan
pertumbuhan pada substrat atau pertumbuhan permukaan. Proses nukleasi memainkan peran
yang sangat penting dalam menentukan kristalinitas dan mikrostruktur film yang dihasilkan.
Untuk deposisi film tipis dengan ketebalan di wilayah nanometer, proses nukleasi awal bahkan
lebih penting. Nukleasi dalam pembentukan Film adalah nukleasi heterogen. Ukuran dan
bentuk dari inti awalnya diasumsikan semata-mata tergantung pada perubahan volume energi
bebas Gibbs, namun dalam prakteknya, interaksi antara film dan substrat memainkan peran
yang sangat penting dalam menentukan nukleasi awal dan pertumbuhan film. Banyak
pengamatan eksperimental yang mengungkapkan bahwa ada tiga dasar model nukleasi:
1.
Islands atau Pertumbuhan Volmer-Weber
Pertumbuhan Volmer-Weber yaitu proses nukleasi awal yang terjadi karena ikatan antara
partikel pertumbuhan lebih kuat dibandingkan pada substrat. Kebanyakan keadaan ini
terjadi pada logam dengan substrat isolator, seperti halida alkali, grafit dan substrat mika
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 3/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 2
menunjukkan nukleasi ini selama deposisi awal pembentukan film. Selanjutnya kumpulan-
kumpulan yang terbentuk seperti pulau bergabung dan membentuk film yang kontinu.
Gambar 1 adalah ilustrasi dari skema island.
Gambar 1 Skema island atau Volmer-Weber
2. Layer atau Pertumbuhan Frank-van der Merwe
Pertumbuhan Frank van der Merwe adalah kebalikan dari pertumbuhan Volmer-Weber, di
mana pertumbuhan partikel sama-sama terikat lebih kuat pada substrat daripada antara
setiap partikel lain. Pertumbuhan atau pembentukan lapisan pertama terjadi secara utuh
atau lengkap sebelum pembentukan lapisan selanjutnya terjadi. Salah satu contoh dari
model pertumbuhan ini adalah pertumbuhan epitaxial yaitu pertumbuhan film kristal
tunggal. Gambar 2 adalah ilustrasi dari skema layer.
Gambar 2 Skema layer of Frank-van der Merwe
3. Island-Layer atau pertumbuhan Stranski-Krastonov
Model pertumbuhan ini merupakan gabungan pertumbuhan dari pertumbuhan Volmer-
Weber dan Frank-van der Merwe. Misalnya model pertumbuhan biasanya membentuk titik
kumpul, yang dikembangkan selama pembentukan inti atau film. Gambar 3 adalah ilustrasi
skema island-layer.
Gambar 3 Skema island-layer atau Stranski-Krastonov
Bagian terpenting dalam pertumbuhan film adalah deposisi film dengan kristal tunggal baik
melalui homoepitaxy yaitu di mana dalam pembentukan film memiliki kesamaan struktur
kristal dan komposisi kimia seperti yang dari substrat, atau heteroepitaxy yaitu di mana dalam
pembentukan film memiliki kecocokan kristal yang medekati struktur seperti yang dari
substrat. Homoepitaxy adalah ekstensi sederhana dari substrat, dan dengan demikian hampir
tidak ada antarmuka antara substrat dengan film yang terbentuk dan tidak ada proses nukleasi.
Meskipun sumber pembentuk film memiliki komposisi kimia berbeda dari substrat,
pertumbuhan partikel lebih suka untuk mengikat substrat dari pada antara partikel satu sama
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 4/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 3
lain. Karena dari perbedaan komposisi kimia, konstanta kisi dari pembentuk film kemungkinan
besar akan berbeda dari substrat.
Perlu dicatat bahwa model nukleasi tersebut dan mekanisme yang berlaku untuk pembentukan
kristal tunggal, polikristalin dan bahan penyusun amorf, dan bahan penyusun anorganik,
organik dan hibrida. Apakah bahan penyusun adalah kristal tunggal, polikristalin atau amorf,
tergantung pada kondisi pertumbuhan dan substrat. Perubahan suhu dan tingkat tumpukan pada
pertumbuhan partikel adalah dua faktor yang paling penting. Berikut ini adalah penjelasan
singkat dalam pertumbuhan kristal film. :
1. Pertumbuhan film dengan kristal tunggal yang paling sulit, membutuhkan: (i) sebuah
substrat kristal tunggal dengan kesamaan kisi yang mendekati, (ii) permukaan substrat
bersih sehingga menghindari kemungkinan terjadinya nukleasi sekunder, (iii)
pertumbuhan dengan tinggi suhu untuk memastikan mobilitas yang cukup pada
pertumbuhan partikel dan (iv) tingkat pertumbuhan pembentukan partikel yang rendah
untuk memastikan waktu yang cukup untuk difusi permukaan dan penggabungan
pertumbuhan partikel ke dalam struktur kristal dan untuk kebebasan stuktur bentuknya
sebelum kedatangan partikel pertumbuhan berikutnya.
2. Deposisi film amorf biasanya terjadi ketika (i) pertumbuhan pada suhu rendah diterapkan,
sehingga terdapat mobilitas yang cukup pada permukaan untuk pertumbuhan partikel dan
atau (ii) masuknya partikel pertumbuhan ke permukaan pertumbuhan yang sangat banyak,
sehingga partikel pertumbuhan tidak memiliki waktu yang cukup untuk menemukan lokasi
pertumbuhan dengan energi terendah.
3. Kondisi untuk pertumbuhan film polikristalin dimana kristal jatuh antara kondisi
pertumbuhan kristal tunggal dan endapan film yang bersifat amorf. Secara umum, suhu
deposisi yang cukup memastikan mobilitas permukaan partikel pertumbuhan dan
mendorong pertumbuhan partikel cukup tinggi.
Gambar 4 menunjukkan kondisi pertumbuhan untuk kristal tunggal, polikristalin, dan amorf
dari film silicon dengan metode Chemical Vapor Deposition (CVD).
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 5/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 4
Gambar 4 Kondisi film tipis silikon penumbuhan kristal tunggal, polikristalin, dan amorf dengan CVD
5.3 Ilmu Vakum
Kebanyakan deposisi film dan pengolahananya dilakukan dalam ruang hampa. Selain itu,
hampir semua karakterisasi film dilakukan pada kondisi vakum. Banyak referensi yang dapat
dirujuk untuk memperoleh keadaan vakum, namun dalam pembahasan deposisi film tipis dan
karakterisasi beberapa konsep yang umum digunakan seperti jalan bebas rata-rata atom,
tekanan vakum dan ketergantungan pada suhu. Dalam fase gas, molekul gas terus bergerak dan
bertabrakan di antara mereka sendiri serta dengan dinding wadah. Tekanan gas adalah hasil
transfer momentum dari molekul gas ke dinding, dan juga variabel sistem yang paling banyak
dikutip dalam teknologi vakum. Itu berarti jarak yang ditempuh oleh molekul antara tabrakan
beruntun disebut jalan bebas rata-rata dan merupakan sifat penting dari gas yang tergantung
pada tekanan, diberikan oleh:
P
xmfp
3105
di manamfp adalah jalan bebas rata-rata dalam sentimeter dan P adalah tekanan dalam torr.
Ketika tekanan di bawah 10-3 torr, molekul gas dalam deposisi film khusus dan sistem
karakterisasi maka akan sangat dekat bertabrakan hanya dengan dinding dari ruang vakum,
yaitu tidak ada tabrakan antara molekul gas.
Fluks tumbukan gas pada deposisi film adalah ukuran dari frekuensi molekul gas yang
bertumbukan atau bertabrakan dengan permukaan, dan merupakan parameter yang paling
penting. Hal ini karena untuk deposisi film, hanya molekul yang bertumbukan ke permukaan
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 6/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 5
pertumbuhan yang akan dapat berkontribusi terhahadp proses pertumbuhan. Besarnya Fluks
tersebut adalah
2/1
2210513.3
MT
P x
Dimana P adalah tekanan dalam torr, M adalah berat molekul, dan T adalah suhu. Gambar 5
menunjukkan kerapatan molekul, kecepatan tumbukan, jarak bebas rata-rata, dan waktu yang
dibutuhkan dalam pembentukan satulapisan sebagai fungsi tekanan:
Gambar 5. Ringkasan densitas molekul, incident rate, jarak rata-rata, dan formasi waktu monolayer sebagai fungsitekanan
Perlu dicatat bahwa aliran gas berbeda dengan gerak tak menentu dari tabrakan molekul gas.
Aliran gas didefinisikan sebagai gerakan bersih diarahkan gas ke sistem dan terjadi ketika ada
penurunan tekanan. Bergantung pada geometri sistem yang terlibat serta tekanan, suhu dan
jenis gas yang bersangkutan, aliran gas dapat dibagi menjadi tiga jenis: aliran molekuler, aliran
menengah dan aliran kental. Aliran molekul yang bergerak bebas terjadi pada kepadatan gas
rendah atau vakum tinggi, berarti jalan bebas antara tabrakan antarmolekul lebih besar dari
dimensi sistem dan molekul berbenturan dengan dinding sistem saja. Pada tekanan tinggi,
tabrakan antar molekul menjadi dominan sehingga ini berarti jalan bebas berkurang dan alirangas disebut sebagai jenis aliran viskos. Diantara aliran molekul bebas dan aliran viskos ada
jenis transisi yaitu aliran menengah. Aliran gas di atas dapat didefinisikan sebagai besarnya
jumlah Knudsen, Kn, diberikan oleh:
mfp
n
D K
Dimana D adalah karakteristik dimensi sistem (dalam hal ini adalah diameter pipa), danmfp
adalah jalan bebas rata-rata. Gambar 6 menunjukkan jenis aliran gas pada tabung sebagai
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 7/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 6
fungsi dari dimensi sistem dan tekanan, serta tabel kisaran angka Knudsen sesuai dengan jenis
aliran gasnya,
Gambar 6. Daerah aliran gas dalam tabung sebagai fungsi dimensi sistem dan tekanan dan jarak bilangan Knudson
Tabel 1 Kisaran Bilangan Knudsenuntuk wilayah aliran gas
Jenis Aliran Gas Bilangan Knudsen D.P
Aliran Molekuler K n < 1 D.P < 5x10-3 cm.torr
Aliran Menengah 1 < K n < 110 5x10-3 < D.P. < 5x10-1 cm.torr
Aliran Viskos/Kental K n > 110 D.P > 5x 10-1 cm.torr
(D=karakteristik dimensi system, P Tekanan)
Aliran viskos sedikit rumit dan dapat dibagi lagi menjadi aliran laminar, aliran turbulen dan
aliran transisi. Dengan kecepatan aliran gas yang rendah, aliran laminar berlapis dimana-mana,
garis aliran paralel dapat tervisualisasikan, tidak terdapat kecepatan yang tegak lurus, dan
pencampuran dalam gas adalah hanya dengan difusi. Dalam aliran ini, kecepatannya nol pada
antarmuka gas-dinding dan secara bertahap meningkat sebagai gerakan menjauh dari
antarmuka, mencapai maksimum pada pusat ketika mengalir di dalam pipa. Perilaku aliran ini
dapat didefinisikan oleh yang disebut bilangan Reynolds (Re), yang diberikan pada aliran gas
dalam pipa:
.Re
v D
Dimana D adalah diameter pipa, v adalah kecepatan aliran, adalah massa jenis dan adalah
viskositas gas. Aliran laminar sesuai dengan Re kecil < 2100. Pada kecepatan gas yang tinggi
terjadi aliran turbulen, di mana Re > 4000 dan gas secara terus-menerus bercampur. Pada 2100
< Re < 4000, transisi dari laminar ke aliran turbulen terjadi dan disebut sebagai aliran transisi.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 8/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 7
Difusi adalah salah satu mekanisme perpindahan massa gas, yang juga terjadi pada cairan dan
padatan. Difusi adalah gerak atom atau molekul dari daerah yang memiliki konsentrasi lebih
tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasi lebih rendah, sehingga meningkatkan entropi dari
sistem. Mekanisme lain adalah konveksi, proses aliran gas massal. Konveksi muncul dari
respon terhadap gravitasi, sentrifugal, medan listrik listrik dan gaya magnet. Konveksi dapat
memainkan peran penting dalam deposisi film bertekanan tinggi. Misalnya, gas panas dan
kurang padat di atas substrat maka panas akan meningkat, sedangkan gas dingin dan lebih padat
akan menggantikan kesenjangan. Situasi seperti ini sering dijumpai dalam reaktor CVD
dinding dingin.
5.4 Physical Vapor Deposition (PVD)
PVD adalah proses mentransfer partikel pertumbuhan dari sumber atau target dan partikel
pertumbuhannya pada substrat untuk membentuk film. Hasil dari proses terjadi secara otomatis
dan kebanyakan tidak melibatkan reaksi kimia. Berbagai metode ini dikembangkan untuk
menghilangkan partikel pertumbuhan dari sumber atau target. Ketebalan partikel
pertumbuhannya dapat bervariasi dari angstrom ke milimeter. Secara umum, metode ini dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu: Evaporasi (penguapan) dan sputtering. Pada metode
penguapan, partikel pertumbuhan dikeluarkan dari sumber oleh heater. Sedangkan pada
sputtering, atom atau molekul yang copot dari target padat melalui pengaruh ion gas (plasma).
Setiap kelompok dapat dibagi lagi menjadi beberapa metode, tergantung pada teknik spesifik
yang diterapkan untuk mengaktifkan sumber atau target atom atau molekul dan kondisi
deposisi yang diterapkan.
5.4.1 Evaporasi (Penguapan)
Evaporasi adalah metode deposisi mungkin cukup sederhanadan telah banyak digunkana dalam
deposisi film. Meskipun pembentukan film tipis melalui metode penguapan telah dikenal
sekitar 150 tahun yang lalu, mengakuisisi berbagai aplikasi lebih dari 50 tahun ketika industri
teknik skala vakum yang telah dikembangkan. Skema sederhana dapat dilihat pada Gambar 7
berikut ini,
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 9/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 8
Gambar 7. Kamar vakum untuk penguapan
Sistem ini terdiri dari sumber penguapan yang menguapkan bahan yang diinginkan dan substrat
terletak pada jarak yang tepat menghadap sumber penguapan dan keduanya berada dalam ruang
vakum. Substrat dapat dipanaskan atau pemberian tegangan listrik atau diputar selama deposisi.Tekanan uap yang diinginkan dari bahan sumber dapat dihasilkan dengan hanya pemanasan
sumber dengan suhu tinggi, dan konsentrasi partikel pertumbuhan dalam fase gas dapat dengan
mudah dikontrol dengan memvariasikan suhu sumber dan fluks pembawa gas. Kesetimbangan
tekanan uap dari elemen dapat diperkirakan sebagai:
C T R
H P
g
ee
ln
dimana e
H adalah panas molar penguapan, R g adalah konstanta gas, T adalah temperatur, dan
C adalah konstanta. Namun, penguapan senyawa lebih rumit, karena senyawa dapat mengalami
reaksi kimia, seperti pirolisis, dekomposisi dan disosiasi, dan Komposisi yang dihasilkan sering
berbeda dari komposisi sumber selama penguapan pada suhu yang tinggi. Laju penguapan
tergantung pada bahan yang bersangkutan:
21
2/ T mR P P N g he Aee
dimanae
adalah tingkat penguapan,e
adalah koefisien penguapan yang bervariasi antara 0
dan 1, NA adalah konstanta Avogadro, Pe adalah tekanan uap, Ph adalah tekanan hidrostatik
yang bekerja pada sumber, m adalah berat molar, R g adalah konstanta gas dan T adalah suhu.
Ketika campuran elemen atau Senyawa ini digunakan sebagai sumber untuk pertumbuhan film
kompleks, komposisi kimia dari fasa uap kemungkinan besar akan berbeda dengan sumber.
Penyesuaian komposisi atau perbandingan molar dari konstituen di sumber dapat membantu.
Namun, komposisi sumber akan berubah sebagai hasil penguapan, karena salah satu elemen
mungkin menguap jauh lebih cepat dari yang lain yang mengakibatkan penipisan pertama
elemen. Akibatnya, komposisi di fase uap akan berubah. Untuk sistem multikomponen,
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 10/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 9
komposisi kimia film yang menguap mungkin akan berbeda dari sumber dan dengan tebal
bervariasi. Oleh karena itu pada umumnya sulit untuk partikel pertumbuhan film kompleks
yang menggunakan metode penguapan.
Deposisi film tipis dengan penguapan dilakukan pada tekanan rendah sekitar (10 -3-10-10 torr);
atom dan molekul dalam fase uap tidak bertabrakan satu sama lain di permukaan pertumbuhan,
karena jalan bebas rata-rata sangat besar dibandingkan dengan jarak sumber ke substrat. Itu
berarti perjalanan partikel dari atom atau molekul sumber ke substrat pertumbuhan langsung
di sepanjang garis pandang, dan oleh karena itu ukuran/ketebalan film yang seragam untuk area
yang luas sulit untuk diperoleh. Beberapa pengaturan khusus yang telah dikembangkan untuk
mengatasi kekurangan ini, termasuk (i) menggunakan berbagai sumber yang bukan titik
sumber, (ii) memutar substrat, (iii) kedua sumber dan substrat memuat seperti permukaan bola,
dan (iv) kombinasi dari semua di atas.
Selain penguapan sumber dengan tahan panas, teknik lain telah dikembangkan dan telah
menarik perhatian yang meningkat dan banyak diminati. Misalnya, sinar laser telah digunakan
untuk menguapkan bahan. Karakteristik penyerapan material yang akan menguap menentukan
panjang gelombang laser yang akan digunakan. Untuk mendapatkan daya tinggi, kerapatan
diperlukan dalam banyak kasus, sinar laser berdenyut pada umumnya digunakan seperti proses
pengendapan yang sering disebut sebagai ablasi laser. Ablasi Laser terbukti menjadi teknik
yang efektif untuk deposisi film kompleks termasuk oksida logam kompleks seperti film
superkonduktor dengan Tc yang tinggi. Salah satu keuntungan besar yang ablasi laser tawarkan
adalah kontrol dari komposisi uap. Pada prinsipnya, komposisi fasa uap dapat dikontrol seperti
pada sumber. Kerugian dari ablasi laser meliputi desain sistem yang kompleks, tidak selalu
mungkin untuk menemukan panjang gelombang laser untuk penguapan yang diinginkan, dan
efisiensi konversi energi yang rendah.Penguapan Berkas Elektron adalah eknik teknik lain,
tetapi terbatas untuk kasus bahwa sumber merupakan bahan elektrik konduktif. Keuntungan
dari penguapan berkas elektron termasuk berbagai tingkat penguapan dapat dikendalikan
karena kepadatan daya tinggi dan kontaminasi rendah. penguapan Arc adalah metode lain yang
umum digunakan untuk penguapan sumber konduktif.
5.4.2 Molecular beam epitaxy (MBE)
MBE dapat dianggap sebagai kasus khusus dari penguapan untuk pertumbuhan film kristal
tunggal, dengan pengontrolan penguapan yang sangat tinggi dari berbagai sumber pada
keadaan ultrahigh-vakum, biasanya sekitar 10-10
torr. Selain sistem ultrahigh vakum, MBE
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 11/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 10
sebagian besar memiliki fungsi kemampuan karakterisasi struktural dan kimia secara realtime,
termasuk Reflection High Energy Electron Diffraction (RHEED), X-ray Photoelectric
Spectroscopi (XPS), Auger Electron Spectroscopy (AES). Dalam MBE, atom atau molekul
menguap dari satu atau lebih sumber yang tidak tidak berinteraksi satu sama lain dalam fasa
uap di bawah tekananseperti pada tekanan rendah. Meskipun beberapa sumber gas yang
digunakan dalam MBE, kebanyakan berkas molekul yang dihasilkan oleh pemanasan bahan
padat yang ditempatkan dalam sel sumber, yang disebut sebagai sel efusi atau sel Knudsen.
Sejumlah sel efusi yang radiatically selaras dengan substrat seperti ditunjukkan Gambar 8.
Gambar 8 Skema yang menggambarkan nomer sel efusi secara radiasi sebanding dengan substrat
Bahan-bahan sumber yang paling sering digunakan untuk suhu yang diinginkan dengan pemanasan resistif. Jalan bebas rata-rata atom atau molekul (sekitar 100 m) jauh melebihi jarak
antara sumber dan substrat (biasanya sekitar 30 cm) di dalam ruang deposisi. Atom atau
molekul ditandai pada hasil substrat kristal tunggal dalam pembentukan film yang diinginkan
secara epitaxial yakni Lingkungan yang sangat bersih, tingkat pertumbuhan yang lambat, dan
kontrol independen dari penguapan partikel sumber yang memungkinkan fabrikasi yang tepat
dari struktur nano dan Nanomaterials pada lapisan atom tunggal. Lingkungan vakum ultrahigh
memastikan tidak adanya pengotor atau kontaminasi, dan dengan demikian sebuah film yang
sangat murni dapat segera diperoleh. Penguapan dapat dikontrol dari sumber yang
memungkinkan presisi kontrol tersebut tepat secara komposisi kimia dari penyimpanan partikel
pertimbuhan pada waktu tertentu. Tingkat pertumbuhan yang lambat memastikan difusi
permukaan yang cukup dan relaksasi sehingga pembentukan cacat kristal dapat diminimalisir.
Bagian atau komponen utama dari MBE meliputi:
a. Suhu pertumbuhan yang rendah (misalnya sekitar 550 °C untuk GaAs) yang membatasi
difusi dan mempertahankan antarmuka hyperabrupt, yang sangat penting dalam fabrikasi
dua dimensi struktur nano atau struktur multilayer seperti sumur kuantum.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 12/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 11
b.
Tingkat pertumbuhan yang lambat yang menjamin terkontrol dengan baik pertumbuhan
dua dimensi pada tingkat pertumbuhan yang khusus dari 1 µm/ jam. Permukaan yang
sangat halus dan antarmuka dapat dicapai melalui pengendalian pertumbuhan pada tingkat
lapisan monoatomik.
c. Mekanisme pertumbuhan yang sederhana dibandingkan dengan teknik-pertumbuhan film
lainnya, teknik ini memberikan pemahaman yang lebih baik karena kemampuan individual
penguapan dapat dikendalikan dari sumber.
d.
Berbagai kemampuan analisis in situ memberikan informasi berharga untuk memahami
dan penyempurnaan dari proses yang dilakukan.
5.4.3 Sputtering
Sputtering adalah proses dimana partikel yang dikeluarkan dari bahan target yang padat karena
penembakan partikel berenergi tinggi. Ini hanya terjadi ketika energi kinetik dari partikel yang
masuk jauh lebih tinggi dari energi termal bahan target untuk mengetuk atom atau molekul
keluar dari target bahan. Berikut ini adalah ilustrasi dari sputtering,
Gambar 9 Ilustrasi sputtering
Target bertindak sebagai salah satu elektroda dan kemudian partikel pertumbuhan jatuh pada
substrat yang bertindak sebagai elektroda lain. Berbagai teknik sputtering telah banyak
dikembangkan namun dasar proses sputtering kurang lebih sama. Berikut ini adalah ilustrasi
sputtering dengan dengan prinsip sistem DC dan RF:
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 13/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 12
Gambar 10 Skema gambaran prinsip sistem dc dan RF sputtering
Target dan substrat berfungsi sebagai elektroda dan saling berhadapan di ruang sputtering
khusus yang telah dirancang. Gas inert, biasanya berupa gas argon dengan tekanan sekitar 100
mTorr, diberikan ke dalam sistem sebagai pembatas/ penengah untuk memulai dan
mempertahankan keadaan. Ketika medan listrik dari beberapa kilovolt per sentimeter ataupun
tegangan DC diberikan pada elektroda, pancaran partikel dimulai dan dijaga antara pilihan
elektroda. Elektron bebas akan dipercepat oleh medan listrik dan menghasilkan energi yang
cukup untuk mengionisasi atom argon.
Kepadatan gas atau tekanan tidak harus terlalu rendah, atau elektron hanya akan bergerak ke
anoda tanpa adanya tabrakan dengan atom argon dalam fase gas. Namun, jika kepadatan gas
atau tekanan tekanan terlalu tinggi, elektron tidak akan mendapatkan energi yang cukup saat
beinteraksi dengan atom gas untuk menyebabkan ionisasi. Sehingga ion positif (Ar +) dalam
ruang dapat menyerang katoda (target sumber) dan mengakibatkan pengusiran atom netral pada
target melalui transfer momentum. Atom-atom ini melewati ruang dan partikel pertumbuhan
pada elektroda yang berlawanan (substrat dengan menumbuhkan film).
Sebagai tambahan untuk partikel pertumbuhan, yaitu atom netral, partikel bermuatan negatif
pengaruh medan listrik juga akan membombardir dan berinteraksi dengan permukaan substrat
atau film.
Untuk mengisolasi deposisi film, medan listrik alternatif diberikan untuk menghasilkan plasma
antara dua elektroda. Frekuensi RF khusus yang digunakan sekitar 5 sampai 30 MHz. Namun,
13.56 MHz telah banyak digunakan. Bagian penting pada sputtering RF adalah target bias diri
untuk potensi negatif dan berperilaku seperti target DC. Sputtering campuran unsur atau
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 14/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 13
senyawa tidak akan menghasilkan perubahan komposisi dalam target dan dengan demikian
komposisi fase uap akan sama dengan target dan tetap sama selama deposisi. Banyak
modifikasi yang telah dilakukan untuk mengembangkan atau meningkatkan proses
pengendapan dan pembentukan hibrida dan proses PVD dimodifikasi. Sebagai contoh, medan
magnet telah diperkenalkan ke dalam proses sputtering untuk meningkatkan waktu hidup
partikel pertumbuhan dalam fase uap; sputtering seperti ini disebut sebagai Magma Magnetron
Sputtering. Gas reaktif juga telah diperkenalkan ke dalam ruang deposisi untuk membentuk
senyawa film, yang dikenal sebagai sputtering reaktif.
5.4.4 Comparison of evaporation and sputtering
Beberapa perbedaan utama antara penguapan dan sputtering secara singkat adalah sebagai
berikut:
a. Perbedaan tekanan deposisi tampak dengan jelas. Metode penguapan menggunakan
tekanan rendah biasanya berkisar antara 10-3 torr sampai 10-10 torr, sedangkan sputtering
membutuhkan tekanan yang relatif tinggi biasanya sekitar 100 torr. Atom atau molekul
dalam ruang penguapan tidak saling bertabrakan, sedangkan atom dan molekul pada
sputtering bertabrakan satu sama lain sebelum tiba di permukaan pertumbuhan.
b. Penguapan adalah proses yang dapat dijelaskan melalui kesetimbangan termodinamika,
sedangkan sputtering tidak.
c. Pertumbuhan permukaan tidak terjadi (tidak diaktifkan) pada penguapan, sedangkan
pertumbuhan permukaan pada sputtering terjadi secara terus-menerus selama pelepasan
elektron dan dengan demikian sangat reaktif.
d. Film yang diperoleh dengan penguapan terdiri dari partikel berbentuk seperti biji besar,
sedangkan pada sputtering film terdiri dari biji-bijian yang lebih kecil dengan adhesi yang
lebih baik ke substrat.
e.
Fraksinasi sistem multi-komponen merupakan tantangan serius dalam penguapan,
sedangkan komposisi target dan film bisa saja sama.
5.5 Chemical Vapor Deposition (CVD)
CVD adalah proses kimiawi untuk mereaksikan senyawa volatil (yang sangat mudah menguap)
dari bahan yang akan terdeposisi (prekursor), dengan gas-gas lain, untuk menghasilkan padatan
nonvolatil (yang sukar menguap) yang terdeposisi secara atomic pada substrat.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 15/47
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 16/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 15
SiCl 2NO → SiO 3Cl 2N SiOCH → SiO 4CH 2HO
Dari prekursor dan reaktan yang sama, film yang berbeda dapat terdeposisi ketika
perbandingan dari reaktan dan kondisi deposisi divariasikan. Sebagai contoh, silika dan silikon
nitrida film keduanya dapat dideposisikan dari campuran Si2Cl6 dan N2O dan Gambar 11
menunjukkan taraf deposisi dari silika dan silikon nitrida sebagai fungsi dari perbandingan
reaktan dan kondisi deposisi.
Gambar 11 Taraf deposisi silika dan silikon nitrida sebagai fungsi dari perbandingan reaktan dan kondisi deposisi.
5.5.2 Reaksi kinetik
Meskipun CVD adalah proses ketidaksetimbangan yang dikendalikan oleh kinetika kimia danfenomena tansport, analisa kesetimbangan masih berguna dalam memahami proses CVD.
Reaksi kimia dan kesetimbangan fasa menentukan kelayakan suatu proses tertentu dan keadaan
akhir yang akan dicapai. Pada sistem yang diberikan, terlibat tahapan panjang dari reaksi
kompleks. Reaksi dasar jalur reaksi dan kinetika telah diteliti hanya untuk beberapa
karakteristik baik pada sistem penting industri. Reduksi klorosilan oleh hidrogen adalah contoh
untuk menggambarkan kompleksitas jalur reaksi dan keterlibatan kinetik seperti terlihat pada
sistem sederhana dan proses deposisi. Pada sistem Si – Cl – H, terdapat setidaknya delapan jenis
gas, yaitu: SiCl4, SiCl3H, SiCl2H2, SiClH3, SiH4, SiCl2, HCl, dan H2. Delapan jenis gas tersebut
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 17/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 16
dalam keadaan setimbang di bawah kondisi deposisi teratur oleh enam persamaan
kesetimbangan kimia. Menggunakan data termodinamika yang sudah ada, komposisi fase gas
sebagai fungsi suhu reaktor untuk perbandingan satu molar dari Cl dan H sebesar 0,01 dan
tekanan total 1 atm, terhitung dan direpresentasikan pada Gambar 12
Gambar 12 Komposisi fase gas sebagai fungsi suhu reaktor untuk perbandingan satu molar dari Cl dan H sebesar
0,01 dan tekanan total 1 atm, terhitung menggunakan data termodinamik yang sudah ada.
5.5.3 Fenomena transport
Transport fenomena memainkan peranan penting dalam CVD dengan akses yang mengatur
prekursor film ke substrat dan dengan mempengaruhi tingkat yang diingankan dan tidak
diinginkan reakse fase gas yang terjadi sebelum deposisi. Geometri reaktor kompleks dan
karakteristik gradien termal besar dari ruang CVD menyebabkan berbagai struktur aliran ynagmempengaruhi ketebalan film, keseragaman komposisi, dan tingkat pengotor.
Untuk operasi rekator CVD pada tekanan rendah, di mana jarak bebas rata-rata dari molekul
gas adalah 10 kali lebih besar dibanding dengan karakteristik panjang dari reaktor, sehingga
tidak terjadi tabrakan antara molekul gas. Dengan demikian, transportasi gas terdapat dalam
aliran molekul bebas. Untuk kebanyakan sistem CVD, karakteristik tekanan 0,01 atm dan di
atasnya, dan jarak bebas rata-rata jauh lebih besar daripada karakteristik dimensi sistem. Selain
itu, kecepatan gas rendah pada kebanyakan reaktor CVD, biasanya hanya puluhan cm/s, di
mana bilangan Reynolds kurang dari 100 dalam arus laminar. Sebagai akibatnya, lapisan batas
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 18/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 17
stagnan pada ketebalan, δ, mendekati penumbuhan permukaan selama deposisi. Dalam lapisan
batas ini, komposisi spesies tumbuh berkurang dari konsentrasi bulk nya, Pi, untuk konsentrasi
permukaan di atas film tumbuh, Pio, dan spesies tumbuh terdifusi melalui lapisan batas sebelum
terdeposi pada permukaan tumbuh seperti yang didiskusikan pada Bab 3 dan juga diilustrasikan
pada Gambar 3.6. Ketika hukum gas sempurna diterapkan pada komposisi gas pada sistem
khas CVD yang cukup encer, aliran difusi dari gas atau spesies tumbuh melalui lapisan batas
diberikan oleh persamaan berikut.
=
di mana D adalah difusivitas dan bergantung pada tekanan dan suhu.
= 0 (0
) (0)
di mana n adalah pendekatan temuan eksperimental yaitu 1,8. Jumlah D0 adalah nilai D yang
diukur pada suhu T0 (273 K) dan tekanan P0 (1 atm) standar, dan bergantung pada kombinasi
gas yang bersangkutan. Gambar 13 menunjukkan laju deposisi silikon dari empat prekursor
gas yang berbeda sebagai fungsi suhu. Gambar tersebut juga menunjukkan deposisi film silikon
menjadi kontrol difusi pada suhu substrat yang tinggi, sedangkan reaksi permukaan adalah
proses membatasi suhu substrat yang relatif rendah.
Gambar 13 Taraf deposisi silikon dari empat prekursor gas yang berbeda sebagai fungsi suhu
Ketika laju penumbuhan tinggi dan tekanan pada kamar reaktor juga tinggi, maka difusi dari
spesies tumbuh yang melalui lapisan batas dapat menjadi proses laju membatasi. Sebagaimana
diindikasikan oleh persamaan (5.31), variasi difusivitas gas berbanding terbalik dengan
tekanan dan dengan demikian aliran difusi gas melalui lapisan batas dapat ditingkatkan secara
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 19/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 18
sederhana dengan mengurangi tekanan pada reaktor. Untuk deposisi pada area film yang luas,
penipisan spesies tumbuh atau reaktan di atas permukaan penumbuhan dapat mengakibatkan
deposisi film yang tak seragam. Untuk mengatasi ketidakseragaman deposit film, berbagai
desain reaktor telah dikembangkan untuk meningkatkan transport massa gas melalui lapisan
batas. Sebagai contoh adalah menggunakan tekanan rendah dan desain baru kamar reaktor serta
susceptor substrat baru.
5.5.4 Metode CVD
Berbagai metode CVD dan reaktor CVD telah banyak dikembangkan, bergantung pada jenis
prekursor yang digunakan, kondisi deposisi, dan bentuk-bentuk energi pada sistem untuk
mengaktifkan reaksi kimia yang diinginkan dalam deposisi film padat pada substrat. Sebagai
contoh, ketika senyawa metalorganik digunakan sebagai prekursor, kemudian disebut
MOCVD (metalorganic CVD) dan ketika plasma digunakan untuk mengaktifkan reaksi kimia,
kemudian disebut PECVD ( plasma-enhanced CVD). Modifikasi dari metode CVD juga telah
dilakukan. Beberapa diantaranya adalah low pressure CVD (LPCVD), laser-enhanced atau
assisted CVD, dan aerosol-assisted CVD (AACVD). Gambar 14 beberapa jenis reaktor CVD.
Gambar 14 Beberapa jenis reaktor CVD
Reaktor CVD umumnya dibagi menjadi dua, yaitu hot-wall dan cold-wall . Hot-wall CVD
biasanya berbentuk tabung dan pemanasnya berada di sekeliling reaktor dipisahkan dengan
elemen penghambat. Pada tipe cold-wall, substrat dipanaskan secara induksi oleh susceptor
grafit dan dinding chamber adalah udara atau air yang didinginkan. LPCVD berbeda dengan
CVD konvensional, yaitu dioperasikan dalam tekanan gas rendah ~0,5 sampai dengan 1 torr.
Tekanan rendah bertujuan untuk meningkatkan aliran massa reaktan dan produk gas yang
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 20/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 19
melalui lapisan batas antara aliran laminar gas dan substrat. Pada proses PECVD, plasma
ditopang dalam ruang di mana reaksi simultan CVD terjadi. Biasanya, plasma sangat
digunakan dengan medan RF dengan range frekuensi mulai dari 100 kHz sampai dengan 40
MHz pada tekanan gas antara 50 mtorr dan 5 torr, atau dengan microwave dengan frekuensi
umum 2,45 GHz. Seringkali energi gelombang microwave digabungkan ke frekuensi resonansi
alami dari elektron plasma dengan adanya sebuah medan magnet statis, dan kemudian plasma
tersebut disebut dengan plasma electron cyclotron resonance (ECR). Pengenalan hasil palsma
pada banyak taraf peningkatan deposisi, sehingga memungkinkan penumbuhan film pada suhu
substrat yang relatif rendah. Gambar 15 membandingkan laju penumbuhan film polikristalin
silikon yang dideposit dengan dan tanpa peningkatan plasma. Contoh dari pembuatan thin film
menggunakan PECVD adalah pembuatan film tipis SiGe[*]. Deposisi dilakukan pada tekanan
dalam kamar deposisi sebesar 1000 mTorr, frekuensi tinggi 13,56 MHz, 15 W pada RF power,
dan suhu 350oC. Film tipis ditumbuhkan pada wafer silikon. Laju alir silane dijaga konstan pda
25 sccm dan germane bervariasi (10, 8, 4) sccm setiap 10 menit. Film tipis yang dihasilkan
merupakan polikristalin alami dengan ketebalan ~500 nm. Mengurangi laju alir germane
mengurangi tekanan parsial germane sehingga menyebabkan peluang atom Ge terdeposisi pada
permukaan film berkurang juga. Pada penelitian ini, sebenarnya dilakukan proses annealing,
tetapi tidak dibahas dalam makalah ini karena fokus makalah hanya pada sintesis material saja.
MOCVD, juga disebut organometallic vapor phase epitaxy (OMVPE) berbeda dengan proses
CVD lainnya yaitu pada sifat kimia prekursor gasnya, yaitu senyawa metalorganik.
Penumbuhan film tipis CeO2 merupakan salah satu contoh penggunaan MOCVD.[**] Film
tipis CeO2 ditumbuhkan pada substrat silikon pada temperatur 400oC di bawah tekanan reaktor
10mbar, menggunakan 0,01 M larutan [Ce(mmp)4] yang diencerkan dalam C6H12 sebagai
prekursor. Digunakan oksigen sebagai oksidan dengan laju alir dalam 100-500 sccm. Laju alir
prekursor 0,5 atau 1 gram/menit dan N2 sebagai pembawa gas dengan laju alir 1000 sccm.
Pengurangan laju alir oksidan mengurangi ketebalan dari film tipis (50 nm dari 85 nm) dan
pengurangan laju alir prekursor dari 1 sampai dengan 0,5 gram/menit sangat berpengaruh besar
terhadap ketebalan film tipis (10 nm dari 50 nm).
Laser juga dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu reaksi kimia atau deposisi dan
dua mekanisme yang telibat yaitu: proses pirolitik dan fotolitik. Pada proses pirolitik, laser
digunakan sebagai pemanas substrat untuk menguraikan gas di atas substrat dan meningkatkan
laju reaksi kimia, sedangkan pada proses fotolitik, foton laser diguakan untuk memisahkan
secara langsung molekul prekursor pada fase gas. AACVD dikembangkan untuk sistem di
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 21/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 20
mana tidak ada gas prekursor yang tersedia dan tekanan uap prekursor cair dan padaat adalah
sangat rendah. Pada proses ini, prekursor cair bercampur pada bentuk tetesan cairan yang
terdispersi pada gas pembawa dan dimasukkan ke dalam ruang deposisi. Dalam ruang deposisi,
tetesan prekursor tersebut terurai, bereaksi, dan kemudian tumbuh film pada substrat.
Gambar 15 Laju penumbuhan film polikristalin silikon yang terdeposisi dengan dan tanpa peningkatan plasma
Selain penumbuhan film tipis pada substrat planar, metode CVD telah dimodivikasi dan
dikembangkan untuk deposit fase padat dari prekursor gas pada substrat yang sangat berpori
atau di dalam media yang berpori. Dua metode deposisi yang paling dikenal adalah
electrochemical vapor deposition (EVD) dan chemical vapor infiltration (CVI). EVD dapat
dieksplor untuk pembuatan film elektrolit padat gas-tight dense pada substrat berpori dan
sistem yang paling banyak dipelajari adalah pembuatan film zirkonia yttria-stabilized pada
substrat pori alumina untuk sel bahan bakar oksida padat dan membran padat. Pada proses EVD
untuk menumbuhkan film elektrolit oksida padat, pemisahan pori substrat dengan prekursor
logam dan sumber oksigen. Prekursor logam yang dipakai biasanya adalah klorida, sedagkan
uap air, oksigen, atau udara atau campuran semuanya digunakan sebagai sumber oksigen.
Awalnya, dua reaktan inter-diffuse pada pori substrat dan bereaksi satus sama lain hanya ketika
keduanya sama-sama mengendapkan oksida padat yang sesuai. Ketika kondisi deposisi yang
tepat dikontol, deposisi padatan dapat ditempatkan pada ‘pintu masuk’ pori-pori pada sisi yang
menghadap prekursor logam dan mengisi pori. Tempat endapan padatan utamanya bergantung
pada laju difusi reaktan dalam pori-pori serta konsentrasi dari reaktan dalam kamar deposisi.
Dalam kondisi deposisi yang khas, difusi molekul reaktan dalam pori berada pada wilayah
difusi Knudsen, di mana tingkat difusi akan berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari berat
molekul. Prekursor oksigen berdifusi lebih cepat dibanding prekursor logam dan akibatnya pengendapan biasanya terjadi di dekat ‘pintu masuk’ pori-pori yang menghadap ruang
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 22/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 21
prekursor logam. Jika endapan padat berupa isolator, deposisi dengan proses CVD ini berhenti
ketika pori-pori terhubung dengan dendapan, karena tidak terjadi reaksi langsung yang
berlanjut antara kedua reaktan. Namun, untuk elektrolit padat, campuran konduktor terutama
ion-elektronik, deposisi akan cenderung dengan cara CVD, dan film dapat tumbuh pada
permukaan yang terkena secara langsung uap dari prekursor logam. Pada proses ini, oksigen
atau air tereduksii pada oksigen/antarmuka fil, dan ion oksigen tertransfer dalam film, yang
berdifusi ke arah yang berlawanan, dan bereaksi dengan prekursor logam ada antarmuka
film/antarmuka prekursor logam secara kontinyu membentuk oksida metal.
CVI melibatkan pengendapan produk padat pada media berpori, dan fokus utama dari CVI
adalah pada pengisian void dalam grafit berpori dan fobrous mats untuk membuat komposit
karbon-karbon. Berbagai teknik CVI terlah dikembangkan untuk infiltrasi substrat berpori
dengan yujuan utama untuk mempersingkat waktu dseposisi dan untuk mencaai deposisi yang
homogen pada: (a) infiltrasi isotermal dan isobaris, (b) infiltrasi gradien termal, (c) infiltrasi
gradien tekanan, (d) infiltrasi aliran terpaksa, (e) infiltrasi berdenyut, dan (f) infiltrasi
peningkatan plasma.
Berbagai macam hidrokarbon telah digunakan sebagai prekursor untuk CVI dan temperatur
khas untuk deposisi berkisar 850 s.d 1.100oC dan waktu deposisi berkisar 10-70 jam dan
cenderung lebih lama jika dibandingkan dengan penguapan dengan metode deposisi yang lain.
Waktu deposisi yang lama disebabkan oleh rendahnya reaktivitas kimia dan difusi gas dalam
media berpori. Selain itu, difusi gas akan semakin lambat seiring dengan lebih padatnya
endapan dalam substrat berpori. Sehingga untuk meningkatkan laju difusi gas digunakan
berbagai tekik, termasuk aliran terpaksa, gradien termal, dan gradien tekanan. Untuk
meningkatkan reaktivitas kimia dapat digunakan plasma. Namun, preferensial deposisi di dekat
permukaan mengakibatkan pengisian homogen. Pengisian lengkap akan menjadi sulit dan
membutuhkan waktu yang lama, karena difusi gas menjadi sangat lama pada pori-pori kecil.
5.5.5 Penumbuhan film berlian menggunakan CVD
Berlian adalah fase termodinamika metastabil pada suhu kamar, sehingga berlian sintesis yang
terbuat pada suhu tinggi di bawah tekanan tinggi dengan bantuan katalis logam transisi seperti
Ni, Fe, dan Co. Penumbuhan film berlian di bawah tekanan rendah (sama dengan atau kurang
dari 1 atm) dan suhu rendah (~800oC) bukan merupakan proses kesetimbangan secara
termodinamika dan berbeda dari proses CVD lainnya. Pembentukan berlian dari fase gas pada
tekanan rendah pada awalnya dilaporkan pada akhir 1960. Proses khas CVD pada pembentukan
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 23/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 22
film berlian diilustrasikan pada Gambar 16. Campuran gas hidrokarbon (biasanya metana) dan
hidrogen dimasukkan ke dalam zona aktivasi ruang deposisi, di mana energi aktivasi diberikan
ke dalam campuran dan menyebabkan disosiasi kedua molekul hidrokarbon dan hidrogen
untuk membentuk radikal bebas hidrokarbon dan atom hidrogen. Banyak perbedaan skema
aktivasi efektif yang telah ditemukan dalam deposisi film berlian dan termasuk filamen panas,
RF, dan microwave plasma dan api. Setelah tiba pada permukaan penumbuhan, satu set generik
reaksi permukaan akan terjadi:
CH H ∙→ CD ∙ H
CD ∙ ∙ CH → CD CH
CD ∙ CxHy → CD CxHy
Reaksi (5.32) mengaktifkan situs permukaan dengan menghilangkan atom hidrogen
permukaan yang terkait pada atom karbon di permukaan berlian. Aktivasi permukaan situs
dengan mudah menggabungkan radikal hidrokarbon atau molekul hidrokarbon tak jenuh
(seperti C2H2) pada reaksi (5.34). Atom hidrogen konsentrasi tinggi telah terbukti menjadi
faktor kunci dalam keberhasilan penumbuhan film berlian dan atom hidrogen diyakini untuk
menghilangkan endapan grafit secara onstan pada permukaan penumbuhan berlian, untuk
memastikan penumbuhan berlian secara terus menerus. Spesies oksigen juga terbukti penting
dalam deposisi film berlian yaitu dengan pembakaran asmopheric menggunakan oksigen dan
asetilen. Bahan bakar hidrokarbon yang lain seperti etilen dan metil asetilen, semuanya dapat
digunakan sebagai prekursor untuk penumbuhan film berlian.
Gambar 16 Elemen-elemen pentinf pada proses komplek pembentukan berlian menggunakan CVD: laju reaktan
masuk ke dalam reaktor, aktivasi reaktan oleh proses termal dan plasma, reaksi dan transfort spesies ke permukaan
tumbuh, dan proses deposisi kimia permukaan berlian dan bentuk-bentuk lain dari karbon.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 24/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 23
5.6 Atomic layer depositi on (ALD)
Atomic layer deposition (ALD) atau deposisi lapisan atom adalah metode penumbuhan film
tipis yang unik dan sangat berbeda dengan metode deposisi film tipis lainnya. Fitur yang paling
khas dari ALD adalah memiliki sifat penumbuhan yang dapat dibatasi dengan sendirinya ( self-
limiting growth nature), setiap sekali hanya satu lapisan atom atau molekul yang dapat tumbuh.
Oleh karena itu, ALD menawarkan kemungkinan terbaik untuk mengontrol ketebalan film dan
kehalusan permukaan dengan skala nanometer atau sub-nanometer. Terdapat literatur yang
menyebut ALD dengan istilah lapisan epitaksi atom (atomic layer epitaxy - ALE), penumbuhan
lapisan atom (atomic layer growth - ALG), lapisan atomik CVD (ALCVD), dan lapisan
epitaksi molekul (molecular layer epitaxy - MLE). Dibanding dengan teknik deposisi film tipis
lainnya, ALD merupakan metode yang relatif baru dan pertama kali digunakan untuk
menumbuhkan film ZnS. ALD dapat dianggap sebagai modifikasi khusus dari deposisi uap
kimia (CVD), atau kombinasi dari fase uap self-assembly dan reaksi permukaan. Dalam proses
ALD, pertama kali permukaan diaktifkan melalui reaksi kimia. Ketika molekul prekursor
dimasukkan ke dalam ruang deposisi, prekusor bereaksi dengan spesies permukaan yang aktif
dan membentuk ikatan kimia dengan substrat. Karena antar molekul prekursor tidak bereaksi
satu sama lain, lapisan molekul yang dapat terdeposisi pada tahap ini jumlahnya tidak lebih
dari satu. Selanjutnya, monolayer molekul prekursor yang terikat kimiawi pada substrat
diaktifkan lagi melalui reaksi permukaan. Pada tahap selanjutnya, molekul prekursor yang
sama atau berbeda dimasukkan ke ruang deposisi dan bereaksi dengan diaktifkannya kembali
monolayer yang terdeposisi sebelumnya.
Gambar 17 merupakan skema yang menggambarkan proses penumbuhan film titania dengan
metode ALD. Pertama kali substrat terhidrolasi, sebelum prekursor dimasukkan, titanium
tetraklorida.
Gambar 17 Skema yang menggammbarkan reaksi utama dan tahapan proses untuk pembentukan film titania
menggunakan ALD
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 25/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 24
Titanium tetraklorida akan bereaksi dengan gugus hidroksil permukaan melalui reaksi
kondensasi permukaan sebagai berikut.
TiCl HOMe → ClTi O Me HCl
di mana Me merupakan logam atau substrat oksida logam. Reaksi akan berhenti ketika semua
kelompok hidroksil pada permukaan bereaksi dengan titanium tetraklorida. Kemudian sisa gas
produk, HCl dan molekul prekursor dibersihkan, dan uap air kemudian dimasukkan ke sistem.
Titanium triklorida kimia terikat ke permukaan substrat dan mengalami reaksi hidrolisis
sebagai berikut.
ClTi O Me HO → HOTi O Me HCl Antar prekursor Ti yang terhidrolisis selanjutnya mengalami kondensasis untuk membentuk
ikatan Ti – O – Ti dengan reaksi sebagai berikut.
HOTi O Me HOT i O M e→ Me O TiOH O TiHO O Me HO
HCl hasil produk dan kelebihan H2O akan dibersihkan dari ruang reaksi. Satu lapisan TiO2
telah tumbuh dengan selesainya satu siklus dari reaksi kimia. Gugus hidroksil permukaan siap
untuk bereaksi dengan molekul prekursor titanium lagi pada siklus berikutnya. Dengan
mengulangi langkah di atas, lapisan TiO2 kedua dan lapisan berikutnya dapat terdeposisi
dengan pengontrolan yang sangat baik.
Pertumbuhan film ZnS merupakan contoh klasik dari pertumbuhan lain yang sering digunakan
mengilustrasikan prinsip-prinsip proses ALD. ZnCl2 dan H2S digunakan sebagai prekursor.
Langkah pertama adalah ZnCl2 yang diadsorpsi secara kimia pada substrat, dan kemudian H2S
dimasukkan (dalam ruang reaksi) agar bereaksi dengan ZnCl2 untuk membentuk monolayer
dari ZnS pada substrat dan HCl dilepaskan sebagai produk samping reaksi. Film tipis dari
berbagai bahan termasuk bahan oksida, nitrida, florida, unsur-unsur, unsur golongan II-VI,
senyawa campuran dari golongan II-VI dan III-V, pada epitaksial, polikristalin atau bentuk
amorf yang dideposisi dengan metode ALD terangkum dalam Tabel 2.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 26/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 25
Tabel 2 Deposisi film tipis oleh ALD
Senyawa Golongan II
s.d VI
Unsur golongan II-VI
Senyawa golongan III
s.d V
Nitrida
Oksida
Fluorida
Unsur-unsur
Others
ZnS, ZnSe, ZnTe, ZnS1-xSex, CaS, SrS, BaS, SrS1-xSexCdS,
CdTe, MnTe, HgTe, Hg1-x,CdxTe, Cdl-xMnxTe
ZnS:M (M = Mn, Tb, Tm), CaS:M (M = Eu, Ce, Tb, Pb),
SrS:M (M = Ce, Tb, Pb, Mn, Cu)
GaAs, AIAs, AIP, InP, GaP, InAs, AI,Ga1-xAs, GaxInl-xAs,
GaxIn1-xP
AIN, GaN, InN, SiN,, TiN, TaN, Ta3 N5, NbN, MoN, WzN,
Ti-Si-N
Al2O3, TiO2, ZrO2, HfO2, Ta2O5, Nb2O5, Y2O3, MgO, CeO2,
SiO2, La2O3, SrTiO3, BaTiO3, BixTiyOz, In2O3, In2O3:Sn,
In2O3:F, In2O3:Zr, SnO2, SnO2:Sb, ZnO, ZnO:Al, Ga2O3,
NiO, CoOx,, Yba2Cu3O7-x, LaCoO3, LaNiO3
CaF2, SrF2, ZnF2
Si, Ge, Cu, Mo, Ta, W
La2S3, PbS, In2S3, CuGaS2, SiC
Tabel 3 Persyaratan prekursor ALD
Persyaratan Komentar
Tingkat penguapan
Tanpa dekomposisi diri
Agresif dan reaksi lengkap
Tanpa proses etsa bahan
film atau substrat
Tanpa disolusi pada film
Hasil sampingan tidak
reaktif
Untuk transportasi yang efisien, batas kasar 0,1 torr berlaku
pada suhu maksimum sumber.
Dengan dekomposisi diri akan menghancurkan mekanisme
self-limiting film
Untuk memastikan penyelesaian yang cepat dari reaksi
permukaan dan waktu siklus yang sangat singkat
Kemurnian film menjadi tinggi
Reaksi fase gas tanpa masalah
Tidak bersaing jalur reaksi
Akan mencegah pertumbuhan film
Akan menghancurkan mekanisme self-limiting penumbuhan
film
Untuk menghindari korosi
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 27/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 26
Cukup murni
Murah
Mudah untuk sintesis dan
menangani
Tidak beracun dan ramah
lingkungan
Penyerapan kembali hasil sampingan dapat mengurangi laju
penumbuhan
Untuk memenuhi persyaratan tertentu untuk setiap proses
Hal utama dalam desain yang baik pada proses ALD adalah pemilihan prekursor yang tepat.
Tabel 3 menunjukkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh bahan prekursor untuk
metode ALD. Dalam perkembangannya, berbagai prekursor telah digunakan dengan metode
ALD. Misalnya, unsur seng dan sulfur yang digunakan pada eksperimen pertama kali sebagai
unsur dasar untuk menumbuhkan ZnS dengan metode ALD. Logam klorida dipelajari segera
setelah demonstrasi pertama ALD yang telah berhasil dilakukan. Senyawa logam-organik
termasuk senyawa organologam dan logam alkoksida juga sering digunakan. Untuk non-
logam, hidrida sederhana sebagian besar juga telah digunakan: H2O, H2O2, H2S, H2Se, H2Te,
NH3, N2H4, PH3, AsH3, SbH3 dan HF.
(a) (b)
Gambar 18 (a) spektrum XRD dan (b) gambar cross-section SEM pada 160 nm film Ta(Al)N(C) pada wafer
silikon berpola
Dibandingkan dengan metode fasa uap deposisi yang lain, ALD mempunyai berbagai
keuntungan terutama dalam aspek: (i) kontrol yang cukup akurat dari ketebalan. Pengontrolan
film yang cukup akurat dari ketebalan film merupakan karakter dari proses self-assembly, dan
ketebalan film dapat diatur secara digital dengan menghitung jumlah siklus reaksi, (ii) cakupan
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 28/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 27
konformal. Cakupan konformal merupakan keadaan nyata untuk deposisi film yang bebas dari
variasi yang disebabkan oleh distribusi uap tak seragam atau suhu di area reaksi.
Gambar 18 menunjukkan spektrum XRD dan gambar SEM dari potongan melintang dari Film
Ta(Al)N(C) dengan ketebalan 160 nm di atas wafer silikon yang berpola. Film Ta(Al)N(C)
merupakan polikristalin dan menunjukkan konformalitas yang sempurna. Suhu deposisi diatur
pada 350°C dan prekursor yang digunakan adalah TaCl5, trimetilaluminium (TMA), dan NH3.
Namun, perlu dicatat bahwa keadaan cakupan konformal yang sangat baik hanya dapat dicapai
bila takaran prekursor dan waktu pulsa yang cukup untuk mencapai keadaan jenuh pada setiap
langkah di semua permukaan dan tidak terjadi dekomposisi prekursor yang meluas. ALD telah
menunjukkan kemampuan deposisi struktur multilayer atau nanolaminate yang baik. Sebagai
contoh, pada Gambar 19 menunjukkan representasi skema nanolaminate yang telah terbentuk
di atas substrat kaca dengan metode ALD.
Gambar 19 Skema yang merepresentasikan nanolaminates yang disiapkan ke dalam 5 x 5 cm2 gelas substrat
menggunakan ALD. Lapisan Al2O3 menyediakan ion barrier melawan difusi sodium dari substrat gelas soda
lemon
ALD merupakan teknik yang ditetapkan untuk tujuan menghasilkan lapisan film dengan
tampilan daerah electroluminescent yang besar, dan merupakan metode masa depan yang
memungkinan untuk menghasilkan film sangat tipis untuk perkembangan mikroelektronika.
Namun, beberapa aplikasi lain tidak dianjurkan menggunakan ALD karena penggunaan laju
deposisi yang rendah, biasanya < 0,2 nm (kurang dari setengah monolayer) per siklus. Untuk
deposisi silika, penyelesaian siklus reaksi biasanya memerlukan waktu lebih dari 1 menit.
Beberapa upaya terakhir telah diarahkan utnuk pengembangan metode deposisi ALD yang
lebih cepat. Misalnya, lapisan yang sangat konformal dari amorf silikon dioksida dan
aluminium oksida nanolaminate yang dideposisikan pada skala 12 nm atau < 32 monolayers
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 29/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 28
per siklus, dan metode ini disebut sebagai "lapisan deposisi bolak-balik" (alternating layer
deposition).
Contoh lainnya dari metode ini adalah penumbuhan film tipis ZnO pada substrat silikon. [***]
Tahapan dari penumbuhan film tipis ZnO adalah injeksi dietilzinc, membersihkan reaktor
dengan mengalirinya dengan N2, injeksi uap air dan membersihkan reaktor kembali
menggunakan N2. Substrat dipanaskan dengan suhuh 200oC. Spektra PL pada suhu 5K sampai
dengan 80K digunakan secara terus menerus pada operasi laser He-Cd (λ = 325 nm, W = 5
mW) dan pulsa laser N2 (λ = 337 nm, W = 150 kW, τ = 10 nsec). Film tipis ZnO dihasilkan
dengan ketebalan 3,5 – 100 nm.
5.7 Superlattices
Superlattices dalam bab ini merupakan film tipis yang strukturnya terdiri dari lapisan-lapisan
kristal tunggal. Namun, perlu dicatat bahwa superlattice awalnya merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan paduan yang disusun secara homogen. Supperlattices film
komposit mampu menampilkan spektrum yang luas dari sifat konvensional serta sejumlah efek
kuantum yang menarik. Ketika kedua lapisan relatif tebal, sifat material berbentuk bulk diamati
karena ekstensi sering sinergis dari hukum campuran properti yang operatif. Namun, ketika
lapisan sangat tipis, efek kuantum muncul, karena fungsi gelombang dari pembawa muatan
dalam lapisan tipis yang berdekatan menembus hambatan dan pasangan dengan satu sama lain.
Struktur superlattice biasanya dibuat menggunakan molecular beam epitaxy (MBE), tetapi
juga dapat dibuat dengan metode CVD. Selain itu, ALD juga merupakan teknik lain yang unik
dalam pembuatan struktur superlattice. Sebagai contoh adalah deposisi superlaticce
PbTe/CdTe menggunakan electrochemical form of atomic layer deposition (E-ALD)
Superlattices organik juga dapat dibuat menggunakan teknik Langmuir-Blodgett atau dengan
self-assembly, yang akan dibahas pada bagian berikutnya. Beberapa sistem superlattice
semikonduktor tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4 Contoh dari sistem superlattice
Bahan film Ketidaksesuaian Metode deposisi
GaAs-AsxGa1-xAs
In1-xGaxAs-GaSb1-yAsy
GaSb-AlSb
InP-GaxIn1-xAsyP1-y
InP-In1-xGaxAs
0,16%, x = 1
0,61%
0,66%
0%, x = 0,47
MBE, MOCVD
MBE
MBE
MBE
MBE, MOCVD, LPE
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 30/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 29
GaP-GaP1-xAsx
GaAs-GaAs1-xPx
Ge-GaAs
Si-Si1-xGex
CdTe-HgTe
MnSe-ZnSe
PbTe-Pb1-xSnxTe
1,86%
1,79%, x = 0,5
0,08%
0,92%, x = 0,22
0,75%
4,7%
0,44%, x = 0,2
MOCVD
MOCVD, CVD
MBE
MBE, CVD
MBE
MBE
CVD
Superlattice semikonduktor dapat dikategorikan ke dalam superlattice dengan komposisi dan
modulasi doping superlattice (yaitu doping periodik selektif). Fabrikasi superlattice
semikonduktor pada dasarnya merupakan sintesis yang mengendalikan struktur band gap, yang
juga dikenal sebagai band gap engireering . Gambar 20 menunjukkan gambar TEM dari
struktur superlattice InGaO3(ZnO)5
(a) (b)
Gambar 20 Struktur InGaO3(ZnO)5 (a) Skematik struktur kristak. Gambar kisi HRTEM menunjukkan
perbandingan (b dan c) cross-section gambar HRTEM dari InGaO3(ZnO)5
Sejauh ini semua metode yang dibahas adalah metode deposisi fasa uap. Film tipis juga dapat
dilakukan melalui proses kimia basah. Ada banyak metode yang dikembangkan dan
dicontohkan termasuk deposisi elektrokimia, pengolahan sol-gel, dan self-assembly. Dibanding
dengan metode deposisi vakum, metode deposisi film berbasis larutan menawarkan berbagai
keuntungan termasuk kondisi pengolahan ringan sehingga metode ini berlaku dan secara luas
digunakan untuk pembuatan film tipis dari bahan yang memiliki suhu sensitif. Kondisi
pengolahan ringan juga menghasilkan film yang bebas tegangan.
5.8. Self-assembly (Penataan Diri)
Self-asssembly (penataan diri) molecular adalah proses dimana molekul (atau bagian dari
molekul) secara sepontan membentuk formasi agregat yang semestinya tanpa intervensi dari
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 31/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 30
manusia. Interaksi antara terjadi biasanya adalah non-kovalen. Menurut Whitsides and
Grzybowkski, self-assembly dapat didefenisikan sebagai proses dimna komponen yang sudah
ada terlebih dahulu secara otomatis terorganisir menjadi pola atau struktur tanpa bantuan
manusia.
Self-assembly juga dapat didefenisikan sebagai pengorganisasian secara spontan molekul-
molekul yang tidak teratur menjadi struktur yang teratur sebagai konsekuensi interksi lokal dan
spesifik diantara komponen-komponennya. Interksi non-kovalen yang terlibat dalam proses
self-assembly molekul melibatkan ikatan hydrogen, ikatan ionic, dan gaya Van der Waals.
Meskipun setiap reaksi tersebut relative lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen, struktur
yang stabil dapat terbentuk karena adanya interksi kolektif dalam struktur self-assembly. Kunci
utama dalam proses self-assembly molekul adanya saling melengkapi secara kimia (chemical
complementarary) dan kesesuaian struktur (structure complementary).
Penataan diri dapat terjadi dengan komponen yang memiliki ukuran dari tingkat molekuler
sampai tingkat makroskopik, dapat terjadi apabila dilakukan pada kondisi yang sesuai.
Walaupun mayoritas mekanisme dalam self-assembly berfokus pada komponen molekuler,
namun aplikasi yang paling menarik dari proses self-assembly dapat ditemukan pada ukuran
yang lebih besar (nanometer ke mikrometer). System yang lebih besar juga memberikan control
yang lebih terhadap karakterisasi dari komponen dan interaksi antar molekul tersebut.
Self-assembly sangat menarik secara science dan penting secara teknologi karena setidaknya
empat alasan. (i) yang pertama adalah menjadi pusat penting dalma kehidupan. Satu sel
mengandung banyak sekali senyawa kompleks seperti lipit membran, protein, struktur asam
nukleat, agregasi protein, dan lainnya yang terbentuk secara karena self-assembly. (ii) yang
kedua adalah bahwa self assembly menyajikan langkah-langkah menuju berbagai variasi
material dengan struktur seperti kristal, kristal cair (liquid crystal), semi kristalin, dan polimer
dua fasa sebagai contohnya. (iii) Yang ketiga, self-assembly juga terjadi lebih besar dalam
dalam system komponen yang lebih besar dari pada molekul, dan terdapat potensial yang
sangat besar untuk digunakan pada material.(iv) yang keempat adalah self-assembly
memberikan salah satu strategi yang paling umum untuk membuat struktur dalam skala
nanometer. Jadi, self-asembly sangat penting dalam jangkauan yang sangat luas seperti kimia,
fisika, biologi, ilmu material, ilmu nano, dan untuk sector manufaktur. Terdapat potensi dari
self-assembly untuk mambangun pertukaran konsep dn teknik diantara ranah tersebut.
Prinsip self-assembly
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 32/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 31
Konsep dari self-assembly sejarahnya datang saat mempelajari proses molekuler. Kesuksesan
dari self-assembly ditentukan dari lima karakteristik dari system.
A) Komponen
Sebuah system dari self-assembly terdapat grup molekul atau segmen dari makromolekul yang
berinteraksi satu sama lain. Molekul atau segmen makromolekuler tersebut bisa sama atau
berbeda. Interaksi tersebut terjadi dari keadaan yang memiliki keteraturan rendah (larutan atau
agregat yang belum teratua) menjadi keadaan akhir (Kristal) yang memiliki keteraturan tinggi.
B)
Interaksi
Self-assembly terjadi ketika interaksi molekul dengan molekul yang lainnya menuju
kesetimbangan dan interaksi repulsive. Generasi seperti itu secara umum bersifat lemah dan
non-kovalen (van der waals dan interaksi Coulumb, interaksi hidrofobik, dan interaksi
hydrogen) namun relative ikatan kovalen lemah(ikatan koordinasi) dapat dikenali karena
menggumpal sesuai untuk self-assembly.
C)
Reversibilitas
Untuk self-assembly dalam membentuk struktur yang akan dibentuk, assosiasi harus bersifat
reversible atau komponen dapat melakukan penyesuaian pada posisi ketika agregat terbentuk.
Kekuatan dari ikatan antar komponen dapat dibandingkan dengan gaya yang diberikan untuk
merusak ikatan tersebut. Untuk molekul, gaya diberikan dengan termal. Proses dimana
benturan antar molekul mengakibatkan kepada irreversible yang menghasilkan gelas, bukan
Kristal.
D) Lingkungan
Self-assembly dari molekul normalnya dilakukan pada larutan atau pada permukaan yang
mengakomodir pergerakan molekul. Interaksi dari komponen dengan lingkungan secara kuat
dapat memengaruh proses.
E) Transfer massa dan agisasi
Agar self-assembly dapat terjadi, molekul harus mudah bergerak atau memiliki mobilitas
tinggi. Dalam larutan, kekuatan termal menjadi bagian penting yang dibutuhkan dalam
membawa molekul untuk saling bertumbukan. Dalam system self-assembly skala nano,
mesoskopik, dan makroskopik, interaksi komponen terjadi dengan senyawa yang analog
dengan molekul. Dalam melakukan self-assembly, tantangan pertama adalah memastikan
mobilitas dari komponen, mengigat komponen tersebut lebih besar dari molekul. Gerak acak
Brown menjadi sangat irrelevant, lalu gravitasi dan gesekan menjadi sangat penting. Pilihan
dari interaksi antara komponen juga menjadi penting.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 33/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 32
Secara termodinamik, proses self-assembly dapat dibedakan menjadi dua system, yaiutu
equilibrium self-assembly (ESA) dan dynamic self-assembly (DySA).
a) Equilibrium self-assembly (ESA)
Pada kesetimbangan termodinamik, self-assembly menyusun komponen system menjadi
struktur dengan energy potensial rendah. Pada keadaan ESAm tidak terjadi aliran energy antara
system dengan lingkungan setelah terjadi self-assembly. ESA dapat digerakkan secara terpisah
oleh energetika dan entropi atau kombinasi keduanya. Energi yang terlibat dalam proses ESA
meliputi ikatan hydrogen, gaya van der waals serta gaya elektrostatik. Sementara itu ESA yang
digerakkan oleh entropi lebih sering terjadi pada system yang memiliki muatan elektrostatik
sejenis. Meskipun memiliki gaya tolak akibat muatan yang sama, molekul dapat melakukan
self-assembly karena perubhan entropi system bernilai positif.
Gambar 21 Ilustrasi efek entropi pada self-assembly
Terlihat pada Gambar 21, dimana merupakan ilustrasi efek entropi yang mendorong terjadinya
self-assembly. Entropi sebelum self-assembly lebih rendah dibandingkan setelah terjadinya
self-assembly kerena sebelum self-assembly (meskipun terlihat lebih tidak teratur) derajat
kebebasan rotasi dan traslasi tidak sebebas setelah proses self-assembly. Setelah self-assembly,
molekul memiliki kemampuan untukberdifusi lebih bebas dalam struktur self-assembly.
b) Dynamic self-assembly (DySA)
Struktur self-assembly pada kondisi ESA dibatasi oleh karakternya yang statis. Pada system
biologi terdapat banyak struktur self-assembly yang dapat merespon perubahan yang terjadi
terhadap lingkungannya. Untuk dapat melakukan self-assembly, self-replicate dan respon
terhadap stimulus eksternal, system biologi harus membebaskan dirinya dari ESA membentuk
keadaan meta stabil yang bergantung pada pasokan energy dari luar. Hingga saat ini teori
mengenai DySA masih terus dikembangkan, namun kesimpulan yang dapat disampaikan dari
sejumlah laporan penelitian yang ada adalah DySA memiliki nilai lebih dibandingkan ESA,
karena DySA merupakan satu-satunya jenis self-assembly yang dapat digunakan untuk
membuat “material cerdas”, yang dapat beradaptasi mengubah struktur internal. Gambar 22
memperlihatkan perbedaan antara system ESA dan DySA.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 34/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 33
Gambar 22 skema perbedaan ESA dan DySA
Penyusunan monolayers secara self-assembly dari perakitan molekul terbentuk secara spontan
dengan perendaman substrat (yang diinginkan) ke dalam larutan surfaktan aktif dalam pelarut
organik. Tipikal perakitan molekul surfaktan secara self-assembly dapat dibagi menjadi tiga
bagian sebagaimana ditunjukkan sketsa pada Gambar 23.
Gambar 23. Tipikal perakitan molekul surfaktan secara self-assembly
Bagian pertama adalah kelompok kepala yang berperan dalam proses eksotermik, yaitu adsorbs
chemisorption pada permukaan substrat. Interaksi antara molekul dengan substrat yang sangat
kuat akibat kesesuaian dari kelompok kepala ke situs tertentu di permukaan secara ikatan
kimia, seperti ikatan kovalen antara Si dengan O dan ikatan antara S dengan Au, dan ikatan
antara ion – CO2 – dengan Ag+. Bagian kedua merupakan rantai alkil, dan energi eksotermis
terkait denganinteraksi ikatan berantai van der Waalyang nilai chemisorption-nya lebih kecil
dari kelompok kepala pada substrat. Bagian molekul ketiga berfungsi sebagai terminal; bagian
fungsional di atas permukaan SA monolayers merupakan ketidak-teratur secara termal pada
suhu kamar. Proses yang paling penting dalam self-assembly adalah chemisorption, dan energi
yang terkait bernilai puluhan kkal/mol (misalnya; ~ 40 – 45 kkal/mol untuk tiolat di atas emas).
Sebagai hasil dari interaksi antara kelompok kepala eksotermis dengan substrat, molekul
mencoba untuk menempati setiap situs (dengan interaksi saling mengikat) yang tersedia di
permukaan dan molekul yang teradsorpsi dapat menyebar sepanjang permukaan. Secara
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 35/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 34
umum, SA monolayers dianggap mengatur dan menata secara teratur assemblei molekul yang
memiliki struktur seperti kristal dua dimensi, meskipun terdapat banyak cacat.
Gaya yang bekerja pada self-assembly meliputi: gaya elektrostatik, hidrofobisitas dan
hidrofobik, gaya kapiler dan chemisorption. Ada beberapa jenis metode self-assembly untuk
monolayers organik dan ini termasuk (i) organo-silicon pada permukaan hydroxylated, seperti
SiO2 pada Si, Al2O3 pada Al, kaca, dll, (ii) alkanethiols pada emas, perak dan tembaga, (iii)
sulfida dialkil pada emas, (iv) disulfida dialkil pada emas, (v) alkohol dan amina pada platinum,
(vi) dan asam karboksilat pada aluminium oksida dan perak.
Cara lain untuk mengelompokkan metode self-assembly dapat didasarkan pada jenis ikatan
kimia terbentuk antara kelompok kepala dan substrat. (i) ikatan kovalen Si – Oantara organo-
silicon pada substrat hydroxylated yang mencakup logam dan oksida, (ii) ikatan kovalen polar
S – Me antara alkanethiols, sulfida dengan logam mulia seperti emas, perak, platinum dan
tembaga, (iii) dan ikatan ion antara asam karboksilat, amina, alkohol pada logam atau substrat
senyawa ionik.
Salah satu hal terpenting dari penerapan self-assembly yang telah dipelajari secara ekstensif
adalah pengenalan untuk berbagai fungsi yang diinginkan dan sifat kimia permukaan untuk
bahan anorganik. Dalam sintesis dan fabrikasi Nanomaterials dan struktur nano, terutama
struktur core-shell, self-assembled monolayers organik banyak digunakan untuk
menghubungkan (memanfaatkan sifat) bahan yang berbeda secara bersama-sama.
5.9. Langmuir-Blodgett Films
Langmuir-Blodget adalah salah satu pendekatan dalam menyusun molekul dalam bentuk thin
film monolapis. Nama Langmuir-Blodgett diambil dari dua peneliti yaitu Irving Langmuir dan
Katherine Blodgett yang telah berjasa mengembangkan teknik tersebut pada tahun 1930-an.
Dengan teknik ini dimungkinkan untuk menyusun molekul film dan memendapkannya dalam
skala Angstrom (10-10 m) dengan kualitas lapisan yang homogen.
Konsep dasar dari teknik LB adalah memindahkan film yang tersusun dari molekul amfifilik
yang dibentuk di atas permukaan air ke atas substrat. Sebelum membahas lebih detail tentang
film LB, mari kita meninjau secara singkat apa itu amphiphile. Amphiphile adalah molekul
yang tidak larut dalam air, dengan salah satu ujung bagian gugus kepala yang bersifat hidrofilik
(menyukai air), dan bagian lainnya gugus ekor yang bersifat hidrofobik (membenci air). Skema
molekul amphiphile disketsakan pada Gambar 24.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 36/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 35
Gambar 24 Molekul Amphiphile
Karena keunikan dari molekul amphiphile ini maka memungkinkan bagian kepala terendam
dalam air dan bagian ekor berada di udara atau larutan non polar, atau dengan kata lain berada
diantara permukaan air dan udara, atau air dan minyak. Namun, perlu dicatat bahwa daya larut
molekul amfifilik dalam air bergantung pada keseimbangan antara panjang rantai alkil dankekuatan kepala hidrofilik. Kekuatan tertentu dari kepala hidrofilik diperlukan untuk
membentuk film LB. Jika hidrofilisitas terlalu lemah, tidak akan ada film LB yang terbentuk.
Namun, jika kekuatan kepala hidrofilik terlalu kuat, maka molekul amfifilik terlalu terlarut
dalam air sehinggan tidak memungkinkan pembentukan monolayer. Tabel 6 mengelompokkan
kedalam beberapa grup berdasarkan sifat kepala dari molekul amfifilik.
Tabel 6 Pengaruh kelompok fungsional yang berbeda pada pembentukan film LB dari
CI6-compounds.Sangat Lemah
(tidak ada film)
Lemah
(film tidak stabil)
Kuat
(LB film stabil)
Sangat Kuat
(soluble)
Hydrocarbon -CH2OCH3 -CH2OH -SO3-
-CH2I -C6H4OCH3 -COOH -OSO3-
-CH2Br -COOCH3 -CN -C6H4SO4-
-CH2Cl -CONH2 -NR 4+
-NO2 -CH=NOH
-C6H4OH
-CH2COCH3
-NHCONH2
-NHCOCH3
Teknik LB merupakan teknik yang unik, hal ini disebabkan karna lapisan monolayer dapat
ditransfer ke banyak substrat yang berbeda. Kaca, kuarsa, dan substrat logam lainnya dengan
permukaan teroksidasi telah digunakan sebagai substrat, tapi wafer silicon dengan permukaan
silicon dioksida adalah yang paling sering digunakan sebagai substrat. Emas merupakan
substrat oksida-bebas dan juga biasanya digunakan sebagai untuk deposisi LB film. Namun,
emas memiliki energy permukaan yang tnggi ( 1000 mJ/m2) dan mudah terkontaminasi, yang
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 37/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 36
mengakibatkan tidak meratanya kualitas kualitas dari LB film. Kebersihan dari permukaan
substrat sangat penting untuk dapat menghasilkan kualitas LB film yang tinggi. Selain itu,
kemurnian dari amphiphile organic yang diteliti sangat penting, karena kontaminasi di
amphiphile akan ikut tergabung dalam monolayer seperti Gambar 25.
Gambar 25 Skematik yang menunjukkan pembentukan film Langmuir, merupakan molekul film pada antarmuka
air-udara, setetes larutan encer molekul amfifilik dalam pelarut yang mudah menguap, seperti CHC13, tersebar
pada antarmuka air-air dari palung.
Gambar 2 menunjukkan skematik pembentukan film Langmuir, larutan encer molekul amfilik
dengan pelarut yang mudah menguap diteteskan. Molekul amfifilik tersebar pada antarmuka
udara-air, penghalang bergerak dan menekan molekul amfifilik yang berada pada antarmuka
udara-air. Jarak antar molekul berkurang dan tekanan permukaan meningkat. Transisi fase
dapat terjadi, yang diharapkan terjadi transisi dari keadaan gas ke keadaan liquid. Dalam
keadaan liquid, monolayer bersifat koheren, kecuali molekul menempati area yang lebih besar
dari pada fase kondensasi. Ketika penghalang menekan film lebih lanjut, fase transisi ke-dua
dapat diamati dari keadaan liquid ke keadaan solid. Dalam fase kondensasi ini, molekul saling
berdempetan dengan erat dan berorientasi searah.
Ada dua metode yang umumnya digunakan untuk mentransfer monolayer dari antarmuka air-
udara ke substrat padat. Pertama metode yang lebih konvensional adalah vertical deposisi yang
diperlihatkan pada Gambar 26.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 38/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 37
Gambar 26 proses pemindahan lapisan monolayer ke substrak secara upstroke. b. proses pemindahan lapisan
monolayer ke substrak secara down stroke
Monolayer akan dapat ditransfer ketika substrat bergerak melalui monolayer yang terdapat
pada antarmuka udara-air. Tergantung jenis permukaan substrak ketika permukaannya
hidrofilik, kelompok kepala yang bersifat hidrofilik akan berinteraksi dengan permukaan
substrak dan transfer monolayer dapat terjadi selama kemunculan (upstroke) hal ini
diperlihatkan pada gambar 3a. lain hal-nya ketika permukaan substrak hidrofobik, rantai alkil
yang bersifat hidrofobik akan berinteraksi dengan permukaan dan transfer monolayer terjadi
saat penceluppan (down stoke) hal ini diperlihatkan gambar 3.b. Beberapa lapisan filem dapat
dibentuk dengan mengulangi proses.
Metode lain untuk membuat struktur multilayer LB adalah horizontal lifting, juga dikenal
dengan metode Scheafer. Metode Scheafer digunakan untuk deposisi film yang sangat kaku,
dalam metode ini monolayer ditekan dan dibentuk pada antarmuka air dan udara, kemudian
substrat datar ditempatkan secara horizontal pada monolayer film. Pada keadaan ini monolayer
ditransfer ke substrat dan dapat dipisahkan dari permukaan air. Gambar 27 memperlihatkan
skema ini.
Gambar 27 Skema pemindahan monolayer ke substrak dengan metode Scheafer
5.10 Deposisi Elektrokimia
Deposisi elektrokimia atau biasa disebut dengan elektrodeposisi adalah proses pengendapan
logam di atas logam lainnya menggunakan dasar elektrolisis. Prinsip dasar elektrodeposisi
adalah penempatan ion-ion logam pelapis di atas substrat yang akan dilapisi dengan cara
elektrolisis, yaitu menguraikan senyawa kimia dalam larutan elektrolit dengan cara
a b
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 39/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 38
mengalirkan arus listrik searah. Arus listrik yang mengalir dalam larutan menyebabkan
terjadinya reaksi kimia, yaitu reaksi peruraian ion-ion dalam larutan. Ion-ion positif akan
bergerak ke katoda dan ion-ion negative akan bergerak ke anoda, sehingga dapat terjadi
pelapisan pada substrat.
Perpindahan electron antar elektroda dan zat-zat dalam sel menghasilkan reaksi pada
permukaan elektroda yaitu reaksi oksidasi dan reduksi. Elektroda tempat berlangsungnya
reaksi oksida disebut anoda dan tempat berlangsungnya reaksi reduksi disebut katoda.
Anoda yang digunakan dalam proses elektrodeposisi ada 2 macam yaitu anoda yang dapat larut
(soluble) dan anoda tidak larut (insoluble). Anoda solube adalah anoda yang selama proses
elektrodeposisi memberikan ion-ion logamnya pada katoda, sehingga anoda jenis ini makin
lama makin habis terkikis, contohnya seng, nikel dan timah putih.
Anoda insoluble adalah anoda yang selama proses elektrodeposisi tidak terkikis, misalnya
platina dan timah hitam. Pada anoda insoluble, reaksi anoda tergantung pada jenis anion pada
larutan. Anion sisa asam oksi seperti SO42+, NO3
-, dan PO43- mempunyai oksida lebih negative
daripada air. Anion-anion seperti ini sukar beroksidasi sehingga air yang teroksidasi seperti
pada reaksi berikut:
2HO → 4H+ O 4e− E0 = 1,229 V
.katoda adalah elektroda yang menerima electron, merupakan tempat pengendapan sewaktu
terjadi proses elektrodeposisi, dalam hal ini katoda adalah substrat yang dipakai untuk
membuat lapisan tipis.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses elektrodeposisi antara lain:
1) Rapat Arus
Pada praktek elektrodeposisi besaran yang diperhatikan adalah rapat arus yaitu arus per satuan
luas permukaan benda kerja, biasanya dapat dinyatakan dalam satuan ampere/cm2. Rapat arus
dinyatakan dengan rumus berikut:
J = IA
Dimana; J adalah rapat arus, I adalah arus listrik, A adalah luas permukaan. Rapat arus
mempengaruhi proporsi logam deposit. Rapat arus yang kecil menyebabkan ion bermuatan
yang bergerak sedikit, sehingga endapan yang terbentuk sedikit. Maka pada kondisi tersebut,
kemungkinan deposit berupa kristal yang kasar karena deposisi permulaan belum sempurna
selesai tetapi sudah disusul deposisi berikutnya. Sedangkan ketika rapat arus mulai dinaikkan,
maka laju pembentukan kristal deposit (nuclei) permulaan mulai mengalami peningkatan,
sehingga kemungkinan deposit menjadi lebih fine-grained berbentuk butiran yang bagus.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 40/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 39
Semakin besar rapat arus menyebabkan ion bermuatan semakin banyak yang bergerak
membentuk endapan. Rapat arus yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan timbulnya panas.
Akibat selanjutnya, dapat menghasilkan deposit yang terbakar dengan ditandai warna yang
menghitam.
2) Substrat
Substrak yang digunakan dalam elektrodeposisi berpengaruh pada sifat magnetic lapisan tipis
yang terbentuk. Substrak selain sebagai tempat menampung deposit juga berfungsi sebagai
lapisan penyangga atau cetakan dimana struktur morfologi dan volume lapisan yang akan
ditumbuhkan bergantung pada morfologi substraknya
3) Tegangan
Tegangan yang diperlukan untuk proses elektrodeposisi tergantung dari jenis, komposisi,dan
kondisi elektrolit. Rapat arus dapat dinaikkan dengan menaikkan tegangan, tetapi hal ini akan
menyebabkan polarisasi dan tercapainya tegangan batas. Pada keadaan tegangan batas, tidak
terjadi aliran arus melalui elektrolit, dan bila tegangan dinaikkan akan terjadi elektrolisis air
yang menghasilkan gas hydrogen dan oksigen
4) Konsentrasi Elektrolit
Konsentrasi elektrolit selama proses elektrodeposisi berlangsung akan mengalami perubahan,
dapat disebabkan oleh pengendapan ion logam dari larutan menuju katoda maupun karena
penguapan. Pada umumnya kelebihan kadar logam akan menyebabkan menurunnya kekilapan
dan kerataan lapisan dan juga mengakibatkan terjadinya pemborosan bahan. Apabila kadar
logam rendah akan terjadi penurunan konduktifitas sehingga proses planting menjadi lambat.
5) Keasaman
Keasaman (pH) lebih mempengaruuhi sifat fiksik deposit daripada komposisinya. Semakin
asam larutan konsentrasi ion hidrogennya semakin tinggi dah hantaran arus dari anoda ke
katoda semakin besar sehinggan semakin banyak ion-ion pelapis yang didistribusikan ke
katoda
6) Waktu
Semakin lama proses elektrodeposisi, maka endapan yang terbentuk semakin banyak. Endapan
hanya terbentuk jika ion-ion yang akan dideposisikan dalamlarutan masih ada. Jika kandungan
ion-ion dalam larutan telah habis maka tidak akan lagi terbentuk endapan atau lapisn.
7) Pengadukan
Pengaduka larutan elektrolit saat proses elektodeposisi akan mengurangi gelembung-
gelembung gas hydrogen. Gelembung-gelembung gas hydrogen ini akan menempel pada
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 41/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 40
anoda dan katoda, sehinggan menghalangi proses pelepasan ion dari anoda dan menghambat
proses penangkapan ion-ion pelapisan oleh katoda. Terhalangnya pelepasan ion-ion pelapis
dari anoda mengakibatkan jumlah ion-ion pelapis yang didistribusikan ke katoda menjadi
sedikit dan terhambatnya penangkapan ion-ion pelapis oleh katode mengakibatkan lapisan
yang terbentuk tidak rata dan berlubang-lubang.
Ketika sebuah padatan dilarutkan dalam pelarut polar atau larutan elektrolit, muatan
permukaan akan terbentuk. Ada antarmuka elektroda dan larutan elektrolit, reaksi oksidasi dan
reduksi permukaan terjadi, disertai dengan perpindahan muatan melintasi antarmuka, sampai
kesetimbangan tercapai. Pada sistem tersebut, potensial elektroda atau rapat muatan permukaan
E, dijabarkan dalam persamaan Nernst sebagai berikut.
E = E0 RTnF ln a dimana E0 adalah potensial elektroda standar, atau perbedaan potensial antara elektroda dengan
larutan, ketika aktivitas, ai dari ion adalah kesatuan, F adalah konstanta Faraday, R g adalah
konstanta gas, dan T adalah temperatur. Persamaan ini menunjukkan keadaan kesetimbangan.
Ketika potensial elektrokimia menyimpang dari nilai kesetimbangannya, misalnya,
diaplikasikan pada medan listrik eksternal, reaksi reduksi (menuju deposisi padat) atau oksidasi
(disolusi padatan) akan diletakkan pada permukaan atau elektroda logam hingga mencapai
keadaan kesetimbangan baru. Perbedaan potensial mengacu pada potensial tinggi dan tegangan
tinggi. Pengontrolan yang hati-hati terhadap potensial tinggi sangat penting untuk menghindari
elektrolisis larutan atau deposisi fase ketidakmurnian. Interaksi ion pelarut Mmt dengan zat
terlarut atau bentuk kompleks ligan harus dipertimbangkan. Interaksi ini atau faktor lain seperti
kekuatan ion larutan harus dikontrol secara hati-hati. Selain termodinamika, beberapa faktor
kinetik juga dapat mempengaruhi deposisi lapisan elemen. Reaksi elektron transfer seperti
oksidasi-reduksi mempengaruhi sifat dan tampilan morfologi deposit. Nukleasi kristal adalah
fungsi potensial tinggi dan juga mempengaruhi sifat deposit. Kecepatan transport massa pelarut
menuju permukaan elektrode memiliki efek yang besar pada kecepatan deposisi yang
dihasilkan. Penuaan elektrolit dapat mengurangi difusi ketebalan lapisan dan kecepatan
deposisi tetapi membuat pertimbuhan maksimum stabil pada larutan dengan aktifitas pelarut
tinggi, koefesien difusi tinggi (viskositas larutan rendah), dan kecepatan pertumbuhan rendah.
Disoisasi kinetik ion komples mempengaruhi aktifitas ion logam pada permukaan elektroda
dan menyebabkan deposisi terbatas untuk morfologi deposisi.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 42/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 41
Campuran dan senyawa elektrodeposisi jauh lebih kompleks. Pada campuran dan senyawa
elektrodeposisi, potensial kesetimbangan, aktifitas ion pada larutan, dan stabilitas hasil deposit
merupakan hal penting pada termodinamika perlu dipertimbangkan. Untuk senyawa M n Nm,
kondisi yang harus dicapai untuk mendapatkan deposisi stimultan dari dua jenis ion yang
berbeda adalah:
E ηm = E η
E dan E adalah potensial kesetimbangan M dan N,
ηm dan η adalah potensial yang dibutuhkan untuk elektodeposisi M dan N.
Dengan mempertimbangkan aktifitas logam M dan N dalam senyawa dan campuran melalui
konsentrasi larutan dan kestabilan termodinamika deposit, serta variasi deposisi, maka akan
sangat sulit untuk mengontrol stokiometri deposit. Pengontrolan kekuatan ion dan konsentrasi
pelarut sangat penting untuk deposisi seragam.
Untuk pertumbuhan lapisan dengan elektrodeposisi, beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah:
1. Larutan encer biasa digunakan, pelarut nonaqueous atau lelehan garam juga digunakan.
Elektrolisis air merupakan alasan mengapa pelarut nonaqueous dan lelehan garam juga
digunakan.
2.
Konduktifitas listrik deposit harus cukup tinggi untuk deposisi larutan berturut-turut.
Elektrodeposisi hanya diaplikasikan pada pertumbuhan logam, semikonduktor, dan
lapisan polimer konduktif.
3. Dekomposisi dapat dicapai pada arus konstan atau potensial konstan, atau dengan kata
lain, arus dan tegangan pulsa.
4.
Perlakuan lanjutan harus dilakukan untuk meningkatkan karakteristik deposit.
5.11 Lapisan Sol-Gel
Proses sol gel didefenisikan sebagai proses pembentukan senyawa anorganik melalui reaksi
kimia dalam larutan pada suhu rendah, dimana dalam proses tersebut terjadi perubahan fasa
dari suspense koloid (sol) membentuk fasa cair kontinyu (gel).
Proses sol gel banyak digunakan untuk sintesis material nanopartikel, nanorod, lapisan tipis
dan monolit. Sol adalah suspensi nanocluster terlarut dalam pelarut, dan lapisan tipis dibuat
dengan pelapisan sol diatas substrat. Meskipun beberapa metode tersedia untuk aplikasi
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 43/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 42
pelapisan cairan ke substrat, pilihan yang tepat tergantung pada beberapa faktor termasuk
viskositas larutan, ketebalan lapisan yang diinginkan dan kecepatan lapisan. Metode yang biasa
digunakan untuk deposisi lapisan sol-gel adalah spin- dan dip-coating.
Pada dip-coating, substrat yang terbenan dalam larutan dan ditarik pada kecepatan konstan.
Saat substrat ditarik ke atas, lapisan larutan naik dan kombinasi penarikan dan gaya grafitasi
menunjukkan ketebalan lapisan, H.
H = c (ηU0ρg )/
Dimana η adalah viskositas, U0 adalah kecepatan penarikan, ρ adalah densitas lapisan sol dan
c mrupakan konstanta. Gambar 28 mengilustrasikan beberapa keadaan proses dip-coating.
Persamaan diatas tidak memperhitungkan penguapan pelarut dan kondensasi lanjutan antara
dispersi nanocluster dalam sol seperti yang digambarkan pada Gambar 29. Hubungan antara
ketebalan dan variabel lapisan sama dan didukung oleh hasil eksperimen tetapi dengan
kesebandingan konstanta yang berbeda. Ketebalan lapisan dip-coating biasanya berkisar 50-
500 nm, walaupun ketipisan lapisan sekitar ~8 nm per lapisan.
Gambar 28 Keadaan pada proses dip-coating: (a-e) sekumpulan dan (f) kelanjutan.
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 44/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 43
Gambar 29 Skematik yang menunjukkan proses lanjutan penguapan pelarut dan kondensasi lanjutan antara
nanocluster terdispersi dalam sol selama dip-coating.
Spin-coating digunakan dalam mikroelektronik untuk deposit photoresist dan polimer khusus.
Spin coating terdiri dari empat keadaan: pengiriman larutan atau sol ke dalam inti substrat,
spin-up, spin-off dan penguapan (meliputi semua keadaan). Setelah memasukkan cairan ke
dalam substrat, gaya sentrifugal membuat cairan melewati substrat (spin-up). Apabila cairan
yang masuk berlebih, maka kelebihan cairan tersebut akan meninggalkan substrat selama spin-
off. Ketika aliran dalam lapisan tipis tidak lagi memungkinkan, penguapan membuat reduksi
ketebalan lapisan. Lapisan seragam dapat dibuat ketika viskositas cairan tidak bergantung pada
laju geser (contoh: Newtonian) dan laju penguapan tidak bergantung posisi. Ketebalan lapisan
spin coated, H, adalah:
H = 1 ρoρ 3ηe2ρo ω
Dimana ρadalah masa pelarut yang mudah menguap per satuan volum, ρo merupakan volume
awal, ω adalah kecepatang angular, η merupakan viskositas larutan dan e adalah laju penguapan yang bergantung pada koefisien massa yang ditransfer. Berdasarkan persamaan
tersebut, diketahui bahwa ketebalan lapisan dapat dikontrol dengan menyesuaikan sifat larutan
dan kondisi deposisi.
Pada proses membuat lapisan sol-gel, pelarut yang dibuang atau dikeringkan pada lapisan
lanjut dengan kondensasi lanjutan dan pemadatan jaringan gel. Proses bersaing menyebabkan
tekanan dan tegangan yang disebabkan oleh penyusutan dibatasi, sehingga menghasilkan
hancurnya struktur gel berpori dan juga membentuk retakan pada hasil lapisan. Laju
pengeringan memainkan peranan penting dalam pengembangan tegangan dan pembentukan
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 45/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 44
retakan dan bergantung pada laju pada pelarut atau komponen difusi yang mudah menguap
hingga permukaan bebas pelapisan dan laju pada uap yang dihilangkan dalam gas.
Tegangan terjadi selama pemanasan lapisan padat untuk penyusutan terpaksa. Kehilangan
pelarut setelah pemadatan adalah sumber tegangan dalam pelarut-cetakan lapisan polimer dan
Croll mendefinisikan tegangan sebagai:
σ = Eσϕ ϕr1 v3 1 ϕr
Dimana Eσadalah modulus elastis nonlinier, v adalah Poisson ratio lapisan, ϕ dan ϕr adalah
fraksi volum pelarut pada pemadatan dan sisa setelah pengeringan. Hubungannya
menunjukkan bahwa pelarut pada pemadatan harus diminalisir hingga tegangan lapisan yang
lebih rendah. Pada pembentukan lapisan sol-gel, sangat penting untuk membatasi laju reaksi
kondensasi selama penghilangan pelarut saat pengeringan, sehingga fraksi volum pelarut pada
pemadatan terjaga kecil. Untuk meringankan tegangan, material dapat mengendur secara
internal dengan gerakan molekular atau merusak bentuk. Retakan adalah bentuk lain dari
tegangan. Pada lapisan sol-gel, pembentukan retakan terbatas pada ketebalan lapisan yang
biasanya lebih dari 1 mikron.Ketebalan lapisan kritis adalah:
T = EGAσ
Dimana E adalah modulus Young lapisan, A adalah konstanta kesebandingan dimensional, danG adalah energi yang dibutuhkan untuk membentuk dua permukaan retakan baru. Konsep
ketebalan kritis didukung dengan hasil eksperimen. Ketebalan kritis 600 nm dilaporkan oleh
lapisan sol-gel Ceria dan retakan dibentuk diatas ketebalan ini.
Lapisan sol-gel umumnya berpori atau amorf. Untuk beberapa macam aplikasi, perlakuan
panas berikutnya dibutuhkan untuk mendapatkan densifikasi penuh dan mengubah amorf
menjadi kristalin. Ketidakcocokan koefisien ekspansi termal lapisan sol-gel dan substrat adalah
sumber tegangan penting lainnya, dan sisa tegangan pada lapisan sol-gel dapat setinggi 350
MPa.
Organik-anorganik hibrida adalah tipe material baru yang tidak ada di alam, sol-gel merupakan
cara yang dapat mensintesis material tersebut. Komponen organik-anorganik dapat saling
meresapi satu sama lain pada skala nanometer. Tergantung pada interaksi antara komponen
organik dan anorganik hibrida dibagi atas dua kelas: (i) hibrida meliputi molekul organik,
oligomer, polimer berat molekul rendah tertanam pada matrik anorganik yang memiliki ikatan
hidrogen lemah dan gaya van der Waals, dan (ii) komponen organik dan anorganik terikat satu
sama lain dengan kovalen kuat atau ikatan kimia kovalen. Komponen organik dapat
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 46/47
TWO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES: THIN FILMS 45
memodifikasi sifat mekanik komponen anorganik. Porositas dapat juga dikontrol sebaik
kesetimbangan hidrofilik dan hidrofobik. Hibrida dengan sifat optik dan sifat listrik baru dapat
disesuaikan. Beberapa hibrida dapat menampilkan reaksi elektrokimia baru sebaik reaktifitas
kimia atau biokimia khusus.
Porositas adalah sifat penting lainnya pada lapisan sol-gel. Meskipun untuk beberapa aplikasi,
perlakuan panas pada suhu tinggi dilakukan untuk menghilangkan porositas, porositas yang
diturunkan memungkinkan lapisan sol-gel untuk beberapa aplikasi seperti matriks katalis,
sejumlah besar penginderaan organik atau biokomponen, elektroda pada sel surya. Porositas
sendiri membuat sifat fisis yang unik seperti dielektrik rendah yang konstan, kondukifitas
termal rendah, dll. Molekul organik seperti surfaktan dan polimer diblock digunakan untuk
bentuk template pada sintesis material mesopori tersusun.
Terdapat beberapa metode deposisi larutan kimia (CSD). Prinsip yang didiskusikan diatas
secara umum dapat diaplikasikan untuk metode CSD lainnya. Sebagai contoh, proses lanjutan
selama pengeringan, pengembangan tegangan dan pembentukan retakan mirip dengan lapisan
sol-gel.
Referensi
Agnes, P, P. Girard-Egrot, dan L.J. Blum, “Langmuir-Blodgett technique for synthesis of
biomimetic lipid membranes”, Nanobiotechnology of Biomimetic Membranes,
Springer, (2007)
Avril, L., N. Zanfoni, P. Simon, L. Imhoff, S. Bourgeois, dan B. Domenichini, “MOCVD
growth of porous cerium oxida thin films on silicon substrate”, Surf. & Coat. Tech.,
280, 148-152, (2015).
Biolin Scientific, “Langmuir, Langmuir-Blodgett and Langmuir-Schaefer Technologies”,
Internet, http://www.biolinscientific.com/ksvnima/technologies/?card=KT1, diakses
pada Selasa, 8 Desember 2015
Joseph, S., N. Saraf, A. Umamaheswara, V. Madakasira, dan N. Bhat, “Role of thermal
annealing on SiGe thin films fabricated by PECVD”, J. Mat. Sci. in Semic. Proc, 40,
655-663, (2015).
Labzowskaya, M.E., I.Kh. Akopyan, B.V. Novikov, A.E. Serov, N.G. Filosofov, L.L. Basov,
V.E. Drozd, dan A.A. Lisachenko, “Exciton photoluminescence of ZnO thin films
grown by ALD-Technique”, Phys. Proc., 76, 37-41, (2015).
7/21/2019 Thin Film
http://slidepdf.com/reader/full/thin-film-56de39e7d015d 47/47
Sundoro, G.A., “Penumbuhan lapisan tipis NiFe dengan menggunakan metode
elektrodeposisi”, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta, (2012).
Wijaya, R.P, “Self-assembly polymer ”, Skripsi, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, (2013).