Upload
bertin-mallisa
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Typhi, dengan gejala utama demam, gangguan saluran pencernaan, serta
gangguan susunan saraf pusat / kesadaran. Demam tifoid pada anak umumnya
bersifat ringan dan mempunyai potensial sembuh spontan, namun demam tifoid yang
berat / dengan komplikasi harus di tangani secara adekuat.1
Angka kejadian demam tifoid di seluruh dunia tidak diketahui dan sukar
untuk diperkirakan dengan tepat oleh karena gambaran klinis seringkali di kaburkan
oleh gejala demam penyakit lain. Di Indonesia demam tifoid merupakan penyakit
endemik yang berkaitan dengan lingkungan dan sanitasi yang buruk dengan angka
kejadian yang masih sangat tinggi.1,2
Diagnosis dini adalah suatu hal yang penting disamping tindakan
pencegahannya. Diagnosis demam tifoid dibuat berdasarkan gejala dan tanda klinis,
pemeriksaan darah lengkap dan uji serologis widal. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan biakan untuk menemukan kuman penyebab. Berikut ini kasus demam tifoid
yang terjadi di RSUD Undata Palu pada tanggal 11 Desember 2013. 1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun 8 bulan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 11 Desember 2013
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam
Rieayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki usia 1 tahun 8 bulan masuk RS dengan keluhan demam naik
turun yang di alami selama 2 minggu. Demam di alami setiap hari. Kejang tidak
ada, mimisan tidak ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada, sakit perut sejak 2 hari
sebelum masuk RS, muntah tidak ada, Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
biasa. Nafsu makan menurun sejak sakit
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien biasanya demam namun tidak pernah lama seperti saat ini.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang menderita hal serupa
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : Gizi Baik
Berat Badan : 9 kg
Tinggi Badan : 79 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg Suhu : 37,6°C
Denyut Nadi : 112 x/menit Respirasi : 28 x/menit
Kepala : Normocepal
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-
Lidah Kotor dengan pinggiran eritema (+)
Tonsil T1-T1 Tidak hiperemis
Otorhea -/-
Rinorhea -/-
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening -/-
Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)
Thorax
Paru :
Inspeksi : Normothoraks, Simetris kiri = kanan Retraksi -/-
Palpasi : Taktil Vocal Fremitus kesan normal kiri = kanan
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bunyi Pernapasan : Bronkovesikuler +/+ Rhonki -/-,
Wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada midclavicula sinistra SIC5
Perkusi : Batas Jantung :
Atas : Parasternal
sinistra SIC2
Kanan : Parasternal
dextra SIC4
Kiri : Midclavicula
sinistra SIC5
Auskultasi : Bunyi Jantung I&II murni regular, Bunyi tambahan (-)
Abdomen :
Inspeksi : Kesan Datar
Auskultasi : Peristaltik (+) Kesan Normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastrium,
organomegali (-)
Genitalia : Tidak ada kelainan, telah disirkumsisi.
Ekstremitas Atas : Akral hangat +/+, Udem -/-
Ekstermitas Bawah : Akral hangat +/+, Udem -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab. Darah Rutin :
WBC : 28,6 x 109/L
HB : 11,5 g/dL
HCT : 35,5 %
PLT : 351 x 109/L
V. RESUME
Pasien laki-laki usia 1 tahun 8 bulan masuk RS dengan keluhan demam naik
turun yang di alami selama 2 minggu. Demam di alami setiap hari. sakit perut
sejak 2 hari sebelum masuk RS,
Pada pemeriksaan fisis di dapatkan tekanan darah : 90/60 mmHg, suhu :
37,6°C, denyut nadi : 112 x/menit, dan respirasi : 28 x/menit. Pemeriksaan pada
kepala menunjukkan adanya lidah kotor dengan pinggiran eritema. Pada
pemeriksaan abdomen, didapatkan adanya nyeri tekan pada epigastrium. Hasil
lab menunjukkan adanya peningkatan leukosit sebesar 28,6 x 109/L
VI. MANAJEMEN
Diagnosis : Susp. Demam tifoid
Diagnosis Banding : Malaria
Terapi :
- IVFD RL 12 tpm
- Injeksi Ceftriaxon 200 mg/12 Jam/IV
- Injeksi Dexametason ½ ampul IV
- PCT Syr 3x1 cth
VII. ANJURAN
- Tes Widal
- DDR
VIII. FOLLOW UP
12 Desember 2013
S : Demam tidak ada, sakit perut tidak ada, BAB dan BAK biasa
O : TD : 90/60 mmHg
N : 110 kali/menit
S : 36,5°C
R : 32 kali/menit
A : Susp. Demam Tifoid
P :
- IVFD RL 12 tpm
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)
- Anjuran : Tes Widal dan DDR
13 Desember 2013
S : Demam tidak ada, sakit perut tidak ada, BAB dan BAK biasa
O : TD : 90/60 mmHg
N : 118 kali/menit
S : 36,5°C
R : 30 kali/menit
Hasil Lab :
Tes Widal:
- Salmonella Typhii (O) : + 1/320
- Salmonella Typhii (H) : + 1/80
- Salmonella Para A (AH) : (-)
- Salmonella Para B (BH) : + 1/320
A : Demam Tifoid
P :
- IVFD RL 12 tpm
- Chloramfenicol 4 x 450 mg
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)
14 Desember 2013
S : Tidak ada keluhan
O : TD : 90/50 mmHg
N : 124 kali/menit
S : 36,5°C
R : 34 kali/menit
A : Demam Tifoid
P :
- IVFD RL 12 tpm
- Chloramfenicol 4 x 450 mg
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)
DISKUSI
Diagnosis demam tifoid ditetapkan berdasar atas anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Keluhan utama adalah badan panas sudah 1 minggu atau
lebih. Panas makin hari makin tinggi, terutama pada sore atau malam hari, biasa
disertai menggigau dan kejang. Anak mungkin mengeluh sakit perut disertai diare
dan muntah. Pada kasus ini, pasien mengalami demam setiap hari selama 2 minggu,
lidah kotor dengan pinggiran eritema, disertai dengan sakit perut yang merupakan
gejala dari demam tifoid. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan
leukositosis sebesar 28,6 x 109/L yang menandakan adanya infeksi bakterial.3
Cara penularan Salmonella typhi pada umumnya melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Untuk menimbulkan infeksi diperlukan inokulum
sebanyak 105 - 109 kuman S.typhi. Setelah masuk secara fekal-oral lalu masuk ke
sistem pencernaan. Kuman lalu melewati lambung dan melekat pada jonjot ileum lalu
menembus epitel usus dan melewati plak Peyer. Kuman diangkut ke kelenjar getah
bening usus dan di situ memperbanyak diri di dalam sel mononukleus, kemudian sel
monosit yang mengandung kuman melalui saluran kelenjar limfe mesenterik, dan
selanjutnya duktus limfatik kuman mencapai aliran darah dan terjadilah bakteremia
pertama yang berlangsung singkat. Kuman mengikuti peredaran darah dan mencapai
jaringan retikuloendotelial di berbagai organ, yaitu hati, kandung empedu, limpa,
sumsum tulang, ginjal, paru, susunan saraf, dan lain-lain. Di dinding kandung
empedu kuman berkembang dalam jumlah yang sangat banyak, kemudian bersama
empedu disalurkan ke usus.1,3,4
Salah satu pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan pada demam tifoid
adalah uji widal, yaitu pemeriksaan serologi terhadap antigen O, H, dan Vi dari
salmonella.. Salmonela mempunyai antigen O (somatik), adalah komponen dinding
sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H (flageum) adalah
protein yang labil terhadap panas. Selain itu terdapat antigen Vi yaitu polisakarida
kapsul. Nilai normal dari uji widal adalah ≤ 1/40. Pada pasien ini didapatkan
kenaikan titer yaitu 1/320 pada titer O Salmonella typhi, 1/80 pada titer H Salmonella
typhi, dan 1/320 pada titer AB Salmonella Paratyphi. Hal ini menandakan bahwa
pasien terinfeksi bakteri Salmonella Typhi atau terkena penyakit demam tifoid.3,4,5
Pada pasien ini diberikan penanganan berupa pemberian chloramfenicol yang
merupakan baku emas (gold standar) pada penanganan demam tifoid. Dosis yang
diberikan adalah 50mg/kg bb/ hari per os, 75 mg/kg bb/hari secara intravena, dalam 4
kali pemberian. Chloramphenicol cepat mensterilkan darah dan pada umumnya dalam
7 hari suhu menjadi normal, dan pemberian diteruskan selama 14 hari atau sampai 5-
7 hari bebas panas. Bila perlu dapat diberikan cefixime 20 mg/kgbb/hari per os dalam
2 dosis untuk 8 hari, ceftriaxon 50 mg.kg bb/ hari intramuscular untuk 5 hari, dan
ofloxacin 15 mg/kg bb/ hari per os selama 2 hari. Selain itu diberikan pengobatan
simtomatik yaitu paracetamol dengan dosis 10 – 15 mg/ kg bb/ hari diberikan
sebanyak 3-4 kali sehari.1,3,4
Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena tidak di dapatkan komplikasi
yang berat. Dengan pengobatan yang tepat dan teratur, pasien dapat kembali
beraktivitas seperti semula. Pasien juga diharapkan untuk tidak lagi makan
sembarangan untuk menghindari infeksi salmonella kembali.3,4,5
DAFTAR PUSTAKA
Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Rampengan, 2008, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Widagdo, 2012, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam, Sagung
Seto, Jakarta.
Widagdo, 2011, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak, Sagung Seto,
Jakarta.
Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius
FK UI. 2000. 432-3